praktik jurnalisme damai dalam pembingkaian...

168
PRAKTIK JURNALISME DAMAI DALAM PEMBINGKAIAN BERITA KONFLIK POSO III ANTARUMAT ISLAM DAN KRISTEN DI HARIAN UMUM REPUBLIKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) oleh: DIMAS BAGUS LAKSONO NIM : 1113051000114 JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PRAKTIK JURNALISME DAMAI DALAM PEMBINGKAIAN BERITA

    KONFLIK POSO III ANTARUMAT ISLAM DAN KRISTEN DI HARIAN

    UMUM REPUBLIKA

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S.Sos.)

    oleh:

    DIMAS BAGUS LAKSONO

    NIM : 1113051000114

    JURUSAN JURNALISTIK

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H./2017 M.

  • i

    ABSTRAK

    Dimas Bagus Laksono, NIM 1113051000114

    Praktik Jurnalisme Damai Dalam Pembingkaian Berita Konflik Poso III

    Atarumat Islam dan Kristen Di Harian Umum Republika di bawah bimbingan

    Dr. Rully Nasrullah, M.Si

    Media sangat berperan penting dalam pembentukan opini publik. Apa

    yang ditampilkan media secara otomatis mengkonstruksi pola pikir masyarakat.

    Ketika suatu pemberitaan di media tidak memberi kebaikan untuk masyarakat

    misalnya, karena cara pemberitaannya yang kurang mempertimbangkan

    bagaimana menyelesaikan konflik, atau malah cara pemberitaan itu berpotensi

    membuat konflik jadi semakin berkepanjangan maka di situ muncul jurnalisme

    damai (peace journalism). Yaitu, upaya mengembalikan jurnalisme ke ruh atau

    tujuan dasarnya, yaitu kepentingan publik. Perdamaian dan berakhirnya konflik

    adalah kepentingan publik.

    Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menganalisis

    praktik Jurnalisme Damai dan praktik analisis framing Robert Ethmen, pada berita

    Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika

    Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Jurnalisme Damai

    yang digagas oleh Johan Galtung pada tahun 1970-an. Teori ini menyatakan

    bahwa Jurnalisme Damai, sebagai usaha besar dalam mendefinisikan ulang dan

    merekonstruksi ulang tujuan jurnalis dalam peliputan konflik. Secara singkat

    TRANSCEND Media Service merumuskan Jurnalisme Damai sebagi praktik

    jurnalisme yang menunjukan latar belakang dan sisi kontekstual konflik;

    mendengarkan semua pihak; mengungkapkan agenda terselubung; menyoroti ide-

    ide dan inisiatif perdamaian dari mana pun dan kapan pun.

    Metodologi yang digunakan adalah analisis framing Robert N. Entmen,

    konsep framing Entmen digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan

    menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Dengan pendekatan kualitatif

    yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang

    mendasariperwujudan sebuah makna dari gejala-gejala social didalam masyarakat.

    Hasil analisis menunjukan bahwa Republika menampilkan Kasus Poso

    III sebagai konflik antarumat Islam dan Kristen. Republika cenderung berat

    sebelah dalam segi penyajian berita. Dimana, selalu menampilkan frame, jika

    umat Islam adalah korban, dan umat Kristen adalah tersangka yang harus

    bertanggung jawab atas konflik yang sudah terjadi selama beberapa periode

    tersebut. Hal ini, diperkuat dari empat berita yang dianalisis oleh peneliti,

    dimana hampir sebagain besar berita yang menyangkut umat Islam, Republika

    selalu menuliskan dengan lengkap penyebab kejadian, narasumber, hingga

    korban yang jatuhpun diuraikan secara detail. Hal ini, kemudian berbanding

    terbalik dengan frame berita Republika terhadap umat Kristen, padahal pada

    kasus Poso III kedua belah pihak sama-sama dirugikan. Namun, dari segi

    pemberitaan, Republika selalu menampilkan frame umat Islam-lah yang

    paling dirugikan atas kasus tersebut.

  • ii

    Kata kunci: jurnalisme damai, analisis framing entman, konflik islam dan

    Kristen, Kasus Poso III ‘Harian Umum Republika’.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT dengan segala

    kasih dan sayang-Nya senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah kepada

    penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini di waktu yang tepat. Sholawat

    sebagai ucapan salam dan penghormatan atas rahmat dan kesejahteraan

    disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, karena dengan usaha beliau saat ini

    umat Islam memiliki pedoman hidup di dunia sebagai bekal menuju surga

    (AlQuran).

    Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana di Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan

    skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, semangat dan doa dari berbagai

    pihak. Maka dalam lembaran kertas ini, penulis dengan senang hati ingin

    menyampaikan rasa terima kasih kepada:

    1. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. H.

    Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr.

    Suhaimi, M.Si Wakil Dekan Bidang Akademik.

    2. Kholis Ridho, M.Si, sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Dra. Hj.

    Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik. Serta

    dosen-dosen Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberi banyak ilmu

    kepada penulis.

    3. Tantan Hermansyah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan praskripsi.

    4. Dr. Rully Nasrullah, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

    memberikan saran, waktu, serta bantuan dan kesabaran kepada penulis

    sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar.

  • iv

    5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

    telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan

    bermanfaat.

    6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

    Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan

    buku-buku dan literature selama penyusunan skripsi ini.

    7. Segenap pimpinan dan karyawan Harian Umum Republika, yang telah

    melayani penulis dalam kegiatan wawancara dan mencari data literature

    ysng dibutuhkan selama penyusunan skripsi ini.

    8. Kedua orang tua tercinta, atas segala kasih saying, perhatian, dukungan,

    yang tak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta doa yang

    selalu dipanjatkan untuk penulis.

    9. Seluruh keluarga besar, kakak tercinta, adik, keponakan, yang telah

    banyak memotivasi untuk cepat menyelesaikan pendidikan studi S1.

    10. Seluruh teman-teman Jurnalistik B 2013, yang selalu menemani dan

    berdiskusi dalam belajar dan menemani dikala suka maupun duka.

    11. Seluruh teman-teman Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

    (IMM Ciputat) Komisariat Dakwah, 107,9 MHz RDK FM UIN Jakarta,

    dan KKN 155 ‘Canopus’ 2016, yang banyak memberikan motivasi dan

    selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

    Akhirnya hanya kepada Allah SWT lah penulis menyerahkan, semoga

    senantiasa mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda. Harapan

    penulis, semoga skripsi ini bisa menjadi tuntunan yang baik untuk dibaca

    dan dijadikan panduan untuk diteliti di kemudian hari. Oleh karena itu,

    sangat disarankan saran dan kritik juga ralat dari para pembaca untuk

    mncapai kesempuranaan dalam penulisan.

    Sekian dan terimakasih.

  • v

    Tangerang, 22 Juli 2017

    Penulis,

    Dimas Bagus Laksono

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................iii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

    B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...................................................... 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

    D. Metodologi Penelitian ........................................................................................... 10

    E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 16

    BAB II KAJIAN TEORITIS ................................................................................................... 20

    A. Jurnalisme Damai ................................................................................................. 20

    B. Pengertian Berita ................................................................................................... 23

    C. Framing Robert Ethmen ........................................................................................ 34

    BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................................................... 41

    A. Profil Republika .................................................................................................... 41

    B. Visi dan Misi Republika ....................................................................................... 46

    BAB IV ANALISIS DATA ...................................................................................................... 48

    1. Analisis Framing Berita Konflik Poso III Antarumat Islam dan Kristen di

    Harian Umum Republika Robert Entman .......................................................................... 48

    2. Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Konflik Poso III Antarumat

    Islam dan Kristen di Harian Umum Republika ............................................................. 95

    BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 117

    A. Kesimpulan ......................................................................................................... 117

    B. Saran ................................................................................................................... 119

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 122

    LAMPIRAN

  • vii

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Berita dan Artikel Terkait 51

    Tabel 4.2 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Al Khairat : Penyebab

    Konflik Poso Bukan Politik 57

    Tabel 4.3 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Al Khairat : Penyebab

    Konflik Poso Bukan Politik 58

    Tabel 4.4 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Ribuan Korban

    Konflik Poso Belum Dievakuasi 64

    Tabel 4.5 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Ribuan Korban Konflik

    Poso Belum Dievakuasi 65

    Tabel 4.6 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Konflik Poso Akan

    Diselesaikan Dalam 6 Bulan 72

    Tabel 4.7 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Konflik Poso Akan

    Diselesaikan Dalam 6 Bulan 73

    Tabel 4.8 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Jangan Rugikan Umat

    Islam Dalam Konflik Poso 79

    Tabel 4.9 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Jangan Rugikan Umat

    Islam Dalam Konflik Poso 80

    Tabel 4.10 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Al Khairat :

    Penyebab Konflik Poso Bukan Politik 101

    Tabel 4.11 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Ribuan Korban

    Konflik Poso Belum Dievakuasi 106

    Tabel 4.12 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Konflik Poso Akan

    Diselesaikan Dalam 6 Bulan 112

    Tabel 4.13 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Jangan Rugikan

    Umat Islam Dalam Konflik Poso 117

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Konflik antar suku, agama, ras dan golongan (SARA) merupakan

    isu hangat beberapa dekade belakangan ini. Salah satu unsur SARA yang

    sering memicu dan menyebabkan konflik adalah agama. Agama yang

    dipahami oleh para pemeluknya kerap dianggap sebagai ukuran tertinggi

    dari sebuah kebenaran. Hal ini kemudian, dikontraskan dengan melihat

    agama lain memiliki kekurangan atau tidak ideal. Standar ganda itu juga

    digunakan sebagai alasan pembenar untuk segala bentuk tindak kekerasan

    bernuansa agama.

    Tindak kekerasan terhadap kelompok agama di Indonesia bukan

    merupakan hal baru. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS

    HAM) mengumumkan bahwa jumlah pengaduan dugaan pelanggaran

    Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) meningkat, sejak 2014

    hingga 2016. Tahun 2014 tercatat 74 pengaduan, kemudian di 2015

    meningkat menjadi 89 pengaduan. Bahkan, di enam bulan pertama 2016

    sudah tercatat 34 kasus pelanggaran KKB. 1 Jumlah ini, kemungkinan

    akan bertambah mengingat sikap inklusif dari masing-masing pengikut

    agama dan sulitnya tercipta pluralitas antar pemeluk agama di Indonesia.

    1 “Kasus Pelanggaran Agama di Indonesia” artikel diakses pada 21 September 2016 dari

    http://www.rappler.com/indonesia/138315-kasus-intoleransi-agama-indonesia-meningkat

    http://www.rappler.com/indonesia/138315-kasus-intoleransi-agama-indonesia-meningkat

  • 2

    Banyak kelompok agama minoritas yang sering mendapatkan

    tindakan diskriminasi ataupun pengusiran terhadap aktivitas ibadahnya

    seperti salah satunya kelompok Ahmadiyah. Sejak awal kemunculan

    Ahmadiyah sebagai salah satu kelompok dan aliran agama di Indonesia,

    kelompok ini sudah mengundang pro-kontra di berbagai kalangan

    masyarkat. MUI bahkan, sejak 1980 telah menetapkan Aliran ini sebagai

    aliran sesat dan berada di luar islam. 2 Lalu, pernyataan ini dipertegas

    dengan dikeluarkannya Fatwa MUI 2005 tentang “Aliran Ahmadiyah, baik

    Qodriyah ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan

    menyesatkan” . 3 Berbeda dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI,

    tokoh lintas agama seperti Gus Dur, jutru menyesalkan fatwa haram yang

    dikeluarkan MUI tersebut. 4 Gus Dur menganggap, fatwa yang dikeluarkan

    oleh MUI tersebut salah. Sebab, fatwa haram yang dikeluarkan oleh MUI,

    hanya akan membawa perpecahan dan konflik antaragama khususnya oleh

    umat islam. Gus Dur beranggapan, masyarakatlah yang akhirnya akan

    menilai dan memutuskan, apakah mereka akan ikut dengan aliran

    Ahmadiyah atau menolaknya.

    2 Ahmadiyah Qadariyah, Fatwa Majelis Ulama Indonesa dalam Musyawarah Nasional II tanggal

    11-17 Rajab 1400 H/ 26 Mei – 1 Juni 1980.

    3 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer : 11 / Munas VII / MUI / 15 / 2005 Tentang Aliran

    Ahmadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19 – 22

    Jumadil Akhir 1426 H / 26 – 29 Juli 2005 M.

    4 “Pro-Kontra Ahmadiyah di Indonesia” artikel diakses pada tanggal 21 September 2016 dari

    http://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-

    ahmadiyah.html

    http://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-ahmadiyah.htmlhttp://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-ahmadiyah.html

  • 3

    Masih segar dalam ingatan kita konflik antar agama yang terjadi di

    Indonesia beberapa waktu lalu, pembakaran Masjid di Tolikara,

    pembantaian umat beragama minoritas seperti di Rohingya, Afrika,

    Gujarat, dan lainnya. Mulai dari pergesekan ideologi hingga penistaan

    simbol-simbol agama yang berujung pada tindakan kekerasan,

    menimbulkan kerugian baik jiwa maupun materi.

    Mencapai kerukunan umat beragama dengan jalan dialog adalah

    salah satu upaya untuk menemukan solusi yang tepat mengatasi konflik

    antar agama secara adil. Dalam hal ini, dialog harus dipahami sebagai

    media untuk berpikir bersama memecahkan masalah konflik.

    Dialog bukan sebagai ajang justifikasi keyakinan siapa yang paling

    benar. Sehingga, masing-masing agama harus mengesampingkan terlebih

    dahulu misi-misi teologisnya dan fokus pada persoalan menyelesaikan

    konflik. Paradigma yang perlu dibangun dalam semua agama adalah

    bahwa perdamaian dibutuhkan oleh setiap agama dimanapun. Dengan

    demikian, setiap agama akan mencoba menggali konsep-konsep

    perdamaian yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan menuai

    kerukunan umat beragama.

    Namun, kerukunan umat beragama itu justru tidak mencerminkan

    keindahan menurut sebagian orang. Bagaimana tidak, mereka saling

    mengelu-elukan rasnya, dan mendiskriminasi ras lain. Pun dengan agama,

    budaya dan lain-lain.

  • 4

    Bahkan, yang lebih parahnya adalah terjadi perang sesama hanya

    karena perihal „SARA‟. Misal, orang Sunda memusuhi orang Jawa atau

    sebaliknya dengan alasan karena suku mereka berbeda, orang Kristen dan

    Islam saling bermusuhan hanya karena agama mereka berbeda dan

    seterusnya. Memang konflik semacam ini bukanlah hal yang baru di dalam

    lanskap sosial kita, hanya saja konflik semacam ini masih

    berlanjut hingga hari ini.

    Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beragam jenis

    budaya dan agama. Oleh karena itu sikap toleransi harus dimiliki

    masyarakatnya untuk menghindari timbulnya potensi konflik. Salah satu

    konflik yang akhir akhir ini marak terjadi di Indonesia adalah konflik

    agama.

    Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia telah mengungkapkan

    betapa besarnya kontribusi agama dalam perjuangan kemerdekaan, dan

    mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Banyak pahlawan

    yang terlahir dan turut berjuang karena panggilan agamanya.

    Agama di Indonesia memiliki posisi yang terhormat, dan indonesia

    menanamkan karakter saling menghormati dalam kehidupannya lewat

    budaya dan agamanya. Namun ironisnya, konflik yang mengatasnamakan

    agama mulai timbul di Indonesia, dan meningkat tajam dengan semakin

    berkembangnya gerakan ekstremis agama di Indonesia.

  • 5

    Ketika suatu pemberitaan tidak memberi kebaikan untuk

    masyarakat misalnya, karena cara pemberitaannya yang kurang

    mempertimbangkan bagaimana menyelesaikan konflik, atau malah cara

    pemberitaan itu berpotensi membuat konflik jadi semakin berkepanjangan

    maka di situ muncul jurnalisme damai (peace journalism). Yaitu, upaya

    mengembalikan jurnalisme ke ruh atau tujuan dasarnya, yaitu kepentingan

    publik. Perdamaian dan berakhirnya konflik adalah kepentingan publik.

    Jurnalisme damai tidak memihak pada salah satu pihak yang

    bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang mendorong bagi

    penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang diangkat adalah hal-

    hal yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian. Dalam suatu konflik,

    selalu ada pihak-pihak tertentu yang mengharap ke arah damai.

    Jake Lynch dan Annabel McGoldrick, menjelaskan bahwa

    jurnalisme damai terwujud ketika para redaktur dan reporter menetapkan

    “pilihan-pilihan bersifat damai” tentang berita apa yang akan dilaporkan,

    dan bagaimana cara melaporkannya. Yang dimaksud dengan “bersifat

    damai” itu adalah bentuk pemberitaan, yang menciptakan peluang bagi

    sebagian besar masyarakat, untuk mempertimbangkan dan menghargai

    tanggapan tanpa-kekerasan terhadap konflik bersangkutan. 5

    5 “Jurnalisme Damai” artikel diakses pada Sabtu, 15 Oktober 2016 dari http://damai.id/jurnalisme-

    damai-peace-journalism/

    http://damai.id/jurnalisme-damai-peace-journalism/http://damai.id/jurnalisme-damai-peace-journalism/

  • 6

    Jurnalisme damai memberi perhatian pada sebab-sebab struktural

    dan kultural dari kekerasan, karena hal itu membebani kehidupan orang di

    daerah konflik, sebagai bagian dari penjelasan terjadinya kekerasan.

    Jurnalisme damai bertujuan menempatkan konflik sebagai sesuatu yang

    melibatkan banyak pihak, dan mengejar banyak tujuan, ketimbang sekadar

    dikotomi sederhana antara dua pihak yang berperang.

    Tujuan eksplisit jurnalisme damai adalah untuk mempromosikan

    prakarsa perdamaian dari kubu manapun, dan untuk memungkinkan

    pembaca membedakan antara posisi-posisi yang dinyatakan oleh para

    pihak tersebut dan tujuan-tujuan mereka yang sebenarnya.

    Selain itu dalam perspektif jurnalisme damai, sikap

    ketidakberpihakan dalam konflik yang terjadi mengandung nilai yang

    mendukung terwujudnya perdamaian. 6 Terlebih satu dari sembilan elemen

    jurnalisme juga menegaskan untuk tidak memihak manapun dan harus

    menjaga proporsi dan komprehensif. 7

    Konflik yang terjadi diberbagai daerah seperti di Bangka Belitung,

    Poso, Tasikmalaya hanyalah satu dari sekian banyak konflik penolakan

    6 Annabel McGoldRich dan Jack Lynch, “What is peace journalism?,” Active, (Winter 2001) : h. 7

    7 Sembilan elemen jurnalisme itu adalah : Kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran, loyaitas

    jurnalisme kepada warga, intisari jurnalisme : disiplin dalam verifikasi, pelaku jurnalisme harus

    menjaga independensi terhadap sumber berita, jurnalisme berlaku sebagai pemantau kekuasaan,

    jurnalime harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga, jurnalisme

    harus membuat hal yang menarik dan relevan, jurnalisme harus menjaga berita yang

    komperehensif dan proposional, dan para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani

    mereka.

  • 7

    terhadap keberadaan kelompok agama minoritas di Indonesia. Bahkan,

    konflik yang berawal, dari ketidak jelasan atas status kewarganegaraan ini,

    merebutkan wilayah bisa merembet ke berbagai permasalahan, dan

    memecah belah persatuan NKRI. Menurut Bantz dalam Iswandi

    Syahputra, jurnalis tempat medianya bekerja menjadi titik silang paling

    startegis untuk mengupayakan berakhirnya konflik atau memperpanjang,

    bahkan memperluas konflik. 8

    Menyadari realitas itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    bagaimana praktik jurnalisme damai diterapkan pada pembingkaian berita

    konflik antarumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika. Peneliti

    menganggap penelitian ini, dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

    keilmuan jurnalistik dan kebijakan jurnalisme, khususnya untuk keilmuan

    seputar penerapan jurnalisme damai. Peneliti memilih Harian Umum

    Republika karena Harian Umum Republika lahir dari kalangan komunitas

    muslim bagi rakyat Indonesia. 9 Sebagai harian umum yang pernah

    mendapatkan gelar sebagai Koran Terbaik menurut Dewan Pers selama

    dua tahun berturut-turut yaitu dalam kurun waktu 2005-2006 dan

    konsisten dalam pemberitaan yang bernafaskan islami. 10

    Maka, peneliti

    tertarik untuk mengangkat judul:Praktik Jurnalisme Damai Dalam

    8 Iswandi Syahputra, Jurnallisme Damai, Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik. (Yogyakarta

    : P_IDEA, 2006) h, 65.

    9 Company Profile/Arsip perusahaan

    10

    Harian Umum Republika artikel diakses pada 13 Sepetember 2016 dari

    https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

    https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

  • 8

    Pembingkaian Berita Konflik Poso III Antarumat Islam dan Kristen

    di Harian Umum Republika.

    B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah Penelitian

    Penelitian ini dibatasi hanya pada berita mengenai “Konflik

    Antarumat Islam dan Kristen Pada Kasus Poso III” di Harian Umum

    Republika pada tanggal 16 Mei hingga 15 Juni 2000. Yang menjadi

    alasan pemilihan berita adalah karena pada kurun satu bulan tersebut,

    Konflik antarumat Islam dan Kristen di Poso kembali memanas dan

    hampir seluruh media memberitakannya.

    2. Perumusan Masalah

    Untuk mengelaborasi konteks diatas, ada beberapa poin yang akan

    menjadi pembahasan tulisan ini.

    1. Bagaimanakah praktik Jurnalisme Damai pada berita Konflik

    Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum

    Republika?

    2. Bagaimanakah praktik pembingkaian pada berita Konflik Poso

    III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika?

  • 9

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berkenaan dengan pokok permasalahan diatas, maka tujuan

    penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

    a. Untuk mengetahui bagaimanakah praktik Jurnalisme Damai pada

    berita Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian

    Umum Republika.

    b. Untuk mengetahui bagaimanakah praktik pembingkaian pada

    berita Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian

    Umum Republika.

    2. Manfaat Penelitiaan

    Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari

    segi akademis dan praktis, yaitu :

    a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

    para wartawan atau jurnalis, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu

    jurnalistik, baik yang berada di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta maupun mahasiswa lain yang menekuni ilmu

    tersebut, khususnya yang terkait dengan jurnalisme damai.

    b. Secara praktis memberikan informasi bagi jurnalis mengenai

    implementasi jurnalisme damai dalam media cetak khususnya

    seputar pemberitaan konflik.

  • 10

    D. Metodologi Penelitian

    1. Paradigma Penelitian

    Penelitian ini termasuk kedalam paradigma konstruktivis.

    Paradigma konstruktivis mempunyai posisi dan pandangan tersendiri

    terhadap media dan teks yang dihasilkannya. Konstruktivis

    memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural,

    tetapi hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi hasil analisis pada

    paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau

    realitas tersebut dikonstruksi dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.

    11

    2. Pendekatan Penelitian

    Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian

    pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna

    dari gejala-gejala sosial didalam masyarakat. Obyek analisis dalam

    pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan

    budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat

    bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi

    tertentu. 12

    11

    Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 h.15 12

    Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Dimasyarakat (Jakarta : Kencana, 2007), cet. Ke-2 h.302

  • 11

    3. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis framing.

    Analisis framing adalah, analisis yang digunakan untuk mengetahui

    bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh

    media. 13

    Yang menjadi titik penelitian adalah bukan apakah media

    memberitakan positif atau negatif, melainkan bagaimana bingkai yang

    dikembangkan oleh media. Sikap mendukung, positif, atau negatif

    hanyalah efek dari bingkai yang dikembangkan oleh media.

    4. Sumber Data

    Data yang diambil untuk dijadikan suatu sumber dalam penelitian ini

    adalah :

    a. Data Primer

    Data primer adalah data langsung yang dikumpulkan

    langsung oleh peneliti pada saat penelitian. Untuk itu peneliti

    mengambil data dari pemberitaan Harian Umum Republika.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data-data pendukung lainnya yang

    diperoleh tidak secara langsung. Data sekunder bisa berupa

    dokumen, arsip perusahaan, ataupun laporan-laporan tertentu yang

    didapat oleh peneliti dari berbagai sumber.

    13

    Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 H.3

  • 12

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

    peneliti adalah :

    a. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,

    dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan,

    pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti

    gambar, kutipan, dan bahan lain) . 14

    Pada tahap dokumentasi peneliti akan mengumpulkan file

    berita Harian Republika yang memuat berita mengenai kasus

    konflik poso III antarumat beragama islam dan Kristen pada

    tanggal 16 Mei hingga 15 Juni 2000.

    b. Wawancara

    Dalam sesi wawancara penulis berusaha mengumpulkan

    data dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber

    yaitu, Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika yaitu,

    Bapak Stevy Maradona untuk mengetahui bagaimana

    pembingkaian di Harian Umum Republika, serta penerapan

    Jurnalisme Damai pada Konflik Poso III.

    14

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pusat Bahasa (Jakarta : PT.

    Gramedia, 2008), h.1025

  • 13

    c. Studi Kepustakaan (Library Research)

    Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui

    literature dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan

    dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian.

    6. Teknik Analisi Data

    Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif

    dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti

    di lapangan biaik melalui observasi, wawancara mendalam, maupun

    dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam

    kategori-kategori tertentu yang mempertimbangkan keshahihan dan

    memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat audiensinya dan

    melakukan triangulasi berbagai sumber data. 15

    Penelitian mengenai Konflik Poso III pada Harian Republika

    memusatkan pada penelitian kulitatif yang menggunakan teknik

    analisis framing model Robert N. Entman. Penelitian ini dilakukann

    untuk mengetahui bagaimana pembingkaian Harian Umum Republika

    terhadap Konflik Antarumat Islam dan Kristen pada kasus Poso III

    serta penerapan Jurnalisme Damai. Hasil dari pengumpulan data baik

    dari dokumntasi, wawancara, serta studi kepustakaan, diolah dengan

    mengacu pada model framing Robert N. Entman.

    15

    Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana Praneda Media Group : 2006), H. 192-193

  • 14

    Untuk mempermudah pengolahan data, terlebih dahulu penulis

    menguraikan unit analisis (berita per-edisi) yang ditabulasikan

    kedalam tabel, kemudian penulis menguraikan isi atau inti pemberitaan

    yang juga ditabulasikan kedalam sebuah tabel. Unit analisis dari unit

    masing-masing subject penelitian ditabulasikan kedalam sebuah tabel

    yang memuat kecendrungan framingnya, yang pada model Robert N.

    Entman dilakukan empat aspek, yaitu : pertama, identifikasi masalah

    (Problem Identification), kedua, identifikasi penyebab masalah (causal

    interpretatition), ketiga, evaluasi moral (moral evaluation), keempat,

    saran penanggulangan masalah (treatment recommendation).

    Tabel 1

    Konsep Framing Model Robert N. Entman 16

    Problem Identification

    (pendefinisian masalah)

    Bagaimana suatu peristiwa

    dilihat? Sebagai apa? Atau

    sebagai masalah apa?

    Causal Interpretation

    (memperkirakan masalah atau

    sumber masalah)

    Peristiwa itu dilihat disebabkan

    oleh apa? Apa yang dianggap

    sebagai penyebab dari suatu

    masalah? Siapa (aktor) yang

    16

    Eriyanto, Analisis Framin :Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 h.223-224

  • 15

    dianggap sebagai penyebab

    masalah?

    Moral Evaluation

    (membuat keputusan moral)

    Nilai moral apa yang disajikan

    untuk menjelaskan masalah? Nilai

    moral apa yang dipakai untuk

    melegitimasi atau

    medeletigitimasi suatu tindakan?

    Treatment recommendation

    (menekankan penyelesaian)

    Penyelesaian apa yang ditawarkan

    untuk mengatasi masalah/ isu?

    Jalan apa yang ditawarkan dan

    harus ditempuh untuk mengatasi

    masalah?

    7. Pedoman Penulisan

    Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman

    Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid

    Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeqDa (Center for Quality

    Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

  • 16

    E. Tinjauan Pustaka

    Penulis telah melakukan tinjauan pustaka sebelum menentukan judul

    penelitian ini. Tinjauan pustaka dilakukan di Perpustakaan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan juga di Perpustakaan Utama UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil tinjauan yang telah

    dilakukan peneliti, terdapat lima judul skripsi yang memiliki perbedaan

    dengan judul penelitian yang ditulis ini. Diantaranya:

    1. Skripsi Tofan Effendi, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008

    dengan judul “BINGKAI HARIAN UMUM KOMPAS SEBAGAI

    JURNALISME DAMAI ATAS PEMBERITAAN KONFLIK

    PALESTINA-ISRAEL”. Tofan Effendi melihat sisi perdamaian teks berita

    media cetak KOMPAS. Penelitian ini hampir sama dengan saya dalam

    subyek penelitian, yaitu mengenai Jurnalisme Damai. Adapun

    perbedaannya, Saya akan meneliti Harian Umum Republika dalam

    mengimplementasikan indikator-indikator Jurnlalisme Damai dan melihat

    kecnderungannya, sedangkan Tofan pada Harian Umum Kompas. Selain

    itu, konflik yang menjadi fokus penelitian Tofan pada konflik Israel-

    Palestina, sedangkan saya pada konflik Ahmadiyah di Bangka Belitung.

    2. Skripsi Ulul Azmi, mahasiswi jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 dengan judul “KONSTRUKSI

    ISLAM DI MEDIA MASSA : ANALISIS FRAMING, KONFLIK

    PALESTINA ISRAEL DI HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA”

  • 17

    Kesimpulannya, Ulul Azmi melakukan subyek penelitian mengenai

    konflik, sedangkan saya melakukan penelitian seputar Jurnalisme Damai.

    Dalam penggunaan metode penelitian, seperti Ulul Azmi saya juga

    menggunakan Analis Framing. Namun, object yang saya teliti berbeda

    dengan skripsi tersebut.

    3. Skripsi karya Gema Mawardi, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas

    Indonesia, Depok dengan judul “PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA

    ONLINE (ANALISIS FRAMING BERITA MUNDURNYA SURYA

    PALOH DARI PARTAI GOLKAR DI MEDIAINDONESIA.COM DAN

    VIVANEWS.COM TANGGAL 07 SEPTEBER 2011) Skripsi ini

    menggunakan Analisis Framing model Zhongdan Pan dan Gerald M.

    Kosicki, sedangkan saya menggunakan analisis framing model Robert N.

    Entman.

    4. Buku berjudul “ANALISIS WACANA KONFLIK ANTAR AGAMA

    DALAM NOVEL LAJJA KARYA TASLIMA NASRIN” Oleh Soraya

    Bunga Larasati Tahun 2010. Kesamaan dengan penelitian saya adalah

    pada model analisis data yaitu analisis wacana yang digunakan untuk

    meneliti konflik. Meskipun, terkadang konflik Ahmadiyah adalah konflik

    antar suku ataupun agama, tapi konteksnya berbeda dengan penelitian

    yang saya kerjakan.

  • 18

    5. Sistematika Penulisan

    Untuk menjelaskan penulisan laporan penelitian ini, maka peneliti

    memaparkan sistematika penulisan skripsi yang disusun dalam lima bab,

    dan pada masing-masing bab terdapat sub-sub judul yang menjelaskan

    lebih dalam isi dari setiap bab tersebut. Adapun sistematika penulisan

    skripi ini tersusun sebagai berikut:

    1. BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

    masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    metodologi penelitian serta mencakup tinjauan pustaka.

    2. BAB II KAJIAN TEORITIS

    Bab ini berisi mengenai pandangan teoritis tentang Jurnalisme

    Damai, Analisis Framing Robert Ethmen, serta pengertian berita.

    3. BAB III GAMBARAN UMUM

    Dalam bab tiga ini penelitian akan digambarkan mengenai

    company profile Harian Umum Republika, sejarah, visi-misi,

    segmentasi, jangkauan area, struktur organsasi, dan pemegang saham.

    4. BAB IV HASIL PENELITIAN

    Bab keempat dalam laporan penelitian ini berisi, Analisis

    praktik Jurnalisme Damai pada berita Konflik Poso III antaraumat

  • 19

    Islam dan Kristen di Harian Umum Republika dan Analisis praktik

    Framing Robert Ethmen pada berita Konflik Poso III antaraumat Islam

    dan Kristen di Harian Umum Republika

    5. BAB V PENUTUP

    Bab terakhir peneliti menyajikan kesimpulan, dari hasil penelitian,

    dan saran kepada Harian Umum Republika dan juga kepada

    Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berkaitan

    dengan penemuan penelitian.

  • 20

    BAB II

    KAJIAN TEORITIS

    A. JURNALISME DAMAI

    Jurnalisme Damai menurut Jake Lynch dan Annabel McGoldrick

    adalah “manakala editor dan reporter membuat pilihan akan yang dilaporkan,

    dan bagaimana melaporkannya yang membentuk peluang masyarakat luas

    untuk mempertimbangkan dan membuat respon konflik tanpa kekerasan. 1

    Sedangkan oleh Samuel Peleg, Jurnalisme Damai diartikan sebagai

    usaha besar dalam mendefinisikan ulang dan merekonstruksi ulang tujuan

    jurnalis dalam peliputan konflik. 2

    Secara singkat TRANSCEND Media Service merumuskan beberapa

    praktik kerja jurnalisme yang menunjukan penerapan Jurnalisme Damai pada

    peliputan berita konflik;

    1. Latar belakang dan sisi kontekstual konflik,

    2. Mendengarkan semua pihak,

    3. Mengungkapkan agenda terselubung,

    4. Menyoroti ide-ide dan inisiatif perdamaian dari mana pun dan

    kapan pun. 3

    1 Jake Lynch dan Annabel McGoldrick, Peace Journalism. (Stroud:Hawtorn Prss, 2005).

    2 Samuel Peleg, “Peace Journalism through the Lense of Conflict Theory:Analysis and Practice, “

    Conflict and Communication Online V, no. 2 (2006): h.1

  • 21

    Istilah Jurnalisme Damai mulai dipakai oleh Johan Galtung pada 1970-

    an. 4 Jurnalisme Damai kini sudah menyebar luas sebagai reformasi reporter,

    akademisi, dan aktivis mulai dari Afrika hingga belahan dunia lain. Sebagai

    mata kuliah, Jurnalisme Damai kini sudah diajarkan di Inggris, Australia,

    Amerika Serikat, Meksiko, Afrika Selatan, Costa Rica, Norwegia, Swedia,

    dan banyak negara lain.

    Dasar pemikiran Jurnalisme Damai adalah bahwa, jika belakangan ini

    media cenderung memainkan peran negatif dalam meningkatkan tegangan

    antar-aktor konflik dan antara sisi-sisi konflik, maka mereka juga bisa

    memainkan peran positif dengan mempromosikan perdamaian dan

    rekonsiliasi.

    Pandangan tersebut didukung oleh temuan Annabel McGoldrick dan

    Jake Lynch, bahwa di negara-negara berbahasa Inggris di Barat, ada

    kepercayaan yang telah melekat bahwa jurnalis “hanya menyampaikan fakta”/

    permasalahan yang muncul adalah tak pelak lagi, banyak orang mengetahui

    bagaimana menulis dan menyusun fakta untuk para jurnalis dilaporkan 5 (tapi

    tidak memahami nilai-nilainya).

    Menurut mereka, klaim bahwa jurnalis hanya melaporkan fakta

    merupakan perhitungan yang tidak tepat terhadap peran jurnalis. Jurnalisme

    3 http : //www.peacejournalism.org diakses tanggal 16 November 2016.

    4 Sueyman Irvan, “Peace Journalism as a Normative Theory:Premises and Obstacles,”

    Mediterranean Editions I, no. 2 (2006): h.34

    5 Annabel Mcgoldrick dan Jake Lynch, “What is peace Journalism?” Active, (Winter 2001): h. 6.

  • 22

    adalah sebuah intervensi antara sumber cerita dan audiens, dan jurnalisme

    membuat pilihan-pilihan tentang etika masing-masing intervensi.

    Konsep jurnalisme damai dikembangkan berdasarkan penawaran

    bahwa membekali reporter dengan keahlian resolusi konflik akan

    memungkinkan reporter tersebut menjadi profesional yang lebih efektif.

    Jurnalisme damai berusaha menampilkan framing cerita dan penggambaran

    yang lebih luas, adil, dan akurat, dalam memahami analisa dan transformasi

    konflik.

    Di tengah komplesitas konflik antarkelopok agama di Indonesia,

    banyak pihak menyangsikan proses negosiasi akan dilakukan secepatnya.

    Sedikit banyak, pandangan tersebut merupakan akibat konstruksi media yang

    berorientasi ekonomi, bukan perdamaian. Bagi jurnalis yang telah dibekali

    keahlian mencari resolusi konflik, akan lebih mudah melihat peluang

    perdamaian, sepelik apapun permasalahannya.

    Jurnalisme Damai dibentuk untuk meminimalisir keretakan

    antarkelompok dengan tidak mengulang “fakta” atau meyediakan “panggung

    konflik”. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar para jurnalis perdamaian

    adalah “apa yang dapat saya lakukan dengan intervensi saya untuk

    memperbesar peluang perdamaian?”

    Lynch merumuskan tiga bagian utama yang mencul dalam setiap

    pembahasan mengenai diskursus Jurnalisme Damai. Ketiga pembahasan

    tersebut adalah, pertama, proporsi konflik, kedua, mengenai segitiga berita,

  • 23

    jurnalisme, dan media. Terakhir yang bersifat praktikal adalah tentang media

    analisis dan media kritis, yaitu tentang bagaimana menganalisis dan

    mengkritisi media yang tidak memiliki peran positif dalam peliputan konflik.

    B. PENGERTIAN BERITA

    a. Pengertian Berita

    Secara etimologis dalam bahasa inggris, berita (news)

    berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa

    atau hal yang baru. Prof. Michael V. Charnley dalam bukunya

    “Reporting” mendefinisikan berita sebagai berikut :

    “... News is the timely reports of facts or opinion of either

    interest or importance, or both, to a considerable number of

    people “ (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau

    opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting,

    atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk...” 6

    Paul de Messenener dalam buku here’s the news. Unesco

    Associate menyatakann, news atau berita adalah sebuah informasi

    penting dan menarik khalayak serta minat pendengar. Charley dan

    James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu

    peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi, yang

    penting menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan

    kepada khlayak.

    6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

    2003), h. 131

  • 24

    Doug Newton dan James A. Wollwert dalam media writing :

    News for The Mass Media (1985 ; 11) mengemukakan, dalam

    definisi sederhana, berita adalah apa saja yang perlu dan ingin

    diketahui orang atau lebih luas lagi masyarakat. Dengan

    melaporkan berita media massa memeberitakan informasi

    kepada masyarakat mengenai apa yang dibutuhkan. 7

    Berdasarkan definisi berita menurut para ahli, maka disini

    peneliti mernagkum bahwa berita adalah peristiwa yang memiliki

    nilai, menarik, memiliki dampak, serta informasi penting.

    b. Jenis-Jenis Berita

    a. Straight News Report adalah laporan langsung mengenai suatu

    peristiwa. Laporan kejadian-kejadian yang menarik dan penting, tanpa

    mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus

    singkat, ringkas, dalam pelaporannya, namun tetap tidak mengabaikan

    kelengkapan data dan objectivitas.

    b. Dept news report adalah laporan yang sedikit berbeda dengan staright

    news report. Wartawan menghimpun informasi mngenai peristiwa itu

    sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

    c. Comperehansive News merupakan laporan yang berisi fakta secara

    menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh sebenarnya

    adalah jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam

    berita langsung (Straight News).

    7 Haris Sumandiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006) cet. Ke-2

    hal. 64

  • 25

    d. Interpretative Report, biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau

    peritiwa kontroversial.

    e. Feature story, jenis berita ini penulis mencari fakta untuk menarik para

    pembacanya. Penulis menyajikan suatu pengalaman pembaca yang

    bergantung pada pengalaman gaya menulis dan humor daripada

    pentingnya informasi yang disajikan.

    f. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,

    tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

    g. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda

    dengan laporan interpretative.

    h. Editorial Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan

    sidang pendapat umum. 8

    c. Nilai Berita

    Nilai berita (news values), menurut Downie JR dan Kaiser,

    merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini,

    meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan.

    Ketinggian nilainya tidak mudah di konkretkan. Nilai berita juga

    8 Haris Sumandiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006) cet. Ke-2

    hal. 69-71

  • 26

    menjadi tambahan rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat

    konsep apa yang disebut berita. 9

    “Nilai berita bukan saja menentukan peristiwa apa saja yang

    diberitakan, melaikan juga bagaimana peristiwa tersebut

    dikemas. Nilai jurnalistik menentukan bagaimana peristiwa

    didefinisikan. Ketika seorang wartawan mengatakan sebagai

    berita, peristiwa diseleksi menurut aturan-aturan tertentu.

    Hanya peristiwa-peristiwa dengan ukuran tertentu saja yang

    layak dan bisa disebut sebagai berita. Tidak semua aspek dari

    peristiwa dilaporkan, tetapi harus dinilai terlebih dahulu,

    bagaimana peristiwa yang mempunyai nilai berita, tinggi-

    bagian itulah yang ditekankan untuk terus-menerus

    dilaporkan.” 10

    Nilai berita menurut pandangan lama,

    Pertama, tanda-tanda yang tidak lazim, benda-benda ganjil,

    hasil kerja atau produk alam, dan seni yang hebat dan tidak biasa,

    gempa bumi, sesuatu yang aneh dan muncul tiba-tiba di langit, dan

    penemuan-penemuan baru yang pada abad itu sudah banyak

    terjadi.

    Kedua, berbagai jenis keadaan, perubahan, perubahan-

    perubahan pemerintah, masalah perang dan damai, sebab-sebab

    perang dan keinginan-kenginan perang, pertempuran, rencana-

    rencana para pemimpin militer, undang-undang baru,

    pertimbangan-pertimbanagan yang disetujui, pegawai negeri,

    kelahiran, kematian para pangeran, ahli waris tahta, upacara

    9 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 17

    10

    Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2008 ),

    cet. Ke-5, hal. 104

  • 27

    pelantikan dan upacara-upacara resmi serupa itu, kematian orang-

    orang terkenal, dll.

    Ketiga, masalah-masalah gereja dan keterpelajaran,

    misalnya, asal-usul agama ini dan agama itu, pendirinya,

    kemajuannya, sekte-sekte baru, dogma-dogma yang diputuskan,

    ritual-ritual, perpecahan agama, penyiksaan, mukhtamar

    keagamaan, keputusan-keputusan yang diambil, karya tulis para

    sarjana, peselisihan ilmiah, karya baru kaum terpelajar, keberanian

    berusaha, bencana dan kematian serta hal-hal yang berhubungan

    dengan alam, warga masyarakat, gereja, atau sejarah keagamaan. 11

    Walter Lippmann, wartawan amerika yang terkenal

    pada awal abad lalu. Ia menggunakan istilah nilai berita untuk

    pertama kalinya dalam bukunya Public Opinion pada tahun 1992.

    Ia menyebutkan bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika

    di dalamnya ada unsur kejelasan (Clarity) tentang kejadiannya ada

    unsur kejutannya (Surprise), ada unsur kedekatannya (Proximity)

    secara geografis, serta ada dampak (Impact) dan konflik

    personalnya. Jika diringkas nilai berita itu tidak lebih daripada

    11

    Hikmat Kusumangingrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori, Praktik, (Bandung :

    Remaja Rosda Karya, 2006) cetk. Ke-2, h. 58

  • 28

    asumsi -asumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi

    khalayak tertentu, yakni apaa yang mendapat perhatian mereka. 12

    Berkaitan dengan nilai berita ada beberapa pendapat

    sesuatu dikategorikan mempunyai tentang kriteria nilai berita. John

    Galtung dan Marie Holmboe Ruge 1965 ( dalam Nurudin 2009:52

    ) pernah memberikan kriteria yaitu frekuensi, negative bad news is

    good news, tak terduga, Personalisasi peristiwa, Kepenuhartian

    atau cultural proximity, Berkaitan dengan pemimpin Negara,

    Berkaitan dengan individu, Konflik, Prediksi, penting, besar,

    aktulitas, kedekatan, tenar, human interest. Sedangkan pendapat

    lain disebutkan oleh Curtis D. MacDougall dalam

    bukunya Interpretative Reporting menyebutkan lima syarat

    yaitu Timlines, Proximity, Prominence, Human Interest dan

    Consequence. Dengan Kriteria tersebut maka nilai beita dapat

    ditarik jika mempunyai elemen-elemen nilai berita.

    Elemen nilai berita yaitu sebagai berikut :

    1. Immediacy, kerap disitilahkan dengan timelines atau aktualitas.

    Artinya terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita

    sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Bila

    peristiwanya terjadi beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur

    waktu amat penting disini.

    12

    Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya

    Bandung,2005 hlm 58

  • 29

    2. Proximity, jarak. khalayak berita akan tertarik dengan berbagai

    peristiwa yang terjadi didekatnya, disekitar kehidupan sehari-harinya.

    Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa

    dalam hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita-berita yang

    meyangkut kehidupan mereka, seperti keluarga atau kawan-kawan mereka

    atau kota-kota mereka beserta klub-klub olahraga, stasiun, terminal, dan

    tempat-tempat yang mereka kenali setiap hari.

    3. Consequence, akibat. berita yang mengubah kehidupan pembaca

    adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misalnya dengan lewat

    berita kenaikan gaji pegawai atau kenaikan harga BBM, masyarakat

    dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi

    kalkulasi ekonomi sehari hari yang harus mereka hadapi.

    4. Conflict, peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau criminal

    merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. Perseteruan antar

    individu, antar tim atau kelompok, sampai antar Negara, merupakan

    elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik.

    5. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan

    diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, goyang

    gempa berskala richter tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat

    calon gubernur dan sebagainya, merupakan hal-hal yang akan jadi

    perhatian masyarakat.

    6. Sex, sex kerap menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan,

    tapi seks sering pula menjadi lemen tambahan bagi pemberitaan tertentu,

  • 30

    sperti pada berita sport, selebritis, atau criminal. Berbagai brerita artis

    hiburan banya dibumbui dengan elemen sek. Berita politik impeachment

    as Bill Clinton banyak terkait dengan unsur seksnya.

    7. Emotion, elemen ini kadang dinamakan elemen human interest

    elemem ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan,

    kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, atau humor. Elemen

    emotion dengan komedi, atau tragedy. Unsur human interest dalam berita

    : Ketegangan ( suspense ). Ex pembacaan sidang, Ketidaklaziman (

    unsualness ) bayi kembar lima, Minat pribadi ( personal interest ) tukang

    urut bisa bikin langsing, Konflik, Simpaty, Kemajuan , Seks, Usia, Humor.

    8. Prominence, cuatan ketermukaan. elemen ini adalah unsur yang

    menjadi dasar istilah “names make news” nama membuat berita. Ketika

    seseorang menjadi terkenal maka ia akan selalu diburu oleh pencari berita .

    unsur keterkenalan ini tidak bisa dibatasi atau hanya ditujukan kepada

    status VIP semaa. Beberapa pendapat, tempat, dan peristiwa termasuk ke

    dalam elemen ini.

    9. Suspense, ketegangan elemen ini menunjukan sesuatu yang

    ditunggu-ditunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyarakat. Adanya

    ketegangan menunggu pecahnya perang ( invasi ) AS ke Irak adalah salah

    satu contohnya. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan

    paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita

    yang menyampaiakan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting.

  • 31

    Kejelasan fakta dituntut masyarakat. Contoh pada kasus bom bali tetap

    mengandung kejelasan fakta.

    10. Progress, kemajuan elemen ini merupakan elemen “perkembangan”

    peristiwa yang ditunggu masyarakat. Contoh kesudahan invasi militer

    Amerika di Irak masih ditunggu masyarakat atau terdapat virus yang

    berkembangan misal sars maka beritanya akan tetap ditunggu oleh

    masyarakat. 13

    a. Kategori Berita dan Unsur Layak Berita

    Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam produksi berita adlah apa yang

    disebut kategori berita. Secara umum seperti dicatat Tuchman, wartawan

    memakai lima kategori berita ; harnews, softnews, spotnews, developing

    news, dan continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan

    isi jenis berita dan subject peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori

    tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 14

    13

    Setyawan Santana, op, cit. hlm 18

    14

    Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008

    ), cet. Ke-5, hal. 109-110

  • 32

    Tabel 2.1

    Kategori Berita

    Hard News Hard news adalah suatu bentuk berita penting yang harus

    disampaikan langsung ke publik. Hard News ini tidak bisa

    ditunda pemberitaanya karena akan cepat basi. Hard news

    isinya menyangkut hal hal penting yang langsung terkait

    dengan kehidupan pembaca pendengar, atau pemirsa,

    biasanya adalah hal hal yang di anggap penting dan karena

    itu segera dlaporkan oleh koran radio ataupun TV.

    Soft News Soft news adalah berita yang dari segi struktur penulisan

    relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft

    news umumnya tidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat,

    khususnya dalam soal waktunya.

    Spot News Spotnews adalah subklasifikasi berita dari hardnews, dalam

    spot news berita yang diliput tidak bisa direncanakan,

    peristiwa kebakaran, kecelakaan, pembunuhan, gempa bumi

    adalah jenis-jenis berita yang tidak bisa di prediksikan.

    Developing News Developing News adalah subkalsifikasi lain dari hardnews,

    baik spot news maupun developing news umumnya

    berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi di

    developing news, dimasukan elemen lain, peristiwa yang

    diberitakan adalah rangkaian dari beriita yang akan

    dilajutkan keesokan atau selanjutnya.

  • 33

    Continuing News Continuing News adalah subkalsifikasi dari berita hard news,

    dalam continuing news peristiwa-peristiwa berita bisa

    diprediksikan dan direncanakan. Proses dan peristiwa setiap

    hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam

    wilayah pembahasan yang sama.

    Selain kategori berita, beberapa hal yang menjadi unsur layak berita, yaitu :

    1. Berita Harus Akurat

    Pembaca biasanya sangat memperhatikan soal akurasi. Kredibilitas sebuah

    media cetak maupun elektronik, ditentukan oleh aurasi beritanya sebagai

    konsekuensi kehati-hatian dari para wartawannya dalam membuat berita.

    2. Berita Harus Lengkap Adil dan Berimbang

    Keakuratan suatu fakta tidak menjamin kekuatan suatu arti. Yang

    dimaksud sikap adil dan beribang adalah bahwa seorang wartwan harus

    melaporkan apa yang sebenarnya terjadi. Berita yang dikatakan adil dan

    berimbang adalah berita yang dihadirkan wartawan setelah semua upaya ia

    lakukan.

    3. Berita Harus Objectif

    Seorang wartawan dituntut untuk bersikap objectif dalam menulis. Dengan

    sikap objectifnya, berita yang ia buatpun akan objectif, artinya berita yang

    dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari

    prasangka.

  • 34

    Dalam pengertian objectif ini, wartawan harus menulis dalam konteks

    peristiwa secara keseluruhan, tidak dipotong-potong oleh kecenderungan

    subjectif.

    4. Berita harus ringkas dan jelas

    Berita yang disampaikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Artinya,

    harus berupa tulisan yang ringkas, jelas, dan sederhana. Tulisan berita

    tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung, dan padu.

    5. Berita harus Hangat

    Karena konsumen berita menginginkan informasi segar, informasi hangat,

    kebanyakan berita berisi laporan-laporan peristiwa “hari ini” (dalam harian

    sore), atau paling lama “tadi malam” atau “kemarin” (dalam harian pagi).

    Media berita sangat spesifik tentang faktor-faktor waktu ini untuk

    menunjukan bahwa berita-berita mereka bukan hanya “hangat” tetapi juga

    paling sedikitnya yang terakhir. 15

    C. FRAMING

    1. Definisi

    Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan

    secara sederhana sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana

    realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh

    15

    Hikmat Kusumangingrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori, Praktik, (Bandung :

    Remaja Rosda Karya, 2006) cetk. Ke-2, h. 47-57

  • 35

    media. 16 Pembingkaian tersebut melalui proses konstruksi. Disini

    realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan makna tertentu.

    Peristiwa dimaknai dengan bentukan tertentu. Hasilnya,

    pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan

    orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya elemen

    dari teknik Jurnalistik, tetapi menandai bagaimana peristiwa

    dimaknai dan ditampilkan. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat

    aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.

    Penonjolan atau penekanan dari aspek dan realitas tersebut

    haruslah dicermati lebih jauh. Karena penekanan atau penonjolan

    aspek tertentu dari realitas tersebut akan membuat (hanya) begian

    tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih

    mengena dalam pikiran khalayak.

    Dalam analisis framing, yang kita lakukan pertama kali

    adalah, melihat bagaimana media mengkontrusi realitas. Peristiwa

    dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya,

    wartawan dan medialah yang secara aktif memebentuk realitas.

    Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang, diabstraksikan menjadi

    peristiwa yang kemudian hadir dihadapan khalayak. Jadi, dalam

    penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana

    realitas peristiwa dikontruksi oleh media. Lebih spesifik,

    bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu.

    16

    Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008

    ), cet. Ke-5, hal. 3

  • 36

    Sehingga, yang menjadi titik perhatian bukan apakah media

    memberikan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai

    yang dikembangkan oleh media. 17

    Framing terutama melihat pesan/ peristiwa dikonstruksi

    oleh media. Bagaimana wartawan mengkontruksi peristiwa dan

    menyajikannya kepada khalayak pembawa.

    Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks

    yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Beberapa

    definisi framing dari para ahli :

    Tabel 2.2

    Definisi Framing

    Robert N. Entman Entman melihat framing dalam dua dimensi

    besar : seleksi isu dan penekanan atau

    penonjolan aspek-aspek tertentu dari

    realitas. Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan

    fakta. Dari realitas yang kompleks dan

    beragam, aspek mana yang diseleksi untuk

    ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung

    di dalamnya ada bagian berita yang

    dimasukkan, tetapi ada juga berita yang

    dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian

    dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek

    tertentu dari suatu isu.

    Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan

    17

    Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008

    ), cet. Ke-5, hal. 7

  • 37

    dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu

    di suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek

    tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan

    pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra

    tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

    Zhongdan

    Pan & Gerald M.

    Kosicki

    Dalam tulisan mereka Framing Analysis: An

    Approach to News Discourse, Pan & Kosicki

    mengoperasionalisasikan empat dimensi

    struktural teks berita sebagai

    perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip,

    tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural

    tersebut membentuk semacam tema yang

    mempertautkan elemen-elemen semantik narasi

    berita dalam suatu koherensi global.

    Model ini berasumsi bahwa setiap berita

    mempunyai frame yangberfungsi sebagai pusat

    organisasi ide.

    Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan

    dengan elemen yang berbeda dalam teks

    berita—kutipan sumber, latar informasi,

    pemakaian kata atau kalimat tertentu kedalam

    teks secara keseluruhan.

    Frame berhubungan dengan makna.

    Bagaimana seseorang memaknai suatu

    peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda

    yang dimunculkan dalam teks.

    Wiliam Gamson Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah

    cara bercerita atau gugusan ide-ide yang

    terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan

    konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang

  • 38

    berkaitan dengan objek suatu wacana.

    Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan

    disederhanakan sedemikian rupa untuk

    ditampilkan kepada khalayak pembaca.

    Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam

    pemberitaan agar tampak menonjol dan

    menarik perhatian khalayak pembaca. Itu

    dilakukan dengan seleksi, pengulangan,

    penekanan, dan presentasi aspek tertentu

    dengan realitas.

    David Snow and

    Robert Benford

    Pemberian makna untuk menafsikan peristiwa

    dan kondisi yang relevan. Frame

    mengorganisasikan system kepercayaan dan

    diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak

    kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan

    kalimat tertentu.

    Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh

    individu untuk menempatkan, menafsirkan,

    mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara

    langsung atau tidak langsung. Frame

    mengorganisir peristiwa yang kompleks ke

    dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami

    dan membantu individu untuk mengerti makna

    peristiwa.

    2. Analisis Framing Model Robert N. Entman

    Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang

    meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media.

    Konsep mengenal framing ditulis dalam sebuah artikel untuk

  • 39

    Journal Of Political Communication dan tulisan lain yang

    memraktikan konsep itu dalam suatu studi kasus pemberitaan

    media.

    Konsep Framing digunakan Entman, untuk

    menggambarkan proses seleksi dan menunjukan aspek tertentu dari

    realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan

    informasi-informasi konteks yang khas sehingga issue tertentu

    mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang lain.

    Framing memberikan tekanan lebih pada teks komunikasi

    yang ditampilkan atau bagian teks mana yang lebih menonjol. Kata

    penonjolan itu sendiri dapat diartikan : membuat informasi menjadi

    lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah di-ingat oleh

    khalayak.

    Robert N. Entmen menekankan pada dua dimensi besar

    yaitu, seleksi isu dan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari

    realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi

    lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih di-ingat oleh

    khalayak. 18

    18

    Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008

    ), cet. Ke-5, hal. 186

  • 40

    Tabel 2.3

    Konsep Framing Model Robert N. Entman 19

    Problem Identification

    (pendefinisian masalah)

    Bagaimana suatu peristiwa

    dilihat? Sebagai apa? Atau

    sebagai masalah apa?

    Causal Interpretation

    (memperkirakan masalah atau

    sumber masalah)

    Peristiwa itu dilihat disebabkan

    oleh apa? Apa yang dianggap

    sebagai penyebab dari suatu

    masalah? Siapa (aktor) yang

    dianggap sebagai penyebab

    masalah?

    Moral Evaluation

    (membuat keputusan moral)

    Nilai moral apa yang disajikan

    untuk menjelaskan masalah? Nilai

    moral apa yang dipakai untuk

    melegitimasi atau

    medeletigitimasi suatu tindakan?

    Treatment recommendation

    (menekankan penyelesaian)

    Penyelesaian apa yang ditawarkan

    untuk mengatasi masalah/ isu?

    Jalan apa yang ditawarkan dan

    harus ditempuh untuk mengatasi

    masalah?

    19

    Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet

    ke-5 H.223-224

  • 41

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    A. Profil Republika

    Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan

    komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Harian umum Republika diterbitkan

    atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi

    kritis dan berkualitas, yaitu bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain

    di dunia, memegang nilai – nilai spritualitas dengan wujud pancasila sebagai filsafat

    bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.

    Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat

    Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh

    mantan wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah

    sesuai dengan tujuan, cita –cita dan program Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

    (ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Salah satu program ICMI yang

    disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa

    melalui program peningkatan 5K, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kulitas

    Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir. Pada saat itu ICMI yang diketuai oleh BJ

    Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan yang

    memungkinkan upaya-upaya tersebut dapat berbuah.Untuk mewujudkan cita – cita,

    dan program ICMI diatas, beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang

    berdedikasi dan berkomitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia

    yang beragama islam, membentuk yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992.

    Yayasan ini kemudian menyusun 3 program utamanya, yaitu pengembangan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Muslimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Wartawanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Majalah_Tempohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zaim_Uchrowi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Cendekiawan_Muslim_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibiehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie

  • 42

    Islamic center, pengembangan CIDES (Center for Information and Development

    Studies), dan penerbitan Harian Umum Republika.

    Koran Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993 di bawah bendera

    perusahaan PT Abdi Bangsa, setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan

    seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT

    Abdi Bangsa. Pendiri Yayasan Abdi Bangsa berjumlah 48 orang yang terdiri dari

    beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta

    pengusaha. Mereka antara lain Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H. Harmoko, Ibnu

    Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Presiden Soeharto berperan sebagai

    pelindung Yayasan dan Prof. Dr. Ing B.J Habibie yang juga menjabat sebagai ketua

    ICMI dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Negara.

    Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada

    tanggal 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa

    melalui proses Yayasan kemudian memperoleh SIUP (Surat Izin Usaha Penerbitan

    Pers) dari Departemen Penerangan Indonesia, sebagai modal awal penerbitan

    Harian Umum Republika. SIUP itu bernomor 283/SK/MENPEN//SIUPP/A.7/1992

    tertanggal 19 Desember 1992.

    Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang

    disampaikan saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap padanya untuk

    menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya koran ini

    akan diberi nama “Republik”.

  • 43

    PT. Abdi Bangsa didirikan pada 20 November 1992 di Jakarta. Perusahaan

    yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini begerak dalam bidang usaha

    penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh Direksi di

    bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang

    Saham. Direksi dalam mengelola Perseroan dibantu oleh Pembina Manajemen. PT.

    Abdi Bangsa dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan

    ushanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat tampaknya akan

    menjadi perusahaan terbesar di dunia dalam konteks jumlah pemilikan saham.

    Penjualan saham PT. Abdi Bangsa sangat unik, satu lembar saham hanya

    boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2.9 juta lembar saham

    kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2.9 juta kepala

    keluarga atau pemegang saham.

    Pada akhir 2000 mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka

    Media, yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh keluarga Erick Tohir. PT Abdi

    Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan induk, dan Republika berada di bawah

    bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa.

    Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf

    Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak FM, radio Gen FM,

    Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan Alif TV. Walau berganti

    kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus

    diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan

    independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini

    terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran

    nasional untuk komunitas muslim. Direktur utama Republika saat ini adalah Erick

    Tohir yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia

    (ATVSI) periode 2010-2013.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mahaka_Mediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mahaka_Mediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_indukhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Golf_Digest_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Golf_Digest_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Parents_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Radio_Jak_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Radio_Gen_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Delta_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/FeMale_Radiohttp://id.wikipedia.org/wiki/Pramborshttp://id.wikipedia.org/wiki/Jak_tvhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alif_TV_(Indonesia)http://id.wikipedia.org/wiki/Alif_TV_(Indonesia)http://id.wikipedia.org/wiki/Erick_Thohirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Erick_Thohirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asosiasi_Televisi_Swasta_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/2010http://id.wikipedia.org/wiki/2013

  • 44

    Ideologi Republika adalah ideologi pemiliknya, PT. Abdi Bangsa, yaitu:

    kebangsaan, kerakyatan dan keislaman; dengan tujuan mempercepat terbentuknya

    “civil society”. Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam

    bentuk informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan islam dengan wajah

    moderat. 1 Sejak pertama kali terbit pada 4 januari 1993, penjualan oplah terus

    meningkat. Hanya dalam waktu sepuluh hari sejak edisi perdana, oplah koran ini

    sudah mencapai 100.000 ekslempar. Pada desember 1993 oplah Republika sudah

    mencapai 130.000 per hari. Pada tahun 2010 oplah Republika 115.000 ekslempar.

    Harian Republika tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Di Jakarta sebanyak

    50,31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%, Jawa Timur 4,36%, sisanya

    tersebar di daerah lain. Walaupun masih seumur jagung di kancah industri media

    cetak di Indonesia, Republika telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi.

    Pada pertengahan Oktober 1993 Republika berhasil menjadi juara pertama dalam

    lomba perwajahan media cetak.

    Sebagai upaya pemenuhan tuntutan khalayak, Republika telah melakukan

    berbagai penyempurnaan. Hal tersebut di wujudkan dengan menyempurnakan

    desain penampilan koran, dan meningkatkan porsi berita maupun artikel yang

    berkaitan dengan bisnis lebih banyak dan menempatkannya hampir di setiap

    halaman.

    Republika pun menampilkan corak jurnalisme yang khas. Republika

    menyajikan berita cenderung aktraktif, jelas, dan tuntas. Republika

    mengembangkan corak jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan gaya

    penuturannya diupayakan popular, renyah, tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah

    bahasa. Visualisasi dan desain menarik disajikan dengan menonjolkan bentuk grafis

    yang informatif (berupa gambar , foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna. Topik

    1 Ibnu hamad, Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis. (Jakarta: Granit,

    2004), h. 122

  • 45

    yang memperoleh perhatian lebih adalah topik-topik yang dekat dan berdampak

    langsung terhadap pembaca. Topik-topik tersebut disegmentasikan sebagai berikut:

    Resonansi, Hikmah, Solikui, Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor, Manajer, Trend

    Teknologi, Diolag Jum’at, Koran Kecil, dan Selasar.

    Sebagai wujud tanggungjawab sosial, khususnya kepada kaum dhuafa, pada

    Juli 1993, Harian Umum Republika mendirikan program “Dompet Dhuafa” yang

    menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat pembacanya. Program ini juga

    diwujudkan sebagai bentuk partisipasi dalam menyukseskan program pengentasan

    kemiskinan di Indonesia.

    Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir ditengah Indonesia yang

    berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek

    kehidupan, seperti politik, ekonomi, iptek, sosial, dan budaya, “keterbukaan”

    menjadi kata kunci. Republika memilih posisi untuk turut mempersiapkan

    masyarakat Indoensia memasuki masa dinamis, tanpa perlu kehilangan segenap

    kualitas yang telah dimiliki. Republika memiliki beberapa visi, yaitu :

    1) Menegakkan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar

    2) Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat

    3) Mengkritisi tanpa menyakiti

    4) Mencerdaskan, mendidik dan mencerahkan

    5) Berwawasan kebangsaan

    Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat

    mempersiapkan masyarakat memasuki era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai

    dan tidak ada langkah kembali, karena telah bersepakat mencapai kemajuan, meski

    demikian, berupaya juga untuk melakukan perubahan atau pembaharuan, tidak mesti terus

    mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.

    Keberlimpahan Republika terarah kepada besarnya penduduk negeri yang

  • 46

    mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media massa seperti

    Republika hanya menjadi penopang agar langkah tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan

    bersama. Dengan latar belakang tersebut, misi republika dibagi kedalam beberapa bidang,

    yaitu :

    1) Dalam bidang Politik, Republika mendorong atau mengembangkan demokrasi dan

    optimalisasi peran lembaga-lembaga negara, mendorong partisipasi politik semua

    lapisan masyarakat dan mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik,

    penghargaan terhadap hak-hak sipil, mendorong terbentuknya pemerintah yang bersih.

    2) Dalam bidang ekonomi, mendukung terbukanya demokrasi ekonomi, mempromosikan

    profesionalisme, pemerataan sumber-sumber ekonomi, mempromosikan moral dan

    etika dalam berbisnis.

    3) Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka, kritis dan apresiatif

    terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat,

    mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan,

    menghaluskan perasaan dan mempertajam kepekaan nurani. menolak pornografi dan

    pornoaksi.

    4) Dalam bidang agama, Republika menyiarkan agama islam, mempromosikan semangat

    toleransi, mewujudkan „islam rahmatan lil alamin’ dalam segala ilmu, serta membela,

    melindungi, dan melayani kepentingan umat.

    5) Dalam bidang hukum, Republika mendorong terwujudnya masyarakat secara hukum,

    menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme checks and

    balances pemerintah masyarakat, serta mennjunjung tinggi HAM dan mendorong

    pemberantasan KKN secara tuntas.

    6) Dalam bidang ekonomi, mendukung terbukanya demokrasi ekonomi, mempromosikan

    profesionalisme, pemerataan sumber-sumber ekonomi, mempromosikan moral dan

    etika dalam berbisnis.

    7) Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka, kritis dan apresiatif

    terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat,

  • 47

    mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan,

    menghaluskan perasaan dan mempertajam kepekaan nurani. menolak pornografi dan

    pornoaksi.

    8) Dalam bidang agama, Republika menyiarkan agama islam, mempromosikan semangat

    toleransi, mewujudkan „islam rahmatan lil alamin’ dalam segala ilmu, serta membela,

    melindungi, dan melayani kepentingan umat.

    9) Dalam bidang hukum, Republika mendorong terwujudnya masyarakat secara hukum,

    menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme checks and

    balances pemerintah masyarakat, serta mennjunjung tinggi HAM dan mendorong

    pemberantasan KKN secara tuntas.

  • 48

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    1. Analisis Praktik Framing Robert Ethmen Pada Berita Konflik Poso III

    Antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika Periode

    Agustus 2001 – Agustus 2002

    TRAGEDI POSO III diawali dengan penyerangan sekelompok orang (

    15 orang ) yang berpakaian ala ninja pada tanggal 23 Mei 2000 dini hari.

    Peristiwa ini menewaskan 3 orang yang bernama, Serma, Polisi Kamaruddin

    Ali, Abdul Syukur dan Baba. Dan 7 orang mengalami luka ringan dan satu

    orang luka berat. Akibat serangan ini massa Islam turun dan mengejar para

    penyerang tersebut. Tanggal 24 Mei 2000, Para penyerang berlindung di

    komplek Gereja Katholik Moengko. Baru Akirnya massa (Islam) dapat

    menangkap tiga ninja dan menghakiminya serta membakar komplek gereja

    dan beberapa rumah yang ada disekitarnya.

    Tanggal 25 Juli 2000, Peristiwa pembakaran tersebut mengakibatkan

    kemarahan orang-orang kristen. Kota Poso di serang dari empat penjuru yang

    mengambil strategi pennyerangan hit and run. Masa yang berasal dari Lore

    Utara, Napu, Tentena dan sekitarnya membakar perkampungan(desa ) muslim.

    Massa Kristen mengurung kota Poso dengan cara memblokade jalur darat

    dengan menutup badan jalan dengan gelondongan kayu serta menghancurkan

    jembatan yang menghubungkan ke Kota Palu.

  • 49

    Tanggal 25 Juli 2000, Satuan Intel Kodam dicegat massa Tentena dan

    berhasil merampas senjata. Warga Muslim kota Poso melakukan exsodus ke

    Ampana. Sehari setelahnya, Pejabat Pemda Poso ikut mengungsi sehingga

    warga Poso yang berlindung di Kodim dan Polres Poso sempat Panik. Warga

    Ampana kota mengirim 500 misi perdamaian yang dipimpin Ustadz Abu

    Bakar Bahmid dan Ustadz Ar-Talamoa yang menyerukan kepada warga untuk

    menghentikan pertikaian. Kemudian, Massa Muslim Palu berkumpul di Al-

    Khairat Palu.

    Tanggal 28 Juli 2000, Ribuan massa pelajar Islam Indonesia, PII, HMI,

    Laskar Mahasiswa, Mahasiswa STAIN, UNISMUH melakukan aksi

    demonstrasi ke Kantor DPRD Sulteng. Kemudian, Beredar isu bahwa

    penyerang (Kristen) akan memasuki dan menguasai Kota Poso, kemudian

    warga muslim dalam Kota Poso mengadakan perlawanan, satuan Brimob dan

    TNI dari Korem 7 Wirabuana melakukan siaga penuh di Kota Poso. Tanggal

    31 Mei 2000 Beredar isu bahwa pada hari Paskah Isa Al-Masih, ribuan massa

    akan kembali menyerang kota Poso dan akan membumihanguskannya. Jalan-

    jalan menuju Kota Poso diblokade oleh warga Kristen. Arus lalu lintas macet

    total dan bantuan massa serta logistik dari luar kota Poso tidak dapat masuk.

    Massa Muslim mengungsi melalui laut ke Parigi dan ke Ampana.

    Sebuah mobil Ambulance dicegat massa Muslim di Desa Palawa Parigi yang

    disinyalir membawa senjata untuk massa Kristen di Kota Poso. Kerusuhan

    merembet keluar Kota Poso setidaknya 8 orang tewas dan ribuan orang luka-

    luka. Aksi bentrok itu terjadi sejak Sabtu pekan lalu di Desa Sepe, Batugincu,

  • 50

    Silangka dan Toyado. Diduga kuat mereka yang tewas terkena senjata api. Di

    desa Saninora Poso Pesisir, aksi pembakaran rumah-rumah Muslim dilakukan

    oleh massa Kristen. Aksi serupa juga terjadi di desa Toini Ladangan, massa

    dari dua desa tersebut menggunkan senjata rakitan untuk menyerang

    Kelurahan Sayo.

    Pasukan Brimob yang menjemput para pengungsi dihadang para

    kelompok penyerang Kristen. Ribuan pengungsi Muslim ditampung di tempat

    darurat antara lain, Mess Pemda Tk. II Poso, di Kota Parigi, di Kota Ampana

    dan di perguruan Al-Khairat Palu serta pondok pesantren dan Masjid yang ada

    di Kota Palu dan Parigi. Massa Kristen telah menguasai kota Poso dan Poso

    Pesisir dan terus melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah yang

    ditinggalkan oleh penduduk. Berita mengenai konflik poso III antarumat Islam

    dan Kristen, di Harian Umum Republika terdapat 6 berita di bulan Agustus

    2001 hingga Agustus 2002, yaitu :

    Tabel 4.1

    Berita Terkait Dengan Kasus Konflik Poso III Antaraumat

    Islam dan Kristen di Harian Umum Republika

    NO. TANGGAL JUDUL RUBRIK

    1. 11 Agustus 2001 Al Khairat : Penyebab Konflik

    Poso Bukan Politik

    Nasional

    2. 14 Agustus 2001 Ribuan Konflik Poso Belum

    Dievakuasi

    Nasional

  • 51

    3. 07 Desember 2001 Konflik Poso Akan Diselesaikan

    Dalam Enam Bulan

    Nasional

    4. 18 Desember 2001 Jangan Rugikan Umat Islam

    Dalam Konflik Poso

    Nasional

    2. Analisis Framing Robert Ethman Pada Berita Konflik Poso III

    Antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika

    2.1 Republika Tanggal 11 Agustus 2001

    Judul : Al Khairat : Penyebab Konflik Poso Bukan Politik

    Penempat : Nasional

    Ketua PB Al Khairat, Umar Awal Alamrie, mengatakan, setiap pihak

    harus jujur dalam melihat konflik Poso, Sulawesi Tengah, agar konflik ini bisa

    diatasi. Persoalan Poso tidak bisa tuntas karena selama ini kita tidak jujur