polemik jamkesmas indonesia 2012

6
TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS I POLEMIK  PENERAPAN JAMKESMAS DI MASYARAKAT INDONESIA  Dosen Pembimbing : Ns. Rindy Kinanti, S.Kep DISUSUN OLEH : Y udi I rawan 09060034 PSIK VI C PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012

Upload: neneng-fitriani

Post on 20-Jul-2015

593 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 1/6

 

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS I

POLEMIK  PENERAPAN JAMKESMAS DI

MASYARAKAT INDONESIA

 

Dosen Pembimbing : Ns. Rindy Kinanti, S.Kep

DISUSUN OLEH :

Yudi Irawan

09060034

PSIK VI C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

Page 2: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 2/6

 

Komersialisasi Anggaran Dana Kesehatan dan Eksploitasi Jamkesmas 

Kembali berbicara mengenai kartu berobat gratis, di beberapa wilayah seperti di Bogor, misalnya.

Warga miskin tidak harus memiliki kartu berobat gratis untuk mendapatkan pengobatan gratis di rumah

sakit atau puskesmas setempat. Warga miskin disana hanya cukup membawa dan menunjukkan Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM). 100% biaya pengobatan ditanggung pemerintah.

Berhubung semakin banyaknya warga miskin yang meminta hak untuk kartu berobat gratis,

tindakan penyalahgunaan pun bermunculan, seperti pemalsuan kartu keterangan miskin atau bahkan calo.

Calo di sini berperan sebagai pengurus surat keterangan miskin untuk pemfasilitasan berobat gratis.

Biasanya calo adalah perantara anatara pemerintah dan warga. Akibatnya, banyak warga yang tidak 

 berhak mendapatkan surat keterangan miskin dapat memperolah fasilitas berobat gratis, dan sebaliknya,

warga yang miskin menjadi tidak mendapatkan fasilitas berobat gratis. Apakah benar dana Jamkesmas

memang digunakan oleh orang-orang yang berhak? Banyak penduduk yang tidak memiliki KTP (misal

 pemulung) tidak didaftarkan Jamkesmas,karena persayaratan Jamkesmas adalah orang-orang yang

memiliki KTP.

Praktik pencaloan tersebut mungkin terjadi karena kurang tanggapnya pihak kelurahan atau

kecamatan dalam memperhatikan warga miskin, baik itu dari segi pendataan mapun mekanisme rujukan

yang diberlakukan untuk peserta Jamkesmas. Itu adalah contoh kesenjangan sosial lain yang terjadi

antara pemerintah setempat dengan warga.

 Saatnya Restorasi Kebijakan

Pada dasarnya, Jamkesmas mempunyai fungsi utama, yaitu untuk memberi perlindungan kepada

 peserta Jamkesmas dalam bentuk pemeliharaan kesehatan paripurna dengan sistem jaminan kesehatan

yang terkendali, baik mutu maupun biayanya. Namun, apakah fungsi dan tujuan dari Jamkesmas sudah

 berjalan dengan baik saat ini?

Dari pihak pemerintah, pendistribusiannya juga masih terkendala dalam internal, misalnya

ketidaksinkronan antara pemerintah dan DPRD setempat untuk membahas mengenai pencairan dana

anggaran kesehatan khususnya fokus jamkesmas. Selain itu, ada beberapa keluhan di lapangan karena

adanya ketidaktelitian pada saat pendataan warga miskin. Ada beberapa warga miskin yang terlewat,

sehingga tidak mendapatkan kartu Jamkesmas. Hal itu tentu merugikan warga yang memerlukan kartu

tersebut dalam waktu dekat.

Jika ditinjau dari pihak pelayanan rumah sakit, kebanyakan pihak rumah sakit yang bermasalah

hanya melayani pasien dengan cara setengah-setengah, seperti mendapatkan kamar rawat inap dengan

Page 3: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 3/6

 

gratis, tetapi tetap harus membayar biaya infus, atau pihak rumah sakit menolak dengan alasan tempat

tidur penuh, tidak punya peralatan kesehatan, atau dokter dan obat yang tidak memadai. Pemberian

Jamkesmas masih diskriminatif dan pengurusannya masih berbelit-belit, selain itu, terjadi berbagai

 polemik terhadap pelaksanaan Jamkesmas, seperti sulitnya masyarakat miskin masuk ke dalam kuota dan

rumah sakit (RS) rujukan selalu menyatakan kamar penuh ketika melayani pasien Jamkesmas yangdinyatakan harus rawat inap. Juga pelayanan rumah sakit dinilai lamban dalam melayani masyarakat

yang menggunakan kartu Jamkesmas. Paramedis kurang melayani pasien pengguna kartu Jamkesmas

dengan maksimal dan terkesan pilih kasih dengan pasien yang berduit. Kendala juga ditemukan dari

warga pemegang kartu Jamkesmas sendiri. Mereka enggan menggunakan faslitas Jamkesmas, karena

mereka khawatir ditolak berobat secara halus oleh pihak rumah sakit. Disamping itu Rumah sakit rujukan

 juga sering memberikan pelayanan yang tidak berbasis kepercayaan pada validasi surat keterangan tidak 

mampu yang dibuat pemerintah desa, pemerintah daerah juga tidak pernah melakukan verifikasi on the

spot validitas data kemiskinan yang ada di daerahnya. Padahal, secara faktual angka mortalitas, fertilitas,

dan sosial ekonomi terus menjadi masalah yang krusial," yang notabene tidak adanya atau

ketidakakuratan dalam pendataan warga miskin sebagai peserta Jamkesmas.

Sungguh keadaan yang mengenaskan. Di negara berkembang yang sedang ‘maju-maju’-nya ini,

masih saja ada kesenjangan di bidang kesehatan. Pasien yang kurang mampu tidak bisa mendapatkan hak 

 berobat dengan sepenuhnya, seperti yang seharusnya yang telah diatur oleh negara ini. Hanya karena

 banyak pihak lain yang ingin mendapatkan keuntungan dari program Jamkesmas dan kurang baiknya

koordinasi dari berbagai pihak. Seperti kasus pungutan liar atau dokter yang tidak mau dibayar murah. Di

sisi lain ada unsur korupsi atas penggunaan dana Jamkesmas oleh rumah sakit. Maka sudah seharusnya

dievaluasi dengan benar atas pelaksanaan dan penyaluran dana Jamkesmas. Selain korupsi tentu ada

unsur pemerasan di dalamnya. Hal ini harus dijadikan koreksi atas pelaksanaan atas program ini, bukan

dihilangkan bahkan harus diperbaiki dan diperluas kegunaannya.

.Koreksi lainnya adalah terdapat data yang cukup mengejutkan bahwa PAD Kabupaten Bandung

tahun 2009 dan 2010 yang terbesar berasal dari pajak rumah sakit. Sikap pemerintah yang melegalkan

 bahwa biaya kesehatan atau pajak kesehatan dijadikan PAD, sama artinya dengan mengkomersilkan

orang sakit. Di tengah kekurangjelasan informasi program Jamkesmas ke masyarakat serta masih

 banyaknya penyimpangan pelaksanaan program tersebut, negara dalam hal ini DPR RI justru

mengesahkan RUU BPJS yang menjadi polemik besar di masyarakat. Dari masalah-masalah yang terjadi

dapat disimpulkan bahwa keberadaan kartu Jamkesmas dapat membantu warga miskin jika

 pelaksanaannya dilakukan dengan yang seharusnya yaitu bertujuan untuk membantu rakyat dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan bukan untuk menyulitkan mereka.

Page 4: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 4/6

 

Jamkesmas yang dalam konteks prinsipil cukup bagus, karena adanya jaminan kesehatan

masyarakat secara gratis dari negara, diaborsi begitu saja oleh kebijakan yang tidak memihak 

kepentingan rakyat. Karena setelah ditelaah, UU BPJS yang merupakan undang-undang pelaksana dari

UU SJSN yang tidak menjamin pelayanan kesehatan yang gratis dan tanpa batas.

Satu kenyataan bahwa wakil rakyat tidak memahami akan adanya kebutuhan mendasar bagi masyarakatuntuk kesehatan. Sebaliknya kesehatan dijadikan obyek untuk menyedot uang masyarakat yang sakit.

Bila kita baca secara utuh UU SJSN, akan ada syarat untuk mengikutinya, seperti iuran, dan juga

keharusan mendaftar. Sementara tentang ukuran orang miskin, iuran buruh/pekerja dan pengusaha belum

 jelas berapa besarannya. Jangan-jangan akan lebih besar dari jamsostek sekarang. Maka wajar saja,

 penolakan agar lebih jelas isi BPJS menjadi penting, agar tidak seperti membeli kucing dalam karung,

memberi mimpi-mimpi kepada rakyat.

Dengan berbagai permasalahan yang timbul dari berbagai elemen, sudah selayaknya pemerintah

merestorasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat agar tidak ada lagi kasus-kasus yang timbul di

masyarakat serta berbagai masalah kompleks lainnya.

Upaya-upaya restorasi tersebut dapat dimulai dengan mengevaluasi kebijakan dan melakukan

sosialisasi Jamkesmas ke berbagai kawasan di tanah air sehingga pasien miskin tidak lagi menderita.

Selain itu, untuk meningkatkan jumlah pasien diluar Jamkesmas pemerintah sebaiknya melakukan

 berbagai inovasi yaitu dengan berbagai macam pelayanan unggulan, mengubah perilaku tenaga kesehatan

dengan melaksanakan pedoman perilaku 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Citra Pelayanan

Prima (CPP) yakni berkomitmen melaksanakan pelayanan yang cepat dan ramah yang ditunjang oleh

 peralatan-peralatan canggih.

Adanya hubungan yang baik antara pemerintah dengan pihak rumah sakit juga dapat

meningkatkan pelayanan Jamkesmas terhadap pasien miskin. Hubungan baik tersebut akan muncul ketika

kedua belah pihak saling menghargai dan tanggung jawab terhadap kerja sama yang telah dijalin.

Pasien miskinpun sebaiknya turut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program Jamkesmas

dengan memanfaatkan seluruh falisitas yang disedikan pemerintah serta tidak ragu untuk mencari

informasi dan bertanya terhadap pemerintah. Diharapkan dengan adanya restorasi kebijakan tersebut

dapat mengurangi berbagai masalah yang ada di tengah masyarakat serta terbentuk suatu sistem yang

lebih baik, teratur, dan tepat.

Rakyat akan sepakat dan membutuhkan jaminan sosial karena merupakan kebutuhan hidup

mendasar. Namun karena rakyat sudah banyak membayar segala jenis pajak, seharusnya kesehatan

diberikan gratis oleh pemerintah melalui program yang tidak diskriminatif dan bebas iuran. Bukan

Page 5: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 5/6

 

sebaliknya, program berkedok jaminan sosial tetapi pada kenyataannya berwujud asuransi yang berbasis

iuran.

Seharusnya model Jamkesmas yang sudah ada diperbaiki dan dikontrol dengan baik sehingga

 benar-benar memberikan jaminan kesehatan yang gratis untuk rakyat, bukan justru sebaliknya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan Jamkesmas,diantaranya :

1. Meskipun sudah memiliki jamkesmas, pasien tetap dipungut biaya dan pemberian layanan

Jamkesmas masih diskriminatif dan pengurusannya masih berbelit-belit

2. Pemalsuan kartu keterangan miskin (KKM) atau bahkan calo

3. Kekosongan obat dibeberapa Rumah Sakit, khususnya pada pasien Jamkesmas

4. Kurangnya koordinasi dan ketidaktelitian antara puskesmas dg RS rujukan mengenai data peserta

Jamkesmas (warga miskin) dan kesalahpahaman mengenai sistem rujukan Jamkesmas oleh

masyarakat

5. Kebanyakan pihak rumah sakit yang bermasalah yaitu pada pelayanan pasien dengan cara

setengah-setengah dan pelayanan rumah sakit dinilai lamban dalam melayani masyarakat yang

menggunakan kartu Jamkesmas

6. Paramedis kurang melayani pasien pengguna kartu Jamkesmas dengan maksimal dan terkesan

 pilih kasih dengan pasien yang berduit dan penduduk yg berhak memperoleh jamkesmas adalah

 penduduk yang ber KTP

7. Penyimpangan dana Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang terjadi di Rumah Sakit

8. Rumah sakit rujukan juga sering memberikan pelayanan yang tidak berbasis kepercayaan pada

validasi surat keterangan tidak mampu yang dibuat pemerintah desa.

9. Polemik UU BJPS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan UU Sistem Jaminan Sosial

 Nasional (SJSN)

Bebarapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pelayanan

Jamkesmas :

1. Pemerintah selayaknya merestorasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat agar tidak ada lagi

kasus-kasus yang timbul di masyarakat serta berbagai masalah kompleks lainnya.

2. Mengevaluasi kebijakan dan melakukan sosialisasi Jamkesmas ke berbagai kawasan di tanah air 

sehingga pasien miskin tidak lagi menderita

3. Untuk meningkatkan jumlah pasien diluar Jamkesmas pemerintah sebaiknya melakukan berbagai

inovasi yaitu dengan berbagai macam pelayanan unggulan, mengubah perilaku tenaga kesehatan

dengan melaksanakan pedoman perilaku 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)

Page 6: Polemik Jamkesmas Indonesia 2012

5/17/2018 Polemik Jamkesmas Indonesia 2012 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/polemik-jamkesmas-indonesia-2012 6/6

 

4. Citra Pelayanan Prima (CPP) yakni berkomitmen melaksanakan pelayanan yang cepat dan ramah

yang ditunjang oleh peralatan-peralatan canggih

5. Pemberlakuan yang sama bagi pasien yang memiliki atau yang menunjukkan Surat Keteranagn

Tidak Mampu (SKTM) untuk divalidasi dan diberikan layanan yang prima, serta menindak tegas bagi

 para calo atau oknum-oknum yang bertindak sebagai pemfasilitasan berobat gratis6. Adanya hubungan yang baik antara pemerintah dengan pihak layanan daar seperti puskesmas,

kemudian rumah sakit, baik itu dalam pendataan maupun alur rujukan yang benar untuk Jamkesmas,

 juga dapat meningkatkan pelayanan Jamkesmas terhadap pasien miskin. Hubungan baik tersebut akan

muncul ketika kedua belah pihak saling menghargai dan tanggung jawab terhadap kerja sama yang

telah dijalin.

7. Pasien miskinpun sebaiknya turut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program Jamkesmas

dengan memanfaatkan seluruh falisitas yang disedikan pemerintah serta tidak ragu untuk mencari

informasi dan bertanya terhadap pemerintah

8. Seharusnya kesehatan diberikan gratis oleh pemerintah melalui program yang tidak diskriminatif 

dan bebas iuran. Bukan sebaliknya, program berkedok jaminan sosial tetapi pada kenyataannya

 berwujud asuransi yang berbasis iuran

9. Model Jamkesmas yang sudah ada diperbaiki dan dikontrol dengan baik sehingga benar-benar 

memberikan jaminan kesehatan yang gratis untuk rakyat, bukan justru sebaliknya

10. Kesesuaian anggaran dana APBN, dan PAD Artinya pemegang kartu Jamkesmas mendapatkan

 pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis tanpa biaya apapun. Bahkan pengetahuan ini juga tidak 

dimiliki oleh perangkat desa atau pegawai pemerintahan.

11. Meninjau kembali mengenai payung hukum (UU BJPS dan UU SJSN) dalam hal peleburan empat

 program (PT  Askes, PT Jamsostek, PT Taspen, dan PT Asabri) untuk membuat suatu wadah yang

efektif dan efisien dalam pelaksanaannya.