praktik konversi hijriah-masehi

Upload: muhtarom-abdillah

Post on 15-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

ilmu falakperhitungan konversi penanggalan dari kalender hijriyah ke masehikonversi

TRANSCRIPT

1

PRAKTIK KONVERSI (TAHWIL SANAH)( DARI HIJRIAH KE MASEHI

(Oleh: Badrun Taman, S.HI dan Ayu Nurul Faizah, S.HI)(A. PendahuluanDalam diskursus tentang penanggalan baik hijriah maupun masehi dikenal dengan istilah tahwil al-sanah atau muqaranat al-tarikhiah yang sering diterjemahkan dengan konversi atau perbandingan tarikh. (Azhari, 2007: 150, dan Kadir, 2012: 137), dan metode perhitungan yang digunakan adalah hisab urfi (). Al-Quran surat al-Kahfi ayat 25 kiranya yang memberikan inspirasi bagi umat Islam agar senantiasa perhatian tentang kalender masehi (sistem solar) dan hijriah (sistem lunar).(Azhari, 2007: 145).Secara definitif, tahwil al-sanah adalah cara untuk mengetahui persamaan tanggal dari suatu penanggalan dengan penanggalan lainnya, misal antara Masehi dan Hijriyah, atau sebaliknya (Murtadho, 2008: 115). Abdul Salam Nawawi menyebutkan bahwa konversi kalender adalah pemindahan tanggal dari satu kalender ke kalender yang lain berdasarkan perbandingan sistem perhitungan masing-masing. (Nawawi, 2010: 56).Dalam prakteknya, kebanyakan umat Islam, khususnya di Indonesia tidak terlalu memperhatikan perbandingan ini. Bahkan, yang sering diingat dan diketahui sebagai penanda tanggal suatu kejadian penting oleh umat islam bukanlah tanggal tahun hijriah, melainkan tanggal tahun masehi, tanpa mengetahui persesuaiannya dengan tanggal hijriahnya. Hal ini merupakan kondisi yang ironis, bahwa pemilik kalender hijriah, dalam hal ini umat Islam, tidak menggunakan kalendernya sendiri, malah kalender umat agama lain yang dijadikan sebagai pedoman waktu sehari-hari. Sebagai contoh misalnya, mereka tidak mengetahui kapan tanggal lahir hijriahnya, dan dalam merayakan ulang tahun hanya tahun masehinya saja.

Fenomena seperti ini kiranya sangat menarik untuk dikaji dan dicarikan solusi. Penulis mengasumsikan bahwa ada dua faktor besar yang melatarbelakangi ketidakkonsistenan penggunaan kalender oleh umat Islam sendiri, yaitu (1) karena kurang kesadaran dari Umat Islam itu sendiri akan penggunaan kalender hijriah, dan (2) karena kurangnya pengetahuan Umat Islam akan metode penyesuaian kedua kalender tersebut. Pembahasan kali ini penulis fokuskan pada praktik konversi penanggalan dari Hijriyah ke Masehi. Penulisan ini dinilai sangat penting karena dapat memberikan kontribusi pencerahan tentang cara memindahkan tanggal hijriah ke Masehi bagi umat Islam sehingga sekaligus kedua kalender Hijriah dan Masehi dapat mereka gunakan untuk kebutuhan penanggalan sehari-hari. Di sisi lain, pengetahuan tentang konversi dapat bermanfaat bagi para pegiat hisab-rukyat dalam proses menentukan perhitungan dan rukyat awal bulan hijriyah.Sebagai metode pembahasan, penulis menggunakan metode deskriptif- analitis dengan pendekatan praktis-matematis. B. Kerangka Teori Tahwil al-SanahAda dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam konversi kalender, yaitu sistem perhitungan masing-masing kalender dan selisih hari pertama antar kalender-kalender tersebut (Nawawi, 2010: 56). Dalam konteks ini, dikenal dengan istilah mabda (istilah falak) atau epoch (istilah astronomi), yaitu waktu yang digunakan sebagai patokan awal dalam perhitungan (Khazin, 2005: 50). Ada dua pendapat tentang the Astronomical Hijra Epoch, yaitu, pertama, pendapat ahli rukyat, yang menyatakan bahwa tanggal 1 Muharram 1 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M (al-Thaiy, 2007: 257 dan Ruskanda, 1996: 30). Sedangkan pendapat kedua, yaitu ahli hisab, menentukan persesuaian tanggal 1 Muharram 1 Hijriah dengan tanggal 15 Juli 622 M, satu hari sebelumnya (The Nautical Almanac Office, U.S. Naval Observatory, 1992: 589).

Perbedaan pendapat antara ahli hisab dan ahli rukyat itu terjadi karena menurut perhitungan ahli hisab, hilal pada hari Rabu malam telah berada pada posisi 5 derajat 57 menit di atas ufuk, sehingga keesokan harinya berarti telah memasuki bulan baru. Sedangkan menurut ahli rukyat, karena pada Rabu malam tersebut tidak dapat ditemukan riwayat bahwa hilal dapat dirukyat, berarti umur bulan diistikmalkan menjadi 30 hari. Karena itu, tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriyah harus dimulai sejak hari Jumat (Sriyatin Shadiq, 1995: 60). Ada penjelasan yang sedikit berbeda mengenai soal ini, di Makkah pada Rabu 14 Juli 622 M saat matahari terbenam (sunset), konjungsi sudah terjadi dan bulan terbenam (moonset) terjadi setelah sunset. Saat sunset, altitude bulan bernilai positif. Namun, kecilnya altitude hilal dan selisih azimuth mataharibulan yang juga kecil saat sunset mengakibatkan kecilnya sudut elongasi antara mataharibulan saat sunset sehingga hilal belum memungkinkan untuk diamati. Barulah pada Kamis 15 Juli maghrib, hilal cukup mudah untuk dilihat dengan mata sehingga 1 Muharram 1 H ditetapkan pada Jumat 16 Juli 622 M (Anugraha, 2012: 17).Jumlah hari dari tanggal 1 Masehi hingga 16 Juli 622 M adalah 227016 hari. Hasil ini diperoleh dari selisih tanggal 1 Masehi dan 1 Muharram 1 Hijriah yang berketapan dengan tanggal 16 Juli 622, jadi menghitung selisih hari mulai 1 M hingga 16 Juli Juli 622 M. Secara aritmatik, perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:Selisih 1 M s/d 16 Juli 622 M

(621 tahun + 6 bulan +15 hari)

621 : 4 = 155 siklus 1 tahun

155 siklus x 1461 hari= 226.455 hari226.455

1 tahun x 365 hari= 365 hari365

6 bulan= 181 hari181

15 hari= 15 hari15

Jumlah (versi ahli rukyat)227.016 hari

Jumlah (versi ahli hisab)227.015 hari (maju 1 hari)

Selanjutnya, untuk bisa menghitung konversi antar kalender, harus diketahui karakteristik kalender baik Masehi maupun Hijriah. Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Kalender Masehi

a. Umur rata-rata tahun Masehi ada 365,25 hari.

b. Daur Masehi ada 4 tahun dengan satu tahun kabisat pada tahun keempat.

c. Umur daur Masehi adalah 1461 hari.

d. Sejak tahun 1582 ada koreksi Gregorius.

2. Karakteristik Kalender Hijriah.

a. Umur rata-rata tahun Hijriah ada 354,3670139, atau 354 11/30 hari.b. Daur Hijriah ada 30 tahun dengan 11 tahun kabisat pada tahun-tahun tertentu dan 19 tahun basitoh.

c. Umur daur Hijriah ada 10631 hari.

d. Tahun baru hijriah pertama jatuh pada tanggal 16 Juli 622 M, ada yang berpendapat 15 Juli 622 M.

e. Selisih antara Masehi dan Hijriah ada 227016 hari menurut versi ahli hisab dan 227016 hari menurut versi ahli rukyat.

Dari kedua karakteristik masing-masing tahun tersebut bisa dilakukan perhitungan untuk meng-konversi-kan kedua jenis tahun tersebut, baik konversi dari tahun Masehi ke tahun Hijriah atau tahun Hijriah ke tahun Masehi. Secara umum, metode untuk mengkonversi kalender kiranya dapat diwakili oleh metode Muhammad Basil al-Thaiy (2007: 256), yang menyebutkan bahwa tahwil al-sanah dapat dilakukan dengan thariqah adadiyah, sebagai berikut: : Untuk konversi tahun Miladiah (Masehi) ke Hijriah dan Hijriah ke Miladiah, kita mengikuti metode bilangan, yaitu menghitung jumlah hari dari awal penanggalan Hijriah atau Masehi sampai tahun yang dicari, kemudian membagi jumlah bilangan tersebut dengan jumlah hari dalam setahun-nya tahun yang dibandingkan, dan mengumpulkan pecahan-pecahan yang tersimpan ke tahun berikutnya.Secara tafsili, ada beberapa metode untuk mengkonversi kalender. Karena fokus kajian pada makalah ini adalah konversi Hijriah ke Masehi, maka penulis hanya memaparkan metode tahwil al-sanah dari Hijriah ke Masehi, sebagaimana yang diterangkan pada bab-bab setelah ini.C. Metode dan Praktik Konversi Hijriah-Masehi

Langkah-langkah perhitungan untuk mengkonversi tanggal dari kalender Hijriah ke kalender Masehi adalah sebagai berikut:1. Model Umum

a. Hitung jumlah hari Hijriah sampai dengan tanggal yang hendak dikonversi ke kalender Masehi.

b. Tambahkan pada jumlah hari Hijriah tersebut angka selisih hari Hijriah-Masehi (227016). Hasilnya sama dengan jumlah akhir hari Masehi.

c. Cari angka jumlah awal hari Masehi dengan menambahkan koreksi Gregorian.

d. Bagilah angka jumlah awal hari Masehi itu dengan 1461 untuk mendapatkan angka siklus Masehi. Angka siklus adalah angka bulat, bukan angka pecahan.

e. Kalikan angka siklus Masehi tersebut dengan 4 untuk mendapatkan jumlah tahun Masehi.

f. Jika jumlah awal hari Masehi pada langkah 4 tadi tidak habis dibagi 1461, maka kalikan angka pecahan (di belakang koma) dengan 1461 untuk mendapatkan jumlah hari yang tidak mencapai satu siklus. Kelebihan hari itu kemudian dikonversi menjadi tahun, bulan, dan tanggal Masehi.(Khazin, 2011: 122, Fathurrohman, 2013: 70, Nawawi, 2010: 8).Sebagai contoh:

Konversi tanggal 20 Ramadlan 1414 ke Kalender Masehi

(1434 tahun + 8 bulan + 20 hari)

a. Menghitung jumlah hari

1434 : 30 = 47 siklus 3 tahun

47 siklus x 10631 hari =

499.657 hari

3 tahun x 354 hari + 1(ada satu tahun kabisat) = 1.063 hari

8 (Muharram-Syaban)

=236 hari

20 (dalam Ramadlan)

=

20 hari

Jumlah hari

=

500.976 hari

b. Jumlah akhir = 500.976 + 227016 =

727.992 haric. Jumlah awal = 727.992 + 13=

728.005 hari

d. Konversi, dibagi dengan 1461

728.005 : 1461

=

498 siklus 427 hari

498 siklus x 4

=

1992 tahun

427 hari : 365

=

1 tahun 62 hari

62 hari

=

2 bulan 3 hari

Jumlah

= 1993 tahun 2 bulan 3 hari

Kesimpulannya, tanggal 20 Ramadlan 1414 H bertepatan dengan tanggal 3 bulan 3 tahun 1994 Masehi.

2. Model KH. Slamet Hambali, M.SI

Selain itu, ada model perhitungan lain, dengan langkah yang sedikit berbeda, di mana selisih awal hijriah dengan awal Masehi bukan 227016 atau 227015, melainkan 2207012. Hal ini karena penambahan angka 3 yang dihasilkan oleh konsili Nicaea tidak dimasukkan, sehingga 227015-3, hasilnya 2207012. Model ini telah dipaparkan oleh KH. Slamet Hambali, M.SI (2002: 97-98) sebagai berikut:

a. Hitunglah hari-hari dari tanggal 1 Muharram 1 Hijriah sampai dengan tanggal, bulan tahun Hijriah yang dibuat titik tolak dalam menentukan tanggal tahun Masehi. Caranya : tanggal 29 Dzulhijjah tahun tammah (tahun yang sudah sempurna). Contoh tahun tammah tanggal 29 Ramadlan 1430 H adalah tahun 1429 H. Kemudian dibagi dengan 30 (siklus hijriah), dari hasil pembagian adalah bilangan satuan masa tahun hijriah, kemudian dikalikan dengan jumlah hari dalam daur hijriah 30 tahun jadikan bilangan hari.

b. Sisa dari pembagian adalah sisa tahun Hijriah, lalu setelah itu dijadikan bilangan hari dengan cara mengalikan 354 ditambahkan dengan tahun kabisat yang dilewati contoh 1429 dibagi 30 = 19 tahun dalam jangka 19 tahun ada 7 tahun kabisat yang dilewati yaitu, 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, dan setelah itu ditambahkan untuk mendapatkan jumlah hari.

c. Dalam menentukan jumlah hari, dihitung mulai awal bulan yang sudah dilewati, sampai tanggal yang dikehendaki. Setelah itu dijumlahkan dengan no. 1.

d. Menentukan selisih hari dari tahun hijriah ke Masehi sebelum ditambah 3 hari anggaran consili dan 10 hari (paus Gregorius XIII, tanggal 4 oktober 1852 M) dan 3 hari untuk tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 (tahun 1700, 1800, 1900, 2100, dst) dan kemudian dijumlahkan dengan jumlah no. 2.

e. Dari jumlah no. 3 dibagi dengan jumlah hari dalam satu daur Masehi 4 tahun (1461 hari), untuk mendapatkan sisa daur masehi (D.M), kemudian dikalikan dengan daur Masehi, untuk mengurang jumlah pada no.3 untuk mendapatan sisa.

f. Selanjutnya sisa dari no. 4 dibagi dengan jumlah hari dalam 1 tahun Masehi (365 hari) untuk mendapatkan sisa tahun Masehi, kemudian dikalikan dengan jumlah hari dalam satu tahun Masehi (365).

g. Kemudian dijumlah 1 M ditambah hasil sisa D.M pada no 4 dikalikan dengan siklus Masehi (4 tahun) ditambah hasil sisa tahun Masehi dari no. 5.

h. Setelah diperoleh tahun Masehinya, maka tahun Masehi ditambah 3 anggaran consili, perubahan 10 hari anggaran gregorius, dan 3 hari untuk tahun-tahu abad yang tidak habis dibadi 400 (tahun 1700, 1800, 1900, 2100, dst) .

i. Jumlah dari pengurangan no. 7 adalah jumlah hari, kemudian dibagi dengan jumlah hari dalam 1 bulan (30,4 hari) untuk mendapatkan sisa bulan yang sudah dilewati, berjumlah berapa hari. Setelah itu dikurangi dengan hasil no. 7 untuk mendapatkan sisa, maka dari sisa tersebut menunjukkan tanggal yang sudah dilalui.j. Maka dari sisa tersebut menunjukkan tanggal dan pada no. 8 menunjukkan jumlah bulan yang dilewati dan tahun pada no. 6.

Sebagai contoh:

Tanggal 29 Ramadlan 1430 H.

a. Sampai dengan akhir Dzulhijah 1429 H.

1429 : 30 = 47 daur Hijriah, 47 x 10631 = 499.657 hari,

sisanya = 19 tahun, 19 tahun = 19 x 354 + 7 (kabisat) = 6.733 hari.

499.657 + 6.733 = 506.390b. Akhir Dzulhijah 1429 H s/d 29 Ramadlan 1430 H = 265 hari, 265 + 506390 = 506.655 hari.c. Perbedaan Hijriah-Masehi = 227.012506.655 + 227.012 = 733.667 hari.

733.667 hari : 1461 = 502 Daur Masehi

d. 502 Daur Masehi x. 1461 = 733.422 hari

733.667 733.422 = 245 hari (sisa)

e. 245 : 365 hari = 0 tahun, sisa 245 hari

f. Tahun 1 M + 502 DM x 4 + 0 tahun = tahun 2009 M.

g. Anggaran consili dan Gregorius (3 + 10 + 3) = 16 hari (koreksinya)

16 hari + 245 = 261 harih. Rata-rata hari perbulan = 30,4.

261 : 30,4 = 8 bulan (Agustus 2009)

i. Januari akhir agustus = 243 hari

261 243 = 18 hari (sisanya)

j. Sisa 18 hari = 18 september 2009 M.

Berarti menurut hisab urfi 29 Ramadlan 1430 H bertepatan dengan tanggal 18 September 2009 M. hari dan pasarannya adalah Jumat Wage. Antara hisab urfi dengan hisab hakiki kadangkala bersamaan kadang kala mendahului satu hari.

3. Model Julian Daya. Sekilas tentang Julian Day Rinto Anugraha (2012: 8-12) mengatakan bahwa adanya perubahan dari kalender Julian menjadi Gregorian membuat kesulitan tersendiri untuk membandingkan peristiwa astronomis yang terpisah dalam jangka waktu cukup lama. Untuk mengatasi masalah ini, diperkenalkan Julian Day. Julian Day (JD) didefinisikan sebagai banyaknya hari yang telah dilalui sejak hari Senin tanggal 1 Januari tahun 4713 SM (sebelum Masehi) pada pertengahan hari atau pukul 12:00:00 UT (Universal Time) atau GMT. Perlu diingat, tahun 4713 SM tersebut sama dengan tahun 4712. JD 0 = 1 Januari 4712 12:00:00 UT = 1,5 Januari 4712 (karena pukul 12 menunjukkan 0,5 hari)

JD 0,5 = 2 Januari 4712 00:00:00 UT

JD 1 = 2,5 Januari 4712. Dan seterusnya

4 Oktober 1582 M = JD 2299159,5

15 Oktober 1582 M = JD 2299160,5

Jika JD berkaitan dengan waktu yang dihitung menurut Dynamical Time (TD, bukan DT) atau Ephemeris Time, biasanya digunakan istilah Julian Ephemeris Day (JDE, bukan JED). Sebagai contoh:

17 Agustus 1945 UT = JD 2431684,5

27 September 1974 TD = JDE 2442317,5

Pemahaman terhadap Julian Day sangat penting. Julian Day menjadi syarat untuk menghitung posisi benda bulan, matahari dan planetplanet yang selanjutnya dipakai untuk menentukan bulan baru, waktu shalat dan lainlain. Julian Day juga menjadi dasar untuk menentukan fenomena alam seperti menentukan kemiringan orbit rotasi bumi, menghitung kapan terjadinya ekuinoks dan solstice, dan sebagainya.

Metode untuk menghitung Julian Day untuk tanggal (D) bulan (M) tahun (Y) tertentu disajikan berikut ini.

Misalnya tahun adalah Y (Y dapat pula negatif, asalkan tidak lebih kecil dari 4712).

Nomor bulan adalah M, dimana M = 1 untuk Januari, M = 2 untuk Februari dan seterusnya, hingga M = 12 untuk Desember.

Nomor hari/tanggal adalah D. D dapat pula berbentuk pecahan. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai maksimal D harus menyesuaikan dengan bulan M. Sebagai contoh, jika M = 4 (April), maka D tidak mungkin sama dengan 31. Jika M > 2, M dan Y tidak berubah. Jika M = 1 atau 2, ganti M menjadi M + 12 dan Y menjadi Y 1. Dengan kata lain, bulan Januari dan Februari dapat dianggap sebagai bulan ke 13 dan ke 14 dari tahun sebelumnya.

Untuk kalendar Gregorian, hitung A = INT(Y/100) dan B = 2 + INT(A/4) A.

Untuk kalendar Julian, A tidak perlu dihitung, sedangkan B = 0.

Julian Day dirumuskan sebagai JD = 1720994,5 + INT(365,25*Y) + INT(30,6001(M + 1)) + B + D. Disini, INT adalah lambang di Excel untuk menyatakan integer (bilangan bulat dari suatu bilangan). Contoh INT(12) = 12. INT(3,57) = 3. Untuk bilangan negatif, INT( 4,7) = 5, bukan 4. INT(25,79) = 26. Sementara itu tanda * menyatakan perkalian.

Metode menentukan JD di atas dapat digunakan untuk tahun negatif, tetapi tidak untuk Julian Day negatif. Karena itu nilai Y tidak boleh lebih kecil daripada 4712.

Soal : Hitunglah Julian Day untuk hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

Jawab :

D = 17. M = 8. Y = 1945.

A = INT(1945/100) = INT(19,45) = 19.

B = 2 + INT(19/4) 19 = 2 + 4 19 = 13.

JD = 1720994,5 + INT(365,25 X 1945) + INT(30,6001 X 9) + (13) + 17 = 2431684,5.

17 Agustus 1945 = JD 2431684,5.

Soal : Hitunglah Julian Day saat terjadi Nabi Muhammad SAW melakukan puasa pertama pada tanggal 26 Februari 624 M.

Jawab :

Karena M = 2, maka M diubah menjadi 14 dan Y menjadi 623.

Karena termasuk kalendar Julian, B = 0.

Jadi JD = 1720994,5 + INT(365,25 X 623) + INT(30,6001 X 15) + 0 + 26 = 1949029,5.

26 Februari 624 M = JD 1949029,5.

Waktu dalam jam, menit dan detik dapat pula dimasukkan ke dalam pecahan hari. Karena 1 hari = 24 jam, 1 jam = 60 menit dan 1 menit = 60 detik, maka Pecahan hari = (jam X 3600 + menit X 60 + detik)/86400.Soal : Bulan baru (newmoon) terjadi pada hari Sabtu, 1 Januari 2962 SM pukul 19:47:04 TD. Carilah JDE.

Jawab :

Dari data asal diketahui M = 1 dan Y = 2961.

Karena itu M berubah menjadi 13 dan Y = 2962.

D = 1 + (19 X 3600 + 47 X 60 + 4)/86400 = 1,82435. B = 0.

Jadi JDE = 1720994,5 + INT(365,25 X 2962) + INT(30,6001 X 14) + 0 + 1,82435 = 1720994,5 1081871 + 428 + 1,82435 = 639553,32435.

1 Januari 2962 SM pukul 19:47:04 TD = JDE 639553,32435.

Nama hari dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan JD. Perlu diketahui, pergantian hari terjadi pada pukul 00:00:00 dimana JD mengandung angka xxxxxxx,5. Tambahkan JD dengan 1,5, lalu dibagi 7. Sisanya ditambah 1 menunjukkan nomor hari, dimana nomor hari = 1 adalah hari Ahad, nomor hari 2 hari Senin, dan seterusnya hingga nomor hari 7 menunjukkan hari Sabtu.

Soal : Tentukan hari apakah tanggal 17 Agustus 1945.

Jawab :

JD untuk tanggal 17 Agustus 1945 adalah 2431684,5.

JD + 1,5 = 2431686, yang selanjutnya jika dibagi 7 akan bersisa 5.

Nomor hari = 5 + 1 = 6.

17 Agustus 1945 adalah hari Jumat.

JD dapat pula digunakan untuk menentukan selang waktu antara dua tanggal. Soal : Tentukan selang waktu antara dua gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 11 Juli 2010 dan 13 Nopember 2012.

Jawab : JD untuk kedua tanggal tersebut masingmasing adalah 2455388,5 dan 2456244,5.

Selisih antara tanggal 11 Juli 2010 dan 13 Nopember 2012 adalah 856 hari.

Jika paparan di atas adalah mengubah tanggal menjadi JD, maka kini akan disajikan sebaliknya. Metode untuk mengubah JD menjadi tanggal adalah sebagai berikut.

JD1 = JD + 0,5.

Z = INT(JD1).

F = JD1 Z.

Jika Z < 2299161, maka A = Z.

Adapun jika Z >= 2299161, hitunglah AA = INT((Z 867216,25)/36524,25) dan A = Z + 1 + AA INT(AA/4).

B = A + 1524.

C = INT((B 122.1)/365,25).

D = INT(365,25*C).

E = INT((B D)/30,6001).

Tanggal (termasuk juga dalam bentuk desimal) dapat dihitung dari B D INT(30,6001*E) + F.

Bulan M dapat dihitung sebagai berikut. Jika E = 14 atau 15, maka M = E 13. Jika E < 14, maka M = E 1. Tahun Y dapat dihitung sebagai berikut. Jika M = 1 atau 2, maka Y = C 4715. Jika M > 2, maka Y = C 4716.Soal : Tentukan tanggal bulan dan tahun untuk JD = 2457447,9505.Jawab :

JD1 = 2457448,4505. Z = 2457448 dan F = 0,4505.

Karena Z > 2299161 maka AA = INT((2457448 1867216,25)/36524,25) = 16.

A = 2457448 + 1 + 16 INT(16/4) = 2457461.

B = 2458985.

C = INT((2458985 122.1)/365,25) = 6731.

D = INT(365,25 X 6731) = 2458497.

E = INT((2458985 2458497)/30,6001) = 15.

Tanggal = 2458985 2458497 INT(30,6001 X 15) + 0,4505 = 29,4505.

Angka desimal pada tanggal tersebut adalah 0,4505 hari yang jika dikonversikan ke dalam waktu menjadi pukul 10:48:43,2.

Karena E = 15, maka Bulan M = 15 13 = 2 atau Februari.

Karena M = 2, maka Tahun Y = 6731 4715 = 2016.

Jadi JD 2457447,9505 = 29 Februari 2016 pukul 10:48:43,2. 5 = 29 Februari 2016 pukul 10:48:43,2.b. Konversi Hijriah-Masehi dengan Julian DayRinto Anugraha (2012: 17-18), mengatakan bahwa, setelah memahami catatan di atas, selanjutnya akan dibahas metode konversi Islam Masehi atau sebaliknya. Pemahaman terhadap Julian Day akan sangat membantu. Metode konversi dari tanggal Islam ke tanggal Masehi adalah sebagai berikut. Tanggal pertama (1 Muharram 1 H) adalah 16 Juli 622 M, dimana JD = 1948439,5 sehingga tanggal nol (patokan atau epoch) bersesuaian dengan JD = 1948438,5. Karena itu tanggal Islam tertentu menunjukkan selisih hari dengan JD 1948438,5.

Soal: Tentukan tanggal Masehi untuk 17 Ramadhan 615 H (179615).

Jawab:

Karena tahun 615 masih dijalani, jumlah tahun yang telah utuh dilalui sejak epoch adalah 614 tahun. 614 tahun/30 tahun = 20, sisa 14 tahun. Karena 30 tahun = 10631 hari, maka 20 kali 30 tahun = 20 X 10631 = 212620 hari. Selama sisa 14 tahun, terjadi 5 kali tahun kabisat (yaitu tahun 2, 5, 7, 10, 13). Jadi 14 tahun = 14 X 354 + 5 = 4961 hari. Karena bulan 9 masih dijalani, maka jumlah bulan yang telah utuh dilalui di tahun 615 H adalah 8 bulan. Dengan mengingat selang seling 30, 29, 30, 29 dan seterusnya, 8 bulan = 236 hari.

Dengan ditambah tanggal 17, maka total hari = 212620 + 4961 + 236 + 17 = 217834 hari. Jadi JD 17 Ramadhan 615 H = 1948438,5 + 217834 = 2166272,5.

Dikonversi ke tanggal Masehi, diperoleh Jumat, 7 Desember 1218 M.

Disini ada beberapa catatan kecil. Konversi harus menyesuaikan dengan lama hari maksimum untuk setiap bulan. Contoh, untuk bulan Shafar maksimal tanggal 29. Tanggal setelah 29 Shafar adalah 1 Rabiul Awwal. Jika tanggal yang dimasukkan adalah 30 Shafar, hasilnya sama jika tanggal yang dikonversi adalah 1 Rabiul Awwal. Demikian juga tanggal 30 Dzulhijjah hanya bisa digunakan pada tahun kabisat Islam. Tanggal dan bulan hendaknya sesuai dengan batasan angka maksimal (misalnya angka bulan maksimal 12). Bisa saja kita memperoleh jawaban untuk konversi tanggal yang aneh, seperti tanggal 123 bulan 456 tahun 789 H, meskipun hasilnya tidak memiliki makna.D. KesimpulanPada dasarnya konversi penanggalan Hijriah ke kalender Masehi adalah dengan mengetahui selisih hari pertama 1 Masehi dengan 1 Muharram 1 Hijriah. Kemudian, ketika sudah diketahui jumlah hari tanggal hijriah yang kita cari konversinya, bisa ditentukan pula Jumlah hari Masehinya yang bertepatan dengan tanggal Hijriah tersebut, dengan menambahkan selisih hari pertama tadi. Selanjutnya bisa diketahui tanggal, bulan dan tahun Masehi berdasarkan data jumlah hari Masehi tersebut, tentunya dengan sistem perhitungan kalender Masehi yang telah ditentukan.

Daftar Pustaka

Azhari, Susiknan. 2007. Hisab dan Rukyat, Wacana Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

----------------. 2007. Ilmu Falak, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Kadir, A. 2012. Formula Baru Ilmu Falak, Panduan Lengkap dan Praktis Hisab Arah Kiblat, Waktu-Waktu Shalat, Awal Bulan dan Gerhana, Jakarta: Amzah.

Murtadlo, Moh, 2008, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN-Malang Press.

Nawawi, abd. Salam, 2010, Ilmu Falak, Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat Arah Kiblat dan Awal Bulan, Sidoarjo: Aqaba.

Khazin, Muhyiddin, 2005, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka.

----------------, 2011, Ilmu Falak, Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka.

U.S Naval Observatory, The Nautical Almanac Office, 1992, Explanatory Supplement To The Astronomical Almanac, California: University Science Books.

Al-Thai, Muhammad Bashil, 2007, Ilm al-Falak Wa al-Taqawim, Beirut: Dar An-Nafaes.

Ruskanda, Farid,H.S, 1996, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press.

Shadiq, Sriyatin, 1995, Perkembangan Hisab Rukyat dan Penetapan Awal Bulan Qamariyah, dalam Buku Menuju Kesatuan Hari Raya, Surabaya: PT Bina Ilmu.Anugraha, Rinto, 2012, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.Fathurrohman, 2013, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jombang: Muhipress.

Hambali, Slamet, 2002, Almanak Sepanjang Masa, Sejarah SistemPenanggalan Masehi Hijriah dan Jawa, Semarang: IAIN Walisanga.( Makalah dipresentasikan pada seminar kelas semester 2 program pascasarjana llmu falak IAIN Walisongo 2013.

( Penulis adalah mahasiswa semester 2 Program Pascasarjana Jurusan Ilmu falak IAIN Walisongo tahun 2013, peserta Pendidikan Kader Ulama ilmu falak Kementerian Agama 2013.

Hisab urfi adalah sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada peredaran rata-rata pergerakan benda langit menjadi acuannya, yaitu matahari untuk kalender syamsiah (solar) dan bulan untuk kalender qamariyah (lunar). (Nawawi, 2010, 48). Sehingga hisab urfi hijriyah merupakan sistem perhitungan kalender hijriyah yang didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional. (Depag. RI, 1995, 7), dan hisab urfi syamsiah adalah sistem perhitungan kalender hijriyah yang didasarkan pada peredaran rata-rata bumi mengelilingi matahari dan ditetapkan secara konvensional.

Definisi yang senada antara lain menyebutkan bahwa perbandingan tarikh ialah persesuaian hisab antara tarikh miladiah dengan tarikh Hijriyah (Kalender Kristen dan kalender Islam) atau sebaliknya. (Kadir, cara mutakhir, 2008, 24).

Penentuan awal tahun Islam dan perhitungan tahun hijriyah ini dilatar belakangi atas pengangkatan beberapa gubernur oleh Khalifah Umar ibn Khattab, di antaranya Abu Musa al-Asyari sebagai gubernur di Basrah, surat pengangkatan berlaku mulai bulan Syaban. Tetapi Abu Musa al-Asyari mempertanyakan bulan Syaban yang dimaksud tahun lalu, tahun ini, atau tahun yang akan datang? Dengan peristiwa itu, Khalifah Umar Ibn Khattab r.a menganggap sangat perlu adanya hitungan tahun Islam. Selanjutnya beliau mengundang para sahabat untuk bermusyawarah guna menentukan awal tahun Islam (Shadiq, 1995: 58)

Penetapan hijrahnya Nabi Muhammad saw sebagai tanggal 1 Muharram tahun Hijriyah merupakan kesepakatn dari 3 pilihan yang diajukan . ketiga pilihan tersebut adalah, (1) awal tahun Islam hendanya dimulai dari tahun kelahiran Nabi Muhammad saw, seperti tahun Masehi yang dimulai dari tahun kelahiran Nabi Isa a.s., (2) awal tahun Islam hendaknya dimulai dari awal turunnya wahyu kepada Rasulullah saw, sebab dengan datangya wahyu umat Islam dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan (3) Awal tahun Islam hendaknya dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah, karena dengan hijrah tersiarlah Islam ke segenap penjuru Dunia. Dengan hijrah pula, cahaya Islam cemerlang. Karena itu lebih tepat jika awal tahun Islam dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah (Shadiq, 1995: 59).

Tanggal 16 tidak dihitung karena sudah masuk tanggal 1 Muharram 1 Hijriah, sedangkan yang dicari adalah selisih, jadi tanggal 1 Muharram 1 Hijriah tidak dihitung, melainkan tanggal sebelum 1 Muharram 1 Hijriah, yaitu tanggal 15 Juli 622.

Umur ini merupakan sistem julian yang tidak akurat, namun tidak menjadi permasalahan karena telah diadakan koreksi perhitungan dengan anggaran gregorius.

Tiga tahun pertama masing-masing berumur 365 hari (tahun basitah), dan tahun keempat berumur 366 hari (tahun kabisat).

Diperoleh dari umur hari rata-rata dikalikan 4 tahun, yaitu: 365.25 x 4 = 1461 hari.

Koreksi ini berawal dari kelebihan hari sistem julian sebesar 0,0078009259 hari. Kelebihan ini ditemukan oleh J.S. Clavius yang menghitung bahwa umur tahun sesungguhnya adalah 365 hari 5 jam 48 enit 46 detik atau kalau dijadikan desimal menjadi 365,2421990741 hari. Sedangkan menurut sistem Julian berjumlah 365,25 hari. Jadi 365,25 - 365,2421990741 = 0,0078009259 hari. Hal ini menjadi landasan Kaisar Paus Gregorius XIV melakukan koreksi atas kesalahan tersebut dengan melompatkan tanggal sebesar 10 hari setelah tanggal 4 Oktober 1582 M, di mana hari berikutnya menjadi tanggal 15 Oktober 1582 M. selanjutnya agar tidak lagi terjadi selisih lagi, maka perlu adanya koreksi pada setiap 400 tahun. Hal ini karena selisih 0,0078009259 hari itu kalau dikalikan dengan 400 maka hasilnya adalah 3,12037036. Artinya setiap 400 tahun ada kelebihan hitungan 3 hari. Jadi koreksi jumlahnya 13 hari

Jumah 354,3670139 hari jika setiap tahun hanya dihitung 354 hari, maka ada kelebihan 0,3670139 hari. Kelebihan tersebut jika dikalikan 30 akan menjadi 11,010417, artinya setiap 30 tahun harus bertambah 11 hari. Kurun waktu 30 ini kemudian dalam sistem urfi dinamakan satu daur, yang lamanya (30 x 354 + 11 hari) adalah 10631 hari karena itulah maka dibutuhkan penambahan-penambahan tahun panjang sebanyak 11 kali setiap 30 tahun. Tahun-tahun kabisat tersebut telah ditentuan yaitu: tahun 2,5,7,10,13,15,18,21,24,26, dan 29.