praktik jurnalisme damai dalam pembingkaian...
TRANSCRIPT
-
PRAKTIK JURNALISME DAMAI DALAM PEMBINGKAIAN BERITA
KONFLIK POSO III ANTARUMAT ISLAM DAN KRISTEN DI HARIAN
UMUM REPUBLIKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos.)
oleh:
DIMAS BAGUS LAKSONO
NIM : 1113051000114
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H./2017 M.
-
i
ABSTRAK
Dimas Bagus Laksono, NIM 1113051000114
Praktik Jurnalisme Damai Dalam Pembingkaian Berita Konflik Poso III
Atarumat Islam dan Kristen Di Harian Umum Republika di bawah bimbingan
Dr. Rully Nasrullah, M.Si
Media sangat berperan penting dalam pembentukan opini publik. Apa
yang ditampilkan media secara otomatis mengkonstruksi pola pikir masyarakat.
Ketika suatu pemberitaan di media tidak memberi kebaikan untuk masyarakat
misalnya, karena cara pemberitaannya yang kurang mempertimbangkan
bagaimana menyelesaikan konflik, atau malah cara pemberitaan itu berpotensi
membuat konflik jadi semakin berkepanjangan maka di situ muncul jurnalisme
damai (peace journalism). Yaitu, upaya mengembalikan jurnalisme ke ruh atau
tujuan dasarnya, yaitu kepentingan publik. Perdamaian dan berakhirnya konflik
adalah kepentingan publik.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menganalisis
praktik Jurnalisme Damai dan praktik analisis framing Robert Ethmen, pada berita
Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Jurnalisme Damai
yang digagas oleh Johan Galtung pada tahun 1970-an. Teori ini menyatakan
bahwa Jurnalisme Damai, sebagai usaha besar dalam mendefinisikan ulang dan
merekonstruksi ulang tujuan jurnalis dalam peliputan konflik. Secara singkat
TRANSCEND Media Service merumuskan Jurnalisme Damai sebagi praktik
jurnalisme yang menunjukan latar belakang dan sisi kontekstual konflik;
mendengarkan semua pihak; mengungkapkan agenda terselubung; menyoroti ide-
ide dan inisiatif perdamaian dari mana pun dan kapan pun.
Metodologi yang digunakan adalah analisis framing Robert N. Entmen,
konsep framing Entmen digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan
menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Dengan pendekatan kualitatif
yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasariperwujudan sebuah makna dari gejala-gejala social didalam masyarakat.
Hasil analisis menunjukan bahwa Republika menampilkan Kasus Poso
III sebagai konflik antarumat Islam dan Kristen. Republika cenderung berat
sebelah dalam segi penyajian berita. Dimana, selalu menampilkan frame, jika
umat Islam adalah korban, dan umat Kristen adalah tersangka yang harus
bertanggung jawab atas konflik yang sudah terjadi selama beberapa periode
tersebut. Hal ini, diperkuat dari empat berita yang dianalisis oleh peneliti,
dimana hampir sebagain besar berita yang menyangkut umat Islam, Republika
selalu menuliskan dengan lengkap penyebab kejadian, narasumber, hingga
korban yang jatuhpun diuraikan secara detail. Hal ini, kemudian berbanding
terbalik dengan frame berita Republika terhadap umat Kristen, padahal pada
kasus Poso III kedua belah pihak sama-sama dirugikan. Namun, dari segi
pemberitaan, Republika selalu menampilkan frame umat Islam-lah yang
paling dirugikan atas kasus tersebut.
-
ii
Kata kunci: jurnalisme damai, analisis framing entman, konflik islam dan
Kristen, Kasus Poso III ‘Harian Umum Republika’.
-
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT dengan segala
kasih dan sayang-Nya senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini di waktu yang tepat. Sholawat
sebagai ucapan salam dan penghormatan atas rahmat dan kesejahteraan
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, karena dengan usaha beliau saat ini
umat Islam memiliki pedoman hidup di dunia sebagai bekal menuju surga
(AlQuran).
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, semangat dan doa dari berbagai
pihak. Maka dalam lembaran kertas ini, penulis dengan senang hati ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. H.
Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr.
Suhaimi, M.Si Wakil Dekan Bidang Akademik.
2. Kholis Ridho, M.Si, sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Dra. Hj.
Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik. Serta
dosen-dosen Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberi banyak ilmu
kepada penulis.
3. Tantan Hermansyah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan praskripsi.
4. Dr. Rully Nasrullah, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran, waktu, serta bantuan dan kesabaran kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar.
-
iv
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan
bermanfaat.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan
buku-buku dan literature selama penyusunan skripsi ini.
7. Segenap pimpinan dan karyawan Harian Umum Republika, yang telah
melayani penulis dalam kegiatan wawancara dan mencari data literature
ysng dibutuhkan selama penyusunan skripsi ini.
8. Kedua orang tua tercinta, atas segala kasih saying, perhatian, dukungan,
yang tak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta doa yang
selalu dipanjatkan untuk penulis.
9. Seluruh keluarga besar, kakak tercinta, adik, keponakan, yang telah
banyak memotivasi untuk cepat menyelesaikan pendidikan studi S1.
10. Seluruh teman-teman Jurnalistik B 2013, yang selalu menemani dan
berdiskusi dalam belajar dan menemani dikala suka maupun duka.
11. Seluruh teman-teman Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM Ciputat) Komisariat Dakwah, 107,9 MHz RDK FM UIN Jakarta,
dan KKN 155 ‘Canopus’ 2016, yang banyak memberikan motivasi dan
selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT lah penulis menyerahkan, semoga
senantiasa mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda. Harapan
penulis, semoga skripsi ini bisa menjadi tuntunan yang baik untuk dibaca
dan dijadikan panduan untuk diteliti di kemudian hari. Oleh karena itu,
sangat disarankan saran dan kritik juga ralat dari para pembaca untuk
mncapai kesempuranaan dalam penulisan.
Sekian dan terimakasih.
-
v
Tangerang, 22 Juli 2017
Penulis,
Dimas Bagus Laksono
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ........................................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 16
BAB II KAJIAN TEORITIS ................................................................................................... 20
A. Jurnalisme Damai ................................................................................................. 20
B. Pengertian Berita ................................................................................................... 23
C. Framing Robert Ethmen ........................................................................................ 34
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................................................... 41
A. Profil Republika .................................................................................................... 41
B. Visi dan Misi Republika ....................................................................................... 46
BAB IV ANALISIS DATA ...................................................................................................... 48
1. Analisis Framing Berita Konflik Poso III Antarumat Islam dan Kristen di
Harian Umum Republika Robert Entman .......................................................................... 48
2. Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Konflik Poso III Antarumat
Islam dan Kristen di Harian Umum Republika ............................................................. 95
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 117
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 117
B. Saran ................................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 122
LAMPIRAN
-
vii
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Berita dan Artikel Terkait 51
Tabel 4.2 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Al Khairat : Penyebab
Konflik Poso Bukan Politik 57
Tabel 4.3 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Al Khairat : Penyebab
Konflik Poso Bukan Politik 58
Tabel 4.4 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Ribuan Korban
Konflik Poso Belum Dievakuasi 64
Tabel 4.5 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Ribuan Korban Konflik
Poso Belum Dievakuasi 65
Tabel 4.6 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Konflik Poso Akan
Diselesaikan Dalam 6 Bulan 72
Tabel 4.7 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Konflik Poso Akan
Diselesaikan Dalam 6 Bulan 73
Tabel 4.8 Analisis Praktik Framing Ethmen Pada Berita Jangan Rugikan Umat
Islam Dalam Konflik Poso 79
Tabel 4.9 Analisis Elemen Unsur Nilai Pada Berita Jangan Rugikan Umat
Islam Dalam Konflik Poso 80
Tabel 4.10 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Al Khairat :
Penyebab Konflik Poso Bukan Politik 101
Tabel 4.11 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Ribuan Korban
Konflik Poso Belum Dievakuasi 106
Tabel 4.12 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Konflik Poso Akan
Diselesaikan Dalam 6 Bulan 112
Tabel 4.13 Analisis Praktik Jurnalisme Damai Pada Berita Jangan Rugikan
Umat Islam Dalam Konflik Poso 117
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konflik antar suku, agama, ras dan golongan (SARA) merupakan
isu hangat beberapa dekade belakangan ini. Salah satu unsur SARA yang
sering memicu dan menyebabkan konflik adalah agama. Agama yang
dipahami oleh para pemeluknya kerap dianggap sebagai ukuran tertinggi
dari sebuah kebenaran. Hal ini kemudian, dikontraskan dengan melihat
agama lain memiliki kekurangan atau tidak ideal. Standar ganda itu juga
digunakan sebagai alasan pembenar untuk segala bentuk tindak kekerasan
bernuansa agama.
Tindak kekerasan terhadap kelompok agama di Indonesia bukan
merupakan hal baru. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) mengumumkan bahwa jumlah pengaduan dugaan pelanggaran
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) meningkat, sejak 2014
hingga 2016. Tahun 2014 tercatat 74 pengaduan, kemudian di 2015
meningkat menjadi 89 pengaduan. Bahkan, di enam bulan pertama 2016
sudah tercatat 34 kasus pelanggaran KKB. 1 Jumlah ini, kemungkinan
akan bertambah mengingat sikap inklusif dari masing-masing pengikut
agama dan sulitnya tercipta pluralitas antar pemeluk agama di Indonesia.
1 “Kasus Pelanggaran Agama di Indonesia” artikel diakses pada 21 September 2016 dari
http://www.rappler.com/indonesia/138315-kasus-intoleransi-agama-indonesia-meningkat
http://www.rappler.com/indonesia/138315-kasus-intoleransi-agama-indonesia-meningkat
-
2
Banyak kelompok agama minoritas yang sering mendapatkan
tindakan diskriminasi ataupun pengusiran terhadap aktivitas ibadahnya
seperti salah satunya kelompok Ahmadiyah. Sejak awal kemunculan
Ahmadiyah sebagai salah satu kelompok dan aliran agama di Indonesia,
kelompok ini sudah mengundang pro-kontra di berbagai kalangan
masyarkat. MUI bahkan, sejak 1980 telah menetapkan Aliran ini sebagai
aliran sesat dan berada di luar islam. 2 Lalu, pernyataan ini dipertegas
dengan dikeluarkannya Fatwa MUI 2005 tentang “Aliran Ahmadiyah, baik
Qodriyah ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan
menyesatkan” . 3 Berbeda dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI,
tokoh lintas agama seperti Gus Dur, jutru menyesalkan fatwa haram yang
dikeluarkan MUI tersebut. 4 Gus Dur menganggap, fatwa yang dikeluarkan
oleh MUI tersebut salah. Sebab, fatwa haram yang dikeluarkan oleh MUI,
hanya akan membawa perpecahan dan konflik antaragama khususnya oleh
umat islam. Gus Dur beranggapan, masyarakatlah yang akhirnya akan
menilai dan memutuskan, apakah mereka akan ikut dengan aliran
Ahmadiyah atau menolaknya.
2 Ahmadiyah Qadariyah, Fatwa Majelis Ulama Indonesa dalam Musyawarah Nasional II tanggal
11-17 Rajab 1400 H/ 26 Mei – 1 Juni 1980.
3 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer : 11 / Munas VII / MUI / 15 / 2005 Tentang Aliran
Ahmadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19 – 22
Jumadil Akhir 1426 H / 26 – 29 Juli 2005 M.
4 “Pro-Kontra Ahmadiyah di Indonesia” artikel diakses pada tanggal 21 September 2016 dari
http://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-
ahmadiyah.html
http://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-ahmadiyah.htmlhttp://pemikirandangerakanislam.blogspot.co.id/2011/02/pendapat-pro-kontra-alirah-ahmadiyah.html
-
3
Masih segar dalam ingatan kita konflik antar agama yang terjadi di
Indonesia beberapa waktu lalu, pembakaran Masjid di Tolikara,
pembantaian umat beragama minoritas seperti di Rohingya, Afrika,
Gujarat, dan lainnya. Mulai dari pergesekan ideologi hingga penistaan
simbol-simbol agama yang berujung pada tindakan kekerasan,
menimbulkan kerugian baik jiwa maupun materi.
Mencapai kerukunan umat beragama dengan jalan dialog adalah
salah satu upaya untuk menemukan solusi yang tepat mengatasi konflik
antar agama secara adil. Dalam hal ini, dialog harus dipahami sebagai
media untuk berpikir bersama memecahkan masalah konflik.
Dialog bukan sebagai ajang justifikasi keyakinan siapa yang paling
benar. Sehingga, masing-masing agama harus mengesampingkan terlebih
dahulu misi-misi teologisnya dan fokus pada persoalan menyelesaikan
konflik. Paradigma yang perlu dibangun dalam semua agama adalah
bahwa perdamaian dibutuhkan oleh setiap agama dimanapun. Dengan
demikian, setiap agama akan mencoba menggali konsep-konsep
perdamaian yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan menuai
kerukunan umat beragama.
Namun, kerukunan umat beragama itu justru tidak mencerminkan
keindahan menurut sebagian orang. Bagaimana tidak, mereka saling
mengelu-elukan rasnya, dan mendiskriminasi ras lain. Pun dengan agama,
budaya dan lain-lain.
-
4
Bahkan, yang lebih parahnya adalah terjadi perang sesama hanya
karena perihal „SARA‟. Misal, orang Sunda memusuhi orang Jawa atau
sebaliknya dengan alasan karena suku mereka berbeda, orang Kristen dan
Islam saling bermusuhan hanya karena agama mereka berbeda dan
seterusnya. Memang konflik semacam ini bukanlah hal yang baru di dalam
lanskap sosial kita, hanya saja konflik semacam ini masih
berlanjut hingga hari ini.
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beragam jenis
budaya dan agama. Oleh karena itu sikap toleransi harus dimiliki
masyarakatnya untuk menghindari timbulnya potensi konflik. Salah satu
konflik yang akhir akhir ini marak terjadi di Indonesia adalah konflik
agama.
Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia telah mengungkapkan
betapa besarnya kontribusi agama dalam perjuangan kemerdekaan, dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Banyak pahlawan
yang terlahir dan turut berjuang karena panggilan agamanya.
Agama di Indonesia memiliki posisi yang terhormat, dan indonesia
menanamkan karakter saling menghormati dalam kehidupannya lewat
budaya dan agamanya. Namun ironisnya, konflik yang mengatasnamakan
agama mulai timbul di Indonesia, dan meningkat tajam dengan semakin
berkembangnya gerakan ekstremis agama di Indonesia.
-
5
Ketika suatu pemberitaan tidak memberi kebaikan untuk
masyarakat misalnya, karena cara pemberitaannya yang kurang
mempertimbangkan bagaimana menyelesaikan konflik, atau malah cara
pemberitaan itu berpotensi membuat konflik jadi semakin berkepanjangan
maka di situ muncul jurnalisme damai (peace journalism). Yaitu, upaya
mengembalikan jurnalisme ke ruh atau tujuan dasarnya, yaitu kepentingan
publik. Perdamaian dan berakhirnya konflik adalah kepentingan publik.
Jurnalisme damai tidak memihak pada salah satu pihak yang
bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang mendorong bagi
penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang diangkat adalah hal-
hal yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian. Dalam suatu konflik,
selalu ada pihak-pihak tertentu yang mengharap ke arah damai.
Jake Lynch dan Annabel McGoldrick, menjelaskan bahwa
jurnalisme damai terwujud ketika para redaktur dan reporter menetapkan
“pilihan-pilihan bersifat damai” tentang berita apa yang akan dilaporkan,
dan bagaimana cara melaporkannya. Yang dimaksud dengan “bersifat
damai” itu adalah bentuk pemberitaan, yang menciptakan peluang bagi
sebagian besar masyarakat, untuk mempertimbangkan dan menghargai
tanggapan tanpa-kekerasan terhadap konflik bersangkutan. 5
5 “Jurnalisme Damai” artikel diakses pada Sabtu, 15 Oktober 2016 dari http://damai.id/jurnalisme-
damai-peace-journalism/
http://damai.id/jurnalisme-damai-peace-journalism/http://damai.id/jurnalisme-damai-peace-journalism/
-
6
Jurnalisme damai memberi perhatian pada sebab-sebab struktural
dan kultural dari kekerasan, karena hal itu membebani kehidupan orang di
daerah konflik, sebagai bagian dari penjelasan terjadinya kekerasan.
Jurnalisme damai bertujuan menempatkan konflik sebagai sesuatu yang
melibatkan banyak pihak, dan mengejar banyak tujuan, ketimbang sekadar
dikotomi sederhana antara dua pihak yang berperang.
Tujuan eksplisit jurnalisme damai adalah untuk mempromosikan
prakarsa perdamaian dari kubu manapun, dan untuk memungkinkan
pembaca membedakan antara posisi-posisi yang dinyatakan oleh para
pihak tersebut dan tujuan-tujuan mereka yang sebenarnya.
Selain itu dalam perspektif jurnalisme damai, sikap
ketidakberpihakan dalam konflik yang terjadi mengandung nilai yang
mendukung terwujudnya perdamaian. 6 Terlebih satu dari sembilan elemen
jurnalisme juga menegaskan untuk tidak memihak manapun dan harus
menjaga proporsi dan komprehensif. 7
Konflik yang terjadi diberbagai daerah seperti di Bangka Belitung,
Poso, Tasikmalaya hanyalah satu dari sekian banyak konflik penolakan
6 Annabel McGoldRich dan Jack Lynch, “What is peace journalism?,” Active, (Winter 2001) : h. 7
7 Sembilan elemen jurnalisme itu adalah : Kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran, loyaitas
jurnalisme kepada warga, intisari jurnalisme : disiplin dalam verifikasi, pelaku jurnalisme harus
menjaga independensi terhadap sumber berita, jurnalisme berlaku sebagai pemantau kekuasaan,
jurnalime harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga, jurnalisme
harus membuat hal yang menarik dan relevan, jurnalisme harus menjaga berita yang
komperehensif dan proposional, dan para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani
mereka.
-
7
terhadap keberadaan kelompok agama minoritas di Indonesia. Bahkan,
konflik yang berawal, dari ketidak jelasan atas status kewarganegaraan ini,
merebutkan wilayah bisa merembet ke berbagai permasalahan, dan
memecah belah persatuan NKRI. Menurut Bantz dalam Iswandi
Syahputra, jurnalis tempat medianya bekerja menjadi titik silang paling
startegis untuk mengupayakan berakhirnya konflik atau memperpanjang,
bahkan memperluas konflik. 8
Menyadari realitas itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
bagaimana praktik jurnalisme damai diterapkan pada pembingkaian berita
konflik antarumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika. Peneliti
menganggap penelitian ini, dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
keilmuan jurnalistik dan kebijakan jurnalisme, khususnya untuk keilmuan
seputar penerapan jurnalisme damai. Peneliti memilih Harian Umum
Republika karena Harian Umum Republika lahir dari kalangan komunitas
muslim bagi rakyat Indonesia. 9 Sebagai harian umum yang pernah
mendapatkan gelar sebagai Koran Terbaik menurut Dewan Pers selama
dua tahun berturut-turut yaitu dalam kurun waktu 2005-2006 dan
konsisten dalam pemberitaan yang bernafaskan islami. 10
Maka, peneliti
tertarik untuk mengangkat judul:Praktik Jurnalisme Damai Dalam
8 Iswandi Syahputra, Jurnallisme Damai, Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik. (Yogyakarta
: P_IDEA, 2006) h, 65.
9 Company Profile/Arsip perusahaan
10
Harian Umum Republika artikel diakses pada 13 Sepetember 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)
https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)
-
8
Pembingkaian Berita Konflik Poso III Antarumat Islam dan Kristen
di Harian Umum Republika.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya pada berita mengenai “Konflik
Antarumat Islam dan Kristen Pada Kasus Poso III” di Harian Umum
Republika pada tanggal 16 Mei hingga 15 Juni 2000. Yang menjadi
alasan pemilihan berita adalah karena pada kurun satu bulan tersebut,
Konflik antarumat Islam dan Kristen di Poso kembali memanas dan
hampir seluruh media memberitakannya.
2. Perumusan Masalah
Untuk mengelaborasi konteks diatas, ada beberapa poin yang akan
menjadi pembahasan tulisan ini.
1. Bagaimanakah praktik Jurnalisme Damai pada berita Konflik
Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum
Republika?
2. Bagaimanakah praktik pembingkaian pada berita Konflik Poso
III antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika?
-
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimanakah praktik Jurnalisme Damai pada
berita Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian
Umum Republika.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah praktik pembingkaian pada
berita Konflik Poso III antaraumat Islam dan Kristen di Harian
Umum Republika.
2. Manfaat Penelitiaan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari
segi akademis dan praktis, yaitu :
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
para wartawan atau jurnalis, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu
jurnalistik, baik yang berada di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta maupun mahasiswa lain yang menekuni ilmu
tersebut, khususnya yang terkait dengan jurnalisme damai.
b. Secara praktis memberikan informasi bagi jurnalis mengenai
implementasi jurnalisme damai dalam media cetak khususnya
seputar pemberitaan konflik.
-
10
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam paradigma konstruktivis.
Paradigma konstruktivis mempunyai posisi dan pandangan tersendiri
terhadap media dan teks yang dihasilkannya. Konstruktivis
memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural,
tetapi hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi hasil analisis pada
paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau
realitas tersebut dikonstruksi dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
11
2. Pendekatan Penelitian
Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian
pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna
dari gejala-gejala sosial didalam masyarakat. Obyek analisis dalam
pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi
tertentu. 12
11
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 h.15 12
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Dimasyarakat (Jakarta : Kencana, 2007), cet. Ke-2 h.302
-
11
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis framing.
Analisis framing adalah, analisis yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh
media. 13
Yang menjadi titik penelitian adalah bukan apakah media
memberitakan positif atau negatif, melainkan bagaimana bingkai yang
dikembangkan oleh media. Sikap mendukung, positif, atau negatif
hanyalah efek dari bingkai yang dikembangkan oleh media.
4. Sumber Data
Data yang diambil untuk dijadikan suatu sumber dalam penelitian ini
adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data langsung yang dikumpulkan
langsung oleh peneliti pada saat penelitian. Untuk itu peneliti
mengambil data dari pemberitaan Harian Umum Republika.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data pendukung lainnya yang
diperoleh tidak secara langsung. Data sekunder bisa berupa
dokumen, arsip perusahaan, ataupun laporan-laporan tertentu yang
didapat oleh peneliti dari berbagai sumber.
13
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 H.3
-
12
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah :
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan,
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti
gambar, kutipan, dan bahan lain) . 14
Pada tahap dokumentasi peneliti akan mengumpulkan file
berita Harian Republika yang memuat berita mengenai kasus
konflik poso III antarumat beragama islam dan Kristen pada
tanggal 16 Mei hingga 15 Juni 2000.
b. Wawancara
Dalam sesi wawancara penulis berusaha mengumpulkan
data dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber
yaitu, Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika yaitu,
Bapak Stevy Maradona untuk mengetahui bagaimana
pembingkaian di Harian Umum Republika, serta penerapan
Jurnalisme Damai pada Konflik Poso III.
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pusat Bahasa (Jakarta : PT.
Gramedia, 2008), h.1025
-
13
c. Studi Kepustakaan (Library Research)
Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui
literature dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan
dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian.
6. Teknik Analisi Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif
dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti
di lapangan biaik melalui observasi, wawancara mendalam, maupun
dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam
kategori-kategori tertentu yang mempertimbangkan keshahihan dan
memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat audiensinya dan
melakukan triangulasi berbagai sumber data. 15
Penelitian mengenai Konflik Poso III pada Harian Republika
memusatkan pada penelitian kulitatif yang menggunakan teknik
analisis framing model Robert N. Entman. Penelitian ini dilakukann
untuk mengetahui bagaimana pembingkaian Harian Umum Republika
terhadap Konflik Antarumat Islam dan Kristen pada kasus Poso III
serta penerapan Jurnalisme Damai. Hasil dari pengumpulan data baik
dari dokumntasi, wawancara, serta studi kepustakaan, diolah dengan
mengacu pada model framing Robert N. Entman.
15
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana Praneda Media Group : 2006), H. 192-193
-
14
Untuk mempermudah pengolahan data, terlebih dahulu penulis
menguraikan unit analisis (berita per-edisi) yang ditabulasikan
kedalam tabel, kemudian penulis menguraikan isi atau inti pemberitaan
yang juga ditabulasikan kedalam sebuah tabel. Unit analisis dari unit
masing-masing subject penelitian ditabulasikan kedalam sebuah tabel
yang memuat kecendrungan framingnya, yang pada model Robert N.
Entman dilakukan empat aspek, yaitu : pertama, identifikasi masalah
(Problem Identification), kedua, identifikasi penyebab masalah (causal
interpretatition), ketiga, evaluasi moral (moral evaluation), keempat,
saran penanggulangan masalah (treatment recommendation).
Tabel 1
Konsep Framing Model Robert N. Entman 16
Problem Identification
(pendefinisian masalah)
Bagaimana suatu peristiwa
dilihat? Sebagai apa? Atau
sebagai masalah apa?
Causal Interpretation
(memperkirakan masalah atau
sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan
oleh apa? Apa yang dianggap
sebagai penyebab dari suatu
masalah? Siapa (aktor) yang
16
Eriyanto, Analisis Framin :Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet ke-5 h.223-224
-
15
dianggap sebagai penyebab
masalah?
Moral Evaluation
(membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan
untuk menjelaskan masalah? Nilai
moral apa yang dipakai untuk
melegitimasi atau
medeletigitimasi suatu tindakan?
Treatment recommendation
(menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah/ isu?
Jalan apa yang ditawarkan dan
harus ditempuh untuk mengatasi
masalah?
7. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeqDa (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
-
16
E. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan tinjauan pustaka sebelum menentukan judul
penelitian ini. Tinjauan pustaka dilakukan di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan juga di Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil tinjauan yang telah
dilakukan peneliti, terdapat lima judul skripsi yang memiliki perbedaan
dengan judul penelitian yang ditulis ini. Diantaranya:
1. Skripsi Tofan Effendi, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008
dengan judul “BINGKAI HARIAN UMUM KOMPAS SEBAGAI
JURNALISME DAMAI ATAS PEMBERITAAN KONFLIK
PALESTINA-ISRAEL”. Tofan Effendi melihat sisi perdamaian teks berita
media cetak KOMPAS. Penelitian ini hampir sama dengan saya dalam
subyek penelitian, yaitu mengenai Jurnalisme Damai. Adapun
perbedaannya, Saya akan meneliti Harian Umum Republika dalam
mengimplementasikan indikator-indikator Jurnlalisme Damai dan melihat
kecnderungannya, sedangkan Tofan pada Harian Umum Kompas. Selain
itu, konflik yang menjadi fokus penelitian Tofan pada konflik Israel-
Palestina, sedangkan saya pada konflik Ahmadiyah di Bangka Belitung.
2. Skripsi Ulul Azmi, mahasiswi jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 dengan judul “KONSTRUKSI
ISLAM DI MEDIA MASSA : ANALISIS FRAMING, KONFLIK
PALESTINA ISRAEL DI HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA”
-
17
Kesimpulannya, Ulul Azmi melakukan subyek penelitian mengenai
konflik, sedangkan saya melakukan penelitian seputar Jurnalisme Damai.
Dalam penggunaan metode penelitian, seperti Ulul Azmi saya juga
menggunakan Analis Framing. Namun, object yang saya teliti berbeda
dengan skripsi tersebut.
3. Skripsi karya Gema Mawardi, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas
Indonesia, Depok dengan judul “PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA
ONLINE (ANALISIS FRAMING BERITA MUNDURNYA SURYA
PALOH DARI PARTAI GOLKAR DI MEDIAINDONESIA.COM DAN
VIVANEWS.COM TANGGAL 07 SEPTEBER 2011) Skripsi ini
menggunakan Analisis Framing model Zhongdan Pan dan Gerald M.
Kosicki, sedangkan saya menggunakan analisis framing model Robert N.
Entman.
4. Buku berjudul “ANALISIS WACANA KONFLIK ANTAR AGAMA
DALAM NOVEL LAJJA KARYA TASLIMA NASRIN” Oleh Soraya
Bunga Larasati Tahun 2010. Kesamaan dengan penelitian saya adalah
pada model analisis data yaitu analisis wacana yang digunakan untuk
meneliti konflik. Meskipun, terkadang konflik Ahmadiyah adalah konflik
antar suku ataupun agama, tapi konteksnya berbeda dengan penelitian
yang saya kerjakan.
-
18
5. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan penulisan laporan penelitian ini, maka peneliti
memaparkan sistematika penulisan skripsi yang disusun dalam lima bab,
dan pada masing-masing bab terdapat sub-sub judul yang menjelaskan
lebih dalam isi dari setiap bab tersebut. Adapun sistematika penulisan
skripi ini tersusun sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian serta mencakup tinjauan pustaka.
2. BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini berisi mengenai pandangan teoritis tentang Jurnalisme
Damai, Analisis Framing Robert Ethmen, serta pengertian berita.
3. BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab tiga ini penelitian akan digambarkan mengenai
company profile Harian Umum Republika, sejarah, visi-misi,
segmentasi, jangkauan area, struktur organsasi, dan pemegang saham.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab keempat dalam laporan penelitian ini berisi, Analisis
praktik Jurnalisme Damai pada berita Konflik Poso III antaraumat
-
19
Islam dan Kristen di Harian Umum Republika dan Analisis praktik
Framing Robert Ethmen pada berita Konflik Poso III antaraumat Islam
dan Kristen di Harian Umum Republika
5. BAB V PENUTUP
Bab terakhir peneliti menyajikan kesimpulan, dari hasil penelitian,
dan saran kepada Harian Umum Republika dan juga kepada
Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berkaitan
dengan penemuan penelitian.
-
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. JURNALISME DAMAI
Jurnalisme Damai menurut Jake Lynch dan Annabel McGoldrick
adalah “manakala editor dan reporter membuat pilihan akan yang dilaporkan,
dan bagaimana melaporkannya yang membentuk peluang masyarakat luas
untuk mempertimbangkan dan membuat respon konflik tanpa kekerasan. 1
Sedangkan oleh Samuel Peleg, Jurnalisme Damai diartikan sebagai
usaha besar dalam mendefinisikan ulang dan merekonstruksi ulang tujuan
jurnalis dalam peliputan konflik. 2
Secara singkat TRANSCEND Media Service merumuskan beberapa
praktik kerja jurnalisme yang menunjukan penerapan Jurnalisme Damai pada
peliputan berita konflik;
1. Latar belakang dan sisi kontekstual konflik,
2. Mendengarkan semua pihak,
3. Mengungkapkan agenda terselubung,
4. Menyoroti ide-ide dan inisiatif perdamaian dari mana pun dan
kapan pun. 3
1 Jake Lynch dan Annabel McGoldrick, Peace Journalism. (Stroud:Hawtorn Prss, 2005).
2 Samuel Peleg, “Peace Journalism through the Lense of Conflict Theory:Analysis and Practice, “
Conflict and Communication Online V, no. 2 (2006): h.1
-
21
Istilah Jurnalisme Damai mulai dipakai oleh Johan Galtung pada 1970-
an. 4 Jurnalisme Damai kini sudah menyebar luas sebagai reformasi reporter,
akademisi, dan aktivis mulai dari Afrika hingga belahan dunia lain. Sebagai
mata kuliah, Jurnalisme Damai kini sudah diajarkan di Inggris, Australia,
Amerika Serikat, Meksiko, Afrika Selatan, Costa Rica, Norwegia, Swedia,
dan banyak negara lain.
Dasar pemikiran Jurnalisme Damai adalah bahwa, jika belakangan ini
media cenderung memainkan peran negatif dalam meningkatkan tegangan
antar-aktor konflik dan antara sisi-sisi konflik, maka mereka juga bisa
memainkan peran positif dengan mempromosikan perdamaian dan
rekonsiliasi.
Pandangan tersebut didukung oleh temuan Annabel McGoldrick dan
Jake Lynch, bahwa di negara-negara berbahasa Inggris di Barat, ada
kepercayaan yang telah melekat bahwa jurnalis “hanya menyampaikan fakta”/
permasalahan yang muncul adalah tak pelak lagi, banyak orang mengetahui
bagaimana menulis dan menyusun fakta untuk para jurnalis dilaporkan 5 (tapi
tidak memahami nilai-nilainya).
Menurut mereka, klaim bahwa jurnalis hanya melaporkan fakta
merupakan perhitungan yang tidak tepat terhadap peran jurnalis. Jurnalisme
3 http : //www.peacejournalism.org diakses tanggal 16 November 2016.
4 Sueyman Irvan, “Peace Journalism as a Normative Theory:Premises and Obstacles,”
Mediterranean Editions I, no. 2 (2006): h.34
5 Annabel Mcgoldrick dan Jake Lynch, “What is peace Journalism?” Active, (Winter 2001): h. 6.
-
22
adalah sebuah intervensi antara sumber cerita dan audiens, dan jurnalisme
membuat pilihan-pilihan tentang etika masing-masing intervensi.
Konsep jurnalisme damai dikembangkan berdasarkan penawaran
bahwa membekali reporter dengan keahlian resolusi konflik akan
memungkinkan reporter tersebut menjadi profesional yang lebih efektif.
Jurnalisme damai berusaha menampilkan framing cerita dan penggambaran
yang lebih luas, adil, dan akurat, dalam memahami analisa dan transformasi
konflik.
Di tengah komplesitas konflik antarkelopok agama di Indonesia,
banyak pihak menyangsikan proses negosiasi akan dilakukan secepatnya.
Sedikit banyak, pandangan tersebut merupakan akibat konstruksi media yang
berorientasi ekonomi, bukan perdamaian. Bagi jurnalis yang telah dibekali
keahlian mencari resolusi konflik, akan lebih mudah melihat peluang
perdamaian, sepelik apapun permasalahannya.
Jurnalisme Damai dibentuk untuk meminimalisir keretakan
antarkelompok dengan tidak mengulang “fakta” atau meyediakan “panggung
konflik”. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar para jurnalis perdamaian
adalah “apa yang dapat saya lakukan dengan intervensi saya untuk
memperbesar peluang perdamaian?”
Lynch merumuskan tiga bagian utama yang mencul dalam setiap
pembahasan mengenai diskursus Jurnalisme Damai. Ketiga pembahasan
tersebut adalah, pertama, proporsi konflik, kedua, mengenai segitiga berita,
-
23
jurnalisme, dan media. Terakhir yang bersifat praktikal adalah tentang media
analisis dan media kritis, yaitu tentang bagaimana menganalisis dan
mengkritisi media yang tidak memiliki peran positif dalam peliputan konflik.
B. PENGERTIAN BERITA
a. Pengertian Berita
Secara etimologis dalam bahasa inggris, berita (news)
berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa
atau hal yang baru. Prof. Michael V. Charnley dalam bukunya
“Reporting” mendefinisikan berita sebagai berikut :
“... News is the timely reports of facts or opinion of either
interest or importance, or both, to a considerable number of
people “ (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau
opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting,
atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk...” 6
Paul de Messenener dalam buku here’s the news. Unesco
Associate menyatakann, news atau berita adalah sebuah informasi
penting dan menarik khalayak serta minat pendengar. Charley dan
James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu
peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi, yang
penting menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan
kepada khlayak.
6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2003), h. 131
-
24
Doug Newton dan James A. Wollwert dalam media writing :
News for The Mass Media (1985 ; 11) mengemukakan, dalam
definisi sederhana, berita adalah apa saja yang perlu dan ingin
diketahui orang atau lebih luas lagi masyarakat. Dengan
melaporkan berita media massa memeberitakan informasi
kepada masyarakat mengenai apa yang dibutuhkan. 7
Berdasarkan definisi berita menurut para ahli, maka disini
peneliti mernagkum bahwa berita adalah peristiwa yang memiliki
nilai, menarik, memiliki dampak, serta informasi penting.
b. Jenis-Jenis Berita
a. Straight News Report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Laporan kejadian-kejadian yang menarik dan penting, tanpa
mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus
singkat, ringkas, dalam pelaporannya, namun tetap tidak mengabaikan
kelengkapan data dan objectivitas.
b. Dept news report adalah laporan yang sedikit berbeda dengan staright
news report. Wartawan menghimpun informasi mngenai peristiwa itu
sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
c. Comperehansive News merupakan laporan yang berisi fakta secara
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh sebenarnya
adalah jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam
berita langsung (Straight News).
7 Haris Sumandiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006) cet. Ke-2
hal. 64
-
25
d. Interpretative Report, biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau
peritiwa kontroversial.
e. Feature story, jenis berita ini penulis mencari fakta untuk menarik para
pembacanya. Penulis menyajikan suatu pengalaman pembaca yang
bergantung pada pengalaman gaya menulis dan humor daripada
pentingnya informasi yang disajikan.
f. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
g. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretative.
h. Editorial Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. 8
c. Nilai Berita
Nilai berita (news values), menurut Downie JR dan Kaiser,
merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini,
meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan.
Ketinggian nilainya tidak mudah di konkretkan. Nilai berita juga
8 Haris Sumandiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006) cet. Ke-2
hal. 69-71
-
26
menjadi tambahan rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat
konsep apa yang disebut berita. 9
“Nilai berita bukan saja menentukan peristiwa apa saja yang
diberitakan, melaikan juga bagaimana peristiwa tersebut
dikemas. Nilai jurnalistik menentukan bagaimana peristiwa
didefinisikan. Ketika seorang wartawan mengatakan sebagai
berita, peristiwa diseleksi menurut aturan-aturan tertentu.
Hanya peristiwa-peristiwa dengan ukuran tertentu saja yang
layak dan bisa disebut sebagai berita. Tidak semua aspek dari
peristiwa dilaporkan, tetapi harus dinilai terlebih dahulu,
bagaimana peristiwa yang mempunyai nilai berita, tinggi-
bagian itulah yang ditekankan untuk terus-menerus
dilaporkan.” 10
Nilai berita menurut pandangan lama,
Pertama, tanda-tanda yang tidak lazim, benda-benda ganjil,
hasil kerja atau produk alam, dan seni yang hebat dan tidak biasa,
gempa bumi, sesuatu yang aneh dan muncul tiba-tiba di langit, dan
penemuan-penemuan baru yang pada abad itu sudah banyak
terjadi.
Kedua, berbagai jenis keadaan, perubahan, perubahan-
perubahan pemerintah, masalah perang dan damai, sebab-sebab
perang dan keinginan-kenginan perang, pertempuran, rencana-
rencana para pemimpin militer, undang-undang baru,
pertimbangan-pertimbanagan yang disetujui, pegawai negeri,
kelahiran, kematian para pangeran, ahli waris tahta, upacara
9 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 17
10
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2008 ),
cet. Ke-5, hal. 104
-
27
pelantikan dan upacara-upacara resmi serupa itu, kematian orang-
orang terkenal, dll.
Ketiga, masalah-masalah gereja dan keterpelajaran,
misalnya, asal-usul agama ini dan agama itu, pendirinya,
kemajuannya, sekte-sekte baru, dogma-dogma yang diputuskan,
ritual-ritual, perpecahan agama, penyiksaan, mukhtamar
keagamaan, keputusan-keputusan yang diambil, karya tulis para
sarjana, peselisihan ilmiah, karya baru kaum terpelajar, keberanian
berusaha, bencana dan kematian serta hal-hal yang berhubungan
dengan alam, warga masyarakat, gereja, atau sejarah keagamaan. 11
Walter Lippmann, wartawan amerika yang terkenal
pada awal abad lalu. Ia menggunakan istilah nilai berita untuk
pertama kalinya dalam bukunya Public Opinion pada tahun 1992.
Ia menyebutkan bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika
di dalamnya ada unsur kejelasan (Clarity) tentang kejadiannya ada
unsur kejutannya (Surprise), ada unsur kedekatannya (Proximity)
secara geografis, serta ada dampak (Impact) dan konflik
personalnya. Jika diringkas nilai berita itu tidak lebih daripada
11
Hikmat Kusumangingrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori, Praktik, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2006) cetk. Ke-2, h. 58
-
28
asumsi -asumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi
khalayak tertentu, yakni apaa yang mendapat perhatian mereka. 12
Berkaitan dengan nilai berita ada beberapa pendapat
sesuatu dikategorikan mempunyai tentang kriteria nilai berita. John
Galtung dan Marie Holmboe Ruge 1965 ( dalam Nurudin 2009:52
) pernah memberikan kriteria yaitu frekuensi, negative bad news is
good news, tak terduga, Personalisasi peristiwa, Kepenuhartian
atau cultural proximity, Berkaitan dengan pemimpin Negara,
Berkaitan dengan individu, Konflik, Prediksi, penting, besar,
aktulitas, kedekatan, tenar, human interest. Sedangkan pendapat
lain disebutkan oleh Curtis D. MacDougall dalam
bukunya Interpretative Reporting menyebutkan lima syarat
yaitu Timlines, Proximity, Prominence, Human Interest dan
Consequence. Dengan Kriteria tersebut maka nilai beita dapat
ditarik jika mempunyai elemen-elemen nilai berita.
Elemen nilai berita yaitu sebagai berikut :
1. Immediacy, kerap disitilahkan dengan timelines atau aktualitas.
Artinya terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita
sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Bila
peristiwanya terjadi beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur
waktu amat penting disini.
12
Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya
Bandung,2005 hlm 58
-
29
2. Proximity, jarak. khalayak berita akan tertarik dengan berbagai
peristiwa yang terjadi didekatnya, disekitar kehidupan sehari-harinya.
Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita-berita yang
meyangkut kehidupan mereka, seperti keluarga atau kawan-kawan mereka
atau kota-kota mereka beserta klub-klub olahraga, stasiun, terminal, dan
tempat-tempat yang mereka kenali setiap hari.
3. Consequence, akibat. berita yang mengubah kehidupan pembaca
adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misalnya dengan lewat
berita kenaikan gaji pegawai atau kenaikan harga BBM, masyarakat
dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi
kalkulasi ekonomi sehari hari yang harus mereka hadapi.
4. Conflict, peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau criminal
merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. Perseteruan antar
individu, antar tim atau kelompok, sampai antar Negara, merupakan
elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik.
5. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan
diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, goyang
gempa berskala richter tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat
calon gubernur dan sebagainya, merupakan hal-hal yang akan jadi
perhatian masyarakat.
6. Sex, sex kerap menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan,
tapi seks sering pula menjadi lemen tambahan bagi pemberitaan tertentu,
-
30
sperti pada berita sport, selebritis, atau criminal. Berbagai brerita artis
hiburan banya dibumbui dengan elemen sek. Berita politik impeachment
as Bill Clinton banyak terkait dengan unsur seksnya.
7. Emotion, elemen ini kadang dinamakan elemen human interest
elemem ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan,
kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, atau humor. Elemen
emotion dengan komedi, atau tragedy. Unsur human interest dalam berita
: Ketegangan ( suspense ). Ex pembacaan sidang, Ketidaklaziman (
unsualness ) bayi kembar lima, Minat pribadi ( personal interest ) tukang
urut bisa bikin langsing, Konflik, Simpaty, Kemajuan , Seks, Usia, Humor.
8. Prominence, cuatan ketermukaan. elemen ini adalah unsur yang
menjadi dasar istilah “names make news” nama membuat berita. Ketika
seseorang menjadi terkenal maka ia akan selalu diburu oleh pencari berita .
unsur keterkenalan ini tidak bisa dibatasi atau hanya ditujukan kepada
status VIP semaa. Beberapa pendapat, tempat, dan peristiwa termasuk ke
dalam elemen ini.
9. Suspense, ketegangan elemen ini menunjukan sesuatu yang
ditunggu-ditunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyarakat. Adanya
ketegangan menunggu pecahnya perang ( invasi ) AS ke Irak adalah salah
satu contohnya. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan
paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita
yang menyampaiakan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting.
-
31
Kejelasan fakta dituntut masyarakat. Contoh pada kasus bom bali tetap
mengandung kejelasan fakta.
10. Progress, kemajuan elemen ini merupakan elemen “perkembangan”
peristiwa yang ditunggu masyarakat. Contoh kesudahan invasi militer
Amerika di Irak masih ditunggu masyarakat atau terdapat virus yang
berkembangan misal sars maka beritanya akan tetap ditunggu oleh
masyarakat. 13
a. Kategori Berita dan Unsur Layak Berita
Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam produksi berita adlah apa yang
disebut kategori berita. Secara umum seperti dicatat Tuchman, wartawan
memakai lima kategori berita ; harnews, softnews, spotnews, developing
news, dan continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan
isi jenis berita dan subject peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 14
13
Setyawan Santana, op, cit. hlm 18
14
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008
), cet. Ke-5, hal. 109-110
-
32
Tabel 2.1
Kategori Berita
Hard News Hard news adalah suatu bentuk berita penting yang harus
disampaikan langsung ke publik. Hard News ini tidak bisa
ditunda pemberitaanya karena akan cepat basi. Hard news
isinya menyangkut hal hal penting yang langsung terkait
dengan kehidupan pembaca pendengar, atau pemirsa,
biasanya adalah hal hal yang di anggap penting dan karena
itu segera dlaporkan oleh koran radio ataupun TV.
Soft News Soft news adalah berita yang dari segi struktur penulisan
relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft
news umumnya tidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat,
khususnya dalam soal waktunya.
Spot News Spotnews adalah subklasifikasi berita dari hardnews, dalam
spot news berita yang diliput tidak bisa direncanakan,
peristiwa kebakaran, kecelakaan, pembunuhan, gempa bumi
adalah jenis-jenis berita yang tidak bisa di prediksikan.
Developing News Developing News adalah subkalsifikasi lain dari hardnews,
baik spot news maupun developing news umumnya
berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi di
developing news, dimasukan elemen lain, peristiwa yang
diberitakan adalah rangkaian dari beriita yang akan
dilajutkan keesokan atau selanjutnya.
-
33
Continuing News Continuing News adalah subkalsifikasi dari berita hard news,
dalam continuing news peristiwa-peristiwa berita bisa
diprediksikan dan direncanakan. Proses dan peristiwa setiap
hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam
wilayah pembahasan yang sama.
Selain kategori berita, beberapa hal yang menjadi unsur layak berita, yaitu :
1. Berita Harus Akurat
Pembaca biasanya sangat memperhatikan soal akurasi. Kredibilitas sebuah
media cetak maupun elektronik, ditentukan oleh aurasi beritanya sebagai
konsekuensi kehati-hatian dari para wartawannya dalam membuat berita.
2. Berita Harus Lengkap Adil dan Berimbang
Keakuratan suatu fakta tidak menjamin kekuatan suatu arti. Yang
dimaksud sikap adil dan beribang adalah bahwa seorang wartwan harus
melaporkan apa yang sebenarnya terjadi. Berita yang dikatakan adil dan
berimbang adalah berita yang dihadirkan wartawan setelah semua upaya ia
lakukan.
3. Berita Harus Objectif
Seorang wartawan dituntut untuk bersikap objectif dalam menulis. Dengan
sikap objectifnya, berita yang ia buatpun akan objectif, artinya berita yang
dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari
prasangka.
-
34
Dalam pengertian objectif ini, wartawan harus menulis dalam konteks
peristiwa secara keseluruhan, tidak dipotong-potong oleh kecenderungan
subjectif.
4. Berita harus ringkas dan jelas
Berita yang disampaikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Artinya,
harus berupa tulisan yang ringkas, jelas, dan sederhana. Tulisan berita
tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung, dan padu.
5. Berita harus Hangat
Karena konsumen berita menginginkan informasi segar, informasi hangat,
kebanyakan berita berisi laporan-laporan peristiwa “hari ini” (dalam harian
sore), atau paling lama “tadi malam” atau “kemarin” (dalam harian pagi).
Media berita sangat spesifik tentang faktor-faktor waktu ini untuk
menunjukan bahwa berita-berita mereka bukan hanya “hangat” tetapi juga
paling sedikitnya yang terakhir. 15
C. FRAMING
1. Definisi
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan
secara sederhana sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana
realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh
15
Hikmat Kusumangingrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori, Praktik, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2006) cetk. Ke-2, h. 47-57
-
35
media. 16 Pembingkaian tersebut melalui proses konstruksi. Disini
realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan makna tertentu.
Peristiwa dimaknai dengan bentukan tertentu. Hasilnya,
pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan
orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya elemen
dari teknik Jurnalistik, tetapi menandai bagaimana peristiwa
dimaknai dan ditampilkan. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat
aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.
Penonjolan atau penekanan dari aspek dan realitas tersebut
haruslah dicermati lebih jauh. Karena penekanan atau penonjolan
aspek tertentu dari realitas tersebut akan membuat (hanya) begian
tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih
mengena dalam pikiran khalayak.
Dalam analisis framing, yang kita lakukan pertama kali
adalah, melihat bagaimana media mengkontrusi realitas. Peristiwa
dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya,
wartawan dan medialah yang secara aktif memebentuk realitas.
Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang, diabstraksikan menjadi
peristiwa yang kemudian hadir dihadapan khalayak. Jadi, dalam
penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana
realitas peristiwa dikontruksi oleh media. Lebih spesifik,
bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu.
16
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008
), cet. Ke-5, hal. 3
-
36
Sehingga, yang menjadi titik perhatian bukan apakah media
memberikan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai
yang dikembangkan oleh media. 17
Framing terutama melihat pesan/ peristiwa dikonstruksi
oleh media. Bagaimana wartawan mengkontruksi peristiwa dan
menyajikannya kepada khalayak pembawa.
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks
yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Beberapa
definisi framing dari para ahli :
Tabel 2.2
Definisi Framing
Robert N. Entman Entman melihat framing dalam dua dimensi
besar : seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari
realitas. Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan
fakta. Dari realitas yang kompleks dan
beragam, aspek mana yang diseleksi untuk
ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung
di dalamnya ada bagian berita yang
dimasukkan, tetapi ada juga berita yang
dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian
dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek
tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan
17
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008
), cet. Ke-5, hal. 7
-
37
dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu
di suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek
tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan
pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra
tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Zhongdan
Pan & Gerald M.
Kosicki
Dalam tulisan mereka Framing Analysis: An
Approach to News Discourse, Pan & Kosicki
mengoperasionalisasikan empat dimensi
struktural teks berita sebagai
perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip,
tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural
tersebut membentuk semacam tema yang
mempertautkan elemen-elemen semantik narasi
berita dalam suatu koherensi global.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita
mempunyai frame yangberfungsi sebagai pusat
organisasi ide.
Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan
dengan elemen yang berbeda dalam teks
berita—kutipan sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu kedalam
teks secara keseluruhan.
Frame berhubungan dengan makna.
Bagaimana seseorang memaknai suatu
peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda
yang dimunculkan dalam teks.
Wiliam Gamson Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah
cara bercerita atau gugusan ide-ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang
-
38
berkaitan dengan objek suatu wacana.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam
pemberitaan agar tampak menonjol dan
menarik perhatian khalayak pembaca. Itu
dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan, dan presentasi aspek tertentu
dengan realitas.
David Snow and
Robert Benford
Pemberian makna untuk menafsikan peristiwa
dan kondisi yang relevan. Frame
mengorganisasikan system kepercayaan dan
diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak
kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan
kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh
individu untuk menempatkan, menafsirkan,
mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara
langsung atau tidak langsung. Frame
mengorganisir peristiwa yang kompleks ke
dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami
dan membantu individu untuk mengerti makna
peristiwa.
2. Analisis Framing Model Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang
meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media.
Konsep mengenal framing ditulis dalam sebuah artikel untuk
-
39
Journal Of Political Communication dan tulisan lain yang
memraktikan konsep itu dalam suatu studi kasus pemberitaan
media.
Konsep Framing digunakan Entman, untuk
menggambarkan proses seleksi dan menunjukan aspek tertentu dari
realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan
informasi-informasi konteks yang khas sehingga issue tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang lain.
Framing memberikan tekanan lebih pada teks komunikasi
yang ditampilkan atau bagian teks mana yang lebih menonjol. Kata
penonjolan itu sendiri dapat diartikan : membuat informasi menjadi
lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah di-ingat oleh
khalayak.
Robert N. Entmen menekankan pada dua dimensi besar
yaitu, seleksi isu dan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari
realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi
lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih di-ingat oleh
khalayak. 18
18
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LkiS, 2008
), cet. Ke-5, hal. 186
-
40
Tabel 2.3
Konsep Framing Model Robert N. Entman 19
Problem Identification
(pendefinisian masalah)
Bagaimana suatu peristiwa
dilihat? Sebagai apa? Atau
sebagai masalah apa?
Causal Interpretation
(memperkirakan masalah atau
sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan
oleh apa? Apa yang dianggap
sebagai penyebab dari suatu
masalah? Siapa (aktor) yang
dianggap sebagai penyebab
masalah?
Moral Evaluation
(membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan
untuk menjelaskan masalah? Nilai
moral apa yang dipakai untuk
melegitimasi atau
medeletigitimasi suatu tindakan?
Treatment recommendation
(menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah/ isu?
Jalan apa yang ditawarkan dan
harus ditempuh untuk mengatasi
masalah?
19
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta, LKIS), cet
ke-5 H.223-224
-
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Republika
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Harian umum Republika diterbitkan
atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi
kritis dan berkualitas, yaitu bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain
di dunia, memegang nilai – nilai spritualitas dengan wujud pancasila sebagai filsafat
bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.
Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat
Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh
mantan wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah
sesuai dengan tujuan, cita –cita dan program Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Salah satu program ICMI yang
disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui program peningkatan 5K, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kulitas
Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir. Pada saat itu ICMI yang diketuai oleh BJ
Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan yang
memungkinkan upaya-upaya tersebut dapat berbuah.Untuk mewujudkan cita – cita,
dan program ICMI diatas, beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang
berdedikasi dan berkomitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia
yang beragama islam, membentuk yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992.
Yayasan ini kemudian menyusun 3 program utamanya, yaitu pengembangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Muslimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Wartawanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Majalah_Tempohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zaim_Uchrowi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Cendekiawan_Muslim_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibiehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie
-
42
Islamic center, pengembangan CIDES (Center for Information and Development
Studies), dan penerbitan Harian Umum Republika.
Koran Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993 di bawah bendera
perusahaan PT Abdi Bangsa, setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan
seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT
Abdi Bangsa. Pendiri Yayasan Abdi Bangsa berjumlah 48 orang yang terdiri dari
beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta
pengusaha. Mereka antara lain Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H. Harmoko, Ibnu
Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Presiden Soeharto berperan sebagai
pelindung Yayasan dan Prof. Dr. Ing B.J Habibie yang juga menjabat sebagai ketua
ICMI dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Negara.
Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada
tanggal 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa
melalui proses Yayasan kemudian memperoleh SIUP (Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers) dari Departemen Penerangan Indonesia, sebagai modal awal penerbitan
Harian Umum Republika. SIUP itu bernomor 283/SK/MENPEN//SIUPP/A.7/1992
tertanggal 19 Desember 1992.
Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang
disampaikan saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap padanya untuk
menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya koran ini
akan diberi nama “Republik”.
-
43
PT. Abdi Bangsa didirikan pada 20 November 1992 di Jakarta. Perusahaan
yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini begerak dalam bidang usaha
penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh Direksi di
bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang
Saham. Direksi dalam mengelola Perseroan dibantu oleh Pembina Manajemen. PT.
Abdi Bangsa dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan
ushanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat tampaknya akan
menjadi perusahaan terbesar di dunia dalam konteks jumlah pemilikan saham.
Penjualan saham PT. Abdi Bangsa sangat unik, satu lembar saham hanya
boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2.9 juta lembar saham
kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2.9 juta kepala
keluarga atau pemegang saham.
Pada akhir 2000 mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka
Media, yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh keluarga Erick Tohir. PT Abdi
Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan induk, dan Republika berada di bawah
bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa.
Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf
Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak FM, radio Gen FM,
Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan Alif TV. Walau berganti
kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus
diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan
independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini
terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran
nasional untuk komunitas muslim. Direktur utama Republika saat ini adalah Erick
Tohir yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia
(ATVSI) periode 2010-2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahaka_Mediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mahaka_Mediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_indukhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Golf_Digest_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Golf_Digest_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Parents_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Radio_Jak_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Radio_Gen_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Delta_FM&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/FeMale_Radiohttp://id.wikipedia.org/wiki/Pramborshttp://id.wikipedia.org/wiki/Jak_tvhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alif_TV_(Indonesia)http://id.wikipedia.org/wiki/Alif_TV_(Indonesia)http://id.wikipedia.org/wiki/Erick_Thohirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Erick_Thohirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asosiasi_Televisi_Swasta_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/2010http://id.wikipedia.org/wiki/2013
-
44
Ideologi Republika adalah ideologi pemiliknya, PT. Abdi Bangsa, yaitu:
kebangsaan, kerakyatan dan keislaman; dengan tujuan mempercepat terbentuknya
“civil society”. Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam
bentuk informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan islam dengan wajah
moderat. 1 Sejak pertama kali terbit pada 4 januari 1993, penjualan oplah terus
meningkat. Hanya dalam waktu sepuluh hari sejak edisi perdana, oplah koran ini
sudah mencapai 100.000 ekslempar. Pada desember 1993 oplah Republika sudah
mencapai 130.000 per hari. Pada tahun 2010 oplah Republika 115.000 ekslempar.
Harian Republika tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Di Jakarta sebanyak
50,31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%, Jawa Timur 4,36%, sisanya
tersebar di daerah lain. Walaupun masih seumur jagung di kancah industri media
cetak di Indonesia, Republika telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi.
Pada pertengahan Oktober 1993 Republika berhasil menjadi juara pertama dalam
lomba perwajahan media cetak.
Sebagai upaya pemenuhan tuntutan khalayak, Republika telah melakukan
berbagai penyempurnaan. Hal tersebut di wujudkan dengan menyempurnakan
desain penampilan koran, dan meningkatkan porsi berita maupun artikel yang
berkaitan dengan bisnis lebih banyak dan menempatkannya hampir di setiap
halaman.
Republika pun menampilkan corak jurnalisme yang khas. Republika
menyajikan berita cenderung aktraktif, jelas, dan tuntas. Republika
mengembangkan corak jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan gaya
penuturannya diupayakan popular, renyah, tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah
bahasa. Visualisasi dan desain menarik disajikan dengan menonjolkan bentuk grafis
yang informatif (berupa gambar , foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna. Topik
1 Ibnu hamad, Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis. (Jakarta: Granit,
2004), h. 122
-
45
yang memperoleh perhatian lebih adalah topik-topik yang dekat dan berdampak
langsung terhadap pembaca. Topik-topik tersebut disegmentasikan sebagai berikut:
Resonansi, Hikmah, Solikui, Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor, Manajer, Trend
Teknologi, Diolag Jum’at, Koran Kecil, dan Selasar.
Sebagai wujud tanggungjawab sosial, khususnya kepada kaum dhuafa, pada
Juli 1993, Harian Umum Republika mendirikan program “Dompet Dhuafa” yang
menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat pembacanya. Program ini juga
diwujudkan sebagai bentuk partisipasi dalam menyukseskan program pengentasan
kemiskinan di Indonesia.
Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir ditengah Indonesia yang
berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek
kehidupan, seperti politik, ekonomi, iptek, sosial, dan budaya, “keterbukaan”
menjadi kata kunci. Republika memilih posisi untuk turut mempersiapkan
masyarakat Indoensia memasuki masa dinamis, tanpa perlu kehilangan segenap
kualitas yang telah dimiliki. Republika memiliki beberapa visi, yaitu :
1) Menegakkan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar
2) Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat
3) Mengkritisi tanpa menyakiti
4) Mencerdaskan, mendidik dan mencerahkan
5) Berwawasan kebangsaan
Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat
mempersiapkan masyarakat memasuki era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai
dan tidak ada langkah kembali, karena telah bersepakat mencapai kemajuan, meski
demikian, berupaya juga untuk melakukan perubahan atau pembaharuan, tidak mesti terus
mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.
Keberlimpahan Republika terarah kepada besarnya penduduk negeri yang
-
46
mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media massa seperti
Republika hanya menjadi penopang agar langkah tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan
bersama. Dengan latar belakang tersebut, misi republika dibagi kedalam beberapa bidang,
yaitu :
1) Dalam bidang Politik, Republika mendorong atau mengembangkan demokrasi dan
optimalisasi peran lembaga-lembaga negara, mendorong partisipasi politik semua
lapisan masyarakat dan mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik,
penghargaan terhadap hak-hak sipil, mendorong terbentuknya pemerintah yang bersih.
2) Dalam bidang ekonomi, mendukung terbukanya demokrasi ekonomi, mempromosikan
profesionalisme, pemerataan sumber-sumber ekonomi, mempromosikan moral dan
etika dalam berbisnis.
3) Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka, kritis dan apresiatif
terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat,
mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan,
menghaluskan perasaan dan mempertajam kepekaan nurani. menolak pornografi dan
pornoaksi.
4) Dalam bidang agama, Republika menyiarkan agama islam, mempromosikan semangat
toleransi, mewujudkan „islam rahmatan lil alamin’ dalam segala ilmu, serta membela,
melindungi, dan melayani kepentingan umat.
5) Dalam bidang hukum, Republika mendorong terwujudnya masyarakat secara hukum,
menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme checks and
balances pemerintah masyarakat, serta mennjunjung tinggi HAM dan mendorong
pemberantasan KKN secara tuntas.
6) Dalam bidang ekonomi, mendukung terbukanya demokrasi ekonomi, mempromosikan
profesionalisme, pemerataan sumber-sumber ekonomi, mempromosikan moral dan
etika dalam berbisnis.
7) Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka, kritis dan apresiatif
terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat,
-
47
mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan,
menghaluskan perasaan dan mempertajam kepekaan nurani. menolak pornografi dan
pornoaksi.
8) Dalam bidang agama, Republika menyiarkan agama islam, mempromosikan semangat
toleransi, mewujudkan „islam rahmatan lil alamin’ dalam segala ilmu, serta membela,
melindungi, dan melayani kepentingan umat.
9) Dalam bidang hukum, Republika mendorong terwujudnya masyarakat secara hukum,
menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme checks and
balances pemerintah masyarakat, serta mennjunjung tinggi HAM dan mendorong
pemberantasan KKN secara tuntas.
-
48
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Analisis Praktik Framing Robert Ethmen Pada Berita Konflik Poso III
Antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika Periode
Agustus 2001 – Agustus 2002
TRAGEDI POSO III diawali dengan penyerangan sekelompok orang (
15 orang ) yang berpakaian ala ninja pada tanggal 23 Mei 2000 dini hari.
Peristiwa ini menewaskan 3 orang yang bernama, Serma, Polisi Kamaruddin
Ali, Abdul Syukur dan Baba. Dan 7 orang mengalami luka ringan dan satu
orang luka berat. Akibat serangan ini massa Islam turun dan mengejar para
penyerang tersebut. Tanggal 24 Mei 2000, Para penyerang berlindung di
komplek Gereja Katholik Moengko. Baru Akirnya massa (Islam) dapat
menangkap tiga ninja dan menghakiminya serta membakar komplek gereja
dan beberapa rumah yang ada disekitarnya.
Tanggal 25 Juli 2000, Peristiwa pembakaran tersebut mengakibatkan
kemarahan orang-orang kristen. Kota Poso di serang dari empat penjuru yang
mengambil strategi pennyerangan hit and run. Masa yang berasal dari Lore
Utara, Napu, Tentena dan sekitarnya membakar perkampungan(desa ) muslim.
Massa Kristen mengurung kota Poso dengan cara memblokade jalur darat
dengan menutup badan jalan dengan gelondongan kayu serta menghancurkan
jembatan yang menghubungkan ke Kota Palu.
-
49
Tanggal 25 Juli 2000, Satuan Intel Kodam dicegat massa Tentena dan
berhasil merampas senjata. Warga Muslim kota Poso melakukan exsodus ke
Ampana. Sehari setelahnya, Pejabat Pemda Poso ikut mengungsi sehingga
warga Poso yang berlindung di Kodim dan Polres Poso sempat Panik. Warga
Ampana kota mengirim 500 misi perdamaian yang dipimpin Ustadz Abu
Bakar Bahmid dan Ustadz Ar-Talamoa yang menyerukan kepada warga untuk
menghentikan pertikaian. Kemudian, Massa Muslim Palu berkumpul di Al-
Khairat Palu.
Tanggal 28 Juli 2000, Ribuan massa pelajar Islam Indonesia, PII, HMI,
Laskar Mahasiswa, Mahasiswa STAIN, UNISMUH melakukan aksi
demonstrasi ke Kantor DPRD Sulteng. Kemudian, Beredar isu bahwa
penyerang (Kristen) akan memasuki dan menguasai Kota Poso, kemudian
warga muslim dalam Kota Poso mengadakan perlawanan, satuan Brimob dan
TNI dari Korem 7 Wirabuana melakukan siaga penuh di Kota Poso. Tanggal
31 Mei 2000 Beredar isu bahwa pada hari Paskah Isa Al-Masih, ribuan massa
akan kembali menyerang kota Poso dan akan membumihanguskannya. Jalan-
jalan menuju Kota Poso diblokade oleh warga Kristen. Arus lalu lintas macet
total dan bantuan massa serta logistik dari luar kota Poso tidak dapat masuk.
Massa Muslim mengungsi melalui laut ke Parigi dan ke Ampana.
Sebuah mobil Ambulance dicegat massa Muslim di Desa Palawa Parigi yang
disinyalir membawa senjata untuk massa Kristen di Kota Poso. Kerusuhan
merembet keluar Kota Poso setidaknya 8 orang tewas dan ribuan orang luka-
luka. Aksi bentrok itu terjadi sejak Sabtu pekan lalu di Desa Sepe, Batugincu,
-
50
Silangka dan Toyado. Diduga kuat mereka yang tewas terkena senjata api. Di
desa Saninora Poso Pesisir, aksi pembakaran rumah-rumah Muslim dilakukan
oleh massa Kristen. Aksi serupa juga terjadi di desa Toini Ladangan, massa
dari dua desa tersebut menggunkan senjata rakitan untuk menyerang
Kelurahan Sayo.
Pasukan Brimob yang menjemput para pengungsi dihadang para
kelompok penyerang Kristen. Ribuan pengungsi Muslim ditampung di tempat
darurat antara lain, Mess Pemda Tk. II Poso, di Kota Parigi, di Kota Ampana
dan di perguruan Al-Khairat Palu serta pondok pesantren dan Masjid yang ada
di Kota Palu dan Parigi. Massa Kristen telah menguasai kota Poso dan Poso
Pesisir dan terus melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah yang
ditinggalkan oleh penduduk. Berita mengenai konflik poso III antarumat Islam
dan Kristen, di Harian Umum Republika terdapat 6 berita di bulan Agustus
2001 hingga Agustus 2002, yaitu :
Tabel 4.1
Berita Terkait Dengan Kasus Konflik Poso III Antaraumat
Islam dan Kristen di Harian Umum Republika
NO. TANGGAL JUDUL RUBRIK
1. 11 Agustus 2001 Al Khairat : Penyebab Konflik
Poso Bukan Politik
Nasional
2. 14 Agustus 2001 Ribuan Konflik Poso Belum
Dievakuasi
Nasional
-
51
3. 07 Desember 2001 Konflik Poso Akan Diselesaikan
Dalam Enam Bulan
Nasional
4. 18 Desember 2001 Jangan Rugikan Umat Islam
Dalam Konflik Poso
Nasional
2. Analisis Framing Robert Ethman Pada Berita Konflik Poso III
Antaraumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika
2.1 Republika Tanggal 11 Agustus 2001
Judul : Al Khairat : Penyebab Konflik Poso Bukan Politik
Penempat : Nasional
Ketua PB Al Khairat, Umar Awal Alamrie, mengatakan, setiap pihak
harus jujur dalam melihat konflik Poso, Sulawesi Tengah, agar konflik ini bisa
diatasi. Persoalan Poso tidak bisa tuntas karena selama ini kita tidak jujur