pondasi cerucuk

Upload: ronggosaja

Post on 14-Oct-2015

163 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Perhitungan dan juga pegertian mengenai pondasi cerucuk

TRANSCRIPT

  • 1

    FENOMENA CERUCUK SEBAGAI PENINGKATAN DAYA DUKUNG DAN MEREDUKSI PENURUNAN BEBAN

    BANGUNAN DI ATAS TANAH LEMBEK Ir. Muhrozi, MS. (Ka. Lab. Mekanika Tanah Undip)

    1. Pendahuluan

    Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan

    cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan

    rumah/gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water

    dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan matras bambu

    mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk dasar reklamasi pantai

    atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.

    Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan

    cerucuk belum ada acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan

    pangalaman masing-masing Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak

    kurang aman atau terlalu aman sehingga kurang efektif.

    Agar para Perencana dan Teknisi merasa yakin dalam merencanakan konstruksi

    cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman

    perhitungan cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan

    metode perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang

    analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan model di

    laboratorium atau skala penuh.

    Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk

    tersebut dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi

    penurunan tanah, akan tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan

    peningkatan daya dukung tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk

    bambu/dolken dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih

    ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan dengan

    mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh para perencana.

    Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman

    teknis Tata cara Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek

  • 2

    dan Tanah Gambut No.029/T/BM1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur

    Jendral Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Dari

    pedoman teknis tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan.

    Penulis sekitar tahun 1996 mendapat permasalahan menentukan jenis pondasi

    ground reservoir, gedung bertingkat menengah, oprit jembatan dan bangunan air

    didaerah rawa atau pasang surut yang sulit untuk dijangkau oleh peralatan berat,

    masa perencanaan yang terbatas maka dengan peralatan uji tanah yang cukup

    sederhana (sondir, bor manual, vane shear, soil test dan oedometer), maka

    peningkatan daya dukung tanah dan berkurang-nya penurunan bangunan dengan

    cerucuk secara sederhana dapat dibuktikan.

    2. Ide-ide Yang Mendasari Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional

    Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998,

    menceritakan pengalamnya pada waktu membangun gedung Laboratorium Unair

    Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu berdiameter 12 cm dan panjang

    4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul-betul terlepas dari struktur

    pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang

    sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua

    kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting

    yang perlu dicatat yaitu :

    Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat

    geser tanah secara keseluruhan akan meningkat.

    Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25

    kg/cm dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm.

    Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah

    lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak

  • 3

    cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua) kali lipat dari

    aslinya.

    Studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh

    Abdul Hadi, Tesis S2, 1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi

    telapak bercerucuk dengan ukuran 20 x 20 cm. Dengan konfigurasi jarak cerucuk

    dapat disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek dan jumlah

    cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya dukung pondasi

    telapak yang cukup besar.

    Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2,

    menunjukkan bahwa model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak

    4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5 jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak

    menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung

    dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5 d, dan model

    8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat

    dihitung sebagai blok tiang.

    Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan

    peningkatan cohesi undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang

    dilakukan pada tanah dalam box, dengan jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi

    cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat kondisi ini berarti

    terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai

    kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah

    pondasi akan besar.

    Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang

    dilakukan oleh Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada

    tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk). Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul

    Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di daerah terboyo Semarang. Dari hasil

    penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu tidak dapat

    dikatakan sebagai Pondasi tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung

    tanah pendukung pondasi.

  • 4

    3. Rujukan Teori Pada kenyataanya besarnya kuat geser tanah sangat bervariasi, tergantung dari

    kondisi tanah dan merupakan fungsi dari beberapa factor yang sangat komplek,

    secara keseluruhan persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut :

    S = f (C,c,e,,,,,H,st,,w)

    Dimana : C : tekanan kompresi : kecepatan regangan

    c : kohesi tanah H : sejarah pembebanan

    e : angka pori tanah st : struktur tanah

    : sudut geser dalam tanah : berat isi tanah

    : tegangan efektif tanah w : kadar air

    : regangan

    Secara phisik kekuatan geser tanah merupakan sumbungan dari tiga komponen pada

    tanah yang bersangkutan, yaitu :

    Sifat bidang geser antar partikel Kohesi dan adhesi partikel tanah Bidang kontak yang saling mengunci antar partikel tanah untuk menahan

    deformasi.

    Secara teoritis kuat geser tanah ditentukan oleh banyak fariabel, akan tetapi fariabel

    yang dominan adalah : kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah (). Pada tahun 1910

    oleh Mohr-Coulomb, mendefinisikan kuat geser tanah sebagai berikut :

    S = c + tan Kuat geser tanah efektif dapat ditulis sebagai berikut : S = c + (-u) tan = c + tan Untuk kondisi tanah yang jenuh air, dimana = 0 maka persamaan tersebut menjadi berikut :

    S = Cu

  • 5

    3.1. Daya Dukung Tanah

    Banyak para pakar telah merumuskan daya dukung tanah, seperti : Terzaghi,

    Mayerhof, Hansen, Vesic dan lainnya. Daya dukung tanah merupakan fungsi dari

    nilai kuat geser tanah (), kohesi tanah (c), berat isi tanah (), kedalaman pondasi

    (D) dan bentuk pondasi, dapat diterangkan secara umum sebagai berikut :

    q ult. = f (c,,,D) Persamaan umum daya dukung tanah oleh Terzaghi, untuk tanah c, soil dapat

    dituliskan sebagai berikut :

    q ult. = c Nc + D Nq + 0,5 B N Sedangkan untuk tanah yang jenuh air (c-soil) dimana = 0 maka Nq : 0, dan N : 0

    sehingga rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :

    q ult. = Cu Nc Nc = 5,14 5,70 atau q ult. = (2.57 2.85) qu Dimana : q ult. : daya dukung tanah batas

    Cu : kuat geser undrained dapat ditentukan dengan uji vane shear,

    unconfined dan secara emperik data sondir Cu = qc / (15 30) B : lebar pondasi

    qu : kuat tekan bebas (kg/cm2)

    q = x D D,c,

    Gambar-1 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal

  • 6

    3.2. Peningkatan Kuat Geser Tanah

    Besarnya nilai kuat geser tanah undrained (Cu) dapat dipengaruhi oleh sifat fisik,

    seperti : kepadatan tanah (), void ratio (e), ukuran butir tanah, jenis tanah dan

    peristiwa/sejarah pembebanan (Pc), untuk hal tersebut nilai kuat geser tanah jenuh

    dapat ditulis sebagai berikut :

    Cu = f (e, Pc, , .) Peningkatan kuat geser tanah selalu diikuti dengan semakin kecil nilai angka pori (e)

    dan bertambahnya kepadaan tanah akibat dari bertambahnya tegangan efektif yang

    terjadi pada tanah tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengujian Oedometer.

    Dari hasil pengujian oedometer (konsolidasi), selalu diberikan grafik semi logaritma

    hubungan antara void ratio (e) dangan dengan beban (P). pada grafik tersebut

    menunjukkan : semakin besar beban (P) yang bekerja maka nilai void ratio (e)

    semakin kecil seperti gambar berikut :

    Gambar-2, Hubungan Void ratio (e) vs semi LogP Kuat geser undrained tanah akan meningkat seiring dengan terjadinya peristiwa

    konsolidasi, dimana semakin besar beban kerja (P) yang terjadi pada lapisan tanah

    maka nilai angka pori tanah (e) semakin kecil sehinga nilai kuat geser tanah akan

    meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh LADD dkk. 1977 dan MESRI

    1975 menunjukkan bahwa tanah yang mengalami konsolidasi normal akan

    e

    P

    P (kg/cm2) (log)

    Voi

    d ra

    tio (e

    )

  • 7

    merngalami peningkatan kuat geser tanah sesuai tambahan beban yang terjadi,

    sebagai berikut :

    Cu = (0.20 0.30) v

    Dimana : Cu : tambahan kuat geser tanah (kg/cm2)

    v : tambahan tegangan tanah vertical efektif

    Merujuk hasil test Oedometer pada grafik semi logaritma hubungan antara angka

    pori (e) dengan tegangan yang bekerja pada tanah, mempunyai hubungan unik yaitu

    : semakin besar tegangan yang bekerja pada tanah maka nilai angka pori semakin

    kecil. Dengan menganggap volume cerucuk yang dimasukkan kedalam lapisan

    lempung lunak merupakan butiran tanah (Vs) dan tanah dianggap material tidak

    mampu mampat maka akan mengalami perubahan nilai angka pori sebagai berikut :

    Gambar-3, Hubungan Komposisi Volume Tanah

    Nilai angka pori tanah asli sebelum ada cerucuk, tanah jenuh :

    eo = Vv / Vs atau eo = (V Vs) / (Vs) eo = V / Vs 1

    Bila volume cerucuk (Vc) yang relative kecil dianggap sebagai butiran tanah dan

    dimasukkan kedalam tanah jenuh maka nilai eo menjadi lebih kecil (e1), sehingga

    persamaan diatas menjadi :

    Air

    Udara

    Butir

    V

    Va

    Vu

    Vb

    Vv

  • 8

    e1 = V/(Vs+Vc) 1

    Dengan anggapan bahwa Volume total tanah (V) dan volume void (Vs) mempunyai

    satu satuan masa ( 1) maka terdapat perubahan atau penurunan void rasio (e)

    sebagai berikut :

    e = 1/(1+Vc) 1

    dimana : eo : angka pori awal sebelum ada cerucuk

    e1 : angka pori setelah ada cerucuk

    e : perubahan angka pori adanya penambahan volume cerucuk

    Vvo : volume void awal sebelum ada cerucuk

    Vso : volume butir awal sebelum ada cerucuk

    Vc : volume cerucuk

    Secara ilustrasi bila dimodelkan untuk meyakinkan hipotesis ide Penulis, dapat

    dilihat pada gamabar berikut :

    Gambar-4, Hubungan Komposisi Volume Tanah

    Vane Shear

    V Cerucuk

    V Cerucuk

    Sondir

  • 9

    Volume butir untuk tanah setelah diberi cerucuk akan lebih besar dari sebelum

    diberi cerucuk, sehingga nilai angka pori awal (eo) lebih besar dari angka pori

    setelah diberi cerucuk (e1), atau eo - e1 = e .

    Dengan mengeplotkan nilai angka pori eo dan e dari data test Oedometer tanah asli

    atau tanah sebelum diberi cerucuk maka akan didapat Po dan P1, sehingga akan

    didapat besarnya pertambahan tegangan (P) sesuai dengan bertambah kecilnya

    nilai e1 sesuai dengan jarak cerucuk yang dipasang.

    Dengan mengetahui pertambahan nilai tegangan pada tanah (P) akibat dipasang

    cerucuk maka dapat ditentukan pertambahan kuat geser undrained (Cu) = (0.20

    0.30) v , sehingga daya dukung tanah dapat ditentukan sebagai berikut :

    q ult. = Cu Nc Nc : 5,14 sebelum ada cerucuk q ult. = (Cu + Cu) Nc Nc : 5,14 setelah ada cerucuk

    4. Penomena yang Akan Terjadi pada Cerucuk A. Penomena konstruksi cerucuk bila jarak antar cerucuk terlalu jauh dapat dianggap

    sebagai pondasi tiang mengambang/floating pile. Dan terdapat tambahan daya

    dukung tanah akibat bidang runtuh tertahan oleh cerucuk

    Gambar-5, Pondasi Dangkal Dengan Jarak Cerucuk Jauh

    q = x D D ,c,

  • 10

    B. Penomena apabila jarak antar cerucuk cukup pendek dan lebar bangunan cukup besar

    maka ada tambahan daya dukung tanah dasar akibat q = x D

    Gambar-6, Pondasi Dangkal dengan Jarak Cerucuk Pendek

    C. Fenomena bulk pressure terhadap tanah lunak apabila jarak antar cerucuk cukup

    pendek atau terlalu jauh.

    Gambar-7, Penomena Bulk Pressure dengan Cerucuk

    L2/3L

    Jarak Cerucuk Jauh

    Jarak Cerucuk dekat

    D

    D

    q = x D

  • 11

    D. Fenomena penurunan bangunan apabila jarak antar cerucuk cukup pendek atau terlalu

    jauh, bila jarak antar cerucuk cukup pendek maka dapat mengurangi penurunan bangunan.

    Gambar-8, Fenomena Penurunan Tanah

    5. Contoh dan Studi Kasus

    Contoh dan studi kasus ini mengambil data uji tanah bulan Mei 2009, rencana pembangunan tower di Ds. Jombang, Purworejo.

    Muka air tanah pada kedalaman -0,50 m dari muka tanah asli dan jenis tanah lempung kelanauan (CL)

    Cerucuk dicoba pada kedalaman -1,50 m s/d 5,50 m, data kosolidasi (uji Oedometer) pada kedalaman -4,0 m.

    Dari data sondir (S2) nilai konus pada kedalaman -4,0 m, qc rata-rata = 6,60 kg/cm2 Cuo = qc/(15 30) = 6,60 / 25 = 0,26 kg/cm2.

    Daya dukung tanah ijin awal q all. awal = Cuo x Nc / FK q all. awal = 0,26 x 5,14 / 3 = 0,44 kg/cm2

    1

    2/3 L L

    01 < 0

  • 12

    Dicoba diameter cerucuk =12 cm dan susunan cercuk 2 tipe, tipe-1 jarak 0,50 m dan tipe-2 jarak 0,40 cm, seperti gambar berikut :

    Gambar-9, Susunan Cerucuk

    Volume tiap cerucuk satuan kedalaman (vc) = 113,04 cm3, sehingga prosentase cerucuk terhadap luasan tanah 1,0 m dapat dihitung sebagai berikut :

    - vc jarak 50 cm = 4 x 113,04 / 10000 = 0,046 atau 4,6 %

    e = 1/(1+0,046) 1 = - 0,044 e11 = eo + e = 1,30 - 0,044 = 1,256

    - vc jarak 40 cm = 9 x 113,04 / 14400 = 0,071 atau 7,1 %

    e = 1/(1+0,071) 1 = - 0,067 e12 = eo + e = 1,30 - 0,067 = 1,233

    Mencari eo pada kedalaman -4,0m dengan grafik e vs log P (uji konsolidsi) - Po = 0,5 x 1,65 + 3,5 x (1,65 -1 ) = 3,10 t/m2 = 0,31 kg/cm2

    - Dari grafik didapat eo = 1,30, sehingga nilai e pada tipe 1 dan tipe 2 dapat

    dihitung sebagi berikut :

    e11 = eo + e = 1,30 - 0,044 = 1,256

    e12 = eo + e = 1,30 - 0,067 = 1,233

    - Dari grafik akan besarnya beban yang akan timbul sebesar :

    P1.1 sebesar = 0,80 kg./cm2 dan

    P1.2. sebear = 1,40 kg/cm2

  • 13

    0.1 1 10 1000.7

    0.9

    1.1

    1.3

    1.5

    P ( kg/cm2)

    Voi

    d R

    atio

    ( e

    )

    Gambar-10, Grafik e vs Log P, untuk mencari nilai e dan P

    Sehingga pertambahan beban (P)dan nilai kuat geser tanah (Cu ) sebesar : P1.1 = 0,80 - 0,31 = 0,49 kg/cm2

    Cu.1.1.= (0,2 0,3 ) P1.1 = 0,123 kg/cm2 P1.2 = 1,40 - 0,31 = 1,09 kg/cm2

    Cu.1.2 = (0,2 0,3 ) P1.2 = 0,273 kg/cm2 Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 50 cm dapat

    dihitung sebagai berikut :

    Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + Cu.1.1 = 0,26 + 0,123 = 0,383 kg/cm2

    Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK

    = 0,383 x 5,14 / 3 = 0,66 kg/cm2

    Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,66 kg/cm2 Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 40 cm dapat

    dihitung sebagai berikut :

    Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + Cu.1.1 = 0,26 + 0,273 = 0,533 kg/cm2

    P0 = 0,31 P11 = 0,80

    P12 = 1,40

    e0 =1,31

    e11 =1,25

    e12 =1,23

  • 14

    Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK

    = 0,533 x 5,14 / 3 = 0,91 kg/cm2

    Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,91 kg/cm2 dengan kata lain meningkat 2 (dua) kali lipat.

    Contoh proyek yang dihitung dengan cara sederhana tersebut cukup banyak, seperti di daerah Tambilahan & Bengkalis Riau, Daerah Jambi, Kaltim, Semarang

    (Semarang bawah, oprit jembatan Bangetayu H timb. = 12 m) dan lokasi lain

    Wilayah Pantura Jawa.

    Pembuktian bahwa dengan pemasangan cerucuk diatas tanah lembeh/lunak dapat memperkecil penurunan konstruksi bangunan mudah untuk dibuktikan dan

    pembaca makalah ini dapat menghitungnya.

    6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan

    1. Suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On

    Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur,1998, kemungkan dapat

    terjawab.

    2. Formulasi perhitungan peningkatan daya dukung diatas tanah lembek/lunak

    menggunakan cerucuk diatas, masih sebatas pada pemikiran Penulis dan perlu

    mendapat masukan dari para Pakar dan penelitian dengan sekala penuh di

    Lapangan.

    3. Tulisan ini semoga bermanfaat.

    6.2. Saran-saran

    1. Karena makalah ini masih pada taraf pemikiran dan hepotesis, sebaiknya dikaji

    lebih jauh dengan para Pakar yang berkompeten.

    2. Mahasiswa Teknik Sipil diminta untuk mengembangkan fenomena yang

    dianggap menarik oleh salah satu Bapak Teknik Sipil Kita (Prof. DR. Ir. R.

    Roeseno).

  • 15

    Daftar Pustaka

    - A.HADI, (1990), Studi Daya Dukung Pondasi Tiang Terucuk Pada Model

    Berskala Kecil, Bandung

    - ALLEN G.P, deltic Sediment in the Moderend on Miocen Mahakam Delta Total

    Exploration Laboratory, Pessac France, 1987.

    - DUNN I.S, ANDERSON L.R KEIFER F.W, Fundaof geotechnical Analysis,

    John Wiley & Sons, New York.

    - FU. HUA CHEN, Foundation on Expansive Soils, Elsevier Scientifik

    Publicishing Company, 1975 New York.

    - JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis

    Tanah (Mekanikan Tanah), Erlangga 1989

    - Muhrozi, Konsep Perhitungan Cerucuk Bambu Sebagai Upaya Peningkatan

    Daya Dukung Tanah, Semarang

    - POULUS, H.G. & DAVIS, E.H, (1980), Pile Foundation Analysis And Design,

    John Wiely and Sons, Inc.

    - R. ROOSSENO, Foundation Of Three to Four Storeya Small Buildings on Wet

    Very Soft Soil pada Asian regional Conferention on Tall Builtding and Urban

    habitat, Kuala Lumpur.

    - SOELARNO, D.S, (1986), Diskusi Beberapa Cara Untuk Menentukan Beban

    Batas Tiang Tunggal Dari Hasil Percobaan Langsung Di Lapangan, Jakarta

    - TOMLINSON, M.J, (1977), Pile Foundation And Construction Practice,

    London.

    - Y. Daryanto, dkk. (1995), Perbaikan Daya Dukung Tanah Dengan Cerucuk

    Bambu di Pantai Utara Semarang

    - ZANUSI, F.X, (1988), Daya Pikul Ultimate Terhadap beban Axial Tiang

    Tunggal, Simposium nasioanl HATTI . Jakarta.

    - JOSEPHE E,BOWLES, Analisa dan Desain Pondasi Erlangga 1986

    - JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis

    Tanah (Mekanikan Tanah), Erlangga 1989

  • 16

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7.00

    8.00

    9.00

    10.00

    11.00

    12.00

    13.00

    14.00

    15.00

    16.00

    17.00

    18.00

    19.00

    20.00

    0 50 100 150 200 250

    0 100 200 300 400 500

    D

    EPTH

    ( m

    eter

    )

    Cone Resistance (kg/cm2)

    Total Friction (kg/cm')

    Cone Resistance (qc)

    Total Frictions (TF)

    TF

    qc

    CERUCUK

  • 17