ppn atas jasa forwarding

2
SURAT DIRJEN PAJAK NOMOR S-766/PJ.53/2004 TANGGAL 27 AGUSTUS 2004 TENTANG PPN ATAS PENYERAHAN JASA FREIGHT FORWARDING Sehubungan dengan surat Saudara Nomor XXX tanggal 29 Januari 2003 dan Nomor XXX tanggal 30 April 2003, dengan ini diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Dalam surat tersebut dikemukakan bahwa: a. PT. ABC adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang freight forwarding yang dalam kegiatan operasionalnya bertindak sebagai agen atau broker dari shipping line atau airline. b. Dalam kegiatan usaha tersebut Saudara memberikan jasa berikut biaya transportasi udara dan laut berdasarkan harga yang diperoleh dari airline atau shipping line yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai. c. Jasa Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai ada pada jasa handling dan customs clearance yang Saudara tagihkan ke customer dan juga dilaporkan dalam SPT Masa PPN. Penagihan atas biaya transportasi udara atau laut tersebut di atas dilaporkan sebagai penyerahan tidak terutang PPN dalam SPT Masa PPN. d. Seluruh Pajak Masukan adalah berasal dari kegiatan yang berhubungan langsung dengan usaha di bidang freight forwarding. e. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas Saudara menanyakan apakah harus dilakukan Penghitungan Kembali atas Pajak Masukan yang telah dikreditkan sesuai dengan KMK Nomor 575/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000. 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang nomor 18 TAHUN 2000, antara lain mengatur: a. Pasal 1 angka 19, bahwa penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. b. Pasal 4 huruf c, bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. c. Pasal 4A ayat (3) sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, antara lain mengatur: - Pasal 5, menetapkan jenis-jenis kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Jasa freight forwarding tidak termasuk jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. - Pasal 5 huruf i sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Pasal 13, bahwa jasa di bidang angkutan umum meliputi jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan Pemerintah atau swasta. Dalam penjelasan Pasal 13 dijelaskan bahwa jasa angkutan udara dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, namun demikian jasa angkutan udara luar negeri tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, karena penyerahan jasa tersebut dilakukan di luar Daerah Pabean. Termasuk dalam pengertian jasa angkutan udara luar negeri adalah jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri tersebut. 3. Berdasarkan ketentuan pada butir 2, dan memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1, dengan ini ditegaskan bahwa: a. Atas penyerahan jasa freight forwarding dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar penggantian yang diminta atau seharusnya diminta oleh PT. ABC sebagai pemberi jasa freight forwarding. b. Dalam hal dokumen-dokumen pabean (dokumen) untuk menagih biaya freight dan biaya lainnya dari shipping line atau airline atau pihak ketiga dibuat langsung atas nama: b.1. Penerima jasa (konsumen PT. ABC), maka biaya freight dan biaya lainnya tidak termasuk kedalam Dasar Pengenaan Pajak, karena dianggap sebagai reimbursement; atau b.2. PT. ABC dan bukan atas nama penerima jasa (konsumen PT. ABC), maka biaya freight dan biaya lainnya tidak dapat dianggap sebagai reimbursement, sehingga merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. c. Apabila terdapat mark-up biaya freight dan biaya-biaya lainnya, yang dokumennya langsung atas nama PT. ABC, maka mark- up tersebut merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, disamping jasa handling dan customs clearance karena termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh PT. ABC. d. Penyerahan jasa angkutan yang digunakan oleh pengusaha freight forwarding pada dasarnya dilakukan oleh pengusaha

Upload: tan-sen-wie

Post on 30-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pemberitahuan pengenaan PPN atas jasa forwarding

TRANSCRIPT

Page 1: PPN Atas Jasa Forwarding

SURAT DIRJEN PAJAK NOMOR S-766/PJ.53/2004 TANGGAL 27 AGUSTUS 2004

TENTANG PPN ATAS PENYERAHAN JASA FREIGHT FORWARDING

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor XXX tanggal 29 Januari 2003 dan Nomor XXX tanggal 30 April 2003, dengan ini diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Dalam surat tersebut dikemukakan bahwa:

a. PT. ABC adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang freight forwarding yang dalam kegiatan operasionalnya bertindak sebagai agen atau broker dari shipping line atau airline.

b. Dalam kegiatan usaha tersebut Saudara memberikan jasa berikut biaya transportasi udara dan laut berdasarkan harga yang diperoleh dari airline atau shipping line yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai.

c. Jasa Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai ada pada jasa handling dan customs clearance yang Saudara tagihkan ke customer dan juga dilaporkan dalam SPT Masa PPN. Penagihan atas biaya transportasi udara atau laut tersebut di atas dilaporkan sebagai penyerahan tidak terutang PPN dalam SPT Masa PPN.

d. Seluruh Pajak Masukan adalah berasal dari kegiatan yang berhubungan langsung dengan usaha di bidang freight forwarding. e. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas Saudara menanyakan apakah harus dilakukan Penghitungan Kembali atas Pajak

Masukan yang telah dikreditkan sesuai dengan KMK Nomor 575/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000. 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang nomor 18 TAHUN 2000, antara lain mengatur: a. Pasal 1 angka 19, bahwa penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

b. Pasal 4 huruf c, bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

c. Pasal 4A ayat (3) sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, antara lain mengatur: - Pasal 5, menetapkan jenis-jenis kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Jasa freight forwarding

tidak termasuk jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. - Pasal 5 huruf i sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Pasal 13, bahwa jasa di bidang angkutan umum meliputi jasa

angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan Pemerintah atau swasta. Dalam penjelasan Pasal 13 dijelaskan bahwa jasa angkutan udara dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, namun demikian jasa angkutan udara luar negeri tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, karena penyerahan jasa tersebut dilakukan di luar Daerah Pabean. Termasuk dalam pengertian jasa angkutan udara luar negeri adalah jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri tersebut.

3. Berdasarkan ketentuan pada butir 2, dan memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1, dengan ini ditegaskan bahwa: a. Atas penyerahan jasa freight forwarding dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar

penggantian yang diminta atau seharusnya diminta oleh PT. ABC sebagai pemberi jasa freight forwarding. b. Dalam hal dokumen-dokumen pabean (dokumen) untuk menagih biaya freight dan biaya lainnya dari shipping line atau airline

atau pihak ketiga dibuat langsung atas nama: b.1. Penerima jasa (konsumen PT. ABC), maka biaya freight dan biaya lainnya tidak termasuk kedalam Dasar Pengenaan

Pajak, karena dianggap sebagai reimbursement; atau b.2. PT. ABC dan bukan atas nama penerima jasa (konsumen PT. ABC), maka biaya freight dan biaya lainnya tidak dapat

dianggap sebagai reimbursement, sehingga merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

c. Apabila terdapat mark-up biaya freight dan biaya-biaya lainnya, yang dokumennya langsung atas nama PT. ABC, maka mark-up tersebut merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, disamping jasa handling dan customs clearance karena termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh PT. ABC.

d. Penyerahan jasa angkutan yang digunakan oleh pengusaha freight forwarding pada dasarnya dilakukan oleh pengusaha

Page 2: PPN Atas Jasa Forwarding

angkutan (shipping line atau airline) bukan oleh pengusaha freight forwarding, oleh karena itu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 575/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Penyerahan Yang Terutang dan Tidak Terutang, tidak tepat sebagai pedoman penghitungan Pajak Masukan bagi pengusaha freight forwarding.

e. Sehubungan dengan hal tersebut pada butir d di atas, maka dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) baris huruf B butir 2 Formulir 1195 (Penyerahan yang Tidak Terutang PPN) tidak perlu diisi, apabila transaksi yang dilakukan oleh PT. ABC sebagaimana dimaksud dalam butir 3 huruf b.1.

Demikian untuk dimaklumi. A.n. DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR PPN DAN PTLL ttd A. SJARIFUDDIN ALSAH