ppm enceng gondok

17
Abstrak I b PE Kelompok Usaha Kerajinan Enceng Gondok Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kualitas UKM mitra, yaitu Pandansari Craft dan Rifat Craft. Adapun permasalahan yang terdapat di masing- masing UKM terletak pada: 1) bahan baku dari kerajinan sangat berpotensi terkena jamur; 2) manajemen produksi, pemasaran, dan pembukuan; 3) SDM terutama dalam hal manajemen keuangan; 4) fasilitas yang terbatas pada peralatan pun terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen, dan alat jungkit sederhana untuk memasang pegangan tas; 5) finansial yang terletak pada permasalahan modal dan tidak berani memproduksi kalau tidak ada pesanan. Solusi yang ditawarkan adalah : 1) Menerapkan formula pengawet dari bahan alami untuk bahan pengawet enceng gondok. Pengawet alami yang diterapkan adalah ekstrak daun nimba (Azadirachta indica A.Juss); 2) pelatihan manajemen produksi, pemasaran dan pembukuan sederhana; 3) pengadaan mesin bubut; 4) pelatihan pengoperasian mesin bubut; 5) modal bergulir. Hasil pengabdian yang telah dilaksanakan yaitu : 1) tersedianya 1 mesin bubut dan genset (karena diperlukan UKM mitra); 2) adanya ketrampilan awal dalam pengoperasian awal mesin bubut; 3) diketahui manajemen produksi, inovasi desain maupun produk berupa kursi dan tempat makanan; 4) diketahui model pemasaran yang tepat bagi pengrajin; 5) tersusunnya 2 pembukuan sederhana; 6) diketahuinya cara penggunaan ekstrak daun nimba sebagai pengawet alami; 7) diketahuinya cara mendapatkan modal yang tepat bagi pengrajin; 8) bertambahnya pengetahuan peserta tentang koperasi; 9) sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam setiap pelatihan. 1

Upload: trinhdien

Post on 31-Dec-2016

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPM Enceng Gondok

Abstrak

IbPE Kelompok Usaha Kerajinan Enceng Gondok

Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kualitas UKM mitra, yaitu Pandansari Craft dan Rifat Craft. Adapun permasalahan yang terdapat di masing-masing UKM terletak pada: 1) bahan baku dari kerajinan sangat berpotensi terkena jamur; 2) manajemen produksi, pemasaran, dan pembukuan; 3) SDM terutama dalam hal manajemen keuangan; 4) fasilitas yang terbatas pada peralatan pun terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen, dan alat jungkit sederhana untuk memasang pegangan tas; 5) finansial yang terletak pada permasalahan modal dan tidak berani memproduksi kalau tidak ada pesanan. Solusi yang ditawarkan adalah : 1) Menerapkan formula pengawet dari bahan alami untuk bahan pengawet enceng gondok. Pengawet alami yang diterapkan adalah ekstrak daun nimba (Azadirachta indica A.Juss); 2) pelatihan manajemen produksi, pemasaran dan pembukuan sederhana; 3) pengadaan mesin bubut; 4) pelatihan pengoperasian mesin bubut; 5) modal bergulir. Hasil pengabdian yang telah dilaksanakan yaitu : 1) tersedianya 1 mesin bubut dan genset (karena diperlukan UKM mitra); 2) adanya ketrampilan awal dalam pengoperasian awal mesin bubut; 3) diketahui manajemen produksi, inovasi desain maupun produk berupa kursi dan tempat makanan; 4) diketahui model pemasaran yang tepat bagi pengrajin; 5) tersusunnya 2 pembukuan sederhana; 6) diketahuinya cara penggunaan ekstrak daun nimba sebagai pengawet alami; 7) diketahuinya cara mendapatkan modal yang tepat bagi pengrajin; 8) bertambahnya pengetahuan peserta tentang koperasi; 9) sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam setiap pelatihan.

Kata Kunci : IbPE, enceng gondok, UKM

A. Pendahuluan

1

Page 2: PPM Enceng Gondok

1. Analisis Situasi

Sentra industri kerajinan enceng gondok ini banyak tersebar di Kabupaten

Kulon Progo, tepatnya di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo. Selain sebagai

petani, sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa Salamrejo adalah

sebagai pengrajin enceng gondok. Desa ini menjadi sentra kerajinan enceng

gondok karena jumlah pengrajin dan bahan baku yang cukup banyak. Selain itu di

desa ini dapat kita lihat banyak pengrajin enceng gondok yang sudah berkembang

besar karena sudah mampu menjangkau pasar ekspor.

Perajin memerlukan bantuan teknologi pengawetan cepat dilaksanakan

supaya enceng gondok ini bisa dimanfaatkan. Beberapa bahan kimia telah terbukti

mampu berfungsi sebagai bahan pengawet seperti natrium borat ( boraks),

formaldehid (formalin) dan natrium nitrit. Bahan-bahan kimia sintetis ini cukup

dapat diandalkan. Pengawetan ini cukup efektif menahan pertumbuhan jamur.

Namun, ada pula beberapa kekurangan dari pengawet sintetis. Sejak isu formalin

dan boraks berkembang di media, dua bahan kimia itu sulit diperoleh. Pengawetan

dengan boraks dapat juga membuat produk kerajinan ditolak pasar, terutama pasar

ekspor.

Produk kerajinan Indonesia, termasuk kerajinan enceng gondok, sangat

berpeluang untuk diekspor. Perlu diperhatikan bahwa produk-produk yang

diekspor harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dari pemerintah dan

perusahaan yang menjadi buyers. Salah satu syarat yang cukup ketat adalah

penggunaan bahan-bahan (utama maupun pendukung) yang bersifat ‘food grade’.

Syarat ini bahkan diberlakukan pada produk-produk non makanan. Masyarakat

negara maju memang sangat sensitif terhadap produk industri dan sangat

mengapresiasi produk ‘hijau’ yang ramah lingkungan. Untuk memenuhi

persyaratan ini, bahan pendukung pembuatan kerajinan enceng gondok juga harus

dipenuhi dari bahan yang dianggap aman untuk bersinggungan dengan konsumen.

Oleh karena itu, perlu diaplikasikan bahan anti jamur yang dibuat dari bahan

alami (natural product).

Perajin juga harus melakukan pengeringan enceng gondok sebelum diolah

menjadi bahan kerajinan. Saat ini proses pengeringan masih dilakukan secara

2

Page 3: PPM Enceng Gondok

tradisional, yaitu dengan penjemuran di bawah sinar matahari. Dengan cara

tersebut maka memakan waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan sentuhan

alat teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan produksi dengan proses yang

efektif dan efisien.

Selama ini bahan baku enceng gondok berasal dari Pangandaran dan

Semarang dan belum ada alternatif sumber yang lain.

Gambar.1 Proses pengeringan lewat penjemuran

Peralatan pun terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen dan alat

jungkit sederhana untuk memasang pegangan tas. Hal ini disebabkan belum

tersedianya mesin bubut yang berguna untuk membuat pegangan tas. Oven yang

biasa digunakan untuk pengeringanpun sudah tidak dapat berfungsi lagi.

Kompresor baru dimiliki oleh pengrajin Pandansari Craft, sedangkan Rifat Craft

belum memiliki. Dua UKM ini sama-sama belum mempunyai mesin bubut,

sehingga masih menggunakan alat sederhana. yang memakan waktu lama. Di

Pandansari Craft mengalami keterbatasan pada saat mengejar pesanan produksi,

karena terhambat oleh adanya pemadaman listrik secara rutin dalam setiap

minggunya. Dimana hal ini berdampak pada tidak bisa dioperasikannya mesin

jahit listrik. Sementara itu di Pandansari Craft belum memiliki mesin genset untuk

antisipasi pemadaman listrik bergilir.

Dalam pemasaran selama ini masih sangat tergantung dari pesanan.

Katalog sebagai sarana promosi juga perlu diimbangi dengan stok atau master

mengenai produk yang ada dalam katalog. Sehingga pemesan datang dengan

memilih produk dalam katalog, namun tidak tersedia sampel produknya. Selama

ini ekspor ke luar negeri dijalankan melalui pengepul. Sehingga harga di tingkat

3

Page 4: PPM Enceng Gondok

konsumen menjadi lebih tinggi. Katalog yang ada juga masih sederhana, belum

memuat berbagai produk yang pernah diproduksi, terutama produk yang masih

baru. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien.

Harga antar pengrajin juga masih terjadi perbedaan. Antar pengrajin ada

kecenderungan untuk banting harga. Hal ini menyebabkan persaingan harga yang

tidak sehat antar pengrajin. Selama ini belum ada organisasi seperti koperasi yang

dapat menjadi wadah untuk mengkoordinasikan kepentingan pengrajin.

Pembukuan dalam UKM inipun juga belum tertata. Pengrajin hanya

mencatatkan biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi pada lembaran kertas

yang ditempel ditembok. Jadi ketika ditanya berapa biaya yang dibutuhkan untuk

proses produksi hanya dikira-kira saja. Rifat Craft selama ini membuat desain

sendiri, namun apabila desain tersebut ternyata disukai pasar. Pengrajin dari luar

pun akan mempuat produk sejenis dengan harga yang lebih murah. Sehingga sang

pembuat desain tidak dapat memiliki keuntungan lebih. Dengan demikian inovasi

dari para pengrajin sangat diperlukan.

Di samping itu inovasi dari kerajinan tas enceng gondok ini dirasa perlu

dilakukan karena untuk meningkatkan ketertarikan negara-negara pengimpor.

Sehingga meminimalisir kejenuhan akan model, bentuk dan asesorisnya. Sehingga

dalam masa-masa yang akan datang bisa menjangkau pasar ekspor yang lebih

luas.

B. Metode

Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemilihan khalayak sasaran

Awalnya tim pengabdi melakukan observasi pada beberapa UKM

Kerajinan Enceng Gondok di wilayah Kulon Progo, dilanjutkan

dengan memilih UKM yang berminat dan layak bekerja sama dengan

tim pengabdi. Khalayak sasaran pada kegiatan pengabdian ini adalah

UKM Pandansari Craft dan Rifat Craft yang berlokasi di Kulon Progo

elakukan kegiatan pelatihan, yang terdiri atas :

4

Page 5: PPM Enceng Gondok

a. pelatihan manajemen produksi , permodalan, dan pemasaran, b. pelatihan pembukuan sederhanac. pelatihan pembuatan anti jamur alami yang terbuat dari ekstrak

daun nimbad. pelatihan perintisan koperasie. pelatihan pengoperasian mesin bubutAdapun bahan dan alat-alat spesifik yang digunakan pada pelatihan adalah :a. Buku tulis, pulpen, LCD, Laptop untuk pelatihan manajemen

produksi, permodalan dan pemasaran.b. Buku Kas untuk pelatihan pembukuan sederhanac. Ekstrak daun nimba untuk pelatihan pembuatan anti jamur alamid. Kayu untuk pelatihan pengoperasian mesin bubute. Mesin bubut untuk pelatihan pengoperasian mesin bubutf. Bahan yang digunakan : kayu,

3.Disain alat, kinerja dan produktivitasnyaSecara spesifik, kegiatan pengabdian mengutamakan pengadaan mesin bubut dengan penjelasan sebagai berikut :Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang menggunakan prinsip dasar pemotongan.Membubut pada prinsipnya adalah membuat benda bulat dengan diameter tertentu dengan jalan penyayatan Bekerja dengan mesin bubut memerlukan persyaratan kerja, persiapan kerja, dan peralatan kerja.a. Persyaratan kerja, yaitu kondisi yang disesuaikan dengan mesin,

benda kerja dan operatornya. 1.) Kondisi mesin 2.) Benda kerja

b. Persiapan kerja, yaitu kegiatan menyiapkan, penyetelan, pemasangan, dan pemeriksaan. 1.) Kegiatan menyiapkan2.) Kegiatan penyetelan 3.) Kegiatan pemasangan 4.) Kegiatan pemeriksaan

c. Peralatan kerja : alat potong dan alat ukur d. Mengidentifikasi Gambar kerja

1.) Mesin yang dipakai 2.) Alat-alat potong yang dipakai 3.) Alat-alat Bantu4.) Alat ukur yang sesuai dengan produk yang dibuat. 5.) Jumlah produk yang akan kita buat 6.) Bahan apa yang dipakai, sehingga dapat menentukan :

a.) Kecepatan putar sumbu utama

b.) Kecepatan Potong (Vc)

5

Page 6: PPM Enceng Gondok

c.) Bahan alat potong

d.) Kedalaman penyayatan

Dengan melihal hal-hal diatas, agar kita dapat membuat suatu produk

dengan prosedur yang baik dan benar maka kita harus mampu dan benar-benar

memahami gambar kerja.

Gambar 1. Mesin bubut kayu

ALAT POTONG Alat potong adalah alat/pisau yang digunakan untuk menyayat produk/benda kerja Pahat bentuk :

Pahat dalam

6

Page 7: PPM Enceng Gondok

CEKAM Cekam adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk menjepit benda kerja. Chuck :

Center :

PRODUKTIVITAS ALAT Mesin bubut bisa digunakan untuk membuat barang-barang seperti:

CONTOH DESAIN PRODUK KAYU

7

Page 8: PPM Enceng Gondok

4. Pengumpulan dan analisis data.Pengumpulan data menggunakan :

a. Observasib. Wawancarac. Dokumentasi

Analisis data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif

C. Hasil Pengabdian

Pelaksanaan pengabdian tahun I adalah sebagai berikut:

Tabel Pelaksanaan Pengabdian

No Kegiatan Tanggal dan tempat Pelaksanaan

Pembicara Jumlah peserta

1Pengadaan mesin bubut

1-25 September 2010

Di Rifat Craft

Basuki 12

2Pelatihan mesin

25 September 2010Di Rifat Craft

Aan Ardian, S.Pd 12

3

Pelat manajemen prod

Tanggal 29 Mei 2010

Di Pandansari Craft

Tomoliyus, MS 17

4

Pelat manajemen pemasaran

Tanggal 29 Mei 2010

Di Pandansari Craft

Tomoliyus, MS 16

5pembukuan sederhana

16 Agustus 2010

Di Rifat Craft

Dr. Moerdiyanto, M.Pd 12

6Pelat ekstrak daun nimba

29 Juli 2010

Di Di Pandansari Craft

Neily Nailufar 22

8

Page 9: PPM Enceng Gondok

7 Permodalan 16 Agustus 2010

Di Rifat Craft

Dr. Moerdiyanto, M.Pd 12

8 Perkoperasian

29 Juli 2010

Di Di Pandansari Craft

Kiromim Baroroh 22

Hasil pengabdian tahun I adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya 1 mesin bubut

2. Tersedianya 1 mesin genset

3. Ketrampilan awal dalam pengoperasian awal mesin bubut

4. Diketahui manajemen produksi yang sesuai untuk pengrajin enceng

gondok.

5. Diketahui inovasi desain maupun produk berupa kursi dan tempat

makanan

6. Diketahui model pemasaran yang tepat bagi pengrajin

7. Tersusunnya 2 pembukuan sederhana

8. Diketahuinya cara penggunaan ekstrak daun nimba

9. Diketahuinya cara mendapatkan modal yang tepat bagi pengrajin

10. Bertambahnya pengetahuan peserta tentang koperasi

11. Sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti

kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam setiap

pelatihan.

12. Berdasarkan permintaan dari UKM karena listrik sering padam, mengakibatkan

proses produksi kerajinan terhambat, sehingga karena ini dianggap sebagai

kebutuhan mendesak maka pengabdi menambahkan genset.

C. Faktor pendukung dan faktor penghambat

1. Faktor Pendukung

Kegiatan pelatihan ini terlaksana dengan baik karena didukung oleh beberapa

faktor, antara lain:

9

Page 10: PPM Enceng Gondok

a. Semangat dan motivasi para peserta untuk maju dan terus meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan.

b. Dukungan (support) pengrajin Pandansari Craft dan Rifat Craft untuk

kelancaran kegiatan-kegiatan dalam bentuk pemberian dukungan fasilitas

tempat dan kegiatan.

c. Tersedianya bahan baku untuk pelatihan terkait dengan kerajinan enceng

gondok

d. Kebersamaan tim pengabdi.

2. Faktor penghambat

Faktor penghambat atau kendala yang dihadapi, yaitu:

a. Keterbatasan personil pengabdian

b. Keterbatasan sarana dan prasarana monitoring implementasi model

c. Keadaan cuaca hujan yang menghambat proses praktek pelatihan

d. Waktu yang relatif panjang untuk mempersiapkan kegiatan.

D. Kesimpulan

1. Hasil pengabdian

Pengabdian di UKM Pandansari Craft dan Rifat Crat telah terlaksana

selama 1 tahun dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pelatihan pembuatan pengawet alami untuk bahan pengawet

enceng gondok. Pengawet alami yang diterapkan adalah ekstrak daun nimba

(Azadirachta indica A.Juss).

b. Menyelenggarakan pelatihan manajemen produksi, pemasaran dan pembukuan

sederhana

c. Menyelenggarakan pengadaan mesin bubut beserta pelatihan pengoperasiannya

d. Menyelenggaran pengadaan mesin genset

Dalam penyelenggaraan kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung

maupun faktor penghambat. Faktor pendukung kegiatan antara lain : semangat dan

motivasi peserta pelatihan, dukungan UKM Pandansari Craft dan Rifat Craft dalam

fasilitas tempat dan bahan baku pelatihan, serta kebersamaan tim pengabdi. Adapun

10

Page 11: PPM Enceng Gondok

faktor penghambat kegiatan adalah : keterbatasan personil pengabdiane maupun

sarana dan prasana, kadaan cuaca hujan yang menghambat proses praktek pelatihan

serta waktu yang relatif panjang untuk mempersiapkan kegiatan.

2. Rencana keberlanjutan program

a. Pengadaan 1 unit oven (mesin pengering). Mesin pengering ini diperlukan

mitra yaitu UKM Pandansari Craft, karena selama ini proses pengeringan

sering terhambat oleh kondisi cuaca, sehingga pengeringan kurang maksimal.

b. Pengadaan 2 unit komputer.

Komputer ini diperlukan oleh UKM Pandansari Craft dan Rifat Craft untuk

menunjang kegiatan administrasi dan pembukuan.

c. Penyempurnaan pembukuan dilakukan melalui pelatihan pembukuan tingkat

lanjut. Hal ini perlu dilaksanakan karena pelatihan tahun I tentang pembukuan

masih sangat sederhana, hanya berupa pencatatan pemasukan secara kas/kredit

dan pengeluaran secara kas/kredit

d. Pelatihan tingkat lanjut di bidang manajemen produksi, pemasaran dan

permodalan.

e. Pelatihan lanjutan mengenai pengaplikasian pengawet alami (ekstrak daun

nimba).Pelatihan ini dilakukan untuk mengintensifkan penggunaan pengawet

alami pada produk kerajinan enceng gondok

f. Diupayakan pembuatan leaflet, brosur, dan memperbaiki katalog yang

menggambarkan model yang sudah pernah dibuat oleh mitra.

g. Penambahan UKM mitra yang sejenis berdasarkan permintaan ataupun minat

UKM yang bersangkutan. Melalui penambahan ini diharapkan kegiatan

pengabdian semakin bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami dari tim pengabdi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. DP2M Dikti atas dana yang digulirkan untuk kegiatan pengabdian yang kami

laksanakan.

11

Page 12: PPM Enceng Gondok

2. Ketua LPM UNY beserta seluruh staf yang telah memfasilitasi pengumpulan

proposal dan laporan PPM

12