power point selamet se.sy.,m.sh.ec

11
Kelompok 9 1. Selamat Muliadi (12423043) 2. Fuad Ra gil Syabri (12423014) 3. Romzatul Widad (12423112)

Upload: selamet-muliadi-mulia

Post on 19-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Kelompok 9

Kelompok 9

1. Selamat Muliadi (12423043) 2. Fuad Ragil Syabri (12423014)3. Romzatul Widad (12423112)

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Perekonomian Indonesia pada Masa Revolusi Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Meskipun di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) telah berdiri pemerintahan Republik Indonesia (RI), Belanda tetap berkeyakinan bahwa wilayah tersebut masih berada dalam hak pemerintahan Hindia Belanda. Sejak saat itu secarade factotelah terdapat dua pemerintahan di wilayah Indonesia, yaitu pemerintahan RI dengan pimpinan Soekarno-Hatta dan pemerintahan sipil Belanda dengan pimpinan Letnan Gubernur Jenderal H.J. van Mook. Keadaan tersebut berpengaruh pada dunia perekonomian Indonesia, termasuk dunia perbankan. Dalam periode 1945-1949 kegiatan perbankan telah berjalan dalam dua wilayah pemerintahan yang berbeda. Sementara bank-bank Belanda kembali berjalan di wilayah yang telah diduduki Belanda, pemerintah RI juga mempunyai upayanya sendiri untuk membangun sistem perbankan nasional yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Kebijakan Sistem Pembayaran Masa RevolusiHal terpenting yang harus dilakukan di tengah perjuangan kemerdekaan adalah penciptaan suatu identitas yang dapat menunjukkan kedaulatan Republik Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan identitas tersebut adalah melalui penciptaan mata uang. Oleh karena itu segera setelah proklamasi kemerdekaan muncul desakan kepada pemerintah RI untuk segera mengeluarkan mata uang Republik Indonesia. Pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI tanggal 2 Oktober 1945 yang menetapkan bahwa uang NICA tidak berlaku di wilayah RI. Berikutnya pemerintah mengeluarkan Maklumat Presiden Republik Indonesia No. 1/10 tanggal 3 Oktober 1945 yang menetapkan beberapa jenis uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Indonesia. Uang tersebut meliputi, (1) uang kertas De Javasche Bank dalam pecahan dari lima hingga seribu rupiah (2) uang kertas Pemerintah Hindia Belanda dalam pecahan dua setengah rupiah dan satu rupiah (3) uang kertas Pemerintah Balatentara yang terdiri dari pecahan seratus rupiah, sepuluh rupiah, lima rupiah, satu rupiah, lima puluh sen, sepuluh sen, lima sen dan satu sen (4) uang logam Pemerintah Belanda yang terbuat dari emas dalam pecahan sepuluh dan lima rupiah; bahan perak dalam pecahan dua setengah dan satu rupiah, lima puluh sen, dua puluh lima sen dan sepuluh sen; bahan nikel pecahan lima sen serta dari bahan tembaga dalam pecahan dua setengah sen, satu sen dan setengah senDari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Pembangunan Ekonomi pada Masa Percobaan Demokrasi PertamaIndonesia akhirnya merdeka, setidak-tidaknya dalam pengertian hukum internasional, Dan kini menghadapi prospek menentukan masa depanya sendiri. Dalam sebuah negeri yang masih menunjukan adanya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tradisi-tradisi otoriter, maka banyak hal bergantung pada kearifan dan nasib baik kepemimpinan negeri itu. Akan tetapi, sebagian sejarah bangsa Indonesia sejak tahun 1950 merupakan kisah tentang kegagalan rentetan pemimpin untuk memenuhi harapan-harapan tinggi yang ditimbulkan oleh keberhasilan mencapai kemerdekaan. Dalam tahun 1950, kendali pemerintahan berada di tangan kaum nasionalis perkotaan dari generasi yang lebih tua dari partai-partai sekuler dan islam yang terkemuka. Ada suatu kesepakatan umum bahwa demokrasi diinginkan dan mereka itulah orang-orang yang akan dapat menciptakan sebuah negara demokrasi. Akan tetapi, pada tahun 1957 percobaan demokrasi pertama ini telah mengalami kegagalan, korupsi tersebar luas, kesatuan wilayah negara terancam, keadilan sosial belum tercapai, masalah-masalah ekonomi belum terpecahkan, dan banyak harapan yang ditimbulkan oleh revolusi tidak terwujudDari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Perekonomian Indonesia pada Masa Demokrasi TerpimpinDitengah-tengah krisis tahun 1957 diambilah langkah-langkah pertama menuju suatu bentuk pemerintahan yang oleh presiden Soekarno dinamai Demokrasi Terpimpin. Ekonomi Terpimpin adalah bagian dari demokrasi merupakan dimana aktivitas ekonomi disentralisasikan dipusat pemerintahan, sementara daerah merupakan pendukung perekonomian. Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan pada kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Kebijakan Ekonomi pada Demokrasi TerpimpinDevaluasi mata uang rupiahTujuan dilakukan Devaluasi yaitu guna membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.Membekukan DepositoDeposito bank yang besar jumlahnya dibekukan karena untuk mengurangi uang dari Rp 32 Miliyar menjadi 21 Miliyar dengan sekali pukul. Pembentukan Bapennas ( Badan Perancang Pembangunan Nasional )Awalnya dibentuk pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh Moh. Yamin yang beranggotakan 50 orang yang bernama Depernasi ( Dewan Perancang Nasional ) tugasnya yaitu untuk Mempersiapkan rancangan undang-undang pembangunan yang berencana, dan menilai penyelenggaraan pembangunan.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Perekonomian Indonesia pada Masa Awal Orde BaruSampai beberapa bulan setelah usaha kudeta 1965, masa depan politik Indonesia masih belum jelas. Pada akhirnya, Soeharto membangun apa yang dikenal dengan Orde Baru Indonesia. Orde Baru terbentuk dengan dukungan yangsangat besar dari kelompok-kelompok yang ingin terbebas dari kekacauan masa lalu.Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Perekonomian Indonesia pada Masa Keemasan Orde BaruPertengahan dasawarsa 60-an adalah masa suram bagi perekonomian bangsa Indonesia. Pada masa tersebut, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun.Tingkat produksi dan investasi di berbagai sektor utama menunjukan kemunduran semenjak tahun 1950. Pendapatapan riil perkapita dalam tahun 1966 sangat mungkin lebih rendah daripada tahun 1938. Sektor industri yang menyumbangkan hanya sekitar 10% dari GDP dihadapkan pada masalah pengangguran kapasitas yang serius. Diawal dasawarsa tersebut defisit anggaran belanja negara mencapai 50% dari pengeluaran total negara, penerimaan ekspor sangat menurun, dan selama tahun 1964-1966 hiperinflasi melanda negara ini dengan akibat lumpuhnya perekonomian. Hal di atas menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Krisis dan TantanganEkonomi Orde BaruIndonesia dan konteks internasional berubah drastis sejak akhir 1980-an. Berakhirnya perang dingin dan keruntuhan serta pecahnya Uni Soviet mengartikan bahwa pemerintahan demokratis barat tidak begitu lagi melihat perlunya kerjasama dengan rezim-rezim dunia ketiga. Pada saat yang sama, perkembangan-perkembangan itu mengarahkan pemerintah Indonesia dan militer untuk meningkatkan kekerasan, karena mereka khawatir dengan segala potensi kekerasan etnisnya juga akan runtuh seperti Soviet. Rezim Soeharto melakukan hal ini ketika kelas menengah Indonesia mulai tidak begitu toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan rezim, dan ketika peningkatan rasa keislaman telah menuntut adanya keadilan dan moralitas yang begitu besar. Dalam kondisi penuh tantangan ini, keluarga Soeharto dan klik penguasa semakin menggila dalam korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan mereka. Kemudian, krisis keuangan Asia menceburkan Indonesia kedalam bencana ekonomi, sehingga tidak ada lagi alasan utama bagi rakyat untuk mendukung pemerintah. Pada tahun 1998, rezim Soeharto runtuh di tengah-tengah suasana yang mirip dengan suasana kelahiranya di tahun 1965-6, yaitu di tengah-tengah krisis ekonomi, kerusuhan, dan pertumpahan darah di jalan-jalan.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia Baru Kronologi Krisis Keuangan 2008Pada hari Senin, 14 September 2008 diumumkan bahwa Lehman Brothers masuk chapter 11 sebagai perusahaan yang yang mengalami bankruptcy (pailit). Hal ini merupakan buntut dari penolakan Federal Reserve Bank untuk berpartisipasi dalam memberikan fasilitas bantuan keuangan kepada Lehman Brothers. Pada hari yang sama diumumkan pula penjualan Merrill Lynch kepada Bank of Amerika. Awal minggu tersebut ditandai oleh kegoncangan yang kuat pada pasar saham global dan terjadinya penurunan yang sangat tajam nilai pasar pada hari Senin, 15 Nopember dan Rabu 17 September 2008. Pada 16 September salah satu perusahaan asuransi Amerika AIG mengalami krisis likuiditas menyusul penurunan credit ratingnya. Krisis ini merembet ke asuransi money market funds di berbagai negara.

Dari Krisis Ekonomi Menuju Indonesia BaruKESIMPULAN

Pembangunan ekonomi Indonesia dari masa revolusi sampai berakhirnya rezim Soeharto mengalami pasang surut. Di awal kemerdekaan, pemerintah mendirikan Bank Indonesia untuk menjalankan semua aktivitas perbankan serta memberikan informasi dan penerangan dalam bidang ekonomi. Di masa orde baru, Indonesia dihadapakan pada masalah-masalah ekonomi yang besar. Pemerintah memberikan prioritas utama bagi pemulihan roda perekonomian salah satunya dengan program pembangunan jamgka panjang secara periodik lima tahunan atau biasa disebut pelita(pembangunan lima tahun). Hasilnya cukup baik, perekonomian Indonesia berkembang pesat.Memasuki akhir 1980-an,krisis keuangan Asia semakin menenggelamkan Indonesia pada bencana ekonomi nasional. Utang luar negeri yang sangat besar pun semakin menghancurkan perekonomian. Utang luar negeri yang membengkak disebabkan karena uang yang masuk ke dalam negeri umumnya berbentuk dolar, sedangkan nilai rupiah terhadap dolar sangatlah buruk waktu itu. Ditengah-tengah krisis yang dialami, keluarga Soeharto dan para penguasa semakin menggila dalam korupsi. Hal inimengakibatkan kebencian rakyat kepada Soeharto dan keluarganya. Tahun 1998 Orde Baru pun runtuh di tangah-tengah krisis ekonomi nasional yang sangat buruk.

SEKIANSukran Jazila