potensi pelepah temulawak (curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia tingkat...

34
POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza) SEBAGAI ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN CAHYA SEPTYANTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: trinhtuyen

Post on 21-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

POTENSI PELEPAH TEMULAWAK

(Curcuma xanthorriza)

SEBAGAI ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN

CAHYA SEPTYANTI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

ABSTRAK

CAHYA SEPTYANTI. Potensi Pelepah Temulawak (Curcuma xanthorriza)

sebagai Antikanker dan Antioksidan. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA

dan GUSTINI SYAHBIRIN.

Potensi pelepah temulawak diketahui melalui penentuan ekstrak teraktif

dengan uji antikanker brine shrimp lethality test (BSLT) dan uji antioksidan 2,2-

difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Pelepah temulawak dari Bogor diekstraksi dengan

n-heksana, kloroform, etil asetat, metanol, dan air, serta minyak atsiri yang

diperoleh dari distilasi air. Ekstrak kloroform (LC50: 370.69 ± 22.69 µg mL-1

) dan

minyak atsiri (LC50: 23.05 ± 3.49 µg mL-1

) toksik terhadap Artemia salina yang

menunjukkan potensi antikanker. Ekstrak etil asetat dan kloroform memiliki

aktivitas antioksidan (IC50: 46.41 ± 15.49 µg mL-1

dan 52.72 ± 3.46 µg mL-1

,

berturut-turut) namun tidak sekuat asam askorbat sebagai kontrol positifnya (IC50:

1.80 ± 0.33 µg mL-1

). Ekstrak kloroform selanjutnya difraksionasi menggunakan

kromatografi kolom dengan fase diam Silica Gel G60F254-Merck serta elusi secara

gradien dengan n-heksana, kloroform, dan metanol. Fraksi yang positif memiliki

aktivitas antioksidan secara kualitatif selanjutnya diuji aktivitas antioksidan dan

antikankernya. Fraksi teraktif antioksidan (F9) berpotensi antikanker (LC50:

522.95 ± 43.35 µg mL-1

) dan antioksidan (IC50: 79.57 ± 8.96 µg mL-1

). Oleh

karena itu, F9 berpotensi sebagai antikanker dan antioksidan.

ABSTRACT

CAHYA SEPTYANTI. Potency of Temulawak Stem (Curcuma xanthorriza) as

Anticancer and Antioxidant. Supervised by IRMANIDA BATUBARA and

GUSTINI SYAHBIRIN.

The study aimed to evaluate the potency of temulawak (Curcuma

xanthorrhiza) stem as anticancer by brine shrimp lethality test (BSLT) and

antioxidant by 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) assays. The stem of

temulawak midrib obtained from Bogor, was extracted by n-hexane, chloroform,

ethyl acetate, methanol, and water, and the volatile oil was obtained by water

distillation. The chloroform extract and volatile oil showed anticancer potency

towards Artemia salina (LC50: 370.69 ± 22.69 µg mL-1

; 123.05 ± 3.49 µg mL-1

,

respectively). Ethyl acetate and chloroform extracts had antioxidant activities

(IC50: 46.41 ± 15.49 µg mL-1

and 52.72 ± 3.46 µg mL-1

) but the activity did not as

strong as ascorbic acid (control positive, IC50 1.80 ± 0.33 µg mL-1

). The

chloroform extract was further fractionated by column chromatography with

Silica Gel G60F254-Merck as stationary phase and gradient of n-hexane,

chloroform, and methanol as mobile phase. Antioxidant and anticancer potency of

fraction which had antioxidant activity qualitatively were tested. The most

antioxidant active fraction (F9) had anticancer potency (LC50: 522.95 ± 43.35 µg

mL-1

) and antioxidant activity (IC50: 79.57 ± 8.96 µg mL-1

). In conclusion, F9 is

potencial as an anticancer and antioxidant.

Page 3: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

POTENSI PELEPAH TEMULAWAK

(Curcuma xanthorriza)

SEBAGAI ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN

CAHYA SEPTYANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

Judul Skripsi : Potensi Pelepah Temulawak (Curcuma xanthorriza) sebagai

Antikanker dan Antioksidan

Nama ` : Cahya Septyanti

NIM : G44080051

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Irmanida Batubara SSi MSi Dr Gustini Syahbirin MS

NIP 19750807 200501 2 001 NIP 19600819 198903 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi MS

NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal lulus:

Page 5: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Potensi

Pelepah Temulawak (Curcuma xanthorriza) sebagai Antikanker dan

Antioksidan‖. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli

2012 yang bertempatkan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) serta

Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor (PSB IPB). Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana di Departemen

Kimia FMIPA IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Irmanida Batubara SSi MSi

selaku pembimbing satu dan Dr Gustini Syahbirin MS sebagai pembimbing kedua

yang selalu memberikan motivasi, kritik, dan saran untuk kelancaran penelitian

dan penulisan. Terima kasih kepada Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut

Pertanian Bogor (PSB IPB) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitiannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Eman, Ibu Nunung, Bapak Engkos, dan Bapak Dede yang telah

menyediakan alat dan bahan selama penelitian. Terima kasih kepada staf PSB IPB

yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih

juga dihaturkan untuk kedua orang tua serta adik penulis yang selalu memberikan

dukungan dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kimia 45

dan ekstensi analitik yang senantiasa menyemangati dan berjuang bersama dalam

penelitian. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan

ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2012

Cahya Septyanti

Page 6: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 08 September 1990 dari

pasangan Muji Waluyo dan Rachmawati. Penulis merupakan anak pertama dari

dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) Sukatani IV tahun 1995–2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri

(SLTPN) 11 Depok tahun 2001–2004, Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor

(SMAKBo) tahun 2004–2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada

tahun 2008–2012 di Program Sarjana Departemen Kimia IPB.

Selama kuliah, penulis mengikuti berbagai kepanitiaan dalam lingkup

kimia, FMIPA, maupun kampus. Penulis berpartisipasi sebagai staf kementrian

pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian

Bogor tahun 2010/2011. Penulis melakukan Praktik Lapang di PT Bayer Health

Care Cimanggis Plant dengan judul laporan ―Analisis Vitamin B9 (Asam Folat)

dalam Produk Sediaan Effervescent‖ pada tahun 2011. Penulis juga pernah

menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009–

2012, asisten praktikum Kimia Analitik ekstensi Departemen Kimia IPB tahun

ajaran 2010/2011, asisten praktikum Kimia Analitik 2 mayor kimia Departemen

Kimia IPB tahun ajaran 2010/2011, asisten praktikum Elektroanalitik dan Teknik

Pemisahan ekstensi Departemen Kimia IPB tahun ajaran 2010/2011, asisten

praktikum Elektroanalitik dan Teknik Pemisahan mayor kimia Departemen Kimia

IPB tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Spektrofotometri dan Analisis

Kemometrik mayor kimia Departemen Kimia IPB tahun ajaran 2011/2012, serta

asisten praktikum Kimia Bahan Alam ekstensi Departemen Kimia IPB tahun

ajaran 2011/2012. Selain aktif di kampus, penulis juga menjadi tentor Kimia TPB

tahun 2009–2011 serta tentor Kimia Analitik Layanan mayor ITP tahun 2012 di

bimbingan belajar ―Katalis‖. Penulis juga pernah berkesempatan mewakili

departemen kimia dalam ajang Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan IPB tahun 2011. Selain itu juga, penulis

pernah menjadi pemakalah poster pada Seminar Nasional Tanaman Obat

―POKJANAS TOI XLII‖ di Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) di

Cimahi Bandung dengan judul makalah ―Potensi Pelepah Temulawak (Curcuma

xanthorriza) sebagai Antikanker dan Antioksidan‖ pada tahun 2012.

Page 7: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODE ................................................................................................................ 2

Bahan dan Alat ............................................................................................... 2

Lingkup Kerja ................................................................................................ 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4

Penentuan Kadar Air dan Abu ....................................................................... 4

Ekstraksi ......................................................................................................... 5

Kandungan Fitokimia ..................................................................................... 5

Potensi Antikanker dan Antioksidan Ekstrak ................................................ 6

Identifikasi Komponen dalam Minyak Atsiri ................................................ 7

Penentuan Eluen Terbaik dengan KLT .......................................................... 8

Fraksionasi Kromatografi Kolom (KK) ........................................................ 8

Potensi Antikanker dan Antioksidan Fraksi ................................................... 9

Identifikasi Senyawa .................................................................................... 11

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 12

Simpulan ...................................................................................................... 12

Saran ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

Page 8: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data rendemen ekstrak pelepah temulawak dengan berbagai kepolaran ........... 5

2 Uji fitokimia ekstrak kasar pelepah temulawak ................................................. 5

3 Potensi antikanker dan antioksidan ekstrak kasar pelepah temulawak .............. 6

4 Komponen minyak atsiri dari pelepah temulawak ............................................. 7

5 Potensi antikanker dan antioksidan hasil fraksionasi dan ekstrak kasar

kloroform pelepah temulawak ............................................................................ 9

6 Kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan hasil

fraksionasi ekstrak kloroform pelepah temulawak ........................................... 11

7 Bilangan gelombang spektrum inframerah Fraksi 9 hasil fraksionasi ekstrak

kloroform pelepah temulawak .......................................................................... 11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman dan pelepah temulawak. ..................................................................... 1

2 Prinsip penangkapan H oleh DPPH ................................................................... 6

3 Senyawa xantorizol. ........................................................................................... 7

4 Kromatogram ekstrak kloroform pelepah temulawak dengan eluen tunggal .... 8

5 Kromatogram ekstrak kloroform pelepah temulawak dengan eluen campuran

kloroform:n-heksana. ......................................................................................... 8

6 Kromatogram hasil fraksionasi dan ekstrak kasar kloroform pelepah

temulawak .......................................................................................................... 9

7 Kromatogram hasil fraksionasi, ekstrak kasar kloroform pelepah temulawak,

dan asam askorbat (kontrol positif) yang disemprot larutan DPPH. .................. 9

Page 9: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ......................................................................................... 15

2 Isolasi minyak atsiri pelepah temulawak .......................................................... 16

3 Kadar air serbuk pelepah temulawak ................................................................ 17

4 Kadar abu serbuk pelepah temulawak .............................................................. 17

5 Rendemen ekstrak kasar pelepah temulawak .................................................... 18

6 Potensi antikanker oleh ekstrak kloroform pelepah temulawak ....................... 19

7 Aktivitas antioksidan oleh ekstrak kloroform pelepah temulawak ................... 20

8 Larutan sampel ekstrak pelepah temulawak setelah diinkubasi 37oC selama 30

menit ................................................................................................................. 20

9 Uji Duncan nilai LC50 hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah temulawak21

10 Kromatogram minyak atsiri pelepah temulawak dengan GC-MS .................... 21

11 Rendemen hasil fraksionasi kolom ekstrak kloroform pelepah temulawak ..... 22

12 Uji fitokimia lanjutan flavonoid hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah

temulawak ........................................................................................................ 23

13 Uji fitokimia lanjutan alkaloid hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah

temulawak ........................................................................................................ 23

14 Uji fitokimia lanjutan steroid dan triterpenoid hasil fraksionasi ekstrak

kloroform pelepah temulawak .......................................................................... 24

15 Spektrum FTIR F9 hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah temulawak ... 25

Page 10: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

PENDAHULUAN

Gencarnya gerakan kembali ke alam (back

to nature) telah mendorong semakin banyak

dilakukan penelitian yang berkaitan dengan

pemakaian bahan alam sebagai obat herbal.

Obat ini banyak digunakan sebagai obat

alternatif maupun untuk pemeliharaan

kesehatan. Ilmu kedokteran pun mendukung

dengan adanya bidang baru yang dikenal

dengan naturopathic medicine. Bidang ini

berdasarkan pengobatan yang bersistem,

terintegrasi, tidak merusak, serta

mengutamakan penggunaan bahan alam

sebagai obat (natural medicine dan natural

care), bukan bahan-bahan sintetik

(Kumulawati 2005).

Temulawak (Curcuma xanthorriza)

merupakan salah satu jenis tanaman unggulan

yang memiliki banyak manfaat sebagai

tanaman obat (Hadipoentyanti & Syahid

2007). Tanaman ini termasuk tanaman

tahunan yang tumbuh merumpun. Tiap

rumpun tanaman terdiri atas beberapa

tanaman anakan dan tiap tanaman memiliki

2–9 helai daun (Gambar 1). Warna daging

rimpangnya kuning dengan cita rasa pahit

serta berbau tajam (Rukmana 1995).

Gambar 1 Tanaman (a) dan pelepah (b)

temulawak.

Khasiat temulawak sebagai bahan alam

untuk obat terutama disebabkan kandungan

senyawa kurkuminoid di dalamnya.

Kurkuminoid pada temulawak terdiri atas

kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-

demetoksikurkumin. Khasiat kurkuminoid di

antaranya ialah sebagai antioksidan,

antiradang, antibakteri, antihepatotoksik,

antikolesterol, dan antikanker (Sidik 2006).

Selain senyawa kurkuminoid, terdapat

senyawa lain di dalam rimpang temulawak.

Senyawa tersebut antara lain kelompok

difenilheptanoid seperti (1E,3E)-1,7-difenil-

1,3-heptadien-5-ol, (1E,3E)-1,7-difenil-1,3-

heptadien-5-on, (E)-1,7-difenil-1-hepten-5-ol,

(E)-7-(3,4-dihidroksifenil)-5-hidroksi-1-fenil-

1-heptena, dan 7-hidroksi-1,7-bis-(4-hidroksi-

3-metoksifenil)-1-heptena-3,5-dion; kelompok

terpenoid jenis monoterpena seperti kamfor,

borneol, isoborneol, α-felandrena, β-

felandrena (Ravindran et al. 2007), α-pinena,

α-longipinena, dan kamfena (Sukrasno et al.

2011); serta jenis seskuiterpena seperti

kurzerenon, ar-turmeron, zingiberena

(Ravindran et al. 2007), α-kurkumena,

furanodiena, xantorizol, β-elemena, γ-

elemena, β-farnesena, dan trans-kariofilena

(Sukrasno et al. 2012).

Ravindran et al. (2007) menyatakan bahwa

xantorizol, ar-turmeron, serta senyawa

golongan difenilheptanoid juga berperan

dalam bioaktivitas temulawak selain

kurkuminoid. Xantorizol berfungsi sebagai

antimikrob dan antikanker. Ar-turmeron

berfungsi sebagai antikanker dan antinyamuk.

Difenilheptanoid seperti (1E,3E)-1,7-difenil-

1,3-heptadien-5-on, (E)-1,7-difenil-1-hepten-

5-ol, dan (1E,3E)-1,7-difenil-1,3-heptadien-5-

ol penting sebagai antiradang.

Penelitian bahan aktif selama ini baru

terfokus pada rimpang temulawak. Hal ini

dikarenakan tradisi masyarakat yang hanya

menggunakan rimpang sebagai obat

tradisional, sedangkan pelepah dan daunnya

belum umum dipergunakan. Belum adanya

peneliti dengan fokus pada pelepah dan

dekatnya jarak antara rimpang dan pelepah

membuat pelepah temulawak menjadi bagian

yang menarik untuk diteliti lebih lanjut

potensinya sebagai antikanker dan

antioksidan. Kedua bioaktivitas ini diteliti

pada pelepah karena telah terbukti bahwa

rimpang temulawak memiliki bioaktivitas

antikanker (Cheah et al. 2009) dan

antioksidan (Qader et al. 2011).

Penelitian ini bertujuan menentukan

potensi pelepah temulawak sebagai antikanker

melalui penentuan fraksi teraktif dengan uji

letalitas larva udang (BSLT) dan sebagai

antioksidan dengan pengujian menggunakan

2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Penelitian

juga menentukan golongan senyawa metabolit

sekunder setiap fraksi dengan uji fitokimia.

Fraksi diperoleh melalui fraksionasi dengan

eluen sistem gradien.

Page 11: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain

sampel pelepah temulawak dari kebun UKBB

Pusat Studi Biofarmaka Bogor, n-heksana,

kloroform, etil asetat, metanol, air, air laut,

larva udang Artemia salina, pereaksi uji

fitokimia, asam askorbat, dan pereaksi DPPH.

Alat-alat yang digunakan antara lain oven,

eksikator, neraca analitik, lampu ultraviolet

(UV), pelat kromatografi lapis tipis (KLT),

penguap putar, kolom, kromatografi gas-

spektrometer massa (GC-MS), dan

spektrofotometer inframerah transformasi

Fourier (FTIR).

Lingkup Kerja

Penelitian yang dilakukan meliputi

preparasi sampel, penentuan kadar air dan

abu, ekstraksi pelepah temulawak kering

dengan maserasi dalam pelarut dengan

berbagai kepolaran, isolasi minyak atsiri

pelepah temulawak dengan distilasi air,

penentuan ekstrak kasar atau minyak atsiri

teraktif dengan uji BSLT dan DPPH,

penentuan eluen terbaik untuk ekstrak teraktif

dengan KLT, fraksionasi ekstrak teraktif

dengan kromatografi kolom menggunakan

eluen sistem gradien. Pada tahap terakhir

dilakukan identifikasi fraksi teraktif

menggunakan spektrofotometer (FTIR) serta

identifikasi komponen penyusun minyak atsiri

dengan GC-MS.

Diagram alir penelitian secara umum

diberikan pada Lampiran 1 dan tahapan isolasi

minyak atsiri ditunjukkan pada Lampiran 2.

Preparasi Pelepah Temulawak

Pelepah segar dicuci dengan air bersih,

ditiriskan, dipotong kecil-kecil, dan

dikeringkan dalam oven 50oC. Setelah itu,

pelepah kering digiling dan diayak

menggunakan pengayak 40 mesh agar

diperoleh bentuk serbuk.

Analisis Kadar Air (AOAC 2007)

Cawan porselen dikeringkan pada suhu

105°C selama 30 menit kemudian didinginkan

dalam eksikator dan ditimbang. Sebanyak 2 g

pelepah temulawak kering dimasukkan ke

dalam cawan dan dikeringkan pada suhu

105°C selama 5 jam kemudian didinginkan

dalam eksikator dan ditimbang. Prosedur ini

dilakukan hingga diperoleh bobot yang tetap.

Kadar air contoh ditentukan dengan

persamaan:

Kadar air (%) =

Keterangan:

A = bobot contoh awal (g)

B = bobot contoh kering (g)

Analisis Kadar Abu (AOAC 2007)

Penentuan kadar abu pelepah temulawak

menggunakan metode gravimetri. Cawan

porselen yang bersih dan kering dimasukkan

ke dalam tanur untuk menghilangkan sisa-sisa

kotoran yang menempel di cawan. Setelah

didinginkan dalam eksikator, cawan

ditimbang. Sebanyak 2 g pelepah temulawak

kering dimasukkan ke dalam cawan tersebut

dan dipanaskan sampai tidak berasap

kemudian dibakar dalam tanur pada suhu

600°C selama 2 jam sampai diperoleh abu.

Cawan berisi abu didinginkan dalam eksikator

dan ditimbang. Kadar abu contoh dihitung

dengan persamaan

Kadar abu (%) =

Keterangan:

A = bobot contoh awal (g)

B = bobot abu (g)

Isolasi Minyak Atsiri Pelepah Temulawak

(Muchtaridi et al. 2003)

Sebanyak 5 kg pelepah temulawak yang

telah dipotong kecil-kecil dimasukkan ke

dalam distilator Dean-Stark, lalu ditambahkan

akuades dengan nisbah sampel dan akuades

adalah 1:2. Setelah itu, dilakukan proses

distilasi air selama 6 jam dengan suhu berkisar

100–105°C. Distilat yang diperoleh dipartisi

dengan etil asetat. Fase etil asetat diuapkan

dengan penguap putar pada suhu kamar.

Selanjutnya, minyak dimasukkan ke dalam

botol berwarna gelap dan disimpan di dalam

kulkas untuk dianalisis pada tahap

selanjutnya.

Ekstraksi Pelepah dengan Berbagai

Kepolaran Pelarut

Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian

ini ialah maserasi dengan 5 pelarut dari

nonpolar hingga polar. Pelarut yang

digunakan ialah n-heksana (nonpolar),

kloroform (semipolar yang dominan

nonpolar), etil asetat (semipolar yang dominan

polar), serta metanol dan air (polar). Metode

ekstraksi ialah ekstraksi bertingkat mengacu

pada BPOM (2004) dengan modifikasi.

Sebanyak 25 g simplisia dimaserasi dengan

125 mL n-heksana pada suhu ruang selama 24

jam. Maserat dipisahkan kemudian residu

dimaserasi kembali dengan jenis dan jumlah

pelarut yang sama. Maserasi dilakukan 3 kali

Page 12: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

3

ulangan. Semua maserat dikumpulkan dan

dipekatkan dengan penguap putar. Bobot

ekstrak kering yang diperoleh ditimbang.

Residu kemudian diekstraksi berturut-turut

dengan kloroform, etil asetat, metanol, dan air

berdasarkan metode yang sama dengan n-

heksana. Rendemen setiap ekstrak dihitung

dengan membandingkan bobot ekstrak yang

diperoleh dengan bobot sampel awal. Kadar

air sampel digunakan sebagai faktor koreksi.

Rendemen (%) =

Keterangan:

A = bobot contoh awal (g)

B = bobot ekstrak (g)

C = kadar air

Pemilihan Pelarut sebagai Fase Gerak

Ekstrak pelepah temulawak dilarutkan

secukupnya dengan pelarutnya. Ekstrak lalu

ditotolkan pada pelat KLT hingga cukup

pekat.

Pemilihan fase gerak diawali dengan

menggunakan 10 pelarut tunggal, yaitu n-

heksana, dietil eter, n-butanol, metanol, asam

asetat, diklorometana, etil asetat, aseton,

toluena, dan kloroform. Sebanyak 5 mL

pelarut dimasukkan ke dalam bejana dan

dijenuhkan selama 20 menit. Pelat KLT yang

telah berisi sampel dimasukkan ke dalam

bejana dan dipisahkan hingga fase gerak

mencapai jarak ±1 cm dari tepi atas pelat.

Pelat KLT diangkat, dikeringkan, dan

dideteksi dengan lampu UV pada panjang

gelombang 254 dan 365 nm. Eluen yang

menghasilkan noda terbanyak dan terpisah

baik dipilih sebagai eluen terbaik. Jika eluen

tunggal belum dapat memberikan

keterpisahan yang baik, maka dilakukan

pencampuran antara eluen yang hampir

memberikan keterpisahan yang baik dan eluen

yang menahan seluruh komponen di garis

awal.

Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom

(Rouessac & Rouessac 1994)

Sebanyak 10 g silika gel untuk pemisahan

0.5 gram ekstrak dengan diameter 1 cm dan

tinggi 20 cm. Ekstrak kloroform pelepah

temulawak dilarutkan dalam eluen terbaik,

kemudian dipisahkan menggunakan elusi step

gradient (peningkatan kepolaran). Eluat

ditampung setiap 3 mL dalam tabung reaksi

dan diuji dengan KLT. Noda pemisahan

dideteksi di bawah lampu UV 254 dan 365

nm. Eluat yang memiliki Rf yang sama

digabungkan sebagai 1 fraksi. Selanjutnya,

fraksi-fraksi diuji aktivitas antioksidan,

antikanker, dan fitokimia.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Alkaloid. Ekstrak dengan bobot

tertentu dilarutkan dengan 10 mL kloroform

dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring

ke dalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak

kloroform dalam tabung reaksi dikocok

dengan 10 tetes H2SO4 2 M dan lapisan

asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi

lain. Lapisan asam ini diteteskan ke lempeng

tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer,

Wagner, dan Dragendorf yang akan

menimbulkan endapan dengan warna berturut-

turut putih, cokelat, dan merah jingga jika

ekstrak mengandung alkaloid.

Uji Saponin dan Flavonoid. Ekstrak

dengan bobot tertentu dimasukkan ke dalam

gelas piala besar kemudian ditambahkan 100

mL air panas dan dididihkan selama 5 menit.

Setelah itu, disaring dan filtratnya digunakan

untuk pengujian. Uji saponin dilakukan

dengan mengocok 10 mL filtrat di dalam

tabung reaksi tertutup selama 10 detik

kemudian dibiarkan selama 10 menit. Adanya

saponin ditunjukkan dengan terbentuknya

buih stabil. Sebanyak 10 mL filtrat yang lain

ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 2 mL alkohol

klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol

95% dengan volume yang sama), dan 20 mL

amil alkohol kemudian dikocok kuat-kuat.

Terbentuknya warna merah, kuning, atau

jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan

adanya flavonoid.

Uji Steroid dan Triterpenoid. Ekstrak

dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (50oC)

kemudian disaring ke dalam pinggan porselen

dan diuapkan sampel kering. Residu

ditambahkan eter, dipindahkan ke lempeng

tetes lalu ditambahkan 3 tetes anhidrida asam

asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (uji Lieberman-

Buchard). Warna merah atau ungu

menunjukkan adanya triterpenoid sedangkan

hijau atau biru steroid.

Uji Tanin. Ekstrak ditambahkan 100 mL

air panas, dididihkan selama 5 menit, dan

disaring. Filtrat ditambahkan larutan FeCl3

1%. Warna hitam kehijauan menunjukkan

adanya tanin.

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Penetasan Telur A. salina. Telur A.

salina direndam dalam air laut. Suhu

penetasan adalah ±25–30oC selama 48 jam

dan larvanya disebut nauplius. Larva ini siap

Page 13: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

untuk uji BSLT setelah berumur 48 jam

(Nurhayati et al. 2006).

Uji Toksisitas Ekstrak. Larutan stok

ekstrak pelepah dan minyak atsiri pelepah

disiapkan dengan konsentrasi 2000 ppm.

Ekstrak pelepah diencerkan pada konsentrasi

tertentu dan kontrol disiapkan tanpa

penambahan sampel. Pengujian dilakukan

dengan memasukkan 10 ekor larva A. salina

berumur 48 jam ke dalam sumur (multiwell)

yang telah berisi air laut, kemudian

ditambahkan larutan ekstrak dengan total

volume sumur 2 mL. Setelah 24 jam, jumlah

larva yang mati dihitung dengan bantuan kaca

pembesar (Khurniasari 2004).

Parameter yang digunakan adalah jumlah

larva yang mati 50% dari total larva uji. Nilai

LC50 diperoleh dengan memasukkan angka

probit (50% kematian larva uji). Efek

toksisitas dianalisis dari persen kematian

kematian jumlah larva mati

jumlah larva uji 100

yang kemudian dibuat persamaan garis

y=a+bx , dengan y = konsentrasi larutan, dan x

= persen kematian larva. LC50 merupakan nilai

y yang diperoleh dengan memasukkan nilai x

= 50%. Apabila pada kontrol ada larva yang

mati, maka persen kematian ditentukan

dengan rumus Abbot:,

kematian -

10 100 ,

dengan T = jumlah larva uji yang mati, K =

jumlah larva kontrol yang mati, dan 10 =

jumlah larva uji.

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode

DPPH (Salazar et al. 2011)

Larutan stok ekstrak pelepah dibuat

dengan konsentrasi (1 mg/mL) kemudian

diencerkan menjadi beberapa konsentrasi.

Kontrol positif yang digunakan ialah asam

askorbat, sedangkan kontrol negatifnya ialah

DPPH. Larutan stok asam askorbat disiapkan

dengan konsentrasi 100 ppm dalam pelarut

etanol, lalu diencerkan menjadi beberapa

konsentrasi dengan etanol. Larutan diambil

masing-masing 100 µL kemudian

ditambahkan 100 µL larutan DPPH 125 µM

dalam etanol, dan diinkubasi pada suhu 37oC

selama 30 menit. Setelah itu, nilai absorbans

diukur pada panjang gelombang 517 nm

(ungu). Aktivitas inhibisi ditentukan

berdasarkan persamaan berikut:,

inhibisi [1-( sampel- kontrol)

( blangko- kontrol)] 100 ,

Keterangan:

A sampel = absorbans bahan aktif

A kontrol = absorbans asam askorbat

dengan inhibisi 100%

A blangko = absorbans DPPH

Uji Antioksidan dengan Metode KLT

Bioautografi (Marston 2011)

Pelat KLT fraksi yang telah dielusi dengan

eluen serta kontrol positif asam askorbat

dikeringkan dan selanjutnya disemprot dengan

larutan DPPH 125 µM dalam etanol. Pelat

kemudian diamati dengan kasatmata setelah

didiamkan selama 30 menit. Ekstrak metabolit

sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan

akan memudarkan warna DPPH.

Identifikasi Senyawa

Identifikasi senyawa dilakukan dengan

spektrofotometer FTIR untuk fraksi yang

berasal dari ekstrak kasar. Kira-kira 1 mg

fraksi teraktif dicampurkan dengan KBr

murni, ditempatkan dalam cetakan, lalu

ditekan dengan alat tekan mekanik, kemudian

pelet yang terbentuk ditempatkan dalam

tempat contoh untuk dianalisis.

Identifikasi senyawa dalam minyak atsiri

dilakukan dengan GC-MS. Distilat kasar

minyak atsiri diinjeksikan ke dalam injektor

GC-MS (Shimadzu-QP-5050A) dengan kolom

DB-5 MS (dimensi 0.25 mm 30 m) dan gas

pembawa helium dengan laju alir 42

mL/menit. Suhu injektor dan detektor sama,

yaitu 250 °C, sedangkan suhu kolom

terprogram diawali dengan 80°C ditahan

selama 2 menit, kemudian diubah perlahan-

lahan dengan laju kenaikan suhu 5°C/menit

hingga mencapai 250°C dan ditahan selama 8

menit. Kondisi spektrometer massanya adalah

energi ionisasi 70 eV, mode ionisasi

tumbukan elektron, split ratio: 25.0, dan area

deteksi adalah 40—500 m/z. Setiap puncak

yang muncul dalam kromatogram. Identifikasi

dengan membandingkan m/z dengan data yang

yang terdapat pada library index MS.

Analisis Statistika

Data aktivitas antikanker dan antioksidan

ditampilkan sebagai rerata ± SD. Beda nyata

antarkelompok diuji dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kadar Air dan Abu

Serbuk pelepah temulawak diperoleh dari

bahan segar yang telah dikeringkan

sebelumnya dalam oven 50oC. Kadar airnya

diperoleh sebesar 11.61 ± 0.04% (Lampiran 3)

Page 14: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

5

dan kadar abu 8.80 ± 0.09% (Lampiran 4).

Menurut Rahardjo dan Ajijah (2007), kadar

air rimpang temulawak dari Balitro sebesar

11.27% dan kadar abu sebesar 3.13%. Serbuk

pelepah temulawak memiliki kadar air tidak

jauh berbeda dengan rimpangnya, sedangkan

kadar abunya lebih tinggi. Hal ini berarti

jumlah air yang terikat secara fisik pada

pelepah tidak jauh berbeda dengan

rimpangnya, tetapi jumlah mineral yang

terkandung dalam pelepah lebih banyak.

Dalam analisis bahan, kadar air berguna

sebagai koreksi dalam menghitung rendemen

ekstraksi dan untuk menduga ketahanan dalam

penyimpanan, sedangkan kadar abu

menunjukkan banyaknya mineral dalam suatu

bahan. Winarno (1992) menyatakan bahwa

kadar air minimum agar bakteri tidak tumbuh

ialah kurang dari 10% sehingga pada kadar air

ini bahan dapat disimpan dalam jangka waktu

yang lama dan risiko terkena jamur kecil.

Ekstraksi

Hasil maserasi dari 25 g serbuk pelepah

temulawak dengan pelarut berbeda kepolaran

yang dilakukan 3 kali ulangan terangkum

pada Tabel 1 dan data lengkapnya pada

Lampiran 5. Perbedaan polaritas dimaksudkan

agar seluruh kandungan senyawa metabolit

sekunder dalam sampel, terekstraksi.

Tabel 1 Data rendemen ekstrak pelepah

temulawak dengan berbagai

kepolaran Ekstrak Rendemen (%)*

n-heksana 1.48 ± 0.03

Kloroform 1.53 ± 0.03

Etil asetat 0.57 ± 0.07

Metanol 16.47 ± 0.39

Air 7.97 ± 0.25

Minyak atsiri 0.07 Keterangan: * = berdasarkan bobot kering

Ekstrak metanol memiliki persentase

rendemen tertinggi, sedangkan persentase

rendemen terendah dimiliki oleh minyak

atsiri. Menurut Hong dan Sirat (2004),

minyak atsiri dalam rimpang temulawak segar

sebesar 0.91%. Minyak atsiri pelepah lebih

sedikit karena bagian ini didominasi oleh air.

Perbedaan rendemen ekstrak dikarenakan

perbedaan jumlah senyawa yang dapat larut

pada pelarut berbeda polaritas. Prinsip

ekstraksi ialah ―like dissolve like‖, maka

senyawa nonpolar akan terkelompokkan

dalam ekstrak n-heksana, senyawa semipolar

yang dominan nonpolar dalam ekstrak

kloroform, senyawa semipolar yang dominan

polar pada ekstrak etil asetat, dan senyawa

polar pada ekstrak air. Senyawa bioaktif yang

terlarut dalam setiap pelarut tersebut dan

minyak atsiri akan diuji aktivitas antioksidan

dan potensi antikankernya pada tahap

selanjutnya.

Kandungan Fitokimia

Ekstrak n-heksana mengandung steroid,

triterpenoid, dan alkaloid. Hampir semua

steroid dan triterpenoid bersifat nonpolar

sehingga intensitas warna uji steroid/

triterpenoid pada ekstrak ini paling dominan

dibandingkan dengan ekstrak lainnya.

Alkaloid yang terdeteksi pada ekstrak tersebut

merupakan alkaloid nonpolar. Ekstrak

kloroform pelepah temulawak mengandung

steroid, triterpenoid, flavonoid, dan alkaloid

semipolar. Ekstrak etil asetat mengandung

flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid

semipolar. Kepolaran etil asetat yang tidak

jauh berbeda dengan kloroform

mengakibatkan senyawa yang terkandung pun

tidak jauh berbeda. Intensitas warna yang

lebih rendah kemungkinan diakibatkan hampir

seluruh senyawa semipolar telah terekstraksi

dengan kloroform. Metanol mengandung

flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid.

Intensitas warna flavonoid dan alkaloid

ekstrak ini lebih tinggi dibandingkan dengan

ekstrak etil asetat, artinya flavonoid dan

alkaloid yang bersifat polar terekstraksi lebih

banyak oleh metanol. Sebaliknya, intensitas

warna triterpenoid menurun dengan

bertambahnya kepolaran pelarut. Ekstrak air

yang memiliki tingkat kepolaran paling tinggi

hanya mengandung flavonoid polar.

Tabel 2 Uji fitokimia ekstrak kasar pelepah

temulawak

Komponen

fitokimia

Ekstrak kasar pelepah temulawak

H K EA M A

Flavonoid - ++ + +++ +++

Saponin - - - - -

Tanin - - - - -

Alkaloid a) - - - - -

Alkaloid b) ++ + + ++ -

Alkaloid c) ++ + + ++ -

Steroid ++++ +++ - - -

Triterpenoid ++++ +++ ++ + -

Keterangan: H: n-heksana, K: kloroform, EA: etil asetat,

M: metanol, A: air, +: positif lemah, ++:

positif, +++: positif kuat, ++++: positif sangat kuat, a: uji dengan pereaksi Mayer, b:

uji dengan pereaksi Wagner, c: uji dengan pereaksi Dragendorf.

Page 15: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

6

Potensi Antikanker dan Antioksidan

Ekstrak

Potensi antikanker dalam penelitian ini

diuji menggunakan metode BSLT. Melalui uji

BSLT dapat diketahui nilai konsentrasi

mematikan 50% (LC50) senyawa bioaktif pada

sampel terhadap larva udang. Nilai LC50

adalah konsentrasi yang dibutuhkan untuk

mematikan 50% populasi larva udang total

(Frank 1995). Nilai LC50 dari suatu populasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

umur, suhu, jumlah hewan uji, dan jenis galur

(Finney 1971). Metode ini sering digunakan

untuk mendeteksi senyawa bioaktif yang

memiliki efek farmakologis. Metode BSLT

memiliki beberapa keunggulan, di antaranya

waktu pelaksanaan cepat, biaya relatif murah,

sederhana, tidak memerlukan teknik aseptik,

tidak memerlukan peralatan khusus, dan

hanya membutuhkan sedikit sampel uji

(Meyer et al. 1982).

Tabel 3 Potensi antikanker dan antioksidan

ekstrak kasar pelepah temulawak

Ekstrak LC50

(µg/mL) IC50 (µg/mL)

n-heksana >1000 >400

Kloroform 370.69 ±

22.69b

46.41 ±

15.49b

Etil asetat >1000 52.72 ± 3.46b

Metanol >1000 >400

Air >1000 >400

Minyak

atsiri

23.05 ±

3.49a

>400

Asam

askorbat - 1.80 ± 0.33

a

Keterangan: Asam askorbat = kontrol positif antioksidan.

Sampel dengan abjad yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada

P = 0.05

Nilai LC50 tiap ekstrak dan minyak atsiri

ditunjukkan pada Tabel 3. Menurut Meyer et

al. (1982), ekstrak dari bahan alam bersifat

toksik apabila memiliki nilai LC50 < 1.0

mg/mL. Hal ini berarti ekstrak kloroform dan

minyak atsiri berpotensi sebagai antikanker.

Contoh perhitungan LC50 ekstrak kloroform

diberikan pada Lampiran 6. Berdasarkan uji

fitokimia (Tabel 2), ekstrak kloroform

mengandung triterpenoid, steroid, alkaloid,

dan flavonoid. Senyawa metabolit sekunder

yang diduga berperan dalam uji BSLT ialah

steroid, triterpenoid, flavonoid, dan alkaloid

semipolar.

Antioksidan merupakan senyawa yang

memiliki kemampuan salah satunya untuk

menetralisasi radikal bebas. Salah satu

caranya ialah menyumbangkan radikal

hidrogen pada molekul radikal bebas

(Badarinath et al. 2010). Pemilihan metode

DPPH untuk penentuan aktivitas antioksidan

didasarkan pada beberapa keunggulannya, di

antaranya mudah, sederhana, cepat, dapat-

ulang, sensitif, dan hanya membutuhkan

sedikit sampel (Koleva et al. 2002).

Metode uji antioksidan DPPH didasarkan

pada reaksi penangkapan atom hidrogen dari

senyawa antioksidan oleh DPPH (reduksi

DPPH) (Gambar 2). Reagen DPPH berperan

sebagai radikal bebas yang diredam oleh

senyawa antioksidan yang terkandung dalam

sampel. Selanjutnya, DPPH akan tereduksi

menjadi senyawa 2,2-difenil-1-pikrilhidrazina

(DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi DPPH-H

menyebabkan perubahan warna dari ungu

menjadi kuning (Lupea et al. 2006).

Perubahan warna uji sebanding dengan jumlah

hidrogen radikal yang diambil oleh radikal

bebas.

N

N .

NO2

O2N NO2+ RH

N

NH

NO2

O2N NO2 + R .

Gambar 2 Prinsip penangkapan H oleh DPPH

(Lupea et al. 2006).

Daya inhibisi (IC50) dihitung berdasarkan

pengurangan absorbans DPPH terhadap

absorbans sampel uji (Lampiran 7). Nilai IC50

sebagai parameter aktivitas antioksidan,

merupakan konsentrasi yang dibutuhkan

untuk menghambat aktivitas radikal bebas

(serapan radikal bebas) sebanyak 50%

(Molyneux 2004). Nilai IC50 dari masing-

masing sampel diperoleh berdasarkan

persamaan garis yang dihasilkan dari

hubungan antara persen inhibisi dan

konsentrasi.

Semakin rendah nilai IC50 suatu bahan,

semakin tinggi aktivitas antioksidannya:

hanya dibutuhkan sejumlah kecil konsentrasi

sampel untuk menghambat 50% radikal bebas

DPPH. Menurut Zuhra (2008), suatu senyawa

dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika

nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat jika IC50

bernilai 50–100 ppm, sedang jika bernilai

100–150 ppm, dan lemah jika nilai IC50

bernilai 151–200 ppm. Hasil penelitian (Tabel

3) menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana,

metanol, air, dan minyak atsiri memiliki nilai

Page 16: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

7

IC50 > 400 µg/mL. Secara visual pun dapat

dilihat pada Lampiran 8 bahwa keempat

sampel tersebut tidak mengalami perubahan

warna larutan yang signifikan. Aktivitas

antioksidan tertinggi dimiliki ekstrak

kloroform (data lengkap di Lampiran 7)

karena memiliki nilai IC50 sebesar 46.41 ±

15.49 ppm. Ekstrak etil asetat juga aktif

antioksidan dengan IC50 sebesar 52.72 ± 3.46

ppm. Data nilai IC50 ini diuji beda nyata

dengan uji Duncan (Lampiran 9). Nilai IC50

kedua ekstrak tersebut tidak berbeda nyata

menurut uji Duncan, artinya diperlukan

jumlah ekstrak yang hampir sama untuk

mencapai inhibisi 50%. Bila dibandingkan

dengan kontrol positif (asam askorbat), kedua

ekstrak tersebut tidak seaktif asam askorbat

dan nilai IC50-nya berbeda nyata.

Ekstrak kloroform mengandung

triterpenoid, steroid, alkaloid, dan flavonoid,

sedangkan ekstrak etil asetat mengandung

triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid (Tabel

2). Metabolit sekunder yang diduga berperan

dalam aktivitas antioksidan ialah triterpenoid,

steroid, alkaloid, dan flavonoid semipolar.

Aktivitas antioksidan pelepah temulawak

belum pernah dilakukan sebelumnya, nilai

IC50 pelepah lebih baik dibandingkan

rimpangnya yang telah dilaporkan oleh Ruslay

et al. (2007), IC50 = 62.7 ± 0.014 ppm dan

menurut Batubara et al. (2010) 80.72 ± 0.21

ppm. Hal ini berarti bagian pelepah juga dapat

dimanfaatkan sebagai obat.

Berdasarkan hasil uji, hanya ekstrak

kloroform yang memiliki aktivitas baik

sebagai antikanker dan antioksidan. Oleh

karena itu, ekstrak kasar kloroform digunakan

sebagai sampel uji lanjutan. Minyak atsiri

yang merupakan sampel teraktif potensi

antikanker tidak dilakukan uji lanjutan, tetapi

diidentifikasi komponen penyusunnya dengan

GC-MS.

Identifikasi Komponen dalam Minyak

Atsiri

Minyak atsiri dalam pelepah temulawak

sangat berpotensi sebagai antikanker karena

memiliki nilai LC50 23.05 ± 3.49 µg/mL.

Komponen penyusun minyak atsiri tersebut,

dianalisis dengan GC-MS. Hasilnya

terangkum dalam Tabel 4 dengan kromato-

gram pada Lampiran 10.

Senyawa penyusun minyak atsiri pelepah

temulawak hampir sama dengan penyusun

rimpangnya, tetapi dengan kadar yang sangat

berbeda. Senyawa yang dominan pada

pelepah ialah xantorizol (Gambar 3),

sedangkan senyawa yang dominan dalam

rimpang ialah diepi-α-sedrena dan α-

kurkumena. Perbedaan komposisi senyawa

diduga karena adanya perbedaan fungsional

dari bagian tumbuhan tersebut.

OH

Gambar 3 Senyawa xantorizol.

Tabel 4 Komponen minyak atsiri dari pelepah temulawak

Waktu retensi

(menit) Nama senyawa

Kadar (%) dalam

pelepah

Kadar (%) dalam rimpang segar

(Sukrasno 2012)*

4.65 Kamfor 0.44 5.61

4.87 Isoborneol 0.05 0.67

11.16 β-Elemena 0.62 1.06

11.92 α-Bergamotena 0.04 3.61

12.10 trans-Kariofilena 1.17 1.10

12.55 γ-Elemena 0.28 1.48

13.36 β-Farnesena 0.33 3.70

14.48 α-Kurkumena 9.61 19.43

15.47 Diepi-α-sedrena 3.97 29.95

17.02 Germakrena B 1.47 4.42

22.28 Germakron 8.69 3.51

24.64 Xantorizol 29.87 7.10 Keterangan: * = Kondisi alat Shimadzu GC-MS QP500: kolom DB-17 panjang 30 m. diameter dalam 0.25 mm, gas

pembawa helium, tekanan 68 kpa, elusi gradien 40–250 oC, suhu injektor 250 oC, volume injeksi 1 µL.

Page 17: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

8

Xantorizol dikenal memiliki aktivitas

antikanker in vitro dan in vivo. Hong dan Sirat

(2003) menyatakan bahwa xantorizol

memiliki toksisitas terhadap A. salina (LC50 =

25.91 ppm) dan sitotoksisitas terhadap sel

lestari leukimia HL-60 (IC50 = 0.4 ppm). Oleh

karena itu, aktivitas yang sangat besar dari

minyak atsiri pelepah temulawak sebagai

antikanker diduga tidak terlepas dari peranan

senyawa xantorizol yang merupakan

komponen dominan dalam minyak tersebut

(Tabel 3). Selain xantorizol, senyawa yang

memiliki peran sebagai antikanker yaitu

kamfor, β-elemena, dan α-kurkumena (Duke

2012). Namun, nilai LC50 masing-masing

senyawa tersebut belum diketahui.

Penentuan Eluen Terbaik dengan KLT

Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan

untuk pemisahan ekstrak pekat kloroform.

Fase diam yang digunakan adalah silika gel

G60F254, sedangkan eluen tunggal yang

digunakan ialah eter, etil asetat, aseton,

butanol, asam asetat, metanol, diklorometana,

n-heksana, toluena, dan kloroform.

Berdasarkan hasil kromatogram pada pelat

KLT (Gambar 4), eluen n-heksana dan toluena

tidak memberikan noda karena eluen tidak

cukup besar kepolarannya sehingga sampel

bersifat lebih polar dari eluen. Aseton,

butanol, asam asetat, dan metanol

menghasilkan noda berekor namun noda

masih dapat terelusi pada akhir elusi (noda

berada di atas) menunjukkan bahwa sampel

kurang bersifat polar terhadap eluen-eluen

tersebut. Eluen eter, etil asetat, diklorometana,

dan kloroform bersifat semipolar sehingga

dapat memberikan lebih banyak noda dari

eluen sebelumnya. Eluen eter memberikan 5

noda dengan nilai Rf sedang sampai besar.

Hal ini berarti sampel masih bersifat kurang

polar terhadap eter. Diklorometana

memberikan 5 noda dengan keterpisahan noda

yang kurang baik. Etil asetat memberikan 6

noda dengan nilai Rf kecil sampai besar. Oleh

karena itu, kepolaran sampel sudah mirip

dengan eluen, namun masih belum

memberikan jumlah noda yang banyak.

Eluen yang memberikan pemisahan

terbaik adalah eluen kloroform. Eluen ini

dapat memisahkan 12 noda dari ekstrak serta

adanya noda pada awal dan akhir elusi

menunjukkan bahwa sampel bersifat

semipolar dan cocok terelusi oleh eluen

kloroform. Namun, untuk noda dengan Rf

kecil (senyawaan polar) masih terdapat

beberapa noda yang belum terpisahkan

dengan baik. Oleh karena itu, dibuat

komposisi campuran eluen antara kloroform

dengan eluen yang tidak memberikan

pemisahan yaitu n-heksana (Gambar 4).

Gambar 4 Kromatogram ekstrak kloroform

pelepah temulawak dengan eluen

tunggal: eter (a), etil asetat (b),

aseton (c), butanol (d), asam

asetat (e), metanol (f),

diklorometana (g), n-heksana (h),

toluena (i), dan kloroform (j).

Komposisi campuran eluen yang dibuat

ialah kloroform:n-heksana 6:3; 3:2; 8:1; 4:1;

9:1; 9:2; dan 10:1. Eluen campuran yang

memberikan pemisahan yang baik ialah

kloroform:n-heksana 9:2 (Gambar 5). Eluen

ini memisahkan 12 noda dari ekstrak dengan

keterpisahan senyawaan polar yang baik.

Gambar 5 Kromatogram ekstrak kloroform

pelepah temulawak dengan

eluen campuran kloroform:n-

heksana 6:3 (a); 6:4(b); 8:1 (c);

8:2 (d); 9:2 (e); 9:1 (f); dan 10:1

(g).

Fraksionasi Kromatografi Kolom (KK)

Sistem fraksionasi yang digunakan ialah

elusi gradien. Silika gel dikemas

menggunakan eluen n-heksana. Selanjutnya,

ekstrak yang telah dilarutkan dengan

kloroform dielusi dengan eluen n-heksana

a b c d e f g

a b c d e f g h i j

Page 18: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

9

100%, (n-heksana:kloroform 9:1, 8:2, 7:3, 6:4,

5:5, 4:6, 3:7, 2:9, 1:9), dan kloroform 100%.

Setelah dielusi dengan eluen kloroform 100%,

masih ada pita yang belum keluar dari kolom.

Oleh karena itu, elusi gradien dilanjutkan

dengan campuran kloroform-metanol dengan

komposisi sebagai berikut: kloroform 100%,

(kloroform:metanol 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6,

3:7, 2:8, 1:9), dan metanol 100%. Diperoleh

187 eluat yang kemudian digabung

berdasarkan pola KLT menjadi fraksi-fraksi

KK. Penggabungan fraksi ini didasarkan pada

kesamaan jumlah noda dan nilai Rf yang sama.

Diperoleh 11 fraksi (F1–F11) (Lampiran 11).

Selanjutnya, 11 fraksi tersebut dielusi dengan

eluen terbaik kloroform:n-heksana 9:2 untuk

melihat bentuk nodanya (Gambar 6).

Gambar 6 Kromatogram hasil fraksionasi dan

ekstrak kasar kloroform pelepah

temulawak.

Potensi Antikanker dan Antioksidan Fraksi

Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

fraksi F1–F11 dilakukan dengan metode KLT

bioautografi. Noda disemprot dengan larutan

DPPH 125 µM.

Gambar 7 Kromatogram hasil fraksionasi,

ekstrak kasar kloroform pelepah

temulawak, dan asam askorbat

(kontrol positif) yang disemprot

larutan DPPH.

Nilai IC50 fraksi dapat ditentukan dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis 96-

well plate. Fraksi 1 tidak diujikan karena tidak

memiliki aktivitas antioksidan berdasarkan

metode KLT bioautografi. Deret konsentrasi

yang digunakan ialah 13.3; 16.7; 33.3; 66.7;

dan 100 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50, fraksi

yang aktif antioksidan ialah fraksi 2, 8, dan 9

(Tabel 5). Fraksi teraktif yang memiliki nilai

IC50 terendah ialah F9. Berdasarkan uji

Duncan, aktivitas ketiga fraksi tersebut tidak

berbeda nyata dalam menghambat 50%

radikal bebas. Bila dibandingkan dengan

kontrol positif (asam askorbat), ketiga fraksi

tersebut tidak seaktif asam askorbat dan nilai

IC50-nya berbeda nyata.

Tabel 5 Potensi antikanker dan antioksidan

hasil fraksionasi dan ekstrak kasar

kloroform pelepah temulawak

Fraksi LC50 (µg/mL) IC50 (µg/mL)

F1 553.23 ± 20.27e *)

F2 549.25 ± 22.24e

100.77 ±

27.43b

F3 316.97 ± 15.86c >100

F4 457.28 ± 11.61d >100

F5 253.33 ± 10.84ab

>100

F6 219.37 ± 7.61a >100

F7 > 1000 >100

F8 571.19 ± 65.52ef

118.41 ±

29.03b

F9 522.95 ± 43.35e 79.57 ± 8.96

b

F10 606.40 ± 29.17f >100

F11 292.17 ± 7.58bc

>100

Asam

askorbat - 2.01 ± 0.12

a

Ekstrak

kloroform 370.69 ± 22.69 46.41 ± 15.49

Keterangan: * = tidak diuji; asam askorbat = kontrol

positif antioksidan. Sampel dengan abjad yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

uji Duncan pada P = 0.05

Nilai LC50 fraksi ditentukan berdasarkan

metode BSLT. Hampir seluruh fraksi (F1–

F11) berpotensi sebagai antikanker karena

memiliki nilai LC50 < 1000 µg/mL (Tabel 5).

Hanya fraksi 7 yang tidak berpotensi sebagai

antikanker. Nilai LC50 F3, F5, F6, dan F11

lebih besar daripada ekstrak kasarnya. Hal ini

berarti pemurnian ekstrak kasar cocok untuk

aktivitas antikanker. Sebaliknya, aktivitas

antioksidan fraksi teraktif (F9) lebih kecil

dibandingkan dengan ekstrak kasarnya. Hal

ini diduga erat kaitannya dengan peran

penting efek sinergis fraksi-fraksi tersebut

dalam sampel pelepah temulawak.

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 E

E F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 K+

Page 19: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

10

Berdasarkan Tabel 2, ekstrak kasar

kloroform mengandung flavonoid, alkaloid,

steroid, dan triterpenoid yang diduga berperan

dalam potensi aktivitas antikanker dan

antioksidan. Oleh karena itu, seluruh fraksi

diuji fitokimia kembali untuk keempat

metabolit sekunder tersebut.

Uji flavonoid dilakukan dengan

mengamati warna noda pada KLT yang

dipaparkan uap amonia. Perubahan warna

noda terjadi pada ekstrak kasar, F2, F4–F10

(Lampiran 12). Noda yang berwarna kuning

berubah menjadi kuning kecokelatan setelah

dipaparkan uap amonia untuk F4, F5, F6, F7,

F9, dan F10. Noda takberwarna dari F2 dan

F8 berubah menjadi kuning setelah

dipaparkan uap amonia. Menurut Harborne

(1987), noda yang berwarna berubah warna

jika dipaparkan uap amonia dari kuning

murup menjadi kuning kecokelatan

merupakan golongan flavonol, sedangkan

noda takberwarna yang berubah menjadi

kuning merupakan golongan flavanon dan

dihidroflavonol-7-glikosida. Oleh karena itu,

secara umum F2, F4–F10 merupakan

golongan flavonoid.

Uji alkaloid dilakukan dengan mengamati

warna noda pada KLT yang disemprotkan

pereaksi Dragendorf. Berdasarkan Lampiran

13, dihasilkan noda berwarna cokelat jingga

berlatar belakang coklat pada ekstrak kasar,

F8–F10. Menurut Harborne (1987), bercak

cokelat jingga berlatar belakang kuning positif

mengandung alkaloid. Oleh karena itu, ekstrak

kasar, F8–F10 diduga mengandung alkaloid.

Steroid dan triterpenoid diuji berdasarkan

pengamatan warna noda pada KLT yang

disemprotkan pereaksi Lieberman Buchard.

Dihasilkan noda berwarna merah pada F2, F3,

F4, F5, dan F6, serta noda hijau pada F5, F6,

dan F10 (Lampiran 14). Menurut Harborne

(1987), bercak hijau positif mengandung

steroid, sedangkan merah positif triterpenoid.

Oleh karena itu, triterpenoid terkandung

dalam F2–F6 serta steroid dalam F5, F6, dan

F10. Ekstrak kasar tidak menunjukkan steroid

dan triterpenoid. Hal ini diduga karena jumlah

steroid dan triterpenoid yang terkandung

dalam ekstrak yang ditotolkan lebih kecil dari

limit deteksi uji ini.

Berdasarkan data nilai IC50 (Tabel 5), F2,

F8, dan F9 aktif antioksidan, sedangkan

berdasarkan nilai LC50 (Tabel 5), F3, F5, F6,

dan F11 memiliki potensi antikanker yang

baik dibandingkan dengan ekstrak kasarnya.

Fraksi yang aktif antioksidan diduga

mengandung flavonoid, alkaloid, dan

saponin/tanin. Hal ini berdasarkan letak noda

yang mengalami pemudaran warna ungu

(Gambar 8) jika dibandingkan dengan uji

fitokimia lanjutan (Tabel 6) flavonoid,

alkaloid, serta steroid dan triterpenoid.

Flavonoid (pada ekstrak kloroform, F2, F4,

F5, F7—F9), dan alkaloid (pada F8—F10)

aktif antioksidan. Semua steroid yang

teridentifikasi pada F5, F6, dan F10 tidak aktif

antioksidan. Walaupun noda triterpenoid pada

F4—F6 memudar, triterpenoid diduga tidak

berperan sebagai antioksidan karena noda

pada F2 dan F3 tidak memudar pada uji KLT

bioautografi. Aktivitas ini diduga karena noda

pada F4—F6 teridentifikasi juga sebagai

flavonoid. Terdapat noda yang mengalami

pemudaran warna tetapi bukan flavonoid,

alkaloid, triterpenoid, atau steroid. Diduga

noda tersebut mengandung saponin/tanin.

Triterpenoid terkandung dalam F2—F6.

Fraksi yang mengandung triterpenoid

memiliki nilai LC50 (Tabel 5) yang lebih kecil

dibandingkan fraksi lainnya. Oleh karena itu,

triterpenoid diduga berpotensi kuat sebagai

antikanker. Potensi antikanker diduga

sebanding dengan jumlah noda triterpenoid

yang terkandung dalam fraksi (nilai LC50 F3 <

F2). Nilai LC50 F4 lebih rendah dari pada F2.

Hal ini dikarenakan oleh adanya flavonoid

dalam fraksi tersebut. Flavonoid akan

bersinergi dengan triterpenoid sehingga

menambah keaktifan fraksi tersebut sebagai

antikanker. Terbukti bahwa adanya flavonoid

dalam jumlah yang cukup besar pada F5 dan

F6 membuat nilai LC50 semakin rendah.

Selain triterpenoid dan flavonoid, alkaloid pun

cukup berperan dalam potensi antikanker (F8

dan F9). Namun, diduga peranan alkaloid

karena adanya efek sinergis dengan flavonoid.

Terlihat pada F10 dengan intensitas alkaloid

lebih kecil dari pada F8 dan F9, fraksi tersebut

kurang berpotensi antikanker. Steroid diduga

kurang berperan dalam potensi antikanker

karena pada F10 nilai LC50 yang kurang baik

dibandingkan dengan F5 dan F6.

Kesinergisan alkaloid-flavonoid (F9) sebagai

antikanker tidak sebaik triterpenoid-flavonoid

(F6). Namun, dengan adanya efek sinergis

tersebut maka diperoleh fraksi teraktif

antioksidan yang masih berpotensi antikanker

yaitu F9.

Page 20: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

11

Tabel 6 Kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan hasil fraksionasi

ekstrak kloroform pelepah temulawak

Sampel

Kandungan

senyawa

metabolit

sekunder

Rf Anti-

oksidan Sampel

Kandungan

senyawa

metabolit

sekunder

Rf Anti-

oksidan

E

Flavonoid 0.08, 0.03 + F5 Steroid 0.71 -

Alkaloid 0.03 +

F6

Flavonoid 0.08, 0.12 +

Saponin/tanin

0.11, 0.14, 0.17,

0.21, 0.24, 0.27,

0.30, 0.37

+ Saponin/tanin

0.29, 0.35,

0.45,0.58,

0.82

-

Saponin/tanin 0.44, 0.54, 0.89 - Triterpenoid 0.08, 0.12 +

F1 Saponin/tanin 0.12, 0.93 - Flavonoid 0.15, 0.18 -

F2

Flavonoid 0.88 + Steroid 0.70 -

Saponin/tanin 0.58 + F7

Flavonoid 0.07 +

Triterpenoid 0.23 - Flavonoid 0.14 -

Saponin/tanin 0.73 -

F8

Alkaloid 0.05, 0.06,

0.09 +

F3 Saponin/tanin

0.05, 0.08, 0.11,

0.15, 0.18, 0.23,

0.53, 0.61, 0.65

+ Flavonoid 0.13 +

Triterpenoid 0.30, 0.77 -

F9

Alkaloid 0.03 +

F4

Flavonoid 0.10, 0.14, 0.17,

0.20 + Flavonoid 0.13 +

Triterpenoid 0.29 - Saponin/tanin 0.19 +

Saponin/tanin 0.23 + Saponin/tanin 0.92 -

Saponin/tanin 0.33, 0.41, 0.47,

0.55, 0.59, 0.89 -

F10

Alkaloid 0.00 +

F5

Flavonoid 0.08, 0.12, 0.15,

0.18 + Flavonoid 0.03, 0.06 -

Triterpenoid 0.08, 0.12, 0.15 + Saponin/tanin 0.75 -

Saponin/tanin 0.21, 0.26 + Saponin 0.90 -

Triterpenoid 0.33 - F11 *) 0.00 +

Keterangan: * = tidak diuji karena jumlah sampel tidak mencukupi, E = ekstrak kloroform

Identifikasi Senyawa

Fraksi teraktif antioksidan dan masih

berpotensi antikanker (F9) merupakan fraksi

yang diidentifikasi serapannya dengan FTIR.

Senyawa dalam fraksi 9 diduga merupakan

golongan flavonol, yakni adanya gugus –OH,

–CH, –OCH3, C=O, C–O dan C=C aril

terkonjugasi (Tabel 7) sebagai penyusun

utama kerangka flavonol. Dugaan didukung

oleh hasil uji fitokimia lanjutan yang telah

dipaparkan sebelumnya. Daerah sidik jari

tidak dianalisis karena sulit untuk

diinterpretasikan. Intensitas puncak

bergantung pada kandungan gugus tersebut

dalam senyawa tersebut. Bentuk pita yang

melebar diakibatkan oleh adanya interaksi

ikatan hidrogen. Meskipun dalam F9

teridentifikasi golongan flavonoid dan

alkaloid, hanya teridentifikasi golongan

flavonoid pada spektrum IR (Lampiran 15).

Tabel 7 Bilangan gelombang spektrum

inframerah Fraksi 9 hasil

fraksionasi ekstrak kloroform

pelepah temulawak

Bilangan

gelombang (cm-1) Bentuk

pita Gugus fungsi

Fraksi Literatur*

3408,20 3200–3500 Melebar Ulur –OH

2922,15 2850–3000 Tajam Ulur –CH

alifatik

2852,80 2850–3000 Tajam Ulur –CH

alifatik

1736,53 1640–1820 Tajam Ulur C=O

1639,86 1647–1667 Tajam Ulur aril

terkonjugasi

1463,83 1450–1600 Tajam Tekuk C=C

1413,83 1350–1470 Tajam Tekuk C–H

1381,52 1350–1470 Tajam Tekuk C–H

1254,37 1300–1500 Melebar Tekuk –OH

1166,34 1110–1300 Tajam Ulur C–O

1075,68 1110–1300 Melebar Ulur C–O

720,49 700–750 Tajam Tekuk C=C–

H aril

609,74 Daerah

sidik jari Melebar

Daerah sidik

jari Sumber: * (Pavia 2006).

Page 21: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kloroform menunjukkan potensi

antikanker terhadap A. salina (LC50: 370.69 ±

22.69 µg mL-1

) dan minyak atsiri (LC50: 23.05

± 3.49 µg mL-1

). Ekstrak etil asetat dan

kloroform memiliki aktivitas antioksidan

(IC50: 46.41 ± 15.49 µg mL-1

dan 52.72 ± 3.46

µg mL-1

) namun tidak sekuat asam askorbat

sebagai kontrol positifnya (IC50: 1.80 ± 0.33

µg mL-1

). Fraksionasi ekstrak kloroform

diperoleh 11 fraksi (F1–F11) dengan F9

sebagai fraksi teraktif. Nilai LC50 F9 sebesar

522.95 ± 43.35 µg mL-1

dan IC50 sebesar

79.57 ± 8.96 µg mL-1

. Berdasarkan uji

identifikasi FTIR terhadap F9, diduga fraksi

tersebut golongan flavonoid dan berpotensi

sebagai antikanker dan antioksidan.

Saran

Dibutuhkan pengujian lanjutan F5, F6, dan

F11 untuk mengetahui aktivitas antikanker-

nya. Pengujian fitokimia lanjutan F1, F7, dan

F11 diperlukan untuk mengetahui peranan

metabolit sekunder terhadap bioaktivitasnya.

Penentuan kembali eluen terbaik F9 serta

pemisahan dengan KCKT preparatif

dibutuhkan untuk pemurnian fraksi yang aktif

antioksidan dan antikanker. Senyawa murni

yang diperoleh perlu diidentifikasi dengan

NMR agar diketahui senyawa yang berperan

terhadap kedua bioaktivitas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical

Chemist. 2007. Official Methods of AOAC

International. Revisi ke-2. Volume ke-1.

Maryland: AOAC International.

Badarinath AV, Mallikarjuna RK, Chetty

CMS, Ramkanth S, Rajan TVS,

Gnanaprakash K. 2010. A review on in-

vitro antioxidant methods: comparisons,

correlations and considerations.

International Journal of PharmTech

Research 2(2): 1276-1285.

Batubara I, darusman LK, Mitsunaga T,

Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.

Potency of Indonesian Medicinal Plants as

Tyrosinase Inhibitor and antioxidant agent.

Journal of Biological Science 10 (2): 138-

144.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.

2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat

Indonesia. Jakarta: BPOM RI.

Cheah YH, Nordin FJ, Sarip R, Tee TT,

Azimahtol HLP, Sirat HM, Rashid BSS,

Abdullah NR, Ismail Z. 2009. Combined

xanthorrhizol-curcumin exhibits syner-

gistic growth inhibitory activity via

apoptosis induction in human breast

cancer cells MDA-MB-231. Cancer Cell

International 9(1): 1-12.

Duke. 2012. Phytochemical and

ethnobotanical databases [terhubung

berkala]. http://www.google.co.id/url?sa=

t&rct=j&q=alphacurcumene+substance+as

+anticancer+antitumor&source=web&cd=

14&ved=0CE0QFjADOAo&url=http%3A

%2F%2Fhuilesutiles.eu%2Fdocs%2Fging

er.pdf. [01 Jul 2012].

Finney DJ. 1971. Probit Analysis. Ed. ke-3.

England: Cambridge University Press.

Frank CL. 1995. Toksikologi Dasar. Edi,

penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan

dari: Basic of Toxicology.

Hadipoentyanti E, Syahid Sf. 2007. Respon

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

hasil rimpang kultur jaringan generasi

kedua terhadap pemupukan. Littri

13(3):106-110.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:

Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Ed ke-2. Bandung: ITB.

Hong NM, Sirat H. 2004. Synthesis of several

bisabolane sesquiterpenoids from

xanthorrhizol isolated from C.

xanthorrhiza and their bioactivities. The

4th Annual Seminar of National Science

Fellowship. 181-186.

Khurniasari DW. 2004. Potensi antikanker

senyawa bioaktif ekstrak kloroform dan

metanol makroalga Sargassum duplicatum

J. Agardh [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas

Biologi, Universitas Gadjah Mada.

Koleva I, van Beek T, Linnssen JPH, de Groot

A, Evstarieva LN. 2002. Screening of

plant extracts for antioxidant activity: a

comparative study on three testing

methods: Phytochem Anal 13: 494-500.

Page 22: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

13

Kumulawati E. 2005. Peningkatan daya guna

tanaman obat. [terhubung berkala]

http://www.kompas.com/kompas/rubrik/il

mu_pengetahuan [01 Nov 2011].

Lupea AX, Chambire D, Iditoiou C, Szabro

MR. 2006. Short communication improved

DPPH determination for antioxidant

activity spectrophotometric assay. Chem

Pap 3: 214-216.

Marston A. 2011. Thin-layer chromatography

with biological detection in

phytochemistry. Journal of

Chromatography A 1218: 2676-2683.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen

LB, Nichols DE, McLaughlin JL.1982.

Brine Shrimps: A convenient general

bioassay for active plant constituent.

Planta Medica 45: 31-34.

Molyneux P. 2004. The use of stable free

radical dyphenilpicryl-hydrazil (DPPH)

for estimating antioxidant activity. J.Sci.

Technol: 211-219.

Muchtaridi, Apriyantono A, Subarnas A,

Budijanto S. 2003. Analysis of volatile

active compounds of essential oils of some

aromatical plants possessing inhibitory

properties on mice locomotor activity.

Proceeding in International Symposium on

Biomedicine. Bogor: Biopharmaca Centre

IPB, 18-19 September 2003.

Nurhayati APD, Nurlita A, Rachmat F. 2006.

Uji toksisitas ekstrak Euchema alvarezil

terhadap Artemia sallina sebagai studi

pendahuluan potensi antikanker. Surabaya:

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Teknologi

Sepuluh November.

Pavia, Donal L, Lampman GM, George RK,

Randall GE. 2006. Introduction to

Organic Laboratory Techniques. USA:

Thomson Brooks-Cole.

Qader SW, Abdulla MA, Chua LS, Najim N,

Zain MM, Hamdan S. 2011. Antioxidant,

total phenolic content and cytotoxicity

evaluation of selected Malaysian plants.

Molecules 16: 3433-3443.

Rahardjo M, Ajijah N. 2007. Pengaruh

pemupukan organik terhadap produksi dan

mutu tiga nomor harapan temulawak

(Curcuma xanthorriza) di Cibinong

Bogor. Bul. Littro XVIII (1): 29-38.

Ravindran PN, Babu KN, Sivaraman K. 2007.

Turmeric: The Genus Curcuma. New

York: CRC press.

Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical

Analysis Modern Instrumentation Methods

and Techniques 2nd. USA: John Wiley &

Sons, Ltd.

Rukmana R. 1995. Temulawak Tanaman

Rempah dan Obat. Yogyakarta: Kanisius.

Ruslay S, Abas F, Shaari K, Zainal Z,

Maulidiani, Sirat H, Israf DA, Lajis NH.

2007. Characterization of the components

present in the active fractions of health

ginger (Curcuma xanthorrhiza and

Zingiber zerumbet) by HPLC-DAD-

ESIMS. Food chemistry 104: 1183-1191.

Salazar AR, Alejandro RLL, Lopez AJ, Alicia

AGB, Waksman TN. 2011. Antimicrobial

and antioxidant activities of plants from

northeast of Mexico. Evidence-Based

Complementary and Alternative Medicine

2011: 1-6.

Sidik. 2006. Temulawak cegah kanker

payudara. [terhubung berkala]

http://www.pikiran-

rakyat.com/rubrik/bandung-raya [01 Nov

2011].

Sukrasno, Kartika, Fidrianny I, Elfahmi,

Anam K. 2012. Influence of storage on the

volatile oil content of Curcuma rhizome.

Research Journal of Medicinal Plant : 1-7.

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta:Gramedia.

Zuhra CF, Tarigan JB, Sihotang H. 2008.

Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid

dari daun katuk (Sauropus androgunus (L)

Merr.). Jurnal Biologi Sumatera 3(1):7-10.

Page 23: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

LAMPIRAN

Page 24: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

15

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Pelepah temulawak

Dipotong kecil-kecil, dikeringkan dalam oven 50oC, digiling,

diayak 40 mesh

Serbuk pelepah temulawak

Penentuan kadar air dan kadar abu

% air, % abu

Distilasi air Maserasi bertingkat (pelarut: n-heksana, kloroform, etil

astetat, metanol, dan air)

Minyak atsiri Ekstrak kasar n-heksana, kloroform, etil astetat, metanol, dan air

Uji fitokimia, BSLT, DPPH

Ekstrak teraktif

KLT dengan berbagai eluen

Kromatografi kolom dengan eluen

terbaik

Fraksi I Fraksi II Fraksi III Fraksi ke-n

Uji BSLT, bioautografi, DPPH

Fraksi teraktif

Uji fitokimia,

Identifikasi senyawa:

ekstrak: FTIR, atau

minyak atsiri: GC-MS

Golongan senyawa (FTIR) dan nama senyawa (GC-MS)

Page 25: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

16

Lampiran 2 Isolasi minyak atsiri pelepah temulawak

Irisan halus pelepah temulawak

Distilasi air dengan

akuades 1:2 (6 jam)

Distilat

Dipartisi dengan etil asetat

Minyak atsiri temulawak dalam fase etil asetat

Diuapkan dengan penguap putar

Minyak atsiri temulawak

Page 26: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

17

Lampiran 3 Kadar air serbuk pelepah temulawak

Ulangan

Bobot

sampel awal

(g)

Bobot

kosong

cawan (g)

Bobot akhir

(g)

Bobot akhir

sampel (g)

Kadar air

(%)

1 2.0003 3.7517 5.5188 1.7671 11.66

2 2.0004 3.8257 5.5941 1.7684 11.60

3 2.0002 3.8639 5.6324 1.7685 11.58

Rerata 11.61 ± 0.04

Contoh perhitungan :

Ulangan 1

Kadar air (%) = Bobot sampel awal akhir

Bobot sampel awal 100

Kadar air (%) =

Rerata (%) =

SD = √∑| ̅|

= √

Lampiran 4 Kadar abu serbuk pelepah temulawak

Ulangan

Bobot

sampel awal

(g)

Bobot

kosong

cawan (g)

Bobot akhir

(g)

Bobot akhir

sampel (g)

Kadar abu

(%)

1 2.0025 28.1597 28.3355 0.1758 8.78

2 2.0025 25.2103 25.3850 0.1747 8.72

3 2.0022 20.1698 20.3479 0.1781 8.90

Rerata 8.80 ± 0.09

Contoh perhitungan :

Ulangan 1

Kadar abu (%) = Bobot sampel akhir

Bobot sampel awal 100

Kadar abu (%) =

Rerata (%) =

SD = √∑| ̅|

= √

Page 27: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

18

Lampiran 5 Rendemen ekstrak kasar pelepah temulawak

Ekstrak Ulangan

Bobot

sampel

awal g)

Kadar

air (%)

Bobot

ekstrak (g) Rendemen

(%) Rerata (%)

n-heksana

1 24.9999 11.61 0.3340 1.51 1.48 ± 0.03

2 25.0142 11.61 0.3231 1.47

3 25.0033 11.61 0.3246 1.46

Kloroform

1 24.9999 11.61 0.3443 1.56

1.53 ± 0.03 2 25.0142 11.61 0.3378 1.51

3 25.0033 11.61 0.3338 1.53

Etil asetat

1 24.9999 11.61 0.1205 0.55

0.57 ± 0.07 2 25.0142 11.61 0.1439 0.52

3 25.0033 11.61 0.1150 0.65

Metanol

1 24.9999 11.61 3.7135 16.81

16.47 ± 0.39 2 25.0142 11.61 3.5468 16.56

3 25.0033 11.61 3.6610 16.05

Air

1 24.9999 11.61 1.6943 8.24

7.97 ± 0.25 2 25.0142 11.61 1.7471 7.90

3 25.0033 11.61 1.8890 7.67

Contoh perhitungan

Ulangan 1

Rendemen (%) = Bobot sampel akhir

Bobot sampel awal 1 kadar air 100 =

= 1.51%

Rerata (%) =

SD = √∑| ̅|

= √

Page 28: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

19

Lampiran 6 Potensi antikanker oleh ekstrak kloroform pelepah temulawak

Konsentrasi

(µg/mL)

Jumlah larva mati % kematian

Ulangan

1

Ulangan

2

Ulangan

3

Ulangan

1

Ulangan

2

Ulangan

3

0 0 0 0 0 0 0

200 2 1 1 20 10 10

250 1 2 2 10 20 20

300 2 5 2 20 50 20

350 5 5 5 50 50 50

400 6 6 5 60 60 50

LC50 375 346.15 390.91

Rerata LC50 370 ± 22.69

Contoh perhitungan

Ulangan 1

Konsentrasi ekstrak 200 µg/mL

% Kematian = jumlah larva mati

jumlah larva uji 100 =

Persamaan regresi linear: y = 0,24 x – 40

LC50 diperoleh saat y = 50, oleh karena itu:

50 = 0.24 x – 40

x = (50+40)/0.24 = 375 µg/mL

Rerata LC50 =

= 370.69 µg/mL

SD = √∑| ̅|

= √

= 22.69 µg/mL

Page 29: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

20

Lampiran 7 Aktivitas antioksidan oleh ekstrak kloroform pelepah temulawak

Konsentrasi

(µg/mL)

Absorbans % inhibisi

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2

Blangko 0.342 0.342 - -

10 0.318 0.229 10.17 47.88

50 0.239 0.243 43.64 41.95

100 0.139 0.152 86.02 80.51

200 0.133 0.162 88.56 76.27

300 0.149 0.150 81.78 81.36

400 0.188 0.174 65.25 71.19

IC50 57.36 35.45

Rerata IC50 46.41 ± 15.49

Contoh perhitungan

Ulangan 1

Konsentrasi ekstrak 10 µg/mL

% inhibisi = ( (

)) = ( (

))

= 10.17%

Persamaan regresi linear: y = 0.8429 x + 1.6531

LC50 diperoleh saat y = 50, oleh karena itu:

50 = 0.8429 x + 1.6531

x = (50-1.6531)/0.8429 =57.36 µg/mL

Rerata IC50 =

= 46.41 µg/mL

SD = √∑| ̅|

= √

= 15.49 µg/mL

Lampiran 8 Larutan sampel ekstrak pelepah temulawak setelah diinkubasi 37 oC

selama 30 menit

Keterangan:

Sampel ekstrak n-heksana (a); kloroform (b); etil asetat (c); metanol (d); air (e);

minyak atsiri (f); kontrol positif asam askorbat (g); dan blangko (h).

a

b

c

d

e

f

g

h

Page 30: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

21

Lampiran 9 Uji Duncan nilai LC50 hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah

temulawak

Variabel N Subset for alpha = 0.05

a b c d e F

F6 3 2.1937E2

F5 3 2.5333E2 2.5333E2

F11 3 2.9216E2 2.9216E2

F3 3 3.1697E2

F4 3 4.5728E2

F9 3 5.2295E2

F2 3 5.4925E2

F1 3 5.5322E2

F8 3 5.7119E2 5.7119E2

F10 3 6.0640E2

Sig. .170 .119 .311 1.000 .077 .156

Lampiran 10 Kromatogram minyak atsiri pelepah temulawak dengan GC-MS

Kelimpahan (Y)

Waktu (X)

Page 31: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

22

Lampiran 11 Rendemen hasil fraksionasi kolom ekstrak kloroform pelepah

temulawak

Fraksi Eluen Warna Bobot fraksi (g) Rendemen

fraksi (%)

1 H Kuning ++++ 0.1126 13.25

2

H

H:K (9:1)

H:K (8:2)

H:K (7:3)

H:K (6:4)

H:K (5:5)

H:K (4:6)

Takberwarna 0.0389 4.58

3 H:K (4:6) Kuning kehitaman +++ 0.0609 7.16

4 H:K (4:6) Kuning + 0.0615 7.24

5 H:K (3:7) Kuning ++ 0.0373 4.39

6

H:K (2:9)

H:K (1:9)

K

Kuning + 0.0327 3.85

7 K:M (9:1) Kuning keemasan ++ 0.0859 10.11

8 K:M (9:1) Kuning kehitaman ++++ 0.2514 29.58

9 K:M (9:1)

K:M (8:2) Kuning keemasan +++ 0.0574 6.75

10 K:M (8:2)

K:M (7:3) Kuning ++ 0.0502 5.91

11

K:M (4:6)

K:M (3:7)

K:M (2:8)

K:M (1:9)

M

Kuning + 0.0357 4.20

Jumlah (%) 97.00

Keterangan: Bobot ekstrak kasar: 0.8500 g

Page 32: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

23

Lampiran 12 Uji fitokimia lanjutan flavonoid hasil fraksionasi ekstrak kloroform

pelepah temulawak

Keterangan: (dari kiri ke kanan: Ekstrak kasar, F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, F8, F9,

F10, dan ekstrak kasar).

Lampiran 13 Uji fitokimia lanjutan alkaloid hasil fraksionasi ekstrak kloroform

pelepah temulawak

Keterangan: (dari kiri ke kanan: Ekstrak kasar, F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, F8, F9,

F10, dan ekstrak kasar).

E F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 E

E F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 E

Page 33: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

24

Lampiran 14 Uji fitokimia lanjutan steroid dan triterpenoid hasil fraksionasi

ekstrak kloroform pelepah temulawak

Keterangan: (dari kiri ke kanan: Ekstrak kasar, F1, F2, F3, F4, F5, F6, F8, F9,

F10, dan ekstrak kasar).

E F1 F2 F3 F4 F5 F6 F8 F9 F10 E

Page 34: POTENSI PELEPAH TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza) … · menjadi asisten praktikum kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009– ... Kandungan Fitokimia ... Identifikasi Komponen

25

Lampiran 15 Spektrum FTIR F9 hasil fraksionasi ekstrak kloroform pelepah temulawak