portofolio asma

40
BAB I LAPORAN KASUS 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama : Tuan Makmun Nomor Kartu Berobat : 116 Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 56 tahun Agama : Islam Alamat : Lorong Manggar 2 No. 1323 RT. 14 RW.04, Kelurahan Lawang Kidul, Kec. Ilir Timur II, Palembang Pekerjaan : Buruh Tanggal kunjungan ke Puskesmas : 25 September 2015 1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 25 September 2015) Keluhan utama : Sesak nafas disertai mengi Keluhan tambahan : Batuk berdahak Riwayat perjalanan penyakit : Pasien mengeluh mengalami sesak nafas yang disertai mengi sejak 1 hari yang lalu. Sesak muncul jika pasien terhirup debu dan asap. Sesak juga dapat muncul saat cuaca dingin atau pada malam hari. Sesak 1

Upload: irawatieka

Post on 02-Feb-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kedokteran Keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio Asma

BAB ILAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tuan Makmun

Nomor Kartu Berobat : 116

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 56 tahun

Agama : Islam

Alamat : Lorong Manggar 2 No. 1323 RT. 14

RW.04, Kelurahan Lawang Kidul, Kec. Ilir

Timur II, Palembang

Pekerjaan : Buruh

Tanggal kunjungan ke Puskesmas: 25 September 2015

1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 25 September 2015)

Keluhan utama : Sesak nafas disertai mengi

Keluhan tambahan : Batuk berdahak

Riwayat perjalanan penyakit :

Pasien mengeluh mengalami sesak nafas yang disertai mengi sejak 1

hari yang lalu. Sesak muncul jika pasien terhirup debu dan asap. Sesak juga

dapat muncul saat cuaca dingin atau pada malam hari. Sesak tidak

dipengaruhi oleh aktivitas. Saat sesak, pasien masih dapat berbicara dengan

ucapan kata yang jelas.

Pasien juga mengeluh batuk sejak 3 hari yang lalu. Batuk disertai dahak

berwarna putih kental. Pasien tidak mengalami demam. BAK dan BAB tidak

ada keluhan.

Pasien sering mengalami sesak sejak usia remaja, sesak setelah terhirup

asap dan debu, pada cuaca dingin terutama pada malam hari. Frekuensi

serangan kurang dari 2 kali sebulan. Namun, sekitar 1 bulan terakhir,

1

Page 2: Portofolio Asma

frekuensi sesak menjadi lebih sering akibat kabut asap yang tebal di daerah

Palembang. Sesak berkurang bila pasien minum obat.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Keluhan Serupa : Pasien memiliki keluhan sesak nafas disertai

mengi sejak remaja, terutama saat terpapar asap dan debu atau pada saat

cuaca dingin. Keluhan sesak menghilang setelah minum obat.

Riwayat Kencing Manis : disangkal

Riwayat Darah Tinggi : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Sakit Ginjal : disangkal

Riwayat sakit kuning : disangkal

Alergi Obat dan Makanan : disangkal

Riwayat Operasi : disangkal

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Ibu kandung pasien memiliki riwayat penyakit asma (+)

Istri pasien memiliki alergi makanan laut (ikan laut, udang, cumi) yang akan

menimbulkan keluhan bentol-bentol merah disertai gatal

Anak laki-laki pasien juga memiliki keluhan sesak disertai mengi yang sama

dengan pasien

Kesan: Riwayat keluarga penyakit atopi (+)

Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang suami dari 1 istri dan 3 orang anak. Anak pertama dan

kedua sudah menikah. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan 1 orang anak

laki-laki. Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Boom Baru.

2

Page 3: Portofolio Asma

1.3. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 25 September 2015)

Status Generalikus

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Sensorium : compos mentis

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi pernapasan : 30 x/menit

Suhu : 36,7C

Berat Badan : 62 kg

Tinggi : 172 cm

Keadaan gizi : 20,95 (normoweight)

Keadaan Spesifik

Kepala :

Mata : Konjungtiva palpebrae anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

bulat, isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/+)

Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung, deviasi septum tidak ada,

sekret tidak ada

Mulut : bibir tidak sianosis

Tenggorokan : Faring dan tonsil tenang (tidak hiperemis)

Telinga : Meatus akustikus eksternus dextra et sinistra lapang, sekret

(-/-), membran timpani intak

Leher : JVP (5,-2) cmH2O, pembesaran KGB (-).

Thoraks :

Pulmo : I: Bentuk simetris, pergerakan dada kanan sama dengan dada

kiri, retraksi dinding dada (-)

P: Stemfemitus hemithoraks kanan=kiri

P: Sonor pada kedua lapangan paru

A: Ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), rhonkhi (-/-)

Cor : Bunyi jantung I dan II (+) normal, HR = 92 x/menit, regular,

murmur (-), gallop (-)

3

Page 4: Portofolio Asma

Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

timpani, bising usus (+) normal.

Ekstemitas : Deformitas (-), akral hangat, akral pucat (-), edema pretibial

(-)

Genitalian : tidak dilakukan pemeriksaan

1.4. RESUME

Tuan Makmun, 56 tahun, datang ke Puskesmas Boom Baru dengan keluhan

utama sesak disertai mengi sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh

mengeluh batuk berdahak putih kental. Pasien sering mengalami sesak sejak

usia remaja, sesak setelah terhirup asap dan debu, pada cuaca dingin terutama

pada malam hari. Frekuensi serangan kurang dari 2 kali sebulan. Namun,

sekitar 1 bulan terakhir, frekuensi sesak menjadi lebih sering akibat kabut

asap yang tebal di daerah Palembang. Sesak berkurang bila pasien minum

obat.

Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan takipnea (RR=

30x/menit), sedangkan tanda vital lainnya dalam batas normal. Dari

pemeriksaan spesifik pada paru, didapatkan ekspirasi memanjang dan

wheezing pada kedua lapang paru.

1.5. DIAGNOSIS BANDING

Asma Bronkial

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

1.6. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Spirometri

1.7. DIAGNOSIS KERJA

Asma Bronkial

4

Page 5: Portofolio Asma

1.8. PENATALAKSANAAN

1. Non Farmakologis

Komunikasi, Informasi dan Edukasi:

1. Informasikan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita adalah asma

yang muncul akibat paparan alergen (faktor pencetus).

2. Hindari faktor pencetus sebisa mungkin, seperti:

Asap dan debu: yang harus dilakukan adalah menjaga rumah dalam

keadaan bersih dari debu, sering menjemur selimut, sering mengganti

sprei dan sarung bantal, tidak menggunakan obat nyamuk bakar, pasien

tidak boleh merokok dan jangan berdekatan dengan orang yang sedang

merokok.

Saat cuaca dingin: sebaiknya pasien menggunakan pakaian yang hangat

dan tidak menghidupkan pendingin ruangan, seperti kipas angin.

3. Mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menghindari paparan kabut

asap.

4. Menggunakan masker untuk mengurangi paparan kabut asap jika

beraktivitas di luar rumah.

5. Menjelaskan kepada pasien cara minum obat yang benar.

6. Pasien harus mengetahui tanda gejala dini serangan asma. Jika sesak

terasa semakin berat, pasien harus segera ke IGD rumah sakit terdekat.

7. Pasien harus rajin kontrol ke puskesmas

2. Farmakologis

Aminofilin tab 2x150 mg (p.o)

Prednison tab 3x5 mg (p.o)

Ambroxol tab 3x30 mg (p.o)

Vitamin B kompleks 1x1 tab (p.o)

1.9. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

5

Page 6: Portofolio Asma

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Asma Bronkial

3.1.1. Definisi

Asma merupakan salah satu penyakit paru obstruktif yang ditandai

dengan bronkospasme episodik reversible akibat respon bronkokonstriksi

berlebihan terhadap rangsangan tertentu.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan

peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik

berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk

terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan

obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat

reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

3.1.2. Epidemiologi

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di

Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga

(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga

(SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10

penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan

emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai

penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun

1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000,

dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.

Insiden asma dewasa ini di Indonesia kira-kira 5-7% dan

diperkirakan akan semakin meningkat dalam waktu yang akan datang,

oleh karena negara Indonesia saat ini berubah menjadi negara industri.

Perbandingan asma pada anak laki-laki dan wanita sebesar 1,5 : 1 dan

6

Page 7: Portofolio Asma

perbandingan ini cenderung menurun pada usia yang lebih tua. Pada orang

dewasa, asma lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.

3.1.3. Faktor Risiko Terjadinya Asma

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor

pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk

predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma,

yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin

dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan

kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,

menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala

asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,

sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan

(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor

genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :

Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu

dengan genetik asma,

Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko

penyakit asma.

7

Page 8: Portofolio Asma

Faktor pejamu

Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai

penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan

bakat/ kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan

dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif

(hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya.

Faktor lingkungan

Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan

adalah penyebab utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan

tersebut pada awalnya mensensitisasi jalan napas dan mempertahankan

kondisi asma tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma atau

menyebabkan menetapnya gejala.

3.1.4. Etiologi

Pada asma, gangguan aliran udara terjadi akibat faktor pencetus

berupa:

Penyempitan jalan nafas

Hiperresponsivitas bronkokonstriksi

Peningkatan jumlah sel inflamasi pada bronkus

Hipersekresi mukus blokade jalan nafas

Kebocoran vascular edema mukosa

Kerusakan epitel permeabilitas terhadap allergen meningkat

Remodeling struktur jaringan dinding jalan nafas (asma berat kronik)

8

Page 9: Portofolio Asma

9

Page 10: Portofolio Asma

3.1.5. Patogenesis

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel

inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,

neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain

berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada

penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada

asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada

berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja

dan asma yang dicetuskan aspirin.

INFLAMASI AKUT

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor

antara lain alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi

akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus

diikuti reaksi asma tipe lambat.

Reaksi Asma Tipe Cepat

Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan

terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan

preformed mediator seperti histamin, protease dan newly generated

mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan

kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.

10

Page 11: Portofolio Asma

Reaksi Fase Lambat

Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan

melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan

makrofag.

INFLAMASI KRONIK

Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel

tersebut ialah limfosit T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel,

fibroblast dan otot polos bronkus.

Limfosit T

Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe

Th2). Limfosit T ini berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas

dengan mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4,IL-5, IL-13 dan GM-

CSF. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan

bersama-sama IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-

5 serta GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang

ketahanan hidup eosinofil.

Epitel

Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada

penderita asma. Sel epitel dapat mengekspresi membran markers seperti

molekul adhesi, endothelin, nitric oxide synthase, sitokin atau khemokin.

Epitel pada asma sebagian mengalami sheeding. Mekanisme

terjadinya masih diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi

plasma, eosinophil granule protein, oxygen free-radical, TNF-alfa, mast-

cell proteolytic enzym dan metaloprotease sel epitel.

EOSINOFIL

Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi

tidak spesifik. Eosinofil yang ditemukan pada saluran napas penderita

asma adalah dalam keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor

dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF,

TNF-alfa serta mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3,

11

Page 12: Portofolio Asma

IL-5 dan GM-CSF meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang

ketahanan hidup eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein

ialah eosinophil cationic protein (ECP), major basic protein (MBP),

eosinophil peroxidase (EPO) dan eosinophil derived neurotoxin (EDN)

yang toksik terhadap epitel saluran napas.

Sel Mast

Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-

linking reseptor IgE dengan “factors” pada sel mast mengaktifkan sel mast.

Terjadi degranulasi sel mast yang mengeluarkan preformed mediator

seperti histamin dan protease serta newly generated mediators antara lain

prostaglandin D2 dan leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin antara

lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan GM-CSF.

Makrofag

Merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik

pada orang normal maupun penderita asma, didapatkan di alveoli dan

seluruh percabangan bronkus. Makrofag dapat menghasilkan berbagai

mediator antara lain leukotrin, PAF serta sejumlah sitokin. Selain berperan

dalam proses inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airway

remodeling. Peran tersebut melalui sekresi growth-promoting factors

untuk fibroblast, sitokin, PDGF dan TGF-α.

3.1.6. Manifestasi Klinis

Sesak napas mendadak, disertai fase ekspirasi yang memanjang

Wheezing

Batuk yang diserati serangan sesak napas yang intermittent

Rasa tidak nyaman di daerah retrosternal

Tachypnea

Orthopnea

Gelisah

Diaphorosis

Nyeri di abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernapasan.

12

Page 13: Portofolio Asma

Fatigue

Tidak toleran terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan berbicara

Sianosis sekunder

Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia

dan pelebaran tekanan nadi

Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan

dapat hilang secara spontan

3.1.7. Penegakan Diagnosis

1) Anamnesis

Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah

dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama

reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai

diagnostik.

Riwayat penyakit / gejala :

Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa

pengobatan

Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu

Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

Riwayat keluarga (atopi)

Riwayat alergi / atopi

Penyakit lain yang memberatkan

Perkembangan penyakit dan pengobatan

2) Pemeriksaan fisik

a) Perkusi dada : sonor sampai hipersonor

13

Page 14: Portofolio Asma

b) Auskultasi :

Vesikuler meningkat, disertai ekspirasi memanjang

Jika ada sekret, terdengar ronki kasar saat inspirasi dan

tumpang tindih dengan wheezing waktu inspirasi

Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan, sinus paranasalis,

kulit, perut dan anggota gerak infeksi di daerah ini dapat

merangsang serangan asma.

3) Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

Pemeriksaan darah : leukositosis, eosinofilia, IgE total, IgE

spesifik

Sputum

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan

degranulasi dari kristal eosinofil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel

cetakan) dari cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum,

umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi

dan kadang terdapat mucus plug.

b) Spirometri

c) Allergy testing

d) Radiologi

Asma ringan : normal

Menunjukkan komplikasi. Pada asma dengan obstruksi berat

didapatkan gambaran hyperlucent, dengan pelebaran sela iga,

diafragma rendah, penumpukkan udara di daerah refrosternal

tapi jantung masih dalam batas normal

EKG : sinus takikardia

3.1.8. Tatalaksana

14

Page 15: Portofolio Asma

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk

meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat

hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma

terkontrol).

Tujuan :

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

Mencegah eksaserbasi akut

Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin

Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise

Menghindari efek samping obat

Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel

Mencegah kematian karena asma

Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai

potensi genetiknya

Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik

antara dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat

tercipta apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia

mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci

keberhasilan pengobatan.

Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam

penatalaksanaan asma, yaitu:

KIE dan hubungan dokter-pasien

Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko

Penilaian, pengobatan dan monitor asma

Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut

Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dan

lain-lain

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1)

Penatalaksanaan asma akut/saat serangan dan 2) Penatalaksanaan asma

jangka panjang

15

Page 16: Portofolio Asma

1) Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)

Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang

harus diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya

dilakukan oleh pasien di rumah (lihat bagan 1), dan apabila tidak ada

perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus

cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya

serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan

fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya

diberikan pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan asma obat-

obat yang digunakan adalah :

bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)

kortikosteroid sistemik

Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis

kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak

memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat

diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral.

Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat

sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan

dalam waktu singkat 3- 5 hari.

Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan

kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium

bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip). Pada anak belum

diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV. Bila

diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV

Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen,

cairan IV, β2 agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi,

kortikosteroid IV, dan aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2

agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin

subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung

dirujuk ke ICU. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam

16

Page 17: Portofolio Asma

bentuk inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat

menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu (spacer).

2) Penatalaksanaan asma jangka panjang

Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk

mengontrol asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka

panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma. Prinsip

pengobatan jangka panjang meliputi:

Edukasi, mencakup :

Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan

Mengenali gejala serangan asma secara dini

Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu

penggunaannya

Mengenali dan menghindari faktor pencetus

Kontrol teratur

Obat asma, terdiri dari obat pelega dan pengontrol.

Obat pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat

pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan

dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma

digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol

lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis

diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol.

Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :

Inhalasi kortikosteroid

β2 agonis kerja panjang

antileukotrien

teofilin lepas lambat

Jenis obat Golongan Nama generik Bentuk/kemasan obat

17

Page 18: Portofolio Asma

Pengontrol(Antiinflamasi)

Pelega(Bronkodilator)

Steroid inhalasi

Antileukokotrin

Kortikosteroid sistemik

Agonis beta-2kerjalama

kombinasi steroid dan Agonis beta-2kerjalama

Agonis beta-2 kerja cepat

Antikolinergik

Metilsantin

Kortikosteroid sistemik

Flutikason propionatBudesonide

Zafirlukast

MetilprednisolonPrednison

ProkaterolFormoterolSalmeterol

Flutikason + Salmeterol.Budesonide + formoterol

Salbutamol

Terbutalin

Prokaterol

FenoterolIpratropium bromide

TeofilinAminofilinTeofilin lepas lambat

MetilprednisolonPrednison

IDTIDT, turbuhaler

Oral(tablet)

Oral(injeksi)Oral

OralTurbuhalerIDT

IDTTurbuhaler

Oral, IDT, rotacap solution

Oral, IDT, turbuhaler, solution, ampul (injeksi)

IDT

IDT, solutionIDT, solution

OralOral, injeksiOral

Oral, inhalerOral

18

Page 19: Portofolio Asma

BAB IV

PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN

4.1 Genogram Keluarga Tn. Makmun

Tn. Makmun, 56 tahun Ny. Suarni, 50 tahun

4.2 Analisis hasil home visit (9 Fungsi Keluarga)

4.2.1. Fungsi holistik

Fungsi holistik merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi

biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.

a. Fungsi Biologis

Keluarga Tn. Makmun mengaku memiliki riwayat keluarga

menderita asma. Ibu kandung Tn. Makmun menderita asma. Anak

laki-laki bungsu pasien juga menderita keluhan sesak yang sama. Istri

Tn. Makmun memiliki riwayat alergi makanan laut, berupa timbul

bentol-bentol merah gatal di seluruh tubuh. Sedangkan anak pertama

dan kedua, menurut Tn. Makmun dan istrinya tidak menunjukkan

adanya keluhan seperti asma, alergi kulit, alergi makanan maupun

keluhan sering bersin di pagi hari. Keluarga Tn. Makmun menyangkal

adanya riwayat hipertensi, kencing manis, maupun penyakit keturunan

lain, selain asma dan alergi makanan. Walaupun begitu, dapat

dikatakan bahwa fungsi biologis keluarga Tn. Makmun dan Ny. Suarni

cukup baik.

19

Laila, 32 tahun Fauzi, 26 tahunHasan, 28 tahun

Page 20: Portofolio Asma

b. Fungsi Psikologis

Keluarga Tn. Makmun menyatakan bahwa terdapat kerjasama

yang baik di dalam anggota keluarga. Apabila terdapat masalah, maka

akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Meskipun anak pertama

dan kedua telah berkeluarga dan tinggal di rumah yang berbeda,

namun jika terdapat masalah kelurga, keluarga Tn. Makmun akan tetap

saling berhubungan via telepon untuk berdiskusi dan mencari

pemecahan masalah bersama. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.

c. Fungsi Sosial-Ekonomi

Tn. Makmun bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Boom Baru dan

Ny. Suarni adalah seorang ibu rumah tangga. Anak ketiga yaitu Tn.

Fauzi bekerja sebagai karyawan di perusahaan telekomuniksi. Dari

sudut pandang ekonomi, keluarga Tn. Makmun merupakan kelurga

dengan ekonomi menengah.

Tn. Makmun dan istri mengaku tidak pernah mengalami konflik

dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam

kegiatan di sekitar rumahnya. Dari sudut pandang sosial, keluarga Tn.

makmun memiliki sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar.

4.2.2. Fungsi fisiologis

Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR

score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau

dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

a. Adaptation

Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,

saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama

yang lainnya serta mengambil keputusan secara musyawarah.

.

20

Page 21: Portofolio Asma

b. Partnership

Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling berbagi

informasi meskipun anak pertama dan kedua telah berkeluarga yang

tinggal di luar kota, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap

masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

c. Growth

Keluarga ini juga saling memberikan dukungan dan memotivasi

antar anggota keluarga akan hal-hal yang baru dan bermanfaat yang

dilakukan anggota keluarga tersebut.

d. Affection

Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini

sudah terjalin dengan cukup baik.

e. Resolve

Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup baik dan

selalu memanfaatkan waktu bersama sebaik-baiknya dengan anggota

keluarga lainnya saat semua anggota keluarga dapat berkumpul.

Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 8,5 dengan interpretasi Baik.

(Data terlampir).

4.2.3. Fungsi patologis

Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian

sebagai berikut.

a. Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.

b. Culture, keluarga ini memberikan respon yang baik terhadap budaya,

tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.

c. Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya.

d. Economic, status ekonomi keluarga ini cukup.

e. Educational, tingkat pendidikan keluarga ini tergolong cukup. Tn.

Makmun tamatan SLTP, Ny. Suarni tamatan SD dan Tn. Fauzi

tamatan SLTA.

21

Page 22: Portofolio Asma

f. Medical, keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan kesehatan

yang memadai dan segera mencari pengobatan ke puskesmas bila

mengalami penurunan kondisi kesehatan.

4.2.4. Fungsi hubungan antarmanusia

Hubungan interaksi antar anggota keluarga maupun antar keluarga

dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik dibuktikan dengan

seringnya keluarga Tn. Makmun aktif berpartisipasi di dalam kegiatan

sosial di lingkungan tempat tinggal.

4.2.5. Fungsi Keturunan (genogram)

Keluarga Tn. Makmun dan Ny. Suarni mempunyai 3 anak, 2 laki-

laki dan 1 perempuan. Anak pertama dan kedua sudah berkeluarga dan

telah memiliki anak masing-masing. Fungsi keturunan ini dalam keadaan

baik.

4.2.6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)

Fungsi perilaku keluarga, cukup baik. Namun demikian, masih

terdapat tindakan yang kurang tepat di dalam menghadapi penyakitnya.

Tn. Makmun jarang menggunakan masker saat bekerja, masih sering

berkumpul dengan orang-orang yang merokok dan kurang menjaga pola

hidupnya seperti olahraga ringan teratur untuk menjaga kesehatannya.

4.2.7. Fungsi Nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)

Lingkungan kerja Tn. Makmun kurang sehat. Namun, dengan

sesama pekerja dan para tetangga keluarga ini menjalin kerjasama dengan

baik. Keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan

kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit tidak terlalu jauh.

22

Page 23: Portofolio Asma

4.2.8. Fungsi indoor

Gambaran lingkungan di dalam rumah sudah memenuhi syarat-

syarat kesehatan, lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi,

sirkulasi udara dan pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban

ada di dalam rumah, pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.

4.2.9. Fungsi outdoor

Gambaran lingkungan di luar rumah cukup, jarak rumah keluarga

Tn. Makmun dengan rumah tetangganya agak rapat, perumahan di dekat

sungai Boom Baru, sehingga warga sering membuang sampah ke sungai.

Jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh sehingga tidak ada kebisingan

di sekitar rumah. Namun, kebersihan di sekitar perumahan bersih dan jalan

menuju perumahan ini juga baik.

4.3. Upaya Pencegahan dan Pembinaan

Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku pembina

kesehatan keluarga Tn. Makmun dapat ditinjau dari beberapa aspek.

a. Diseased-oriented point of view

Dalam rangka tatalaksana penyakit Tn. Makmun berupa asma

bronkial, saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu

penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Pada

penatalaksanaan non farmakologis, saya menekan pada konsep

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan mengenai penyakit

yang diderita, penyebab penyakit, dan faktor pencetus yang memperparah

penyakit. Saya juga menekankan pentingnya kepatuhan di dalam

penatalaksanaan dan kontrol penyakit. Penatalaksanaan farmakologis

yang saya berikan pada Tn. Makmun berupa Aminifilin 150 mg dan

Prednison 5 mg karena Tn. Makmun sudah memakai obat tersebut 2

tahun. Diberikan juga ambroxol 30 mg untuk keluhan batuk dan vitamin

B kompleks.

23

Page 24: Portofolio Asma

DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. 2005. Medicine at a glance. Jakarta:Erlangga

Fajar, A. N. 2009. Cuaca Dingin Picu Timbulnya Asma. (h ttp /:/www.fajar.co.idkoran1260979218FAJAR.OLG_17_28.pdf , Diakses pada tanggal 29 September 2015)

Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit. Jakarta:EGC

Ikawati, Z. 2009. Lecture Note: Asma.ppt. (http :// zulliesikawati.staff.ugm.ac.idwp-contentuploadsasthma.pdf , Diakses pada tanggal 29 September 2015).

Kumar, R. 2004. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol 1. Jakarta : EGC.

PDPI. 2012. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia . Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta

Price A., Sylvia, M. Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta.

24

Page 25: Portofolio Asma

LAMPIRAN 1

DENAH RUMAH

25

KAMAR 2

KAMAR 1

RUANG MAKAN

WCDAPUR

TERAS

RUANG TAMU

Page 26: Portofolio Asma

LAMPIRAN 2

APGAR SCORE

Skor untuk masing-masing kategori adalah :

0 = Jarang/tidak sama sekali

1 = Kadang-kadang

2 = Sering/selalu

Tiga kategori penilaian yaitu :

≤ 5 = Kurang

6-7 = Cukup

8-10 = Baik

Rata-rata APGAR score pada keluarga ini = 8,5 (Baik)

26

Variabel

Penilaian

APGAR

Ayah

APGAR

Ibu

Adaptation 2 2

Partnership 2 2

Growth 2 2

Affection 1 2

Resolve 1 1

Total 8 9

Page 27: Portofolio Asma

LAMPIRAN 3

SCREEM SCORE

Variabel Penilaian Penilaian

Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup

baik.

Culture Keluarga ini memberikan respon yang baik terhadap

budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan

santun.

Religious Keluarga ini taat menjalankan ibadah sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya.

Economic Status ekonomi keluarga ini cukup.

Educational Tingkat pendidikan keluarga ini tergolong cukup.

Tn.Makmun tamtan SLTP, Ny. Suarni adalah

tamatan SD dan Tn. Fauzi adalah tamatan SLTA.

Medical Keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan

kesehatan yang memadai.

27