power point indha

Upload: irwandi-hutbah

Post on 07-Jul-2015

177 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANLatar Belakang Kemajuan teknologi dan perkembangan dunia usaha saat sekarang, telah melahirkan dan memberi motivasi bagi pengusaha untuk memanfaatkan kemajuan tersebut dalam memperluas usahanya. Setiap perusahaan diperhadapkan pada beberapa masalah, dan yang menjadi pertanyaan para pimpinan atau pemilik perusahaan adalah apakah barang yang diproduksi dapat terjual di pasaran dan sejauh mana prospektifnya. Oleh karena itu perusahaan harus mampu merencanakan kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang.

Selanjutnya perusahaan dalam kegiatan operasionalnya perlu menerapkan suatu strategi penetapan harga jual yang tepat, sehingga perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dan tetap berkembang ditengah situasi persaingan yang semakin ketat. Untuk itu pimpinan perusahaan yang dibantu oleh para pelaksana yang lain dalam bidang pemasaran dituntut untuk memiliki keuletan dan keterampilan dalam menetapkan serta melaksanakan suatu strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan keadaan perusahaan. Begitupula kecakapan dan kemampuan pimpinan, para pelaksana pemasaran dalam perusahaan harus menempuh kebijaksanaankebijaksanaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasaran guna mengatasi masalah yang akan timbul baik yang bersifat intern maupun ekstern.

Usaha untuk menciptakan pemasaran hasil produksi yang efisien dan efektif sangat tergantung kepada strategi pemasaran dan pemahaman tingkah laku konsumen. Dan yang paling penting adalah mengamati perusahaan lain yang memasarkan produk sejenis yang menjadi perusahaan pesaing bagi perusahaan. Oleh karena itu, persaingan dalam mendapatkan pasar maupun dalam menarik pembeli akan sangat ditentukan oleh penentuan harga jual yang ditetapkan perusahaan.

Penentuan harga jual merupakan alat yang cukup efektif untuk mencapai sasaran penjualan yang diinginkan. Dengan demikian, penetapan harga jual adalah salah satu diantara beberapa keputusan manajemen yang sangat penting di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan oleh penentuan harga jual bagi perusahaan dapat pula mempengaruhi keputusan lain di bidang pemasaran.

Bertitik tolak dari dasar pemikiran di atas, maka penulis melakukan penelitian pada perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia dengan memilih judul : Pengaruh Penetapan harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar. Dengan membahas penetapan harga jual pada perusahaan ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana sebaiknya menetapkan harga dan tindakan yang harus diambil dalam rangka menghadapi perusahaan saingan, sehinga dapat meningkatkan volume penjualan disaat sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, maka masalah pokok dalam penulisan ini adalah apakah harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia?

Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : y Untuk mengetahui kebijakan penetapan harga jual yang dilakukan oleh PT. Sekishin Farina Wood Indonesia. y Untuk mengetahui pengaruh penetapan harga jual terhadap volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indnesia.

2. Manfaat Penelitiany Untuk memberikan informasi kepada pimpinan

perusahaan khususnya manajer pemasaran tentang kebijaksanaan dan penetapan harga jual yang tepat dalam menghadapi persaingan, utamanya terhadap perusahaan yang sejenis. y Dapat dijadikan sumber informasi bagi mereka yang berminat untuk melaksanakan penelitian yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian PemasaranIstilah pemasaran (marketing) berasal dari perkataan pasar (market) Marketing dapat dipandang sebagai sebuah fenomena ekonomik dan sebagai sebuah aktivitas manajerial, tetapi marketing juga memiliki dimensi-dimensi kemasyarakatan, karena aktivitasaktivitas marketing tersebut menyebabkan timbulnya produk-produk dan jasa-jasa baru serta mempromosikan ide-ide baru kepada masyarakat yang dilayani olehnya.

Pemasaran dapat menentukan hidup matinya perusahaan. Akan tetapi kegiatan yang lainnya tidak boleh diabaikan. Pentingnya pemasaran bagi perusahaan adalah dapat menentukan mengalirnya barang-barang dan jasa ke tangan konsumen secara tepat dan cepat. Pengertian pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dan mereka mengemukakan pengertian yang kelihatannya agak berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu dengan cara bagaimana konsumen dapat puas terhadap barang dan jasa sesuai dengan yang diinginkannya dalam waktu dan jumlah yang tepat, serta dengan harga yang layak atau dapat dijangkau oleh konsumen.

Pemasaran merupakan faktor terpenting untuk mencapai kesuksesan di dalam perusahaannya. Dimana pemasaran adalah kegiatan/aktivitas untuk memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. H. Tjipadji, dkk (2001 : 16) Philip Kotler (2009 : 6) Menurutnya pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran sebagai suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhyan dan keinginan melalui proses pertukaran untuk kepentingan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. (www. Prenhallindo.com) Manajemen pemasaran adalah proses pemasaran yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dalam menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (www.Peminatmanajemenpemasaran,blogspot.com)

Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa, yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual potensial. (http://organisasi.org)

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)Marketing Mix adalah suatu strategi marketing yang menekankan bagaimana cara menjual produk seefektif mungkin. Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dikumpulkan, baik melalui proses komputerisasi maupun data yang dikoleksi berdasarkan langganan, agar proses penjualan berjalan lancar. Dengan kata lain marketing mix adalah merupakan variabel-variabel yang dipergunakan oleh setiap perusahaan, sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen. Jadi marketing mix itu sendiri terdiri atas himpunan variabel-variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.

Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (2001 : 193) Marketing mix adalah kombinasi dari empat variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni : produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.

Faktor-faktor mempengaruhi Marketing mix :y Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikomsumsi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk tidak hanya meliputi barang yang berwujud tapi bisa juga berupa jasa. y Harga Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Harga suatu produk atau jasa merupakan faktor penentu utama permintaan pasar

y Distribusi

Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah : 1. Sistem transportasi perusahaan 2. Sistem penyimpanan 3. Pemilihan saluran distribusiy Promosi

Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya.

Beberapa kegiatan yang ada dalam promosi ini yaitu Periklanan Adalah komunikasi non individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yag dilakukan oleh perusahaan, lembaga, serta individu-individu. Personal seeling

Adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan pihak lain.

Publisitas

Publisitas merupakan salah satu kegiatan promosi yang dilakukan melalui satu media. Namun informasi yang tercantum tidak berupa iklan tetapi berupa berita. Adapun tujuan dari promosi yaitu : 1. Memberitahukan konsumen mengenai suatu produk 2. Mengingatkan konsumen bahwa produk tersebut masih ada di pasar 3. Memodifikasi perilaku konsumen 4. Membujuk konsumen

Pengertian Harga jualHarga adalah merupakan ukuran untuk mengetahui berapa besar nilai suatu barang, harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga dapat mempengaruhi market sharenya. Bagi perusahaan, harga tersebut akan memberikan hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih. atau Harga adalah nilai suatu barang/jasa diukur dengan sejumlah uang, dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan barang/jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

Beberapa hal yang mempengaruhi harga, yaitu diantaranya sebagai berikut : y Biaya, Jika yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tinggi, dan kualitas barang tersebut juga tinggi, maka produsen bersedia menjual barangnya dengan harga yang tinggi juga, dan konsumen bersedia melepas uangnya dengan menginginkan barang atau jasa yang bermutu tinggi. y Sasaran perusahaan, misalnya ingin mencapai tingkat laba tertentu atau meningkatkan penjualan melalui penurunan harga. y Peraturan pemerintah, melalui peraturan perundangundangan, misalnya monopoli terhadap suatu barang.

Tujuan Penetapan HargaSwastha (2001 : 148) juga mengemukakan tujuan penetapan harga adalah : y Untuk mencapai target pengembalian investasi y Untuk mencegah atau mengurangi persaingan yang dapat dilakukan dengan kebijaksanaan harga y Untuk mendapatkan laba maksimun y Untuk menstabilkan harga y Untuk mempertahankan atau memperbaiki market share

Metode Penetapan HargaUmumnya penetapan harga didasarkan pada tiga faktor yang dikemukakan oleh Philip Kotler sebagai berikut : 1. Cost Oriented pricing (Penetapan harga jual atas biaya), yaitu Suatu bentuk penetapan harga dimana perusahaan dalam menetapkan harga jualnya untuk masing-masing jenis yang dihasilkan berdasarkan pada besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Cost Oriented Pricing terbagi atas

Cost plus pricing

Yaitu harga yang didasarkan atas biaya produksi total, dan digunakan untuk menentukan harga barangbarang yang sifat penjualannya tidak dilakukan secara rutin, karena bisa mengakibatkan kesukaran dalam menghitung biaya-biaya yang tepat. Mark up pricing Yaitu harga jual yang ditetapkan dengan cara menambah prosentase tertentu pada biaya per unit. Penetapan harga jual ini biasanya ditemukan di kalangan pedagang eceran pertama-tama harus diketahui adalah dasar perhitungan yaitu apakah didasarkan pada harga jual atau biaya. Jika perhitungannya berdasarkan pada harga jual, maka prosentase mark up dengan harga jual. Sedangkan apabila dasar perhitungannya adalah berdasarkan biaya, maka prosentase mark up dihitung dengan mark up dengan biaya terhadap barang tersebut.

Target pricing

Yaitu perusahaan menggunakan cara penetapan harga jual dengan berusaha menentukan harga jual yang akan menghasilkan target rate of return tertentu atas biaya totalnya pada standar volume yang diperkirakan. 2. Demand oriented pricing Penetapan harga yang berdasarkan pada permintaan merupakan strategi penetapan harga atas suatu produk dengan memperhatikan persepsi konsumen dan intensitas permintaan, atau dengan kata lain strategi penetapan harga suatu produk dengan memperhatikan konsumen. Menurut cara ini, kalau permintaan terhadap produk tersebut naik, maka seharusnya harga juga akan naik. Demand oriented procing terbagi atas :

basis, yaitu perbedaan harga yang berdasarkan pada golongan konsumen. Mereka beranggapan bahwa tingkat pengetahuan masingmasing konsumen tersebut berbeda-beda. Product form basis, yaitu harga yang digolongkan berdasarkan dari corak barang yang dihasilkan, karena adanya tambahan dari barang tersebut. Place basis, yaitu perbedaan harga jual yang dilakukan berdasarkan pada tempat dimana barangbarang tersebut dipasarkan. Time basis, yaitu perbedaan harga jual yang didasarkan pada waktu-waktu yang berlainan.Consumer

3. Compotition oriented pricing

Penetapan harga yang berdasarkan persaingan adalah upaya penentuan harga atas dasar persaingan, yaitu dengan memperhatikan harga dari saingan dan kebijaksanaan harga. Namun demikian, harga tidak harus sama dengan pesaing, akan tetapi harga tersebut ditetapkan sedikit lebih rendah dari harga pesaing. Compotion oriented pricing terbagi menjadi : Going rate pricing, yaitu cara penetapan harga, dimana perusahaan berusaha agar harga jual dari produknya setingkat dengan harga jual rata-rata industri.

Sealed bid pricing, penetapan harga yang berorientasi

pada persaingan, yaitu melakukan penetapan harga dalam situasi dimana perusahaan bersaing untuk memperoleh kontrak kerja dengan menetapkan harga yang lebih rendah dari harga yang diminta dari perusahaan-perusahaan saingan.

Hambatan-hambatan dalam penetapan hargaSwastha mengemukakan beberapa hambatan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga, yaitu antara lain sebagai berikut : y kebijaksanaan pemasaran dan pengaruhnya terhadap permintaan. y Penghasilan harga terhadap hubungan subtitusi dan komplementer dari barang yang dihasilkan. y Biaya-biaya y Pembeli dan reaksinya y Supplier

Kotler mengemukakan bahwa ada beberapa pihak yang terlibat atau berpengaruh dalam penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut : y Distributor Sebagian perusahaan hanya menetapkan harga jual produknya kepada penyalur, lalu mereka diperkenankan menetapkan harga jual sekehendak hati mereka. Hal ini disebabkan karena masih adanya anggapan bahwa pihak distributor mengetahui dengan baik tentang posisinya untuk menentukan harga yang cocok. Kelemahannya adalah bahwa pihak produsen melepaskan pengendaliannya terhadap harga ecerannya.

y Competition

Dalam penentuan harga perlu pula dipertimbangkan apakah para pesaing tidak akan berdaya atau dapat menyesuaikan harga, dan atau dapat menyesuaikan unsur-unsur lain dari bauran pemasarannya. y Supplier Pemasok bahan-bahan, dana tenaga kerja bagi suatu perusahaan perlu diperhatikan pula sebagian besar pemasok menafsirkan harga suatu produk merupakan petunjuk tentang jumlah laba perusahaan atas produk yang bersangkutan.

y Government

Faktor yang juga dapat mempengaruhi penetapan harga jual adalah kebijaksanaan pemerintah yang dituangkan dalam bentuk peraturan.

Pengertian Volume PenjualanVolume penjualan adalah besarnya atau banyaknya barang-barang yang dijual pada suatu periode tertentu dengan satuan unit. Menurut Swastha (2001 : 9) menyebutkan bahwa Menjual adalah ilmu dan seni yang mempengaruhi pribadi, yang melakukan penjualan untuk mengajak oran lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : y Penjualan merupakan ilmu dan seni mempengaruhi pribadi seseorang agar membeli barang dan jasa yang ditawarkan. y Proses dimana penjual memastikan keinginan dan kebutuhan pembeli dan keduanya memperoleh manfaat dalam waktu yang relatif singkat.

Kerangka PikirPT. Sekishin Farina Wood Indonesia merupakan suatu perusahaan yang memproduksi kayu. Untuk dapat memasarkan produksinya, maka terlebih dahulu dilakukan penetapan harga jual yang mempertimbangkan variabel-variabel penentu harga jual yakni biaya produksi, dan laba yang diinginkan. Setelah dianalisis maka PT. sekishin Farina Wood Indonesia dapat menetapkan besaran harga jual dan memberi keuntungan bagi perusahaan.

y Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ditunjukkan pada

bagan berikut :PT. Sekishin Farina Wood Indonesia

Harga Jual

Volume Penjualan

HipotesisBerdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan, maka Hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa harga jual yang ditetapkan mempengaruhi peningkatan volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar.

BAB III METODE PENELITIANy Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia yang berlokasi di Jalan Kima 6 Kawasan Industri Makassar. Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang produksi kayu yang ada di Sulawesi Selatan yang pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dalam kegiatan oprasionalnya.

y Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Penelitian lapang (Field research), yaitu melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Pada penelitian lapang penulis menggunakan dua tehnik penelitian yaitu : a. Observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kepada objek penelitian. b. Interview, yaitu dilakukan dengan cara mewawancarai pihak-pihak yang berwenang pada perusahaan yaitu pimpinan dan karyawan perusahaan.

2. Penelitian pustaka (Library research) yaitu Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan landasan teori, serta melalui berbagai buku-buku literatur, serta tulisan-tulisan ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian.

y Jenis dan Sumber Data

Guna menunjang pembahasan, maka jenis data yang dibutuhkan adalah : 1. Data Kualitatif, yaitu data dalam bentuk uraian tentang penjelasan mengenai keadaan perusahaan dalam kegiatan pemasarannya. 2. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang diperoleh dari dokumendokumen perusahaan yang berkaitan serta hasil analisis data.

y Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pimpinan dan para staf atau karyawan perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bukubuku, literatur-literatur perusahaan serta beberapa data lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Metode Analisis Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah : 1. Metode penetapan harga jual berdasarkan metode Cost plus pricing dengan pendekatan Biaya Total yaitu suatu analisis yang digunakan dalam penetapan harga jual dengan rumus yang dikemukakan oleh Basu Swastha (2001 : 154) Harga jual = Biaya total + ( % Marjin/laba Biaya total) Unit terjual

2. Metode Analisis regresi sederhana dengan rumus menurut Carter William K (2004 : 67)Y = a + bx Di mana : Y = Volume Penjualan X = Harga Jual b = n. xy ( x) ( y) n. x2 ( x)2 y b. x n a = Konstan b = Koefisien regresi

a =

y Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan di atas,

maka dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : n xy ( x) ( y) b= n x ( x) a= y b x n

Untuk mengetahui tingkat hubungan antara penetapan harga jual dengan volume penjualan digunakan analisis korelasi sederhana yang dapat diukur dengan rumus yang dikemukakan oleh Carter, William K (2004 : 68) sebagai berikut : n ( xy) ( x) ( y) { n ( x) ( x} { n ( y) ( y) }

r=

Di mana : r = Koefisien korelasi x = Harga jual

y = Volume penjualan n = Jumlah periode tahun

Untuk menghitung koefisien Determinasi dapat digunakan rumus : r2 = (r2) x 100 % Sedangkan untuk menguji tingkat hubungan digunakan uji hipotesa (t.Hitung). dengan rumus yang dikemukakan oleh Subagyo Pangestu (2010 : 300) yaitu t=

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAANy Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Sekishin Farina Wood Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Industri pengolahan kayu. Dimana didirikan sesuai Akte notaris No: 83 pada tanggal 26 Juli 1989 yang mana merupakan Perusahaan PMA hasil kerjasama antara Sekishin Kensetsu CO. LTD, Sekishin Mokkou CO. LTD, Jepang dan PT. Bintang Segar Farina di Makassar.

Karena terbentuk dua perusahaan kerjasama antara jepan dan Indonesia makassar maka kemudian diberi nama PT. Sekishin Farina Wood Indonesia. Dan kemudian diresmikan pada tanggal 24 Februari 1990 oleh Gubernur KDH.TK.I Sulawesi Selatan atas nama Drs. H.M. Parawansa. di Jalan Kima 6 Kav. 1-2 Kawasan Industri Makassar. Proses produksi pengolahan kayu PT. Sekishin Farina Wood Indonesia adalah proses pengolahan kayu dari bentuk sawn timber / balok diproduksi menjadi kayu profil atau kayu moulding untuk kemudian di eksport. Adapun tujuan Eksport ke Negara Erofa dan Asia.

Penerimaan bahan baku Sawn Timber/kayu gergajian diperoleh dari pasokan melalui kerjasama dengan PT. Rante Mario yang merupakan sister company yang mana logs diperoleh dari Areal konsesi kami yang ada di : y HPH Sulawesi Tenggara milik PT. Tiar Bungin Elok, dan PT. Mija Raya Sembada. y HPH Sulawesi Barat Mamuju milik PT. Rante Mario. Dan HPH KSO di Bintuni Papua Barat.

Untuk dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal dan agar administrasi lebih akurat maka proses produksi kayu yang kami terapkan dengan system Chain Of Custody (CoC) system lacak balak yang mulai dilakukan/disimulasikan sejak 21 Februari 2008. Dan oleh karenanya maka Smartwood is a Program The Rainforest Alliance memberikan sertifikasi dengan nomor : CW-VLO-004744. pada tanggal 10 Maret 2010 sebagai prasyarat pasar kayu di dunia khususnya negara Eropa dan pengakuan negara tujuan ekspor lainnya bahwa produk kayu yang dihasilkan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia telah mendapat sertifikasi Verifikasi Legal Origin (VLO). Yang menjadi jaminan legalitas keabsahan kayu.

Adapun visi dan misi dari PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA yaitu : VISI : y Menjadikan Produksi Yang Berkualitas, Berkesinambungan dan Bersertifikat. MISI : y Meningkatan sistem mekanisme kerja yang lebih profesional. y Meningkatan Kompetensi Karyawan dalam mencapai prestasi kerja. y Meningkatkan peran Tata Usaha Kayu (TUK) dalam pendataan lacak balak. y Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. y Menghasilkan Produk Berkualitas, dan Ramah Lingkungan.

STRUKTUR ORGANISASI PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIAPresiden Direktur Direktur M. Pengad Bhn baku Staf. Pengad Bhn baku M.Personalia & Umum Senior M Keu

M. produksi

M. Pemasaran

M. Keu & Pajal

Adm. produksi Pemiihan kayu Bag. Pengeringan Bag. Produksi gudang Mekanik

Sekretaris Staf Adm. umum Logistik HR & PR

Adm. Eksport

Accounting Kasir Bag. Pembelian

Berikut ini akan dikemukakan masing-masing bagian yang terdapat dalam struktur organisasi PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar. 1. Presiden Direktur Presiden Direktur adalah top manajer yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab menyeluruh terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan baik yang berkaitan dengan kegiatan dalam (internal) maupun kegiatan luar (eksternal). Presiden direktur mempunyai wewenang berupa perintah kepada bawahannya secara langsung melalui pemantauan divisi.

2. Direktur Sebagai penanggung jawab atas kelancaran jalannya kegiatan perusahaan. Direktur bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan operasional departemendepartemen yang berada dalam pengawasan hasil kerja departemen tersebut dan dilaporkan kepada direktur utama. 3. Senior Manajer Keuangan Senior Manajer Keuangan bertugas mengawasi dan mengkoordinir alur kas pada perusahaan.

4. Manajer pengadaan Bahan baku Bagian ini mempunyai tugas mengadakan pembelian bahan baku dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap penentuan harga bahan baku. Bagian ini mempunyai hubungan organisator membawahi langsung Raw material staf/Staf penyedia bahan baku. 5. Manajer Produksi Manajer Produksi bertugas mengatur rencana produksi bahan baku yang akan diproduksi, standar kualisasi produksi berdasarkan permintaan pasar. Bagian ini membawahi langsung

6. Manajer Personalia & Umum Manajer Personalia dan umum bertugas melaksanakan dan mengawasi secara baik sistem-sistem mailing (Surat menyurat), administrasi personalia, perlengkapan administrasi dan kantor. 7. Manajer Pemasaran Berhubungan langsung dengan konsumen untuk menawarkan hasil produksi serta melaksanakan penjualan dan mencari informasi pasar meliputi segala yang dapat mempelajari hubungan antara produsen dan konsumen.

8. Manajer Keuangan dan Pajak Bertugas menyelesaikan atau merampungkan tagihan piutang, menyetor uang atau surat-surat berharga ke bank, menyelenggarakan pembukuan perusahaan serta mengambil dan menyelenggarakan pembukuan perusahaan serta mengambil dan menyetor uang dari dan ke bank. Serta mengurus pajak perusahaan.

Kegiatan Usaha Proses produksi pengolahan kayu PT. Sekishin Farina Wood Indonesia adalah proses pengolahan kayu dari bentuk sawn timber/balok diproduksi menjadi kayu profil atau kayu moulding untuk kemudian di eksport. Adapun tujuan Eksport ke Negara Erofa dan Asia. Penerimaan bahan baku Sawn Timber / kayu gergajian diperoleh dari pasokan melalui kerjasama dengan PT. Rante Mario yang merupakan sister company yang mana logs diperoleh dari Areal konsesi kami yang ada di : y HPH Sulawesi Tenggara milik PT. Tiar Bungia Elok, dan PT. Mija raya Sembada. y HPH Sulawesi Barat Mamuju milik PT. Rante Mario. Dan HPH KSO di Bintuni Papua Barat.

Proses Produksi Meliputi : 1. Penerimaan Bahan Baku 2. Gudang Basah Tempat penyusunan Bahan baku/sawn timber yang sebelum di olah untuk dikeringkan. 3. Proses Kiln Dry Proses pengeringan Kayu, yg ditempatkan dalam ruangan dengan suhu tertentu agar kadar air dan getah kayu berkurang sehingga dapat mematikan bakteri kayu/jamur dan rayap.

4. Mesin Plenner Mesin untuk meratakan sisi atas dan bawah kayu. Prosedur kerja dalam mesin planner meliputi : a. Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses kemudian mencatatnya untuk berikan ke General Admin. Cek ketajaman pisau dan tempat conveyor. b. Siapkan pallet-pallet. c. Toleransi hasil keluarnya produk maksimal 0,5 mm antara kanan dan kiri mesin.

d. Sebagian hasil keluar didasarkan pada kriteria : Grade A : sampai 90% baik 10% cacat Grade B : 60% baik 40% cacat Grade C : 40% baik sampai 60% cacat e. Bahan sebelum masuk planner diusahakan tebalnya kurang lebih sama. f. Hasil dari mesin harus dipisah berat jenis antara ringan dan berat.

g. Hasil dari mesin harus dipisah berat jenis antara ringan dan berat. h. Ketika barang turun dari mesin jangan dibanting. i. Membuat data label pada bundle kayu j. Matikan mesin selesai operasional. k. Membuat Laporan Harian Produksi l. Menjaga kebersihan lokasi/ tempat.

5. Mesin Cross cut Mesin untuk menentukan/memotong panjang pendeknya kayu. Prosedur kerja dalam mesin cross cut meliputi: a. Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin. b. Cek ketajaman pisau dan atur sudut silang supaya mendekati 900. c. Panjang bahan finger joint adalah: y Minimal : 25 cm y Maksimal : 100 cm d. Buang cacat kayu akibat simpul, retak , hati kayu, busuk.

e. Pemotongan sudut kemiringan pada toleransi 10mm lebar : 70mm panjang untuk Finger Joint Solid. f. Pemotongan sudut kemiringan pada toleransi 10mm lebar : 100 mm panjang untuk Finger Joint Laminated. g. Cek dengan peralatan penunjang yang telah disiapkan pada masing-masing cross cut. h. Membuat data label pada bundle kayu i. Pastikan tidak ada retak pada ujung kayu. j. Membuat laporan harian produksi k. Menjaga kebersihan lokasi/tempat.

6. Mesin Ripsaw Mesin untuk meratakan dan menghaluskan sisi kiri dan kanan kayu. Prosedur kerja dalam mesin rip saw meliputi : a.Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin. b.Cek ketajaman pisau dan kondisi mesin dan siapkan pallet-pallet sebelum memulai kegiatan. c. Lakukan pelurusan dahulu satu sisi yang baik pada bahan baku. d. Pemotongan ukuran harus sesuai yang tersebut dalam daftar potong.

e. Membuat Data Label pada bundle kayu f. Membuat laporan harian produksi g.menjaga kebersihan lokasi/tempat 7. Mesin moulder/Moulding Mesin untuk menghaluskan dan membentuk profil atau bentuk kayu. Prosedur kerja dalam mesin moulding meliputi : a. Memeriksa data label pada bundle yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin. b.Periksalah ketajaman pisau sebelum aktivitas.

c. Pengecekan bahan yang akan masuk moulding, tebal dan lebar. d. Lakukan pengecekan pisau untuk mendapatkan hasil yang square. e. Susun kembali bahan yang sudah dimoulding di pallet dengan rapi. f. Selalu matikan mesin dan tutup blower apabila bahan masih menunggu. g. Membuat data label pada bundle kayu h. Membuat laporan harian produksi i. menjaga kebersihan lokasi dan tempat.

8. Mesin Finger joint Mesin untuk menyambung atau menjoin kayukayu pendek menjadi panjang. Prosedur kerja dalam mesin Finger Joint meliputi : a. Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin. b. Berikan nomor dan label pada set pisau yang dipakai. c. Catat nomor lem d. Perhatikan dalam pengaturan glue feader e. Tekanan harus sesuai seperti tabel. f. Perhatikan waktu penekanan.

g. Perhatikan masa pakai lem dalam roll. h. Membuat data label pada bundle kayu i. Membuat laporan hasil produksi j. Pastikan kebersihan tempat glue feader. 9. Mesin Laminating Mesin untuk merapatkan kayu menjadi lebar. Prosedur kerja dalam Laminating meliputi : a.Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin.

b. Lakukan pemeriksaan mesin sebelum diaktifkan c. Perhatikan pencampuran antara lem dan hardener harus sesuai standar. d. Tekanan harus sesuai dengan table. e. Perhatikan waktu penekanan. f. Membuat data label pada bundle kayu g. Membuat laporan hasil produksi h. Perhatikan masa bertahan lem dalam roll.

10. Proses Repair Memeriksa dan mengontrol kualitas kayu olahan mesin, apabila terdapat kerusakan atau kecacatan akan diperbaiki lagi. Prosedur kerja dalam Repair meliputi: a.Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberitahukan ke General Admin. b. Menyiapkan peralayan yang diperlukan untuk repair c. Perhatikan fisik kayu yang memiliki pinhole d. Membuat data label pada bundle kayu

e.Membuat laporan harian produksi f. Lakukan pendempulan terhadap fisik kayu sampai permukaan kayu rata. g.Jagalah kebersihan lokasi dan tempat. 11. Proses Sander Proses penghalusan permukaan kayu atau kayu hasil repair yang dianggap kurang rata. Prosedur kerja dalam Sander meliputi: a.Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan dip roses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General Admin b.Lakukan pemeriksaan mesin sebelum diaktifkan.

c. Lakukan pemasangan ampelas pada mesin sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. d.Membuat data label pada bundle kayu. e.Membuat laporan harian produksi. f. Penyetelan ukuran sesuai ketebalan kayu. g.Pastikan kebersihan lokasi dan tempat.

yang

12. Packing dan Lebeling Finis good atau penyusunan dan pembungkusan produk.

Prosedur kerja dalam Packing meliputi: a.Memeriksa data label pada bundle kayu yang akan diproses, mencatat untuk kemudian diberikan ke General admin. b.Sebelum bekerja siapkan dulu barang-barang yang akan diperlukan c. Lakukan pengecekan terhadap fisik kayu meliputi tebal, lebar, panjang harus sesuai order. d.Lakukan pengepakan secara baik dan benar sesuai order. e.Membuat data label pada budle kayu f. Membuat laporan harian produksi

g. Setelah barang terbungkus dengan rapi tempelkan label yang sudah ditentukan. h. Menjaga kebersihan lokasi dan tempat. Pengendalian Barang Jadi di Packing meliputi: y Pengendalian barang jadi VLO di gudang packing dilakukan melalui pemisahan tempat antara barang VLO dengan barang Non VLO. y Ada penandaan yang jelas di produk VLO melalui label atau marking y pada packing yang sebelumnya telah dibuat oleh bagian packing

y Bahan VLO yang masuk, keluar dan disimpan (stock)

di Gudang packing terdata pada laporan packing. y Bagian packing bertanggung jawab untuk mencantumkan nomor pallet pada produk yang mana nomor ini akan disesuaikan dengan dokumen packing list sesuai dengan permintaan dari bagian ekspor. 13. Proses pengisian Kontainer dan pengiriman barang.

BAB V HASILPENELITIAN & PEMBAHASANA. Hasil Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjual produknya sanat ditentukan oleh strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, dimana pihak manajemen perusahaan wajib untuk memperhitungkan berbagai macam langka-langkah kongkrit yang akan mereka lakukan, dimana hal tersebut dapat menetukan posisi perusahaan tersebut dalam persaingan. Salah satu strategi harga pemasaran yang patut diperhitungkan adalah strategi harga.

Strategi harga memiliki perananyang sangat besar dalam menentukan keberhasilan pemasaran produk serta kelangsungan perusahaan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa strategi harga yang efektif dapat memperkokoh kedudukan perusahaan dalam persaingan usaha, stategi harga yang tepat juga dapat menjamin kelancaran penjualan hasil produksi. Agar strategi harga yang diberlakukan oleh perusahaan dapat berjalan secara efektif dan mendukung kelancaran penjualan hasil produksi maka diperlukan suatu metode penetapan harga yang dapat menentukan tingkat harga yang tepat, yang tidak saja mempertimbangkan faktor permintaan akan tetapi juga memperhatikan struktur biaya serta tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut.

Sebelum menganalisis harga jual, terlebih dahulu kita akan melihat pengertian dari biaya variabel. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional. Selanjutnya kita akan melihat perincian biaya variabel dibawah ini :

Tabel 1 PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA Perincian biaya variabel Tahun 2008 s/d 2010Unsur Biaya Biaya Bahan Baku Biaya tenaga Kerja langsung Biaya overhead Biaya penjualan Jumlah BiayaS r : T. SE IS I F I

2008 7.580.560.320 387.291.310

2009 11.185.050.824 467.345.201

2010 8.054.481.200 462.735.210

371.193.110 394.473.220 8.733.517.960I ESI

364.713.412 466.953.531 12.484.062.968

335.934.326 463.754.886 9.316.905.662

Tabel 1 menunjukkan biaya variabel yang dikeluarkan dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2008 sebesar Rp. 8.733.517.960 pada tahun 2009 sebesar Rp. 12.484.062.968 dan pada tahun 2010 Rp. 9.316.905.662, untuk biaya variabel paling besar dikeluarkan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 12.484.062.968 Seperti telah dikemukakan diatas dimana dikatakan bahwa biaya variabel merupakan biaya yang berubahubah seiring dengan perubahan aktivitas produksi diperusahaan tersebut, maka perusahaan PT.Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar mengelompokkan biaya variabel pada beberapa jenis biaya yang terdiri dari :

1. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja langsung yang langsung berhubungan dengan proses produksi seperti bagian penyusunan, bagian mesin pengeringan, bagian mesin perataan, bagian mesin untuk menyambung kayu,bagian mesin penghalusan.

3. Biaya Overhead Biaya overhead merupakan biaya biaya bahan pendukung proses produksi seperti biaya pengolahan (lem, kertas gosok) dan biaya minyak pelumas. 4. Biaya Penjualan Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan setelah melakukan proses produksi, biaya tersebut terdiri dari biaya pengiriman biaya administrasi.

Setelah kita melihat biaya variabel perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, selanjutnya kita akan melihat perincian biaya tetap perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang dapat di lihat pada tabel berikut : Biaya Tetap adalah biaya yang di dalam jarak kapasitas tertentu totalnya tetap, meskipun volume kegiatan perusahaan berubah.

Tabel 2 PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA Perincian biaya Tetap Tahun 2008 s/d 2010Unsur Biaya Biaya Tenaga kerja tidak langsung Biaya Pemeliharaan Biaya Penyusutan Jumlah Biaya 382.294.560 393.295.890 1.247.892.411 453.523.522 375.272.750 1.305.628.832 485.825.800 397.924.403 1.473.062.768 2008 472.301.961 2009 476.832.560 2010 589.312.565

Su ber : PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA

Tabel 2 menunjukkan biaya tetap dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.247.892.411 pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.305.628.832 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.473.062.768 untuk biaya tetap paling besar dikeluarkan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.473.062.768. Adapun perincian biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terbagi atas beberapa bagian : 1. Biaya tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung bekerja dalam proses produksi diperusahaan tersebut seperti, pimpinan, karyawan kantor, manajer.

2. Biaya Pemeliharaan Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memelihara fasilitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan seperti, biaya pemeliharaan mesin, biaya sewa kendaraan, biaya pemeliharaan kantor, biaya pemeliharaan peralatan. 3. Biaya Penyusutan Dalam menjalankan kegiatan produksinya, maka perusahaan menggunakan mesin dan peralatan lainnya dalam proses produksi, biaya penyusutan terdiri dari penyusutan mesin, penyusutan peralatan kantor, penyusutan kendaraan, penyusutan gedung pabrik.

Selanjutnya kita akan melihat biaya total perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, yang dapat di lihat pada tabel berikut : Biaya total adalah merupakan jumlah dari biaya variabel ditambah dengan jumlah biaya tetap.

Tabel 3 PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA Perincian biaya Total Tahun 2008 s/d 2010Tahun 2008 2009 2010 Biaya Variabel 8.733.517.960 12.484.062.968 9.316.905.622 Biaya Tetap 1.247.892.411 1.305.628.832 1.473.062.768 Biaya Total 9.981.410.371 13.789.691.800 10.789.968.390

Sumber : PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA

Tabel 3 menunjukkan biaya total selama tiga tahun terakhir dimana pada tahun 2008 biaya total sebesar Rp. 9.981.410.371 sedang biaya total pada tahun 2009 sebesar Rp. 13.789.691.800 serta pada tahun 2010 sebesar Rp. 10.789.968.390. dan biaya yang paling banyak dikeluarkan yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 13.789.691.800y Metode Cost plus Pricing

Berikut ini perhitungan harga jual perusahaan PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut :

Harga jual tahun 2008 Dimana : Biaya Total : Rp. 9.981.410.371 Laba : 20 % Unit terjual : 2.169.743 M3 Maka Harga jual = Biaya total + (% Marjin Biaya total) Unit terjual = Rp. 9.981.410.371 + ( 20 % Rp. 9.981.410.371 ) 2.169.743 = Rp. 9.981.410.371 + Rp.1.996.282.074 2.163.743 = Rp. 11.977.692.445 2.163.743 = Rp. 5.520.328

Harga jual tahun 2009 Biaya total = Rp. 13.789.691.800 Laba = 20 % Unit terjual = 2.833.171 M3 Maka Harga jual = Biaya total + (% Marjin Biaya total) Unit terjual = Rp. 13.789.691.800 + ( 20% Rp. 13.789.691.800)2.833.171

= = =

Rp. 13.789.691.800 + Rp.2.757.938.360 2.833.171 Rp. 16.547.630.160 2.833.171 Rp. 5.840.674

Harga jual tahun 2010 Biaya total = Rp. 10.789.968.390 Laba = 20 % Unit terjual = 2.327.423 M3 Maka Harga jual = Biaya total + ( % Marjin Biaya total) Unit terjual = Rp. 10.789.968.390 + ( 20 % Rp. 10.789.968.390) 2.327.423 = Rp.10.789.968.390 + Rp. 2.157.993.678 2.327.423 = Rp 12.947.962.068 2.327.423 = Rp. 5.563.208

Untuk mengetahui lebih jelas harga jual yang diperoleh dengan menggunakan metode cost plus pricing diatas dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4 PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA Harga Jual Tahun 2008 s/d 2010Tahun 2008 2009 2010 Harga jual Rp.5.520.328 Rp. 5.840.674 Rp. 5.563.208 Persentase 94,51% 95,24%

Tabel 4 menunjukkan bahwa Harga jual yang ditetapkan oleh PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar tiap tahunnya mengalami perubahan dimana pada tahun 2008 harga jual per M3 kayu sebesar Rp. 5.520.328 kemudian harga jual naik pada tahun 2009 sebesar Rp. 5.580.674 atau naik sebesar 94,51%. Berbeda pada tahun 2009 sampai 2010 harga jual per M3 kayu turun dari Rp. 5.840.674 turun menjadi Rp. 5.563.208 atau turun sekitar 95,24%.

Analisis Koefisien Regresi dan Korelasi Analisis Koefisien Regresi Analisis regresi sederhana adalah suatu analisis statistik untuk menguji pengaruh variabel bebas(x) terhadapvariabel terikat (y) atau dengan kata lain, berapa besar pengaruh harga jual (x) terhadap volume penjualan (y). Berikut ini disajikan regresi sederhana antara harga jual dengan volume penjualan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3 PT. SEKISHIN FARINA WOOD INDONESIA Regresi Harga Jual dan Volume Penjualan Tahun 2008 s/d 2010Harga Jual Tahun (Rp) X Volume Penjualan (M3) Y 2008 2009 2010 3 5.520.328 5.840.674 5.560.208 16.924.210 2.169.743 2.883.171 2.327.427 7.330.341 30.474.021.227.584 34.113.472.774.275 30.949.283.251.264 95.536.777.253.124 4.707.784.686.049 8.026.857.915.241 5.416.916.440.329 18.151.559.041.619 11.977.693.035.704 16.547.628.197.254 12.947.960.505.816 41.473.281.738.774 X2 Y2 XY

Berdasarkan tabel 5 di atas, maka perhitungan analisis regresi sederhana sebagai berikut : Diketahui n =3 x = Rp. 16.924.210 y = Rp. 7.330.341 x2 = Rp. 95.536.777.253.124 y2 = Rp. 18.151.559.041.619 xy = Rp. 41.473.281.738.774

Maka : b = n. xy ( x) ( y) n. x2 ( x)2 = 3 (41.473.281.738.774) (16.924.210) (7.330.341) 3 (95.536.777.253.124) (16.924.210)2 = 124.419.845.216.322 124.060.230.455.610 288.610.331.759.372 286.428.884.124.100 = 359.614.760.712 181.447.635.272 = 1.982

Sedangkan nilai a dapat dihitung sebagai berikut : a= y b. x n = 7.330.341 1,981 (16.924.210) 3 = 7.330.341 3.352.688 3 = 3.977.653 3 = 1.326

Setelah diketahui nilai koefisien regresi (b) dan nilai konstan (a), maka persamaan regresinya adalah : Y = a + bx = 1.326+ 1.982x Pengaruh antara harga jual dengan volume penjualan adalah setiap kenaikan atau penurunan harga jual akan mempengaruhi volume penjualan sebesar 1.982 Analisis koefisien korelasi Korelasi adalah koefisien yang mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5 maka dapat dicari koefisien korelasi antara harga jual dengan volume penjualan sebagai berikut :

b=

n ( xy) ( x) ( y) { n ( x 2) ( x) 2 {n ( y 2) ( y) 2 } = 3(41.473.281.738.774) - (16.924.210) (7.330.341)3(95.536.777.253.124) (16.924.210)2 3(18.151.559.041.619) (7.330.341)2

= 124.419.845.216.322 =

124.060.230.455.610

(286.610.331.759.372) (286.428.884.124.100) (54.454.677.124.857) - (53.733.899.176.281)

359.614.760.712 181.447.635.272 720.777.948.576 = 359.614.760.712 (425.967) (848.986) = 359.614.760.712 361.640.019.462 = 0,99

Tabel 6 Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien KorelasiInterval Koevisien 0,00 0,0199 0,20 0,399 0,40 - 0,599 0,60 0,599 0,80 1,00 Hani Handoko, 2004 (Pengantar Statistik) Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Dengan melihat tabel pedoman interprestasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara harga jual dengan volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar karena berada pada rentang antara 0,80 1,00 berarti dapat dilanjutkan.

= 0,992 100 % = 0,98 100% = 98 % Dengan metode determinasi memperoleh hasil 98 % juga memperoleh hasil positif maka antara kedua variabel tersebut saling berpengaruh. Uji Hipotesis Untuk mengetahui korelasi atau hubungan di antara variabel-variabel itu kuat atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t, dan nilai t hitung dicari dengan rumus sebagai berikut :

r2

t = = = == 0,99 50

= 0,99 . 7,07 = 6,999

Nilai t tabel dengan 0,05 df (n k) yaitu 3 1 = 2 jadi t tabelnya = 2,920. Perhitungan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa t hitung t tabel 6,999 2,920 dengan demikian hipotesis yang menyatakan harga jual berpengaruh terhadap volume penjualan ternyata diterima.

B. Pembahasan Penelitian ini membahas pengaruh penetapan harga jual terhadap volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar. Berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan, bahwa dalam tiga tahun terakhir perusahaan mengalami keuntungan nilai penjualan. Ini terlihat dari nilai penjualan yang dihasilkan bernilai positif, namun tingkat keuntungan penjualan tersebut tidak mengalami peningkatan yang meningkat, cenderung mengalami penurunan, tetapi tidak sampai merugikan perusahaan. Adapun penurunan tersebut merupakan dinamika yang dihadapi perusahaan.

Setelah dilakukan pengolahan data tersebut diatas dengan menggunakan rumus regresi sederhana maka diperoleh hasil Y = a + bx yaitu Y = 1.326 + 1.982x Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diketahui nilai koefisien regresi (b) yang diperoleh sebesar 1.982 artinya bahwa setiap pemberian perlakuan Rp.1 tetap memberikan pengaruh terhadap variabel terikat (y) sebesar Rp. 1.982 Nilai konstan (a) diperoleh hasil 1.326 artinya bahwa setiap pemberian perlakuan Rp. 1 tetap memberikan pengaruh terhadap variabel terikat (y) sebesar Rp. 1.326

PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar dengan melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode korelasi diperoleh hasil yaitu r = 0,99 yang berarti hubungan antara harga jual terhadap volume penjualan dalam rentang kuat. Dan hasil dengan menggunakan metode determinasi r2 = 98 % Dari hasil perhitungan t hitung dan t tabel menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel sesuai dengan ketentuan t hitung t tabel yaitu 6,999 2,920 itu berarti bahwa hipotesis diterima.

ESIM

BAB VI LAN AN SARAN

a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penentuan harga jual terhadap volume penjualan pada PT. Sekishin Farina Wood Indonesia di Makassar. disimpulkan bahwa 1. Harga jual Pada tahun 2008 sebesar Rp. 5.520.328 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar Rp. 5.840.674 atau naik sebesar 94,51% dan pada tahun 2009 sampai 2010 turun dari Rp. 5.840.674 menjadi Rp. 5.563.208 atau turun sekitar 95,24%

2. Berdasarkan

hasil perhitungan analisis regresi sederhana maka diketahui nilai koefisien regresi (b) sebesar 1.982 dan nilai konstan (a) sebesar 1.326 jadi y =1.326 + 1.982x 3. Hasil perhitungan dengan metode korelasi dengan (r) 0,99. Menunjukkan hubungan yang erat dan positif antara harga jual dengan volume penjualan. Dan nilai koefisien determinasi (r2) 98 % juga menunjukkan pengaruh yang positif antara harga jual dengan volume penjualan. 4. Dari hasil perhitungan t hitung dan t tabel memperlihatkan t hitung t tabel yaitu 6,999 2,920 itu berarti bahwa hipotesis diterima.

b. Saran Beberapa masukan yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Dengan menganalisis data-data mengenai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang cukup besar, maka sebaiknya pihak perusahaan selalu mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan yang memperlihatkan biaya-biaya yang cukup besar. 2. Disarankan agar pengelolaan manajemen pemasaran terus diperbaiki utamanya terhadap penentuan harga jual agar perusahaan terus dapat berkembang dan maju serta nilai penjualan setiap tahun mengalami peningkatan.

3. Dalam menetapkan harga jual perusahaan sebaiknya tidak semata-mata berorientasi pada memaksimalkan laba akan tetapi juga mempertimbangkan faktor lainnya seperti harga pesaing.

TERIMA KASIH