pola komunikasi antara pembina dan santri dalam...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI ANTARA PEMBINA DAN SANTRI DALAM
PROGRAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI YAYASAN PONDOK
PESANTREN TERPADU DARUL QUR’AN MULIA BOGOR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Firgi Nurdiansyah
NIM: 11150510000228
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iv
ABSTRAK
Firgi Nurdiansyah
11150510000228
Pola Komunikasi Antara Pembina dan Santri Dalam Program
Menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia Bogor
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana pola
komunikasi kelompok antara pembina dan santri dalam program menghafal
Al-Qu’ran di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah halaqah, bagaimana pola komunikasi antarpribadi antara
pembina dan santri dalam Program menghafal Al-Qu’ran di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah fardiyah
dan bagaimana pola komunikasi intrapribadi antara pembina dan santri
Mulia dalam Program menghafal Al-Qu’ran di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah dzatiyah.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi
dari orang yang menghasilkan hipotesis dan penelitian lapangan. Ciri lain
dalam metedologi kualitatif desktriptif ialah titik berat pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistic setting). Analisis dalam penelitian ini adalah
dengan data yang didapatkan dari hasil pengumpulan berupa wawancara dan
observasi akan dianalisis menggunakan metode deskripif kualitatif dan
ditafsirksn serta dikomentari untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian dan dipertajam dengan tahapan-tahapan studi berupa deksripsi,
tema dan penegasan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola
komunikasi yang dipopulerkan oleh Joseph A. Devito mengatakan ada lima
unsur struktur pola komunikasi. Kelima jenis pola komunikasi tersebut
adalah pola roda, pola rantai, pola lingkaran, pola Y dan Pola Bintang/
semua saluran. Selain itu peneliti menggunakan pendekatan dakwah yang di
rangkum oleh Armawati Arbi dalam buku psikologi komunikasi dan tabligh
yaitu dakwah alamiyah, dakwah wathaniyah, dakwah siyasah, dakwah ramzi,
dakwah profesional, dakwah halaqah, dakwah fardiyah dan dakwah dzatiyah
Hasil penelitian ini yaitu pola komunikasi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an yaitu komunikasi kelompok melalui
dakwah halaqah yakni pola roda, pola bintang/semua saluran, komunikasi
antarpribadi melalui dakwah fardiyah dan komunikasi intrapribadi melalui
dakwah dzatiyah.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Pembina, Santri, Menghafal Al-Qur’an,
Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia Bogor
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji serta syukur saya sampaikan kepada Allah SWT atas segala
nikmat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
termasuk umat-Nya yang mendapatkan pertolongan di yaumil akhir
nantinya.
Allhamdulillahi Rabbil’alamin, berkat usaha dan do’a demi
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pola Komunikasi Antara
Pembina Dan Santri Dalam Program Menghafal Al-Qur’an Di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor” dapat
terselesaikan. Penulis menyadari banyaknya bantuan, motivasi serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin berterimakasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW selaku Wakil Dekan
I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Nour M.Ag selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, dan Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. selaku
Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin M.A. selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, beserta staff Tata Usaha dan
vi
Pepustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu selama penulis melakukan studi.
4. Kepada seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah ikhlas dan tulus mendidik dan memberikan ilmu yang berharga
untuk penulis.
5. Kepada Ismet Firdaus, M.Si. selaku dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan nasehat serta arahan kepada saya selama masa
perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Ibnu Qoyim, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, atas waktu, energi dan
juga ilmu yang bapak berikan kepada saya selama proses pengerjaan
skripsi ini berlangsung.
7. KH. Hasib Hasan, Lc Rahimahullah selaku pendiri Yayasan Pondok
Pesantren Darul Qur’an Bogor yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia
Bogor.
8. Narasumber Skripsi Drs. H. Sihabudin M.H, KH. Hasib Hasan Lc Ustad
Sarmadan Rambe M.Pd.I selaku Mudir bidang Pengajaran Al-Qur’an,
Ustad Abdurrahman Arrozy, Ustad Mustafa M.Pd, Ustad Acep Ariyadri
M.Ag, Riski S.Kom dan juga kepada santriwan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia khususnya kelas 7 Putra yang telah yang
telah memudahkan penulis untuk mencari data-data skripsi.
9. Teruntuk kedua orang tua Papa Wasdian dan (almh) Mama Nurhasanah
yang saya sayang dan cintai atas didikan selama ini, yang telah menjadi
guru pertama yang saya miliki, untuk papa atas perjuangannya selama ini
sehingga saya bisa melanjutkan studi di Perguruan tinggi yang saya
inginkan semoga papa dalam keadaan sehat wal’afiat selalu dan selalu
vii
menjadi tauladan bagi saya kemudian teruntuk (almh) mama terimakasih
atas kasih dan sayangnya semoga (almh) ditempatkan di sisi-Nya.
10. Teruntuk Paman Aprizal dan Bibi Susilawati atas keikhlasan paman dan
bibi yang telah mengizinkan penulis untuk tinggal di rumah paman dan
bibi kemudian, memberikan arti kepada penulis apa itu artinya kehidupan
di rantau orang dan sekaligus yang telah menjadi orang tua kedua penulis,
dikala penulis jauh dari kedua orang tua.
11. Teruntuk H.Bustamam dan Hj. Fatimah yang telah mendo’akan dan
memberi arahan berupa motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Teruntuk Drs. H. A.Sihabudin M.H. selaku Kepala Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren Kabupaten Bogor yang telah membantu penulis
untuk memberikan data seputar Pondok Pesantren yang berada di
Kabupaten Bogor dan juga kepada Staff Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren Kabupaten Bogor.
13. Teruntuk Teman-teman seperjuangan Andika C. Shaputra, Misbah El-
Khair, Dadan Damanhuri dan Teman-Teman KPI E 2015 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu namanya atas pengalaman terbaik di dalam
perkuliahan maupun diluar perkuliahan selama 4 tahun ini.
14. Teruntuk teman-teman Organisasi Ikatan Mahasiwa Ilmu Komunikasi
(IMIKI) Indonesia UIN Jakarta atas pengalaman organisasinya yang
begitu luar biasa karena penulis menyadari bahwasnya ilmu bukan hanya
sekedar dari perkuliahan saja tetapi ilmu dari organisasi pun sangat
penting untuk menambah wawasan penulis secara pribadi.
15. Teruntuk Keluarga Mahasiwa Minang (KMM) terkhusus untuk angkatan
Bujang Gadih 2015 Azka Febriawan, Ifnu Rusdi, Putra Kunia dan semua
angkatan bujang gadih 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...............................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Indentifikasi Masalah....................................................................6
C. Batasan Masalah............................................................................7
D. Rumusan Masalah..........................................................................7
E. Tujuan penelilitian & Manfaat Penelitian.....................................8
F. Tinjuan Pustaka.............................................................................9
G. Metedologi Penelitian..................................................................15
H. Sistematika Penulisan..................................................................28
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................33
A. Pola Komunikasi...........................................................................33
B. Jenis-jenis Pola Komunikasi.........................................................37
C. Bentuk-bentuk Pola Komunikasi..................................................42
x
D. Unsur-unsur Komunikasi..............................................................48
E. Dakwah Halaqah, Frdiyah dan Dzatiyah......................................52
F. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi.......................................56
G. Metode Hafalan Al-Qur’an...........................................................64
H. Pembina.........................................................................................71
I. Santri.............................................................................................72
J. Yayasan.........................................................................................73
K. Pondok Pesantren..........................................................................77
L. Kerangka Konsep..........................................................................80
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN DARUL QUR’AN MULIA
BOGOR........................................................................................81
A. Profil Yayasan Darul Qur’an Mulia Bogor..................................81
B. Struktural Pengurus Yayasan Darul Qur’an Mulia.......................83
C. Visi dan Misi Yayasan Darul Qur’an Mulia.................................83
D. Budaya Lembaga Yayasan Darul Qur’an Mulia...........................84
E. Tujuan Lembaga Yayasan Darul Qur’an Mulia............................85
F. Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Qur’an Mulia.........................85
G. Sumber Daya Manusia Yayasan Darul Qur’an Mulia..................88
H. Capaian Hafalan Santri Darul Qur’an Mulia................................89
I. Struktrur Yayasan Darul Qur’an Mulia Bidang Pengajaran Al-
Qur’an...........................................................................................90
J. Kekhasan & Kunggulan Program Yayasan Darul Qur’an Mulia..91
K. Kegiatan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia.............................................................................................92
L. Sarana dan Fasilitas Yayasan Darul Qur’an
Mulia.............................................................................................93
xi
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.....................................95
A. Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Halaqah..........................................................................................98
B. Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Fardiyah.......................................................................................105
C. Pola komunikasi intrapribadi antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Dzatiyah......................................................................................110
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................117
A. Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Halaqah.......................................................................................123
B. Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Fardiyah.......................................................................................133
C. Pola komunikasi intrapribadi antara pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Dzatiyah......................................................................................141
xii
BAB V PENUTUP.....................................................................................145
A. Kesimpulan...............................................................................145
B. Implikasi...................................................................................148
C. Saran.........................................................................................149
DAFTAR PUSTAKA................................................................................151
LAMPIRAN...............................................................................................157
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tinjuan Pustaka.............................................................................10
Tabel 1.2 Informan........................................................................................17
Tabel 3.1 Sumber Daya Manusia Yayasan Darul Qur’an Mulia...................88
Tabel3.3Kekhasan & Keunggulan Program Yayasan Darul Qur’an
Mulia...........................................................................................91
Tabel5.1 Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri dalam
Program Menghafal Al-Qu’ran di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
halaqah........................................................................................128
Tabel5.2 Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri dalam
Program Menghafal Al-Qu’ran di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
fardiyah.......................................................................................136
Tabel5.3 Pola komunikasi intarpribadi antara pembina dan santri dalam
Program Menghafal Al- Qu’ran di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah dzatiyah Darul
Qur’an Mulia dalam program menghafal Al-Qur’an Melalui
Dakwah dzatiyah.........................................................................142
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pola Lingkaran.........................................................................................37
2.2 Pola Roda................................................................................................36
2.3 Pola Rantai..............................................................................................38
2.4 Pola Y......................................................................................................38
2.5 Pola Bintang............................................................................................40
2.6 Kerangka Konsep....................................................................................80
3.1 Capaian Hafalan Santri Darul Qur’an Mulia...........................................89
3.3 Struktur Yayasan Darul Qur’an Mulia Bidang Pengajaran Al-
Qur’an.....................................................................................................90
5.1 Pola Roda Pada Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia.....................................................................................................126
5.2 Pola Bintang Pada Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia.....................................................................................................128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok Pesantren dapat kita artikan sebagai tempat untuk
belajar dan mengajarkan ilmu Agama Islam.1 Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyebut Pondok Pesantren yang diartikan
sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar
mengaji. Pengertian Pondok Pesantren ialah institusi pendidikan
dan pembelajaran agama. Secara umumnya proses aktualiasi
yang dilakukan secara nonklasiskal. Seorang kiyai melakukan
transformasi ilmu pengetahuan terhadap santrinya dari aneka
kitab klasik yang ditulis oleh para ulama abad pertengahan, para
santri tinggal di asrama dengan aturan dan disiplin tertentu.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
mengilhami berbagai model sistem pendidikan saat ini eksistensi
pondok pesantren sudah cukup dikenal oleh masyarakat
Indonesia, karena secara substansial Pondok Pesantren
merupakan manifestasi dari kebutuhan
Pesantren sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan tradisional, tempat untuk mempelajari, mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang
menerapkan pentingnya moral keagamaan.2 Dengan demikian di
dalam Pondok Pesantren juga mempunyai peran dalam
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996) , hal 885 2 Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Inis, 1994), hal 55
1
2
berkomunikasi antara kiyai terhadap guru dan juga guru dan
santri.
Perlu di sadari bahwa peran komunikasi tidak hanya terbatas
pada kegiatan sosialisasi saja, bahkan proses belajar mengajar
pun sangat memerlukan komunikasi. Karena proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan
berupa ilmu melalui dari guru (komunikator) kepada murid
(komunikan). Pesan yang disampaikan berisikan materi-materi
pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan dapar
bersposisi sebagian guru, murid, dan lain sebaginya. Sedangkan
salurannya berupa media pendidikan dan penerimanya adalah
murid.3
Fungsi Komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi
dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi
berlangsung efektif dan informasi yang hendak disampaikan oleh
seorang pendidik dapat diterima dengan baik oleh murid, maka
seorang pendidik dituntut dapat menerapkan pola komunikasi
yang baik pula.4
Dalam hal ini, pendekatan komunikasi yang baik antara
pembina dan santri merupakan proses yang diperlukan dalam
program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor
3 H.M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:UIN Jakarta,
2005), hal.11. 4 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: UIN
Jakarta, 2005), hal 11.
3
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam,
yang percaya bahwa kitab suci Al-Qur’an diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril,
maka dari itu umat Islam yang beriman dianjurkan untuk
membaca Al-Qur’an sebagai pedoman hidup mereka setiap
harinya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-baqarah
ayat 121 sebagai berikut:
ئك ول ه أ ت و ل ق ت ه ح ون ل ت ت بة ي ك م ال ن به ي ت ين آ ذ ال
ه ون ب ن م ؤ ي
ون ر بس خ م ال ك ه ئول أ ه ف ر ب ف ك ن ي م و
Artinya:
“orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya,
mereka itu beriman kepada-Nya. Dan barang siapa yang
ingkar kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugi” (QS:al-baqarah:121).
Kabupaten Bogor merupakan daerah yang begitu luas dari
mulai jumlah penduduk, jumlah kecamatan dan jumlah pondok
pesantren yang ada di kabupaten bogor. Jumlah pondok pesantren
yang berada di kabuparten bogor berjumlah 1938 pondok
pesantren
Jumlah Pondok Pesantren yang didirikan di Kabupaten
Bogor atas auntusisame. Para Kiyai dan masyikh yang menimba
ilmu diberbagai Pondok Pesantren diluar Kabupaten Bogor
Ketika ada kebijakan dan dorongan dari masyarakat untuk saling
4
membesarkan dan mengarahkan adanya Pondok Pesantren yang
bermuatan dari hafalan Al-Qur’an dan kajian lainnya.5
Pondok Pesantren di Kabupaten Bogor pada prinsipnya
sama saja dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya. Pondok
Pesantren di Kabupaten Bogor menjadi salah satu pesantren
keunggulan yang mempunyai program hafalan Al-Qur’an.
Dengan program hafalan Al-Qur’an ini menjadi positif untuk
masyarakat. Khususnya masyarakat Kabupaten Bogor, santri
yang telah selesai berpendidikan di Pondok Pesantren dengan
bekal hafalan Al-Qur’an agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
termasuk program-program pemerintah agar, menjadi
penyumbang karakter yang baik untuk hal-hal yang menyangkut
tentang harapan masyarakat
Salah satu Pondok Pesantren yang ingin peneliti teliti dari
Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Bogor yakni, Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor.
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor. memiliki program unggulan yakni menghafal Al-Qur’an,
sebagaimana santri Darul Qur’an Mulia diwajibkan agar bisa
menghafal Al-Qur’an lima juz setiap tahunnya dan pesantren ini
dipimpin oleh KH. Abdul Hasan Lc. Awal sejarah berdirinya
dengan sebuah cita-cita yang luhur yakni menyiapkan Generasi
Robbani.6
Lahirnya generasi Qur’ani tentu saja didukung dengan
interaksi yang kompherenshif terhadap Al-Qur’an dalam bentuk:
5 Drs.H.A.Sihabudin. M.H. Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Wawancara Pribadi 27 November 2019 6 Observasi Langsung Ke Lapangan 3 September 2019
5
Tilawah, Tafhim, Tahfizh, dan Tathbiq nilai-nilai yang ada di
dalamnya. Sehingga muncul kecintaan kepada Al-Qur’an.
Keempat bentuk interaksi terhadap Al-Qur’an tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiadaan pada salah satunya
meniscayakan adanya bagian yang tidak sempurna dari tujuan Al-
Qur’an diturunkan kepada umat manusia.
Lembaga pendidikan model pesantren yang berasrama
(boarding school) menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk
mewujudkan cita-cita diatas. Sehingga dalam keseharian, seluruh
santri dapat menjalani proses tersebut dengan berbagai cara.
Besar harapan dari Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia ini akan kembali lahir kader umat yang Qur’ani.
Pembina merupakan salah satu yang menjadi faktor
pemicu minat santri Darul Qur’an Mulia dalam program
menghafal Al-Qur’an. Untuk mencapai Agar santri Darul Qur’an
Mulia bisa menghafal Al-Qur’an sesuai target yang telah
ditentukan oleh Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia. Maka dibutukan sebuah suasana pendekatan
komunikasi yang baik antara pembina dan santri sehingga
menimbulkan keharmonisan bagi komunikan karena pesan dari
komunikator dapat dipahami dengan baik.
“Dengan adanya komunikasi yang baik maka sebuah
lembaga atau instasi akan memiliki kekuatan baik suatu
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya. Kurangnya atau tidak adanya
6
komunikasi dalam sebuah organisasi maka proses
pengolahan keorganisasian akan macet dan berantakan”7
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui secara
lebih jelas bagaimana pola komunikasi di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor yang terjadi antara
pembina dan santri agar terjadinya keselarasan dan kefektifan
untuk meningkatkan menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor. Penulis
bermaksud untuk mengadakan penelitian ilmiah yang akan
dibahas dalam skripsi yang berjudul: “Pola Komunikasi Antara
Pembina dan Santri Dalam Program Menghafal Al-Qur’an di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor”
B. Indentifikasi Masalah
Pondok Pesantren dapat diartikan sebagai tempat untuk
belajar dan mengajaerkan agama Islam. Pesantren sesuai dengan
fungsinya sebagai lembaga pendidikan tradisional, seperti tempat
untuk mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam yang menerapkan pentingnya moral keagamaan. Pondok
Pesantren pada era modern sekarang sudah banyak salah satunya
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor yang
mempunyai penerapan pada pendidikan hafalan Al-Qur’an
Pondok Pesantren ini mempunyai program unggulan Hafalan Al-
Qur’an yang berlandaskan generasi Qur’ani tentu saja didukung
dengan interaksi yang kompherenshif terhadap Al-Qur’an. Perlu
7 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Budi
Aksara, 2007), hal. 1
7
di sadari bahwa dengan adanya penerapan hafalan Al-Qur’an
yang berada di pesantren ini karena dengan adanya pola
komunikasi antara pembina dan santri. Dengan demikian peneliti
ingin mengetahui lebih luas pola komunikasi antara pembina dan
santri
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis hanya membatasi
pembahasannya pada bentuk-bentuk dan jenis-jenis pola
komunikasi yang terjadi antara pembina dan santriwan kelas 7
Darul Qur’an Mulia Bogor dalam program menghafal Al-Qur’an
di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian
skripsi ini yang akan diteliti agar penelitian ini berjalan dengan
sistematis.
a. Bagaimana pola komunikasi kelompok antara pembina dan
santri dalam Program Menghafal Al-Qu’ran di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui
dakwah halaqah?
b. Bagaimana pola komunikasi antarpribadi antara pembina
dan santri Mulia dalam Program Menghafal Al-Qu’ran di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah fardiyah?
c. Bagaimana pola komunikasi intrapribadi antara pembina
dan santri dalam Program Menghafal Al-Qu’ran di
8
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah dzatiyah?
E. Tujuan penelitian & Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk
mengetahui pola komunikasi khusus penelitian ini untuk:
a) Mengetahui pola komunikasi kelompok antara pembina
dan santri dalam Program Menghafal Al-Qu’ran di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah halaqah.
b) Mengetahui pola komunikasi antrapribadi antara pembina
dan santri dalam Program Menghafal Al-Qu’ran di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah fardiyah.
c) Mengetahui pola komunikasi intrapribadi antara pembina
dan santri dalam Program Menghafal Al- Qu’ran di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
melalui dakwah dzatiyah.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang
Ilmu Komunikasi.
b) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi akademisi serta kontribusi yang positif
kepada masyarakat luas terutama pembina dan santri
9
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor.
F. Tinjuan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjuan
pustaka terhadap skripsi terdahulu yang mempunyai judul
atau objek dan subjek penelitian yang hampir sama dengan
yang penulis telitu. Maksud tinjuan kepustakaan ini adalah
agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang
tidak sama dengan penelitian skripsi-skripsi terdahulu.
Setelah diteliti ternyata ada judul skripsi yang membahas pola
komunikasi yaitu:
a. Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Santri dalam
Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan
Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah
Cisauk Tangerang” tahun 2014 karya Tri Wibowo. Ia
menggunakan pendekatan kualitatif, Persamaan penelitian
ini sama-sama mengangkat pola komunikasi. Namun
perbedaannya, penelitian ini hanya terfokus pada
kedsiplinan santri untuk melaksanakan shalat dhuha di
Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisuak Tangerang.8
8Triwibowo, Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Santri dalam
Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok
Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk Tangerang. Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014.
10
b. Pola Komunikasi Marrabbi Foundation Dalam Membentuk
Sikap Loyalitas Relawan tahun 2018 Karya Bayu Setiawan.
Ia menggunakan pendekatan kualitatif, Namun
perbedaannya, penelitian ini hanya Fokus pada Loyalitas
Relawan9
c. Pola Komunikasi Pengasuh Antara Pengasuh Terhadap
Anak Asuh Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri di
Panti Asuhan Annajah tahun 2018 karya Salafina Yuanita.
Ia menggunakan pendekatan kualitatif, Namun
Perbedaannya, penelitian ini terfokus pada Hubungan
Pengasuh Antara pengasuh Terhadap Anak Asuh Dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri di Panti Asuhan
Annajah”10
Tabel 1.2
Tinjauan Pustaka
Nama
penelitian
Judul
Penelitian
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil
Penelitian
Triwibowo Pola
Komunikasi
Antara
Persamaan
pada
penelitian ini
Perbedaan
pada
penelitian
Dari hasil
penelitian pola
komunikasi
9 Bayu Setiawan, Pola Komunikasi Marrabbi Foundation Dalam
Membentuk Sikap Loyalitas Relawan. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2018. 10 Salfania Yuanita, Pola Komunikasi Pengasuh Antara pengasuh
Terhadap Anak Asuh Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri di Panti Asuhan
Annajah. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
11
Pengasuh dan
Santri alam
Menjalankan
Kedisiplinan
Shalat Dhuha
di Yayasan
Pendidikan
Islam Pondok
Pesantren
Modern Alfa
Sanah Cisauk
Tangerang
sama
mengangkat
pola
komunikasi
hanya
terfokus pada
kedsiplinan
santri untuk
melaksanakan
shalat dhuha
di Pondok
Pesantren
Modern Alfa
Sanah Cisuak
Tangerang
antara
pengasuh dan
santri
menggunakan
pola bintang/
seluruh saluran.
Komunikasidua
arah menjadi
efektifketika
pesan yang
disampaikan
komunikator
mendapat
feedback dari
komunikan.
Bayu
Setiawan
Pola
Komunikasi
Marrabbi
Foundation
Dalam
Membentuk
Sikap
Loyalitas
Relawan
Persamaan
pada
penelitian ini
sama
menggunakan
pola
komunikasi
dengan
pendekatan
kualitatif
Perbedaan
pada
penelitian
hanya
penelitian ini
hanya Fokus
pada
Loyalitas
Relawan
Hasil dari
penelitian ini
menunjukan
bahwa dalam
membentuk
loyalitas
relawan
Murabbi di
foundation
menggunakan
pola roda dan
12
pola bintang.
Pola roda ini
terjadi ketika
pengelola
lembaha
membuka
pelatihan
relawan untuk
menjelaskan
prinsip dasar
dan kode etik.
Sedangkan
pola bintang
terjadi pada
proses interaksi
pengelola
lembaga
dengan relawan
yang bersifat
informatif dan
persuasif di
dalam setiap
program
kegiatan
ataupun diluar
dari kegiatan.
13
Salfania
Yuanita
Pola
Komunikasi
Antara
pengasuh
Terhadap
Anak Asuh
Dalam
Meningkatkan
Kepercayaan
Diri di Panti
Asuhan
Annajah
tahun 2018
karya Salafina
Yuanita
Persamaan
pada
penelitian ini
sama
mengangkat
pola
komunikasi
dengan
pendekatan
analisis
deskriptif
Perbedaan
pada
penelitian ini
terfokus pada
Hubungan
Pengasuh
Antara
pengasuh
Terhadap
Anak Asuh
Dalam
Meningkatkan
Kepercayaan
Diri di Panti
Asuhan
Annajah
dengan
menggunakan
teori penatrasi
sosial
hasil dari
penelitian ini
yaitu pola
komunikasi
antara
pengasuh
terhadap anak
asuh dalam
memingkatkan
kepercayaan
diri adalah pola
roda, pola
bintang,
komunikasi
antarpribadi
dan
komunikasi
kelompok.
Sedangkan
hubungan
antara
pengasuh
terhadap anak
asuh melalui 4
tahap
pertukaran
14
eksploratif,
tahap
pertukaran
afektif, dan
tahap,
pertukaran
stabil faktor
yang
memengaruhi
meningkatnya
kepercayaan
diri pada anak
asuh yaitu
faktor
lingkungan
faktor
pendidikan.
15
G. Metodologi Penelitian
1. Pradigma penelitian
Pradigma penelitian adalah kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap
fakta kehidupan sosial dan perlakuan peniliti terhadap
ilmu dan teori.11
Penelitian ini menggunakan pradigma konstruktivis.
Pradigma kontruktivis untuk mengetahui dan mengamati
secara mendalam pada objek penelitian. Penelitian yang
dihasilkan bisa menemukan suatu kebenaran terhadap
realitas.
2. Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif dan tertulis dengan informasi dari orang yang
menghasilkan hipotesis dan penelitian lapangan.12
Pradigma berisi bagaimana mempelajari fenomena, realita
serta cara yang digunakandalam penelitian, dan
menginterpretasikan temuan.13
Dengan menggunakan metedologi kualitatif
deksriptif penulis berusaha melukiskan secara sistematis
fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
secara faktual dan cermat. Ciri lain dalam metedologi
11
Juliansyah Noor, Metedologi Penelitian Skripsi Tesis Disertasi dan
Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Media Group, 2012), hal 33. 12
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 15 13
Imam Gunawan, Metedologi Penelitian Kualitatif Teori an Praktik,
( Jakarta:Bumi Aksara, 2013) hal. 25
16
kualitatif desktriptif ialah titik berat pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistic setting). Penulis hanya
membantu kategori perilaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana
alamiah yang dimaksudkan bahwa penulis terjun
kelapangan.14
3. Subjek dan Objek Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi an kondisi latar
penelitian.15
Penentuan informan ditentukan dengan
mencari tahu pihak yang paling memahami objek
penelitiandan ditentukan berdasarkan konsep purposive
sampling. Purposive Sampling adalah metode penemuan
informan dengan cara secara sengaja memilih informan
tertentu dengan mengabaikan informan yang lainnya
karena informan tertentu memiliki ciri-ciri khusus yang
tidak dimiliki informan lain.16
Sementara objek
penelitiannya adala pola komunikasi yang terjadi di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muli
Bogor antara pembina dan santri dalam program
menghafal Al-Qur’an.
Berikut ini informan yang diwawancari untuk
mendapatkan informasi dan pendapat mereka terkait Pola
14
Jalaludin Rachmat, Metedologi Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakatya, 2005), hal. 22 dan 25 15
Lexy J. Moleong. Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 90 16
Prasetya Irawan, Logika dan prosedur Penelitian (Jakarta: STAI-
LAN, 1999), hal. 183
17
Komunikasi Antara Pembina dan Santri Dalam Program
Menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor.
Tabel 1.2
Nama
Informan
Jabatan Tanggal
Wawancara
Alasan
KH. Abdul
Hasib Hasan
Lc.
Pendiri Yayasan Minggu, 15
September 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena karena
peneliti ingin
menannyakan sejarah
berdirinya Yayasan
Darul Qur’an Mulia
dan hubungan
Yayasan Darul
Qur’an ini dengan
masyarakat sekitar.
Sarmadan
Rambe
M.Pd.I
Pimpinan bidang
pengajaran Al-
Qur’an
Minggu, 15
September 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
menjabat sebagai
pimpinan bidang
pengajaran Al-
Qur’an di Yayasan
Pondok Pesantren
18
Terpadu Darul
Qur’an Mulia
sehingga disamping
itu juga peneliti
menannyakan siapa
saja yang berperan
dan memiliki andil
dalam pembinaan Al-
Qur’an informan ini
bertanggung jawab
atas semua kegiatan
hafalan Al-Qur’an
santri dari mulai
penerimaan laporan
hafalan santri yang
diterima oleh
bawahannya yang
nantinya yang akan
dilaporkan kepada
pihak yayasan
Abdurrahman
Arrozy M.Ag
Wakil Pimpinan
bidang
pengajaran Al-
Qur’an
Sabtu 19 Oktober
2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
menjabat sebagai
wakil kepala bidang
pengajaran Al-
19
Qur’an tentunya
membantu pimpinan
dalam tugas-
tugasnya, disamping
itu peneliti ingin
menannyakan pola
komunikasi seperti
apa yang dilakukan
informan ini kepada
santri dalam hafalan
Al-Quran
Mustafa
M.Pd
Pembina bidang
pengajaran Al-
Qur’an/ wakil
kepala
kedisiplinan
Sabtu 19 Oktober
2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
melakukan evaluasi
kegiatan sehari-hari
dan membantu dalam
memobilisasi dalam
setiap kegiatan Al-
Qur’an. disamping
itu peneliti ingin
menannyakan pola
komunikasi seperti
apa yang dilakukan
informan ini kepada
santri dalam hafalan
20
Al-Quran
Acep
Ariyadri
M.Ag
Pembina bidang
pengajaran Al-
Qur’an/ wakil
kepala tahsin dan
tahfidz
Sabtu 19 Oktober
2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
merekap dan
mendata capaian
hafalan santri dan
merekapitulasi
administrasi kegiatan
Al-Qur’an.
disamping itu
peneliti ingin
menannyakan pola
komunikasi seperti
apa yang dilakukan
informan ini kepada
santri dalam hafalan
Al-Quran.
Davin Santriwan
Yayasan kelas 7
Rabu 20
November 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
selalu mengikuti
kegiatan halaqah Al-
Qur’an disamping itu
peneliti juga ingin
menannyakan apa
21
yang dilakukan
pembina kepada
informan ini disaat
informan jenuh
dalam mengahafal
Al-Qur’an.
Hilmy Santriwan
Yayasan kelas 7
Rabu 20
November 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
selalu mengikuti
kegiatan halaqah Al-
Qur’an disamping itu
peneliti juga ingin
menanyakan
komunikasi seperti
apa yang dilakukan
pembina untuk
program menghafal
Al-Qur’an.
Hafiz Santriwan
Yayasan kelas 7
Rabu 20
November 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
selalu mengikuti
kegiatan halaqah Al-
Qur’an disamping itu
peneliti juga ingin
22
menanyakan kapan
saja informan ini
menghafal Al-Qur’an
d waktu biasa dan
waktu khusus
Zayyan Santriwan
Yayasan kelas 7
Rabu 20
November 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
selalu mengikuti
kegiatan halaqah Al-
Qur’an disamping itu
peneliti juga ingin
menanyakan apa
motivasi informan ini
disaat menghafal Al-
Qur’an.
Aqeel Santriwan
Yayasan kelas 7
Rabu 20
November 2019
Alasan peneliti
memilih informan ini
karena informan ini
selalu mengikuti
kegiatan halaqah Al-
Qur’an disamping itu
peneliti juga ingin
menanyakan apa
manfaat informan ini
disaat menghafal Al-
23
Qur’an.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian di laksanakan di Yayasan
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia Bogor di
Jl.Puspitek, Pembangunan, Pabuaran Kec. Gn Sindur,
Bogor. Jawa Barat 16340.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan 15
September 2019 - 15 November 2019 di Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan
data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pertama yang
digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik
observasi atau pengamatan yang penulis gunakan
adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang
di teliti.17
Yakni bagaimana pola komunikasi pembina
dalam pembinaan program menghafal Al-Qur’an di
17 Jalaludin Rachmat, Metedologi Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakatya, 2005), hal. 25.
24
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia Bogor.
b. Wawancara (Interview)
Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi
metode pengumpulan data yang utama, wawancara
merupakan bentuk pengumpulan data yang paling
sering digunakan dalam penelitian kualitatif.18
Dalam
sesi wawancara, penulis memilih narasumber KH.
Hasib Hasan Lc sebagai pendiri Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor dan
ustad Sarmadan Rambe M.Pd.I sebagai pimpinan
bidang pengajaran Al-Qur’an, Selain wawancara,
Pendiri Yayasan dan Pimpinan bidang pengajaran Al-
Qur’an juga mewawancarai 3 pembina bidang
pengajaran Al-Qur’an untuk santriwan dan 5 santriwan
kelas 7 Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor, selain wawancara dengan pembina bidang
pengajaran Al-Qur’an penulis mewawancarai diluar
dari informan yang terkait di Yayasan Darul Qur’an
Mulia yakni Kepala Seksi Diniyah Pondok Pesantren
Kabupaten Bogor, penulis menggunakan beberapa
18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik hal.
160.
25
media pendukung yaitu tape recorder, alat tulis foto
digital, dan lain sebagainnya.19
4. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini meliputi data primer (primary data) dan data
skunder (secondary data).
1. Data Primer (Primary data) yaitu data penelitian
yang sumbernya langsung dari sumber asli tanpa
adanya perantara. Data perimer yang dimaksud
adalah data yang dikumpulkan melalui metode
wawancara dan pengamatan langsung yang
dilakukan peneliti terhadap Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor
pembina Al-Qur’an dan santrinya.
2. Data Skunder (secondary data) yaitu data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung,
tapi melalui perantara pihak lain, data sekunder
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
(library reseaerch) yaitu penelitian yang diperoleh
dari buku-buku, laporan-laporan, jurnal yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
5. Teknik Analisis Data
19
Deddy Mulyana, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 156.
26
Analisis data sederhananya adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
sederhana yang mudah dibaca untuk diinterpretasikan.20
Data yang didapatkan dari hasil pengumpulan berupa
wawancara, observasi dan dokumentasi akan dianalisis
menggunakan metode deskripif kualitatif dan ditafsirksn
serta dikomentari untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian dan dipertajam dengan tahapan-tahapan
studi berupa deksripsi, tema dan penegasan
6. Teknik Keabsahan Data
Pelaksanaan teknik pemeriksaan data disasarkan
atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong dalam
buku metedologi kualitaif (2005:324) ada beberapa
kriteria yang dapat dilihat pada teknik keabsahan data
penelitian kualitatif, yaitu:
a. Derajat Kepercayaan (Creadibility)
Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya
mengantikan konsep validitas internal dan nonkualitatif.
Fungsi dari derajat kepercayaan: pertama, penemuannya
dapat dicapai; kedua, mempertunjukn derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa
teknik, yaitu:
1) Perpanjangan keikutsertaan
20
Nurul Hidayati. Metedologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan
Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 63.
27
Dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar
penelitian memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan , karena peneliti
dapat memperlajari kebudayaan, dapat menguji
ketidakbenaran informasi yang diperkenankan oleh
distorsi, baikdari sendiri maupun dari responden, dan
membangun kepercayaan subyek. Perpanjangan
keikutsertaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pola komunikasi antara pembina dan santri dalam
program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor
2) Triangulasi
Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data
dan membandingkan dengan data yang
diperolehdengan sumber lain, pada berbagai fase
penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan
dengan metode yang berlainan. Adapun trigulasi yang
dilakukan dengan tiga macam teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan
teori. Trigulasi dapat dilakukannya dengan jalan:
a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
b) Menegeceknya dengan berbagai sumber data
c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapat dilakukan. Pada
penelitian ini triangulasi dilakukan pengecekan
dalam berbagai sumber yaitu dengan
mewawancarai lebih dati satu pihak informanyang
28
berasal dari elemen yang berbeda yakni, dari pihak
pemerintah dan masyrakat.
d) Kecukupan refrensial
Kecupukan refrencsial yaitu mengumpulkan
berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, rekaman-
rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan
patokan untuk meguji sewaktu diasaat dianalisis dan
penafsiran data. Kecukupan referensi dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penelitian ini untuk menguji
kembali data yang ada.21
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana
agar mempermudah penulisan skripsi, maka peneliti
membagi menjadi enam bab yang terdiri dari:
BAB I :PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjuan pustaka, metedologi penelitian
dan sistematika penulisan
21
Lexy J. Moleong. Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 331
29
BAB II :KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan tentang kajian
pustaka yang terdiri dari pola komunikasi, jenis-
jenis pola komunikasi, bentuk-bentuk pola
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, dakwah
halaqah, fardiyah, dzatiyah, pengertian
menghafal Al-Qur’an, pengertian pembina,
pengertian santri, pengertian yayasan, pengertian
pondok pesantren dan kerangka Konsep.
BAB III :GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK
PESANTREN TERPADU DARUL QUR’AN
MULIA BOGOR
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran
umum Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia profil Yayasan Darul
Qur’an Mulia Bogor, Struktural Pengurus
Yayasan Darul Qur’an Mulia. Visi dan Misi
Yayasan Darul Qur’an Mulia budaya lembaga
Yayasan Darul Qur’an Mulia Tujuan lembaga
Yayasan Darul Qur’an Mulia sejarah berdirinya
Yayasan Darul Qur’an Mulia, sumber daya
manusia Yayasan Darul Qur’an Mulia, ,capaian
hafalan santri Yayasan Darul Qur’an Mulia,
struktural Yayasan Darul Qur’an Mulia Bidang
30
pengajaran Al-Qur’an, kekhasan & keunggulan
program kegiatan, sarana dan fasilitas
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini mengenai penjelasan hasil data
dan temuan penelitian hasil wawancara, dan
observasi yang dilakukan di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor.
Data dan temuan tersebut terkait dengan pola
komunikasi kelompok antara pembina dan
santri dalam program menghafal Al-Qur’an
melalui dakwah halaqah, pola komunikasi
antarpribadi antara pembina dan santri dalam
program menghafal Al-Qur’an melalui dakwah
fardiyah, pola komunikasi intrapribadi antara
pembina dan santri dalam program menghafal
Al-Qur’an melalui dakwah dzatiyah.
BAB V :PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi uraian data yang diartikan
dengan latar berlakang dan teori terkait
penguraian pola komunikasi kelompok antara
pembina dan santri dalam program menghafal
Al-Qur’an melalui dakwah halaqah, pola
komunikasi antarpribadi antara pembina dan
santri dalam program menghafal Al-Qur’an
melalui dakwah fardiyah, pola komunikasi
31
intrapribadi antara pembina dan santri dalam
program menghafal Al-Qur’an melalui dakwah
dzatiyah.
BAB VI : PENUTUP
bab ini merupakan akhir penulisan skripsi,
meliputi simpulan, implikasi, dan saran atas
penelitian yang telah dibahas dalam skripsi ini
32
33
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka merupakan ringkasan tertulis mengenai
artikel dan jurnal, dan buku yang mendeskripsikan teori serta
informasi baik masa lalu maupun saat ini, mengorganisasikan
pustaka ke dalam topik dan dokumen yang dibutuhkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian pustaka
merupakan informasi yang relevan dengan masalah penelitian
yang dapat diambil dari berbagai sumber seperti artikel jurnal dan
buku-buku ilmiah
Ada beberapa kajian pustaka yang penulis uraikan sesuai
dengan judul penulis sebagai berikut:
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Kata pola komunikasi dibangun dari dua suku kata yaitu
pola dan komunikasi. Sebelum mengetahui pola komunikasi,
ada baiknya mengetahui apa itu pola dan apa tu komunikasi.
Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
pola memiliki arti yakni“Bentuk atau sistem, cara struktur
yang dimana tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan
sebagai contoh atau cetakan”.1Pola menurut Wiryanto dalam
buku pengantar ilmu komunikasi ialah “ Pola dikatakan juga
dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek
1 Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) hal. 778.
33
34
yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya hubungan
antara unsur-unsur pendukungnya”2 selain itu pola juga bisa di
artikan sebagai suatu gambaran yang sistematis dan abstrak,
dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang
berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah proses. Pola
dibangun agar kita dapat menentukan atau menetapkan
komponen-komponen yang relevan dari suatu proses.
Pola menurut B Aubrey Fisher ialah analogi yang
mengabstrasikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur
sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang
dijadikan model. Pola adalah gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori.3`
Adapun istilah komunikasi yakni komunikasi sangat
penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya
pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi.
Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, maka dari itu komunikasi dan
masyarakat tidak dapat dipisahkan. Menurut Edward Sapir
yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi
Bahwa” jaringan hubungan masyarakat itu melalui
komunikasi, jikalu tidak ada komunikasi, maka tidak ada
masyarakat.4 Komunikasi atau communication dalam bahasa
Inggris berasal dari kata liat communis yang berarti membuat
2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Gramedia
Widiasavina: 2004), hal. 9. 3Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung:Rosdakarya, 2007) hal. 132. 4 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Perss, 2007), h.13
35
sama.5 Selain itu menurut Roudhonah dalam buku Ilmu
Komunikasi, dibagi menjadi beberapa kata diantaranya
“Communicare yang berarti berpartisipasi atau memberi
tahukan, Communis opinion yang berarti pendapat umum.6
Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi
interaksi, yaitu komunikasi dengan proses sebab-akibat aksi-
reaksi yang arahnya bergantian. dalam konteks ini,
komunikasi melibatkan komunikator yang menyampaikan
pesan, baik verbal maupun non verbal kepada komunikan yang
langsung dinamis timbal balik. Komunikasi sebagai proses
interaksi sebagai tindakan searah7
Menurut Harold D. Laswell dikutip oleh Djamalul Abidin
dalam buku Komunikasi dan Bahasa Dakwah, bahwa
“Komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what
to whom in wich cahnnel ti whom with what effect (siapa
berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak
apa”.8 Komunikasi merupakan suatu proses, di dalamnya
terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi yaitu
pertunjukan pesan dan penafsiran pesan. Pertunjukan pesan
berarti menyebarkan sesuatu sehingga dapat terlihat secara
lengkap dan menyenangkan. Sedangkan penafsiran pesan yaitu
5 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung:Rosdakarya, 2007) h. 46 6 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta:UIN Press, 2007), hal. 27.
7 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Prespektif, Ragam, dan Aplikasi,
(Jakarta: PT Adi Mahasatya, 2016), hal. 11. 8 Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah,
(Jakarta:Gema Insani Press, 1996), hal. 16-17.
36
menguraikan atau memahami sesuatu.9 Definisi lain tentang
komunikasi seperti yang dikemukakan Moor (1993:78) adalah
penyampaian pengertiaan individu. Dikatakannya semua
manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud,
hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang
satu kepada orang lain, pada pokoknya komunikasi adalah
pusat minat dan situasi prilaku dimana suatu sumber
menyampaikan pesan kepada seorang penerima dengan
berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut.10
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan dengan media
tertentu untuk membuat pemahaman yang sama diantara
mereka, informasi yang disampaikan dapat memberikan efek
terntu kepada komunikan, bisa mempengaruhi kognitif,afketif
dan behavioral.
Jadi pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau
struktur hubungan dua orang atau lebih dalam proses
pengiriman atau penerimaan pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.
9 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,
(Bandung, Rosdakarya, 2006), hal. 26-28. 10
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), hal. 9.
37
B. Jenis-Jenis Pola Komunikasi
Menurut Josep A. Devito yang dikutip oleh Abdullah
Masmuh dalam buku “Komunikasi Antar Manusia” terdapat
jenis-jenis pola komunikasi, yaitu pola komunikasi roda, pola
rantai, pola lingkaran, pola bintang, pola Y. Berikut adalah
gambar dari kelima pola tersebut.
a. Pola Lingkaran
Pola lingkaran merupakan hampir sama dengan pola
rantai, namun orang terakhir yaitu E berkomunikasi pula
kepada orang pertama A. Dalam pola lingkaran tidak memiliki
pemimpin. semua anggota posisinya sama. Semuanya berhak
dan memilik kesempatan yang sama untuk berkomunikasi
dengan orang yang berada di sisi mereka.
Gambar 2.1 Pola Lingkaran
(Sumber: Buku Josep A Devito Komunikasi Antar Manuisa hal. 383)
b. Pola roda
Pola roda pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan
pimpinan berada pada posisi sentral dan berpengaruh dalam
proses penyampaian pesannya yang mana semua informasi
40
Gambar 2.5 Pola Bintang
(Sumber: Buku Josep A Devito Komunikasi Antar Manuisa hal. 383)
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku psikologi
komunikasi jenis pola komunikasi pada pola roda, pada roda
seseorang biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian. Ia
dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi
setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan
pemimpinnya. Pada rantai A dapat berkomunikasi dengan B, B
dengan C, C dengan D dan begitu seterusnya, sedangkan pada
Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang
di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang
yang hanya dapat berkomunikasi dengan seseorang di
sampingnya saja. Pada lingkaran, setiap orang hanya dapat
berkomunikasi dengan seseorang di sampingnya saja. Pada
lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua
orang di samping kirinya dan kananya. Di sini tidak ada
pemimpin. pada bintang disebut juga semua saluran setiap
anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota
41
kelompok yang lain. Yang terakhir ini disebut juga comcon.
Semua saluran komunikasi media.
Dalam hubunganya dengan prestasi kelompok, Leavitt
(1951: 46) menemukan bahwa pola roda yang paling memusat
dan terorganisasi. Kelompok lingkaran yang paling tidak
memusat adalah yang paling lambat dalam dalam
memecahkan soal. Lingkaran cenderung melahirkan sejumlah
besar kesalahan. Shaw (1954) memperkuat kesimpulan Leavit,
tetapi demgam catatan: kelompok roda hanya efektif bila
mereka memecahkan persoalan yang mudah. Bila masalahnya
kompleks, kelompok lingkarann yang lebih cepat. Pola
komunikasi yang paling efektif: yaitu pola semua saluran.
Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang
memimpin, pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada
anggota-anggotanya, dan yang paling cepat menyelesaikan
tugas bila tugas itu berkenaan dengan masalah yang sukar.
Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan
paling rendah.12
Menurut peneliti pada jenis pola komunikasi adalah
kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah ruangan dan duduk
melingkari meja bundar untuk berkomunikasi kepada anggota
kelompok untuk memberikan arahan kepada anggota
kelompok.
12
Jalaluddin Rakhmat,Psikilogi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2019),h. 203
42
C. Bentuk-Bentuk Pola Komunikasi
Bila pola komunikasi memiliki arti yang sama dengan
bentuk sebagaimana dijelaskan Onong Uchajana Effendy.
Terdapat beberapa pola atau bentuk komunikasi yang terdiri
dari lima macam jenis yaitu:
1. Komunikasi Intrapribadi
Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang
menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses
pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui system
syaraf dan inderanya.13
Kemudian, komunikasi Intrapribadi
merupakan dialog internal dan bahkan dapat terjadi bahkan
saat bersama dengan orang sekalipun. Para teroritis
komunikasi interpersonal sering kali mempelajari peran
kognisi dalam perilaku komunikasi interpersonal biasanya
lebih sering berulang dari pada komunikasi lainnya. Karena
pada konteks ini juga mencakup dimana saat seseorang
membayangkan, mempresepsikan, melamun dan
menyelesaikan masalah dala kepala kita. Menurut Richard L.
Weaver II yang dikutip oleh Armawati Arbi dalam buku
Komunikasi Intrapribadi bahwa komunikasi intrapribadi
melibatkan semua percakapan yang terjadi pada diri yang
berkaitan dengan langkah-langkahnya melalui 1)
percakapakan pada diri sendiri, 2) umpan balik pada diri
sendiri, 3) memantau diri sendiri, 4) imagine atau visualisasi,
5) imagio, dan 6) transpaersonal communication. Umpan
13
Onong Uchajana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 7.
43
balik interpersonal adalah semua pesan internal yang mana
kita menciptkan untuk merespons semua pesan-pesan yang
lain (internal dan eksternal).
Proses komunikasi pada diri sendiri meliputi empat tahap.
Pertama merencanakan program melalui self talk- dengan
skripnya. Kedua, menata program melalui interpersonal
feedback, self – monitoring imaging dan imagi. Kaum
profesional menerima umpan balik dari berbagai pihak. Pilih
masukan sesuai dengan kita.14
Lance Morrow dalam majalah Time (1998) mengatakan
bahwa berbicara dengan diri sendiri, dan makian-makian” Joan
Atiken dan Leonard Shedletsky (1997) menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal sebenarnya lebih dari itu,
komunikasi macam ini juga melibatkan banyak penilaian akan
perilaku orang lain.15
Komunikasi intrapribadi juga menjadi
landasan keberhasilan komunikasi seseorang mampu
berkomunikasi dengan baik dalam dirinya sendiri16
Jadi menurut pengertian diatas peneliti menyimpulkan
bahwasanya komunikasi diri sendiri merupakan proses
berpikir itulah timbul pertanyaan-pertanyaan yang bisa
dijawab oleh diri penananya itu sendiri. Seperti semacam
dialog dalam diri untuk menentukan sikap apa yang harus
dilakukan ketika menghadapi suatu permasalahan yang timbul
14
Armawati Arbi, Komunikasi IntraPribadi,(Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2019), hal. 326-327 15
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humainika, 2009) hal. 34. 16
Arief Hidayatullah, Jurnalisme Cetak (Konsep & Praktek,
(Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta) hal. 8.
44
dari internal maupun diluar. Proses itulah yang disebut dengan
komunikasi diri sendiri.
2. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar Pribadi adalah komunukasi antara
komunikator dengan komunikan yang berlangsung antara dua
orang, dimana terjadi kontak langsung dalamm bentuk
percakapan, bisa juga melalui medium/telepon.17
Komunikasi
ini juga dapat berlangsung secara behadapan muka bahasa
lainnya ialah dengan harapan umpan balik yang berlangsung.18
Sementara Effendi mengatakan komunikasi antarpribadi atau
disebut pula dengan diadic communication adalah komunikasi
antar dua orang yang mana terjadi kontak langsung dalam
berbentuk percakapan. Kontak bisa berlansgung secara
berhadapan muka (face to face) sifatnya dua arah timbal balik
(two way traffic communication) bahwa komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan dengan akrab
dan sangat mengenal antara orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Ia berlangsung dalam skala jumlah ornang-orang
yang di dalamanya terbatas dan kecil, yang mana diantaranya
lebih saling kenal-mengenal. Oleh sebab itulah komunikasi
antarpribadi dianggap yang paling efektif dalam mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku manusia.19
17
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2005), hal. 125. 18
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 1991), hal. 72. 19
Silfia hanani, Komunikasi Antar Pribadi, (Yogyakarta: Ar-ruzz
Media, 2017), hal. 15-16.
45
Jadi menurut pengertian diatas peneliti menyimpulkan
bahwasanya komunikasi antarpribadi ialah seorang
komunikator menyampaikan suatu pesan kepada komunikan
secara tatap muka antara dua orang atau lebih dan
menghasilkan efek.
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh
seseorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk
mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.20
a. Komunikasi kelompok kecil
Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widajaja,
Kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara
dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap
muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan
antara dengan yang lainnya, sehingga ia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudah memberikan tanggapan kepada
masing-masing individu komunikan.21
kelompok kecil juga
berfokus kepada kelompok kecil berfokus pada kelompok
kerja, berlawanan dengan pertemanan dan kelompok keluarga
dalam konteks interpersonal , ada beberapa perdebatan
mengenai jumlah orang yang memberntuk kelompok kecil,
beberapa peneliti berpendapat bahwa jumlah maksimal dalam
kelompok kecil adalah lima sampai tujuh orang sementara
yang lain tidak memberikan batasan jumlah, tetapi hampir
20
Onong Uchajana Effendi, Hubungan Masyarakat: Suatu Study
Komunikologis, ( Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), hal. 62. 21
H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, ( Jakarta:
Universitas Terbuka, 2001), hal. 127.
46
semuanya setuju bahwa paling tidak harus ada tiga orang
dalam sebuah kelompok kecil (Schultz 1996).22
b. Komunikasi kelompok besar
Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan
yang karena jumlahnya banyak, dalam suatu situasi
komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk
memberikan tanggapan secara verbal.23
Jadi menurut pengertian diatas peneliti menyimpulkan
bahwa pengertian komunikasi kelompok adalah komunikasi
antara dua orang maupun lebih dari dua orang.
4. Komunikasi Massa
Komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan kepada
massa, khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti
bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang
yang membaca tau juga semua orang yang menonton tv,
karena sejatinya khalayak amat sulit untuk didefinisikan kedua
komunikasi massa ialah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar audio visual.24
Walaupun sekarang
komunikasi massa merujuk pada surat kabar, video, CD- ROM
dan Radio, kita akan melebarkan diskusi kita dan membahas
media baru (New Media), yang terdiri atas teknologi berbasis
komputrer. Teknologi komunikasi ini termasuk email, Internet,
televisi kabel digitial, teknologi video seperti DVD, pesan
22
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humainika, 2009) hal. 34. 23
Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek,
(Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 129. 24
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), hal. 21-22.
47
instan (instant messaging- IM) dan telepon gengam. Untuk
kepentingan kita, komunikasi massa akan didefinisikan
sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar
melalui banyak saluran komunikasi. Oleh karenanya, konteks
komunikasi massa mencakup baik saluran maupun khalayak.
Komunikasi massa dengan bentuk komunikasi lainnya.
Sebagai contoh model awal memasukan pesan, sedangkan
komunikasi massa menawarkan banyak pesan yang identik.
Perbedaan lainnya adalah model komunikasi massa
menpesifikkan “umpan balik”, ketika dua orang atau lebih
berkomunikasi tatap muka, pastisipan dapat segera mengenali
dengna jelas umpan balik yang tertinggal dalam pesan-pesan
yang resiprokal. Dalam model komunikasi massa Schramm,
umpan balik di gambarkan dalam sebuah garis putus-putus
yang diberi label umpan balik inferensial yang terlambat.
Umpan balik ini lebih bersifat tidak langsung dari pada
langsung. Eksekutif televisi, sebagai contoh, harus menunggu
minimal sehari, terkadang seminggu atau sebulan untuk
mengetahui rating program baru.25
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi massa merupakan komunikasi yang di sampaikan
kepada khalayak luas dengan menggunakan audio visual
seperti TV dan lain sebagainya yang berkaitan dengan media
massa,
25
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Jilid 1 Edisi 5, (
Jakarta: Penerbit Airlangga, 2008), hal. 8.
48
5. Komunikasi Media
Komunikasi media adalah proses komunikasi antar
komunikator pada komunikan dengan menggunakan alat
sebagai perantara penyampaiannya. Adapun bentuk
komunikasi media ini dilakukan dengan mengguakan media,
seperti surat, telepon dan lain sebagainya.26
Komunikasi media
lebih mengandalkan pengguna media khususnya telepon
seluler.
Dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti komunikasi
media adalah prose komunikasi dari komunikator dengan
lainnya namun menggunakan perangkat telephone seluler.
D. Unsur-unsur Komunikasi
1. Komunikator
Dalam proses komunikasi komunikator berperan penting
karena mnegerti atau tidaknya lawan bicara tergantung cara
penyampaian komunikator. Komuinkator berfungsi sebagai
encoder , yakni sebagai orang yang memformulasikan
pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain,
orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang
berfungsi sebeagai decoder yakni menerjemahkan
lambang-lambang pesan konteks pengetiannya sendiri.27
2. Pesan
26
Onong Uchajana Effendy, IlmuKomunikasi teori dan Praktek,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996), ha1.3. 27
Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta:Al-Amin
Press, 1996), hal 59.
49
Adapun yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah
suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.
“Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan
verbal dapat secara tertulis seperti: Surat, buku, majalah,
memo, sedangkan pesan yangb secara lisan dapat berupa
percakapan tatap muka percakapan melalui telepon, radio
dan sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat,
gerak badan, ekspresi muka dan nada suara.28
Adapun beberapa bentuk pesan, diantaranya
a) Informatif,
Informatif yakni suatu keterampilan berkomunikasi
dengan menyampaikan berbagai tanda informasi baik
secara verbal, non verbal maupun paralinguistik.
Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang
perubahan sosial, agar masyarakat dapat: memusatkan
perhatian akan kebutuhan perubahan, cara mengadakan
perubahan dan dapat menyiapkan sarana-sarana
perubahan.29
kemudian komunikan dapat mengambil
kesimpulan sendiri dari informasi yang di sampaikan oleh
komunikator
b) Persuasif,
Persuasif yakni dengan bujukan untuk membangkitkan
pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita
28
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumu Aksara,
1997), hal. 14.
50
sampaikan akan memberikan rupa pendapat ayau sikap
sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah
kehendak sendiri. Komunikasi pesuasif menurut Ma‟rat
(1982) merupakan kegiatan penyampaian suatu informasi
atau masalah pada pihak lain dengan cara membujuk.lalu
menurut Simons (1976) komunikasi persuasif adalah
memperngaruhi sikap, nilai-nilai pendapat dan perilaku
seseorang.30
Komunikasi persuasif bertujuan hanya untuk
memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Istolah persuasi
(persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasio kata
kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu.31
c) Koersif,
Koersif yakni dengan menggunakan sanksi.
Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan
penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di
antara sesamanya dan pada kalangan publik.32
Komunikasi koersif menurut para ahli adalah istilah
koersi atau dalam bahasa Inggris Coersion, berasal dari
bahasa latin coercio yang secara harfiah berarti
pengekanagan. Secara maknawiyah berarti upaya
mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan.
30
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif,(Jakarta: Universitas
Terbuka: 2007), hal. 29.
32
H.A.W Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (
Jakarta:Bumi Aksara, 1997), hal. 14.
51
Dalam prakteknya untuk mencapai tujuan itu dilakukan
kegiatan dalam bentuk sanksi, ancaman, intimidasi,
pemerasan, boikot teror dan lain-lain, sehingga orang
yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas, takut dan
sebagainya. Otto Lerbinger dalam Effendy (1999)
mengatakan bahwa pengertian koersi. Komunikasi koersif
( coersive communication) berarti proses penyampaian
pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang
lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku dengan
gaya yang mengandung paksaan.33
3. Media
Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh
komunikatir untuk menyampaikan pesan atau informasi
kepada komunikator untuk menyampaikan pesan
atauninformasi kepada komunikan atau sarana yang
digunakan untuk memberikan feedback darimkomunikan
kepada komunikator. “Media sendiri merupakan bentuk
jamal dari medium, yang artinya perantara, penyampai,
atau penyalur.34
a) Penerima
Penerima adalah orang yang menjadi sasaran
kegiatan komunikasi, penerima pesan biasa bertindak
33
Abizal Muhammad Yati “Metode Komunikasi Da‟i Perbatasan
Aceh Singkil dalam Menjawab Tantangan Dakwah.” Jurnal Al-Bayan Vol. 24
No. 2 (Desember 2018). 34
Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi yang Efektif : Bahan ajar
Diklat Prajabatan Golongan III, (Jakarta:Lembaga Administrasi Negara,
2003), h.8
52
sebagai pribadi atau orang banyak.35
Penerima tidak
hanya pasif menerima informasi saja namun, juga
mengolahnya sehingga terdapat kesamaan makna, jika
suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau
saluran.36
b) Efek
Pengaruh atau efek perbedaan apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
sesuadah mereima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh
karen aitu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan sikap dan
tindakan sessorang sebagai akibat penerimaan pesan.37
E. Dakwah Halaqah, Fardiyah dan Dzatiyah
a. Dakwah Halaqah
Dakwah Halaqah adalah dakwah dimana pendakwah
dapat menyampaikan pesan dakwahnya kepada kelompoknya
sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain.
Kemampuan pendakwah mengatur kaderisasi kelompok
sendiri dalam manajemen dakwah dan mengajak kelompok
lain. Oleh karena itu, seorang pendakwah sebaiknya
35
Y.S Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia,
1998), hal. 71. 36
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), hal. 26. 37
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 27.
53
mengetahui klasifikasi kelompok, pengaruh kelompok dan
bagaimana kelompok menjadi efektif.38
Dakwah berkelompok
melalui pendekatan dengan komunikasi secara berkelompok
atau secara meja bundar bertujun lebih demokratus, lebih
informatif dri pada segi empat. Simposium adalah serangkaian
pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah
topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap anggota
kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun
melalui mediator. Diskusi panel membahas masalah yang
kontroversial. Kolokium memberikan kesempatan diskusi
yang sama kepada wakil-wakil khalayak yang parlementer
adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta
diskusi yang besar pada periode waktu ysng tertentu. Pada saat
sejumlah keputusan harus dibuat, prosedur harus diikuti39
b. Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah menurut Muh. Nuh adalah kosentrasi
dengan dakwah atau berbicara dengan mad‟u secara tatap
muka atau dengan sekelompok kecil dari manusia yang
mempunyai ciri-ciri sifat-sifat khusus.
Berbeda dengan Ali Abdul Halim Mahmud yang
menegaskan bahwa dakwah Fardiyah merupakan antonym
dari dakwah Jama‟iyah atau „ammah, ialah ajakan atau seruan
ke jalan Allah yang dilakukan seorang da‟i kepada orang lain
38 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta:
Amzah, 2012), hal. 189-190 39
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, hal 120.
54
secara perorangan dengan tujuan memindahkan Al-Mad‟u
pada keadaanyang lebih baik dan diridhai Allah.
Dakwah Fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu:
Mafhum Da‟wah (seruan atau ajakan), Mafhum Haraki
(gerakan), Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian).
Pelaku dakwah fardiyah hendaknya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1) Uswah dan qudwah
2) Ikhlas
3) Sabar dan ihtisab
4) Optimis dan tsiqah kepada Allah
5) Pemahaman yang mendalam
6) Pengrobanan
7) Antisipasif atas kegagalan dakwah
8) Berinteraksi dengan lebih dari satu orang
9) Penuh perhitungan tidak tergesa-gesa
10) Cerdas dan piawai
11) Lemah lembut
12) Menjaga ukhuwah Islamiyah
13) Berharakah sesuai khithah (garis perjuangan)
14) Menjadikan Dakwah kesibukan utama
15) Berlepas diri dari segala sesuatu kecuali daya dan
kekuatan Allah40
40
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, hal 17
55
c. Dakwah Dzatiyah
Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri
melalui pendektan komunikasi di dalam diri. Kata dzatiyah ini
mengikuto Tarbiyah Dzatiyah. Abdullah bin Abdul Aziz Al-
Aidan mendefinisikan, Tarbiyah Dzatiyah ialah Tarbiyah
(pembinaan) seseorang terhadap diri sendiri dengan diri
sendiri.
Dakwah dzatiyah ini mengajak diri sendiri untuk
mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di bumi,
mengenal Allah yang berkesinambungan, dan hubungan
komunikasi yang intrekatif antara hamba dan pencipta-Nya
Dengan demikian, seseorsng dapat mengatur diri sendiri,
memilih, dan menyaring faktor situasi.
Ia dapat menilai dirinya apakah perilakunya lebih
dipengaruhi oleh faktor situasi atau faktor pribadi.
Sarana-saran dakwah dzatiyah:
1) Muhasabah
2) Taubat atas segala dosa
3) Mencari ilmu dan memperluas wawasan
4) Memperbanyak amal ibadah
5) Memperbaiki akhlaq
6) Aktif dalam kegiatan dakwah
7) Mujhadah41
41
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, hal 17
56
F. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi
Berkomunikasi bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, sebagai makhluk sosial kita sering berkomunikasi
suatu sama lain, berkomunikasi kelihatannya mudah,
tetapi sebenarnya tidak akan terlepas dari berbagai
masalah atau hambatan.
Menurut Onong Uchajana Effendi dalam bukunya yang
berjudul Dinamika Komunikasi mengungkapkan bahwa
ada empat faktor psikologis, hambatan semantis,
hambatan mekanis, dan hambatan ekologis.42
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks
situasional (situasuional context). Ini berarti bahwa
komunikator harus memperhatikan situasi ketika
komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama
situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologi-
antropologis-psikologis.
a) Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat
menjadi dua jenis pergaulan yang ia namakan
Geminschaft dan Gesellschaft adalah pergaulan hidup
42
Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1986), hal 7.
57
yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti
pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Berkomunikasi dalam Geminschaft dengan istri atau
anak tidak akan menjumpai banyak hambatan karena
sifatnya personal atau pribadi sehingga menjumpai banyak
hambatan karena sifatnya personal atau pribadi sehingga
dapat dilakukan dengan santai: adalah lain dengan
komunikasi dalam Gesellschaft. Seseorang yang
bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan
menjadi bawahan orang lain. Seorang kepala desa
mempunyai kekuasaan di daerahnya, tetapi ia harus
tunduk kepada camat: camat akan lain sikapnya ketika
berkomunikasi dengan bupati: dan bupati ketika
berkomunikasi dengan gubernur akan membungkuk-
bungkuk sewaktu berhadapan dengan menteri dalam
negeri: dan pada gilirannya mendagri pun akan bersikap
demikian ketika mengkomunikasikan keadaan daerahnya
kepada presiden.
Seorang letnan yang terlibat dalam komunikasi
dengan sesama letnan tidak akan kaku karena situasi
komunikasi dengan sesama letnan tidak akan kaku karena
situasi komunikasi bersifat horizontal. Demikian pula bila
berhadapan dengan seorang kopral, tetapi aakan lain jika
letnan tadi memberikan laporan kepada seorang kolonel.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan,
yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama,
ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan
58
sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan
bagi kelancaran komunikasi.43
b) Hambatan Antropologis
Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam
jenisnya sebagai maakhluk “homo sapiens”, tetapi
ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam
postur, warna kulit, dan kebudayaan, yang pada
kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup (way of life),
norma, kebiasaan, dan bahasa.
Dalam melancarkan komunikasinya seorang
komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal
siapa komunikan yang dijadikan sasarannya yang
dimaksudkan dengan “siapa” disini bukan nama yang
disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa.
Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula
kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya
kebiasaan dan bahasanya.
Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan
yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikasn
secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received
atau inderawi, dan dalam pengertian accapted atau secara
rohani. Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara
yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil
pada pesawat televisi amat terang dan suara yang keluar
amat jelas, tetapi mungkin tidak dapat menerima ketika
43
Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1986), hal .11-12.
59
seorang pembicara pada acara itu mengatakan bahwa
daging lezat sekali. Si pemirsa tadi hanya menerimanya
dalam pengertian accapted. jadi teknologi komunikasi
tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.44
c) Hambatan psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan
dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si
komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak
mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk untuk
berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung,
marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi
psikologis lainnya: jika komunikasi menaruh prasangka
(prejudice) kepada komunikator. Prasangka merupakan
salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi,
karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah
bersikap menentang komunikator. Pada orang yang
bersikap prasangka emosinya menyebabkan dia menarik
kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional.
Emosi sering kali membutakan pikiran dan perasaan
tethadap suatu fakta yang bagaimana pun jelas dan
tegasnya. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar,
seseorang tidak dapat lagi berfikir objektif, dan apa saja
yang dilihat arau didengarnya selalu akan dinilai negatif.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan
oleh aspek antropologis dan sosialogis: dapat terjadi
terhadap ras, bangsa, suku bangasa, agama, partai politik,
44 Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, hal. 12.
60
kelompok, dan apa saja yang bagi seseorang merupakan
suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya
pernah diberi kesan yang tidak enak. Berkenaan degan
faktor-faktor penghambat komunikasi yang bersifat
sosiologis-antropologis-psikologis itu, yang menjadi
permaalahan ialah bagaimana upaya kita untuk
mengatasinya.
Cara mengatasinya ialah mengenal diri komunikan
seraya mengkaji kondisi psikologinya sebelum
komunikasi dilancarkan, dan bersikap empatik kepadanya.
Empati (empathy) adalah kemampuan memproyeksikan
diri kepada diri orang lain: dengan perkataan, kemampuan
menghayati perasan orang lain atau merasakan apa yang
dirasakan orang lain.
2. Hambatan semantis
Kalau hambatan sosiologis-antropologis-psikologis
terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis
terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis
terdapat pada diri komunikator.
Faktor semantis menyangkut bahasa yang
dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan
demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator
harus benar-benar memperhatikan semantis ini, sebab
salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir
61
(misintrepretation), yang pada gilirannya bisa
menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Sering kali salah ucap disebabkan si komunikator
berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan
perasaan belum mantap terformulasikan, kata0kata sudah
terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan
“kedelai” yang terlontar “keledai”, “demokrasi” menjadi
demontrasi, “partisipasi” menjadi “partisisapi” dan
sebagainya.
Gangguan semantis kadang-kadang disebabkan pula
oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang bunyinya
dan tulisannya, tetapi memiliki makna sama bunyinya dn
tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda.
“Rampung” sunda lain dengan “rampung” Jawa. “Atos”
Sunda tidak sama dengan “atos” Jawa. “Bujang” Sunda
beda dengan “bujang” Sumatera. “Jangan” Indonesia lain
dengan “jangan” jawa “Pala” Indonesia lain dengan
“pala” Madura. “Momok” Indonesia jauh sekali bedanya
dengan “momok” Sunda. Dan sebagainya. Salah
komunikasi miscommunication ada kalanya disebabkan
oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang
sifatnya konotatif, dalam komunikasi bahasa yang
sebaiknya dipergunakan adalah kata-kata yang denotatif.
Kalau terpaksa juga menggunakan kata-kata yang
konotatif seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan
sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir. Kata-kata
denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana
62
tercantum dalam kamus. Dan diterima secara umum oleh
kebanyakan orang yang salam dalam kebudayaan dan
bahasanya, kata-kata yang mempunyai kata konotatif
adalah yang mengandung makan emosioal atau eveluatif
(emotional of evaluatitativw meaning) disebabkan oleh
latar belakang dan pengalaman seseorang. Jadi untuk
menghilangkan hambtan semantis dalam komunikasi,
seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya
dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak
menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun dalam
kalimat-kalimat yang logis.
3. Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang
dipergunakan dalam melancarakan komunikasi. Banyak
contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, suara
telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram pada
surat, suara yang hilang muncul pada pesawat radio, berita
surat kabara yang sulit dicari sanbungan kolomnya,
gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-
lain.
Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi
oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada
surat kabar, radio, dan televisi. Tetapi pada beberapa
media komunikator dapat saja mengatasinya dengan
mengambil sikap tertentui, misalnya ketiak sedang
menelpon terganggu oleh krotokan barangkali ia dapat
mengulangiunya beberapa kemudian. Hambatan yang
63
dijumpai pada surat, misalnya huruf ketikan yang buram
dapat diatasi dengan mengganti pita mesin tik atau mesin
tiknya sendiri. Yang penting diperhatikan dalam
komunikasi yang ialah seperti telah disinggung dimuka
sebelum suatu pesan komunikasi dapat diterima secara
rohani accapted, terlebih dahulu harus dipastikan dapat
diterima secara rohani inderawi received, dalam arti kata
bebas dari hambatan mekanis.
4. Hambatan ekologis.
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan
lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi,
jadi datangnya dari lingkungan. Seperti hambatan
ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan
lalu-lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang
lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang
berpidato
Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti
itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya
jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat ia
sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya
komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi
yang bebas dari gangguan suara lalu-lintas atau
kebisingan orang-orang seperti disebutkan tadi, dalam
menghadapi gangguan seperti hujan, petir, peswat terbang
lewat, dan lain-lain yang datang tiba-tiba tanpa diduga
terlebih dahulu, maka komunikator dapat melakukan
64
kegiatan tertentu, misalnya berhenti dulu sejenak atau
memperkakas suaranya.45
Demikan beberapa jenis hambatan yang sering
dijumpai oleh komunikasi yang perlu mendapat perhatian
para komunikator.
F. Metode Hafalan Al-Qur’an
1. Metode hafalan Al-Qur‟an
Menghafal merupakan asal kata dari hafidza-yahfadzu
yang berarti menjaga, memelihara, melindungi, dan
menghafal.46
Hafalan secara bahasa lawan dari kata lupa.
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia disebutkan bahwa
kata hafal berarti telah masuk dalam ingatan dan dapat
mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku).
Menghafal merupakan sebuah proses penyimpanan hasil
penglihatan dan pendengaran. Maka, apabila semakin banyak
membaca dan mendengarkan Al-Qur‟an. Insya Allah akan
semakin cepat pula dalam penghafalan Al-Qur‟an
2. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah bentuk masdar dari fi‟il qar‟a-yaqra‟u,
qira‟atan, qur‟anan.47
Dikatakan Al-Qur‟an karena ia
45
Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 14-16. 46
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-
Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 279. 47
Muhammad Chrzin, Al-Qur‟an & Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta:
PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), hal. 1.
65
berisikan inti sari dari semua kitabullah dan inti sari dari ilmu
pengetahuan.48
Beberapa definisi Al-Qur‟an menurut pendapat ulama
diantaranya:
1. Manna „al Qaththan berpendapat bahwasanya “Al-Qur‟an
adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad
SAW dan membacanya adalah ibadah.
2. Al-Zarqani berpendapat bahwasanya” Al-Qur‟an itu
adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir surat
An-Nas
3. Abdul Wahab Khallaf berpendapat bahwasanya Al-
Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati
Rasullah, Muhammad bin Abdulah melalui al-Ruhul
Amin (Jibril AS) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa
Arab dan maknanya yang benar agar ia menjadi hujjah
bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasullah, menjadi
undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada
mereka, dan menjadi sarana dan prasarana pendekatakan
diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-
Qur‟an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat
Al-Fatiha dan diakhiri surat An-Nas. Disampaikan kepada
kita secara mutawatir dari generasi kegenerasi secara
48
Munaimin dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, ( Jakarta:
Prenada Media, 2005), hal. 85.
66
tulisan maupun lisan. Ia ( Al-Qur‟an ) terpeliharadari
perubahan atau pergantian.49
Dengan demikian Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat
Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, dengan perantara Malaikat Jibril utuk
dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau
pedoman hidup bagi manusia.
Tujuan utama diturunkan Al-Qur‟an adalah untuk
menjadikan pedoman untuk manusia dalam menata
kehidupan supaya memperoleh kebahagian di dunia dan
akhirat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia,
maka AlQur‟an datang dengan petunjuk-petunjuk dan
konsep-konsep yang baik dan menjadi sarana dan prasarana
pendekatakan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Al-Qur‟an itu terhimpun dalam mushaf,
dimulai dengan surat Al-Fatiha dan diakhiri surat An-Nas.
Disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi
kegenerasi secara tulisan maupun lisan. Ia ( Al-Qur‟an )
terpeliharadari perubahan atau pergantian.
3. Etika Terhadap Al- Qur‟an
Tidak bisa di pungkiri, bila kita ingin di muliakan oleh
Allah SWT dengan Al- Qur‟an, kita juga harus memuliakan
Al-Qur‟an. Karena Al-qur‟an menjadi ukuran bagi Allah
49
Munaimin dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, hal. 4.
67
untuk memuliakan atau merendahkan seseorang atau suatu
kaum.50
Bentuk cara kita untuk memuliakan Al-Qur‟an
diantaranya adalah dengan memperhatikan adab-adab
terhadap Al-Qur‟an. Disisi lain dengan kita memperhatikan
adab-adab tersebut kita akan mudah mendapatkan
kemudahan untuk mengahafal Al-Qur‟an serta mendapatkan
keberkahan dalam aktivitas menghafal Al-Qur‟an. Adab-
adab berinteraksi dengan Al-Qur‟an Sebagai berikut:
a) Menjaga kesucian dan kebersihan
Bagian dari adab memvbaca Al-qur‟an adalah menjaga
kesucian dari hadats dan najis. Dianjurkan berwudhu untuk
membaca Al-qur‟an karena Al- Qur‟an adalah zikir yang
paling utama.51
b) Membaca Ta‟awudz saat mulai membaca
Disunnahkan berta‟awudz sebelum membaca Al-Qur‟an.
Allah SWT berfirman:
جيم من الشهيطان الزه فإذا قزأت القزآن فاستعذ بالله
50
Arham bin Yasin, agar Sehafal al-Fatiha, (Bogor: CV Hilal Media
Group, 2015), hal. 51. 51
HR Ahmad dan Abu Dawud, hal. 17.
68
Artinya:“Apabila kamu membaca Al-Qur‟an
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari Syaitan yang terkutuk” (QS. An-Nahl:98)52
Memohon perlindungan kepada Allah SWT sangat di
anjurkan untuk menghindari segala bentuk godaan syetan
yang dapat menganggu aktivitas kita untuk membaca Al-
Qur‟an apalagi unyuk mengahaflanya (Al-Qur‟an).
Diantaranya godaan rasa malas, waSwas, takut tidak
ikhlas, menunda-nunda dan yang lainnya.
c) Membaca Al-Qur‟an baik dan benar
Hukum membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar
sesuai kaidah ilmu tajwid adalah fardhu‟ain.53
Artinya
setiap muslim wajib untuk membaca Al-Qur‟an dengan
secara baik dan benar. Allah SWT berfirman:
.... ورتل القزان تزتيل
“...............dan bacalah Al-Qur‟an dengan perlahan-lahan”.(
QS: Al-Muzzammil: 4)
Orang yang belum mampu untuk membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar maka seseorang tersebut wajib
belajar Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Disamping itu
merupakan kewajiban dan bagian dari adab membaca Al-
qur‟an, ia juga sangat penting dalam proses untukm
penghafalan Al-Qur‟an
52
Ahmad Tholabi Kharlie, ed, Al-Qur‟an Mushaf Al-Bantani, (
Banten: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Kementrian Agama RI, 2012) hal. 17. 53
Arham bin Yasin, Agar sehafal Al-fatiha, (Bogor: Hilal Media,
2015), hal. 53.
69
d) Khususk dan berusaha untuk memahaminya
Zikir yang baik adalah membaca Al-Qur‟an.54
Karena itu, ketika embaca Al-Qur‟an hati dan pikiran juga
harus khususk sebagaimana kita sedang membaca zikir lain.
Imam Nawawi mengatakan, “ ketika seseorang membaca
Al-Qur‟an, maka hendaklah kondisinya khusuk dan
tadabbur ketika membacanya. Dalil-dalil tentang hal ini
terlalu banyak dihitung, dan terlalu masyhur dan jelas untuk
disebut. Itulah maksud yang diinginkan yang dengannya,
dada lapang dan hati mejadi tenang.55
Disamping itu merupakan bagian dari adab-adab
membaca Al-Qur‟an memahami apa yang dibaca sangat
membantu untuk penghafalan Al-Qur‟an walaupun bisa
saja seseorang menghafal tanpa memahami yang ia baca.
Tetapi lebih baiknya dan lebih berakalnya juga harus
berusaha memahami ayat atau surat yang hendak
dihafalkan. Sejatinya ketika kita ingin menghafal Al-
Qur‟an maka kiat sebagai muslim di anjurkan untuk
memahami isi
4. Kestimewaan Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan
Allah SWT, dengan perantara malaikat Jibri a.s kepada Nabi
Muhammad Saw, sebagai kunci dan kesimpulan dari semua
kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah Swt, kepada
54
Arham bin Yasin, Agar sehafal Al-fatiha, (Bogor: Hilal Media,
2015), hal. 56. 55
Arham bin Yasin, Agar sehafal Al-fatiha, (Bogor: Hilal Media,
2015), hal. 58.
70
Nabi-Nabi dan Rasul-rasul yang di utus Allah Swt sebelum
Nabi Muhammad Saw.
Al-Qur‟an yang secara harfiah berarti sempurna
merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat,
karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia megenal
tulisan dan bacaan sekitar lima ribu tahun yang lalu yang
dapat menandingi Al-Qur‟an. Al-Qur‟an terus dibaca oleh
jutaan orang yang tidak mengerti artinya, dan tidak dapat
menulis dengan huruf-hurufnya. Bahkan, dihafal huruf demi
huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.
Al-Qur‟an merupakan kitab yang teratur tata cara
membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan,
dipertebal, atau diperhalus ucapannya, dimana tempat yang
terlarang atau yang boleh, atau harus memulai dan berjenti,
bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika
membacanya. Seorang orientalis H.A.R Gibb pernah menulis
bahwa, ”tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun
yang telah memainkan alat bernada nyaring demikian mampu
dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang
diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad (Al-Qur‟an)
Demikian terpadu dalam Al-Qur‟an keindahan bahasa,
ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalam makna,
kekayaan dan kebenarannya, serta kemudahan pemahaman
dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya. Tidak dapat
71
disangkal oleh siapapun yang memiliki objektivitas bahwa
kitab suci Al-Qur‟an memiliki kesitimewaan-kesitimewaan.
G. Pembina
Pembina merupakan orang yag membina, pembina juga
dapat diartikan sebagai guru atau pendidik. Pendidik menurut
Moh. Fadhil Al-Djamil adalah oang yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat
derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar
yang dimiliki oleh manusia.
Pendidik adalah individu yang akan memenuhi
kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.
Di Indonesia pendidik disebut juga guru yaitu “orang yang
digugu dan ditiru”.56
Pendidk juga salah satu tenaga
profesional yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat
kecerdasa, akhlak moral, pengalaman, wawasan, dan
keterampilan peserta didik.57
Lebih khususnya diartikan orang yang berkerja dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung
jawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan
masing-masing.
56
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),
hal. 58. 57
Abduddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2012), hal. I65.
72
H. Santri
Santri adalah orang yang belajar di pondok pesantren.
Kehadiran santri tentu menjadi unsur penting dalam
kehidupan pesantren. Bila hanya ada kyai, namun tidak ada
santri, maka kyai tidak akan memilki objek yang akan ia
didik di pesantren yang ia bangun.58
Istilah Santri hanya terdapat di pesantren sebagai adanya
peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh
karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan
keberadaan kyai dan santri.
Pesantren dalam tradisi pesantren. Santri sering kali
dibedakan menjadi dua, yaitu santri mukim dan santri
kalong.59
Pertama, Santri Mukim yaitu santri yang berasal dari
tempat jauh dimana ia menetap dan tinggal serta secara aktif
menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat juga secara langsung
sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab
atas keberadaan santri lainnya.60
Ada dua motif yang mendasari seorang santri menetap
sebagai santri mukim, yaitu:
58
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metedologi Menuju
Demokratisasi Instuisi (Jakarta:Erlangga, 1992), hal. 20. 59
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di
Pesantren, Jurnal Komunikasi ASPIKOM Vol 2, No. 6 (Januari 2016), 387 60
Amir Fadhilah, Struktur dan Pola Komunikasi Kepemimpinan Kyai
dalam Pesantren di Jawa, Jurnal Studia Islamika Vol. 8 No. 1 (Juni 2011),
111.
73
1. Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan
maksud menuntut ilmu dari kyainya
2. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri
belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di
pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai yang
diajarkan kiyainya.
Kedua, santri Kalong, yaitu santri yang berasal dari desa
sekitar pondok pesantren, yang biasanya tidak menetap di
dalam pondok pesantren tetapi setelah belajar langsung
kembali ke rumah masing-masing.61
I. Yayasan
Menurut Indra Bastian (2007 : 1) yayasan adalah badan
hukum yang kekayaanya terdiri dari kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang social, keagamaan, dan kemanusiaan.
Menurut Pahala Nainggalon (2005:1) yayasan merupakan
suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba
semata (nirlaba). Menurut anwar Borahima (2002) setelah
56 tahun Indonesia merdeka, tepatnya 6 agustus 2001,
barulah dapat dibuat undang-undang yang mengatur
mengenai yayasan yaitu undang-undang (UU) nomor 16
tahun 2001 tentang yayasan dimuat dalam Lembaga Negara
(LN) No 112/2001 dan Tambahan Negara (LTN) 4123. Itu
pun baru berlaku 6 agustus 2002. Sebelumnya, tidak asa
61 Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di
Pesantren, Jurnal Komunikasi ASPIKOM Vol 2, No. 6 (Januari 2016), 387
74
satupun peraturan perundang-undang yang mengatur secara
khusus tentang yayasan di Indonesia. Namun demi tidaklah
berarti bahwa Indonesia sama sekali tidak ada ketentuan
yang mengatur yayasan. Ketentuan perundang-undangan
yang ada pada waktu itu, tidak satupun memberikan
rumusan mengenai definisi yayasan, status hukum yayasan,
sertya mendirikan yayasan. Berbeda halnya dengan di
Belanda, yang secara tegas di dalam undang-undangnya
menyebutkan bahwa yayasan adalah badan hukum.
Walapun tidak disebutkan sebagai badan hukum
didasarkan pada kebiasaaan dan yurisprudensi.
Untuk diakui sebagai badan hukum, yayasan hanya
perlu memenuhi syarat tertentu yaitu:
1. Syarat materil terdiri dari: harus ada suatu pemisahan
harta kekayaan adanya suatu tujuan, dan mempunyai suatu
organisasi.
2. Syarat formil yaitu harus dengan aktta autentik.
Di dalam praktek hukum yang berlaku di
Indonesia, pada umumnya yayasan didirikan dengan akta
notaris. Akta notaris ini ada didaftarkan pengadilan
negeri, dan diumumkan dalam berita Negara. Hal ini
dikarenakan tidak ada ketentuan yang mengaturnya
sehingga masih bebas bentuk. Dengan demikian,
yayasana dapat juga didirikan dengan akta dibawah
tangan. Setelah keluarnya UU Yayasan, secara otomatis
penentuan status badan hukum yayasan harus mengikuti
ketentuan ada dalam UU Yayasan tersebut. Dalam UU
75
Yayasan disebutkan bahwa yayasan memperoleh status
badan hukum seteklah akta pendirian memperoleh
pengesahan dari Menteri.
Dari ketentuan UU yayasan dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa syarat pendirian, yaitu:
1. Didirikan oleh 1 (satu) orang atau lebih.
2. Ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan
pendirinya
3. Harus dilakuakn dengan aktanotaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia
4. Harus memperoleh pengesahan Menteri
5. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indoensia
6. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara
sah oleh yayasan lain, atau bertentangan dengan
ketertiban umu dan/atau kesulitan.
7. Nama yayasan harus didahului kata “Yayasan”
Bagi yayasan yang belum terdaftar, harus melakukan
pendaftaran lebih dahulu, kemudian menyesuaikan
anggaran dasarnya. Persyaratan pendaftaran merupakan
suatu hal kontradiktif, karena justru didalam UU Yayasan
No 16/2001 tidak ada kewajiban bagi yayasan yang baru
untuk didaftarkan setelah mendapatkan pengesahan dari
Menteri. Kewajiab yang dibebankan kepada yayasan
setelah disahkan hanyalah kewajiban untuk
mengumumkan dalam berita Negara. Seharusnya
penekanan aturan peralihan bukan pada pendaftaran,
76
melainkan pada syarat jumlah minimal kekayaan yang
dimiliki serta prospek kegiatan yayasan itu sendiri. Bagi
yayasan yang tidak memnuhi syarat jumlah minimal
kekayaan yang harus dimiliki oleh Yayasan dan atau
prospek kegiatan yayasan tidak mungkin untuk
dikembangkan, yayasan tersebut dapat dibubarkan.
Dengan demikian kerugian yang mungkin timbul baik
bagi organ yaysan maupun dengan pihak ketiga dapat
diminimalisir.62
Dapat dismpulkan bahwa yayasan merupakan badan
hukum yang diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu
dibidang sosial. Yayasan pada umumnya didirikan dengan
akta notaris. Akta notaris ini ada didaftarkan di pengadilan
negeri, dan diumkan dalam berita negara, hal ini
dikarenakan tidak ada ketentuan yang mengaturkannya
sehingga masih bebas bentu, dengan demikian,yayasan
dapat juga didirikan dengan akta dibawah tangan. Setelah
keluarnya UU Yayasan, secara otomatis penentuan status
badan hukum yayasan harus mengikuti ketentuan UU
Yayasan.
62
Norita Citra Yuliarti. Studi Penerapan PSAK 45 Yayasan Panti Asuhan
Yabappenatim Jember.” Jurnal Akuntansi Universitas Jember Vol. 12 No. 2 (Desember
2014)
77
J. Pondok Pesantren
Pondok berasal dari bahasa Arab „Fundoq‟ yang berarti
asrama, rumah dan tempat tinggal.63
Sebuah pondok pada
dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama
dibawah bimbingan seorang guru atau yang lebih dikenal
dengan Kyai.64
Dengan istilah pondok pesantren
dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman
yang melembaga di Indonesia.
Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah
disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya
pondok ini banyak menunjang segala kegiatan bagi para
santri. Adanya pondok ini banyak menunjang segala
kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok
dengan sarana pondok yang lain biasanya berdekatan
sehingga memudahkan untuk komunikasi antar kyai dan
santri guru (pembina) dan santri, dan antar satu santri
dengan santri yang lain.
Pondok Pesantren sebagaimana dikatakan Didin
Hafiduddin dalam buku Umi Musyarrofah yakni Pondok
Pesantren satu lembaga iqamatuddin. Lembaga-lembaga
iqamatuddin memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai
tempat tafaqquh fiddien (pengajaran, pemahaman dan
pendalaman ajaran agama Islam) dan indzar
63
Amir Fadhilah, Struktur dan Pola Kepemimpinan Kyai dalam
Pesantren di Jawa. Jurnal Studia Islamika Vol. 8, No.1 (Juni 2011), 109 64
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kya, (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 49.
78
(menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada
masyarakat).65
Dengan demikian akan tercipta situasi yang
komunikatif di samping adanya hubungan timbal balik
antara Kyai dan santri, guru (pembina) dan antara santri
dengan santri yang lainnya. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Zamakhasyari Dhofier, bahwa adanya
sikap timbal balik antara Kyai dan santri di mana para
santri menganggap Kyai seolah-olah menjadi bapaknya
sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai titipan
Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.
Sikap timbal balik (feedback) tersebut menimbulkan
rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain,
sehingga mudah bagi Kyai dan ustaz untuk membimbing
dan mengawasi anak didiknya atau santri. Segala sesuatu
yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh
Kyai dan ustdaz, sehingga dapat membantu memberikan
pemecahan ataupun pengarahan yang cepat terhadap
santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.66
Pondok sederhana biasanya hanya terdiri dari ruangan
yang besar di huni bersama. Terdapat juga pondok
agaknya sempurna di mana didapati sebuah gang (lorong)
yang dihubungkan oleh pintu-pintu di sebelah kiri kanan
gang terdapat kamar kecil-kecil dengan pintunya yang
65
Umi Musyarrofah, Dakwah K,H Haman Dja‟far dan Pesantren
Pabelan, ( Jakarta: UIN Press, 2009), hal 22 66
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan
Hidup Kyai. (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 49.
79
semput. Sehingga sewaktu memasuki kamar orag-orang
terpaksa harus membungkuk, jendelanya kecil-kecil dan
memakai terali. Perabot di dalamnya sangat sederhana. Di
diepan jendela yang kecil itu terdapat tikar pandan atau
rotan dan sebuah meja pendek dari bambu atau dari kayu,
di atasnya terletak beberapa buah kitab.67
Dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren
merupakan sebuah pendidikan Islam Tradisional dimana
para siswanya tinggal berasrama dibawah bimbingan
seorang guru atau yang lebih dikenal dengan Kyai.
Dengan istilah Pondok Pesantren dimaksudkan sebagai
suatu bentuk pendidikan keislaman yang melembaga di
Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang
sudah disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya
pondok ini banyak menunjang segala kegiatan bagi para
santri. Adanya pondok ini banyak menunjang segala
kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok
dengan sarana pondok yang lain biasanya berdekatan
sehingga memudahkan untuk komunikasi antar kyai dan
santri guru (pembina) dan santri, dan antar satu santri
dengan santri yang lain.
67
Amir Fadhiah, Stuktur dan Pola Kepemimpinan Kyai dalam
Pesantren di Jawa, Jurnal Studi Islamika Vol. 8, No 1(Juni 2011), 106
81
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN DARUL QUR’AN
MULIA BOGOR
Bogor sebagai salah satu daerah yang terdiri dari banyak
pesantren, jumlah pesantren di kabupaten bogor terdiri dari
1938 Pondok Pesantren.1 Perhatian peneliti pada salah satu
Pondok Pesantren yang berada di Kabupaten Bogor Yakni
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor yang
memfokuskan pada program unggulan hafalan Al-Qur’an.
Untuk mengenal lebih jauh Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia Bogor secara umum akan dikaji sebagai berikut
A. Profil Yayasan Darul Qur’an Mulia Bogor
Yayasan Darul Qur’an didirikan pada tanggal 4 Desember
2006 dengan Akta Notaris Budiono, S.H. Serta
MENKUMHAM RI Nomor C-22- HT.03.02 Th 1998,
Yayasan ini bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan
dakwah, pada tahun 2007 Yayasan Darul Qur’an untuk
pertama kalinya membuka lembaga pendidikan pada jenjang
SMPIT kemudian SDIT dilanjutkan dengan SMAIT dan
PAUD dan pada tahun 2013 mendirikan STIU dengan kerja
sama Yayasan Al-Hikmah. Saat ini Yayasan Darul Qur’an
Mulia adalah yayasan non profit yang bergerak di bidang
pendidikan, keagamaan, dan sosial.
1 Database Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Bogor
81
82
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia adalah lembaga
pendidikan Islam Berasrama (boarding school) yang
menerapkan sistem pendidikan Islam yang menjadikan Al-
Qur’an sebagai unggulan utamanya dalam rangka
memfungsikannya sebagai tuntunan hidup. Ada sebuah cita-
cita luhur yang hendak dicapai Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia yakni menyiapkan. Generasi Robbani, generasi
yang sangat istimewa dalam sejarahawal perjalanan Islam,
yang dibentuk oleh manusia agung yakni Rasullah SAW.
Generasi itu terkenal dengan sebutan Generasi Qur’ani.
Dinamakan pesantren karena sistem pendidikan di
lembaga ini berbentuk pesantren dimana setiap santri dan guru
harus tinggal menetap dilembaga ini selama proses belajar
mengajar berlangsung baik di siang hari, sore hari atau
dimalam hari.
Dinakaman terpadu karena sebagai berikut:
1. Manjhaj pendidikan di pesantren ini memadukan kurikulum
diknas, kurikulum pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman dan bahasa arab dan juga manjah tarbiyyah.
2. Pendidikan dipesantren ini memadukan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknolgi IPTEK dengan dasar-dasar
keilmuan dan ketaqwaan (IMTAQ)
3. Memadukan aspek tarbiyah jasadiyah, fikriyah, dan ruhiyah
4. Memadukan penguasaan ilmu keislaman dengan aspek-
aspek pengalamannya
5. Memadukan pengatahuan dan bekal kehiduoan duniawi
dengan bekal kehidupan ukhrawi.
83
B. Struktural Pengurus Yayasan Darul Qur’an Mulia
Dewan Pembina Yayasan: KH. Hasib Hasan Lc.
Direktur Pendidikan: M. Abdul Hasib Lc.
Ketua Yayasan: Abdurrahman Abdul Hasib M.Pd.
Sekretaris/Bendahara Yayasan: Aisyah M.Si.2
C. Visi dan Misi Lembaga Yayasan Darul Qur’an Mulia
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan alternatif
yang lain sebagai pendorong suksesnya pendidikan di
Indonesia bukanlah hal yang main-main semata. Diperlukan
sebuah keseriusan untuk menjalaninnya, sebagai dasar dari
kegiatan tersebut, sebuah lembaga manapun dituntut untuk
memiliki kejelasan tentang visi dan misinya. Adapun secara
umum visi dan misi dari Yayasan Darul Qur’an Mulia
sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi lembaga dakwah dan pendidikan Islam yang
unggul dalam membentuk masyarakat yang sholih menuju
kemajuan ummat dan bangsa.
b. Misi
1. Menjadikan dakwah sebagai landasan utama dan presepsi
dasar dalam semua aktivitas
2. Membuat sistem pembelajaran terpadu (pembelajaran
akademik pembinaan karakter, dan pengajarannAl-
Qur’an) yang unggul sehingga menjadi model atau
percontohan bagi lembaga pendidik Islam lainnya.
2 Abdurrahman Arrozy, Pembina Al-Qur’an Wawanacara Pribadi
Sabtu 19 Oktober 2019
84
3. Menjamin mutu lulusan dengan peningktan kualitas SDM
dan standarisasi proses pendidikan sehingga lulusan siap
berhidmah di masyarakat.
4. Mengedepankan pelayanan yang baik sehingga
memuaskan stakeholder.
5. Membangun networking untuk menopang dakwah dan
pendidikan yang berkualitas
D. Budaya Lembaga Yayasan Darul Qur’an Mulia
Budaya Lembaga yaitu nilai-nilai yang ditanamkan
kepada guru/pendidik lalu membentuk karakter dasar, dan
menjadi budaya lembaga dalam menjlankan tugas dan
amanahnya sehingga visi, tujuan, dan misi tercapai. Ada
beberapa budaya yang diterapkan di Yayasan Darul Qur’an
Mulia sebagai berikut:
1. Ikhlas yang diterapkan di Yayasan Darul Qur’an Mulia
ialah sebagai lanadasan dalam ucapan dan perbuatan
2. Disiplin yang diterapkan di Yayasan Darul Qur’an Mulia
ialah sebagai disiplin dalam bekerja dan mengemban
amanah
3. Totalitas yang diterapkan di Yayasan Darul Qur’an Mulia
ialah sebagai ihsan dalam melaksanakan tugas
Makna dari budaya yang diterapka di Yayan Darul
Qur’an Mulia ialah niatkan dengan ikhlas, budyakan dengan
disiplin, kerjakan dengan totalitas.
85
E. Tujuan Lembaga Yayasan Darul Qur’an Mulia
“terwujudnya peserta didik yang sholih; beriman kokoh,
beribadah benar, berakhlaq Mulia, berbadan sehat,
berpengetahuan Luas, Mandiri, Terampil, dan cinta Al-
Qur’an”
F. Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Qur’an Mulia
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Qur’an
Mulia Bogor dilatar belakangi oleh sebuah proses yang
cukup panjang diawali dengan sebuah cita-cita besar
mewujudkan sebuah pesantren terpadu yang menjadikan Al-
Qur’an sebagai unggulan utamanya dari ccita-cita besar
selanjutnya dilakukan langkah-langkah perintisannya dengan
mencari lokasi yang tidak jauh dari Ibukota Jakarta yaitu
Desa Pabuaran Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
yang mudah diakses melalui jalan tol lingkar luar Jakarta
BSD. Sejak Tahun 1997 mulai dilakukan pembelian tanah
seluas 5100 m2 125.000/m2 yang selanjutnya menjadi tanah
wakaf untuk pesantren selanjutnya secara perlahan dan
berangsur-angsur dilakukan pembebasan tanah wakaf
pesantren yang sampai saat ini pada tahun 2008- 2012 telah
mencapai sekitar 4 hektar.Pada tahun 2006 mulai dilakukan
pembangunan dua unit bangunan pesantren yaitu ruang kelas
belajar dua lantai (masing-masing 8 x 30 m) dan ruang
asrama (masing-masing 16 x 30) dengan bantuan dari
seorang muhsinin.
86
Pada awal tahun ajaran bulan juni tahun 2007
pendidikan di Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia mulai diselenggarakan dengan santri 23 santri putra
tingkat SMPIT dan siswa-siswi tingkat SDIT yang tidak
berasrama. Pada tahun yang sama tahun 2007 dibangun 2
unit bangunan unit berupa dapur dan ruang makan dan unit
kedua rumah-rumah guru sebanyak 7 rumahSetahun
kemudian pada tahun 2008 mulai dirintis pembangunan
Masjid Raudhatul Jannah yang terdiri dari 2 lantai seluas 19x
19 m2 yang sebagian besar dananya adalah infaq dari
seorang muhsinin di Jakarta. Pada tahun yang sama dirintis
pembangunan gedung SDIT terdiri dari 7 ruang kelas dan
beberapa ruangan diantaranya adalah bantuan dari
Depdiknas. Dibuat pada tahun 2009 dilakukan sebuah rumah
letaknya disebelah selatan pesantren putra. Selanjutnya
setelah sedikit direnovasi maka rumah ini dijadikan sebagai
bangunan PAUD. Pada tahun 2010 dibuat bangunan GOR
yang merupakan bantuan dari KEMENPORA. Pada tahun
yang sama dibuat 2 bangunan 2 lantai ukuran 8 x 30 m2
yang terdiri dari ruang kelas belajar, labor Komputer Labor
IPA dan perpustakaan yang sebagiannya adalah bantuan dari
Depdiknas.
Pada pertengahan 2010, mulai dirintis pembangunan
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Putri yang letaknya
disebelah barat Pesantren Putra, pada bulan Juli 2001
Pesantren Putri sudah mulai menerima santri putri sebanyak
87
2 kelas tingkat SMPIT Putri. Pada tahun yang sama di
bangun 7 unit rumah guru putri dan 1 unit Masjid dengan
ukuran 15 x 15 m2 dengan bantuan dari Haiah Alamiah
Tahfidzul Qur’an. Demikianlah selanjutnya dengan Izin dan
Pertolongan Allah SWT Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia Terus berkembang dari sarana fisik, jumlah santrinya,
jumlah gurunya dan kualitas pendidikannya sampai bulan
Januari 2017 jumlah peserta didik seluruhnya 2.176 orang
dengan jumlah tenaga pengajar 248 orang dan jumlah
pegawai non pendidikan 174 orang.
88
G. Sumber Daya Manusia Yayasan Darul Qur’an Mulia
Tabel 3.1
(Sumber: Buku Profil Darul Qur’an Mulia Bogor)
Unit
Pendidikan
SMA
Diploma
Sarjana
Magister
Doktor
Mahasiswa
STIU DQ
PAUD - - 7 - - -
SDIT - - 57 - - -
SMPIT &
SMAIT
3 4 81 21 1 80
STIU 1 1 6 8 3 -
Yayasan 4 - 21 3 - 21
Jumlah 8 5 172 32 4 101
Total 322
89
H. Capaian Hafalan Santri Darul Qur’an Mulia
Gambar 3.1
(sumber: Buku Profil Darul Qur’an Mulia Bogor)
90
I. Struktur Yayasan Darul Qur’an Mulia Bidang Pengajaran Al-Qur’an
Gambar 3.2
(Sumber: Buku setoran hafalan santri)
91
J. Kekhasan & Keunggulan Program Yayasan Darul
Qur’an Mulia
Tabel 3.2
Kekhasan
Pembelajaran terpadu meliputi pengajaran
Al-Qur’an, pembinaan dan pembelajaran
akademik yang unggul seluruhnya.
Program pembelajaran yang membiasakan
interaksi dengan Al-qur’an terutama hafal
Al-Qur’an 30 juz lancar, serta memahami
makna dann mengaplikasikann nilai-nilai
Memiliki lingkungan belajar yang
kompetitif sehingga peserta didik siap
menjadi bintang
Memiliki program yang melahirkan
pelopor dakwah dalam kegiatan Al-Qur’an
Memberikan layanan pendidikan Islam
yang berkualitas dengan harga terjangkau
Keunggulan
Program
Halaqoh Al-Qur’an: pembelajaran Al-
Qur’an secara berkelompok (12-14 siswa)
dengan satu pembimbing (musyrif) setiap
harinya 3x pertemuan
Program tambahan: lomba MHQ & MTQ
setiap semester serta wisuda Qur’an 30 Juz
setiap tahunnya
Program pendukung:
92
Halaqah Al-Qur’an guru (tarqiyah)
untuk menjaga dan meningkatkan
hafalan guru sebanyak 2 kali
sepekan
Program pengmbilan sanad Al-
Qur’an untuk Guru
Pembekalan calon Da’i: program
pembinaan pekanan seluruh siswa serta
program khusus kelas 12 untuk
berkhidmah di masyarakat sebagai guru
atau da’i (Khidmah Mujtama’)
Program Al-Qur’an: Tahapan dimulai
dengan tahsin sebelum tahfiz dan
tarjamah. Setiap semesternya.
(Sumber: Buku Profil Darul Qur’an Mulia Bogor)
K. Kegiatan Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Quran Mulia.
1.Sains Qur’ani
2.Baca Kitab
3.Kaligrafi
4.Marawis
5.Jurnalistik
6.Theater
7.Olahraga (futsal, badminton, renang, bola basket)
8.Short movie
9.Panahan
93
10.Sapala (santri pecinta alam)
11.Beladiri praktis (BIP) kepanduan atau kepramukaan
12.Sains Club3
L. Sarana dan Fasilitas Yayasan Darul Qur’an Mulia
1. gedung sekolah
2. gedung asrama
3. Masjid
4. Dapur umum
5. Perpustakaan
6. Rumah dinas guru
7. Pengamanan CCTV
8. Klinik
9. Kolam renang
10. Studio 107, 7 DQFM
11. Meeting Room
12. Infocus Penunjang pembelajaran
13. Parkir kendaraan
14. Kantin supermarket Darul Quran Mart
15. Lab IPA
16. Lapangan, Gor dan futsal, badminton, bola basket
17. Lab komputer4
3 Buku Profil Darul Qur’an Mulia Bogor hal. 12 4 Buku Profil Darul Qur’an Mulia Bogor hal .11
94
95
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Sebelum membahas pola komunikasi antara pembina dan
santri dalam program mengahafal Al-Qur’an. Peneliti akan
membicarakan orang yang berperan langsung dalam proses
pembinaan program menghafal Al-Qur’an. Orang yang
bertanggung jawab dalam proses pembinaan program menghafal
adalah pembina bidang pengajaran Al-Qur’an (komunikator)
pembina yang bertanggung jawab dalam proses pembinaan
hafalan Al-Qur’an yakni dipilih langsung oleh Mudir (Pimpinan)
bidang pengajaran Al-Qur’an.1 Maka dari itu yang menangani
proses pembinaan program menghafal Al-Qur’an adalah pembina
bidang pengajaran Al-Qur’an yang berperan langsung sebagai
komunikator. Oleh karena itu, pola komunikasi merupakan salah
satu unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya dalam
pembinaan dalam program menghafal Al-Qur’an.
Pembina harus mempunyai syarat-syarat sebagai komunikator,
yaitu memiliki kreadibilitas yang tinggi untuk komunikannya,
memiliki keterampilan yang baik dalam berkomunikasi,
mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki sikap yang baik
terhadap komunikan dan memiliki daya traik, dalam artian
seorang komunikator yang mampu memberikan ilmu
pengetahuan yang komunikator miliki kepada komunikan dan
juga kemampuan untuk merubah sikap mengikuti kondisi
komunikannya.
1 Observasi ke lapangan 24 Agustus 2019
95
96
Pola komunikasi yang dilakukan pembina dan santri Darul
Qur’an Mulia Bogor dalam program menghafal Al-Qur’an yakni
pembina sudah Pembina sudah melakukan komunikasi dengan
santri ketika santri tersebut masuk ke Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor agar santri bisa termotivasi
dan bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an. Bedasarkan hasil
penelitian yang telah peneliti lakukan, pola komunikasi yang
terjalin pada pembina terhadap santri berupa pola roda dan pola
bintang/semua saluran. Di samping itu, hal yang sama juga
komunikasi yang digunakan pembina terhadap santri dalam
menghafal Al-Qur’an yakni, komunikasi intrapribadi, komunikasi
antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi media.
Bedasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di lapangan
maka peneliti dapat mengkelompokan komunikasi yang
dilakukan oleh pembina dan santri dalam beberapa bentuk yakni:
(1) pola roda (dakwah halqah), (2) pola bintang/semua saluran
(dakwah halaqah) ,(3) ) komunikasi antarpribadi (dakwah
fardiyah) (4) Komunikasi Intrapribadi (dakwah) komunikasi
antarpribadi (dakwah fardiyah) Pola komunikasi roda (dakwah
halaqah) yakni, seluruh pesan yang di arahkan kepada seseorang
yang berada di posisi sentral. Posisi sentral ini ditempati oleh
pembina (komunikator) memberikan dorongan serta arahan
kepada santri tanpa adanya fedback. Pola komunikasi roda yang
diterapkan oleh pembina terhadap santri yakni pada saat pada saat
pembina memberikan motivasi berupa kedisiplinan menghafal
Al-Qur’an terhadap santri agar santri bersemangat dan disiplin
dalam mengahafal Al-Qur’an.
97
Adapaun pola komunikasi bintang/ semua saluran ini (dakwah
halaqah) yakni, memberikan feedback yang besar dari kedua
pihak antara komunikator dan komunikan. komunikasi dua arah
yang berlangsung menjadi syarat utama kefektifan komunikasi.
Peran dari proses komunikasi sangat efektif dari komunikator
(pembina) kepada komunikan (santri), komunikan (santri) kepada
komunikator (pembina), maupun komunikan (santri) kepada
komunikan lainnya (santri-santri yang lainnya). Pola komunikasi
bintang/seluruh saluran yang diterapkan oleh pembina yakni pada
saat menyetorkan hafalannya ke pembina pada kegiatan halaqah
Adapun komunikasi interpersonal yang terjadi dalam program
menghafal Al-Qur’an yakni disaat santri sedang menghafal Al-
Qur’an dan mengulang bacaan hafalan Al-Qur’annya di luar
kegiatan jam halaqah
Adapun pembina melakukan komunikasi terhadap santri
dalam program menghafal Al-Qur’an yaitu komunikasi
intrapribadi, komunikasi antar pribadi dilakukan antara dua orang
dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan guna
menghasilkan feedback berupa perubahan sikap dan perilaku.
Komunikasi Antar Pribadi ini dilakukan ketika pembina kepada
santri saat pembina memberikan motivasi, nasehat dan saran
ketika santri telah usai menyetorkan hafalannya kepada pembina.
Maka dari itu peneliti akan menganalisa pola komunikas
antara pembina dan santri dalam prorgam menghafal Al-Qur’an
di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor melalui dakwah halaqah, dakwah fardiyah dan dakwah
dzatiyah sebagai berikut
98
A. Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
halaqah.
1. Pola Roda (dakwah halaqah).
Pola komunikasi (dakwah halaqah) yang peneliti temukan
pada pembina terhadap santri yaitu pola roda. Pola komunikasi
pertama yang peneliti temukan pada pembina terhadap santri
yaitu pola roda. Pola roda disini memiliki pimpinan yang jelas,
sehingga kekuatan pimpinan berada pada posisi sentral dan
berpengaruh dalam proses penyampaian pesannya yang mana
semua informasi berjalan harus terlebih dahulu disampaikan
kepada pemimpin. pembina dikatakan sebagai (komunikator)
memberikan pesan dan arahan kepada santri (komunikan)
tanpa adanya fedback dari santri (komunikan). Pada pola roda
ini komunikasi didominasi oleh pembina sebagai komunikator.
Peneliti menemukan hasil penelitian dari observasi dan
wawancara saat terjun langsung ke lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung
terjun ke lapangan. Pola roda yang dilakukan antara pembina
dan santri juga terjadi pada kegiatan kajian Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada seminggu sekali di Masjid Raudhatul
Jannah Yayasan Darul Qur’an Mulia Peneliti mengamati
adanya pola roda dalam komunikasi yang dilakukan pembina
saat kegiatan pertemuan dalam kajian yang dilaksanakan pada
setiap minggu. Pada kegiatan kajian Al-Qur’an ini pembina
menyampaikan motivasi Motivasi merupakan faktor
99
penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya
rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia
atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk
dirinya sendiri (Sadirman 1986, 750). Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Pimpinan bidang Al-Qur’an :
“kalau secara perkumpulannya disini ya kita ada kajian
setiap minggu ya dari pembina atau pimpinan dari kiyai
pun juga ada dan isi dari kajian itu untuk memotivasi
santri agar santri bisa menghafal Al-Qur’an”2
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu pembina
bidang Al-Qur’an ketika peneliti menanyakan seperti halnya
untuk memotivasi santri untuk menghafal Al-Qur’an sebagai
berikut:
“ya kalau kita menerapkan Motivasi kepada santri itu
dengan disiplin diwaktu halaqah nah waktu halaqah ada
tiga waktu yaitu subuh, ashar maghrib nah kalau anak-
anak tidak disiplin seperti mereka tidur ketika selesai
halaqoh kan akan mnegurangi kedisiplinan mereka kan
kita waktu halaqah waktunya hanya 1 jam ya lalu ketika
anak-anak setoran kalau dia tidur belum dapet 1
halamannya otomatis hafalan yang saat ini akan tertunda
sorenya kalaupun sorenya dia bisa gitu makannya yang
pertama ini kita tanamkan kepada anak-anak itu disiplin
terus supaya dia itu untuk membaca Al-Qur’an itu
2Ustad Sarmadan Rambe M.Pd.I Pimpinan Al-Qur’an, Wawancara
Pribadi Sabtu 19 oktober 2019
100
mandiri tidak hanya ditegur oleh guru gitu disiplin dan
mandiri lah karena disiplin itu memang harus sekali
ditanamkan kepada anak-anak disini”3
Pola Roda (dakwah dzatiyah) yang dilakukan pembina
dan santri terjadi disaat santri berkumpul di dalam kegiatan
halaqah disaat santri hendak menyetorkan hafalan Al-Qur’an
kepada pembina.4 kemudian komunikasi kelompok juga
terjadi disaat setelah kegiatan halaqah. Setelah kegiatan
halaqah pembina memberikan arahan serta motivasi kepada
santri supaya hafalann santri tercapai sesuai target Peneliti
menemukan hasil penelitian dari observasi dan wawancara
saat terjun ke lapangan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan
peneliti mengamati adanya komunikasi kelompok yang
dilakukan pembina Al-Qur’an pada saat setelah halaqah. Di
dalam halaqah terdapat 11 Anggota santri dan satu pembina
Al-Qur’an sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Al-
Qur’an:
“kalau saya menerapkan komunikasi kelompok kepada
santri itu kalau saya di waktu halaqah atau setiap selesai
halaqah saya kasih motivasi ada yang kurang targetnya
harus tercapai”5
3 Ustad Mustafa M.Pd, Pembina Al-Qur’an ,Wawancara Pribadi
Sabtu 19 oktober 2019 4 Observasi Langsung Ke Yayasan Darul Qur’an Mulia disaat
kegiatan setoran hafalan 5 Ustad Mustafa M.Pd, Pembina Al-Qur’an ,Wawancara Pribadi
Sabtu 19 Oktober 2019
101
Begitu juga ada pembina Al-Qur’an yang
menerapkan Pola Roda (dakwah dzatiyah). Dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti terhadap pembina Al-Qur’an
pada saat berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Qur’an
Mulia, pembina Al-Qur’an memberikan arahan kepada santri
berupa taujih Al-Qur’an agar iman santri tersirami dan
termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peniliti terhadap salah satu
pembina Al-Qur’an, pola komunikasi roda yang diterapkan
oleh pembina Al-Qur’an dalam program menghafal Al-Qur’an
yaitu melalukan sharing seputar Al-Qur’an agar santri
bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh salah satu pembina Al-Qur’an.
“kalau secara pola komunikasinya saya lebih yang ke
bareng-bareng kumpul-kumpul sama yang lain terutama
saya itu lebih sering untuk memberikan taujih ke Al-
Qur’an nan gitu ya setelah ba’da halaqah itu ya meskipun
durasinya tidak begitu panjang ya istilahya kumpul
dengan mereka supaya iman mereka tersirami terus ya
begitu juga kalau menghafal kalau tidak disiram dengan
motuvasi Al-Qur’annya khawatir mereka akan layu gitu
jadi saya ngumpulin mereka itu kadang suka insentif gitu
ya seminggu berapa kali”6
6 Ustad Acep Ariyadri M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan,
Wawancara Pribadi Senin 21 oktober 2019
102
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu
santriwan ketika peneliti menanyakan seperti halnya
komunikasi secara kelompok sebagai berikut:
“ biasanya setelah halaqah pembina berkomunikasi
setelah halaqah kumpul dulu di jelasin satu-satunya apa
nanti dikasih tau itu secara keseluruhan atau
perhalaqah”7
Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia, pola
komunikasi roda (dakwah Dzatiyah) yang terjadi antara
pembina dan santri dalam program menghafal Al-Qur’an di
Yayasan Darul Qur’an Mulia terjadi pada kegiatan Kajian Al-
Qur’an yang dilaksanakan pada setiap minggunya di Masjid
Raudhatul Jannah Darul Qur’an Mulia. Pada pola roda
komunikasi ini pembina berada di posisi sentral yang
memberikan materi kepada santri. Kegiatan ini merupakan
kegiatan rutin yang dilaksanakan pada setiap minggunya yang
di dalam kegiatan ini pembina memberikan nasihat serta
motivasi kepada santri, agar santri mampu untuk menghafal
Al-Qur’an melaui kegiatan kajian Al-Qur’an. Selain kegiatan
kajian bidang Al-Qur’an, komunikasi yang dilakukan pembina
terhadap santri juga disaat pembina Al-Qur’an memberikan
penerapan kedisiplinan menghafal Al-Qur’an terhadap santri.
7 Davin Santriwan Yayasan Kelas 7 Wawancara Pribadi 20
November 2019
103
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menguraikan
bahwa pola komunikasi roda (dakwah dzatiyah) yang
digunakan dengan metode siraman rohani adalah hal yang
tepat dilakukan untuk santri di Yayasan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Mulia dalam memberikan motivasi untuk
menghafal Al-Qur’an dan Pola Roda (dakwah dzatiyah) yang
peneliti temukan di Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an
disaat pembina memberikan arahan berupa motivasi agar
hafalan santri tercapai sesuai target.
Pola Roda (dakwah dzatiyah) berikutnya peneliti
menemukan disaat pembina memberikan taujih Al-Qur’an
kepada santri agar iman santri tersirami dan santri bersemangat
dalam menghafal Al-Qur’an. Komunikasi yang terjadi antara
pembina dan santri dominan bersifat satu arah tanpa adanya
respon atau umpan balik dimana pembina hanya memberi
arahan atau pesan dan santri hanya mendengarkan saja.
2. Pola Bintang/ Semua Saluran (dakwah halaqah)
Pola Komunikasi bintang (dakwah halaqah) juga
diterapkan pembina Al-Qur’an saat memberikan pemahaman
Al-Qur’an agar santri lancara dalam menghafal Al-Qur’an
apabila setelah paham dengan isi kandungan dari Al-Qur’an.
Pola bintang yang terjadi Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia ini antara pembina dan santri dapat saling
berinteraksi satu sama lain. Ketika pembina memberikan
pemahaman berupa Al-Qur’an kepada santri dan santri
104
mendengarkan secara seksama apa yang disampaikan pembina
Al-Qur’an. Pada pola komunikasi bintang terdapat interaksi
antara pembina. hal tersebut terlihat dalam memberikan
pemahaman Al-Qur’an kepada santri, santri tidak sungkan
untuk beratanya kepada pembina Al-Qur’an. Dalam
berinteraksi dengan santri dan pembina menerapkan kebebasan
untuk santri untuk bertanya kepada santri seputar pelajaran
yang terkait dengan Al-Qur’an. Hal tersebut diterapkan pada
hari sabtu setelah shalat maghrib antara pembina dan santri.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan peneliti terhadap pembina Al-Qur;an, pola bintang
yang dilakukan antara pembina Al-Qur’an terjadi disaat
pembina memberikan pemahaman Al-Qur’an kepada santri
sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu pembina Al-
Qur’an:
“ kita ada komunikasi secara keseluruhan untuk santri ya
itu perpekan, itu biasanya kita laksanakan pada setiap
sabtu malam ahad mereka itu berkomunikasi dengan
seluruh gurunya dan biasanya itu kita berbicara tentang
tafhim jadi guru itu berbicara kemudian santri-santri itu
bertanya kepada guru terhadap pelajaran yang terkait
dengan Al-Qur’an”8
8 Ustad Abdurrahman Arrozy M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan
,Wawancara Pribadi Sabtu 19 Oktober 2019
105
Beradasarkan pernyataan diatas yang dilakukan peneliti
di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia,
pola komunikasi bintang (dakwah halaqah) yang terjadi
antara pembina dan santri dalam program menghafal Al-
Qur’an di Yayasan Darul Qur’an Mulia terjadi pada kegiatan
Tafhimul Qur’an yang dilaksanakan pada hari sabtu malam.
Pada pola komunikasi bintang ini diketahui bahwa santri
memberikan respon yang baik kepada pembina Al-Qur’an
dalam bertanya terkait dengan pelajaran Al-Qur’an agar santri
paham dengan isi Al-Qur’an dan mudah untuk menghafal Al-
Qur’an.
B. Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
fardiyah.
Komunikasi Antrapribadi (dakwah fardiyah) komunikasi
antara komunikator dengan komunikan yang berlangsung
antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalamm
bentuk percakapan.9 Komunikasi AntarPribadi (dakwah
fardiyah) yang dilakukan pembina terhadap santri disaat
pembina memanggil nama santri untuk menyetorkan hafalan
kepada pembina kemudian santri membacakan hafalannya
kepada pembina, pembina mendengarkan dengan baik bacaan
9 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2005), hal. 125.
106
santri dan menandai nama santri apabila santri telah selesai
untuk menyetorkan hafalan kepada pembina Al-Qur’an.10
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) yang dilakukan
pembina dan santri terjadi disaat pembina menannyakan
kejenuhan santri dalam menghafal Al-Qur’an kemudian
pembina mendatangi santri tersebut lau pembina memberikan
nasehat kepada santri. Komunikasi ini dianggap paling efektif
dalam hal upaya mengubah sikap dan pendapat atau perliaku
seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.
Sebagaimana pernyataan diatas diungapkan oleh pembina Al-
Qur’an:
“ kalau jenuh ya biasanya saya tanyakan ya kenapa dia
bisa jenuh, ya tidak beda jauh dengan yang tadi ya
biasanya saya datangi santri yang sedang jenuh tersebu
lalu saya berikan santri tersebut arahan dan nasihat
ketika santri tersebut mulai bosan dan jenuh untuk
menghafal Al-Qur’an”11
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap pembina Al-Qur’an, peniliti mengamati komunikasi
antarpribadi yang dilakukan pembina hanya pada saat santri
tida hadir dalam tiga hari ketika kegiatan muraja’ah (setoran)
hafalan kepada pembina disebabkan santri yang jarang hadir
10
Observasi Langsung Ke Yayasan Darul Qur’an Mulia disaat
kegiatan setoran hafalan 11 Ustad Abdurrahman Arrozy M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan
,Wawancara Pribadi Sabtu 19 Oktober 2019
107
untuk setoran hafalan Al-Qur’an kepada pembina.
sebagaimana yang diungkapan oleh pembina Al-Qur’an:
“saya pun menerapkan disini ketika anak-anak itu tiga
hari alfa itu saya panggil supaya tidak larut lagi kenapa
kok sepekan ini ada alfanya”12
Begitupun dengan pembina Al-Qur’an yang lainnya,
berdasarkan hasil wawancara peneliti tehadap pembina ,
peniliti mendapatkan hasil data wawancara komunikasi
antarpribadi yang dilakukan antara pembina Al-Qur’an kepada
santri. Komunikasi antar pribadi yang dilakukan pembina
kepada santri disaat pembina mendeteksi dan memanggil
santri yang kurangnya motivasi untuk menghafal Al-Qur’an
atau jarang untuk setoran. Hal tersebut sesuai denga apa yang
diungkapkan oleh pembina Al-Qur’an:
“ kalau saya pribadi jika komunikasi secara langsung ke
santri jika saya mendapatkan santri kurangya motivasi
ataupun jarang setoran jadi timbul dulu masalah di
permukaan halaqah itu, istilahnya di halqah itu saya
udah mendeteksi gitu ya atau membaca anak ini udah
jarang setoran itu kan sudah timbul permasalahan dan
mengetahui santri yang ada bermasalah itu si A jarang
maju atau b jarang maju untuk setoran lalu saya panggil
dan lalu saya gunakan pendekatan-pendekatan
12
Ustad Mustafa M.Pd, Pembina Al-Qur’an ,Wawancara Pribadi
Sabtu 19 Oktober 2019
108
komunikasi seperti saya tanyakan kamu kenapa seperti
itu”13
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) yang
dilakukan pembina terhadap santri selain pembina
memberikan motivasi kepada santri. Pembina juga mengajak
santri untuk curhat kepada pembina kendala apa saja yang
dialami santri ketika sulit untuk menghafal Al-Qur’an
sebagaimana yang diungkapkan oleh Aqeel salah satu
santriwan yayasan:
“biasanya sih ada kak diajak sama pembina untuk curhat
aja kayak kamu gimana hafalannya atau kendala dalam
menghafal Al-Qur’an gitu kak”14
Komunikasi AntarPribadi (dakwah fardiyah) juga
dilakukan oleh pembina Al-Qur’an disaat pembina Al-Qur’an
melihat santrinya yang sedang jenuh dalam mengahafal Al-
Qur’an sebagaimana yang diungkapkan oleh Hilmy Santriwan
kelas 7:
“Pembina sih sedikit ngasih motivasi doang kak dan saya
juga kalau lahgi jenuh saya pernah berkomunikasi juga ke
pembina kak untuk meminta solusi”
Peneliti berpendapat bahwa komunikasi AntarPribadi
(dakwah fardiyah) yang dilakukan oleh pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an adalah termasuk
13 Ustad Acep Ariyadri M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan,
Wawancara Pribadi Senin 21 Oktober 2019 14
Aqeel Santriwan Yayasan Kelas 7 Wawancara Pribadi 20
November 2019
109
komunikasi yang efektif diakarenakan dengan adanya
komunikasi yang efektif pasti pesan yang disampaikan oleh
pembina dan santri akan tersampaikan dengan berhasil.
Berdasarkan pernyataan diatas yang peneliti lakukan di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia.
Komunikasi antarpribadi yang peneliti temukan di Yayasan
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia terjadi disaat pembina
mendengarkan bacaan hafalan santri yang disetorkan kepada
pembina. Dalam komunikasi antarpribadi pembina memlilki
peran yang sangat penting sebagai seorang pembina untuk
memberikan arahan dan bantuan kepada santri.
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) merupakan
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dan
menghasilkan timbal balik berupa perubahan sikap, dan
perilaku. Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah yang
dilakukan pembina dengan santri disaat santri sudah
merasakan kejenuhan dalam menghafal Al-Qur’an kemudian
pembina memberikan arahan serta nasehat dan motivasi hal
serupa juga sama dengan pembina lainnya dengan menerapkan
komunikasi antarpribadi dengan santri disaat pembina
mendeteksi santri yang kurang motivasi dalam menghafal Al-
Qur’an disaat pada kegiatan halaqah berlangsung.
Pada komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) setiap
orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi efek seperti
bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan
110
reaksinya, penting halnya sebagai pembina harus mengetahui
kondisi dan keadaan santri dan memberi pemahaman kepada
santri..
C. Pola komunikasi IntaraPribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
dzatiyah.
Komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) merupakan
proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang
menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses
pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui system
syaraf dan inderanya.15
Komunikasi intrapribadi (dakwah
dzatiyah) yang diterapkan oleh pembina Al-Qur’an terhadap
santri disaat pembina memberikan penugasan kepada santri
seperti menghafal dalam metode tahfidz, metode tahfidz
merupakan materi atau hafalan baru yang belum pernah
dihafalkan lalu santri membaca Al-Qur’an dengan diri sendiri
sesuai dengan yang diarahkan oleh pembina, guna untuk
persiapan santri untuk mura’jah kepada pembina agar santri
menghafal Al-Qur’an agar bisa mengejar target hafalan Al-
Qur’an. Dari hasil wawancara dengan pembina peneliti
mendapatkan hasil wawancara terkait komunikasi intrapibadi
yang dilakukan oleh pembina. sebagaimana yang diungkapkan
oleh salah satu pembina Al-Qur’an:
15
Onong Uchajana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), hal 7
111
“ya itu istilahnya kalau saya secara komunikasi
intrapibadinya kepada santri yaitu penugasan ya seperti
atau tambahan istilahnya seperti pemberian metode, kan
metode itu sangat banyak kadang anak-anak itu kita kasih
metode lalu dia membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
sendiri seperti metode tahfidz kadang saya bilang kamu
pakai metode tahfidz agar lancar dalam menghafal Al-
Qur’an dan ada juga ada anak-anak itu menghafal sendiri
dengan kenyamanan dia untuk menghafal dengan
sendirinya ya intinya persiapan mereka untuk muraja’ah,
mereka muraja’ah sendiri kan mereka harus ngejar
target”16
Komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) yang
terjadi antata pembina dan santri disaat pembina mentalaqqi
bacaan santri. Setelah pembina membacakan Al-Qur’an
kemudian santri mengikutinya, santri yang telah mengikuti
bacaan dari pembinanya, lalu santri tersebut meniggalkan
pembinannya dan santri mulai menghafal dengan sendirinya
dan apabila ada kesalahan maka santri harus memperhatikan
dimana letak kesalahan yang diberikan oleh pembinanya
kemudian santri harus memberi tanda kemudian, santri
tersebut harus memperbaiki secara sendirinya. Hal tersebut
diungkapkan oleh salah satu pembina Al-Qur’an:
16
Ustad Mustafa M.Pd, Pembina Al-Qur’an ,Wawancara Pribadi
Sabtu 19 oktober 2019
112
“pertama untuk menghafal Al-Qur’an ini harus ada
komunikasi yang baik dari gurunya bagaimana cara
membaca yang benar kemudian guru harus mentalaqqi
terhadap apa yang akan dibaca oleh santri setelah dia
dibacakan oleh gurunya baru santri itu mengikuti setelah
dibacakan kemudian santri tersebut meninggalkan guru
tersebut untuk menghafalnya secara sendiri lalu apabila
ada kesalahan maka santri ini harus memperhatikan
dimana letak kesalahan yang dikasih tau oleh gurunya
kemduian harus memberi tanda atau memberikan
lingkaran kesalahan tersebut kemudin dia harus
memeprbaiki secara sendirinya”17
Berdasarkan observasi ke lapangan peneliti menemukan
komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) yang dilakukan
santri disaat santri menghafal Al-Qur’an luar kegiatan halaqah,
karena disaat kegiatan halaqah semua santri mulai menghafal
sebelum hafalan tersebut disetorkan kepada pembinanya
masing-masing. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti
terhadap santri, santri tersebut menghafal Al-Qur’an disaat
setelah shalat zuhur sebagaimana yang diungkapkan oleh salah
satu santriwan kelas 7:
“ya waktu biasa waktu Halaqah kak yaitu 3 waktu kak,
kalau waktu khusus bagi saya tu biasanya habis zuhur kak
dari jam setengah satu dan sampai jam 2 terus kalau
17 Ustad Abdurrahman Arrozy M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan
,Wawancara Pribadi Sabtu 19 Oktober 2019
113
sempat malam sekalian belajar juga itu mah kalau
malam tergantung aja sih kak sampai ngantuk aja”18
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu pembina
bidang Al-Qur’an disaat peneliti terjun ke lapangan disaat
peneliti menemukan santri menghafal Al-Qur’an dengan
sendirinya di luar kegiatan halaqah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh pembina Al-Qur’an:
“kalau selain waktu subuh ashar dan maghrib itu inisiatif
mereka untuk membaca ya tapi kalau pas waktu yang tiga
tadi itu memang program kita, istilahnya membaca
sendiri dulu sebelum setoran hafalan ke saya kalau selain
waktu tiga tadi, itu bukan dari intruksi dari guru”19
Santri Darul Qur’an Mulia yang selalu giat dalam
menghafal Al-Qur’an akan bisa memahami pelajaran dari Al-
Qur’an dan mendapatkan ketenenangan hati di dalam diri
santri sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu
santriwan kelas 7:
“lebih mudah memahami pelajaran kak, terus manfaatnya
jika sudah membaca Al-Qur’an tenang hati gitu kak”20
Hal serupa juga diungkapkan oleh Santriwan kelas 7
disaat peneliti menannyakan manfaat dari menghafal Al-
Qur’an:
18
Hilmy, Santriwan kelas 7 Yayasan, wawancara pribadi Rabu 20
November 2019 19 Ustad Acep Ariyadri M.Ag, Pembina Al-Qur’an santriwan,
Wawancara Pribadi Senin 21 Oktober 2019 20 Aqeel, Santriwan kelas 7 Yayasan, wawancara pribadi Rabu 20
November 2019
114
“Jadi kita tau cerita-cerita orang terdahulu kita bisa
mengambil ibrahnya kayak pelajaran Nabi Musa dan Nabi
Ibrahim kemdian hukum-hukum dari Al-Qur’an kak, dan kalau
kita pulang kerumah nih jadi bisa berbagi ilmu juga sama
orang tua kak”21
Beradasarkan Pernyataan diatas peneliti menyimpulkan
bahwa komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) yang
dilakukan pembina dan santri terjadi disaat pembina
mentalaqqi bacaan santri kemudian santri mengikutinya, santri
yang telah mengikuti bacaan dari pembinanya, lalu santri
tersebut meninggalkan pembinannya dan santri mulai
menghafal dengan sendirinya dan apabila ada kesalahan dari
hafalan santri, maka santri harus memperhatikan dimana letak
kesalahan yang diberikan oleh pembinanya kemudian santri
harus memberi tanda, kemudian santri tersebut harus
memperbaiki secara dngan sendirinya. bacaan dari pembina,
kemudian santri mengulang bacaan hafalan Al-Qur’an dengan
diri sendirinya
Dengan demikian santri Darul Qur’an Mulia yang selalu
giat dalam menghafal Al-Qur’an akan bisa memahami
pelajaran dari Al-Qur’an dan mendapatkan ketenenangan hati
di dalam diri santri. Hal tersebut dilakukan agar komunikasi
intrapribadi (dakwah dzatiyah) santri berhasil dan
tersampaikan dengan baik di dalam diri santri. Untuk
21
Hilmy, Santriwan kelas 7 Yayasan, wawancara pribadi Rabu 20
November 2019
115
menghafal Al-Qur’an. Kemudian komunikasi intrapribad
(dakwah dzatiyah)i yang dilakukan oleh santri disaat
menghafal Al-Qur’an adalah disaat santri termotivasi untuk
menghafal Al-Qur’an dikarenakan santri tersebut ingin
mempelajari dan memahami isi dari Al-Qur’an dari apa yang
dia baca dengan sendirinya
116
117
BAB V
PEMBAHASAN
Kata pola komunikasi dibangun dari dua suku kata yaitu
pola dan komunikasi. Sebelum mengetahui pola komunikasi,
ada baiknya mengetahui apa itu pola dan apa tu komunikasi.
Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
pola memiliki arti yakni“Bentuk atau sistem, cara struktur
yang dimana tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan
sebagai contoh atau cetakan”.1Pola menurut Wiryanto dalam
buku pengantar ilmu komunikasi ialah “ Pola dikatakan juga
dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek
yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya hubungan
antara unsur-unsur pendukungnya”2 selain itu pola juga bisa di
artikan sebagai suatu gambaran yang sistematis dan abstrak,
dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang
berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah proses. Pola
dibangun agar kita dapat menentukan atau menetapkan
komponen-komponen yang relevan dari suatu proses.
Adapun istilah komunikasi yakni komunikasi sangat
penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya
pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi.
Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, maka dari itu komunikasi dan
1 Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) hal. 778. 2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Gramedia
Widiasavina: 2004), h.9
117
118
masyarakat tidak dapat dipisahkan. Menurut Edward Sapir
yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi
Bahwa” jaringan hubungan masyarakat itu melalui
komunikasi, jikalu tidak ada komunikasi, maka tidak ada
masyarakat.3 Komunikasi atau communication dalam bahasa
Inggris berasal dari kata liat communis yang berarti membuat
sama.4 Selain itu menurut Roudhonah dalam buku Ilmu
Komunikasi, dibagi menjadi beberapa kata diantaranya
“Communicare yang berarti berpartisipasi atau memberi
tahukan, Communis opinion yang berarti pendapat umum.5
Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi
interaksi, yaitu komunikasi dengan proses sebab-akibat aksi-
reaksi yang arahnya bergantian. dalam konteks ini,
komunikasi melibatkan komunikator yang menyampaikan
pesan, baik verbal maupun non verbal kepada komunikan yang
langsung dinamis timbal balik. Komunikasi sebagai proses
interaksi sebagai tindakan searah6.
Menurut peneliti, pola komunikasi merupakan suatu
struktur ataupun bentuk sebagaimana seorang komunikator
menyampaikan pesan kepada seorang komunikan sehingga
komunikan dapat memahami setiap pesan yang sudah
disampaikan oleh komunikator agar mendapatkan suatu
3 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Perss, 2007), hal. 13
4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung:Rosdakarya, 2007) hal. 46. 5 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta:UIN Press, 2007), hal. 27.
6 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Prespektif, Ragam, dan Aplikasi,
(Jakarta: PT Adi Mahasatya, 2016), hal. 11.
119
persamaan makna antara komunikator dengan komunikan.
Suatu proses komunikasi dapat terjadi dimana saja kapan saja
dan dengan siapapun. Seoramg komunikator harus mempunyai
suatu pola komunikasi yang efektif dengan seorag komunikan
agar proses penyampaian pesan dapat dirasakan hasilnya.
Seperti halnya pola komunikasi antara pembina dan
santri dalam program menghafal Al-Qur’an di lembaga
pendidikan Islam yakni Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor. Pondok Pesantren ini menerapkan
sistem pendidikan Islam yang menjadikan Al-Qur’an sebagai
unggulan utamanya dalam rangka memfungsikannya sebagai
tuntunan hidup. Ada sebuah cita-cita luhur yang hendak
dicapai Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia yakni
menyiapkan. Generasi Robbani, generasi yang sangat istimewa
dalam sejarahawal perjalanan Islam, yang dibentuk oleh
manusia agung yakni Rasullah SAW. Generasi tersebut
terkenal dengan sebutan Generasi Qur’ani. Penerapan di
Pondok Pesantren ini dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai
utamanya untuk tuntunan hidup, tentunya di Pondok Pesantren
ini mempelajari Al-Qur’an baik dengan cara membacanya,
menghafalnya, mengulang-ngulang dan memahami Al-Qur’an.
Hal tersebut dilaksanakan pada kegiatan halaqah Al-Qur’an
yang dilaksanakan disaat setelah subuh, setelah ashar dan
setelah maghrib. Halaqah yang artinya lingkaran atau yang
diisi oleh para santri sebanyak sepuluh santri ataupun sampai
empat belas santri dan dibimbing oleh satu pembina pada
120
masing-masing halaqah. Berdasarkan hasil penelitian diatas
hal tersebut sesusai dengan apa yang diungkapkan oleh KH.
Hasib Hasan Lc sebagai berikut:
“ jadi ada halaqatul quran itu merupakan metode
mempelajari Al-Qur’an baik membacanya atau
menghafalnya atau memngulang-ngulangnya termasuk
juga memahaminya jadi untuk pelajaran-pelajaran Al-
Qur’an khususnya itu diberikan halaqahtul quran halaqah
itu artinya lingkaran sepuluh sampai empat belas orang
santri dipimpin oleh guru baik dalam proses membacanya
secara benar menghafal ayat tersebut menyetorkan
hafalan sudah dihafal kepada guru atau mempelancar
hafalannya sampai lebih baik maka dari halaqatul quran
itu seperti tadi saya katakan dia dari habis subuh sampai
jam enam terus dari zuhur mereka membaca sendiri terus
dari setelah sholat ashar sampai jam lima dan dari
maghrib sampai lewat isya mereka duduk dalam
halaqahtul qur’an mereka mempelajari Al-Qur’an jadi
halaqatul quran itu ada tahsin yaitu membaca yang
benar kalau membaca sudah yang benar baru
ditingkatkan ke tahfidz cara menghafal Al-Qur’an
berbarengan denga tahfidz itu ada tafhim cara memahami
Al-Qur’an dan itu selalu diberikan ketika halaqatul
Qur’an semu santri wajib mengikuti halaqatul quran
121
semua proses belajar itu disampaikan dalam halaqatul
qur’an”7
Dari pernyataan diatas peneliti menguraikan bahwa pada
kegiatan halaqah Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor merupkan kegiatan untuk
mempelajari Al-Qur’an, cara membaca Al-Qur’an dengan
yang baik dan benar, mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an
dan memahami Al-Qur’an yang diikuti oleh seluruh santri
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia.
Pondok Pesantren Terapadu Darul Qur’an Mulia
menerapkan hafalan Al-Qur’an kepada santri seperti bacaan
santri yang harus standar seperti tajwid kemudian target
hafalan Al-Qur’an sesuai dengan lembaga Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren ini tidak hanya menerapkan hafalan Al-
Qur’an kepada santri tetapi juga memberikan pemahaman Al-
Qur’an agar santri bisa memiliki akhlaq yang mulia. Karena
hal tersebut salah satu visi untuk menjadikan santri yang cinta
terhadap Al-Qur’an. Hal tersebut diungkapkan oleh Pimpinan
bidang pengajaran Al-Qur’an:
“yang ditekankan ya target hafalan Al-Qur’annya ya,
targetnya itu di indikator dan keberhasilan santri itu
terutama bacaannya standar kayak kaidah tajwid
kemudian targetnya sesuai lembaga pesantren tapi buka
hanya mengejar target tapi kualitas hafalan Al-
7 KH. Hasib Hasan Lc, Pendiri Yayasan,Wawancara Pribadi 15
September 2019
122
Qur’annya atau lancara dan bisa diujikan 70% dari
hafalannya di setiap semesternya kalau misalnya
hafalannya 10 juz ya, hafalann 10 juznya harus lancar
dan harus di ujikan juga itu lah yang di tekankan kepada
santri dan tidakmkalah pentingnya juga pemahaman
santri tersebut terhadap Al-Qur’an dalam rangka untuk
membantu generasi-generasi yang punya akhlaq mulia
karena salah satu visi turunan dari visi itu menjadikan
santri itu menjadikan santri itu menjadi santri soleh dan
soleha salah satunya itu cinta Al-Qur’an dan berakhlaq
Mulia istilahnya punya imunitas”8
Dari hasil pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia menerapkan kepada
santri agar bisa menghafal Al-Qur’an dan bisa memahami isi
kandungan Al-Qur’an guna untuk menjadikan santri yang
berakhlaq mulia dan cinta terhadap Al-Qur’an.
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia dalam menerapkan
hafalan Al-Qur’an tentunya menrapkan pola komunikasi yang
dikembangkan oleh Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia, dengan adanya pola komunikasi yang baik maka
sebuah lembaga atau instasi akan memiliki kekuatan baik
suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya. Maka dari itu peneliti akan membahas
pola komunikasi antara pembina dan santri dalam program
menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
8 8
Ustad Sarmadan Rambe M.Pd.I Pimpinan Al-Qur’an, Wawancara
Pribadi Sabtu 19 oktober 2019
123
Darul Qur’an Mulia dalam program mengahafal Al-Qur’an
Melalui dakwah halaqah, dakwah Fardiyah dan dakwah
dzatiyah sebagai berikut:
A. Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila melalui dakwah
halaqah.
1. Pola Roda (dakwah halaqah)
Pola roda (dakwah halaqah) adalah roda yang memiliki
disini memiliki pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan
pimpinan berada pada posisi sentral dan berpengaruh dalam
proses penyampaian pesannya yang mana semua informasi
yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan melaui
pemimpin9 Pola roda sama halanya seperti dakwah halaqah,
dakwah halaqah merupakan dakwah dimana pendakwah dapat
menyampaikan pesan dakwahnya kepada kelompoknya sendiri
dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. Kemampuan
pendakwah mengatur kaderisasi kelompok sendiri dalam
manajemen dakwah dan mengajak kelompok lain. Oleh karena
itu, seorang pendakwah sebaiknya mengetahui klasifikasi
kelompok, pengaruh kelompok dan bagaimana kelompok
menjadi efektif.10
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia Bogor dalam
9 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, ( Tangerang: Karisma
Publishing Group, 2011),h. 383 10 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta:
Amzah, 2012), hal. 189-190
124
program menghafal Al-Qur’an menggunakan pola roda
(dakwah halaqah). Orang yang menduduki posisi sentral pada
pola komunikasi antara pembina dan santri yang dilakukan
dalam program menghafal Al-Qur’an. Pembina Al-Qur’an
sebagai komunikator dan santri sebagai komunikan. pada pola
roda ini pembina (komunikator) memberikan stimulus atau
arahan kepada santri (komunikan) tanpa adanya respon dari
santri (komunikan) pada pola roda ini komunikasi didominasi
oleh pembina sebagai komunikator,
Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia, pola
komunikasi roda (dakwah halaqah) antara pembina dan santri
di Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia dalam program
menghafal Al-Qur’an terjadi pada kegiatan Kajian Al-Qur’an
yang dilaksanakan pada setiap minggunya di Masjid
Raudhatul Jannah Darul Qur’an Mulia. Pada pola roda
komunikasi ini yang sebagai komunikator adalah (pembina)
berada di posisi sentral yang memberikan materi kepada
komunikan (santri). Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin
yang dilaksanakan pada setiap minggunya yang di dalam
kegiatan ini pembina memberikan nasihat serta motivasi
kepada santri, agar santri mampu untuk menghafal Al-Qur’an
melaui kegiatan kajian Al-Qur’an. Selain kegiatan kajian
bidang Al-Qur’an.
Pola Komunikasi Roda (dakwah halaqah) yang yang
terjadi antara pembina dan santri dominan bersifat satu arah
tanpa adanya respon atau umpan balik dimana pembina hanya
125
memberi arahan atau pesan dan santri hanya mendengarkan
saja.
Pola Roda (dakwah halaqah) juga terjadi Pondok
pesantren Darul Qur’an Mulia Pola Roda (dakwah halaqah)
sama halnya seperti komunikasi kelompok, komunikasi
kelompok secara umum didefinisikan sebagai pelibatan tiga
hingga delapan orang. Semakin besar sebuah kelompok yang
lebih kecil Komunikasi kelompok (dakwah halaqah) antara
pembina dan santri dalam program menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia terjadi disaat pembina
dan santri terjadi pada saat pembina memberikan arahan
berupa motivasi agar hafalan santri tercapai sesuai target.
Komunikasi kelompok (dakwah halaqah) merupakan
komunikasi yang dilakkan dari tiga orang atau lebih melalui
tatap muka (face to face) dan mempunyai tujuan yang
dikehendaki. Pada komunikasi kelompok (dakwah halaqah)
pembina berkomunikasi atau berdakwah di hadapan santri
bertujuan agar hafalan santri tercapai sesuai dengan target
maka dari itu pembina mempunyai peran untuk mengayomi
dan terus membina santri dalam hafalan Al-Qur’an.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menguraikan
bahwa pola komunikasi roda (dakwah halaqah) yang
digunakan dengan metode siraman rohani adalah hal yang
tepat dilakukan untuk santri di Yayasan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Mulia dalam memberikan motivasi dalam
program menghafal Al-Qur’an.
127
bintang semua anggota mempunyai kekuatan yang sama untuk
saling mempengaruhi satu sama lain. Pola Komunikasi bintang
yang dikembangkan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia
ini dilihat dari komunikasi yang dilakukan pembina terhadap
santri serta pembina dengan santri yang lainnya. Pola
komunikasi bintang (dakwah halaqah) terjadi dua arah dan
semua pihak yang terlibat. Komunikasi dua arah yaitu
“komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif serta
memerlukan respon antara komunikasi
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan bahwa pola
komunikasi bintang (dakwah halaqah) antara pembina dan
santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia terjadi disaat pembina Al-Qur’an
memberikan pemahaman Al-Qur’an guna agar santri bisa lebih
teliti lagi dalam menghafal Al-Qur’an karena sudah adanya
pemberian pemahaman Al-Qur’an oleh pembina kemudian
pada program pemahaman Al-Qur’an santri dipersilahakan
bertanya terkait dnegan pelajaran dalam pemahaman Al-
Qur’an agar santri lancar dalam menghafal Al-Qur’an. Pada
pola komunikasi bintang ini, komunikasi dilakukan dua arah
baik antara komunikator (pembina) dengan komunikan
(santri), maupun komunikan (santri) dengan komunikator
(pembina), maupun komunikan (santri) kepada komunikan
lainnya (santri-santri yang lainnya) . dan dapat kesamaan
makna sehingga proses komunikasi yang berlangsung nerjalan
dengan baik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Jika
digambarkan proses pola komunikasi bintang sebagai berikut:
129
yang
dilakukan
informan ini
adalah
disaat
informan
memberikan
kajian Al-
Qur’an
berupa agar
santri
paham dan
termotivasi
untuk
menghafal
Al-Qur’an
kajian Al-
Qur’an
yakni
dilakasanak
-an setiap
rabu malam
untuk
mendengarka
n dan
memperhatik
an pada
kegiatan
kajian Al-
Qur’an.
Sehingga
pesan yang
di sampaikan
oleh Kiyai
(da’i) tidak
efektif.
mengetahui
situasi dan
kondisi
komunikannya
(mad’u) agar
pesan yang
disampaikan bisa
efektif dan
tersampaikan
kepada
komunikan
(mad’u)
Ustad
Abdurrahm
an Arrozy
M.Ag
- Pendukung
pada pola
komunikasi
bintang
Penghambat
pada pola
komunikasi
bintang
Seharusnya pada
kegiatan
pemahaman Al-
Qur’an seorang
130
(dakwah
halaqah)
yang
dilakukan
informan ini
disaat
memberikan
pemahaman
Al-Qur’an
kepada
santri
disamping
kegiatan
pemahaman
Al-Qur’an
santri
dipersilahka
-n untuk
bertanya
terkait
pemahaman
Al-Qur’an
(dakwah
halaqah)
masih ada
santri
(mad’u) yang
masih
canggung
untuk
bertanya
kepada
pembinanya
(da’i)
komunikator
(da’i) harus
menunjuk
diantara anggota
(mad’u) yang
masih canggung
untuk bertanya
agar pertanyaan
yang dilontarkan
oleh komunikan
kepada
komunikator bisa
tersampaikan
Ustad
Mustafa
M.Pd
- pendukung
pada pola
roda
(dakwah
Penghambat
pola roda
yang
dilakukan
Seharusnya,
seorang
(komunikator)
hendaknya
131
halaqah)
informan ini
selalu
memberikan
arahan
berupa
kedisiplinan
menghafal
Al-Qur’an
kepada
santrinya.
komunikator
ini adalah
disaat santri
yang tidur
disaat
pembina
(da’i)
memberikan
arahan
kepada santri
( mad’u)
mempunyai
kreadibilitas
untuk
berkomunikasi
kepada
komunikannya
(mad’u), agar
komunikannya
(mad’u) bisa
mendengarkan
dan
memperhatikan
pesan yang
disampaikan oleh
komunikator
(da’i)
Ustad Acep
Ariyadri
M.Ag
- pendukung
pada pola
roda
(dakwah
halaqah)
informan ini
selalu
memotivasi
santri
(mad’u)
Penghambat
pola roda
yang
dilakukan
komunikator
ini adalah
disaat santri
yang kurang
bersemangat
hal ini yang
Seharusnya,
disaat ada
komunikasn
(mad’u) apabila
mengalami
masalah yang ada
pada dirinya,
hendaknya,
seorang
komunikator
132
dalam
pembinaan
Al-Qur’an
motivasi
dari
informan ini
ada dua
yaitu dari
segi zahir
dan bathin
menjadi
hambatan
pembina
(da’i) disaat
memberikan
motivasi
kepada santri.
(da’i) tidak untuk
memanggil atau
menasehati
komunikan
(mad’u),
sebaiknya
komunikator
(da’i) harus bisa
mengetahui kapan
komunikannya
(mad’u) tidak ada
masalah yang ada
di diri komunikan
(mad’u) agar pesan
yang disampaikan
komunikator (da’i)
bisa efektif
tersampaikan
kepada
komunikannya.
133
B. Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila melalui dakwah
fardiyah.
Komunikasi Antarpribadi (dakwah fardiyah) yang
dilakukan pembina dan santri di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia yaitu juga menggunakan
komunikasi antarpribadi . Komunikasi antarpribadi merupakan
Komunikasi AntarPribadi (dakwah fardiyah) adalah
komunikasi antara komunikator dengan komunikan yang
berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung
dalam bentuk percakapan.12
Komunikasi ini juga dapat
berlangsung secara behadapan muka bahasa lainnya ialah
dengan harapan umpan balik yang berlangsung.13
Komunikasi
AntarPribadi sama halnya seperti dakwah fardiyah, dakwah
fardiyah merupakan ajakan atau seruan ke jalan Allah yang
dilakukan seorang da’i kepada orang lain secara perorangan
dengan tujuan memindahkan Al-Mad’u pada keadaan yang
lebih baik dan diridhai Allah.
Dakwah Fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu:
Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan), Mafhum Haraki
(gerakan), Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian).14
12
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2005), hal 125 13
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 1991), h.al 72 14 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta:
Amzah, 2012), hal 17
134
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) yang
dilakukan pembina terhadap santri terjadi di saat disaat
pembina mendengarkan bacaan hafalan santri yang disetorkan
kepada pembina. Dalam komunikasi antarpribadi pembina
memlilki peran yang sangat penting sebagai seorang pembina
untuk memberikan arahan dan bantuan kepada santri.
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) merupakan
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dan
menghasilkan timbal balik berupa perubahan sikap, dan
perilaku. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan pembina
dengan santri disaat santri sudah merasakan kejenuhan dalam
menghafal Al-Qur’an kemudian pembina memberikan arahan
serta nasehat dan motivasi hal serupa juga sama dengan
pembina lainnya dengan menerapkan komunikasi antarpribadi
dengan santri disaat pembina mendeteksi santri yang kurang
motivasi dalam menghafal Al-Qur’an disaat pada kegiatan
halaqah berlangsung.
Pada komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) setiap
orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi efek seperti
bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan
reaksinya, penting halnya sebagai pembina harus mengetahui
kondisi dan keadaan santri. Hal tersebut dilakukan agar
komunikasi yang dilakukan pembina kepada santri berhasil
dan tersampaikan dengan baik.
135
Komunikasi jenis ini di anggap paling efektif dalam hal
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,
karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan antara
pembina dan santri. Pada komunikasi antarpribadi (dakwah
fardiyah) setiap orang yang berkomunikasi akan memberikan
stimulus atau efek bagaimana pihak yang menerima pesan dari
informan dapat menimbulkan respon dari penerima. Penting
halnya seorang pembina harus mengetahui terlebih dahulu
situasi dan kondisi santri. Hal tersebut dilakukan agar
komunikasi yang dilakukan pembina terhadap santri bisa
tercapai dengan baik.
Secara umum, komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah)
memiliki fungsi untuk meningkatkan hubungan antar manusia,
mengurangi potensi konflik antar orang dan berbagi
pengetahuan ataupun pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi antar pribadi memiliki peluang untuk
meningkatkan hubungan personal antara pihak yang
melakukan komunikasi interpersonal. Dengan adanya
komunikasi antar pribadi manusia dapat membina hubungan
yang baik sehingga mengurangi risiko konflik mungkin terjadi
antara pihak tertentu.15
15
Poppy Ruliana & Puji Lestari, Teori Komunikasi, ( Depok: PT Raja
Grafindo Persada. 2019), hal. 119.
136
Tabel 5.2
Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui dakwah
fardiyah
Informan pendukung penghambat solusi
Ustad Rozy-Davin Pendukung
pada
komunikasi
antarpribadi
(dakwah
fardiyah)
Antara Ustad
Rozy dan
Davin ialah
ustad Rozy
selalu
memberikan
arahan berupa
motivasi
untuk
menghafal Al-
Qur’an.
Penghambat
bagi davin
menghafal Al-
Qur’an yaitu
davin masih
kurang fokus
dalam
menghafal Al-
Qur’an
dikarenakan
masih
memikirkan
keluarganya
dirumah inilah
yang menjadi
hambatan davin
disaat
menyetorkan
hafalannya
Solusinya
ialah
hendaknya
seorang
komunikator
(da’i)
melakukan
pendekatan
komunikasi
yang baik
kepada
komunikannya
(mad’u) dan
menannyakan
hal apa yang
menyebabkan
komunikan
(mad’u) tidak
serius dalam
137
kepada pembina
Al-Qur’an.
menghafal Al-
Qur’an.
Ustd Acep-Aqeel Pendukung
pada
komunikasi
antarpribadi
(dakwah
fardiyah)
antara ustad
Acep dan
Aqeel
pembina Al-
Qur’an
mengajak
davin untuk
curhat dan
menannyakan
apa kendala
Aqell dalam
menghafal Al-
Qur’an.
Penghambat
bagi Aqell
dalam
menghafal Al-
Qur’an ialah
disaat ia masih
malas untuk
menghafal
inilah yang
menghambat
Aqeel disaat
hendak
menghafal Al-
Qur’an.
Solusinya
ialah
hendaknya
seorang
komunikator
(da’i)
mengajak
ngobrol secara
face to face
atau sharing-
sharing antara
komunikator
(da’i) dan
komunikan
(mad’u)
Ustd Mustafa- Hilmy Pendukung
pada
komunikasi
antarpribadi
(dakwah
Penghambat
bagi hilmy
disaat
menghafal Al-
Qur’an ialah
Solusinya
ialah
hendaknya
seorang
komunikator
138
fardiyah)
antara ustad
Mustafa dan
Hilmy ialah
ustad Mustafa
selalu
memberikan
motivasi
kepada Hilmy
dan juga
Hilmy juga
meminta
solusi kepada
ustad Mustafa
solusi agar
bagaimana
agar tidak
jenuh dalam
menghafal Al-
Qur’an.
karena faktor
dari luar seperti
memikirkan
ujian di sekolah
sehingga tidak
terfokus untuk
menghafal Al-
Qur’an.
(da’i)
memberikan
stimulus
kepada
komunikannya
(mad’u)
seperti nasehat
berupa nasehat
dan arahan
kepada
komunikannya
secara face to
face
Ustd Acep- Hafiz Pendukung
pada
komunikasi
antarpribadi
(dakwah
fardiyah)
Hambatan bagi
Hafiz disaat
mengahafal Al-
Qur’an ialah
disaat hafalan
hafiz tidak
Solusinya
ialah
hendaknya
komunikator
(da’i)
mengajak
139
antara ustad
Acep dan
Hafiz ialah
disaat hafiz
diberikan
motivasi
seperti halnya
ustad acep
berkomunikasi
(dakwah)
kepada hafiz
untuk
memberikan
motivasi
untuk
menghafal Al-
Qur’an secara
tatap muka
menambah dan
hafalan hafiz
tertinggal oleh
temannya
komunikan
(mad’u) ke
suatu tempat
untuk
berkomunikasi
secara efektif
supaya
komunikan
(mad’u) bisa
terbuka untuk
menyampaikan
masalahnya
kepada
komunikan
(mad’u)
Ustd Rozy- Zayyan Pendukung
pada
komunikasi
antarpribadi
(dakwah
fardiyah)
antara ustad
Rozy dan
Hambatan bagi
Zayyan disaat
menghafal
Zayyan kurang
fokus pada ayat
yang dihafal
dalam
istilahnya
Solusinya
ialah
hendaknya
komunikator
(da’i) terhadap
komunikan
(mad’u)
sharing antara
140
Zayyan ialah
disaat ustad
Rozy
memberikan
semangat
kepada
Zayyan untuk
mengahafal
Al-Qur’an.
terlewat ayat
yang dibaca
komunikator
(da’i) dan
komunikan
(mad’u)
seperti halnya
dalam
menghafal Al-
Qur’an.
141
C. Pola komunikasi intarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
dzatiyah.
Komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) yang terjadi di
Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia. Komunikasi
intrapribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian adalah
bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami
seseorang melalui system syaraf dan inderanya.16
Kemudian,
komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) merupakan dialog
internal dan bahkan dapat terjadi bahkan saat bersama dengan
orang sekalipun. Para teroritis komunikasi interpersonal sering
kali mempelajari peran kognisi dalam perilaku komunikasi
interpersonal biasanya lebih sering berulang dari pada
komunikasi lainnya.17
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan
komunikasi yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Darul
Qur’an Mulia disaat pembina mentalaqqi bacaan santri
kemudian santri mengikutinya, santri yang telah mengikuti
bacaan dari pembinanya, lalu santri tersebut meniggalkan
pembinannya dan santri mulai menghafal dengan sendirinya
dan apabila ada kesalahan maka santri harus memperhatikan
dimana letak kesalahan yang diberikan oleh pembinanya
16
Onong Uchajana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), hal 7 17 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humainika, 2009) h. 34
142
kemudian santri harus memberi tanda kemudian, santri
tersebut harus memperbaiki secara sendirinya. bacaan dari
pembina, kemudian santri mengulang bacaan hafalan Al-
Qur’an dengan diri sendirinya. Komunikasi intrapribadi
(dakwah dzatiyah) juga terjadi disaat pembina memberikan
penugasan kepada santri untuk mengulang bacaan hafalan Al-
Qur’an santri, lalu arahan pembina tersebut tersimpan dalam
kognisi santri, maka pada saat itu terjadilah komunikasi
intrapribadi (dakwah dzatiyah ) komunikasi dengan sendirinya
yang dilakukan santri Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor.
Tabel 5.3
Pola komunikasi intarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia melalui dakwah
dzatiyah.
Informan Akal
al-aql
Roh
akhlaq
Nafsu
kemauan
Kalbu
perasaan
Fitrah
membingkai
Davin
Hafalan
sudah 3
juz
sebelum
masuk
DQ
Mengula
-ng
hafalan
Al-
Qur’an
sebelum
zuhur
Menyetork-
an hafalan
Al-Qur’an
ba’da subuh
Ketenangan
dalam hati
disaat
menghafal
Al-Qur’an
Ingin
membanggaka-
n keluarga
disaat
menghafal Al-
Qur’an
143
Aqeel Hafalan
1 Juz
sebelum
masuk
DQ
Mengula
ng
hafalan
ba’da
zuhur
Menyetorka
n hafalan
Al-Qur’an
pada ba’da
subuh dan
ba’da ashar
Lebih
mudah
untuk
memahami
pelajaran
dan
ketenangan
dalam hati
disaat
menghafal
Al-Qur’an
ingin
membanggaka-
n kedua orang
tua
Hilmy
Sudah
hafal juz
ke 30
sebelum
masuk
DQ
Mengula
-ng
hafalan
sesudah
shalat
zuhur
dan
sebelum
tidur
Menyetork-
an hafalan
Al-Qur’an
ba’da subuh
dan ba’da
ashar
Bisa
memahami
pelajaran
yang ada
didalam Al-
Qur’an dan
bisa
mengetahui
cerita-cerita
orang
terdahulu
yang ada di
dalam Al-
Qur’an.
Agar bisa
membanggaka
n kedua orang
tua dan ingin
memberikan
mahkota
kepada orang
tua di akhirat
nantinya.
144
Hafiz Sudah
hafal 30
juz
sebelum
masuk
DQ.
Mengula
-ng
hafalan
Al-
Qur’an
setelah
shalat
subuh.
Menyetork-
an hafalan
setelah
shalat ashar
Bisa
mengetahui
ilmu agama
yang
dirasakan
disaat
menghafal
Al-Qur’an.
Agar bisa
istiqomah terus
untuk
menghafal Al-
Qur’an dan
jangan bosan
untuk
menghafal Al-
Qur’an.
Zayyan Sudah
hafal1
juz
sebelum
masuk
DQ
Mengula
-ng
hafalan
setelah
shalat
zuhur
dan
setelah
makan
siang.
Menyetork-
an hafalan
Al-Qur’an
setelah
shalat
subuh.
Ketenangan
hati disaat
menghafal
Al-Qur’an.
Agar bisa
membuktikan
kepada
keluarga agar
tetap istiqomah
dalam
menghafal Al-
Qur’an dan
membuat
kedua orang
tua bahagia.
145
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan dalam skripsi
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola komunikasi kelompok antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila Melalui Dakwah
Halaqah
a) Pola Roda. (dakwah halaqah)
Pada pola roda yang diterapkan pembina terhadap santri
yakni dengan memberikan materi berupa motivasi untuk
menghafal Al-Qur’an melaui kegiatan kajian Al-Qur’an
kepada santri dengan adanya pemberian arahan berupa
motivasi kepada santri pola roda (dakwah halaqah) antara
pembina dan santri dalam hafalan Al-Qur’an pembina
menyampaikan pesan kepada sejumlah santri, dua orang
santri maupun lebih, berupa arahan dan motivasi.
Misalnya pembina memberikan arahan serta motivasi
kepada santri setelah kegiatan halaqah yang dilaksanakan
pada ba’da subuh, ba’da ashar dan ba’da maghrib juga
pola roda (dakwah halaqah) dilakukan oleh pembina Al-
Qur’an disaat pembina memberikan taujih Al-Qur’an
kepada santri agar iman santri tersirami dan santri
bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an maka santri
145
146
disini hanya sebagai pendengar, dan santri pun hanya
mendengarkan apa yang pembina bidang pengajaran Al-
Qur’an sampaikan kepada seluruh santriwan Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia.
Komunikasi yang terjadi antara pembina dan santri
dominan bersifat satu arah tanpa adanya respon atau
umpan balikn dari santriwan dimana pembina hanya
memberi arahan atau pesan dan santri hanya
mendengarkan saja.
b) Pola Bintang/ Semua saluran (dakwah halaqah)
Pada pola bintang (dakwah halqah) ini pembina dan santri
mempunyai kekuatan yang sama untuk saling
mempengaruhi satu sama lain. Pada pola bintang pembina
memberikan pemahaman berupa Al-Qur’an kepada
secara seksama apa yang disampaikan pembina Al-
Qur’an. Pada pola komunikasi bintang terdapat interaksi
antara pembina. hal tersebut terlihat dalam memberikan
pemahaman Al-Qur’an kepada santri, santri tidak sungkan
untuk beratanya kepada pembina Al-Qur’an. Dalam
berinteraksi dengan santri dan pembina menerapkan
kebebasan untuk santri untuk bertanya kepada santri
seputar pelajaran yang terkait dengan Al-Qur’an.
147
2. Pola komunikasi antarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila melalui dakwah
fardiyah.
Pada komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) yang
dilakukan antara pembina dan santri sudah dianggap efektif
dalam hal upaya mengubah sikap atau perilaku seseorang
yaitu karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan
antara pembina dan santri. komunikasi antarpribadi
(dakwah fardiyah) yang dilakukan antara pembina dan
santri terjadi disaat santri menyetorkan hafalan kepada
pembina dan murajah kepada pembina Al-Qur’an dan
Komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) ini dilakukan
oleh semua pembina Al-Qur’an Misalnya seperti pembina
mengubah sikap dan perilaku santri melalui pendekatan-
pendekatan berkomunikasi.
3. Pola komunikasi intarpribadi antara pembina dan santri
dalam program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Muila melalui dakwah
dzatiyah.
Pada komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) yang
terjadi di Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia
disaat menerima proses pengolahan informasi yang dialami
santri melaui system syaraf dan inderanya misalnya seperti
santri menerima arahan dari pembina untuk mengulang
hafalan Al-Qur’an lalu arahan dari pembina tersebut
tersimpan dari system syaraf santri dan inderanya yang
148
nantinya santri akan melakukan arahan dari pembina
tersebut. Disisi lain santriwan dengan menghafal Al-Qur’an
dengan sendirinya juga mendapatkan mannfaat dari
menghafal Al-Qur’an berupa pelajaran-pelajaran yang ada
di dalam Al-Qur’an.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Peneliti membenarkan pola komunikasi yang dilakukan
pembina terhadap santri yang agar santri termotivasi untuk
menghafal Al-Qur’an adapun teori yang digunakan adalah
Pola Komunikasi yakni Pola Roda dan Pola Bintang/
semua saluran. sebagai acuan melihat perkembangan
komunikasi pembina terhadap santri. Penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi para pembaca untuk mempelajari pola
komunikasi. Penelitian ini juga dapat menjadi panduan
bagi yayasan pondok pesantren terpadu darul qur’an mulia
untuk menerapkan pola komunikasi yang baik dalam
program menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai rujukan bagi
Pondok Pesantren dan pembina. menambah pengetahuan
sehubungan dengan pembinaan kepada santri dalam
program mengahafal Al-Qur’an.
149
C. Saran
Dalam hal ini penulis merasa perlu memberikan saran
agar ke depan Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia Bogor dalam program menghafal Al-Qur’an
dapat lebih baik lagi
1. Kepada Yayasan yang agar lebih memperkuat
berkomunikasi dengan santri agar secara keseluruhan
merasa diarahkan dan dibimbing secara pribadi dan
diusahakan untuk menjaga kedisiplinan untuk menghafal
Al-Qur’an agar bisa menghafal Al-Qur’an sesuai target
yang telah ditentukan oleh pihak Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor
2. Kepada pembina khususnya pembina bidang pengajaran
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia. Hendaknya harus dapat memperlihatkan
bagaimana semangat dalam melakukan pembinaan
hafalan Al-Qur’an kepada santri agar santri terpacu
semangatnya untuk menghafal Al-Qur’an sesuai target
yang telah ditentukan oleh pihak Yayasan.
150
151
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Djamaludin. 1996. Komunikasi dan Bahasa Dakwah.
Jakarta: Gema Insani Press.
Abidin, Djamaludin. 1996. Komunikasi dan Bahasa Dakwah.
Jakarta: Gema Insani Press.
Ahmad Tholabi, ed 2012. Al-Qur’an Mushaf Al-Bantani. Banten:
Lembaga Percetakan Al-Qur’an Kementerian Agama RI.
Alisuf H.M. Alisuf. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
UIN Jakarta.
Al-Munawwir. 1997. Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabay: Pustaka Progresif.
Arbi Armawati Arbi. 2012 Psikologi Komunikasi Dan Tabligh,
Jakarta: Amzah.
Arbi Armawati. 2019. Komunikasi IntraPribadi. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP
Baran, Stanley J. 2008. Pengantar Komunikasi Massa Jilid 1
Edisi 5. Jakarta: Airlangga.
Bungin Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta:Kencana Prenada Medi Group
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. 2008.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Chrzin, Muhammad. 1998. Al-Qur’an & Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Indonesia. 1996.
151
152
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tengerang:
Karisma Publishing Group.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang
Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.
Effendi, Onong Uchajana. 2002. Hubungan Masyarakat: Suatu
Study Komunikologis. Bandung: PT. Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchajana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gunadi, Y.S. 1998. Himpunan Istikah Komunikasi. Jakarta:
Gramedia.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanani Silfia hanani. 2007. Komunikasi Antar Pribadi.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Hidayatullah Arief. Jurnalisme Cetak (Konsep & Praktek.
Yogyakarta: Litera Yogyakarta.
Hidayati, Nurul. 2006. Metedologi Penelitian Dakwah dengan
Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Irawan Prasetya. 1999. Logika dan prosedur Penelitian (Jakarta:
STAI-LAN.
Lexy J. Moelong. 2007. Metedologi penelitian Kualitatif.
Bandung.
Mastufu. 1994. Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis.
Muhammad Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT.
Budi Aksara.
Mujamil Qomar. 1992. Pesantren Dari Transformasi
Metedologi Menuju Demokratisasi Instuisi. Jakarta:
Erlangga.
153
Mulyana Deddy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munaimin dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam.
Jakarta: Prenada Media.
Musyarrofah Umi. 2009. Dakwah K.H Hamam Djafar dan
Pesantren Pabelan. Jakarta: UIN Press
Nata, Abduddin Nata. 2012. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Pace R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi.
Bandung, Rosdakarya.
Qomar, Mujamil. 1992. Pesantren dari Transformasi Metedologi
Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga
Rachmat Jalaludin 2005. Metedologi Penelitian Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakatya.
Rakhmat Jalaluddin Rakhmat. 2019. Psikilogi
Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Richard West & Lynn H. Turner 2009. Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Humainika.
Rohim, Syaiful. 2006. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Adi Mahasatya.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press
Ruliana Poppy & Puji Lestari. 2019. Teori Komunikasi. Depok:
PT Raja Grafindo Persada.
Sabri H.M. Alisuf. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
UIN Jakarta.
154
Sendjaja Sasa Djuarsa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Sholeh, Saiman dan Abdul Basyit. 2005. Ulumul Qur’an.
Tangerang: CV Aries.
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Pedoman Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Humainika.
Widjaja H.A.W Widjaja. 2001 Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. 2004. Jakarta: Gramedia
Widiasavina.
Yasin, bin Arham 2015. Agar Sehafal Al-Fatihah. Bogor: CV
Hilal Media Group.
Karya Ilmiah
Setiawan, Bayu. 2018. Pola Komunikasi Marrabi Foundation
Dalam Membentuk Sikap Loyalitas Relawan. Skripsi
Mahasiswa UIN Jakarta. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah.
Triwibowo. 2014. “Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Santri
Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan
Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk. Skripsi
Mahasiswa UIN Jakarta. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah.
Yuanita, Salfania. 2018. Pola Komunikasi Antara Pengasuh
Terhadap Anak Asuh Dalam Meningkatkan Kepercayaan
Diri di Panti Asuhan Annajah. Skripsi Mahasiswa UIN
Jakarta. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah.
155
Jurnal
Fadillah, Amir. “Struktur dan Pola Komunikasi Kepemimpinan
Kyai dalam Pesantren di Jawa.” Jurnal Studia Islamika
Vol. 8 No. 1 (Juni 2011).
Hidayat, Mansur. “Model Komunikasi Kyai dengan Santri di
Pesantren.” Jurnal Komunikasi ASPIKOM Vol. 2 No 6
(Januari 2016).
“Jurnal E-Komunikasi Program studi Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Petra
Yati, Abizal Muhammad. “Metode Komunikasi Da’i Perbatasan
Aceh Singkil dalam Menjawab Tantangan Dakwah.” Jurnal
Al-Bayan Vol. 24 No. 2 (Desember 2018).
Yuliarti, Norita Citra. “Studi Penerapan PSAK 45 Yayasan Panti
Asuhan Yabappenatim Jember.” Jurnal Akuntansi
Universitas Jember Vol. 12 No. 2 (Desember 2014).
156
157
LAMPIRAN-LAMPIRAN
157
Lampiran. 1
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Rabu/20 November 2019
Waktu : 18.30-20.00 WIB
Tempat : Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia
Objek Penelitian : Pola Komunikasi
Pola Komunikasi yang dilakukan pembina kepada
santri dalam program menghafal Al-Qur’an yaitu menggunakan
pola roda. Pola roda (dakwah halaqah) yang dilakukan pembina
kepada santri dalam program menghafal Al-Qur’an terjadi disaat
pembina memberikan materi kajian bidang Al-Qur’an agar santri
paham dan mudah menghafal Al-Qur’an dengan materi yang
diberikan oleh pembina bidang pengajaran Al-Qur’an selain
pembina memberikan arahan dan materi bidang pengajaran Al-
Qur’an Kiyai pun juga memberikan berupa motivasi-motivasi
untuk menghafal Al-Qur’an melalui cerita-cerita agar santri tertarik
dan terdorong untuk menghafal Al-Qur’an pada pola roda(dakwah
halaqah) ini santri yang hanya sebagai pendengar hanya bisa untuk
mendengarkan saja dan tidak dapat untuk bertanya kepada pembina
maupun kepada kiyai pada kegiatan pemberian arahan berupa
motivasi dan kajian bidang menghafal Al-Qur’an pola roda
(dakwah halaqah) juga dilakukan pembina disaat pembina
memberikan Taujih Al-Qur’an kepada santri supaya iman santri
tersirami dan santri bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an
pembina memberikan Taujih Al-Qur’an disaat setelah kegiatan
halaqah.Selain pola roda (dakwah halaqah) yang diterapkan di
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia. Pola
bintang/ (dakwah halaqah) semua saluran juga diterapkan. Pola
bintang terjadi disaat pembina memberikan pemahaman Al-Qur’an
kegiatan dilaksanakan supaya santri bisa lebih teliti lagi dalam
menghafal Al-Qur’an pada kegiatan ini santri dipersilahkan oleh
pembina untuk bertanya seputar pemahaman Al-Qur’an seperti:
1. Bagaimana caranya agar hafalan Al-Qur’an tidak cepat begitu
lupa
2. Bagaimana caranya agar cepat dan tidak sulit dalam menghafal
Al-Qur’an
3. Bagimana caranya memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar
Dalam kegiatan pemahaman Al-Qur’an pembina dan
santri saling memberikan respon pembina memberikan materi dan
santri juga bertanya mengenai materi apa yang diberikan pembina.
sedangkan komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) juga
dilakukan pembina disaat pembina memberikan motivasi serta
arahan kepada santri yang hafalannya kurang dan belum sesuai
dengan target sedangkan Komunikasi Intrapribadi (dakwah
dzatiyah) yang terjadi di Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
dalam menghafal Al-Qur’an yaitu disaat pembina mentalaqqi
santrinya, setelah pembina mentalaqqi santrinya, kemudian santri
meninggalkan pembinannya untuk mengulang-ngulang bacaan Al-
Qur’an yang telah dibacakan oleh pembina Al-Qur’an. Komunikasi
intrapribadi (dakwah dzatiyah) juga terjadi di Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an dalam menghafal Al-Qur’an yaitu disaat
pembina mentalaqqi santrinya, setelah pembina mentalaqqi
santrinya, kemudian santri meninggalkan pembinannya untuk
mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh
pembinanya.
Lampiran. 2
Hasil Wawancara
Pedoman Wawancara
1. Bagaimana awal mula sejarah berdirinya Yayasan Pondok
Pesantren Darul Qur’an Mulia Bogor?
2. Visi dan Misi dari Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an
Mulia Bogor?
3. Apa hubungan Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia ini
dengan masyarakat sekitar?
4. Di Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia ini ada kegiatan
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia seperti halaqah,
tahsin, tafhim dan pengajian untuk santri secara
keseluruhan, guna tujuan kegiatan tersebut apa kiyai? Dan
adakah pesan dakwah yang di sampaikan terutama pada
kegiatan pengajian bidang Al-Qur’an dan contoh dari pesan
dakwah tersebut seperti apa kiyai kepada santri agar santri
termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an?
5. Bagaimana pola komunikasi Kiyai kepada pembina disini
terutama kepada pembina di bidang pengajaran Al-Qur’an
yang selalu membina santri disini untuk menghafal Al-
Qur’an?
Hari/Tanggal : Minggu/15 September 2019
Tempat : Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia
Responden : KH. Hasib Hasan Lc
Jabatan : Pendiri Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia
Tanya: Bagaimana awal mula sejarah berdirinya Yayasan
Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia Bogor?
Jawab: “ DQ ini dibangun mulai tahun 2000 danm sebelum itu
sudah proses pembebasan lahan-lahannya setelah setahun
pembangunan maka ditahun berikutnya tahun 2007 mulai
operasional ketika kita memulai kita membuka tingkat SDIT
dan juga tingkat SMP waktu itu untuk santri SMP kurang
dari 30 orang setelah berjalan tiga tahun santri SMP putra
maka ditahun ke empatnya mulai dibuka SMP putri dan
juga SMA lanjutan dari SMP dan begitu selanjutnya dan
begitu selesai tamatan SMA dan kita juga membangun
sekolah tinggi ilmu ushuluddin STIU begitu
perkembangannya dan Allhamdulillah perkembangan dari
Darul Qur’an Mulia ini baik tingkat SD dan PAUDnya
dimulai setelah SD itu berjalan atau tingkat SMP dan SMA
nya itu berkembang cukup baik dan sebelum merintis DQ
ini saya sudah mulai menugaskan beberapa ustad untuk
melakukan sosialiasi bahwa disini akan dibuat pesantren
dan ustad itu sudah mulai mengjarakan pengajian dan
majelis taklim di masyarakat sekitar sini dan juga
dikalangan anak-anak sehingga ketika pesantren itu mulai
dirintis juga mereka tidak kaget karena memang sudah
disosialisasikan jauh beberapa tahun pesantren itu dimulai
dan sosialiasi itu kita lakukan dari tahun 2000 ada 5
tahunan kita tugaskan ada seseorang tugasnya mengajar
ngaji baik buat anak-anak remaja dan buat orang tua
setelah berlangsung beberapa tahun lalu kita backup lagi
dengan seorang ustad dan sutadzah yang melakukan
pengajian yang lebih intensif”
Tanya: Visi dan Misi dari Yayasan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Mulia Bogor?
Jawab: “ dari visi dan misi pesantren ini adalah untuk membentuk
santri yang beriman kokoh berbadan sehat berpengetahuan
luas berakhlaq mulia dan mencintai Al-Qur’an mengapa
tidak menghafal kita lebih menekankan santri itu cinta
kepada Al-Qur’an baik cinta dengan membacanya, cinta
dengan memahaminya dan cinta menghafalnya serta cinta
untuk mempelajarinya dan mengajarinya dan ciri khas dari
pesantren ini adalah cinta kepada Al-Qur’an maka dari itu
mereka pelajari itu ada alokasi waktu yang cukup banyak
sejak didirikan bahawa santri itu harus berinteraksi dengan
Al-Qur’an dalam kurin waktu 3 kali minimal dalam sehari
habis subuh, habis ashar dan habis maghrib dan itu terus
menerus kadang ada waktu habis zuhur untuk murajaah Al-
Qur’an jadi bisa sampai 4 kali tadi 3 waktu itu plus habis
zuhur”
Tanya:Apa hubungan Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
ini dengan masyarakat sekitar?
Jawab: “ banyak hubunganya dengan masyarakat sebab pesantren
ini peduli kepada lingkungan dalam arti bahwa dalam
pesantren ini diajarkan kepada masyarakat khusunya ibu-
ibu yang belajar Al-Qur’an membacanya sampai mereka
lancar dari Iqra membaca dan seterusnya mereka juga
mempelajari tentang sholat tentang macam-macam hukum
islam kita juga pesantren ini berperan memberdayakan
lingkungan dalam artian bahwa ketika membangun
pesantren ini kita memperkerjakan tukang-tukang yang
membangun kenek-keneknya itu direkrut dari lingkungan
sekitar sini begitu juga kita merekrut bagian kemanan
satpam itu juga dari lingkungan sini seperti pemuda-
pemuda sini orang-orang sini begitu juga kita merekrutt
tenaga-tenaga kebersihan ini dari orang sini kita juga
merekrut supir-supir juga dari orang sini pembantu rumah
tangga yang membantu keluarga guru juga pembantu yang
menangani laundry yang menangani dapur, menangani
kantin nah itu orang-orang sini jadi kita memberdayakan
lingkungan nah karenanya mempunyai dampak positif juga
sehingga mereka merasakan disamping kita membutuhkan
tenaga mereka mereka juga mendapatkan manfaat dari
keberadan pesantren ini dan mereka juga merasa ikut
memajukan atau andil dan menjaga dari sisi kemanan
relatif lingkungan kita ini aman walaupun disekitar sini
kurang begitu aman seperti diluar tapi lingkungan di dalam
pesantren itu Allhamdulillah cukup aman dan mereka
merasa peduli dengan keamanan pesantren karena disini
tempat mereka berkiprah artinya kit saling membutuhkan
mereka, mereka juga membutuhkan bisa bekerja disini dan
hubungan kita dengan lingkungan itu cukup baik dan
secara berkala pesantren juga memberikan santunan untuk
lingkungan sekitar sini ketika momentum jelang ramadhan
momentum idul adha berkurban kita berkurban dan kita
berikan kelingkungan ini sehingga merekam juga
merasakan dampak positifnya”
Tanya: Di Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia ini ada
kegiatan Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
seperti halaqah, tahsin, tafhim dan pengajian untuk
santri secara keseluruhan, guna tujuan kegiatan
tersebut apa kiyai? Dan adakah pesan dakwah yang di
sampaikan terutama pada kegiatan pengajian bidang
Al-Qur’an dan contoh dari pesan dakwah tersebut
seperti apa kiyai kepada santri agar santri termotivasi
untuk menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ jadi ada halaqatul quran itu merupakan metode
mempelajari Al-Qur’an baik membacanya atau
menghafalnya atau memngulang-ngulangnya termasuk juga
memahaminya jadi untuk pelajaran-pelajaran Al-Qur’an
khususnya itu diberikan halaqahtul quran halaqah itu
artinya lingkaran sepuluh sampai empat belas orang santri
dipimpin oleh guru baik dalam proses membacanya secara
benar menghafal ayat tersebut menyetorkan hafalan sudah
dihafal kepada guru atau mempelancar hafalannya sampai
lebih baik maka dari halaqatul qur;an itu seperti tadi saya
katakan dia dari habis subuh sampai jam enam terus dari
zuhur mereka membaca sendiri terus dari setelah sholat
ashar sampai jam lima dan dari maghrib sampai lewat isya
mereka duduk dalam halaqahtul qur’an mereka
mempelajari Al-Qur’an jadi halaqatul quran itu ada tahsin
yaitu membaca yang benar kalau membaca sudah yang
benar baru ditingkatkan ke tahfidz cara menghafal Al-
Qur’an berbarengan denga tahfidz itu ada tafhim cara
memahami Al-Qur’an dan itu selalu diberikan ketik
halaqatul Qur’an semu santri wajib mengikuti halaqatul
qut;an semua proses belajar itu disampaikandalam
halaqatul qur’an maka untuk pemahaman Al-Qur’an atau
kajian Al-Qur’an ada programnya beragam ada kajian
tematik tentang tema apa itu dikaji oleh ustadnya tentang
quran sains jadi itu ilmu pengetahuan di dalam Al-Qur’an
bicara tentang biologi menurut AlQur’an bicara tentag
tumbuhan tentang mukjizat Al-Qur’an nah itu pesan utamya
adalah untuk menambah wawasan santri tentang qur’an
qur’an itu bukan hanya sekedar dibaca dipahami tapi dia
mengandung pelajarann ilmiah sains dan itu dikaji jadi
kalau untuk menghafal quran itu pesan-pesan dari spesifik
dari guru-guru quran dari buku panduan yang diantara
isinya motivasi apa pahala yang akan mereka dapatkan
atau nilai-nilai positif yang akan mereka dapatkan ketika
mempelajari Al-Qur’an itu disampaikan guru-guru Al-
Qur’an jadi kalau untuk memotivasi santri Al-Qur’an itu
dari guru-guru Al-Qur’an sesuai dari buku panduan yang
telah diberikan”
Tanya:Bagaimana pola komunikasi Kiyai kepada pembina
disini terutama kepada pembina di bidang pengajaran
Al-Qur’an yang selalu membina santri disini untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ jadi di yayasan ini kami selalu memberikan arahan dulu
masih di awal saya memberikan arahan langsung baik
kepada kepala sekolah dan guru-gurunya atau kepasa
pimpina pembinaan dengantimnya dan juga kepada kepala
sekolah kepala ta’lim quran musrif-musrif quran itu intensif
ya pekan kita berika tapi setelah pesantren ini besar sudah
ada regenerasi dan saya juga sudah tidak menjadi ketua
yayasan jadi sudah menjadi regenerasi tapi perhatian
kepada para guru para pembina para guru-guru quran itu
terus berlanjut dan juga ada guru berkomunikasi kepada
saya ketika berbagai kesempatan baik dalam rapat atau
jadwal rutin atau kajian pekanan saya selalu memberikan
arahan-arahann itu disamping arahan itu mereka
konsultasi itu kita layani sehingga kadang-kadang ada
problem sehingga ketika menghadapi problem tersebut
mereka berkonsultasi dan kita selalu welcome melayani
terkait dengan metedologi pengajaran dan problem siswa
dan lain sebagainya tapi dalam perjalanannya itu selalu
berlanjut dan saya sekarang saya sudah tidak lagi
menangani secara teknis untuk secara teknis karena peran
sebagai ketua yayasan saya sudah diganti oleh ketuanya
saya hanya sebagai anggota dewan pembina dengan
berjalannya waktutapi perhatian kepada santri dan guru-
guru terus berlanjut”
Pewawancara Narasumber
Firgi KH. Hasib Hasan. Lc
Pedoman Wawancara
1. Bagaimanakah awal mula sejarah berdirinya Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
2. Apakah visi dan misi dibangunnya Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
3. Bila dilihat dari keadaannya, seperti apakah sistem
pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor?
4. Sampai saat ini, siapa sajakah yang berperan dan memiliki
andil sebagai pengurus sekaligus pembina di Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia ini?
5. Selama perkembangannya, program apa saja yang hingga
kini dijalankan oleh Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an
Mulia Bogor
6. Apa saja yang ditekankan kepada santri dalam program
menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor?
7. Apa sajakah sanksi bagi santri ketika santri tidak dapat
menghafal Al-Qur’an sesuai target?
8. Bagaimana cara pihak Yayasan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Mulia Bogor untuk mengetahui ketika seorang santri
tidak bisa menghafal sesuai target?
9. Penyampaian/Komunikasi seperti apa yang disukai santri?
10. Komunikasi kelompok menggunakan metode seperti apa
yang diterapkan kepada santri dalam pembinaan menghafal
Al-Qur’an?
11. Bagaimana cara penerimaan untuk pembina Al-Qur’an di
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia?
Hari/Tanggal : Minggu/15 September 2019
Tempat : Ruangan Bidang Pengajaran Al-Qur’an
Responden : Ustad Sarmadan Rambe M.Pd.I
Jabatan :Mudir/ Pimpinan bidang pengajaran Al-
Qur’an Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor
Tanya:Bagaimanakah awal mula sejarah berdirinya Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
Jawab :“ya ini sebuah cita-cita besar ya dari pendiri yaitu KH.
Abdul Hasib Hasan beliau itu memang sudah lama di dunia
pesantren ya pengalamannya sudah banyak dari tahun 80-
an beliau sudah di pesantren, pesantren yang beliau buat
itu sebelum Darul Qur’an beliau melihat pesantren secara
umum di Indonesia itu, pesantren itu masih parsial artinya
hanya fokus di satu keilmuan saja lalu beliau bercita-cita
untuk pesantren yang potensi santri itu bisa dimaksimalkan
karakternya bagus, keilmuannya bagus kemudian Al-
qur’annya juga ada gitu, awalnya beliau sudah menyiapkan
lahan disini barulah mulai 2005 2006 mulai lah
pembangunan dan beliau itu kalau untuk pesantren itu tidak
ditinggalkan begitu saja, beliau berusaha menginap, di
pesantren dan anak-anaknya tinggal di pesantren yang
beliau buat”
Tanya: Apakah visi dan misi dibangunnya Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
Jawab:“pesantren ini kan dibuat untuk lembaga dakwah ya tadi
karena awal ingin mencapai cita-cita generasi Al-Qur’an
dan unggul di setiap potensinya sehingga visi lembaga itu
adalah menjadi lembaga dakwah agar memberikan bekal
kepada santri unruk menjadi da’i seperti itu intinya ingin
menjadikan santri bisa menjadi da’i dan da’iah”
Tanya:Bila dilihat dari keadaannya, seperti apakah sistem
pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
Jawab:“ya pendidikan formal sama seperti yang lain tidak
dikurangi seluru kurikulum dari diknas itu diterapkan
terutama yang di un kan gitu ya ada beberapa pelajaran
yang dihilangkan gitu ya agar muatan pesantren di muat
disitu sehingga memang sulit gitu kalau kurikulum diknas
itu dimasukan semua sehingga nanti porsi pesantrennya
gak dapet gitu hampir lima puluh lima puluh lah diknas dan
pesantren kalau tradisionalny ada kajian-kajian kitab dan
kalau kayak bahasa dan Al-Qur’an ya itu diluar jam formal
Tanya:Sampai saat ini, siapa sajakah yang berperan dan
memiliki andil sebagai pengurus sekaligus pembina di
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia ini?
Jawab:“ ya yang di secara struktural secara pengurus harian ya di
lembaga ta’limul qur’an emang orang-orang yang
berkualitas ya kayak ada hafalan yang bersanad dan
macam sebagainya gitu ya selain itu juga dibantu dengan
guru-guru yang lain apakah itu mahasiswa atau yang sudah
Strata satu gitu ya jadi memang mengurusi program Al-
Qur’an itu ya kita-kita disini tapi ya Kiyainya itu tidak
lepas tangan gitu karena itu yang disorot program Al-
Qur’annya gitu sehingga memang beliau punya perhatian
lebih katena memang beliau itu backgroundnya dari dulu
mengutamakan program Al-Qur’an dan beliau pernah
menjadi ketua Al-Qur’an pesantren di Indonesia gitu”
Tanya:Selama perkembangannya, program apa saja yang
hingga kini dijalankan oleh Yayasan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Mulia Bogor
Jawab:“ya yang sudah berkembang memang untuk akademiknya
jdi dorong agar lulusan pesantren DQ agar bisa
melanjutkan ke PTN atau PTS terfavorit gitu ya mau tidak
mau prosesny harus dibuat sekreatif mungkin guru-
gurunya juga SDM-SDMnya disiapkan bagaimana sesuai
jurusannya supaya santri-santri bisa masuk ke PTN atau
PTS yang terfavorit”
Jawab:Apa saja yang ditekankan kepada santri dalam program
menghafal Al-Qur’an di Yayasan Pondok Pesantren
Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor?
Jawab:“yang ditekankan ya target hafalan Al-Qur’annya ya,
targetnya itu di indikator dan keberhasilan santri itu
terutama bacaannya standar kayak kaidah tajwid kemudian
targetnya sesuai lembaga pesantren tapi buka hanya
mengejar target tapi kualitas hafalan Al-Qur’annya atau
lancara dan bisa diujikan 70% dari hafalannya di setiap
semesternya kalau misalnya hafalannya 10 juz ya, hafalann
10 juznya harus lancar dan harus di ujikan juga itu lah
yang di tekankan kepada santri dan tidakmkalah
pentingnya juga pemahaman santri tersebut terhadap Al-
Qur’an dalam rangka untuk membantu generasi-generasi
yang punya akhlaq mulia karena salah satu visi turunan
dari visi itu menjadikan santri itu menjadikan santri itu
menjadi santri soleh dan soleha salah satunya itu cinta Al-
Qur’an dan berakhlaq Mulia istilahnya punya imunitas”
Tanya :Apa sajakah sanksi bagi santri ketika santri tidak dapat
menghafal Al-Qur’an sesuai target?
Jawab:sanksi dari bidang Al-Qur;an itu dulu ada berupa materil
dan berupa tulisan ayat kalau materilnya itu berupa uang
setelah kita lihat tahun ketahun karena itu tidak efektif bagi
santri, sehingga santri itu kita hapus berupa materi, kalau
sanksi itu sekrang menulis Al-Qur’an dari juz 1 sampai juz
2 seperti itu”
Tanya:Bagaimana cara pihak Yayasan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Mulia Bogor untuk mengetahui ketika seorang
santri tidak bisa menghafal sesuai target?
Jawab:“ya kita pemantuannya berkala ya mulai dari anak- anak
guru-guru Al-Qur’an dan wakil bidang gitu ya kemudian
ada laporan yang tertulis perkembangan anggota
holaqohnya beserta santri setiap bulan kemudian
monitoring ujiannya persemester ujiannya bukan ujian tulis
tapi ujian lisan untuk hafalan Al-Qur’an”
Tanya:Penyampaian/Komunikasi seperti apa yang disukai
santri?
Jawab“ya yang kita lihat yang sudah dilakukan seperti motivasi ya
ke santri ya bisa banyak media atau cara motivasinya
bisanya berupa penghargaaan ngajak makan keluar itu
adalah pola komunikasi yang efektif untuk meotivasi santri
untuk agar mengahafal Al-Qur’an ya itu memang inisiatif
pembinannya sih, kalau kita sih ngasih gambaran umunya
aja kalau ada santri kurang bermotivasi coba di gali lagi
motivasinya, tdan juga ada motivasinya ke santri misalkan
kalau kamu bisa menghafal Al-Qur’an kamu bisa ikut
lomba”
Tanya:Komunikasi kelompok menggunakan metode seperti apa
yang diterapkan kepada santri dalam pembinaan
menghafal Al-Qur’an?
Jawab:“kalau disini ya secara perkumpulannya kita ada setiap
minggu ya ada kajiaan ya dari pimpinan dari kiyai pun
juga ada dan isi dari kajian itu untuk memotivasi santri
agar santri bisa menghafal Al-Qur’an”
Tanya:Bagaimana cara penerimaan untuk pembina Al-Qur’an
di DQ?
Jawab:”kalau calon gurunya itu mahasiswa sekaligus sekolah
disini itu lewat sekolah tingginya kalau secara normalnya
lewat HRD ya atau SDM untuk prosesnya itu bisa
mengajukan lanaran dulu setelah itu dibuat jadwalnya oleh
SDM seperti interview dan tes pos namanaya tes posisi
mengajarnya tapi yang selam ini diberlakukan itu kalau
untuk guru Al-Qur’an itu mayoritas itu dari jalur STIU ya
sekolah tinggi kalaupun ada lewat SDM pun mungkin dia
lamarannya itu belum syar’i ngajar mata pelajaran ulumur
syar’i apakah bahasa arab atau fiqih dan lain sebagainya”
Pewawancara Narasumber
Firgi Sarmadan Rambe M.Pd.I
Pedoman Wawancara
1. Sejak kapan ustad menjadi pembina Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
2. Awal mula usatd ke DQ bagaimana ceritanya ustad?
3. Sudah berapa lama ustad menjadi pembina?
4. Ustad dari pesantren atau dari universitas?
5. Cara memotivasi santri apa yang diterapkan dalam
pembinaan Al-Qur’an di DQ?
6. Metode seperti apa yang ustad terapkan dalam pembinaan
menghafal Al-Qur’an di Yayasan DQ?
7. Metode seperti apa yang ustad terapkan dalam pembinaan
menghafal Al-Qur’an di Yayasan DQ?
8. Tujannya halaqah, tafsir,tahsin dan tahfidz di Yayasan
Darul Qur’an?
9. Kapan saja ustad berkomunikasi kepada santri?
10. Metode komunikasi intrapribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
11. Kapan saja ustad berkomunikasi kepada santri?
12. Metode komunikasi antarpribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
13. Metode komunikasi antarpribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
14. Metode komunikasi kelompok seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
15. Metode komunikasi kelompok seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Yayasan
DQ?
16. Bentuk dan media komunikasi apa saja yang ustad gunakan
dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an?
17. Sarana dan prasana apa yang digunakan dalam proses
pembinaan Al-Qur’an di Yayasan DQ?
18. Menurut ustad pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan Al Qur’an di DQ?
19. Faktor penghambat apa saja yang ustad hadapi saat
berkomunikasi dengan para santri dalam pembinaan Al-
Qur’an?
20. Lalu apa yang ustad lakukan jika ada santri sudah mulai
bosan/jenuh ketika hafalan?
21. Zaman di era globalisasi sekarang ini sudah banyak orang
yang bekerja di bidang elektro lalu kenapa di pondok
pesantren ini yang diutamakan adalah penghafal Al-Qur’an
ada apa di balik cerita ini ustad?
Hari/Tanggal : Sabtu/19 Oktober 2019
Tempat: Masjid Raudhatul Jannah Yayasan Darul
Qur’an Mulia Bogor
Responden : Ustad Abdurrahman Arrozy M.Ag
Jabatan :Pembina Al-Qur’an/ Wakil Mudir bidang
pengajaran Al-Qur’an Yayasan Pondok
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor
Tanya:Sejak kapan ustad menjadi pembina Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:“saya pertama kali masuk ke DQ tahun 2009 dan pada saat
itu saya di amanahkan untuk memegang menjadi halaqah
Al-Qur’an”
Tanya: Awal mula usatd ke DQ bagaimana ceritanya ustad?
Jawab:“pertama di saat masuk DQ itu santrinya jumlahnya sangat
sedikit dan saat itu memang pesantren DQ sangat
membutuhkan guru atau sangat membutuhkan musrif Al-
Qur’an dan saat itu saya dipanggil oleh salah satu pembina
disini dan kemudian didatangi ke Lombok kemudian
ditemani sampai saat itu saya kebingungan apakah
mungkin saya menjadi guru Al-Qur’an karena saat itu saya
masih muda akan tetapi setelah dipikir hari demi hari saya
tertarik karena melihat perjuangan orang yang ada di DQ
sangat luar biasa sampai menjemput saya ke Lombok jadi
saya menerima tawaran tersebut menjadi guru Al-Qur’an”
Tanya: Sudah berapa lama ustad menjadi pembina?
Jawab:“sekarang saya usia di DQ itu sudah lebih 10 tahun dari
tahun 2009 sampai sekarang”
Tanya: Ustad dari pesantren atau dari universitas?
Jawab:“ saya dari pesantren , dari pesantren pertama dari SD
kemudian setelah itu lulus SD masuk ke Smp tapi smpnya
berbasis pesantren atau madrasah kalau sekarang disebut
dengan SMPIT lalu saya melanjutkan ke Aziziyah
kemudian saya menghafal disanadan Allhamdulillah saya
selesai di pesantren tersebut 6 tahun kemudian menghafal
Al-Qur’an juga sudah selesai disana kurang lebih 3 tahun
setengah untuk menghkahatamkan 30 juz kemudian saya itu
hijrah ke bogor ini ke pesantren darul qur’an mulia
mengajar setahun disini kemudin disuruh kulih oleh
kiyainya dan saat itu saya menempuh pendidikan di Jakarta
Selatan yang disebut dengan Ma’had An-Nuaimy pada saat
itu mencetak da’i nusantara dan pada saat itu saya
melanjutkan S2 nya di PTIQ Jakarta jurusan tafsir S1 nya
jurusan tarbiyah”
Tanya: Cara memotivasi santri apa yang diterapkan dalam
pembinaan Al-Qur’an di DQ?
Jawab:“ kalau saya menerapkan bagaimana cara anak-anak itu
memiliki semangat dalam menghafal yang pertama adalah
disaat mereka dalam keadaan susah atau dalam keadaan
galau atau dalam keadaan bosan itu saya memanggil satu
persatu santri kemudian mengajak keluar, mengajak
makan-makan, mengajak sharing keluar, masalahnya
sehingga menjadi bosan kemudian jadi galau kemduian
tidak bisa menghafal Al-Qur’an dan lain sebagainya dan
allhamdulillah saya menerapkan ini sudah cukup lama
terutama disaat anak-anak memang sangat membutuhkan
motivasi jadi disaat kita sudah memanggil satu persatu
seolah-olah mereka sperti diperhatikan”
Tanya: Metode seperti apa yang ustad terapkan dalam
pembinaan menghafal Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab: “metodenya anak-anak yang pertama kali anak-anak yang
ingin menghafal Al-Qur’an harus memiliki bacaan yang
bagus atau bisa dikatan dengan tahsin dan kalau anak yang
sudah memiliki tahsin yang bagus biasanya sangat mudah
atau sangat membantu mereka dalam menghafal Al-Qur’an
adapun santri yang belum bagus tahsin biasanya kami akan
meberikan kesempatan untuk memperbaiki bacaanselama
10 pekan”
Tanya: Tujannya halaqah, tafsir,tahsin dan tahfidz di Yayasan
Darul Qur’an?
Jawab:”tujuan halaqah yang pertama adalah ingin mencetak para
Al-Qur’an yang memiliki kualitas yang unggul dan memiliki
bacaan yang benar dan juga memiliki akhlaq yang mulia
karena dengan halaqah iniliah nanti mereka akan terbiasa
untuk berkumpul dengan orang-orang yang baik dan saling
memotivasi dengan baik atau memberikan kekuatan satu
sama lain dengan halaqah ini juga itu akan mengetahui
bagaimana kebutuhan mereka terhadap lingkungan yang
meberika motivasi kepada hafalan dia kepada kesuksesan
dia untuk masa depannya tahsin tujuannya adalah supaya
mereka hafal Al-Qur’an itu tidak salah dan juga mereka
terhindar dari sesuatu yang sering terjadi kepada penghafal
Al-Qur’an biasanya kalau penghafal Al-Qur’an itu tidak
memiliki hafalan Al-Qur’an yang bagis biasanya mereka
tidak akan mempunyai hafalan Al-Qur’an yang bagus kalau
tahfidz tujuannya pertama ingin menjadikan Al-Qur’an ini
sumber risalah mereka atau sumber menjadikan langkah
awal mereka menuntut ilmu karena dengan Al-Qur’an ini
mereka akan mendapatkan kemudahan untuk menutut ilmu
kedepannya dan kemudian supaya mereka memberikan
kebaikan kepada masyarakat umum”
Tanya: Kapan saja ustad berkomunikasi kepada santri?
Jawab:”yang pertama adalah komunikasi bagi saya itu sangat
penting tetapi yang pertama yang harus dilihat adalah
melihat kondisi anak tidak semua musrif atau guru harus
memiliki komunikasi yang harus dilakukan setiap waktu
tetapi dilihat kapan santri itu membutuhkan pencerahan
atau kalimat-kalimat atau taujih atau membutuhkan arahan
dari kita maka pada saat itulah saya datang kepada mereka
yang pertama disaat mereka sakit saya akan berusaha
hadir didepan mereka saat mereka galau atau bosan atau
disaat mereka membtuhkan motivasi karena santri
mempunyai karakter yang berbeda-beda ada kadang-
kadang santri yang membutuhkan kalimat atau taujih tetapi
mereka lewat saja maksudnya taujihnya itu kesannya tidak
berkesan bagi mereka kemudian ada pada saat itu santri
yang membutuhkan tapi ada disaat mereka dalam keadaan
galau kita harus datang disaat mreka mulai lemah, mulai
putus asa dan lain sebagainya”
Tanya: Metode komunikasi intrapribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:”pertama untuk menghafal Al-Qur’an ini harus ada
komunikasi yang baik dari gurunya bagaimana cara
membaca yang benar kehilmmudian guru harus mentalaqqi
terhadap apa yang akan dibaca oleh santri setelah dia
dibacakan oleh gurunya baru santri itu mengikuti setelah
dibacakan kemudian santri tersebut meninggalkan guru
tersebut untuk menghafalnya secara sendiri lalu apabila
ada kesalahan maka santri ini harus memperhatikan
dimana letak kesalahan yang dikasih tau oleh gurunya
kemduian harus memberi tanda atau memberikan lingkaran
kesalahan tersebut kemudin dia harus memeprbaiki secara
sendirinya”
Tanya: Metode komunikasi antarpribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:”metodenya dengan waktu yang sudah disediakan yaitu
pada waktu halaqah ya dan untuk waktu pembinaan itu
mereka lebih luang dari semua program yang ada tim
pembinaan itu memiliki waktu yang cukup banyak terhadap
santri-santri dan biasanya komunikasi tersebut dilakukan
setelah halaqah seperti santri-santri itu akan mulai
bertanya seperti bagaimana halaqah supaya lebih baikdan
bagaimana hafalan bisa lancar dan alin sebagainya “
Tanya: Metode komunikasi kelompok seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab: “ kita ada komunikasi secara keseluruhan untuk santri ya
itu itu perpekan, itu biasanya kita laksanakan pada setiap
sabtu malam ahad mereka itu berkomunikasi dengan
seluruh gurunya dan biasanya itu kita berbicara tentang
tafhim jadi guru itu berbicara kemudian santri-santri itu
bertanya kepada guru terhadap pelajaran yang terkait
dengan Al-Qur’an”
Tanya:Bentuk dan media komunikasi apa saja yang ustad
gunakan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an
Jawab:“ kalau disini kita ada menggunakan lab Al-Qur’an
kemudian secara individu kemudian baru secara halaqah
dan kalau lab tersebit juga khusus untuk santri-santri yang
baru yang memiliki bacaan yang masih lemah maka kita
akan menggunakan lab para syekh atau para qurra supaya
mereka bisa mendengarkan bacaan yang benar dalam
menerapkan hafalan yang benar”
Tanya: Sarana dan prasana apa yang digunakan dalam proses
pembinaan Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab:“dari sarana dan prasana cukup baik dan memadai untuk
membantu mereka menjadi orang-orang yang baik dan
tentu Allhamdulillah disini semua sarana sudah cukup
memadai lah ya pada kebutuhan di DQ ini
Tanya:Menurut ustad pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan Al Qur’an di DQ?
Jawab: “kalau pola komunikasinya itu biasanya kita lebih
menerapkan kepada pendidikan ya atau kepada tarbiyah
komunikasi kita sesuai dengan yang diajarkan Rasullah
pertama disampaikan oleh guru dan membuka pertanyaan
kepada santri-santri-santri kita”
Tanya: Faktor penghambat apa saja yang ustad hadapi saat
berkomunikasi dengan para santri dalam pembinaan
Al-Qur’an?
Jawab:“yang pertama adalah santri tidak serius untuk sekolah di
pesantren kendalanya adalah ketidak seriusan santri untuk
menghafal Al-Qur’an ini kendala yang paling berat ya
istilahnya dari perilakunya kemduian tidak ada dukungann
dari kedua orang tuanya biasanya ada santri itu tidak
serius tapi kadang-kadang santri tersebut didukung oleh
orang tua padahal dia tidak mau ke pesantren lalu ada
santri yang ingin di pesantren tapi tidak didukung oleh
orang tua kemudian ada santri yang memiliki motivasi
untuk sekolah dan memiliki motivasi dari orang tua tetapi
kadang-kadang ada IQ mereka itu ada yang berbeda-beda
ada yang mempunyai IQ yang sangat rendah kadang ini
menjadi kendala kami untuk mengelola bagaimana
menjadikan halaqah yang baik dan memiliki kualitas yang
baik kepada anak-anak dan juga penghambat saya
berkomunikasi kepada santri ya kurangnya akhlaq dari
santri seperti susah diarahkan seperti mereka meremehkan
guru kadang mereka lebih membanggakan diri dari pada
gurunya”
Tanya:Lalu apa yang ustad lakukan jika ada santri sudah
mulai bosan/jenuh ketika hafalan?
Jawab: “ kalau jenuh ya biasanya saya tanyakan ya kenapa dia
bisa jenuh, ya tidak beda jauh dengan yang tadi ya
biasanya saya datangi santri yang sedang jenuh tersebu
lalu saya berikan santri tersebut arahan dan nasihat ketika
santri tersebut mulai bosan dan jenuh untuk menghafal Al-
Qur’an
Tanya:Zaman di era globalisasi sekarang ini sudah banyak
orang yang bekerja di bidang elektro lalu kenapa di
pondok pesantren ini yang diutamakan adalah
penghafal Al-Qur’an ada apa di balik cerita ini ustad?
Jawab:“pertama walaupun ada keadaan perubahan zaman dan
kemudian kita lihat teknologi yang begitu canggih kenapa
kita memilih hafalannAl-Qur’an yang pertama karena
setelah mereka memiliki hafalan yang bagus kemudian
memahami Al-Qur’an biasanya mereka tetap terjaga disaat
mereka membuka internet seperti komunikasi-komunikasi
yang ada di facebook di youtube dan apa saja tentu mereka
akan menjaga-jaga dan berhati-hati mana yang akan
memberikan mereka manfaat dan mana yang akan
memberikan mereka mudhorat karena mereka sudah
mengetahui mana yang halal dan mana yang haram seperti
yang disyariatkan oleh islam”
Pewawancara Narasumber
Firgi Abdurrahman Arrozy M.Ag
Hari/Tanggal : Sabtu/19 Oktober 2019
Tempat: Masjid Raudhatul Jannah Yayasan Darul
Qur’an Mulia Bogor
Responden : Ustad Mustafa M.Pd
Jabatan :Pembina Al-Qur’an/ waka kedisiplinan
bidang pengajaran Al-Qur’an Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia Bogor
Tanya:Sejak kapan ustad menjadi pembina Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:“ kalau saya masuk, masuk awal itu 2011 nah 2011 itu
termasuk musrif Al-Qur’an dan musrif asrama juga nah
kalau saya membina atau bagian berinteraski dengan santri
disini itu sudah 4 tahun yang lalu jadi tahun ke- 5 sekarang
dalam pembinaannya”
Tanya: Awal mula usatd ke DQ bagaimana ceritanya ustad?
Jawab“ sebenarnya kalau saya masuk ke DQ awalnya tidak ada
niat Cuma ketika itu kan saya lulus ni kebetulan saya punya
saudara disni dan saya berkunjung nah kebetulan disinipun
lagi membutuhkan musrif jadi dia butuh musrif dan tes pun
saya tidak ada persiapan langsung dipanggil oleh mudirnya
mudirnya dulu bernama abdul ghani dulunya ustad abdul
ghani saya dites selesai di tes itu saya kembali lagi ke
pondok tempat saya semula seminggu setelah itu saya di
telepon untuk kembali kesini lagi itu asal muasalnya cuman
ketika saya lihat karena disini ada Al-Qur’annya dan
interaksi dengan adanya seminar Al-Qur’an yaudah
Bismillah dari itu saya 2011 udah masuk sini ya kalau
dihitung-hitung saya disini sudah 9 tahun”
Tanya: Sudah berapa lama ustad menjadi pembina?
Jawab:“ ya itu tadi saya disini lebih kurang sudah 9 tahun”
Tanya: Ustad dari pesantren atau dari universitas?
Jawab:“ saya dari pesantren, saya memang awalnya kuliah nih di
lombok di Kholid Bin Walid namanya itu di daerah lombok
sekolah disitu lalu pindah ke bogor namanya Islamic
Center Wadi Mubarrak nah sekarang saya kuliahnya di
PTIQ InsyAllah tahun ini wisuda”
Tanya: Cara memotivasi santri apa yang diterapkan dalam
pembinaan Al-Qur’an di DQ?
Jawab:“ ya kalau kita menerapkan Motivasi kepada santri itu
dengan disiplin diwaktu halaqah nah waktu halaqah ada
tiga waktu yaitu subuh, ashar maghrib nah kalau anak-
anak tidak disiplin seperti mereka tidur ketika selesai
halaqoh kan akan mnegurangi kedisiplinan mereka kan kita
waktu halaqah waktuny hanya 1 jam ya lalu ketiak anak-
anak setoran kalau dia tidur belum dapet 1 halamannya
otomatis hafalan yang saat ini akan tertunda sorenya
kalaupun sorenya dia bisa gitu makannya yang pertama ini
kita tanamkan kepada anak-anak itu disiplin terus supaya
dia itu untuk membaca Al-Qur’an itu mandiri tidak hanya
ditegur oleh guru gitu disiplin dan mandiri lah karena
disiplin itu memang harus sekali ditanamkan kepada anak-
anak disini”
Tanya: Metode seperti apa yang ustad terapkan dalam
pembinaan menghafal Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab: “ kalau kita disini ya kebanyakan metode talaqqi namanya
jadi anak-anak itu yang belum menghafal kita suruh baca
dulu ketika kita bacaan anak-anak nah kalau mereka
salah bacaannya kita benarkan nah sebelum anak-anak
itu menghafal kita talaqqi dulu supaya bacaan anak-anak
itu benar nah kadamg kita mengajarkan beginiloh cara
menghafal kita suruh anak-anak itu menghafal ayat per
ayat setelah mereka hafal ayat per ayat itu lalu sambung
ke ayat berikutnya nah dari ayat satu sampai dua
disambung lagi nah ayat ke tiga sendiri nah kalau sudah
hafal ayat tiga sambung dari ayat satu sampai tiga kita
menyarankan bisa diterapkan atau enggak jadi kan tetap
sebelum anak-anak menghafal itu kita talaqqi dulu agar
bacaannya benar dan intimya anak-anak itu sebenarnya
dalam metode menghafal secara umum itu mereka
memilih sendiri kalau pembina/guru hanya menyarankan
saja kadangkan guru menerapkan si A metode tahfidz
atau gabungan nah ketika anak itu kita pilihkan terus dia
tidak mampu itu akan beban bagi dia makannya kita
mengasih pilihan saja kalau misalkan tadi metode tahfidz
ya seperti mendengar membaca tanpa melihat dan
sebagainya dan kalau kita melihat metode anak-anak
untuk menghafal itu ya fleksibel mereka lihat mau ikut
cara ustadnya terserah jika tidak mau tidak menjadi
masalah karena kita tidak mewajibkan gitu dengan
metode yang ditentukan ustad masing-masing gitu, cuman
kembali lagi tadi kita pilhkan anak-anak gimana baiknya
kan seperti tadi sa a sampaikan ada yang menghafal ayat
per ayat ada yang menghafal dari satu sampai kebawah
kan itu beda-beda ada yang membaca 20 kali baru dihafal
dan sebenarnya kita ada modul ya untuk persamaannya
cuman kita kembali lagi ke anak-anak intinya tergantung
anaknya dan tidak bisa kita paksakan jadi misalkan di
pesantren ini menetapkan dengan metode ini jadi anak itu
belum cocok dengan metode yang diterapkan dengan
pesantren ini makannya ada pilihan-pilihan metodenya
dan juga ada santri dengan menghafal Al-Qur’an dengan
metode Sima’an yah jadi di simak dulu oleh temannya
sebelum ayat itu di setorkan kepada ustadnya tanpa ada
kesalahan bacaannya karean kalau misalkan santri salah
bacaannya makannya saya seuruh ulang lagi bacaannya
supaya hafalannya itu lengket kalau dia setor hafalannya
kacau bagaimana dia nanti muraja’ahnya kan kalau
misalkan anak-anak sudah selesai satu juz anak-anak itu
ada MKJ Muraj’ah terus seduah kenaikan juz lalu ada
UKJ nya ujian kenaikan juz”
Tanya:Tujannya halaqah, tafsir,tahsin dan tahfidz di Yayasan
Darul Qur’an?
Jawab:“kalau tujuan tahsin itu supaya bacaan mereka itu benar
sesuai dengan kaidah tajwid dan menyatukan, istilahnya
menyeimbangkan bacaan dari anak-anak itu walaupun
ada anak santri itu sudah punya hafalan kita tahsinkan
lagi yang kedua tahfidznya kenapa kita menyuruh dia
untuk menghafal karena kewajiban salah satu umat islam
yaitun menghafal Al-Qur’an, karena Al-Qur’an ini yang
akan menjadi teman kita memberikan kita syaf’at kepada
kita di yaumil kiyamah nanti itu salah satunya lalu tafsir
supaya kita memahami dari Al-Qur’an itu seperti ada
yang baca ayat tentang neraka tapi dia tidak sedih tentang
dari ayat tentang neraka nah jadi dari tafsir ini kita ingin
anak-anak itu paham dari apa yang dibaca dan di
hafalnya”
Tanya: Kapan saja ustad berkomunikasi kepada santri?
Jawab:“kalau komunikasinya saya secara umum ya kepada semua
santri, kalau secara umum ya kita sepekan sekali, pada
kegiatan halaqah juga kita menannyakan hafalan kepada
santri, kita menannyakan fleksibel terkadang kita lihat dulu
nih suasana halaqahnya kadang kita duduk di situ kita
duduk komunikasi karena adanya yang sekian itu did dalam
suatu halaqah itu tidak semuaya sama ada yang dua ada
yang tiga ada yang lebih di dalam suatu halaqah jadi
fleksibel jadi kalau masalah hafalan kan kita kalau tau
hafalan anak-anak itu secara umum kita sebulan sekali itu
ada laporan namanya laporan bulanan nah disitu ada total
muraja’ah anak ada total hafalan anak total kehadiran
yang tiga tersebut ada di situ nah jadi kita sebulan sekali
itu ada laporan nah bahkan laporan bulanan tersebut kita
sudah sepakati semua musrif itu bisa ngeshare ke orang tua
jadi laporan ke orang tua itu ada laporan ke kita pun ada
jadi keseluruhan kit tau semua hafalannya sebulan sekali ya
kalau fleksibelnya kita cek duduk di halaqah kita keliling ya
kalau yang keliling biasanya bagian strukturalnya”
Tanya: Metode komunikasi intrapribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:“ ya itu istilahnya kalau saya secara komunikasi
intrapibadinya kepada santri yaitu penugasan ya seperti
atau tambahan istilahnya seperti pemberian metode, kan
metode itu sangat banyak kadang anak-anak itu kita kasih
metode lalu dia membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
sendiri seperti metode tahfidz kadang saya bilang kamu
pakai metode tahfidz agar lancar dalam menghafal Al-
Qur’an dan ada juga ada anak-anak itu menghafal sendiri
dengan kenyamanan dia untuk menghafal dengan
sendirinya ya intinya persiapan mereka untuk muraja’ah,
mereka muraja’ah sendiri kan mereka harus ngejar target”
Tanya:Metode komunikasi antarpribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab :“kalau komunikasi secara intrpibadi kita tekan kan ya itu
diwaktu halaqah ataupun diluar jam halaqah kadang
kebanyakan bagi kita bersama misalkan si A jadi kamu
harus rajin lagi dalam membacanya karena dengan
membacanya mempermudah untuk membacanya misalkan
si B hurufnya yang kurang ni jadi ditekankan dalam huruf
itu misalkan si C kamu ni sebelum menghafal di baca yang
benar dulu bacannya cuman ada nanti anak-anak
menghafal cuman nanti harakatnya yang salah karena dia
tidak memperhatikan bagaimana dia membacanya itu
kadang kalau dia sudah hafal masih ada saja yang salah
hurufnya makannya itu ketika setelah halaqah kita cek dulu
bacannya seperti apa kalau ada kekurangannya mereka
harus perbaiki”
Tanya: Metode komunikasi kelompok seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:“sebenarnya secara umum tingkatkan bacannya ketika
halaqah karena diwaktu halaqah saya pribadi saya
mewajibkan tilawah 1 hari 1 juz karena apa, karena
kembali bahwa ketika anak-anak itu membacanya setiap
hari 1 juz sampai 30 juz nah nanti itu anak-anak akan
mengetahuinya oh bacannya begini dan dia akan
merasakan kenyamann ketika menghafal jadi mudah untuk
menghafalnya dan tadi kalau secara kelompoknya ya itu
tadi di halaqahnya ketika tidak ada yang setor kita panggil
kenapa tidak setoran apa alasannya, alasanya ngantuk ya
intinya saya tekankan di halqah itu muraja’ahnya di
tingkatkan lagi”
Tanya:Bentuk dan media komunikasi apa saja yang ustad
gunakan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an
Jawab:“ ya paling di depan itu ya kita komunikasi kepada anak-
anak itu kita secara umum saja ketika ada anak bermasalah
kadang saya tidak ini terkadang dalam sepekan itu bisa dua
sampai tiga kali tergantung kondisi jadi kita sampaikan
secara umum kita sampaikan bahwa ada bermasalah
mungkin ini jangan ada yang mengikuti dan lain
sebagainya jadi pentingnya komunikasi itu memang harus
terus kalau pun saya tidak menyampaikan secara umum
saya sampaikan kepada musrifnya tolong tangani anak ini
secara khusus itu paling kita pakai komunikasi itu kepada
santri”
Tanya: Sarana dan prasana apa yang digunakan dalam proses
pembinaan Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab:“ kita ada lab Al-Qur’an ketika anak-anak itu terutama
anak kelas tujuh ya kelas tujuh masih minim lah ya
bacaannya belum berpengalaman dalam artian jarang
mendengar jadi kita ada lab Al-Qur’an jadi adanya lab Al-
Qur’an agar anak-anak itu tau bacaan Al-Qur’an itu yang
bagus seperti apa cuman kita itu mengasih murattal untu
anak-anak itu di lab jadi di mendengarkan di lab itu
memakai headseat nanti anak-anak untuk
mendengarkannya”
Tanya:Menurut ustad pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan Al Qur’an di DQ?
Jawab: “kalau saya menerapkan pola komunikasi kepada santri itu
kalau saya di waktu halaqah setiap hari atau setiap selesai
halaqah saya kasih motivasi ada yang kurang targetnya
harus tercapai, ketika ada temannya lebih hafalannya lebih
jauh coba tanyakan sama teman yang hafalannya sudah
jauh supaya hafalannnya itubertambah dan yang kurang
hafalannya itu kita kasih motivasi terus supaya tidak kalah
sama teman yang hafalannya sudah jauh hafalannya tapi
kalau saya secara umum itu biasanya saya ngomong
secara umum sepekan sekali saya ngomong itu di depan
tapi kalau setelah selesai halaqah ya masing-masing atau
bisa setiap hari dan ada juga
Tanya: Faktor penghambat apa saja yang ustad hadapi saat
berkomunikasi dengan para santri dalam pembinaan
Al-Qur’an?
Jawab:“ ya penghambat santri itu tidur itu bukan hanya subuh pun
tidur ashar pu masih ada yang tidur nah itu yang
menghambat makannya di awal itu saya tanamnkan
kepada santri itu intinya disiplin kedua malas bisa di lihat
tadi santri-santri yang sering tidur itu orang yang inilah
bisa dikategorikan malas terkadang alasannya ke kamar
mandi itu lama sekali dan inilah alasannya dan Saat
kegiatan Al-Qur’an dia bermasalah dia jarang hadir dan
bahkan bukan hanya jarang hadir dia rajin cuman ditegur
oleh musrifnya tidak mau pokonya kalau ditegut tidak mau
setoran tidak mau ada kayak gitu pokonya istilahnya anak
itu tidak mau tau lah itu intinya semau-mau dia aja gitu
gak mau diatur”
Tanya:Lalu apa yang ustad lakukan jika ada santri sudah
mulai bosan/jenuh ketika hafalan?
Jawab:“ ya memang ada problem bosan itu pasti ada jadi emang
kepada anak-anak itu kita tanyakan yang pertama itu
bosannya dimana gitu terkadang anal-anak itu bosan
memang karena musrifnya itu yang bikin bosannya
terkadang kita heran juga kok bisa bosan dengan musrifnya
apalagi anak itu tidak pernah setor hafalan sering dihukum
itu tambah bosan kita ini cara kita menangani itu dengan
cara kita tanya dulu problem itu kenapa dia bosen itu
yang pertama kita tanyakan memang anak-anak itu bosan
karena musrif kadang anak itu berpendapat wah kadang
saya di anak tirikan istilahnya pilih kasihnya beda akhirnya
kayak yang sudah ada kita ada sp santri ketika ustadnya itu
nyuruh santrinya berdiri di tidak mau berdiri kalau pun dia
berdiri di tidak mau dalam istilahnya dia tidak taat dengan
pembinannya lah akhirnya anak itu kita panggil
problemnya apa dia bosen dengan ustad itu ketika itu kita
pindahanaknya, ketika anak itu anak itu sudah pindah
dengan yang lain kita tanyakan kamu mau ustad ke siapa
misalkan ke ustad yang si A oke kita kasih dengan ustad
yang ke A ketika melanggar lagi kita tidak akan pindahkan
anak itu kalau pun dia bisenataupun tidak kita tidak akan
pindahkan anak ini ketika itu nah itu secara kita menangani
anak kalau misalkan dia bosen kadang kalau dia belum bisa
dengan itu ya kita ajak ngobrol setiap hari kita panggil ke
kantor secara khusus gitu kalau pun dia belum bisa
menerima ya kita biarkan dulu dia di kantor kalau udah
bosen mau pindah atau gimana kalau mau pindah ya itu
tadi pindah ke ustad siapa kadang anak-anak itu melihat
temannya di ustad si A dia akan kesana maksudnya temen
dekatnya gitu tapi kalau tidak ada temannya disitu kalau
pun dipindah tidak mau anak-anak itu karena apa nanti itu
yang pertama ada kesempatan dia ngobrol ya kedua ya
yang positifnya bisa saling muraj’ah kalau yang
negativenya dia terkadang suka ngobrol, kan disini ada
kelas tujuh dan kelas delapan kan kalaupun disini kalau
saya bisa ngatasi lah ya anak-anak itu kalau anak-anak
saya tuh terkadang suka takut sama saya, jadi kadang guty
saya menerapkan ketika saya dalam keadaan tegas sayapun
tidak ada toleransi ya kalau di luar tugas saya panggil saya
ajak bercanda segala macam ya inilah komunikasi memang
sangat penting kadang hari ini saya hukum anaknya saya
pukul pakai sajadah lah ya karena dia tidur, dan sesudah
kegiatan talaqqi saya panggil yang anak tidur itu lalu saya
tanyakan kamu kenapa tidur dan disitu anak itu curhat anak
itu bilang dia tidak bisa tidur saya itu tidur jam sekian dan
juga ada yang bilang anak itu belajar nah justru ketika
saya menghukum anak itu justru yang lebih dekat dengan
saya karena itu tadi saya berkomunikasi dengan anak itu
ketika anak itu ada masalah dan juga ada orang tua itupun
dekat dengan saya orang tua santripun ada yang bertanya
seperti ini ustad bagaimana komunikasi ustad dengan anak
saya padahal saya bukan musrif kamarnya bukan usrif
halaqahnya tetapi kita panggil anak itu ada masalahnya
dan kita pun memberi tahu kepada orang tuanya kalau anak
ini ada masalah dan orangtuanya pun terus berkomunukasi
kepada kita tu gimana perkembangan anak-anak saya
ketika setelah dihukum dan saya pun menceritakan jadi ya
kalau anak-anaknya bermasalah langsung kita tangani
kalau berlarut larut itu susah nah saya pun menerapkan
disini ketika anak-anak itu tiga hari alfa itu saya panggil
supaya tidak larut lagi kenapa kok sepekan ini ada alfanya
saya tanyakan setelah saya kasih tau anak itu pun
menjawab seperti ini saya malas masuk ustad karena
ustadnya tidak pernah menghiraukan dan ada pun
ustadnya anaknya setor tidak diharaukan bisa dikatakan
tidak ada respect jadi apakah ustadnya tidk mau dengan
anak tersebut atau gimana ya atau sudah dibikin aturan
dan juga kita sudah bilang kepada musrifnya di setiap
halaqah kita suruh bikin jadwal dari misalkan dari
absennya dari setoran dan absen murajaahnya kalau belum
setor waktu muroja’ah dia setor dhafalan baru jadi seperti
itu aturannya jadi kita terapkan kepada setiap pembinannya
ketika waktu halaqah kita ada acuannya juga jadi tertib
halaqahnya itu ada jadi tinggal pembinananya untuk
menerapkannya”
Tanya: Zaman di era globalisasi sekarang ini sudah banyak
orang yang bekerja di bidang elektro lalu kenapa di
pondok pesantren ini yang diutamakan adalah
penghafal Al-Qur’an ada apa di balik cerita ini ustad?
Jawab:“ya disinilah bedanya Darul Qur’an ya jadi darul Qur’an
ini memperpadukan Al-Qur’an dengan sendnya itu salah
satunya bahkan anak-anak itu ba’da zuhur itu biasanya
mereka ada jadwalnya ke lab komputer jadi dia silahkan
anak itu bagusnya di bidang apasilahkan digeluti bidang
tersebut tapi tidak meninggalkan Al-Qur’an jadi kenapa
kita disini tu mengutamakan Al-Qur’an karena salah
satunya ya itu adalah pedoman hidup kita sebagaimana
muassofat kita disini tu ya cinta Al-Qur’an apapun
pekerjaan kita jangan sampaimkita meninggalkan Al-
Qur’an entah itu kita bekerjanya dibidang elektronik atau
dibengkel dan lain sebagainya tapi jangan kita tinggalkan
Al-Qur’an”
Pewawancara Narasumber
Firgi Mustafa M.Pd.
Hari/Tanggal : Senin/21 Oktober 2019
Tempat :Masjid Raudhatul Jannah Yayasan Darul
Qur’anMulia Bogor
Responden : Ustad Acep Ariyadi M.Ag
Jabatan :Pembina Al-Qur’an/waka tahsin dan
tahfidz Yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia Bogor
Tanya: Sejak kapan ustad menjadi pembina Al-Qur’an di
Yayasan DQ?
Jawab:“saya dari tahun 2012 menjadi pembina”
Tanya: Awal mula usatd ke DQ bagaimana ceritanya ustad?
Jawab :“ awalnya itu ajakan dari seorang teman dulu bareng
pesantren di depok yaitu baitul qur’an, saya dulu telah
selesai S1 di depok kemudian saya sempat pulang dulu
ngajar MI ya di bandung selama satu tahun kemudian
setelah itu saya diajakin teman ada peluang ngajar darul
qur’an ini kemudian saya ajukan lamaran dan
Allhamdulillah rejeki saya dan jodoh saya membina di
pesantren darul qur’an ini”
Tanya: Sudah berapa lama ustad menjadi pembina?
Jawab:“ saya disini ya kurang lebih sudah 7 tahun disini dari
tahun 2012”
Tanya: Ustad dari pesantren atau dari universitas?
Jawab:“saya dari dua-duanya dari pesantren, say dari pesantren
dan institut bukan universitas istilahnya STAI”
Tanya:Cara memotivasi santri apa yang diterapkan dalam
pembinaan Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab:“ kalau saya memotivasi santri dalam pembinaan Al-Qur’an
itu ada dua saya motivasi santri dari segi faktor zohir dan
bathin jadi kita bisa memotivasi santri menghidupkan
semangat santri itu memang kita harus sentuh itu tadi
secara zohir dan bathinnya kalau secara zohirnya
memotivasi santri dari segi apa ya dengan nasehat-nasehat
qur’aniyah berbentuk nasehat-nasehat qur’aniyah
kemudian kita kasih dia tugas-tugas, kasih untuk
mengekembangkan dia dengan lomba-lomba itu bagian
dari memotivasi santri supaya mereka memang termotivasi
untuk menghafalkan Al-Qur’an lagi terlebi dengan
program-program yang ada di darul qur’an mulia ini ya itu
sudah cukup bagus ya programnya ada MHQ ujian Al-
Qur’an ujian pekan muraja’ah dan lain sebagainya itu
sudah cukup lumayan bagus ditambah tadi saya memotivasi
santri dengan zohirya supaya memang mereka termotivasi
untuk lebih rajin lagi untuk menghafal Al-Qur’an supaya
hafalan itu lancar lalu dari bathinnya say coba mungkin
dari pendekatan persuasif kepada mereka bagaimana
supaya mereka selain mereka mencintai Al-Qur’an
dibarengi dengan Amal soleh yang lain karena tidak mau
hubungan Al-Qur’an dengan amalan soleh itu tidak dapat
untuk dipishakan seorang penghafal Al-Qur’an mungkin
dia hafal Al-Qur’an sementara akhlaqnya tidak baik dan
tidak beramal soleh istilahnya ada eror ada sesuatu yang
tidak baik gitu jadi seorang penghafal Al-Qur’an tadi dia
bagus secara bacaan dia juga rajin sholat beramal soleh
gitu kemudian saya memberikan pesan persuasif kepada
mereka one bye one person by person kepada mereka baik
itu secara one bye one person by person secara berjama’ah
juga bagaiman tumbuh rasa cinta Al-Qur’an itu bukan hany
sekedar cinta di dunia saja mereka hafal di dunia di dalam
otak mereka lancar dites itu tapi tapi bagaiman mereka
mampu menghafal Al-Qur’an itu menjadikan Al-Qur’an itu
kunci sebagai keberkahan dirinya”
Tanya:Metode seperti apa yang ustad terapkan dalam
pembinaan menghafal Al-Qur’an di Yayasan DQ?
Jawab:“metode saya sendiri saya mewajibkan kepada santri itu
setoran kepada saya satu hari satu halaman untuk
muraja’ahnya satu hari tiga halaman kalau mereka tidak
bisa mereka akan mendapatkan hukuman atau sanksi jadi
tergantung kalau dia tidak bisa nya kenapa ya ada sedikit
toleransi dan sebagainya tapi kalu tidak ada alasan mereka
akan mendapatkan sanksi dari saya”
Tanya: Tujannya halaqah, tafsir dan tahsin di Yayasan Darul
Qur’an?
Jawab:“ kalau tujuan halqah sudah jelas ya tujuannya untuk apa
namanya mencapai kurikulum dan visi misi pesantren
menjadikan anak-anak itu cinta Al-Qur’an, kalau tahsin itu
untuk memperbaiki bacaan lah ya jadi sebelum mereka
terjun ke kelas tahfidz kalau kelas tahsin ini hanya untuk
kelas tujuh dan sepuluh yang baru jadi yang dari luar
pesantren DQ ini ya mereka membawa latar belakang yang
berbeda backround yang berbeda ada yang dari SD MI
misalkan guru sebelumnya kayak gini gurunya jawa atau
segala macam lainnya itu kan berbeda, berbeda guru pasti
berbeda ajaran nah kita ingin ada menstandarkan dengan
tahsin DQ gitu jadi kita bina dulu biar bacaan santri di DQ
ini sama gitu, kalau tafsir tujuannya itu untuk membekali
mereka itu dalam memahami ilmu-ilmu Al-Qur’an ketika
mereka sudah memahami ya berharap lah mereka mampu
untuk mengamalkan”
Tanya: Kapan saja ustad berkomunikasi kepada santri?
Jawab:“ ya ketika saya sebenarnya jadi bagaimana menumbuhkan
rasa memiliki atau rasa jiwa kita sebagai seorang musrif
kalau disini musrif ya istilahnya guru Al-Qur’an atau
ta’alimul qur’an istilahnya mereka bukan sekedar
mengugurkan kewajiban semata yang masuk halqah-halqah
Al-Qur’an kemudian duduk pergi begitu saja kalau hanya
seperti itu anak-anak itu susah menjadikan mereka untuk
menjadikan anak yang sukses jadi bagaimana
menunduhkan kepada musrif Al-Qur’an itu supaya mereka
layakany itu orang tua yang mencintai anak-anaknya ya
seperti itu, istilahnya saya berkomunikasi bukan hanya di
dalam halaqah saja ya tapi juga diluar kegiatan halaqah
saya juga berkomunikasi kepada santri kalau misalkan
santri ada apa-apa diajak ngobrol, diajak makan bareng
kalau saya mendapati anggota halqah saya sepertinya si
fulan kenapa hafalannya ini tidak berkembang mulai macet-
macet setiap setoran kemungkinan ada masalah tulalu saya
panggil kadang saya selesaikan di halaqah maupun diluar
misalkan di tempat makan istilahnya supaya dia terbuka
untuk menceritakan masalahnya, dengan saya mengajak
santri untuk keluar seperti ngajak makan karena saya amati
dan rasakan metode seperti itu sangat efektif sekali karena
anak-anak itu akan mengeluarkan dan unek-uneknya gitu,
jadi tidak secara formal dipanggil kalau secara formal
istilahnya terlalu tegang bagi anak kadang juga santri itu
datang ingin curhat seperti kendala dalam hafalan”
Tanya:Metode komunikasi intrapribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an?
Jawab:“ kalau selain waktu subuh ashar dan maghrib itu inisiatif
mereka untuk membaca ya tapi kalau pas waktu yang tiga
tadi itu memang program kita, istilahnya membaca sendiri
dulu sebelum setoran hafalan ke saya kalau selain waktu
tiga tadi, itu bukan dari intruksi dari guru”
Tanya:Metode komunikasi antarpribadi seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an?
Jawab:“ kalau saya pribadi jika komunikasi secara langsung ke
santri jika saya mendaptkan santri kurangya motivasi
ataupun jarang setoran jadi timbul dulu masalah di
permukaan halaqah itu, istilahnya di halqah itu saya udah
mendeteksi gitu ya atau membaca anak ini udah jarang
setoran itu kan sudah timbul permasalahan dan mengetahui
santri yang ada bermasalah itu si A jarang maju atau b
jarang maju untuk setoran lalu saya panggil dan lalu saya
gunakan pendekatan-pendekatan komunikasi seperti saya
tanyakan kamu kenapa seperti itu”
Tanya: Metode komunikasi kelompok seperti apa yang ustad
terapkan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an?
Jawab:“ya kalau kelompoknya ya tadi kalau setelah setoran atau
halaqah saya berikan motivasi kepada anggota halaqah
saya”
Tanya:Bentuk dan media komunikasi apa saja yang ustad
gunakan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an
Jawab:“ media yang saya gunakan ya itu tadi jalan-jalan seperti
bentuk komunikasi saya kepada santri ataupun terkadang
untuk datang kerumah saya seperti ngaji bareng-bareng
seperti tasyakuran gitu”
Tanya: Sarana dan prasana apa yang digunakan dalam proses
pembinaan?
Jawab:“ kalau saya pribadi dalam pembinaan tidak memakai
sarana dan prasarana, paling hanya menginstruksikan
kepada mereka nanti kalau liburan kan kalu disini tidak
boleh membawa hp seperti saya bilang ke santri untuk lebih
memperbanyak memperdengarkan muratal aja saya kasih
rekomendasi ya disini ada lab Al-Qur’an ya tapi hany
digunakan bagi kelas tujuh dan delapan saja kalau untuk
jadwal lab Al-Qur’an untuk kelas delapan sampai dua belas
itu tidak ada jadwalnya “
Tanya: Menurut ustad pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan Al Qur’an di DQ?
Jawab:“kalau secara pola komunikasinya saya lebih yang ke
bareng-bareng kumpul-kumpul sama yang lain terutama
saya itu lebih sering untuk memberikan taujih ke Al-Qur’an
nan gitu ya setelah ba’da halqah itu ya meskipun durasinya
tidak begitu panjang ya istilahya kumpul dengan mereka
supaya iman mereka tersirami terus ya begitu juga kalau
menghafal kalau tidak disiram dengan motuvasi Al-
Qur’annya khawatir mereka akan layu gitu jadi saya
ngumpulin mereka itu kadang suka insentif gitu ya
seminggu berapa kali”
Tanya:Faktor penghambat apa saja yang ustad hadapi saat
berkomunikasi dengan para santri dalam pembinaan
Al-Qur’an?
Jawab“kalau prespektif saya pribadi yang pertama mungkin faktor
orang tua yang mana background orang tua sangat
mempengaruhi kita berkomunikasi dengan anak semakin
orang tua itu, profil orang tua itu misalkan high profil dari
segi ekonomi terutama dan posisi sosial gitu seperti dia
memiliki pangkat dan jabatan seperti jabatan anggota
dewan itu setidaknya agak menghambat kepada kita agak
sedikit canggung lah bagaimana kita dalam berkomunikasi
dengan anak tersebut kemudian faktor lain adalah
psikologis anak yang mana anak pribadi jika sedang
kurang mood meskipun anak tersebut memiliki masalah
saya berusaha tidak memanggil dan menasehati anak
tersebut dalam keadaan tersebut tapi saya mencari diwaktu
lain mencari dimana anak tersebut sudah tidak memiliki
masalah atau psikologinya tidak terganggu sehingga saya
bisa menyampaikan nasehat dan sehingga saya bisa
menyampaikan nasehat dan wajengannya kepada anak
tersebut supaya memang masuk dan didengar oleh anak
tersebut kemudian faktor teman-teman juga ya jadi kita
menyampaikan komunikasi itu tidak sedang beramai-ramai
seperti itu ya baiknya sendiri saja gitu dipanggil secara
personal sehingga kita bisa menyampaikan pesannya
secara efektif kepada anak tersebut”
Tanya:Lalu apa yang ustad lakukan jika ada santri sudah
mulai bosan/jenuh ketika hafalan?
Jawab:“ ya kalau ada santri yang bosan lalu saya beri motivasi-
motivasi terus pasti bosan juga jadi kita harus bervariatif
lah seperti itu bervariatif dalam mendidik anak ini
istilahnya jangan monoton saja pengajarannya contohnya
seperti kalau saya suka mengajak mereka lomba keluar
seperti lomba MTQ nah itu salah satu supaya mereka tidak
jenuh bukan berarti hanya motivasi saja tapi ada
aksioanlnya juga”
Tanya:Zaman di era globalisasi sekarang ini sudah banyak
orang yang bekerja di bidang elektro lalu kenapa di
pondok pesantren ini yang diutamakan adalah
penghafal Al-Qur’an ada apa di balik cerita ini ustad?
Jawab:“ sebenarnya ya pesantren ini tidak mengklaim ini
memfokuskan kepada Al-Qur’an makannya sebenanya
disini pesantren terpadu bukan mengistilahkan pesantren
Al-Qur’an ataupun ma’had Al-Qur’an karena harapan
dari pendiri pesantren disini tadi berharap santri
diharapkan selain mempunyai ilmu Al-Qur’an juga
memiliki skil-skil yang lain makannya di kita itu ada eskul
tekwondo karate dan lain sebagainya istilahnya ada
keseimbangan gitu ya antara ilmu di dunia dan akhirat
pesantren ini tidak mengklaimdirinya sendiri itu sebagai
pesantren qur’an cuman memang programnya lebih kesana
bobotnya tapi secara dalam programnya disini umum
general disini kita juga mempelajari ilmu yang tadi dan
kegiatan kamera dan lain sebagainya itu hari sabtu
istlahnya kalau hari sabtu sekolahnya hanya setengah hari
saja”
Pewawancara Narasumber
Firgi Acep Ariyadri M.Ag
Pedoman Wawancara
1. Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah di
Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia?
2. Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
3. Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang tua?
Apa alasannya?
4. Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar dan
subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
5. Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan hafalan
Al-Qur’an di DQ?
6. Menurut adik menanggapi teguran tersebut bagaimana?
7. Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an dan
setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an yang
adik hafal?
8. sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka adik
ketika menghafal Al-Qur’an?
9. Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh disaat
sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
10. Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
11. Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
12. Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa dan
waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-Qur’an
kapan saja?
13. Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
14. Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
15. Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Hari/Tanggal : Rabu/20 November 2019
Tempat : Asrama Putra
Responden : Davin
Jabatan : Santriwan Yayasan
Tanya: Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah
di Yayasan Pondok Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “nama saya Davin”
Tanya: Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ DQ itu seneng-seneng aja bisa bareng temen ya walapun
pertama kali ketemu sama orang baru itu sangat beda dan
suka nangis-nangis juga kak tapi ya ikutin alur aja seneng-
seneng sama temen dan bisa mandiri”
Tanya: Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang
tua? Apa alasannya?
Jawab: “kemuan sendiri pertamanya sih coba-coba doang tapi pas
udah keterima seneng kayak oh ni ada DQ nih karena
bagus si bisa menghafal Al-Qur’an”
Tanya: Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar
dan subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
Jawab: “ selalu ngikutin program ini pendapatnya sih kalau buat
subuh lumayan bagus karena waktu subuh itu kan waktu
bangun otak kan masih fresh jadi bisa ngafalin kalau ashar
biasanya kita pakai waktu murajaah mengulang hafalan
biar gak lupa kalau maghrib biasanya persiapan untuk
subuhnya kita baca-baca nanti pasa waktu subuhnya biar
lancar jadi kalau program ini baik dan bagus”
Tanya: Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan
hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “kadang-kadang ada kalau teguranya kayak di tagih gitu
hafalan Al-Qur’annya”
Tanya: Menurut adik menanggapi teguran tersebut
bagaimana?
Jawab: “ya terima-terima aja hafalan dari pembina”
Tanya: Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an
dan setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an
yang adik hafal?
Jawab: “ 3 juz dari belakang kalau setelah masuk DQ sudah 1 Juz”
Tanya: sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka
adik ketika menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ kadang sulit kadang enggak kadang kalau sulitnya itu
suka pusing mikirin orang tua kayak mikirin Al-Qur’an tapi
blom bisa mikirin Al-Qur’an kalau sukanya seneng kalau
bacaannya bagus sama lancar bisa fresh bisa fresh
bacaan“
Tanya: Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh
disaat sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ kadang dibantuin kak seperti motivasi gitu”
Tanya: Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
Jawab: “baik sih kak, karena pembina saya mencontohkan
mencontohkan jadi tauladan juga dan iniloh contohnya
bagian pembina kita bisa jadi hafidz Al-Qur’an saya juga
ingin menjadi hafidz Al-Qur’an dan juga mengmalkanya”
Tanya: Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
pembina untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ biasanya setelah halaqah pembina berkomunikasi setelah
halaqah kumpul dulu di jelasin satu-satunya apa nanti
dikasih tau itu secara keseluruhan atau perhalaqah
Tanya: Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa
dan waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-
Qur’an kapan saja?
Jawab: “ kalau biasa waktu halaqah kak, kalau waktu khsusus bagi
saya ya waktu subuh kalau subuh masih fresh ya dan pas
istirahat sekolah sama sebelum zuhur kaayak buat nurajaah
aja”
Tanya: Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab: “ketenangan hati aja sih kak”
Tanya: Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
Jawab:“Allhamdulillah ya ketika ba’da shubuh ke pembina kak,
tapi sebelum saya menyetorkan ke pembina saya minta
tolong kepada teman saya untuk menyimak hafalan saya
ada yang salah atau ennggak kalauu misalkan tidak ada
yang salah saya baru menyetorkannya ke pembina Al-
Qur’an”
Tanya :Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab:“ saya merasakan hidup saya makin tenang gitu adem dan
damai dan itu tidak bergantung sama barang elektronik
lagi kalau waktu kosong banyak bisa untuk menghafal Al-
Qur’an”
Tanya: Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ buat banggai orang tua si di surga karena itu kapan lagi
bisa banggain orang tua”
Pewawancara Narasumber
Firgi Davin
Hari/Tanggal : Rabu/20 November 2019
Tempat :Asrama Yayasan
Responden : Aqeel
Jabatan : Santriwan Yayasan
Tanya: Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah
di Yayasan Pondok Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ nama saya Aqeel”
Tanya: Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ Allhamdulillah nayaman bikin senang aja pokoknya “
Tanya: Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang
tua? Apa alasannya?
Jawab: “sendiri karena alasannya kalau masuk smp diluar
pendidikan adabnya kurang”
Tanya: Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar
dan subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
Jawab: “ iya selalu ngikutin, kalau program ini cukup berefek tapi
sayanya aja yang gampang ngantukan jadi sering
ketiduran”
Tanya: Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan
hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ ada kak”
Tanya: Menurut adik menanggapi teguran tersebut
bagaimana?
Jawab: “kalau ditegur merasa gak enak aja kalau ditegur”
Tanya: Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an
dan setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an
yang adik hafal?
Jawab: “ sebelum masuk DQ 1 juz kalau sudah masuk DQ nambah
1 juz”
Tanya: sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka
adik ketika menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “sulit kadang suka gak fokus kalaun sukanya pas
menghafal ayat yang gampang kalau dukanya kalau
memang lagi bener-bener males jdi susah buat ngafal”
Tanya: Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh
disaat sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “biasanya sih ada kak diajak sama pembina untuk curhat
aja kayak kamu gimana hafalannya atau kendala dalam
menghafal Al-Qur’an gitu kak”
Tanya: Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
Jawab: “ pembinanya baik dan ramah Allhamdulillah”
Tanya: Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
pembina untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “biasanya sih kalau gak konsen ditegur tapi kalau udah
tiga kali ditegur bisa di hukum juga”
Tanya: Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa
dan waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-
Qur’an kapan saja?
Jawab: “waktu biasa ya aktu halaqqah kak itu kak kalau waktu
khusus bagi saya yaitu biasanya ba’da zuhur kak habis
makan atau gak sebelum makan, atau gak sebelum tidur kak
tapi tergantung kitanya aja kak mau menghafal di waktu
khusus kapan”
Tanya: Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
Jawab:“biasanya sore kalau gak pagi, kalau pagi ba’da subuh kak,
kalau sore ya ba’da ashar kak pas halaqah”
Tanya: Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “buat banggain orang tua intinya buat membanggakan
keluarga
Tanya :Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab: “ lebih mudah memahami pelajaran kak, terus manfaatnya
jika sudah membaca Al-Qur’an tenang hati gitu kak”
Pewawancara Narasumber
Firgi Aqeel
Hari/Tanggal : Rabu/20 November 2019
Tempat : Asrama Yayasan
Responden : Hilmy
Jabatan : Santriwan Yayasan
Tanya: Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah
di Yayasan Pondok Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ nama saya Hilmy”
Tanya: Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ bagus, disini juga temannya baik-baik disini kak”
Tanya: Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang
tua? Apa alasannya?
Jawab: ““sebenanya kemauan diri sendiri, alasannya karena mau
menghafal Al-Qur’an sama mau menimba ilmu agama
dengan umum kak”
Tanya: Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar
dan subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
Jawab “ya kak selalu mengikuti, programnya bagus si kak”
Tanya: Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan
hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ ada kak”
Tanya: Menurut adik menanggapi teguran tersebut
bagaimana?
Jawab: “ menanggapinya langsung cepet-cepet ngafalin”
Tanya: Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an
dan setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an
yang adik hafal?
Jawab: “ sebelum masuk ke DQ baru juz ke 30 dan setengah dari
29 setelah masuk ke DQ juz satu surat Al-Baqarah”
Tanya: sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka
adik ketika menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “nggak kak, nggak sulit karena Allah menurunkan Al-
Qur’an ini untuk menghafal dan sudah di permudahkan
oleh Allah kalau ada orang yang bilang susah mungkin
dirinya sendiri yang sudah menghafal Al-Qur’an kak, kalau
sukanya menambah wawasan mengetahui tentang hukum-
hukum gitu kak soalnya mengahafal gitu kan enaknya baca
artinya juga lalu kita ngerti, kalau dukanya pas lagi susah
menghafal gitu kak dan ujian mungkin gara-gara banyak
maksiat jadi susah buat menghafal ka”
Tanya: Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh
disaat sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “pembina sih sedikit ngasih motivasi doang kak dan saya
juga kalau lagi jenuh saya pernah berkomunikasi juga ke
pembina kak untuk meminta solusi”
Tanya: Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
Jawab: “pembina Al-Qur’annya sih bagus dia tegas dari mulai
merhatiin hafalan kita terus menjaga kita sampai halaqah
bagus sih kak kalau menurut aku”
Tanya: Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ biasanya kalau tidur ditegur kalau becanda ditegur juga
kadang-kadang dilempar pulpen gitu kak”
Tanya: Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa
dan waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-
Qur’an kapan saja?
Jawab: ““ya waktu biasa waktu Halaqah kak yaitu 3 waktu kak,
kalau waktu khusus bagi saya tu biasanya habis zuhur kak
dari jam setengah satu dan sampai jam 2 terus kalau
sempat malam sekalian belajar juga itu mah kalau malam
tergantung aja sih kak sampai ngantuk aja”
Tanya: Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
Jawab:“ setoran hafalan ba’da subuh kak itu kalau gak sempet
ba’da subuh bisa ba’da ashar kak”
Tanya: Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ biar bisa orang tua bangga orang tua masuk surga kak”
Tanya: Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab:“ jadi kita tu tau cerita orang-orang terdahulu kita bisa
mengambil Ibrahnya kayak pelajaran nabi Musa dan Nabi
Ibrahim dan hukum-hukum kak, dan kalau kita pualng
kerumah nih jadi bisa berbagi ilmu juga sama orang tua
kak”
Pewawancara Narasumber
Firgi Hilmy
Hari/Tanggal : Rabu/21 November 2019
Tempat : Asrama Yayasan
Responden : Hafiz
Jabatan : Santriwan Yayasan
Tanya: Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah
di Yayasan Pondok Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ nama saya hafiz”
Tanya: Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ bagus fasilitasnya terjangkaun terus ustad-ustadnya
mendampingi dengan baik sekolahnya juga gak kalah lain
sama smp lain”
Tanya: Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang
tua? Apa alasannya?
Jawab: “kemauan sendiri kak alasannya pengen menghafal Al-
Qur’an kak ya sama memperbanyak ilmu kak”
Tanya: Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar
dan subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
Jawab: “ iya kak sering mengikutinya, ya programnya bagus dan
menjamin untuk menghafal Al-Qur’an kak”
Tanya: Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan
hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ ada kak menanggapinya bagus kak karena teguran
tersebut juga baik buat kita”
Tanya: Menurut adik menanggapi teguran tersebut
bagaimana?
Jawab: “menanggapinya bagus kak karena teguran tersebut juga
baik buat kita”
Tanya: Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an
dan setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an
yang adik hafal?
Jawab: “ juz ke 30 kalau setelah masuk DQ sudah 2 juz”
Tanya: sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka
adik ketika menghafal Al-Qur’an?
Jawab: ““ya sulit kak, kalau sukanya makan nambah dan dukanya
gak nambah sehari aja rugi gitu kak sama ketinggalan
sama temen juga hafalannya terus kalau misalkan salah nih
ayatnya pas nyetor halaman ya diualang lagi kak dari
awal”
Tanya: Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh
disaat sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “biasanya sih ngasih motivasi gitu kak kayak kamu tu
serius kalau ngafal qur’an kalau misalkan bosen yang
dipaksain aja ngafalnya”
Tanya: Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
Jawab: “Ace
Tanya: Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “biasanya setelah halaqah ada ngasih nasihat dan motivasi
gitu kak”
Tanya: Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa
dan waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-
Qur’an kapan saja?
Jawab: “ biasanya sih habis subuh kak, kalau asharnya muraja’ah
Al-Qur’an di ulang di ulang lagi hafalannya”
Tanya: Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
Jawab: “ biasanya sih habis subuh kak, kalau asharnya muraja’ah
Al-Qur’an di ulang di ulang lagi hafalannya”
Tanya: Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “biar terus menghafal jangan bosan dan bisa banggain
orang tua”
Jawab: Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab: “ biar tentang agama baik, dan bisa mengetahui ilmu juga
kak itu yang saya rasakan ketika menghafal Al-Qur’an”
Pewawancara Narasumber
Firgi Hafiz
Hari/Tanggal :Rabu/ 20 November 2019
Tempat : Asrama Putra Yayasan
Responden : Zayyan
Jabatan : Santriwan Yayasan
Tanya: Nama adik siapa dan sudah berapa lama adik sekolah
di Yayasan Pondok Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ nama saya Zayyan”
Tanya: Bagaimana menurut Adik tentang Yayasan Pondok
Pesantern Darul Qur’an Mulia?
Jawab: “ ya bagsu, ya membimbing gitu agar lebih mandiri dan
disiplin
Tanya: Adik Masuk DQ Kemauan Sendiri apa kemauan orang
tua? Apa alasannya?
Jawab: “kemauan sendiri kak, alasannya ingin menghafal Al-
Qur’an dan disini ada multitalenta juga ya kak tapi disini
bukan hanya Al-Qur’an juga tapi akademik juga ada dan
pengen memperbagus bahasa juga”
Tanya: Di DQ ada program unggulan hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan pada waktu halaqah yaitu zuhur ashar
dan subuh apa kamu selalu mengikutinya? Bagaimana
tanggapanmu tentang porgram ini?
Jawab: “ya kak selalu mengikutinya Allhamdulillah program ini
sangat membantu saya dalam menghafal Al-Qur’an”
Tanya: Apakah ada teguran jika adik tidak menyetorkan
hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “ ada kak kalau gak setoran disuruh berdiri setiap pagi”
Tanya: Menurut adik menanggapi teguran tersebut
bagaimana?
Jawab: “ ya memang itu kan rasa kasing sayang dari ustad”
Tanya: Sebelum masuk DQ adik sudah berapa hafal Al-Qur’an
dan setelah masuk DQ sudah berapa hafalan Al-Qur’an
yang adik hafal?
Jawab: “ 1 juz 3 surat setelah masuk DQ Allhamdulillah sudah
memasuki 3”
Tanya: sulit tidak untuk menghafal Al-Qur’an? Apa saja suka duka
adik ketika menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ya sulit gak juga kak selagi kita mau berusaha kak, kalau
sukanya ketika menghafal Al-Qur’an hati jadi adem gitu
kak, kalau dukanya kalau ngafal tu kadang ayatnta suka
ada yang kelewat aja”
Tanya: Apa saja yang dilakukan pembina ketika adik jenuh
disaat sedang jenuh menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ya pernah kak cuman nannya aja berapa hafalannya gitu
kak”
Tanya: Bagaimana menurut adik tentang pembina Al-Qur’an
disini?
Jawab: “baik aja pokoknya dan setelah halaqah ngasih motivasi
gitu”
Tanya: Biasanya, komunikasi yang seperti apa yang dilakukan
untuk program hafalan Al-Qur’an di DQ?
Jawab: “biasanya nasehatin dikasih motivasi setelah halaqah”
Tanya: Kapan saja adik menghafal Al-Qur’an di waktu biasa
dan waktu khusus waktu khusus adik menghafal Al-
Qur’an kapan saja?
Jawab: “kalau waktu biasanya sih kak ya waktu halaqah aja kak,
kalau waktu khusus bagi saya setelah sholat zuhur dan
habis makan kak, dan juga di ushaian juga harus bisa
menghafal kak kalau malamnya itu mentok jam 10 kak”
Tanya: Kapan saja adik menyetorkan hafalannya ke pembina?
Jawab:“ kalau saya biasanya kan nyetor sehari itu 2 atau 3
halaman pada pagi hari”
Tanya: Apa motivasi adik ketika ingin menghafal Al-Qur’an?
Jawab: “ agar bisa buktiin sama orang tua dan banggain juga”
Tanya: Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-
Qur’an?
Jawab: “ketenangan hati aja sih kak”
Pewawancara Narasumber
Firgi Zayyan
Pedoman Wawancara
1. Bagaimana pandangan umum Bapak tentang pesantren
masa kini?
2. Bagaimana Tanggapan Bapak tentang keadan pesantren
yang berada di Kabupaten Bogor
3. Idealnya pendidikan di pesantren seperti apa?
4. Pandangan bapak tentang Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia secara internal dan ekstrenalnya? dan yang bapak
ketahui tentang kurikulum di Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia?
5. Bagaimana pola komunikasi kiyai di pesantren secara
tupdwon dan button up?
Hari/Tanggal : Rabu / 27 November 2019
Tempat : Ruangan Kepala Seksi Pondok Pesantren
dan Diniyah Kabupaten Bogor
Responden : Drs H.A.Sihabuddin. MH.
Jabatan :Kepala Seksi Pondok Pesantren dan
Diniyah Kabupaten Bogor
Tanya:Bagaimana pandangan umum Bapak tentang pesantren
masa kini?
Jawab: “ ya pesantren itu bagian dari penyelenggara pendidikan
pendidikan pesantren ada yang formal dan ada yang non
formal tergantung dari pondok pesantrennya salah satu
pesantren yang menerapkan pendidikan yang formal berarti
termasuk pesantren khalafi tapi yang tradisonal yang salaf
itu adalah kebanyakan non formal untuk kondisi sekarang
pondok pesantren sama membutuhkan sistem menerapkan
pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat
sehingga outputnya bisa dimanfaatkan oleh bangsa dan
negara termasuk oleh masyarakat sekarang pesantren
menjadi harapan masyarakat dalam rangka membentuk
karakterdan berhasil pesantren itu pemebntukan karakter
penyumbangan kepada masyarakat dimana pondok
pesantren sekarang sudah menjadi tumpuhan masyarakat
kepada pondok pesantren jadi tetap masyarakat masa kini
dibutuhkan situasi dan kondisi sesuai dengan aturan yang
ada dan sekarang ada aturan yang baru UU nomor
18tahun 2019 tentang UU pondok pesantren tinggal
menunggu PP tinggal menuju ke MA dan tinggal juknisnya
sebab tanpa PP tanpa ke MA dan tanpa MA tidak akan bisa
mendorong bagaimana pondok pesantren yang diharapkan
sebab itu nanti akan masuk politikal anggaran”
Tanya: Bagaimana Tanggapan Bapak tentang keaadan
pesantren yang berada di Kabupaten Bogor?
Jawab: “pesantren di kabupaten bogor ya, pada prinsipnya sama
saja dengan kabupten-kabupaten yang lain ya ada
khalafinya ada salafnya dari data yang awal itu kurang
lebih dari 1338 mungkin bertambah setiap hari itu kan di
posisi data bogor itu Allhamdulillah pesantren yang
mungkin pada umunya masyarakat yang belum kenal
secara khusus pesantren muadalah kabupaten bogor itu ada
8 pondok pesantren 5 pesantren yang sudah mendapatkan
izin itu pondok pesantren muadalah padahal pondok
pesantren muadalah hanya 11 di jawa barat jadi yang
banyak ya di kabupaten bogor di kabupaten bogor di jawa
barat termasuk kabupaten bogor banyak pondok pesantren
tapi santrinya berbeda dengan yang di jawa, kalau dijawa
tidak terlalu banyak pesantren tetapi santrinya ribuan di
kabupaten bogor hanya pondok pesantren nurul iman yang
paling banyak santrinya sekitar 12.000 santri dan
pembelajarannya ya khalafi kali memudahkan pelajar
memanfaatkan pendidikann formal masuk kalau salaf
berarti berpacu kepada turos seperti memperlajari kitab-
kitab kuning ini dikabupaten bogor yang ada termasuk
sekarang ini lagi booming pondok pesantren tahfidz ini
yang ada dikabupaten bogor saya pikir ini positif ya untuk
membantu karakter masyarakat sehingga sudah ada hasil
penelitian bahwa jebolan yang tamat pesantren ini siap
dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk kepada program-
program pemerintah dan agar menjadi penyumbng karakter
yang baik untuk hal-hal yang menyangkut tentang harapan
masyarakat seperti itu keadaan pondok pesantren yang ada
dikabupaten bogor”
Tanya:Idealnya pendidikan di pesantren seperti apa dan
kurikulumnya?
Jawab: “ idelanya menurut saya sesuai dengan aturan yang ada
mungkin nanti akan dipatahkan oleh UU sehingga nanti
pondok pesantren itu disatukan oleh pejuan kemerdekaan
twntu wajar pondok pesantren punya hak mereka punya
harapan barangkali karena hanya pondok pesantren lah
untuk memperdalam melahitrkan kader-kader ulama,
kader-kader kiyai oleh karena itu harapan ideal jebolah
pesantren harus menghasilkan kiyai harus menghasilkan
ulama jadi kalau tidak menghasilkan kiyai dan ulama berati
pondok pesantren gagal itu idelanya bahkan kitab kuning
kitab turos termasuk barangkali pesantren juga mampu
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepada
dunia digital dunia IT supaya tidak ketinggalan dan kitab
kuningnya juga tidak ditinggalkan sehingga hal
menyamgkut tentang ciri khas pesantren tetap ada tapi
dunia harus diimbangi tentang itu kalau kurikulumnya tadi
ada salaf ada khalaf ada muadalah kalau khalaf berpacu
kepada pendidian formal yang digabungkan dengan
pesantren tapi kalau salafnya adalah kitab kunignya
turosnya sehingga dipacu dengan Itnya kemudian
pesantren yang muadalah adalah turosnya harus tetap
jalan tapi disi;plin bahasanya juga masuk kemudian
disiplin dan ada keterampilan yang menyangkut tentang
tero-teori pramuka dan teori-teori yang berkenaan dengan
masyarakatakan pesantrenn yang ideal itu punya ciri khas
masing-masing di pondok pesantren ini”
Tanya: Pandangan bapak tentang Pesantren Terpadu Darul
Qur’an Mulia secara internal dan ekstrenalnya
Jawab: “ kalau dilihat penyelenggaraaan pondok pesantren saya
pikir cukup bagus karean ada pondok pesantren yang ada
di kabupaten bogor yang menyelenggarakan tentang
kegiatan pondok pesantren seperti turosnya dan juga
tahfidznya termasuk pendidikan formalnya malah pondok
pesantren itu juga untuk mengakomodir kebutuhan santri
seperti ada kolam renangnya karena orang tuanya ya
dikarenakan santru tidak bisa kemana-mana dan dari sisi
SDM cukup bagus menurut saya saya pernah berkunjung
dan mengadakan breafing dengan guru-guru dan ustad dan
uztadzahnya tapi banyak yang jebolan dari luar juga dan
menjadi harapan masyarakat dari mesir dari PTIQ
kemduian dari luar juga banyak itu menurut saya bagus
darul quran itu dan inshAllah barangkali ada lulusan dari
darul quran mulia untuk mengembangkan pondok
pesantren karena di tahfidznya ya kalau secara ekternalnya
ya saya juga kurang tau ya, dikarenakan pantauan saya
terbatas ya tapi yang saya tahu sepeerti kegiatan-kegiatan
yang ekstrakulikulernya banyak yang mendukung terhadp
pengembangan santri saya pernah berbicara dengan
pimpinannya jadi itu bagus barangkali sehingga harapan
masyarakat bisa masuk kepada kondisi jebolan pesantren
minimal muncul sebagai ustad atau kiyai termasuk
harapan-harapan yang lain”
Tanya: Bagaimana pola komunikasi kiyai di pesantren secara
tupdwon dan button up?
Jawab: “ ya kalau secara tupdwon dan button up biasanya
dipondok pesantren kan doktinya tinggi tapi sekarang
sudah mulai sistem yang dibangun kalau doktiinnya
kemudian buttonupnya tinggin nanti kadang-kadang
regenerasi ya terbatas sudah tidak ada kiyainya siapa
yang meelanjutkan tapi kalau sistem yang dibangun mau
anaknya mau siapapun pesantren modern umumny seperti
itu dan sehingga harapan-harapan yang menyangkut
tentang situasi dan kondisi bisa menimbangi kondisi-
kondisi kalau sistem yang dibangun tapi kalau itu juga
barangkali tetap button up dan tupdwon juga berjalan tapi
persentasinya terbatas banget ya pesantren-pesantren
modern umunya sistemnya seperti pesantren tradisional
umunya button up ya karena figur kiyai tetap ya dan masih
dibutuhkan kaya dijawa-jawa itukan nah kanbuapten bogor
barangkali yang menyangkut masalah hal seperti itu masih
ada tapi dengan dipatahkan dengan sistem inshallah
barangkali sebab kedua itu penting tupdwon dan buttonup
karena ada juga saya lihat pondok pesantren tradisonal itu
semua ngajar harus kiyai padahal terbatas jadi kiyainya
tidak bisa keluar karena penuh dengan mengajar sehingga
kondisi dengan hubungan dengan masyarakat terbatas
padahal kiyai adalah milik masyarakat milik santri milik
lingkungan tapi ketika sistem yang dibangun
Allhamdulillah itu ringan jadinya tapi ketika sistem itu
tidak dibangun kiyainya pastinya lelah ya intinya
regrenerasinya harus jalan”
Pewawancara Narasumber
Firgi Drs H.A.Sihabuddin. MH.
Lampiran. 3
SURAT
Lampiran. 4
DOKUMENTASI
Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia
Bogor
Pembina Bidang Pengajaran Al-Qur’an disaat memberikan
Motivasi membaca Al-Qur’an kepada santriwan setelah usai
shalat Isya
Pembina Al-Qur’an memberikan Pemahaman Al-
Qur’an kepada santriwan setelah usai shalat Maghrib
Kegiatan santriwan kelas 7 sedang Menghafal Al-
Qur’an
Kegiatan Santriwan disaat menyetorkan hafalan kepada
pembina Al-Qur’an.
Kegiatan santriwan disaat pembina Al-Qur’an memberikan
arahan serta motivasi setelah kegiatan halaqah
Peneliti Foto Bersama Dengan KH. Hasib Hasan Sebagai
Pendiri Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an
Mulia Bogor
Peneliti foto bersama ustad Sarmadan Rambe M.Pd.I sebagai
Mudir (Pimpinan) bidang pengajaran Al-Qur’an Yayasan
Darul Qur’an Mulia
Peneliti Foto Bersama dengan ustad Abdurrahman Arrozy
M.Ag pembina Al-Qur’an/Wakil Mudir bidang pengajaran Al-
Qur’an Yayasan Darul Qur’an Mulia
Peneliti foto bersama ustad Mustafa Mp.d
sebagai pembina Al-Qur’an/Waka kedisiplinan bidang
pengajaran Al-Qur’an Yayasan Darul Qur’an Mulia
Peneliti foto bersama ustad Acep Ariyadri M.Ag sebagai
pembina Al-Qur’an/Waka tahsin dan tahfidz bidang
pengajaran Al-Qur’an Yayasan Darul Qur’an Mulia
Peneliti foto bersama dengan santriwan kelas 7 Yayasan
Pondok Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia Bogor
Peneliti Foto Bersama dengan Drs. H.A. Sihabudin M.H.
Sebagai Kepala Seksi Pendidikan Dinyah dan Pondok
Pesantren Kabupaten Bogor