potensi, prospek dan pengusahaan timah putih di indonesia

11
MAKALAH ILMIAH POTENSI, PROSPEK DAN PENGUSAHAAN TIMAH PUTIH DI INDONESIA Oleh Sabtanto Joko Suprapto Kelompok Program Penelitian Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi SARI Timah putih di alam dijumpai dalam bentuk cebakan primer dan sekunder. Cebakan sekunder merupakan sumber daya utama, yaitu berupa cebakan letakan terdapat pada tanah residu dari cebakan primer, dan berupa cebakan aluvial darat maupun lepas pantai. Pengusahaan timah putih telah berlangsung ratusan tahun, dengan meninggalkan wilayah bekas tambang yang umumnya sampai saat ini masih diusahakan kembali oleh masyarakat maupun pelaku usaha pertambangan sekala kecil maupun besar. Penambangan di lepas pantai dengan kapasitas jangkauan kedalaman terbatas sekitar 50 meter, masih meninggalkan sumber daya yang terdapat pada kedalaman yang lebih besar. Kebutuhan dunia yang meningkat disertai kecenderungan harga yang terus meningkat sangat tajam menyebabkan cut off grade (COG) semakin turun, sebagai akibatnya sumber daya kadar rendah mempunyai nilai ekonomi untuk diusahakan. Pengusahaan sumber daya timah putih dapat dilakukan dengan peralatan sangat sederhana, atau menggunakan teknologi tinggi, sehingga dapat digunakan untuk lahan pengembangan usaha pertambangan rakyat sekala kecil maupun usaha pertambangan sekala besar. Indonesia sebagai negara eksportir timah putih terbesar di dunia, berpeluang untuk menjadi pengendali harga timah di pasar dunia. Pemanfaatan timah putih untuk konsumsi domestik yang lebih besar akan memberikan nilai tambah berganda dan efek berganda terhadap pertumbuhan industri di dalam negeri dan penyediaan lapangan kerja. ABSTRACT Tin in nature can be found in the form of primary and secondary deposits. Secondary deposits constitute main resources, namely as placer deposits occurred in residual soil of primary deposits and either in the form of land alluvial deposits or marine deposits. Tin exploitation has been going on for hundreds of years and leave the remain of tin mines which up to this time generally still being re-exploited either by local people or mining entrepreneur of small and big scales. Offshore mining with limited capacity of the depth reach of about 50 meters still leave resources occurred at a greater depth. Increasing of the world demand and also a very straight sharp trend of the price causing cut off grade getting more decreasing which give rise to the low grade resources to be economically exploited. Exploitation of tin resources can be conducted using very simple equipment or high technology so that it can be utilized for development of people mining or big scale mining. Indonesia as the greatest tin exporter country in the world has an opportunity to become a tin price controller in the world market. Utilization of tin for a bigger domestic consumption will give a double added value and multiple effects to domestic industrial growth and supply of work. PENDAHULUAN Timah putih (Sn) adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Logam timah putih bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat (http://id.wikipedia.org). Sebaran timah putih di Indonesia berada pada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai dari bagian selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai Indonesia. Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar dunia, mengalami pasang surut dalam pengusahaan pertambangan timah putih. PT. Timah yang merupakan produsen timah terbesar, pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasi dengan melakukan penciutan jumlah karyawan serta melepas sebagian wilayah izin usaha pertambangannya. Akan tetapi dengan meningkatnya harga timah di pasaran dunia pada beberapa tahun terakhir, serta masih banyaknya sumberdaya timah yang masih tersisa di alam, maka bekas wilayah usaha pertambangan timah yang telah ditutup sebagian kembali diusahakan oleh pelaku usaha pertambangan timah putih maupun masyarakat.

Upload: trankien

Post on 12-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

MAKALAH ILMIAH

POTENSI, PROSPEK DAN PENGUSAHAANTIMAH PUTIH DI INDONESIA

OlehSabtanto Joko Suprapto

Kelompok Program Penelitian Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Timah putih di alam dijumpai dalam bentuk cebakan primer dan sekunder. Cebakan sekundermerupakan sumber daya utama, yaitu berupa cebakan letakan terdapat pada tanah residu dari cebakanprimer, dan berupa cebakan aluvial darat maupun lepas pantai. Pengusahaan timah putih telah berlangsungratusan tahun, dengan meninggalkan wilayah bekas tambang yang umumnya sampai saat ini masihdiusahakan kembali oleh masyarakat maupun pelaku usaha pertambangan sekala kecil maupun besar.

Penambangan di lepas pantai dengan kapasitas jangkauan kedalaman terbatas sekitar 50 meter,masih meninggalkan sumber daya yang terdapat pada kedalaman yang lebih besar. Kebutuhan dunia yangmeningkat disertai kecenderungan harga yang terus meningkat sangat tajam menyebabkan cut off grade(COG) semakin turun, sebagai akibatnya sumber daya kadar rendah mempunyai nilai ekonomi untukdiusahakan. Pengusahaan sumber daya timah putih dapat dilakukan dengan peralatan sangat sederhana,atau menggunakan teknologi tinggi, sehingga dapat digunakan untuk lahan pengembangan usahapertambangan rakyat sekala kecil maupun usaha pertambangan sekala besar.

Indonesia sebagai negara eksportir timah putih terbesar di dunia, berpeluang untuk menjadipengendali harga timah di pasar dunia. Pemanfaatan timah putih untuk konsumsi domestik yang lebih besarakan memberikan nilai tambah berganda dan efek berganda terhadap pertumbuhan industri di dalam negeridan penyediaan lapangan kerja.

ABSTRACT

Tin in nature can be found in the form of primary and secondary deposits. Secondary deposits constitutemain resources, namely as placer deposits occurred in residual soil of primary deposits and either in theform of land alluvial deposits or marine deposits. Tin exploitation has been going on for hundreds of yearsand leave the remain of tin mines which up to this time generally still being re-exploited either by localpeople or mining entrepreneur of small and big scales.

Offshore mining with limited capacity of the depth reach of about 50 meters still leave resourcesoccurred at a greater depth. Increasing of the world demand and also a very straight sharp trend of the pricecausing cut off grade getting more decreasing which give rise to the low grade resources to be economicallyexploited. Exploitation of tin resources can be conducted using very simple equipment or high technology sothat it can be utilized for development of people mining or big scale mining.

Indonesia as the greatest tin exporter country in the world has an opportunity to become a tin pricecontroller in the world market. Utilization of tin for a bigger domestic consumption will give a double addedvalue and multiple effects to domestic industrial growth and supply of work.

PENDAHULUAN

Timah putih (Sn) adalah logam berwarnaputih keperakan, dengan kekerasan yang rendah,berat jenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitaspanas dan listrik yang tinggi. Logam timah putihbersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timahdiperoleh terutama dari mineral kasiterit yangterbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi,sehingga tahan karat (http://id.wikipedia.org).

Sebaran timah putih di Indonesia beradapada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur timahterkaya di dunia yang membentang mulai daribagian selatan China, Thailand, Birma, Malaysiasampai Indonesia.

Indonesia sebagai produsen timah putihterbesar dunia, mengalami pasang surut dalampengusahaan pertambangan timah putih. PT.Timah yang merupakan produsen timah terbesar,pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasidengan melakukan penciutan jumlah karyawanserta melepas sebagian wilayah izin usahapertambangannya. Akan tetapi denganmeningkatnya harga timah di pasaran dunia padabeberapa tahun terakhir, serta masih banyaknyasumberdaya timah yang masih tersisa di alam,maka bekas wilayah usaha pertambangan timahyang telah ditutup sebagian kembali diusahakanoleh pelaku usaha pertambangan timah putihmaupun masyarakat.

MAKALAH ILMIAH

Pengusahaan timah putih telahberlangsung sekitar 200 tahun, yaitu sejakpendudukan oleh Belanda. Setelah kemerdekaan,pengusahaan dilanjutkan oleh PT. Timah dan PT.Koba Tin, yang menjalankan operasinya terutamadi Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Belitung, danBangka, penambangan dilakukan baik di daratmaupun lepas pantai.

Prospek pengusahaan timah masih cukupmenjanjikan, banyak perusahaan lokal yang mulaimelakukan usaha pertambangan timah putih.Bahkan penambangan oleh masyarakat setempatdengan peralatan sederhana marak dilakukan diwilayah pulau-pulau penghasil timah tersebut diatas.

SEJARAH PERTAMBANGAN

Dalam sejarah peradaban manusia, timahputih merupakan salah satu logam yang dikenaldan digunakan paling awal. Timah digunakan sejak3.500 tahun sebelum masehi untuk logam paduan.Sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahunsebelum masehi. Sekitar 35 negara menghasilkantimah putih untuk memenuhi kebutuhan dunia(http://minerals.usgs.gov).

Kegiatan pertambangan timah putih diIndonesia telah dilakukan sejak ratusan tahun yanglalu. Penggunaan timah putih untuk bahan uangkoin oleh Kesultanan Palembang telah berlangsunglama, yaitu dengan diketemukannya koin uanglogam timah putih dengan tertera tahun 1091 H.Uang koin ditemukan terbuat dari timah putih,tertulis Masruf fi Balad Palembang 1091 dan koinSultan Fi Balad Palembang 1113. Koin ini dibuatpada masa pemerintahan Sultan AbdurrahmanKhalifatul Mukminin Saidul Iman. Dijumpaibeberapa seri koin, ada yang tertulis tahun 13, 113,dan 1113 dengan bentuk yang sama tapi berbedacara penulisan tahun.

Sebagian besar uang koin KesultananPalembang terbuat dari timah putih. Hal ini karenabahan baku inilah yang banyak ditemukan diwilayah Kesultanan Palembang, yaitu Bangka danBelitung. Koin terbuat dari timah lebih cepat rusak,mudah aus, dan patah (Muhibat, 2007).

Pulau Bangka tidak begitu besar, dekatdengan Sumatera. Nama Bangka dikenal padaabad ke-7, ketika ditemukan prasasti Kotakapur dimuara sungai Mendu, Bangka Barat. Prasasti iniadalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Padaprasasti tertulis kata Vanca, yang berarti timah.Kata inilah yang kemudian diyakini sebagai asalkata Bangka.

Berdasarkan temuan tersebut, para ahlipertambangan meyakini di Pulau Bangka terdapatdeposit timah dalam jumlah besar. Timah pertamakali ditemukan di Pulau Bangka pada sekitar tahun1709 melalui penggalian di Sungai Olin di

Kecamatan Toboali oleh orang-orang Johor,Malaysia. Sejak saat itu, maka Pulau Bangka mulaiterkenal sebagai daerah penghasil timah putih(Muhibat, 2007).

Catatan lain menyebutkan pertambangantimah dimulai Kesultanan Palembang sejak tahun1850 dan berlangsung di bawah PemerintahKolonial Belanda. Di masa kolonial Belanda,pertambangan timah Bangka dikelola oleh badanusaha milik pemerintah bernama Banka TinWinning Bedrijf (BTW); sementara di P. Belitungdan P. Singkep dilakukan oleh perusahaan swastaBelanda, masing-masing GemeenschappelijkeMijnbow Maatschappij Biliton (GMB) dan NV.Singkep Tin Explitatie Maatschappij (NV. SITEM).

Setelah kemerdekaan Negara RI yaituantara tahun 1953 - 1958, ketiga perusahaan diatas dinasionalisasikan menjadi tiga PerusahaanNegara terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk BadanPimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambangTimah Negara (BPU PN Tambang Timah) untukmengkoordinasikan ketiga perusahaan dimaksuddan pada tahun 1968 keempat perusahaantersebut digabungkan menjadi satu perusahaanbernama Perusahaan Negara (PN) TambangTimah (http://timah.com).

Pada tahun 1950an timah putih merupakanhasil pertambangan yang memberikan kontribusikedua sesudah minyak bumi. Sebagian besarproduksi timah putih Indonesia saat itu berasal dariBangka, lainnya berasal dari Belitung danSingkep. Keadaan di pasar dunia padapertengahan tahun 1950an menunjukkan akankebutuhan timah yang meningkat, sehinggamemberikan sedikit dorongan ke arah perluasanpertambangan timah (Bappenas, 1955).

Pada tahun 1976, berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1969 dan PeraturanPemerintah No.19 Tahun 1969; statusPN.Tambang Timah dan Proyek Peleburan TimahMentok diubah menjadi bentuk PerusahaanPerseroan (Persero) dengan kepemilikan seluruhsaham oleh Negara Republik Indonesia, danberubah nama menjadi PT Tambang Timah(Persero). Pada tahun 1995 status PT Timahmenjadi PT Timah Tbk, dengan strukturkepemilikan 35% saham perusahaan dimiliki olehmasyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamdimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

Saat ini PT.Timah Tbk dikenal sebagaiperusahaan penghasil logam timah terbesar didunia dan sedang dalam proses pengembanganusaha di luar penambangan timah dengan tetapberpijak pada kompetensi yang dimiliki. Seiringbergulirnya era otonomi daerah dan semakinmeningkatnya harga timah di pasaran dunia,maka kegiatan usaha pertambangan semakinmarak. Hal ini berdampak terhadap wilayah usahapertambangan timah PT Timah yang ketikarestrukturisasi dilepas, maka oleh pelaku usaha

MAKALAH ILMIAH

pertambangan setempat kembali diusahakan.Bahkan sebagian telah ditambang kembali olehmasyarakat dengan cara semprot maupundengan menggunakan alat sangat sederhanaberupa saringan, dulang dan sekop.

MULAJADI

Timah merupakan logam dasar terkecilyang diproduksi, yaitu kurang dari 300.000 ton pertahun, apabila dibandingkan dengan produksialuminium sebesar 20 juta ton per tahun(www.timah.com). Timah putih merupakan unsurlangka, kelimpahan rata-rata pada kerak bumisekitar 2 ppm, dibandingkan dengan seng yangmempunyai kadar rata-rata 94 ppm, tembaga 63ppm dan timah hitam 12 ppm. Sebagian besar(80%) timah putih dunia dihasilkan dari cebakanletakan (aluvial), sekitar setengah produksi duniaberasal dari Asia Tenggara. Mineral ekonomispenghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2),meskipun sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfidaseperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit(Carlin, 2008).

Mulajadi timah di daerah jalur timah yangmembentang dari Pulau Kundur sampai PulauBelitung dan sekitarnya diawali dengan adanyaintrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun padaTrias Atas. Magma bersifat asam mengandung gasSnF4, melalui proses pneumatolitik hidrotermalmenerobos dan mengisi celah retakan, dimanaterbentuk reaksi: SnF4 + H2O -> SnO2 + HF2(Pamungkas, 2006).

Cebakan bijih timah merupakan asosiasimineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn.Busur metalogenik terbentuknya timah 100 - 1000km. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasimineralisasi timah putih, yaitu stanniferouspegmatites, kuarsa-kasiterit (Gambar 1) dansulfida-kasiterit (Taylor, 1979). Urat kuarsa-kasiterit,stockworks dan greisen terbentuk pada batuanbeku granitik plutonik, secara gradual terbentukstanniferous pegmatites yang ke arah dangkalterbentuk urat kuarsa-kasiterit dan greisen (Taylor,1979). Urat berbentuk tabular atau tubuh bijihberbentuk lembaran mengisi rekahan atau celah(Strong, 1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan greisenmerupakan tipe mineralisasi utama yangmembentuk sumber daya timah putih pada jalurtimah yang menempati Kepulauan Riau hinggaBangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikandengan “Central Belt” di Malaysia dan Thailand(Mitchel, 1979).

Mineral utama yang terkandung di dalambijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa,zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit,kalkopirit, xenotim, dan monasit merupakan mineralikutan (http://www.tekmira.esdm.go.id). Timah putihdalam bentuk cebakan dijumpai dalam dua tipe,yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder.

Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiteritterdapat pada urat maupun dalam bentuk tersebar.

Gambar 1. Singkapan cebakan timah putih primer tipe uratkuarsa-kasiterit, di Pulau Singkep

Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi airyang terjadi pada cebakan timah primer pada ataudekat permukaan menyebabkan terurainyapenyusun bijih timah primer. Proses tersebutmenyebabkan juga terlepas dan terdispersinyatimah putih, baik dalam bentuk mineral kasiteritmaupun berupa unsur Sn.

Proses pelapukan, erosi, transportasi dansedimentasi yang terjadi terhadap cebakan bijihtimah putih pimer menghasilkan cebakan timahsekunder, yang dapat berada pada tanah residumaupun letakan sebagai endapan koluvial, kipasaluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai.Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkansumber daya cebakan timah letakan ekonomisadalah yang mempunyai dimensi sebaranpermukaan erosi luas sebagai sumber dispersi.

KEGUNAAN

Penggunaan timah untuk paduan logamtelah berlangsung sejak 3.500 tahun sebelummasehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600tahun sebelum masehi. Kebutuhan timah putihdunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logamtimah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dandapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasidalam udara sehingga tahan karat. Kegunaantimah putih di antaranya untuk melapisi logamlainnya yang berfungsi mencegah karat, bahansolder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahanpaduan logam, casing telepon genggam. Selain itutimah digunakan juga pada industri farmasi, gelas,agrokimia, pelindung kayu, dan penahankebakaran.

Timah merupakan logam ramah lingkungan,penggunaan untuk kaleng makanan tidakberbahaya terhadap kesehatan manusia.

MAKALAH ILMIAH

Kebanyakan penggunaan timah putih untukpelapis/pelindung, dan paduan logam denganlogam lainnya seperti timah hitam danseng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelatmenyerap sekitar 34% untuk solder 31%.

Timah yang dihasilkan dari pertambangan PT.Timah berupa: Banka Tin (kadar Sn 99.9%) Mentok Tin (kadar Sn 99,85%) Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas:

Banka LL100ppm, Banka LL50 ppm, BankaLL40ppm, Banka LL80ppm, BankaLL200ppm

Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)

Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot Banka Tin Shot Banka Pyramid Banka Anoda (http://timah.com)

POTENSI

Potensi timah putih di Indonesia tersebarsepanjang kepulauan Riau sampai BangkaBelitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 2)yaitu di Kabupaten Kampar dan Rokan Ulu.Sumber daya timah putih yang telah diusahakanmerupakan cebakan sekunder, baik terdapatsebagai tanah residu dari cebakan primer, maupunletakan sebagai aluvial darat dan lepas pantai.

Gambar 2. Jalur sebaran timah putih (http://timah.com)

Endapan aluvial darat mempunyai polasebaran memanjang mengikuti lembah sungai yangmasih aktif maupun sungai purba, menerus kearah lepas pantai membentuk pola yangmenunjukkan arah dispersi dari cebakan primertertranspot melalui media air, membentuk endapanaluvial darat menerus ke arah lepas pantai. Polasebaran memanjang mengikuti lembah aluvialdaratan menerus ke arah lepas pantai, dengankomponen penyusun umumnya mengandung kerikil

sampai berangkal kuarsa memberikan gambaranakan kemungkinan terbentuk pada saat susut laut(Rohmana dkk, 2008).

Harga timah putih yang sangat rendahpada akhir tahun 1980an sampai pertengahan1990an mengakibatkan sebagian wilayah usahapertambangan ditutup, dengan menyisakan sumberdaya yang masih signifikan untuk saat ini kembalidiusahakan. Potensi sumber daya timah putihmasih sangat prospektif untuk diusahakan, baiktimah pada endapan in-situ yang belum pernahdimanfaatkan, maupun yang terkandung padatailing tambang lama.

Penambangan timah putih lepas pantai,selama ini menggunakan kapal keruk yangmempunyai kapasitas dapat menjangkaukedalaman 15-50 meter (http://timah .com). Sumberdaya timah putih dengan sebaran berada padakedalaman dari permukaan air lebih dari 50 meteratau kurang dari 15 meter tidak tertambang.Penggunaan kapal hisap yang mempunyaikapasitas dapat menjangkau kedalaman lebih dari50 meter memberikan peluang untukmengusahakan endapan timah putih lepas pantaitersebut. Selain itu endapan pada lepas pantaiyang dangkal kurang dari 15 meter dapatdiusahakan oleh masyarakat atau untukpertambangan sekala kecil. Mengingat hal tersebut,maka aktifitas eksplorasi untuk mendapatkansumber daya timah putih khususnya endapan lepaspantai kembali marak dilakukan akhir-akhir ini(Gambar 3).

Gambar 3. Kapal eksplorasi untuk pengeboran cebakan timahaluvial di lepas pantai Dabo

Kadar timah terendah ekonomis (cut offgrade) pada tahun 2007 untuk endapan timahaluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, ataucebakan bijih timah primer dengan kadar sekitar0.1% Sn (http://sn-tin.info/production.html). Akantetapi dengan kecenderungan harga yang terusmeningkat disertai konsumsi dunia yang meningkatjuga, mengakibatkan cut off grade (COG)cenderung menurun, oleh karena itu sumber dayatimah dengan kadar rendah yang pada masa lalutidak ekonomis diusahakan, dapat menjadicadangan yang mempunyai nilai ekonomi.Peningkatan jumlah status sumber daya menjadicadangan tersebut dapat memberikan peluang

MAKALAH ILMIAH

pengembangan cebakan timah yang padabeberapa wilayah telah dilakukan pengakhirantambang.

Pada neraca Pusat Sumber Daya Geologi,tahun 2007, tercatat sumber daya timah putihberupa bijih sebesar 4.037.304 ton, atau dalambentuk logam 622.626 ton, cadangan bijihmempunyai nilai ekonomi 543.796 ton, atau berupalogam 442.763 ton. Potensi tersebut terdapat padadaerah-daerah penghasil timah utama meliputiBangka, Belitung, Kundur dan Kampar. Sedangkanperkembangan akhir-akhir ini dengan kegiataneksplorasi yang semakin intensif, temuan sumberdaya timah akan meningkat.

Pulau Singkep pada masa lalu termasukprodusen timah yang besar, pada awal tahun1990an dilakukan pengakhiran tambang, denganmasih menyisakan sumber daya timah. Kegiataneskplorasi dan penambangan kembali marak padabeberapa tahun terakhir. Wilayah bekas tambangPT. Timah hampir seluruhnya kembali diusahakanoleh beberapa perusahaan lokal dan masyarakat.

Pulau Bintan yang belum menghasilkanTimah, mempunyai sumber daya timah meskipundalam sekala yang tidak besar. Demikin jugawilayah lain pada sepanjang jalur timah yangmeliputi Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung,serta sekitar Kabupaten Kampar dan Rokan UluProvinsi Riau, potensial untuk kemungkinanditemukannya sumber daya atau cadangan baru.Terutama sumber daya sekala kecil di daratan, dansumber daya lepas pantai yang belum terjangkauoleh kapal keruk.

Mineral yang terkandung di dalam bijihtimah berupa kasiterit sebagai mineral utama, pirit,kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik,stibnit, kalkopirit, kuprit, senotim, dan monasitmerupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutanpada bijih timah akan terpisahkan pada prosespengolahan, sehingga berpotensi menjadi produksampingan.

PENAMBANGAN

Penambangan timah putih dilakukandengan beberapa cara, yaitu semprot, penggaliandengan menggunakan excavator, ataumenggunakan kapal keruk untuk penambanganendapan aluvial darat yang luas dan dalam sertaendapan timah lepas pantai. Penggunaan kapalkeruk terutama dilakukan oleh PT Timah, yangbanyak melakukan penambangan cebakan timahaluvial lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasiuntuk penambangan cebakan timah aluvial lepaspantai yang berada pada kedalaman sekitar 15meter sampai dengan 50. Penambanganmenggunakan cara semprot dilakukan terutamapada endapan timah aluvial darat dengan sebarantidak luas dan relatif dangkal.

Penambangan dengan menggunakanshovel/excavator dilakukan untuk menggalicebakan timah putih tipe residu, yang merupakantanah lapukan bijih primer, umumnya berada padalereng daerah perbukitan (Gambar 4).

Gambar 4. Bekas penggalian tanah residu mengandung timahputih, tidak direklamasi, Pulau Singkep

Penambangan oleh masyarakat umumnyadilakukan dengan cara semprot. Banyak jugapenambangan dalam sekala kecil terdiri dari satuatau dua orang, menggunakan peralatan sangatsederhana berupa sekop, saringan dan dulang,seperti penambangan oleh masyarakat di lepaspantai timur Pulau Singkep menggunakan sekopdengan panjang sekitar 2,5 meter, dan dilakukanpada saat air laut surut (Gambar 5 dan 15).Penambangan banyak dilakukan pada wilayahbekas tambang dan sekitarnya. Bahkan tailing yangsemula dianggap sudah tidak ekonomis, kembalidiolah untuk dimanfaatkan kandungan timahputihnya. Penambangan oleh masyarakat di lepaspantai selain menggunakan peralatan manualsederhana, menggunakan juga pompa hisap danperahu (Gambar 6).

Gambar 5. Pendulangan pasir timah, dan penambanganmenggunakan sekop (titik-titik kehitaman di kejauhan), lepas

pantai timur Pulau Singkep

MAKALAH ILMIAH

Gambar 6. Penambangan timah pada areal telah direklamasidan di lepas pantai (Herman dkk, 2005)

PENGOLAHAN

Untuk menghasilkan pasir timah kadartinggi melalui beberapa tahapan prosespengolahan. Pasir timah di alam masih tercampurdengan butiran mineral-mineral lain. Timah dalambentuk mineral kasiterit dipisahkan dari pengotorberupa mineral ringan dengan pemisahan fisiksecara gravitasi. Pemisahan dilakukan denganmenggunakan sluice box, spiral, dan meja goyang(Gambar 7 dan 16). Pemisahan mineral bersifatmagnetik dan bukan magnetik menggunakanseparator magnetik. Pemisahan mineral bersifatkonduktor dan bukan konduktor menggunakanseparator tegangan tinggi.

Proses untuk meningkatkan kadar bijihtimah atau konsentrat yang berkadar rendah,dilakukan di Pusat Pencucian Bijih Timah (WashingPlant). Melalui proses tersebut bijih timah dapatditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Snmenjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratanpeleburan. Proses peningkatan kadar bijih timahyang berasal dari penambangan di lepas pantaimaupun di darat diperlukan untuk mendapatkanproduk akhir berupa logam timah berkualitasdengan kadar Sn yang tinggi dengan kandunganpengotor (impurities) yang rendah (Gambar 8).

Hasil pemisahan konsentrat, selaindiperoleh kasiterit untuk dilebur, diperoleh jugamineral-mineral ikutan. Mineral-mineral terutamazirkon, monasit, ilmenit dan xenotim merupakanproduk sampingan dari hasil pemisahan secara fisikyang mempunyai prospek ekonomi untukdimanfaatkan. Pemisahan kasiterit dari pengotor,meningkatkan nilai ekonomi mineral ikutantersebut, meskipun belum semua mineral ikutan,ekonomis untuk dimanfaatkan. Pada kegiatanusaha pertambangan PT Timah dan PT Koba Tin,penanganan mineral ikutan yang belumdimanfaatkan dengan menyimpan pada stock pile.

Gambar 7. Meja goyang untuk pemisahan mineral berat, Koba,Bangka Tengah

Gambar 8. Bagan alir proses pencucian dan pemurnian pasirtimah (modifikasi dari Herman dkk, 2005)

PELEBURAN

Konsentrat hasil dari proses pemisahanmempunyai kadar Sn 72%, selanjutnya dileburpada smelter timah putih. Bijih timah setelahdipekatkan lalu dipanggang sehingga arsen danbelerang dipisahkan dalam bentuk oksida-oksidayang mudah menguap. Kemudian bijih timah yangsudah dimurnikan itu direduksi dengan karbon.Timah cair yang terkumpul di dasar tanur kemudiandialirkan ke dalam cetakan untuk memperolehtimah batangan (Gambar 9 dan 10).

PT Timah mengoperasikan 8 tanur dan 2single stage furnace (SSF), 7 tanur berada didaerah Mentok, Bangka dan 1 tanur berada didaerah Kundur. Proses peleburan merupakanproses melebur bijih timah menjadi logam Timah.Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas

MAKALAH ILMIAH

yang lebih tinggi, maka harus dilakukan prosespemurnian terlebih dahulu dengan menggunakansuatu alat pemurnian yang disebut crystallizer(Gambar 9).

Produk yang dihasilkan berupa logamtimah dalam bentuk balok atau batangan dengansekala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg perbatang (Gambar 10). Produk yang dihasilkan jugadapat dibentuk sesuai permintaan konsumen danmempunyai merek dagang yang terdaftar di LondonMetal Exchange (LME), (http://timah.com).

Gambar 9. Bagan alir proses peleburan timah putih (modifikasidari Herman dkk, 2005)

Gambar 10. Pencetakan batangan timah putih, Koba, BangkaTengah

PEMASARAN

Pemasaran timah putih mencakup kegiatanpenjualan dan pendistribusian logam timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% untukmemenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan danhanya sebesar 5% untuk memenuhi pasardomestik. Negara tujuan ekspor logam timah putihantara lain adalah Jepang, Korea, Taiwan, Cina

dan Singapura, Inggris, Belanda, Perancis,Spanyol, Italia, Amerika Serikat dan Kanada.

Perdagangan timah putih di LME dilakukansejak tahun 1877. Di Indonesia pada tahun 1950an,timah putih merupakan basil pertambangan keduasesudah minyak bumi. Sebagian besar produksitimah putih Indonesia saat itu berasal dari Bangka,selebihnya berasal dari Belitung dan Singkep.Keadaan di pasar dunia pada pertengahan tahun1950an menunjukkan akan kebutuhan timah yangmeningkat, sehingga memberikan dorongan kearah perluasan pertambangan timah(http://www.bappenas.go.id).

Tipe pembeli logam timah dapatdikelompokkan atas pengguna langsung (end user)seperti industri untuk digunakan sebagai solder,atau industri pelat timah, serta pembeli pedagangbesar (trader). Produk timah putih dari Indonesiamempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasarinternasional dan terdaftar dalam pasar bursalogam di London (London Metal Exchange).Kualitas setiap produk yang dihasilkan olehperusahaan dijamin dengan sertifikat produk(weight and analysis certificate) yang berstandarinternasional dan berpedoman kepada standarproduk yang ditetapkan oleh LME, sehingga dapatdiperdagangkan sebagai komoditas di pasar bursalogam (http://timah.com).

Indonesia merupakan negara eksportirtimah terbesar di dunia. China sebagai produsenterbesar kedua setelah Indonesia, akan tetapiuntuk memenuhi konsumsi dalam negerinyamasih kurang. Meskipun pada tahun 1980ansampai awal tahun 2000an, harga timahcenderung rendah, akan tetapi denganpeningkatan kebutuhan dunia akan timah putih(Gambar 11 dan 12), mulai pertengan tahun2003 sampai saat ini harga timah putihmeningkat sangat tajam (Gambar 13).

Gambar 11. Grafik produksi dan konsumsi timah putih dunia(Adnan, 2006)

MAKALAH ILMIAH

Gambar 12. Grafik peningkatan konsumsi timah putih (Bishopdan Kettle, 2006).

Gambar 13. Grafik perkembangan harga timah putih di bursaLondon (London Metal Exchange, 2008)

Kebutuhan dunia akan timah putih yangcenderung meningkat, disertai juga peningkatanharga, sementara sumber daya atau cadangandunia semakin berkurang akan memberikanpeluang yang besar dalam pemasaran produktimah. Bahkan kecenderungan harga yangmembaik, serta posisi Indonesia sebagaieksportir terbesar dunia, mempunyai kapasitasuntuk mengendalikan harga di pasar dunia.

PROSPEK PENGUSAHAAN

Pada tahun lima puluhan, timah putihpernah menjadi komoditas hasil tambang keduasetelah minyak, yang memberikan kontribusikepada pendapatan negara. Meskipun sejarahpertambangan timah telah berlangsung lebih daridua ratus tahun, potensi sumber daya timah masihprospektif untuk diusahakan. Usaha pertambangantimah yang mulai dari kegiatan eksplorasi sampaipemasaran (Gambar 14), masih berlangsungintensif, meskipun kegiatan usaha tersebut telahberlangsung cukup lama di Indonesia.Pertambangan timah masih memerlukan kegiataneksplorasi untuk penemuan cadangan baru,khususnya endapan lepas pantai. Sumber dayadan cadangan yang telah terungkap belummewakili keseluruhan endapan lepas pantai

terutama yang berada pada kedalaman > 50 meter,serta potensi kadar rendah yang sehubungandengan kenaikan harga yang tinggi menjadiberpotensi ekonomi.

Gambar 14. Bagan alir kegiatan usaha pertambangan timahputih PT. Timah (http://timah.com)

Kapasitas penambangan lepas pantai yangselama ini hanya menjangkau sampai kedalamanmaksimal 50 meter, memerlukan kapal keruk ataukapal hisap yang dapat menjangkau kedalamanlebih besar. Penambangan dan pengolahan olehmasyarakat yang hanya mengambil kasiterit, tidakoptimal, mengingat komoditas dari mineral ikutanterbuang bersama tailing. Pengolahan denganproses pemisahan menggunakan peralatan yanglengkap akan memberikan nilai tambah berupamineral ikutan yang terproses dan terpisahkanmenjadi komoditas produk sampingan (Gambar 7).

Kebutuhan dunia akan timah putih yangterus meningkat, yang dilatarbelakangi olehpengurangan penggunaan timah hitam di negaramaju, dan peningkatan konsumsi untuk berbagaikebutuhan telah memberikan dampak kenaikanharga yang sigifikan dan cenderung masih terusmeningkat.

Produksi timah Indonesia yang tinggi, tidakseluruhnya dalam bentuk logam timah (Tabel1).Belum seluruh timah yang dihasilkan dilakukanpeleburan menggunakan smelter yang ada didalam negeri (Tabel 2). Kapasitas peleburan yangbelum mampu menampung seluruh produksi pasirtimah, maka masih memerlukan lagi peningkatankapasitas smelter atau pembangunan smelter timahyang baru.

Indonesia sebagai eksportir timah terbesardunia mempunyai peluang untuk menjaga ataumengendalikan harga timah putih di pasar dunia.Hal ini perlu dikelola secara optimal untuk menjagadan melindungi kegiatan usaha pertambangan agardapat menghasilkan konstribusi padapembangunan yang lebih optimal.

MAKALAH ILMIAH

Tabel 1. Produksi timah putih dunia tahun 2005 (Adnan, 2006)

Negara Produksi(ton/tahun)

Indonesia 120.000

China 119.500

Peru 42.100

Bolivia 18.500

Brazil 12.600

Rusia 5.100

Vietnam 3.500

Malaysia 3.000

Lain-lain 6.000

Tabel 2. Produksi smelter dunia tahun 2005 (Adnan 2006)

Smelter Asal Produksi(ton)

MSC Group&PT Koba

Malaysia&Indonesia

58.300

Yunnan Tin China 42.700

PT Timah Indonesia 40.100

Minsur Peru 38.200

Thaisa rco Thailand 31.500

Yunnan Chengfeng China 12.600

CM Colquiri Bolivia 11.800

Ijuzhou China Tin China 11.400

Gejui Zi-Li China 10.400

Tidak semua sumber daya timah dapatdiusahakan dengan menggunakan peralatandengan kapasitas besar. Sumber daya ataucadangan sekala kecil dapat untuk pengembanganusaha pertambangan timah sekala kecil, khususnyapertambangan rakyat.

Sumber daya timah yang masih besarmemerlukan kegiatan eksplorasi rinci untukpeningkatan status menjadi cadangan. Konsumsidunia yang meningkat berdampak kurangterpenuhinya kebutuhan akan timah putih.Kebutuhan akan peningkatan kapasitas smelter didalam negeri merupakan keharusan untukmenghindari penjualan bahan mentah berupa pasirtimah dengan nilai tambah ekonomi sangat rendah.Dengan latar belakang tersebut usahapertambangan timah dari hulu sampai hilirprospektif dilakukan, dimana Indonesia sebagainegara eksportir terbesar dunia dapat berperanmengendalikan harga.

PEMBAHASAN

Sumber daya timah putih yang tersebardari sekitar Pulau Kundur sampai Belitung baik

berupa endapan in-situ maupun sudah terganggukeberadaannya mempunyai peluang untukdiusahakan. Keterdapatan timah pada wilayahbekas tambang cukup prospektif mengingatbeberapa wilayah bekas tambang mempunyai latarbelakang ketika pengakhiran tambang tidakdisebabkan oleh habisnya sumber daya timah,akan tetapi akibat anjloknya harga timah yangmenyebabkan pengakhiran aktifitas pada beberapawilayah tambang.

Sumber daya timah di lingkungan daratyang masih tersisa umumnya mempunyai dimensiyang relatif kecil, sehingga layak untuk lahan usahapertambangan rakyat, atau pertambangan sekalakecil. Sumber daya lepas pantai terutama padakedalaman kurang dari 15 meter atau lebih besar50 meter umumnya belum dimanfaatkan, sehinggapeningkatan kapasitas kapal keruk atau kapal hisapuntuk dapat menjangkau kedalaman lebih besar,akan dapat menjangkau sumber daya pada lautdalam tersebut. Sumber daya pada daerah dangkaldapat digunakan untuk pertambangan sekala yanglebih kecil.

Sebagai produsen dan negara eksportirtimah putih terbesar di dunia, memberikan peluangIndonesia untuk dapat ikut mengendalikan hargatimah dunia. Sehingga peluang pengusahaan timahuntuk mendapatkan hasil yang optimal dalamjangka panjang sangat prospektif di Indonesia.Kecenderungan harga yang meningkatmemberikan nilai ekonomi sumber daya timahmeningkat, sehingga menyebabkan cut off grade(COG) cenderung turun. Akibat dari kondisitersebut cadangan ekonomis meningkat seiringdengan turunnya COG. Kadar rendah yangsebelumnya tidak layak diusahakan menjadibernilai ekonomis, bahkan tailing daripenambangan yang telah berlangsung lebih dari200 tahun sebagian diusahakan kembali olehmasyarakat.

Nilai tambah berganda dari pemanfaatantimah putih akan lebih besar apabila produksi timahtidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhankonsumsi ekspor. Pemanfaatan domestik yanglebih besar akan lebih memberikan efek bergandadari pemanfaatan timah putih, sehingga dapatmemberikan peluang berkembangnya industridalam negeri serta menghasilkan kesempatanbekerja dan berusaha lebih luas.

KESIMPULAN

Pengusahaan timah putih di Indonesiasangat prospektif. Usaha pertambangan timahmasih memerlukan kegiatan dari hulu sampai hilir.Kegiatan eksplorasi terutama untuk endapan lepaspantai masih diperlukan. Demikian juga smelteryang ada di dalam negeri belum mampumenampung seluruh produksi konsentrat timah.

MAKALAH ILMIAH

Pengusahaan timah putih di Indonesiayang telah berlangsung lebih dari 200 tahun, masihmenyisakan sumber daya cukup besar. Akibatfaktor keterbatasan kapasitas penambangan kapalkeruk di lepas pantai yang selama ini dioperasikanhanya menjangkau sampai kedalaman 50 meter,sehingga sumber daya pada kedalaman lebih besarbelum dimanfaatkan. Demikian juga sumber dayalepas pantai pada kedalaman air yang terlaludangkal yang tidak dapat dilewati kapal keruksehingga masih ada yang tersisa.

Semakin meningkatkan kebutuhan akantimah putih pada pasar dunia, menyebabkan jugapeningkatan harga sangat tajam. Sebagaiakibatnya menurunkan nilai cut off grade daricadangan timah. Sumber daya kadar rendah yangsemula tidak mempunyai nilai ekonomi menjadiekonomis untuk diusahakan.

Sumber daya dengan dimensi sekala kecilyang tersisa di darat dapat digunakan untukpengembangan pertambangan rakyat yang dapatdiusahakan dengan sistem tambang semprot.Demikian juga sumber daya pada lepas pantaipada daerah dangkal yang tidak terjangkau kapalkeruk atau kapal hisap, dapat diusahakan olehmasyarakat atau tambang sekala kecilmenggunakan peralatan lebih sederhana.

Turunnya harga timah pada tahun 1980ansampai tahun 1990an memberikan efek padapeningkatan nilai cut off grade, sehingga kadar

rendah nilai tertentu yang semula ekonomismenjadi tidak ekonomis untuk diusahakan,sehingga masih tertinggal. Pengakhiran kegiatanpertambangan pada sejumlah wilayah pada awaltahun 1990an telah menyisakan sumber daya yangbelum dimanfaatkan.

Harga timah yang semakin membaik, danpeluang Indonesia untuk menjadi pengendali hargatimah pada pasar dunia, serta meningkatnya statuskadar rendah menjadi ekonomis memberikanpeluang prospektif bagi pengusahaanpertambangan timah. Masih rendahnya konsumsitimah pada pasar domestik di bandingkan ekspor,merupakan indikator bahwa pemanfaatan timahmasih sebatas penjualan bahan setengah jadi yangmempunyai nilai tambah belum optimal. Indonesiasebagai produsen timah putih terbesar di duniasangat berpeluang mengembangkan industridengan mengandalkan bahan timah putih, agardidapatkan nilai tambah berganda berupapengembangan sektor usaha ikutan yang lain danpenciptaan lapangan kerja.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih disampaikan kepada rekan-rekan di Kelompok Program Penelitian Konservasiatas bantuan dan kerjasamanya

ACUAN

………….., 2008., 2007. Neraca Sumber Daya Mineral Tahun 2007. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Adnan, H., 2006. Strong Demand to Keep Tin Prices High, http://biz.thestar.com.my

Bishop, D., dan Kettle, P., 2006. Global Tin Consumption Tops 1,000 Tonnes Per Day. ITRI

Carlin, F., 2008. Mineral Information, USGS, http://minerals.usgs.gov/minerals/

Herman, Z., Suhandi, Fujiyono, H., dan Putra, C., 2005. Pemantauan dan Evaluasi Konservasi di KabupatenBangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Mithchel, A.M.G, 1979. Rift Subduction and Collision Tin Belts, Geol. Soc. Malaysia. Bull.vol.11

Muhibat, 2007. Koin Kuno; Mengungkap Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam, Sriwijaya Pos,Palembang.

Pamungkas, P., 2006. Kajian Pertambangan Timah Kita, http://klastik.wordpress.com/

Rohmana, dan Suprapto, S.J., 2008. Penyelidikan Bahan Galian pada Wilayah Bekas Tambang, PulauSingkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Strong, D.F., 1990, A Model for Granophile Mineral deposits, Ore Deposit Models, Geoscience Canada,Ontario

Taylor, R.G., 1979. Geology of Tin Deposits. Elsevier Scientific Publishing Company, Canada

http://id.wikipedia.org/wiki/Timah

http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/tin/index.html

http://sn-tin.info/production.html.

http://timah.com/

MAKALAH ILMIAH

http://www.bappenas.go.id/index.php

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Timah/

Gambar 15. Penambangan timah oleh masyarakat di lepas pantai timur Pulau Singkep dilakukan pada saat laut surut

(a) (b)

Gambar 16. Pemisah mineral berat dan ringan sistem spiral (a) menggunakan media air, (b) aliran konsentrat, mineral berat berwarnagelap, dan mineral ringan berwarna cerah.