ppt case peritonitis

95
Eni Yulvia Susilayanti 1010312040 Fadhila Aini 1010312023 Preseptor : dr. Boy Suzuky, SP. An FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TEKNIK ANESTESI UMUM PADA PERITONITIS

Upload: agi-prasadhana

Post on 02-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jhhghjjjm

TRANSCRIPT

BAB I

Eni Yulvia Susilayanti 1010312040

Fadhila Aini1010312023

Preseptor :dr. Boy Suzuky, SP. An

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

TEKNIK ANESTESI UMUM PADA PERITONITISBAB IPENDAHULUAN

Gawat abdomen kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utamaInfeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna perforasi kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna peritonitisMemerlukan penanganan segera yang sering berupa tindak bedahPembedahan pada peritonitis merupakan pembedahan darurat yang harus segera dilaksanakan untuk meminimalisir komplikasi yang terjadi Terdapat perbedaan-perbedaan pokok dari anestesi untuk pembedahan elektif dengan anestesi untuk pembedahan darurat , yaitu : Bahaya aspirasi dari lambung Adanya gangguan-gangguan pernafasan Hemodinamik dan kesadaran yang tidak selalu dapat diperbaiki sampai optimal Terbatasnya waktu persiapan untuk mencaribaselinedata dan perbaikan fungsi tubuhBAB IITINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi PeritonitisPatofisiologi Peritonitis

Diagnosis Peritonitis

Anamnesis :nyeri pada seluruh lapangan perut kadang disertai dengan :- Demam- Mual / Muntah- BAB tidak ada khas- kadang mencret

Pemeriksaan fisik :InspeksiPada peritonitis biasanya akan ditemukan distensi abdomenPalpasi kekakuan dinding abdomen

PerkusiPada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilangAuskultasiPasien dengan peritonitis bising usus akan melemah atau menghilang sama sekaliTatalaksana PeritonitisTerapi Konservatif

indikasikan jika: infeksi telah terlokalisasi (misalnya appendix mass); penyebab peritonitis tidak membutuhkan tindakan pembedahan (misalnya pankreatitis akut); pasien tidak cocok untuk anestesi umum/general anaesthesia (misalnya pada pasien lanjut usia, pasien sekarat dengan komorbiditas yang hebat)fasilitas medis tidak dapat mendukung manajemen bedah yang amanElemen utama pada terapi medikamentosa adalah hidrasi cairan melalui i.v. line dan antibiotik spektrum luas Terapi suportif sebaiknya mencakup early enteral feeding (daripada total parenteral nutrition) untuk pasien dengan sepsis abdomen yang kompleks di ICUTerapi Definitif

Prinsip umum terapi:penggantian cairan dan elektrolit yang hilangpemberian antibiotik yang sesuaidekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinalpembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya

Antibiotik spektrum luas, dapat menjangkau bakteri aerob dan anaerobPenggunaan antibiotiklebih awal dan sesuai merupakan kunci untuk mengurangi mortalitas pada pasien dengan syok septik yang berhubungan dengan peritonitisKomplikasi PeritonitisSyok septik, abses intraabdomen, dan adhesi merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada peritonitisPrognosis Peritonitis tergantung dari berapa lamanya proses peritonitis sudah terjadi. Pembagian prognosis dapat dibagi menjadi tiga, tergantung lamanya peritonitis: (1) kurang dari 24 jam: prognosisnya > 90 % (2) 24 48 jam: prognosisnya 60 %; (3) lebih dari 48 jam: prognosisnya 20 %

Anestesi umumkeadaan kehilangan kesadaran, disertai hilangnya sensasi rasa sakit diseluruh tubuh dan relaksasi otot pada derajat tertentu karena pemberian obat anestesi.Masalah-masalah anestesi umum

1. Lambung terisi penuh2. gangguan kardivaskular, seperti : hipotensi3. Kegagalan pernafasan4. Tamponade kardiak5. CNS (Central Nervous System)

pasien harus sudah dalam keadaan stabil hemodinamikanya. Pencegahan Aspirasi mencegah terjadinya aspirasi dari isi lambung dapat dilakukan cara :Posisi head down selama trakea tidak diintubasiTube nasogastrik diisap bersih lalu dilepas sebelum diinduksiSiapkan suction yang kuat, bekerja baik dan kateter besar.

Teknik Anestesi UmumParenteralObat anestesi masuk ke dalam darah dengan cara suntikan IV atau IM. Untuk selanjutnya dibawa darah ke otak dan menimbulkan keadaan narkose.

InhalasiObat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

PerrectalObat anestesi diserap lewat mukosa rectum kedalam darah dan selanjutnya sampai ke otak.Dipergunakan untuk tindakan diagnostic (katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaan mata, telinga, oesophagoscopi, penyinaran dsb) terutama pada bayi-bayi dan anak kecil. Juga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak-anak. Syaratnya adalah:rectum betul-betul kosongtak ada infeksi di dalam rectumLama narkose 20-30 menit.

Obat-obat anastesia intravena

adalah obat anastesia yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot.

Dalam praktek anastesia, obat-obat anastesia intravena adalah :

ThiopentoneMethotheksitalAlthesidPropanilididGamma hidroksi butirikKetamin hidrokhloridaEtomidatDihidrobenzperidolDiazepamAnalgetik narkotikMidazolamDi- iso propil fenol atau propofol

Obat-obat anastesia yang sampai saat ini ada dan sudah ada di pasaran indonesia serta umum digunakan dalam praktik anastesia :ThiopentoneDiazepamDihidrobenzperidolFentanilKetamin hidrokhloridaMidazolamDi- iso propil fenol atau propofol

Thiopentone

Berupa bubuk yang berwarna putih kekuningan, bersifat higroskopos, rasanya pahit, berbau seperti bawang putih dan sediaannya selalu dicampur sodium karbonat anhidrous, sehingga mudah larut dalam air

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatobat ini sangat cepat berdifusi ke jaringan otak dan efeknya akan segera tampak dalam 30 detikDerajat depresinya sangat bergantung dari dosis yang diberikan. Makin tinggi dosis yang diberika , depresinya makin berat.

Terhadap sistem respirasimenimbulkan depresi pusat nafas menyebabkan pasien henti nafas

Terhadap sistem kardiovaskularpenurunan tekanan darah yang sangat bergantung dari konsentrasi obat dalam plasmaTerhadap otot rangka dan uterusPada dosis lazim tidak ada pengaruhnya terhadap tonus otot rangka dan uterus yang hamil

Terhadap metabolismeMenurunkan laju metabolisme sel sehingga konsumsi O2 akan berkurang sesuai dengan dalamnya anastesia

Reaksi thiopenton dalam tubuh

Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, selanjutnya diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya dengan vaskularisasi

secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti : hati, otot, jaringan lemakSetelah terjadi penurunan dosis obat dalam plasma konsentrasi dalam otak juga akan turun.Dalam darah diikat oleh protein plasma.Pemecahannya terutama di hati dan ekskresinya melalui urin dan feses dalam bentuk hasil metabolit.Tidak boleh diberikan pada pasien yang menderitaPenyakit paru obstruksi menahun Dekompensasi kordisSyok yang beratInsufisiensi adrenokortikalStatus asmatikus

Dosis dan cara pemakaian

Untuk induksi, dibuat dalam larutan akuades atau NaCL 0.9% dengan konsentrasi 2,5% atau 5,0%.Dosis untuk induksi adalah 4-5 mg/KgBB, diberikan intravena pelan-pelan.Ketamin hidrokhloridaKetamin hidrokhlorida adalah golongan fenil sikloheksilamin merupakan rapid acting non barbiturat general anastesia

Merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam dan sensitif terhadap udara dan cahayaEfek farmakologi

Terhadap susunan saraf pusatmenyebabkan mimpi buruk dan halusinasi, sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan intrakranial.Efek-efek tersebut dikurangi dengan pemberian diazepam atau obat lain yang mempunyai khasiat amnesiaTerhadap mataMenmulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan

Terhadap sistem kardiovaskularKetamin adalah obat anastesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.Terhadap sistem respirasiPada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi bila menimbulkan respirasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma.

Terhadap pada otot Tonus otot bergaris meningkat, bahkan bisa terjadi rigiditas sampai kejang-kejang.

Terhadap reflek-reflek proteksiRefleks proteksi jalan nafas masih utuh, oleh karena itu hendaknya hati-hati melakukan isapan pada daerah jalan nafas atasTerhadap metabolismeKetamin merangsang sekresi hormon-hormon katabolik seperti : katekolamin, kortisol, glukagon dan tiroksin sehingga laju katabolisme meningkat

Dosis dan cara pemberian

Untuk induksiDiberikan intravena dalam bentuk larutan 1 dengan dosis lazim 1-2mg/KgBB pelan-pelan.Untuk pemeliharaan Pemberian secara intermiten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal Propofol

Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol yang banyak dipakai sebagai obat anastesia intravena

Berupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam.Efek farmakologi

Terhadap susunan saraf pusatPenurunan kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas sesaat

Terhadap sistem kardiovaskularDepresi pada sistem kardiovaskular yang ditimbulkan sesuai dengan dosis yang diberikan. dosisInduksi anastesia, dosisnya 2,0-2,5mg/KgBB. pada lansia dan bayi dosis ini harus disesuaikan

ANESTESI INHALASI

anestesi umum yang dihasilkan oleh uap obat anestesi ( volatile) masuk dalam tubuh melalui pernafasan.

Perkembangan obat anestesi mengalami banyak perbaikan. Contoh obat anestesi inhalasi adalah: Ether, halothane, enflurane, Isoflurane, Sevoflurane, desflurane, N2o.

Syarat obat anestesi yang ideal1. Berbau enak, tdk merangsang nafas, shg induksi cepat dan lancar.2. Mempunyai daya kelarutan gas rendah3. Stabil dalam penyimpanan, tdk terpengaruh pada bahan/sirkuit anestesi dan absorber.4. Tidak mudah terbakar/meledak

5. Harus mampu menghilangkan kesadaran, menghasilkan anelgesi dan relaksasi otot.6. Harus cukup kuat dan bisa diberikan dengan kadar O2 tinggi7. Harus tidak dimetabolisme tubuh, tidak toksis, tidak menimbulkan reaksi alergi.8. Harus menghasilkan depresi minimal pada Kardiovaskular dan sistem respirasi, tidak saling mempengaruhi dengan obat lain yang sering digunakan dlm anestesi (mis.adrenalin).

HALOTAN

Adalah obat anestesi golongan hidrokarbon berhalogen yang tidak dapat terbakar atau meledak.

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusat dapat menurunkan tahanan vaskuler otak dan meningkatkan aliran darah otak dengan jalan melebarkan pembuluh darah otak.

Terhadap sistem kardiovaskular Terjadi depresi otot jantung sesuai kedalaman anestesi dan depresi langsung S-A node, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor Terhadap sistem respirasiHalotan menyebabkan pernafasan yang cepat dan dangkal, karena depresi sentral ( medulla) dan perifer ( disfungsi otot interkostal).

Terhadap ginjalTerjadi penurunan aliran darah ginjal, filtrasi glomeruler dan produksi urin oleh karena turunnya tekanan darah arterial

Terhadap hati Pada konsentrasi 1,5vol% akan menurunkan aliran darah pada lobulus sentral hati.penurunan aliran darah pada pada lobus sentral ini menyebabkan nekrosis sel pada sentral hati,Dosis :Untuk induksi : konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N2O.Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1.0-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1,0%.

kontraIndikasipenggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien :Menderita gangguan fungsi hati dan gangguan irama jantungOperasi kraniotomi.

ENFLURANE

Merupakan obat anastesia inhalasi yang termasuk turunan eter.

Dikemas dalam bentuk cair, tidak berwarna, tidak iritatif, berbau agak harum, tidak eksplosif, lebih stabil dibandingkan dengan halotan

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatPada dosis tinggi menimbulkan twitching ( tonik-klonik ) pada otot muka dan anggota gerak tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsi Terhadap sistem kardiovaskular Secara kualitatif efeknya sama dengan halothane .walaupun enfluran meningkatkan kepekaan otot jantung terhadap katekolamin.

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi sesuai dengan dosis yang diberikan.volume tidal berkurang tetapi frekuensi nafas hampir tidak berubah.

Terhadap ginjalDapat menurunkan Darah ginjal, menurunkan laju filtrasi ginjal dan akhirnya menurunkan diuresis.pemecahan enfluran menghasilkan metabolit flourida anorganik, tetapi konsentrasi dalam plasma tidak pernah mencapai konsentrasi yang nefrotoksik.

Terhadap otot rangkaMenurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi pusat motoris pada serebrum

Terhadap uterusMenimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap oksitosin tetap baikTerhadap hatiTerjadi gangguan fungsi hati yang ringansekitar 2,0-8,0% dari dosis yang diberikan mengalami metabolisme di hati

Dosis :Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N20Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 1,0-2,5%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%

ISOFLURANE

Daya kelarutannya paling kecil, shg kadar dalam alveolus mudah tercapai keseimbangannya, lebih bersifat iritasi dibanding dengan halothanEfek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatMeningkatkan aliran darah otak ( ADO) dan TIK, tapi lebih kecil dibanding obat anestesi lain Sistem kardiovaskulardepresinya lebih kecil daripada halothan dan enflurane

Terhadap sistemRespirasi: bersifat bronkodilator walau mengiritasi jalan nafas, jarang terlihat takipnea.

Terhadap MetabolismeMetabolisme utamanya dalam bentuk oksidasi , difluorometanol yang dipecah menjadi asam asetat, minimal dan tidak bersifat toksis terhadap ginjal dan hepar

SEVOFLURAN

Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidk berbau dan tidak iritatif sehingga baik untuk induksi inhalasi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatEfek depresinya hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial.

Terhadap sistem kardiovaskularRelatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia selama anesthesi dengan sevofluran

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi nafas yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.

Terhadap otot rangkaEfeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan isofluran

Terhadap ginjalEfek terhadap aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus lebih ringan dibandingkan dengan isofluran

terhadap hatitidak toksik dan tidak menimbulkan gangguan fungsi hati.

BiotransformasiHampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil 2-3% Dimetabolisme dalam tubuh

Dosis :Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0% bersama dengan N20Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%.

BAB III LAPORAN KASUSIdentitas pasienNama: Ny. SJenis Kelamin: PerempuanMR: 86.39.35Usia: 65 tahun

Evaluasi pre-anestesiAnamnesis

Keluhan Utama :Seorang pasien perempuan usia 65 tahun datang ke IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 30 Desember 2014 dengan keluhan nyeri perut dan kembung sejak 1 minggu yang lalu.Riwayat Penyakit Sekarang :Pasein mengeluhkan nyeri perut ketika disentuh sejak 1 minggu yang laluNyeri semakin bertambah ketika ditekanPasien mengeluhkan tidak BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakitPasien tidak demamRiwayat Penyakit Dahulu:Pasien telah diketahui ,menderita DM dan Hipertensi.Riwayat alergi obat (-)

Anamnesis penyulit anestesi :Asma tidak adaAlergi tidak adaHipertensi tidak adaDM adaAngina pectoris tidak adaKejang tidak adaPenyakit hati tidak adaPenyakit ginjal tidak adaKelainan kardiovaskuler tidak ada

Riwayat obat yang sedang/telah digunakan Anti hipertensi tidak adaAnti reumatik tidak ada Anti diabetes adaObat jantung tidak ada Riwayat operasi sebelumnya :adaRiwayat anestesi sebelumnya :ada

Pemeriksaan FisikKeadaan umum:sedangBB : 46 kgTB:152 cmMata : konjungtiva anemisBreathing (B1) Airway : bebas, tidak ada obstruksi, tidak ada potensial obstruksiBreathing : Frekuensi 16x / menit, irama teraturBlood (B2)Perfusi baik, akral hangat kering dan merah.Nadi : 89 x / menit, kuat angkat, teraturTekanan Darah : 130/80 mmHgBrain (B3)Kesadaran: soporousGCS 15 : E4M6V5. Tidak ada defisit neurologis, tidak ada lateralisasiBladder (B4)Pasien terpasang kateter, dengan volume urin 700cc, warna kuning pekatBowel (B5)Mual tidak ada, muntah tidak ada, BAB (-) sejak 2 hari yang laluBone (B6)Udem tidak ada, fraktur tidak ada

Hasil LaboratoriumDarah Hb : 12,5 g/dlHt : 37%Leukosit : 15200 Trombosit : 343.000PT : 12,8 sAPTT : 55,5 sUreum : 64 mg%Kreatinin : 1,0 mg%Gula darah sewaktu : 188 g/dlNa/K/Cl : 140/4,3/105

Hasil Konsul InterneHasil : pada pasien ini untuk dilakukan tindakan dalam narkose :Risiko kardiovaskuler, metabolic, cardiopulmonal secara umum menjadi beratFaal hemostasis stabilSebaiknya operasi dengan GD 200 post op lakukan Sliding scaleRawat bersama sub endokrin

Diagnosis : Peritonitis difus ec perforasi gaster Rencana : Laparatomi eksplorasy

Intra OperatifJenis Pembedahan: Laparatomi eksplorasyDiagnosis Pasca Bedah: Post Laparatomi atas indikasi peritonitis difus ac perforasi gasterAnestesia dengan: Sevoflurane, N2O, 02Relaksasi dengan: RoculaxTeknik Anestesi: Induksi IV Intubasi Apneu ETT no.7 Cuff (+) Guedel (+)Respirasi: Control respirasiPosisi: SupineInfus: RLObat premedikasi : Ranitidin 50 mgCendantron 4mgFortanest 1mg

Obat medikasi

Anestesi Intravena :Fentanyl 100 gPropofol 80 mgRoculax 30 mg

Anestesi Inhalasi :Oksigen 2literN2O 2 literSevofluran 2literMonitoring yang dilakukan : Terapi cairan :Resusitasi cairan diberikan RL 2 Kolf

Monitoring Post OperatifInstruksi dokter yang diberikan untuk Medikasi post operasi :

Meropenem 3x1 gram ivKetorolak 3x30 mg ivRanitidin 2x50 mg ivCedantron 3x4 mgVitamin K 3x1 ampul ivVitamin C 2x400 mg ivPasien sementara dipuasakanInfus: tutofusin ops: 2000cc/24 jamAnjuran: cek laboratorium lengkap

BAB IVDISKUSI & PEMBAHASANPada kasus ini, awalnya dilakukan pemeriksaan keluhan, pasien mengeluhkan perut nyeri yang sangat saat ditekan disertai dengan perut yang terasa kembung. Pasien juga mengeluhkan tidak BAB sejak dua sebelum masuk rumah sakit. Atas hal itu bagian IGD mengkonsulkan ke bagian bedah. Selain pemerksaan perut, tekanan darah di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang juga diukur dengan hasil 240/100. Tekanan darah diturunkan di IGD sampai 130/80, lalu pasien dinaikkan ke ruang operasi. Pasien telah terpasang infus, dan infus mengalis lancar. Cairan yang digunakan saat operasi adalah Ringer Laktat. Resiko yang terjadi jika tidak segera dilakukan operasi pada pasien dengan peritonitis perforasi gaster adalah bisa membahayakan nyawa pasien.

Pemilihan teknik anestesi pada pasien dengan peritonitis dan tindakan laparatomi eksplorasi adalah karena operasi yang dilakukan luas dan lama Persiapan dimulai dari pemeriksaan jalan nafas, ada tidaknya distress pernafasan, tekanan darah, kesadaran pasien dan pemeriksaan darah. Pemilihan teknik anestesi harus diingat bahwa pasien adalah geriatric. cardiac output dan status cairan, harus tetap dimonitor. Banyaknya organ yang mengalami kemunduran fisiologis,

Pada kasus ini, untuk tindakan anestesi, obat-obat anestesi yang diberikan yaitu:Untuk tindakan anestesi, obat-obat anestesi yang diberikan yaitu:Premedikasi : Ranitidin 50 mg, Cendantron 4mg, fortanes 1mgAnestesi umum : Propofol 80 mg, Roculax 30 mg, dan Fentanyl 100 ugMaintenance : Oksigen 2liter/menit, N20 2liter/menit, sevoflularan

Pada pasien ini diberikan premedikasi ranitidin 50 mg sebelum operasi untuk meminimalkan timbulnya kejadian pneumonitis asam akibat cairan lambung.Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi. Obat-obatan yang dipakai untuk induksi anestesi adalah propofol, Roculax, dan fentanyl.

Propofol bekerja cepat dalam menginduksi dan kesadaran pasien cepat pulih tanpa sekuelemekanisme kerja propofol diduga menghasilkan efek sedatif hipnotik melalui interaksi dengan GABA (gamma-amino butyric acid), yang merupakan neurotransmitter inhibitori utama pada SSP.Propofol memiliki efek vasodilator sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Roculax merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang tidak memengaruhi fungsi kardiovaskular sehingga merupakan pilihan pada pasien yang menderita kelainan fungsi kardiovaskular, misalnya hipertensi. Rumatan anestesi biasanya mengacu pada trias anestesi yaitu tidur ringan, analgesia cukup, dan relaksasi otot lurik yang cukup. Pada pasien ini diberikan maintenance oksigen dan N2O. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigenasi jaringan, sedangkan N2O sebagai analgetik untuk pasien.Karena pada pasien ini ada riwayat DM maka beberapa obat anestesi dapat meningkatkan gula darah. Beberapa obat anestesi dapat mengakibatkan perubahan di dalam metabolisme karbohidrat, tetapi mekanisme dan tempat kerjanya belum jelas. Obat-obat induksi dapat mempengaruhi homeostatis glukosa perioperatif. Pengaruh pada pasien diabetes belum terbukti. Benzodiazepin akan menurunkan sekresi ACTH, dan juga akan memproduksi kortisol jika digunakan dengan dosis tinggi selama pembedah. Pengaruh propofol pada sekresi insulin tidak diketahui Obat-obat anestesi intra vena yang biasa diberikan mempunyai efek yang tidak berarti terhadap kadar gula darah kecuali ketamin yang menunjukkan peningkatan kadar gula akibat efek simpatomimetikny

Diagnosis terakhir dari pasien ini adalah peritonitis difus ec perforasi gaster. . Dari pemeriksaan post la[paratomi eksplorasi di ICU ditemukan keadaan umum sedang, kesadaran soporous, tekanan darah 95/65 mmHg, nadi 83x per menit, nafas 22x per menit dan suhu afebris. Setelah selesai operasi, pasien langsung di rawat di ICU batuan ventilator, untuk mengatasi kegoncangan hemodinamik dan tanda vital lainnya.

TERIMAKASIH