pr seni budaya

27
BEBERAPA TARIAN DI NUSANTARA 1. TARI KECAK BERASAL DARI BALI Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar [1] , melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak

Upload: nurhadi-hanif

Post on 26-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BEBERAPA TARIAN DI NUSANTARA

1. TARI KECAK BERASAL DARI BALI

Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif:

Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada

tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh

banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan

irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan

kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun

demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan

berada pada kondisi tidak sadar[1], melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para

leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.Para

penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan

catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain

yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman,

dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak

digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari

yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.

Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman

Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-

bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia

bersama rombongan penari Bali-nya

Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari "Cak" atau tari api (Fire Dance) merupakan

tari pertunjukan masal atau hiburan dan cendrung sebagai sendratari yaitu seni drama

dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari "Lakon Pewayangan"

seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti

pemujaan, odalan dan upacara lainnya.

Bentuk - bentuk "Sakral" dalam tari kecak ini biasanya ditunjukan dalam hal kerauhan

atau masalah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api.

Keunikan.

Tidak seperti tari bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring tetapi dalam pementasan

tari kecak ini hanya memadukan seni dari suara - suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak

ke cak cak ke" sehingga tari ini disebut tari kecak.

Tarian Kecak ini bisa ditemukan di beberapa tempat di Bali, tapi yang di Uluwatu

adalah yang paling menarik untuk ditonton karena atraksinya bersamaan dengan

sunset atau matahari tenggelam.

Menurut Wikipedia, kecak diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak yang

bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies berdasarkan tradisi Sanghyang dan

bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling

dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Tari kecak atau Seni tari Kecak merupakan sebuah seni tari yang berasal dari Bali

Indonesia, Seni Tari Kecak ini dipertunjukkan oleh banyak [puluhan atau lebih] para

penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu dan sambil

menyerukan “cak” serta mengangkat kedua lengan. Para penari yang duduk melingkar

tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang

mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh

Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.

Tari Kecak menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama

melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi

tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi

dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-

harapannya kepada masyarakat.

Berdasarkan referensi dari wikipedia, meskipun Tari kecak ini seni tari Khas Bali, tapi

tari kecak ini diciptakan bersama dengan seniman luar negeri, iya adalah Walter Spies

yaitu pelukis dari Jerman. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan

pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang

dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat

berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

2. TARI SERIMPI DARI YOGYAKARTA

Tarian Serimpi adalah suatu jenis tarian yang diperagakan 4 putri ini masing-

masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan

terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama

peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang

melambangkan tiang Pendopo.

Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi

adalah sinonim bilangan 4. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata

“impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu

sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.

Konon, kemunculan tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat

Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya

dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik

takhta sultan.

Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan

Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian

masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi

Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta

digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Walaupun sudah

tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena

sebelumnya terkekang oleh tembok keraton.

Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat

mata angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3)

Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, tari Serimpi

hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta

dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama

dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua

hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal

manusia dan nafsu manusia.

Tema perang dalam tari Serimpi, menurut RM Wisnu Wardhana, merupakan falsafah

hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbolik pertarungan yang

tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi dalam

mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas karena dilakukan dengan

gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu

properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain

berupa : keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol.

Pakaian tari Serimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten

putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif

hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan

hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga

ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang

diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena

dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi.

Disamping keris digunakan pula “jembeng” ialah sebangsa perisak. Bahkan pada

zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII dijumpai pula tari Serimpi dengan alat perang

pistol yang ditembakkan kearah bawah, pada akhir abad ke-19. Pola iringan tari Serimpi

adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari dibarengi

bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tarinya

mempergunakan gendhing-gendhing tengahan atau gendhing ageng yang

berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-

ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.

Tari Serimpi Sangopati (karya : Sinuhun Pakubuwono IX)

Tarian Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya

Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820

dengan nama Serimpi sangopati. Kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang

apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.

Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-

1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati.

Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan

beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau

menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda. Disaat pertemuan

perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan

pertunjukan tarian Serimpi Sangopati.

Sesungguhnya sajian tarian Serimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai

sebuah hiburan semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan

sebagai bekal bagi kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk

mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan

peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun

telah siap mengorbankan jiwanya.

Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan

ketulusan.Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang

pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.

Sebetulnya sikap berani menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang

menyebabkan kematian ayahnya yaitu Pakubuwono VI (pahlawan nasional Indonesia)

yang meninggal akibat hukuman mati ditembak Belanda saat menjalani hukuman

dibuang keluar pulau Jawa saat Pakubuwono VI meninggal Pakubuwono IX yang

seharusnya menggantikan menjadi raja saat itu masih berada didalam kandungan

ibunda prameswari GKR Ageng disebabkan masih dalam kandungan usia 3 bulan.

Maka setelah Pakubuwono ke VI meninggal yang menjadi raja Pakubuwono VII adalah

paman Pakubuwono IX ketika Pakubuwono VII meninggal yang menggantikan

kedudukan sebagai raja adalah paman Pakubuwono IX sebagai Pakubuwono VII. Baru

setelah Pakubuwono VIII meninggal Pakubuwono menuruskan IX meneruskan tahta

kerajaan ayahandanya Pakubuwono VI sebagai raja yang ketika itu beliau berusia 31

tahun.

Setelah Pakubuwono IX meninggal 1893 dalam usia 64 tahun beliau digantikan

putranya Pakubuwono X atas kehendak Pakubuwono X inilah tarian Srimpi Sangupati

yang telah diganti nama oleh ayahanda Pakubuwono IX menjadi srimpi Sangapati ,

dengan maksud agar semua perbuatan maupun tingkah laku manusia hendaknya

selalu ditunjukkan untuk menciptakan dan memelihara keselamatan maupun

kesejahteraan bagi kehidupan. Hal ini nampak tercermin dalam makna simbolis dari

tarian srimpi sangopati yang sesungguhnya menggambarkan dengan jalan

mengalahkan hawa nafsu yang selalu menyertai manusia dan berusaha untuk saling

menang menguasai manusia itu sendiri.

Salah satu kekayaan Keraton kasunanan Surakarta ini tengah diupayakan

konservasinya adalah berbagai jenis tarian yang sering menghiasi dan menjadi hiburan

pada berbagai acara yang digelar di lingkungan keraton. Dari berbagai jenis tarian

tersebut yang terkenal sampai saat ini adalah tari Serimpi Sangupati. Penamaan

Sangupati sendiri ternyata merupakan salah satu bentuk siasat dalam mengalahkan

musuh.

Tarian ini sengaja di tarikan sebagai salah satu bentuk politik untuk menggagalkan

perjanjian yang akan diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu. Hal ini dilakukan

untuk mengantisipasi agar pihak keraton tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantai

utara dan beberapa hutan jati yang ada, jika perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan.

Tarian Serimpi Sangaupati sendiri merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita

dan di tengah-tengah tariannya dengan keempat penari tersebut dengan keahliannya

kemudian memberikan minuman keras kepada pihak Belanda dengan memakai gelek

inuman.

Ternyata taktik yang dipakai sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak

Belanda tidak menyadari kalau dirinya dikelabui. Karena terlanjur terbuai dengan

keindahan tarian ditambah lagi dengan semakin banyaknya minuman atau arak yang

ditegak maka mereka (Belanda) kemudian mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya

akan diadakan akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut

maka beberapa daerah yang disebutkan diatas dapat diselamatkan.

Namun demikian yang perlu digarisbawahi dalam tarian ini adalah keberanian para

prajurit puteri tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu. Karena jika

siasat itu tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah

mereka para penari tersebut.

Boleh dibilang mereka adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu berhasil

dan tidaknya misi menggagalkan perjanjian tersebut. Sehingga untuk mengaburkan

misi sebenarnya yang ada dalam tarian tersebut maka nama tari itu disebut dengan

Serimpi Sangaupati yang diartikan sebagai sangu pati.

Saat ini Serimpi Sangaupati masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai

sebuah tarian hiburan saja. Dan adegan minum arak yang ada dalam tari tersebut

masih ada namun hanya dilakukan secara simbol saja, tidak dengan arak yang

sesungguhnya.

Perjanjian antara Keraton Kasunanan Surakarta dengan pihak Belanda tersebut yang

terjadi sekitar tahun 1870-an.

MACAM – MACAM TARI SERIMPI YOGYAKARTA

Tari Serimpi Cina

Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada

kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan

pakaian cina.

Tari Serimpi Pistol

Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan

Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan

yaitu pistol.

Tari Serimpi Padhelori

Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan

Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol

dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu

Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari

Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.

Tari Serimpi Merak Kasimpir

Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan

Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan

jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir

adalah Gending Merak Kasimpir.

Tari Serimpi Pramugari

Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan

Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang

dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari.

Tari Serimpi Renggawati

Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan

Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan

cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan

properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.

Beberapa gambar tarian Serimpi :

Suatu jenis tari klasik dari daerah Yogyakarta yang selalu dibawakan oleh 4 penari,

karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Hanya pada Srimpi Renggowati

penarinya ada 5 orang. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi”

atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu

sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.

Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat

mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu :

1. Grama ( api)

2. Angin ( Udara)

3. Toya (air)

4. Bumi ( Tanah)

Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana

Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton.

Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari

Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan

antara baik dengan  buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu

manusia.

Tarian ini dinamakan sangupati atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan bekal

kematian, karena tujuan diciptakan tari serimpi jenis dimaksudkan sebagai bekal

kematian yang ditujukan pada Belanda.

Sehingga pistol yang digunakan dalam tarian ini biasanya diisi dengan peluru yang asli.

Ini menunjukan rasa patriotisme para penarinya yang siap mati jika mengalami

kegagalan dalam membawakan tarian ini.

Beda lagi dengan sejarah tari serimpi renggawati. Kalau biasanya tari serimpi

dibawakan oleh empat orang penari yang masing – masing penari menggambarkan 4

unsur dunia yang terdiri dari api, udara, tanah dan air.

Tari serimpi renggawati biasanya dibwakan oleh lima orang penari. Di mana sosok

gadis yang memerankan Dewi Renggawati haruslah gadis yang belum beranjak

dewasa.

Atau belum pernah mengalami menstuasi. Bahkan pada masa pemerintahan

Hamengku Buwono V, gadis yang memerankan sosok Dewi Renggawati haruslah

keturunan Sultan.

Hal ini disesuaikan dengan makna yang terkandung dalam tari serimpi renggawati yang

banyak mengajarkan anak gadis yang akan beranjak dewasa tentang pentingnya

pengendalian hawa nafsu.

Di mana ketika anak gadis mulai mengenal laki – laki, anak gadis haruslah sudah

paham betul dan sudah dibekali pelajaran seksualitas yang mumpuni.

Selain itu, makna yang terkandung dalam tari serimpi renggawati adalah pengajaran

pada manusia untuk selalu menyeimbangkan sisi duniawi dan spiritualitas dalam

menjalani kehidupan.

3. TARI PIRING DARI SUMATERA BARAT

Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah

satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau

disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.

Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para

dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di

Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi

majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari

piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta

perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi

dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun

yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga

pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang

menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri

melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.

Urutan Seni Tari Piring

Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua

tergantung dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun

tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan

tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya

persembahan. Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari

Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah

persembahannya.

1.Persiapan awal.

Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan

dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan

untuk mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan

penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan.

Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan

agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang

retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri

sendiri atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan

jumlah piring yang akan digunakan.

Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin,

piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan

pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian

kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan

menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari

tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau

sumbing.

2. Mengawali tarian

Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik.

Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai

tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan

sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan

3. Saat Menari

Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan

tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-

ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari

kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang

telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di

hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring

yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari

Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah

disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.

Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri

sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang

telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang

diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah

memusing-musingkannya di atas kepala

4.Mengakhiri Tarian

Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua

piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup

atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah

pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah

pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan

Makna dari Prosesi Tari Piring

Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta

berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring

berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian.

Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama

menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut”.

Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian

ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis

keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.

Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan

persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang

melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu

pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak

dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.

Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan

masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di

majlis-majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun

persembahan tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu. Persembahan Tari Piring di

dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu;

kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah kepada orang ramai kepada penari

sendiri.

Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah

tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping

saja. Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya.

Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada

penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.

Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majlis perkahwinan terutama bagi

keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sesebuah kampung. Tarian ini biasa

dilihat di kawasan Seremban,Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada

yang dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap.

Sedikit bayaran akan dikenakan jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan

tarian piring. 10 - 20 minit diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.

Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majlis

perkahwinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring.

Namun begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian

kerana dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu,

kumpulan tarian disertai hanya gadis-gadis sahaja.

MENGENAL JENIS-JENIS TARIAN NUSANTARA

OLEH

HINDUN MILA HUDZAIFAH

KELAS XI IPA 7

R SMA BI 3 PADANG

T.P 2011/2012