pph badan 2

223

Click here to load reader

Upload: kafaso

Post on 01-Jul-2015

320 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPh badan 2

Penghitungan PPhPenghitungan PPh

Page 2: PPh badan 2

Rumus Umum menghitung Rumus Umum menghitung PPhPPh

Tax = Tax Base x rate atau kalau di Tax = Tax Base x rate atau kalau di dalam bahasa Indonesia :dalam bahasa Indonesia :

Pajak Terutang = Dasar Pajak Terutang = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajakpajak

DPP adalah suatu jumlah uang dari DPP adalah suatu jumlah uang dari Objek Pajak yang dijadikan dasar Objek Pajak yang dijadikan dasar penghitungan dan terhadapnya penghitungan dan terhadapnya ditetapkan tarif pajakditetapkan tarif pajak

Page 3: PPh badan 2

Dasar Pengenaan Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP)(DPP)

Untuk mengetahui berapa besar PPh Untuk mengetahui berapa besar PPh terutang,unsur pertama yang perlu terutang,unsur pertama yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Dasar diketahui terlebih dahulu adalah Dasar Pengenaan PajakPengenaan Pajak

Jumlah yang dijadikan DPP telah diatur Jumlah yang dijadikan DPP telah diatur oleh undang undang atau aturan oleh undang undang atau aturan pelaksanaannya secara langsung dan jelaspelaksanaannya secara langsung dan jelas

Untuk pemajakan tahunan,DPP PPh adalah Untuk pemajakan tahunan,DPP PPh adalah jumlah penghasilan netto setahunjumlah penghasilan netto setahun

Penghasilan netto setahun yang menjadi DPP dinamai Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Page 4: PPh badan 2

DPP PPhDPP PPh

Bila jumlah Bruto mencakup PPN dan Bila jumlah Bruto mencakup PPN dan PPn BM rumusnya adalah :PPn BM rumusnya adalah :

Jumlah Bruto tanpa PPN sebagai DPP Jumlah Bruto tanpa PPN sebagai DPP PPh = PPh = Jumlah Bruto termasuk PPNJumlah Bruto termasuk PPN

1,11,1

Page 5: PPh badan 2

DPP Hasil Gross UpDPP Hasil Gross Up

Sering dalam praktek ditemukan kasus bahwa Sering dalam praktek ditemukan kasus bahwa penghasilan yang diterima adalah suatu penghasilan yang diterima adalah suatu jumlah yang telah dipotong PPh,misalnya jumlah yang telah dipotong PPh,misalnya penghasilan bunga deposito,atau pihak yang penghasilan bunga deposito,atau pihak yang menerima penghasilan tidak mau atas menerima penghasilan tidak mau atas penghasilan yang diterima dipotong PPhpenghasilan yang diterima dipotong PPh

Untuk kasus kasus tersebut PPh dihitung Untuk kasus kasus tersebut PPh dihitung dengan cara gross up,yaitu membrutokan dengan cara gross up,yaitu membrutokan penghasilan netto setelah pajak untuk penghasilan netto setelah pajak untuk mendapatkan DPP,lalu setelah DPP didapatkan mendapatkan DPP,lalu setelah DPP didapatkan baru dikalikan tarifbaru dikalikan tarif

Page 6: PPh badan 2

Beberapa cara penghitungan Beberapa cara penghitungan Pajak PenghasilanPajak Penghasilan

Unitary TaxationUnitary Taxation yaitu semua jenis yaitu semua jenis penghasilan dijumlahkan menjadi satu dan penghasilan dijumlahkan menjadi satu dan dikenakan tarif umum (biasanya bersifat dikenakan tarif umum (biasanya bersifat progresif) dan tidak bersifat finalprogresif) dan tidak bersifat final

Schedular TaxationSchedular Taxation yaitu mengenakan pajak yaitu mengenakan pajak atas jenis penghasilan tertentu dengan atas jenis penghasilan tertentu dengan mengalikan tarif tersendiri atau tunggal (flat mengalikan tarif tersendiri atau tunggal (flat rate/tarif sepadan) dan bersifat finalrate/tarif sepadan) dan bersifat final

UU PPh menganut penghitungan pajak UU PPh menganut penghitungan pajak campuran yaitu unitary taxation dan campuran yaitu unitary taxation dan schedular taxationschedular taxation

Gunadi,WirawanGunadi,Wirawan

Page 7: PPh badan 2

Unitary TaxationUnitary Taxation

Sistem unitary ini sesuai dengan prinsip Sistem unitary ini sesuai dengan prinsip pemungutan pajak ,yaitu ability to pemungutan pajak ,yaitu ability to pay(kemampuan membayar)pay(kemampuan membayar)

WP akan dikenakan beban pajak WP akan dikenakan beban pajak sebanding/proporsional dengan jumlah sebanding/proporsional dengan jumlah penghasilan netto (Penghasilan Kena penghasilan netto (Penghasilan Kena Pajak) yang diterimanya.Pajak) yang diterimanya.

Semakin besar ability to pay maka WP Semakin besar ability to pay maka WP tersebut juga akan semakin tinggi tersebut juga akan semakin tinggi membayar pajaknya ,demikian pula membayar pajaknya ,demikian pula sebaliknyasebaliknya

Page 8: PPh badan 2

Schedular taxationSchedular taxation

Pada umumnya jumlah pajak dihitung dari Pada umumnya jumlah pajak dihitung dari jumlah penghasilan bruto ,bukan berdasarkan jumlah penghasilan bruto ,bukan berdasarkan penghasilan nettopenghasilan netto

Pertimbangan yang dipergunakan memakai Pertimbangan yang dipergunakan memakai sistem ini karena bersifat sistem ini karena bersifat sederhana,kemudahan administrasi dan sederhana,kemudahan administrasi dan kepastian hukum bagi WPkepastian hukum bagi WP

Dengan sistem ini semua WP yang menerima Dengan sistem ini semua WP yang menerima jenis penghasilan tertentu wajib membayar jenis penghasilan tertentu wajib membayar pajak dengan tidak mempertimbangkan pajak dengan tidak mempertimbangkan jumlah keuntungan atau kerugian dari jumlah keuntungan atau kerugian dari transaksi jenis penghasilan tersebuttransaksi jenis penghasilan tersebut

Page 9: PPh badan 2

Pemajakan jenis Penghasilan Pemajakan jenis Penghasilan tertentutertentu

Diatur didalam pasal 4 ayat 2 (2) UU PPhDiatur didalam pasal 4 ayat 2 (2) UU PPhPPh yang terutang = tarif tertentu PPh yang terutang = tarif tertentu

(sepadan/flat rate) dikalikan penghasilan (sepadan/flat rate) dikalikan penghasilan BrutoBruto

PPh yang terutang ini bersifat final PPh yang terutang ini bersifat final artinya penghasilan tersebut tidak artinya penghasilan tersebut tidak dihitung lagi dalam SPT Tahunan,dan PPh dihitung lagi dalam SPT Tahunan,dan PPh yang terutang tidak dapat dikreditkan.yang terutang tidak dapat dikreditkan.

Page 10: PPh badan 2

Jenis Penghasilan tertentu yang dikenakan PPh Final

A. A. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efekefek

B. Penghasilan dari hadiah undianB. Penghasilan dari hadiah undian C. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan C. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan

atau bangunanatau bangunan D. Penghasilan dari Bunga Deposito dan tabungan D. Penghasilan dari Bunga Deposito dan tabungan

serta diskonto SBIserta diskonto SBI E. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau E. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau

bangunanbangunan F. Penghasilan berupa bunga dari obligasi yang F. Penghasilan berupa bunga dari obligasi yang

diperdagangkan di Bursa Efekdiperdagangkan di Bursa Efek G. Penghasilan dari usaha jasa G. Penghasilan dari usaha jasa

perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan konstruksiperencanaan,pelaksanaan dan pengawasan konstruksi

Page 11: PPh badan 2

Pemajakan Penghasilan yang Pemajakan Penghasilan yang diterima WP tertentuditerima WP tertentu

Pemajakan atau jenis penghasilan yang diterima Pemajakan atau jenis penghasilan yang diterima WP tertentu sesuai ketentuan pasal 15 dan WP tertentu sesuai ketentuan pasal 15 dan pasal 22 UU PPhpasal 22 UU PPh

PPh yang terutang = tarif tertentu (sepadan/flat PPh yang terutang = tarif tertentu (sepadan/flat rate) dikalikan penghasilan brutorate) dikalikan penghasilan bruto

Jenis penghasilan yang diterima WP tertentu Jenis penghasilan yang diterima WP tertentu adalah :adalah :

A. Penghasilan WP pelayaran/penerbangan A. Penghasilan WP pelayaran/penerbangan dalam negeri dan luar negeridalam negeri dan luar negeri

B. Penghasilan SPBU Pertamina/Swasta atas B. Penghasilan SPBU Pertamina/Swasta atas penjualan Premium,solar,Premix,Super TTpenjualan Premium,solar,Premix,Super TT

Page 12: PPh badan 2

Penghasilan yang diterima oleh subjek Penghasilan yang diterima oleh subjek pajak dalam negeri atau badan pajak dalam negeri atau badan diluar diluar penghasilan tertentu dan WP penghasilan tertentu dan WP tertentutertentu

PPh yang terutang = Tarif pasal 17 dikalikan PPh yang terutang = Tarif pasal 17 dikalikan Penghasilan Kena Pajak (PKP)Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan Kena PajakPenghasilan Kena Pajak WP Badan = Penghasilan netto dikurangi

kompensasi kerugian WP Orang Pribadi = Penghasilan Netto

dikurangi kompensasi kerugian dan PTKP

Page 13: PPh badan 2

Menghitung PKP bagi BadanMenghitung PKP bagi Badan

Omzet/peredaran usahaOmzet/peredaran usaha xxxx Harga Pokok penjualanHarga Pokok penjualan xx xx –– Laba brutoLaba bruto xxxx Biaya-biayaBiaya-biaya xx xx -- Laba netoLaba neto xxxx Kompensasi RugiKompensasi Rugi xx xx –– Penghasilan Kena Pajak (PKP)Penghasilan Kena Pajak (PKP) xxxx

Page 14: PPh badan 2

Benchmark pajak Benchmark pajak

Ditjen Pajak mengembangkan pola mendeteksi Ditjen Pajak mengembangkan pola mendeteksi kepatuhan WP yang lebih moderat, yakni dengan kepatuhan WP yang lebih moderat, yakni dengan benchmark. Pola ini merupakan indikator penguji benchmark. Pola ini merupakan indikator penguji yang sangat praktis. Memudahkan petugas pajak yang sangat praktis. Memudahkan petugas pajak mendeteksi dan menganalisis kewajaran pemenuhan mendeteksi dan menganalisis kewajaran pemenuhan kewajiban pajak setiap WP. Bila masyarakat kewajiban pajak setiap WP. Bila masyarakat menganggapnya sama seperti menganggapnya sama seperti lie detector, lie detector, bisa saja bisa saja demikiandemikian

Selain alat penguji dan deteksi, benchmark juga menjadi Selain alat penguji dan deteksi, benchmark juga menjadi alat penyeimbang (balancing) atas pelaksanaan alat penyeimbang (balancing) atas pelaksanaan selfassessment system. WP yang tidak sesuai dengan selfassessment system. WP yang tidak sesuai dengan benchmark berarti kepatuhannya belum sebagaimana benchmark berarti kepatuhannya belum sebagaimana mestinya. Untuk itu, bisa dilakukan pemeriksaan sesuai mestinya. Untuk itu, bisa dilakukan pemeriksaan sesuai dengan amanat Pasal 29 UU KUP. Jelas, Ditjen Pajak dengan amanat Pasal 29 UU KUP. Jelas, Ditjen Pajak tidak akan mengada-ada dalam melakukan pemeriksaan. tidak akan mengada-ada dalam melakukan pemeriksaan.

Page 15: PPh badan 2

Sedikitnya, ada enam benchmark yang dijadikan alat Sedikitnya, ada enam benchmark yang dijadikan alat deteksi untuk menguji kepatuhan materil pajak WP.deteksi untuk menguji kepatuhan materil pajak WP.

Return on assets (ROA), yakni rasio antara laba setelan pajak yang Return on assets (ROA), yakni rasio antara laba setelan pajak yang diperoleh WP dengan total aktiva.diperoleh WP dengan total aktiva.

Kedua, gross profil margin (GPM), yakni rasio antara penjualan Kedua, gross profil margin (GPM), yakni rasio antara penjualan dikurangi harga pokok penjualan yang dibandingkan dengan total dikurangi harga pokok penjualan yang dibandingkan dengan total penjualan.penjualan.

Ketiga, earning before interest and taxes (EBIT) yang Ketiga, earning before interest and taxes (EBIT) yang diperbandingkan dengan total penjualan untuk melihat laba bersih diperbandingkan dengan total penjualan untuk melihat laba bersih sebelum dikurangi bunga dan pajak pada setiap rupiah penjualan.sebelum dikurangi bunga dan pajak pada setiap rupiah penjualan.

Keempat, net profit margin (NPM) untuk mengukur laba bersih yang Keempat, net profit margin (NPM) untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.

Kelima, corporation tax to turn over ratio (CTTOR), yakni rasio pajak Kelima, corporation tax to turn over ratio (CTTOR), yakni rasio pajak perusahaan (PPh badan) yang terutang terhadap omzet. Dengan perusahaan (PPh badan) yang terutang terhadap omzet. Dengan begitu, dapat diketahui kemampuan perusahaan membayar pajak.begitu, dapat diketahui kemampuan perusahaan membayar pajak.

Keenam, tax to turn over ratic (TTOR) rasio antara total pajak yang Keenam, tax to turn over ratic (TTOR) rasio antara total pajak yang dibayar dengan omzetdibayar dengan omzet

Page 16: PPh badan 2

Penghasilan NettoPenghasilan Netto A. WP Badan = Penghasilan Bruto dikurangi biaya A. WP Badan = Penghasilan Bruto dikurangi biaya

Fiskal (biaya yang diperkenankan UU PPh sebagai Fiskal (biaya yang diperkenankan UU PPh sebagai pengurang Penghasilanpengurang Penghasilan

B. WP Orang Pribadi yang mempunyai kegiatan usaha B. WP Orang Pribadi yang mempunyai kegiatan usaha = Penghasilan Bruto dikurangi biaya fiskal= Penghasilan Bruto dikurangi biaya fiskal

C. WP Orang Pribadi dengan peredaran Usaha kurang C. WP Orang Pribadi dengan peredaran Usaha kurang dari Rp 5,6 miliar yang menggunakan norma = tarif dari Rp 5,6 miliar yang menggunakan norma = tarif norma dikalikan penghasilan Brutonorma dikalikan penghasilan Bruto

D. WP Orang Pribadi sebagai karyawan/pegawai = gaji D. WP Orang Pribadi sebagai karyawan/pegawai = gaji Broto dikurangi biaya jabatan,Iuaran Pensiun/THT/JHTBroto dikurangi biaya jabatan,Iuaran Pensiun/THT/JHT

Page 17: PPh badan 2

Penghasilan bersumber dari Indonesia yang diterima Subjek Pajak Luar Negeri

Memenuhi syarat sebagai BUT PPh yang terutang = tarif pasal 17 UU PPh PPh yang terutang = tarif pasal 17 UU PPh

dikalikan PKPdikalikan PKP PKP= Penghasilan netto dikurangi PKP= Penghasilan netto dikurangi

kompensasi kerugiankompensasi kerugian Penghasilan netto = penghasilan bruto Penghasilan netto = penghasilan bruto

dikurangi biaya fiskal dan biaya tertentu dikurangi biaya fiskal dan biaya tertentu untuk BUTuntuk BUT

PPh pasal 26 atas laba setelah pajak PPh pasal 26 atas laba setelah pajak khusus BUT = 20% atau tarif P3B dikalikan khusus BUT = 20% atau tarif P3B dikalikan laba setelah Pajak Penghasilanlaba setelah Pajak Penghasilan

Page 18: PPh badan 2

Tidak memenuhi bentuk BUTTidak memenuhi bentuk BUT Terutang PPh psl 26 UU PPhTerutang PPh psl 26 UU PPh Kewajiban perpajakannya menjadi Kewajiban perpajakannya menjadi

tanggung jawab Subjek Pajak Dalam tanggung jawab Subjek Pajak Dalam Negeri yang membayar penghasilan Negeri yang membayar penghasilan kepada Subjek Pajak Luar Negeri kepada Subjek Pajak Luar Negeri dalam bentuk wajib memotong PPh dalam bentuk wajib memotong PPh Psl 26Psl 26

Page 19: PPh badan 2

Biaya Fiskal dan Biaya

non Fiskal

Page 20: PPh badan 2

Beban/biaya/pengeluaran yang boleh Beban/biaya/pengeluaran yang boleh dikurangkan bagi Wajib Pajak Dalam dikurangkan bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT diatur dan dijelaskan Negeri dan BUT diatur dan dijelaskan dalam:dalam:

Pasal 6 ayat 1 UU PPh Pasal 9 ayat 1 huruf c, d, e UU PPh Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun

2000

Page 21: PPh badan 2

Biaya Fiskal Biaya Fiskal adalah biaya yang yang boleh

dibebankan sebagai pengurang penghasilan (pasal 6 UU PPh)

Besarnya PKP bagi WP dalam negeri dan BUT ditentukan berdasarkan penghasilan Bruto dikurangi biaya untuk mendapat,menagih dan memelihara (3M) penghasilan

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 golongan

Page 22: PPh badan 2

A. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun,merupakan biaya tahun yang bersangkutan misalnya gaji,biaya administrasi dan bunga,biaya rutin pengolahan limbah dll

B. Beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun misalnya penyusutan atau melalui amortisasi

Beda dengan akuntansi semua biaya boleh sebagai pengurang penghasilan

Page 23: PPh badan 2

Syarat dapat dibebankan sebagai Syarat dapat dibebankan sebagai biayabiaya

Pengeluaran tersebut harus mempunyai Pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapat,menagih dan memelihara mendapat,menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajakpenghasilan yang merupakan objek pajak

Pengeluaran pengeluaran untuk keperluan pribadi Pengeluaran pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham,pembayaran bunga atas pemegang saham,pembayaran bunga atas pinjaman atas pinjaman yang dipergunakan pinjaman atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi peminjam serta untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaran premi asuransi pembayaran premi asuransi untuk keperluan untuk keperluan pribadi,tidak diperbolehkan dibebankan pribadi,tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biayasebagai biaya

Page 24: PPh badan 2

ContohContoh

• Misalnya seorang ahli yang juga pemegang saham dari suatu badan memberi jasa kepada badan tersebut dengan memperoleh imbalan sebesar Rp 50.000.000.Apabila jasa yang sama yang diberikan tenaga ahli yang setara hanya Rp 20.000.000,jumlah sebesar Rp 30.000.000 tidak boleh dibeban sebagai biaya

• Bagi tenaga ahli yang juga pemegang saham ,jumlah sebesar Rp 30.000.000 dimaksud dianggap sebagai deviden

Page 25: PPh badan 2

Biaya untuk kepentingan pribadiBiaya untuk kepentingan pribadi

Tidak boleh dikurangkan sebagai Tidak boleh dikurangkan sebagai biaya atas biaya yang dibebankan biaya atas biaya yang dibebankan oleh perusahan untuk kepentingan oleh perusahan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,sekutu pribadi pemegang saham,sekutu atau anggota,seperti perbaikan atau anggota,seperti perbaikan rumah pribadi,biaya perjalanan,biaya rumah pribadi,biaya perjalanan,biaya premi asuransi yang dibayarkan premi asuransi yang dibayarkan untuk kepentingan pribadi para untuk kepentingan pribadi para pemegang saham atau pemegang saham atau keluargakeluarga

Page 26: PPh badan 2

Pengeluaran dalam bentuk Pengeluaran dalam bentuk naturanatura

Pengeluaran pengeluaran sehubungan dengan Pengeluaran pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan Bruto Bruto harus dalam bentuk uangharus dalam bentuk uang

Pengeluaran dalam bentuk natura atau Pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan,misalnya fasilitas menempati rumah kenikmatan,misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma Cuma,tidak boleh dibebankan dengan cuma Cuma,tidak boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menikmati sebagai biaya dan bagi pihak yang menikmati bukan merupakan penghasilanbukan merupakan penghasilan

Namun pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf e,boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan

Page 27: PPh badan 2

Bentuk natura atau kenikmatan sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat 1 huruf e

• Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan per Menkeu boleh dibebankan sebagai biaya

• Berkaitan dengan dengan pelaksanaan yaitu keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti pakaian dan peralatan keselamatan kerja,pakaian petugas keamanan,antar jemput karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya.

Page 28: PPh badan 2

Biaya dan bebanBiaya dan beban (cost and expenses)(cost and expenses)

Biaya adalah pengeluaran yg terjadi pada Biaya adalah pengeluaran yg terjadi pada periode akuntansi berjalan namun periode akuntansi berjalan namun memberikan manfaat di masa depan memberikan manfaat di masa depan sedangkan beban adalah pengeluaran sedangkan beban adalah pengeluaran yang terjadi di periode akuntansi berjalan yang terjadi di periode akuntansi berjalan dan memberikan manfaat hanya pada dan memberikan manfaat hanya pada periode tersebut. periode tersebut.

Baik biaya maupun beban adalah Baik biaya maupun beban adalah pengeluaran pengeluaran

Page 29: PPh badan 2

Klasifikasi biaya berdasarkanKlasifikasi biaya berdasarkan akuntansiakuntansi

A. Factory cost (Biaya Produksi)• Biaya bahan baku (Direct material cost)• Biaya Tenaga Kerja langsung (Direct Labor

Cost)• Biaya tidak langsung (Factory Overhead)

B. Commercial Expense (Operating Expense)• Marketing and Selling Expense• General and Administration Expense

Page 30: PPh badan 2

Harga Pokok PenjualanHarga Pokok Penjualan

• Harga pokok penjualan atau HPP adalah istilah yang digunakan pada akuntansi keuangan dan pajak untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis.

• Termasuk HPP biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau R & D.

• HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya operasi.

• HPP juga disebut sebagai biaya penjualan.

Page 31: PPh badan 2

Contoh HPPContoh HPP

• Saldo awal bahan baku Rp 29.000.000• Pembelian bahan baku Rp 1.422.000.000• Bahan siap diproduksi Rp 1.451.000.000• Saldo akhir bahan Rp 30.000.000• Pemakaian bahan baku Rp 1.421.000.000• Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 150.000.000• Penyusutan Rp 25.000.000• Biaya langsung lainnya Rp 50.000.000• Harga Pokok Produksi Rp 1.646.000.000• Saldo awal barang dalam proses Rp 14.000.000• Saldo akhir barang dalam proses Rp 20.000.000• Harga pokok barang jadi Rp 1.640.000.000• Saldo awal barang jadi Rp 60.000.000• Saldo akhir barang jadi Rp 30.000.000• Harga Pokok Penjualan Rp 1.670.000.000

Page 32: PPh badan 2

Sumber pengujian harga pokokSumber pengujian harga pokok

• Neraca dan laporan laba rugi• Buku besar• Buku pembelian• PIB,Invoice pembelian dan dokumen pembelian

lainnya• Perhitungan penyusutan aktiva tetap• Kontrak/perjanjian dengan pihak ketiga• Bukti pengeluaran bank• dll

Page 33: PPh badan 2

KONSEP BEBANKONSEP BEBAN

• Biaya yang dapat dikurangkan dari Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (sesuai Pasal 6 UU PPh)penghasilan bruto (sesuai Pasal 6 UU PPh)

• Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto penghasilan bruto (non deductible expense), sesuai pasal 9 UU PPh sesuai pasal 9 UU PPh

• Biaya yang merupakan objek pemotongan Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21,22, 23, 26 dan 4 (2) Final PPh Pasal 21,22, 23, 26 dan 4 (2) Final maupun yang bukan.maupun yang bukan.

• Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung Penghasilan dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak menurut PP No. 138/2000Kena Pajak menurut PP No. 138/2000

• Biaya kategori deductible & nondeductible Biaya kategori deductible & nondeductible lain berdasar peraturan pelaksanaan lain berdasar peraturan pelaksanaan ketentuan Undang-undang Perpajakanketentuan Undang-undang Perpajakan

Page 34: PPh badan 2

Pengeluaran dan biaya yang tidak Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung dapat dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak menurut PP Penghasilan Kena Pajak menurut PP No. 138/2000No. 138/2000 Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh

dikurangkan dalamdikurangkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena menghitung besarnya Penghasilan Kena

Pajak Wajib Pajak DalamPajak Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap termasuk:Negeri dan Bentuk Usaha Tetap termasuk:

• a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilanmemelihara penghasilan

yang bukan merupakan Objek Pajak;yang bukan merupakan Objek Pajak;• b. biaya untuk mendapatkan, menagih dan b. biaya untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilanmemelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final;yang pengenaan pajaknya bersifat final;

Page 35: PPh badan 2

• c. biaya untuk mendapatkan, menagih dan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilanmemelihara penghasilan

yang dikenakan pajak berdasarkan yang dikenakan pajak berdasarkan Norma Norma PenghitunganPenghitungan

Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Norma Penghitungan dalam Pasal 14 dan Norma Penghitungan Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 uu PPh15 uu PPh

• d. PPh kecuali pajak atas penghasilan d. PPh kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan(1) Undang-undang Pajak Penghasilan

Page 36: PPh badan 2

tetapi tidak termasuk dividen sepanjang tetapi tidak termasuk dividen sepanjang Pajak Penghasilan tersebutPajak Penghasilan tersebut

ditambahkan dalam penghitungan dasar ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajak;untuk pemotongan pajak;

dandan

• e. kerugian dari harta atau utang yang tidak e. kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidakdimiliki dan tidak

dipergunakan dalam usaha atau kegiatan dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan yang menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objekmerupakan Objek

Pajak.Pajak.

Page 37: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DEBiaya yg dapat dikurangkan – DE

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (yang merupakan obyek PPh non final) termasuk:Biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali PPh.

Biaya harus valid, reliable dan wajar2. Penyusutan dan amortisasi (metode

penyusutan harus sesuai dg pasal 11 & 11A)

Page 38: PPh badan 2

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

Page 39: PPh badan 2

Jenis dana pensiunJenis dana pensiunUU No 11 tahun 1992,UU No 11 tahun 1992,

• 1. Dana pensiun pemberi kerja, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

• 2. Dana pensiun lembaga keuangan, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, bagi perorangan, baik karyawan maupun pkerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atai perusahaan asuransi jiwa.

• 3. Dana pensiun berdasarkan keuntungan, adalah dana pensiun pemberi kerja yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.

Page 40: PPh badan 2

Lembaga Keuangan Non Bank Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB)(LKNB)

- Termasuk LKNB Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun dan Lembaga Pembiayaan (Perusahaan Pembiayaan dan Modal Ventura)

- Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun

- Dana Pensiun Lembaga Keuangan Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan

Page 41: PPh badan 2

• Dana Pensiun Pemberi Kerja Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi Kerja

Page 42: PPh badan 2

IURAN DANA PENSIUNIURAN DANA PENSIUN

• Berdasarkan Undang-undang No.11 Tahun 1992 penyelenggaraan dan bentuk program dana pensiun dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit), yang dilakukan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution) yang dilakukan oleh DPLK dan DPPK.

• Sedangkan iuran dana pensiun oleh orang pribadi (individu) hanya dapat dilakukan di DPLK. Sedangkan iuran yang dilakukan oleh pemberi kerja dan peserta maupun hanya pemberi kerja saja,dapat dilakukan di DPPK maupun DPLK.

Page 43: PPh badan 2

• Secara prinsip terdapat perbedaan antara Program Pensiun Manfaat pasti dan Program Pensiun Iuran Pasti.

Perbedaan tersebut adalah:• Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit)

– Manfaat Pensiun ditentukan lebih dahulu, baru kemudian diperhitungkan besar iurannya.

– Mengenal Past Service Liabilities (PSL) – Ada perhitungan aktuaria.

• Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution) – Iuran ditentukan lebih dahulu baru dihitung manfaatnya. – Pada saat pensiun atau diakhir program, dana yang

terkumpul akan dibelikan anuitas seumur hidup ke Perusahaan Asuransi Jiwa.

Page 44: PPh badan 2

• Perusahaan pemberi kerja dapat membebankan iuran pensiun baik iuran normal bulanan maupun Past Service Liability (PSL) atas nama karyawan yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebagai biaya dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak;

Page 45: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk kegiatan/usaha perusahaan

Page 46: PPh badan 2

Kerugian penjualan hartaKerugian penjualan harta• Keuntungan maupun kerugian karena penjualan atau

pengalihan harta diperoleh melalui perhitungan antara harga jual yang sesungguhnya diterima yang dibukukan sebagai penghasilan dikurangi nilai sisa buku fiskal yang dibebankan sebagai kerugian.

• Dalam hal pengalihan harta tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka harga jual tersebut dinilai berdasarkan jumlah yang seharusnya diterima (harga pasar dari harta tersebut).

• Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga jual yang lebih tinggi dari nilai sisa buku fiskal, maka selisih harga tersebut merupakan keuntungan.

• Sebaliknya, apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih rendah dari nilai sisa buku fiskal, maka selisih harga tersebut merupakan kerugian;

Page 47: PPh badan 2

• Atas kerugian yang terjadi karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto;

•           Atas kerugian yang terjadi karena penjualan atau

pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, maka kerugian tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

•  

Page 48: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing• Apabila WP membukukan transaksi ybs Apabila WP membukukan transaksi ybs

dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi pembayaranpada saat terjadinya realisasi pembayaran

• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahuntengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun

• Dalam jangka panjang Dalam jangka panjang kurs selalu mengalami kurs selalu mengalami kenaikan/penurunan,maka keuntungan selisih kurs kenaikan/penurunan,maka keuntungan selisih kurs tersebut harus diberlakukan sebagai penghasilan tersebut harus diberlakukan sebagai penghasilan teratur dan harus dimasukkan sebagai penghasilanteratur dan harus dimasukkan sebagai penghasilan dalam menghitung PPh terutangdalam menghitung PPh terutang

Page 49: PPh badan 2

Selisih kursSelisih kurs

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 46/PJ.42/1998 TANGGAL 31 DECEMBER 1998SE - 46/PJ.42/1998 TANGGAL 31 DECEMBER 1998PENEGASAN LEBIH LANJUT MENGENAI PERLAKUAN PPh PENEGASAN LEBIH LANJUT MENGENAI PERLAKUAN PPh TERHADAP SELISIH KURS VALUTA ASING TERHADAP SELISIH KURS VALUTA ASING

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.42/1998 TANGGAL 25 AUGUST 1998SE - 27/PJ.42/1998 TANGGAL 25 AUGUST 1998PEMBEBANAN RUGI SELISIH KURS TAHUN 1997 BAGI WP PEMBEBANAN RUGI SELISIH KURS TAHUN 1997 BAGI WP MERGERMERGER

SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 331/PJ.421/1998 TANGGAL 16 JUNE 1998331/PJ.421/1998 TANGGAL 16 JUNE 1998KLASIFIKASI KEUNTUNGAN SELISIH KURS DALAM KLASIFIKASI KEUNTUNGAN SELISIH KURS DALAM PERHITUNGAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASA PERHITUNGAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASA

SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 280/PJ.423/1998 TANGGAL 22 MAY 1998280/PJ.423/1998 TANGGAL 22 MAY 1998PENGHASILAN ATAS KEUNTUNGAN DARI SELISIH KURSPENGHASILAN ATAS KEUNTUNGAN DARI SELISIH KURS    

Page 50: PPh badan 2

Kerugian selisih kursKerugian selisih kurs SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S -

75/PJ.42/2006 TENTANG PERLAKUAN PAJAK 75/PJ.42/2006 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KEUNTUNGAN/KERUGIAN PENGHASILAN ATAS KEUNTUNGAN/KERUGIAN SELISIH KURS SELISIH KURS

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf I dan Pasal Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf I dan Pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor 7 6 ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, keuntungan maupun kerugian selisih kurs keuntungan maupun kerugian selisih kurs mata uang asing yang disebabkan oleh mata uang asing yang disebabkan oleh fluktuasi kurs diakui berdasarkan sistem fluktuasi kurs diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut Wajib Pajak yang pembukuan yang dianut Wajib Pajak yang harus dilakukan secara harus dilakukan secara taat azas. taat azas.

Page 51: PPh badan 2

Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs historis), pengakuan keuntungan/kerugian historis), pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi atas perkiraan mata uang asing realisasi atas perkiraan mata uang asing tersebut. tersebut.

Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pengakuan berlaku pada akhir tahun, pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs dilakukan keuntungan/kerugian selisih kurs dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau tengah Bank Indonesia atau kurs yang kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun. sebenarnya berlaku pada akhir tahun.

Page 52: PPh badan 2

A. Atas laba/rugi kurs yang timbul dan perbedaan A. Atas laba/rugi kurs yang timbul dan perbedaan kurs antara tanggal pengakuan/perolehan utang kurs antara tanggal pengakuan/perolehan utang dengan tanggal pelunasan/pembayarannya, sejauh dengan tanggal pelunasan/pembayarannya, sejauh menyangkut pokok utang diakui sebagai penghasilan menyangkut pokok utang diakui sebagai penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan umum. atau biaya berdasarkan ketentuan umum.

b. Atas laba/rugi kurs yang berasal dari translasi b. Atas laba/rugi kurs yang berasal dari translasi saldo pokok utang pada akhir tahun buku, diakui saldo pokok utang pada akhir tahun buku, diakui sebagai penghasilan atau biaya berdasarkan sebagai penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan umum. ketentuan umum.

c. Atas rugi kurs yang berasal dari biaya bunga utang c. Atas rugi kurs yang berasal dari biaya bunga utang yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (sewa) yang dikenakan dan memelihara penghasilan (sewa) yang dikenakan PPh final, tidak diakui sebagai biaya. PPh final, tidak diakui sebagai biaya.

Page 53: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

6. Biaya litbang perusahaan 6. Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di Indonesiayang dilakukan di Indonesia

Page 54: PPh badan 2

Biaya LitbangBiaya Litbang

• Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan perusahan dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahan boleh dibebankan sebagai biaya

• Diatur didalam KMK.769/KMK.04/1990 & SE-22/PJ.31/1990• Pada dasarnya semua biaya litbang yang nyata-nyata

dikeluarkan oleh perusahaan yang didukung bukti-bukti pembukuan, yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha pada saat ini dan pada masa mendatang, dapat dikategorikan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dan oleh karena itu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) undang-undang Pajak Penghasilan 1984. 

Page 55: PPh badan 2

• Yang dimaksud biaya litbang adalah terdiri dari biaya-biaya untuk pengembangan produk (product development) baik jenis maupun mutu, serta biaya untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, termasuk teknologi untuk pengembangan proses (process technology). Adapun perlakuan perpajakan atas biaya litbang dibedakan dalam 3 (tiga) kategori :

• 1. Biaya-biaya yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan harus disusutkan/diamortisasi, misalnya gedung untuk penelitian dan pengembangan, perlengkapan dan alat-alat laboratorium litbang dan sebagainya, maka biaya tersebut harus disusutkan/diamortisasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b jo pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984.

Page 56: PPh badan 2

• 2. Biaya-biaya yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan biaya usaha sehari-hari, yang nyata-nyata dikeluarkan dalam rangka litbang, seperti biaya pegawai untuk litbang, pembelian bahan-bahan penelitian dan sebagainya, dibebankan sebagai biaya usaha sehari-hari dalam tahun pajak di mana pengeluaran tersebut nyata-nyata dilakukan, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang PPh 1984.

Page 57: PPh badan 2

• Biaya-biaya litbang selain biaya-biaya sebagaimana disebutkan dalam butir 1 dan 2 di atas, misalnya biaya konsultan yang memborong pekerjaan litbang tersebut yang jumlahnya cukup material, perlakuan perpajakannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Apabila perusahaan menganggap bahwa biaya tersebut cukup material jumlahnya sehingga akan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan harga pokok barang yang dihasilkan sehingga melemahkan daya saing, maka pembebanan biaya ini oleh perusahaan akan dilakukan dengan cara amortisasi. Dalam hal demikian maka secara fiskal pembebanan biaya tersebut juga dilakukan dengan cara amortisasi.

Page 58: PPh badan 2

• Biaya litbang yang telah dikeluarkan sebelum diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan tersebut tetap dapat diterima sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak. Untuk laporan keuangan fiskal sejak tahun 1990 harus disesuaikan dengan peraturan dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut, khususnya penggolongannya ke dalam 3 (tiga) kategori tersebut di atas

Page 59: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Page 60: PPh badan 2

BEASISWA DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK BEASISWA DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK PENGHASILANPENGHASILAN

Pasal 21 Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 246/PMK.03/2008Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 246/PMK.03/2008

BEASISWA yang memenuhi syarat• 1. Yang diterima atau diperoleh WNI • 2. Wajib Pajak pemberi Beasiswa harus

Tidak mempunyai hubungan istimewa

dengan pemilik,Komisaris, direksi atau

pengurus;• 3. Dalam rangka mengikuti pendidikan

di dalam negeri pada tingkat pendidikan

dasar, pendidikan menengah,pendidikan

tinggi

Page 61: PPh badan 2

Biaya beasiswa,magang dan Biaya beasiswa,magang dan pelatihanpelatihan

PMK.246/PMK.03/2008 tertanggal 31 Desember 2008 dan PMK.246/PMK.03/2008 tertanggal 31 Desember 2008 dan mulai berlaku pada 1 Januari 2009, mulai berlaku pada 1 Januari 2009,

Penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh WNI dari WNI dari wajib pajak pemberi beasiswa dalam rangka wajib pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri pada tingkat mengikuti pendidikan di dalam negeri pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dikecualikan dari obyek pajak pendidikan tinggi dikecualikan dari obyek pajak penghasilan (PPh),penghasilan (PPh),

Namun ketentuan itu tidak berlaku apabila penerima beasiswa memiliki hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, pengurus dari Wajib Pajak pemberi beasiswa.

Komponen beasiswa yang dimaksud terdiri dari biaya Komponen beasiswa yang dimaksud terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah (tuition fee), biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah (tuition fee), biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku dan atau biaya yang diambil, biaya untuk pembelian buku dan atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar. hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar.

Page 62: PPh badan 2

154/PMK.03/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN 154/PMK.03/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 246/PMK.03/2008 MENTERI KEUANGAN NOMOR 246/PMK.03/2008

TENTANG BEASISWATENTANG BEASISWA Atas penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Atas penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga

Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal dan/atau pendididikan nonformal yang dilaksanakan di pendidikan formal dan/atau pendididikan nonformal yang dilaksanakan di dalam negeri dan/atau di luar negeri dikecualikan dari objek Pajak dalam negeri dan/atau di luar negeri dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.(1a)Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penghasilan.(1a)Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.(1b)Pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalur (1b)Pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat terstruktur dan berjenjang.(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan istimewa dengan :istimewa dengan :

Pemilik; Pemilik; Komisaris; Komisaris; Direksi; atau Direksi; atau Pengurus, Pengurus, dari Wajib Pajak pemberi beasiswadari Wajib Pajak pemberi beasiswa

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggalPeraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.1 Januari 2009.

Page 63: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

8.8.Cadangan yang diperkenankanCadangan yang diperkenankan

1. 1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sgu dengan hak opsi, usaha lain yang menyalurkan kredit, sgu dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;2.2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;3.3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;4.4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;5.5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; 6.6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri utk usaha pengolahan limbah industripembuangan limbah industri utk usaha pengolahan limbah industri

Page 64: PPh badan 2

Piutang Tak TertagihPiutang Tak Tertagih (Pasal 6 ayat (1) huruf h) (Pasal 6 ayat (1) huruf h)

Syarat untuk Syarat untuk membiayakan membiayakan piutang yang nyata-piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:nyata tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:

1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial; 1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial; 2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak 2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak

dapat ditagih kepada DJP; dandapat ditagih kepada DJP; dan 3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada 3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada

Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur yang bersangkutan; atau telah tertulis dengan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya atau ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.telah dihapuskan.

4. Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur 4. Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil yang dihapuskan.kecil yang dihapuskan.

Page 65: PPh badan 2

PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN SEBAGAI

BIAYA (Pasal 9 ayat (1) huruf c)(Pasal 9 ayat (1) huruf c) PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 81/PMK.03/2009 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang

boleh dikurangkan sebagai biaya yaitu : boleh dikurangkan sebagai biaya yaitu :

a.Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan a.Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang, konsumen, dan perusahaan anjak piutang,

b.Cadangan untuk usaha asuransi, yang meliputi :  b.Cadangan untuk usaha asuransi, yang meliputi :   1.cadangan premi tanggungan sendiri dan klaim 1.cadangan premi tanggungan sendiri dan klaim

tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian;  kerugian; 

2. cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa;2. cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa;    

Page 66: PPh badan 2

Cadangan penjaminan untuk Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Lembaga Penjamin SimpananSimpanan, yaitu cadangan penjaminan untuk , yaitu cadangan penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin simpanan lembaga yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannyadengan kewenangannya

Cadangan biaya reklamasi untuk Cadangan biaya reklamasi untuk usaha usaha pertambanganpertambangan, yaitu cadangan biaya untuk , yaitu cadangan biaya untuk kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya;         peruntukannya;        

Page 67: PPh badan 2

Cadangan biaya penanaman kembali Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha untuk usaha kehutanan,kehutanan, yaitu cadangan yaitu cadangan biaya penanaman kembali bagi biaya penanaman kembali bagi perusahaan yang diwajibkan melakukan perusahaan yang diwajibkan melakukan penanaman kembali atas hutan yang telah penanaman kembali atas hutan yang telah dieksploitasi untuk usaha yang terkait dieksploitasi untuk usaha yang terkait dengan sistem pengurusan yang dengan sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu diselenggarakan secara terpadu 

Page 68: PPh badan 2

Cadangan biaya penutupan dan Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan pemeliharaan tempat pembuangan limbahtempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yaitu cadangan biaya penutupan industri, yaitu cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan bagi perusahaan yang dan pemeliharaan bagi perusahaan yang mengolah limbah industri yang mencakup mengolah limbah industri yang mencakup kegiatan penyimpanan, pengumpulan, kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah industri dan penimbunan hasil limbah industri dan penimbunan hasil pengolahan limbah industri.       pengolahan limbah industri.      

Page 69: PPh badan 2

Besarnya cadangan piutang tak tertagih Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank umum konvensionaluntuk bank umum konvensional

1% (satu persen)1% (satu persen) dari piutang dengan kualitas yang dari piutang dengan kualitas yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Bank digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Negara;          Indonesia dan Surat Utang Negara;         

5% (lima persen)5% (lima persen) dari piutang dengan kualitas yang dari piutang dengan kualitas yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan;    nilai agunan;   

15% (lima belas persen)15% (lima belas persen) dari piutang dengan kualitas dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan; nilai agunan;

50% (lima puluh persen)50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas dari piutang dengan kualitas yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan    nilai agunan; dan   

100% (seratus persen)100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas yang dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.       agunan.      

Page 70: PPh badan 2

Bank umum yang Bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha melaksanakan kegiatan usaha berbasis syariahberbasis syariah

1% (satu persen)1% (satu persen) dari piutang dengan kualitas yang dari piutang dengan kualitas yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Indonesia dan surat berharga yang diterbitkan Pemerintah berdasarkan prinsip syariah;       berdasarkan prinsip syariah;      

5 % (lima persen5 % (lima persen) dari piutang dengan kualitas yang ) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan;     agunan;    

15% (lima belas persen)15% (lima belas persen) dari piutang dengan kualitas yang dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan; agunan;

50% (lima puluh persen50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas yang ) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan dan

100% (seratus persen100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas yang ) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.          digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.         

Page 71: PPh badan 2

Besarnya cadangan piutang tak tertagih koperasi simpan

pinjam 0,5% (setengah persen0,5% (setengah persen) dari piutang ) dari piutang

dengan kualitas lancar;   dengan kualitas lancar;   10% (sepuluh persen)10% (sepuluh persen) dari piutang dari piutang

dengan kualitas kurang lancar setelah dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan;  dikurangi dengan nilai agunan; 

50% (lima puluh persen50% (lima puluh persen) dari piutang ) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan  dikurangi dengan nilai agunan; dan 

100% (seratus persen100% (seratus persen) dari piutang ) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.   dengan nilai agunan.  

Page 72: PPh badan 2

Besarnya cadangan premi tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi

kerugian Sebesar 40% (empat puluh persenSebesar 40% (empat puluh persen) dari ) dari

jumlah premi tanggungan sendiri yang jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan.    yang bersangkutan.   

Cadangan premi tanggungan sendiri Cadangan premi tanggungan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan premi yang sudah diterima merupakan premi yang sudah diterima atau diperoleh akan tetapi belum atau diperoleh akan tetapi belum merupakan penghasilan pada tahun pajak merupakan penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan.     yang bersangkutan.    

Page 73: PPh badan 2

Cadangan biaya reklamasi usaha pertambangan,penanaman kembali usaha kehutanan dan biaya penutupan limbah

industri Besarnya cadangan biaya reklamasi untuk perusahaan Besarnya cadangan biaya reklamasi untuk perusahaan

yang melakukan usaha pertambangan sebagaimana yang melakukan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf d adalah dimaksud dalam Pasal 1 huruf d adalah yang yang sebenamya dibebankan pada perkiraan cadangan sebenamya dibebankan pada perkiraan cadangan biaya reklamasi.            biaya reklamasi.           

Besarnya cadangan biaya penanaman kembali untuk Besarnya cadangan biaya penanaman kembali untuk perusahaan yang melakukan usaha kehutanan perusahaan yang melakukan usaha kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf e adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf e adalah yang sebenarnya dibebankan pada perkiraan cadangan yang sebenarnya dibebankan pada perkiraan cadangan biaya penanaman kembali biaya penanaman kembali

Besarnya cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan Besarnya cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri sebagaimana dimaksud pengolahan limbah industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf f adalah yang sebenamya dalam Pasal 1 huruf f adalah yang sebenamya dibebankan pada perkiraan cadangan biaya penutupan dibebankan pada perkiraan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah.       dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah.      

Page 74: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DE

9. Sumbangan atau bantuan termasuk zakat atau sumbangan keagamaan yang bersifat wajib (PP No.18/2009, PMK No.245/PMK.03/2008, PMK No.247/PMK.03/2008)

Page 75: PPh badan 2

SumbanganSumbangan(Pasal 6 ayat (1) huruf I,j,k,l dan m)(Pasal 6 ayat (1) huruf I,j,k,l dan m)  

Sumbangan yang dapat dibiayakan meliputi::

sumbangan penanggulangan bencana nasionalsumbangan penanggulangan bencana nasional

sumbangan penelitian dan pengembangan yang sumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesiadilakukan di Indonesia

biaya pembangunan infrastruktur sosialbiaya pembangunan infrastruktur sosial

sumbangan fasilitas pendidikansumbangan fasilitas pendidikan

sumbangan pembinaan olahragasumbangan pembinaan olahraga

Page 76: PPh badan 2

Zakat dan Sumbangan keagamaanZakat dan Sumbangan keagamaan

PP NOMOR 60 TAHUN 2010 TANGGAL 23 AUGUST 2010PP NOMOR 60 TAHUN 2010 TANGGAL 23 AUGUST 2010 Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan brutowajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Zakat atau sumbangan keagamaan dapat berupa Zakat atau sumbangan keagamaan dapat berupa

uang atau yang disetarakan dengan uanguang atau yang disetarakan dengan uang Zakat yang dibayarkan WP OP pemeluk agama Zakat yang dibayarkan WP OP pemeluk agama

islam/WP Badan DN yang dimiliki umat islam kepada islam/WP Badan DN yang dimiliki umat islam kepada amil zakat yang dibentuk atau disahkan pemerintahamil zakat yang dibentuk atau disahkan pemerintah

Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi WP Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi WP OP OP selain agama Islamselain agama Islam dan WP Badan DN yang dan WP Badan DN yang dimiliki selain umat Islam, yang diakui di Indonesia dimiliki selain umat Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan pemerintahdibentuk dan disahkan pemerintah

Page 77: PPh badan 2

Besarnya zakat yang dapat Besarnya zakat yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena dikurangkan dari Penghasilan Kena

PajakPajakBesarnya zakat yang dapat Besarnya zakat yang dapat

dikurangkan dari Penghasilan Kena dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak adalah sebesar 2,5% (dua Pajak adalah sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah setengah persen) dari jumlah penghasilan. Pemotongan zakatnya penghasilan. Pemotongan zakatnya adalah sebelum penghasilan dihitung adalah sebelum penghasilan dihitung dengan tarif progressif. Atau dengan dengan tarif progressif. Atau dengan kata lain, zakat dikenakan pada kata lain, zakat dikenakan pada penghasilan bruto. penghasilan bruto.

Page 78: PPh badan 2

IMPLEMENTASI ZAKAT DAN IMPLEMENTASI ZAKAT DAN PAJAKPAJAK

Penghitungan Pajak PenghasilanPenghitungan Pajak Penghasilan Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto Rp TRp T Dikurangi:Dikurangi: * Biaya untuk mendapatkan, menagih,* Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan memelihara penghasilan Rp ARp A * Zakat yang dibayarkan kepada BAZ/* Zakat yang dibayarkan kepada BAZ/ LAZ LAZ Rp BRp B * PTKP * PTKP Rp CRp C (R (Rp A + B p A + B

+ C)+ C) Penghasilan Kena Pajak (T – A – B – C) Penghasilan Kena Pajak (T – A – B – C) Rp VRp V

PPh Terutang (V x Tarif Pajak) PPh Terutang (V x Tarif Pajak) Rp xxxxRp xxxx

Page 79: PPh badan 2

• Untuk menentukan penghasilan kena pajak boleh dikurangkan zakat atas penghasilan saja, yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam, dan wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk Islam kepada BAZ/LAZ yang dibentuk atau disahkan pemerintah.

• Untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak, wajib pajak harus punya NPWP.

• Zakat yang diterima oleh BAZ/LAZ yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah tidak termasuk objek pajak.

• Zakat yang diterima oleh yang berhak (mustahiq) tidak termasuk objek pajak.

Page 80: PPh badan 2

Sumbangan Bencana AlamSumbangan Bencana Alam

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609/PMK.03/2004 INDONESIA NOMOR 609/PMK.03/2004 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BANTUAN KEMANUSIAAN BENCANA ATAS BANTUAN KEMANUSIAAN BENCANA ALAM DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ALAM DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN SUMATERA UTARA DAN SUMATERA UTARA

Sumbangan yang diberikan oleh Wajib Pajak Sumbangan yang diberikan oleh Wajib Pajak dalam rangka bantuan kemanusiaan bencana dalam rangka bantuan kemanusiaan bencana dalam di Nanggroe Aceh Darussalam dan dalam di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara yang terjadi pada bulan Sumatera Utara yang terjadi pada bulan Desember 2004 dapat dibiayakan. Desember 2004 dapat dibiayakan.

Page 81: PPh badan 2

Biaya Promosi dan Penjualan Yang

Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto

((104/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009 ) Biaya promosi dan/atau biaya penjualan yang dapat Biaya promosi dan/atau biaya penjualan yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto harus memenuhi dikurangkan dari penghasilan bruto harus memenuhi kriteria-kriteria seperti untuk mempertahankan dan kriteria-kriteria seperti untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan, dikeluarkan secara atau meningkatkan penjualan, dikeluarkan secara wajar menurut adat kebiasaan pedagang yang baik, wajar menurut adat kebiasaan pedagang yang baik, dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas, dan dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas, dan diterima oleh pihak lain. diterima oleh pihak lain.

Biaya Promosi dibatasi hanya boleh dibiayakan Biaya Promosi dibatasi hanya boleh dibiayakan sebanyak satu kali oleh produsen atau distributor sebanyak satu kali oleh produsen atau distributor utama atau importir tunggal. Besarnya Biaya Promosi utama atau importir tunggal. Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto juga yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto juga dibatasi dibatasi tidak melebihi 2% dari peredaran usaha dari peredaran usaha dan paling banyak dan paling banyak

Rp 25.000.000.000,00.

Page 82: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DEBiaya yg dapat dikurangkan – DE

10 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan 10 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tertentunatura dan kenikmatan tertentu yaitu:yaitu: Penyediaan makanan dan minuman bagi Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai; Penggantian atau imbalan seluruh pegawai; Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu; dantertentu; danYang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan Yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

11. Biaya pulsa handphone dan perbaikannya 11. Biaya pulsa handphone dan perbaikannya sebesar 50% Non Deductiblesebesar 50% Non Deductible

12. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin 12. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin kendaraan sedan dan sejenisnya sebesar 50% kendaraan sedan dan sejenisnya sebesar 50% DeductibleDeductible

Page 83: PPh badan 2

Biaya yg dapat dikurangkan – DEBiaya yg dapat dikurangkan – DE

13. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

1) 1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; komersial;

2) 2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajakdapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak

3) 3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Negeri atau Instansi Pemerintah yang menangani piutang Instansi Pemerintah yang menangani piutang negaranegara atau adanya perjanjian tertulis mengenai atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentuutang tertentu

4) 4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) hurufhuruf k. k.

Page 84: PPh badan 2

Biaya yg Tidak Dapat Biaya yg Tidak Dapat DibebankanDibebankan

Page 85: PPh badan 2

Pengeluaran yang tidak bisa Pengeluaran yang tidak bisa dibebankan sebagai biaya dibebankan sebagai biaya (psl 9 uu PPh(psl 9 uu PPh

Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan WP dapat dibedakan antara pengeluaran WP dapat dibedakan antara pengeluaran yang boleh dan yang tidak boleh yang boleh dan yang tidak boleh dibebankan sebagai biayadibebankan sebagai biaya

Pada prinsipnya biaya yang boleh Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto adalah dikurangkan dari Penghasilan Bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,menagih dan kegiatan untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak objek pajak

Page 86: PPh badan 2

Pembebanannya dapat dilakukan Pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari selama masa manfaat dari pengeluaran tersebutpengeluaran tersebut

Pengeluaran yang tidak boleh Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan Bruto dikurangkan dari penghasilan Bruto meliputi pengeluaran yang sifatnya meliputi pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaranjumlahnya melebihi kewajaran

Page 87: PPh badan 2

Biaya yg Tidak Dapat Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Non Deductible Dibebankan – Non Deductible ExpensesExpenses1.1. Pembagian laba dengan nama dan dalam Pembagian laba dengan nama dan dalam

bentuk apa punbentuk apa pun2.2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi pemegang saham, kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggotasekutu, atau anggota

3.3. Pembentukan atau pemupukan dana Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, cadangan, dengan pengecualian tertentu.dengan pengecualian tertentu.

4.4. Penggantian atau imbalan sehubungan Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, dalam bentuk natura dan kenikmatan, dengan pengecualian tertentu.dengan pengecualian tertentu.

Page 88: PPh badan 2

Pembagian laba Pembagian laba (psl 9 ayat 1 huruf a uu (psl 9 ayat 1 huruf a uu PPh)PPh)

• Pembagian laba dengan nama dan dalam Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun,termasuk pembayaran dividen bentuk apapun,termasuk pembayaran dividen kepada pemilik modal,pembagian sisa hasil kepada pemilik modal,pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada anggotanya dan usaha koperasi kepada anggotanya dan pembayaran deviden oleh perusahan asuransi pembayaran deviden oleh perusahan asuransi kepada pemegang polis,tidak boleh dikurangkan kepada pemegang polis,tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan yang membagikannya dari penghasilan badan yang membagikannya

• Hal ini disebabkan pembagian laba Hal ini disebabkan pembagian laba tersebut merupakan bagian dari tersebut merupakan bagian dari penghasilan badan tersebut yang akan penghasilan badan tersebut yang akan dikenai pajak berdasar uu PPhdikenai pajak berdasar uu PPh

Page 89: PPh badan 2

Biaya yang dibebankan untuk Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadikepentingan pribadi (pasal 9 ayat 1 huruf b uu PPh)(pasal 9 ayat 1 huruf b uu PPh)

Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahan untuk biaya biaya untuk bruto perusahan untuk biaya biaya untuk kepentingan pribadi pemegang kepentingan pribadi pemegang saham ,sekutu atau anggota seperti saham ,sekutu atau anggota seperti perbaikan rumah pribadi,biaya perbaikan rumah pribadi,biaya perjalanan,biaya premi asuransi yang perjalanan,biaya premi asuransi yang dibayar oleh perusahan untuk kepentingan dibayar oleh perusahan untuk kepentingan pribadi para pemegang saham atau pribadi para pemegang saham atau keluarganyakeluarganya

Page 90: PPh badan 2

Premi Asuransi Premi Asuransi (psl 9 ayat 1 huruf d uu PPh)(psl 9 ayat 1 huruf d uu PPh)

Premi untuk Asuransi Premi untuk Asuransi (kesehatan,kecelakaan,jiwa,dwiguna dan beasiswa) (kesehatan,kecelakaan,jiwa,dwiguna dan beasiswa) yang dibayar sendiri oleh WP Orang Pribadi) tidak boleh dikurangkan dari penghasilan Bruto dan pada saat Orang Pribadi dimaksud menerima penggantian atau santunan asuransi,penerimaan tersebut bukan merupakan objek pajak

Apabila premi Asuransi ditanggung atau dibayar ditanggung atau dibayar oleh pemberi kerja,pembebanan tersebut oleh pemberi kerja,pembebanan tersebut boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai yang bersangkutan merupakan pegawai yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek pajakpenghasilan yang merupakan objek pajak

Page 91: PPh badan 2

Imbalan berbentuk natura atau Imbalan berbentuk natura atau kenikmatan kenikmatan (psl 9 ayat 1 huruf e uu PPh)(psl 9 ayat 1 huruf e uu PPh)

Sebagai dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf d uu Sebagai dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf d uu PPh ,penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan PPh ,penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajakkenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak

Selaras dengan hal tersebut penggantian atau imbalan Selaras dengan hal tersebut penggantian atau imbalan berbentuk natura dan kenikmatan tersebut bukan berbentuk natura dan kenikmatan tersebut bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerjabiaya bagi pemberi kerja

Namun ,dengan berdasarkan Peraturan Menkeu pemberian natura dan kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi penerimanya

Page 92: PPh badan 2

Natura dan kenikmatan yang dapat Natura dan kenikmatan yang dapat dibiayakandibiayakan

Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil; pembangunan di daerah terpencil;

pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya; dan awak kapal dan yang sejenisnya; dan

pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. pekerjaan.

Page 93: PPh badan 2

Jenis Natura dan Kenikmatan yang Dapat Jenis Natura dan Kenikmatan yang Dapat

DibiayakanDibiayakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009

Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan bagi seluruh Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, meliputi: pekerjaan, meliputi:

pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau

pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud di atas, meliputi Pegawai pemberian sebagaimana dimaksud di atas, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya. lainnya.

Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut, yaitu sarana dan fasilitas di lokasi kerja daerah tersebut, yaitu sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk : untuk :

Page 94: PPh badan 2

tempat tinggal, termasuk perumahan bagi tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya; Pegawai dan keluarganya;

pelayanan kesehatan; pelayanan kesehatan; pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya; pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya; peribadatan; peribadatan; pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya; pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya; olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak

termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang; sepanjang sarana dan fasilitas terbang layang; sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri. harus menyediakannya sendiri.

Page 95: PPh badan 2

Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, meliputi atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas kea, nanan (satpam), sarana antar jemput seragam petugas kea, nanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya. sejenisnya.

   Daerah tertentuDaerah tertentu Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis

mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumya kurang memadai dan sulit prasarana ekonomi pada umumya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.

Page 96: PPh badan 2

Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – NDEBiaya yg Tidak Dapat Dibebankan – NDE

5.5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai mempunyai hubungan istimewahubungan istimewa sebagai imbalan sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukansehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

6.6. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisanwarisan

7.7. Pajak penghasilanPajak penghasilan8.8. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,

firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas sahamsaham

9.9. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakanperpajakan

Page 97: PPh badan 2

Hubungan istimewa Hubungan istimewa (psl 9 ayat 1 huruf f uu (psl 9 ayat 1 huruf f uu PPh)PPh)

Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadi pembayaran imbalan yang diberikan terjadi pembayaran imbalan yang diberikan kepada pegawai yang juga pemegang saham. kepada pegawai yang juga pemegang saham.

Karena pada dasarnya pengeluaran untuk Karena pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah pengeluaran yang penghasilan bruto adalah pengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha, berdasarkan ketentuan ini jumlah yang usaha, berdasarkan ketentuan ini jumlah yang melebihi kewajaran tersebut tidak boleh melebihi kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya. dibebankan sebagai biaya.

Page 98: PPh badan 2

Natura dan kenikmatan Natura dan kenikmatan deductible atau non deductibledeductible atau non deductibleJenis natura dan Jenis natura dan kenikmatankenikmatan

Bagi PerusahanBagi Perusahan Bagi PegawaiBagi Pegawai

1.1. Fasilitas Fasilitas PengobatanPengobatan

a.Klinik,Dokter,R.Saa.Klinik,Dokter,R.Sakit (dibayar a.n kit (dibayar a.n majikan)majikan)

b.Klinik,Dokter,R.Sab.Klinik,Dokter,R.Sakit(dibayar kit(dibayar oleh/a.n oleh/a.n pekerja dan pekerja dan diklaim diklaim kemajikankemajikan

c. Penggantian c. Penggantian pengobatan pengobatan tunaitunai

Bukan biayaBukan biaya

BiayaBiaya

BiayaBiaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

PenghasilanPenghasilan

PenghasilanPenghasilan

Muda MarkusMuda Markus

Page 99: PPh badan 2

PerumahanPerumahan

(Beban (Beban penyusutan,perbaikpenyusutan,perbaikan,perawatan)an,perawatan)

a.Pemberian a.Pemberian perumahanperumahan

b. Mess untuk b. Mess untuk transit transit

c. Mess untuk c. Mess untuk tinggaltinggal

Bukan biayaBukan biaya

BiayaBiaya

Bukan BiayaBukan Biaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Pakaian seragamPakaian seragam

a.a. Perlengkapan Perlengkapan keamanan dan keamanan dan keselamatan keselamatan kerjakerja

b.b. Perlengkapan Perlengkapan seragam seragam karena situasi karena situasi lingkungan(peglingkungan(peg.hotel,bank,pen.hotel,bank,penyiar TVyiar TV

BiayaBiaya

BiayaBiaya

Bukan PenghasilanBukan Penghasilan

Bukan PenghasilanBukan Penghasilan

Page 100: PPh badan 2

Fasilitas Rekreasi & Fasilitas Rekreasi & Olah RagaOlah Raga

Bukan BiayaBukan Biaya Bukan PenghasilanBukan Penghasilan

Biaya PerjalananBiaya Perjalanan

a.a. Dlm rangka Dlm rangka tugas/dinastugas/dinas

b.b. Dlm rangka Dlm rangka bukan dinasbukan dinas

c.c. Pemulangan Pemulangan karyawan karyawan ketempat asalketempat asal

BiayaBiaya

Bukan BiayaBukan Biaya

BiayaBiaya

Bukan PenghasilanBukan Penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Fasilitas Pelatihan Fasilitas Pelatihan & Pendidikan& Pendidikan

BiayaBiaya Bukan penghasilanBukan penghasilan

Page 101: PPh badan 2

Makan-minumMakan-minum

a.a. CafetariaCafetaria

b.b. Perlengkapan Perlengkapan makan-minummakan-minum

c.c. Makan/minum Makan/minum karena situasi karena situasi lingkungan(peglingkungan(peg.restoran,peg.le.restoran,peg.lembur)mbur)

d.d. Makan/minum Makan/minum bagi seluruh bagi seluruh peg secara peg secara bersamabersama

e.e. Makan/minum Makan/minum lainnyalainnya

Bukan biayaBukan biaya

Bukan biayaBukan biaya

BiayaBiaya

BiayaBiaya

Bukan biayaBukan biaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Page 102: PPh badan 2

Faslitas kendaraanFaslitas kendaraan

(beban (beban penyusutan,perpenyusutan,perbaikan,perawatbaikan,perawatan an rutin,operasionrutin,operasional)al)

a.a. Semata mata Semata mata untuk dinas untuk dinas (parkir (parkir dikantor)dikantor)

b.b. Untuk antar Untuk antar jemput jemput pegawaipegawai

c.c. Untuk Untuk keperluan keperluan dinas dinas disamping disamping pribadipribadi

BiayaBiaya

BiayaBiaya

50% biaya,50% 50% biaya,50% bukan biayabukan biaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Page 103: PPh badan 2

Fasilitas alat Fasilitas alat telekomunikasitelekomunikasi

a.a. Telepon seluler Telepon seluler dan sejenisnyadan sejenisnya

b.b. Biaya Biaya langganan,pulslangganan,pulsa isi a isi ulang(termasuk ulang(termasuk ongkos ongkos perbaikan)perbaikan)

50% biaya,50% 50% biaya,50% bukan biayabukan biaya

50% biaya,50% 50% biaya,50% bukan biayabukan biaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Bukan penghasilanBukan penghasilan

Page 104: PPh badan 2

Iuran Asuransi Iuran Asuransi ditanggung ditanggung majikanmajikan

a.a. Asuransi Asuransi kecelakaan,kekecelakaan,kematian,beasiswmatian,beasiswa,kesehatan,jiwa,kesehatan,jiwa,dwigunaa,dwiguna

b.b. Asuransi Asuransi pensiun,THT/JHpensiun,THT/JHTT

BiayaBiaya

BiayaBiaya

PenghasilanPenghasilan

Bukan PenghasilanBukan Penghasilan

Page 105: PPh badan 2

PPh psl 21PPh psl 21

a.a. Ditanggung Ditanggung Pemberi Kerja Pemberi Kerja (hitungan (hitungan metode biasa)metode biasa)

b.b. Ditunjang Ditunjang Pemberi kerja Pemberi kerja (hitungan (hitungan metode gross metode gross up)up)

Bukan biayaBukan biaya

BiayaBiaya

Bukan penghasilanBukan penghasilan

PenghasilanPenghasilan

Natura dan Natura dan kenikmatan lainkenikmatan lain

Bukan BiayaBukan Biaya Bukan penghasilanBukan penghasilan

Page 106: PPh badan 2

Contoh Hubungan istimewaContoh Hubungan istimewa Seorang tenaga ahli yang merupakan pemegang saham Seorang tenaga ahli yang merupakan pemegang saham

dari suatu badan memberikan jasa kepada badan dari suatu badan memberikan jasa kepada badan tersebut dengan memperoleh imbalan sebesar tersebut dengan memperoleh imbalan sebesar

Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh tenaga ahli lain yang setara hanya dibayar sebesar tenaga ahli lain yang setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), jumlah sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiahRp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) tidak boleh ) tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Bagi tenaga ahli yang juga dibebankan sebagai biaya. Bagi tenaga ahli yang juga sebagai pemegang saham tersebut jumlah sebesar sebagai pemegang saham tersebut jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dimaksud dimaksud dianggap sebagai dividen.dianggap sebagai dividen.

Page 107: PPh badan 2

Harta yang dihibahkan, bantuan Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisanatau sumbangan, dan warisan

(psl 9 ayat 1 huruf g uu PPh)(psl 9 ayat 1 huruf g uu PPh)

harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

Page 108: PPh badan 2

Beban PPh Beban PPh (psl 9 ayat 1 huruf h uu (psl 9 ayat 1 huruf h uu PPh)PPh)

Yang dimaksudkan dengan Pajak Yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang adalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. bersangkutan.

Page 109: PPh badan 2

Biaya untuk keperluan pribadi WPBiaya untuk keperluan pribadi WP

Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya, atau orang yang menjadi tanggungannya, pada hakekatnya merupakan penggunaan pada hakekatnya merupakan penggunaan penghasilan oleh Wajib Pajak yang penghasilan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu biaya bersangkutan. Oleh karena itu biaya tersebut tersebut tidak boleh dikurangkan dari tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaanpenghasilan bruto perusahaan

Page 110: PPh badan 2

Gaji yang diterima oleh anggota Gaji yang diterima oleh anggota persekutuanpersekutuan

Anggota firma, persekutuan dan perseroan Anggota firma, persekutuan dan perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai satu atas saham diperlakukan sebagai satu kesatuan, sehingga tidak ada imbalan kesatuan, sehingga tidak ada imbalan sebagai gaji.sebagai gaji.

Dengan demikian gaji yang diterima oleh Dengan demikian gaji yang diterima oleh anggota persekutuan, firma, atau perseroan anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, bukan merupakan pembayaran atas saham, bukan merupakan pembayaran yang boleh dikurangkan dari penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto badan tersebut. bruto badan tersebut.

Page 111: PPh badan 2

Sanksi pajak Sanksi pajak (psl 9 ayat 1 huruf k uu PPh)(psl 9 ayat 1 huruf k uu PPh)

• Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Page 112: PPh badan 2

Pengeluaran untukmempunyai masa Pengeluaran untukmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahunmanfaat lebih dari 1 (satu) tahun

Pengeluaran untuk mendapatkan, Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, dibebankan sekaligus, melainkan melainkan dibebankan melalui penyusutan atau dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A. Pasal 11 atau Pasal 11A.

Page 113: PPh badan 2

Biaya SDM yang bisa dibebankan dan tidak sebagai biaya

Page 114: PPh badan 2

Biaya sumber daya manusiaBiaya sumber daya manusia

Dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 6(1) a) dan Dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 6(1) a) dan bagi penerima merupakan obyek PPh pasal 21 dan bagi penerima merupakan obyek PPh pasal 21 dan dipotong PPh pasal 21 (pasal 4(1) a)dipotong PPh pasal 21 (pasal 4(1) a)

Tidak dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 9(1) Tidak dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 9(1) e) dan bagi penerima bukan obyek PPh pasal 21 dan e) dan bagi penerima bukan obyek PPh pasal 21 dan tidak dipotong PPh pasal 21 (pasal 4(3) d)tidak dipotong PPh pasal 21 (pasal 4(3) d)

Dapat dikurangkan oleh pemberi kerja yg berkaitan Dapat dikurangkan oleh pemberi kerja yg berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan (KMK N0. dengan pelaksanaan pekerjaan (KMK N0. 466/KMK.04/2000 dan Kepdirjen 213/PJ/2001) dan bagi 466/KMK.04/2000 dan Kepdirjen 213/PJ/2001) dan bagi penerima bukan obyek PPh pasal 21penerima bukan obyek PPh pasal 21

Tidak dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi Tidak dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja dan bagi penerima merupakan obyek PPh pasal 21 kerja dan bagi penerima merupakan obyek PPh pasal 21 (SE-16/PJ.44/1992(SE-16/PJ.44/1992))

Page 115: PPh badan 2

Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan merupakan obyek PPh Pasal 21

Gaji/UpahGaji/Upah Tunjangan: Keluarga, transport, prestasi, perum dsbTunjangan: Keluarga, transport, prestasi, perum dsb Premi asuransi jiwa pegawai yang dibayar perush, Premi asuransi jiwa pegawai yang dibayar perush,

termasuk Premi JKK dan Premi JKMtermasuk Premi JKK dan Premi JKM Uang lembur, uang transport, honor dsb.Uang lembur, uang transport, honor dsb. Penggantian pengobatanPenggantian pengobatan Tunjangan PPh. Pasal 21 maks sebesar yg terhutangTunjangan PPh. Pasal 21 maks sebesar yg terhutang THRTHR Bonus atas prestasi kerjaBonus atas prestasi kerja

Page 116: PPh badan 2

Biaya SDM yang tidak dapat dikurangkan dan bukan obyek PPh Pasal 21

Sembako : beras, gula, minyak, dsbSembako : beras, gula, minyak, dsb Rekreasi, piknik, olahragaRekreasi, piknik, olahraga PPh pasal 21 dibayar perusahaanPPh pasal 21 dibayar perusahaan Cuti pegawaiCuti pegawai PengobatanPengobatan PerumahanPerumahan PakaianPakaian

Page 117: PPh badan 2

Biaya SDM dapat dikurangkan yg berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan dan bukan obyek PPh Pasal 21

1.1. Bukan daerah TerpencilBukan daerah Terpencil Penyediaan makan dan minum untuk seluruh Penyediaan makan dan minum untuk seluruh

pegawai ditempat kerjapegawai ditempat kerja Pakaian dan peralatan bagi peg. Pemadam Pakaian dan peralatan bagi peg. Pemadam

kebakaran, proyek, seragam pabrik, hansip dan kebakaran, proyek, seragam pabrik, hansip dan satpam, penginapan u/ awak kpl/psw, satpam, penginapan u/ awak kpl/psw, antarjemputantarjemput

2.2. Daerah terpencilDaerah terpencil Tempat tinggal sepanjang dilokasi bkrja tidak Tempat tinggal sepanjang dilokasi bkrja tidak

ada tempat tinggal yang dapat disewaada tempat tinggal yang dapat disewa Pelayanan kesehatan, pendidikan dan Pelayanan kesehatan, pendidikan dan

pengangkutan sepanjang dilokasi bkrja tidak adapengangkutan sepanjang dilokasi bkrja tidak ada

Page 118: PPh badan 2

Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan bukan obyek PPh pasal 21

Premi JHT yang dibayar perusahaan ke PT Premi JHT yang dibayar perusahaan ke PT JamsostekJamsostek

Iuran pensiun yang dibayar perusahaan ke Dana Iuran pensiun yang dibayar perusahaan ke Dana Pensiun yang sudah disahkan MENKEU RIPensiun yang sudah disahkan MENKEU RI

Biaya pendidikan, seminar, lokakaryaBiaya pendidikan, seminar, lokakarya Biaya perjalanan dinasBiaya perjalanan dinas

Page 119: PPh badan 2

Biaya SDM tidak dapat dikurangkan tapi obyek PPh Pasal 21

• Pembayaran bonus, • gratifikasi, • jasa produksi, • tantiem dan sebagainya

Merupakan bagian keuntungan (pembagian laba) atau dibebankan ke laba yang ditahan

Page 120: PPh badan 2

Biaya SDM yang tidak dapat Biaya SDM yang tidak dapat dikurangkandikurangkan

Tidak dapat dikurangkan apabila pembayaran yang Tidak dapat dikurangkan apabila pembayaran yang melebihi kewajaranmelebihi kewajaran kepada pemegang saham atau yang kepada pemegang saham atau yang mempunyai hubungan istimewa (25% atau lebih) sebagai mempunyai hubungan istimewa (25% atau lebih) sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukanimbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggotaanggota

Biaya yang dibebankan atau di keluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau di keluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungannyatanggungannya

Gaji yang dibayarkan kepada anggita persekutuan, firma Gaji yang dibayarkan kepada anggita persekutuan, firma atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas sahamatas saham

Page 121: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

Pasal 10 (6)Pasal 10 (6) Selisih lebih penilaian harga pokok Selisih lebih penilaian harga pokok

penjualan yang menggunakan metode penjualan yang menggunakan metode LIFO (LIFO (Last In First OutLast In First Out))

Berbasis Pasal 11Berbasis Pasal 11 Jumlah melebihi biaya penyusutan Jumlah melebihi biaya penyusutan

yang ditetapkan oleh undang-undang yang ditetapkan oleh undang-undang PPh PPh

Page 122: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

PP No 138 Tahun 2000PP No 138 Tahun 2000

Pasal 3 Pasal 3 Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan

sebagaimana dimasud pasal 9 ayat (8) huruf f dan g sebagaimana dimasud pasal 9 ayat (8) huruf f dan g UU PPN UU PPN sepanjang sepanjang tidak dapat tidak dapat dibuktikan benar dibuktikan benar telah dibayartelah dibayar . .

Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU penghasilan kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU PPhPPh

Page 123: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

PP No 138 Tahun 2000PP No 138 Tahun 2000

Pasal 4 Pasal 4 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan:penghasilan: Yang bukan objek pajakYang bukan objek pajak Yang pengenaan pajaknya bersifat finalYang pengenaan pajaknya bersifat final Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau

norma penghitungan penghasilan neto dan norma khususnorma penghitungan penghasilan neto dan norma khusus

PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali:kecuali: PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen, PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen, sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajakdasar untuk pemotongan pajak

Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh dibiayakan)dibiayakan)

Page 124: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

PP No 138 Tahun 2000PP No 138 Tahun 2000Pasal 4 Pasal 4 Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan

tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan yang merupakan objek pajakyang merupakan objek pajak

Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncakContoh: Perusahan mempunyai vila di puncak

• Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakanDijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan• Dijual = untung, menjadi objek pajakDijual = untung, menjadi objek pajak

Pasal 5Pasal 5 Nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada Nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada

pegawainyapegawainya

Page 125: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994 Bunga pinjaman selama masa konstruksi yang tidak Bunga pinjaman selama masa konstruksi yang tidak

dikapitalisir menjadi komponen harga pokok atau dikapitalisir menjadi komponen harga pokok atau harga perolehan aset. harga perolehan aset.

• Contoh : pembangunan gedung

Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002 50% dari biaya pemakaian telepon seluler yang 50% dari biaya pemakaian telepon seluler yang

meliputi beban penyusutan, biaya meliputi beban penyusutan, biaya berlangganan/pengisian ulang pulsa perbaikanberlangganan/pengisian ulang pulsa perbaikan

50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan, yang 50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan, yang meliputi beban penyusutan dan biaya pemeliharaan / meliputi beban penyusutan dan biaya pemeliharaan / perbaikan rutinperbaikan rutin

Page 126: PPh badan 2

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986 Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya

sepanjang tidak ada hubungannya dengan kegiatan sepanjang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha WP dan tidak dibuatkan daftar nominatif dan usaha WP dan tidak dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan pada SPT tahunan PPhdilampirkan pada SPT tahunan PPh

SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995 Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata

pinjaman sama besar atau lebih kecil dibandingkan pinjaman sama besar atau lebih kecil dibandingkan rata-rata deposito / tabunganrata-rata deposito / tabungan

Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata pinjaman Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata pinjaman lebih besar dibandingkan rata-rata depositolebih besar dibandingkan rata-rata deposito

Page 127: PPh badan 2

SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995 Contoh penghitungan biaya bungaContoh penghitungan biaya bunga

Pokok PinjamanPokok Pinjaman Tingkat BungaTingkat Bunga Masa PinjamanMasa Pinjaman Jumlah PinjamanJumlah Pinjaman

00 15%15% JanJan 00

125 M125 M 15%15% Feb s.d MeiFeb s.d Mei 500 M500 M

150 M 150 M 15%15% Juni s.d. JuliJuni s.d. Juli 300 M300 M

200 M 200 M 15%15% Agt s.d. DesAgt s.d. Des 1.000 M1.000 M

Jumlah Saldo PinjamanJumlah Saldo Pinjaman 1.800 M1.800 M

Rata-rata Saldo Pinjaman/bulan (1.800/12)Rata-rata Saldo Pinjaman/bulan (1.800/12) 150 M150 M

Rincian Saldo Pinjaman Bank

Page 128: PPh badan 2

Saldo DepositoSaldo Deposito Tingkat BungaTingkat Bunga Masa DepositoMasa Deposito Jumlah DepositoJumlah Deposito

00 9%9% JanJan 00

25 M25 M 9%9% Feb s.d MarFeb s.d Mar 50 M50 M

46 M46 M 9%9% Apr s.d. AgtApr s.d. Agt 230 M230 M

50 M50 M 9%9% Sep s.d. DesSep s.d. Des 200 M200 M

JumlahJumlah 480 M480 M

Saldo Rata-rata DepositoSaldo Rata-rata Deposito 40 M40 M

Rincian saldo Deposito/tabunganRincian saldo Deposito/tabungan

Biaya bunga yang dapat dibebankan:Biaya bunga yang dapat dibebankan:

15% x (150 M – 40 M) = Rp 16,5 M15% x (150 M – 40 M) = Rp 16,5 M

Page 129: PPh badan 2

PENYUSUTANPENYUSUTAN

Page 130: PPh badan 2

Penyusutan (psl 11 UU PPh)Penyusutan (psl 11 UU PPh)

Pengeluaran untuk memperoleh Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai harta berwujud yang mempunyai masa masa manfaat lebih dari satu tahunmanfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan sebagai biaya harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapat,menagih dan untuk mendapat,menagih dan memelihara penghasilan dengan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasi pengeluaran cara mengalokasi pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut selama masa manfaat harta berwujud melalui penyusutanberwujud melalui penyusutan

Page 131: PPh badan 2

• Pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh tanah,hak milik,termasuk tanah berstatus HGB,hak guna usaha,dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan kecuali tanah tersebut dipergunakan didalam perusahan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan

• Misalnya tanah dipakai untuk perusahan genteng,keramik atau batu bata

Page 132: PPh badan 2

Ketentuan mengenai Ketentuan mengenai penyusutanpenyusutan

• Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dengan metode garis lurus (straight-line method) dan atau metode saldo menurun (declining balance method) secara taat azas.

• Khusus bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus.

• Penyusutan untuk pertama kali dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.

Page 133: PPh badan 2

Metode penyusutanMetode penyusutan

Metode penyusutan yang dibolehkan Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini dilakukan:berdasarkan ketentuan ini dilakukan:

Dalam bagian-bagian yang sama besar Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau atau straight-line method); atau

Dalam bagian-bagian yang menurun Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method). menurun atau declining balance method).

Page 134: PPh badan 2

Contoh penggunaan metode garis Contoh penggunaan metode garis luruslurus

• Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutannya setiap tahun adalah sebesar Rp50.000.000,00 (Rp1.000.000.000,00 : 20).

Page 135: PPh badan 2

Contoh penggunaan metode saldo Contoh penggunaan metode saldo menurunmenurun

• Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2009 dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut.

Page 136: PPh badan 2

Metode Declining Balance method Metode Declining Balance method Harga perolehan Rp 150.000.000Harga perolehan Rp 150.000.000

Tahun Tarif Penyusutan

Nilai Sisa Buku

2009 50 % 75.000.000 75.000.000

2010 50% 37.500.000 37.500.000

2011 50% 18.750.000 18.750.000

2012 50% 18.750.000 0

Page 137: PPh badan 2

• Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas.

Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun.

Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.

Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.

Page 138: PPh badan 2

• Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.

Contoh 1:

Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2009 dan selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2010. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2010.

Page 139: PPh badan 2

• Berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, saat mulainya penyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan. Saat mulai menghasilkan dalam ketentuan ini dikaitkan dengan saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan.

Contoh:

PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 2009. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2010. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun 2010.

Page 140: PPh badan 2

• Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

• Dasar penyusutan atas harta yang telah dilakukan penilaian kembali (revaluasi) adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.

Page 141: PPh badan 2

• Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta atau pada tahun terjadinya penggantian asuransi atas persetujuan Direktur Jenderal Pajak.

• Apabila terjadi pengalihan harta dalam rangka bantuan

sumbangan atau hibah yang memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

Page 142: PPh badan 2

PENYUSUTAN PENYUSUTAN (Pasal 11 UU PPh)(Pasal 11 UU PPh)

Adalah mekanisme pembebanan atas pengeluaran yg Adalah mekanisme pembebanan atas pengeluaran yg masa manfaatnya lebih dari 1 (satu) th yg berkaitan masa manfaatnya lebih dari 1 (satu) th yg berkaitan dengan aktiva tetap berwujud.dengan aktiva tetap berwujud.

Contoh Pengeluaran yang dapat disusutkan secara fiskal Contoh Pengeluaran yang dapat disusutkan secara fiskal adalah pengeluaran untuk pembelian, pendirian, adalah pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, dan perubahan harta berwujud.penambahan, perbaikan, dan perubahan harta berwujud.

Penentuan harga perolehan disamping nilai pembelian Penentuan harga perolehan disamping nilai pembelian dimasukkan juga biaya-biaya perolehan : bea impor, dimasukkan juga biaya-biaya perolehan : bea impor, Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan, setiap Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan, setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aktiva siap digunakan, termasuk : Initial delivery, aktiva siap digunakan, termasuk : Initial delivery, installation cost, biaya persiapan tempat, biaya installation cost, biaya persiapan tempat, biaya profesional (arsitek, insinyur dsb), sedang potongan profesional (arsitek, insinyur dsb), sedang potongan harga/rabat mengurangi harga perolehan.harga/rabat mengurangi harga perolehan.

Page 143: PPh badan 2

HARTA YG DAPAT DISUSUTKANHARTA YG DAPAT DISUSUTKAN

Harta yang dimiliki dan digunakan untuk Harta yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang penghasilan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, kecuali tanah.

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahunsatu tahun

Page 144: PPh badan 2

HARTA YG TDK DAPAT HARTA YG TDK DAPAT DISUSUTKANDISUSUTKAN

Tanah, termasuk HGB, HGU, Hak Pakai untuk pertama kalinya. Kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian. Sama dengan akuntansi.

Harta berwujud yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut PPh tidak dapat disusutkan adalah ;

1. Aktiva yang merupakan natura dan kenikmatan bagi pegawai (rumah dinas), kecuali:

Hand Phone dan Sedan (dinas) bisa disusutkan dengan pengakuan 50% dari Harga Perolehannya

Kendaraan u/ antar jemput pegawai

Page 145: PPh badan 2

2. Aktiva yang masih status SGU (2. Aktiva yang masih status SGU (leasing) leasing) dengan Hak Opsidengan Hak Opsi

3. Harta yang dimiliki WP yang tidak digunakan 3. Harta yang dimiliki WP yang tidak digunakan untuk 3 M penghasilan obyek PPh. Apabila untuk 3 M penghasilan obyek PPh. Apabila dijual laba (rugi) dihitung berdasarkan harga dijual laba (rugi) dihitung berdasarkan harga jual dikurangi harga perolehan : jual dikurangi harga perolehan :

- laba merupakan obyek pajak- laba merupakan obyek pajak

- rugi, tidak boleh dikurangkan dari - rugi, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan brutopenghasilan bruto..

Page 146: PPh badan 2

Tabel Penyusutan Fiskal

.. KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN BERWUJUD MAN- FAAT

GARIS LURUS SALDO MENURUN

1. BUKAN BANGUNAN

- KELOMPOK 1 - KELOMPOK 2 - KELOMPOK 3 - KELOMPOK 4

4 THN 25 % 50 % 8 THN 12,5 % 25 % 16 THN 6,25 % 12,5 % 20 THN 5 % 10 %

2. BANGUNAN

- PERMANEN 20 THN 5 % - TDK PERMANEN 10 THN 10 %

Page 147: PPh badan 2

JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN (KEPERLUAN PENYUSUTAN ( 96/PMK.03/2009) 96/PMK.03/2009)

Daftar penyusutan yang berlaku saat ini mencabut Daftar penyusutan yang berlaku saat ini mencabut KMK.138/KMK.03/2002KMK.138/KMK.03/2002,,

(1) Untuk keperluan penyusutan, harta berwujud bukan (1) Untuk keperluan penyusutan, harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat sebagaimana bangunan sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) Undang-undangUndang-undang NomorNomor 7 7 TahunTahun 1983 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan kali diubah terakhir dengan Undang-undangUndang-undang NomorNomor 36 36 TahunTahun 2008 2008 dikelompokkan menjadi Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dikelompokkan menjadi Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4. dan Kelompok 4.

(2) Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan pada (2) Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan pada Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4 Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan ditetapkan dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini. Keuangan ini.

Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1), Wajib Pajak dapat Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1), Wajib Pajak dapat memperoleh penetapan masa manfaat atas jenis-jenis harta memperoleh penetapan masa manfaat atas jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat yang berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya. sesungguhnya.

Page 148: PPh badan 2

TATA CARA PERMOHONAN DAN PENETAPAN MASA MANFAATTATA CARA PERMOHONAN DAN PENETAPAN MASA MANFAATYANG SESUNGGUHNYA ATAS HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNANYANG SESUNGGUHNYA ATAS HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN

UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTANPER DIR JEND PAJAK UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTANPER DIR JEND PAJAKNOMOR PER - 55/PJ/2009NOMOR PER - 55/PJ/2009

Dalam hal Wajib Pajak dapat menunjukkan masa manfaat yang Dalam hal Wajib Pajak dapat menunjukkan masa manfaat yang sesungguhnya dari suatu harta berwujud bukan bangunan sesungguhnya dari suatu harta berwujud bukan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak dapat dimasukkan ke sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok 3, Wajib pajak harus mengajukan permohonan untuk dalam kelompok 3, Wajib pajak harus mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan tersebut sesuai penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan tersebut sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya kepada Direktur Jenderal dengan masa manfaat yang sesungguhnya kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang Pajak melalui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar. membawahi KPP tempat Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar.

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dan dilampiri:Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dan dilampiri:

penjelasan terperinci mengenai aktiva; penjelasan terperinci mengenai aktiva; spesifikasi aktiva dari produsen; spesifikasi aktiva dari produsen; perkiraan umur aktiva/masa manfaat ekonomis dari Penilai Publik; dan perkiraan umur aktiva/masa manfaat ekonomis dari Penilai Publik; dan dokumen teknis pendukung dari produsen mengenai masa manfaat dokumen teknis pendukung dari produsen mengenai masa manfaat

aktiva. aktiva.

Page 149: PPh badan 2

Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Langkah-langkah Menghitung Penyusutan FiskalFiskal

Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva) Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva) dengan menggunakan Keputusan Menteri Keuangan dengan menggunakan Keputusan Menteri Keuangan No. 138/KMK.04/2002.No. 138/KMK.04/2002.

Tarif penyusutan dan masa manfaat masing-masing Tarif penyusutan dan masa manfaat masing-masing aktiva diketahui.aktiva diketahui.

Hitung biaya penyusutan tahun tersebut = Hitung biaya penyusutan tahun tersebut = Tarif x Dasar PenyusutanTarif x Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan adalah sebagai berikut, untuk Dasar penyusutan adalah sebagai berikut, untuk metode garis lurus adalah Harga Perolehan, sedang metode garis lurus adalah Harga Perolehan, sedang Untuk Saldo Menurun adalah NSBF Akhir Tahun Untuk Saldo Menurun adalah NSBF Akhir Tahun Sebelumnya.Sebelumnya.

Page 150: PPh badan 2

Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal 2Fiskal 2

Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai residu.residu.

Penyusutan aktiva diperinci per individu dan Penyusutan aktiva diperinci per individu dan untuk peralatan yang kecil-kecil (Small Tools) untuk peralatan yang kecil-kecil (Small Tools) boleh digabungkan.boleh digabungkan.

Saat dimulai penyusutan adalah Saat dimulai penyusutan adalah bulan diperolehbulan diperoleh atau atau terjadi pengeluaranterjadi pengeluaran atau atau bulan selesainya bulan selesainya aktiva dibuat/dibangunaktiva dibuat/dibangun.. Tetapi dengan seijin Tetapi dengan seijin Direktorat Jendral Pajak boleh menyusutkan pada Direktorat Jendral Pajak boleh menyusutkan pada saat aktiva tersebut sudah memperoleh saat aktiva tersebut sudah memperoleh penghasilan atau digunakan.penghasilan atau digunakan.

Sebelum 1 Jan 2001 pendekatan yang dipakai Sebelum 1 Jan 2001 pendekatan yang dipakai tahun penuh……..tahun penuh……..

Page 151: PPh badan 2

Penyusutan secara akuntansiPenyusutan secara akuntansi

• Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.

• Logika umum : Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi .

• Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut.

• Metode apapun yang dipergunakan, hendaknya diterapkan secara konsisten.

Page 152: PPh badan 2

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya PenyusutanBiaya Penyusutan

• Harga Perolehan (Acquisition Cost) • Nilai Residu (Salvage Value)

Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi.

• Keu LSM

Page 153: PPh badan 2

Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :- - Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinyamungkin sudah menurun fungsinya).).

- Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva - Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaanya. tersebut dalam penggunaanya.

Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya : furniture/mebeler, bersifat dekoratif (misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb). hiasan dinding, dsb).

Page 154: PPh badan 2

Metode-metode Metode-metode Penyusutan (Depreciation Penyusutan (Depreciation

Method)Method) . . Metode Garis Lurus (Straight Line Method)Metode Garis Lurus (Straight Line Method)Konsep dasarnya : Metode ini menganggap aktiva tetap akan Metode ini menganggap aktiva tetap akan

memberikan kontribusi yang merata (tanpa memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.

Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.

Page 155: PPh badan 2

Metode Saldo Menurun (Declining Balance Metode Saldo Menurun (Declining Balance MethodMethod))

Konsep Dasarnya :Konsep Dasarnya : Aktiva tetap dianggap akan memberikan Aktiva tetap dianggap akan memberikan

kontribusi terbesar pada periode diawal-awal kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.yaitu jenis aktiva mesin produksi.

Page 156: PPh badan 2

AMORTISASIAMORTISASI

Page 157: PPh badan 2

Amortisasi Amortisasi (psl 11A uu PPh)(psl 11A uu PPh)

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan,hak gunaperpanjangan hak guna bangunan,hak guna usaha,hak pakaiusaha,hak pakai dan dan goodwillgoodwill yang mempunyai masa yang mempunyai masa mafaat lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mafaat lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan dilakukan dalam bagian bagian yang sama besar atau dilakukan dalam bagian bagian yang sama besar atau dalam bagian bagian yang menurun selama masa dalam bagian bagian yang menurun selama masa manfaat,yang dihitung dengan cara menerapkan tarif manfaat,yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asassekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas

Page 158: PPh badan 2

Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud melalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak melalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.

Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah biaya bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya, berwenang untuk pertama kalinya, sedangkan biaya perpanjangan hak sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikan selama guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut.jangka waktu hak-hak tersebut.

Page 159: PPh badan 2

Contoh Aktiva Tetap Tak Contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud Berwujud (Intangible Asset)(Intangible Asset)

a. Hak Sewa (Lease Hold)a. Hak Sewa (Lease Hold) Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu

(sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). pembuat akte (notaris).

b. Organization Cost.b. Organization Cost. Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi

sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi.masih beroperasi.

Lie Dharma PutraLie Dharma Putra

Page 160: PPh badan 2

C. Perijinan (Permit & Licences)C. Perijinan (Permit & Licences)

Perijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari Perijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.berwujud.

Page 161: PPh badan 2

d. Hak Patentd. Hak Patent Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu

penemuan tertentu. Dimana atas penemuan penemuan tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.system, atau cara tertentu.

e. Merk Dagang (Trade Mark)e. Merk Dagang (Trade Mark) Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat

TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu. mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.

Page 162: PPh badan 2

f. Hak Penggandaan (Copyright)f. Hak Penggandaan (Copyright) Copyright adalah hak yang berikan atas suatu Copyright adalah hak yang berikan atas suatu

penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya. mengedarkannya.

g. Franchiseg. Franchise Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu

usaha tertentu, atau memasarkan produknya, usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise. yang memberikan hak franchise.

h. Goodwillh. Goodwill

Page 163: PPh badan 2

Goodwill (muhibah)Goodwill (muhibah)

• Goodwill merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan kelebihan pembayaran atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud yang merepresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai buku yang dibayar oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan perusahaan lain.

• Nilai harta yang tidak berwujud, berupa kemampuan untuk memperoleh laba, seperti hubungan baik, letak yang menguntungkan; nilai tersebut diikutsertakan dalam menetapkan harga satu perusahaan, yang baru dapat diperhitungkan pada saat perusahaan dijual. .

• Goodwill, adalah nama baik perusahaan yang melekat pada perusahaan itu sendiri. Dengan goodwill maka barang yang diproduksi dipercaya dan dibeli oleh masyarakat.

Page 164: PPh badan 2

goodwillgoodwill

GoodwillGoodwill masuk ke dalam kolompok Aktiva Tetap Tak masuk ke dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset), goodwill merupakan Aktiva Berwujud (Intangible Asset), goodwill merupakan Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian goodwill termasuk yang paling sulit diukur artian goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung. apalagi untuk dihitung.

Dari sekian lama perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep Dari sekian lama perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep mengenai goodwill mengalami perubahan demi perubahan. Di mengenai goodwill mengalami perubahan demi perubahan. Di awal-awal, goodwill dianggap sebagai nilai lebih dari suatu awal-awal, goodwill dianggap sebagai nilai lebih dari suatu perusahaan di mata customer-nya, belakangan konsep mengenai perusahaan di mata customer-nya, belakangan konsep mengenai goodwill semakin berkembang, dimana banyak pelaku bisnis dan goodwill semakin berkembang, dimana banyak pelaku bisnis dan accountant menganggap bahwa goodwill merupakan hasil dari accountant menganggap bahwa goodwill merupakan hasil dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari investorkemampuan perusahaan memperoleh laba dari investor . .

Page 165: PPh badan 2

Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabila perusahaan membeli perusahaan pada buku apabila perusahaan membeli perusahaan lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas perusahaan yang dibelinya. perusahaan yang dibelinya.

GoodwillGoodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuisisi.merger atau akuisisi.

Page 166: PPh badan 2

AMORTISASIAMORTISASI

AmortisasiAmortisasi adalah pengurangan nilai adalah pengurangan nilai aktivaaktiva tidaktidak berwujudberwujud, seperti , seperti merekmerek dagangdagang, , hakhak ciptacipta, dan lain-lain, , dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap setiap periodeperiode akuntansiakuntansi. Pengurangan ini dilakukan . Pengurangan ini dilakukan dengan dengan mendebitmendebit akunakun bebanbeban amortisasi terhadap akun amortisasi terhadap akun aktivaaktiva. .

Amortisasi atas pengeluaran harta tak berwujud dan Amortisasi atas pengeluaran harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dengan metode memelihara penghasilan, dilakukan dengan metode garis lurus (straight-line method) dan atau metode saldo garis lurus (straight-line method) dan atau metode saldo menurun (declining balance method) secara taat azas.menurun (declining balance method) secara taat azas.

Page 167: PPh badan 2

Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan tabel masa manfaat dan tarif amortisasi. tabel masa manfaat dan tarif amortisasi.

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. satuan produksi.

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya, dilakukan dengan alam serta hasil alam lainnya, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% setahun. setahun.

Page 168: PPh badan 2

Metode satuan produksiMetode satuan produksi dilakukan dengan dilakukan dengan menerapkan persentase amortisasi yang besarnya menerapkan persentase amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi.lokasi tersebut yang dapat diproduksi.

Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan. pajak yang bersangkutan.

. .

Page 169: PPh badan 2

Apabila terjadi pengalihan harta dalam Apabila terjadi pengalihan harta dalam rangka bantuan sumbangan atau hibah rangka bantuan sumbangan atau hibah berupa harta tak berwujud yang berupa harta tak berwujud yang memenuhi syarat sebagai bukan Objek memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak, Pajak, maka jumlah nilai sisa buku harta maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

Page 170: PPh badan 2

METODEGARIS LURUS

METODE SALDO

MENURUN

PADA AKHIR MASA MANFAATDIAMORTISASI

SEKALIGUS(CLOSED ENDED)

AMORTISASIPasal 11A ayat (1)

Page 171: PPh badan 2

Tabel Amortisasi Fiskal

.. KEL. HARTA MASA TARIF AMORTISASI BERWUJUD MAN- FAAT

GARIS LURUS SALDO MENURUN

- KELOMPOK 1 - KELOMPOK 2 - KELOMPOK 3 - KELOMPOK 4

4 THN 25 % 50 % 8 THN 12,5 % 25 % 16 THN 6,25 % 12,5 % 20 THN 5 % 10 %

Page 172: PPh badan 2

TARIF BERDASARKANKELOMPOK HARTA ATAU DIBEBANKAN SEKALIGUS PADA TAHUN TERJADINYA

PENGELUARAN

METODE SATUANPRODUKSI

TARIF BERDASARKANKELOMPOK HARTA

1. BIAYA PENDIRIAN2. BIAYA PERLUASAN MODAL

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK

PENAMBANGAN MIGAS

PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMERSIL YANG

MASA MANFAAT > 1 TAHUN

1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL ALAM LAINNYA

METODE SATUAN PRODUKSI

SETINGGI-TINGGINYA 20 % SETAHUN

MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI TERTENTU

Page 173: PPh badan 2

CONTOH :• PENGELUARAN UNTUK HAK PENGUSAHAAN HUTAN Rp

500.000.000,00.• POTENSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN 10.000.000 TON

KAYU• JIKA DALAM SATU THN PAJAK JML PRODUKSI 3.000.000

TON KAYU YG BERARTI 30 % DARI POTENSI YG ADA, • AMORTISASI YG DIPERKENANKAN UTK DIKURANGKAN

DARI PENGHASILAN BRUTO PD TAHUN TSB SEBESAR 20 % (JUMLAH MAKSIMUM) DARI PENGELUARAN ATAU Rp 100.000.000,00

CONTOH #1:

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH :- HAK PENAMBANGAN SELAIN MINYAK DAN GAS BUMI- HAK PENGUSAHAAN HUTAN ATAU HASIL ALAM LAINNYA- HAK PENGUSAHAAN HASIL LAUT

Page 174: PPh badan 2

Contoh.2Contoh.2

• PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp 500.000.000,00. Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalah sebanyak 200.000.000 barel. Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000 barel, PT X menjual hak penambangan tersebut kepada pihak lain dengan harga sebesar Rp 300.000.000,00.

• Penghitungan penghasilan dan kerugian dari penjualan hak tersebut dan pembukuannya adalah sebagai berikut:

Harga perolehan Rp 500.000.000,00 Amortisasi yang telah dilakukan : 100.000.000 / 200.000.000 barel (50%)x Rp 500.000.000

= Rp 250.000.000,00 Nilai sisa buku harta Rp 250.000.000,00 Harga jual harta Rp 300.000.000,00 Dalam pembukuan, nilai sisa buku sebesar Rp 250.000.000,00 dicatat sebagai kerugian sedang harga jual sebesar Rp 300.000.000,00 dicatat sebagai penghasilan.

Page 175: PPh badan 2

TARIFTARIFPPhPPh

Page 176: PPh badan 2

Tarif Umum PPhTarif Umum PPh

Tarif Pajak biasanya sudah ditetapkan dalam Tarif Pajak biasanya sudah ditetapkan dalam uu PPh menetapkan tarif pajak yang berlaku uu PPh menetapkan tarif pajak yang berlaku secara umum di pasal 17 dan pasal 26secara umum di pasal 17 dan pasal 26

Tarif PPh yang ditentukan dalam pasal 17 Tarif PPh yang ditentukan dalam pasal 17 diterapkan terhadap diterapkan terhadap

WP Dalam Negeri (Badan,Orang WP Dalam Negeri (Badan,Orang Pribadi,Warisan belum terbagi) dan WP BUTPribadi,Warisan belum terbagi) dan WP BUT

Tarif pajak PPh pasal 26 diterapkan terhadap Tarif pajak PPh pasal 26 diterapkan terhadap WP Luar Negeri selain BUT atas penghasilan WP Luar Negeri selain BUT atas penghasilan tertentu yang diperoleh di Indonesia tertentu yang diperoleh di Indonesia

Page 177: PPh badan 2

TARIF WP BADANTARIF WP BADANs/d 2008s/d 2008::

Tahun 2009Tahun 2009 Tarif tunggal sebesar 28% Tarif tunggal sebesar 28% Mulai tahun 2010 diturunkan Mulai tahun 2010 diturunkan

menjadi 25%.menjadi 25%.

Page 178: PPh badan 2

Tarif PPh psl 26Tarif PPh psl 26

Besarnya tarif PPh psl 26 = 20 % Besarnya tarif PPh psl 26 = 20 % atas penghasilan Bruto tanpa PPNatas penghasilan Bruto tanpa PPN

Tarif pasal 26 diterapkan untuk Tarif pasal 26 diterapkan untuk menghitung PPh terhutang WP Luar menghitung PPh terhutang WP Luar Negeri selain BUT yang menjadi Negeri selain BUT yang menjadi residen dari negara yang belum residen dari negara yang belum mengadakan perjanjian perpajakan mengadakan perjanjian perpajakan dengan Indonesiadengan Indonesia

Page 179: PPh badan 2

Contoh PPh Ps.26Contoh PPh Ps.26

Mr. Yap yang berstatus WP LN selain BUT Mr. Yap yang berstatus WP LN selain BUT menerima penghasilan sehubungan dengan menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari PT.Abadi :pekerjaan dari PT.Abadi :

Januari Rp 30.000.000Januari Rp 30.000.000 April Rp 60.000.000April Rp 60.000.000 Atas penghasilan yang diterima Mr.Yap Atas penghasilan yang diterima Mr.Yap

terutang PPh psl 26 :terutang PPh psl 26 : Januari 20%x Rp 30.000.000 = Rp 6.000.000Januari 20%x Rp 30.000.000 = Rp 6.000.000 April 20%x Rp 60.000.000 = Rp April 20%x Rp 60.000.000 = Rp

12.000.00012.000.000

Page 180: PPh badan 2

Tarif KhususTarif Khusus Selain tarif umum pasal 17 ayat 7 uu PPh Selain tarif umum pasal 17 ayat 7 uu PPh

memberi wewenang kepada pemerintah memberi wewenang kepada pemerintah didalam PP untuk menerapkan tarip didalam PP untuk menerapkan tarip tersendiri atas penghasilan tertentu yang tersendiri atas penghasilan tertentu yang dikenai PPh bersifat finaldikenai PPh bersifat final

Namun tarif khusus juga diterapkan kepada Namun tarif khusus juga diterapkan kepada WP DN dan BUT atas penghasilan yang WP DN dan BUT atas penghasilan yang diterima tahun berjalan yang sifatnya uang diterima tahun berjalan yang sifatnya uang muka atau final (stelsel fiksi) seperti PPh psl muka atau final (stelsel fiksi) seperti PPh psl 21,22,23 dan PPh Final dan besarannya 21,22,23 dan PPh Final dan besarannya ditentukan oleh pejabat yang diberi ditentukan oleh pejabat yang diberi wewenangoleh uuwewenangoleh uu

Page 181: PPh badan 2

TARIF WP PERSEROAN TERBUKA

TARIF WP PERSEROAN TERBUKA

WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka memperoleh penurunan tarif sebesar 5% dari tarif WP badan yang berlaku sepanjang memenuhi syarat: paling sedikit 40% dari jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

persyaratan tertentu lainnya.

Page 182: PPh badan 2

FASILITAS PERPAJAKAN BAGI USAHA FASILITAS PERPAJAKAN BAGI USAHA KECILKECILFASILITAS PERPAJAKAN BAGI USAHA FASILITAS PERPAJAKAN BAGI USAHA KECILKECIL

WP badan dalam negeri dengan WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto peredaran bruto s.d Rp50 miliars.d Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang dikenakan dari tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai bagian peredaran bruto sampai dengan dengan Rp4,8 miliarRp4,8 miliar..

Apr 12, 2023 182

Page 183: PPh badan 2

CONTOH 1. PENGHITUNGAN CONTOH 1. PENGHITUNGAN

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar sebesar Rp4.500.000.000,00Rp4.500.000.000,00 dengan dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00.Rp500.000.000,00.Penghitungan pajak yang terutang:Penghitungan pajak yang terutang:Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.Pajak Penghasilan yang terutang:Pajak Penghasilan yang terutang:50% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,0050% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

04/12/23 183Apr 12, 2023 183

Page 184: PPh badan 2

CONTOH 2 .PENGHITUNGAN CONTOH 2 .PENGHITUNGAN

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 20092009 sebesar sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar sebesar Rp3.000.000.000,00Rp3.000.000.000,00..Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran 1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:bruto yang memperoleh fasilitas:(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x (Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00Rp3.000.000.000,00 = = Rp480.000.000,00Rp480.000.000,002.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran 2.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:bruto yang tidak memperoleh fasilitas:Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00Rp2.520.000.000,00Pajak Penghasilan yang terutang:Pajak Penghasilan yang terutang:-50%x 28% x Rp480.000.000,00 =Rp-50%x 28% x Rp480.000.000,00 =Rp 67.200.000,00 67.200.000,00-28% x Rp2.520.000.000,00 = -28% x Rp2.520.000.000,00 = RpRp 705.600.000,00705.600.000,00Jumlah PPh yang terutangJumlah PPh yang terutang RpRp 772.800.000,00772.800.000,00

04/12/23 184Apr 12, 2023 184

Page 185: PPh badan 2

Menghitung PKP bagi Menghitung PKP bagi BadanBadan

Omzet/peredaran usahaOmzet/peredaran usaha xxxx

Harga Pokok penjualanHarga Pokok penjualan xx xx ––

Laba brutoLaba bruto xxxx

Biaya-biayaBiaya-biaya xx xx --

Laba netoLaba neto xxxx

Kompensasi RugiKompensasi Rugi xx xx ––

Penghasilan Kena Pajak (PKP)Penghasilan Kena Pajak (PKP)xxxx

Page 186: PPh badan 2

KOMPENSASI KERUGIANKOMPENSASI KERUGIAN

Page 187: PPh badan 2

Yang dimaksud dengan Kompensasi Yang dimaksud dengan Kompensasi Rugi adalah: Rugi adalah:

KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUNKecuali Penanaman Modal pada Bidang Usaha / Daerah Tertentu paling lama 10 tahun

KOMPENSASI KERUGIANKOMPENSASI KERUGIAN

Page 188: PPh badan 2

Contoh Kompensasi Rugi:Contoh Kompensasi Rugi:Dalam tahun 2000 PT. X menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. X sbb :2001 : Rp 200.000.000 2004 : Rp 100.000.0002002 : (Rp 300.000.000) 2005 : Rp 800.000.0002003 : N I H I L 2006 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :Rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.200.000.000,00)Laba fiskal Thn 2001 Rp 200.000.000,00(+)Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)Rugi fiskal Thn 2002 (Rp 300.000.000,00)Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)Laba fiskal Thn 2003 N I H I L (+)Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)Laba fiskal Thn 2004 Rp 100.000.000,00(+)Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 900.000.000,00)Laba fiskal Thn 2005 Rp 800.000.000,00Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 100.000.000,00)

Rugi fiskal Thn 2002 (Rp 300.000.000,00)Laba fiskal Thn 2006 Rp 500.000.000,00 (+)Laba Kena Pajak Thn 2006 Rp 200.000.000,00

TIDAK BISA DIKOMPENSASIKANDENGAN LABA FISKAL THN 2006

Page 189: PPh badan 2

Kewajiban Pembukuan Didasarkan pada itikad baik atau pada Didasarkan pada itikad baik atau pada

“adat kebiasaan pedagang yang baik” dan “adat kebiasaan pedagang yang baik” dan mencerminkan keadaan atau kegiatan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnyausaha yang sebenarnya

Dilakukan secara taat asas dengan stetsel Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas atau stetsel akrual. Perubahan terhadap kas atau stetsel akrual. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun pajak metode pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas persetujuan Dirjen Pajakharus atas persetujuan Dirjen Pajak

Diselenggarakan di Indonesia dengan Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuanganyang diizinkan oleh Menteri Keuangan

Page 190: PPh badan 2

Proses PembukuanProses Pembukuan::

Laporan Keuangan

Lapkeu Fiskal

Berdasar PSAK

Berdasar UU Pajak dan peraturan

Laba /Penghasilan Neto Fiskal

Neraca, L/R, Arus Kas,

Ekuitas, dll

Rekonsiliasi Fiskal

Page 191: PPh badan 2

REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laporan keuangan komersial (laba komersial) yang berbeda secara permanen atau temporer dengan ketentuan fiskal untuk menyajikan dan/atau menghasilkan penghasilan neto / laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.

Page 192: PPh badan 2

Beda Permanen/Tetap1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan

sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan, atau sebaliknya.

2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final.

3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan dan sebaliknya misalnya: Biaya-biaya 3M penghasilan yang bukan obyek pajak atau

pengenaan pajaknya bersifat final. Penggantian/imbalan dalam bentuk natura atau

kenikmatan. Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan. Biaya-biaya yang tidak memenuhi syarat-syarat (daftar

nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas penghapusan piutang).

Page 193: PPh badan 2

Beda Temporer/WaktuBeda Temporer/Waktu

Perbedaan metode yang Perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya ;misalnya ;

··                  Metode penyusutanMetode penyusutan··                  Metode penilaian persediaanMetode penilaian persediaan··                  Penyisihan piutang tak Penyisihan piutang tak

tertagihtertagih··                  Rugi-laba selisih kursRugi-laba selisih kurs

Page 194: PPh badan 2

KREDIT PAJAKKREDIT PAJAK

Page 195: PPh badan 2

PASAL 22

PASAL 23

PASAL 24

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PEMOTONGAN PPh DARI DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,

HADIAH DAN PENGHARGAAN, DAN IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH

DIKREDITKAN

PASAL 25

PASAL 26 AYAT (5)

TIDAK BOLEH DIKREDITKAN

PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN SP LN YG MENJADI SP DN (TDK BERSIFAT FINAL)

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN

SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

KREDIT PAJAK BAGI WP BADAN DALAM NEGERI DAN BUT

Page 196: PPh badan 2

Kredit PPh Pasal 24Kredit PPh Pasal 24

PPh DI LUAR NEGERI ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI BOLEH DIKREDITKAN DENGAN PPh YANG TERUTANG DLM THN PAJAK YANG SAMA SEBESAR YANG TERKECIL ANTARA:

PAJAK PENGHASILAN YANG DIBAYAR/TERUTANG DI LUAR NEGERI

Jumlah Penghasilan Dari LNJumlah Penghasilan Dari LN

XX Total PPh terutangTotal PPh terutangPenghasilan Kena PajakPenghasilan Kena Pajak

Total PPh TerutangTotal PPh Terutang

KPLN DIHITUNG PER NEGARA ASAL PENGHASILAN

Page 197: PPh badan 2

PPh pasal 24PPh pasal 24

Pajak yang dipotong negara lain tempat WP Pajak yang dipotong negara lain tempat WP memperoleh Ph. Dapat dikreditkan karena digabung memperoleh Ph. Dapat dikreditkan karena digabung dengan Ph. WP di dalam negeri.dengan Ph. WP di dalam negeri.

Tatacara pengkreditan harus sesuai dengan KMK Tatacara pengkreditan harus sesuai dengan KMK 640/KMK.04/1994 jo KMK 164/KMK.03/2002640/KMK.04/1994 jo KMK 164/KMK.03/2002

Jml kredit pajak yg dibayar atau terutang di LN dpt Jml kredit pajak yg dibayar atau terutang di LN dpt dikreditkan paling tinggi sama dengan jml pajak yang dikreditkan paling tinggi sama dengan jml pajak yang telah dibayar atau terutang di LNtelah dibayar atau terutang di LN

Tdk blh lebih perhitungan perbandingan atr Ph dari LN Tdk blh lebih perhitungan perbandingan atr Ph dari LN thd PKP X dg pajak yg terutang atas PKP, plg tinggi thd PKP X dg pajak yg terutang atas PKP, plg tinggi sama dg pajak terutang atas PKP dalam hal PKP lbh sama dg pajak terutang atas PKP dalam hal PKP lbh kecil dari Ph LNkecil dari Ph LN

Page 198: PPh badan 2

Angsuran PPh psl 25Angsuran PPh psl 25

Page 199: PPh badan 2

Pembayaran pajak dalam Pembayaran pajak dalam tahun berjalantahun berjalan

WP sendiri membayar (angsuran) WP sendiri membayar (angsuran) disebut PPh psl 25 yang bersifat uang disebut PPh psl 25 yang bersifat uang muka yang harus diangsur setiap muka yang harus diangsur setiap bulan oleh WP DN dan BUTbulan oleh WP DN dan BUT

Melalui pemotongan dan pemungutan Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain berupa PPh psl oleh pihak lain berupa PPh psl 21,22,23,2421,22,23,24

Page 200: PPh badan 2

Angsuran PPh Psl 25Angsuran PPh Psl 25 Tujuan mengangsur PPh psl 25 adalah untuk Tujuan mengangsur PPh psl 25 adalah untuk

membantu WP supaya pada akhir tahun pajak tidak membantu WP supaya pada akhir tahun pajak tidak terlalu dibebani kewajiban membayar PPh Tahunan terlalu dibebani kewajiban membayar PPh Tahunan yang besar karena sudah diangsur setiap bulanyang besar karena sudah diangsur setiap bulan

Utang angsuran PPh psl 25 setiap bulan timbul Utang angsuran PPh psl 25 setiap bulan timbul setiap akhir bulansetiap akhir bulan

Pada saat jatuh tempo pelaporan SPT Tahunan PPh Pada saat jatuh tempo pelaporan SPT Tahunan PPh Badan (setiap akhir bulan ketiga setelah tahun Badan (setiap akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir) WP harus melakukan sendiri pajak berakhir) WP harus melakukan sendiri penghitungan besarnya angsuran PPh psl 25 setiap penghitungan besarnya angsuran PPh psl 25 setiap bulan ditahun berikutnya bulan ditahun berikutnya mulai dari bulan mulai dari bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir ketiga setelah tahun pajak berakhir sampai bulan kedua tahun pajak sampai bulan kedua tahun pajak berikutnyaberikutnya

Page 201: PPh badan 2

PPh Pasal 25PPh Pasal 25

Penghitungan PPh Pasal 25 Secara Umum

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23) dan PPh yang terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh Pasal 24) dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Page 202: PPh badan 2

Penghitungan besarnya angsuran PPh pasal 25• PKP tidak final tahun pajak lalu x

Tarif pasal 17= PPh Terutang• PPh Terutang – Kredit Pajak tahun

pajak lalu = PPh Kurang Bayar• PPh Kurang dibayar : 12 =

Angsuran PPh psl 25 setiap bulan tahun ini/tahun berjalan

Page 203: PPh badan 2

Contoh Angsuran PPh psl 25• PT.Pondok Aren Indah mempunyai penghasilan Kena

Pajak tidak final tahun 2009 sebesar Rp 1.000.000.000.Kredit pajak tahun 2009 : PPh psl 22 Impor = Rp 100.000.000, PPh psl 23 =Rp 50.000.000 ,PPh psl 24 =Rp 10.000.000

• Data sudah ada pada SPT tahunan PPh Badan tahun 2009

• Berapa Angsuran PPh 25 tahun 2010/2011

Page 204: PPh badan 2

• Perhitungannya :• PPh terutang = Rp 1.000.000.000 x 28%= • Rp 280.000.000• Kredit Pajak• PPh psl 22 = Rp 100.000.000• PPh psl 23 = Rp 50.000.000• PPh psl 24 = Rp 10.000.000• Total Rp 160.000.000• PPh kurang dibayar Rp 120.000.000• Angsuran PPh Psl 25 tahun 2010/2011• Rp 120.000.000/12 = Rp 10.000.000• Catatan : dibayar mulai Maret 2010 s.d Pebrurai 2011

Page 205: PPh badan 2

Cara menentukan PPh Pasal 25Cara menentukan PPh Pasal 25

Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam Tahun Pajak ybs, maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penghasilan neto seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur.

Apabila terdapat kompensasi rugi, maka penghasilan neto sebagai dasar Perhit. PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar pengh. neto dengan memperhitungkan sisa rugi yang belum dikompensasi

Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu, maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP

Apabila terjadi perubahan keadaan usaha/kegiatan wajib pajak (penurunan 25%).WP berhak meminta pengurangan angsuran,jika meningkat sampai 150% besar angsuran PPh psl 25 harus disesuaikan dengan peningkatan usaha

Page 206: PPh badan 2

Cara menentukan PPh Psl Cara menentukan PPh Psl 2525

Apabila WP juga berhak atas kompensasi Apabila WP juga berhak atas kompensasi kerugian berdasarkan SPT tahunan kerugian berdasarkan SPT tahunan PPh ,kalau dari hasil perhitungan tersebut PPh ,kalau dari hasil perhitungan tersebut PKP nya nihil,maka besar nya angsuran PKP nya nihil,maka besar nya angsuran PPh psl 25 adalah nihil (dilaporkan dengan PPh psl 25 adalah nihil (dilaporkan dengan menggunakan SSP standar nihil)menggunakan SSP standar nihil)

Bila SPT tahunan PPh tahun pajak lalu Bila SPT tahunan PPh tahun pajak lalu dilaporkan setelah lewat tanggal jatuh dilaporkan setelah lewat tanggal jatuh tempo pelaporan SPT Tahunan,PKP belum tempo pelaporan SPT Tahunan,PKP belum bisa dihitung,tetapi besar angsuran PPh bisa dihitung,tetapi besar angsuran PPh psl 25 adalah sebesar angsuran bulanan psl 25 adalah sebesar angsuran bulanan terakhir tahun pajak yang lalu ,sampai SPT terakhir tahun pajak yang lalu ,sampai SPT Tahunan PPh dimasukkanTahunan PPh dimasukkan

Page 207: PPh badan 2

Apabila WP diberikan perpanjangan Apabila WP diberikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan PPh dihitung penyampaian SPT Tahunan PPh dihitung berdasarkan perhitungan sementara PKP berdasarkan perhitungan sementara PKP dan kredit pajak yang terdapat dalam dan kredit pajak yang terdapat dalam surat permohonan perpanjangan.surat permohonan perpanjangan.

Bila WP membetulkan sendiri SPT Tahunan Bila WP membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan PKP berubah PPh yang mengakibatkan PKP berubah maka PKP dan kredit pajak dihitung maka PKP dan kredit pajak dihitung berdasarkan SPT tahunan PPh yang berdasarkan SPT tahunan PPh yang dibetulkandibetulkan

Page 208: PPh badan 2

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Pedagang PengecerPedagang Pengecer

• Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 32/PJ/2010 dan SE Nomor SE-77/PJ/2010,

• Pedagang Pengecer adalah orang pribadi yang melakukan:

- penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau

- penyerahan jasa,melalui suatu tempat usaha • Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, ditetapkan sebesar 0,75 % (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan darimasing-masing tempat usaha.

Page 209: PPh badan 2

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi WP Angsuran PPh Pasal 25 Bagi WP baru Orang Pribadibaru Orang Pribadi

•    Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dikurangi dengan PTKP, dibagi 12 (dua belas).    

• Penghasilan neto tersebut adalah:• a.      dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan dan dari

pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;

• Contoh:• Penghasilan neto (PN) fiskal • bln Mei berdasar pembukuan        Rp.  10.000.000• PN fiscal disetahunkan                    Rp. 120.000.000• PTKP (TK/-)                                       Rp.   15.840.000(-)• PKP                                                  RP. 104.160.000• PPh setahun                                    Rp.   10.624.000• PPh Sebulan (1/12 x10.624.000)       Rp.       885.333,-• Jadi angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar untuk masa Mei 2009 adalah

Rp. 885.333,-

Page 210: PPh badan 2

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi WP baru Angsuran PPh Pasal 25 Bagi WP baru Orang Pribadi menggunakan Norma Orang Pribadi menggunakan Norma

Perhitungan Penghasilan Netto (NPPN)Perhitungan Penghasilan Netto (NPPN)• Dalam hal Wajib Pajak hanya menyelenggarakan pencatatan dengan

menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan bruto.    

• Contoh:• Peredaran Usaha bulan Mei           Rp.  33.333.333• Penghasilan neto (PN) fiskal • bln Mei dengan NPPN (mis:30%)     Rp.  10.000.000• PN fiscal disetahunkan                    Rp. 120.000.000• PTKP (misal:TK/-)                               Rp.  15.840.000(-)• PKP                                                  RP. 104.160.000• PPh setahun                                    Rp.   10.624.000• PPh Sebulan (1/12 x10.624.000)       Rp.       885.333,-• Jadi angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar untuk masa mei 2009

adalah Rp. 885.333,-

Page 211: PPh badan 2

Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Wajib Wajib PajakPajak Masuk Bursa Masuk Bursa

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 jo. Nomor 208/PMK.03/2008,

• Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang  berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan  yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala  terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan  Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12  (dua belas).

• Dengan demikian tarif yang digunakan untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang  berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala adalah untuk semester I tahun 2010 adalah berdasarkan laporan keuangan Semester II tahun 2009 yang pada saat itu tarif umum yang digunakan adalah 28%.

Page 212: PPh badan 2

AngsuranAngsuran PPhPPh PasalPasal 25 25 bagibagi WajibWajib PajakPajak BaruBaru

• Pada prinsipnya penghitungan besarnya angsuran bulanan dalam tahun berjalan didasarkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu. Namun, ketentuan di Pasal 25 UU PPh  memberi kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan dasar penghitungan besarnya angsuran bulanan selain berdasarkan prinsip tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekati kewajaran perhitungan besarnya angsuran pajak karena didasarkan kepada data terkini kegiatan usaha perusahaan.

.• Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan dalam tahun pajak berjalan perlu diatur perhitungan besarnya angsuran, karena Wajib Pajak belum pernah memasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, penentuan besarnya angsuran pajak didasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

•  

Page 213: PPh badan 2

WP Badan BaruWP Badan Baru

• Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).    

• Penghasilan neto tersebut adalah berdasar pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, dimana penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;

 • Dalam hal Wajib Pajak baru berupa Wajib Pajak badan yang

mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan berkala pertama yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).    

Page 214: PPh badan 2

Wajib Pajak Khusus

• Yang dimaksud Wajib Pajak khusus adalah bank, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, Wajib Pajak masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala

• Bagi Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, besarnya angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun 2009 dihitung sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008, yaitu sebesar jumlah PPh yang terutang berdasarkan tarif umum baru atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).  

• Bagi badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah, besarnya angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun 2009 dihitung sesuai dengan Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008, yaitu sebesar PPh yang terutang berdasarkan tarif baru dibagi dengan PPh yang terutang berdasarkan tarif lama yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sesuai RKAP Tahun 2009, dikalikan dengan perhitungan angsuran bulanan berdasarkan tarif lama.

Page 215: PPh badan 2

• Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) belum disahkan, maka besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

• Bagi Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang

berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala dihitung sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008, yaitu sebesar jumlah PPh yang terutang berdasarkan tarif umum baru atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22, 23, serta 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Page 216: PPh badan 2

Perhitungan PPh psl 25 untuk Perhitungan PPh psl 25 untuk BUMN/BUMD selain BankBUMN/BUMD selain Bank

• Didasarkan dari jumlah PPh terutang atas PKP berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan belanja(RKAP) yang sudah disahkan tahun pajak yang bersangkutan dikurangi PPh psl 22,23,24 dibagi 12

• Kalau RKAP belum disahkan,maka besarnya angsuran PPh ps 25 mengikuti angsuran bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

Page 217: PPh badan 2

PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BUT PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BUT PENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMIPENGEBORAN MINYAK DAN GAS BUMI

(Lihat (Lihat SE - 21/PJ.31/1991SE - 21/PJ.31/1991 jo jo 627/KMK.04/1991627/KMK.04/1991))

• Besarnya angsuran PPh 25 bagi BUT Drilling tiap bulan ditetapkan :

{tarif pasal 17 UU PPh x (penghasilan neto dari usaha drilling bulan yang bersangkutan yang disetahunkan + penghasilan neto dari usaha lain bulan yang bersangkutan yang disetahunkan)} / 12

• Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Drilling

Minyak dan Gas Bumi selain BUT dihitung berdasar ketentuan umum penghitungan PPh Pasal 25 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

Page 218: PPh badan 2

PPh psl 25 SPBU,dealer/agen PPh psl 25 SPBU,dealer/agen PertaminaPertamina

• Pembelian produk Pertamina dari Perta mina oleh SPBU yang dikenai PPh psl 22 bersifat final,SPBU,dealer/agen tidak perlu lagi membayar angsuran PPh psl 25

• Dasar hukumnya perjanjian antara HISWANA MIGAS ,Pertamina,Dit Jen Pajak nomor Per-33/PJ/1994,nomor 890/c.000/94-24,nomor 001/PKS/DPP/VII/94 tanggal 2 Juli 1994

Page 219: PPh badan 2

Pajak Dunia PendidikanPajak Dunia Pendidikan

Page 220: PPh badan 2

Pemajakan atas Organisasi Pemajakan atas Organisasi NirlabaNirlaba

Pada dasarnya, organisasi nirlaba dapat Pada dasarnya, organisasi nirlaba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua model, diklasifikasikan berdasarkan dua model, yaitu (i) yaitu (i) tidak diperkenankan untuk membagikan laba tidak diperkenankan untuk membagikan laba yang diperolehnya (the prohibition of profit yang diperolehnya (the prohibition of profit distribution model), dan (ii) bertujuan untuk distribution model), dan (ii) bertujuan untuk kepentingan publik atau sosial (the publickepentingan publik atau sosial (the public purpose model).purpose model).Pendirian organisasi nirlaba Pendirian organisasi nirlaba dimaksudkan untuk menjalankan fungsi sosial dimaksudkan untuk menjalankan fungsi sosial atau memproduksi barang dan jasa publik yang atau memproduksi barang dan jasa publik yang sifatnya tidak memberikan keuntungan secara sifatnya tidak memberikan keuntungan secara finansial.finansial.

Page 221: PPh badan 2

Pemajakan atas Institusi Pendidikan Nirlaba di Pemajakan atas Institusi Pendidikan Nirlaba di

Beberapa NegaraBeberapa Negara • Terdapat tiga model sistem perpajakan atas organisasi nirlaba yang

dikembangkan di beberapa negara, yaitu:• 1.      Organisasi nirlaba akan dikenakan pajak sama dengan organisasi

yang berorientasi laba (full taxation model).• 2.      Penghasilan yang diperoleh oleh organisasi nirlaba dikecualikan dari

pengenaan pajak (full exemption model). • 3.      Pengenaan pajak secara parsial (partial exemption model) yang

dapat dilakukan seperti dengan cara:• Pengurangan tarif pajak (misalnya dianut oleh Italia yang memberikan

pengurangan tarif pajak sebesar 50% dari tarif normal).• Atas penghasilan tertentu dikecualikan dari pengenaan pajak. • Model partial exemption inilah yang paling banyak dianut oleh negara-

negara di dunia.• Sebagai perbandingan, di India, berdasarkan Income Tax Act 1961,

memberikan pembebasan pajak secara otomatis atas penghasilan yang diterima dari universitas atau institusi pendidikan yang tidak bertujuan untuk mencari laba sepanjang organisasi tersebut mengakumulasi laba sesuai dengan tujuan semula didirikannya organisasi tersebut.

Page 222: PPh badan 2

Perpajakan atas Institusi Pendidikan di Perpajakan atas Institusi Pendidikan di IndonesiaIndonesia dari sisi badan hukum dari sisi badan hukum

pendidikanpendidikan• Laba yang diperoleh oleh organisasi yang

menyelenggarakan pendidikan formal, yang diinvestasikan kembali dalam bentuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, tidak dikenakan PPh.

• Akan tetapi, apabila laba tersebut setelah lewat dari 4 (empat) tahun, tidak digunakan untuk membangun gedung dan prasarana pendidikan maka akan dikenakan pajak penghasilan pada tahun pajak berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut (Peraturan Menteri Keuangan (PMK)-87/PJ./1995, Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh, serta ditegaskan juga dalam Pasal 38 ayat (4) UU BHP).

Page 223: PPh badan 2

Perpajakan atas Institusi Pendidikan di Perpajakan atas Institusi Pendidikan di IndonesiaIndonesia dari sisi donatur dari sisi donatur

SSumbangan fasilitas penelitian dan pengembangan yang umbangan fasilitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia (Pasal 6 ayat (1) huruf j UU PPh), dilakukan di Indonesia (Pasal 6 ayat (1) huruf j UU PPh), serta pendidikan (Pasal 6 ayat (1) huruf l UU PPh) dapat serta pendidikan (Pasal 6 ayat (1) huruf l UU PPh) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak bagi si pemberi sumbangan.bagi si pemberi sumbangan.

Dari beberapa contoh peraturan pajak di atas, tampak Dari beberapa contoh peraturan pajak di atas, tampak bahwa pemerintah telah memberikan fasilitas keringanan bahwa pemerintah telah memberikan fasilitas keringanan pajak atas badan hukum pendidikan. pajak atas badan hukum pendidikan.

Dalam kaitannya dengan pemajakan atas laba dari badan Dalam kaitannya dengan pemajakan atas laba dari badan hukum pendidikan, pengenaan pajak atas laba tersebut hukum pendidikan, pengenaan pajak atas laba tersebut hanya akan dikenakan pajak jika tidak dipergunakan untuk hanya akan dikenakan pajak jika tidak dipergunakan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan dalam membangun sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. kurun waktu 4 (empat) tahun.