poikilositosis

23
POIKILOSITOSIS (Kelainan Bentuk Eritrosit) OLEH : KELOMPOK 1A NI NYOMAN MELINDAWATI P07134013002 NI MADE INKI ARIANTI P07134013004 NI KADEK SUCAHYANINGSIH P07134013006 I KADEK BUDI ASTAWAN P07134013008 NI WAYAN NIA ARISKA P P07134013010 NINGSIH ASRIAH P07134013012 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: nia-ariska

Post on 10-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Page 1: POIKILOSITOSIS

POIKILOSITOSIS

(Kelainan Bentuk Eritrosit)

OLEH :

KELOMPOK 1A

NI NYOMAN MELINDAWATI P07134013002

NI MADE INKI ARIANTI P07134013004

NI KADEK SUCAHYANINGSIH P07134013006

I KADEK BUDI ASTAWAN P07134013008

NI WAYAN NIA ARISKA P P07134013010

NINGSIH ASRIAH P07134013012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2015

Page 2: POIKILOSITOSIS

I. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Mahasiswa mampu memahami teknik serta cara melakukan pemeriksaan

sediaan Hapusan darah tepi.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pada sediaan Hapusan darah tepi.

2. Mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk sel darah merah yang abnormal

(Poikolositosis).

II. METODE

Metode yang digunakan dalam praktikum pengamatan sediaan apusan darah tepi

Poikilositosis ini adalah Indirect Preparat

III. PRINSIP

Sediaan apusan darah diletakkan diatas meja preparat dan diamati dengan mikroskop

binokuler pembesaran objektif 100x dengan penambahan oil imersi. Pengamatan

dilakukan pada counting area.

IV. DASAR TEORI

4.1 Tinjauan Umum Tentang Darah

Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai

sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-

zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya.

4.2 Komponen Cairan

Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian

besar mengandung garam-garam terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma

adalah albumin. Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein

pembekuan

Plasma juga mengandung hormon-hormon, elektrolit, lemak, gula, mineral dan

vitamin. Selain menyalurkan sel-sel darah, plasma juga:

- merupakan cadangan air untuk tubuh

- mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh darah

- membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh.

Page 3: POIKILOSITOSIS

Bahkan yang lebih penting, antibodi dalam plasma melindungi tubuh melawan

bahan-bahan asing (misalnya virus, bakteri, jamur dan sel-sel kanker), ketika protein

pembekuan mengendalikan perdarahan. Selain menyalurkan hormon dan mengatur

efeknya, plasma juga mendinginkan dan menghangatkan tubuh sesuai dengan

kebutuhan.

4.3 Komponen Sel. 

1. Sel darah merah (eritrosit).

Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam

keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah

mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari

paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk

membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan

diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

2. Sel darah putih (leukosit).

Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk

setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama

untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk

menghasilkan antibodi.

a. Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-

granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan

infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2

jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil

bersegmen (matur, matang).

b. Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan

terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan

limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma).

c. Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan

imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.

d. Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon

alergi.

e. Basofil juga berperan dalam respon alergi.

Page 4: POIKILOSITOSIS

3. Platelet (trombosit).

Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel

darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah

untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami

perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit

akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang

membantu menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Pada saat yang

sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan.

4.4 Eritrosit

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm3 darah

terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah

yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit

manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal

tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti (Widayati, dkk, 2010).

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin

(Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin

mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan

tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paru-paru terjadi reaksi antara hemoglobin dengan

oksigen. Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah (Widayati,

dkk, 2010).

4.5 Struktur Eritrosit

Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari

air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan

substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Eritrosit

mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan

dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan

keseluruh bagian tubuh. Seperti halnya sel-sel yang lain, eritrositpun dibatasi oleh membran

plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang

dikandungnya tetap didalam (Iqbal, 2012).

Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengungkapkan

berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat

kedewasaan eritrosit dapat berbeda dari normal. Eritrosit normal mempunyai bentuk

Page 5: POIKILOSITOSIS

bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit

kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen

warna merah berupa hemoglobin (Widayati, dkk, 2010).

Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih

pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan normal

bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan eritrosit

normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai bagian pinggir yang

kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila

bagian tengah yang memucat menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik (Iqbal,

2012).

4.6 Pembentukan Eritrosit

Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang

selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari.

Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk.

Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke

dalam sirkulasi darah

Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak

darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat

mengganggu pembentukan eritrosit.

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat

embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis.

Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar

sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa

eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka

produktivitas sumsum tulang semakin turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di

sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit

(pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel

darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama

dalam limfa dan hati.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai

protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk

dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi

Page 6: POIKILOSITOSIS

bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang

dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam

hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen

biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan

limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada

200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah

eritrosit secara keseluruhan (Iqbal, 2012).

Gambar eritrosit normal

4.7 Kelainan Eritrosit

Kelainan eritrosit terdiri dari tiga jenis yaitu kelainan bentuk (poikilositosis), kelainan

ukuran ( anisositosis) dan kelainaan warna eritrosit.

A. Kelainan Bentuk Eritrosit (Poikilositosis)

Poikilositosis ialah keadaan dimana populasi eritrosit tampil dengan bentuk yang

bervariasi. Biasanya poikilositosis bersamaan dengan anisositosis. Meningkatnya

poikilositosis sering menunjukkan adanya kelainan eritropoiesis yang disebabkan oleh defek

sumsum tulang atau kelainan destruksi eritrosit. (Anonim,2013)

Dalam situasi normal, suatu poikilositosis merupakan penuaan eritrosit yang sejalan

dengan kekuatannya. Sebagian kecil dari membrannya terkelupas. Dalam situasi yang

abnormal, poikilositosis menjadi sedemikian nyata sehingga eritrosit berbentuk tetesan

airmata ("teardrops"). (Anonim,2013)

Page 7: POIKILOSITOSIS

Suatu sampel dikatakan poikilositosis apabila dalam sediaan apus ditemukan

bermacam – macam bentuk eritrosit. Poikilositosis ditemukan pada: (Anonim,2012)

1. Anemia yang berat disertai regenerasi aktif eritrosit atau hemopoesis ekstrameduler

2. Eritropoesis abnormal (anemia megaloblastik, leukemia, mielosklerosis,dll)

3. Dekstruksi eritrosit di dalam pembuluh darah (anemia hemolitik)

Macam – macam bentuk eritosit yang termasuk dalam poikilositosis antara lain:

1. Akantosit

Akantosit adalah eritrosit yang pada dindingnya terlihat tonjolan-tonjolan sitoplasma

yang runcing dan tersebar tidak merata di permukaan sel. Sel ini bisa dilihat pada

abetalipoproteinemia, sirosis hati, anemi hemolitik, dll. Mikroskopis sel ini adalah:

a. Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma runcing

b. Bentuk tidak teratur seperti duri

c. sitoplasma tampak tidak berwarna pucat

d. ditribusi normal tidak ada

2. Burr cells/Echynosit

Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang teratur. Sel biasanya bikonkaf dan distribusi

dalam darah normalnya tidak ada. Sel ini berbeda dengan crenated cell. Diakibatkan kadar

ureum tinggi (GGK). (Quintana,2012)

3. Sperosit

Sel ini adalah eritrosit yang tidak lagi berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya bulat

(sferik) dengan diameter kurang dari 6 µm. Dengan kata lain, volume sel berkurang sedang

dindingnya menjadi lebih tebal. Oleh sebab itu pada sediaan apus sel ini tampak tidak

memiliki akromia sentral dan warna lebih atau sangat gelap dari warna normalnya, disebut

mikrosperofit hiper kromik. Kelainan bentuk sel ini terjadi karena terganggunya fungsi

membran sel. Walaupun gangguan ini dapat disebabkan oleh banyak hal tetapi sperositosis

sering dijumpai pada kelainan bawaan sperositosis herediter dimana terjadi kemacetan dalam

mekanisme "sodium pump"nya, gangguan lain adalah "immuneinduced hemolysis".

(Anonim,2013)

Mikroskopis : (Anonim, 2013)

a. ukuran kecil sekitar 3-4µm

b. Tampak pula eritrosit normal ukuran 7-8µm

Page 8: POIKILOSITOSIS

c. dengan sitoplasma pucat

4. Sel target

Eritrosit dengan permukaan luas, bundar, tengahnya menonjol sehingga tampak lebih

gelap dikelilingi daerah pucat. Bentuk seperti mangkok kecil. Distribusi dalam darah > 2 %

5. Sel bulan sabit ("sikle") 

"Sickle cell" adalah eritrosit yang bentuknya seperti bulan sabit atau clurit. Kadang-

kadang bervariasi berupa lanset huruf  “L”, “V”, atau “S” dan kedua ujungnya lancip. Sel ini

dapat dijumpai pada "sickle cell disease", atau hemoglobinopati lainnya. Terjadi oleh karena

gangguan oksigenasi sel. Ditemukan pada penyakit-penyakit Hb-pati seperti Hb S dan lain-

lain (Quintana,2012).

6. Creanated cell

Creanated cell adalah eritrosit yang kelihatan dengan dinding "bergerigi" karena

adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma yang tumpul dan tersebar merata dipermukaan sel,

Umumnya terjadi karena kesalahan teknik dalam pembuatan sediaan apus. (Quintana,2012).

7. "Teardrop cell"

Teardrop cell adalah eritrosit yang bentuknya seperti tetesan air mata atau kelihatan

seperti buah "pear", dapat dijumpai pada thalasemia,mielofibrosis,dll. Distribusi dalam darah

< 5 %. Kelainan di dapat pada pasien Mielofibrosis (Quintana,2012).

8. Ovalosit/eliptosit

Ovalosit atau elliptosit adalah eritrosit berbentuk lonjong, misalnya dilihat pada

ovalositosis herediter. Bentuk sangat bervariasi seperti oval, pensil dan cerutu dengan

konsentrasi Hb umumnya tidak menunjukkan hipokromik. Hb berkumpul pada kedua kutub

sel. Ditemukan pada:

a. Elliptositosis herediter ( 90 – 95% eritrosit berbentuk ellips)

b. Anemia megaloblastik dan anemia hipokromik (gambaran elliptosit tidak > 10%)

c. Elliptositosis dapat menyolok pada mielosklerosis (Quintana,2012)

Page 9: POIKILOSITOSIS

9. Stomatosit

Khas kelainan sel ini pada sitoplasmanya dimana tampak daerah kepucatan pada

sitoplasmanya. Distribusi dalam darah tepi < 5% dari eritrosit normal. Jumlahnya biasanya

sedikit apabila jumlahnya banyak disebut stomatositosis. Pada stomatosis herediter tampak

sel ini lebih banyak tersebar. Pada mikroskop elektron tampak sel seperti mangkok. Sentral

akromia eritrosit tidak berbentuk lingkaran tetapi memanjang seperti celah bibir mulut.

Jumlahnya biasanya sedikit apabila jumlahnya banyak disebut stomatositosis. (Anonim,2013)

B. Kelainan Ukuran Eritrosit (anisositosis)

Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di

dalam suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi). Anisositosis tidak menunjukkan suatu

kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan

ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apus darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada

anemia mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi

(Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama, 1996).

Kelainan eritrosit berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi:

1. Makrosit

Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm( lebih besar dari inti limfosit matur). MCV

lebih dari normal dan MCH biasanya tidak berubah. Terjadi karena pematangan inti eritrosit

terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalah

karena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan

meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia

megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan

retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan (Anonim, 2011).

Gambar makrosit ( yang ditunjuk anak panah putih)

Page 10: POIKILOSITOSIS

2. Mikrosit

Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm (lebih kecil dari inti limfosit matur) biasa

disertai dengan warna pucat (hipokromia). Pada pemeriksaan sel darah lengkap didapatkan

MCV yang rendah. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan

defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure

hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia

megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi (Anonim, 2011).

Gambar mikrosit

C. Kelainan Warna Eritosit

1. Hipokrom

Hipokromia dalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb kurang dari normal

sehingga sentral akromia melebar  (>1/2 sel) dan terjadi penurunan warna eritrosit yaitu

peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Pada

hipokromia yang berat lingkaran tepi sel sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk

cincin (anulosit). Distribusi normal sel ini adalah 10 % dalam darah. Hipokromia ditemukan

pada:

a. Anemia defesiensi fe

b. Anemia sideroblasti

c. Penyakit menahun(mis. Gagal gunjal kronik)

d. Talasemia

e. Hb-pati (C dan E)

Page 11: POIKILOSITOSIS

Gambar : kelainan eritrosit hipokrom

2. Polikrom

Eritrosit polikrom adalah eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal.

Polikromasi suatu keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada preparat

sediaan apus darah tepi, keadaan ini berkaitan dengan retikulositosis.

3. Hiperkrom

Warna eritrosit tampak lebih tua karena terjadi penebalan membran, bukan kelainan

Hemolobin (Hb) dan biasanya jarang ditemukan.

Gambar : Kelainan eritrosit Hiperkrom

Page 12: POIKILOSITOSIS

Kesimpulan

Kelainan Eritrosit Jenis-jenisnya Keterangan

Kelainan bentuk

(poikilositosis)

1. Akantosit

2. Burr cells/Echynosit

3. Sperositosit

4. Sel target

5. Sel bulan sabit

("sikle")

6. Creanated cell

7. "Teardrop cell"

8. Ovalosit/eliptosit

9. Stomatosit

1. Sel eritrosit yang pada dindingnya

terlihat tonjolan-tonjolan sitoplasma yang

runcing dan tersebar tidak merata di

permukaan sel.

2. Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma

yang teratur

3. Eritrosit yang bentuknya bulat (sferik)

dengan diameter kurang dari 6 µm.

4. Eritrosit dengan permukaan luas,

bundar, tengahnya menonjol sehingga tampak

lebih gelap dikelilingi daerah pucat. Bentuk

seperti mangkok kecil.

5. Eritrosit yang bentuknya seperti bulan

sabit atau clurit.

6. Eritrosit yang memiliki dinding

bergerigi dan tersebar merata dipermukaan

sel,

7. Eritrosit yang bentuknya seperti

tetesan air mata atau kelihatan seperti buah

"pear",

8. Eritrosit berbentuk lonjong

Kelainan Ukuran

(Anisositosis)

1. Makrosit

2. Mikrosit

1. Lebih besar dari inti limfosit matur

2. Lebih kecil dari inti limfosit matur

Kelainan Warna 1. Hipokrom

2. Polikrom

3. Hiperkrom

1. Eritrosit yang sentral akromianya

melebar  (>1/2 sel)

2. Eritrosit yang lebih besar dan lebih

biru dari eritrosit normal.

3. Eritrosit tampak lebih tua karena

terjadi penebalan membran, bukan kelainan

hemolobin (hb)

Page 13: POIKILOSITOSIS

Gambar Kelainan pada Eritrosit

Akantosit

Burr cells

Sperosit

Sel target

Sel sabit

Page 14: POIKILOSITOSIS

Createned sel

Teardrop cell

Eliptosit

Stomatosit

Page 15: POIKILOSITOSIS

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1. Mikroskop

2. Alat tulis

b. Bahan

1. Lens paper

2. Tissue

3. Oil imersi

VI. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Diamati preparat yang akan diperiksa pada perbesaran lensa objektif 10x

3. Setelah ditemukan lapang pandang dan counting area kemudian diamati dengan

perbesaran lensa objektif 100x dengan penambahan oil emersi pada preparat

4. Diamati bentuk-bentuk eritrosit pada preparat dibandingkan dengan eritrosit

disekitarnya ditentukan yang normal dan yang mengalami kelainan seperti

poikilositosis

Page 16: POIKILOSITOSIS

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal. 2012. Eritrosit. Diakses di: http://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/30/eritrosit/ Diakses tanggal: 4 April 2015

Quintana, Kinositha. 2012. Kelainan Bentuk Eritrosit. Tersedia pada :  http:// cocoquiin.

blogspot.com/2012/03/kelainan-bentuk-eritrosit.html (Diakses tanggal 4 April

2015)

Rahayu, Puji. 2011. Eritrosit. Diakses di:http://blog.uad.ac.id/ratnasari/2011/12/06/eritrosit-sel-darah-merah/. Diakses tanggal 4 April 2015.

Widayati, dkk. 2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus Darah. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Zakaria. 2012. Morfologi Sel Darah Merah. Diakses di: http: //zakariadardin. wordpress. com/2012/01/09/morfologi-sel-darah-merah/ Diakses tanggal 4 April 2015