pola komunikasi antara penyuluh agama dengan...

94
POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN RESIDEN DALAM PEMBINAAN SOSIAL KEAGAMAAN DI BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) LIDO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: DEUIS NUR APRIANTI NIM: 1110052000027 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.

Upload: buidan

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN

RESIDEN DALAM PEMBINAAN SOSIAL KEAGAMAAN DI BALAI

BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) LIDO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DEUIS NUR APRIANTINIM: 1110052000027

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.

Page 2: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
Page 3: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
Page 4: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
Page 5: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

i

ABSTRAK

Deuis Nur Aprianti

Pola Komunikasi antara Penyuluh Agama dengan Residen dalam PembinaanSosial Keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional(BNN) Lido

Penyuluh agama merupakan agen perubahan yang membawa ide, gagasan sertamemberikan inovasi bagi perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kinimenuju keadaan yang lebih baik. Sebagai agen perubahan diperlukan banyakkemampuan agar memungkinkan penyuluh dapat sukses merubah masyarakatdalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku salah satunya kemampuanberkomunikasi. Dengan kemampuan komunikasinya maka penyuluh agama tidakterkecuali dapat juga merubah pengetahuan, sikap dan perilaku residen yang adadi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido. Melalui polakomunikasi yang efektif dalam kegiatan pembinaan sosial keagamaan penyuluhagama dapat masuk memberikan informasi dan gagasannya untuk merubahresiden menjadi orang yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT dan diterimaoleh masyarakat lainnya.

Dari pemaparan di atas tersebut ditemukan rumusan masalah: Bagaimana polakomunikasi penyuluh agama terhadap proses pembinaan sosial di Balai BesarRehabilitasi BNN Lido? Bagaimana pola komunikasi penyuluh agama terhadapproses pembinaan keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido?

Kemudian, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yangmenghasilkan data deskriptif dan teknik analisis data yang digunakan yaitutriangulasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi,wawancara, dan dokumentasi.

Teori yang digunakan adalah pola komunikasi menurut H.A.W. Widjaja dalambukunya Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Ada empat pola komunikasi, yaitupola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang.

Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu, dalam pembinaan sosial menggunakanpola komunikasi bintang, ini terjadi ketika residen dan juga staff salingmemberikan pendapat, ide dan gagasan. Pola komunikasi roda, pola bintang dankomunikasi antarpribadi terjadi dalam kegiatan pembinaan keagamaan, polakomunikasi roda terjadi dikarenakan penyuluh agama merupakan orang yangsentral dalam memberikan informasi kepada residen. Penerapan pola bintangmenimbulkan proses komunikasi dua tahap menimbulkan komunikasiantarpribadi.

Page 6: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah. Semoga rahmat serta salam penghormatan

senantiasa tercurah bagi Rasul utusan Allah berikut segenap keluarga, sahabat,

dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya.

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena skripsi yang

menjadi syarat kelulusan sudah sampai pada kesimpulannya. Selama penulisan

skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari

itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Keluarga penulis, khususnya mamah dan bapak yang selalu memberikan

ridhonya, dan selalu menghantarkan anaknya dengan doa. Adik-adik yang

selalu menyemangati penulis.

2. Kepada orang tua penulis Ibu Sri Rezeki Houtman dan Alm. Bapak

Houtman Zainal Arifin yang memberikan doa dan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk tinggal di Yayasan Pondok Sruni

sebagai rumah penulis yang ke dua, serta seluruh keluarga penulis di

Yayasan Pondok Sruni.

3. Kepada Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengelola Beasiswa BIDIK MISI yang sudah memberikan bantuan kepada

penulis selama masa kuliah jenjang S1.

4. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

iii

5. Ibu Dra. Rini L. Prihatini, M.Si. selaku ketua jurusan dan Bapak Drs.

Sugiharto, MA. selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam.

6. Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu memberikan arahan dalam penyusunan sampai pada

akhir skripsi

7. Kepada seluruh staff Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido khususnya Bapak

Solihun, Mbak Tuti, Ustadzah Musciner, Ustadz Jajang, Ustadz Jamal,

Ustadz Muslim, Ustadz Luthfi dan residen yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian dan banyak membantu penulis sehingga

penelitian ini berjalan dengan baik dan lancar.

8. Teman-teman penulis Mela Silviana yang telah menemani penulis

beriringan menuju tempat penelitian. Fatmala Dewi, Intan Mayasari, Kiki

Rizki Amelia, Sri Mulyanti, Eka Fitri Yana, Haula Sofiana, Sabatini Ayu

Sentani, Juairiyah, Ida Handayani serta teman-teman yang lain yang tidak

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Semoga Allah meridhoi setiap waktu, langkah dan pengorbanan yang telah

dilakukan selama penyelesaian skripsi ini. Amiin.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan

khususnya untuk jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, mohan maaf atas

segala kekurangan penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Jakarta, 23 Juli 2014

Deuis Nur Aprianti

Page 8: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 7

D. Metodologi Penelitian............................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 14

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................................... 17

A. Pola Komunikasi ...................................................................................... 17

1. Pengertian Pola Komunikasi ............................................................. 17

2. Metode Komunikasi ........................................................................... 22

3. Teknik Komunikasi........................................................................... 23

4. Macam-macam Bentuk Komunikasi ................................................. 24

5. Unsur-unsur Komunikasi dalam Penyuluhan .................................... 28

B. Penyuluh Agama........................................................................................ 35

1. Pengertian Penyuluh Agama ............................................................. 35

2. Tugas Penyuluh Agama .................................................................... 36

C. Pembinaan Sosial Keagamaan .................................................................. 38

1. Pengertian Pembinaan Sosial ............................................................. 38

2. Pengertian Pembinaan Keagamaan ................................................... 40

D. Rehabilitasi Residen................................................................................. 43

1. Pengertian Rehabilitasi ..................................................................... 43

Page 9: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

v

2. Pengertian Residen ............................................................................ 44

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA.................................................................... 46

A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido .......................... 46

B. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido ................................. 49

C. Dasar Hukum, Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi ............................. 50

D. Sumber Daya............................................................................................ 50

1. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan . .......................... 50

2. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Rehabilitasi Sosial ............... 51

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ............................................ 53

A. Gambaran Umum Informan..................................................................... 53

1. Penyuluh Agama................................................................................ 53

2. Residen .............................................................................................. 59

B. Kegiatan Pembinaan Sosial Keagamaan Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido................................................................................................ 63

1. Kegiatan Pembinaan Sosial................................................................ 63

2. Kegiatan Pembinaan Keagamaan ...................................................... 64

C. Analisa Hasil Temuan.............................................................................. 66

1. Analisa Pola Komunikasi dalam Pembinaan Sosial.................. ......... 67

2. Analisa Pola Komunikasi dalam Pembinaan Keagamaan .................. 69

BAB V PENUTUP............................................................................................................... 78

A. Kesimpulan ............................................................................................. 78

B. Saran ....................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyuluh agama sebagaimana tercantum dalam Keputusan

Menteri Agama RI Nomor 791 tahun 1985, adalah pembimbing umat

beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Penyuluh Agama Islam, yaitu

pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta

menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa

agama.1

Secara umum, istilah penyuluhan dalam bahasa sehari-hari

sering digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian

penerangan kepada masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah

maupun oleh lembaga non-pemerintah. Istilah ini diambil dari kata

dasar suluh yang searti dengan obor dan berfungsi sebagai

penerangan.

Pada hakikatnya penyuluhan adalah bagian dari komunikasi,

yaitu proses penyampaian pesan oleh penyuluh kepada mereka yang

di suluh sejak mengetahui, meminati, dan kemudian menerapkannya

1 Ujang Jaenal Mutakin, Penyuluh Agama Islam Cilegonhttp://pokjaluhclg.blogspot.com/2011/08/quo-vadis-peran-dan-fungsi-penyuluh.html. di aksestanggal 19-01-2014, pukul 20.00 WIB

Page 11: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

2

dalam kehidupan yang nyata.2 Bagi seorang penyuluh, kemampuan

yang benar-benar dikuasai dalam berkomunikasi tidak diragukan lagi

merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan. Tanpa kemampuan

berkomunikasi yang memadai, sedikit kemungkinan bagi penyuluh

untuk dapat sukses dalam tugasnya menyampaikan informasi dan

mengajak anggota masyarakat berubah dalam hal pengetahuan, sikap,

dan perilaku.

Sebagai salah satu agen perubahan, maka diperkirakan

kompetensi komunikasi merupakan hal yang penting yang paling

diperlukan penyuluh. Penyuluh datang ke tengah suatu masyarakat

membawa sejumlah ide dan gagasan, umumnya ide dan gagasan

tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi masyarakat yang

didatanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan itu adalah untuk

melakukan perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini

menuju keadaan yang lebih baik lagi. Usaha perubahan tersebut

termasuk ke dalam apa yang dikenal dengan perubahan sosial (social

change), sedangkan orang yang mempelopori perubahan sosial seperti

yang dilakukan oleh para penyuluh disebut sebagai agen perubahan

(agent of change).

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan

berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia

adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling

2 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, (Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 10

Page 12: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

3

membutuhkan satu sama lain. Tanpa berkomunikasi manusia tidak

akan bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah

di muka bumi (khalifah).

Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-

unsur komunikasi, A. W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan

Hubungan Masyarakat mengatakan “bahwa unsur-unsur komunikasi

terdiri atas sumber (orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain

sebagainya), komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio,

televisi, film, dll), pesan (bisa melalui lisan, tatap muka langsung),

saluran media umum dan media massa (media umum seperti radio,

OHP, dll sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan TV),

komunikan (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh

(perbedaan antara apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan

dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan)”.3

Pola komunikasi merupakan gambaran atau rancangan

bagaimana proses komunikasi antara komunikan dengan komunikator

dapat berjalan dengan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh

komunikator kepada komunikan itu dapat sampai dan bisa mengubah

sikap, pendapat, dan perilaku komunikan secara face to face

communication dan dapat juga melalui sebuah medium telepon atau

menggunakan media komunikasi (komunikasi massa) baik secara

3 A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),cet. Ke-3, h. 13

Page 13: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

4

lisan ataupun tulisan dan baik yang terjadi secara individu, antar

individu, maupun kelompok.

Setidaknya ada empat pola komunikasi yang dapat terjadi

dalam suatu kegiatan termasuk dalam kegiatan sosial keagamaan,

yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola

bintang.4

Mantan narapidana adalah orang yang pernah menjalani

hukuman karena tindak pidana. Sedangkan narapidana adalah orang

hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak

pidana).5 Ruang lingkupnya sangat terbatas, mereka tidak dapat

bergaul dengan masyarakat luas selama menjalani hukuman dalam

waktu yang telah ditentukan dan kehidupan mereka sering diliputi

stress, merasa tidak diperhatikan, mudah tersinggung, acuh tak acuh

dan mudah putus asa.

Meskipun mantan narapidana pernah melakukan tindak

kriminal yang melanggar hukum, tapi mereka semua adalah manusia

biasa yang tetap memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Begitu pula

terhadap residen yang berada di Balai Besar Rehabilitasi Badan

Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor, Jawa Barat yang terkait

dengan narkoba. Kebanyakan persepsi orang menyatakan bahwa

pengguna narkoba adalah mereka yang rusak moralnya dan tidak

4 H.A.W. widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000)edisi revisi, h. 102-103

5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 136

Page 14: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

5

memiliki akhlak yang terpuji hingga mereka bisa melakukan tindak

kejahatan.

Mereka juga hamba Allah yang memiliki kesempatan

bertaubat untuk membenahi diri agar kembali pada jalan yang benar

dan tidak mengulangi tindak pidana lagi, maka seharusnya selaku

sesama manusia sesuai fitrahnya untuk saling mengingatkan agar

menjalankan segala hal kebaikan dan mencegah kemunkaran di dunia.

Selain dari itu, agama juga sangat berperan penting terhadap

perubahan perilaku manusia. Sebuah agama dipandang sebagai

pedoman, petunjuk serta pegangan hidup dalam bersikap dan

mengaplikasikannya dalam berperilaku. Bagaimanapun keadaan

manusia tidak lepas dari agama, karena manusia adalah “homo

religius” atau makhluk beragama.6

Berdasarkan unsur-unsur fitrah tersebut maka umumnya umat

Islam dan khusunya penyuluh agama sebagai agent of change dituntut

berusaha sesuai kemampuannya mengemban amanat dari Allah yakni

amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban dan tanggung jawab untuk selalu

menebarkan kebaikan.

Ada upaya untuk menangani para penyalahgunaan narkotika

yakni dengan rehabilitasi serta berkomunikasi dengan mereka agar

6 Frang G. Goble, Mazhab Ke-Tiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow,(Yogya:Kanisius, 1987), h. 155

Page 15: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

6

penyalahguna narkotika dapat memantapkan kepribadian untuk

kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido dengan memiliki tujuan

awal, sebagai pusat rujukan dalam hal pelayanan secara terpadu

meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial terhadap korban

penyalahguna dan atau pecandu narkotika, psikotropika, dan bahan

adiktif lainnya, memfasilitasi pengkajian dan pengembangan

rehabilitasi, serta memberikan bantuan informasi dalam rangka

pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba. Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat berupa

rehabilitasi penyalah guna dan atau pecandu narkoba secara terpadu

berdasarkan aspek medis, psikologis, dan sosial.

Berpijak dari pemikiran di atas, akhirnya penulis

berkesimpulan dan merasa perlu membahas mengenai pola

komunikasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Maka untuk

menjawab semua persoalan tersebut penulis mengambil judul: “Pola

Komunikasi antara Penyuluh Agama dengan Residen dalam

Pembinaan Sosial Keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi Badan

Narkotika Nasional (BNN) Lido”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi

pada beberapa aspek, yaitu:

Page 16: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

7

a) Pola komunikasi penyuluh agama terhadap proses

pembinaan sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

b) Pola komunikasi penyuluh agama terhadap proses

pembinaan keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi BNN

Lido.

2. Perumusan Masalah

Agar dalam pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka

penulis perlu membuat perumusan masalah, yang tersusun dalam

kerangka pernyataan sebagai berikut:

a) Bagaimana pola komunikasi penyuluh agama terhadap

proses pembinaan sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN

Lido?

b) Bagaimana pola komunikasi penyuluh agama terhadap

proses pembinaan keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui pola komunikasi penyuluh agama

terhadap proses pembinaan sosial di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido.

Page 17: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

8

b) Untuk mengetahui pola komunikasi penyuluh agama

terhadap proses pembinaan keagamaan di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido.

2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

bagi pengembangan keilmuan dakwah selanjutnya, serta dapat

menambah wawasan berpikir dalam upaya meningkatkan ilmu

pengetahuan.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi

Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido guna meningkatkan mental dan

keagamaannya terhadap residen sesuai dengan fungsinya yaitu

memperbaiki diri residen sehingga dapat kembali menjadi warga

negara baik dan berguna.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan

paradigma ilmiah. Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa

kenyataan-kenyataan empiris terjadi dalam suatu konteks sosial-

kultural yang saling terkait satu sama lain. Karena itu menurut

paradigma ilmiah setiap fenomena sosial harus diungkap secara

Page 18: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

9

holistik.7 Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain deskriptif, yaitu metode yang bertujuan

untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.8

Pemilihan desain penelitian ini didasarkan atas beberapa

pertimbangan, diantaranya penelitian kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan pola komunikasi yang kompleks dari informan dan

juga memberikan informasi yang lebih mendalam sehingga dapat

memberikan pemahaman yang lebih besar dibandingkan dengan

penelitian kuantitatif. Di sampaing itu, alasan pragmatis juga menjadi

pertimbangan dalam penelitian ini, yaitu biaya murah, waktu yang

cukup singkat, dan rancangan dapat dimodifikasi selama penelitian

berlangsung.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido Jawa Barat selama kurang lebih enam minggu lamanya,

terhitung mulai minggu ke empat bulan April 2014 sampai bulan Juni

2014 minggu pertama. Sebelumnya penulis telah melakukan survei

izin penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 November 2013.

7 M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama, (Pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 59

8 Sandjaja Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006),h. 110

Page 19: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

10

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling dimana pemilihan informan didasarkan

pertimbangan atau kriteria tertentu dari peneliti sehingga akhirnya

mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber.

Adapun yang menjadi kriteria informan ialah mereka yang

terlibat langsung dalam kegiatan pembinaan sosial keagamaan di Balai

Besar Rehabilitasi BNN Lido. Informan dalam penelitian ini adalah 5

penyuluh agama dan 5 residen selaku penerima penyuluhan. Hal ini

dikarenakan penyuluh agama di BNN Lido berjumlah 5 orang dan

residen dalam penelitian ini hanya sebagai cross chek data dengan

fakta dari sumber lain sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil

5 residen.

Pemilihan informan tersebut berdasarkan pada prinsip:

a) Kesesuaian (appropiateness) : informan dipilih

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan

topik penelitian.

b) Kecukupan (adequency) : data yang diperoleh dari

informan harus menggambarkan seluruh fenomena yang

berkaitan dengan topik penelitian.

Page 20: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

11

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

tersebut adalah memperoleh data.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

a) Observasi

Observasi adalah berusaha untuk memperoleh dan

mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap

sesuatu kegiatan secara akurat, serta fenomena yang muncul

dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam

fenomena tersebut.9 Dalam hal ini peneliti mengadakan

penelitian langsung dengan mengamati objek yang diteliti,

yakni bagaimana pola komunikasi antara penyuluh agama

dengan residen dalam pembinaan sosial keagamaan di Balai

Besar Rehabilitasi BNN Lido.

b) Wawancara

Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan

orang-orang yang terlibat sebagai penyuluh agama di Balai

Besar Rehabilitasi BNN maupun residennya, dengan tujuan

untuk mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola

komunikasi dalam proses pembinaan sosial keagamaan sesuai

dengan tujuan dalam penelitian ini. Wawancara tersebut untuk

9 Lexi J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), Cet. Edisi Revisi, h. 37

Page 21: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

12

dijadikan sebagai data primer, semua pembicaraan direkam di

dalam alat perekam suara.

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi

dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara sebagai

garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan

wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering

disebut juga wawancara mendalam, wawancara intensif,

wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (openended

interview), wawancara etnografis. Sedangkan wawancara

terstruktur sering disebut juga wawancara baku (standardized

interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan

sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban

yang juga sudah disedikan.10

c) Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari

berbagai macam data seperti yang tertulis, mengambil foto, dan

statistik dan data-data di perpustakaan atau instansi terkait

lainnya yang dapat dijadikan analisa untuk hasil dalam

penelitian ini.

10 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), h. 180

Page 22: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

13

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji

keabsahannya melalui teknik-teknik berikut:

a) Triangulasi metode, yaitu menguji data atau informasi

dengan menggunakan metode yang berbeda.

b) Triangulasi peneliti, yaitu memeriksa data atau informasi

dengan peneliti yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk

menguji kejujuran, subjektivitas dan kemampuan merekam

data oleh peneliti di lapangan.

c) Triangulasi sumber, yaitu membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari

perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan

atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.

d) Triangulasi situasi, yaitu bagaimana penuturan seorang

informan jika dalam keadaan ada orang lain dibandingkan

dengan dalam keadaan sendiri.

e) Triangulasi teori, yaitu apakah ada hubungan penjelasan

dan analisis atau tidak antara satu teori dengan teori yang

lain terhadap data hasil penelitian.11

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi triangulasi sumber, yaitu melakukan pengecekkan data antara

penyuluh agama dengan residen dan triangulasi situasi, yaitu

11 Hamadi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal danLaporan Penelitian. (Malang: UMM Press, 2008), h. 68

Page 23: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

14

melakukan pengecekkan terhadap kenyataan lapangan dengan

penuturan penyuluh agama dan residen.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan beberapa tema yang sama dengan

penelitian yang ditulis oleh penulis sendiri, yaitu sebagai berikut:

1. Nama Penulis : Shochibul Hujjah

Judul Penelitian : Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan

Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan. Hasil penelitiannya adalah:

Guru Agama merupakan komunikator dalam menyampaikan pesan

(materi pelajaran/pembinaan akhlak) kepada para siswanya. Pesan

berupa materi pelajaran/pembinaan akhlak. Media yang digunakan

adalah sekolah yang menjadi tempat terjadinya komunikasi antara guru

dan siswanya. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana

seorang guru menjadi teladan yang baik bagi para siswanya dalam

bersikap dan berucap.

Adapun perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini adalah

sasaran, dan tempat penelitian. Serta penelitian diatas fokus

Page 24: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

15

penelitiannya terhadap pembinaan akhlak, sedangkan penelitian ini

fokus pada pembinaan sosial keagamaan.

2. Nama Penulis : Armillatussholihah

Judul Penelitian : Pola Komunikasi Perawat dan Pasien Rawat Inap

dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitiannya: Proses komunikasi

yang berlangsung di ruang perawatan merupakan komunikasi yang

bersifat antarpribadi, serta perawat dan pasien rawat inap

menggunakan komunikasi yang bersifat langsung (tatap muka) secara

verbal dan non verbal dan menggunakan pendekatan komunikasi antar

pribadi secara sosiologis, psikologis dan kultural. Perbedaan dari

penelitian di atas adalah sasaran dan tempat penelitian. Penelitian di

atas hanya fokus kepada aspek sosial dan kejiwaannya, sedangkan

penulis menambahkan aspek keagamaannya. Persamaannya yaitu,

ingin melihat bagaimana dengan komunikasi mampu mempengaruhi

pasien yang sedang sakit atau ketergantungan obat.

Menarik dan penting dari penelitian yang dilakukan untuk

penulisan skripsi ini adalah penelitian ini dilakukan di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido yang merupakan pusat Rehabilitasi di

Indonesia bagi penyalahguna narkoba. Menurut penulis itu adalah

salah satu lembaga yang sangat memiliki peran penting dalam

menumbuhkan kesadaran masayarkat agar tidak terjerumus kepada

narkoba.

Page 25: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

16

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam lima

bab, yaitu:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari enam sub,

antara lain: Latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori terdiri dari empat sub, antara lain: Pola

komunikasi, penyuluh agama, pembinaan sosial keagamaan

dan rehabilitasi residen.

BAB III : Menjelaskan tentang gambaran umum lembaga, meliputi:

sejarah Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, visi & misi Balai

Besar Rehabilitasi BNN Lido, dasar hukum, kedudukan tugas

pokok dan fungsi dan sumber daya Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido.

BAB IV: Analisis hasil penelitian, terdiri dari tiga sub, yaitu:

Gambaran umum informan, kegiatan pembinaan sosial

keagamaan Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido dan analisa

hasil temuan pola komunikasi dalam pembinaan sosial

keagamaan.

BAB V: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 26: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola memiliki arti

model, corak, sistem dan bentuk.1 Sedangkan dalam Kamus Bahasa

Indonesia Kontemporer pola diartikan sebagai model, corak, cara kerja

dan bentuk.2

Menurut H.A.W. widjaja di dalam bukunya Ilmu Komunikasi

Pengantar Studi, ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola

roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang (Mudjito). Keempat

pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:3

Gambar.1

Pola Komunikasi Roda

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2005) edisi ke-3, h. 884

2 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: ModernEnglish Press, 2002), h.

3 H.A.W. widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000)edisi revisi, h. 102-103

A C

D

E

B

Page 27: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

18

Gambar.2

Pola Komunikasi Rantai

Gambar.3

Pola Komunikasi Lingkaran

Gambar.4

Pola Komunikasi Rantai

A B C D E

A

E B

CD

E B

CD

A

Page 28: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

19

Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi

kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam

posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh

anggota lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan

persetujuan anggota lainnya. Pola rantai adalah pola yang

mengarahkan seseorang berkomunikasi pada seseorang yang lain

dan kepada anggota yang lainnya dan anggota seterusnya. Pola

lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu

dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan

pesan. Tidak seorang anggota pun yang dapat berhubungan

langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada

anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi

yang diperlukan untuk memecahkan persoalan. Sedangkan pola

bintang adalah pola yang memungkinkan semua anggota bisa

berkomunikasi dengan semua anggota lainnya.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris

communication berasal dari kata Latin communicatio, dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini

ialah sama makna.4 Dalam komunikasi minimal harus mengandung

kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan

minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni

agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009), h. 9

Page 29: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

20

orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan dan

melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah proses

pernyataan antarmanusia. Hal yang dinyatakan itu adalah pikiran

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya.Sedangkan menurut penuturan

Agus M. Hardjana adalah komunikasi adalah proses penyampaian

makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada

orang lain melalui media tertentu”.5

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan arti dari pola

komunikasi itu, merupakan gabungan dua kata antara Pola dan

Komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah cara atau

struktur yang tetap dalam penyampaian pesan yang terjadi atau

berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa dan siapa

yang dipercakapkan. Dapat disimpulkan juga bahwa komunikasi

ialah proses penyampaian pesan dari seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan) untuk tujuan tertentu. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi

berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisispasi atau

bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang

disampaikan.

5 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011), h. 18

Page 30: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

21

Dengan mengetahui gambaran pada sebuah proses

komunikasi maka kita dapat mengetahui komunikasi apa yang

digunakan sehingga apabila terjadi sebuah kekurangan dan

kelemahan kita dapat meminimalisasikannya sehingga tidak

menjadi sebuah kesalahan penyampaian sebuah informasi dalam

sebuah proses komunikasi.

Teori komunikasi dari Harold Laswell menjelaskan bahwa

cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah

menjawab pertanyaan: Why says what in which channel to whom

with what effect? (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa

kepada siapa dengan efek apa).6

Teori ini berkaitan dengan adanya pembinaan sosial

keagamaan atau program Religious Session yang dilakukan di

BNN, di mana teori ini menekankan adanya perubahan pada

komunikan terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Serta adanya hubungan-hubungan, dan lingkungan yang berubah.

Oleh karena itu dengan adanya pembinaan sosial keagamaan di

lembaga BNN maka diharapkan adanya perubahan terhadap

residen baik dari segi perilaku, akhlak, peningkatan ibadah dll.

Dengan adanya komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh agama

ini dapat berjalan dengan baik. Serta adanya kesinambungan dalam

teori, dengan penelitian yang penulis gunakan.

6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009), h. 10

Page 31: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

22

2. Metode Komunikasi

Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan banyak metode yang ditempuh, hal ini tergantung pada

macam-macam tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya, dan

latar belakang dari komunikan sehingga komunikator harus dapat

melihat metode atau cara apa yang akan dipakai supaya pesan yang

disampaikan mengenai sasaran.

Metode tersebut antara lain:7

a) Komunikasi satu tahap

Komunikator mengirimkan pesan langsung kepada

komunikan sehingga timbul kemungkinan terjadi proses

komunikasi satu arah.

b) Komunikasi dua tahap

Komunikator dalam menyampaikan pesannya tidak

langsung kepada komunikan, tetapi melalui orang-orang

tertentu dan kemudian mereka ini meneruskan pesan

kepada komunikan.

c) Komunikasi banyak tahap

Dalam menyampaikan pesan, komunikator melakukan

dengan cara-cara lain, tidak selalu mempergunakan

komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah akan tetapi

dengan cara lain, yakni dengan melalui berbagai tahap.

7 H.A.W. widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 103-104

Page 32: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

23

3. Teknik Komunikasi

Teknik bekomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian

suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa,

sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan.8

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan

komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:9

a) Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-

keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil

kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu

pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif,

misalnya jika audiensi adalah kalangan cendikiawan.

b) Komunikasi Persuasif, yaitu berisikan bujukan, yakni

membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa

apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan

sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri

(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas

kesadaran sendiri.

c) Komunikasi Instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan

yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi

apabila tidak terlaksana. Bentuk yang terkenal dari

penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-

penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan

8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Kelompok, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008)cet. Ke-7, h. 6

9 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. h. 32

Page 33: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

24

di kalangan khalayak. Koersif dapat berbentuk perintah-

perintah, instruksi, dan sebagainya.

d) Hubungan manusiawi, yaitu bila ditinjau dari ilmu

komunikasi hubungan manusiawi ini termasuk ke dalam

komunikasi antarpersona (interpersonal communication)

sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara

dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu

komunikasinya bersifat action oriented, mengandung

kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku

seseorang.

4. Macam-macam Bentuk Komunikasi

Pada dasarnya ada 4 bentuk komunikasi, diantaranya:

komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpribadi, komunikasi

kelompok, dan komunikasi massa. Namun komunikasi yang paling

diperlukan oleh seorang penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya,

antara lain yang menyangkut:

a) Komunikasi antarpribadi

Komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi antara

orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik

secara verbal ataupun nonverbal.10

10 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2005) cet. Ke-8, h. 73

Page 34: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

25

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyuluh agar

bisa menjalin komunikasi antarpribadi dengan masyarakat seperti

yang semestinya:11

1) Kemampuan empati

2) Menciptakan situasi homopholy dengan khalayak

3) Menegakkan keserasian (kompatibilitas) program yang

dijalankannya dengan kebudayaan masyarakat setempat

b) Komunikasi Kelompok

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya,

Human Communication, A Revisian of Approaching Speech

Communication, yang disadur oleh Sasa Djuarsa, memberi

batasan komunikasi kelompok sebagai “interaksi tatap muka

dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau

tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,

pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua

anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota

lainnya dengan akurat.12

Komunikasi kelompok bisa diartikan sebagai suatu

sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

11 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, h. 2212 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2007), cet.

Ke-1. h. 124

Page 35: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

26

menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut, komunikasi

ini dengan sendirinya melibatkan komunikasi interpersonal.13

Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa

sedikit, bisa juga banyak. Jika jumlah orang dalam kelompok

itu sedikit, disebut komunikasi kelompok kecil. Jika jumlah

komunikannya banyak, dinamakan komunikasi kelompok

besar.14

1) Komunikasi kelompok kecil (small group

communication), yaitu komunikasi yang ditujukan

kepada kognisi komunikan. Dalam komunikasi

kelompok kecil pelaku komunikasi berjumlah sedikit.

Dalam komunikasi ini, logika berpikir memiliki

peranan yang sangat penting. Prosesnya terjadi secara

dialogis, tidak linear, tetapi sirkular.

2) Komunikasi kelompok besar (large group

communication) lebih cenderung ditujukan kepada

afeksi (perasaan) komunikan, jadi tidak pada logis

komunikan. Komunikasi kelompok besar bersifat

heterogen, berbeda dengan komunikasi kelompok kecil

yang homogen. Proses komunikasi dalam komunikasi

kelompok besar bersifat linear, satu arah.

13 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),h.65

14 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),h. 177-178

Page 36: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

27

Dapat disimpulkan bahwa, dalam komunikasi kelompok

jumlah komunikan tidak dapat ditentukan secara eksak, berapa

jumlah orang yang termasuk dalam small group

communication atau berapa orang yang termasuk dalam large

group communication.

c) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah salah satu konteks

komunikasi antar-manusia yang sangat besar perannya dalam

perubahan sosial atau masyarakat. Sebagai salah satu konteks

komunikasi, komunikasi massa adalah komunikasi antara-

manusia yang memanfaatkan media (massa) sebagai alat

komunikasi.15

Komunikasi massa pada dasarnya mempunyai proses

yang melibatkan beberapa komponen. Dua komponen yang

berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat: pesan yang diberi

kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran

dan diberi kode oleh penerima (decode): tanggapan yang

diamati penerima: umpan balik yang memungkinkan interaksi

berlanjut antara sumber dan penerima.

Definisi awal dari komunikasi massa sebagai suatu

bidang kajian memfokuskan pada “masyarakat massa” seperti

khalayak komunikasi. Masyarakat massa merupakan

15 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 191

Page 37: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

28

lingkunagan dimana komunikasi massa berfungsi. Herbert

Blumer, dengan menggunakan konsep-konsep yang berasal

dari teori-teori masyarakat massa memberikan ciri-ciri

khalayak massa sebagai:

1) Heterogen dalam komposisi, anggota-anggotanya

berasal dari kelompok-kelompok yang berbeda

dalam masyarakat.

2) Kelompok individu yang tidak mengetahui satu

sama lain, yang terpisah berdasarkan kekhususan

satu sama lain, dan yang tidak dapat berinteraksi

satu sama lain.

Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa,

komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari media massa

sebagai alat bantu dan massa sebagai kumpulan masyarakat

yang jumlahnya banyak.

5. Unsur-unsur Komunikasi dalam Penyuluhan

Unsur-unsur komunikasi dalam penyuluhan yaitu semua unsur

(faktor) yang terlibat, turut serta atau diikutsertakan ke dalam kegiatan

penyuluhan, antara unsur yang satu dengan unsur lainnya tidak dapat

dipisahkan karena semuanya tunjang-menunjang dalam satu aktifitas.

Unsur-unsur tersebut adalah:

Page 38: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

29

a) Penyuluh (communicator, source, sender)

Penyuluh adalah orang yang menyampaikan pesan.

Penyuluh sebagai pihak yang berinisiatif menyampaikan

gagasannya harus dilandasi adanya kepercayaan (source

credibility), dan daya tarik (source attractiveness). Dalam

hal ini kepercayaan dalam diri penyuluh ialah memiliki

keahlian (expertise) sesuai bidangnya sehingga materi yang

dikomunikasikan memiliki daya penetrasi yang tinggi

dalam mendorong dan merangsang perubahan yang

diinginkan.

Penyuluh dalam hal ini komunikator sebagai unsur

yang sangat menentukan proses komunikasi harus

mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk, model, dan

startegi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-

faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan

daya tarik komunikan atau sasaran kepada komunikator

dalam hal ini adalah penyuluh.

Syarat yang diperlukan penyuluh untuk

berkomunikasi, di antaranya:

1) Mempunyai kredibilitas yang tinggi bagi

sasarannya

2) Kemampuan berkomunikasi yang baik

3) Mempunyai pengetahuan yang luas

Page 39: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

30

4) Sikap

5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki

kemampuan untuk melakukan perubahan sikap

atau perubahan pengetahuan pada diri

komunikan.16

b) Sasaran (communicant, communicatee)

Sasaran adalah orang yang menerima materi.

Sasaran di sini adalah sasaran komunikasi, yang merupakan

faktor kunci untuk mendapatkan efek perubahan yang kita

inginkan.

Kelompok sasaran penyuluh agama terbagi ke

dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Kelompok sasaran masyarakat umum:

a) Masyarakat pedesaan

b) Masyarakat transmigrasi

2) Kelompok sasaran masyarakat perkotaan:

a) Komplek perumahan

b) Real estate

c) Masyarakat pasar

d) Masyarakat industri, dll

3) Kelompok sasaran masyarakat khusus:

a) Cendekiawan

16 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-AminPress, 1996), cet. Ke-1, h. 59

Page 40: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

31

b) Generasi muda

c) Lembaga Pengembangan Masyarakat

d) Binaan Khusus; LP, WTS, Rumah Sakit, dll

e) Daerah terpencil

c) Materi

Materi adalah pernyataan yang didukung oleh

lambang. Materi harus dirumuskan secara apik dan

sederhana karena dalam isi materi terkandung makna dan

maksud tertentu, juga menghindari munculnya makna

bersayap dan terselubung sehingga sulit dijelaskan dan

dipahami oleh pihak penerima.

Materi penyuluhan Agama islam pada dasarnya

meliputi materi agama dan materi pembangunan,

meliputi:17

a) Materi Agama: Aqidah, syari’ah, muamalah,

akhlak

b) Materi pembangunan: Pembinaan wawasan

kebangsaan, kesadaran hukum, kerukunan antar

umat beragama, reformasi kehidupan nasional,

partisipasi masyarakat dalam pembangunan

17 Mohammad Idris Abdul Shomad, disampaikan dalam Seminar Nasional:“Implementasi Kebijakan Pengembangan Profesionalisme Penyuluh Agama Islam” UIN Jakarta,29 April 2014

Page 41: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

32

d) Media (channel)

Media adalah sarana atau saluran yang mendukung

kegiatan komunikasi jika sasaran jauh tempatnya atau

banyak jumlahnya.18 Saluran adalah wahana atau alat yang

digunakan sebagai media perantara dalam komunikasi, baik

bahasa, gambar, bunyi, maupun cahaya.19

Media komunikasi di sini ialah alat komunikasi,

seperti berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan,

radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. Media

komunikasi ini sengaja dipilih penyuluh untuk

menghantarkan pesannya agar sampai ke sasaran.

e) Metode

Metode ialah cara penyuluh dalam menyampaikan

materi agar materi yang disampaikan mengenai sasaran.

f) Waktu

Waktu dikatakan sebagai unsur kegiatan

penyuluhan karena hal ini terkait dengan kesempatan. Itu

artinya bahwa dalam kegiatan penyuluhan itu tidak hanya

kesiapan dari penyuluh saja yang diperhatikan namun lebih

kepada waktu luang yang dimiliki oleh sasaran sehingga

membuat mereka lebih nyaman dan bisa serius dalam

18 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 819 Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu, h. 31

Page 42: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

33

mengikuti kegiatan penyuluhan yang ditujukan bagi

mereka. Dengan kata lain jika kita ingin kegiatan

penyuluhan itu berjalan dengan semestinya, terkait dengan

waktu selain yang menyangkut kesempatan maka yang juga

harus diperhatikan yaitu materi apa yang dibutuhkan oleh

sasaran waktu itu.

g) Tempat

Tempat tidak jauh berbeda dengan waktu, tempat

dikatakan sebagai unsur penyuluhan karena juga

menunjang kegiatan penyuluhan itu sendiri. Tempat dapat

mempengaruhi jalannya kegiatan penyuluhan karena

berkaitan dengan suasana hati dari sasaran dan penyuluh.

Maksudnya adalah tempat itu bisa membangun suasana,

suasana kegiatan penyuluhan yang dilakukan dalam suatu

ruangan akan berbeda dengan kegiatan penyuluhan yang

dilakukan di luar ruangan.

Dalam komunikasi ada satu unsur yang menjadi standar

keberhasilan pesan yang disampaikan dari komunikator kepada

komunikan, yaitu:

h) Efek (effect, impact, influence)

Efek yaitu dampak sebagai pengaruh pesan. Efek

komunikasi adalah tujuan akhir komunikasi. Komunikasi

dianggap berhasil atau efektif apabila pesan yang

Page 43: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

34

disampaikan dan diterima mampu membuka cakrawala

berpikir sehingga mampu memberi kesan baik atau citra

positif dalam setiap diri khalayak. Efek inilah yang mampu

menuntun khalayak mengambil keputusan yang tepat. Pada

tingkat ini, mungkin terjadi penambahan, penguatan,

bahkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku di

antara peserta komunikasi.20

Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan

menurut kadarnya, yaitu:

1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada

komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu

atau meningkat intelektualitasnya

2) Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada

dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan

hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi

bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu,

misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira,

marah, dan sebagainya

3) Dampak behavioral/psikomotorik, yang paling

tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada

komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau

kegiatan.

20 Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu, h. 32

Page 44: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

35

Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada dalam

penyuluhan merupakan unsur-unsur yang ada dalam komunikasi juga,

keduanya saling berkaitan. Unsur-unsur di atas menunjang

keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan.

B. Penyuluh Agama

1. Pengertian Penyuluh Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menggambarkan

dinamika penggunaan kata penyuluh. Kata penyuluh berasal dari kata

dasar suluh, yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi, dalam

hal ini penyuluh berarti pemberi penerangan atau orang yang bertugas

melaksanakan kegiatan.21

Secara khusus, kata penyuluh terkait dengan istilah bimbingan

yaitu bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) satu

istilah dari cabang disiplin ilmu psikologi. Arti penyuluhan secara

khusus ialah proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok

dengan menggunakan metode psikologi agar yang bersangkutan dapat

keluar dari masalahnya dengan kekuatan sendiri, baik bersifat prefentif

(pencegahan), kuratif, korektif maupun perkembangan.22

Seorang penyuluh harus memahami teknik praktis penyuluhan

berupa kemampuan menjadi narasumber atau penceramah (retorik),

21 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 110022 Isep zainal Arifin, Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui

Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 50

Page 45: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

36

penguasa substansi persoalan, maupun menganalisis kondisi audien,

dan mengoptimalkan penampilan.

Dapat penulis tarik kesimpulan bahwa penyuluha agama adalah

orang yang berperan dalam bertugas atau berprofesi yang memberikan

pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk

mengatasi berbagai masalah dengan menggunakan bahasa agama.

2. Tugas Penyuluh Agama

Sebagai konsekuensi dari tugas yang diembannya, maka pada

setiap penyuluh pada dasarnya tercermin beberapa fungsi yang melekat

pada dirinya.23

a) Seorang penyuluh dapat dilihat sebagai seorang pemimpin

yang membina dan meningkatkan kemampuan anggota

masyarakat dalam usaha bersama mengubah kehidupan

menjadi lebih baik.

b) Seorang penyuluh juga dapat dilihat sebagai seorang

motivator, agar masyarakat yang dibinanya bersemangat

untuk berusaha mencapai cita-cita kehidupan bersama.

c) Dalam proses perubahan itu, penyuluh sekaligus

merupakan fasilitator yang membantu anggota masyarakat

melaksanakan proses kegiatan yang dimaksud.

d) Penyuluh juga dapat dikatakan sebagai agen perubahan atau

orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-

23 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, h. 19

Page 46: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

37

tengah masyarakat. Dengan gagasan-gagasan dan ide-ide

yang disebarluaskannya.

Tugas pokok penyuluh agama Islam adalah melakukan dan

mengembangkan kegiatan penyuluhan agama dan pembangunan

melalui bahasa agama.

Ada beberapa fungsi penyuluh agama Islam, menurut standar

Kementerian Agama, yaitu:24

a) Fungsi Informatif dan Edukatif, penyuluh agama Islam

memposisikan dirinya sebagai da’i yang berkewajiban

mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama

dan mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan tuntutan al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

b) Fungsi Konsultatif, penyuluh agama Islam menyediakan

dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat secara

umum.

c) Fungsi Advokatif, penyuluh agama Islam memiliki

tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan kegiatan

pembelaan terhadap umat/masyarakat binaannya terhadap

berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang

merugikan akidah, mengganggu ibadah dan merusak

akhlak.

24 Makalah Administrasi Penyuluhan, semester 7. Tentang Dasar-dasar dan TujuanSerta Ruang Lingkup Administrasi dan Penyuluhan.

Page 47: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

38

Beberapa al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bahwa:

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolonganumat yang menyeru kepada kabaikan, menyuruh kepada yangma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orangyang beruntung” (QS. Al-Imran:104)

Hadits Rasulullah SAW: “Barang siapa yang melihatkemunkaran, maka rubahlah dengan tangan, apabila tidak kuasa

dengan tangan, maka rubahlah dengan lisan, dan apabila tidakbisa dengan lisan maka dengan hati, walaupun itulah selemah-lemahnya iman”.

Semua fungsi yang dikemukakan di atas tadi menuntut satu

hal yang tidak bisa dielakkan oleh seorang penyuluh, ialah

kemampuan berkomunikasi dengan khalayak, karena penyuluh

juga tidak lain (idealnya) adalah seorang komunikator yang handal.

Bagi seorang penyuluh kemampuan berkomunikasi

merupakan hal yang harus dikuasai, salah satunya dalam

pengembangan sosial keagamaan, karena dengan kemampuan

komunikasi berpangaruh untuk perubahan residen.

C. Pembinaan Sosial Keagamaan

1. Pengertian Pembinaan Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pembinaan”

mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang baik.25

25 W. J. S Purwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Bulan Bintang,1979) Cet ke-3, h. 23

Page 48: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

39

Pembinaan merupakan segala usaha, ikhtiar, dan kegiatan yang

berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.26

Pembinaan sosial merupakan kegiatan yang mengandung

tujuan utama yaitu memperkenankan serta memberi jalan agar bakat-

bakat yang dimiliki oleh setiap manusia itu dapat berkembang, dalam

hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial manusia itu

sendiri. Kehidupan sosial menurut Islam didasarkan pada keluhuran

budi dan ketinggian akhlak, bahkan dianggap sebagai salah satu bagian

penting dalam aqidahnya, juga memperkuat kepribadian manusia itu

dalam segala segi dan persoalannya, baik keruhanian, kecerdasan akal,

kesucian hati, budi pekerti dan juga tubuhnya.27

Pembinaan sosial merupakan salah satu kegiatan yang

diselenggarakan sebuah lembaga tertentu dalam hal ini ialah lembaga

rehabilitasi korban penyalahguna narkoba/pecandu narkotika,

psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Pembinaan sosial menjadi

saran bagi residen atau orang yang sedang dalam masa rehabilitasi

dalam implementasi nilai-nilai sosial. Pembentukan pribadi residen

menjadi manusia seutuhnya akan dapat diwujudkan jika residen

memperoleh kesempatan menghayati kehidupan manusia, baik secara

universal maupun khusus bagi suatu bangsa. Pengalaman dan

26 Masdar Hilmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973), h.53

27 Musthafa Husni Assiba’i, Kehidupan Sosial Menurut Islam, (Bandung: Diponegoro,1988), h. 323 dan 329

Page 49: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

40

kepercayaan itu diperoleh oleh residen secara langsung ketika masa

rehabilitasi dan dari materi-materi yang disampaikan. Disamping itu,

sebagian besar lainnya pengalaman itu diperoleh di luar kegiatan dan

materi yang disampaikan.

Dengan pembinaan sosial ini dimaksudkan agar residen dapat

kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di

rumah, di sekolah/di kampus dan di tempat kerja. Program rehabilitasi

sosial merupakan persiapan untuk kembali kemasyarakat dan diterima

oleh masyarakat.28

2. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan (psikoreligius) terhadap para

penyalahguna NAPZA ternyata memegang peranan penting, baik dari

segi pencegahan, terapi maupun rehabilitasi.

Keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan

“ke” dan akhiran “an”. Kata agama berasal dari bahasa sangsekerta.

Satu pendapat megatakan bahwa agama terdiri dari dua suku kata yaitu

“a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi. Jadi agama

berarti tidak pergi, tetapi ditempat atau diwarisi turun temurun.

Pendapat lain mengatakan agama berarti teks atau kitab suci, karena

setiap agama memang mempunyai kitab suci.

28 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol danZat Adiktif), (Jakarta: FKUI, 2006), h. 138

Page 50: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

41

Agama dipandang sebagai suatu institusi yang lain, yang

mengemban tugas agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam

lingkup lokal, regional, nasional maupun mondial. Maka dalam

tinjauannya yang dipentingkan ialah daya guna dan pengaruh agama

terhadap masyarakat, sehingga berkat eksistensi dan fungsi agama

(agama-agama) cita-cita masyarakat (akan keadilan dan kedamaian,

dan akan kesejahteraan jasmani dan rohani) dapat terwujud.

Menurut Khodijah Salim sebagaimana dikutip Mujahid Abdul

Manaf, agama adalah peraturan Allah SWT, yang diturunkan kepada

Rasulnya yang telah lalu, yang berisikan suruhan, larangan dan lain

sebagainya yang wajib ditaati manusia dan menjadi pedoman serta

pegangan hidup agar selamat dunia akhirat.29

Termasuk dalam pembinaan keagamaan ini adalah semua

bentuk ritual keagamaan, misalnya dalam agama Islam antara lain:

a) Menjalankan sembahyang wajib 5 waktu dan ditambah

dengan sembahyang sunah.

b) Berdo’a dan berdzikir (memohon dan mengingat Allah

SWT).

c) Membaca dan mempelajari isi kandungan al-Qur’an.

29 Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996) Cet ke-2,

Page 51: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

42

d) Pendalaman keagamaan dari pembimbing agama yang

terkait khususnya di bidang keimanan, kesehatan dan

perilaku yang sholeh dan terpuji (akhlakul karimah).30

Pendalaman, penghayatan dan pengalaman keagamaan ini akan

menumbuhkan kekuatan kerohanian (spiritual power) pada diri

seseorang sehingga mampu menekan resiko seminimal mungkin

terlibat kembali dalam penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA.

Hawari (2000) dalam penelitiannya memperoleh data bahwa para

mantan penyalahguna/ketergantungan NAPZA apabila taat dan rajin

menjalankan ibadah, resiko kambuh hanya 6,83 %, bila kadang-

kadang beribadah, resiko kekambuhan 21,50 %, dan apabila tidak

sama sekali menjalankan ibadah agama, resiko kekambuhan mencapai

71,67 %.31

Penelitian yang dilakukan oleh Cancerellaro, Larson dan

Wilson (1982) manyatakan bahwa terapi keagamaan dalam arti

sembahyang, do’a dan dzikir (mengingat Tuhan) terhadap para pasien

penyalahguna/ketergantungan NAPZA ternyata membawa hasil yang

jauh lebih baik daripada hanya terapi medik-psikiatrik saja.32

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa agama

adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam usahanya

mencari hakikat diri hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya

30 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol danZat Adiktif), h. 140

31 Ibid, h. 14132 Ibid, h. 126

Page 52: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

43

dengan Tuhan. Unsur agama dalam rehabilitasi residen mempunyai

arti penting dalam mencapai keberhasilan penyembuhan. Unsur agama

yang mereka terima akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya

diri, harapan dan keimanan. Sedangkan keagamaan merupakan suatu

kegiatan yang berhubungan dengan agama, serta mempunyai peranan

penting dalam penyembuhan residen di dalam masa rehabnya. Maka

fungsinya Islam dalam pembinaan sosial keagamaan adalah dengan

tugas menguatkan agamanya, mendidik pribadinya, membersihkan

ruhaninya dan mempertinggi mutu akhlaknya, semua itu agar residen

tidak lagi terlibat dan memakai narkoba dan zat adiktif lainnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan pembinaan sosial

keagamaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan

nilai-nilai sosial dan agama yang diarahkan pada peningkatan

pemahaman kesadaran tentang nilai-nilai sosial dan nilai-nilai agama,

baik dari segi akhlak, syariah maupun aqidah serta tataran kehidupan.

D. Rehabilitasi Residen

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan

orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik maupun

psikologinya.33

Rehabiliatsi bisa disebut sebagai tempat untuk mulai

membebaskan diri dari ketergantungan narkoba, sebagai modal awal

33 http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/diunduh tgl 18-03-2014,pukul:22:43

Page 53: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

44

untuk bisa bertahan dan bebas dari pengaruh ikut-ikutan atau

keterkaitan dengan keberadaan narkoba, dan untuk selanjutnya dapat

hidup produktif dengan pola hidup sehat (BNN, 2006)

Adapun hasil yang diharapkan setelah residen selesai menjalani

program rehabilitasi adalah antara lain:

a) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

b) Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAPZA.

c) Memiliki keterampilan.

d) Dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan

sehari-hari baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, di

tempat kerja maupun masyarakat.34

Dapat diambil kesimpulan bahwa rehabilitasi tidak hanya

memulihkan kondisi fisik pecandu semata, melainkan pemulihan

mental, emosional, dan spritual. Dengan detoksifikasi fisik pecandu

mengalami perubahan dimana adanya penghilangan racun dari narkoba

yang dapat meniadakan akibat-akibat fisik, namun dengan

detoksifikasi bukan berarti pecandu dinyatakan pulih dari narkoba

(BNN, 2006)35

2. Pengertian Residen

Residen narkoba dapat diartikan sebagai seseorang yang

sedang mengikuti proses pemulihan agar dapat lepas dari

34 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol danZat Adiktif), h. 133

35 Maulani KSG IV (2006) Rehabilitasi Tidak seseram yang Kita Bayangkan, polresmultply.com

Page 54: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

45

ketergantungan narkoba. Pemulihan yang dimaksud adalah upaya yang

dilakukan secara bertahap, untuk mempelajari keterampilan baru dan

tugas-tugas yang mempersiapkannya menghadapi tantangan hidup

bebas tanpa narkoba. Jika gagal, ia beresiko untuk relapse (kambuh).

Page 55: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

46

BAB III

GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN

A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN

Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan

kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat

dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor

6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional

(BAKIN) untuk menanggulangi enam permasalahan nasional yang

menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan

penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan,

penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, dan

pengawasan orang asing.

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk

Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya

adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah

badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari

Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri,

Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan

bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak

mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi

anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan

kebijakan internal BAKIN.

Page 56: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

47

Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan

terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut,

Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan

Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden

Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi

penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah

terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia

(Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak

mempunyai personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN

diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan

tugas dan fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi

untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh

karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002

tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan

Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum

dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan

ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan

fungsi: 1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam

Page 57: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

48

perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan

narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional

penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran

dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus

berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP

(Badan Narkotika Provinsi) dan BNK (Badan Narkotika

Kabupaten/Kota). Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang

memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif

(kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja

optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba

yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang

otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor

83 Tahun 2007 tentang BNN, BNP dan BNK , yang memiliki

kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait

dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan

mitra kerja pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang

masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan

Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan BNKab/Kota)

tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus

meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor

VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah

Page 58: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

49

merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan

mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997.

Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan

kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan

prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat ini adalah cara

untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar narkoba, karena

disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah

digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan juga untuk

menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik (Narco

for Politic).

B. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN

VISI:

Menjadi Pusat Rujukan Nasional Pelaksana Rehabilitasi Bagi

Penyalahguna dan/atau Pecandu Narkoba Secara Profesional.

MISI:

1. melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan

sosial bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba;

2. memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi;

3. melaksanakan pelayanan program wajib lapor pecandu;

Page 59: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

50

4. memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan

pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

C. Dasar Hukum, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

1. Dasar hukum Balai Besar Rehabilitasi BNN sudah tertera dalam

dasar hukum, yakni:

a) Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

b) Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional.

c) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor:

PER/03/V/2010/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja

(OTK) Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

d) Peraturan Katua Badan Narkotika Nasional Nomor:

PER/02/XI/2007/BNN tanggal 15 November 2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Terapi dan

Rehabilitasi BNN.

e) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

D. Sumber Daya

1. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan

a. Dokter umum yang sudah dilatih menangani korban NAPZA

b. Perawat

c. Psikiater (sebagai konsultan)

Page 60: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

51

d. Psikolog

e. Peksos

f. Pembimbing Keagamaan

g. Sopir

h. Satpam

2. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Rehabilitasi Sosial

1. Tenaga Pelayanan Resos

a. Peksos, 1:5 dengan klien (Rasio)

b. Psikolog

c. Pembimbing agama

d. Infrastruktur keterampilan

e. Pendidik/Guru

2. Tenaga Administrasi

a. Tenaga TU

b. Tenaga perpustakaan

c. Bendahara

d. Pembina asrama

e. Juru masak

f. Tukang kebun

g. Satpam

h. Pesuruh

i. Sopir

Page 61: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

52

3. Sarana dan Prasarana

a. Gedung Perkantoran

b. Guest House

c. Asrama Residen

d. Asrama Staff

e. Ruang Kelas

f. Sarana Ibadah (Masjid, Gereja, Vihara)

g. Sarana Olahraga (Futsal, Basket, Bulutangkis, Bilyard, Fitness

Center)

h. Sarana Kesehatan (ICU, Laboratorium Klinik, Radiologi,

Dental Unit, Apotik, VCT, CD 4 unit, USG, EEG, Ambulance)

i. Sarana broadcasting (Radio, audio, dan video)

j. Sarana Percetakan dan Sablon

k. Laboratorium Komputer

l. Perpustakaan

4. Dana

a. Dana dari Orang Tua Klien

b. Subsidi Pemerintah

c. Donatur/masyarakat

Page 62: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

53

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Informan

1. Penyuluh Agama

Penyuluh Agama di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

merupakan pembimbing agama yang bertugas memberikan pembinaan

dan menyampaikan materi tentang agama. Tenaga penyuluh agama di

Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido keseluruhan ada 5 orang terdiri

dari 4 Ustadz dan 1 Ustadzah.

Dari 5 penyuluh agama yang saya wawancarai dengan waktu

yang berbeda-beda, rata-rata bukan lulusan dari penyuluh mereka

merupakan alumni dari perguruan tinggi Universitas Surya Laya.

Secara keilmuan keagamaan mereka sudah mampu menjangkau dan

masuk ke dalam kriteria penyuluh agama, karena mereka lulusan dari

Universitas-universitas Islam, selain dari itu pengalaman kerja dan

mengajar mereka sudah memenuhi syarat keilmuan bahkan salah satu

dari pembimbing agama di sana pernah menjadi salah satu Penyuluh

Agama Honorer (PAH) di Jakarta. Serta dari pembimbing agama di

sana mempunyai pengalaman menjadi pembimbing penyalahguna dan

ketergantungan narkoba di luar Negeri sejak tahun 1988. Penyuluh

agama di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido tidak masuk melalui

jalur PNS Penyuluh, akan tetapi mereka masuk karena diminta oleh

pihak BNN dan adanya kerjasama antara BNN dengan pesantren Surya

Page 63: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

54

Laya Tasik yang merupakan tempat mereka menimba ilmu dan

mengajar. Dengan adanya kerja sama itu metode yang digunakan di

BNN mengikuti metode yang digunakan di Surya Laya, yaitu metode

Inabah. Namun dengan adanya perubahan dihapuslah metode Inabah

menjadi metode yang umum yaitu Terapheutic Community.

Materi keagamaan yang disampaikan tentang akidah akhlak,

fikih, sejarah islam, serta menekankan residennya untuk selalu shalat

berjamaah. Mereka memberikan bimbingan pada Religious Session

yang merupakan bagian dari program TC. Penyuluh agama di Balai

Besar Rehabilitasi BNN Lido antara lain:

a. Ustadzah Musciner

Ustadzah Musciner adalah satu-satunya penyuluh agama

perempuan yang ada di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Ustadzah

Musciner membimbing residen female yang berada di TC female untuk

mengisi religious session. Berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat, lahir

di Serang 15 April 1979. Beliau masuk BNN pada tahun 2013.

“Saya masuk ke BNN tahun 2013 karena ikut suami dan suami sudahlima tahun di sini. Saya diminta untuk mengisi religious session karenabelum ada ustadzahnya...”1

Meskipun ustadzah Musciner bukan lulusan dari Penyuluh

Agama, tapi secara keilmuan dan pengalaman mengajar beliau mampu

memberikan dampak kepada residen terutama dalam pengetahuan

agama.

1 Wawancara dengan Utadzah Musciner (penyuluh agama), Bogor, 22 April 2014

Page 64: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

55

“Saya dulu ambil D2 PAI di Universitas Surya Laya, setelah lulus sayamengabdi di Pesantren Surya Laya. Saya selama di Pesantren sudahmulai ngajar ngaji santri ada juga ibu-ibu yang punya masalah, depresi,nah....saya yang tangani jadi sudah terbiasa sudah banyak pengalaman.Mungkin dilihat dari situ juga saya diminta ngisi di BNN, dankebetulan juga Surya Laya bekerjasama dengan BNN.”2

Ustadzah Musciner masih berstatus sebagai PHL (Pekerja

Harian Lepas) di BNN, namun tidak menyuruti langkah dan niatnya

untuk berdakwah dan mengabdi kepada agama dan negara.

“.....Saya mah kerja di sini niatnya ngabdi buat negara karena BNNkan punya negara, kalau dulu saya ngabdi di Pesantren buat agamakalau sekarang buat negara. Mudah-mudahan kalau niatnya seperti ituanak-anak pada berubah.”3

b. Ustadz Jajang Gunawan

Ustadz Jajang adalah seorang penyuluh agama yang lahir di

Bogor, 25 Februari 1978. Beliau sudah 5 tahun di BNN membimbing

residen male (residen khusus laki-laki) di gedung TC Green II pada

kegiatan pembinaan keagamaan.

“Saya di BNN sedah lima tahun, masuk ke sini berarti 2009. Sayamasuk ke BNN karena saya diminta untuk mengisi pembinaan agamadi sini, kebetulan ada kerjasama antara pesantren Surya Laya denganBNN. Saya tidak melalui jalur lowongan kerja atau PNS, karena adaMOU BNN dengan Surya Laya yang memakai metode Inabah, yang diterapkan juga di BNN.”4

Beliau bukan lulusan dari penyuluh agama, namun secara

keilmuan agama dan cara menyampaikan materi beliau mampu di

fahami oleh residen.

2 Wawancara dengan Utadzah Musciner (penyuluh agama), Bogor, 22 April 20143 Wawancara dengan Utadzah Musciner (penyuluh agama), Bogor, 22 April 20144 Wawancara dengan Ustadz Jajang (penyuluh agama), Bogor, 22 April 2014

Page 65: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

56

“Saya ambil S1 Agama Islam Fakultas Dakwah di Universitas SuryaLaya.”5

Beliau sangat berharap agar di kegiatan religious session

ditambah waktunya, karena sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan keagamaan dan ibadah residen di BNN.

“Masih sedikit waktunya di sini, anak-anak juga bilang waktunyakurang. Mungkin karena di sini bukan pesantren dan di sini umum, danyang diutamakan dalam pembinaan agama di sini shalat 5 waktunya.Kalau misalkan shalat hanya 5 menit kemudian kultumnya 10 menitsudah 15 menit, ditambah dzikirnya 5 menit dan persiapannya palinguntuk religious session 30 menit. Kecuali untuk waktu maghrib sampaiisa kuarng lebih satu jam. Jadi waktu untuk religious session masihkurang. Anak-anak suka meminta tambahan waktu, karena yang latarbelakang agamanya kuat masih belum bisa menerima dengan materikeagamaan yang waktunya sedikit.”6

c. Ustadz Muslim

Ustadz Muslim adalah penyuluh agama yang membimbing

agama kepada residen di unit hope. Sama halnya dengan Ustadz

Jajang, beliau juga mengisi kegiatan religious session.

“Saya di sini pegang residen hope, karena kita sudah dibagi-bagi untukjadi imamnya gitu, untuk menjadi staff religinya gitu.”7

Ustadz Muslim sudah 6 tahun membimbing residen di BNN,

beliau juga merupakan lulusan Universitas Surya Laya.

“Awal masuk kesini itu...mmmhh.. kira-kiara 6 tahun yang lalu, 2008lah. Melalui jalur....yayasan pondok pesantren Surya Laya, yang diTasikmalaya. Naaahhh... begini, dulukan BNN ini kerjasama denganeeeehhh Pondok Pesantren Surya Laya dalam rangka untuk terapirehabilitasi di BNN ini. Naaaahhh... dengan adanya kerjasama itu

5 Wawancara dengan Ustadz Jajang (penyuluh agama), Bogor, 22 April 20146 Wawancara dengan Ustadz Jajang (penyuluh agama), Bogor, 22 April 20147 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 2014

Page 66: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

57

maka dibutuhkanlah ustadz sebagai pembina, pembimbing untukterapi di BNN ini, nah begitu.”8

Ustadz lulusan keagamaan Universitas Surya Laya ini berharap

agar residen dalam masa rehabilitasi di sini mendapatkan hasil yang

positif ketika di masayarakat nanti.

“Ya jelas dong...harapan kita adalah semoga mereka menjadi anakyang soleh dan solehah. Berbakti kepada orang tua, agama dan negara.Mudah-mudahan mereka itu bisa berubah. Nahhh..kan kata Allah juga“ Allah tidak akan merubah suatu kaum terkecuali oleh dirinyasendiri” mudah-mudahan hasil mereka disini sekian bulanmendapatkan hasil yang positif ketika mereka nanti di masyarakat.”9

d. Ustadz Luthfi

Penyuluh agama kelahiran 25 September 1970 ini merupakan

salah satu staff Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido yang dipercayai

untuk memberikan bimbingan agama kepada residen yang berada di

gedung TC male Green II. Beliau merupakan pembimbing agama yang

lebih awal masuk ke BNN di bandingkan dengan pembimbing agama

yang lainnya.

“Emmhhh...kalau dulu itu namanya bukan BNN ya, sekitar tahun 2004baru namanya BNN. Saya juga awalnya bukan di tugasin di sini,nah..saya pindah kesini tahun 2006. Saya masuk ke sini juga di mintaoleh Balai Kasih Sayang, Emmmhh dulu namanya itu Balai KasihSayang. Sebetulnya pembinaan agama sudah ada dari dulu, tapiwaktunya sedikit sekitar seminggu sekali itu 2 jam. Makanya sayadiminta untuk ngisi.”10

Pengalaman beliau sebagai pembimbing agama sudah tidak

diragukan lagi, apalagi beliau pernah mewakili Penyuluh Agama di

Jakarta meskipun latar belakang pendidikannya bukan penyuluh.

8 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 20149 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 201410 Wawancara dengan Ustadz Luthfi (penyuluh agama), Bogor, 23 April 2014

Page 67: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

58

“Saya lulusan IAIN, Tarbiyah jurusan Bahasa Arab. Tapi, saya ceritapengalaman saya sedikit, maaf ya. Saya tahun 2001 itu dapat jasauntuk mewakili tingkat nasional jadi penyuluh agama, lebih tepatnyaPenyuluh Agama Honorer atau PAH di Jakarta.”11

e. Ustadz Jamal

Ustadz Jamal merupakan salah satu pembimbing agama di

BNN yang disalurkan melalui MOU Pesantren Surya Laya dengan

BNN. Beliau masuk karena diminta untuk mengisi kegiatan

keagamaan.

“Masuk BNN eeuhh sekitar tahun 2007. Ada kerja sama dari SuryaLaya dengan BNN. Saya dulunya pembimbing di Pesantren SuryaLaya, dan diminta untuk ngisi bagian keagamaan di BNN. Nah, ketikasaya masuk di sini saya pakai program Inabah yang ada di Surya Laya.Sebelum masuk ke BNN Alhamdulillah pengalaman saya sudahmempuni, pengalaman bergelut di dunia narkoba itu sudah dari tahun1988. Sempat membimbing narapidana narkoba ke Singapura danBrunei. Alhamdulillah kalau pengalaman.”12

Pengalaman menjadi pembimbing agama untuk menangani

orang-orang yang terkena narkoba sudah banyak ditempuh. Bahkan

beliau sampai ke negara lain untuk menangani narapidana narkoba.

Sarjana UNPAD ini merupakan pembimbing agama BNN yang

ditugaskan untuk membimbing residen di unit hope. Beliau

berpendapat bahwa dengan berdzikir insyaallah residen akan tenang

hatinya, dan yang ditekankan oleh beliau adalah residen mau

melaksanakan shalat 5 waktu.

“...Jadi yang penting mereka itu sholat dan diajarkan dzikir. Hasil darizikir itukan yang pertama ketenangan, nah kalau sudah tenang barumau diajak sekolah belajar aktifitas lainnya bias, nah sekarang ini

11 Wawancara dengan Ustadz Luthfi (penyuluh agama), Bogor, 23 April 201412 Wawancara dengan Ustadz Jamal (penyuluh agama), Bogor, 13 Mei 2014

Page 68: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

59

mereka pinter-pinter teori agama. Bahkan pengalaman saya di Bruneiada anak yang berumur 14 tahun sudah hattam al-Qur’an, tetapikenapa masih kena juga. Jadi ada sesuatu yang kosong. Menurut kitaorang Surya Laya itu hatinya yang kosong. Nah, ternyata setelah ditalkin zikir perkembangnnya lebih cepet gitu, kalau saya mengatakanbaca surat ini dia langsung ini surat anu ayat sekian terjemahannyaseperti ini. Jadi hanya kerangkanya isinya gak dapet gitu. Sepertiitu.”13

2. Residen

Selanjutnya residen yang menjadi sample dalam penelitian ini

berjumlah 5 orang, 3 residen male dan 2 residen female. Dari lima

residen tersebut adalah residen yang sedang dalam tahap re-entry.

Tahap re-entry merupakan tahap dimana residen sedang memasuki

masa penyesuaian akhir dan telah memasuki tahap rekonstilasi

sebelum memasuki tahap bina lanjutan dan back to family. Residen

yang peneliti wawancarai antara lain:

a. M. Fikri Azhar

Fikri nama panggilannya adalah salah satu residen male

yang sedang menjalani rehabilitasi di BNN dalam masa rehabilitasi re-

entry. Fikri berasal dari Jambi, usianya masih belasan tahun namun

sudah mencoba obat-obatan terlarang ketika usianya 15 tahun. Fikri

masuk rehabilitasi BNN pada tahun 2014.

“Saya masuk BNN 2014, kenal obat-obatan baru 2 tahun.”14

Fikri masuk rehabilitasi karena perintah orangtuanya. Dia

tidak mau lagi mengecewakan orangtuanya, setelah keluar dari

13 Wawancara dengan Ustadz Jamal (penyuluh agama), Bogor, 13 Mei 201414 Wawancara dengan M. Fikri Azhar (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

Page 69: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

60

rehabilitasi Fikri ingin mengembalikan kepercayaan orangtuanya

kembali.

“Iya, saya disuruh orangtua masuk sini, karena kan di sini bagus jugasaya berfikir kan umpamanya di sini kan dzikir dan sholat itu jaditenang, karena itu lah saya bisa berubah terus juga supaya kalau keluardari sini kan bisa kembaliin kepercayaan orang tua ku.”15

b. Surya Darma

Sama halnya dengan Fikri, Surya masuk rehabilitasi tahun

2014. Surya mengenal obat-obatan terlarang ketika usianya 22 tahun.

“2014 saya masuk BNN. Kalau dulu punya masalah dan belum tahunarkoba paling melampiaskannya sholat, kalau sekarang dari umur 22kemaren kalau ada maalah sekarang lampiaskannya kesitu, ke narkoba,sudah kenal dari 2005..”16

Bapak dari 2 anak ini terkadang tidak bisa menerima dengan

aturan-aturan yang ada di BNN. Namun akhirnya dengan kesadaran

sendiri bahwa ini untuk dirinya lebih baik dia mengikutinya.

“ya kalau kita ngikutin aturan yang ada hati kecil kita itu memang agakbertentangan tapi tujuannya itukan untuk diri kita jadi pelanggaran-pelanggaran lama-lama kita bisa menerimanya pokoknya istilahnyaada yang disimpan untuk diri kita sendiri, ada maknanya gitu jadi yagimanapaun ya kita harus menuruti peraturan yang ada di sini.”17

Dia sangat menyesali perbuatannya karena akibat dari obat-

obatan terlarang dia harus berpisah dengan anak dan juga istrinya. Dia

hanya bisa berdoa agar keluarganya mampu menerima dia ketika

keluar dari rehabilitasi.

15 Wawancara dengan M. Fikri Azhar (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

16 Wawancara dengan Surya Darma (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 201417 Wawancara dengan Surya Darma (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

Page 70: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

61

c. M. Afryan

M. Afryan adalah residen asal Kualasimpang Aceh. Dia baru

berusia 18 tahun, namun sudah terbawa oleh teman-temannya untuk

mencoba obat-obatan terlarang. Afryan masuk rehabilitasi pada tahun

2014.

“Masuk BNN tahun 2014, itu juga di suruh ibu. Karena dari anak-anakibu yang pake obat-obatan cuma saya.”18

Afryan pernah mondok di salah satu pesantren yang ada di

Aceh. Dia selalu bertanya-tanya, kenapa orang-orang yang terkena

narkoba itu kebanyakan adalah orang-orang yang mengerti agama.

Bahkan ketika dia di pondok pesantre.

“Saya kenal narkoba tahun 2009, waktu saya mondok SMP, heran ajakenapa yang kena narkoba itu orang-orang yang ngerti agama.”19

Di tempat rehabilitasi Afrian merasa harus saling membantu,

memotivasi dan memberi masukan karena dia merasa semua di tempat

rehabilitasi mempunyai masalah yang sama.

“Iya saling membantu satu sama lain. Di sinikan prinsipnya, yang jelassemua yang di sini mempunyaii masalah yang sama caramenyelesaikan masalah yang sama itu ya saling membantu kan, salingmemotivasi.”20

18 Wawancara dengan M. Afryan (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

19 Wawancara dengan M. Afryan (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 201420 Wawancara dengan M. Afryan (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

Page 71: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

62

d. Iren Ary Muriyanti, S.E

Sarjana ekonomi asal Kepulauan Riau ini merupakan residen

re-entry female. Dia merupakan sarjana dari salah satu Universitas di

Bekasi.

“Aku kuliahnya 2 kali, iya di bekasi, terus ahamdulillah jadisarjana.”21

Dia berharap dengan di binanya di Balai Besar Rehabilitasi

BNN ini dia bisa berubah, dan mempunyai harapan ke depan agar

menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya serta anak yang berbakti

kepada orangtunya.

“Aku sih pengen berubah, jujur sih pengen berubah dari awal juga akupengen berubah cuman memang kayanya sulit banget ya buat berubah. euuh tapi planning aku waktu itu aku pengen nerusin kerja aku terusaku pengen jadi ibu yang baik buat anak aku terus jadi anak yang baikbuat mama aku . semoga ya.”22

e. Aci Abdawiyah

Perempuan 24 tahun ini merupakan salah satu residen yang

berada di Balai Besar Rehabilitasi BNN dalam masa rehabilitasi re-

entry. Dia pernah mengambil kuliah di Universitas Pasundan Bandung,

namun tidak sampai selesai. Dia juga sempat belajar di pesantren besar

yaitu Gontor.

“Kuliahnya di Bandung di UNPAS, Universitas Pasundan terus pernahpesantren juga di Gontor satu setengah tahun.”23

21 Wawancara dengan Iren (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 2014

22 Wawancara dengan Iren (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 201423 Wawancara dengan Aci (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 2014

Page 72: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

63

Perempuan asal Kalimantan Timur ini berharap agar

Rehabilitasi BNN ini mampu merubah dirinya menjadi lebih baik.

“Ya harapannya sih jauh lebih baik ya yang pasti, jadi rileks lagi gituya bisa lebih membuat yang terbaik untuk keluarga juga pasti kalaumisalkan planning juga ya pasti kan yang positif-positif.”24

Selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil temuan lapangan

berdasarkan fokus penelitian yang telah dituliskan pada bab 1 yaitu,

pola komunikasi penyuluh agama dengan residen dalam pembinaan

sosial dan pola komunikasi penyuluh agama dalam pembinaan

keagamaan.

B. Kegiatan Pembinaan Sosial Keagamaan Balai Besar Rehabilitasi BNN

Lido

1. Kegiatan Pembinaan Sosial

Kegiatan pembinaan sosial yang dimaksud di sini ialah

kegiatan yang bersifat umum yang mengarahkan residen untuk lebih

mengenal diri mereka dan berinteraksi sosial dengan rekan sebaya dan

komunitas. Kegiatan yang bersifat sosial di sana antar lain:

a) Function: kegiatan yang dilakukan dalam rangka

menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggung jawab terhadap

lingkungan disekitar.

b) Morning meeting: kegiatan yang wajib diikuti oleh residen

untuk membahas masalah yang ada di dalam rumah mereka.

c) Seminar: kegiatan ini adalah pemberian materi dari staff untuk

bekal hidup residen kedepan.

24 Wawancara dengan Aci (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 2014

Page 73: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

64

d) Conflic Relation Grup (CRG): merupakan kegiatan yang

dirancang khusus untuk mengekpresikan perasaan sedih,

kecewa, senang dll yang membentuk kelompok-kelompok

kecil.

Kegiatan yang bersifat sosial ini dilakukan setiap hari senin-

jum’at dengan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

pembinaan keagamaan.

2. Kegiatan Pembinaan Keagamaan

Sebelum metode therapeutic community atau TC digunakan di

BNN ini metode dari Surya Laya lah yaitu Innabah yang digunakan.

Hampir semua penyuluh agama di BNN berasal dari pesantren Surya

Laya karena adanya kerjasama antara BNN dengan Surya Laya yang

pada akhirnya memakai metode Innabah. Innabah adalah satu metode

yang membimbing residen untuk kembali ke jalan Allah, dengan cara

mengaji, sholat dan berdzikir.

“Inabah diambil dari bahasa Arab yang artinya kembali kepada Allahgitu, jadi orang-orang yang kembali kejalan Allah kemudian disebutlahInabah. Nah, dulu kan Inabah itu metodenya ngaji, sholat, dzikir,residen dibangunkan jam 2 pagi, mandi, sholat tahajud, dzikir sampaijam 6 pagi setelah itu mereka sarapan setelah sarapan mereka tidurnanti kembali lagi jam 9, gitu program Inabah. Inabah sempat berjalansekitar dua tahun lebih. Saya kurang mengerti juga kenapa programInabah dihilangkan dan diganti. Sekarang semenjak tidak dipakaiprogram itu kami ini hanya pelengkap. Tapi yang penting meskipunsebagai pelengkap kalau waktunya sholat mereka harus ada dan harusada imamnya.”25

25 Wawancara dengan Ustadz Jamal (penyuluh agama), Bogor, 13 Mei 2014

Page 74: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

65

Semenjak metode Innabah ini tidak digunakan lagi oleh Balai

Besar Rehabilitasi BNN pada tahun 2009 Balai Besar Rehabilitasi

BNN menggunakan metode TC dalam kegiatan pembinaan

keagamaan atau yang disebut religious session.

“Religious session kan di bawah struktur TC, jadi metodenya metodeTC, therapeutic community, biasanya disitu temanya itu dikaitkanantara TC sama Islam. Misalkan di sini, eeuhh ada namanya CardinalRules, yang memiliki aturan utamanya no drugs, no sexs, no volence,nah di dalam al-Qur’an juga drugs atau narkoba hukumnya ada, zinahkemudian mencuri ada dalam al-Qur’an. Jadi hal-hal yang ada di TCsaya masukkan Islamnya.”26

Dalam sesi religi ada beberapa hal mengenai keagamaan yang

diberikan oleh penyuluh agama kepada residen, antara lain:

a) TC Male

1) Ba’da shalat subuh: Dzikir, shalat subuh berjamaah dan

berdoa

2) Ba’da shalat dzuhur: Dzikir, shalat dzuhur berjamaah

dan kultum

3) Ba’da shalat ashar : Dzikir, shalat ashar berjamaah dan

materi keagamaan seperti fikih, aqidah, akhlak atau

kisah-kisah nabi

4) Ba’da shalat maghrib sampai isa membaca al-Qur’an

Khusus untuk hari kamis malam jum’at rutin membaca surat

Yaasin.

b) TC Female

26 Wawancara dengan Ustadz Jajang (penyuluh agama), Bogor, 22 April 2014

Page 75: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

66

1) Senin: Tausiyah yang di pimpin oleh Ustadzah

Musciner

2) Selasa: Kultum, yang mengisi adalah residen yang

bertugas

3) Rabu: Tadarus atau membaca al-Qur’an

4) Kamis: Belajar kaligrafi

5) Jum’at: Membaca surat Yaasin

Semua jadwal pembinaan keagamaan di TC male dan TC

female berlangsung selama 5 hari, dari hari senin sampai dengan hari

jum’at. Semua materi yang diberikan oleh penyuluh agama telah

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan baik dari penyuluhnya

sebagai sumber informasi dan residennya sebagai tersuluh.

C. Analisa Hasil Temuan

Analisa hasil temuan dalam penelitian kualitatif deskriptif

analisis yang tidak terlepas dari nilai-nilai objektifitas. Perangkat

analisa yang digunakan selain pengamatan dan penelitian

menggunakan referensi untuk memperkuat dan melegitimasi secara

akademis-ilmiah hasil tujuan. Dengan hasil dari penelitian

menjelaskan deskriptif analisis terkait dengan hasil temuan lapangan.

Fokus analisanya terletak pada pola komunikasi penyuluh agama

dengan residen dalam pembinaan sosial keagamaan baik pola

komunikasi roda, bintang, dan antarpribadi yang terjadi di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido.

Page 76: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

67

Analisa hasil temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisa Pola Komunikasi dalam Pembinaan Sosial

Komunikasi dapat dijadikan alat dalam pembinaan sosial,

khususnya di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido bagi residen yang

terkait kasus narkoba. Kebanyakan persepsi orang menyatakan bahwa

narapidana adalah mereka yang rusak moralnya dan tidak memiliki

akhlak terpuji hingga mereka bisa melakukan tindakan kejahatan.

Telah dibahas pada landasan teori bahwa pola komunikasi

menurut H.A.W Widjaja yaitu, komunikasi pola roda, pola rantai, pola

lingkaran, dan pola bintang.27 Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

dalam pembinaan sosial menggunakan pola komunikasi bintang, yaitu

semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Maksudnya

adalah komunikasi staff-residen, residen-staff, residen-residen.

Ditinjau dari kegiatan morning meeting yang dilakukan setiap hari oleh

residen dan staff. Morning meeting merupakan salah satu kegiatan

yang ada di dalam TC. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh residen

pada tahap re-entry. Dalam kegiatan ini peneliti ikut berpartisipasi

dalam kelompok. Sebelumnya seorang konselor dalam kegiatan ini

meminta izin terlebih dahulu kepada seluruh residen dan diizinkan.

Dalam kegiatan morning meeting pola bintang terlihat ketika

residen dan staff menyampaikan kegiatan sehari-harinya secara

individu. Tujuan dari diadakannya morning meeting agar residen

27 H.A.W. widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000)edisi revisi, h. 102-103

Page 77: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

68

mengawali harinya dengan positif, dan segala hal permasalahan dari

yang terkecil sampai yang besar harus dibahas dalam forum ini. Untuk

mempersentasikan pendapat atau mengawali hal-hal yang ingin

disampaikan, residen harus berdiri terlebih dahulu dan membuka

dengan kalimat “good morning family”, residen yang lain harus respect

dan menjawab dengan “good morning”.

Morning meeting dilaksanakan setiap hari senin-kamis mulai

pukul 07.30-10.00 WIB. Tata cara morning meeting yaitu:

1) Seluruh residen dan staff berkumpul di satu ruangan yang

luas dan membentuk lingkaran.

2) Residen duduk di atas kursi namun terkadang duduk di atas

lantai tanpa alas.

3) Morning meeting di awali dengan sesi announcement,

dilanjutkan dengan awarenes, lalu pull ups, kemudian

interuption, issue, dan di akhiri dengan second half.

4) Morning meeting di tutup dengan do’a.

5) Sebelum residen meninggalkan ruangan, residen saling

bersalaman dan berpelukan (hugh each other).

Pola bintang yang terjadi adalah terjadinya dalam tataran

memberikan announcement, awarness, menyampaikan interuption dan

juga issue. Ketika residen menyampaikan awarness residen atau staff

bisa menanggapi, begitupun sebaliknya. Dalam kegiatan ini residen

Page 78: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

69

dan juga staff melebur, tidak ada perbedaan antara staff dengan

residen.

Hal yang paling mengikat dalam kegiatan ini adalah ketika

residen dan juga staff saling berpelukan dan membacakan doa serta

membacakan ikrar bersama-sama dengan suara yang lantang.

Isi dari doanya atau mereka menyebutnya dengan serenity

prayer yaitu:

“God grent me the serenity. To accept the things I can not change.

Courage to change. The things I can and the wisdom. God, to know the

difference”.

Dalam kegiatan pembinaan sosial atau kegiatan TC lainnya,

penyuluh agama tidak ikut serta di dalamnya, dikarenakan sudah

mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam pekerjaannya.

2. Analisa Pola Komunikasi dalam Pembinaan Keagamaan

a. Penerapan Pola Komunikasi Roda

Dalam pembinaan keagamaan yang terjadi di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido menggunakan pola komunikasi roda dalam

proses komunikasinya. Ditinjau dari proses pembinaan keagamaan

atau yang disebut religious session, penyuluh agama berkomunikasi

kepada banyak komunikan yaitu residen tanpa adanya umpan balik

dari si pendengar. Seperti penuturan ustadz Jamal.

Page 79: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

70

“....saya menempatkan posisi seperti bapak sama anak lah. Contohnya,kalau ada yang mengeluh. Mereka langsung bilang gitu, ustadz sayakangen keluarga, saya nyesel dan lain-lain, ya semacam itu. Nah,sesudah itu di kasih saran gitu, kadang-kadang mereka dengerin danmau ngelaksanain yang saya nasihatin gitu, macem-macem lah.”28

Dengan residen melaksanakan apa yang disarankan oleh

penyuluh agama menandakan bahwa komunikasi yang terjadi satu

tahap atau satu arah karena residen tidak memberikan interpretasinya

dan hanya melaksanakan.

Pola komunikasi roda adalah pola yang mengarahkan seluruh

informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang

dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan

oleh anggota lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan

persetujuan anggota lainnya. Pola komunikasi roda yang terjadi dalam

kegiatan keagamaan adalah terjadinya dalam tataran ceramah,

tausiyah, atau kultum yang disampaikan oleh penyuluh agama secara

kelompok kepada residen. Seperti halnya penyuluh agama di BNN

Lido yang memposisikan dirinya sebagai pusat informasi untuk

residen.

Hal ini diperkuat oleh pengakuan Ustadz Muslim.

“...nahhhh cara kita menyampaikan materi itu....melalui tausiyah,ceramah. disamping tausiyah dan ceramah itu kita isi dengan sharing.Residen itu duduk di depan semua, ketika saya menyampaikanmateri.”29

Hal ini juga diakui oleh Ustadz Luthfi yang membina residen di

Green I gedung TC.

28 Wawancara dengan Ustadz Jamal (penyuluh agama), Bogor, 13 Mei 201429 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 2014

Page 80: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

71

“Kalau saya biasanya selesai sholat tausiah, ceramah, atau kultumkalau waktunya sempit. Anak-anak ngumpul di musholla....”

Tidak hanya dari penyuluh yang mengakui bahwa pembinaan

keagamaan ini menggunakan pola komunikasi roda, namun residen

Iren juga berpendapat seperti itu.

“Kalau lagi materi ada kelompok ada per orang ada, tapi masih di situ-situ juga tempatnya.”30

Pola roda bersifat satu arah. Dimana komunikator memberikan

stimulus dan komunikan memberikan respon atau tanggapan yang

diharapkan tanpa adanya seleksi dan interpretasi. Ini menyebabkan

komunikasi antara komunikator dan komunikan lebih di dominasi oleh

komunikator, sehingga komunikan hanya bersifat sebagai pendengar

tanpa adanya umpan balik.

Dengan pola komunikasi roda, penyuluh agama sebagai orang

yang sentral harus mampu menyampaikan materinya dengan cara-cara

yang halus agar mudah difahami oleh residen, menjadi orang yang

sentral dalam menyampaikan materi menjadi lebih mudah bagi

penyuluh agama untuk memberikan pendapat, ide-ide kepada residen

guna mengubah kognitif, afektif dan psikomotorik residen ke arah

yang lebih baik.

“Saya sadar mereka itu kan latar belakangnya tidak sama, jadi sayatidak pernah memberikan pelajaran seperti di kelas, gituu.. heueum,jadi siapa yang butuh yaa nanya. Misalkan, saya kalau seperti di kelas-kelas di depan kelas menerangkan bagaimana wudhu kan orang bosen,udah biasa. Nah jadi mereka yang nanya saya jawab gitu. Awalnya si

30 Wawancara dengan Iren (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 2014

Page 81: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

72

A nanya setelah saya jawab barang kali ada yang lain yang belum pasatau belum paham, naah, yang lain juga kadang-kadang ikut nanya.”31

b. Penerapan Pola Komunikasi Bintang

Selain pola komunikasi roda, pola komunikasi yang digunakan

oleh penyuluh agama dalam pembinaan keagamaan adalah pola

komunikasi bintang, yaitu semua anggota berkomunikasi dengan

semua anggota. Maksudnya adalah komunikasi penyuluh-residen,

residen-penyuluh agama, residen-residen. Hal ini diperkuat oleh

pengakuan dari ustadzah Musciner.

“Dialog, sharing atau tanya jawab. Engga saya terus yang harusdidengerin, tapi mereka juga harus menyampaikan, baik itu pendapat,pertanyaan atau ide-ide mereka. Jadi tanya jawab biar mereka jugaaktif, saya kasih anak-anak materi kultum supaya mereka belajarmenyampaikan. Seperti kemarin nanda menyampaikan kultum. ”32

Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi

yaitu dua arah dan semua pihak terlibat. Komunikasi dua arah yaitu

komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif serta memerlukan

hasil (feed back).33 Pada kegiatan pembinaan keagamaan ini dapat

diketahui bahwa residen memberikan feedback kepada penyuluh

agama dengan baik. Menurut penyuluh agama, residen sejauh ini

sangat respon dengan apa yang sudah diberikan oleh penyuluh dan

mereka mulai mengaplikasikan serta mengikuti apa yang penyuluh

berikan.

31 Wawacara dengan Ustadz Jamal (penyuluh agama), Bogor, 13 Mei 2014

32 Wawancara dengan Utadzah Musciner (penyuluh agama), Bogor, 22 April 201433 H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), h.

100

Page 82: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

73

“Kalau kita melihat ukuran, ini kan ada dua macam lahiriah danbatiniah. Kita melihat tekstualnya aja, lahiriahnya aja. Ketika sholatberjamaah mereka itu semuanya disiplin, dalam melaksanakan shalattidak bergurau, tidak canda. Naaahh kemudian ketika wiridanwalaupun sebentar mereka itu khusu, walaupun satu dua wajar. Tetapimayoritas melaksanakan. Jadi ketahuan bahwa mereka itu, eeeuuhhhhmelaksanakan apa yang kita sampaikan dan diamalkan.”34

Jika melihat sifat dari komunikasi dua tahap ini adalah

informatif dan memerlukan feed back pesan yang disampaikan secara

umum bernilai positif, artinya residen merasa ada penambahan

pengetahuan, setuju terhadap materi yang disampaikan serta perubahan

keyakinan bahkan perilaku.

Pada saat pembinaan keagamaan dilakukan, penyuluh agama

biasanya membuka dengan salam dan menanyakan “feeling” residen

pada hari itu. Seperti:

“Bagaimana feeling hari ini, bad or good?” tanya penyuluh. Lalu

residen menjawab “bad.... dan ada juga yang menjawab good... “

35mereka menjawab sesuai dengan perasaannya masing-masing.

Ketika feeling residen sedang buruk, penyuluh agama

memberikan nasihat agar mereka selalu melaksanakan sholat, jangan

membenci Allah sehingga shalat lima waktunya ditinggalkan. “Jika

kalian sedang dalam feeling bad karena tidak menerima keadaan kalian

di sini, jangan sekali-kali kalian membenci Allah dan akhirnya

meninggalkan shalat”36 Hal ini dilakukan agar memberi motivasi dan

34 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 2014

35 Catatan lapangan ke-3 pembinaan keagamaan gedung TC green I36 Catatan lapangan ke-3, pembinaan keagamaan gedung TC green I, Bogor, 13 Mei 2014

Page 83: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

74

mempersuasi residen agar merasa betah dalam masa rehabilitasi ini

dan berusaha untuk lebih baik.

Dalam komunikasi penyuluh agama dengan residen, residen

tidak sungkan untuk menegur dan bertanya kepada penyuluh agama.

Penyuluh agama membebaskan mereka untuk curhat, penyuluh agama

juga tidak mengekang mereka berinteraksi dan mengungkapkan

pendapatnya.

“...disamping tausiyah dan ceramah itu kita isi dengan sharing.Sharing itu nanti ada semacam tanya jawab masalah pribadi mereka,naaahh kemudian kita kaitkan dan hubungkan dengan masalah Islami.Residen itu duduk di depan semua, ketika saya menyampaikan materikemudian saya persilahkan apa yang mau ditanyakan terus sayamemberikan kesempatan saat itu kepada residen untuk bertanya. Tidakada sifatnya sendiri-sendiri atau empat mata, engga. Kita keseluruhankarena selesai shalat berjamaah kita isi dengan tausiyah ataupunsharing bersama residen.”37

Bahkan residen tidak sungkan dan tidak malu untuk

mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan alami. Karena

kesabaran para penyuluh agama dan hasilnya adalah memberikan

kenyamanan kepada residen. Seperti yang diungkapkan iren.

“Sabar, sabar banget malah ngadepin kita dengan tingkah laku kita.Padahal kalau kaya kita satu orang aja udah kaya puluhan orang.”38

Komunikasi seperti ini sudah bisa dikatakan efektif karena

semua orang yang terlibat dalam ruangan dapat melakukan komunikasi

secara dua arah, baik itu komunikasi antara penyuluh agama dengan

residen, maupun komunikasi residen dengan residen dan adanya

37 Wawancara dengan Ustadz Muslim (penyuluh agama), Bogor, 21 Mei 2014

38 Wawancara dengan Iren (residen re-entry), Bogor, 21 Mei 2014

Page 84: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

75

kesamaan makna sehingga komunikasi berlangsung dalam situasi yang

menyenangkan kedua belah pihak. Yaaa yang paling efektif sih kita

memberikan ceramah sambil tanya jawab, kita berikan ceramah dan

kemudian berikan waktu anak-anak untuk bertanya.”39

Ada pula komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh

penyuluh agama terhadap residen. Komunikasi antarpribadi yang

dilakukan ketika di luar dari kegiatan pembinaan keagamaan. Seperti

sapaan-sapaan ketika bertemu dengan residen.

“Kalau ketemu saya assalamu’alaikum, tapi kalau masuk ke ruangCOD atau klinikal beda lagi, sapaannya communicate. Maksudnya ituadalah permisi...kalau masuk musollah assalamu’alaikum. Kalau laki-laki masuk ke female lain lagi sapaannya, male on the floor harusnyakalau muslim kan assalamu’alaikum.”40

Meskipun pembinaan keagamaan ini di bawah program TC dan

hanya mempunyai waktu yang sangat terbatas dalam kegiatannya,

namun tidak menyurutkan semangat penyuluh agama untuk selalu

menyampaikan materi agama di sela-sela waktu yang sedikit. Serta

selalu memakai bahasa agama dalam kegiatan sehari-harinya. Hal ini

dilakukan agar residen terbiasa dengan kultur yang Islami.

Dalam proses komunikasinya, beberapa dari penyuluh agama

menggunakan alat bantu, agar mempermudah dan menarik perhatian

residen. Seperti halnya yang diungkapkan oleh ustadz Jajang dan

ustadz Luthfi.

39 Wawancara dengan Ustadz Luthfi (penyuluh agama), Bogor, 23 April 201440 Wawancara dengan Utadzah Musciner (penyuluh agama), Bogor, 22 April 2014

Page 85: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

76

“Ya, saya memakai komputer, dan kebanyakan dari mereka juga sukakalau menggunakan bentuknya audio visual, vidio. Nahh sayadownload acara khazanah yang ada di trans 7 itu kemudian sayasampaikan di situ. Saya pilih materi tentang wudhu, shalat berjamaahterus nanti ada kisah-kisah para nabi seperti nabi ibrahim, nabi isa.”41

“Untuk saat ini kita menggunakan vcd, itu pun yang banyak khususuntuk nilai-nilai agama, itu aja sih yang lain belum. Satu lagi pakekomputer.”42

Namun berbeda dengan ustadz Jamal dan ustadz Muslim

mereka sama sekali tidak menggunakan alat bantu.

“Nggak, cuman cerita aja begini.”

“Engga engga, kita langsung aja yang alami aja.”

Hal ini diakui oleh residen bahwa mereka sangat tertarik

menyimak materi ketika menggunakan alat bantu.

“Pake komputer, buat nyeritain kisah para nabi... tapi kadang gakkebaca, kadang ustadz ngejelasin kalo ada gambar-gambar,kalo pakekomputer kadang family pada ngikutin, rame jadinya.”43

Penggunaan alat bantu sebagai media dalam kegiatan

pembinaan keagamaan menjadi salah satu hal yang mampu mendorong

residen untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Lima orang residen

yang saya wawancarai mengaku lebih senang memakai alat bantu

khususnya audio visual dalam kegiatan keagamaan.

Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan gambaran

bahwa pola komunikasi antara penyuluh agama dengan residen adalah

pola komunikasi roda, pola komunikasi bintang, dan komunikasi

41 Wawancara dengan Ustadz Jajang (penyuluh agama), Bogor, 22 April 201442 Wawancara dengan Ustadz Luthfi (penyuluh agama), Bogor, 23 April 201443 Wawancara dengan M. Afryan (residen re-entry), Bogor, 15 Mei 2014

Page 86: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

77

antarpribadi. Pola komunikasi roda terjadi ketika penyuluh agama

menyampaikan pesan-pesannya (materi) kepada residen yang

menempatkan posisinya sebagai orang yang sentral di depan khalayak

yang banyak. Sedangkan pola komunikasi bintang terjadi ketika

penyuluh agama mempersilahkan residennya untuk terlibat dalam

kegiatan pembinaan keagamaan, penyuluh agama juga merasa perlu

residennya memberikan pendapat, ide-ide agar komunikasi yang

terjadi lebih efektif. Komunikasi antrapribadi terjadi ketika sharing

antara penyuluh agama dengan beberapa residen yang membutuhkan

nasihat-nasihat dari penyuluh agama serta di luar dari kegiatan

pembinaan keagamaan.

Page 87: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dilakukan

mengenai pola komunikasi antara penyuluh agama dengan residen

dalam pembinaan sosial keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1) Pola komunikasi yang terjadi pada kegiatan pembinaan sosial

adalah pola komunikasi bintang. Dengan pola bintang semua

residen beserta staff melebur dalam satu ruangan untuk sama-

sama memecahkan masalah, mendengarkan masalah residen

lainnya dan saling memberi masukan satu sama lain. Dalam

pembinaan sosial penyuluh agama tidak ikut terlibat, karena

sudah mempunyai tugas masing-masing.

2) Pola komunikasi pada kegiatan pembinaan keagamaan yang

terjalin antara penyuluh agama dengan residen adalah pola

komunikasi roda, pola komunikasi bintang, dan komunikasi

antarpribadi. Pola komunikasi roda terjadi dikarenakan

penyuluh agama adalah orang yang menduduki posisi sentral

sebagai pusat informasi. Hal tersebut sangat membantu dalam

kesuksesan penyampaian materi-materi yang disampaikan.

Karena diharapkan residen akan menerapkannya dalam

Page 88: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

79

kehidupan dan memberikan perubahan kepada residen baik dari

kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Pola komunikasi

bintang terjadi ketika adanya sesi tanya jawab dari residen, hal

ini menyebabkan komunikasi terjadi secara dua tahap dan

memerlukan feedback.

3) Sebagian penyuluh agama menggunakan alat bantu dalam

proses penyampaian materinya. Alat bantu tersebut berupa

komputer dan VCD.

B. Saran-saran

Penulis perlu memberikan saran sebagai masukan untuk

penyuluh agama serta pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

dalam upaya pembinaan sosial keagamaan. Ini bukan berarti kami

menggurui, namun hanya sebagai bahan pertimbangan bagi pihak

terkait.

1) Perlu adanya kebijakan dari Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

untuk setiap penyuluh agama agar mengikuti pelatihan-

pelatihan public speaking dan penyuluhan narkoba demi

menambah ilmu teori komunikasi dan membuka wawasan

dalam bidang komunikasi dan penyuluhan.

2) Dalam melakukan pembinaan sosial keagamaan terhadap

residen hendaknya tidak dilakukan secara monoton dengan

melakukan ceramah agama, fariasi bentuk kegiatan pembinaan

akan menghilangkan kejenuhan pada residen.

Page 89: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

80

3) Alat bantu yang digunakan sebaiknya menggunakan yang lebih

efektif seperti infocus, mengingat residen berjumlah puluhan.

4) Perlu adanya buku prestasi sebagai tolak ukur peningkatan

wawasan agama dan kemampuan mempraktekkan ibadah

setelah mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

5) Bagi residen, agar tidak lagi dan berhenti mengkonsumsi

narkoba karena hal tersebut akan merusak masa depan pribadi,

keluarga maupun bangsa.

Harapan penulis, semua ini bisa dijadikan sebagai masukan

guna meningkatkan mutu pembinaan sosial keagamaan residen,

sehingga mampu mengembalikan residen menjadi manusia yang

bermoral, taat dan berakhlak mulia, yang akhirnya mereka siap

dijadikan sebagai pemimpin negeri ini.

Page 90: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

81

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Sayuti, 2002. Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teoridan Praktek), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional, 2005 edisi Ke-3. Kamus Besar BahasaIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Depdikbud, 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Rajawali Press

Dilla, Sumadi, 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu,Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Effendy, Onong Uchjana, 1996 Cet. Ke-1. Kepemimpinan danKomunikasi, Yogyakarta: Al-Amin Press

Effendy, Onong Uchjana, 2007 Cet. Ke-3. Ilmu teori dan FilsafatKomunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007

Effendy, Onong Uchjana, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Fajar, Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Yogyakarta:Graha Ilmu

Goble, Frang G, 1987. Mazhab Ke-Tiga, Psikologi Humanistik AbrahamMaslow, Yogya: Kanisius

Hawari, Dadang, 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza,Jakarta: FKUI

Heriyanto, Sandjaja Albertus, 2006. Panduan Penelitian, Jakarta: PrestasiPustakarya

Hilmi, Masdar, 1973. Dakwah dalam Alam Pembangunan, Semarang:Toha Putra

Ilaihi, Wahyu, 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Makalah Administrasi Penyuluhan, semester 7. Tentang Dasar-dasar danTujuan Serta Ruang Lingkup Administrasi dan Penyuluhan.

Manaf, Mujahid Abdul, 1996 Cet. Ke-2. Sejarah Agama-agama, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Page 91: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

82

Moleong, Lexi J, 2006 Cet, edisi revisi. Metode Penelitian Kualitatif,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (ParadigmaBaru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), Bandung: PT.Rosdakarya

Naim, Ngainun, 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Nasution, Zulkarimein, 1990. Prinsip-prinsip Komunikas untukPenyuluhan, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Purwadaminta, W. J. S, 1979 Cet. Ke-3. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta, Bulan Bintang

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, 2007 Cet. Ke-1. Jakarta: LembagaPenelitian UIN Jakarta

Salim, Peter, Yenny Salim, 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,Jakarta: Modern English Press

Soyomukti, Nurani, 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2008 Cet. Ke-1 edisi 2.Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara

Widjaya, A. W, 1997 Cet. Ke-3. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,Jakarta: Bumi Aksara, 1997

Widjaya, H. A. W, 2000 Cet. Ke-2. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,Jakarta: PT.Rineka Cipta

Website:

UjangJaenalMutakin,PenyuluhAgamaIslamhttp://pokjaluhclg.blogspot.com/2011/08/quo-vadis-peran-dan-fungsi-penyuluh.html. di akses tanggal19-01-2014, pukul 20.00 WIB

http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/diunduh tgl 18-03-2014,pukul:22:43 WIB

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-pengguna-narkoba/diunduh tgl 18-03-2014, pukul: 22:47

Page 92: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

83

Page 93: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

84

Page 94: POLA KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH AGAMA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25767/1/DEUIS... · A. Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

85