potensi sukuk negara (sbsn) sebagai instrumen … · pembangunan di banyak negara berkembang telah...

16
POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI) VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019 POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Lokot Zein Nasution Peneliti pada Pusat Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan RI Email: [email protected] Abstrak Pemerintah mempunyai tiga fungsi penting, yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi, dimana ketiga fungsi tersebut akan berjalan optimal jika diimbangi dengan kesesuaian pendanaan fiskal yang memadai. Namun, keterbatasan pembiayaan pembangunan seringkali menjadi hambatan utama dalam menjalankan fungsi pemerintah, sehingga berimplikasi pada derajat kualitas pembangunan yang seringkali belum optimal. Persoalan utama terletak pada keterbatasan inovasi akibat terbatasnya instrumen pembiayaan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana potensi sukuk negara (SBSN) dapat menjadi instrumen alternatif bagi pembiayaan pembangunan. Dengan metode review literatur kritis (critical literature), didapatkan bahwa kebutuhan anggaran pemerintah pusat untuk kasus di Indonesia sangat tinggi. Rata-rata pemerintah selalu mengalami defisit fiskal, sehingga peningkatan ruang fiskal sangat diperlukan dalam rangka memenuhi belanja pemerintah bagi pembiayaan pembangunan. Pengembangan instrumen SBSN merupakan strategi kebijakan municipal bonds, yang sangat bermanfaat bagi pemerintah agar bisa memiliki perencanaan detail jangka panjang. Dibandingkan Utang Luar Negeri (ULN), risiko yang ditimbulkan SBSN relatif lebih rendah. Dibandingkan obligasi konvensional, SBSN sebagai sumber pembiayaan dinilai lebih unggul karena tidak mengandung unsur spekulasi, judi (maysir), riba, dan ketidakjelasan (gharar). Sukuk dinilai lebih memperhatikan prinsip keadilan dan kesetaraan, terutama yang terletak pada konsep bagi hasil/margin. Banyak studi mengungkapkan bahwa selama masa krisis keuangan global pada tahun 2008, penerbitan sukuk di Indonesia pasca dikeluarkannya Undang-Undang SBSN mampu menunjukkan lebih sedikit risiko, kinerja yang lebih baik, dan stabilitas yang lebih tinggi daripada obligasi konvensional. Dengan demikian, SBSN dapat menyediakan alternatif pendanaan bagi sektor publik yang lebih baik, yang secara otomatis akan berimplikasi pada penyediaan pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan penguatan nilai strategis SBSN, yang dapat dilakukan melalui dukungan kebijakan dan komitmen berbagai pemangku kepentingan, terutama dari OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kata Kunci : Fungsi Pemerintah, Sukuk Negara (SBSN), Defisit Anggaran, Pembiayaan Pembangunan 1. Latar Belakang Menurut Krishnamohan (2016), terdapat tiga fungsi pokok pemerintah, yaitu: (i) fungsi alokasi, yakni pemerintah berfungsi dalam mengalokasikan sumberdaya 39

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Lokot Zein Nasution Peneliti pada Pusat Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan RI Email: [email protected] Abstrak

Pemerintah mempunyai tiga fungsi penting, yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi, dimana ketiga fungsi tersebut akan berjalan optimal jika diimbangi dengan kesesuaian pendanaan fiskal yang memadai. Namun, keterbatasan pembiayaan pembangunan seringkali menjadi hambatan utama dalam menjalankan fungsi pemerintah, sehingga berimplikasi pada derajat kualitas pembangunan yang seringkali belum optimal. Persoalan utama terletak pada keterbatasan inovasi akibat terbatasnya instrumen pembiayaan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana potensi sukuk negara (SBSN) dapat menjadi instrumen alternatif bagi pembiayaan pembangunan. Dengan metode review literatur kritis (critical literature), didapatkan bahwa kebutuhan anggaran pemerintah pusat untuk kasus di Indonesia sangat tinggi. Rata-rata pemerintah selalu mengalami defisit fiskal, sehingga peningkatan ruang fiskal sangat diperlukan dalam rangka memenuhi belanja pemerintah bagi pembiayaan pembangunan. Pengembangan instrumen SBSN merupakan strategi kebijakan municipal bonds, yang sangat bermanfaat bagi pemerintah agar bisa memiliki perencanaan detail jangka panjang. Dibandingkan Utang Luar Negeri (ULN), risiko yang ditimbulkan SBSN relatif lebih rendah. Dibandingkan obligasi konvensional, SBSN sebagai sumber pembiayaan dinilai lebih unggul karena tidak mengandung unsur spekulasi, judi (maysir), riba, dan ketidakjelasan (gharar). Sukuk dinilai lebih memperhatikan prinsip keadilan dan kesetaraan, terutama yang terletak pada konsep bagi hasil/margin. Banyak studi mengungkapkan bahwa selama masa krisis keuangan global pada tahun 2008, penerbitan sukuk di Indonesia pasca dikeluarkannya Undang-Undang SBSN mampu menunjukkan lebih sedikit risiko, kinerja yang lebih baik, dan stabilitas yang lebih tinggi daripada obligasi konvensional. Dengan demikian, SBSN dapat menyediakan alternatif pendanaan bagi sektor publik yang lebih baik, yang secara otomatis akan berimplikasi pada penyediaan pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan penguatan nilai strategis SBSN, yang dapat dilakukan melalui dukungan kebijakan dan komitmen berbagai pemangku kepentingan, terutama dari OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kata Kunci : Fungsi Pemerintah, Sukuk Negara (SBSN), Defisit Anggaran,

Pembiayaan Pembangunan

1. Latar Belakang

Menurut Krishnamohan (2016),

terdapat tiga fungsi pokok

pemerintah, yaitu: (i) fungsi alokasi,

yakni pemerintah berfungsi dalam

mengalokasikan sumberdaya

39

Page 2: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

ekonomi yang ada dalam

perekonomian kepada seluruh

masyarakat; (ii) fungsi distribusi,

yakni pemerintah berfungsi dalam

menjamin distribusi sumberdaya

ekonomi kepada seluruh

masyarakat secara adil dan merata,

sehingga masyarakat mendapatkan

tingkat penghasilan yang layak; dan

(iii) fungsi stabilisasi, yakni

pemerintah harus dapat menjamin

dan menjaga stabilitas

perekonomian nasional. Untuk

melaksanakan ketiga fungsi

tersebut, pemerintah mutlak

memerlukan pembiayaan dalam

rangka mewujudkan pembangunan

yang berkualitas, yaitu

pembangunan yang mampu

mensejahterakan masyarakat secara

merata. Dalam konteks

desentralisasi, pembiayaan

pembangunan mencakup

pemerintah pusat dan pemerintah

daerah (Faguet & Pöschl, 2015).

Pembiayaan pembangunan adalah

pengalokasian dana yang digunakan

untuk keperluan pembangunan di

suatu negara atau daerah, terutama

pada sektor infrastruktur, ekonomi

dan sosial (Ong & Fritzen, 2007).

Namun, beragam kasus empiris

membuktikan bahwa untuk

mengoptimalkan tiga fungsi

pemerintah di atas, seringkali

terkendala oleh keterbatasan

pembiayaan pembangunan.

Pemerintah kerapkali dihadapkan

pada keterbatasan ruang fiskal

akibat keterbatasan dalam

melakukan inovasi pendapatan.

Dalam skala nasional, keterbatasan

APBN mampu berdampak signifikan

terhadap target pembangunan yang

tidak tercapai. Kendala tersebut

terutama banyak dihadapi oleh

mayoritas negara berkembang

akibat keterbatasan daya saing

komparatif dan kompetitif, sehingga

pemasukan negara menjadi

terbatas, terutama dari sektor pajak.

Penelitian dari Abdulkareem et al.,

(2019) menemukan bahwa

keterbatasan pemasukan negara

berdampak pada tereduksinya fungsi

distribusi, yang berdampak pada

keterbatasan program subsidi dan

pengentasan kemiskinan. Hasil

penelitian serupa juga telah lama

dikemukakan oleh Brealey et al.

(1996), bahwa pembiayaan

pembangunan di banyak negara

berkembang telah menjadi

penghambat paling signifikan bagi

percepatan laju pertumbuhan

ekonomi.

Ragam keterbatasan

pembiayaan pembangunan telah

menghadirkan berbagai inovasi

dalam rangka memperlebar ruang

fiskal agar pemerintah lebih leluasa

dalam menjalan peran dan

fungsinya. Kasus di Indonesia, salah

satu inovasi yang saat ini sedang

gencar dilakukan adalah

pengembangan instrumen keuangan

syariah (Islamic Finance) yang

dipercaya mampu menjadi solusi

untuk memperdalam sektor

keuangan. Menurut Azis et al.,

(2016) pendalaman sektor keuangan

bukan hanya berfungsi bagi

optimalisasi siklus ekonomi antara

permintaan dan penawaran uang,

namun juga bagi pembiayaan

pemerintah seperti penerbitan surat

utang. Dalam kasus tersebut, salah

satu yang ditekankan dalam rangka

pembiayaan defisit fiskal adalah

penerbitan obligasi syariah (sukuk)

yang dalam banyak kasus di tingkat

global mampu menjadi solusi terbaik

Page 3: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

bagi pembiayaan pemerintah. Jenis

sukuk yang dimaksud adalah sukuk

negara atau SBSN (Surat Berharga

Syariah Negara).

Namun demikian, pemanfaatan

SBSN sebagai alternatif pembiayaan

pembangunan akan dapat optimal

jika pemerintah mampu menangkap

beragam potensi yang melekat

dalam sebuah perekonomian

domestik. Kasus di tingkat global

akan tidak sama dengan kasus di

Indonesia, yakni apakah instrumen

SBSN mempunyai probabilitas yang

tinggi bagi alternatif pembiayaan

pembangunan dalam rangka

memperlebar ruang fiskal. Dalam

beberapa kasus, keterlambatan

pengembangan sektor keuangan

syariah ternyata mampu menjadi

penghambat bagi laju pertumbuhan

sukuk, sehingga opportnuity cost

yang dilakukan begitu tinggi (Fadian,

2016). Hasil penelitian dari Syed et

al., (2014) juga menunjukkan hasil

yang serupa, yaitu pengembangan

sukuk masih terlalu lambat dalam

menghasilkan percepatan

pembiayaan pembangunan.

Beberapa kasus tersebut rata-rata

disebabkan oleh tata kelola yang

sukuk yang kurang optimal,

sehingga potensi domestik kurang

mampu dioptimalkan.

Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka tulisan ini bertujuan

untuk mengeksplorasi bagaimana

potensi sukuk dapat menjadi

alternatif pembiayaan

pembangunan, dimana sukuk yang

dimaksud adalah jenis SBSN.

Potensi sukuk dapat dilihat dari

konsep dan karakter sukuk,

kelebihan dan kekurangan, sehingga

mampu membuka ruang potensi

bagi pembiayaan fiskal pemerintah.

Selain itu, tulisan ini membatasi

kasus pembiayaan fiskal pada level

nasional (APBN), bukan pada level

daerah (APBD). Potensi sukuk

sebagai instrumen alternatif

pembiayaan pembangunan sangat

penting bagi pengkayaan literatur

terkait peran dan fungsi sukuk, dan

manfaat bagi pemerintah sebagai

pihak yang berkepentingan dalam

memperlebar pembiayaan fiskal

untuk menyukseskan pembangunan.

2. Metodologi

Untuk menjawab tujuan tulisan,

maka metodologi yang dipakai

adalah dengan pendekatan review

literatur kritis (critical literature) yang

dipadukan dengan metode evaluatif.

Metode evaluatif adalah sebuah

metode penulisan atau penelitian

untuk mengevaluasi konsep maupun

kasus empiris dalam rangka

menghasilkan argumen dan strategi

kebijakan yang sesuai dengan teori

atau hipotesis (Haryati, 2012).

Dalam penulisan ini, evaluasi yang

dilakukan adalah untuk melihat

konsep sukuk yang selama ini

sebenarnya mampu menjadi

instrumen alternatif bagi pembiayaan

pembangunan dalam rangka

memperlebar ruang fiskal. Namun

selama ini, pemanfaatan sukuk

masih jarang dilakukan, padahal

potensinya sangat tinggi. oleh

karena itu, evaluasi dalam tataran

konsep dan kebijakan menyangkut

pemanfaatan sukuk mutlak

dilakukan.

Untuk mengoperasionalisasikan

metode tersebut, maka terdapat

beberapa aspek analisis yang

dilakukan, yaitu: (i) pertama adalah

analisis kebijakan, yaitu membahas

kebijakan apa saja yang dianggap

Page 4: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

tepat terkait rencana strategis

pembiayaan pembangunan melalui

instrumen sukuk; (ii) kedua adalah

analisis pemangku kepentingan atau

stakeholders, yaitu pihak-pihak

mana saja yang harus terlibat dalam

mempercepat kebijakan

pengembangan sukuk sebagai

alternatif pembiayaan

pembangunan; (iii) ketiga adalah

analisis kebutuhan dan

permasalahan serta peluang dalam

rangka menjadi sukuk sebagai

instrumen alternatif pembiayaan

pembangunan; dan (iv) keempat

adalah analisis potensi sukuk, yaitu

potensi-potensi apa saja yang dapat

dikembangkan dalam rangka

menempatkan sukuk sebagai

instrumen alternatif pembiayaan

pembangunan, sehingga ruang fiskal

pemerintah lebih besar. Keempat

aspek analisa tersebut menjadi satu

kesatuan sehingga menghasilkan

analisis yang mendalam dalam

menjawab tujuan tulisan.

3. Kondisi Pembiayaan

Pembangunan di Indonesia

Secara umum, pembiayaan

pembangunan dapat diperoleh dari

tiga sumber, yaitu dari pemerintah,

swasta, kerjasama antara

pemerintah dengan swasta, dan

termasuk melalui BUMN. Bila

pembiayaan pembangunan

bersumber dari pemerintah, maka

sumber pembiayaan tersebut dikenal

sebagai sumber pembiayaan

konvensional. Contoh sumber

pembiayaan konvensional adalah

dari sektor pajak dan retribusi. Jika

pembiayaan pembangunan

bersumber dari pihak swasta atau

kerjasama antara pemerintah

dengan swasta, maka sumber

pembiayaan tersebut dikenal

sebagai sumber pembiayaan non-

konvensional. Contoh sumber

pembiayaan non-konvensioal adalah

melalui skema penerbitan surat

hutang (bonds) dan melalui skema

Public Private Partnership (PPP).

Menurut Onagun (2016), jika

pemerintah masih menggantungkan

pembiayaan pembangunan dari

sumber konvensional, maka kondisi

tersebut dinilai kurang kreatif dalam

mencari sumber-sumber

pembiayaan. Sebaliknya,

ketercapaian sumber pembiayaan

pembangunan yang bersumber dari

non-konvensional mencerminkan

bahwa pemerintah dinilai kreatif dan

inovatif dalam mencukupi kebutuhan

anggaran. Perpaduan antara sumber

pembiayaan konvensional dan non-

konvensional mampu menjadi

sumber pendapatan negara, dan

keberhasilannya dapat dilihat dari

indikator apakah sumber

pendapatan lebih tinggi dari belanja,

atau sebaliknya.

Gambar 01. Selisih antara Pendapatan dan Belanja Negara (Rp. Trilliun)

1,555.901,666.40

1,903.00

2,165.101,864.30

2,007.402,217.30

2,461.10

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

2016 2017 2018 2019

Page 5: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Gambar 01 memperlihatkan

bahwa selama kurun waktu tahun

2016-2019, selalu terjadi defisit

APBN, yang menandakan belanja

pemerintah selalu lebih tinggi dari

pendapatan. Hal ini mencerminkan

bahwa pemerintah masih

menghadapi tantangan dalam

rangka mendiversifikasi sumber

pembiayaan yang selama ini selalu

ditekankan dari sektor pajak. Dalam

konteks pembiayaan konvensional,

maka yang harus dilakukan adalah

meningkatkan sifat kepatuhan pajak

agar bisa menghindari desifit

anggaran. Rasio pajak (tax ratio)

menjadi prioritas utama dalam

rangka mempersempit ruang defisit.

Dalam konteks pembiayaan non-

konvensional, penekanan yang

hanya mengandalkan dari sektor

pajak dinilai kurang optimal.

Gambar 02. Komposisi Pendapatan Negara

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Gambar 02 menjelaskan bahwa

determinasi sektor pajak bagi

pendapatan negara sangat

mendominasi. Pada tahun 2016,

sumbangan sektor pajak terhadap

pendapatan negara sebesar Rp.

1.546,9 Trilliun atau sebesar 85,09

persen. Sementara pada tahun 2019

sebesar Rp. 2.164,70 Trilliun atau

sebesar 85,11 persen. Selama kurun

waktu tahun 2016-2019, rata-rata

kontribusi sektor pajak bagi

penerimaan negara sebesar 84,53

persen. Perkembangan tersebut

menandakan bahwa kontribusi

perpajakan bagi penerimaan negara

mempunyai kinerja yang stabil dan

cenderung meningkat. Bandingkan

dengan Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) yang selama kurun

waktu tersebut rata-rata

kontribusinya hanya sebesar 15,13

85.09 83.68 84.26 85.11

14.41 15.74 15.50 14.87

0.50 0.59 0.24 0.02

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2016 2017 2018 2019

Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Hibah

Page 6: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

persen. Meski dalam konteks fiskal

sektor perpajakan sangat penting,

namun dalam konteks pembiayaan

non-konvensional masih diperlukan

peningkatan inovasi PNBP sebagai

representasi kreativitas pemerintah

selaku pengendali pembiayaan.

Gambar 03. Perkembangan Defisit Anggaran

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Peningkatan sektor perpajakan

dalam rangka menghindari defisit

anggaran selama ini kurang berjalan

optimal. Gambar 02 memperlihatkan

bahwa kontribusi sektor pajak

mampu konsisten dan cenderung

meningkat. Namun Gambar 03

memperlihatkan bahwa defisit

anggaran masih terjadi, meskipun

trennya terus mengecil. Pada tahun

2012, rasio defisit APBN sebesar

Rp. 153,3 Trilliun, namun tahun

2019 sudah turun menjadi Rp. 296,0

Trilliun. Meski tidak signifikan,

namun kinerja tersebut patut

diapresiasi. Defisit terhadap PDB

juga mengalami penurunan, meski

juga tidak signfiikan. Pada tahun

2012, defisit terhadap PDB sebesar

1,86 persen, dan tahun 2019

menjadi 1,84 persen. Data tersebut

mempertegas dari pernyataan

sebelumnya, bahwa pentingnya

untuk meningkatkan sektor PNBP

dalam rangka meningkatkan kinerja

pendapatan untuk memperlebar

ruang fiskal.

Peningkatan ruang fiskal sangat

diperlukan dalam rangka memenuhi

belanja pemerintah bagi pembiayaan

pembangunan. Pada tahun 2019,

total belanja pemerintah sebesar Rp.

1.634,3 Trilliun, yang pembagiannya

didominasi oleh tujuh fungsi, yaitu:

(i) komposisi terbesar adalah bagi

fungsi pelayanan umum, yakni

sebesar Rp. 517,3 Trilliun; (ii) kedua

adalah fungsi ekonomi sebesar Rp.

389,6 Trilliun; (iii) ketiga adalah

fungsi perlindungan sosial sebesar

Rp. 200,8 Trilliun; (iv) keempat

adalah fungsi pendidikan sebesar

Rp. 152,7 Trilliun; (v) kelima adalah

fungsi ketertiban dan keamanan

sebesar Rp. 143,0 Trilliun; (vi)

keenam adalah fungsi pertahanan

sebesar Rp. 108,4 Trilliun; dan (vii)

ketujuh adalah fungsi kesehatan

sebesar 62,7 Trilliun. Selain ketujuh

fungsi tersebut, alokasi belanja

pemerintah juga disalurkan pada

fungsi-fungsi yang lain, seperti

fungsi agama, pariwisata,

perumahan dan fasilitas umum, dan

perlindungan lingkungan hidup.

-153.3

-211.7

-226.7

-298.5 -308.3-341

-341.2

-296.1

-1.86

-2.33

-2.25

-2.59 -2.49-2.51

-2.12

-1.84

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

-400

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Defisit Anggaran Defisit Terhadap PDB (%)

Page 7: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

Gambar 04. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsinya

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Dari beberapa fungsi di atas,

salah satu yang saat ini sedang

digencarkan pemerintah pusat

adalah pembiayaan infrastruktur,

yang dapat masuk dalam kategori

fungsi pelayanan umum, ekonomi,

perumahan dan fasilitas umum,dan

fungsi lain yang terkait dengan

penyediaan infrastruktur. Selama

beberapa tahun terakhir, kebutuhan

pembiayaan infrastruktur selalu

tumbuh secara signifikan. Pada

tahun 2014, kebutuhan anggaran

infrastruktur sebesar Rp. 157,4

Trilliun, kemudian tahun 2017

sebesar Rp. 379,7 Trilliun,dan tahun

2019 meningkat menjadi 415,0

Trilliun. Fakta ini mempertegas

betapa pentingnya strategi alternatif

pembiayaan pembangunan yang

harus dilakukan pemerintah. Dalam

beberapa kasus, alokasi terbesar

pada strategi alternatif pembiayaan

lebih banyak diperlukan bagi

pembiayaan infrastruktur.

Gambar 05. Perkembangan Anggaran Infrastruktur

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

4. Keunggulan Sukuk Negara

(SBSN) bagi Pembiayaan

Pembangunan

Penjelasan sebelumnya telah

menguraikan bahwa kondisi fiskal di

Indonesia membutuhkan inovasi

sumber pendapatan negara dalam

32%

24%

12%

9%

9%

7%4%

2%

1%

0% 0% Pelayanan Umum

Ekonomi

Perlindungan Sosial

Pendidikan

Ketertiban dan Keamanan

Pertahanan

Kesehatan

Perumahan dan Fasilitas Umum

Perlindungan Lingkungan Hidup

Agama

Pariwisata

157.4

256.1269.1

379.7410.4 415

65.6

5.1

41.1

8.1

1.1

0

10

20

30

40

50

60

70

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Anggaran Infrastruktur Pertumbuhan (%)

Page 8: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

rangka meningkatkan diversifikasi

pembiayaan pembangunan. Dalam

konteks ini, diperlukan berbagai

instrumen pembiayaan, yang dapat

dilakukan dari pendalaman

keuangan melalui pengembangan

keuangan syariah, yang salah

satunya berasal dari sukuk negara

atau SBSN (Surat Berharga Syariah

Negara). Pengembangan sukuk

sebagai instrumen pembiayaan

sejalan dengan peningkatan

keuangan syariah yang semakin

besar bagi perekonomian. Hasil

penelitian dari Radzi (2018)

menunjukkan bahwa tingkat

permintaan dan penawaran sukuk

semakin berkembang dan berperan

bagi pendiversifikasian instrumen

pembiayaan. Hasil serupa juga

dikemukakan oleh Hassan (2017),

bahwa sukuk merupakan bagian

penting dari keuangan syariah yang

semakin penting bagi pendalaman

dan diversifikasi keuangan.

Secara umum, sukuk

didefinisikan sebagai surat berharga

jangka penjang berdasarkan prinsip

syariah yang dikeluarkan emiten

kepada pemegang sukuk yang

mewajibkan emiten membayar

pendapatan kepada pemegang

sukuk berupa bagi hasil margin atau

fee, serta membayar dana sukuk

saat jatuh tempo (Fitrianto, 2019).

Sementara menurut Fadian (2016),

sukuk adalah sertifikat yang

menunjukkan nilai yang sama

setelah penutupan subscription,

penerimaaan dari nilai atas sertifikat

dan digunakan sebagaimana

rencana, pemilikan saham dan hak

atas asset yang nampak, pengunaan

dan jasa, dan equity atas proyek

yang disebutkan atau atas aktivitas

investasi tertentu. Sukuk setidaknya

mempunyai lima karakteristik, yaitu:

(i) sukuk merupakan bukti

kepemilikan suatu aset atau hak

manfaat; (ii) sukuk merupakan

pendapatan dalam bentuk imbalan,

margin atau bagi hasil sesuai

dengan akadnya; (iii) sukuk terbebas

dari unsur riba, gharar

(ketidakjelasan), dan maysir (judi);

(iv) sebagian jenis sukuk terdapat

underlying asset tau aset penjamin

sebagai syarat melakukan transaksi;

dan (v) penggunaannya harus

sesuai dengan prinsip syariah.

Dari pengertian tersebut, sukuk

pada dasarnya adalah surat utang

yang menerapkan prinsip syariah.

Dibandingkan obligasi konvensional,

sukuk negara (SBSN) sebagai

sumber pembiayaan pembangunan

dinilai lebih unggul karena tidak

mengandung unsur spekulasi, judi

(maysir), riba, dan ketidakjelasan

(gharar). Sukuk dinilai lebih

memperhatikan prinsip keadilan dan

kesetaraan, terutama yang terletak

pada konsep bagi hasil/margin.

Sukuk terbukti mempunyai trade

record yang sangat baik untuk

memobilisasi sumberdaya dan

instrumen kunci bagi pengembangan

sektor keuangan (Khatimah, 2017).

Selain itu, sukuk juga mampu

memberikan likuiditas karena bisa

diperdagangkan di pasar sekunder

(Hossain et al., 2018).

Kelebihan tersebut menjadikan

sukuk sebagai instrumen alternatif

atau pengganti dan juga sebagai

komplementer dari obligasi

konvensional. Sukuk mampu

memberikan alternatif yang lebih

beragam bagi penerbit maupun bagi

masyarakat selaku investor dalam

memberikan sumber-sumber

investasi serta pendanaan. Secara

Page 9: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

empiris, sukuk terbukti mampu

bertahan pada saat terjadi krisis

keuangan konvensional, yang

menandakan bahwa sukuk memang

terbukti mempunyai beberapa fitur

keunggulan dibandingkan obligasi

konvensional (Labolo & Achyari,

2018). Bagi negara yang mayoritas

penduduknya muslim, sukuk

merupakan instrumen dalam

menyalurkan kesadaran pentingnya

berinvestasi dalam prinsip-prinsip

syariah. Sementara bagi yang non-

muslim, sukuk merupakan instrumen

yang memang menguntungkan

(Abdulkareem et al., 2019).

Dalam kasus kebijakan fiskal,

kunggulan sukuk negara (SBSN)

berasal dari kemampuan untuk

menyediakan struktur permodalan

yang lebih luas bagi pemerintah

yang berusaha melakukan ekspansi

pembangunan (Labolo & Achyari,

2018). SBSN yang dikeluarkan oleh

pemerintah diterbitkan dalam rangka

mengisi pendapatan negara,

khususnya banyak diperuntukkan

bagi pendanaan pembiayaan

pembangunan. Sementara pada

sektor swasta (sukuk korporasi),

sukuk diterbitkan dalam rangka

pembiayaan investasi. Dalam

konteks kebijakan fiskal, anggaran

pembiayaan yang semakin tinggi

mengharuskan pemerintah menjadi

kreatif mencari beragam aternatif

pembiayaan yang bersifat

konvensional. Dengan kelebihan

yang dimiliki oleh sukuk (SBSN),

maka percepatan pengembangan

sukuk dapat menjadi solusi terbaik

bagi peningkatan pembiayaan

pembangunan.

5. Tantangan Pengembangan

Sukuk Negara (SBSN) dalam

Konstelasi Pembiayaan

Anggaran

Secara konsepsional, sukuk

negara (SBSN) mampu menawarkan

beberapa kelebihan yang dapat

dijadikan sebagai instrumen

potensial bagi penutupan defisit

anggaran. Untuk mengurangi defisit

anggaran, pemerintah pada

dasarnya telah mengeluarkan arah

kebijakan pembiayaan, yang

mencakup lima orientasi, yaitu

(Kementerian Keuangan Republik

Indonesia, 2019): (i) meningkatkan

efisiensi pembiayaan utang; (ii)

mengoptimalkan peran serta

masyarakat dalam pasar obligasi

domestik; (iii) mengelola pinjaman

luar negeri secara selektif; (iv)

meningkatkan peran Indonesia

dalam dunia internasional; dan (v)

mendorong program ekspor. Lima

orientasi tersebut diimplementasikan

melalui upaya pembiayaan

anggaran, dimana selama kurun

waktu tahun 2014-2019 selalu

meningkat, meski cenderung

fluktuatif. Dalam konteks

perkembangan pembiayaan

anggaran, maka penerbitan sukuk

(SBSN) harus dilakukan secara

efisien dan harus benar-benar

mampu dilakukan secara selektif.

Gambar 06. Perkembangan Pembiayaan Anggaran

249.9 323.1 334.5 366.6

314.2 296.1

4.8

29.8

3.5

9.6

-14.3

-6.8

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

50

100

150

200

250

300

350

400

Page 10: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Salah satu atensi dalam

kebijakan pembiayaan anggaran

adalah strategi pembiayaan utang.

Secara konsepsional, pembiayaan

utang harus dikelola secara hati-hati

dan produktif sehingga dapat

berkontribusi secara optimal bagi

perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat. Gambar 07

memperlihatkan bahwa

perkembangan pembiayaan utang

cenderung meningkat, meski sejak

tahun 2018 sudah relatif menurun.

Gambar 07. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Setidaknya terdapat empat

prinsip tata kelola utang sebagai

syarat keberhasilan pengelolaan,

yaitu: (i) kehati-hatian, yaitu menjaga

rasio utang terhadap PDB; (ii)

efisiensi biaya utang, yaitu

mendorong efisiensi biaya utang

pada tingkat risiko yang terkendali;

(iii) produktivitas, yaitu mendorong

pemanfaatan utang untuk kegiatan

produktif; dan (iv) keseimbangan,

yaitu menjaga komposisi utang

dalam batas terkendali. Dalam

konteks pembiayaan utang, maka

sukuk adalah salah satu jenis

instrumen utang namun dengan

karakteristik yang berbeda dengan

Utang Luar Negeri (ULN) dan

obligasi konvensional.

Berdasarkan perkembangan

pembiayaan anggaran dan

pembiayaan utang pemerintah,

maka strategi alternatif pembiayaan

yang bersifat non-konvensional

memang benar-benar dibutuhkan.

Hal ini mempertegas dari analisa

155.7

380.9

403

429.1

387.4

29614.6

49

5.8 6.5-9.7

-23.6

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pembiayaan Utang Pertumbuhan (%)

Page 11: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

sebelumnya, bahwa kebutuhan

belanja pemerintah sangat besar,

khususnya bagi pembiayaan

infrastruktur. Pada sisi yang lain,

pembiayaan yang hanya

mengandalkan sektor pajak masih

sulit menutupi konsistensi defisit

anggaran. Dalam strategi

pembiayaan non-konvensional,

maka sukuk (SBSN) masuk di

dalamnya, yang dikategorikan

sebagai Municipal Bonds.

Gambar 08. Komposisi Instrumen Utang dalam Outstanding Utang

Pemerintah

Sumber: (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019)

Pemerintah bisa mengeluarkan

surat utang dalam jumlah besar, dan

kemudian dibeli oleh masyarakat,

dan dari dana masyarakat tersebut

pemerintah memiliki kemampuan

anggaran untuk membiayai

pembangunan. Model Municipal

Bonds sangat bermanfaat bagi

pemerintah agar bisa memiliki

perencanaan detail jangka panjang,

karena dengan rencana tersebut

yang didukung dengan analisis

keuangan yang tajam, pemerintah

bisa mengeluarkan Surat Utang.

Dibandingkan Utang Luar Negeri

(ULN), risiko yang ditimbulkan

melalui sukuk (SBSN) relatif lebih

rendah. Risiko ULN lebih tinggi

karena harus dibayarkan berikut

dengan bunga dalam mata uang

dolar. Sukuk (SBSN) lebih

menguntungkan karena lebih

akuntabel yang dilakukan melalui

public offering tanpa proses

negosiasi yang lama dan eksklusif

serta lebih murah karena struktur

biaya sukuk (SBSN) lebih sederhana

dibandingkan dengan ULN. Gambar

08 menunjukkan bahwa komposisi

SBN, termasuk di dalamnya SBSN

semakin tahun komposisinya sudah

semakin besar, berbeda dengan

ULN yang komposisinya semakin

mengecil. Hal ini mengindikasikan

bahwa sukuk (SBSN) sebagai

instrumen utang yang relatif aman

dan unggul sudah semakin potensial

untuk dikembangkan.

Gambar 09. Skor Daya Saing Infrastruktur Negara-Negara ASEAN Tahun

2018

68.8

69.9

74

76.1

79.1

81.3

81.4

31.1

30

25.8

23.7

20.8

18.5

18.4

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0% 20% 40% 60% 80% 100%

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

SBN ULN Pinjaman Dalam Negeri

59.42

65.44

66.83

69.66

71.31

77.89

95.7

Filipina

Vietnam

Indonesia

Thailand

Brunei D

Malaysia

Singapura

Page 12: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

Sumber: (Scwab, 2018)

Meski demikian, kebutuhan

sukuk bagi pembiayaan

pembangunan membutuhkan upaya

yang ekstra, mengingat kebutuhan

pembiayaan pembangunan di

Indonesia begitu tinggi. Hal ini

diperparah dengan skor daya saing

infrastruktur Indonesia yang masih

relatif rendah, khususnya

dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN. Gambar 09 menunjukkan

bahwa skor daya saing infrastruktur

Indonesia masih sebesar 66,83, jauh

di bawah Singapura (95,70),

Malaysia (77,89), Brunei (71,31),

dan Thailand (69,66). Fakta ini

menjadi trigger bahwa

pembangunan infrstruktur masih

membutuhkan pembiayaan yang

semakin besar. Tantangan di

Indonesia adalah bagaimana sukuk

(SBSN) yang dikeluarkan benar-

benar digunakan secara efisien dan

efektif untuk pembangunan

infrastruktur atau pembangunan

produktif lainnya, bukan untuk

keperluan rutin dan konsumtif.

Dalam konstelasi pembiayaan

anggaran, penggunaan sukuk

(SBSN) bagi pembiayaan

pembangunan membutuhkan upaya

yang tidak mudah dan

membutuhkan model tata kelola

kelembagaan yang optimal agar

mampu memanfaatkan potensi

pasar sehingga benar-benar optimal

sebagai instrumen alternatif untuk

pembiayaan pembangunan.

6. Mengoptimalkan Nilai

Strategis Sukuk Negara

(SBSN) bagi Pembiayaan

Pembangunan

Dalam rangka untuk menutup

defisit anggaran, maka pemanfatan

sukuk negara (SBSN) sebagai

instrumen pembiayaan dipandang

mempunyai kelebihan dengan risiko

yang relatif rendah dibandingkan

obligasi konvensional. Meski

demikian, tantangan pengoptimalan

sukuk negara (SBSN) bagi

pembiayaan pembangunan di

Indonesia cukup berat, mengingat

kebutuhan pendanaan pemerintah

begitu besar, sementara SBSN

selama ini masih belum terlalu

optimal jika dikomparasikan dengan

potensi pasar yang sebenarnya

sangat besar. Dalam konteks

pengembangan, maka diperlukan

percepatan pertumbuhan sukuk

negara (SBSN) yang berdasarkan

beragam hasil penelitian mampu

menjadi instrumen terbaik bagi

pendiversifkasian sumber-sumber

pendanaan pembangunan. Bagi

sektor publik, keunggulan dari sifat

sukuk ini terbukti mampu

Page 13: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

menyediakan jalur pendanaan

alternatif dan basis investor yang

lebih luas. Terlepas dari karakteristik

tersebut, sukuk diakui merupakan

salah satu produk yang paling

inovatif dalam pengembangan

sistem keuangan syariah

kontemporer (Fitrianto, 2019).

Banyak tuntutan

mengemukakan bahwa sudah

seharusnya pemerintah pandai

mencari sumber-sumber

pembiayaan pembangunan dari

pendekatan non-konvensional.

Dalam konteks pembangunan,

sumber pembiayaan non-

konvensional seperti sukuk negara

(SBSN) sangat dibutuhkan karena

dapat menjadi strategi akselerasi

percepatan pembangunan. Sumber

pembiayaan non-konvensional juga

dibutuhkan karena adanya

keterbatasan APBN dalam

pembiayaan pembangunan

sehingga menyebabkan adanya

selisih pendanaan (funding gap)

yang harus dipenuhi.

Sejak dikeluarkannya undang-

Undang SBSN, sukuk telah menjadi

alternatif sumber pembiayaan defisit

APBN, sehingga menjadi alternatif

terbaik dibandingkan menerbitkan

instrumen obligasi negara yang

berbasis bunga. Kasus di tingkat

global, hasil penelitian dari Onagun

(2016) telah membuktikan bahwa

penggunaan instrumen sukuk di

negara-negara Afrika, Timur

Tengah, dan sebagian negara Asia

Selatan mampu menutupi defisit

anggaran dibandingkan obligasi

konvensional.

Berdasarkan beragam kasus

empiris, diperlukan upaya untuk

mengoptimalkan nilai strategis sukuk

bagi kepentingan kinerja fiskal.

Sukuk dapat menyediakan alternatif

pendanaan bagi sektor publik, yang

secara otomatis akan berimplikasi

pada penyediaan layanan publik

yang lebih baik. Sukuk juga menjadi

instrumen pembiayaan dan investasi

syariah yang turut berperan dalam

pembangunan infrastruktur. Banyak

studi mengungkapkan bahwa

selama masa krisis keuangan global

pada tahun 2008, penerbitan sukuk

di Indonesia pasca dikeluarkannya

Undang-Undang SBSN mampu

menunjukkan lebih sedikit risiko,

kinerja yang lebih baik, dan stabilitas

yang lebih tinggi daripada obligasi

konvensional (Azwar, 2014). Selain

itu, menurut Azwar (2014),

penerbitan sukuk yang telah

diterbitkan di Indonesia terbukti

mampu memperkuat kondisi

ekonomi dan menahan buble

ekonomi karena akan

memperbanyak portofolio mata uang

asing selain dolar. Beberapa peneliti

seperti Labolo & Achyari (2018)

mengemukakan bahwa keunggulan

sukuk terletak pada fitur unik dari

kontrak syariah dan sekuritas

investasi. Sebagian besar terdapat

ekspansi yang didorong oleh

penerbitan sukuk yang ekstensif,

sertifikat investasi yang sesuai

dengan prinsip syariah, dan mampu

dijadikan sebagai alternatif

penerbitan surat berharga dari

pendapatan tetap atau obligasi

berbasis bunga.

Dari beberapa penjelasan

tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa sukuk negara (SBSN)

merupakan alternatif sumber

pembiayaan yang mempunyai

potensi yang besar, terutama bagi

pemerintah dalam rangka

pembiayaan pembangunan. Sifat

Page 14: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

dan perkembangan sukuk di

Indonesia turut serta mendorong

lingkungan yang mendukung bagi

percepatan produk keuangan

syariah, seperti keragaman produk

yang meningkat, infrastruktur yang

mendukung, institusi yang kapabel,

dan pertumbuhan perantara serta

investor yang terjun dalam pasar

sukuk. Pernyataan ini mendukung

dari apa yang dikemukakan oleh

Sudarsono (2008), yang mengklaim

bahwa pasar keuangan Islam,

termasuk didalamnya sukuk telah

mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi dengan merangsang

akumulasi modal dan

mempromosikan alokasi sumber

daya dan inovasi teknologi yang

efisien.

7. Penutup dan Kontribusinya

bagi Arah Kebijakan

Daya kreasi pemerintah dalam

menghasilkan beragam sumber

pendanaan fiskal merupakan aspek

yang sangat krusial bagi penentu

keberhasilan pembangunan.

Pembiayaan pembangunan adalah

pengalokasian dana yang digunakan

untuk keperluan pembangunan,

terutama untuk kasus di Indonesia

diprioritaskan bagi sektor

infrastruktur, ekonomi dan sosial.

Akan tetapi, pembangunan dengan

kebutuhan pembiayaan yang besar

tentunya membutuhkan sumberdaya

modal yang juga sangat besar.

Pemerintah kerapkali dihadapkan

pada keterbatasan ruang fiskal

akibat masih lemahnya upaya

inovasi dalam mendiversifikasi

pendapatan. Rata-rata selama ini

selalu terjadi defisit APBN, yang

menandakan belanja pemerintah

selalu lebih tinggi dari pendapatan.

Dalam skala nasional, keterbatasan

APBN mampu berdampak signifikan

terhadap target pembangunan yang

sulit tercapai.

Salah satu inovasi yang harus

dilakukan pemerintah adalah dengan

melakukan pendalaman sektor

keuangan yang berfungsi

menawarkan beragam skema

pembiayaan. Salah satu jenis

pendalaman sektor keuangan

adalah dengan memanfaatkan

momentum percepatan

pengembangan sektor keuangan

syariah, dimana salah satu jenis

instrumennya adalah sukuk. Bagi

kebijakan sektor publik, kepentingan

pemerintah terletak pada

pemanfaatan sukuk negara (SBSN)

bagi pendiversifikasian sumber

pembiayaan pembangunan yang

selama ini dideterminasi oleh sektor

pajak.

Dibandingkan obligasi

konvensional, sukuk sebagai sumber

pembiayaan dinilai lebih unggul

karena tidak mengandung unsur

spekulasi, judi (maysir), riba, dan

ketidakjelasan (gharar). Selain itu,

sukuk juga mempunyai tingkat risiko

yang lebih rendah dari ULN. Risiko

ULN lebih tinggi karena harus

dibayarkan berikut dengan bunga.

Keunggulan lain dari sukuk adalah

tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi

karena prosesnya dilakukan melalui

public offering. Potensi sukuk pada

dasarnya juga sangat tinggi,

mengingat terdapat tendensi

bergesernya preferensi masyarakat

terhadap instrumen kauangan

syariah.

Berdasarkan keunggulan yang

melekat pada sukuk, yang dalam

kasus ini dalah SBSN, maka

diperlukan penguatan nilai strategis

Page 15: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

SBSN bagi pembiayaan

pembangunan. Penguatan tersebut

dapat dilakukan melalui beberapa

langkah strategis, seperti pembuatan

dukungan kebijakan yang

komprehensif dalam rangka

mempercepat laju pertumbuhan

SBSN bagi pembiayaan

pembangunan. Selain itu yang perlu

dicermati adalah menjaga komitmen

pemerintah pentingnya

mengoptimalkan peran dan fungsi

sukuk. Hal ini dapat dilakukan

melalui penguatan kelembagaan dari

pihak-pihak yang terlibat dengan

kebutuhan pengembangan sukuk.

Pihak-pihak yng dimaksud terutama

dari OJK, Bank Indonesia,

Kementerian Keuangan, dan Majelis

Ulama Indonesia (MUI).

Referensi

Aziz, H., Idriss, U., & Echchabi, A. (2016). Does Sukuk Financing Promote Economic Growth an Emphasis on the Major Issuing Countries. Turkish Journal of Islamic Economics, 3(2), 63–63.

https://doi.org/10.15238/tujise.2016.3.2.63-73

Abdulkareem, I. A., Sadad, M., & Mahmud, B. (2019). Infrastructure Project Financing Through Sukuk as an Alternative to Conventional Bond Financing. Journal of Management and Operation Research, 1(19), 1.

Azwar. (2014). Pengaruh Penerbitan Sukuk Negara Sebagai Pembiayaan Defisit Fiskal dan Kondisi Ekonomi Makro terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal of Info Artha Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2(12), 1–21.

Brealey, R. A., Cooper, I. A., & Habib, M. A. (1996). Using

Project Finance To Fund Infrastructure Investments. Journal of Applied Corporate Finance, 9(3), 25–39.

https://doi.org/10.1111/j.1745-6622.1996.tb00296.x

Fadian, B. N. (2016). Analisis Peran Sukuk Bagi Pembangunan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 2(1),

536–548. Faguet, J.-P., & Pöschl, C. (2015). Is

decentralization good for development ? Perspectives from academics and policy makers. Is Decentralization Good for Development? Perspectives from Academics and Policy Makers., October, 1–29.

Fitrianto. (2019). Sukuk Instrumen Pembiayaan Pemerintah untuk Pembangunan Negara. X(April).

Haryati, S. (2012). Penelitian Evaluatif Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam Bidang Pendidikan. Majalah Ilmiah Dinamika, 37(1), 15.

Hassan, M. (2017). Islamic Social Finance. Handbook of Empirical Research on Islam and Economic Life, 91–92.

https://doi.org/10.4337/9781784710736.00011

Hossain, M. S., Uddin, M. H., & Kabir, S. H. (2018). Sukuk as a financial asset: A review. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 22(Specialissue), 1–18.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2019). Apbn 2019. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 64.

https://www.kemenkeu.go.id/apbn2019

Khatimah, H. (2017). Sukuk Dan Kontribusinya Dalam Pembiayaan Pembangunan. Optimal: Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 11(1), 83–103.

https://doi.org/10.33558/optimal.v11i1.211

Page 16: POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN … · pembangunan di banyak negara berkembang telah menjadi penghambat paling signifikan bagi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Ragam

POTENSI SUKUK NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMEN ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

JUMANJI (JURNAL MANAJEMEN JAMBI)

VOL 2 NO 2 DESEMBER 2019

Krishnamohan, T. (2016). Government Decentralization : Conceptualisation and Measurement. October.

Labolo, M., & Achyari, M. F. (2018). The Potential of Sukuk Issuance as an Alternative Financing Instrument in Aceh Province. KnE Social Sciences, 3(8), 297.

https://doi.org/10.18502/kss.v3i8.2515

Onagun, A. I. (2016). The Impact of Sukuk investment in Developing UAE Economy. Journal of Islamic Banking & Finance, 33(4), 38–54.

http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=120588199&site=ehost-live

Ong, P., & Fritzen, S. (2007). Decentralization in Developing Countries. In Encyclopedia of Public Administration and Public Policy, Second Edition (Print Version) (Issue 581). https://doi.org/10.1201/noe1420052756.ch96

Radzi, R. M. (2018). Evolution in the Sukuk (Islamic Bonds) Structure: How do Market Demands and Shariah (Islamic Law) Solutions Shape Them? Journal of Islamic Banking and Finance, 6(1), 16–28.

https://doi.org/10.15640/jibf.v6n1a2

Scwab, K. (2018). The Global Competitiveness Index Report 2017-2018. In World Economic Forum (Issue 31).

http://ci.nii.ac.jp/naid/110008131965/

Sudarsono, H. (2008). Peran Obligasi Syariah (Sukuk) Bagi Pembanguan Nasional. Jurnal Aplikasi Bisnis, 7(12), 1053–

1072. https://doi.org/10.20885/jabis.vol7.iss12.art4

Syed, L. A. M., Rao, N. V., & Chazi, A. (2014). Tapping Funds for Development : A Case for

Sukuk Financing. Journal of Islamic Economics Banking and Finance, 10(3), 171–198.

https://doi.org/10.12816/0025959