power point pkl 2

Upload: juano-pontira-apriliandi

Post on 09-Jul-2015

844 views

Category:

Documents


60 download

TRANSCRIPT

Juano Pontira Apriliandi NIM. 3200808021

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2010

Sektor kelautan dan perikanan memegang peranan penting terlebih dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tahun 2007, produksi sektor perikanan budidaya sebesar 9.269,10 ton (11,16 persen) dari total produksi perikanan yang mencapai 83.114,20 ton (http://www.mujahidinfm.com). Potensi perikanan Kalbar sendiri merupakan yang terbesar kedua se-Indonesia setelah Bagan Siapiapi, Ibukota Kabupaten Rokan hilir, Provinsi Riau, (http://www.pontianakpost.com).

Tercatat di BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional) sampai tahun 1998 tidak kurang dari 30-40 juta ekor ikan hias per tahun atau senilai lebih dari US$ 20 juta yang berhasil diekspor. Guppy merupakan salah satu jenis ikan hias yang sudah dikenal di mancanegara. Ikan ini pun sudah memiliki wadah organisasi bagi penggemarnya. Organisasi tersebut adalah IFGA (International Fancy Guppy association). Di Indonesia, guppy masih dibudidayakan secara tradisional oleh para petani, sehingga kuantitas dan kualitasnya belum memadai.

Persiapan sarana. Seleksi Induk. Proses pemijahan. Pengontrolan kualitas air. Pemberian pakan.

Untuk mengetahui teknik pemijahan guppy yang baik dan benar.Mencari pengalaman dalam kegiatan budidaya perikanan air tawar guna menambah wawasan dan kompetensi diri.

Dapat mempraktekkan dan mengetahui sarana apa saja yang diperlukan dalam pemijahan guppy. Dapat mempraktekkan dan mengetahui teknik seleksi induk dalam pemijahan guppy. Dapat mempraktekkan dan mengetahui proses pemijahan guppy. Dapat mempraktekkan dan mengetahui teknik pengontrolan kualitas air dalam pemijahan guppy. Dapat mempraktekkan dan mengetahui teknik pemberian pakan guppy.

Praktek Kerja Lapangan II ini dilaksanakan di Lab Basah Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak, yang berlangsung kurang lebih selama tiga minggu dari tanggal 4 Januari 2010 sampai dengan 22 Januari 2010.

Dalam Praktek Kerja Lapangan II ini, objek prakteknya yaitu teknik pemijahan ikan guppy (Poecilia reticulata). Kegiatan ini meliputi persiapan sarana, seleksi induk, proses pemijahan, pemberian pakan, serta pengontrolan kualitas air.

Data Primer Mewawancarai teknisi yang berada di Lab Basah Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak mengenai hal-hal yang berhubungan langsung dengan objek Praktek Kerja Lapangan II ini. Turut berpartisipasi langsung dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dan terus mengikuti alur proses setiap harinya dalam Praktek Kerja Lapangan II ini sesuai dengan pembatasan masalah yang sudah dibuat. Melakukan pengamatan mengenai sarana dan prasarana serta media pendukung lainnya agar pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Data Sekunder

Biologi ikan Persiapan Sarana. Seleksi induk, Proses pemijahan, Kualitas air, Pakan Keadaan lokasi penelitian (Lab Basah Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak)

Wadah pemijahan berupa baskom plastik dengan diameter 40cm dan tinggi wadah 30cm sedangkan asesorinya adalah aerator dan hydrilla (tanaman air). Wadah pemijahan dan hydrilla ini sebelum digunakan dicuci bersih terlebih dahulu menggunakan air ledeng sedangkan menurut Mundayana dan Suyanto (2000), penyucihamaan wadah sebaiknya dilakukan dengan cara direndam dalam larutan PK 2 ppm selama 1-2 jam. Penggunaan air ledeng sebenarnya tidak juga terlalu bermasalah, buktinya induk yang dirawat tidak ada yang mati. Hydrilla direndam di wadah lain dengan air ledeng untuk membersihknnya dari kotoran yang membawa hama dan penyakit. Hal ini tidak menjamin 100% hydrilla bebas dari hama dan penyakit karena Mundayana dan Suyanto (2000), berpendapat asesori pemijahan sebaiknya direndam dalam larutan obat iodine 2% selama 1-2 jam. Meskipun pun begitu, ikan dipastikan bebas dari hama dan penyakit karena ikan selama pemeliharaan tidak menampakkan gejala-gejala ikan sakit.

Setelah wadah kering, kemudian wadah diisi air PDAM setinggi 10 cm atau sekitar 12,56 liter. Air tersebut yang digunakan untuk pemijahan. Wadah tersebut kemudian disimpan ditempat terlindung, karena menurut Mundayana dan Suyanto (2000), ini bertujuan agar tidak terjadi proses perubahan lingkungan atau kualitas air secara mendadak.

Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Perbandingan tersebut berpatokan pada standar perkawinan guppy yang dianggap prodiktif menghasilkan keturunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nixon dan Sitanggang (2004). Seleksi induk ini dilakukan tanpa sortasi jenis kelamin yang mana tempat pemeliharaan induk jantan dan betina tidak dipisahkan. Dalam kegiatan ini seleksi induk dilakukan dua kali karena induk yang sebelumnya tidak memijah. Induk pertama didapat dari Lab Basah Budidaya Perikanan sedangkan induk kedua dibeli dari peternak ikan hias. Untuk Induk pertama, jantan memiliki panjang totalnya 3,5 cm dan betina rata-rata panjang totalnya 3,5 cm sedangkan untuk induk kedua, panjang total jantannya 3 cm dan rata-rata panjang total betinanya 3,36 cm.

Berdasarkan data panjang total tubuh induk pertama di atas dapat dipastikan induk yang dipilih memenuhi salah satu kriteria induk guppy yang baik. Karena menurut Mundayana dan Suyanto (2000) panjang total induk jantan harus 3,5-4,0 cm dan induk betina 4,0-5,0 cm. Sedangkan untuk induk kedua, dari data tersebut tidak memenuhi kriteria induk yang baik jika dilihat dari panjang total akan tetapi jika dilihat secara visual induk ini dapat dikatakan memenuhi kriteria karena respon terhadap pakan yang diberikan baik, gerakannya pun lebih aktif dan lincah daripada induk sebelumnya. Hal ini senada dengan pendapat Mundaya dan Suyanto (2000).

Ikan Guppy memijah secara alami Dalam PKL ini, proses pemijahan tidak menghasilkan larva. Meskipun sudah dilakukan penggantian induk. Diduga induk pertama ini tidak memijah karena kesalahan pemberian pakan. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang fungsinya untuk membantu pertumbuhan ikan sedangkan pakan yang diperlukan untuk mempercepat kematangan gonad ikan menurut Nixon dan Sitanggang (2004) adalah jentik nyamuk yang diselingi dengan kutu air. Hal ini lah yang menjadi kesimpulan penyebab ikan tidak dapat memijah. Data lapangan panjang induk kedua menunjukkan panjang total induk betina ini rata-ratanya hanya 3,36 cm dan untuk induk jantan panjang total hanya 3cm sedangkan menurut Mundayana dan Suyanto (2000) kriteria induk siap mijah adalah panjang total tubuh jantan 3,5-4,0 cm dan induk betina 4,0-5,0 cm. Data inilah yang menjadi kesimpulan induk kedua tidak dapat memijah.

Parameter kualitas air yang dikontrol adalah suhu dan keasaman. Suhu dan keasaman diukur dua kali sehari (Pagi dan Sore). Dari data yang didapat di lapangan suhu rata-rata adalah 26,69 0c dan kesaaman rata-rata adalah pH 7,27. Dari data tersebut rata-rata suhu dan keasaman masih menunjukkan angka yang wajar bagi kelangsungan hidup guppy. Menurut Mundayana dan Suyanto (2000), guppy menyukai perairan dengan suhu 22-28 0c dan kisaran pH yang sesuai adalah 6,8-8,0.

Pakan yang diberikan untuk induk guppy ini pakan buatan yaitu pelet khusus ikan hias maskoki. Hal ini senada dengan pendapat Nixon dan Sitanggang (2004), yang mengatakan pemberian pakan buatan berupa pelet maskoki dapat dijadikan pengganti pakan alami. Pakan buatan ini diberikan rutin dua kali sehari dengan takaran 5% dari berat rata-rata tubuh induk ikan guppy tersebut. Berat rata-rata induk pertama adalah 1,15 gr, jadi pakan yang diberikan sebanyak 0,05 gram/ekor. Sedangkan berat rata-rata induk kedua adalah 0,53 gr, jadi pakan yan diberikan sebanyak 0,02 gram/ekor.

Pemberian pakan buatan pada kenyataannya tidak membuat induk guppy cepat matang gonad. Selain diberikan pakan buatan, guppy ini juga diberi pakan alami (khusus bagi induk kedua) berupa jentik nyamuk. Namun, karena keterbatasan pakan alami ini, pemberian pakan tidak rutin. Padahal menurut Nixon dan Sitanggang (2004), induk guppy akan cepat matang gonad jika diberikan jentik nyamuk diselingi dengan kutu air.

Wadah pemijahan yang digunakan adalah baskom plastik dengan diameter 40cm, dan diisi air ledeng sebanyak 12,56 liter. Sedangkan asesori yang digunakan adalah aerator dan hydrilla. Semua sarana tersebut dicuci bersih dengan air ledeng untuk menyucihamakannya dari penyakit. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang digunakan untuk pemijahan adalah 1:3. Induk tidak langsung dipijahkan, akan tetapi dipisah dulu tempat pemeliharaannya untuk memastikan induk betina belum beranak. Pemijahan untuk guppy adalah pemijahan secara alami. Guppy dapat memijah atau tidak, tergantung dari kualitas air dan pakan yang diberikan. Untuk dipijahkan guppy lebih baik diberi pakan alami berupa jentik nyamuk karena mempercepat kematangan gonad. Tanda-tanda guppy mulai memijah dapat dilihat saat guppy jantan mulai mengejar-ngejar guppy betina dan seringkali guppy tersebut bercumbu di hydrilla.

Pengontrolan kualitas air harus dilakukan secara teratur. Kualitas air yang umum diukur adalah suhu dan keasaman. Suhu yang cocok untuk guppy berkisar antara 22-28 0c dan kisaran pH adalah 6,8-8,0 0c Pakan yang diberikan 5% per berat badan ikan setiap harinya. Pemberian pakan buatan tidak akan merangsang guppy untuk memijah. Oleh karena itu, ketersediaan pakan alami mutlak harus dipenuhi. Guppy juga kurang suka diberi pakan buatan, dapat dilihat dari kurang agresifnya gerakan guppy ketika diberi pakan buatan sebaliknya ketika diberi pakan alami induk guppy sangat agresif.

Usahakan dalam pemijahan guppy ini, pilihlah induk yang pemeliharaannya antara jantan dan betina terpisah. Kalu perlu kita rawat sendiri guppy secara terpisah sejak dari larva. Sebaiknya dalam perawatan induk guppy diberi pakan alami, seperti jentik nyamuk dan kutu air. Karena pakan alami tersebut membantu mempercepat kematangan gonad guppy.