ppn saat & tempat terutang

39
LOGO Saat Terutang Dan Termpat Terutang PPN Instruktur : Taripar Doly, SE.,MM

Upload: karomah95

Post on 17-Aug-2015

52 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

LOGO

Saat Terutang Dan Termpat Terutang

PPN

Instruktur :Taripar Doly, SE.,MM

Saat pajak terutang diartikan sebagai saat mulai timbulnya utang pajak kepada negara, sehingga

bukan merupakan batas akhir pembayaran pajak ke kas negara

Saat Terutangnya PajakPasal 11 UU PPN

Saat Terutangnya PajakPasal 11 ayat (1) UU PPN

Terutangnya Pajak Terjadi Pada Saat :

penyerahan Barang Kena Pajak;

impor Barang Kena Pajak;

penyerahan Jasa Kena Pajak;

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luarDaerah Pabean;

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau

ekspor Jasa Kena Pajak.

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat

penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima atau pada saat impor Barang Kena Pajak.

Saat terutangnya pajak untuk transaksi yang dilakukan melalui electronic commerce tunduk pada ketentuan ini

Saat Terutangnya PajakPasal 11 ayat (2) UUPPN

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,

saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

Saat Terutangnya PajakPasal 11 UU PPN

Barang Kena Pajak Berwujud Berupa Barang Bergerak

Terutangnya PajakAtas BKP Berwujud Barang Bergerak Terjadi Pada Saat :

Barang Kena Pajak tersebut

diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli, atau.

pada saat Barang Kena Pajak

tersebut diserahkan kepada juru kirim atau Pengusaha jasa angkutan.

Terutangnya Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau

menguasai Barang Kena Pajak tersebut, • baik secara hukum atau • secara nyata,

kepada pihak pembeli.

Barang Kena Pajak Berwujud Barang Tidak Bergerak

Dalam penentuan atau penyerahan barang tidak bergerak, Pajak Pertambahan Nilai menganut pendirian bahwa penyerahan hanya dapat dilakukan bila barang tersebut secara fisik telah ada.

Oleh karena itu pajak terutang pada saat penyerahan barang tidak bergerak itu dilakukan, yaitu pada saat surat atau akte perjanjian yang mengakibatkan perpindahan hak atas barang tersebut ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan.

Barang Kena Pajak Berwujud Barang Tidak Bergerak

Contoh Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal

1 Mei 2014. Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau

menguasai rumah tersebut dibuat atau ditandatangani tanggal 1 September 2014.

Saat pajak terutang adalah tanggal 1 September 2014.

Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani barang tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka pajak terutang pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

Barang Kena Pajak Berwujud Barang Tidak Bergerak

Contoh : Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata

tanggal 1 Agustus 2014. Perjanjian jual beli ditandatangani tanggal 1 September

2014. Saat pajak terutang adalah tanggal 1 Agustus 2014. Penyerahan barang tidak bergerak yang dilakukan

dengan suatu perjanjian akan menyerahkan barang tersebut dalam masa tertentu tidak dapat digunakan untuk menentukan saat pajak terutang

Barang Kena Pajak Berwujud Barang Tidak Bergerak

Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan.

Saat Terutangnya PajakPasal 11 ayat (4) UU PPN

Saat TerutangBarang Kena Pajak Tidak berwujud

Terutangnya PajakAtas BKP

Tidak Berwujud Terjadi Pada Saat :

1. Saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dinyatakan sebagai piutang oleh Pengusaha Kena Pajak;

Mana Lebih Dahulu

2. Saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud ditagih oleh Pengusaha Kena Pajak;

3. Saat saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diterima pembayarannya, baik sebagian atau seluruhnya oleh Pengusaha Kena Pajak; atau

4. Saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh Pengusaha Kena Pajak, dalam hal saat sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c tidak diketahui.

Terutangnya Pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak, terjadi pada saat mulai tersedianya fasilitas atau

kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya.

Jasa Kena Pajak

Umumnya pekerjaan jasa pemborongan bangunan dan barang tidak bergerak lainnya diselesaikan dalam suatu masa tertentu.

Dan sebelum jasa pemborongan itu selesai dan siap untuk diserahkan telah diterima pembayaran di muka sebelum pekerjaan pemborongan dimulai atau pembayaran atas sebagian penyelesaian pekerjaan jasa sesuai dengan tahap atau kemajuan penyelesaian pekerjaan.

Dalam hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-undang PPN, pajak terutang pada saat pembayaran tersebut diterima oleh Pemborong atau Kontraktor.

Jasa Pemborong Bangunan Atau Barang Tidak Bergerak

Selanjutnya setelah bangunan atau barang tidak bergerak tersebut selesai dikerjakan, maka jasa pemborongan seluruhnya diserahkan kepada penerima jasa.

Dalam hal ini sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang PPN, pajak terutang pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak itu dilakukan, meskipun pembayaran lunas jasa pemborongan tersebut belum diterima oleh Pemborong atau Kontraktor.

Jasa Pemborong Bangunan Atau Barang Tidak Bergerak

Contoh:1. Tanggal 1 April 2001, perjanjian pemborongan ditandatangani dan

diterima uang muka sebesar 20%.2. Tanggal 1 Mei 2001, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran

tahap ke-1.3. Tanggal 1 Juni 2001, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran

tahap ke-2.4. Tanggal 20 Juni 2001, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran

tahap ke-3.5. Tanggal 25 Agustus 2001, pekerjaan selesai 100%, bangunan atau

barang tidak bergerak diserahkan.6. Tanggal 1 September 2001, diterima pembayaran tahap akhir (ke-4)

sebesar 95% dari harga borongan.7. Tanggal 1 Maret 2002, diterima pembayaran pelunasan seluruh jasa

pemborongan.

Jasa Pemborong Bangunan Atau Barang Tidak Bergerak

Pada angka 1 sampai dengan angka 4 pajak terutang pada tanggal diterimanya pembayaran (tahap), sedang angka 5 sampai dengan angka 7 pajak terutang pada tanggal 25 Agustus 2001 atau saat jasa pemborongan (bangunan atau barang tak bergerak) selesai dilakukan dan diserahkan kepada pemiliknya.

Tanggal pembayaran yang tersebut pada angka 6 dan angka 7 tidak perlu diperhatikan, karena tidak termasuk saat yang menentukan terutangnya pajak sesuai dengan dasar akrual yang dianut dalam Undang-undang PPN.

Jasa Pemborong Bangunan Atau Barang Tidak Bergerak

Cara penghitungan tersebut juga berlaku dalam hal penjualan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dilakukan dengan pembayaran uang muka, sedangkan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dilakukan kemudian.

Jasa Pemborong Bangunan Atau Barang Tidak Bergerak

a. tersedianya barang atau fasilitas untuk dipakai, baik sebagian atau seluruhnya;

b. dilakukan penagihan pembangunan atau penggantian; atau

c. pembayaran, apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak dilakukan.

Jasa Kena Pajak Selain Pemborong Bangunan

Dalam hal orang pribadi atau badan memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean atau memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, terutangnya pajak terjadi pada saat orang pribadi atau badan

tersebut mulai memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut di dalam Daerah Pabean.

Hal itu dihubungkan dengan kenyataan bahwa yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut di luar Daerah Pabean sehingga tidak dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Oleh karena itu, saat pajak terutang tidak lagi dikaitkan dengan saat penyerahan, tetapi dikaitkan dengan saat pemanfaatan.

Saat Terutangnya PajakPasal 11

Saat dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKPdari luar Daerah Pabean adalah saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini:◦ saat Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak

tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya;◦ saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau

Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

◦ saat harga jual Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

◦ saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya;

Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tidak diketahui, maka saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean

Terutangnya Pajak atas impor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean

Impor BKP

Terutangnya Pajak atas ekspor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean

Ekspor BKP

Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Jasa Kena Pajak adalah pada saat Penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.

Ekspor JKP

Terutangnya Pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dan/atau persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan terjadi, adalah pada saat terjadi lebih dahulu diantara saat:a. ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris;b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroan yang

ditetapkan dalam Anggaran Dasar;c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan

perseroan dibubarkan; ataud. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata

sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.

Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan Dan/Atau Persediaan BKP Yang Masih Tersisa Pada Saat Pembubaran Perusahaan

Terutangnya Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka perubahan bentuk usaha, penggabungan usaha, pemekaran usaha, atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas Barang Kena Pajak tersebut, terjadi pada saat yang disepakati atau ditetapkan sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam perjanjian perubahan bentuk usaha, penggabungan usaha, pemekaran usaha, atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan tersebut.

Perubahan Bentuk Usaha, Penggabungan Usaha, Pemekaran Usaha

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan/atau huruf h

terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha

dilakukan atau tempat lain selain tempat tinggal atau tempat

kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Pengusaha Kena Pajak orang pribadi terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha

Pengusaha Kena Pajak badan terutang pajak di tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggal atau tempat kedudukannya, ◦ setiap tempat tersebut merupakan tempat

terutangnya pajak dan ◦ Pengusaha Kena Pajak dimaksud wajib

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang yang berada di wilayah kerja 1 (satu) Kantor Direktorat Jenderal Pajak, untuk seluruh tempat terutang tersebut, Pengusaha

Kena Pajak memilih salah satu tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak terutang yang bertanggung jawab untuk seluruh tempat kegiatan usahanya,

kecuali apabila Pengusaha Kena Pajak tersebut menghendaki lebih dari 1 (satu) tempat pajak terutang, Pengusaha Kena Pajak wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak terutang.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Orang pribadi A yang bertempat tinggal di Bogor mempunyai usaha di Cibinong. Apabila di tempat tinggal orang pribadi A tidak ada penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, orang pribadi A hanya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibinong sebab tempat terutangnya pajak bagi orang pribadi A adalah di Cibinong.

Sebaliknya, apabila penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau  Jasa Kena Pajak dilakukan oleh orang pribadi A hanya di tempat tinggalnya saja, orang pribadi A hanya wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor.

Namun, apabila baik di tempat tinggal maupun di tempat kegiatan usahanya orang pribadi A melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, orang pribadi A wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibinong karena tempat terutangnya pajak berada di Bogor dan Cibinong.

Berbeda dengan orang pribadi, Pengusaha Kena Pajak badan wajib mendaftarkan diri baik di tempat kedudukan maupun di tempat kegiatan usaha karena bagi Pengusaha Kena Pajak badan di kedua tempat tersebut dianggap melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

PT A mempunyai 3 (tiga) tempat kegiatan usaha, yaitu di kota Bengkulu, Bintuhan, dan Manna yang ketiganya berada di bawah pelayanan 1 (satu) kantor pelayanan pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkulu. Ketiga tempat kegiatan usaha tersebut  melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan melakukan administrasi penjualan dan administrasi keuangan sehingga PT A terutang pajak di ketiga tempat atau kota itu.

Dalam keadaan demikian, PT A wajib memilih salah satu tempat kegiatan usaha  untuk melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, misalnya tempat kegiatan usaha di Bengkulu. PT A yang bertempat kegiatan usaha di Bengkulu ini bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh ketiga tempat kegiatan usaha perusahaan tersebut.

Dalam hal PT A menghendaki tempat kegiatan usaha di Bengkulu dan Bintuhan ditetapkan sebagai tempat pajak terutang untuk seluruh kegiatan usahanya, PT A wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkulu.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Atas pemberitahuan secara tertulis dari Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat pajak terutang.

Apabila Pengusaha Kena Pajak terutang pajak pada lebih dari 1 (satu) tempat kegiatan usaha, Pengusaha Kena Pajak tersebut dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya dapat menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat terutangnya pajak

Pemusatan Tempat Pajak Terutang Pasal 12

Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d dan huruf e terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha. Orang pribadi atau badan baik sebagai Pengusaha Kena Pajak

maupun bukan Pengusaha Kena Pajak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dan/atau memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean tetap terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha orang pribadi atau di tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha badan tersebut

Tempat Pajak TerutangPasal 12

Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar DaerahPabean adalah di tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan

dalam hal orang pribadi atau badan tersebut bukan sebagai Wajib Pajak atau di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai Wajib Pajak;

BKP Tidak Berwujud dan JKP dari Luar Pabean

Kegiatan membangun sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya atau oleh bukan Pengusaha Kena Pajak, adalah di tempat bangunan tersebut didirikan

Kegiatan Membangun Sendiri

LOGOEmail : [email protected] : www.nusahati.com