political efficacy sense of community dan faktor...
TRANSCRIPT
POLITICAL EFFICACY, SENSE OF COMMUNITY DAN FAKTOR
DEMOGRAFIS SEBAGAI PREDIKTOR POLITICAL TRUST PADA
MAHASISWA DI DKI JAKARTA
SKRIPSI
1
2 Oleh :
3 Muhammad Ilham Fahreza
4 11140700000160
5 FAKULTAS PSIKOLOGI
6 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
7 JAKARTA
8 1440 H / 2019 M
v
MOTTO
“HIDUP LAYAKNYA MENAIKI SEBUAH
SEPEDA. UNTUK TETAP SEIMBANG, KAMU
HARUS TERUS BERGERAK”
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Juni 2019
(C) Muhammad Ilham Fahreza
(D) Political efficacy, sense of community dan faktor demografis sebagai
prediktor political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta
(E) Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah ada pengaruh yang
signifikan antara political efficacy, sense of community dan faktor
demografis pada political trust. Adapun dimensi-dimensi dari setiap
variabel besar yang ingin diketahui pengaruhnya dengan political trust
adalah internal political efficacy, external political efficacy, membership,
influence, integration and fulfillment of needs, shared emotional connection,
dan jenis kelamin. Populasi dalam penelitian ini adalah 205 mahasiswa yang
berasal dari UIN Jakarta, UHAMKA Jakarta dan UAI serta aktif sebagai
pengurus Organisasi intra atau ekstra Kampus. Penelitian menggunakan
analisis faktor konfimatorik untuk menguji validitas konstruk alat ukur dan
uji hipotesis penelitian menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil uji hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
dari political efficacy, sense of community dan faktor demografis terhadap
political trust pada mahasiswa/i yang menempuh perguruan tinggi di DKI
Jakarta. Berdasarkan proporsi varian seluruhnya, political trust dipengaruhi
oleh variabel independen sebesar 13,4%. Peneliti berharap implikasi dari
hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian
selanjutnya.
Bahan bacaan: 34 (jurnal + artikel + website)
Kata Kunci: Political Trust, Political Efficacy, Sense of Community, Faktor
Demografis
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
(B) June 2019
(C) Muhammad Ilham Fahreza
(D) Political efficacy, sense of community and factors demographic as
predictors of political trust in students in DKI Jakarta
(E) This study aims to find out whether there is a significant influence of
political efficacy, sense of community and factors demographic on political
trust. The dimensions of each large variable that wants to know its influence
with political trust are internal political efficacy, external political efficacy,
membership, influence, integration and fulfillment of needs, shared
emotional connections and gender.The population in this study were 205
students from UIN Jakarta, UHAMKA Jakarta and UAI and were active as
administrators of intra or extra campus organizations. The study used
confirmatory factor analysis to test the construct validity of the measuring
instrument and the research hypothesis test using multiple regression
analysis techniques.The results of this research hypothesis test are that there
is a significant effect of political efficacy, sense of community and
demographic factors on political trust in students who study at Islamic
Universities in DKI Jakarta. Based on the proportion of variants entirely,
political trust is influenced by the independent variable of 13,4%. The
researcher hopes that the implications of the results of this study can be
reviewed and developed in future studies.
Reading material: 34 (journals + articles + websites)
Keywords: Political Trust, Political Efficacy, Sense of Community, Factors
Demographic
viii
KATA PENGANTAR
Bissmillaahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur
ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat dan ridhoNya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
teriring salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar, Nabiyullah
Muhammad SAW. yang telah berjuang keras untuk menyempurnakan akhlak al-
karimah serta membawa khazanah ilmu pengetahuan melalui al-Qur’an dan al-
Hadits.
Penyusun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kepada Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi
beserta wakil-wakil Dekan; Bapak Bambang Suryadi, Ph. D, Wadek Bidang
Akademik; Ibu Yufi Adriani, Ph.D, Psi, Wadek Bidang Administrasi; Ibu Dr.
Yunita Faela Nisa, M.Psi, Wadek Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
2. Dr. Achmad Syahid, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
berhasil menghadirkan diskusi yang renyah dan berkualitas dalam penulisan
skripsi ini, yang selalu sabar meskipun mahasiswa-mahasiswi bimbingannya
seringkali menghilang dan lamban dalam mengerjakan skripsi.
3. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada seluruh responden yaitu mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta), Universitas Muhammadiyah
Prof.Dr.Hamka Jakarta (UHAMKA Jakarta) dan Universitas Al-Azhar
Indonesia (UAI) yang telah menolong penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
5. Kedua orang tua dan ketiga saudara-saudari yang penulis cintai, terima kasih
banyak atas segala do’a, cinta, kasih sayang, dukungan, perhatian, dorongan
dan pengertian pada penulis. Yang menjadi motivasi dan selalu mengingatkan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas
Psikologi (PMII KOMFAPSI) yang setiap harinya memberikan stimulus
untuk segera lulus dan melanjutkan jenjang karir yang lebih tinggi.
ix
7. Teman-teman yang selalu ada disaat penulis membutuhkan ruang untuk
berbagi cerita dan telah menjadi pendengar yang baik yaitu Khansa
Khairunnisa, Diah Lestari dan Uzdatul Ilma.
8. Teman-teman yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini yaitu
Vega Ayu, Siti Fatimah, Muhammad Fachrully, Fuad Seling, Hasan Basri dan
Syamsul Huda.
9. Grup musik Efek Rumah Kaca, The Beatles dan sederet musisi lainnya yang
berperan memberikan energi dan menemani ribuan jam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
maka penulis mohon maaf apabila ada kekurangan. Akhir kata penulis
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.
Jakarta, 5 Agustus 2019
Penulis
Muhammad Ilham Fahreza
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….......................ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ....................................................................................... 14
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 15
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 15
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 16
1.6 Sistematika Penulisan.......................................................................................16
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 18
2.1 Political Trust ................................................................................................ 18
2.1.1 Definisi political trust ........................................................................... 18
2.1.2 Dimensi political trust .......................................................................... 19
2.1.3 Pengukuran political trust ..................................................................... 20
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi political trust ................................. 22
2.2 Political Efficacy ............................................................................................ 26
2.2.1 Definisi political efficacy ...................................................................... 26
2.2.2 Dimensi political efficacy ..................................................................... 27
2.2.3 Pengukuran political efficacyt ............................................................... 29
2.3 Sense of Community ........................................................................................ 31
2.3.1 Definisi sense of community ................................................................. 31
2.3.2 Dimensi sense of community ................................................................. 32
2.3.3 Pengukuran sense of community ........................................................... 35
2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 36
2.5 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 39
2.5.1 Hipotesis Mayor .................................................................................... 39
2.5.2 Hipotesis Minor .................................................................................... 39
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 41
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel ..................................... 41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi ..................................................................... 42
xi
3.3.1 Variabel penelitian ................................................................................ 42
3.3.2 Definisi operasional variabel ................................................................ 43
3.3 Pengumpulan data ........................................................................................... 44
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 44
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 45
3.4 Pengujian Validitas Alat Ukur ........................................................................ 48
3.5 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur ................................................................... 50
3.5.1 Uji validitas konstruk political trust ..................................................... 50
3.5.2 Uji validitas konstruk internal political efficacy .................................. 52
3.5.3 Uji validitas konstruk external political efficacy .................................. 53
3.5.4 Uji validitas konstruk membership ....................................................... 54
3.5.5 Uji validitas konstruk influence ............................................................ 55
3.5.6 Uji validitas konstruk integration and fulfilment of needs .................... 56
3.5.7 Uji validitas konstruk shared emotional connection ............................. 58
3.6 Metode Analisis Data ...................................................................................... 59
3.7 Prosedur Penelitian.......................................................................................... 62
3.7.1 Tahap persiapan .................................................................................... 63
3.7.2 Tahap pelaksanaan ................................................................................ 63
3.7.3 Tahap pengolahan data ......................................................................... 63
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 64
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................................... 64
4.2 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 65
4.3 Kategorisasi Variabel ...................................................................................... 67
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ........................................................................ 69
4.4.1 Uji Hipotesis Mayor .............................................................................. 70
4.4.2 Uji Hipotesis Minor .............................................................................. 73
4.4.2.1 Uji Homogenitas……………………………………………………. 75
4.5 Proporsi Varian……………………………………………………………… 75
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 78
5.1 Kesimpulan……………… ............................................................................. 78
5.2 Diskusi……………… .................................................................................... 79
5.3 Saran……… .................................................................................................... 83
5.3.1 Saran Metodologis…… ........................................................................ 83
5.3.2 Saran Praktis…… ................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85
LAMPIRAN ......................................................................................................... 89
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan favorable dan unfavorable....................................45
Tabel 3.2 Blueprint skala Political Trust…………………………………………...46
Tabel 3.3 Blueprint skala Political Efficacy…………………………………...........47
Tabel 3.4 Blueprint skala Sense of Community……………………………………..48
Tabel 3.5 Muatan Faktor item Political Trust……………………………………....51
Tabel 3.6 Muatan Faktor item Internal Political Efficacy.........................................52
Tabel 3.7 Muatan Faktor item External Political Efficacy………………………....53
Tabel 3.8 Muatan Faktor item Membership………………………………………...55
Tabel 3.9 Muatan Faktor item Influence……………………………………………56
Tabel 3.10 Muatan Faktor item Integration and Fulfillment of Needs……………..57
Tabel 3.11 Muatan Faktor item Shared Emotional Connection……………………59
Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian……………………………………………...64
Tabel 4.2 Distribusi statistik variabel penelitian……………………………………66
Tabel 4.3 Rumus kategorisasi skor.............................................................................67
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel………………………………………………..68
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi…………………………………………70
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV………………………….71
Tabel 4.7 Koefisien Regresi…………………………………………………….…..72
Tabel 4.8 Uji Homogenitas (T-Test)…………………………….………………….75
Tabel 4.9 Model summary proporsi varian tiap IV Terhadap DV…………………..76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka berpikir…………………………………………………..38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian.............................................................................89
Lampiran 2 Path Diagram………………………………………………………..99
Lampiran 3 Output Regresi……………………………………………………...103
1
1 BAB I
2 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepercayaan memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
konteks kehidupan politik, kepercayaan akan memiliki peran vital terutama
berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dan pemerintahan. Kepercayaan
terhadap politik merupakan suatu kondisi dimana pihak-pihak yang dianggap
menjalankan pemerintahan ini bisa memenuhi standar keinginan individu atau
masyarakatnya (Haryanto, H. C., & Rahmania, T. 2016). Political trust merupakan
harapan masyarakat (public expectation) terhadap seorang pemimpin untuk
merespon, mengagregasikan serta mengartikulasikan tuntutan dan aspirasi
masyarakat. Namun jika pada kenyataannya, harapan dan kepercayaan publik
tersebut bertolak belakang dengan realitas, apabila ketidakpuasaan dan kemarahan
rakyat semakin memuncak maka gerakan massa dan aksi solidaritas akan
bermunculan dari berbagai elemen masyarakat.
Kepercayaan yang dimaksud adalah penilaian seseorang terhadap
pemerintah atau sistem politik (political trust) apakah dapat dipercaya dan dapat
dipengaruhi atau tidak. Jika lembaga politik yang tampil tidak mampu memenuhi
harapan masyarakat, maka yang terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan mengakibatkan munculnya gerakan protes dan
2
aksi massa yang tentunya akan mengganggu proses jalannya pemerintahan tersebut.
Seperti yang sudah terjadi pada pemerintahan DKI Jakarta, aksi puluhan mahasiswa
dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menolak
reklamasi Teluk Jakarta (news.detik.com), aksi 300 mahasiswa dari Aliansi BEM
Seluruh Indonesia Wilayah Jabodetabek Banten untuk meminta Gubernur Jakarta
baru menandatangani 10 kontrak politik yang mereka berikan dan aksi massa yang
tergabung dalam Pergerakan Pemuda Jakarta (PPJ) di depan Balai Kota DKI Jakarta
dalam rangka mengkritik satu tahun pemerintahan Gubernur DKI Jakarta
(kabarkampus.com).
Aksi protes juga terjadi melalui petisi online yang dimuat di change.org
yang berisi tuntutan pencopotan Gubernur DKI Jakarta. Isi petisi itu dimulai dari
pernyataan pemerintahan DKI Jakarta yang mengalami banyak kegagalan,
membengkaknya APBD DKI Jakarta 2018, gaji TGUPP yang tembus 70-an orang
dengan biaya gaji puluhan juta rupiah per kepala per orang, banjir muncul kembali,
diskotik yang ditutup buka kembali, sampah menumpuk di mana-mana, pohon
plastik, PKL yang merajalela mengambil badan trotoar, naiknya NJOP, susahnya
mendapat layanan publik dan kesehatan, rusunawa yang tidak terurus, trotoar
Senayan yang tidak kunjung selesai dan yang terakhir adalah tiang bendera peserta
Asian Games 2018 yang hanya ditopang bambu kecil yang dibelah. Sampai saat ini
petisi tersebut telah ditandatangani oleh sekitar 160.000 orang (www.suara.com).
3
Jika pemerintah tidak berhasil menunaikan janji-janji politiknya, hal ini akan
menjadi salah satu penyebab merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan dapat memberikan dampak meningkatnya ujaran-ujaran kebencian
di ruang publik serta keriuhan pada kehidupan politik kita sehingga memungkinkan
beredarnya informasi-informasi hoax di masyarakat. Political trust yang mati oleh
sistem politik akan memupuk radikalisme dan emosionalitas massa.
Kepercayaan masyarakat yang rendah akan pemegang otoritas dan lembaga
politik yang tampil akan berdampak pada kemandekan dalam pembangunan,
program-program yang digulirkan pemerintah menjadi tidak dipercaya oleh
masyarakat, dan menimbulkan elektabilitas yang rendah pada lembaga politik
sehingga berpengaruh dalam aktivitas politik masyarakat. Kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah menjadi indikator penting dalam kinerja pemerintah,
kepercayaan terhadap pemerintah adalah pendorong efektivitas pemerintah dan
pembangunan ekonomi, serta merupakan ukuran dari hasil kebijakan pemerintah,
selain itu kepercayaan masyarakat yang tinggi penting dalam peningkatan kualitas
demokrasi. Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah dapat
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, memberikan
akses terhadap pendidikan dan memberikan layanan secara mudah dan transparan
(Blind, 2007).
4
Warga negara yang mempercayai pemerintah cenderung untuk lebih
mematuhi hukum, mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah dan mengikuti
arahan para pemimpin politik secara sukarela (Hu, R., & Sun, I. Y. 2015). Tingkat
kepercayaan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya tingkat mobilisasi politik,
seperti melakukan huru-hara dan kegiatan politik anti-pemerintah lainnya
(Seligson, 1980). Pemerintah yang menerima kepercayaan publik yang lebih tinggi
memiliki ruang yang lebih besar untuk bermanuver ketika mengalami tugas politik
yang mendesak (Hu, R., & Sun, I. Y. 2015). Sebaliknya, tingkat kepercayaan warga
yang rendah mengganggu jalannya kebijakan yang akan dilakukan, yang akan
menyulitkan bagi para pemimpin politik untuk berhasil (Chanley, Rudolph, dan
Rahn, 2000; Hetherington, 1998).
Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat merupakan indikator yang
menunjukkan dukungan masyarakat terhadap kebijakan serta program-program
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Tingkat kepercayaan masyarakat
yang tinggi kepada pemerintah menunjukan bahwa masyarakat memandang
pemerintah sudah responsif dan dapat diandalkan dalam hal memberikan
perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat.
Kepercayaan politik dapat didefinisikan secara singkat sebagai rasa percaya
individu bahwa pemerintah akan berperforma dengan baik (Wahyudi, J., Milla, M.
N., & Muluk, H., 2018). Kepercayaan politik menjadi penting untuk dibahas karena
5
berkaitan dengan berbagai hal lain seperti peningkatkan angka partisipasi publik di
ranah politik (Almond & Verba, 1963; Stokes, 1962), persetujuan terhadap
pengeluaran dana oleh pemerintah (Rudolph & Evans, 2005), dukungan secara
umum terhadap kebijakan pemerintah (Chanley, Rudolph, dan Rahn, 2000),
paritisipasi pada pemilihan umum, dan kepatuhan terhadap hukum (Schiffman,
Thelen, dan Sherman, 2010; Chanley, 2002).
Kepercayaan masyarakat terhadap sistem demokrasi dan pemerintahan yang
menjalankannya menjadi unsur penting dalam menghasilkan demokrasi yang
sehat. Selain karena dampak pada perilaku publik, kepercayaan politik juga
menjadi penting untuk dibahas karena berkaitan erat dengan kepuasan warga negara
terhadap pemerintahnya (Blind, 2006) serta kualitas terhadap sistem demokrasi
(Bonner, 2009). Oleh karena itu, menurut Blind (2006) kepercayaan politik dapat
menjadi indikator kesuksesan dari suatu negara. Kepercayaan politik juga dapat
menjadi indikator kesuksesan dari suatu negara karena salah satu faktor yang
memprediksi kepercayaan politik adalah evaluasi individu terhadap pemerintah.
Pentingnya kepercayaan (baik interpersonal maupun politik) telah menarik
banyak perhatian ilmiah selama dua dekade terakhir, dan sebuah konsensus umum
telah memunculkan mengenai pengaruh positif kepercayaan terhadap kualitas
pemerintahan yang demokratis. Kepercayaan politik yang baik akan membawa
masyarakat pada kinerja ekonomi yang lebih baik, menimbulkan partisipasi aktif
6
warga dalam politik, kemudian kinerja pemerintahan yang baik, mengurangi
korupsi, dan mampu menghasilkan demokrasi yang sehat menurut Morris and
Klesner (2010). Menurut Dyck (2009) political trust dilihat secara luas sebagai
sumber penting untuk berfungsinya suatu sistem politik demokratis dan elemen
penting dari hubungan warga negara. Sistem politik tidak akan berjalan dengan baik
tanpa adanya sebuah kepercayaan masyarakat. Hubungan warga negara dengan
pemerintah bisa di lihat seberapa percaya warga negara terhadap pemerintah.
Dilihat dari subjeknya, kepercayaan politik dapat dibedakan secara makro
dan mikro (Blind, 2006). Subjek dari kepercayaan politik yang dimaksud adalah
acuan terhadap kata pemerintah dalam definisi kepercayaan politik. Kepercayaan
politik secara makro (macro-level atau organizational trust) berarti melihat
pemerintah sebagai suatu agregat dan melihat insitusi-institusi politik yang ada,
sedangkan mikro (micro-level atau individual politcal trust) berarti melihat
pemerintah dalam konteks tokoh politiknya, seperti gubernur tertentu, presiden, dan
lainnya. Secara makro, pemerintah dapat dilihat secara diffuse (system based trust)
yaitu secara agregat dan mengacu pada pemerintah secara umum dari suatu negara,
maupun secara specific political trust yaitu melihat pemerintah berdasarkan
institusi-institusi politik seperti DPR dan kepolisian (Blind, 2006).
Terdapat berbagai faktor yang dapat memprediksi kepercayaan politik,
selain evaluasi individu terhadap pemerintah. Mishler dan Rose (2001) menjelaskan
7
dua perspektif yang menjadi pendekatan untuk melihat faktor-faktor yang
memprediksi kepercayaan politik yaitu institutional theory dan cultural
perspective. Institutional theory menjelaskan bahwa institusi yang berperforma
baik akan menciptakan kepercayaan, sedangkan institusi yang bekerja dengan tidak
baik akan menciptakan ketidakpercayaan dan skeptisme (Mishler & Rose, 2001).
Kepercayaan politik dibentuk atas terpenuhinya ekspektasi bahwa sebuah institusi
politik berperforma secara memuaskan (Coleman, 1990, dalam Mishler & Rose,
2001). Oleh karena itu, kepercayaan politik merupakan dampak performa suatu
institusi dan bukan hal yang memprediksi penilaian performa suatu institusi
(Mishler & Rose, 2001).
Pendekatan kedua dari Mishler dan Rose (2001), yaitu cultural perspective.
Cultural perspective menjelaskan bahwa kepercayaan politik adalah perpanjangan
dari interpersonal trust atau kepercayaan interpersonal di mana hal tersebut
dibentuk semenjak tahap kehidupan awal, yang nantinya terarah kepada insititusi
politik serta penilaian performanya (Inglehart, 1997; Putnam, 1993). Cultural
perspective cocok untuk menjelaskan temuan bahwa kepercayaan politik
dipengaruhi oleh latar belakang individu seperti gender, umur, pendidikan,
preferensi politik (lihat King, 1997; Putnam, 2000; Norris, 2001, dalam Mishler dan
Rose, 2001), status minoritas (You, 2005, dalam Mishler dan Rose, 2001), dan
lainnya. Berbeda dengan pendekatan institutional theory, cultural perspective
8
menekankan pengaruh lingkungan dalam jangka waktu yang lama dan berpengaruh
terhadap perbedaan individual dalam melihat kepercayaan politik (Mishler dan
Rose, 2013).
Dalam penelitian sebelumnya, variabel political trust lebih sering digunakan
sebagai variabel independen. Padahal variabel political trust menjadi suatu hal
penting dalam terbentuknya sebuah perilaku politik (political behavior). Sehingga
perlu di teliti lebih mendalam seperti yang di ungkapkan oleh Anderson (2010).
Dalam penelitian Anderson (2010) ditemukan bahwa ada variabel yang
mempengaruhi kepercayaan politik (political trust) salah satunya kekuatan sosial.
Faktor psikologis yang mempengaruhi political trust sebagaimana yang
diungkapkan Anderson (2010) adalah Sense of community. Sense of community
adalah perasaan dimana sekelompok individu merasa saling memiliki, saling
ketergantungan satu sama lain dan percaya bahwa kebutuhannya akan terpenuhi
melalui komitmen kebersamaan (McMillan & Chavis, dalam Anderson 2010).
Ada beberapa argument mengapa sense of community akan berpengaruh
terhadap kepercayaan. Pertama, sense of community membangun hubungan;
mereka yang menjadi bagian dari tempat kerja, organisasi, gereja,dan seterusnya
biasanya akan membangun hubungan dengan orang-orang di sekitar mereka.
Bahkan pada tingkat paling dasar, yaitu seorang kenalan, sebuah hubungan
mungkin ada karena anggota memiliki minat yang sama seperti pekerjaan, iman,
9
atau hiburan mereka. Hubungan di tingkat paling dasar ini melibatkan semacam
kepercayaan, bahkan jika itu berarti anda mempercayai orang lain di grup berbagi
minat anda.
Kedua, dan kebanyakan yang terpenting, sense of community mempengaruhi
kepercayaan karena sense of community menuntut kerja sama. Brehm dan Rahn
(1997) dan Putnam (2000) keduanya menyarankan bahwa kerja sama mengarah
pada kepercayaan. Orang-orang yang memiliki rasa kebersamaan yang lebih besar
kemungkinan akan terlibat dalam kegiatan yang membutuhkan kerja sama.
Memang, usaha kolaboratif adalah inti dari konsep sense of community.
Faktor psikologis lainya yang mempengaruhi political trust adalah political
efficacy. Dalam demokrasi, masyarakat merupakan hal vital dalam memberikan
kepercayaan dalam sistem demokrasi tersebut. Hal itu di dukung dari penelitian di
China tentang political efficacy masyarakat terhadap kepercayaan institusi
kepolisian. (Hu, R., & Sun, I. Y. 2015) menemukan bahwa efikasi eksternal
(external efficacy) masyarakat umum berhubungan positif dengan kepercayaan
pada Polisi, sedangkan efikasi internal (internal efficacy) dan resistensi yang sah
berhubungan negatif dengan kepercayaan (trust). Dimana maksud dari efikasi
politik merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat memiliki dampak yang kuat
dan bermakna pada urusan publik maupun politik.
10
Warga dengan political efficacy yang rendah cenderung memiliki sedikit atau
tidak memiliki kepercayaan pada pemerintah dan percaya bahwa tindakan mereka
tidak membuat banyak dampak dalam sistem politik. Sebaliknya, warga negara
yang memiliki political efficacy yang tinggi cenderung percaya bahwa pemerintah
mereka melakukan apa yang terbaik untuk mereka dan bahwa tindakan mereka
dapat membuat perbedaan dalam politik. Political efficacy yang tinggi memberikan
stabilitas bagi demokrasi karena rasa pemberdayaan yang kuat, mengurangi sikap
apatis, keterasingan politik dan menumbuhkan legitimasi dan dukungan politik
(Balch,1974; Wright, 1975).
Secara umum terdapat dua dimensi political efficacy yaitu: internal political
efficacy dan external political efficacy. Internal political efficacy mengacu pada
pandangan tentang kemampuan diri untuk berpartisipasi secara efektif dalam proses
politik, external political self-efficacy mengacu pada persepsi warga terhadap
tanggapan umum pemerintah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Penelitian
sebelumnya telah menemukan bahwa external efficacy lebih prediktif menentukan
kepercayaan politik dibandingkan dengan internal efficacy, dengan external
efficacy secara signifikan meningkatkan kepercayaan politik, sedangkan internal
efficacy menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap kepercayaan politik (Hu,
R., & Sun, I. Y. 2015)
11
Demikian pula ada faktor yang mempengaruhi variabel political trust yaitu
faktor demografis. Dimana faktor demografis terdiri jenis kelamin, pendidikan, dan
sosial ekonomi. Faktor demografis menjelaskan beberapa perbedaan dalam
kepercayaan pemilih dalam proses pemilihan di Belanda. Pemilih laki-laki
memiliki tingkat kepercayaan yang sedikit lebih tinggi daripada pemilih
perempuan. Pemilih muda lebih percaya daripada pemilih yang lebih tua. Pemilih
dan pemilih berpendidikan tinggi dengan tingkat pendapatan pribadi lebih tinggi
menunjukkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Pemilih yang menghadiri
ibadah keagamaan secara teratur juga memiliki tingkat kepercayaan yang lebih
tinggi dalam proses pemilihan (Birch 2008 dan Loeber 2011). Dalam penelitian
Kana Fuse dan Nanaho Hanada (2009) menjelaskan bahwa sikap peran gender yang
progresif dikaitkan dengan ketidakpercayaan politik. Ketidakpercayaan politik ini
mungkin disebabkan oleh kekurangan relatif yang dialami individu progresif,
mengingat bahwa hubungan gender masih erat di jepang.
Selain itu penelitian kaitannya usia dengan political trust diungkapkan juga
oleh Anderson (2010) bahwa usia berpengaruh secara signifikan terhadap political
trust pada penelitiannya. Dalam penelitian Hooghe (2014) juga menjelaskan bahwa
pendidikan menjadi faktor penting dalam mempengaruhi suatu kepercayaan
terhadap politik. Perlu diperhatikan pendidikan dalam sebuah kepercayaan politik
secara mutlak berpengaruh atau tidak jika di terapkan pada negara berkembang.
12
Pada dasarnya kemajuan suatu negara banyak sedikitnya pendidikan
mempengaruhi kepercayaan.
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis berpandangan bahwa sense of
community, political efficacy, dan faktor demografis berpengaruh terhadap political
trust. Political trust menjadi sebuah indikator dalam kesuksesan sebuah sistem
demokrasi di Indonesia. Kepercayaan politik yang baik akan membawa masyarakat
pada kinerja ekonomi yang lebih baik, menimbulkan partisipasi aktif warga dalam
politik, kemudian kinerja pemerintah yang baik, mengurangi korupsi dan mampu
menghasilkan demokrasi yang sehat karena tingkat political trust masyarakatnya
tinggi dan baik. Mendasarkan pada apa yang sudah digambarkan sebelumnya
mengenai konsep kepercayaan politik tersebut, maka upaya untuk mengkaji lebih
jauh mengenai gambaran kepercayaan politik yang terpercaya khususnya pada
mahasiswa di DKI Jakarta.
Mahasiswa sebagai kaum terpelajar dan juga sebagai kaum intelektual
menjadi subjek menarik untuk diteliti mengenai political trust, mahasiswa juga
memiliki fungsi sebagai Agent Of Change dan Social Control, terutama karena
tingkat pendidikan tinggi yang mereka miliki, mahasiswa merasa bertanggung
jawab untuk memperbaiki nasib negara dan bangsanya. Sebagai pelaku perubahan
sosial, mahasiswa ingin melibatkan diri untuk menyelesaikan dan mencari jalan
13
keluar terhadap permasalahan-permasalahan yang praktis yang dialami oleh
masyarakat.
Berkaitan dengan political trust pada mahasiswa, telah ditunjukkan oleh
data sebelumnya yang menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa muncul
dikarenakan merosotnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga politik. Seperti
yang diutarakan oleh (Simanjuntak. 2009, dalam Matulessy, A. 2013), bahwa
gerakan sosial yang dipelopori oleh mahasiswa muncul karena ketidakpercayaan
mahasiswa terhadap sistem politik dan pemerintahan. Kemerosotan kepercayaan
politik pada mahasiswa disebabkan anggapan bahwa lembaga politik tidak mampu
mengatasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh rakyat. Partisipasi dalam
gerakan mahasiswa merupakan pilihan alternatif untuk memberikan tekanan
terhadap lembaga pemerintahan untuk segera menyelesaikan persoalan rakyat.
Mahasiswa sudah potensial memberikan partisipasi politik yang kongkret
seperti mengikuti diskusi, studi terkait pemerintahan, mengikuti pemilihan umum
dalam kampus maupun secara nasional, dan mengikuti lembaga kemahasiswaan
yang sesuai sejarah memiliki kekuatan politik seperti BEM (Handaningrum & Rini,
2014; Wahyudi dkk., 2013). Juga kota Jakarta menjadi kajian yang menarik untuk
diteliti. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kota Jakarta yang merupakan pusat
pemerintahan dan tidak jarang menjadi barometer dalam perpolitikan nasional
(Afrido, 2012). Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik ingin untuk
14
membuat sebuah karya ilmiah dengan judul “Sense of community, Political Efficacy
dan Faktor Demografis Sebagai Prediktor Political Trust Pada Mahasiswa Di DKI
Jakarta”.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan suatu yang penting, karena dengan pembatasan
masalah dapat mengarahkan dalam mengumpulkan data dan analisis. Selain itu
pembatasan masalah dapat menghindari kesalahan dalam penafsiran judul. Oleh
karena itu, untuk mempermudah penelitian ini, penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut :
1. Political Trust adalah gambaran evaluasi apakah pemegang otoritas dan lembaga
politik yang tampil sesuai dengan normatif yang diharapkan publik (Miller &
Listaug, 1990).
2. Political Efficacy adalah perasaan warga negara bahwa mereka memiliki
pengaruh pada perkembangan politik dan persepsi mereka tentang respon
pemerintah (Parent, Vandebeek, & Gemino, 2004).
3. Sense Of Community adalah perasaan sekelompok individu yang merasa saling
memiliki dan saling ketergantungan satu sama lain serta percaya bahwa
kebutuhannya akan terpenuhi melalui komitmen kebersamaan (McMillan &
Chavis, 1986).
15
1.3 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan political efficacy, sense of community dan
faktor demografis terhadap political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta ?
2. Apakah setiap dimensi dari variabel political efficacy dan sense of community
berpengaruh secara signifikan terhadap political trust pada mahasiswa di DKI
Jakarta?
3. Seberapa besaran pengaruh yang dapat di prediksi oleh political efficacy, sense
of community dan faktor demografis terhadap political trust pada mahasiswa di DKI
Jakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara pokok adalah menjawab pertanyaan penelitian yang
telah penulis rumuskan sebelumnya, yaitu
1. Untuk membuktikan pengaruh dari political efficacy, sense of community
dan faktor demografis sebagai prediktor political trust pada mahasiswa di
DKI Jakarta.
2. Untuk membuktikan apakah setiap dimensi dari variabel political efficacy
dan sense of community berpengaruh secara signifikan terhadap political
trust pada mahasiswa di DKI Jakarta.
16
3. Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh yang dapat di prediksi oleh
political efficacy, sense of commuity dan faktor demografis terhadap
political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Manfaat teoritis yaitu diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi politik. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan dalam
pengembangan skala pengukuran psikologi. Hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya yang
relevan.
2. Manfaat praktis yaitu memberikan sumbangan hasil pemikiran bagi
masyarakat maupun institusi pemerintah dan dunia perpolitikan, dalam melihat
bagaimana gambaran political efficacy, sense of community dan faktor
demografis terhadap kepercayaan politik (political trust).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penelitian ini antara lain:
BAB I : Pendahuluan
Dalam BAB I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
17
BAB II : Landasan teori
Dalam BAB II terdiri dari teori yang mendasari penelitian,
menguraikan berbagai teori yang digunakan dalam penelitian,
kerangka berpikir dan hipotesis.
BAB III : Metode penelitian
Dalam BAB III terdiri dari penjelasan populasi, sampel dan teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional,
teknik pengumpulan data, uji validitas instrument, prosedur
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil penelitian
Dalam BAB IV akan diuraikan tentang gamabaran subjek
penelitian, deskripsi data, dan hasil uji hipotesis.
BAB V : Penutup
Dalam BAB V akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian,
diskusi, dan saran teoritis dan praktis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Political Trust
2.1.1 Definisi Political Trust
Kepercayaan individu kepada pihak lain merupakan dasar untuk individu tersebut
menunjukkan sikap dan perilakunya kepada individu lainnya. Teori-teori psikologi
menggolongkan keadaan seperti ini sebagai trust. Menurut Rousseau et al (1998),
kepercayaan adalah wilayah psikologis yang memperhatikan penerimaan apa
adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku orang lain. Trust diperlukan dalam
hubungan individu satu dengan lainnya untuk berbagai konteks kehidupan. Suatu
konteks dimana individu melakukan evaluasi apakah pemegang otoritas dan
lembaga politik yang tampil sesuai dengan harapan normatif publik disebut sebagai
political trust (Miller dan Listhaug, 1990).
Political trust mencerminkan evaluasi apakah pemegang otoritas dan
lembaga politik yang tampil sesuai dengan harapan normatif yang dimiliki publik
(Miller & Listhaug, 1990). Kepercayaan politik tidak mengacu pada hubungan
horizontal antara manusia melainkan untuk hubungan vertikal antara warga negara
dengan otoritas atau lembaga politik. Oleh karena itu didasarkan pada sistem,
aturan, dan prosedur (Newton 2008, dalam Braun, 2011).
19
(Almond & Verba (1989), dalam Fauzie, R. (2014). menyatakan bahwa
kepercayaan politik dianggap sebagai komponen penting dari budaya sipil yang
diperlukan untuk menjamin stabilitas sistem politik yang demokratis. Kepercayaan
politik menawarkan bentuk dukungan kepada sistem politik yang diterima dari
lingkungannya (Easton,1965 dalam, Hooghe, Marien, & Pauwels 2009). Pada
penelitian ini, penulis menggunakan definisi political trust berdasarkan teori dari
Miller & Listhaug (1990) yang mendefiniskan political trust sebagai cerminan
evaluasi tentang pemegang otoritas dan lembaga politik yang tampil sesuai dengan
harapan normatif yang diharapkan publik.
2.1.2 Dimensi Political Trust
Fisher, Heerde, dan Tucker (2010) berpendapat bahwa setidaknya ada tiga
bentuk kepercayaan politik yang harus dibedakan: Hasil kepercayaan strategis
(Strategic trust result) penilaian tentang kepercayaan terhadap aktor tertentu, dan
penilaian bahwa salah satu kepentingan akan dirugikan atau tidak oleh aktor ini.
Kepercayaan moral (moral trust) berfokus pada komitmen moral yang dapat
dipercaya, dan harapan bahwa perintah ini akan berlaku sama terhadap anggota
masyarakat lainnya. Kepercayaan deliberatif (delibrative trust) berfokus pada
prosedur pertimbangan dan representatif yang akan membantu untuk memastikan
perilaku yang tepat oleh pembuat keputusan politik.
20
Pendapat lain dari Loeber (2011) political trust terdiri dari tiga dimensi yakni Trust
with politicians (percaya pada politisi) yang merupakan kepercayaan terhadap
pemerintah, pejabat politik, atau pelaku politik lainnya). Trust with institution
(percaya pada institusi politik). Institusi yang dimaksud terdiri dari percaya
terhadap institusi politik seperti DPR, DPRD, dll) Trust with democracy (percaya
terhadap sistem demokrasi).
Pendapat lain menurut Grimmelikhuijsen dan Knies (2015) kepercayaan
politik terdiri atas tiga dimensi yaitu perceived competence, perceived benevolence,
dan perceived integrity. Perceived competence didefinisikan sebagai sejauh mana
warga negara mempersepsikan pemerintah mampu, efektif, cakap, dan profesional
dalam bekerja (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Perceived benevolence
didefinisi-kan sebagai sejauh mana warga negara mempersepsikan pemerintah
peduli akan kesejahteraan publik dan termotivasi untuk bertindak atas kepentingan
umum (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Perceived integrity didefinisikan
sebagai sejauh mana warga negara mempersepsikan pemerintah tulus, jujur, dan
memenuhi janjinya (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015).
2.1.3 Pengukuran Political Trust
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hooghe et.al. (2009) political trust diukur
dengan memberikan satu pertanyaan kepada responden yaitu seberapa besar
kepercayaan Anda terhadap institusi berikut: 1) partai politik, 2) pemerintah daerah,
21
3) DPRD, 4) DPR, 5) pemerintah pusat,6) politisi. Pada masing-masing institusi
responden diminta untuk memberikan penilain mulai dari skor 1 sampai dengan 10.
Loeber (2011) menyusun sebuah skala political trust dengan tiga dimensi yakni
trust with politicians, trust with institution, dan trust with democracy.
Fisher et.al. (2010) menyusun sebuah skala political trust berdasarkan tiga
indikator yaitu hasil kepercayaan strategis (strategic trust result), kepercayaan
moral (moral trust), dan kepercayaan deliberative (deliberative trust) dan masing-
masing indikator tersebut digunakan untuk mengukur kepercayaan terhadap partai
politik dan institusi politik.
Grimmelikhuijsen dan Knies (2015) mengembangkan alat ukur Variabel
kepercayaan politik Citizen Trust in Government Organizations Scale. Alat ukur ini
mengukur kepercayaan orang terhadap institusi pemerintah dan terdiri dari tiga
dimensi yaitu perceived competence sebanyak 5 item, perceived benevolence
sebanyak 3 item, dan perceived integrity sebanyak 4 item. Total item dari kuesioner
ini berjumlah 12 item.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah political
trust menurut Loeber (2011). Alat ukur tersebut akan peneliti modifikasi menjadi
pengukuran untuk intensi political trust sesuai dengan maksud dalam penelitian ini
yang sebelumnya peneliti jelaskan pada latar belakang.
22
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Political Trust
Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Political efficacy
Political Efficacy merupakan keyakinan tentang kompetensi seseorang untuk
memahami dan berpartisipasi secara efektif dalam politik (Craig, Niemi dan Silver,
1990). Internal political efficacy berkembang melalui pengaturan dan interaksi
sosial, dengan penekanan pada pengalaman politik (Beaumont,2010). Dalam
literatur psikologi sosial, dimensi ini disebut political self-efficacy, dan dipahami
sebagai aspek domain-spesifik dari pengertian umum self-efficacy (Bandura, dalam
Murphy, 2011). Political efficacy menjadi dasar terbentuknya kepercayaan
terhadap politik. Keyakinan individu akan politik, berpengaruh kepercayaan
individu terhadap politik (Choi, 2016.)
2. Sense of Community
Anderson (2010) menyatakan bahwa sense of community mempunyai pengaruh
langsung terhadap political trust, Sense of community cenderung memiliki
pengaruh pada kepercayaan politik, karena sense of community dalam konteks
masyarakat yang terorganisir seperti gereja, tempat kerja, atau organisasi
menyebabkan individu percaya bahwa dalam struktur yang terorganisasi secara
formal (seperti lembaga pemerintah) seperangkat aturan dan prosedur yang tegas
akan mengarah pada hasil kebijakan yang terbaik — dalam konteks yang
23
masyarakat inginkan. Karena itu, masuk akal untuk berhipotesis bahwa individu
yang memiliki sense of community yang tinggi cenderung mempercayai orang lain
dan pemerintah untuk melakukan hal yang dianggap benar.
3. Faktor Demografis
Faktor demografis menjelaskan beberapa perbedaan dalam kepercayaan
pemilih dalam proses pemilihan di Belanda. Namun, pengaruh variabel demografis
ini pada tingkat kepercayaan tidak terlalu besar, karena hanya menyumbang 13,4%
dari perbedaan tingkat kepercayaan dalam proses pemilihan. Pemilih laki-laki
memiliki tingkat kepercayaan yang sedikit lebih tinggi daripada pemilih
perempuan. Pemilih muda lebih percaya daripada pemilih yang lebih tua. Pemilih
dan pemilih berpendidikan tinggi dengan tingkat pendapatan pribadi lebih tinggi
menunjukkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.
Pengaruh gender terhadap tingkat partisipasi memilih dan percaya terhadap
politik telah berubah secara dramatis selama bertahun-tahun. Hingga tahun 1980-
an, tingkat kepercayaan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Perempuan
kemudian merasa kurang efektif dan kurang informasi serta kurang tertarik dengan
politik dari pada laki-laki dan sering memiliki lebih sedikit daya dan tanggung
jawab di tempat kerja (Schlozman, Burns & Verba, 1999; Verba,Burns, &
Schlozmn, 1995). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
mendukung sektor publik lebih banyak daripada laki-laki (Lægreid, 1993, dalam
24
Christensen, T., & Lægreid, P. 2005). Alasan untuk ini tampaknya adalah basis
karir inti perempuan, Beberapa dekade setelah memasuki pasar tenaga kerja, adalah
sektor publik. Wanita menjadi lebih tergantung pada sektor publik untuk pekerjaan
mereka, baik secara langsung, karena ada proporsi wanita yang relatif lebih besar
yang dipekerjakan di masyarakat sektor daripada di sektor swasta, dan secara tidak
langsung, di badan publik tersebut telah diambil atas bagian tanggung jawab
perawatan tradisional wanita. Pertumbuhan belanja publik telah menghasilkan
beban pajak yang lebih tinggi untuk pria, sesuatu yang mungkin telah diinduksi
sikap yang lebih negatif terhadap institusi sektor publik (Huseby, 1995, dalam
Christensen, T., & Lægreid, P. 2005). Satu Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa wanita akan lebih percaya kepada pemerintah daripada laki-laki.
Pemilih yang menghadiri ibadah keagamaan secara teratur juga memiliki
tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan (Birch 2008 dan
Loeber 2011). Keterkaitan antara kepercayaan interpersonal dan institusional dan
juga arah kausalnya telah dikritik secara empiris (Mishler dan Rose 2001; Kaase
1999). Mengenai dampak variabel sosio-demografis, penelitian sebelumnya telah
menemukan efek positif dari jenis kelamin, usia, pendidikan dan status pekerjaan
terhadap kepercayaan institusional (Christensen dan Lægreid 2005; Schoon dan
Cheng 2011).
25
4. Persepsi Keadilan Sosial
Kumlin (2004) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor utama terkait evaluasi
terhadap Pemerintahan yang dapat berpengaruh terhadap kepercayaan politik yaitu
self-interest (minat pribadi), distributive justice, dan procedural justice. Distributive
justice (keadilan distributif) dan procedural justice (keadilan prosedural)
dikategorikan sebagai social justice atau keadilan sosial (Kumlin, 2004). Persepsi
keadilan sosial mempengaruhi political trust, Kumlin (2004) berpendapat bahwa
keadilan akan mempengaruhi rasa keadilan secara umum dan membentuk persepsi
kepercayaan. Oleh karena itu, keadilan dalam konteks politik dapat mempengaruhi
kepercayaan politik.
5. Political Interest
Political Interest dianggap sebagai prasyarat partisipasi politik, yang mana
tanpa adanya political interest tidak akan ada demokrasi. Political Interest
menggambarkan garis fundamental antara warga negara demokratis dan non
demokratis (van Deth dan Elff 2004, 478). Verba, Schlozman, dan Brady (1995)
menyatakan, “warga negara yang tertarik dengan politik — yang mengikuti politik,
siapa yang peduli dengan apa yang terjadi, siapa yang peduli siapa yang menang
dan kalah — lebih mungkin aktif secara politik. Menawarkan pendekatan alternatif,
Lupia dan Philbot (2005) mendefinisikan political interest sebagai "kesediaan
warga untuk memperhatikan fenomena politik dibanding topik lainnya. Mereka
26
berpendapat bahwa ketertarikan politik pada individu akan membuat seseorang
"menghabiskan banyak waktu berfokus pada tugas atau bahan yang berorientasi
politik"(Lupia dan Philbot 2005).
6. Sosial Ekonomi
Pengalaman mengalami pengangguran dan status pekerjaan dewasa
diasumsikan mencerminkan pengalaman dalam sistem ekonomi. Jika seseorang
kehilangan pekerjaannya, dia mungkin menjadi kurang percaya pada pemerintahan,
terutama jika dia pengalaman jangka panjang pengangguran, seperti mungkin
seseorang yang tidak berhasil dalam peningkatan karir pekerjaan (Hudson, 2006;
Mishler & Rose, 2001;Youniss et al., 2002).
2.2 Efikasi Politik (Political Efficacy)
2.2.1 Definisi Political Efficacy
Definisi political self efficacy oleh Parent, Vandebeek, dan Gemino (2004) yaitu
perasaan warga negara bahwa mereka memiliki pengaruh pada perkembangan
politik dan persepsi mereka tentang respon pemerintah. Political efficacy adalah
keyakinan diri seseorang dalam kemampuan mereka untuk memahami politik,
keinginan untuk didengar oleh pemerintah, dan membuat perbedaan politik (Catt,
2005).
27
Almond dan Verba (1989) menganggap political efficacy sebagai indeks dari
sejauh mana warga menganggap sistem politik demokratis dan berkaitan erat
dengan banyak sikap penting untuk memahami orientasi politik yang demokratis.
Political efficacy didefinisikan juga sebagai suatu keyakinan individu bahwa
dirinya memiliki peran dalam politik, memberikan dampak dalam proses politik,
dan individu merasakan manfaat dalam menjalankan tugas sebagai seorang warga
negara (Campbell et al., 1954). Pada penelitian ini, penulis menggunakan definisi
political efficacy berdasarkan teori dari Parent, Vandebeek, dan Gemino (2004)
yang mendefiniskan political efficay yaitu perasaan warga negara bahwa mereka
memiliki pengaruh pada perkembangan politik dan persepsi mereka tentang respon
pemerintah.
2.2.2 Dimensi Political Efficacy
Secara umum ada dua dimensi political efficacy yaitu: internal dan eksternal (Lane,
1959 dalam dyck & lascher,2008).
1. Internal political efficacy
Dimensi internal mengacu pada pandangan seseorang terhadap kemampuan diri
dalam politik demokratis, apakah individu tersebut cukup informasi untuk
berpartisipasi dalam politik, atau individu tersebut dapat membuat keputusan
dengan baik,dll.
28
Lane (dalam Dyck & Lascher, 2008) menyebutkan internal political
efficacy mengacu pada pandangan tentang kemampuan diri untuk berpartisipasi
secara efektif dalam proses politik. Individu dengan tingkat internal political
efficacy tinggi percaya bahwa mereka mampu ketika berada pada kehidupan sipil
(Kahne & Westheimer, 2006). Internal political efficacy merupakan keyakinan
tentang kompetensi seseorang untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif
dalam politik (Craig, Niemi, & Silver, 2009). Internal political efficacy terdiri dari
self-perception yang meliputi: pengetahuan politik, pemahaman politik,
kepercayaan diri untuk terlibat dalam urusan politik, dan kemampuan dalam urusan
politik (Craig dkk, 1990). Persepsi kompetensi politik ini dibangun dalam kerangka
yang lebih luas dari kompetensi sosial individu.
Beaumont (2010) menjelaskan bahwa internal political efficacy berkembang
melalui pengaturan dan interaksi sosial, dengan penekanan pada pengalaman
politik. Dalam literatur psikologi sosial, dimensi ini disebut political self-efficacy,
dan dipahami sebagai aspek domain spesifik dari pengertian umum self efficacy
(Bandura, dalam Murphy, 2011). Sense of internal efficacy membentuk hubungan
kuat antara motivasi pribadi, pilihan, nilai-nilai, dan interaksi dan perilaku politik
(Beaumont, 2010). Internal political self-efficacy didefinisikan oleh Parent, dkk.
(2004) di mana warga merasa bahwa mereka memiliki kontribusi dan pengaruh
terhadap perkembangan politik.
29
2. External political efficacy
External political efficacy berkaitan dengan penilaian dari aksesibilitas dan respon
dari sistem politik. Dimensi ini merujuk terutama untuk pemerintah. Ini meliputi
persepsi dan respon dari perwakilan politik, lembaga, dan prosedur yang
merupakan sistem politik, dan sering disebut respon sistem (Lambert dkk, Dalam
Murphy 2011). Craig dkk. (1990) lebih mengedepankan dikotomi dalam dimensi
eksternal antara lain regime based efficacy (cara memerintah) dan incumbent based
efficacy (pemegang jabatan). Efikasi berbasis rezim berhubungan dengan persepsi
respon sistem yang difasilitasi oleh peraturan dan prosedur. Efikasi berbasis
incumbent berkaitan dengan persepsi respon di kantor politik atau pemerintah.
Parent dkk. (2004) mendefinisikan external political self-efficacy mengacu
pada persepsi warga terhadap tanggapan umum pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan mereka. External political efficacy di sisi lain, mencerminkan persepsi
warga tenang sejauh mana pemerintah dan kelembagaan tanggap terhadap
kebutuhan dan tuntutan (Kahne & Westheimer 2006). Dimensi eksternal mengacu
pada pandangan seseorang tentang respon pemerintah: apakah pemerintah benar-
benar mendengarkan aspirasi rakyat (Lane 1959 dalam, Dyck & Lascher, 2008).
2.2.3 Pengukuran Political Efficacy
Dari hasil membaca literatur tentang penelitian-penelitian mengenai political
efficacy, penulis memperoleh beberapa cara untuk mengukur political efficacy
30
sebagaimana yang disebutkan oleh Murphy (2011), diantaranya yaitu pada
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Capara , Vecchione, Capanna, dan Mebane
Dalam literatur psikologi sosial, Capara et.al. meneliti penerapan skala self-efficacy
politik. Pendekatan mereka didasarkan pada teori self efficacy dari Bandura dalam
domain aktivitas tertentu. Mereka berkonsentrasi pada tiga kemampuan khusus
warga: 1) menyuarakan pendapat dan preferensi, 2) memberikan kontribusi bagi
keberhasilan pihak yang menyampaikan cita-cita seseorang, 3) secara aktif
mengerahkan kontrol atas kegiatan perwakilan politik. Item pada skala ini terdiri
dari 10 item.
2. Campbell et.al.
Skala political efficacy yang disusun Campbell et.al.terdiri dari 5 item yang
mengukur satu dimensi political efficacy, dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju
dan tidak setuju
3. Craig et.al.
Mengukur political efficacy melalui dua dimensi yaitu dimensi internal dan
eksternal, dimensi eksternal terdiri dari dua indikator yaitu regime based efficacy
dan incumbent based efficacy. Skala ini terdiri dari 4 item internal efficacy, 4 item
untuk indikator regime based efficacy dan 5 item untuk indikator incumbent based
31
efficacy. Respon jawaban mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu,
setuju, dan sangat setuju.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah political
efficacy menurut Craig (1990). Alat ukur tersebut akan peneliti modifikasi menjadi
pengukuran untuk political efficacy sesuai dengan maksud dalam penelitian ini
yang sebelumnya peneliti jelaskan pada latar belakang.
2.3 Sense of community
2.3.1 Definisi sense of community
Gusfield (dalam McMillan & Chavis, 1986) menjelaskan bahwa kata
community biasa digunakan untuk merujuk pada teritorial dan geografis seperti
komunitas berdasarkan blok/komplek rumah, kota atau negara, dan relasi seperti
komunitas yang berdasarkan profesi atau hobi. Dalam hal ini Gusfield (dalam
McMillan & Chavis, 1986) menjelaskan relational community dengan “quality of
character of human relationship, without reference to location”. Istilah Sense of
community sendiri pertama kali dikemukakan oleh Sarason pada tahun 1974.
Sarason (dalam Nelson, 2005) menyatakan bahwa sense of community merupakan
perasaan dimana (1) individu merasa memiliki dan memaknai sebagai bagian dari
kebersamaan yang besar, (2) perasaan walapun banyak konflik antara kebutuhan
individu dengan kelompok, atau antara kelompok yang berbeda, konflik yang ada
bisa diselesaikan dengan tidak merusak sense of community itu sendiri, dan
32
merupakan (3) perasaan dimana adanya jaringan dan struktur hubungan yang
menguatkan dari perasaan kesepian (loneliness) yang akan memberikan jarak.
Teori yang dikemukakan oleh McMillan dan Chavis dianggap sebagai teori
yang memberi pengaruh lebih kuat dan digunakan secara luas dalam penelitian
(Anderson, 2010). Sense of community menjadi semakin kuat kalau sekelompok
individu tersebut berada jauh dari tempat asalnya, menjadikan ketergantungan dan
kebutuhan satu sama lain menjadi semakin kuat. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan definisi sense of community berdasarkan teori dari McMillan dan
Chavis (1986) yang mendefiniskan sense of community yaitu perasaan dimana
sekelompok individu merasa saling memiliki, dan merasa saling ketergantungan
satu sama lain dan percaya bahwa kebutuhannya akan terpenuhi melalui komitmen
kebersamaan.
2.3.2 Dimensi sense of community
Menurut McMillan dan Chavis (1986) terdapat empat dimensi dalam sense of
community yaitu:
1. Membership (keanggotaan) adalah perasaan bahwa individu telah
menginvestasikan diri sendiri untuk menjadi anggota dalam sebuah komunitas.
Keanggotaan dalam sebuah komunitas memiliki boundaries (batasan) dalam
komunitas yang membedakan anggota komunitas dengan yang bukan anggota
komunitas serta mengetahui siapa saja yang ada dalam komunitas tersebut,
33
emotional safety (keamanan emosional) hal ini dapat diartikan sebagai bagian
dari gagasan yang lebih luas dari keamanan, a sense of belonging and
identification, melibatkan perasaan menjadi bagian dari komunitas serta dapat
diterima oleh komunitas, personal investment, kontribusi diri dan komitmen
yang diberikan untuk komunitas, dan a common symbol system (simbol umum)
yang berfungsi menciptakan dan memelihara rasa keterkaitan dalam komunitas.
Kelima atribut tersebut saling berperan dalam terbentuknya kenaggotaan dalam
sebuah komunitas.
2. Influence (pengaruh) adalah konsep dua arah dari ketertarikan dan pengaruh dari
seorang terhadap kelompok dan sebaliknya. Perasaan dihargai ketika dapat
memberi pengaruh dan perasaan terekskalasi ketika diberi pemahaman akan
meningkatkan keeratan individu tersebut terhadap komunitasnya. Tentang
sejauh apa kita dapat memberi dan seberapa besar kita dapat menerima untuk
selanjutnya dapat diturunkan lagi sehingga akan muncul suatu siklus.kekuatan
yang dimiliki individu untuk mempengaruhi anggota lain dan kekuatan
komunitas untuk mempengaruhi individu.
3. Integration and fulfillment of needs (integrasi dan pemenuhan kebutuhan) adalah
perasaan dimana kebutuhan para anggotanya akan terpenuhi dari sumber-sumber
yang diterima melalui keanggotaan grup. Dimensi ini disederhanakan dengan
sebuah kata “reinforcement” atau penguatan. Reinforcement dan kebutuhan
34
untuk pemenuhan adalah fungsi primer dari sebuah tatanan yang kuat. Hal ini
merupakan bergaining yang dimiliki sebuah tatanan agar anggotanya tetap solid.
Banyak kebutuhan dapat terpenuhi saat individu berada dalam sebuah komunitas
karena pemenuhan kebutuhan tersebut berasal dari nilai yang dimiliki individu
lain dalam tatanan tersebut. Komunitas yang kuat akan mempertemukan
individu yang memiliki kebutuhan dan individu saling memenuhi kebutuhan
satu sama lain. Ini adalah perasaan bahwa kebutuhan anggota akan dipenuhi oleh
sumber daya yang diterima melalui keanggotaan dalam kelompok.
4. Shared emotional connection (hubungan emosional bersama) adalah perasaan
akan suatu hubungan, berbagi cerita, dan ‘semangat’, tentang seberapa intens
dan berkualitasnya interaksi yang ada di dalam suatu tatanan. Interaksi di sini
tidak terbatas pada ruang lingkup tatanan tersebut, bisa jauh lebih intim.
Keintiman obrolan akan memunculkan keterikatan antar satu dengan yang lain.
Lewat interaksi formal dan non-formal ini lah yang akan memunculkan rasa.
hubungan emosional bersama dalam suatu komunitas yang terbentuk dari
interaksi positif, berbagi cerita dan pengalaman yang dilakukan bersama.
Semakin banyak orang berinteraksi, semakin besar kemungkinan membentuk
hubungan yang erat, yang kemudian mengarah keikatan yang lebih kuat.
35
2.3.3 Pengukuran sense of community
Pengukuran sense of community awalnya menggunakan alat ukur The Sense of
community Index-1 (SCI-1) yang dikembangkan oleh McMillan dan Chavis (1986).
SCI-1 disusun berdasarkan teori dan dimensi sense of community yang
dikemukakan oleh McMillan dan Chavis (1986), yaitu membership, influence,
integration and fulfillment of needs, dan shared emotional connection.
SCI-1 telah mengindikasikan bahwa SCI bisa menjadi prediktor tingkah
laku yang kuat dan instrumen pengukuran yang valid. Tetapi, walaupun telah
digunakan ke berbagai grup budaya, tetap ada kritik mengenai kelemahan SCI-1
saat digunakan pada kelompok lintas budaya. Chavis et al. (dalam Community
Science, 2008) melakukan revisi pada SCI-1 dan menghasilkan Sense of community
Index-2 (SCI-2) yang memiliki 24 bentuk pernyataan. Hasilnya, SCI-2 lebih
mampu meliputi seluruh atribut yang terdapat dalam teori sense of community.
Dengan demikian penulis menggunakan skala Sense of community Index-2 pada
penelitian ini.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah sense of
community menurut (Chavis, Lee & Acosta, 2008). Alat ukur tersebut akan peneliti
modifikasi menjadi pengukuran untuk sense of community sesuai dengan maksud
dalam penelitian ini yang sebelumnya peneliti jelaskan pada latar belakang.
36
2.4 Kerangka Berfikir
Political trust merupakan harapan masyarakat (public expectation) terhadap
seorang pemimpin untuk merespon, mengagregasikan serta mengartikulasikan
tuntutan dan aspirasi masyarakat. Ada beberapa variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap kepercayaan politik, salah satu nya yaitu sense of community.
Sense of community memiliki pengaruh pada kepercayaan politik, karena sense of
community dalam konteks masyarakat yang terorganisir seperti gereja, tempat kerja,
atau organisasi menyebabkan individu percaya bahwa dalam struktur yang
terorganisasi secara formal (seperti lembaga pemerintah) seperangkat aturan dan
prosedur yang tegas akan mengarah pada hasil kebijakan yang terbaik — dalam
konteks yang masyarakat inginkan. Karena itu, masuk akal untuk berhipotesis
bahwa individu yang memiliki sense of community yang tinggi cenderung
mempercayai orang lain dan pemerintah untuk melakukan hal yang dianggap benar.
Faktor psikologis lainya yang mempengaruhi political trust adalah political
efficacy. Political efficacy adalah keyakinan diri seseorang bahwa mereka memiliki
pengaruh pada perkembangan politik dan persepsi mereka tentang respon
pemerintah. Aktivitas politik seseorang dalam hal ini termasuk kepercayaan mereka
dalam menilai pemegang otoritas dan lembaga politik yang tampil dipengaruhi oleh
rasa berperan dalam bidang politik (political efficacy). Kombinasi dari political
37
efficacy yang tinggi dan political trust yang rendah pada pemerintah adalah kondisi
optimal untuk mobilisasi politik.
Demikian pula ada faktor penting yang mempengaruhi variabel kepercayaan
politik (political trust) yaitu faktor demografis. Faktor demografis menjelaskan
beberapa perbedaan dalam kepercayaan pemilih dalam proses pemilihan di
Belanda. Pemilih laki-laki memiliki tingkat kepercayaan yang sedikit lebih tinggi
daripada pemilih perempuan. Pemilih muda lebih percaya daripada pemilih yang
lebih tua.
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis berpandangan bahwa sense of
community ,political efficacy, dan faktor demografis berpengaruh terhadap political
trust. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hubungan antara variabel-variabel
independen (sense of community, political efficacy, dan faktor demografis) terhadap
kepercayaan politik (political trust) digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
38
Political Efficacy
Sense of community
Faktor Demografis
Gambar 2.1
Skema pengaruh political efficacy, sense of community dan faktor demografis
terhadap Political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta
Internal Political Efficacy
External Political Efficacy
Membership
Influence
Jenis kelamin
Rumpun keilmuan
Political Trust Integration and
Fulfillment Of Needs
Shared Emotional
Connection
Pekerjaan orangtua
Penghasilan orangtua
39
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat pengaruh variabel independen yang
ditentukan terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah sense of community, political efficacy (Internal political efficacy and
External political efficacy) dan faktor demografis (jenis kelamin).
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel sense of community, political efficacy
(Internal political efficacy and External political efficacy) dan faktor demografis
(jenis kelamin) terhadap political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta.
2.5.2 Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi internal political efficacy pada
variabel political efficacy terhadap political trust.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi external political efficacy pada
variabel political efficacy terhadap political trust.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi membership pada variabel sense of
community terhadap political trust.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi influence pada variabel sense of
community terhadap political trust.
40
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan dimensi integration and fulfillment of needs pada
variabel sense of community terhadap political trust.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi shared emotional connection pada
variabel sense of community terhadap political trust.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin pada variabel faktor demografis
terhadap political trust.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi
operasional, instrumen pengumpulan data, dan metode analisis data.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari Universitas
Islam di DKI Jakarta serta aktif sebagai pengurus Organisasi intra atau ekstra
Kampus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dengan bentuk sampling purposive yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013). Penggunaan
purposive sampling dipakai agar dapat memperoleh sampel yang diinginkan dan
sesuai dengan tujuan penelitian ini, berikut syarat sampel dalam penelitian ini:
1. Mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari ketiga Universitas dibawah ini :
- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta)
- Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta (UHAMKA Jakarta)
- Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI)
2. Aktif sebagai Pengurus Organisasi Intra atau Ekstra Kampus
3. Berdomisili dan memiliki Kartu Tanda Pengenal (KTP) DKI Jakarta
42
Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 205 mahasiswa mahasiswa yang berasal
dari Universitas Islam di DKI Jakarta serta aktif sebagai pengurus Organisasi intra
atau ekstra Kampus. Pemilihan sampel yang berasal dari ketiga Universitas tersebut
dipilih dengan pertimbangan bahwa ketga Universitas tersebut memiliki tradisi
organisasi mahasiswa yang kuat entah itu dari organisasi intra maupun organisasi
ekstra, serta penulis berasumsi bahwa ketiga Universitas tersebut dapat menjadi
representasi dari setiap organisasi kemahasiswaan islam yang ada di kalangan
mahasiswa. Penentuan pengambilan jumlah sampel diambil berdasarkan
pertimbangan keberimbangan sampel dari ketiga Universitas tersebut.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel penelitian
Sebagai mana yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya variabel yang diteliti
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Political Trust
2. Variabel Sense of community
3. Variabel Political Efficacy
4. Variabel Faktor Demografis
Adapun yang dijadikan sebagai dependent variable (DV) adalah Political Trust.
Sedangkan sisa lainnya adalah independent variable (IV).
43
3.2.2 Definisi operasional
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan variabel
independen, maka selanjutnya penulis menentukan definisi operasional dari
variabel-variabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
Penjelasan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut.
3.2.2.1 Variabel dependen
Political Trust
Political trust merupakan evaluasi seseorang terhadap institusi politik dan
pemegang otoritas yang tampil apakah sesuai dengan harapan normatif publik.
3.2.2.2 Variabel independen
Membership (keanggotaan) adalah perasaan bahwa individu telah
menginvestasikan diri sendiri untuk menjadi anggota dalam sebuah komunitas.
Influence (pengaruh) adalah konsep dua arah dari ketertarikan dan pengaruh dari
seorang terhadap kelompok dan sebaliknya. Perasaan dihargai ketika dapat
memberi pengaruh dan perasaan terekskalasi ketika diberi pemahaman akan
meningkatkan keeratan individu tersebut terhadap komunitasnya.
Integration and fulfillment of needs (integrasi dan pemenuhan kebutuhan) adalah
perasaan dimana kebutuhan para anggotanya akan terpenuhi dari sumber-sumber
yang diterima melalui keanggotaan grup.
44
Shared emotional connection (hubungan emosional bersama) adalah perasaan akan
suatu hubungan, berbagi cerita, dan ‘semangat’, tentang seberapa intens dan
berkualitasnya interaksi yang ada di dalam suatu tatanan.
Internal political efficacy yaitu keyakinan mengenai pengetahuan politik,
pemahaman politik, kepercayaan diri, kemampuan diri untuk terlibat urusan politik.
Eksternal political efficacy merupakan keyakinan seseorang tentang respon pejabat
politik dan lembaga pemerintah terhadap tuntutan warga. Dilihat dari dua aspek
yaitu efikasi berbasis rezim (regime based efficacy) dan efikasi berbasis incumbent
(incumbent based efficacy). Efikasi berbasis rezim (regime based efficacy)
berhubungan dengan persepsi seseorang tentang sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pemerintah atau pejabat. Efikasi berbasis incumbent (incumbent
based efficacy) berkaitan dengan persepsi seseorang tentang respon pemerintah
terhadap tuntutan rakyat.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Dalam penilitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai alat
pengumpul data. Skala yang digunakan berisi pernyataan mengenai political trust,
political efficacy, dan sense of community. Responden akan diminta untuk mengisi
setiap pernyataan dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai.
45
Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala model Likert dengan menggunakan
empat pilihan jawaban. Ketiga skala tersebut disusun dalam model skala likert,
penulis hanya menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dan dengan tidak menggunakan
pilihan jawaban tengah (netral/ragu-ragu) untuk mengurangi pengaruh
“kecenderungan netral” atau mengamankan responden yang menempatkan jawaban
mereka di tengah sebagai angka netral dan mendorong responden untuk
memutuskan sendiri apakah positif atau negatif. Penulis membagi dua kategori item
pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable serta menentukan bobot nilai. Adapun
skor untuk masing-masing pilihan jawaban tertera pada 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk pernyataan favorable dan unfavorable
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
3.3.2 Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari 3 alat ukur, yaitu alat
ukur political trust, alat ukur political efficacy dan alat ukur sense of community.
46
1. Skala political trust
Dalam penelitian ini, penulis mengadaptasi alat ukur political trust yang pernah
disusun oleh Loeber (2011). Alat ukur political trust ini terdiri dari 12 item dengan
tiga dimensi. Dimensi ini terdiri dari trust with politicians, trust with institution,
dan trust with democracy.
Tabel 3.2
Blueprint skala Political Trust
No. Dimensi Indikator Nomor Item
Jumlah Fav Unfav
1
Trust with politicians
percaya pada
pemerintah, pejabat
publik, dan politisi 1
2, 3, 4,
5 5
2 Trust with institution Percaya pada institusi 6, 7, 8 3
3 Trust with demokrasi
Percaya pada sistem
demokrasi 9, 10, 11, 12 4
Total 12
2. Skala Political Efficacy
Political efficacy diukur dengan sekala political efficacy yang penulis susun sendiri
berdasarkan teori political efficacy oleh Craig dkk. (1990). Respon jawaban yang
diberikan terdiri dari empat alternatif jawaban mulai dari sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut ini blue print skala political efficacy:
47
Tabel 3.3
Blueprint skala political efficacy
Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Fav Unfav
4 1
Internal- pengaruh politik
political- pemahaman politik 2 10 2
efficacy kepercayaan diri 1 7 2
kemampuan diri 3 13 2
External- Regime base efficacy 5, 6 8 3
Political- Incumbent base- 9, 14 11, 12 4
efficacy efficacy
Total 14
3. Skala Sense of community
Pengukuran sense of community menggunakan alat ukur Sense of community Index-
2 (SCI-2) (Chavis, Lee & Acosta, 2008) yang terdiri dari 24 pernyataan. Setiap
dimensi dalam sense of community diwakili oleh enam pernyataan pada SCI-2.
Instrumen ini memiliki pilihan pernyataan dari “Sangat Tidak Setuju” hingga
“Sangat Setuju”. Skoring dengan rentang skala 1 sampai 4, dimana 1 adalah
“Sangat Tidak Setuju”, 2 adalah “Tidak Setuju”, 3 “Setuju”, dan 4 “Sangat Setuju”.
Berikut ini disajikan blue print skala sense of community.
48
Tabel 3.4
Blue Print Skala Pengukuran Sense of community
Dimensi
Indikator Nomor Item Jumlah
Fav Unfav
Membership perasaan memiliki, berbagi rasa
keterkaitan pribadi
7, 8 , 9, 10,
11, 12
6
Influence memiliki pengaruh bagi
komunitas, penting untuk
menjadi bagian dari komunitas
13, 14, 15,
16, 17, 18
6
Integration and
fulfillment of needs
merasa bahwa kebutuhan
anggota akan dipenuhi melalui
keanggotaan mereka dalam grup
1, 2 ,3 ,4, 5,
6
6
Shared emotional
connection
komitmen dan keyakinan
anggota komunitas untuk berbagi
cerita dan waktu bersama
19, 20, 21,
22, 23, 24
6
Jumlah 24
3.4 Pengujian Validitas Alat Ukur
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, penulis melakukan uji validitas
konstruk instrumen. Oleh karena itu, penulis menggunakan CFA (Confirmatory
Factor Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen 1) political
trust, 2) political efficacy dan 3) sense of community. Umar (2012) menjelaskan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik
adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Konsep
ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui
analisis terhadap respon atas item-itemnya.
49
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala
bersifat unidimensional.
3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan
(p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
4. Jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka
model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai koefisien
positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih besar dari
1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur faktor
yang hendak diukur (tidak di-drop).
50
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat bahwa
untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur
hal lain.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
Lisrel 8.7.
3.5 Uji Validitas Konstruk
3.5.1 Uji validitas skala political trust
Pada uji validitas konstruk political trust penulis menguji apakah 12 item bersifat
unidimensional, artinya hanya mengukur political trust.
Penulis menguji apakah 12 item yang ada dalam alat ukur political trust bersifat
unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis CFA ternyata tidak fit, dengan Chi
Square = 527.62, df = 54, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.207. Namun setelah
dilakukan modifikasi sebanyak sembilan belas kali diperoleh model fit dengan nilai
Chi Square = 44.20, df = 35, P-value = 0.13703, RMSEA = 0.036. Hasil RMSEA
51
< 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu political
trust.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut dengan
melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Variabel Political Trust
Item Koefisien Std. Error Nilai T Signifikan
1 0.35 0.07 5.14 √
2 0.45 0.07 6.45 √
3 0.81 0.09 8.49 √
4 0.50 0.07 6.86 √
5 0.61 0.09 6.49 √
6 0.27 0.07 4.11 √
7 0.38 0.07 5.57 √
8 0.48 0.08 5.65 √
9 0.44 0.07 6.67 √
10 0.43 0.07 5.86 √
11 0.00 0.07 0.07 X
12 0.04 0.07 0.63 X
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5, t-value pada sebagian besar item signifikan karena t-value >
1,96 dan faktor loading positif kecuali pada item 11 dan 12. Dengan demikian
jumlah item pada skala stres akademik yang akan dimasukan dalam analisis regresi
berjumlah 10 item.
52
3.5.2 Uji validitas skala political efficacy
Pada uji validitas konstruk political efficacy penulis menguji apakah 14 item
bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur political efficacy.
3.5.2.1 Uji Validitas Konstruk Internal political efficacy
Dalam subbab ini penulis menguji apakah tujuh item yang ada dalam alat ukur
internal political efficacy bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis
CFA ternyata tidak fit, dengan Chi Square = 66.97, df = 14, P-value = 0.0000,
RMSEA = 0.136. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak empat kali
diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 13.39, df = 10, P-value = 0.20270,
RMSEA = 0.041. Hasil RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu internal political efficacy.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut dengan
melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Variabel Internal Political Efficacy
Item Koefisien std. Error nilait Signifikan
1 0.55 0.05 11.18 √
2 0.81 0.05 16.02 √
3 0.70 0.06 11.03 √
4 0.81 0.05 17.11 √
5 0.69 0.06 12.57 √
6 0.51 0.04 11.37 √
7 0.75 0.05 16.19 √
53
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat 7 item yang signifikan. Item
yang signifikan tidak di drop dan di gunakan dalam analisis uji hipotesis. Dan pada
skala ini, semua item signifikan. Jadi, dapat di simpulkan bahwa dari skala internal
political efficacy terdapat 7 item yang signifikan.
3.5.3 Uji validitas skala external political efficacy
Dalam subbab ini penulis menguji apakah tujuh item yang ada dalam alat ukur
external political efficacy bersifat unidimensional atau tidak. Hasil awal analisis
CFA ternyata tidak fit, dengan Chi Square = 251.31, df = 14, P-value = 0.0000,
RMSEA = 0.266. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak delapan kali
diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 6.24, df = 6, P-value = 0.39686,
RMSEA = 0.014. Hasil RMSEA < 0,05 artinya bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu external political efficacy.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item tersebut dengan
melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t<1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Hasilnya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Variabel External Political Efficacy
Item Koefisien std. Error Nilait Signifikan
1 0.39 0.08 4.65 √
2 0.48 0.08 5.70 √
3 0.14 0.06 2.29 √
54
4 -0.33 0.10 -3.26 X
5 -0.73 0.11 -6.72 X
6 -0.55 0.08 -6.76 X
7 -0.48 0.12 -4.08 X
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa dari tujuh item terdapat 3 item yang
signifikan. Item 1,2, dan 3 terbukti signifikan dan tidak di drop sehingga akan
digunakan dalam analisis uji hipotesis. Sementara sisa item lainnya yaitu item 4,5,6,
dan 7 terbukti tidak signifikan dan harus di drop. Jadi, dapat di simpulkan bahwa
dari skala external political efficacy terdapat 3 item yang signifikan dan 4 item yang
tidak signifikan.
3.5.4 Uji validitas skala membership
Penulis menguji apakah 6 item dari membership bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur membership. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 92.92, df = 9, P-
Value = 0.00000, RMSEA = 0..214. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak tiga kali, maka diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 5.50, df = 6, P-value = 0.48122, RMSEA = 0.000
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah yang perlu di drop atau tidak.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, jika nilai t >
55
1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item pengukuran membership dapat dilihat dalam tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Skala Membership
Item Koefisien std. Error Nilait Signifikan
1 0.68 0.05 15.02 √
2 0.79 0.06 12.55 √
3 0.61 0.05 12.40 √
4 0.56 0.04 13.09 √
5 0.90 0.05 17.35 √
6 0.83 0.06 14.73 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur
membership, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item yang
digugurkan.
3.5.5 Uji validitas skala influence
Penulis menguji apakah 6 item dari influence bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur influence. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 69.36, df = 9, P-Value =
0.00000, RMSEA = 0.181. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
56
lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak lima kali, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 1.83, df = 4, P-value = 0.76616, RMSEA = 0.000
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah yang perlu di drop atau tidak.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, jika nilai t >
1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item pengukuraninfluence dapat dilihat dalam tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Skala Influence
Item Koefisien std. Error Nilait Signifikan
1 0.65 0.08 7.78 √
2 0.46 0.05 8.42 √
3 0.75 0.09 8.53 √
4 0.67 0.07 9.06 √
5 0.46 0.07 6.38 √
6 0.43 0.06 7.44 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur
influence, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item yang digugurkan.
3.5.6 Uji validitas skala integration and fulfilment of needs
57
Penulis menguji apakah 6 item dari integration and fulfilment of needs bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur integration and fulfilment of needs.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit, dengan Chi-Square = 53.45 df = 9, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.156.
Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak empat kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
1.34, df = 5, P-value = 0.93107, RMSEA = 0.000
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah yang perlu di drop atau tidak.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, jika nilai t >
1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item pengukuranintegration and fulfilment of needs dapat dilihat dalam tabel 3.11
berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Skala Integration And Fulfilment Of Needs
Item Koefisien std. Error Nilait Signifikan
1 0.55 0.06 9.30 √
2 0.92 0.09 10.59 √
3 0.84 0.10 8.79 √
4 0.50 0.07 7.11 √
58
5 0.44 0.05 8.49 √
6 0.61 0.05 11.21 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur
integration and fulfilment of needs, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak
ada item yang digugurkan.
3.5.7 Uji validitas skala shared emotional connection
Penulis menguji apakah 6 item dari shared emotional connection bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur Shared emotional connection. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 45.36, df = 9, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.141 Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak empat kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
2.42, df = 5, P-Value = 0.76762, RMSEA = 0.0000
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah yang perlu di drop atau tidak.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, jika nilai t >
1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
59
item pengukuran shared emotional connection dapat dilihat dalam tabel 3.14
berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Skala Shared Emotional Connection
Item Koefisien std. Error Nilait Signifikan
1 0.76 0.05 16.74 √
2 0.87 0.05 15.76 √
3 0.76 0.06 13.57 √
4 0.76 0.05 14.96 √
5 0.80 0.07 12.07 √
6 0.60 0.06 10.73 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur shared
emotional connection, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item yang
digugurkan.
3.6 Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.
Metode analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh lebih dari satu variabel bebas (IV) dalam penelitian ini yaitu political
efficacy (internal &external), sense of community dan faktor demografis terhadap
variabel terikat (DV) yaitu Political Trust . pada penelitian ini, analisis statistik
60
regresi berganda dihitung dengan menggunakan SPSS versi 22. Persamaan regresi
berganda penelitian adalah:
Dengan penjelasan sebagai berikut :
Y'= Political Trust
a= intercept (konstan)
b= Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1= Internal political efficacy
X2= External political efficacy
X3= Membership
X4= Influence
X5= Integration and fulfillment of needs
X6= shared emotional connection
X7= Jenis kelamin
e= Residual
untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling
sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis
sebagai berikut:
1. R² (koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda:
internal political efficacy, external political efficacy, membership, influence,
Y'= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7
61
integration and fulfillment of needs, shared emotional connection, jenis kelamin,
rumpun keilmuan, penghasilan orangtua, afiliasi orangtua, dan pekerjaan orangtua
terhadap Political Trust.
Besarnya political trust yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya, ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda atau R².
Untuk mendapat nilai R² digunakan rumus sebagai berikut:
R²= 𝑆𝑆 𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆 𝑦
Keterangan:
R² = Koefisien determinasi berganda
SSreg = Regression sum of squares
Ssy = Total sum of squares 2. Uji F
Selanjutnya R² diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau
tidak maka digunakan uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus:
F= 𝑅²/𝑘
(𝐼−R2)/(N−k−I)
Keterangan:
R² = koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independen
N = Jumlah sampel
Dimana k adalah jumlah variabel bebas (IV) dan N adalah jumlah sampel.
Dari uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independen variabel yang
diuji memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (DV).
3. Uji t
62
Kemudian dilanjutkan dengan uji t di mana ini digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh karena itu,
sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai standar eror
estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi
SS.
Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil dibagi dari
b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
t = 𝑏
𝑆𝑏
Keterangan:
b = Koefisien regresi variabel
Sb = Standar eror variabel
Di mana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil
uji t ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh penulis nantinya.
3.7 Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan dalam penelitian ini, yaitu:
3.7.1 Tahapan Persiapan
Tahapan ini dilakukan beberapa hal sebelum melakukan penelitian dilapangan,
yaitu:
1. Perumusan masalah
63
2. Menentukan variabel yang akan diteliti
3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
4. Menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian,
yakni skala political trust, skala political efficacy, skala sense of community
dan pertanyaan untuk demografis.
5. Mentukan lokasi penelitian, yaitu dilaksanakan di Universitas yang berada di
DKI Jakarta.
3.7.2 Tahap Pelaksana
Kemudian beberapa item yang disebarkan kembali kepada responden penelitian.
3.7.3 Tahap Pengolahan Data dan Interpretasi
Pada tahapan ini penulis melakukan skoring pada setiap hasil skala yang telah di isi
oleh masing-masing responden penelitian, kemudian dibuat tabel data dan
melakukan penghitungan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan
pengolahan data menggunakan software SPSS 22.0.
1
2
64
3 BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sampel yang melakukan pengisian kuisioner alat ukur sesuai kriteria sebanyak 205
responden dan akan diikutsertakan ke dalam analisis berikutnya. Sampel tersebut
merupakan 205 mahasiswa yang berasal dari 3 Universitas Islam yang berada di
DKI Jakarta, ketiga Universitas tersebut yaitu Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta), Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Jakarta (UHAMKA Jakarta) dan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI).
Selanjutnya, akan di jelaskan deskripsi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
KRITERIA Jumlah (∑N=205)
Jenis Kelamin Laki-laki 83
Perempuan 122
Universitas UIN Jakarta 75
UAI 65
UHAMKA 65
Rumpun Keilmuan Eksakta 85
Non Eksakta 120
Pekerjaan Orangtua PNS 39
TNI 8
Karyawan swasta 74
Wirausaha 58
Guru 25
Penghasilan Orangtua 1 juta s/d 3 juta 55
3 juta s/d 5 juta 80
5 juta s/d 10 juta 37
10 juta s/d 20 juta 33
65
Berdasarkan jenis kelamin responden dalam penelitian ini didominasi oleh
responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 122 orang (59,5%)
sedangkan untuk responden laki-laki sebanyak 83 orang (40,5%). Selanjutnya,
berdasarkan rumpun keilmuan dalam penelitian ini didominasi oleh Fakultas Non
Eksakta yaitu sebanyak 137 orang (66,9%) sedangkan untuk responden Eksakta
berjumlah 68 orang (33,1%). Berdasarkan pekerjaan orangtua responden, mayoritas
di dominasi oleh karyawan swasta sebanyak 87 orang (42,4%) sedangkan orangtua
responden yang bekerja sebagai TNI merupakan jumlah terendah yaitu hanya
delapan orang (3,9%).
Berdasarkan penghasilan orangtua responden pada penelitian ini sampel
didominasi oleh 3 juta s/d 5 juta sebanyak 89 orang (43,4%), sedangkan yang paling
sedikit yaitu 10 juta s/d 20 juta sebanyak 33 orang (16,1%).
4.2 Analisis Deskriptif
Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif dari political trust. Adapun skor yang
digunakan dalam menganalisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni (t-
score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan
untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil penelitian
dependent variable yang di teliti, dengan demikian semua raw score pada variabel
harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan
mentransformasikan raw score menjadi z-score.
66
Untuk menjelaskan gambaran umum deskriptif statistik dari variabel-
variabel yang diteliti, yang dijadikan acuan dalam perhitungan ini adalah skor
mean, median, standar deviasi, minimum, dan maksimum dari independent variabel
penelitian.skor tersebut disajikan dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
distribusi statstik variabel penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Political Trust 205 23.30 77.69 50.0000 10.00000
Internal Political Efficacy 205 17.61 80.35 50.0000 10.00000
External Political Efficacy 205 28.17 74.37 50.0000 10.00000
Membership 205 24.39 75.05 50.0000 10.00000
Influence 205 18.08 78.05 50.0000 10.00000
Integration Fulfillment of Needs 205 23.20 78.84 50.0000 10.00000
Shared Emotional Connection 205 25.36 73.08 50.0000 10.00000
Valid N (Listwise) 205
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai minimum dari
variabel political trust adalah 23.30 dengan nilai maksimum 77.69, mean 50.0000,
dan standar deviasi 10.00000. Variabel internal political efficacy memiliki nilai
minimum yaitu 17.61, nilai maksimum 80.35, mean 50.0000, dan standar deviasi
10.00000. Variabel external political efficacy memiliki nilai minimum yaitu 28.17,
nilai maksimum 74.37, mean 50.0000, dan standar deviasi 10.00000. Variabel
membership memiliki nilai minimum yaitu 24.39, nilai maksimum 75.05, mean
50.0000, dan standar deviasi 10.00000. Variabel Influence memiliki nilai minimum
67
yaitu 18.08, nilai maksimum 78.05, mean 50.0000, dan standar deviasi 10.00000.
Variabel integration fulfillment of needs memiliki nilai minimum yaitu 23.20, nilai
maksimum 78.84, mean 50.0000, dan standar deviasi 10.00000. Variabel shared
emotional connection memiliki nilai minimum yaitu 25.36, nilai maksimum 73.08,
mean 50.0000, dan standar deviasi 10.00000.
4.3 Kategorisasi Variabel
Peneliti melakukan analisa deskriptif sebagai sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan data mentah
(raw score) akan tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah
menggunakan rumus t-score yang sebelumnya dijelaskan di bab 3. Nilai tersebut
sebagai pembatas peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari
masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor dijelaskan pada tabel
4.3.
Tabel 4.3
Rumus kategorisasi skor
Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.5.
10
4 Kategorisasi 5 Rumus
6 Rendah 7 X≤M
8 Tinggi 9 X>M
68
Tabel 4.4
kategori skor variabel
Variabel Frekuensi %
Tinggi Rendah tinggi rendah
Political Trust 94 111 45.9 54.1
Internal Political Efficacy 101 104 49.3 50.7
External Political Efficacy 122 83 59.5 40.5
Membership 131 74 63.9 36.1
Influence 124 81 60.5 39.5
Integration and fulfillment of needs 90 115 43.9 56.1
Shared emotional connection 135 70 65.9 34.1
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 205 jumlah subjek penelitian,
terlihat pada variabel political trust didominasi oleh responden dengan kategori
rendah yaitu sebanyak 111 orang. Pada variabel internal political efficacy
didominasi oleh responden dengan kategori rendah yaitu sebanyak 104 orang. Pada
variabel external political efficacy didominasi oleh responden dengan kategori
tinggi yaitu sebanyak 122 orang. Pada variabel membership didominasi oleh
responden dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 131 orang. Pada variabel influence
didominasi oleh responden dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 124 orang. Pada
variabel integration and fulfillment of needs didominasi oleh responden dengan
kategori rendah yaitu sebanyak 115 orang. Pada variabel shared emotional
connection didominasi oleh responden dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 135
orang.
69
Dari keseluruhan sampel diteliti, dapat disimpulkan bahwa variabel yang
didominasi dengan kategori tinggi adalah external political efficacy, membership,
influence dan shared emotional connection. Sedangkan untuk variabel yang
didominasi dengan kategori rendah ialah political trust, internal political efficacy
dan integration and fulfillment of needs.
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pada tahap ini, penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
(Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan software SPSS 22.0 Uji
hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruhi masing-masing IV terhadap DV
dalam penelitian ini. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu penulis memindahkan skala faktor skor
tersebut dengan menjadi T Score.
Dalam melakukan analisis regresi, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan.
Pertama, besaran R-Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Kedua, apakah secara
keseluruhan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Terakhir, memperhatikan signifikan tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen.
70
4.5.1 Uji hipotesis mayor
Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan: apakah
ada pengaruh yang signifikan antara political efficacy, sense of community dan
faktor demografi terhadap political trust pada masyarakat.
Langkah pertama, penulis melihat besaran R-Square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel
independen.
Untuk tabel R-Square dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,367a ,134 ,104 9,46766
a. Predictors: (Constant), INFLUENCE, EXTERNALPOLITICALEFFICACY, JK, PEKERJAAN,
INTEGRATIONANDFULFILLMENTOFNEEDS, INTERNALPOLITICALEFFICACY, MEMBERSHIP,
SHAREDEMOTIONALCONNECTION
Berdasarkan data pada tabel 4.6 diketahui bahwa perolehan R² sebesar 0.134 atau
13,4%, artinya proporsi varians dari political trust yang dijelaskan oleh internal
political efficacy, external political efficacy, membership, influence, integration
and fulfillment of needs, shared emotional connection dan jenis kelamin dalam
penelitian ini adalah sebesar 13,4%, sedangkan 86,6% lainnya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini.
71
Langkah kedua penulis menganalisis dampak dari keseluruhan independent
variabel terhadap political trust. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2741,579 7 391,654 4.369 ,000b
Residual 17658,421 197 89,637
Total 20400,000 204
a. Dependent Variabel: Political Trust
b. Predictors: (Constant), Jk, membership, external political efficacy, internal political efficacy,
integration and fulfillment of needs, influence, shared emotional connection
Berdasarkan pada tabel di atas,diketahui bahwa nilai Sig. Pada kolom paling kanan
adalah 0.000. dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig.<0.05, maka hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari internal political
efficacy, external political efficacy, membership, influence, integration and
fulfillment of needs, shared emotional connection dan jenis kelamin terhadap
political trust pada mahasiswa ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari
political efficacy, sense of community dan faktor demografi terhadap political trust
pada mahasiswa di DKI Jakarta.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV. Untuk
mengetahui signifikansi atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, dapat
72
dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig. <0.05 maka koefisien regresi
yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap political trust, begitupun
sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV terhadap
political trust dapat di lihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 53.871 5.992 8.991 .000
Internal political
efficacy .289 .080 .289 3.629 .000
External political
efficacy -.233 .075 -.233 -3.091 .002
Membership -.308 .108 -.308 -2.847 .005
Influence -.107 .101 -.107 -1.062 .290
Integration and
fulfillment of
needs
.174 .090 .174 1.938 .054
Shared emotional
connection .123 .111 .123 1.105 .271
Jenis kelamin -.452 1.454 -.022 -.311 .756
Ket: Dependent Variabel Political Trust
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi political trust:
political trust = 53.871 + 0.289 (internal political efficacy) – 0.233 (external
political efficacy) - 0.308 (membership) - 0.107 (influence) + 0.174 (integration and
fulfillment of needs) + 0.123 (shared emotional connection) dan - 0.452 (jenis
kelamin).
73
4.5.2 Uji hipotesis minor
Dari persamaan regresi di atas, dapat di jelaskan bahwa dari sebelas independent
variable hanya tiga variabel yang signifikan diantaranya internal political efficacy,
external political efficacy, dan membership. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
yang di peroleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut :
1. Variabel internal political efficacy : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.289 dengan Sig. sebesar 0.000 (Sig.<0.05). dengan demikian Ha1 yang
menyatakan tidak ada pengaruh signifikan dari internal political efficacy
terhadap political trust ditolak. Artinya internal political efficacy memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap political trust.
2. Variabel external political efficacy : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.233 dengan Sig. sebesar 0.002 (Sig.<0.05). dengan demikian Ha2 yang
menyatakan tidak ada pengaruh signifikan dari external political efficacy
terhadap political trust di tolak. Artinya external political efficacy memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap political trust.
3. Variabel membership : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.308 dengan
Sig. sebesar 0.005 (Sig.<0.05). dengan demikian Ha3 yang menyatakan tidak
ada pengaruh signifikan dari membership terhadap political trust ditolak.
Artinya membership memiliki pengaruh yang signifikan terhadap political
trust.
74
4. Variabel influence : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.107 dengan Sig.
sebesar 0.290 (Sig.>0.05). dengan demikian Ha4 yang menyatakan tidak ada
pengaruh signifikan dari influence terhadap political trust diterima. Artinya
influence tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap political trust.
5. Variabel integration and fulfillment of needs : diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.174 dengan Sig. sebesar 0.054 (Sig.>0.05). dengan demikian Ha5
yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan dari integration and fulfillment
of needs terhadap political trust diterima. Artinya fulfillment of needs tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap political trust.
6. Variabel shared emotional connection : diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.123 dengan Sig. sebesar 0.271 (Sig.>0.05). dengan demikian Ha6
yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan dari shared emotional
connection terhadap political trust diterima. Artinya shared emotinal
connection tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap political trust.
7. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.452 dengan
Sig. sebesar 0.756 (Sig.>0.05). dengan demikian Ha7 yang menyatakan tidak
ada pengaruh signifikan dari jenis kelamin terhadap political trust diterima.
Artinya jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
political trust.
75
4.5.2.1 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas data dilakukan dengan test of homogeneity of variances
untuk variabel demografis yaitu jenis kelamin. Dari hasil uji homogenitas
ditemukan laki-laki lebih tinggi yaitu 51.3809 sedangkan nilai mean perempuan
49.0605, maka dapat disimpulkan jenis kelamin laki-laki memiliki kepercayaan
politik lebih tinggi dibanding dengan jenis kelamin perempuan.
Tabel 4.8
Uji Homogenitas (T-Test)
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Laki-laki 83 51.3809 11.25997 28.01 75.36
Perempuan 122 49.0605 8.97081 23.30 77.69
Total 205 50.0000 10.00000 23.30 77.69
4.6 Proporsi Varian
Untuk melihat proporsi varian dari political trust yang secara keseluruhan dapat
diterapkan pada aspek IV (internal political efficacy, external political efficacy,
membership, influence, integration and fulfillment of needs, shared emotional
connection dan jenis kelamin) penulis melakukan uji analisis regresi berganda
menggunakan SPSS 22.0, hasilnya adalah sebagai berikut.
Selanjutnya penulis menganalisis proporsi varians untuk masing-masing
variabel. Penguji pada tahap ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya
penambahan (incremented) proporsi varians dari setiap IV, yang mana IV tersebut
76
dianalisis dengan menambahkan satu per satu IV, berikut ini adalah tabel proporsi
varians pada political trust yaitu :
Tabel 4.9
Model summary proporsi varian tiap IV Terhadap DV
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
Estimate
Change Statistic
R Square
Change
F
Change
Sig. F
Change
Internal political
Efficacy
.164 .027 .022 9.88915 .027 5.599 .019
External political Efficacy
.268 .072 .063 9.68158 .045 9.798 .002
Membership .324 .105 .091 9.53247 .033 7.369 .007
Influence .324 .105 .087 9.55524 .000 .043 .835
Integration and
fulfillment of needs .358 .128 .107 9.45206 .024 5.390 .021
Shared emotional
Connection .366 .134 .108 9.44604 .005 1.254 .264
Jenis kelamin .367 .134 .104 9.46766 .000 .097 .756
Predictors: (Constant), IPE, EPE, M, I, IFON, SEC, JK
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel internal political efficacy memberikan sumbangan sebesar 2.7 % terhadap
varians political trust.
2. Variabel external political efficacy memberikan sumbangan sebesar 4.5 % terhadap
varians political trust.
3. Variabel membership memberikan sumbangan sebesar 3.3 % terhadap varians
political trust.
77
4. Variabel influence memberikan sumbangan sebesar 0 % terhadap varians political
trust.
5. Variabel integration and fulfillment of needs memberikan sumbangan sebesar 2.4
% terhadap varians political trust.
6. Variabel shared emotional connection memberikan sumbangan sebesar 0.5 %
terhadap varians political trust.
7. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0 % terhadap varians
political trust.
11
78
12 BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independent
variable (internal political efficacy, external political efficacy, membership,
influence, integration and fulfillment of needs, shared emotional connection dan
jenis kelamin) terhadap political trust sehingga dengan demikian hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sense of community, political efficacy
dan faktor demografis terhadap political trust ditolak. Pengaruh sense of
community, political efficacy dan faktor demografis memiliki sumbangan
keseluruhan sebesar sebesar 13,4%, sedangkan 86,6% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini
Berdasarkan hasil analisis regresi yang menguji signifikansi masing-masing
koefisien regresi terhadap variabel terikat, terdapat tiga variabel yang signifikan
mempengaruhi political trust pada mahasiswa di DKI yaitu internal political
efficacy, external political efficacy dan membership. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada variabel internal political
efficacy, external political efficacy dan membership terhadap political trust. Ketiga
79
variabel yang berpengaruh secara signifikan memiliki sumbangan masing-masing
yaitu variabel internal political effucacy sebesar 2.7%, external political efficacy
sebesar 4.5% dan variabel membership sebesar 3.3%.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukan bahwa sense of community, political effiacy dan faktor
demografis secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap political
trust pada mahasiswa di DKI Jakarta. Variabel sense of community yang
berpengaruh signifikan terhadap political trust adalah membership dengan
koefisien regresi sebesar -0.308 dengan nilai sig sebesar 0.005 (sig < 0.05) yang
berarti bahwa membership berpengaruh secara negatif terhadap political trust. Hasil
temuan ini sejalan dengan penelitian Anderson (2009) yang menyatakan bahwa
perasaan saling terikatnya individu satu sama lain karena menjadi bagian dari
sebuah komunitas mempengaruhi tingkat political trust individu. Namun dalam
penelitian ini variabel membership berpengaruh secara negatif terhadap political
trust, yang artinya, berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa semakin
individu mempunyai perasaan memiliki dan rasa identifikasi diri sebagai bagian
dari organisasi mahasiswa, maka akan semakin rendah tingkat political trust,
begitupun sebaliknya.
Pada variabel influence pada variabel sense of community tidak memberikan
pengaruh signifikan terhadap political trust dengan koefisien regresi pada variabel
80
influence sebesar -0.107 dengan Sig. sebesar 0.290 (Sig.>0.05) yang berarti bahwa
influence secara negatif pengaruhnya tidak signifikan terhadap political trust.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa adanya perasaan individu
bahwa ia dapat dipengaruhi oleh komunitasnya dan juga mempengaruhi
komunitasnya tidak berpengaruh siginifikan terhadap political trust. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian Anderson (2010).
Pada variabel integration and fullfillment of need dalam penelitian ini tidak
signifikan mempengaruhi political trust dengan nilai koefisien regresi pada variabel
integration and fulfillment of needs sebesar 0.174 dengan Sig. sebesar 0.054
(Sig.>0.05), yang berarti bahwa integration and fulfillment of needs secara positif
pengaruhnya tidak signifikan terhadap political trust. Hal ini tidak sejalan dengan
pernyataan Anderson (2009) yang menyatakan bahwa perasaan dimana anggota
merasa bahwa kebutuhannya terpenuhi melalui sumber yang berasal dari
keanggotaan dalam kelompoknya cendrung berpengaruh terhadap political trust..
Pada variabel shared emotional connection tidak signifikan mempengaruhi
political trust dengan nilai koefisien regresi pada variabel shared emotional
connection sebesar 0.123 dengan Sig. sebesar 0.271 (Sig.>0.05) yang berarti bahwa
shared emotional connection secara positif pengaruhnya tidak signifikan terhadap
political trust. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Anderson (2009).
81
Pada variabel internal political efficacy dalam variabel political efficacy
memberikan pengaruh signifikan terhadap political trust dengan nilai koefisien
sebesar 0.289 dengan Sig. sebesar 0.000 (Sig.<0.05) yang berarti bahwa internal
political efficacy secara positif pengaruhnya signifikan terhadap political trust.
Artinya mereka yang mempersepsikan dirinya memiliki kemampuan dalam
memengaruhi politik maka orang-orang tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi
terhadap pemegang otoritas dan lembaga politik yang tampil. Mereka cenderung
beranggapan bahwa kepercayaan politik mereka akan berdampak terhadap
kehidupan politik dan pemerintahan didaerahnya. Hasil temuan ini sesuai dengan
pernyataan dari Hu, R., & Sun, I. Y. (2015) menemukan bahwa efikasi internal
(internal efficacy) masyarakat umum berhubungan positif dengan kepercayaan
pada Institusi Polisi.
Pada variabel external political efficacy dalam variabel political efficacy
memberikan pengaruh signifikan terhadap political trust dengan nilai koefisien
regresi sebesar -0.233 dengan nilai sig sebesar 0.002 (sig < 0.05) yang berarti bahwa
external political efficacy secara negatif pengaruhnya signifikan terhadap political
trust. Hasil temuan ini sesuai dengan pernyataan dari Hu, R., & Sun, I. Y. (2015)
menemukan bahwa efikasi eksternal (external efficacy) masyarakat umum
berhubungan positif dengan kepercayaan pada Institusi Polisi. Namun dalam
penelitian ini variabel external political efficacy berpengaruh secara negatif
82
terhadap political trust, yang artinya, berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan
bahwa semakin individu mempunyai persepsi yang tinggi terhadap tanggapan
umum pemerintah dalam memenuhi kebutuhan mereka, maka akan semakin rendah
tingkat political trust, begitupun sebaliknya.
Pada variabel jenis kelamin tidak ditemukan pengaruh signifikan pada
political trust dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.452 dengan nilai sig sebesar
0.756 (sig > 0.05). Dari hasil uji homogenitas pada variabel jenis kelamin
ditemukan mean political trust laki-laki lebih tinggi yaitu 51.3809 sedangkan nilai
mean perempuan 49.0605, maka dapat disimpulkan laki-laki memiliki kepercayaan
politik lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Campbell (2006) yang di lakukan di inggris terhadap 2.497
sampel yang menyebutkan bahwa secara signifikan perempuan memiliki peluang
lebih besar untuk percaya pada politik dibandingkan laki-laki. Ini disebabkan
karena pengetahuan dan ketertarikan pada politik yang lebih pada perempuan.
Selain itu perempuan lebih tertarik pada isu-isu kesehatan dan pendidikan yang
diusung oleh partai politik. Mengevaluasi perbedaan gender dalam kepercayaan
politik belum dilakukan secara sistematis, terutama di negara-negara berkembang.
Sehingga perlu adanya riset yang lebih mendalam dalam hal mengetahui perbedaan
gender dalam mempengaruhi kepercayaan politik.
83
5.3 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penulisan ini sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
kekurangan dan keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penulis lain yang akan
meneliti variabel yang sama.
5.3.1 Saran Metodologis
Adapun saran metodologis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, penulis lain yang tertarik meneliti variabel
dependen yang sama disarankan menggunakan faktor-faktor menarik lainnya
yang dapat dijadikan variabel independen misalnya political interest,
kepribadian dan variabel demografi lainnya seperti agama untuk melihat
pengaruhnya terhadap political trust karena dari hasil yang didapatkan hanya
16% yang mempengaruhi political trust pada mahasiswa di DKI Jakarta, sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
2. Diharapkan untuk penelitian mengenai political trust selanjutnya, menggunakan
teknik pengambilan sampel probability sampling (peluang terpilihnya sampel
dapat dihitung atau diketahui) dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasil
penelitian lebih representatif dan lebih dapat digeneralisasikan.
84
3. Penulis lain yang tertarik meneliti variabel dependen yang sama disarankan
untuk memilih responden yang lebih luas selain mahasiswa untuk lebih
memahami variabel political trust secara mendalam di Indonesia. Karena
penelitian ini penting dalam mendukung penguatan demokrasi di Indonesia.
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mengajukan saran yang ditujukan kepada beberapa pihak, yaitu berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui bahwa kedua dimensi dari variabel political efficacy
berpengaruh secara signifikan terhadap political trust yaitu external political efficay
dan internal political efficacy. Dalam upaya meningkatkan political trust
masyarakat, pemerintah dapat melakukan kegiatan pendidikan politik bagi
masyarakat seperti seminar, diskusi publik atau kegiatan-kegiatan lainnya yang
bertujuan untuk memberikan edukasi politik kepada publik.
85
DAFTAR PUSTAKA
Almond, G.A. and Verba, S. (1963) Political Culture: Political Attitudes and
Democracy in Five Nations. Princeton: Princeton University Press.
Ariefana, P. 2019. 134.660 Orang Tanda Tangan Petisi Minta Anies Mundur
dari Kursi Gubernur. Diunduh pada tanggal 7 Juli dari
https://www.suara.com/news/2019/05/27/110808/134660-orang-tanda-
tangan-petisi-minta-aies-mundur-dari-kursi-gubernur
Balch, G. I., & Burke, P. (2015). Society for Political Methodology Multiple
Indicators in Survey Research : The Concept " Sense of Political Efficacy "
Multiple Indicators in Survey Research : The Concept " Sense of Political
Efficacy ". 1(2), 1–43.
Blind, P. K. (2007). Building trust in government in the twenty first century :
review of literaure and emerging issues. (November 2006), 1–31.
Brehm, J. (2012). Individual-Level Evidence for the Causes and Consequences of
Social Capital *. 41(3), 999–1023.
Campbell, R. (2006). Gender and the vote in britain: Beyond the gender gap?.
ECPR press.
Chanley, V. A., Rudolph, T. J., & Rahn, W. M. (2000). The Origins And
Consequences Of Public Trust In Government A Time Series Analysis. 64,
239–256.
Christensen, T., & Lægreid, P. (2005). Trust In Government: The Relative
Importance of Service Satisfaction, Political Factors, and Demography.
Public Performance & Management Review, 28(4), 487–511.
Craig, S. C., Niemi, R. G., & Silver, G. E. (1990). Political Efficacy And Trust : A
Report on the NES Pilot Study Items *. (3).
Dyck, J. J., & Lascher, Æ. E. L. (2009). Direct Democracy and Political Efficacy
Reconsidered. 401–427.
Fauzan, A. 2017. BEM Se-Jabodetabek Minta Anies Sandi Tandatangani Kontrak
Politik Janji Pilkada. Diunduh pada tanggal 10 Januari dari
86
http://kabarkampus.com/2017/10/bem-se-jabodetabek-minta-anies-sandi-
tandatangani-kontrak-politik-janji-pilkada/
Fauzie, R. (2014). Adaptasi dan validasi skala political trust dan political efficacy.
JP3I volume III Nomor 4.
Fisher, J., van Heerde, J., & Tucker, A. (2010). Does one trust judgement fit all?
Linking theory and empirics. British Journal of Politics and International
Relations, 12(2), 161–188.
Fuse, K., & Hanada, N. (2009). Political distrust and gendered attitudes: The
japanese state and women. Sex Roles, 60(11–12), 843–858. H
Grimmelikhuijsen, S., & Knies, E. (2017). Validating a scale for citizen trust in
government organizations. International Review of Administrative Sciences,
83(3), 583–601.
Haryanto, H. C., & Rahmania, T. (2016). Bagaimanakah Persepsi Keterpercayaan
Masyarakat terhadap Elit Politik? Jurnal Psikologi, 42(3), 243.
Hooghe, M., Dassonneville, R., & Marien, S. (2015). The Impact of Education on
the Development of Political Trust: Results from a Five-Year Panel Study
among Late Adolescents and Young Adults in Belgium. Political Studies,
63(1), 123–141.
Hooghe, M., & Pauwels, T. (2009). Where do Distrusting Voters Go to if there is
no Exit or Voice Option? The Impact of Political Trust on Party Choice in
the Belgian Regional Elections of June. Paper presented at the 5th ECPR
General Conference.
Hu, R., & Sun, I. Y. (2015). Chinese Trust in the Police : The Impact of Political
Efficacy and Participation ∗. 96(4).
Kahne, J., College, M., & Westheimer, J. (2005). The Limits of Political Efficacy :
Educating Citizens for a Democratic Society. 289–296.
Komara, I. 2018. Massa Demo di Depan Balai Kota Bakar Foto Anies, Anak-
anak Ikut. Diunduh pada tanggal 7 Juli dari
https://news.detik.com/berita/d-3973951/massa-demo-di-depan-balai-kota-
bakar-foto-anies-anak-anak-ikut
87
Lehman, K., Burns, N., Verba, S., Donahue, J., Schlozman, K. L., College, B., &
Gilligan, C. (2014). Gender and Citizen Participation : Voice ?* Is There a
Different. 39(2), 267–293.
Loeber, L. (2011). Political trust and trust in the election process. Retrived from
http://www.vote.caltech.edu/sites/default/files/political_cynicism_pdf_4e4
c259fc1.pdf.
Lupia, A., & Philpot, T. S. (2005). Views from Inside the Net : How Websites
Affect Young Adults ’ Political Interest. 67(4), 1122–1142.
Matulessy, A. (2013). Political Efficacy, Political Trust Dan Collective Self
Esteem Dengan Partisipasi Dalam Gerakan Mahasiswa. Jurnal Penelitian
Psikologi, 04(01), 84–106.
Mcmillan, D. W., & Chavis, D. M. (1986). Sense of Community : A Definition and
Theory. 14(January), 6–23.
Mitchell A. Seligson (1980). Trust, Efficacy and Modes of Political Participation:
A Study of Costa Rican Peasants. British Journal of Political Science.
Miller, A. H., & Listhaug, O. (1990). Political Parties And Confidence In
Government: A Comparison Of Norway, Sweden And The United States.
British Journal of Political Science, 20(3), 357–386.
Mishler, W., dan Rose, R. (2001). What are the origins of political trust? Testing
institutional and cultural theories in post-communist societies. Comparative
political studies, 34(1), 30-62.
Muller, E. N., Jukam, T. O., Seligson, M. A., Muller, N., & Seligson, A. (2015).
Diffuse Political Support and Antisystem Political Behavior : A Comparative
Analysis * of Arizona of Texas. 26(2), 240–264.
Murphy, P.J., (2011). An Analysis of Political Efficacy Socialisation among
Threshold Voters in the Republic of Ireland. PhD Thesis, University College
Cork.
Rudolph, T. J., & Evans, J. (2005). for Government Spending. 49(3), 660–671
88
Rousseau, D. M., Sitkin, S. B., Burt, R. S., & Camerer, C. (1998). Not so different
after all: A cross-discipline view of trust. Academy of Management Review,
23(3), 393–404.
Sancaya, R. 2016. Puluhan Mahasiswa Demo Tolak Reklamasi Teluk Jakarta. Diunduh
pada tanggal 10 Januari dari https://news.detik.com/foto-
news/3297018/puluhan-mahasiswa-demo-tolak-reklamasi-teluk-jakarta
Schiffman, L., Thelen, S. T., Sherman, E., Journal, I., Iss, V., Schiffman, L., …
Sherman, E. (2015). Interpersonal and political trust : modeling levels of
citizens ’ trust.
Seyd, B. (2016). How should we measure political trust? PSA Annual Conference
Paper. Brighton.
T, M. P., Vandebeek, C. A., & Gemino, A. C. (2005). Building citizen trust
through e-government. 22, 720–736.
Umar, J. (2015). Confirmatory factor analysis: Bahan Ajar Perkuliahan. Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Wahyudi, Hasbi. et al (2013). Peran Kepercayaan politik dan Kepuasan
Demokrasi terhadap Partisipasi Politik Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9(2),
94–99.
Wahyudi, J., Milla, M. N., & Muluk, H. (2018). Persepsi Keadilan Sosial dan
Kepercayaan Interpersonal sebagai Prediktor Kepercayaan Politik pada
Mahasiswa di Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial, 15(1), 59–71.
89
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera, semoga Anda selalu diberkahi Tuhan Yang Maha Esa. Saya
Muhammad Ilham Fahreza, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian skripsi mengenai Political Trust
(kepercayaan politik) pada mahasiswa aktivis Organisasi Kampus di beberapa
Universitas yang berada di daerah DKI Jakarta. Dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Sarjana Psikologi, saya
membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh dengan adanya
kerjasama dari Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Saya mohon bantuan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, apabila Anda
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari ketiga Universitas dibawah ini :
- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta)
- Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta (UHAMKA Jakarta)
- Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI)
2. Aktif sebagai Pengurus Organisasi Intra atau Ekstra Kampus
3. Berdomisili dan memiliki Kartu Tanda Pengenal (KTP) DKI Jakarta
Anda diminta untuk memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda dan
jawaban yang diberikan adalah jawaban yang sejujurnya dan paling
menggambarkan diri Anda. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dan setiap
jawaban yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan
untuk keperluan penelitian ini.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi kuesioner
ini mohon diteliti kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak
terjawab atau terlewati. Bantuan Anda dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner
ini merupakan bantuan yang amat besar dan berarti bagi keberhasilan penulisan ini.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama Anda.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Muhammad Ilham Fahreza
90
DATA RESPONDEN
Isilah pilihan yang disediakan dengan cara menyilang pada kotak
yang telah disediakan dibawah ini:
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
3. Asal Universitas :
4. Fakultas : Eksakta Non Eksakta
5. Jurusan :
Pilih salah satu diantara kedua pilihan ini :
6. Aktif sebagai pengurus Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus:
BEM (BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA)
SEMA (SENAT MAHASISWA)
Lainnya, sebutkan :
7. Aktif sebagai pengurus Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus:
PMII
HMI
IMM
KAMMI
8. Pekerjaan Orang Tua/Wali :
Ayah/Wali :
A. Pegawai Negeri Sipil E. Guru/Pendidik
B. TNI/POLRI F. Lainnya, sebutkan :
C. Karyawan Swasta
D. Wirausaha
X
91
Ibu/Wali :
A. Pegawai Negeri Sipil E. Guru/Pendidik
B. TNI/POLRI F. Lainnya, sebutkan :
C. Karyawan Swasta
D. Wirausaha
9. Rata-Rata Penghasilan Orang Tua/Wali per Bulan :
Ayah/Wali :
A. < 1 Juta E. > 10 Juta s/d 20 Juta
B. > 1 Juta s/d 3 Juta F. > 20 Juta s/d 30 Juta
C. > 3 Juta s/d 5 Juta G. Lainnya, sebutkan :
D. > 5 Juta s/d 10 Juta
Ibu/Wali :
A. < 1 Juta E. > 10 Juta s/d 20 Juta
B. > 1 Juta s/d 3 Juta F. > 20 Juta s/d 30 Juta
C. > 3 Juta s/d 5 Juta G. Lainnya, sebutkan :
D. > 5 Juta s/d 10 Juta
10. Afiliasi Organisasi Sosial Kemasyarakatan/Politik pada Orangtua Anda
A. Nahdlatul Ulama (NU) E. Tidak Ada
B. Muhammadiyah F. Lainnya, sebutkan :
C. Front Pembela Islam (FPI)
D. Partai Politik
Tanda Tangan
(________________)
92
PETUNJUK PENGISIAN
Isilah kolom jawaban dengan tanda silang (X) yang memiliki makna berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh pengisian:
N
o
Pernyataan
ST
S
TS S SS
1 Saya mengikuti perkembangan berita politik X
SKALA 1
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan. Anda
diminta untuk mengisi jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda sesuai dengan
petunjuk pengisian di atas pada kolom yang telah disediakan.
93
N
o
Pernyataan
ST
S
TS S SS
1 Mayoritas pejabat DKI Jakarta bertindak jujur.
2
Mayoritas pejabat DKI Jakarta mementingkan
kepentingan pribadi.
3
Gubernur DKI Jakarta terpilih mengingkari janji yang
di ucapkan saat kampanye.
4 Mayoritas pejabat DKI Jakarta adalah koruptor.
5
Calon Gubernur DKI Jakarta terlalu banyak
mengumbar janji.
6
Saya percaya dengan kinerja DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah) DKI Jakarta dalam
membangun DKI Jakarta.
7
Saya percaya DPRD DKI Jakarta sebagai penyalur
aspirasi rakyat DKI Jakarta.
8
Saya yakin Partai Politik memiliki visi dan misi untuk
mensejahterakan rakyat.
9
Menurut saya, pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun
2017 berjalan dengan lancar.
94
10
Saya pikir sistem demokrasi di Indonesia berjalan
dengan baik.
11
Saya yakin pemilihan Gubernur secara langsung
adalah sistem yang cocok untuk diterapkan di
Indonesia.
12
Saya puas dengan sistem demokrasi Indonesia saat
ini.
SKALA 2
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan. Anda
diminta untuk mengisi jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda sesuai dengan
petunjuk pengisian di atas pada kolom yang telah disediakan.
N
o
Pernyataan
ST
S
TS S SS
1
Saya memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam
politik.
2
Saya merasa memiliki pemahaman yang baik tentang
isu-isu penting politik yang dihadapi DKI Jakarta.
95
3
Saya merasa mampu menjalankan pekerjaan yang
berhubungan dengan pemerintahan di DKI Jakarta
(misal: RT, RW, kepala desa, camat, atau jabatan
pemerintahan lainnya).
4
Saya yakin pengetahuan saya mengenai politik dan
pemerintahan di DKI Jakarta tidak kalah dengan
orang lain.
5
Ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh warga
negara untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah
DKI Jakarta
6
Siapa pun yang menjadi Gubernur, setiap warga di
DKI Jakarta bebas mengungkapkan pendapat tentang
bagaimana seharusnya pemerintahan dijalankan.
7
Saya merasa minder ketika berbicara dengan orang
lain tentang politik dan pemerintahan di DKI Jakarta
8
Tidak ada yang bisa saya komentari mengenai apa
yang telah dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta
9
Kebanyakan pejabat pemerintah DKI Jakarta benar-
benar tertarik pada aspirasi rakyat.
96
10
Politik dan pemerintahan di DKI Jakarta tampak
begitu rumit sehingga orang seperti saya sulit
memahaminya.
11
Pejabat DKI Jakarta seharusnya menjadi pelayan
masyarakat, bukan penguasa rakyat.
12
Mereka yang terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta,
sangat mudah melupakan rakyat yang telah
memilihnya
13 Saya tidak memiliki kemampuan dalam bidang politik
14
Menurut saya, pejabat di DKI Jakarta peduli dengan
keluhan rakyat
SKALA 3
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaimana anda menilai diri anda saat ini.
Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataannya, tidak ada jawaban yang benar
atau salah. Anda diminta untuk menunjukkan tingkat kesesuaian atau ketidaksesuaian
Anda pada setiap pernyataan yang diberikan. Dalam pernyataan-pernyataan dibawah
ini yang dimaksud “Organisasi” adalah lembaga internal atau eksternal dimana Anda
aktif sebagai pengurus. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang
tersedia, yaitu:
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju
97
NO I ITEM STJ TJ S SS
1 Saya mendapatkan kebutuhan penting saya karena
saya bagian dari organisasi ini
2 Saya dan anggota organisasi lainnya memiliki
kesamaan nilai
3 Organisasi ini berhasil memenuhi kebutuhan para
anggotanya
4 Menjadi anggota dari organisasi ini membuat saya
nyaman
5 Ketika saya memiliki masalah, saya dapat
membicarakannya dengan anggota organisasi
6 Orang-orang dalam organisasi ini memiliki
kebutuhan, prioritas, dan tujuan yang sama
7 Saya dapat mempercayai anggota organisasi
8 Saya mengenal sebagian besar anggota organisasi
9 Sebagian besar anggota organisasi ini mengenal
saya
10 Organisasi ini memiliki simbol dan ekspresi
keanggotaan seperti pakaian, pin, papan nama,
gordon, aksesoris, logo, bendera, dan tanda
pengenal lainnya yang orang-orang mudah
mengenalinya
11 Saya memberikan banyak waktu dan usaha untuk
menjadi bagian dari organisasi
12 Menjadi anggota organisasi ini adalah bagian dari
identitas saya
98
13 Menyesuaikan diri dalam organisasi ini penting
untuk saya
14 Organisasi ini dapat mempengaruhi organisasi lain
15 Saya peduli dengan apa yang anggota organisasi
pikirkan tentang saya
16 Saya memiliki pengaruh terhadap organisasi ini
17 Ketika ada masalah yang terjadi di organisasi,
anggota organisasi ini dapat menyelesaikannya
18 Organisasi ini memiliki pemimpin yang baik
19 Sangat penting bagi saya untuk menjadi bagian dari
organisasi ini
20 Saya menghabiskan banyak waktu bersama
anggota organisasi dan menikmati kebersamaan
dengan mereka
21 Saya berharap menjadi bagian dari organisasi ini
untuk waktu yang lama
22 Anggota organisasi ini berbagi acara penting
bersama, seperti liburan, perayaan, atau bencana
23 Saya berharap banyak terhadap masa depan
organisasi ini
24 Anggota organisasi ini saling peduli satu sama lain
99
LAMPIRAN 2
PATH DIAGRAM
1. Syntax Skala Political Trust
UJI VALIDITAS KONSTRUK POLITICAL TRUST DA NI=12 NO=205 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 PM SY FI=POLITICALTRUST.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY LK PT FR TD 12 10 TD 7 6 TD 5 3 TD 8 7 TD 10 5 TD 8 3 TD 12 11 TD 2 1 TD 8 4 TD 5 1 TD 12 1 TD 12
4 FR TD 6 4 TD 6 1 TD 7 1 TD 10 3 TD 4 2 TD 8 5 TD 4 1 PD OU TV SS MI
100
2. Syntax Skala Internal Political Efficacy
UJI VALIDITAS KONSTRUK IPE DA NI=7 NO=205 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM7 ITEM10 ITEM13
PM SY FI=IPE.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY LK IPE FR TD 5 1 TD 5 3 TD 6 5 TD 3 2 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=UL
101
3. Syntax Skala External Political Efficacy
UJI VALIDITAS KONSTRUK EPE DA NI=7 NO=205 MA=PM LA ITEM5 ITEM6 ITEM8 ITEM9 ITEM11 ITEM12 ITEM14 PM SY FI=EPE.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY LK EPE FR TD 7 4 TD 3 2 TD 7 1 TD 7 2 TD 7 6 TD 4 3 TD 4 1 TD 5 4 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=UL
4. Syntax Skala Membership
UJI VALIDITAS KONSTRUK MEMBERSHIP DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
PM SY FI=MEMBERSHIP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK MEMBERSHIP FR TD 3 2 TD 6 2 TD 3 1 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=UL
5. Syntax Skala Influence
UJI VALIDITAS KONSTRUK INFLUENCE DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 PM SY FI=INFLUENCE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK INFLUENCE
102
FR TD 3 1 TD 6 5 TD 5 4 TD 4 2 TD 2 1 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=UL
6. Syntax Skala Integration And Fulfilment Of Needs
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTEGRATION DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=IFON.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK IFON FR TD 4 1 TD 5 4 TD 4 3 TD 3 2 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=UL
7. Syntax Skala Shared Emotional Connection
UJI VALIDITAS KONSTRUK SHARED EMOTIONAL DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 PM SY FI=SHAREDEMOTIONALCONNECTION.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK SOC FR TD 6 4 TD 6 3 TD 5 2 TD 5 3 PD OU TV SS MI AD=OFF ME=U
103
LAMPIRAN 3
OUTPUT REGRESI
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,367a ,134 ,104 9,46766
a. Predictors: (Constant), INFLUENCE, EXTERNALPOLITICALEFFICACY, JK, PEKERJAAN,
INTEGRATIONANDFULFILLMENTOFNEEDS, INTERNALPOLITICALEFFICACY, MEMBERSHIP,
SHAREDEMOTIONALCONNECTION
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
POLITICALTRUST 205 23.30 77.69 50.0000 10.00000
INTERNALPOLITICALEFFICA
CY 205 17.61 80.35 50.0000 10.00000
EXTERNALPOLITICALEFFICA
CY 205 28.17 74.37 50.0000 10.00000
MEMBERSHIP 205 24.39 75.05 50.0000 10.00000
INFLUENCE 205 18.08 78.05 50.0000 10.00000
INTEGRATIONANDFULFILLM
ENTOFNEEDS 205 23.20 78.84 50.0000 10.00000
SHAREDEMOTIONALCONNE
CTION 205 25.36 73.08 50.0000 10.00000
Valid N (listwise) 205
104
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2741,579 7 391,654 4.369 ,000b
Residual 17658,421 197 89,637
Total 20400,000 204
a. Dependent Variabel: Political Trust
b. Predictors: (Constant), Jk, membership, external political efficacy, internal political efficacy,
integration and fulfillment of needs, influence, shared emotional connection
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 53.871 5.992 8.991 .000
Internal political
efficacy .289 .080 .289 3.629 .000
External political
efficacy -.233 .075 -.233 -3.091 .002
Membership -.308 .108 -.308 -2.847 .005
Influence -.107 .101 -.107 -1.062 .290
Integration and
fulfillment of
needs
.174 .090 .174 1.938 .054
Shared emotional
connection .123 .111 .123 1.105 .271
Jenis kelamin -.452 1.454 -.022 -.311 .756
Ket: Dependent Variabel Political Trust
105
Model Summary Proporsi Varian Tiap IV Terhadap DV
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
Estimate
Change Statistic
R Square
Change
F
Change
Sig. F
Change
Internal political
Efficacy .164 .027 .022 9.88915 .027 5.599 .019
External political
Efficacy .268 .072 .063 9.68158 .045 9.798 .002
Membership .324 .105 .091 9.53247 .033 7.369 .007
Influence .324 .105 .087 9.55524 .000 .043 .835
Integration and
fulfillment of needs .358 .128 .107 9.45206 .024 5.390 .021
Shared emotional Connection
.366 .134 .108 9.44604 .005 1.254 .264
Jenis kelamin .367 .134 .104 9.46766 .000 .097 .756
Predictors: (Constant), IPE, EPE, M, I, IFON, SEC, JK