posisi bulan

Upload: bakri-syam

Post on 02-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

titik nol revolusi bulan terhadap bumi

TRANSCRIPT

KARYA ILMIYAH

MAKALAHMENENTUKAN TITIK NOLREVOLUSI BULAN TERHADAP BUMI

DISUSUN

OLEH

H. BAKRI SYAM

KATA PENGANTAR

Dengan izin Allah SWT saya menulis makalah ini, disini saya akan mencoba menjelaskan dan menggambarkan dua sisi pandang ilmu untuk menentukan awal bulan, menurut ilmu teknologi dengan menurut ilmu agama Islam (Hadis Rasullulah saw), semoga Allah SWT meredoinya amin amin yarabbal allamin .

Mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya bagi kita, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya juga mengharapkan adanya saran dan kritikan dari kita semua demi kesempurnaan isi makalah ini, dan akhir kata saya ucapkan mohon maaf atas ketidak sempurnaan makalah ini, mudah-mudahan Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dalam penentuan Awal Ramadhan yang akan datang tidak terjadi lagi perbedaan pendapat, yang mana semuanya itu atas Iradat Allah SWT, Amin ya Rabbal Alamin.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bangkinang, 18 Juli 2013 Penulis,

H. BAKRI SYAM

BAB I.PENDAHULUANLATAR BELAKANG

Berdasarkan ketidak puasan saya dalam menonton sidang isbat di Televisi dalam menentukan awal bulan Ramadhan, dan saya tidak punya akses untuk menyampaikan pendapat saya kesana. Didalam sidang tersebut seolah olah melakukan pekerjaan yang sia-sia dan ada pula yang menurut pandangan saya laporan kebohongan dalam mengamati hilal, dia melaporkan bahwa hilal sudah kelihatan dibawah 12 derjat, bahkan ada yang berpendapat tidak perlu diadakan sidang isbat, tentu semuanya itu punya alasan yang berbeda-beda, dan sisi pandang yang berbeda pula. Semua perbedaan itu tentu dengan landasan pijak ilmu yang berbeda pula .

Saya memahami dari Salah seorang ulama Islam yang muncul sebagai ahli ilmu falak terkemuka adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-850)M. Dialah pengumpul dan penyusun daftar astronomi (zij) yang tertua dalam bentuk angka-angka (sistem perangkaan Arab diperoleh dari India) yang di kemudian hari termasyhur dengan nama daftar algoritmus atau daftar logaritma. Daftar logaritma Al-Khawarizmi ini ternyata sangat menentukan dalam perkiraan astronomis, sehingga ia berkembang sedemikian rupa di kalangan (sarjana astronom, mengalahkan teori-teori astronomi serta hisab Yunani dan India yang telah ada, dan bahkan berkembang sampai ke Tiongkok. Dari teori dialah bahwa angka 0(nol) adalah angka awal didalam menghitung.

Bermula dari pendapat MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI di adopsi oleh NICOLAUS COPERNICUS orang polandia ( 1473 1543 )M yang berpendapat bahwa bumi bukan pusat yang tidak bergerak dari alam semesta tetapi sebenarnya , bergerak mengitari matahari ini mematahkan pendapat sebelumnya bahwa sebagai fakta matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat , sedangkan bumi tetap tidak bergerak ( pendapat ARISTOTELES ).Dan pendapat NICOLAUS COPERNICUS di perkuat / disempurnakan oleh GALILEO GALILEI orang itali (1564 1642)M bahwa matahari sebagai pusat tata surya.

Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga merubah sisi pandang untuk menentukan awal bulan, maka bagi masyarakat awam yang kurang memahami sisi pandang tersebut, sehingga mereka saling salah menyalahkan satu sama lainnya . Dari pelajaran ilmu antariksa tersebut saya menulis makalah ini. Dalam perbedaan pandangan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, maka dari semua perbedaan itu saya mencoba menganalisa dan menggambarkan posisi-posisi bulan didalam makalah ini yang saya beri judul MENENTUKAN TITIK NOL REVOLUSI BULAN TERHADAP BUMI Untuk menselaraskan istilah dalam ilmu antariksa dimana : Revolusi bulan adalah pergerakan bulan mengelilingi bumi.Rotasi bulan adalah perputaran bulan terhadap sumbunya.Terhadap bumi, bulan tidak berotasi pada sumbunya, oleh karena itu permukaan bulan yang menghadap ke bumi tetap.Terhadap matahari bulan berotasi pada sumbunya, oleh karena itu satu kali revolusi bulan mengelilingi bumi sama dengan satu kali bulan berotasi pada sumbunya.

Sebelum itu saya mengutip sebuah Hadist Rasullah SAW yang menanyakan kepada Muaz bin Zabal

() : , : : () , : : . () .( )Maksudnya:Bagaimanakah nanti engkau akan memutuskan hukum apabila dibawa kepada engkau sesuatu permasalahan? Muaz menjawab: Saya akan memutuskan hukum berdasarkan Kitab Allah S.W.T. Nabi bertanya lagi, Sekiranya kamu tidak mendapati didalam Kitab Allah? Jawab Muaz. Saya akan memutuskan berdasarkan Sunnah. Tanya Nabi lagi, Sekiranya engkau tidak menemui didalam Sunnah? Muaz menjawab, Saya akan berijtihad dan saya tidak akan mengabaikan perkara tersebut. Nabi pun mengusap dada sambil bersabda, Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah S.A.W. ke arah sesuatu yang diredhainya. (Riwayat Ahmad dan Abu Daud)

Jadi saya artikan didalam memutuskan persoalan dalam beribadah harus mengutamakan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW terlebih dahulu, seandainya tidak ada dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, barulah boleh seseorang berpendapat.Dengan landasan pijak ilmu yang berbeda tentu melihat dari sisi pandang yang berbeda pula , padahal acuannya sama-sama Al-Quran dan Hadis Rasullulah s a w.

Mudah mudahan dengan paparan yang singkat ini dapat menyatukan landasan pijak ilmu yang sama supaya melihat dari sisi pandang yang sama pula, sehingga menghasilkan pandangan yang sama dalam hal menentukan awal bulan (Hijriah) / bulan Ramadhan .

RUMUSAN MASALAH

1 Dengan kemajuan ilmu teknologi bisa menentukan kapan bulan berada segaris dengan matahari(ijtimak/kunjungsi) dan menetapkan garis batas pergantian bulan hijriyah adalah pada saat bulan berada pada ijtimak/kunjungsi. Sehingga menggeser sisi pandang umat islam dalam menentukan kapan mulai dan berakirnya puasa Ramadan .

2 Terlalu cepatnya pemimpin umat berpendapat sebelum paham betul maksud dari Al-Quran dan Hadist Rasullulah SAW .

3 Sudah jelas keterangannya di dalam suatu Hadist tertentu untuk menetukan awal dan akhirnya puasa Ramadhan, pemimpin umat Islam mencari kias dari Hadist lain, sehingga sesama umat islam saling salah- menyalahkan satu sama lainnya .TUJUAN

1. Agar penjelasan makalah ini dapat dipahami dan dapat disampaikan dalam pelaksanaan sidang isbat setiap tahunnya dalam menentukan mulai dan berakhirnya puasa Ramadhan.

2. Mudah-mudahan kita semua dapat menyatukan sisi pandang sehingga memperkecil terjadinya pertikaian dalam menentukan mulai dan berakhirnya puasa Ramadhan.

RUANG LINGKUP KAJIANDalam makalah ini saya mencoba menjelaskan dua sisi pandang untuk menentukan awal dan berakhirnya puasa Ramadhan.Dalam penjelasan dua sisi pandang tersebut tentu di jelaskan pula hal-hal yang terkait terbentuknya hilalSeperti: Isi Jagat raya Matahari : - Sumber cahaya pada jagat raya Bumi : - Kejadian pada bumi dalam hal terjadinya malam dan siang - Proses terbenam dan terbitnya matahari dan bulan. . Bulan : - Posisi-posisi bulan pada matahari dan bumi - Perhitungan bulan segaris dengan bumi dan matahari (konjungsi) . Hilal : - proses terbentuknya hilal - Kapan terbentuknya hilal - Waktu pengamatan hilal - Teknik pengamatan hilal Rujukan untuk awal dan akir puasa Ramadan.

METODEOLOGI PENULISAN

Mengenali dan memperhitungkan perjalanan matahari, bumi dan bulan. Menggambarkan posisi-posisi bulan, matahari, dan bumi. Memperhitungkan dan mengamati kapan terbentuknya hilal. Mengamati dan memperhitungkan kapan saatnya bulan berada segaris atau sejajar dengan matahari dan bumi (konjungsi). Menjelaskan landasan dan ketentuan-ketentuan dalam menetapkan awal dan berakirnya puasa Ramadan . Menjelaskan dua sisi pandang menurut ilmu teknologi dengat menurut ilmu agama Islam dalam hah menentukan awal dan akhirnya puasa Ramadhan. Melakukan penelitian kapan bulan berada segaris matahari dan bumi(matahari, bulan, dan bumi) dengan peralatan : busur derajat, tali, dan kayu yang lurus. Melakukan opserpasi dengan stelarim.

SISTEMATIKA PENULISAN

Kata pengantar

Bab I :-Pendahuluan-Ruang lingkup kajian-Metodeologi penulisa

Bab II :-Jagat raya-Matahari-Bumi -Terjadinya malam dan siang-Bulan

Bab III :-Hilal - Proses terbentuknya hilal-Terbentuknya hilal-Perhitungan Pengamatan hilal-Penelitian hilal-Teknik penelitian hilal-Perbedaan pandangan -Menurut ilmu teknologi -Menurut ilmu agama-Waktu pengamatan hilal- Menentukan awal dan akhir puasa ramadhan

Bab IV : -Landasan hisab dan rukyat. -Cara membuat table kalender takwim khamsiah

Bab V :-Kesimpulan-Saran-Daftar pustaka

BAB IIJAGAT RAYA

Antariksa / jagatraya itu adalah ruangan besar yang berisikan matahari, bumi, bulan, bintang-bintang dan planet-planet lainnya. Semuanya itu beredar menurut garis edarnya / orbitnya masing-masing. Dari semua isi jagat raya itu hanya matahari dan bintang-bintanglah yang mempunyai cahaya sendiri.

MATAHARIMatahari adalah sumber cahaya dari ruangan angkasa dan pusat orbit dari bumi dan planet-planet lainnya (Bumi dan planet-planet lainnya itu mengorbit mengelilingi matahari).menurut orbitnya / garis edarnya masing-masing.

BUMIBumi ini adalah seperti bola besar yang berputar/ berotasi terhadap sumbunya dari arah barat ketimur. Satu putaran atau satu rotasi bumi berputar terhadap sumbunya 360 derajat/24 jam (sehari semalam) sambil berevolusi mengelilingi matahari, satu keliling bumi mengelilingi matahari (1 tahun masehi = 365 hari tepatnya 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik ), ( 354 hari dalam tahun Hijriyah). Terjadinya malam dan siang: Oleh karena bumi itu bulat seperti bola sehingga tidak semua permukaan bumi terang tersinari oleh cahaya matahari sekaligus, maka permukaan bumi yang terang terkena sinar matahari disebut siang dan sebagain permukaan bumi yang tidak terkena sinar mathari disebut malam.Dengan berotasinya (berputarnya) bumi terhadap sumbunya maka terjadilah malam dan siang yang saling bergantian. Dalam satu hari satu malam kita bagi menjadi 4 bagian: Dari matahari terbit sampai jam 12.00 siang disebut pagi Dari jam 12.01 sampai matahari terbenam disebut sore Dari matahari terbenam sampai jam 12.00 malam disebut senja Dari jam 12.00 malam sampai matahari terbit disebut subuh.Hal itu bisa kita gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Gambar saat terbenamnya matahariTerbenamnya matahari: karena bumi itu bulat dan berotasi (berputar) terhadap sumbunya sehingga posisi kita bergeser lebih rendah, maka matahari semakin terhalangi oleh permukaan bumi.

Gambar 2.2 Gambar saat terbitnya matahari

Terbitnya matahari: Karena bumi itu bulat dan berotasi (berputar) terhadap sumbunya sehingga posisi kita bergeser lebih naik, maka matahari semakin tidak terhalangi oleh permukaan bumi.

BULANBulan itu adalah seperti bola besar yang panjang jari-jarinya lebih kurang setengah dari jari-jari bumi. Bulan berevolusi mengelilingi bumi sambil mengelilingi matahari (bulan adalah satelit bumi). Jadi, ada saatnya bulan menjauh dari matahari dan ada pula saatnya bulan mendekat kematahari dan apabila di saat bulan mendekat ke matahari tepat berada di antara matahari dan bumi atau segaris di antara matahari dengan bumi disebut ijtimak(konjungsi), pada saat itu permukaan bulan yang terkenak sinar matahari tidak tampak dari bumi sebab bagian gelap bulan berada di sebelah bumi (bagian permukaan bulan yang terang terkena sinar matahari membelakangi bumi) / disebut saat bulan mati. Dan apabila posisi bula menjauh dari matahari tepat berada segaris dengan matahari dan bumi (matahari, bumi dan bulan) di sebut bulan purnama, sebab permukaan bulan yang tersinari matahari sepenuhnya menghadap ke bumi.

Satu kali Revolusi bulan mengelilingi bumi di sebut satu bulan (29,5 hari) sebab didalam bulan Hijriah 2 bulan yang berdampingan (berturut-turut berjumlah 59 hari)

Jadi sesungguhnya matahari itu adalah pusat edaran dari bumi beserta bulan dan pelanet-pelanet lainnya, maka bisa dianggap matahari itu diam.Maka Bumilah yang berputar terhadap sumbunya dari arah barat ke timur . Di waktu bumi mengelilingi matahari, dan bumi berputar terhadap sumbunya dari arah barat ke timur, karena kita di permukaan bumi maka terlihatlah gerak semu seolah-olah matahari dan bulan bergerak dari arah timur ke barat mengelilingi bumi.

Kita perhatikan pergerakan matahari dan bulan dari arah timur ke barat, selalu pergerakan matahari lebih cepat dari pergerakan bulan.Apabila posisi bulan tertinggal oleh posisi matahari bergeser ke atas ufuk (+), barulah terlihat cahaya terang di bawah bulan seperti bulan sabit yang kita lihat selama ini, dan selalu arah runcing sabit nya mengarah ke atas karena matahari (sumber cahaya) berada lebih rendah dari bulan.

Dengan lebih cepatnya matahari dari bulan mengelilingi bumi, maka bulan tersusul kembali oleh matahari. Kalau kita gambarkan, kita menghadap ke utara , barat di sebelah kiri dan timur di sebelah kanan kita , kita posisikan jam dinding di hadapan kita , maka rotasi bumi berputar terhadap sumbunya searah dengan jarum jam (dari arah barat ke Timur). Pergerakan bulanpun searah dengan jarum jam (dari arah barat ke timur) mengelilingi bumi. Satu keliling bumi berotasi terhadap sumbunya (24 jam) dan pergerakan bulanpun bergeser kearah timur (tertinggal) sejauh 12,2 derajat / hari. Itu pun dapat kita hitung (360 derajat di bagi 29.5 hari = 12.2 derajat). Dengan tertinggalnya bulan sejauh 12 ,2 derjat perhari (satu keliling rotasi bumi terhadap sumbunya) atau sehari semalam, maka 29.5 hari kemudian bulan tersusul lagi oleh matahari.

Disaat bulan akan tersusul kembali oleh matahari atau bulan masih mendahului matahari disebut juga posisi bulan berada di bawah konjungsi (-). Pada akhir bulan dapat dilihat diwaktu subuh (sebelum matahari terbit) atau bulan masih mendahului matahari. Itupun bulan terlihat sama bulan sabit yang runcingnya arah ke atas, karena sumber cahaya ( matahari ) berada lebih rendah dari posisi bulan.

Yang menjadi persoalan, berapa derajatkah bulan bergeser ke atas atau bulan tertinggal dari matahari, baru cahaya terang seperti sabit di bawah bulan (hilal) terlihat dari permukaan bumi ?

Data dari buku antariksa untuk SMU terbitan Departemen P&K tahun 1996 karangan Moh. Makmur Tanudidjaja sebagai berikut :1. Besar bumi dengan jari-jari 6.370 KM atau keliling 40.000 KM.2. Besar bulan dengan jari-jari 3.747 KM3. Jarak bumi ke matahari 149.600.000 KM4. Jarak bulan ke bumi 384.403 KM.Sesuai dengan data diatas dapatlah kita simulasikan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Gambar saat bulan berada pada garis konjungsi

Gambar 2.4 Gambar Hillal awal bulan 20 derajat

Gambar 2.5 Gambar saat Bulan separuh 90 derajad awal

Gambar 2.6 Gambar Bulan Purnama

Gambar 2.7 Gambar bulan separuh 90 derajad akhir

Gambar 2.8 Gambar Hillal akhir bulan 20 derajat .

Dari gambar simulasi diatas bisa kita ambil dasar analisa munculnya hilal disaat tertinggalnya bulan dari matahari 20 derjat, lihat gambar 2.4 (munculnya hilal awal bulan), dan sebaliknya bulan mendahului matahari 20 derjat, lihat gambar 2.8 (akan habisnya hilal akhir bulan). Oleh karena gambar simulasi diatas tidak hal yang sebenarnya maka di ambil kesimpulan bahwa hilal tidak akan tampak/tidak wujud dibawah/kurang dari 12 derajat, dengan mempertimbangkan dan mengabaikan sudut eliptasi.

Sudut eliptasi adalah sudut yang terjadi oleh posisi terbenamnya matahari ditarik garis lurus ke bumi dangan posisi terbenamnya bulan di tarik garis lurus ke bumi / sudut yang terbentuk dari posisi orbit bulan dengan posisi orbit matahari ke bumi.

Alasan di abaikan nya sudut eliptasi adalah sudut eliptasi tidak akan melebihi dari 12 derajat. Kalau sudut eliptasi lebih dari 12 derajat, tentu hilal akan terbentuk walaupun posisi bulan sejajar dengan matahari (ijtimak/konjungsi)Dan juga perhitungan ini mengabaikan awan (dianggap langit cerah tanpa awan)

Jadi dengan data dan gambar stimulasi tersebut di atas dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.9 Gambar pergerakan bulan

Dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa dalam satu hari bulan tertinggal 12.2 derajad dari matahari.

Gambar 2.10 Gambar tertinggal bulan 2 hari

Dan dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa dalam dua hari bulan tertinggal semakin jauh dari matahari yakni sebesar 24.4 derajad

BAB IIIHILAL

Hilal adalah sabit bulan baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender Qomariyah atau Hijriah. Hilal / bulan sabit adalah suatu pase bulan dimana bagian terang permukaan bulan yang terkenak sinar matahari terlihat dari bumi sebagian kecil di bawah bulan .

Terbentuknya hilal Hilal terjadi apabila di saat bulan berada diantara matahari dan bumi dan posisi bulan naik ke atas (diatas 12 derajat) baru hilal itu ada atau wujud dilihat dari bumi. Dimana cahaya terang permukaan bulan yang memantulkan cahaya matahari yang terlihat dari bumi yang sebagian kecil di bawah bulan seperti sabit yang runcingnya mengarah ke atas. Dengan gambar yang berskala diatas bisa dipastikan bahwa bulan naik lebih dari 12 derajat baru hilal itu terlihat atau ada (dilihat dari bumi) .Apabila kurang dari 12 derajat, walaupun diteropong dengan alat super canggihpun mustahil hilal akan terlihat, hanya akan terlihat lingkaran gelap bulan, karena hilal belum terbentuk yang mana bagian terang permukaan bulan yang memantulkan sinar matahari membelakangi bumi atau bagian gelap bulan berada di sebelah bumi.

Proses terbentuknya HilalHal itu bisa di peragakan dengan sebuah bola warna putih yang setengahnya di hitamkan (warna putih : Permukaan bulan yang terkena sinar matahari, warna hitam : permukaan bulan yang tidak terkena sinar matahari)Lalu digantungkan lebih tinggi naik 12 derajat dari posisi pandang.Posisikan warna hitam bola berhadapan dengan kita.Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Gambar peragaan terbentuknya hilal

PERHITUNGAN PENGAMATAN HILAL Kita perhatikan dan kita amati setiap hari kita melihat matahari dan bulan terbit di Timur dan terbenam di Barat, padahal matahari tersebut tetap dan bumilah yang berputar terhadap sumbunya arah dari Barat ke Timur, maka terlihat gerak semu perjalanan Matahari dan bulan tampak dari Timur ke Barat.Kita amati perjalanan matahari selalu lebih cepat dari perjalanan bulan, tertinggalnya bulan dari matahari bisa kita perhitungkan sebagai berikut :

Bulan berevolusi mengelilingi bumi 1 keliling selama 29,5 hari (1 bulan) 1 keliling lingkaran terdiri 360 derajat

Jadi 360 derajat : 29,5 hari = 12,2 derajat/hari (bulan tertinggal 12,2 derajat/hari) oleh matahari. 12,2 derajat : 24 jam = 0,508 derajat/jam Jadi ketertinggalan bulan terhadap matahari 0,508 derajat/jamnya.Hal ini setara kata buya ungku kuniang Zubir yang terdapat dalam kitab MUGNI, bahwa dalam waktu satu jam perjalannan matahari, bulan akan tertinggal 2 menit.Yaitu : 1 keliling lingkaran = 360 derajat. 24 jam = 1440 menit, jadi 1440 dibagi 360 = 4menit, artinya dalam satu derajat perjalanan matahari = 4 menit.jadi ketertinggalan bulan terhadap matahari 0,508 X 4 menit = 2 menit 1,92 detik.Artinya dengan ketertinggalan bulan tersebut pasti bulan akan tersusul kembali oleh matahari Hal itu bisa diamati saat bulan masih mendahului matahari. Dengan perhitungan di atas bisa kita amati pada pagi hari di akhir bulan, Dalam pengamatan terlihatlah bulan sabit yang runcingnya menghadap ke atas kita ukur berapa derajat ketinggian bulan tersebut dari matahari.Setelah dapat derajat ketinggian bulan dari matahari baru di hitung jam berapanya bulan tersusul oleh matahari (berada pada konjungsi).

Contoh : Pada hari kamis kita mengamati ketinggian hilal akhir bulan pada jam 06.00 pagi adalah 27.2 derajat dari garis Horizon (garis lurus dari permukaan bumi ke matahari) dan posisi matahari tepat pada horizon. Jadi 27.2 derajat : 0,508 = 53,54 jam ( dari jam 06.00 + 53,54 jam ) . 2 hari = 48 jam (jadi sabtu jam 06.00 + 5,54 jam )maka bulan berada pada konjungsi hari sabtu pada jam 11.30 siang.Kalau kita melihat hilal pada hari sabtu jam 18.00 atau jam 6 sore ketinggian bulan adalah 3,302 derajat bisa dipastikan hilal tidak ada atau belum wujud (dari 11.30 ke jam 18.00 = 6 jam 30 menit x 0,508 = 3,302 derajat ). Dengan kata lain di saat matahari terbenam(jam 18.00) pada hari sabtu posisi bulan tertinggal dari matahari setinggi 3,302 derajat. Jadi bulan akan terbenam pada jam 18 lewat 13 menit 21 detik. Sebab 1 derajat perjalanan bulan samadengan 4 memit.(24 x 60 = 1440) , 1440 / 360 = 4Jadi 3,302 x 4 = 13,21 menit.Semua itu bisa kita gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Gambar Posisi hilal pada 27.2 derajad kamis jam 6.00 pagi.

Gambar 3.3 Gambar Posisi hilal pada 15 derajad

Pada gambar diatas terlihat bahwa bulan masih mendahului matahari setinggi 15 derajad pada pukul 6.00 pagi dihari jumt.

Gambar 3.4 Gambar Posisi hilal 2,81 derajad

Pada gambar diatas terlihat bulan masih mendahului matahari setinggi 2,81 derajad pada hari setelahnya yaitu sabtu pukul 6.00 pagi.

Gambar 3.5 Gambar Bulan pada posisi konjungsi (segaris dgn matahari)

Pada gambar diatas terlihat pada jam 11.30 siang bulan tersusul oleh matahari sehingga posisi bulan bumi dan matahari menjadi sejajar (ijtimak/kunjungsi) pada hari sabtu.

Gambar 3.6 Gambar bulan pada posisi 3.302 derajat

Pada gambar diatas terlihat bahwa bulan sudah tertinggal oleh matahari sejauh 3,302 derajat pada hari sabtu sore pukul 18.00 atau 6.00 sore.

Itupun pengamatan berdasarkan daerah setempat, jadi sekiranya di tempat lain tinggal kita mencari selisih waktu antara tempat kita mengamati dengan tempat tersebut.Kalau selisih waktu kearah barat ( lebih lambat) maka dikurangi saja jam nya.Kalau selisih waktu kearah timur (lebih cepat) maka ditambahkan saja jam nya.Contoh : 1. Kalau tempat itu 1 jam bedanya arah ke barat maka bulan berada pada konjungsi jam 10.30.2. Kalau tempat itu 1 jam bedanya arah ke timur maka bulan berada pada konjungsi jam 12.30.

PENELITIAN

Untuk melakukan penelitian mengukur sudut yang terjadi antara bulan dan matahari ditarik garis lurus kebumi, dengan peralatan yang sederhana yaitu : tali, tongkat lurus,busur derajat dan kamera foto).- Tempat penelitian di lakukan (melakukan pengukuran) yaitu di Indonesia bagian barat tepatnya Kab. Kampar, kota : Pekanbaru, Prop. Riau.- Hari dan tanggal serta jam saat melakukan pengukuran yaitu: hari rabu tanggal 30 oktober 2013 jam 10.45 wib.- saat itu posisi bulan masih mendahului matahari tepatnya akhir bulan zdulhijjah atau akhir tahun Hijriah 1434 H.

TEKNIK- Tarik tali segaris dengan bulan dari bumi. - Ujung bawah tali yang sudah segaris dengan bulan di satukan dengan pangkal tongkat.- Ujung tongkat tetap menempel di ujung bawah tali, lalu bayangan tongkat di jadikan menjadi satu titik (tongkat yang lurus segaris dengan matahari).- Untuk mempermudah pengukuran, foto dan ukur sudut yang terbentuk antara bulan dengan matahari ke bumi.

- Dari hasil kerja tersebut terdapat 55 derajat bulan mendahului matahari, yang berarti pada hari rabu tanggal 30 oktober 2013 untuk daerah Kampar riau pada jam 10.45 wib posisi bulan masih mendahului matahari sejauh 55 derajat dengan sudut eliptasi 14 derajat.

Gambar 3.7 Gambar sudut posisi bulan mendahului matahari 55 derajat

Untuk mendapatkan sudut eliptasi adalah : -Tarik lurus tali segaris dengan bulan (tetapkan) - tunggu posisi matahari sejajar dengan posisi tali yang sudah ditarik lurus sejajar dengan bulan - Lalu pangkal tongkat di satukan dengan ujung bawah tali- Ujung tongkat tetap menempel di ujung bawah tali, lalu bayangan tongkat di jadikan menjadi satu titik (dimana tongkat segaris dengan matahari).- Untuk mempermudah pengukuran, foto dan ukur sudut yang terbentuk antara orbit bulan dengan orbit matahari ke bumi.

Gambar 3.8 Gambar sudut eliptasi bulan 14 derajat

Untuk menentukan kapan bulan berada sejajar dengan matahari dan bumi ? Dari data penelitian tersebut di atas lalu di hitung. Dalam satuhari semalam bulan tersusul atau tertinggal oleh matahari sejauh 12.2 derajat, maka 55 derajat di kurang (12,2 x 4 = 48,8 derajat). Samadengan 6,20 derajat.Berarti empat hari kemudian pada hari minggu di Indonesia bagian barat tanggal 3 november 2013 bulan zulhijjah 1434H waktu setempat pada jam 10.45 posisi bulan masih mendahului matahari sejauh 6.20 derajat.

Maka berapa lama lagi bulan berada pada konjungsi(matahari, bulan dan bumi).Karena bulan tertinggal atau tersusul kembali oleh matahari sejauh 0.508 derajat/jamnya:6.20 derajat dibagi 0.508 derajat /jam = 12.20 jam.Berarti 12 jam, 12 menit kemudian dari jam 10.45 waktu setempat bulan berada segaris matahari, bulan dan bumi (konjungsi).Yaitu hari minggu jam 10.57 WIB( jam 11.00 malam bulan berada pada konjungsi).

Dalam perhitungan ini waktu Indonesia bagian barat Kalau sekiranya waktu mekah bulan berada pada konjungsi hari minggu jam 7 malam (jam 19.00)waktu mekah.Karena Indonesia bagian barat lebih cepat 4 jam dari waktu mekah.PERBEDAN PANDANGAN Perbedaan pendapat selama ini untuk menetapkan awal bulan Ramadan di sebabkan pandangan titik star awal bulan berevolusi mengelilingi bumi (titik nol nya) yang berbeda.Satu bulan itu adalah 1 X bulan mengelilingi bumi yang terdiri dari face-face dengan posisinya seperti lingkaran.untuk memulai hitungannya (hisab) satu bulan itu bisa dimulai dari mana saja :1-- dari posisi bulan mati ke posisi bulan mati berikutnya (kunjungsi ke kunjungsi berikutnya)2-- dari posisi bulan hilal muda ke posisi bulan hilal muda berikutnya.3-- dari posisi bulan 1/2 (D) ke posisi bulan 1/2 (D) berikutnya.4-- dari posisi bulan purnama ke posisi bulan purnama berikutnya.dan seterusnya.

Gambar 3.9 Gambar fase-fase bulan

Semuanya itu bisa di hitung (dihisab) dengan tepat.Sejalan dengan itu sebagai panduan ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah saw, hitungan (hisab) satu bulan itu bermula dari posisi bulan hilal muda ke posisi bulan hilal muda berikutnya. Perlu di pahami sebagai alat hitungnya adalah HARI dan terjadinya pada permukaan bumi. 1 bulan adalah bulan berevolusi mengelilingi bumi 1 keliling (29,5 hari) ini tidak tetap,tetapi berubah-rubah berkisar antara 29,3 s/d 29,8 hari di setiap bulannya , atau 29 hari 7 jam s/d 29 hari 18 jam.Dengan tidak tetap nya revolusi bulan mengalilingi bumi, maka posisi bulan saat perubaha dari bulan ke bulan berikut nya tidak bisa di kunci(0 , 1 , 2 , 4 , 6 , 10 derajat) nya, sebab dengan terpatok nya ketinggian bulan untuk menentukan perubahan dari bulan ke bulan berikutnya akan terjadi berpindah-pindah nya garis batas perubahan hari dan tanggal.Garis batas pergantian hari dan tanggal itu seharus nya tetap dan tidak boleh melintasi daratan.

Menurut ilmu teknologiMenurut ilmu pengetahuan antariksa (ilmu falak) titik nol revolusi bulan mengelilingi bumi ada pada garis konjungsi (segaris dari bumi ke matahari).Perubaha dari bulan ke bulan berikut nya / penentuan kalender Hijriyah harus memahami dua pokok utama sisi pandang.1) Gerak bulan,matahari dan bumi, 2) Gerak rotasi bumi terhadap sumbunya (hitungan hari). Dari gerak rotasi bumi terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadi nya siang dan malam serta bergantinya hari dan tanggal dalam masa tenggang waktu 24 jam.Dalam pembuatan kalender hijriyah kita harus bisa memposisikan dua sisi pandang tersebut dengan benar.Memang menurut ilmu Astronomi sebagai pembatas dari bulan ke bulan berikut nya adalah saat ijtimak(kunjungsi) dalam artian apabila bulan telah bergeser dari ijtimak(kunjungsi) telah masuk bulan baru di seluruh bumi, ini berarti kita berpijak di angkasa yang tidak mengenal siang dan malam serta tidak mengenal perubahan hari dan tanggal / mengabaikan HARI.Tetapi untuk (hisab) kalender hijriyah Global kita harus berpijak di bumi, tentu kita harus mengikuti penomena alam yang terjadi di bumi yaitu terjadinya siang dan malam serta bergantinya hari dan tanggal dalam tenggang waktu 24 jam tersebut.DALAM ARTIAN DENGAN TELAH TERTINGGAL NYA BULAN OLEH MATAHARI TIDAK SEMERTA-MERTA DI SAAT ITU JUGA TELAH MASUK BULAN BARU DI SELURUH PERMUKAAN BUMI. Seharus nya di garis batas pergantian hari dan tanggal apabila posisi bulan sudah tertinggal oleh matahari (tidak terkunci ketinggian nya) tetapi berkisar antara 2 s/d 12 derajat telah masuk bulan baru dan berikut ke barat nya dalam waktu 24 jam. Dan posisi pengamatan tetap di IDL (internasional date line)Karena puasa adalah salah satu ibadah wajib tentu harus mudah untuk menentukan kapan mulai dan berakirnya berpuasa Ramadhan, sebab semua kalangan umat islam harus mengerti dan mengetahui serta mudah diamati kapan mulai dan berakhirnya puasa Ramadhan.Dengan di tentukan nya saat kita melakukan puasa ramadan tentu terkait dengan proses ber ganti nya hari dan tanggal adalah terbenam nya matahari, terbenam nya matahari di muka bumi terjadi tidak sekaligus (terjadi selama waktu 24 jam) ber gerak ke arah barat. maka pertama kali ter benam matahari di mekah maka berganti lah hari dari hari ahad ke hari senin dan seterus nya.sejalan dengan itu hakiki nya garis batas perubahan hari dan tanggal adalah garis dari kutub utara bumi melalui mekah terus ke kutub selatan bumi.Nabi saw dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim sebagai berikut, [ ]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari[HR al-Bukhari dan Muslim].Allah yang maha mengetahui selalu memberi kemudahan kepada Umatnya dalam menentukan kapan mulai dan berakhirnya puasa Ramadhan.Menurut ilmu agama Menurut hisab (kalender Hijriah) untuk menentukan awal dalam pengamalan puasa Ramadhan, orang harus melihat bulan baru / ruhyatul hilal pada sore hari (setelah terbenamnya matahari)Jika pada suatu sore bulan baru ( hilal ) sudah tampak baru saat itu di nyatakan sebagai permulaan awal dalam pengamalan ibadah bulan ramadhan.Begitu pula akhir bulan Ramadan / 1 Syawal di tentukan dengan melihat bulan baru, akibat nya hari puasa dalam bulan Ramadan ada 30 hari kadang-kadang paling sering 29 hari.Maka jelas lah bahwa awalnya adalah tampak nya hilal (ini mudah diamati oleh seluruh kalangan umat islam).

WAKTU PENGAMATAN HILAL: Kapan dilakukan pengamatan hilal?, Tentu jelas pula acuannya: Disini terlihat pula dua sisi pandang dalam hal menentukan titik nol rotasi bumi terhadap sumbunya (titik nol dalam penanggalan) menurut kalender masehi dengan menurut kalender Hijriah.

Menurut kalender masehiDalam hal pergantian hari dan tanggal menurut kalender masehi adalah: titik nolnya pada saat tengah malam (jam 0.00/ jam 24.00).

Menurut ilmu agamaBumi berotasi terhadap sumbunya,Menurut penanggalan kalender Hijriah titik nol pada terbenamnya matahari (permulaan datangnya malam) / jam 18.00(jam 6 sore).Ini jelas landasannya di dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 27:

Artinya:Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".(3: 27) Dari ayat tersebut diatas tegaslah bahwa dahulu malam dari pada siang.Disini jelaslah bahwa titik nol dalam penanggalan Hijriah adalah terbenamnya matahari (datangnya malam). Maka waktu melakukan penengokan hilal pada akhir/ujung penanggalan Hijriah yaitu pada sore hari. Untuk menguatkan, telah lazimnya dilakukan umat Islam dalam bulan Ramadhan: Satu hari puasa dimulai dari Shalat Tarwih pada malamnya dan pada siang berikutnya baru puasa (satu hari puasa). Hal ini dilakukan oleh semua kalangan umat islam tanpa adanya perbedaan pendapat.

MULAI DAN BERAKIRNYA PUASA RAMADAN Hal ini jelas landasannya.keterangan dari abuya surau lubuak Pakandangan Pariaman Sumatra Barat ( Buya Kuniang Zubir ).

Menetapkan dalam pengamalan awal Ramadan dan aidil fitri dengan rukyat.Berkata Rasulullah saw: Berpuasalah kamu karena melihat bulan dan berbukalah kamu dengan melihat bulan yakni berhari Raya Fitri, maka bila bulan ditutupi awan, maka sempurnakanlah Saban 30 hari. (Shahih Bukhari Juz II, Halaman 229), (HR. Bukhari 1909, Muslim 1081) (HR. Bukhari no. 1776 dari Abu Hurairah).Dari Abu Hurairah R. A.Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Apabila kamu melihat hilal maka berpuasalah dan bila kamu melihat bulan maka barhari raya fitrilah bila bulan ditutupi awan maka berpuasalah 30 hari. (Shahih Muslim, Halaman 438, Juz I), (HR al-Bukhari no. 1767 dari Abu Hurairah), (HR Muslim no.1810, dari Abu Hurairah ra.), (HR. Bukhari no. 1773, Muslim no. 1795,) ( Al-Nasai no. 2093; dari Abdullah bin Umar ra.).

Berdasarkan keterangan diatas jelas dan tegaslah landasannya titik nol (awal bulan) dalam pengamalan ibadah mulai dari tampaknya hilal, pada sore hari. Awalnya bulan bukan dimulai dari konjungsi, jangan dicampur adukkan dalam menetapkan awal bulan.; antara tampaknya hilal (rukyat) dengan perhitungan bulan berada pada kujungsi Ada kesalahan yang sangat fatal sehingga tampaklah pekerjaan yang sia-sia. Jelas acuan untuk menetapkan awal bulan dengan tampaknya hilal, tetapi landasan pemikirannya untuk menetapkan nol derjatnya bulan saat bulan pada konjungsi, sehingga waktu melihat hilal dilakukan pada saat yang tidak mungkin terlihat (hilal belum wujud/belum ada)

Cukup di pahami kata Rasulullah SAW: Jika hilal tidak tampak atau terhalang awan cukupkan Saban 30 hari Dengan keterangan Rasulullah SAW itu jelaslah bahwa menengok hilal pada 29 Saban ! Yang menjadi persolan yaitu untuk menentukan 29 Saban (saat untuk melakukan menengok hilal awal Ramadan). Disini terlihat jelas perbedaan landasan pijak ilmu untuk menentukan awal bulan. Kalau awal dan akir bulan pembatasnya ( titik nol nya ) bulan berada pada konjungsi tentu 29 saban posisi bulan belum berada pada konjungsi / masih mendahului matahari, jelas tidak mungkin kelihatan : sedangkan kita melihatnya pada sore hari setelah matahari terbenam, padahal posisi bulan lebih dahulu terbenamnya dari matahari. Kalau sekiranya benar seperti itu tentu kita melihatnya pada saat sebelum matahari terbit ( pagi hari ). itu pun posisi hilal akir bulan terhadap matahari harus melebihi 12 derajat .Baru bisa terlihat (hilal itu wujud/ada).

BAB IVLANDASAN HISAB DAN RUKYAT

Menurut keterangan Buya Surau Lubuak Pakandangan Pariaman Sumatra Barat (Buya KUNIANG ZUBIR/Satariah} menetapkan melihat bulan dengan hisab Taqwin Khamsiah:

Telah berkata Rasulullah SAW: Aku lihat dimalam Israk denganku akan sejumlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : Allahul Hadi satu kali, Hudallah lima kali, Jamalul Fili tiga kali, Zaraallahu Zaran bilabazrin tujuh kali, Dinullah empat kali, Badiussamawati wal Ardhi dua kali, Wailun liman asha enam kali, Dinuallah empat kali, Zara allah tujuh kali, Badiussamawati dua kali, Jamalul fili tiga kali, Hudallah lima kali, Wailun Liman asha enam kali, allahul hadi satu akali, Badi ussamawati wal Ardhi dua kali, Dinullah empat kali, Hudallah lima kali, Zaraallahu Zaran bilabazrin tujuh kali, Allahul Hadi satu kali, jamalul Fili tiga kali.

Berkata Rasulullah SAW: Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadimhuruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis, dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu, dan Rasulullah SAW berkata: Takwim adalah jalanku, selain puasaRamadhan.

(Kitab Insanul Uyun Juz III Karangan Syekh Nuruddin dan telah dipilih oleh para Syekh kita dan ditetapkan mula-mula hitungan itu adalah hari Kamis).

Dari keterangan Hadist diatas, bisa kita artikan sebagai berikut : Alif (1), Ha (5), Jin (3), Zai (7), Dal (4), Ba (2), Waw (6), Dal (4), Zai (7), Ba (2), Jin (3), Ha (5), Waw (6), Alif (1), Ba (2), Dal (4), Ha (5), Zai (7), Alif (1), Jin (3).

Dari kesimpulan Hadist diatas adalah panduan untuk menghisab (menghitung) awal bulan dalam tahun Hijriah. Maka dari data tersebut bisa di buat penanggalan kalender Hijriah

CARA MEMBUAT TABEL KALENDER TAQWIM KHAMSIAH1. Tahun Hijriah dibagi 8, sisanya baru dihitung.2. Menghitung tahun dimulai dari (0) huruf alif , (1) huruf Ha , (2) huruf Jin, dst3. Lihat huruf bulannya (angkanya)4. Juamlahkan angka huruf tahun dengan angka huruf bulan5. Hasil penjumlahan dihitung dimulai dari hari Kamis, Jumat, dst6. Apabila huruf tahun habis dibagi 8,maka nol .jadi huruf tahunnya alif7. Khusus untuk bulan Ramadhan, melihat hilalnya pada hari 29 bulan Saban.

Maka dapat kita tabelkan sebagai berikut : hitungan KAMIS

Gambar 4.1 Gambar table hari awal bulan tahun Hijriah

Dari tabel di atas terungkap lah bahwa jumlah hari dalam bulan hijriyah sebagai berikut:1 Muharam ............................30 hari 7 Rajab .............................30 hari2 Safar ...................................29 hari 8 Saban ...........................29 hari3 Rabiul awal ........................30 hari 9 Ramadan .......................30 hari4 Rabiul akhir .......................29 hari 10 Sawal ...........................29 hari5 Jumadil awal ......................30 hari 11 Zulkaedah ....................30 hari6 Jumadil akhir .....................29 hari 12 Zulhijah ...................29/30 hari

Dari table diatas jelaslah hari apa mulai awal bulan dalam kalender Hijriah (Satriah) dan sampai tahun berapapun bisa kita hitung. Setelah jelas demikian kita tidak perlu melakukan pengintaian hilal diakhir bulan dan hari serta jam berapanya bulan berada pada konjungsi.

Contoh : 1 Untuk puasa Ramadan tahun 1434 H yaitu : 1434 : 8 = 179 sisa 2, maka untuk tahun 1434 H huruf tahunnya Jin (3), dan bulan Ramadhan huruf bulannya Ha (5), maka jumlahkanlah angka huruf tahun Jin (3) dengan huruf bulan Ha (5) = 8, baru dihitung mulai hari Kamis,

maka hasilnya akan jatuh pada hari Kamis. Itu berarti awal bulan Ramadhan tahun 1434 H jatuh pada hari Kamis (dalam hisab). maka kita menengok hilal awal Ramadhan 1434 H adalah hari Rabu pada sore harinya.

Untuk berhari raya Idul Fitri, kita menjalani puasa Ramadhan selama 29 hari dan sorenya kita menengok Hilal, jika hilal sudah kelihatan maka besoknya kita berhari raya, seandainya hilal tidak kelihatan maka cukupkanlah pengamalan puasa Ramadhan 30 hari, baru kita berhari raya Idul Fitri.

Jadi karena hilal tampak pada hari Rabu dan Kamis mulai berpuasa, maka menengok hilal akhir Ramadhan adalah : Hari 1 puasa adalah Kamis dan hari ke 29 adalah hari Kamis, maka kita menengok hilal awal Syawal 1434 H adalah hari Kamis sore harinya. Jika hilal kelihatan kita berhari raya Idul Fitri hari Jumat, akan tetapi kalau tidak kelihatan maka kita cukupkan puasa 30 hari, ini berarti kita berhari raya pada hari Sabtunya. Dan begitulah seterusnya.

Contoh 2 Berdasarkan table kalender Hijriah diatas, awal tahun 1435 H (1 Muharam 1435 H) jatuh pada hari rabu tanggal 6 November 2013. sedangkan berdasarkan penelitian dan menurut ilmu teknologi awal tahun 1435 H jatuh pada hari senin tanggal 4 November 2013Sebab bulan berada pada konjungsi pada hari minggu tanggal 3 November 2013 jam 11.00 malam / jam 23.00 waktu Indonesia bagian barat.

BAB VPENUTUP

KESIMPULAN1. Hilal tidak akan terbentuk ( tidak wujud atau tidak ada) kalau posisinya kurang dari 12 derajat sebelum konjungsi dan kurang dari 12 derajat setelah konjungsi. 2. Menurut ilmu teknologi (antariksa) titik nol awal dan akhir bulan adalah posisi bulan berada pada konjungsi. Sedangkan menurut Hadist rosulullah saw. Titik nol awal dan akhir bulan adalah posisi bulan lewat konjungsi lebih dari 12 derajat ( adanya hilal atau wujudnya hilal) 3. Menurut ilmu teknologi pembatas tanggal masehi adalah jam 12 malam (jam 00.00 atau 24.00). sedangkan menurut tahun Hijriah pembatas tanggal (titik nolnya) adalah terbenamnya matahari (jam 6.00 sore). Melihat hilalpun di ujung penanggalan Hijriah di 29 sya`ban yaitu pada sore hari. 4. Semuanya itu sudah ada ketentuannya dari allah swt melalui rasulnya nabi Muhammad saw. Allah yang maha mengetahui tentu tidak mempersulit hambanya dalam menunaikan ibadah wajib (kapan mulai dan berakhirnya puasa ramadhan).5. Puasa Ramadhan adalah Ibadah yang diwajibkan Allah kepada umat Islam, tentu harus mudah dimengerti dan mudah diamati kapan mulai dan berakhirnya puasa Ramadhan. 6. .Memang yang diwajibkan adalah berpuasanya, bukan rukyatnya. Namun karena perintah rukyat itu berkaitan dengan suatu hal yang bersifat wajib, maka perintah melakukan rukyat itupun menjadi wajib.

SARAN 1. Dengan berbedanya landasan pijak ilmu tentulah membuat sisi pandang yang berbeda pula walaupun acuannya sama-sama al-qur`an dan Hadist.agar tidak ada beda pendapat untuk menentukan awal dan akhir bulan bagi umat islam yang sama-sama acuannya Al-Qur`an dan Hadist,haruslah memakai landasan pijak ilmu yang sama. Jangan mencampur adukkan antara ilmu teknologi dengan ilmu agama.2 Boleh kita mengikuti ilmu teknologi asal memperkuat dan tidak menggeser ketentuan-ketentuan dalam agama islam, sebab agama islam adalah agama yang sempurna sampai akir zaman. 3. Bagi para pemimpin umat janganlah terburu-buru berpendapat sebelum menggali betul dan paham betul dari magsud Al-Quran dan Hadist. 4. Agar kita tidak terlepas dari umat Nabi besar Nabi Muhammad saw,janganlah berpendapat bahwa Al-Qur`an dan Hadist tidak sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi hanya pemahaman kitalah yang tidak sanggup untuk memahaminya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Quran. 2. Buku Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa untuk SMU karangan Moh. Mamur Tanudidjaja.3. Kitab kecil Syifaul khulub karangan buya surau lubuak Pakandangan Pariaman Sumatra Barat (buya Kuniang Zubir / Satariah)..4. http://www.youtube.com. bulan sideris, Januari 21, 2012.5. http://www.youtube.com. Bulan Satelit Bumi, April 4 , 20116. Abbas, K.H Siradjuddin. Sejarah & Keagungan Madzhab Syafii. Jakarta: Tarbiyah Jakarta, 2006.7. Abbas, K.H Siradjuddin. 40 Masalah Agama. Jakarta: Tarbiyah Jakarta, 2006.

27 | Menentukan Titik Nol Rotasi Bulan