posisi duduk tentukan kesehatan punggung

49
Tak bisa di pungkiri bahwa dimanapun kita berada lingkungan sekitar akan memperhatikan kita. Untuk itu menjaga sikap sangat di perlukan, termasuk di dalamnya cara duduk. Sikap duduk kita dapat mempengaruhi penilaian orang lain, selain itu juga sikap duduk yang benar akan berpengaruh besar terhadap kesehatan kita. terlintas di benak kita bagaimana cara duduk yang baik ? jika kita membawa tas sebaiknya diletakan dimana ? dan pertanyaan lainnya. Sikap duduk yang baik dalah duduk yang tegak tidak merosot di kursi, dalam posisi miring atau segaris dengan kedua kaki merapat di tengah atau disamping, cara ini sedikit menutupi kaki anda. (jangan pernah meletakan benda-benda di atas rok mini anda untuk menutupi kaki yang terbuka) letakan tas dimana? saat duduk letakan tas di samping kiri kursi atau dibelakang sandaran kursi. jika tas anda besar sebaiknya diletakan di kaki kursi. Jangan meletakan tas di atas meja. Sebaiknya tamu duduk disebelah mana? 1. jika anda penerima tamu, persilahkan tamu anda duduk disebelah kanan anda. artinya anda menghormatinya. 2. duduklah sejajar dengan tamu. Dont pada saat duduk : 1. duduk mengangkat atau menumpang kaki tdk dilarang asalkan kaki atau alas sepatu jgn sampai terlihat. 2. Berdirilah pada saat berjabat tangan. 3. duduklah dengan sikap tegak, rentang paha tidak melebihi lebar pinggul. selamat mencoba.

Upload: akhimichy

Post on 16-Apr-2015

189 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Posisi Duduk

TRANSCRIPT

Page 1: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Tak bisa di pungkiri bahwa dimanapun kita berada lingkungan sekitar akan memperhatikan kita. Untuk itu menjaga sikap sangat di perlukan, termasuk di dalamnya cara duduk. Sikap duduk kita dapat mempengaruhi penilaian orang lain, selain itu juga sikap duduk yang benar akan berpengaruh besar terhadap kesehatan kita. terlintas di benak kita bagaimana cara duduk yang baik ? jika kita membawa tas sebaiknya diletakan dimana ? dan pertanyaan lainnya. Sikap duduk yang baik dalah duduk yang tegak tidak merosot di kursi, dalam posisi miring atau segaris dengan kedua kaki merapat di tengah atau disamping, cara ini sedikit menutupi kaki anda. (jangan pernah meletakan benda-benda di atas rok mini anda untuk menutupi kaki yang terbuka) letakan tas dimana?saat duduk letakan tas di samping kiri kursi atau dibelakang sandaran kursi. jika tas anda besar sebaiknya diletakan di kaki kursi. Jangan meletakan tas di atas meja. Sebaiknya tamu duduk disebelah mana?1. jika anda penerima tamu, persilahkan tamu anda duduk disebelah kanan anda. artinya anda menghormatinya.2. duduklah sejajar dengan tamu.  Dont pada saat duduk : 1. duduk mengangkat atau menumpang kaki tdk dilarang asalkan kaki atau alas sepatu jgn sampai terlihat. 2. Berdirilah pada saat berjabat tangan.  3. duduklah dengan sikap tegak, rentang paha tidak melebihi lebar pinggul. selamat mencoba.

 Postur tubuh yang benar saat menghadap komputer

Duduk bisa mengurangi rasa penat, memang benar. Tetapi kalau dilakukan dalam jangka waktu lama dan posisi statis, justru bisa menimbulkan gangguan pada leher, bahu, punggung, dan lengan. Alias RSI itu tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya,

Page 2: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.

Perlu selalu rileks

Gejala RSI atau juga disebut Cumulative Trauma Disorder bisa terjadi gara-gara posisi tubuh kurang rileks. Ada tekanan terhadap urat dan saraf tangan, pergelangan tangan, lengan dan pundak, serta leher. Kurang selingan istirahat ketika mengetik misalnya, apalagi terlalu terforsir dijamin menimbulkan risiko kesehatan(Sekolah Kesehatan).

Upaya pencegahannya, pertama-tama posisi tubuh saat duduk dan teknik mengetik (Kursus Mengetik) mesti benar. Begitu pula penataan (posisi) sarana kerja harus benar. Tak ada salahnya memang memilih sarana bekerja yang enak dipakai (ergonomis). Namun, tetap saja kebiasaan bekerja secara baik dan benar lebih penting sebagai pencegahan ketimbang harus menyediakan perlengkapan yang ergonomis. Baik sarana duduk (kursi), keyboard, atau penyangga pergelangan tangan.

Untuk posisi monitor, disarankan lebih rendah dan agak jauh dari posisi mata. Kursi dan keyboard diatur sedemikian rupa hingga posisi paha dan lengan sejajar (boleh sedikit menggantung), pergelangan tangan lurus dan sejajar (tidak menekuk ke bawah atau terlalu jauh ke belakang). Bila memungkinkan, posisi keyboard 2,5 - 5 cm di atas paha. Jika posisi meja terlalu tinggi, sebaiknya keyboard ditaruh di atas pangkuan.

Bagaimana tentang pengaruh monitor pada mata?

Pengaruh monitor (video display unit/VDU) terhadap kesehatan mata, masih menjadi perdebatan. Pemakai VDU pada umumnya mengeluhkan tekanan pada mata, nyeri otot leher, sakit pundak dan pinggang. Tapi berdasarkan penelitian (Beasiswa Penelitian)di Inggris, tidak ada kerusakan permanen pada mata gara-gara VDU, kecuali nyeri sementara pada mata. Keluhan itu pun masih ditentukan oleh tipe pekerjaannya, monoton atau bervariasi, nonstop atau diselingi istirahat. Keluhan pun akan berkurang bila posisi duduk dan pencahayaan diperhatikan. Jumlah radiasi gelombang yang diterima pengguna VDU selama 8 jam/hari sebenarnya hanya 0,5% dari jumlah radiasi yang diterima dari sumber lain. Kalau masih merasa belum aman tak ada salahnya memasang kaca penahan radiasi sebagai perisai tambahan.

Selain harus duduk pada posisi tegak, jangan pula meregang ke depan untuk mencapai keyboard atau membaca tulisan di layar monitor. Keadaan demikian justru akan menciptakan masalah. Begitu pun posisi tubuh "sempurna" dapat bermasalah bila dilakukan secara kaku dan terus menerus dalam jangka panjang. Karenanya disarankan untuk rileks, juga sering-seringlah bergerak dan mengubah posisi (duduk dinamis). Ini bukan cuma berlaku untuk tangan dan lengan, tapi juga pundak, punggung, dan leher.

Page 3: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Begitu pula saat mengetik, pergelangan tangan hendaknya tidak ditekuk ke atas, ke bawah, atau ke samping. Sedikit memutar-mutar tangan bisa sebagai gantinya istirahat pergelangan tangan. Begitu ada kesempatan berhenti mengetik sejenak, istirahatkan tangan di atas pangkuan atau di sisi samping anda ketimbang ditumpangkan di atas keyboard.

Begitu pun ukuran font (huruf) sebaiknya tidak terlalu kecil supaya mudah terbaca. Sehingga tak perlu membungkukkan badan ke depan monitor setiap kali membaca teks. Juga melunakkan tekanan pada saraf dan pembuluh darah di leher dan pundak. Selain ukuran teks dokumen jelas, juga pergunakan warna yang teduh (abu-abu) dan mudah terbaca oleh mata. Lagi-lagi perbanyak istirahat dan rileks.

Pertimbangkan posisi lampu dan AC

Sesuai dengan namanya, fungsi lampu adalah untuk menerangi ruangan. Selain juga memberikan nuansa dekoratif. Untuk fungsi dekoratif, lantas perlu memilih lampu yang selaras dengan desain interior (Sekolah Desain Interior). Namun sebagai sarana penerang, lampu tentu saja harus terang.

Apa pun bentuknya, pilihlah lampu yang cahayanya cukup terang untuk menerangi huruf-huruf tulisan. Selain itu juga tidak bikin mata silau dan pedih. Untuk ruang kerja, lazimnya digunakan lampu neon. Selain cahayanya terang, juga bisa mengirit anggaran. Tapi, omong-omong tentang cahaya, pernah ada laporan (tahun 1996), makin terang cahaya lampu ruangan, makin sering karyawan mengeluh lesu, lelah, dan sakit kepala.

Untuk mengurangi ketajaman sinar yang memedihkan mata, perlu lampu tambahan. Manfaat lainnya, cahaya lampu utama bisa tersebar. Sementara penempatkan lampu tak langsung yang tidak terlalu terang akan mengurangi ketegangan mata.

Selain kriteria terang, tata letak lampu mesti diperhatikan. Lampu penerang sebuah gedung perkantoran biasanya sudah terpasang permanen. Kalau demikian adanya, yang mesti dilakukan ya mengatur posisi meja kerja.

Posisi meja kerja mestinya tidak berada persis di bawah titik lampu. Kenapa? Karena sinar lampu dari atas langit-langit tepat di atas meja kerja menimbulkan bayangan pada halaman buku, koran atau majalah yang tengah dibaca. Jadi posisi lampu demikian tidak tepat untuk membaca. Posisi lampu hendaknya di belakang agak ke samping, untuk menghindari timbul bayangan pada halaman buku yang dibaca.

Lalu, bagaimana dengan posisi AC?

Tata letak AC dalam ruang kantor umumnya sudah menetap. Kalau penghuni kantor ingin memilih posisi meja kerja yang tak langsung ter-sentor angin AC, ya mesti mengatur diri. Apalagi bagi yang tak tahan AC, salah-salah justru bisa bikin badan meriang.

Page 4: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Desain interior dan tata ruang boleh menjadi urusan perancang interior. Tapi soal tata letak meja kerja ya mesti menjadi urusan diri sendiri, bagaimana baiknya supaya tetap sehat dan produktif!

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi pada mahasiswa saat ini. Lamanya jumlah jam kuliah yang harus diikuti mahasiswa mengakibatkan aktivitas mahasiswa lebih banyak dihabiskan dengan duduk dibangku kuliah saat mengikuti proses perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama duduk terhadap kejadian low back pain pada mahasiswa ekstensi 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Desain penelitian yang dipakai adalah desain korelasi dengan jumlah sampel 35 orang. Hasil analisis data menggunakan uji chi-square didapatkan nilai P value sebesar 0,000 dengan nilai alpha 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama duduk terhadap kejadian low back pain pada mahasiswa ekstensi 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian yang sama tentang LBP pada keseluruhan mahasiswa FIK-UI agar hasil yang didapatkan lebih menggambarkan fenomena LBP secara umum di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kata Kunci : Duduk, LBP, Mahasiswa.

ABSTRACT

Low Back Pain(LBP) one of musculoskeletal disorder due to unfavourable body activity. Low back pain is a current phenomenon that occur in student as effect of sitting in a long duration while lecturing. Most of student activities spend by sitting in the classroom as consequent long duration of studying time that have to be Attended. This research aimed to identify the relationships between prolong sitting to incident of low back pain at non regular 2005 student in Nursing Faculty University of Indonesia . Design used in this research is correlative which amount of participants is 35. Statistical analyses was perfomed with chi-square test and obtained P value 0,000 and significance level 0,05 that describing there is significance relationships between prolong sitting to incident of low back pain at non regular 2005 student in Nursing Faculty University of Indonesia. Researcher suggest another research need to performed about LBP in all student in Nursing Faculty University of Indonesia.

Key Word: Sitting, Low Back Pain, Student.

BAB IPENDAHULUAN

Page 5: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Latar Belakang

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Menurut Rakel (2002), LBP adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Menurut Samara (2004), otot-otot punggung biasanya mulai letih setelah duduk selama 15-20 menit, sehingga mulai dirasakan LBP. LBP diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu kronik dan akut. LBP akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006). Dengan demikian LBP adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.

Faktor resiko terjadinya LBP karena tegangnya postur tubuh, obesitas, kehamilan, faktor psikologi dan beberapa aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar seperti mengangkat barang yang berat dan duduk yang lama. Duduk lama pada murid sekolah atau mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung juga dapat mengakibatkan terjadi nyeri punggung (Klooch, 2006).

Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena LBP, seperti sebuah penelitian yang dilakukan oleh Klooch (2006) pada murid sekolah menengah atas di Skandinavia yang usianya masih sangat muda menemukan bahwa 41,6% murid sekolah menderita LBP selama duduk dikelas. Dengan demikian usia bukan lagi faktor yang memperberat melainkan faktor pendukung.

Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Menurut Chang (2006), ternyata, 60 % orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus.

Fenomena diatas sekarang ini juga terjadi pada mahasiswa. Lamanya jumlah jam kuliah yang harus diikuti mahasiswa mengakibatkan aktivitas mahasiswa lebih banyak dihabiskan dengan duduk dibangku kuliah saat mengikuti proses perkuliahan, termasuk pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI). Menurut buku panduan akademik program pendidikan ners FIK-UI (2005: hal 175), jadwal kuliah mahasiswa FIK-UI rata-rata 6-8 jam. Jadwal kuliah mahasiswa reguler secara umum dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 3 sore. Demikian juga jadwal

Page 6: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

kuliah mahasiswa ekstensi rata-rata dimulai dari jam 8 sampai dengan jam 3 sore. Selama proses perkuliahan diberikan waktu istirahat selama 1 jam yaitu dari jam 12 sampai dengan jam 1 siang, kemudian perkuliahan dilanjutkan kembali sampai dengan jam 3 bahkan sampai sore jika ada perubahan jadwal dari dosen pengajar. Sedangkan mahasiswa ekstensi sore perkuliahan dimulai dari jam 3 siang sampai dengan jam 9 malam dimana waktu istirahat jam 6 sampai dengan jam 7.

Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa sebagian besar aktivitas mahasiswa FIK-UI dihabiskan dengan posisi duduk yang lama saat kuliah berlangsung, dimana untuk 1 mata kuliah mahasiswa harus duduk selama 2 jam. Hal ini menjadi faktor risiko terjadinya LBP pada mahasiswa FIK-UI. Menurut Samara (2004), Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak berakibat LBP antara lain duduk dengan posisi yang baik dan hindari duduk dengan posisi yang sama dalam waktu lebih dari 30 menit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara spesifik apakah ada hubungan duduk lama pada saat perkuliahan berlangsung dengan prevalensi LBP pada mahasiswa ekstensi FIK-UI.

B.Perumusan Masalah

Samara (2004), mengemukakan bahwa posisi duduk baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat mengakibatkan LBP, diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang tidak benar, usia, postur tubuh. Mahasiswa FIK-UI mengikuti proses pembelajaran dengan duduk sekitar 6 jam. Hasil observasi peneliti selama mengikuti kuliah di FIK-UI, rata-rata mahasiswa duduk dengan posisi duduk tegak dan duduk membungkuk. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengetahui huhungan duduk lama pada saat perkuliahan dengan terjadinya LBP.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan lama duduk saat perkuliahan berlangsung terhadap LBP pada mahasiswa ekstensi FIK-UI.

Tujuan Khusus

1.Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, Berat badan)2.Mengidentifikasi posisi duduk yang dilakukan pada saat perkuliahan3.Mengidentifikasi setelah berapa lama duduk mulai dirasakan LBP.4.Mengidentifikasi tingkat LBP5.Mengidentifikasi pertama kali merasakan LBP

D.Manfaat Penelitian

1.Pendidikan

Page 7: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Memberi masukan pada institusi pendidikan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada mahasiswa sehingga informasi ini dapat digunakan untuk menyusun langkah- langkah strategi dalam mencegah terjadinya LBP yang diakibatkan oleh duduk lama pada saat perkuliahan melalui pengembangan kurikulum yang memperhatikan dampak pada kesehatan mahasiswa.

2.KeilmuanHasil penelitian dapat memperkuat informasi sistem muskuloskletal sehingga faktor- faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya LBP dapat diminimalkan dengan metode yang efektif dan efisien.

3.PenelitiPeneliti mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian dan hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

4.Depdiknas/DiktiMemberi masukan kepada Depdiknas/Dikti agar informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pendidikan dimasa yang akan datang.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

1. Low Back Pain (LBP)

LBP adalah nyeri didaerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Gejala yang dirasakan pada orang yang menderita LBP bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga kelemahan pada tungkai.

2. Penyebab

Menurut Rice (2002) Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, rematik.

Kekakuan dan Spasme OtotGerakan bagian punggung belakang yang kurang baik seperti pada saat mengangkat

Page 8: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

benda yang berat, saat mengikat tali sepatu, bahkan saat batuk atau bersin dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung. Kekakuan otot menyebabkan trauma punggung hingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

OsteoartritisDengan bertambahnya usia seseorang maka kelentutan otot-ototnya menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti waktu muda.Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.

FibromyalgiaFibromyalgia adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kaku pada otot pada daerah ujung tendon, khususnya pada daerah punggung dan leher. Nyeri akan lebih berat dirasakan apabila penderita tidak melakukan aktivitas apa-apa. Nyeri akan berkurang ketika penderita melakukan aktivitas.

Scoliosis Scoliosis merupakan kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan LBP. Scoliosis juga terjadi pada anak-anak dimana penyebabnya tidak diketahui. Scoliosis pada orang dewasa didapat dari riwayat scoliosis saat kecil yang tidak diobati.

RematikRematik merupakan gangguan akut dan kronik karena adanya inflamasi dan kekakuan pada sendi. Jika kekakuan terjadi pada daerah punggung maka nyeri akan menyebar yang pada akhirnya penderita mengalami LBP.

3. Faktor Resiko Terjadinya LBP

Sikap Tubuh Yang SalahKebanyakan orang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sering melupakan masalah posisi tubuh. Sikap tubuh yang baik sangat penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal. Juga membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif, di samping itu menyumbang kesehatan secara menyeluruh. Tidak hanya itu postur yang baik ternyata juga pencegah terbaik agar postur tidak jadi buruk. Kalau sikap tubuh tidak baik, selain tulang-tulang jadi tidak lurus, otot-otot, ruas, serta ligamen (jaringan pengikat sendi) pun akan tertarik lebih keras. Sikap yang tidak baik juga memicu cepat lelah, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit.

Banyak orang yang menderita sakit punggung ternyata bermula dari kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ-organ vital, khususnya di

Page 9: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

daerah perut ikut terpengaruh. Yang tak kalah penting postur tubuh yang baik juga membuat penampilan menjadi memikat sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Duduk dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan LBP. Bekerja dengan komputer, bekerja di pabrik, dipasar, dirumah, tukang jahit, sopir, tukang sayur, murid sekolah juga tidak terlepas aktivitasnya dilakukan dengan duduk yang lama.Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan bertumpu pada bokong (the free dictionary, 2006). Duduk dapat dimanfaatkan untuk beristirahat jika dalam posisi dan jangka waktu yang tepat. Dibanding dengan berdiri, duduk memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh design kursi. Idealnya kursi yang baik adalah yang dapat mendukung postur tubuh pada saat duduk. Pada mahasiswa, design kursi yang terkadang menjadi problema tersendiri karena pada kenyataannya postur tubuh mahasiswa yang berbeda-beda sehingga sulit untuk di design kursi yang benar-benar mengakomodasi kebutuhan mahasiswa.

Berbagai pendapat telah dikemukakan tentang posisi duduk yang ergonomis ketika duduk dikursi atau ditempat lain. Duduk dengan sudut sederhana yaitu tungkai ditekuk dengan sudut 90o dengan kaki bertumpu pada lantai (lihat lampiran 1), posisi ini telah dipertimbangkan sebagai postur yang baik pada saat duduk ((Hemmings & Hemming, 1989). Mandal (1981) mendukung posisi duduk yang disarankan Hemmings dan juga mengusulkan posisi yang lain yaitu duduk dengan posisi bantal duduk miring kebawah dengan sudut 45o dengan paha miring dan tungkai tegak lurus (lihat lampiran 2). Grandjean dan Hunting (1977) mengemukakan alternatif posisi duduk yang lain disarankan dengan bantal duduk miring keatas dengan sudut 14o untuk mengurangi tekanan pada otot (lihat lampiran 3).

Samara (2004), mengemukakan bahwa posisi duduk baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat mengakibatkan LBP. Penelitian yang dilakukan Klooch (2006) mengidentifikasi ada hubungan yang bermakna antara duduk lama saat proses pembelajaran dengan LBP. Penelitian tersebut dilakukan dilakukan terhadap murid sekolah menengah atas di Skandinavia yang usianya masih sangat muda. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 41,6 % murid menderita nyeri pinggang bawah selama duduk di kelas. Terdiri dari 30 % yang duduk selama satu jam, dan 70 % yang duduk lebih dari satu jam menderita nyeri pinggang bawah.

Obesitas Berat badan yang berlebihan akan menyebabkan tumpukan lemak yang lebih banyak sehingga tekanan pada tulang belakang menjadi lebih besar yang dapat meningkatkan resiko terjadinya LBP.

KehamilanLBP pada saat hamil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelemahan otot-otot abdomen karena kehamilan. Selain itu pada masa pertengahan kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gravitasi ibu hamil berubah mengakibatkan postur ibu berubah sehingga dapat mengakibatkan LBP.

Page 10: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

BAB IIIMETODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara duduk lama terhadap kejadian nyeri pinggang (LBP) pada mahasiswa ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia .

B. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa esktensi tahun 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) yang sedang mengikuti program akademik. Dengan kriteria sampel sebagai berikut:- Mahasiswa ekstensi pagi 2005 , yang melakukan aktivitas duduk 3-6 jam sehari- Responden tidak mengalami LBP sebelum kuliah di FIK-UI- Tidak memiliki penyakit yang dapat menyebabkan LBP

Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus:Isaac dan Michell yaitu:

S= X2. N. P (1-P)/d 2 (N-1) + X2. P (1-P)

S = jumlah sampleX2 = Nilai tabel pada df 1, CI 95%d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi (0,05)P = proporsi sebagai dasar asumsi (0,5)N = jumlah populasi

Perhitungan: S = 3,84 x 90 x 0,5 (1 - 0,5)/(0,05)2 x (90-1) + 0.5 (1-0,5) = 34.9 atau 35 orang

Jumlah sample pada penelitian ini adalah 35 orang. Tehnik pengambilan sample adalah dengan cara non random, yaitu cara pemilihan elemen untuk menjadi anggota sampel namun setiap elemen tidak mendapat kesempatan yang sama. Sampel diambil berdasarkan urutan nomor absen dari no 1 – 35. Tetapi saat pengambilan sampel berdasarkan nomor absen, ada 2 orang responden yaitu nomor absen 9 dan 23 yang tidak memenuhi kriteria karena responden tersebut memiliki LBP karena penyebab lain, oleh karena itu responden tersebut di ganti dengan nomor absen dibawahnya ( nomor 36 dan 37 ).

C. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia

Page 11: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Pengambilan data penelitian pada tangga 4 Desember 2006.

D. Etika PenelitianSebelum pengambilan data peneliti sudah mendapatkan ijin dari pihak Fakultas. Pada pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, kemudian memberikan penjelasan kepada klien tentang tujuan penelitian dan manfaat diadakannya penelitian ini. Kemudian responden yang setuju menandatangani surat persetujuan (informed concent) untuk menjadi responden penelitian. Sebelum pengisian kuisioner peneliti menginformasikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan pengisian kuisioner.Kerahasian responden dijaga oleh peneliti dengan hanya menuliskan inisial responde, tidak ada paksaan kepada responden.

E. Alat Pengumpulan DataAlat penelitian yang dibuat pada proposal menggunakan kuesioner skala likert. Setelah dilakukan uji validitas ternyata instrumen tidak valid dengan nilai 0.999, sehingga peneliti membuat instrumen baru yang digunakan untuk mengumpulkan data. Daftar pertanyaan berbentuk kuesioner yang mengacu pada kerangka konsep berdasarkan studi literatur. Instrumen disusun melalui studi kepustakaan dengan mengkaji bahan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu: 1). Data demografi, meliputi; inisial nama responden, usia, berat badan dan jenis kelamin. 2). Tanda dan gejala yang berkaitan dengan kejadian LBP. Peneliti menggunakan pengukuran kuesioner dengan skala Gutman untuk memantau kejadian LBP dengan cara responden menjawab pertanyaan “ ya” atau “ tidak” dengan menggunakan tanda check (√) pada kolom pilihan. Kuesioner di bagi menjadi tiga bagian, bagian 1 mengenai data demografi responden, bagian 2 mengenai lama duduk pertanyaan no 1-8, dan bagian 3 mengenai tingkatan nyeri pertanyaan no 9-23.

Uji coba instrument dilakukan pada mahasiswa ekstensi 2006 Fakultas Ilmu Keperawatan karena kedua sample mempunyai karakterisktik yang sama. Responden ditentukan berdasarkan nomor urut absen yaitu urut 1-35. Setelah terkumpul dan diperiksa kelengkapannya dilakukan uji validitas dengan uji statistik korelasi Pearson’s product moment :n Σ Xi.Yi – ΣXi ΣYir = -----------------------------------------√[ nΣ Xi2 - ( ΣXi2)][ n Σ Yi2 – ( Σ Yi)2]

Dari hasil uji validitas instrumen didapat nilai r lebih besar dari nilai r table sehingga instrument dinyatakan valid.

F. Prosedur Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada responden , dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria sampel. Kuesioner yang telah diisi diserahkan kembali kepada peneliti setelah diperiksa kelengkapannya, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Page 12: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

1. Pengolahan dataSetelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan program SPPS dengan tahapan sebagi berikut:

a.Editing dataData di periksa ulang kelengkapan atau kemungkinan dalam pengisian, semua kuesioner yang dibagikan dikembalikan dan telah disi secara lenagkap oleh responden.

b.Coding dataUntuk jawaban “ya” di beri kode 2 dan untuk jawaban “tidak” di beri nilai 1

c.Entry dataData yang didapat dimasuk kedalam komputer dengan menggunakan program SPSS untuk di analisis.

d.Cleaning dataData yang telah dimasukan ke komputer diperiksa kebenaranya dengan melihat data missing atau data yang salah.

2. Analisa dataPengolahan data menggunakan analisis bivariat, karena penelitian memiliki 2 variabel maka digunakan uji Chi Square dengan tingkat 0,05kemaknaan RumusX2 = Σ (0-E)2 ------- EUntuk menghitung derajat kebebasan Degree of Freedom digunakan rumus Df= (b-1)(k-1)Keterangan: b: jumlah barisk: jumlah kolom

Dari hasil uji ini didapat diketahui tingkat kemaknaan hubungan antara variabel duduk dengan nyeri pinggang

H. Sarana PenelitianPada penelitian ini sarana penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner, alat tulis komputer, internet dan perpustakaan.

BAB IVHASIL PENELITIAN

Hasil pengumpulan data dari 35 responden pada mahasiswa Extensi pagi 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia pada tanggal 4 Desember 2006, didapatkan data-data sebagai berikut :

Page 13: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

A. Data Demografi Responden1. UsiaUsia responden dikategorikan menjadi 5 kelompok dan didapatkan data responden yang berusia 21-25 tahun sebanyak 2 orang, 26-30 tahun 3 orang, 31-35 tahun 13 orang, 36-40 tahun 5 orang dan 41-45 tahun 12 orang.

2. SemesterSemua responden pada penelitian ini berada pada semester III pendidikan akademik pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

3. Jenis KelaminResponden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Responden yang laki-laki berjumlah 9 orang dan responden perempuan berjumlah 26 orang.

4. Berat BadanSetelah dikelompokkan didapat data responden dengan berat badan < 50 kg berjumlah 6 orang, berat badan 50-59 kg 17 orang, berat badan 60-69 kg 6 orang, > 70 kg 6 orang.

B. Data Berkaitan Karakteristik Duduk Responden

1. Posisi DudukData posisi duduk responden yang dominan dikelompokkan kedalam 4 kelompok dan didapatkan data responden yang duduk tegak sebanyak 8 orang, duduk membungkuk 7 orang, duduk miring tidak ada, duduk bersandar 20 orang. posisi duduk pada sebagian besar responden adalah bersandar sehingga diasumsikan sebagian besar mahasiswa extensi 2005 beresiko terkena Low Back Pain oleh karena sudut sandaran kursi mahasiswa yang tidak ergonomik 90 derajat, sedangkan sudut sandaran kursi yang ergonomik adalah 35-45 derajat (Tuttle, 2000).

2. Lama DudukData lama duduk dikelompokkan kedalam 2 bagian dan didapatkan hasil responden yang duduk 30 menit s/d 1 jam 3 orang dan responden yang duduk 1-3 jam 32 orang. Di asumsikan terjadi perbedaan persepsi diantara responden dalam menjawab pertanyaan tentang total waktu duduk sehingga ada perbedaan data lama duduk walaupun seluruh responden ada dikelas yang sama

C. Data Yang Berkaitan Dengan NyeriData tentang tingkatan nyeri yang dirasakan oleh responden dikelompokkan kedalam nyeri ringan, sedang dan berat. Data yang didapatkan adalah responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 4 orang, nyeri sedang 13 orang, nyeri berat 18 orang.

dapat dilihat bahwa semua responden pada penelitian ini mengalami nyeri pinggang akibat duduk lama pada saat perkuliahan dengan rincian 18 orang atau 51,4%

Page 14: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

responden mengalami nyeri berat, 13 orang atau 37,1% responden mengalami nyeri sedang dan 4 orang atau 11,4% responden mengalami nyeri ringan.

Data tentang lama duduk dan nyeri diatas kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 10.0. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P value sebesar 0,000 dengan nilai alpha = 0,05, dengan demikian P value lebih kecil dari nilai alpha sehingga Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama duduk terhadap kejadian nyeri pinggang pada mahasiswa ekstensi 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

BAB VPEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Lama DudukBanyak faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP akibat lama duduk pada saat perkuliahan seperti duduk dalam jangka waktu lama, obesitas, kehamilan, dan penyakit yang komplikasinya menyebabkan LBP. Namun pada bab ini peneliti hanya akan membahas salah satu faktor saja yaitu lama duduk. Hal ini disesuaikan dengan variabel dalam penelitian ini yaitu lama duduk dan nyeri pinggang /LBP.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab V didapatkan data yang berhubungan dengan variabel duduk bahwa total lama duduk responden antara yang duduk 30 menit s/d 1 jam dengan yang duduk 1-3 jam yang jauh berbeda yaitu 32 orang responden duduk 1-3 jam dan 3 orang responden duduk 30 menit s/d 1 jam pada saat perkuliahan, dengan posisi duduk yang dominan adalah bersandar yaitu 20 orang, 8 orang duduk tegak dan 7 orang duduk membungkuk. Menurut Samara (2004), bahwa seseorang yang duduk dalam jangka waktu 30 menit saja dengan posisi duduk tegak/bersandar atau membungkuk dapat mengakibatkan LBP. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klooch (2006) terhadap murid sekolah menengah di Skandinavia, yang menemukan bahwa 41,6% murid menderita LBP selama duduk dikelas terdiri dari 30% yang duduk selama 1 jam dan 70% yang duduk lebih dari 1 jam. Dengan demikian, jika dilihat dari lama duduk rata-rata pada mahasiswa ekstensi 2005 FIK-UI dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini dapat mengalami LBP oleh karena lama duduk.

2. Nyeri Pinggang/LBPPengolahan data penelitian kemudian dilakukan pada variabel nyeri. Dari 35 responden didapatkan data sebanyak 4 orang atau 11,4% responden mengalami nyeri ringan, sedangkan 37,1% atau 13 responden yang mengalami nyeri sedang dan sebanyak 51,4 % atau 18 orang responden mengalami nyeri berat. Tingkatan nyeri yang dirasakan

Page 15: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

mahasiswa sangat dipengaruhi oleh prilaku mahasiswa pada saat duduk. Semakin sering mahasiswa merubah posisi pada saat duduk, maka tingkatan nyeri yang dirasakan akan semakin ringan, karena perubahan posisi dapat merelaksasikan otot-otot punggung yang mengalami tekanan akibat duduk dalam jangka waktu lama.

Disamping itu tingkatan nyeri juga dipengaruhi oleh persepsi nyeri dari masing-masing responden. Semakin sering seseorang terpapar dengan nyeri, maka seseorang tersebut akan terbiasa dengan nyeri yang dirasakannya, dan ketika suatu saat terpapar dengan nyeri yang lebih ringan dari yang sering dia rasakan, hal itu tidak menjadi keluhan lagi buat dia. Sebaliknya jika seseorang tidak pernah menerima stimulus nyeri, jika suatu saat terpapar dengan nyeri yang sangat ringan, maka hal itu akan menjadi berat bagi dia. Oleh karena itu terdapat perbedaan tingkatan nyeri yang dirasakan oleh responden menurut persepsi masing-masing responden.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara lama duduk saat perkuliahan terhadap kejadian LBP pada mahasiswa ekstensi 2005 FIK-UI.

B. Keterbatasan PenelitianPenelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat banyak kekurangan baik dalam metode maupun pembahasan hasil penelitian. Keterbatasan disegi peneliti sendiri peneliti adalah peneliti pemula yang belum mempunyai pengalaman dalam meneliti serta pengetahuan biostatistik dan riset keperawatan masih sangat kurang sehingga sering mendapat kesulitan didalam melakukan analisa data.

Disamping itu populasi dalam penelitian ini yang sedikit sehingga sampel yang diambil juga sedikit sehingga mungkin belum cukup mewakili fenomena tentang LBP di Fakultas Ilmu Keperawatan. Selain itu waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini sangat singkat sehingga peneliti cenderung tergesa-gesa didalam proses penelitian.

Keterbatasan instrumen penelitian, adanya pertanyaan dalam kuisioner yang kurang jelas sehingga persepsi responden untuk menjawab pertanyaan tersebut berbeda-

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Ada hubungan antara lama duduk terhadap kejadian nyeri pinggang pada mahasiswa ekstensi 2005 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Dari 35 responden didapat hasil sebanyak 17 orang responden atau 48,6 %mengalami nyeri setelah duduk < 3 jam saat perkuliahan dan sebanyak 18 responden atau 51,4% mengalami nyeri pinggang setelah duduk antara 3-6 jam saat perkuliahan.

Karakteristik LBP yang dialami dari 35 orang responden yang terbanyak adalah nyeri berat sebanyak 18 responden atau 51,4%, nyeri sedang 13 orang atau 37,1% dan

Page 16: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

sebanyak 11,4% atau 4 orang responden mengalami nyeri ringan.Berdasarkan hasil penelitian ternyata ada hubungan yang bermakna antara lama duduk terhadap kejadian nyeri pinggang pada mahsiswa ekstensi 2005 FIK-UI.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1.Mahasiswa-Untuk mahasiswa agar dapat memperhatikan lamanya duduk saat perkuliahan berlangsung sehingga kelelahan atau ketegangan pada pungung dapat dikurangi dengan cara berdiri atau berjalan beberapa menit. -Mahasiswa hendaknya memperhatikan cara duduk yang digunakan selama perkuliahan karena cara duduk yang salah memberikan kontribusi terhadap kejadian nyeri pinggang.

2.Dosen/ staf pengajar-Untuk dosen atau pengajar hendak nya memberikan waktu beberapa menit bagi mahasiswa untuk melemaskan ketegangan pinggang atau punggung belakang saat perkuliahan berlangsung seperti berdiri dan senam ditempat.

3.Fakultas Ilmu Keperawatan-Fakultas seharusnya memperhatikan kurikulum/jadwal perkuliahan yang mengkombinasikan antara aktivitas duduk dengan berdiri atau yang lainnya sehingga lamanya duduk waktu perkuliahan dapat diminimalkan.-Fakultas hendaknya memperhatikan apakah bentuk kursi perkuliahan yang di pakai di FIK-UI sudah ergonomis sesuai dengan standar kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keergonomisan kursi yang digunakan untuk perkuliahan di FIK-UI agar dapat meminimalkan angka kejadian nyeri pinggang pada mahasiswa.

Daftar Pustaka

Burns. N & Grove, (1993). Nursing Research: Principles & Methods. 2nd Edition. Lippincott.

Dawson & Trapp, (2001). Basic and Clinical Biostatistics, Lange Medical Book.

Delanaye,P., at all.(2004). Back Pain and Renal Failure. Diambil pada tanggal 18 Oktober dari www. Proquest.com/pqdauto.

Fakultas Ilmu Keperawatan (2005). Panduan Akademik Program Pendidikan Ners 2005/2006. FIK-UI

Page 17: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Feldman, D.E., at all.(2001). Risk factors for The Development of Low Back Pain in Adolescence. American Jounal of Epidemology. Diambil pada tanggal 18 Oktober dari www. Proquest.com/pqdauto

Free Dictionary.(2006).Siting, Sit diambil pada tanggal 31 Oktober 2006 dari http://www.thefreedictionary.com/sit

Lueder & Lueder, (1994). Hard Facts About Soft Machines: The Ergonomics of Seating, Francis.

Macnee,(2004). Understanding Nursing Research: Reading and Using Research in Practice, Lippincot.

Miller H. (2002). Body Support In the Office: Sitting, Seating, And Low Back Pain. Diambil pada tanggal 31 Oktober 2006 dari http:/search.epnet.com

Polit & Hungler, (1999). Basic & Clinical Biostatistics. 6 th Edtion. Lange Medical Book.

Potter & Perry,(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rakel D. (2003). Back Pain-low.Diambil pada tanggal 20 Oktober 2006 dari www.clinicalevidence.com/ceweb/conditions/msd/1102/1102_background.jsp

Rakel D.(2003). Back Pain-low.Diambil pada tanggal 20 Oktober 2006 dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003108.htm

Rice, C.A (2002). Back Pain . Health In Hints Journal .Texas University

Rogers, R.G.(2006). Research-Based Rehabilitation of The Lower Back. Strength And Conditioning journal. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2006 dari www. Proquest.com/pqdauto

Strong et all, (2002). Pain: A Text Book For Therapists, Churchill Livingstone

Tuttle N A. (2000). Seat Position and Contours for High Scool Chairs. Griffith University. Diambil pada tanggal 19 Oktober 2006 dari http:/search.epnet.com

Waddell, (2004). The Back Pain Revolution, Elsevier Health Sciences.

Terima kasih kepada redaksi situs PPNI atas dipublikasikannya hasil penelitian saya

Page 18: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

ini. Mudah-mudahan hasil penelitian saya ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan kita. Mohon kritik dan masukan dari rekan-rekan perawat semua agar saya dapat lebih baik lagi dalam melakukan penelitian selanjutnya. untuk informasi lebih lengkap rekan-rekan bisa mengunjungi blog saya : www.zamnazlaf.blogspot.com

Cara Sikap Duduk yang Benar di depan PC

Bsnyak orang sering mengabaikan apa yang dinamakan cara duduk yang benar.Padahal hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi ergonomis yang mana banyak aktivitas kerja dalam posisi duduk. Misalnya mengetik di depan komputer.

eski bukan tipe pemanja yang mudah mengeluh, sekali-sekali Anda tentu pernah merasakan tak enak badan. Sakit punggung, mata pedih dan terus menerus mengeluarkan air mata. Merasakan seluruh otot dan urat badan kaku dan mengencang, sakit atau merasa tidak nyaman. Tangan, pergelangan tangan, jari, lengan dan siku terasa sakit seperti terbakar. Adakalanya tangan perih, dingin, ataupun kebas (kesemutan), dan kehilangan kekuatan dan koordinasi. Ketika terjaga tengah malam, badan satu sakit semua disertai pegal-pegal. Ingin rasanya segera memijat tangan, pergelangan, dan lengan.

Kalau muncul gejala sakit seperti itu, jangan anggap remeh. Coba dengarkan keluhan punggung Anda, juga keluhan bagian tubuh lainnya. Siapa tahu punggung Anda memang sedang mengalami masalah? Atau, barangkali anda terserang Repetitive Strain Injury (RSI). Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse ini dapat menimbulkan cedera urat tangan, lengan dan bahu. Bisa dibayangkan, berapa ribu kali jari-jari tangan mengulang gerakan memukul tuts keyboard ketika sedang mengetik, misalnya. Apalagi tangan sambil mencengkeram dan menggeser-geser mouse. Lambat laun, tanpa disadari bisa terjadi akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan.

Sesungguhnya semua risiko yang dialami para pekerja kantoran bukan semata-mata faktor kecerobohan - misal kurang memperhatikan posisi duduk yang benar. Namun bisa jadi disebabkan sarana kerja (meja kursi, komputer, lampu penerang ruangan) kurang mendukung kenyamanan dan kesehatan. Sebutlah, sakit pinggang jangan-jangan karena tempat duduknya tidak memberi kenyamanan tulang belakang. Atau, penataan perangkat komputer yang kurang tepat.

Page 19: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Apalagi seharian (setidaknya delapan jam sehari - itu kalau tidak lembur) hanya duduk, sementara indera penglihatan terus melototi layar komputer dan jari-jari tangan sibuk memencet tuts keyboard. Karenanya sarana penunjang kerja perlu mendapat perhatian, tidak saja dari segi keselamatan, tapi juga kenyamanan dan kesehatan.

Perlu dicatat, saat mengetik ambil posisi duduk tegak, tidak bersikap loyo atau lesu. Untuk urusan ini, sekarang sudah banyak dipasarkan model kursi ergonomis yang gampang disetel sandarannya sehingga menawarkan kenyamanan. Sikap duduk yang benar dan model kursi yang tepat membantu mengatasi masalah ini. Soalnya keluhan pada punggung umumnya berkaitan dengan otot tulang belakang. Yang artinya ada faktor ergonomi berperan dalam sindrom itu. Duduk bisa mengurangi rasa penat, memang benar. Tetapi kalau dilakukan dalam jangka waktu lama dan posisi statis, justru bisa menimbulkan gangguan pada leher, bahu, punggung, dan lengan. Alias RSI itu tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.

Bsnyak orang sering mengabaikan apa yang dinamakan cara duduk yang benar.Padahal hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi ergonomis yang mana banyak aktivitas kerja dalam posisi duduk. Misalnya mengetik di depan komputer.

eski bukan tipe pemanja yang mudah mengeluh, sekali-sekali Anda tentu pernah merasakan tak enak badan. Sakit punggung, mata pedih dan terus menerus mengeluarkan air mata. Merasakan seluruh otot dan urat badan kaku dan mengencang, sakit atau merasa tidak nyaman. Tangan, pergelangan tangan, jari, lengan dan siku terasa sakit seperti terbakar. Adakalanya tangan perih, dingin, ataupun kebas (kesemutan), dan kehilangan kekuatan dan koordinasi. Ketika terjaga tengah malam, badan satu sakit semua disertai pegal-pegal. Ingin rasanya segera memijat tangan, pergelangan, dan lengan.

Kalau muncul gejala sakit seperti itu, jangan anggap remeh. Coba dengarkan keluhan punggung Anda, juga keluhan bagian tubuh lainnya. Siapa tahu punggung Anda memang sedang mengalami masalah? Atau, barangkali anda terserang Repetitive Strain Injury (RSI). Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse ini dapat menimbulkan cedera urat tangan, lengan dan bahu. Bisa dibayangkan, berapa ribu kali jari-jari tangan mengulang gerakan memukul tuts keyboard ketika sedang mengetik, misalnya. Apalagi tangan sambil mencengkeram dan menggeser-geser mouse. Lambat laun, tanpa disadari bisa terjadi akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan.

Sesungguhnya semua risiko yang dialami para pekerja kantoran bukan semata-mata

Page 20: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

faktor kecerobohan - misal kurang memperhatikan posisi duduk yang benar. Namun bisa jadi disebabkan sarana kerja (meja kursi, komputer, lampu penerang ruangan) kurang mendukung kenyamanan dan kesehatan. Sebutlah, sakit pinggang jangan-jangan karena tempat duduknya tidak memberi kenyamanan tulang belakang. Atau, penataan perangkat komputer yang kurang tepat.

Apalagi seharian (setidaknya delapan jam sehari - itu kalau tidak lembur) hanya duduk, sementara indera penglihatan terus melototi layar komputer dan jari-jari tangan sibuk memencet tuts keyboard. Karenanya sarana penunjang kerja perlu mendapat perhatian, tidak saja dari segi keselamatan, tapi juga kenyamanan dan kesehatan.

Perlu dicatat, saat mengetik ambil posisi duduk tegak, tidak bersikap loyo atau lesu. Untuk urusan ini, sekarang sudah banyak dipasarkan model kursi ergonomis yang gampang disetel sandarannya sehingga menawarkan kenyamanan. Sikap duduk yang benar dan model kursi yang tepat membantu mengatasi masalah ini. Soalnya keluhan pada punggung umumnya berkaitan dengan otot tulang belakang. Yang artinya ada faktor ergonomi berperan dalam sindrom itu. Duduk bisa mengurangi rasa penat, memang benar. Tetapi kalau dilakukan dalam jangka waktu lama dan posisi statis, justru bisa menimbulkan gangguan pada leher, bahu, punggung, dan lengan. Alias RSI itu tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.

Posisi Duduk Tentukan Kesehatan PunggungSenin,07 April 2008 13:39Nyeri pada punggung menjadi fenomena umum yang dirasakan banyak orang, baik mereka warga negara berkembang maupun penduduk negara maju. Bahkan, di Amerika Serikat (AS), sebuah hasil survei menunjukkan bahwa 85% penduduk Negeri Paman Sam tercatat pernah mengalami sakit punggung setidaknya sekali seumur hidup.

Bagi para pekerja kantoran, khususnya yang memiliki kebiasaan duduk berlama-lama mengerjakan tugas, atau mengetik di komputer, kerap menemukan keluhan sakit nyeri di bagian punggung. Maka itu, posisi duduk yang baik sangat menentukan kesehatan punggung.

“Penyebab sakit nyeri itu biasanya karena posisi duduk yang salah,” ujar Barbara Dorsch, physiotheraphist/rehabilitation specialist dari Australia, di sela acara training lecturer para ahli media Siloam Hospitals di Siloam Hospitals Kebun Jeruk, Jakarta Barat, pekan lalu.

Penyebab sakit nyeri punggung umumnya disebabkan peregangan otot atau ligmen

Page 21: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

karena postur tubuh ketika duduk dalam posisi tidak tepat. Nyeri punggung mulai terasa saat terjadi cedera, atau setelah terjadinya peradangan.

Punggung yang baik memiliki tiga kurva, yaitu pada leher, punggung bagian atas, dan punggung bagian bawah. Oleh karenanya, otot bagian perut, otot paha, dan otot kaki harus kuat agar mampu menyangga kurva punggung yang baik.

Punggung juga sangat sensitif terhadap ketegangan otot akibat stres sehari-hari. Dalam keadaan lemah dan kaku, otot punggung mengalami kejang, sehingga menyebabkan aliran darah yang mengangkut oksigen menjadi terhambat dan otot kekurangan oksigen. Akibatnya, penderita mengalami nyeri yang semakin menyakitkan apabila tidak segera mendapat penanganan dari dokter.

Penyebab lain biasanya akibat penggunaan alas sepatu hak tinggi yang banyak digunakan perempuan, kurang olahraga, cedera dan ketegangan otot, serta proses penuaan (osteoarthritis) yang menyebabkan bantalan tulang (diskus) keluar dari tempat semestinya dan menghasilkan pertumbuhan tulang baru yang menimbulkan radang sendiri dengan disertai rasa nyeri.

Penatalaksanaan yang terbaik pada nyeri punggung pada umumnya berdasarkan penyebab gangguan itu sendiri. Fisioterapi merupakan salah satu cara terapi untuk mengatasi masalah nyeri pungggung, di samping kerap pula digunakan untuk rehabilitasi medik pasien penyakit stroke. “Fisioterapi adalah latihan untuk membuat kondisi pasien lebih baik dari sebelumnya,” ujar Barbara.

Menurut Barbara, teknik fisioterapi menitikberatkan tujuan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses atau metode terapi gerak.

Mengenal Struktur Punggung

Punggung adalah salah satu organ tubuh yang bekerja nonstop selama 24 jam. Dalam keadaan tidur pun, punggung tetap menjalankan fungsinya untuk menjaga postur tubuh.

Punggung tersusun dari 24 buah tulang belakang (vertebrae), dimana masing-masing vertebrae dipisahkan satu sama lain oleh bantalan tulang rawan atau diskus. Seluruh rangkaian tulang belakang ini membentuk tiga buah lengkung alamiah, yang menyerupai huruf S.

Lengkung paling atas adalah segmen servikal (leher), yang dilanjutkan dengan segmen toraks (punggung tengah), dan segmen paling bawah yaitu lumbar (punggung bawah). Lengkung lumbar inilah yang bertugas untuk menopang berat seluruh tubuh dan pergerakan.

Otot punggung ditunjang oleb punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Seluruh otot tersebut berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan diskus

Page 22: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan akhirnya menimbulkan masalah punggung.

Sedangkan diskus atau bantalan tulang rawan berfungsi sebagai penahan guncangan ini terdapat di antara vertebrae, sehingga memungkinkan sendi-sendi untuk bergerak secara halus. Setiap diskus memiliki bagian tengah seperti bunga karang yang berongga kecil-kecil dan bagian luar yang keras dan mengandung serat saraf untuk rasa nyeri. Selain itu, juga terdapat cairan yang mengalir ke dalam dan keluar diskus. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan punggung bergerak bebas. Diskus yang sehat bersifat elastis, sehingga akan mudah kembali ke bentuk semula jika tertekan di antara kedua vertebrae.

Pada saat tidur, sangat sedikit cairan yang keluar dari diskus. Itulah yang menyebabkan kekakuan otot saat seseorang bangun dari tidur. Gerakan mendadak yang dilakukan ketika baru bangun tidur dapat mengakibatkan cedera punggung.

Posisi Duduk yang Baik

Buruknya postur tubuh, kegemukan (obesitas) dan gerakan yang kurang tepat selama bertahun-tahun, akan mengakibatkan kelainan pada otot dan diskus, bahkan dapat berakibat nyeri punggung.

”Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang,” ungkap Barbara Dorsch. Postur tubuh yang baik, lanjut dia, akan dicapai jika telinga, bahu, dan pinggul berada dalam satu garis lurus ke bawah.

Berdasarkan data British Chiropractic Association, sekitar 32% populasi dunia menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk duduk di depan meja kerja. Separuh dari populasi tenrsebut tidak pernah meninggalkan meja kerja, bahkan saat makan siang. Sementara itu, dua pertiga populasi menambah porsi duduk tegak saat berada di rumah.

Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan postur miring 135 derajat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini, tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, di mana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti huruf S.

Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi darah di bagian bawah tubuh, sehingga dapat terhindar dari gangguan varises, selulit, dan penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan di kaki. “Tubuh akan terasa lebih rileks, sehingga mengurangi terjadinya ketegangan otot,” papar Barbara.

Duduk dengan posisi kemiringan 135 derajat juga akan menghasilkan mobilitas yang lebih baik, mudah bergerak di atas kursi, dan lebih mudah untuk naik turun kursi. (INVESTOR DAILY, 5-6 April 2008/ humasristek)

Page 23: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Sakit punggung bisa dicegah dengan postur idealHealth News Sat, 25 Jun 2005 09:46:00 WIB

Postur tubuh ideal yang dapat mencegah masalah kesehatan di usia tua harus diusahakan dengan pola hidup ergonomis sejak dini. Gangguan postur tubuh ideal di masa kecil diakibatkan karena anak terlalu banyak duduk kaku di depan komputer, pesawat televisi dan video games. Risiko lainnya, melemahnya kemampuan konsentrasi dan ketidaklancaran pasokan oksigen ke otak pada kondisi statis tersebut.

Menurut ketua tim peneliti riset Federal Work Association for Posture and Movement, Jerman, Dieter Breithecker proses kemerosotan fungsi tulang pada tubuh dan sistem pergerakan (locomotive system) saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di semua kelompok usia.

Dalam penelitiannya, 80% populasi mengalami masalah punggung sesuai dengan tingkatan usia. Sedangkan 50% populasi mengalami masalah punggung yang terjadi minimal setahun sekali, dan 25% populasi menderita sakit punggung kronis.

"Hanya 15% dari kasus keluhan mengenai penyakit punggung yang disebabkan oleh penyakit tertentu, sisanya disebabkan oleh kurangnya gerak badan dan posisi duduk yang keliru dalam waktu lama," ujarnya pada seminar Ergonomic Lifestyle: Prevent Postural Injury on Kids besutan ErgoWorld di Jakarta belum lama ini.

Selain gangguan yang ditimbulkan pada tubuh akibat anak terlalu banyak duduk kaku di depan komputer, pesawat televisi dan video games, risiko melemahnya kemampuan konsentrasi juga terjadi dari ketidaklancaran pasokan oksigen ke otak pada kondisi statis tersebut.

"Beban yang harus disangga oleh tulang belakang akan meningkat sejalan dengan berkurangnya gerakan badan dan meningkatnya waktu yang dihabiskan untuk posisi duduk," tuturnya.

Anak-anak yang menginjak usia sekolah, kata dia, rentan karena rata-rata melewatkan waktu 10 jam setiap harinya untuk duduk. "Anak menghabiskan waktunya lebih lama di sekolah. Duduk kaku, statis. Tidak dinamis. Ini karena kebanyakan guru akan menegur bila mereka duduk dinamis, bergerak-gerak," katanya.

Oleh karena itu, hal ini secara signifikan berpengaruh terhadap proses pembentukan tulang pada tubuh di masa yang akan datang. "Bila anak-anak 'dipaksa' untuk membungkuk terus-menerus, maka ini berbahaya bagi pembentukan tulang tubuh mereka," tegasnya.

Jadi, bila anak bergerak kesana-kemari, jangan anggap itu suatu kenakalan, karena sesungguhnya itu adalah kebutuhan anak.

Untuk itu, lanjutnya, guna memperoleh hasil maksimal, tata ruang kerja yang ergonomis

Page 24: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

bagi kanak-kanak sebaiknya disesuaikan dengan tinggi badan kanak-kanak, mengetahui keinginan bergerak kanak-kanak, dan memberi ruang gerak untuk berbagai aktivitas.

Tubuh manusia, terutama pada kanak-kanak yang mulai tumbuh, memerlukan aliran darah, pasokan oksigen dan nutrisi yang baik dan stabil. Gerakan badan sangat penting bagi proses ini, itulah sebabnya mengapa postur tubuh yang diam tidak dapat bertahan pada rentang waktu yang lama.

"Ketika duduk, badan akan melawan gravitasi. Posisi duduk yang statis dapat membuat mental dan fisik melemah, disebabkan karena kurangnya pasokan oksigen. Ini sering disebut school headache," ujarnya.

Menurutnya, ketidaknyamanan posisi duduk akan sangat mengganggu ketika seorang kanak-kanak harus bekerja pada sebuah bangku atau meja dengan permukaan datar. "Punggung anak-anak biasanya terlihat melengkung dan kepala tertekuk untuk mencapai jarak pandang yang pas antara mata dengan objek pekerjaan di tangannya," tandasnya.

Dieter menambahkan banyak orang dewasa berpikir bahwa kanak-kanak memiliki tulang karet dan duduk membungkuk terus-menerus di sekolah tidak akan membahayakan mereka.

"Itu suatu kekeliruan besar. Terutama sekali di masa-masa pembentukan dan pematangan fungsi biologis tubuh dari masa kanak-kanak ke masa remaja, terutama pada tulang belakang."

Postur tubuh yang statis-pasif pada furnitur non ergonomis dan terutama pada furnitur dengan ukuran yang tidak tepat, ujarnya, dapat menyebabkan masalah psikomotorik secara tidak langsung.

"Kami telah meneliti kebiasaan duduk kanak-kanak dan kami telah mempelajari bahwa tidak ada posisi yang ideal untuk kondisi duduk yang terus-menerus. Yang terbaik adalah tidak duduk diam. Ini adalah pelajaran ringkas dari ilmu fisiologi. Bergerak lebih baik dari diam," ujarnya.

Tidak percaya? Tengok saja demonstrasi singkat yang digelar Dieter. Saat presentasinya pada seminar itu berlangsung, Dieter meminta seluruh peserta untuk berdiri.

"Rentangkan tangan dengan posisi horisontal dan tahan selama 10 menit saja. Belum 10 menit Anda sudah ingin menggerakkan lengan Anda, paling tidak jemari Anda, kan?" tuturnya diselingi tawa.

Solusi

Lantas apa solusinya? Menurut dia, furnitur yang didesain ergonomis bermanfaat dan signifikan bagi kesuksesan proses belajar anak. "Duduk yang produktif. Gerak. Itu

Page 25: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

membuat badan dan pikiran sehat," tegasnya.

Oleh karena itu, tuturnya, tubuh memerlukan meja dan tempat duduk dengan sistem yang memungkinkan si anak untuk bebas bergerak.

"Posisi optimal untuk bekerja dapat dicapai bila meja tidak hanya dapat disetel ketinggiannya, tetapi juga kemiringan permukaannya sekitar 16-20 inchi. Jadi, permukaan area tulis dan baca akan menjadi pas dan nyaman. Posisi tubuh bagian atas dan kepala juga tegak."

Pengaturan yang benar atas furnitur sekolah, menurut dia, dapat dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, kursi harus diatur dengan ketinggian sisi depan kursi sama dengan bagian bawah dari lutut si murid. Sudut antara paha dan badan sebaiknya sedikit lebih besar dari 90?. Dengan begitu, kedudukan sendi pinggul akan berada lebih tinggi dari sendi lutut. Telapak sepatu si murid harus menapak lantai.

"Dalam hal kedalaman tempat duduk, sisi depan kursi jangan sampai menekan betis. Bila si murid bersandaran, sandaran harus menopang di bawah tulang bahu."

Kedua, ketinggian meja harus diatur sesuai dengan tempat duduk paduannya. Mula-mula si murid duduk di samping meja dengan lengan santai menggantung lurus ke bawah. Kemudian angkat lengan hingga membentuk sudut 90? terhadap tubuh. Ujung siku berada sekitar dua atau tiga sentimeter di belakang sisi depan permukaan meja.

"Pastikan bahwa permukaan meja bisa dimiringkan sehingga permukaan meja dapat lebih mendekat ke arah si anak saat ia bekerja. Jenis tugas yang berbeda membutuhkan kemiringan yang berbeda pula."

Hal itu tak lain untuk membebaskan gerakan yang dapat merangsang otak. "Pengembangan fungsi syaraf dan pembentukan memori serta kemampuan intelektual sangat terbantu dengan gerakan tubuh anak mulai dari masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar."

Sebaliknya pula, tujuan terpenting dari synaptic switching [pergerakan simpul syaraf otak dari simpul yang satu ke simpul yang lain] dan pembentukan faktor-faktor yang mengatur sel-sel syaraf adalah terjadinya gerakan tubuh.

"Termasuk di dalamnya, gerakan berjalan, memanjat, berjingkat, atau merentangkan tubuh di kursi," paparnya.

Hasilnya, dari sisi neurotropik (pemeliharaan sel) adalah menjamin proses gerakan pada simpul syaraf otak tersebut dan menjaga struktur syaraf. "Gerakan tersebut akan merangsang pertumbuhan jaringan dalam tubuh [synapsidual] lebih lanjut seperti pembentukan jaringan syaraf dan metabolisme."

Page 26: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Pergerakan pada simpul syaraf otak yang beragam merupakan dasar bagi kemampuan kognitif seseorang. "Menurut penelitian terakhir, hal ini dapat mengembangkan ingatan jangka pendek dan kemampuan belajar."

Namun, tentunya tidak murah untuk beroleh furnitur yang ideal untuk investasi kesehatan anak hingga masa tuanya. Sebuah kursi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak tersebut, di Ergoworld Mal Artha Gading dan Mal Pondok Indah dibandroli Rp5,6 juta per buah. (03)

Sumber: Majalah HealthToday

skoliosisSkoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosis idiopatik.

INSIDENSekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

ETIOLOGIWalaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa.- Faktor genetikDilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis idiopatik dibandingkan

Page 27: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit scoliosis. - Faktor hormonal.Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone. - Perkembangan Spinal dan Teori BiomekanikAbnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.- Abnormalitas Jaringan.Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.

ANATOMI TULANG BELAKANG Pada umumnya vertebra terdiri dari corpus, arcus processus spinosus dan processus transversus. Ditengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrae, yang berada diantara corpus dan arcus vertebrae. Foramen vertebrae dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran yang disebut kanalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. Diantara corpus vertebrae yang lain terdapat discus intervertebralis.

Ruas-ruas tulang belakang tersusun menjadi columna vertebralis yang terdiri atas • Vertebra cervikalis, terdiri atas 7 ruas• Vertebra torakalis, terdiri atas 12 ruas• Vertebra lumbalis, terdiri atas 5 ruas• Vertebra sacralis, terdiri atas 5 ruas dan membentuk os sacrum• Vertebra coccygeus, terdiri atas 5 ruas dan membentuk os coccygeusBentuk kolumna vertebralis tidak lurus, di beberapa tempat membentuk beberapa lengkungan, yaitu :• Lordosis cervikalis, melengkung ke anterior didaerah cervical• Kyphosis torakalis, melengkung ke dorsal didaerah torakal• Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior daerah lumbal• Kyphosis sacralis, melengkung kedaerah sacral

DIAGNOSISAnamnesisPerlu ditanyakan riwayat keluarga akan skoliosis atau suatu catatan mengenai beberapa kelainan selama kehamilan atau persalinan, kejadian penting dalam perkembangan harus dicatat. Pada kurva yang lebih besar kadang-kadang disertai dengan keluhan nyeri dan sesak. Gambaran KlinisGambaran yang terlihat pada skoliosis adalah manifestasi dari tiga deformitas, gambaran

Page 28: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

tersebut diakibatkan oleh kombinasi deviasi lateral korpus vertebra dan dinding dada. Bila terjadi deviasi lateral vertebra, vertebra berotasi disekeliling sumbunya yang panjang. Lengkungan yang cembung kekanan memperlihatkan berbagai derajat rotasi, yang menyebabkan penonjolan iga (rib hump).Jika pasien dilihat dari belakang dapat memperlihatkan deviasi lateral processus spinosus dari garis tengah. Pada kurva thorakal, tampak punggung yang miring, rib hump dan asimetri skapula. Pada kurva lumbal tampak penonjolan asimetris salah satu pinggul.

Setelah pasien dilihat dari belang dalam posisi berdiri tegak, dilakukan tes fleksi ke depan yang disebut Forward Bend Test. Pada posisi fleksi kedepan, deformitas rotasi dapat diamati paling mudah, dan penonjolan iga atau penonjolan paralumbal dapat dideteksi. Lengkung minor sering mudah dideteksi dengan komponen rotasinya. Pada umumnya, jika deviasi lateral vertebra meningkat, begitu juga deformitas rotasinya, tetapi hubungan ini tidak linear dan banyak lengkung minor memperlihatkan rotasi yang nyata sedangkan beberapa deformitas skoliotik sedang dan berat hanya memperlihatkan unsur rotasional yang lebih ringan.

SkoliometerSkoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut12,13

- Pemeriksaan Radiologis1. X-Ray ProyeksiFoto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.

Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka

Page 29: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5. Derajat Risser adalah sebagai berikut : Grade 0 menandakan tidak ada ossifikasi, grade 1 menandakan penulangan mencapai 25%, grade 2 mencapai 26-50%, grade 3 mencapai 51-75%, grade 4 mencapai 76% dan grade 5 menunjukkan fusi tulang yang komplit.

Skoliosis IdiopatikLembaga Penelitian Skoliosis (The Scoliosis Research Society) merekomendasikan bahwa Skoliosis Idiopatik digolongkan berdasarkan umur pasien pada saat diagnosis ditegakkan.1. Skoliosis Idiopatik Infantil Kelengkungan vertebra berkembang saat lahir sampai usia 3 tahun. James, pertama kali menggunakan istilah skoliosis idiopatik infantil, mencatat bahwa kurva terjadi sebelum umur 3 tahun, dimana lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan sebagian besar torakal melengkung kiri.Dua tipe kurva dilaporkan pada skoliosis infantil yaitu resolving type (85%) dan progressive type (15%). Perkembangan metode Mehta dilakukan untuk membedakan kedua tipe kurva tersebut, dengan cara pengukuran pada posisi AP radiologi. Pertama, dengan menggambar sebuah garis perpendikular ke end-plate pada apeks vertebra. Kedua menarik garis yang memotong caput dan collum pada costa, sudut yang dibentuk pada perpotongan kedua garis tersebut disebut RVA (Rib-Vertebra Angle). Kurva dengan RVAD > 200 dapat menunjukkan progresivitas. .

Penatalaksanaan :Penatalaksanaan yang utama pada scoliosis infantile adalah non bedah, untuk pasien dengan resolving type yaitu dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive type maka penggunaan gips atau brace merupakan pilihan. Pada anak-anak yang masih muda, pemberian gips secara bertahap dengan anestesi umum sampai cukup besar untuk ortoshis. Interval antara penggunaan gips ditentukan dengan pertumbuhan rata-rata anak tapi biasanya penggantian gips dibutuhkan selama 2-3 bulan. Penggunaan penyangga (brace) di pakai sampai terjadi stabilisasi kurva minimal 2 tahun. Penggunaan brace dapat dengan jenis Milwaukee Brace (Cervical-Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis) atau Boston Brace (Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis). Jika kurva besar atau bertambah walaupun dengan orthosis, pembedahan stabilisasi tetap dibutuhkan. Jika pembedahan dibutuhkan, arthrodesis anterior dan posterior dapat dipertimbangkan, termasuk hanya struktural atau kurva primer. Gabungan antara arthrodesis anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”. Jika tekhnik memungkinkan, batang subkutaneus dapat dipertimbangkan.

(2). Skoliosis Idiopatik JuvenilSkoliosis Idiopatik Juvenil terjadi pada umur 4-10 tahun. Berbagai bentuk dapat terjadi namun kurva torakal biasanya kekanan. Skoliosis Juvenil biasanya lebih progresif dari adolesent. Lonstein menemukan bahwa 67% pasien dengan umur dibawah 10 tahun menunjukkan progresivitas kurva dan resiko progresivitas 100% pada pasien yang berumur < 10 tahun yang mempunyai kurva lebih dari 200. Jenis bentuk tipe kurva yang terlihat pada skoliosis juvenil adalah kurva thoracic > double thoracic > thorakolumbal > Lumbal. Pada scoliosis juvenile ini, metode Mehta RVAD kurang digunakan dalam

Page 30: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

menentukan prognosis dibandingkan dengan skoliosis infantil. .Penatalaksanaan:Walaupun cenderung progresif dan membutuhkan pembedahan, skoliosis juvenil ditangani sesuai pedoman yang sama terhadap skoliosis adolescent. Untuk kurva yang kurang dari 200 maka dilakukan observasi dengan pemeriksaan radiologi PA tegak setiap 4-6 bulan. Tanda adanya progresif pada radiologi jika terdapat perubahan paling sedikit 5-70 sehingga dibutuhkan Brace. Jika kurva tidak progresif maka observasi diteruskan sampai skelet matur. Walaupun banyak literatur yang menunjukkan pengobatan orthotik pada scoliosis juvenile, Milwaukee brace tetap diprioritaskan. TLSO biasanya digunakan untuk kurva thorakal dengan apeks pada T8 atau dibawah. Pada awalnya, brace digunakan full-time (23 jam perhari) kemudian dikurangi secara berangsur-angsur. Bagaimanapun, pasien harus tetap berhati-hati adanya tanda progresivitas, jika terdapat progresivitas maka program brace full-time dilanjutkan kembali. .Pembedahan dilakukan pada kurva >500, dapat digunakan dengan subcutaneous rod, multihook segmental system atau spinal fusion. Spinal fusion dapat dilakukan dengan anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”. .

(3). Skoliosis Idiopatik AdolescentSkoliosis Idiopatik adolescent terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, scoliosis jenis ini paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai scoliosis idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan rotasional dan deviasi lateraral pada radiologi ( < 10 derajat dapat dikatakan normal). .Bentuk KurvaAda lima bentuk kurva scoliosis idiopatik adolescent yang pertama diklasifikasikan oleh Ponseti dan Friedman, sedangkan Moe mengklasifikasikan kedalam 6 bentuk 1. Single major lumbar curve. Kurva lumbal mempunyai apeks antara discus L1-L2 dan L4. 2. Single major thoracolumbar curve. Apeks kurva thorakolumbal pada T12 atau L1. 3. Combined thoracic and lumbar curves (double major kurves) 4. Single major thoracic curve. Bentuk kurva ini umumnya melengkung kekanan. 5. Single majorhigh thoracic curve. Apeks biasanya pada T3 dengan kurva memanjng dari C7 atau T1 sampai T4 atau T5. 6. Double major thorakal curve11,12Klasifikasi KingSejak awal tahun 1983, system King-Moe telah mengklasifikasikan scoliosis idiopatik adolescent (AIS) untuk terapi pembedahan kemudian semua pasien diterapi dengan menggunakan instrument batang Harrington untuk mengoreksi deformitas. King tidak memasukkan thorakolumbal, lumbal, atau ganda atau tiga kurva mayor pada klasifikasinya. 1.King I- Kurva lumbal lebih besar dari kurva torakal2. King II- Kurva thorakal lebih besar daripada kurva lumbal 3. King III-kurva torakal dngan kurva lumbal tidak melewati garis tengah4. King IV-Kurva thorakal panjang dimana L4 miring kedalam kurva 5. King V- Kurva thorakal ganda

Klasifikasi Lenke

Page 31: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Klasifikasi Lenke merupakan system yang dikembangkan dalam mengklasifikasikan scoliosis Idiopatik Adolescent (AIS), kini telah direkomendasikan dalam pengobatan spesifik dengan perbedaan metode pengobatan. Sistem Klasifikasi Lenke memadukan tiga komponen (1). Tipe Kurva (1-6)(2). Lumbar spine modifier (A,B,or C)(3). Sagittal thoracal modifier (-,N or +)

PENANGANANPrinsip Penanganan1. Mencegah Progresifitas dan menjaga keseimbangan2. Menjaga fungsi respirasi3. Mengurangi Nyeri5,8,10,11

Penanganan Non operatifa. ObservasiObservasi diindikasikan pada derajat kurva yang kurang dari 250 pada pasien immatur dan kurang dari 500 pada pasien matur.- melakukan pemeriksaan 3 bulan setelah pertamakali knjungan dan setiap6-9 bulan untuk kurva yang kurang dari 200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurva yang lebih dari 200. 5,8,10,11b.. Orthosis (Brace)Pasien disarankan untuk menggunakan brace untuk mencegah pertambahan kelengkungan ketika :- pasien masih bertumbuh dan derajat kelengkungan berkisar 25-300 - memilih waktu pertumbuhan kurang lebih 2 tahun lagi, derajat kelengkungan 20-290, dan jika perempuan belum mencapai periode menstruasi pertama, atau- Masih bertumbuh dan memiliki derajat kelengkungan 20-290 yang semakin memburuk5,8,10,11Brace membantu mengurangi progresivitas kurva akan tetapi tidak mengurangi besarnya deformitas. Brace harus digunakan 16-23 jam sehari dan harus dipakai sampai ada maturitas skeletal, yang biasanya terjadi pada usia 14 tahun pada wanita dan 16 tahun pada laki-laki. Pada saat skeletal matur, pasien secara bertahap dilepaskan dari brace. Secara periodik, selama terapi brace, radiograf dilakukan untuk mengetahui manfaat terapi. Meskipun memakai brace, kira-kira 15-20 % pasien yang diterapi akan memperlihatkan progresifitas lengkung yang nyata. Pemasangan penyangga dapat digunakan seperti penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston.

2. Pengobatan operatifI. Indikasi operasi :a. operasi dilakukan apabila sudut lebih dari 400 atau terjadi progresifitas dari sudut sebelum usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan melakukan follow up secara teratur.b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan dan pengobatanc. Pengobatan konservatif yang tidak berhasild. Progresifitas kurva melebihi 500 pada orang dewasa

Page 32: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

II. Tujuan Pengobatana. Mencegah progresivitas kurvab. Menjaga keseimbangan vertebra dan pelvisc. Menjaga fungsi respirasid. Mencegah nyeri III. Pemilihan fusi posteriora. Tergantung klasifikasi skoliosis ( King atau Lenke)b. Tingkat/luas fusi- Harus termasuk dalam Harrington Stable Zone , dimana ditentukan dengan dua garis perpendicular dari pedikel sacral- Harus termasuk Neutral Vertebra , dimana tidak ada rotasi vertebra - Jika mungikin, hindari fusi dibawah L4 untuk menjaga gerakan segmen distal. Distal Vertebra harus Neutral Stable dan horizontal sampai sacrum setelah instrumentasi.- Untuk King Tipe I dan IV, fusi harus dihentikan satu level diatas Stable vertebra.- Untuk mencegah dekompensasi koronal post operative, utamanya pada King tipe II, overkoreksi pada kurva torakal harus dihindari.

kifosisPrognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas skelertal. Pada derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami progresif.Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis (berasal dari bahasa Yunani, kyphos yang berarti punuk). Kifosis sering dihubungkan dengan skoliois, tulang belakang melengkung menyamping. Baru disebut kifosis bila lengkungnya lebih dari 40o. Jika lebih dari 50o dianggap tak normal. Kifosis ringan mungkin belum disadari karena nyaris tak menimbulkan keluhan kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan harian.

Secara umum dikenal tiga jenis kifosis. Pertama, congenital kyphosis, kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum berusia 10 tahun.

Kedua, postural kyphosis yang paling banyak ditemui (pada remaja putri) dan biasa disebut “bungkuk udang”. Jarang menyebabkan nyeri dan tak menimbulkan gangguan saat dewasa. Mengatasinya dengan memperkuat otot perut dan lutut yang membuat tubuh lebih nyaman.

Ketiga, Scheuermann’s khyphosis (diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul). Gerak tertentu bisa memicu nyeri dan akhirnya tak kuat duduk atau berdiri lama. Bisa diatasi dengan memakai brace (rompi penyangga batang tubuh), latihan memperkuat tulang belakang, dan pemberian obat antiradang pereda nyeri.

lordosis

Tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah .

Page 33: Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung

Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.

Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai, dan perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini, dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter.

Selain itu, gejala lordosis juga seringkali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya, atau dapat diakibatkan oleh infeksi atau cedera tulang belakang. Untuk membedakannya dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :

Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya.

Magnetic resonance imaging (MRI) Computed tomography scan (CT  Scan) Pemeriksaan darah

Tujuan pengobatan lordosis adalah menghentikan semakin membengkoknya tulang belakang dan mencegah deformitas (kelainan bentuk). Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh. Lordosis yang terjadi akibat gangguan paha harus diobati bersama dengan gangguan paha tersebut.