praktik pengangkatan anak tanpa penetapan...

105
PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN PENGADILAN DAN DAMPAK HUKUMNYA (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : NADIA NUR SYAHIDAH NIM: 1111044100015 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M

Upload: doandiep

Post on 15-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN

PENGADILAN DAN DAMPAK HUKUMNYA

(Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

NADIA NUR SYAHIDAH

NIM: 1111044100015

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/ 2015 M

Page 2: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

!;

PRAKIIK PENGANGKATAI\ ANAK TAI\TPA PENETAPAIIPENGAI}ILAI{ DAN DAMPAK UiIr<iIrrNN'VI(Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanunggal, Bogor)

Diaj,kan Kepada Fakultas t;ff;:* Hukum Unt,k MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Nadia Nur Svahidah

NIM: 111104410001s

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA(AEWAL SYAKHSHTYYAH)F'AKI]LTAS SYARIAH DA}T HUKUM

UNTVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTAtistwmtsw

Di Bawah Bimbingan

NIP: I 9640412199403 1004

Page 3: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul " Praktik Pengangkatan Anak Tanpa Penetapan

Pengadilan dan Dampak Hukumnya (Studi Kasus di Desa Bantarjati,

Klapanunggal, Bogor)" telah diajukan dalam sidang muaqasyah Fakultas Syariah

dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2015. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (Sl)

pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah).

J akarta, 22 Oktober 20 I 5

Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

l. Ketua : Dr. Abdul Halim, M. Ag.NIP. 1 9670608 1 99403 1 005

2. Sekertaris : Arip Purkon, M.A.NIP. 1 97904272003 121002

3. Pembimbing:Drs. H. Ahmad Yani, M.A.NIP. I 96404121994031004

: Dr. H. Ahmad Tholabi, M.A.NrP. 1 97 608072003 1 2 l 00 l

: Drs. Siril Wafa, M.ANIP. I 96003 I 81 99103 l00l

4. Penguji I

5. Penguji II

-*?,

NrP. l 969 1 2t6199603 t00t

Page 4: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

-I

I

'l

l.

LEMBAR PERNYATAAN

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sfrata Satu (Sl) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya,

atau merupakan hasil plaglasi dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

NadiaNur Syahidah

I I I 1044100015

3.

.,,.

t

Page 5: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

ii

ABSTRAK

Nadia Nur Syahidah, NIM 1111044100015, Fakultas Syariah dan

Hukum, Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah), menyusun

skripsi yang diberikan judul Praktik Pengangkatan Anak Tanpa Penetapan

Pengadilan dan Dampak Hukumnya (Studi Kasus di Desa Bantarjati,

Klapanunggal, Bogor). Bertujuan untuk mengetahui tata cara pengangkatan anak

yang dilakukan masyarakat Desa Bantarjati dan akibat hukum pengangkatan anak

tersebut.

Fokus studi ini adalah mengenai pengangkatan anak yang tidak mendapat

penetapan dari Pengadilan dan hanya melalui kesepakatan kedua orangtua.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dan jenis data yang

dipergunakan adalah data primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis

data menggunakan teknik menganalisis dan mengambil kesimpulan dari data-data

yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima orang responden, empat

orang menyatakan bahwa anaknya masih sering bertemu dengan orang tua

kandungnya dan akan atau sudah memberitahu anaknya, sedangkan seorang

lainnya tidak mau mengatakan pada anaknya bahwa ia anak angkat dan memutus

hubungan nasab antara anak dan orang tua kandungnya. Kemudian dalam hal

administrasi kependudukan, terutama Akta Lahir dan Kartu Keluarga (KK)

kesemua responden, anak angkat tersebut diatasnamakan pada orang tua

angkatnya. Pengangkatan anak dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak pasal 39 ayat (1) menyebut bahwa pengangkatan

anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan

dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. PP No. 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak juga mengatakan bahwa orang tua angkat wajib

memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua

kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan.

Implikasi teoritis penelitian ini adalah adanya pembaharuan hukum di

bidang pengangkatan anak di Indonesia, sedangkan implikasi praktiknya yaitu

memberi informasi kepada berbagai pihak yang terkait dengan pengangkatan anak

serta masyarakat pada umumnya.

Kata Kunci : Pengangkatan Anak, Dampak Hukum Pengangkatan Anak

Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, MA

Daftar Pustaka : 1959 - 2011

Page 6: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

iii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الر حيم

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah Swt. karena berkat rahmat,

nikmat serta anugrah-Nya sehingga dapat selesainya skripsi ini dengan judul

“Praktik Pengangkatan Anak Tanpa Penetapan Pengadilan dan Dampak

Hukumnya (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanunggal. Bogor). Shalawat

beriringkan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

yang telah mengenalkan kepada manusia tentang hakikat dan tujuan hidup yang

sebenarnya.

Skripsi ini dipersembahkan kepada ayahanda Machyudin dan Ibunda Leny

Tri Putrianti dan saudara-saudara saya Muhammad Ibrahim Nur dan Mukhlish

Shodiq Nur yang selalu memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang dan doa

tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan

kasih sayang kepada mereka.

Dalam penulisan skripsi tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

ditemukan, namun syukur Alhamdulillah karena kesungguhan serta dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung segala

kesulitan dapat diatasi sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini terdapat ucapan terimakasih yang tak

terhingga kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Prodi Hukum Keluarga (Ahwal

Syakhshiyyah) dan Arip Purkon, MA. Sekretaris Prodi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhshiyyah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

iv

3. Drs. H. Ahmad Yani, MA. Dosen yang telah bersedia menjadi

pembimbing penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian dan

ketelitian memberikan masukan hingga skripsi ini selesai.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan bermanfaat

dan menjadi keberkahan dan semoga Allah Swt. senantiasa membalas

jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah

untuk beliau semua.

5. Saprudin Prawiranegara selaku Lurah Desa Bantarjati yang dengan ramah

meluangkan waktunya untuk diwawancarai, dimintai data, dan motivasi

yang beliau berikan, serta masyarakat Desa Bantarjati yang membantu

pengumpulan data skripsi dan bersendia menjadi responden.

6. Hakim Pengadilan Agama Cibinong, Drs. HA. Badhowi, MH yang dalam

waktu sibuknya menyempatkan untuk wawancara dan membagi ilmunya.

7. Sahabat tercinta Mujahidah, Triana Aprianita, Kamelia Sari, Nabillah, Ai

Siti Wasillah, Andi Asyraf Rahman, Hendrawan, Fadly Khairuzzadhi,

Savira Maharani, Lilis Sumiyati, Epi Yulianti.

8. Kawan seperjuangan Burhanatut Diana, Gusti Fajrina, Hatoli, Rahmatullah

Tiflen, Nabila Alhalabi, Abdurrahman Shaleh Bugis, Fachry Alfian,

Daniel Alfaruqi, Didi Nahtadi, Syams Eliaz Bahri, Ahmad Farhan Qodumi

dan Ahmad Drajat.

Page 8: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

v

9. Semua teman-teman UIN Jakarta terutama Peradilan Agama angkatan

2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Sahabat kecil yang selalu ada Bella Gita Asmara dan Intan Alawiyah Putri.

Kawan suka duka Bagaskoro Olga Yonear, Ismeiyanto, Muhammad Fajar

Setiawan, Bahtiar Rifai dan Eka Tuti.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah Swt. Dengan balasan yang

berlipat ganda. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

sendiri dan khususnya segenap para akademisi dan masyarakat pada umumnya.

Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 20 Oktober 2015

Nadia Nur Syahidah

Page 9: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................................... 6

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 7

E. Review Studi Terdahulu ............................................................. 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 12

BAB II : PENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM ISLAM, HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ADAT

A. Pengertian Pengangkatan Anak .................................................. 14

1. Secara Estimologis ................................................................ 14

2. Secara Terminologis ............................................................. 14

3. Menurut Perundang-Undangan RI ........................................ 16

B. Pengangkatan Anak dalam Islam ................................................ 17

1. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak ........................................ 17

2. Tujuan Pengangkatan Anak .................................................. 19

3. Hukum Pengangkatan Anak.................................................. 20

C. Pengangkatan Anak dalam Hukum Positif ................................. 25

1. Prosedur Permohonan dan Persyaratan Pengangkatan Anak

Antar-Warga Negara Indonesia (WNI .................................. 25

2. Prosedur Permohonan dan Persyaratan Pengangkatan Anak

Warga Negara Asing Kepada Warga Negara Indonesia ....... 28

D. Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat ................................... 31

BAB III : GAMBARAN UMUM DESA BANTARJATI

A. Letak Geografis ........................................................................ 36

B. Kondisi Ekonomi ..................................................................... 36

C. Kondisi Kebudayaan ................................................................ 39

D. Kondisi Sosial Keagamaan ...................................................... 40

BAB IV : PENGANGKATAN ANAK PADA MASYARAKAT DESA

BANTARJATI

A. Praktik Pengangkatan Anak di masyarakat Desa Bantarjati .... 42

1. Tetacara Pengangkatan Anak ............................................. 42

Page 10: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

vii

2. Alasan dan Faktor Pengangkatan Anak ............................. 45

3. Urgensi Pengangkatan Anak .............................................. 48

4. Pengetahuan Masyarakat Tentang Aspek Yuridis

Pengangkatan Anak ........................................................... 49

B. Akibat Hukum Pengangkatan Anak di Masyarakat Desa

Bantarjati Tanpa Penetapan Pengadilan ................................... 52

C. Sudut Pandang Mengenai Pengangkatan Anak ........................ 55

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 62

B. Saran-saran ............................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66

Lampiran-Lampiran

1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing

2. Surat Permohonan Data/Wawancara Hakim Pengadilan Agama Cibinong

3. Surat Keterangan Telah Penelitian di Desa Bantarjati

4. Transkrip Wawancara Responden

5. Foto-foto saat di tempat penelitian Desa Bantarjati

Page 11: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah manusia, nikah merupakan tuntunan para Nabi dan Rasul,

sebagaimana telah dicontohkan Nabi Adam dan Siti Hawa. Sunnah tersebut secara

turun-temurun terus diikuti dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga pada

Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Adapun hikmah diciptakan oleh

Tuhan segala jenis alam atau makhluk itu berpasang-pasangan yang berlainan

bentuk dan sifat, adalah agar masing-masing jenis saling butuh membutuhkan,

saling memerlukan, sehingga dapat berkembang selanjutnya.1 Dalam suatu hadis

diterangkan salah satu tujuan pernikahan yang telah diriwayatkan oleh Ibnu

Habban, yang menganjurkan kaum laki-laki untuk menikahi perempuan-

perempuan yang dicintai dan yang subur karena perempuan yang subur akan

menghasilkan keturunan.2

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Allah Swt., bahkan anak

dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan

harta benda lainnya. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah

masa depan, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan

1 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta: Ilmu Jaya, 1994, Cet

ke-3), h. 3.

2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antar Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007, Cet 2), h. 44.

Page 12: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

2

dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Anak merupakan buah hati dan

belahan jiwa. Banyak hidup rumah tangga kandas karena tidak mendapat karunia

anak.3

Alasan pasangan suami istri yang mengangkat anak terutama karena

mereka tidak mempunyai anak atau merasa bahwa itu salah satu jalan untuk

membantu anak-anak yang terlantar dan ada pula yang berpendapat bahwa untuk

kelanjutan hidupnya ia memerlukan tangan yang mengulurkan bantuan. Sebab

lain seseorang mengangkat anak karena akan membantunya di waktu tua atau

sakit atau ia ingin berjasa di bidang sosial.4 Pengangkatan anak dititikberatkan

pada kesadaran solidaritas sosial, dalam arti sikap kerelaan dan ketulusan

seseorang untuk mengambil alih tanggung jawab pemeliharaan anak karena orang

tua kandungnya dalam keadaan tidak atau kurang mampu untuk membesarkan dan

mendidiknya dengan tujuan mendapatkan anak karena belum atau tidak dikaruniai

seorang anak. Menurut pasal 1 angka (9) UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak:

“Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak

tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan

putusan atau penetapan pengadilan.”

3 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003, Cet ke-4), h.25.

4 Fuad Mohd. Fachruddin, Masalah Anak dalam Hukum Islam Anak Kandung, Anak Tiri,

Anak Angkat dan Anak Zina, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, ), h. 54.

Page 13: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

3

Kompilasi Hukum Islam sebagai pedoman hukum materiil peradilan

agama memberikan pengertian anak angkat dalam Pasal 171 huruf (h) bahwa anak

angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari,

biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal

kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 39 ayat (1) menyebut

bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik

bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 ayat (2) dan (10) PP No.54

Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak menyatakan bahwa orang

tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usulnya

dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak yang

bersangkutan.

Ketentuan pasal tersebut secara implisit menegaskan bahwa terjadinya

pengangkatan anak berakibat pada beralihnya tanggung jawab dari orang tua asal

kepada orang tua angkatnya dalam hal pemeliharaan untuk hidup sehari-hari,

biaya pendidikan dan sebagainya, sedangkan hubungan nasab, wali nikah bagi

anak angkat perempuan, dan hak saling mewarisi dengan orang tua kandungnya

tidak terputus.5 Kemudian mengenai asal-usul anak juga harus diberitahukan

kepada anak angkat tersebut dengan memperhatikan kesiapan anak.

Pengangkatan anak harus dilakukan dengan proses hukum melalui

penetapan pengadilan. Jika hukum berfungsi sebagai penjaga ketertiban dan

5 Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta: Kencana,

2008, Cet 1), h. 21.

Page 14: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

4

sebagai rekayasa sosial, maka pengangkatan anak yang harus dilakukan melalui

penetapan pengadilan tersebut merupakan kemajuan ke arah penertiban praktik

hukum pengangkatan anak yang hidup di tengah masyarakat, agar peristiwa

pengangkatan anak itu di kemudian hari memiliki kepastian hukum baik bagi anak

angkat maupun bagi orang tua angkat.6

Tatacara memelihara atau mengasuh anak saudara dekat atau jauh atau

anak orang lain, biasanya dari orang tua yang tidak mampu, sudah sering

dilakukan di Indonesia yang salah satunya juga dipraktikan di Desa Bantarjati.

Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal mempercayai mitos bahwa bila tidak

mempunyai anak kandung, salah satu cara agar dapat mempunyai anak yaitu

dengan mengangkat anak. Dengan kurang makmurnya masyarakat di sana, banyak

juga keluarga yang kurang mampu akhirnya menelantarkan anaknya. Maka,

diambillah jalan melakukan pengangkatan anak tersebut untuk kebaikan anak. Ini

dilakukan selain karena untuk membantu juga atas dasar pasangan suami istri

tersebut belum atau tidak dikaruniai seorang anak. Persetujuan pengangkatan anak

di sini atas dasar saling menolong dan ketersediaan kedua belah pihak antara

orang tua asal dan orang tua angkat, maka atas dasar tersebut pemeliharaan anak

diberikan kepada orang tua angkat tanpa adanya penetapan dari pengadilan.

Pengangkatan anak yang memenuhi tujuan ini akhirnya terdengar pada

orang lain, anak yang diangkat menjadi terlindungi dan orang tua angkat juga

mendapatkan anak. Maka tersebar mitos tersebut kemudian terjadi beberapa kasus

pengangkatan anak serupa dan masyarakat beranggapan proses mengangkat anak

6 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2008), h. 5.

Page 15: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

5

hanya dengan cara mudah. Karena memiliki tatacara yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, maka pengangkatan anak tersebut akan

mempunyai dampak hukum dalam administrasi kependudukan dan dalam status

nasabnya yang mungkin akan terputus dengan orang tua asalnya. Orang tua

angkat pun cenderung tidak memberitahukan anak menenai asal-usul anak

tersebut dan lebih memilih menyembunyikan kebenaran mengenai orang tua

kandungnya.

Berawal dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

lebih jauh persoalan pengangkatan anak yang dilakukan masyarakat Desa

Bantarjati dan menuangkannya pada skripsi dengan mengangkat judul “Praktik

Pengangkatan Anak Tanpa Penetapan Pengadilan dan Dampak Hukumnya

(Studi Kasus Desa Bantarjati, Klapanunggal, Bogor).”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pembahasannya mengenai pengangkatan

tanpa melalui proses persidangan di pengadilan, baik Pengadilan Agama

maupun Pengadilan Negeri yang wilayah penelitiannya dibatasi di desa

Bantarjati.

2. Perumusan Masalah

Menurut Pasal 1 angka 9 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak, pengangkatan anak harus ditetapkan oleh Pengadilan untuk kemudian

diizinkan mengangkat anak. Meskipun peraturan mengenai pengangkatan anak

telah jelas diatur seperti yang sudah dijelaskan diatas, tetapi pada kenyataannya

Page 16: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

6

sebagian dari masyarakat Desa Bantarjati yang melakukan pengangkatan anak

tidak dengan penetapan dari pengadilan dan hal itu akan menimbulkan dampak

hukum.

Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

1. Faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat di Desa Bantarjati

mengangkat anak tanpa penetapan dari pengadilan?

2. Apa dampak hukum dari pengangkatan anak tanpa penetapan pengadilan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor penyebab dari pengangkatan anak di Desa

Bantarjati tanpa proses penetapan dari pengadilan.

b. Untuk mengetahui dampak hukum dari pengangkatan anak tanpa

penetapan pengadilan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dikualifikasi menjadi dua manfaat yakni

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dijabarkan

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1) Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor yang

menyebabkan manyarakat mengangkat anak tanpa penetapan

pengadilan.

Page 17: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

7

2) Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat

pentingnya pengangkatan anak melalui proses penetapan di

pengadilan.

3) Mengetahui dampak hukum dari pengangkatan anak tanpa

penetapan dari pengadilan.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai wujud kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya pada bidang hukum keluarga dan ilmu

perundang-undangan di Indonesia.

2) Memberikan satu karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas

akademika Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Sebagai tambahan acuan bagi masyarakat untuk melakukan

praktik pengangkatan anak yang sesuai dengan hukum Islam

maupun hukum positif di Indonesia.

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan dalam menyusun skripsi

ini, maka penulis menggunakan beberapa langkah antara lain :

1. Jenis Penelitian

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

(deskriptif) yaitu data yang didapatkan dari buku, literatur-literatur yang

mempunyai relevansi dalam penelitian ini dan data lapangan tempat

penelitian.

Page 18: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

8

2. Sumber Data

a. Data Primer : Data yang didapat dari hasil wawancara dengan

masyarakat yang mengangkat anak tanpa melalui proses penetapan

dari pengadilan baik Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara secara acak pada

contoh responden yang mengalami kasus pengangkatan anak seperti

tersebut di atas. Pokok-pokok masalah sebagai pedoman wawancara.

Pokok-pokok tersebut guna menghindari terjadinya penyimpangan dari

permasalahan penelitian yang diangkat dan kevakuman selama

wawancara.

b. Data Sekunder : Data yang memberikan bahan tidak langsung atau

data yang didapat selain dari data primer. Data ini dikumpulkan

melalui penelusuran buku, makalah tulis baik dari surat kabar, internet,

literatur-literatur yang mempunyai relevansi dalam penelitian ini dan

data lapangan tempat penelitian, ataupun data lain yang berkumpul dan

yang mempunyai hubungan dengan tema ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data akurat saat penelitian, penulis

menggunakan beberapa teknik, yaitu :

a. Wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi yang jelas dan akurat yang berkaitan dengan hal

yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan tanya

jawab langsung dengan masyarakat setempat dan kelurahan, serta

Page 19: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

9

tanya jawab juga dilakukan dengan lembaga pemerintahan di bidang

hukum yaitu pengadilan setempat.

b. Dokumentasi, yaitu dengan cara melihat dokumen dan arsip yang ada

di lembaga pemerintah atau swasta setempat yang dijadikan objek

penelitian serta data-data yang diperoleh dari literatur dan referensi

yang berhubungan dan berkenaan dengan judul skripsi ini.

c. Observasi, adalah kegiatan yang diarahkan untuk memperhatikan

sesuatu secara akurat, seta mencatat fenomena atau kejadian yang

muncul saat pengamatan serta mempertimbangkan hubungan aspek

dalam fenomena tersebut. Observasi dilakukan penelitian apabila

dalam penelitian nanti sedang terjadi kegiatan yang menjadi objek

utama bagi penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Dalam menyusun skripsi ini menggunakan teknik menganalisis dan

mengambil kesimpulan dari data-data yang ada.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

E. Review Studi Terdahulu

No. IDENTITAS SUBSTANSI PERBEDAAN

1. M. Haris Barkah Mengenai batasan atas Mengenai pengangkatan

Page 20: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

10

(105044101372)

Konsentrasi Ahwal

Al-Syakhshiyyah

Fakultas Syariah dan

hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010 dengan

judul “Kewenangan

Peradilan Agama

dalam Penetapan

Pengangkatan Anak

(Studi Krisis Terhadap

Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006

Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989

Tentang Peradilan

Agama dan Undang-

Undang Nomor 12

Tahun 2006 Tentang

Kewarganegraan

Republik Indonesia).”

kewenangan

Pengadilan Agama

dalam bidang

penetapan

pengangkatan Anak

yang bukan hanya

berada dalam lingkup

kesamaan agama Islam

dan mengenai

pengangkatan anak

yang melibatkan antar

Negara maka perkara

tersebut tidak lagi

menjadi kewenangan

Pengadilan Agama

melainkan Pengadilan

Negeri, walaupun yang

menjadi anak angkat

ataupun orang tua

angkat sama-sama

beragama Islam.

anak yang dilakukan

oleh masyarakat di Desa

Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal, Bogor

tanpa proses persidangan

yang menghasilkan

penetapan izin

mengangkat anak yang

tidak sesuai dengan

perundang-undangan

baik Pengadilan Agama

ataupun Pengadilan

Negeri.

Page 21: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

11

2. Usman

(108044100044)

Konsentrasi Peradilan

Agama Program Studi

Hukum Keluarga UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012

Judul skripsi:

“Problem Sengketa

Kewenangan

Penetapan

Pengangkatan Anak

(Analisa Kasus Kajian

Putusan Pengadilan

Agama Jakarta Pusat

dan Pengadilan

Negeri Kediri).”

Menganalisa mengenai

penetapan

pengangkatan anak

berdasarkan hukum

Islam oleh Peradilan

Agama dan mengenai

akibat hukum

penetapan anak dalam

lingkup Pengadilan

Agama dan Pengadilan

Negeri.

Menganalisa mengenai

pengangkatan anak yang

dilakukan masyarakat

tanpa proses persidangan

yang menghasilkan

penetapan izin

mengangkat anak yang

tidak sesuai dengan

perundang-undangan

dan menganalisa akibat

hukum dari

pengangkatan anak

tersebut.

3. Eka Dita Martiana

(1110044100032)

Konsentrasi Peradilan

Agama Program Studi

Hukum Keluarga

Islam Fakultas Syariah

Mengenai bentuk

kewenangan

Pengadilan Negeri

dalam perkara

pengangkatan anak

pasca lahirnya UU No.

Mengenai praktik

pengangkatan anak yang

dilakukan masyarakat

Desa Bantarjati, Bogor

dengan tatacara yang

tanpa melalui proses

Page 22: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

12

dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2014

Judul skripsi:

“Pengangkatan Anak

Bagi Warga Muslim di

Pengadilan Negeri

Pasca Undang-

Undang Nomor 3

Tahun 2006.”

3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan atas UU No.

7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama dan

dampak hukum

pengangkatan anak

bagi warga muslim di

Pengadilan Negeri

khususnya Pengadilan

Negeri Wonosobo.

penetapan dari

Pengadilan Agama atau

Pengadilan Negeri dan

dampak hukum

pengangkatan anaknya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka

dijadikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut :

Pada Bab Pertama, menjelaskan mengenai pendahuluan yang memuat latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penelitian.

Pada Bab Kedua, menjelaskan mengenai pengertian pengangkatan anak; secara

estimologis, terminologis dan menurut peraturan perundang-undangan RI.

Pengangkatan anak dalam Islam; syarat-syarat pengangkatan anak, tujuan

pengangkatan anak dan hukum pengangkatan anak. Pengangkatan anak dalam

hukum positif; prosedur permohonan dan persyaratan pengangkatan anak antar-

warga negara Indonesia dan prosedur permohonan dan persyaratan pengangkatan

Page 23: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

13

anak warga negara asing kepada warga negara Indonesia. Pengangkatan anak

dalam hukum adat.

Pada Bab Ketiga, menjelaskan mengenai sejarah singkat Desa Bantarjati, letak

geografis, kondisi perekonomian; struktur penduduk dan sarana prasarana, dan

kondisi kebudayaan di Desa Bantarjati.

Pada Bab Keempat, menjelaskan mengenai praktik pengangkatan anak di

masyarakat Desa Bantarjati; prosedur pengangkatan anak, alasan dan faktor

pengangkatan anak, urgensi pengangkatan anak dan pengetahuan masyarakat

tentang aspek yuridis pengangkatan anak. Akibat hukum pengangkatan anak di

masyarakat Desa Bantarjati tanpa penetapan pengadilan dan analisis penulis.

Pada Bab kelima, menjelaskan mengenai inti kajian penelitian penulis mengenai

kesimpulan dan saran-saran.

Page 24: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

14

BAB II

PENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ADAT

A. Pengertian Pengangkatan Anak

1. Secara Etimologis

Istilah pengangkatan anak berkembang di Indonesia sebagai

terjemahan dari bahasa Inggris adoption, yang berarti mengangkat anak

orang lain untuk dijadikan sebagai anak sendiri dan mempunyai hak yang

sama dengan anak kandung.1 Pada masyarakat Arab pengangkatan anak

dikenal dengan istilah التبنى yang berarti mengambil anak.2 Istilah anak

angkat adalah anak orang lain yang diambil (dipelihara) serta disahkan

secara hukum sebagai anak sendiri.3 Maksud dari pengangkatan anak di

sini adalah mengangkat anak untuk dijadikan anak kandung sendiri secara

hukum di hadapan masyarakat.

2. Secara Terminologis

Definisi yang diberikan oleh ahli hukum dalam mengartikan adopsi

atau pengangkatan anak, di antaranya ialah :

1 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam ,h. 19.

2 Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 95.

3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi Keempat (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 11.

Page 25: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

15

a. Supomo menyebutkan di seluruh wilayah hukum (Jawa Barat)

bilamana dikatakan mupu, mulung atau mungut anak yang dimaksud

ialah mengangkat anak orang lain sebagai anak sendiri.4

b. Surojo Wignjodipuro yaitu adopsi atau pengangkatan anak adalah

suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke dalam keluarga

sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak

dan anak yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang

sama, seperti yang ada antara orang tua dengan anak kandung sendiri.5

c. Bushar Muhammad memaparkan adopsi, ambil anak, angkat anak

adalah suatu perbuatan hukum dalam hukum adat, di mana seseorang

diangkat atau didudukkan dan diterima dalam suatu posisi baik

biologis maupun sosial yang semula tidak ada padanya.6

d. Mahmud Syaltut, Ia mengemukakan setidaknya ada dua pengertian

pengangkatan anak. Pertama, mengambil anak orang lain untuk diasuh

dan dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang tanpa diberikan

status anak kandung kepadanya. Kedua, mengambil anak orang lain

sebagai anak sendiri dan ia diberi status sebagai anak kandung,

sehingga ia berhak memakai nama keturunan (nasab) orang tua

4 B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat Hukumnya di

Kemudian Hari, (Jakarta: Rajawali 1983), h. 39.

5 Surojo Wignjodipoero, Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung,

1982), h. 118.

6 Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1985), h.

33.

Page 26: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

16

angkatnya dan saling mewarisi harta peninggalan, serta hak-hak lain

sebagai akibat hukum antara anak angkat dan orang tua angkatnya.7

Adopsi tidak sama dengan anak angkat yang dalam istilah agama

Islam dinamakan dengan Tabanni, namun bukan pengertian yang berlaku

pada masa Jahiliyah yang ketika itu perbuatan mengambil anak orang lain

untuk diberi status sebagai anak kandung dengan menasabkan kepada

dirinya serta memberlakukan konsekuensi hukum layaknya anak kandung,

seperti hak untuk saling waris-mewarisi. Namun pengertian yang

sebenarnya dalam maksud agama Islam adalah perbuatan seseorang yang

mengambil anak orang lain, diperlakukan, diasuh, dididik dengan penuh

perhatian dan kasih sayang, tanpa memberi status anak kandung kepada

anak tersebut.

Perbedaan antara adopsi dengan pengangkatan anak terletak pada

prinsip hukum, adposi yang dikenal di Negara Indonesia merupakan revisi

dari sistem Eropa di mana berakibat terputusnya hubungan dan hak-hak

anak angkat dengan orang tua kandungnya. Sedangkan anak angkat versi

Islam mencegah putusnya hubungan tersebut, tidak menyebabkan

timbulnya hak dan saling mewarisi dan lain-lain.

3. Menurut Perundang-Undangan RI

a. Yang dimaksud dengan anak angkat berdasarkan Pasal 1 angka (9)

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan

7 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam ,h. 21.

Page 27: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

17

keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung

jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke

dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan

atau penetapan pengadilan.

b. Pengertian pengangkatan anak berdasarkan Undang-Undang RI No. 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Pasal 47 ayat (1)

memberikan pengertian bahwa yang dimaksud pengangkatan anak

adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan

kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan

anak tersebut kepada lingkungan keluarga orang tua angkatnya

berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.8

c. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 171 huruf (h) dinyatakan bahwa

anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya

sehari-hari, biaya pendidikan, dan sebagainya beralih tanggung

jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan

keputusan pengadilan.9

B. Pengangkatan Anak dalam Islam

1. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak

Dalam hal pengangkatan anak, kita harus mengetahui apa saja yang

boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang tua angkat. Untuk menghindari

8 Musthofa SY, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), Cet. 1, h. 17.

9 Musthofa SY, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, h. 21.

Page 28: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

18

hal-hal yang tidak diinginkan maka ada syarat-syarat pengangkatan anak

yang sesuai dengan hukum Islam adalah sebagai berikut:10

a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan

orang tua kandung dan keluarganya.

b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua

angkat, melainkan tetap sebagai ahi waris dari orang tua kandungnya,

demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris

dari anak angkatnya.

c. Hubungan kehartabendaan antara anak angkat dengan orang tua

angkatnya hanya diperbolehkan dalam hubungan wasiat dan hibah.

d. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya

secara langsung kecuali sekadar sebagai tanda pengenal atau alamat.

e. Orang tua angkat tidak dapat berhak sebagai wali dalam perkawinan

terhadap anak angkatnya.

f. Antara anak yang diangkat dengan orang tua angkat seharusnya sama-

sama orang yang beragama Islam agar si anak tetap pada agama yang

dianutnya.

Sedangkan Yusuf Qardhawi berpendapat bahwasanya adopsi dapat

dibenarkan apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mempunyai

keluarga, lalu ia bermaksud untuk memelihara anak tersebut dengan

memberikannya perlindungan, pendidikan, kasih sayang, mencukupi

kebutuhan sandang dan pangan layaknya anak kandung sendiri. Adapun

10

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjuan Tiga Sistem hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002),

h. 54.

Page 29: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

19

dalam hal nasab, anak tersebut nasabnya tetap pada ayah kandungnya

karena antara anak angkat dengan orang tua angkat tetap tidak ada sama

sekali hubungan nasab yang dapat mempunyai hak seperti anak kandung.11

2. Tujuan Pengangkatan Anak

Seseorang dalam mengangkat anak pasti memiliki tujuan yang

ingin dicapai karena pada dasarnya banyak faktor yang mendukung

seseorang melakukan pengangkatan anak, namum lazimnya latar belakang

pengangkatan anak dilakukan oleh orang yang tidak diberikan keturunan.

Pengangkatan anak dilakukan guna memenuhi keinginan manusia untuk

menyalurkan kasih sayangnya kepada anak yang dirasakan akan

merupakan kelanjutan hidupnya.12

Pengangkatan anak dikalangan

masyarakat Indonesia mempunyai tujuan dan motivasi diantaranya:

a. Untuk meneruskan keturunan, bilamana di dalam suatu perkawinan

tidak memperoleh keturunan.

b. Sebagai pancingan (di Jawa) yakni dengan mengangkat anak, keluarga

yang mengadopsi akan dikaruniai anak kandung sendiri.13

Atau dengan

mengangkat anak akan mungkin ketularan mendapat anak kandung.14

11

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surakarta: Era Intermedia, 2005), h.

319.

12

Ahmad Azhar Basyir, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Islam, (Bandung: PT

Al-Ma’arif, 1972), h. 19.

13

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975,

(Jakarta: Erlangga, 2011), h. 333.

14

Sudharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga: Prespektif Hukum Perdata Barat (BW),

Hukum Islam, dan Hukum Adat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 172.

Page 30: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

20

c. Menambah jumlah keluarga, dengan maksud agar si anak angkat

mendapat pendidikan yang baik, sebagai misi kemanusiaan dan

pengamalan ajaran agama.15

d. Pengangkatan anak ini dilakukan guna memenuhi insting manusia

yang berkehendak menyalurkan kasih sayangnya kepada anak yang

dirasakan akan merupakan kelanjutan hidupnya.

e. Untuk mensejahterakan anak dan melindunginya dari kekerasan dan

diskriminasi serta memberikan kehidupan yang layak bagi seorang

anak dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, tanpa

menjadikannya sebagai anak kandung sendiri diperbolehkan dalam

Islam. Alasan-alasan orang melakukan pengangkatan anak adalah

bermacam-macam, tetapi terutama yang terpenting adalah: rasa belas

kasihan terhadap anak terlantar atau anak yang orang tuanya tidak

mampu memeliharanya. Tidak mempunyai anak dan ingin mempunyai

anak untuk menjaga dan memeliharanya di hari tua. Untuk

mempertahankan ikatan perkawinan/kebahagiaan keluarga.16

3. Hukum Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak sudah dikenal dan berkembang pada zaman

jahiliyah, yaitu zaman sebelum kerasulan Nabi Muhammad saw. Pada

zaman tersebut apabila seseorang mengangkat anak, maka otomatis

nasabnya disambungkan kepada ayah angkatnya, dan nasab kepada orang

15

B. Sebastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat serta Akibat-Akibat

Hukumnya di Kemudian Hari, h. 71.

16

Djaja S, Meliala, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, (Bandung: Tarsito, 1982),

h. 3.

Page 31: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

21

tuanya terputus. Bahkan pada masa itu anak angkat mendapatkan hak

waris layaknya anak kandung dan segala urusan yang seharusnya menjadi

kewajiban ayah kandung teralihkan kepada ayah angkatnya.

Berbeda dengan pengangkatan anak menurut hukum Islam. Seperti

yang telah disebutkan dalam syarat-syarat pengangkatan anak dalam Islam,

dikemukakan bahwa pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan

darah antara anak dengan orang tua kandung dan anak angkat tidak

berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat, tetapi ahli waris

dari orang tua kandung. Demikian juga sebaliknya, orang tua angkat tidak

menjadi ahli waris dari anak angkat. Anak angkat tidak diperkenankan

memakai nama orang tua angkatnya secara langsung dan juga orang tua

kandung tidak bertindak sebagai wali dalam perkawinan anak angkatnya.17

Pengangkatan anak dalam Islam yang tertulis dalam surat Al-

Ahzab ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam

rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu

sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai

anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan

dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia

menujukkan jalan (yang benar).”

17

Muderis zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Tiga Sistem Hukum, h. 54.

Page 32: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

22

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama

bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu

tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai)

saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak adak dosa

atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)

apa yang sengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.”

Kedua ayat di atas, jumhur ulama menyatakan bahwa hubungan

antara ayah atau ibu angkat dan anak angkatnya tidak lebih dari sekadar

hubungan kasih sayang. Hubungan antara ayah atau ibu dan anak

angkatnya tidak memberikan akibat hukum yang berkaitan dengan warisan,

nasab dan tidak saling mengharamkan perkawinan. Apabila ayah atau ibu

angkat meninggal dunia, anak angkat tidak termasuk sebagai ahli waris

yang berhak menerima warisan.

Anak angkat tidak bisa memakai nasab ayah atau ibu angkatnya.

Kasus Zaid bin Haritsah yang dinasabkan para sahabat kepada Rasulullah

dengan panggilan Zaid bin Muhammad dan telah dianggap para sahabat

sebagai anak angkat Nabi Muhammad saw. dibantah sehingga Zaid tetap

dinasabkan kepada ayahnya, Haritsah. Bahkan untuk membantah

anggapan status anak angkat sama dengan anak kandung, Allah Swt.

Page 33: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

23

memerintahkan Rasulullah saw. mengawini Zainab binti Jahsy mantan istri

Zaid bin Haritsah.18

Pernyataan Allah Swt. terdapat dalam surat Al-Ahzab

ayat 37:

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah

melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat

kepadanya: “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”,

sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan

menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia sedang Allah-lah yang

lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri

keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu

dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk

(mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak

angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya dan

adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.”

Berdasarkan suat Al-Ahzab di atas dapat diketahui bahwa

pengangkatan anak dalam Islam bertujuan untuk memelihara anak dan

mensejahterakannya. Dalam kasus Zaid bih Haritsah, Nabi saw.

memeliharanya sekaligus membebaskannya dari perbudakan dan

menjadikannya hidup layak sebagaimana manusia merdeka. Sedangkan

tujuan lainnya adalah ingin menolong sesama manusia. Dengan tidak

diperbolehkan menisbatkan anak dalam Islam bertujuan untuk memelihara

18

Nasroen Haroen, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Vn Hoeve, 2005), h. 84.

Page 34: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

24

dan melestarikan keutuhan keluarga dan menjaga asal-usul seseorang serta

dapat memperkuat tali persaudaraan dengan orang tua yang diangkat.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209 ayat (2) mengatur

masalah pewarisan, anak angkat hanya berhak menerima wasiat yang ada

kaitannya dengan harta peninggalan orang tua angkatnya, bunyi pasalnya

sebagai berikut:19

“Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.”

Dengan demikian jelas bahwa anak angkat hanya dalam hal

pemeliharaan dan pendidikan saja yang beralih dari orang tua kandung

kepada orang tua angkat. Akan tetapi untuk masalah perwalian dalam

pernikahan dan masalah waris, anak angkat tetap berhubungan dengan

orang tua kandung. Tetapi apabila orang tua angkatnya ingin memberikan

warisan kepada anak angkat tersebut, maka yang dapat dilakukan orang

tua angkat adalah dengan hibah atau wasiat yang ditulis dan diucapkan

oleh orang tua angkatnya semasa hidupnya.20

Tidak dikenal yang namanya

perpindahan nasab dari ayah kandung ke ayah angkat, ia tetap bukan

mahram dari orang tua angkatnya, sehingga anak tidak ada larangan kawin

juga tidak saling mewarisi. Apabila pengangkatan anak diiringi dengan

perpindahan nasab anak dari ayah kandung ke ayah angkatnya

konsekuensinya antara dirinya dengan ayah angkatnya ada larangan kawin

19

Roihan A. Rasyid, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

NaionaI,(Jkarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 82.

20

Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

h. 102.

Page 35: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

25

sehingga apabila anak tersebut ingin menikah maka yang menjadi wali

nikahnya adalah orang tua angkatnya.21

C. Pengangkatan Anak dalam Hukum Positif

1. Prosedur Permohonan dan Persyaratan Pengangkatan Anak Antar-Warga

Negara Indonesia (WNI)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak disebutkan mengenai

prosedur pengangkatan anak antar WNI yang dalam Pasal 19 menyebutkan

bahwa:

“Pengangkatan anak secara adat kebiasaan dilakukan sesuai dengan tata

cara yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan.”22

Dalam SEMA No. 6 Tahun 1983 Tentang Penyempurnaan SEMA

No. 2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan Anak, ada beberapa tahap dan

persyaratan pengangkatan anak antar warga Negara Indonesia. Prosedur

pengangkatn anak antar warga Negara Indonesia yang tahap dan

persyaratannya sebagai berikut:23

a. Syarat dan Bentuk Surat Permohonan

1) Sifat surat permohonan bersifat voluntair.

21

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam jilid 1 (Jakarta: Ichtiar varu Van

Hoeve), 1997, h. 29.

22

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan HAM RI,

Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, h. 8.

23

Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam, h. 210.

Page 36: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

26

2) Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila

ternyata telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan

undang-undangnya.

3) Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau

tertulis berdasarkan ketentuan hukum acara yang berlaku.

4) Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri, atau oleh kuasa hukumnya.

5) Surat permohonan pengangkatan anak diajukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama. Pemohon yang

beragama Islam yang bermaksud mengajukan permohonan

pengangkatan anak berdasarkan Hukum Islam, maka

permohonannya diajukan kepada Pengadilan Agama yang

mewilayahi tempat tinggal pemohon.

b. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak

1) Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak harus secara

jelas diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan

permohonan pengangkatan anak.

2) Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan

anak, terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau

kepentingan calon anak angkat, didukung dengan uraian yang

memberikan kesan bahwa calon orang tua angkat benar-benar

memiliki kemampuan dari berbagai aspek bagi masa depan anak

angkat menjadi lebih baik.

Page 37: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

27

3) Isi petitum permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal, yaitu

hanya memohon agar si anak ditetapkan sebagai anak angkat dari

pemohon, tanpa ditambahkan permintaan lain, seperti ditetapkan

sebagai ahli warisnya.

c. Syarat-Syarat Permohonan Pengangkatan Anak Antar WNI24

1) Syarat bagi calon orang tua angkat/pemohon, berlaku ketentuan

sebagai berikut:

a) Pengangkatan anak yang langsung dilakukan antar orang tua

kandung dengan orang tua angkat (private adoption)

diperbolehkan.

b) Pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang yang tidak

terkait dalam perkawinan sah/belum menikah diperbolehkan.25

c) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang

dianut oleh calon anak angkat.26

2) Syarat bagi calon anak angkat27

a) Belum berusia 18 (delapan belas) tahun.

b) Merupakan anak terlantar atau diterlantarkan.

c) Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan

anak.

24

Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam, h. 211.

25

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983.

26

Kumpulan Perundangan Perlindungan Hak Asasi Anak,(Yogyakarta: Pustaka Yustisia,

2006), h. 89.

27

Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 113.

Page 38: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

28

d) Memerlukan perlindungan khusus.

e) Dalam hal calon anak angkat berada dalam asuhan suatu

yayasan sosial harus dilampirkan surat izin tertulis Menteri

Sosial bahwa yayasan yang bersangkutan telah diizinkan

bergerak di bidang kegiatan anak.

f) Calon anak angkat yang berada dalam asuhan yayasan sosial,

maka harus punya izin tertulis dari Menteri Sosial atau pejabat

yang ditunjuk bahwa anak tersebut diizinkan untuk diserahkan

sebagai anak angkat.

2. Prosedur Permohonan dan Persyaratan Pengangkatan Anak Warga Negara

Asing kepada Warga Negara Indonesia28

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983 mengatur

syarat calon orang tua angkat bagi anak antar Negara:

a. Berstatus kawin dan berumur minimal 25 tahun atau maksimal 45

tahun.

b. Pada saat mengajukan permohonan sekurang-kurangnya sudah kawin 5

tahun dengan mengutamakan keadaan:

1) Tidak mungkin mempunyai anak (surat keterangan dokter

kebidanan, dokter ahli).

2) Belum mempunyai anak.

3) Mempunyai anak kandung seorang.

28

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983.

Page 39: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

29

4) Mempunyai anak angkat seorang dan tidak mempunyai anak

kandung.

5) Dalam keadaan mampu ekonomi berdasarkan surat keterangan

pejabat yang berwenang serendah-rendahnya lurah atau kepala

desa setempat.

6) Berkelakuan baik berdasarkan keterangan polisi RI.

7) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat

keterangan dokter pemerintah.

8) Mengajukan pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak semata-

mata untuk kepentingan kesejahteran anak.

Prosedur permohonan dan persyaratan pengangktan anak WNA

oleh orang tua angkat WNI (Intercountry Adoption) sebagai berikut:

a. Syarat dan Bentuk Surat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Surat permohonan bersifat voluntair.

2) Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila

ternyata telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan

undang-undangnya.

3) Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau

tertulis berdasarkan ketentuan hokum yang berlaku.

4) Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri atau oleh kuasa hukumnya.

5) Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama yang mewilayahi

Page 40: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

30

domisili anak WNA yang akan diangkat. Pemohon yang beragama

Islam yang bermaksud mengajukan permohonan pengangkatan

anak berdasarkan Hukum Islam, maka permohonannya diajukan

kepada Pengadilan Agama yang mewilyahi tempat tinggal anak

WNA yang akan diangkat.

b. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak harus secara

jelas diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan

permohonan pengangkatan anak.

2) Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan

anak terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau

kepentingan calon anak angkat WNA Hukum Perlindungan dan

Pengangkatan Anak di Indonesia yang bersangkutan, didukung

dengan uraian yang memberian kesan bahwa calon orang tua

angkat benar-benar memiliki kemampuan dari berbagai aspek bagi

masa depan anak angkat menjadi lebih baik.

3) Isi petitum permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal tanpa

ditambahkan permintaan lain.

c. Syarat-syarat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Syarat bagi calon orang tua angkat WNI/pemohon, berlaku

ketentuan sebagai berikut:

a) Pengangkatan anak WNA harus dilakukan melalui suatu

yayasan sosial yang memiliki izin dari Departemen Sosial

Page 41: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

31

bahwa yayasan tersebut telah diizinkan bergerak di bidang

kegiatan pengangkatan anak, sehingga pengangkatan anak

WNA yang berlangsung dilakukan antara orang tua angkat

WNI dengan orang tua kandungnya WNA (private adoption)

tidak diperbolehkan.

b) Pengangkatan anak WNA oleh seorang WNI yang tidak terikat

dalam perkawinan sah/belum menikah (single parent adoption)

tidak diperbolehkan.

c) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang

dianut oleh calon anak angkat.

2) Syarat bagi calon Anak Angkat WNA

a) Usia anak angkat harus mencapai 5 tahun.

b) Disertai penjelasan tertulis dari Menteri Sosial atau Pejabat

yang ditunjuk bahwa calon anak angkat WNA yang

bersangkutan diizinkan untuk diangkat sebagai anak angkat

oleh calon orang tua WNI yang bersangkutan.

D. Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat

Pengangkatan anak dalam hukum adat adalah adalah suatu perbuatan

hukum dalam konteks hukum adat kekeluargaan (keturunan). Maksudnya anak

angkat tersebut dalam hal biologis maupun sosial kedudukannya disamakan

dengan anak kandung, misalkan dalam hal waris adat.29

Konsepsi

pengangkatan anak menurut hukum adat dikemukakan oleh Surojo

29

Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

h. 31.

Page 42: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

32

Wignjodipuro bahwa pengangkatan anak adalah suatu perbuatan mengambil

anak orang lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara

orang yang memunggut anak dan anak yang dipunggut itu timbul hubungan

kekeluargaan yang sama seperti yang ada antara orang tua dengan anak

kandungnya sendiri.30

Menurut Busar Muhammad dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Adat,

Prinsip hukum adat dalam suatu perbuatan hukum adat adalah terang dan

tunai.31

Terang ialah suatu prinsip legalitas yang berarti bahwa perbuatan

hukum itu dilakukan dihadapan dan diumumkan di depan orang banyak,

dengan resmi secara formal, dan telah dianggap semua orang mengetahuinya.

Sedangkan kata tunai berarti perbuatan itu akan selesai seketika pada saat itu

juga, tidak mungkin ditarik kembali.

Ada berbagai macam tata cara pengangkatan anak atau adopsi yang

ada di berbagai daerah. Adopsi adakalanya dilakukan secara tertulis dan

adapula yang tidak, sesuai dengan permintaan keluarga, asalkan semua itu

diumumkan kepada masyarakat sekitar dan dilanjutkan dengan diadakannya

sedekahan. Pengangkatan anak di beberapa desa di Kecamatan Duduk

Kabupaten Gresik, tidak ada ketentuan khusus untuk mengangkat anak, dalam

pengertian tidak ada keharusan untuk mengadakan selamatan. Jadi begitu

30

Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat (Jakarta: Gunung Agung,

1982), H. 118.

31

Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, h. 29.

Page 43: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

33

mengangkat anak, orang tua angkat langsung melaporkan kepada Kepala Desa

dan selanjutnya ke Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri.32

Kemudian pengangkatan anak di desa Gunung Putri (Kabupaten

Bogor), di Kota Bandung, dan di Singanjati (Kabupaten Sumedang)

pengangkatan anak dilaksanakan dengan dihadiri oleh sanak saudara yang

tinggal dekat orang tua anak itu dan diundang untuk menyaksikan penyerahan

anak tersebut. Di kota Jatinegara dan Bandung dan juga di Desa Cimacan

(Kabupaten Cianjur) seorang yang mengangkat anak melaporkan

pengangkatan anak itu berturut-turut kepada kepala kampung dan lurah desa

di tempat tinggal anak itu tetapi laporan itu tidak dicatat.33

Hanya di beberapa tempat, penyerahan anak angkat kepada yang

mengangkatnya dilaksanakan dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang khusus

atau dengan pemberitahuan kepada pejabat desa yang bersangkutan atau surat

yang dibuat oleh pejabat itu. Tetapi di tempat-tempat itu terjadi pula

pengangkatan anak tanpa bentuk tertentu, dan tanpa pengumuman yang

khusus mengenai pengangkatan anak tersebut. Maka kesimpulannya, bahwa

menurut hukum adat Jawa Barat tidak ada syarat yang ditetapkan untuk

sahnya pengangkatan anak.34

R. Supomo menjelaskan perihal kedudukan dan akibat hukum

pengangkatan anak yang dilakukan menurut hukum adat, terutama yang

32

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, h. 47.

33

Soepomo, Hukum Perdata Adat Jawa Barat, (Jakarta: PT Djaya Pirusa, 1982) cet II, h.

24.

34

Soepomo, Hukum Perdata Adat Jawa Barat, h. 25.

Page 44: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

34

terjadi di beberapa daerah di Pulau Jawa dan Sunda. Dalam penjelasannya

dikatakan bahwa kedudukan anak angkat dalam hukum Islam berbeda dengan

kedudukan anak angkat yang dilakukan di daerah-daerah di mana sistem

keluarga berdasarkan keturunan dari pihak lelaki. Seperti di Bali misalnya, di

daerah ini perbuatan pengangkatan anak adalah perbuatan hukum yang

melepaskan anak angkat dari pertalian keluarga dengan orang tuanya sendiri

dengan memasukkan anak angkat tersebut ke dalam keluarga angkat bapak

angkatnya, sehingga anak itu berkedudukan sebagai anak kandung untuk

meneruskan keturunan bapak angkatnya.35

Praktik pengangkatan anak di Bali berbeda dengan praktik

pengangkatan anak di Jawa. Di Jawa, pengangkatan anak tidak memutuskan

hubungan pertalian darah dengan orang tua kandung anak angkat itu. Namun,

anak angkat didudukkan sebagai anak kandung untuk meneruskan keturunan

bapak angkatnya, dan sama sekali tidak memutuskan hak-haknya dengan

orang tua kandungnya sehingga hukum adat Jawa memberikan pepatah bagi

anak angkat dalam hal hak waris di kemudian hari dengan istilah “anak angkat

memperoleh warisan dari dua sumber air sumur”. Maksudnya anak angkat

tetap memperoleh harta warisan dari orang tua kandung, juga dari harta

warisan orang tua angkatnya.36

Muderis zaini. Meyakini bahwa sebetulnya banyak daerah-daerah di

Indonesia yang hukum adatnya menyatakan bahwa anak angkat bukanlah

35

Soepomo, Bab-bab Tentang Adat, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1976), h. 118.

36

Soepomo, Bab-bab Tentang Adat, h. 118.

Page 45: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

35

sebagai ahli waris.37

Seperti halnya di daerah Lahat (Palembang), Kabupaten

Batanghari, Kecamatan Bontomaranu Kabupaten Goa, daerah kepulauan

Tidore (Ambon), daerah Takengon Kabupaten Aceh Tengah, Kecamatan

Cikajang Kabupaten Garut, Kecamatan Sambas Kalimantan Barat, dan

beberapa daerah lainnya. Beberapa daerah tersebut secara umum menyatakan

bahwa anak angkat bukanlah ahli waris dari orang tua angkatnya, anak angkat

adalah ahli waris dari orang tuanya sendiri. Anak angkat memperoleh harta

warisan dari peninggalan orang tua angkatnya melalui hibah atau pemberian

atau wasiat dari yang ditulis sebelum orang tua angkatnya meninggal dunia.

Secara adat kebiasaan masyarakat yang mengakui adanya hukum adat

anak angkat, bagi mereka adalah suatu hal yang termasuk tidak etis dan akan

mendapatkan celaan dari masyarakat apabila anak angkat yang telah diketahui

masyarakat tersebut kemudian dibatalkan oleh anak atau keluarga orang tua

angkat kecuali anak angkat tersebut nyata-nyata telah melakukan suatu

penghianatan, pembunuhan, percobaan pembunuhan terhadap orang tua

angkatnya.38

37

Muderis Zaini, Adopsi Menurut Tinjauan Tiga Sistem hukum, h. 50.

38

Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

h. 46.

Page 46: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

36

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA BANTARJATI

A. Letak Geografis

Desa Bantarjati berada di ketinggian 200 meter dari permukaan laut

dengan luas wilayah 367 ha. Terdiri dari tiga dusun dengan lima rukun warga

(RW) dan 16 rukun tetangga (RT). Desa Bantarjati memiliki batas wilayah

administrative sebagai berikut:1

1. Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Putri

2. Sebelah Timur : Desa Nambo

3. Sebelah Selatan : Desa Lulut

4. Sebelah Barat : Kecamatan Citeureup

B. Kondisi Ekonomi

Dilihat dari bidang kependudukan yang meliputi jumlah penduduk,

usia penduduk, tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian, penulis telah

sajikan dalam tabel-tabel berikut:

a. Perkembangan Rumah Tangga (KK)

No Lokasi Jumlah KK

Tahun 2008

Jumlah KK

Tahun 2009

Jumlah KK

Tahun 2010

1 RW. 01, Kp. nambo 376 - -

2 RW. 02, Kp. Nambo 473 - -

3 RW. 03, Kp.

Bantarkopo

393 - -

1 Data Kelurahan.

Page 47: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

37

4 RW. 04, Kp.

Bantarkopo

451 - -

5 RW. 05, Kp

Pasirtangkil

377 - -

Jumlah 2.070 2.067 2.141

b. Jumlah Penduduk

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 3.656 51,43

2 Perempuan 3.453 48,57

Jumlah 7.109 100

c. Usia Penduduk

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 0-4 573 8,06

2 5-9 1.355 19,06

3 10-14 1.347 18,95

4 15-19 380 5,35

5 20-24 351 4,94

6 25-29 338 4,76

7 30-34 425 5,98

8 35-39 402 5,66

9 40-44 350 4,92

10 45-49 339 4,77

Page 48: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

38

11 50-54 415 5,84

12 55> 755 10,62

Jumlah 7.109 100

d. Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Pensentase (%)

1 Belum sekolah 661 9,30

2 Tidak Tamat SD 543 7,64

3 SD 3.988 56,10

4 SLTP 1.066 15

5 SLTA 792 11,14

6 Akademi/D1/D2/D3 17 0,24

7 Universitas S1/S2/S3 42 0,59

Jumlah 7.109 100

e. Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Ket.

1 PNS 17

2 Guru 63

3 Buruh Pabrik 661

4 Karyawan 1.452

5 TNI/Polri 0

Page 49: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

39

6 Pensiunan 3

7 Petani 160

8 Buruh Tani 175

9 Buruh Bangunan 25

10 Pedagang 387

11 Sopir 255

12 Tukang Ojek 18

13 Pengrajin 3

14 Ustadz/Guru Ngaji 16

15 Paraji 3

16 Bidan 4

17 Dokter 0

18 Wartawan 2

19 Seniman 0

20 Pelajar/Mahasiswa 3.089

21 Penggali Pasir 33

22 Tidak Bekerja 661

23 Lain-lain 82

Jumlah 7.109

C. Kondisi Kebudayaan

Warisan budaya yang bernilai luhur dapat menjadi modal bagi

pembangunan. Dengan seni dan budaya dapat menarik perhatian lewat

Page 50: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

40

pariwisata dan mempertahankan adat nenek moyang. Tidak banyak seni dan

budaya yang masih tetap ada di Desa Bantarjati, beberapa kesenian hanya

sebagai penyalur hobi saja. Kesenian yang dapat ditemukan di Desa Bantarjati

yaitu degung, kosidah, marawis dan dangdut. Selain kesenian, budaya yang

masih dipertahankan masyarakat Desa Bantarjati yaitu budaya saling tolong

menolong, gotong royong dan keramah tamahan. Tradisi itu bisa terlihat dari

keseharian penduduknya yang suka menolong sesama, baik kerabat atau orang

lain.

Menurut pernyataan Lurah, kebudayaan masyarakat warisan leluhur

masih melekat sebagai contoh syukuran bumi saat panen, upacara tujuh

bulanan anak yang dikandung dengan memakai kain sarung yang harus tujuh

lalu bunga tujuh rupa, keluarga yang mengadakan hajatan masih ada yang

memakai sesaji yang ditaruh di pohon atau tempat lain. Kemudian

menyangkut pengangkatan anak ada kepercayaan mengangkatnya pada hari

baik agar anaknya sehat dan menjadi anak yang baik.2

D. Kondisi Sosial Keagamaan

Kondisi keagamaan pada sebagian keluarga miskin yang ada di Desa

Bantarjati dapat digolongkan sebagai kelompok yang mengaktualisasikan

nilai-nilai sosial keagamaan secara baik. Terbukti kehidupan mereka sehari-

hari rukun antar sesama. Sifat gotong royong sangat menonjol sekali, apabila

di antar mereka melaksanakan hajatan seperti resepsi pernikahan atau musibah

2 Wawancara dengan Lurah Desa Bantarjati 15 September 2015 pukul 12.42.

Page 51: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

41

kematian, selalu bahu-membahu membantu sesamanya.3 Untuk melaksanakan

ritual keagamaan seperti sholat lima waktu dan sholat Jum’at, sarana

peribadatan yang ada di Desa Bantarjati cukup tersedia dengan adanya mesjid

dan mushola yang dibangun sudah lama dengan dana dari hasil gotong royong

dan sumbangan warga masyarakat. Sementara sarana ibadah yang non-Islam

tidak ada sama sekali.

Dari segi kegiatan keagamaan yang cukup beragama di Desa Bantarjati,

berdasarkan pengamatan di lapangan kegiatan keagamaan yang sering diikuti

seperti pengajian, baik bersifat rutin maupun tidak, yaitu peringatan hari-hari

besar (PHBI) seperti Isra dan Mi’raj, Maulid Nabi, sepuluh Muharram dan

lainnya. Di antara kegiatan keagamaan yang diikuti yaitu pengajian Al-Qur’an

setiap hari yang diikuti oleh anak-anak pada madrasah dan TPA, pengajian

ibu-ibu seminggu tiga kali, pengajian bapak-bapak dan para remaja. Tetapi

sosial keagamaan yang cukup baik ini tidak sejalan dengan bartambahnya

pengetahuan keagamaan secara mendalam, pembahasan yang dikaji dalam

pengajian hanya bersifat umum seperti mengenai sholat, puasa, zakat dan

tidak membahas mengenai hal-hal yang lebih terperinci.

3 Hasil Observasi .

Page 52: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

42

BAB IV

Pengangkatan Anak pada Masyarakat Desa Bantarjati

A. Praktik Pengangkatan Anak di Masyarakat Desa Bantarjati

1. Tatacara Pengangkatan Anak

Perilaku manusia dalam kaitannya dengan hidup bermasyarakat,

tinjauannya lebih pada bagaimana hubungan individu dengan

kelompoknya, tinjuannya kepada sistem sosialnya. Ini berarti bahwa

“Perilaku manusia lebih dikaitkan dengan faktor kebiasaan, tradisi, dan

sistem nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.” (Bimo Walgito, 2007:

13) Perilaku dapat dilihat dari kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari.

Dalam hal ini dapat terlihat dalam setiap sikap dan tindakan dalam

menerima atau menolak sesuatu berdasarkan pada nilai yang diyakini

benar. Seperti halnya dengan anak angkat, mereka berperilaku terhadap

anak angkat berdasarkan dengan adanya suatu keyakinan akan suatu nilai

yang dianggap benar.

Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi

kehidupan keluarga sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia

secara bersih dan berkehormatan.1 Apabila ada keluarga yang khawatir

menghadapi kenyataan tidak mempunyai anak, maka berbagai usaha akan

dilakukan. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang mereka

lakukan adalah mengangkat anak.

1 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press,1999), h. 1.

Page 53: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

43

Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa pengangkatan anak

hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan

dilakukan berdasarkan hukum adat kebiasaan setempat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun pengertian anak

sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

tersebut, Pasal 1 angka (1) disebutkan, anak adalah seorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan.

Dari lima responden yang ada di Desa Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor dalam proses pengangkatan anak

dilakukan berdasarkan kesepakatan antara orang tua kandung dengan

orang tua angkat. Seperti penuturan hasil wawancara dengan ibu Umi yang

mengatakan sebelumnya ibu kandungnya tidak mau anaknya diadopsi

tetapi ibu Umi mengatakan akan mengizinkannya bertemu dengan

anaknya dan tidak melarangnya, itulah kesepakatannya.2

Sama juga

dengan pernyataan ibu Yoyoh yang menuturkan setelah ayahnya anak itu

meninggal maka ia semakin berniat mengadopsinya dan kemudian ia

meminta izin kepada keluarga terutama ibu dari anak yang akan ia angkat.3

Ada pula kesepakatan itu terjadi karena adanya penawaran dari orang tua

kandung kepada orang tua angkat, ini terjadi seperti yang diceritakan ibu

Amih bahwa dia telah menikah lama tetapi belum dikaruniai anak dan

kemudian ada yang menawarkan anaknya untuk ia adopsi karena tidak

2 Wawancara dengan ibu Umi 12 September 2015 pukul 10.58

3 Wawancara dengan ibu Yoyoh 12 September 2015 pukul 17.36

Page 54: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

44

mampu mengurus anak tersebut akibat sulitnya perekonomian, maka ibu

Amih mengambilnya.4 Begitu juga dengan ibu Sanih yang mengatakan,

bahwa tetangganya menawarkan anaknya untuk diangkat menjadi anak

oleh ibu Sanih saat usia kandungannya masih berumur tujuh bulan. Karena

ia belum mempunyai anak maka ia menjadikannya sebagai anak angkat

untuk mendapatkan anak kandung dan ankhirnya tidak lama dia pun punya

anak.5 Ibu Marwati juga bercerita hal yang hampir sama ada temannya

yang menawarkan bahwa ada orang yang sedang mencari orang tua nagkat

untuk anaknya, maka ia setuju untuk mengangkatnya karena tidak

mempunyai anak dan kemudian anak itu diantarkan ke rumahnya.6

Berdasarkan pernyataan responden diatas mengenai proses

pengangkatan anak kesemuanya berdasarkan kesepakatan antara kedua

keluarga dan tidak ada yang berdasarkan peraturan hukum nasional yang

melalui proses pengadilan. Mengenai hubungan antara anak angkat dengan

orang tua kandungnya di Desa Bantarjati berdasarkan wawancara dengan

responden adalah sebagai berikut :

Menurut penuturan ibu Umi bahwa anak angaktnya sudah tau dan

ngerti karena ibu kandungnya sering mengunjunginya,7 Ibu Yoyoh juga

bercerita hal yang hampir sama bahwa anak angkatnya tahu dan pertemuan

4 Wawancara dengan ibu Amih 12 September 2015 pukul 12.23.

5 Wawancara dengan ibu Sanih 12 September 2015 pukul 12.01.

6 Wawancara dengan ibu Marwati 12 September 2015 pukul 16.46.

7 Wawancara dengan ibu Umi 12 September 2015 pukul 10.58.

Page 55: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

45

antara anak dan orang tua kandung pun terjadwal dua minggu sekali.8

Berbeda dengan itu, ibu Marwati mengatakan bahwa tidak mengatakan

yang sebenarnya pada anak tersebut kalau ia adalah anak angkat dan

menyangkal bila sang anak bertanya tentang statusnya sebagai anak.9

Orang tua kandung dari anak angkat ibu Marwati pun tidak pernah datang

sama sekali untuk bertemu dengan sang anak karena berkata sudah ikhlas

saat memberinya. Sedangkan ibu Amih dan ibu Sanih belum mengatakan

kepada anaknya mengenai hal yang sebenarnya karena umurnya masih

balita dan belum mengerti tentang hal ini tetapi mereka berkata akan

mengatakannya suatu saat nanti.10

Berdasarkan pernyataan responden diatas mengenai hubungan

antara anak angkat dengan orang tua kandungnya, dari lima responden

yang ada terdapat dua anak angkat yang hubungan dengan orang tua

kandungnya masih terjalin sedangkan satu anak angkat yang hubungan

dengan orang tua kandungnya sengaja diputus dan dua anak lain belum

diberitahukan karena masih balita. Dan berdasarkan penuturan responden,

kesemuanya telah membuatkan akta kelahiran anak dengan status sebagai

anak kandung mereka.11

2. Alasan dan Faktor Pengangkatan Anak

8 Wawancara dengan ibu Yoyoh 12 September 2015 pukul 17.36.

9 Wawancara dengan ibu Marwati 12 September 2015 pukul 16.46.

10

Wawancara dengan ibu Amih dan ibu Sanih 12 September 2015.

11

Wawancara dengan responden 12 September 2015.

Page 56: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

46

Dalam rangka pelaksanaan perlindungan anak, sangat penting

melihat alasan/motivasi pengangkatan anak sehingga sangat perlu

diperhatikan, dan harus dipastikan dilakukan demi kepentingan yang

terbaik untuk anak. Motivasi merupakan suatu pengertian yang melingkupi

penggerak, alasan-alasan, dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat

sesuatu. Misalnya seseorang menjadi anggota perkumpulan maka

motivasinya antara lain ingin sesuatu yang baru bersama anggota

perkumpulannya tersebut.12

Dalam kaitannya dengan pengangkatan anak berarti dengan adanya

alasan-alasan atau motivasi atau dorongan yang melatarbelakangi

seseorang melakukan perbuatan hukum mengangkat anak. Apabila melihat

pada alasan/motivasi serta tujuan pengangkatan anak, maka akan banyak

sekali ragamnya. Akan tetapi menurut Djaja S. Meliala, alasan terutama

yang terpenting adalah:13

a. Rasa belas kasihan terhadap anak terlantar atau anak yang orang

tuanya tidak mampu memeliharanya.

b. Tidak mempunyai anak dan ingin mempunyai anak untuk menjaga dan

memeliharanya di hari tua.

c. Adanya kepercayaan bahwa dengan adanya anak di rumah maka akan

dapat mempunyai anak sendiri.

12 W.A. Gerungan Dipl., Psych, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, (Jakarta: Eresco, 1977,

Cet. V), h 142.

13

Djaja S.Meliala, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, (Bandung: Tarsito, 1982),

h. 3.

Page 57: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

47

d. Untuk mendapatkan teman bagi anaknya yang sudah ada.

e. Untuk menambah atau mendapatkan tenaga kerja.

f. Untuk mempertahankan ikatan perkawinan /kebahagiaan keluarga.

Di Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor,

terdapat lima keluarga responden yang melakukan pengangkatan anak.

Adapun alasan yang mendorong responden melakukan pengangkatan anak

adalah sebagai berikut:

Menurut penuturan ibu Umi bahwa ingin menambah anak lagi dan

merawat anak yatim untuk mendapatkan pahala.14

Ada pun sama seperti

ibu Umi, ibu Yoyoh juga berkata untuk menambah anak karena hanya

punya satu anak yang sudah bersar dan sudah menikah.15

Tetapi lain hal

dengan ibu Umi yang berniat untuk membantu dan ibu Yoyoh yang ingin

menambah anak dengan cara instan, tiga responden lain yaitu ibu Amih,

ibu Sanih dan ibu Marwati mengatakan bahwa alasan mereka mengangkat

anak agar bisa mempunyai anak sendiri, biasa disebut mancing atau agar

punya anak walaupun hanya anak angkat.16

Terkait dengan alasan kurangnya ekonomi orang tua kandung yang

menawarkan anaknya untuk diadopsi, bapak Lurah Desa Bantarjati

Kecamatan Klapanunggal menyatakan bahwa beliau tidak setuju dengan

alasan tidak baik karena secara tidak langsung rasa tanggung jawab

14

Wawancara dengan ibu Umi 12 September 2015 pukul 10.58.

15

Wawancara dengan ibu Yoyoh 12 September 2015 pukul 17.36.

16

Wawancara dengan responden 12 September 2015.

Page 58: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

48

terhadap anak kurang dan rasa kemanusiaannya minim. Pak Lurah merasa

heran karena anak yang dilahirkan itu harus dilihkan ke orang lain karena

alasan ekonomi tidak mampu, sementara kelurahan pun kalau ada

masyarakat yang seperti itu siap membantu. Pak lurah belum menerima

laporan tentang kasus seperti ini dan beliau mengatakan akan menanggapi

dan membantu masyarakatnya.17

3. Urgensi Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak yang dilakukan oleh suatu keluarga untuk

melanjutkan dan mempertahankan garis keturunan dalam suatu lingkungan

keluarga yang tidak mempunyai anak kandung. Disamping itu maksud dari

pengangkatan anak di sini adalah untuk mempertahankan ikatan

perkawinan sehingga tidak timbul perceraian tetapi saat sekarang dengan

alasan yang bermacam-macam dalam pengangkatan anak kini telah

berubah yakni demi kesejahteraan anak yang diangkat.

Seseorang dalam mengangkat anak pasti memiliki tujuan yang

ingin dicapai pada dasarnya banyak faktor yang mendukung seseorang

melakukan pengangkatan anak, namum lazimnya latar belakang

pengangkatan anak dilakukan oleh orang yang tidak diberi keturunan.

Pengangkatan anak dilakukan guna memenuhi keinginan manusia untuk

17

Wawancara dengan Lurah Desa Bantarjati 15 September 2015 pukul 12.42.

Page 59: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

49

menyalurkan kasih sayang kepada anak yang dirasakan akan merupakan

kelanjutan hidupnya.18

Ajaran Islam mengarahkan kita agar selalu peduli kepada sesame

karena sikap peduli sesame merupakan suaru hal yang memang harus

selalu diamalkan terlebuh lagi terhadap anak-anak terlantar dan anak yatim.

Tidak hanya itu, Islam juga mengajarkan umatnya untuk selalu

menyantuni dan memelihara anak-anak yang tidak mampu, miskin,

terlantar dan sebagainya. Tetapi perbuatan penyantunan dan pemeliharaan

anak-anak tersebut tidak sampai pada pemutusan hubungan keluarga dan

hak-hak orang tua kandungnya. Pemeliharaan tersebut harus didasarkan

pada penyantunan semata.19

Pernyataan dari Bapak Lurah Desa Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal yakni, pengangkatan anak bertujuan membantu agar anak

tersebut betul-betul menjadi anak yang diharapkan, oleh orang tua, oleh

agama dan oleh Negara.20

Baidhowi selaku hakim Pengadilan Agama

Cibinong juga mengatakan Untuk kepentingan anak, mengangkat anak

karena ingin menolong agar anak itu tidak terlantar. Dalam surat an-nisa

ayat 9 disebutkan bahwa jangan meninggalkan anak-anak dalam keadaan

18

Ahmad Azhar Basyir, Adopsi, wasiat Menurut Islam, (Bandung: PT Al-Ma’rif, 1972),

h. 19. 19

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Tiga Sistem Hukum, h. 50.

20

Wawancara dengan Lurah Desa Bantarjati 15 September 2015 pukul 12.42.

Page 60: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

50

lemah. Maka anak yang tidak bisa diurus orang tuanya jangan dibiarkan

terlantar, memang wajib ditolong.21

4. Pengetahuan Masyarakat Tentang Aspek Yuridis Pengangkatan Anak

Keanekaragaman adat serta budaya di Indonesia mencerminkan

berbagai tata cara untuk pelaksanaan pengangkatan anak menurut sistem

hukum adat. Setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda dan unik

sehingga membuat beranekaragam proses pengangkatan anak dalam

kehidupan masyarakat adat. Dalam adat yang berkembang di masyarakat

yang beraneka ragam kebiasaan dan sistem peradabannya, banyak cara

yang dilakukan untuk mengangkat anak atau mengadopsi anak dilihat dari

kehidupan sehari-hari.

Pengangkatan anak dan anak angkat telah menjadi bagian dari

hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sesuai dengan adat

istiadat dan motivasi yang berbeda-beda serta perasaan hukum yang hidup

dan berkembang di masing-masing daerah. Tradisi memelihara dan

mengasuh anak yang berasal dari saudara dekat atau jauh atau anak orang

lain yang biasanya berasal dari keluarga yang tidak mampu sudah sering

dilakukan di Indonesia dengan berbagai istilah dan sebutannya.

Ibu Umi menyatakan tidak mengetahui tentang undang-undang

mengenai pengangkatan anak dan menulis di dalam Kartu Keluarga (KK)

dan Akta Lahir anak adalah anak kandungnya.22

Penuturan ibu Amih

21

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Cibinong 22 September pukul 14.11.

22

Wawancara dengan ibu Umi 12 September 2015 pukul 10.58.

Page 61: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

51

bahwa ia tidak mengetahui perundang-undangan tentang anak angkat dan

mengakui anak angkatnya sebagai anak kandung dalam Kartu Keluarga

(KK) dan Akta Lahir.23

Pernyataan ibu Sanih mengatakan tidak mengetahui

perundang-undangan mengenai pengangkatan anak dan menuliskan anak

angkatnya sebagai anak kandung dalam Kartu Keluarga (KK) dan Akta

Lahirnya.24

Ibu Marwati mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang

peraturan perundang-undangan mengenai pengangkatan anak dan di dalam

Kartu Keluarga (KK) dan Akta Lahir diakui anak angkatnya sebagai anak

kandung.25

Sama dengan responden lain, ibu Yoyoh juga tidak mengetahui

peraturan perundang-undangan tentang pengangkatan anak dan juga

menuliskan di dalam Kartu Keluarga (KK) dan Akta Lahir anak angkatnya

sebagai anak kandung.26

Dari semua responden yang melakukan pengangkatan anak

menyatakan bahwa pengangkatan anak yang telah dilakukan hanya

berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam masalah

administrasi kependudukan antara anak angkat dengan orang tua

angkatnya, terutama mengenai pembuatan Akta Lahir dan Kartu Keluarga

(KK) jawaban responden mengatakan bahwa mereka langsung membuat

23

Wawancara dengan ibu Amih 12 September 2015 pukul 12.23.

24

Wawancara dengan ibu Sanih 12 September 2015 pukul 12.01.

25

Wawancara dengan ibu Marwati 12 September 2015 pukul 16.46. 26

Wawancara dengan ibu Yoyoh 12 September 2015 pukul 17.36.

Page 62: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

52

Akta Lahir anak angkatnya mengatasnamakan dirinya tanpa melalui proses

pengadilan, baik itu Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama.

Selain faktor rendahnya pengetahuan masyarakat desa tentang tata

cara maupun prosedur pengangkatan anak yang terlihat dari

ketidakmengertian tentang akibat hukum pengangkatan anak maupun

peraturan perundang-undangan tentang pengangkatan anak, orang tua

angkat juga beranggapan bahwa prosedur pengangkatan anak melalui jalur

pengadilan sangat rumit dan memakan waktu yang lama sehingga

masyarakat lebih memilih tidak menggunakan jalur tersebut.27

B. Akibat Hukum Pengangkatan Anak di Masyarakat Desa Bantarjati

Tanpa Penetapan Pengadilan

Akibat hukum merupakan suatu keadaan maupun kondisi yang timbul

setelah adanya peristiwa hukum. Pengangkatan anak merupakan masuknya

anak orang lain ke dalam keluarga yang mengangkatnya dimana pengangkatan

anak akan membawa akibat di kemudian hari seperti dalam hal pewarisan dan

perwalian. Pengangkatan anak yang dilakukan secara adat kebiasaan, melalui

Pengadilan Negeri maupun melalui Pengadilan agama membawa akibat

hukum yang berbeda-beda. Perbedaan akibat hukum penetapan pengangkatan

anak produk Pengadilan Negeri dan produk Pengadilan agama yaitu28

:

No Aspek/Unsur Penetapan

Pengadilan Negeri

Penetapan

Pengadilan Agama

27

Wawancara responden dan observasi. 28

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia¸ h. 8-10.

Page 63: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

53

1. Hubungan Nasab a. Nasab anak angkat

putus dengan nasab

orang tua kandung dan

saudara-saudaranya

serta akibat-akibat

hukumnya

b. Nasab anak angkat

beralih menjadi nasab

orang tua angkat dan

saudara serta anaknya

dengan segala akibat

hukumnya

c. Anak angkat dipanggil

dengan bin-binti orang

tua angkatnya

a. Nasab anak angkat

tidak putus dengan

nasab orang tua

kandung dan

saudara-saudaranya

b.Yang beralih dari

anak angkat terhadap

orang tua angkatnya

hanyalah tanggung

jawab kewajiban

pemeliharaan,

nafkah, pendidikan

dan lain-lain.

c. Anak angkat tetap

dipanggil dengan

binti orang tua

kandung.

2. Perwalian Orang tua angkat

menjadi wali penuh

terhadap diri, harta,

tindakan hukum dan wali

nikah atas anak

angkatnya.

Orang tua angkat hanya

menjadi wali terbatas

terhadap diri, harta,

tindakan hukum dan

tidak termasuk wali

nikah jika anak angkat

Page 64: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

54

tersebut perempuan.

3. Hubungan

Mahram

Anak angkat tidak boleh

dinikahkan dengan orang

tua angkatnya, juga tidak

boleh dinikahkan dengan

anak kandung atau anak

angkat dari orang tua

angkat

Anak angkat boleh

dinikahkan dengan

orang tua angkatnya,

juga boleh dinikahkan

dengan anak kandung

atau anak angkat lain

dari orang tua

angkatnya

4 Hak Waris Anak angkat dapat

menjadi ahli waris

terhadap orang tua

angkatnya, sebagaimana

hak-hak kedudukan yang

dimiliki anak kandung

Anak angkat tidak

boleh menjadi ahli

waris orang tua

angkatnya, tetapi anak

angkat memperoleh

harta waris orang tua

angkatnya melalui

wasiat wajibah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pengangkatan anak yang terjadi pada masyarakat Desa Bantarjati

Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor bercampur diantara kedua

penetapan hukum tersebut, yakni:

Page 65: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

55

No Aspek/Unsur Praktik Pengangkatan Anak Desa Bantarjati

1. Hubungan Nasab a. Nasab anak angkat putusdengan nasab orang

tua kandung dan saudara-saudaranya serta

akibat-akibat hukumnya

b. Nasab anak angkat beralih menjadi nasab

orang tua angkat dan saudara serta anaknya

dengan segala akibat hukumnya

c. Anak angkat dipanggil dengan bin/binti orang

tua angkatnya

2. Perwalian Orang tua dari 2 keluarga menjadi wali penuh

terhadap diri, harta, tindakan hukum atas anak

angkatnya akan tetapi 3 orang tua angkat yang

lain tidak karena anak angkat masih sering

bertemu orang tua kandungnya

3. Hubungan Mahram Anak angkat tidak boleh dinikahkan dengan

orang tua angkatnya, juga tidak boleh dinikahkan

dengan anak kandung atau anak angkat dari

orang tua angkat

4. Hak Waris Anak angkat dapat menjadi ahli waris terhadap

harta warisan orang tua angkatnya, sebagaimana

hak-hak kedudukan yang dimiliki anak kandung

Page 66: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

56

Uraian tersebut tersimpul bahwa konsep pengangkatan anak yang

dilakukan orang tua angkat di Desa Bantarjati sebagian besar berprinsip pada

penetapan Pengadilan Negeri. Adapun proses pengangkatan anak tersebut

tidak melalui proses pengadilan, hanya sekedar kesepakatan kedua belah pihak

antara orang tua kandung dengan orang tua angkat, maka secara otomatis jika

kedua belah pihak telah menyetujui, anak pun berpindah orang tua, hak dan

kewajiban serta kedudukannya.

C. Sudut Pandang Mengenai Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak pasal 39 ayat (1) menyebut bahwa pengangkatan

anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan

dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pengangkatan anak yang menjamin

kepastian hukum hanya didapat setelah memperoleh putusan pengadilan, baik

Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama. Tujuan penetapan

pengangkatan anak melalui pengadilan untuk perlindungan anak dimata

hukum yang akan memberikan perlindungan kepentingan anak dan kepastian

hukum. Di dalam hasil penetapan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Agama itu berbeda, dimana dalam penetapan Pengadilan Negeri memberikan

konsekuensi semua tanggung jawab orang tua kandung berpindah kepada

orang tua angkat. Sedangkan dalam penetapan Pengadilan Agama tidak semua

tanggung jawab orang tua kandung berpindah kepada orang tua yang

mengangkatnya.

Page 67: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

57

Setelah terjadinya pengangkatan anak maka timbullah hukum baru

yang melekat pada anak angkat dan orang tua angkat yaitu mengenai

perwalian dan pewarisan. Mengenai perwalian, sejak dikeluarkannya

penetapan pengangkatan anak oleh majelis hakim, orang tua angkat secara sah

telah ditetapkan sebagai wali dari anak angkat. Hak dan kewajiban orang tua

kandung telah berpindah alih kepada orang tua angkat dalam hal nafkah,

pembiayaan sekolah, serta pendidikan dan agama. Dalam hukum Islam,

pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hubungan nasab,

hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat.

Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap

memakai nama dari ayah kandungnya kecuali hubungan keluarga persusuan

bila ibu angkat berhasil menyusukan anak angkat sewaktu masih dalam masa

menyusui.

Secara sosiologis perilaku ini baik karena didasari rasa tolong

menolong, tetapi lihat bagaimana jalannya pengangkatan anak itu. Kalau

pengangkatan anak itu dalam arti tabanni, maka tidak baik secara agama

karena konsep pengangkatan menurut agama itu hadhanah, pemeliharaan anak

bukan menjadikannya sebagai anak. Ayat al-Qur’an surat al-maidah ayat dua

menyampaikan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan

saling tolong menolong dalam hal keburukan. Jadi, karena itu buruk dan

dilarang maka tidak boleh walaupun untuk menolong.29

Permasalahan yang

29

Wawancara Hakim Pengadilan Agama Cibinong 22 September pukul 14.11.

Page 68: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

58

timbul berkenaan dengan pengangkatan anak yang terjadi pada masyarakat

Desa Bantarjati adat dianalisis dalam tiga sudut pandang:

1. Faktor Psikologis

Yaitu masalah reaksi kejiwaan yang timbul karena pengangkatan

anak.30

Pernyataan responden yang menangkat anak menyatakan bahwa

pengangkatan anak yang telah dilakukan selama ini didasari dengan

kerelaan, ikhlas dan kemauan dari kedua belah pihak tanpa paksaan dari

siapapun karena ada rasa belas kasih saudara maupun orang lain yang

melihat keluarga yang telah lama mendambakan hadirnya sorang anak

serta membantu keluarga yang kurang mampu.

Masalah penyesuaian diri antara anak angkat dengan orang tua

angkatnya terutama mengenai penjelasan orang tua angkat terhadap anak

angkt merupakan masalah yang paling menentukan. Pasal 6 ayat (2) dan

(10) PP No.54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak

menyatakan bahwa ”orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak

angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya dengan

memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan”. Sering terjadi orang

tua angkat berusaha menyembunyikan identiras orang tua kandung anak

yang diangkatnya, sehingga di kemudian hari menimbulkan problema

tersendiri bagi kepentingan anak terutama psikisnya. Undang-Udang

perlindungan anak pasal 40 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa:

30

Muderis Zaini, Adopsi; Suatu Tinjauan dari Tiga sistem Hukum, h. 22.

Page 69: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

59

a. Orang tua angkat untuk memberitahukan kepada anak angkatnya

mengenaik asal usul dan orang tua kandungnya

b. Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandung sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan

anak yang bersangkutan.

Dari jawaban responden yang diwawancara, ibu Marwati tidak mau

mengatakan pada anaknya karena sudah dianggap sebagai anak sendiri

akibat tidak mempunyai anak kandung. Sedangkan empat lainnya akan

menjelaskan pada anak angkatnya, tetapi faktor rendahnya pengetahuan

tentang kedudukan, perlakuan, hak serta kewajiban anak angkat , orang tua

angkat juga beranggapan bahwa anak angkat mereka adalah anak

keturunan mereka sehingga perlakuan orang tua angkat terhadap anak

angkat dalam kesehariannya tidak berbeda dengan anak sendiri.

2. Faktor Sosial

Yaitu menyangkut akibat sosial dari pengangkatan anak itu

sendiri.31

Perpindahan anak dari suatu kelompok keluarga ke dalam

kelompok keluarga yang lain sering disebabkan oleh alasan-alasan

emosional. Ditambah pula banyak pengangkatan anak dilakukan

sedemikian rupa sehingga anak angkat menjadi anaknya sendiri baik

secara lahir maupun batin.

Dari beberapa responden menyatakan bahwa merahasiakan

kedudukan anak tersebut dengan membuat Akta kelahiran karena alasan

31

Muderis Zaini, Adopsi; Suatu Tinjauan dari Tiga sistem Hukum, h. 22.

Page 70: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

60

bahwa mereka melakukan hal itu demi menjaga mental dan martabat anak,

karena dikhawatirkan apabila hal tersebut tidak dirahasiakan maka sang

anak akan dikucilkan dan jadi bahan olok-olokan oleh teman-temannya,

sehingga tidak jarang kegiatan pengangkatan anak hanya diketahui oleh

masing-masing keluarga dan tetangga dekat.

Rendahnya kesadaran masyarakat akan ketentuan, kedudukan,

akibat hukum, hak dan kewajiban sering menimbulkan beberapa problema

sosial. Adanya perpindahan dari suatu lingkungan ke dalam lingkungan

hidup yang lain merupakan gejala yang dapat membawa pengaruh

terhadap kejiwaan anak yang pada gilirannya akan menimbulkan reaksi

sosial. Apalagi karena umumnya orang mempunyai naluti untuk menutupi

hal yang negatif atau karen factor lain orang menutupi kenyataan, seperti

halnya orang tua angkat merehasiakan latar belakang anak angkatnya. Hal

ini wajar karena anggapan bahwa keluarga normal adalah keluarga

hubungan darah. Sikap menutupi ini adalah alamiah, akan tetapi justru

membawa dampak yang bermacam-macam, sebab hubungan anak angkat

dengan orang tua angkat didasari oleh suatu kebohongan yang manakala

diketahuinya bisa menimbulkan kenyataan pahit.32

3. Faktor Yuridis

Yaitu masalah yang timbul berkenaan dengan akibat hukum dari

adopsi itu sendiri.33

Dari semua responden menyatakan bahwa

pengangkatan anak yang telah dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan

32

Muderis Zaini, Adopsi; Suatu Tinjauan dari Tiga sistem Hukum, h. 25-26.

33

Muderis Zaini, Adopsi; Suatu Tinjauan dari Tiga sistem Hukum, h. 22.

Page 71: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

61

kedua belah pihak. Dalam masalah administrasi kependudukan antara anak

angkat dengan orang tua angkatnya, terutama Akta Lahir dan Kartu

Keluarga (KK) mereka membuat Akta Lahir anak angkatnya

mengatasnamakan dirinya tanpa melalui proses pengadilan, baik itu

Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama. Selain faktor rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang tata cara maupun prosedur pengangkatan

anak, orang tua angkat juga beranggapan bahwa prosedur pengangkatan

anak melalui jalur pengadilan sangat rumit dan memakan waktu yang lama

sehingga masyarakat lebih memilih tidak menggunakan jalur tersebut.

Page 72: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilaksanakan mengenai praktik pengangkatan

anak dan dampak hukumnya di masyarakat Desa Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Alasan-alasan dari pengangkatan anak umumnya masyarakat Desa

Bantarjati menyebutkan bahwa pengangkatan anak karena tidak mempuyai

anak dalam pernikahan yang sudah berlangsunng bertahun-tahun,

mengangkat anak untuk menolong anak terlantar atau yatim piatu dan ada

yang mengangkat anak karena percaya mitos jika ingin mempunyai anak

kandung maka harus mengangkat anak sebagai pancingan. Dari praktik

pengangkatan anak tersebut biasanya bertujuan untuk dapat meneruskan

keturunan orang tua angkat , sebagai teman dalam hidup dan untuk

mendapat anak secara instan.

Faktor penyebab masyarakat Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal

Kabupaten Bogor mengangkat anak tanpa penetapan dari pengadilan dan

tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku karena rendahnya

pengetahuan masyarakat desa tentang tata cara maupun prosedur

pengangkatan anak yang terlihat dari ketidakmenertian tentang akibat

hukum pengangkatan anak maupun peraturan perundang-undangan

tentang pengangkatan anak, orang tua angkat juga beranggapan bahwa

Page 73: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

63

prosedur pengangkatan anak melalui jalur pengadilan sangat rumit dan

memakan waktu yang lama sehingga masyarakat lebih memilih tidak

menggunakan jalur tersebut.

2. Praktik pengangkatan anak yang ada di Desa Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor ternyata dari hasil penelitian

membuktikan bahwa masyarakat yang mengangkat anak ada yang

berdampak pada pemutusan nasab atas orang tua kandungnya dan secara

tegas dilarang dan tidak dibenarkan syariat Islam, namun ada pula yang

tidak berimplikasi pada pemutusan nasab karena dalam pengangkatannya

hanya sebatas pemeliharaan demi kesejahteraan anak, hal ini mengarah

pada ajaran Rasulullah saw. yang mengangkat anak tetapi tidak

menasabkan anak angkat kepada orang tua angkat. Hanya saja

kesemuanya tidak mengikuti prosedur dari perundang-undang dengan

tidak meminta penetapan dari pengadilan yang berakibat pada Akta

kelahiran anak serta status anak dalam Kartu Keluarga (KK) tertulis

sebagai anak kandung bukan sebagai anak angkat.

B. Saran-saran

Setelah selesai membahas permasalahan tersebut tentang praktik

pengangkatan anak dan dampaknya pada nasab terhadap orang tua kandung di

Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor maka ada

beberapa yang ingin saya sampaikan yaitu sebagai berikut:

1. Melihat keberadaan mitos pengangkatan anak yang berkembang di mata

masyarakat Desa Bantarjati yang kemudian berakibat menyamakan anak

Page 74: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

64

angkat sebagai ahli waris dan keberadaannya disejajarkan dengan anak

kandung, hendaknya kita memberikan pengertian dan pengetahuan tentang

hak-hak anak angkat di dalam hukum Islam termasuk dalam hal perwalian

anak angkat pada masyarakat yang melakukan pengangkatan anak angkat

agar tidak menasabkan anak angkat kepada orang tua angkat karena

perbuatan itu dilarang Allah.

2. Adanya suatu masyarakat yang begitu ambiguitas menempatkan anak

angkat ke dalam hak-hak anak kandung, banyaknya unsur-unsur

ketidakadilan apalagi bila dikaitkan dengan adanya prinsip kebersihan

nasab maka perlu adanya tata cara yang arif untuk tidak memutuskan

nasab dan terpenuhinya kepastian hukum antara anak angkat dengan orang

tua angkat. Pelaksanaan pengangkatan anak tersebut sebaiknya sesuai

prosedur peraturan perundang-undangan yaitu melalui lembaga hukum

agar nantinya mendapat kepastian hukum dan bisa dipertanggungjawabkan.

3. Perlu adanya pengenalan dan penyuluhan dari pemerintah tentang

pengangkatan anak secara Islam dan sesuai peraturan perundang-undangan

agar masyarakat Desa Bantarjati dapat memahami secara mendetail

prosedur pengangkatan anak yang benar. Kemudian harus ada kepekaan

dan perhatian dari pejabat setempat (Kelurahan) mengenai peristiwa dan

perilaku apa saja yang terjadi pada masyarakatnya, jangan hanya

menunggu laporan atau berita yang tidak mengenakkan agar

penyimpangan yang terjadi di masyarakat bisa langsung dicegah dan

diperbaiki.

Page 75: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

65

4. Bila sudah terlanjur melakukan praktik pengangkatan anak yang demikian

maka untuk memperbaikinya perlu disahkan pada Pengadilan, baik

Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama. Tetapi untuk orang Islam

memohon penetapan pengangkatan anak sudah menjadi kewenangan

Pengadilan Agama.

Page 76: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

66

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Andi Syamsu dan M. Fauzan. Hukum Pengangkatan Anak

Prespektif Islam. Jakarta: Kencana. 2008.

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.

1999.

Basyir, Ahmad Azhar. Kawin Campur, Adopsi, wasiat Menurut Islam.

Bandung: PT Al-Ma’rif. 1972.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam jilid 1. Jakarta: Ichtiar

baru Van Hoeve. 1997.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi Keempat.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Dipl, W.A. Gerungan. Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, Cet. V. Jakarta:

Eresco. 1977.

Fachruddin, Fuad Mohd. Masalah Anak dalam Hukum Islam Anak

Kandung, Anak Tiri, Anak Angkat dan Anak Zina. Jakarta: CV Pedoman Ilmu

Jaya. 1991.

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat, cet ke-4. Jakarta: Kencana.

2003.

Haroen, Nasroen. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

2005.

Kamil, Ahmad dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan

Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008.

Kumpulan Perundangan Perlindungan Hak Asasi Anak. Yogyakarta:

Pustaka Yustisia. 2006.

Page 77: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

67

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Sejak 1975. Jakarta: Erlangga. 2011.

Meliala, Djaja S. Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia. Bandung:

Tarsito. 1982.

Muhammad, Bushar. Pokok-Pokok Hukum Adat. Jakarta: Pradnya

Paramita. 1985.

Musthofa SY. Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama. Cet.

1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.

Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Cet ke-3. Jakarta:

Ilmu Jaya. 1994.

Pandika, Rusli. Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.

Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam. Surakarta: Era

Intermedia. 2005.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, cet ke-17. Jakarta: Attahiriyah. 1976.

Rasyid, Roihan A. Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam

Sistem Hukum NasionaI. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.

Soepomo. Bab-bab Tentang Adat. Jakarta: Pustaka Rakyat. 1976.

Soepomo. Hukum Perdata Adat Jawa Barat, cet II. Jakarta: PT Djaya

Pirusa 1982.

Soimin, Sudharyo. Hukum Orang dan Keluarga: Prespektif Hukum

Perdata Barat (BW), Hukum Islam, dan Hukum Adat. Jakarta: Sinar Grafika.

2004.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antar Fiqih

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, cet ke-2. Jakarta: Kencana. 2007.

Page 78: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

68

Tafal, B. Sebastian. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta

Akibat-Akibat Hukumnya di Kemudian Hari. Jakarta: Rajawali. 1989.

Wignjodipoero, Surojo. Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat. Jakarta:

Gunung Agung. 1982.

Zaini, Muderis. Adopsi Suatu Tinjuan Tiga Sistem hukum. Jakarta: Sinar

Grafika. 2002.

Sumber dari Perundang-Undangan:

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum

dan HAM RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2007 Tentang

Pelaksanaan Pengangkatan Anak

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983

Page 79: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

rr.Trlr/rrll\Ir!1r] Iar a l\T I /-r a ]t,!. at\-DlvfI!r\ I rir\rArr ALrAiYlAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIT HIDAYAT U LLAH JAKARTA

F'AKULTAS IiYARIAH DAN HUI{UM

Jtn- lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 lndones;aTeip. (62-21) 74711537,7401S!5 Fax. (62-21) ?40i821Website : www. uinjkt.ac-id E-mail : syar *.huku in,tly;..hor",. cc;nr

&+ffi-w-

Nomor : UN.01lF4iKM.01.03/1637/2015

LamPiran :

Hal : Permohonan Dara/Wawancara

Jakarta, 24 Agustus 2C15

KepadaYth. Ketua

Pengadilan Agama Cibinong

diTempat

Assalarnm u'alaikum, Wr, Wb.

Dekan Fakultas Syariah ctan Hukum UIN $yar:if Hidayatullah Jakar"ta menerangi<an

bahwa:NamaTempaUTanggalNlMSemesterPrograrn StudiAlamat

Telp/Hp

Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan llukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang rnenyusun skripsi dengan judul:

PRA'<TIK PENGANGKATAN ANAKTANPA PENETAPAN FENGADILAN DAN DAMPAKHUKIJMNYA

(Studi Xasus dl Oesa BantarJati, Bogor)

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerima

yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi

dirnaksud.Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Akademik

\t

M. AG jl

: NADIA NUR SYAHIDAH: Jakarla / 05 Februari 1993: 111iA44100015:B: liukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah). JA.LAN TEMBAKAU RAYA NO. C16 RT. C|08/01, PEJATEN

TIMUR. PASAR I'JiINGGU, JAKAR] A SELATAN 12510: 08990006212

998C3 2 002

Tembusan, 't. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN $yarif Hidayatullah Jaka'rta

2. Ka/Sekprodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyalr) / Peradilan Agama

EIHEi

ffiffi]

".ta'

Wassalam,

Page 80: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

PEMERINTAH KABUPATEN B OGORKECAMATAN KLAPAN UNGGALDESA BANTARJATI

Jl. Raya Bantarjati No; 001

Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor 16874

SURAT KETERANGANN"*"r, tr^r/ I -sd*"t

Kepala Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor dengan ini menerangkan

bahwa:NADIA NUR SYAHIDAHI I I 1044100015

I akarta, 05 -0L1994 / 2 I Tahun

Perempuan

Syariah dan hukum

Ahwal Sya}fisiyyahJl. Tembakau RayaNo. C16 RT. 008/001 Pejaten TimurKecamatan Pasm Minggu Kota Jakarta Selatan

Benar mahasiswa tersebut telah meayelesaikan penelitian di Desa Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor dengan mengambil judul penelitian "Praktik Pengangkatan Anak Tanpa

Prsses Penetapan Pengadilan (Studi Kasus Di Desa Bantarjati - Bogor)".

Demikianlah Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana

keperluannya.

Nama

NIMTT[./UmurJenis KelaminFakultas

Jurusan

Alamat

, 15 September 2015

"r.

Page 81: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

SURAT I{ETERANGAN TOLAH

J1,1 ELAKUKAN WAWANCARA

Saya yangbeitandatart'rn di bawah ini :

Narrra

usla

Jenis Kel.amin

Almrrfi " ^:,

Nilnlr

NIN4

N{envrtakan hahrua sntrdari :

: Narlirr \t.ur Syahidah

: lll!t).14100015

Benrr-hen1y tntrrh prnlnkukan wa!ryanctra dengan saya sebagai rosponden

penelltiarr :trip*i. f)u; .'.,' ; pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benamya untuk

diporgunrt"", sebagaimx"'inya.

$aPpd;" ?raur? ilegara

{r ttLnr, - 1'o.k;

lEcurrgo-3fJ.nr*,ErjA'h'

a*}'..r hoPD , €* tt frl, oq D<5c"

l*rbeFf a't &ogor

Page 82: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

,H

SUN"&T KE]rB&A!{G4N TELAH

MELAKUKAN WAWANCARA

Seya y.ang di b*ruh ini:

lb, llpl; ;.

q4 +,"

ffurxmfli,n

'$f,g* Barr*ar pf lrrrle.fry fJ''nr 5o

Rt, ot f o1

It{enyatalsa bahuna saudari :

Naara :NhdiaNur $y*idah

NIM : lltlM4l000l5

Benar-hensr tcl*h m+Iakukan w&wr&cma denga,n saya sebegai re*ponden

pcmfffisan *krlp*i. Demikian pernyataan ini dibuat dergan sebenar-benarnya untuk

dipergunakan sebagaimsna mestinya,

Bogor, t?. Septemb,er 2015

Narna

Usia

Jenis Kelarnin

Alamat

Page 83: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

Saya yang bertandarangan di bawah ini :

SURAT I(ETENAFrcAN TIELAH

MELAKUKAN WAWAI{CARA

tb" fin;l.29 +),

@rkmfur;m

f,.r+rt-l.ro fL^,"k,N' &*- oa I a t

Nama

Usia

Jenis Kelanin

Alarnat

Ivlenyatakan ballwa sardari :

Nama : Nadia Nur Syahidah

NIM : 1It1044100015

Benar.betrar $Iah nrelakpkrn tryarue*Gara dengan saya sebagai responden

penolitirn ekripsi, Demikian pernyaman ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk

dipergunakan sebagaimana meitinya.

Bogor, tZ Sepember 2015

AAI I t1Jq/

t

:-i

Page 84: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

$T'BA? ffiETE.I&SF{GAN TBLAH

KTELAKIJK.EN WAWTIIT.CARA

Sayayang berldatangan dibawah ini :

Nama

Nhlrra : NadiaNtlr SYahidah

NIM : 1111,S441000'15

Sorear-bonsr telah mclakukan !# $ doryn,n seyfl se ag*i r€spsndCIn

p*ncl1firn skripi. Denrikian Fffiyataan ini dibuat dengan sebenal-'benarnya untuk

dipergun n !i :r n sebagairnana mestinya.

W, //.4, ga&Br-r; /r4 {.'

201 s

I

t

Irt;['t.

Page 85: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

ffiTRAT IffiT,EBAE.CASI TMLAIT

MELAKUKAN WAWANCARA

Sayayang bertaftcl ru,ffi di bawah ini :

Nama

Ueia

Jenis Kelatnin

,{lamat

tb, n*ran.qt'

4a *\

?a,l-". guon

Yg A&-bu 0a;,- br*b. J*.fi, khf e,,nyy*"tFl o\toi 94

Menyatakan bahwa saudari :

Nama ; Ndial.Iur Syahidah

NIM :1111044100015

Bennr-bsuar tel*h melc*nk*s salvsnfa,ra dargan $aya sebrgal r@Fondsnpenditian skripei. &mikian ,pemyaman ini di.buet dengan seberar-.benarnya unlukdipergunakan sebagaimana mes ti nya.

Bogor, t2 S€ptember 2015

,iil ,)/ "

( W'/,rfri . )

i-

tt

?lt

[:,

Page 86: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

SURAT KETERAN.€3.N TELAH

MEL'.KUKAN WAWANCARA

Sa1a ysmgb *daergan di bawh ini ;

lb, l*yo\t47 +ll

f€reh#&-,

Menyatakan bahwa saudari :

Nmra

Usia

Icnis Kelatnin

Alamat

Narna

NIM

Ir

t

?IItt'['.t..

W W*V, Wa-*j+*,' kL*pn,njr*1F+,as/or g0

: NadiaNur Syahidah

:1111044100015

Bsncr-benar te,I*h m*,laku,,kau w*#eft€f,rn dangan saya eebag*i rc*po,nden

penelitlan skrip+i, Demikian pernyataen ini dibual dengan sebenar-benarnye untuk

dipergun*kar sebagaimaao m*sfinya.

(.,... ....

Page 87: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

:SUBAT Iff.TE IS TELA}I

frIELAKLI.KAH.!#.^*1?A$SCA$,{

Saya yang ber,tandatacgen di bqueh ini :

lbr Sn'd}"'

3v lifuz*tgvc*t

flralat" u &**. JFn*

Nama

Usia

Jenis Kelemin

,{lamat

Menyatakan bohwa saud,ari :

N.ama : Nadia Nur Syahidah

NIM : tlllM4l00015

E+usr-he-B&r. ts&efr. arcl*lcu srr rlr*s&&egrfl dt*gan says sebagai respoaden

per*liti*.n *,kr{p*i. Dclni*talr penny,stsco ifli dittlat demg*n sebenar-benamya tlatuk

dipergunakan sebagainnana mestinya.

Bogor, l? September 2015

Ir

IrItt'f'rt ..

Page 88: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN ORANG TUA YANG MENGADOPSI

Nama : Ibu Umi

Umur : 44 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak Angkat : Kania Sari

Umur Anak Angkat : 6 Tahun

Alamat : Kampung Nambo Desa Bantarjati Klapanunggal Rt. 01/01

1. Bagaimana tatacara Bapak/Ibu mengangkat anak?

Lagi kepengen punya anak, kebetulan anak ini ayahnya waktu itu meninggal

karena sakit yang masih saudara suami. Dari segi perekonomian mereka

kurang, jadi saya niat membantu karena anaknya ada lima orang sedangkan

saya hanya punya dua orang anak. Tadinya ibunya tidak mau karena takut ga

bisa ketemu lagi, tapi akhirnya mau karena saya bilang ga akan melarang

anaknya bertemu dia, itu kesepakatannya. Saya mengadopsinya saat dia umur

setahun empat bulan.

2. Apa alasan dan tujuan Bapak/Ibu mengangkat anak?

Ingin punya anak lagi dan membantu orang lain agar dapat pahala juga bisa

merawat anak yatim.

3. Apakah anak mengetahui bahwa dia anak angkat?

Iya, dia tau karena sudah mengerti siapa orang tuanya. Dan memang orang

tuanya sering datang untuk berkunjung kemari.

4. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang akibat hukum pengangkatan anak? Bagaimana

dampaknya?

Page 89: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

Saya tidak tau, saya hanya merawat dan mmberinya pendidikan. Saya tidak

membatasinya bertemu keluarga.

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Peraturan Perundang-undangan mengenai

pengangkatan anak?

Saya tidak tahu.

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut aturan

yang berlaku? Bagaimana prosedurnya?

Saya tidak tahu.

7. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku? Bagaimana dampaknya?

Saya tidak tau.

8. Bagaimana dengan status dalam Akta dan Kartu Keluarga (KK)?

Aktanya kelahirannya ditulis sebagai anak saya.

Page 90: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN ORANG TUA YANG MENGADOPSI

Nama : Ibu Amih

Umur : 32 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak Angkat : Daffa Cahya Ramadhan

Umur Anak Angkat : 14 bulan

Alamat : Kampung Nambo Desa Bantarjati Klapanunggal Rt. 02/01

1. Bagaimana tatacara Bapak/Ibu mengangkat anak?

Sudah menikah lama tapi belum dikaruniai anak, kebetulan waktu itu ada yang

datang menawarkan anaknya untuk saya adopsi. Mereka mempunyai anak

banyak tapi kesusahan perekonomiannya, karena saya ingin punya anak jadi

saya ambil. Tapi orang tuanya minta kalau sudah umur enam bulan mau

diambil kemabali, saya ga mau saya maunya selamanya mengurus dia.

Kemudian pas umur enam bulan orang tuanya datang meminta anaknya, saya

bilang kalau saya masih tetap mau merawatnya samapai besar. Jadi orang

tuanya membolehkan dan mereka suka berkunjung sewaktu-waktu.

2. Apa alasan dan tujuan Bapak/Ibu mengangkat anak?

Untuk mendapatkan anak.

3. Apakah anak mengetahui bahwa dia anak angkat?

Anak masih kecil, mungkin nanti sudah besar saya kasih tahu.

4. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang akibat hukum pengangkatan anak? Bagaimana

dampaknya?

Oh, saya ga tahu.

Page 91: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Peraturan Perundang-undangan mengenai

pengangkatan anak?

Ga tahu.

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut aturan

yang berlaku? Bagaimana prosedurnya?

Saya ga tahu juga.

7. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku? Bagaimana dampaknya?

Saya ga tahu.

8. Bagaimana status dalam Akta dan Kartu Keluarga (KK)?

Akta kelahirannya tertulis nama saya dan suami sebagai orang tuanya.

Page 92: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN ORANG TUA YANG MENGADOPSI

Nama : Ibu Sanih

Umur : 29 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak Angkat : Muhammad Alfar

Umur Anak Angkat : 2 Tahun

Alamat : Kampung Nambo Desa Bantarjati Klapanunggal Rt. 02/01

1. Bagaimana tatacara Bapak/Ibu mengangkat anak?

Tetangga waktu kandungannya umur tujuh bulan menawarkan anaknya untuk

diambil sama saya. Karena saya belum punya anak makanya saya mau buat

dijadikan anak saya untuk mancing supaya saya bisa punya anak.

Alhamdulillah ga lama saya ngambil anak terus saya hamil.

2. Apa alasan dan tujuan Bapak/Ibu mengangkat anak?

Untuk bisa mendapatkan anak.

3. Apakah anak mengetahui bahwa dia anak angkat?

Iya, nanti bila sudah besar saya anak memberitahunya.

4. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang akibat hukum pengangkatan anak? Bagaimana

dampaknya?

Yah, saya amah kurang tahu.

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Peraturan Perundang-undangan mengenai

pengangkatan anak?

Ga tahu.

Page 93: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut aturan

yang berlaku? Bagaimana prosedurnya?

Ga tahu.

7. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku? Bagaimana dampaknya?

Ga tahu.

8. Bagaimana status dalam Akta dan Kartu Keluarga (KK)?

Sudah membuat akta sebagai anak saya.

Page 94: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN ORANG TUA YANG MENGADOPSI

Nama : Ibu Marwati

Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak Angkat : Siti Kurniawati

Umur Anak Angkat : 12 Tahun

Alamat : Kampung Nambo Desa Bantarjati Klapanunggal Rt. 01/01

No. 94

1. Bagaimana tatacara Bapak/Ibu mengangkat anak?

Ada teman supir angkot yang menawarkan kalau orang lain ingin anaknya

diadpopsi, saya mau karena tidak punya anak, jadi pas lahiran langsung

anaknya diantarkan ke rumah saya. Saya tidak bayar sepeserpun, biaya

persalinan mereka yang bayar, orang tunya ikhlas memberi anaknya untuk

saya.

2. Apa alasan dan tujuan Bapak/Ibu mengangkat anak?

Supaya punya anak.

3. Apakah anak mengetahui bahwa dia anak angkat?

Tidak, saya tidak memberitahunya bahwa dia anak angkat yang dia tau kami

orang tua kandungnya. Kalau anak dengar dari orang lain saya

menyangkalnya. Orang tuanya juga ga tau kemana, ga pernah datang karena

dulu bilangnya sudah ikhlas ngasih ke saya.

4. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang akibat hukum pengangkatan anak? Bagaimana

dampaknya?

Saya tidak tahu.

Page 95: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Peraturan Perundang-undangan mengenai

pengangkatan anak?

Ga tahu.

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut aturan

yang berlaku? Bagaimana prosedurnya?

Ga tahu itu gimana.

7. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku? Bagaimana dampaknya?

Ga tahu.

8. Bagaimana status dalam Akta dan Kartu Keluarga (KK)?

Akta kelahirannya sebagai anak saya dan suami saya.

Page 96: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN ORANG TUA YANG MENGADOPSI

Nama : Ibu Yoyoh

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Guru SD

Nama Anak Angkat : Nisrina Nur Farida

Umur Anak Angkat : 14 Tahun

Alamat : Kampung Nambo Desa Bantarjati Klapanunggal Rt. 03/01

No. 30

1. Bagaimana tatacara Bapak/Ibu mengangkat anak?

Waktu itu ada acara 17-an di daerag lingkungan pabrik, si anak di pangku

ayahnya namanya Ismail yang kebetulan saudara. Saya ngomong mau

mengadopsinya menjadi anak karena anak saya sudah besar dan satu-satunya,

jadi saya mau punya anak lagi. Sebulan kemudian ada kabar ayahnya

meninggal maka akhirnya saya bilang pada keluarga untuk minta pendapat

dan minta ijin, akhirnya keluarga setuju. Jadi saya mengadopsi dia menjadi

anak pas waktu itu berumur 3 tahun.

2. Apa alasan dan tujuan Bapak/Ibu mengangkat anak?

Supaya mempunyai anak lagi karena hanya punya anak satu dan sudah besar.

3. Apakah anak mengetahui bahwa dia anak angkat?

Anaknya tahu, waktu dulu dia sering nangis karena saya bawa dari ibunya.

Ibunya sering ke rumah dan memang dijadwalkan bertemu dua minggu sekali

bertemu, tapi anaknya sekarang lengketnya sama saya.

4. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang akibat hukum pengangkatan anak? Bagaimana

dampaknya?

Page 97: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

Iya, saya merawat dan memberinya pendidikan serta membesarkannya.

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Peraturan Perundang-undangan mengenai

pengangkatan anak?

Kurang tahu.

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut aturan

yang berlaku? Bagaimana prosedurnya?

Tidak tahu.

7. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku? Bagaimana dampaknya?

Tidak tahu juga.

8. Bagaimana status dalam Akta dan Kartu Keluarga (KK)?

Akta kelahiran yang tertulis atas nama saya dan suami sebgai orang tua.

Page 98: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

DENGAN KELURAHAN BANTARJATI

Nama : Saprudin Prawiranegara

Jabatan : Lurah

Alamat : Kampung Bantarkopo Desa Bantarjati Rt. 11/04 Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor

1. Bagaimana Kebudayaan yang ada di Desa Bantarjati? Apakah masih

mempertahankan warisan leluhur?

Culture masyarakat memang sudah menurun terhadap warisan leluhur tapi

masih ada yang melekat sebagai contohnya syukuran bumi saat panen,

upacara tujuh bulanan anak yang dikandungan dengan memakai kain sarung

harus tujuh lalu bunga tujuh rupa, seperti itu dan keluarga yang mengadakan

hajatan masih ada yang memakai sesaji yang ditaruh di pohon atau tempat lain.

2. Bagaimana dengan budaya tolong menolong masyarakat, terutama terkait

dengan pengangkatan anak/adopsi?

Kebanyakan yang melahirkan ditangani dengan bidan desa, dulu memang

masih melekat erat tapi seiring berkembangnya zaman dan teknologi sekarang

dukun beranak harus di diklat dulu, diberikan pelatihan, di puskesmas

diberikan penyuluhan. Kalau tolong menolong dalam mengangkat anak

menurut pandangan saya tidak baik karena mampu atau tidak mampu

sebetulnya Allah sudah mengatur, kita jangan menyerah seperti itu saja.

Kenapa saya bilang tidak baik? Karena secara tidak langsung rasa tanggung

jawab terhadap anak itu kurang, terus rasa kemanusiaannya minim juga. Masa

iya, akan yang kita lahirkan harus dialihkan ke orang lain karena alasan

Page 99: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

ekonomi tidak mampu? Sementara desa (Kelurahan) pun kalau ada

masyarakat yang seperti itu kita siap membantu. Mungkin di Bantarjati ini ada,

tapi sampai sekarang belum ada laporan seperti itu. Kalau ada akan kita

tanggapi dan tidak mungkin kita suruh mengadopsi seperti itu.

3. Bagaimana tatacara yang dilakukan masyarakat untuk mengangkat anak yang

Bapak ketahui?

Harus dibuatkan surat atau disahkan, dengan kedua belah pihak juga harus

betul-betul dapat kesepakatan yang dibuatkan secara sah yang diakui oleh

hukum seperti akta notaris, kependudukan, catatan sipil dan sebagainya. Jadi

tidak bisa dia mengadopsi tanpa selembar surat pun, itu tidak bisa, itu

menyalahi aturan.

4. Apa saja alasan dan tujuan pengangkatan anak tersebut?

Mungkin alasannya untuk membantu agar anak tersebut betul-betul menjadi

anak yang diharapkan, oleh orang tua, oleh agama dan oleh Negara.

5. Apakah Bapak tahu berapa keluarga yang mengangkat anak?

Sementara belum ada informasi ke saya pengangkatan yang sah atau pun

pengangkatan yang tidak sah.

6. Apakah Bapak tahu tentang mengangkat anak dengan memberi bayaran

kepada orang tua kandung?

Selama ini saya belum mengetahui dan sepertinya di Bantarjati belum ada.

Kalai untuk pengangkatan anak dengan memberikan sesuatu sudah menyalahi

aturan, jadi bisa dikategorikan modusnya penjualan anak atau human

trafficking. Kalaupun ada yang seperti itu sebelum ditangani oleh pihak

berwajib, saya duluan yang menangani.

Page 100: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

7. Apakah Bapak tahu akibat hukum mengangkat anak?

Orang tua akan bertanggung jawab mengurus dan memberaskan akan tersebut.

8. Apa Bapak tahu mengenai peraturan perundang-undangan tentang

pengangkatan anak dan prosedur tatacara yang berlaku?

Sementara kita masih gelap (tidak tahu) dengan undang-undang itu, tetapi

prosedur pengangkatan anak yang sesuai dengan aturan kurang lebih seperti

yang saya sebutkan tadi.

9. Apa Bapak tahu dampak pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan aturan?

Sanksi hukumannya ada kalau memang pengangkatan anak itu tidak sesuai

dengan aturan karena kalau tidak ada kepastian hukum sama saja menia-

nyiakan hak anak (menelantarkan) dan itu sanksinya sudah jelas. Dampaknya

sangat merugikan bagi anak dan perkembanganya juga merusak nama baik

kita sebagai pejabat desa terutama ibu kandungnya juga.

10. Bagaimana status anak dalam akta kelahiran dan dalam Kartu Keluarga (KK)

orang tua angkat yang dibuat di kelurahan?

Sudah jelas apabila anak itu lahir harus segera dibuat agar tahu anak itu

anaknya si A atau si B, supaya tercatat dalam dinas catatan sipil. Jelas harus

yang ditulis adalah orang tua kandung bukan orang tua angkat.

Page 101: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

TRANSKRIP WAWANCARA

KEPADA HAKIM PENGADILAN AGAMA CIBINONG

Nama :Drs. HA. Baidhowi, MH

Jabatan : Hakim

Alamat : PA Cibinong

1. Pada Desa Bantarjati banyak terjadi kasus pengangkatan anak yang terjalin

dari perilaku tolong menolong antar keluarga yang ingin mempunyai anak

dengan keluarga yang perekonomiannya sulit dan mempunyai banyak anak.

Bagaimana pendapat Bapak tentang persoalan ini?

Secara sosiologis perilaku ini baik karena didasari rasa tolong menolong,

tetapi lihat bagaimana jalannya pengangkatan anak itu. Kalau pengangkatan

anak itu dalam arti tabanni, maka tidak baik secara agama karena konsep

pengangkatan menurut agama itu hadhanah, pemeliharaan anak bukan

menjadikannya sebagai anak. Ayat al-Qur’an surat al-maidah ayat dua

menyampaikan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan

saling tolong menolong dalam hal keburukan. Jadi, karena itu buruk dan

dilarang maka tidak boleh walaupun untuk menolong.

2. Pada Desa Bantarjati terdapat cerita pengangkatan anak dengan memberi

bayaran. Apakah ini termasuk human trafficking? Apa ada sanksi atas

perbuatan tersebut?

Lihat dulu bagaimana transaksinya, kalau hanya hadiah berarti bukan bayaran.

Tetapi bila dia memberi uang kemudian pihak lain memberi anaknya bisa

disebut menjual, kalua jual beli berarti sudah trafficking. Berarti sudah bukan

tolong menolong lagi dan pastinya punya sanksi.

Page 102: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

3. Sebenarnya apa urgensi seseorang untuk mengangkat anak?

Untuk kepentingan anak, mengangkat anak karena ingin menolong agar anak

itu tidak terlantar. Dalam surat an-nisa ayat 9 disebutkan bahwa jangan

meninggalkan anak-anak dalam keadaan lemah. Maka anak yang tidak bisa

diurus orang tuanya jangan dibiarkan terlantar, memang wajib ditolong. Tetapi

hanya dipelihara bukan untuk dijadikan anak sendiri.

4. Mengapa anak angkat tidak boleh disamakan dengan anak kandung?

Karena sudah jelas di dalam dalil bahwa tidak boleh menasabkan anak angkat

pada orang tua angkat jadi tidak boleh disamakan haknya. Dulu zaman

Rasulullah saw. saja Zaid tidak boleh dipanggil dengan bin Muhammad tetapi

tetapi pada bapak kandungnya Haritsah, jelas tidak boleh disamakan.

5. Apa solusinya jika sudah terlanjur mengangkat anak bila tidak sesuai dengan

undang-undang dan hukum Islam?

Kalau mau disahkan pengangkatannya harus dibawa ke pengadilan dan kalau

orang Islam harus ke Pengadilan Agama supaya diberi tahu mengangkat anak

dalam Islam itu seperti apa yang benar.

Page 103: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

(Wawancara dengan Ibu Umi tanggal 12

September 2015 di rumahnya pukul 10.58)

(Wawancara dengan Ibu Sanih tanggal 12

September 2015 di TK Al-Ikhlas pukul 12. 01)

Page 104: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

(Wawancara dengan Ibu Amih tanggal 12

September 2015 di TK Al-Ikhlas pukul 12. 23)

(Wawancara dengan Ibu Marwati tanggal 12

September 2015 di rumahnya pukul 16.46)

Page 105: PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK TANPA PENETAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30270/1/NADIA... · (Studi Kasus di Desa Bantarjati, Klapanuggal, Bogor) S. kripsi

(Wawancara dengan Ibu Yoyoh tanggal 12

September 2015 di rumahnya pukul 17.36)

(Kelurahan Desa Bantarjati, Kecamatan

Klapanunggal, Kabupaten Bogor)