pmk nomor 176/pmk.04/2013 (perubahan pmk nomor 254/pmk.04/2013 tentang kite pembebasan)

39
PMK NOMOR 176/PMK.04/2013 (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN) Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember 2013

Upload: italia

Post on 05-Jan-2016

126 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PMK NOMOR 176/PMK.04/2013 (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN). Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember 2013. LATAR BELAKANG. Pokok-Pokok Perubahan. KETENTUAN UMUM (1). KETENTUAN UMUM (2). KETENTUAN UMUM (3). KETENTUAN UMUM (4). PENERBITAN NIPER (1). - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PMK NOMOR 176/PMK.04/2013 (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013

TENTANG KITE PEMBEBASAN)

Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember 2013

Page 2: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGStimulus Fiskal

Sebagai salah satu upaya untuk mendorong ekspor, mengurangi defisit neraca perdagangan, memperkuat daya saing perusahaan, dan meningkatkan investasi perlu diberikan insentif fiskal berupa fasilitas PPN tidak dipungut untuk barang impor yang hasil produksinya diekspor

Simplifikasi Penyederhanaan persyaratan, prosedur pelayanan, dan perizinan dalam mendapatkan fasilitas dipandang perlu untuk meningkatkan investasi yang berorientasi ekspor

Fairness Untuk meningkatkan investasi yang berorientasi ekspor, maka pemberian fasilitas didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam pengelolaan sistem pengendalian intern dan sistem pencatatan persediaan bahan baku dan hasil produksinya

Harmonisasi Dalam upaya mendukung ketersediaan bahan baku bagi perusahaan KITE, perlu dioptimalkan fungsi dan harmonisasi fasilitas yang lain seperti Kawasan Berikat dan Gudang Berikat

Otomasi Penggunaan teknologi informasi diperlukan untuk mendukung business process KITE, antara lain pemenuhan persyaratan cukup disampaikan dengan media softcopy

Page 3: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

Pokok-Pokok Perubahan1. Ketentuan Umum2. Penerbitan NIPER3. Skep Pembebasan4. Periode Pembebasan5. Impor6. Jaminan7. Pemeriksaan Pabean8. Pembongkaran/Penimbunan9. Penyerahan Konversi10.Subkontrak11.Ekspor Tidak Langsung (Ekspor Barang Gabungan)12.Force Majeure13.Laporan Pertanggungjawaban14.Monitoring dan Evaluasi15.Pembekuan dan Pencabutan NIPER16.Sanksi17.Ketentuan Lain-Lain18.Ketentuan Peralihan

Page 4: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN UMUM (1)Hal PMK 254 PMK 176

Insentif fiskal Pasal 1 angka (3)Pembebasan bea masuk atas Impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.

Pembebasan bea masuk dan/atau PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atas Impor Bahan Baku untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor

Penegasan lingkup kegiatan usaha Perusahaan

Pasal 1 angka (4)Perusahaan yang mendapatkan Pembebasan adalah badan usaha yang mendapatkan Pembebasan.

Perusahaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengolahan, perakitan, dan/atau pemasangan Bahan Baku yang mendapatkan Pembebasan.

Bahan Baku yang bisa mendapat Pembebasan

• Pasal 1 angka (6)Bahan Baku adalah barang dan/atau bahan yang diimpor untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan mendapatkan Pembebasan.

• Pasal 2 ayat (6)Tidak diberikan Pembebasan:

Bahan Baku yang habis terpakai dalam proses produksi; dan/ataubahan penolong yang dipergunakan dalam proses produksi yang tidak menjadi bagian integral dari hasil produksi.

• Pasal 1 angka (6)Bahan Baku adalah barang dan/atau

bahan termasuk bahan penolong, yang diimpor untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain untuk menjadi barang hasil produksi yang mempunyai nilai tambah dengan mendapatkan Pembebasan.

• Pasal 2 ayat (6) dihapus.

Page 5: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN UMUM (2)Hal PMK 254 PMK 176

Definisi “Bahan Baku Yang Rusak”

Tidak diatur Pasal 1 angka (7)Bahan Baku Yang Rusak adalah bahan baku yang mengalami kerusakan dan/atau penurunan mutu dan tidak dapat diproses atau apabila diproses akan menghasilkan Hasil Produksi yang tidak memenuhi kualitas/standar.

Definisi “Hasil Produksi Yang Rusak”

Tidak diatur Pasal 1 angka (9)Hasil Produksi Yang Rusak adalah hasil produksi yang mengalami kerusakan dan/atau penurunan kualitas/standar mutu yang secara teknis tidak dapat diperbaiki menyamai kualitas/standar Hasil Produksi.

Page 6: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN UMUM (3)Hal PMK 254 PMK 176

Pendefinisian ulang kegiatan “Diolah”

• Pasal 2 ayat (2)Pengertian diolah adalah serangkaian kegiatan yang terdiri lebih dari satu tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah sifat dan fungsi awal suatu Bahan Baku, sehingga menjadi barang Hasil Produksi yang mempunyai nilai tambah.

• Pasal 2 ayat (5)Tidak termasuk dalam pengertian diolah adalah kegiatan yang semata-mata hanya melakukan pemotongan, penyortiran, pengepakan, dan/atau kegiatan sejenis lainnya.

• Pasal 1 angka (10)Diolah adalah serangkaian kegiatan yang terdiri lebih dari satu tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah sifat dan/atau fungsi awal suatu Bahan Baku, sehingga menjadi barang Hasil Produksi yang mempunyai nilai tambah.

• Pasal 2 ayat (5) dihapus.

Pendefinisian ulang kegiatan “Dirakit”

Pasal 2 ayat (3)Pengertian dirakit adalah kegiatan berupa merangkai beberapa komponen bahan dan/atau barang sehingga menghasilkan Hasil Produksi atau alat/barang yang memiliki fungsi yang berbeda dengan Bahan Baku dan/atau barang komponen awal.

Pasal 1 angka (11)Dirakit adalah kegiatan berupa merangkai dan/atau menyatukan beberapa barang dan/atau bahan sehingga menghasilkan Hasil Produksi atau alat/barang yang memiliki fungsi yang berbeda dengan Bahan Baku dan/atau barang komponen awal.

Page 7: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN UMUM (4)Hal PMK 254 PMK 176

Perlakuan perpajakan atas pengeluaran dan pemasukan barang dalam rangka subkontrak

Tidak diatur Pasal 2 ayat (1a)Atas pengeluaran Bahan Baku dalam rangka subkontrak oleh Perusahaan kepada badan usaha penerima subkontrak dan pemasukan kembali hasil pekerjaan subkontrak ke Perusahaan, tidak dikenakan PPN atau PPN dan PPnBM.

Page 8: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENERBITAN NIPER (1)Simplifikasi persyaratan pemberian NIPER

PMK 254 PMK 176 (Pasal 3 ayat (2))

Persyaratan Pembuktian

• reputasi yang sangat baik;• tidak pernah menyalahgunakan

fasilitas kepabeanan dlm 1 tahun terakhir

• tidak pernah melakukan kesalahan jumlah dan/atau jenis barang dlm 1 tahun terakhir

• tidak ada tunggakan utang BM&PDRI• melakukan pengolahan, perakitan,

dan/atau pemasangan yang hasil produksinya untuk diekspor

• memiliki atau menguasai lokasi• menyelenggarakan pembukuan

berdasarkan PABU• mempunyai laporan keuangan yang

diaudit oleh KAP dengan opini tidak disclaimer atau adverse

• mendayagunakan IT Inventory untuk pengelolaan atas pemakaian Bahan Baku dalam proses produksi badan usaha yang bersangkutan yang dapat diakses untuk kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

memiliki SPI yang baik • laporan hasil audit oleh auditor independen dengan opini tidak disclaimer atau adverse; atau

• paparan SPI untuk badan usaha yang baru berdiri.

memiliki IT Inventory memiliki keterkaitan dg dokumen kepabeanan dan accessible

print screen & buku manual

memiliki nature of business berupa badan usaha industri manufaktur

IUI serta perubahannya

memiliki atau menguasai lokasi untuk kegiatan produksi, tempat penimbunan Bahan Baku, dan tempat penimbunan Hasil Produksi

bukti kepemilikan atau penguasaan lokasi

memiliki NIK

memiliki rencana produksi yang jelas adanya alur produksi, rencana Impor, rencana Ekspor, daftar Bahan Baku, daftar Hasil Produksi, dan daftar badan usaha penerima subkontrak, dalam hal terdapat proses produksi yang akan disubkontrakkan

Page 9: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENERBITAN NIPER (2)Hal PMK 254 PMK 176

Penyampaian permohonan NIPER Pembebasan

Pasal 3 ayat (3)diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU, dengan melampirkan dokumen yang dipersyaratkan.

• Pasal 3 ayat (3)diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU,

dengan melampirkan pembuktian kriteria dan persyaratan dalam bentuk soft copy berupa hasil scan dari dokumen asli dalam MPDE.

• Pasal 3 ayat (3a)Dalam hal diperlukan, Kepala Kantor Wilayah atau

KPU dapat meminta hard copy.

Permohonan NIPER untuk badan usaha yang mempunyai lebih dari 1 lokasi pabrik

Pasal 3 ayat (4)Dalam hal badan usaha mempunyai lebih dari 1 lokasi pabrik, permohonan ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi pabrik yang mempunyai volume kegiatan Impor terbesar.

Dalam hal badan usaha mempunyai lebih dari 1 lokasi pabrik, permohonan ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi pabrik yang mempunyai volume kegiatan Impor Bahan Baku terbesar.

Janji layanan Pasal 3 ayat (6)paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap

Kewajiban memasang papan nama

Tidak diatur. Pasal 3 ayat (9)Perusahaan wajib memasang papan nama yang sekurang-kurangnya berisi data nama perusahaan dan nomor NIPER Pembebasan pada setiap lokasi penimbunan dan setiap lokasi pabrik.

Page 10: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

SKEP PEMBEBASANPMK 254 PMK 176

Pasal 6

Diatur ketentuan mengenai kewajiban mengajukan SKEP Pembebasan setelah Perusahaan mendapatkan NIPER Pembebasan.

Permohonan SKEP Pembebasan dihapus dan persyaratan penyampaian informasi mengenai alur produksi, rencana Impor, dan rencana Ekspor yang sebelumnya disampaikan pada saat pengajuan permohonan Pembebasan, dipindahkan menjadi salah satu persyaratan NIPER dan akan dicantumkan dalam Lampiran Data Keputusan NIPER.

Page 11: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PERIODE PEMBEBASANHal PMK 254 PMK 176

Jangka Waktu Periode Pembebasan

Pasal 7 ayat (2)•paling lama 12 bulan sejak tanggal pendaftaran PIB; atau•melebihi jangka waktu 12 bulan dalam hal Perusahaan memiliki masa produksi lebih dari 12 bulan, setelah mendapat izin dari Kepala Kantor Wilayah atau KPU.

• paling lama 12 bulan sejak tanggal pendaftaran PIB dengan memperhatikan masa produksi Perusahaan; atau

• melebihi jangka waktu 12 bulan dalam hal Perusahaan memiliki masa produksi lebih dari 12 bulan.

Perpanjangan Periode Pembebasan

Tidak ada ruang untuk dapat diperpanjang, apapun kondisinya

Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4)•Periode pembebasan dapat diperpanjang dg kriteria:

1. terdapat penundaan ekspor; 2. terdapat pembatalan ekspor;3. terdapat kondisi force majeur.

•Permohonan perpanjangan hanya dapat diajukan kepada Kakanwil/KPU sebelum periode Pembebasan berakhir.

Page 12: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

IMPORPMK 254 PMK 176

Pasal 8 ayat (1)Perusahaan dapat melakukan Impor Bahan Baku dari:

• Luar daerah pabean • Luar daerah pabean• Gudang Berikat• Kawasan Berikat• Kawasan Bebas, dan/atau• KEK

Pasal 9

• Perusahaan harus mengajukan PIB dengan mencantumkan nomor skep Pembebasan pada kolom pemenuhan persyaratan fasilitas Impor

• Perusahaan harus mengajukan PIB dengan mencantumkan NIPER Pembebasan pada kolom pemenuhan persyaratan fasilitas Impor

• Jika tidak mencantumkan, atas Impor barang dan/atau bahan di PIB tersebut tidak mendapat Pembebasan

Page 13: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

JAMINANHal PMK 254 PMK 176

Besaran jaminan

Pasal 10 ayat (2)Jaminan yang diserahkan sebesar bea masuk atas Bahan Baku sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor.

Pasal 10 ayat (2)Jaminan yang diserahkan sebesar bea masuk dan PPN atau PPN dan PPnBM atas Bahan Baku sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean Impor.

Penyerahan jaminan dalam bentuk corporate guarantee

Tidak diatur Pasal 10 ayat (3a)Perusahaan dapat menyerahkan jaminan dalam bentuk corporate guarantee dengan ketentuan:a.berstatus AEO, MITA Prioritas, MITA Non Prioritas; ataub.berkategori risiko rendah dengan kondisi keuangan yang baik, antara lain ditunjukkan dengan nilai perbandingan total aset dengan total liabilitas di atas 110%.

Page 14: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PEMERIKSAAN PABEANHal PMK 254 PMK 176

Penyesuaian nilai jaminan (dalam hal ditemukan adanya ketidaksesuaian tarif dan/atau nilai pabean)

Pasal 11 ayat (3)Dilakukan sepanjang dapat diyakini bahwa jenis barang yang diimpor sesuai dengan yang tercantum dalam keputusan mengenai Pembebasan.

Dilakukan sepanjang dapat diyakini bahwa jenis barang sesuai dengan yang tercantum dalam NIPER Pembebasan.

Perlakuan terhadap Bahan Baku dalam hal ditemukan adanya ketidaksesuaian jumlah dan/atau jenis barang berdasarkan hasil Pemeriksaan Pabean

Pasal 11 ayat (4)Atas seluruh Impor atas PIB yang diajukan tidak dapat diberikan Pembebasan dan dilakukan penelitian atau penyelidikan lebih lanjut.

Atas kelebihan jumlah dan/atau jenis barang Impor tidak dapat diberikan Pembebasan dan dilakukan penelitian atau penyelidikan lebih lanjut.

Page 15: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PEMBONGKARAN/PENIMBUNANPMK 254 PMK 176

Pasal 12 ayat (2)Pembongkaran dan/atau penimbunan di lokasi selain yang tercantum dalam NIPER

berdasarkan permohonan Perusahaan dengan mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah atau KPU.

a. mengajukan permohonan dan mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah atau KPU; atau

b. Untuk Perusahaan AEO, MITA Prioritas, dan MITA Non Prioritas, cukup dengan menyampaikan pemberitahuan sebelum kegiatan pembongkaran dan/atau penimbunan dilakukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU.

Pasal 12 ayat (2a)Janji Layanan

• Tidak diatur • Paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap

Page 16: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENYERAHAN KONVERSIPMK 254 PMK 176

Pasal 13 ayat (1)

Konversi diserahkan saat pengajuan SKEP Pembebasan

Konversi diserahkan sebelum proses produksi dimulai

Pasal 13 ayat (1a) dan (1b)

Dalam hal:a.Perusahaan memproduksi Hasil Produksi

baru; dan/ataub.Perusahaan melakukan perubahan

konversi atas Hasil Produksi sebelumnya.harus menyerahkan konversi sebelum

mulai memproduksi

Dalam hal terdapat perubahan konversi atas Hasil Produksi sebelumnya, harus mengajukan perubahan Konversi kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU paling lambat sebelum melakukan ekspor

Page 17: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

SUBKONTRAKPMK 254

(Pasal 13 dan Pasal 14)PMK 176

(Pasal 13 dan Pasal 14)

• dapat mensubkontrakkan sebagian dari kegiatan pengolahan, perakitan, pemasangan Bahan Baku kepada badan usaha industri yang tercantum dalam data NIPER Pembebasan sepanjang bukan merupakan kegiatan utama dan bukan pemeriksaan awal, penyortiran, pengepakan, dan/atau pemeriksaan akhir

• Jika tidak tercantum, harus izin Kakanwil diberikan dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja

• dapat mensubkontrakkan sebagian dari kegiatan pengolahan, perakitan, dan/atau pemasangan Bahan Baku kepada badan usaha industri yang tercantum dalam data NIPER Pembebasan.

• Jika tidak tercantum, harus izin Kakanwil diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 hari kerja

Relaksasi kebijakan subkontrak

Tidak diatur Perusahaan dapat mensubkontrakkan seluruh kegiatan atas kelebihan kontrak yang tidak dapat dikerjakan karena keterbatasan kapasitas produksi, dengan ketentuan berstatus perusahaan terbuka, AEO, MITA Prioritas dan/atau MITA Non Prioritas.

Sanksi tidak memenuhi ketentuan subkontrak

dikenai sanksi administrasi berupa denda dibekukan selama 3 bulan

Page 18: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

EKSPOR TIDAK LANGSUNG (MELALUI MEKANISME EKSPOR BARANG GABUNGAN)

PMK 254 PMK 176

• Tidak diatur Pasal 15 ayat (2)Hasil Produksi dapat diserahkan kepada perusahaan lain dalam rangka ekspor barang gabungan dan dapat dijadikan sebagai penyelesaian atas Bahan Baku, dengan ketentuan :•Diserahkan kepada perusahaan yang juga mendapat fasilitas Pembebasan/Pengembalian; •Hasil Produksi hanya untuk digabungkan dengan Hasil Produksi Perusahaan lain serta wajib diekspor dalam satu kesatuan unit; dan•Pelaksanaan ekspor gabungan mengacu peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata laksana kepabeanan di bidang ekspor.

Page 19: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

FORCE MAJEUREPMK 254 PMK 176

• Tidak diatur Pasal 16APerusahaan dibebaskan dari kewajiban bea masuk, PPN atau PPN dan PPnBM dan/atau sanksi administrasi atas Bahan Baku, barang dalam proses, dan Hasil Produksi yang belum dipertanggungjawabkan, dalam hal terjadi keadaan force majeure, dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah atau KPU atas nama Menteri.

Page 20: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LAPORAN PTGG JAWABAN (1)PMK 254 PMK 176

Kewajiban menyerahkan laporan pertanggungjawaban

Penyerahan secara berkala paling lama 6 bulan sekali selama dalam periode Pembebasan

Pasal 17 ayat (1)Penyerahan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari sejak berakhirnya periode pembebasan

Harus dilampiri dengan:• dokumen PIB yang telah mendapatkan

persetujuan keluar pejabat bea dan cukai;• dokumen PEB yang telah mendapat persetujuan

Ekspor;• salinan bukti penerimaan transaksi Ekspor

berupa buku piutang, letter of credit, rekening koran, telegraphic transfer dan/atau dokumen yang membuktikan adanya transaksi Ekspor;

• laporan pemeriksaan Ekspor; dan• daftar konversi dari pemakaian Bahan Baku

yang dimintakan Pembebasan

Pasal 17 ayat (2), (3), dan (4)Harus dilampiri dengan:•dokumen PIB yang telah mendapatkan persetujuan keluar pejabat bea dan cukai (tidak berlaku jika melalui kantor pabean yang telah PDE);•dokumen PEB yang telah mendapat persetujuan Ekspor (tidak berlaku jika melalui kantor pabean yang telah PDE);•dokumen yang membuktikan adanya transaksi Ekspor; dan•laporan pemeriksaan Ekspor (ketentuan LPE tidak berlaku bagi perusahaan terbuka, AEO, MITA Prioritas, dan MITA Non Prioritas)

• Perusahaan yang tidak menyerahkan konversi, Bahan Baku yang digunakan oleh Perusahaan untuk memproduksi Hasil Produksi, tidak diberi Pembebasan

• Dihapus.

Page 21: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LAPORAN PTGG JAWABAN (2)Hal PMK 254 PMK 176

terdapat selisih jumlah pemakaian Bahan Baku berdasarkan hasil pengujian kesesuaian konversi

Tidak diatur Pasal 17 ayat (7)Dalam hal terdapat selisih jumlah pemakaian Bahan Baku berdasarkan hasil pengujian kesesuaian konversi, maka atas selisih tersebut tidak diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan kepabeanan dan perpajakan.

Sisa proses produksi (waste/scrap)

Sisa proses produksi (waste/scrap) dari Hasil Produksi dikenakan bea masuk sebesar:•5% dikalikan harga jual, apabila tarif MFN Bahan Bakunya 5% atau lebih; atau•tarif yang berlaku dikalikan harga jual, apabila tarif MFN Bahan Bakunya kurang dari 5%

Pasal 17 ayat (8)Sisa proses produksi (waste/scrap) yang dijual ke TLDDP berlaku ketentuan:•Dikenakan Bea Masuk sebesar:a.5% dikalikan harga jual, apabila tarif MFN Bahan Bakunya 5% atau lebih; ataub.tarif yang berlaku dikalikan harga jual, apabila tarif MFN Bahan Bakunya kurang dari 5%•Dikenakan PDRI berdasarkan harga jual;•Wajib membuat faktur pajak dan memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai ketentuan perpajakan

Page 22: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LAPORAN PTGG JAWABAN (3)PMK 254 PMK 176

Terhadap Hasil Produksi, termasuk Hasil Produksi rusak atau reject, yang tidak diekspor atau tidak dilaporkan sampai dengan periode Pembebasan selesai, dan terhadap Bahan Baku , termasuk Bahan Baku rusak atau reject, yang sampai periode Pembebasan selesai tidak diolah, tidak dirakit, tidak dipasang, tidak diekspor, atau tidak dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban berlaku ketentuan :•jaminan dicairkan sebesar bea masuk atas Bahan Baku yang terkandung dalam Hasil Produksi dimaksud; •Perusahaan dikenai sanksi administrasi berupa denda

Pasal 17 ayat (9)Atas Bahan Baku dan Hasil Produksi yang tidak dilaporkan sampai dengan periode Pembebasan selesai, tidak diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan.

Page 23: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LAPORAN PTGG JAWABAN (4)PMK 254 PMK 176

Perlakuan terhadap Hasil Produksi dan Bahan Baku rusak atau reject

Tidak diatur secara detail Pasal 17 ayat (10), (11), (12), (13), (18)•Atas Hasil Produksi rusak atau reject, harus dimusnahkan atau dirusak dan hasil perusakannya diperlakukan sebagai waste/scrap.•Atas Bahan Baku rusak atau reject, yang sehingga tidak dapat diolah, dirakit, dipasang, harus dimusnahkan atau dirusak (hasil perusakannya diperlakukan sebagai waste/scrap) atau diekspor (jaminan dikembalikan sebesar bea masuk dan PPN atau PPN dan PPnBM atas bahan baku dimaksud).•Penyelesaian atas Hasil Produksi rusak atau reject, dan Bahan Baku rusak atau reject dapat digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban atas Bahan Baku

Page 24: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

LAPORAN PTGG JAWABAN (5)PMK 254 PMK 176

Hasil Laporan Pertanggungjawaban

Dalam hal laporan pertanggungjawaban disetujui, jaminan dikembalikan sebesar bea masuk dari Bahan Baku yang hasil produksinya diekspor

Pasal 17 ayat (15)Dalam hal laporan pertanggungjawaban disetujui, jaminan dikembalikan sebesar bea masuk dan/atau PPN atau PPN dan PPnBM dari Bahan Baku yang hasil produksinya diekspor

Dalam hal laporan pertanggungjawaban tidak diserahkan dalam jangka waktu periode pembebasan atau ditolak sebagian atau seluruhnya, berlaku ketentuan :•jaminan dicairkan sebesar bea masuk atas Bahan Baku yang belum dipertanggungjawabkan atau ditolak pertanggungjawabannya, dan•Perusahaan dikenai sanksi administrasi berupa denda

• Pasal 17ayat (16)Dalam hal laporan pertanggungjawaban tidak

diserahkan dalam jangka waktu periode pembebasan atau ditolak seluruhnya, tidak diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan kepabeanan dan perpajakan.

• Pasal 17 ayat (17)Dalam hal laporan pertanggungjawaban ditolak

sebagian, atas Bahan Baku yang ditolak tersebut tidak diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan kepabeanan dan perpajakan

Page 25: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

MONITORING DAN EVALUASIPMK 254 PMK 176

Pelaksanaan Monev Pasal 18 ayat (1), ayat (2a)

Tidak diatur • monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun sejak tanggal surat keputusan penerbitan NIPER Pembebasan

• Jangka waktu dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan terbuka, AEO, MITA Prioritas, dan MITA non Prioritas dilakukan secara selektif berdasarkan manajemen risiko.

Hasil MonevPasal 18 ayat (2b)

Tidak diatur Dapat disampaikan kepada unit audit dan unit pengawasan sebagai bahan informasi awal.

Page 26: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PEMBEKUAN NIPERPMK 254 PMK 176

Pasal 20 ayat (1)

NIPER Pembebasan dibekukan dalam hal Perusahaan:•tidak mengajukan permohonan perubahan data NIPER Pembebasan;•tidak melunasi utang bea masuk, PDRI, dan/atau sanksi administrasi berupa denda sampai dengan jatuh tempo;•tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban;•tidak menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi; •diduga melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai dengan bukti permulaan yang cukup

NIPER Pembebasan dibekukan dalam hal Perusahaan:•tidak mengajukan permohonan perubahan data NIPER Pembebasan;•tidak melunasi utang bea masuk, PDRI, dan/atau sanksi administrasi berupa denda sampai dengan jatuh tempo;•tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban;•tidak menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi; •diduga melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai dengan bukti permulaan yang cukup;•tidak memasang papan nama berisi data nama perusahaan dan nomor NIPER Pembebasan pada lokasi penimbunan dan lokasi pabrik;•tidak memenuhi ketentuan subkontrak (berlaku selama 3 bulan);•tidak melakukan Impor atau Ekspor dengan fasilitas Pembebasan secara berturut-turut dalam jangka waktu periode pembebasan

Page 27: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PEMBERLAKUAN KEMBALI NIPERPMK 254 PMK 176

Pasal 21

NIPER Pembebasan yang dibekukan dapat diberlakukan kembali, dalam hal Perusahaan:•telah melakukan perubahan pada data NIPER Pembebasan•telah melunasi seluruh utang bea masuk, PDRI, dan/atau denda•telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban;•telah menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi•tidak terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan dan cukai

NIPER Pembebasan yang dibekukan dapat diberlakukan kembali, dalam hal Perusahaan:•telah mengajukan permohonan perubahan pada data NIPER Pembebasan•telah melunasi seluruh utang bea masuk, PDRI, dan/atau denda•telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban•telah menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi•tidak terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan dan cukai•telah memasang papan nama berisi data nama perusahaan dan nomor NIPER Pembebasan pada lokasi penimbunan dan lokasi pabrik.•telah berakhir masa pembekuan subkontrak;•telah melakukan Impor atau Ekspor dengan fasilitas Pembebasan dalam jangka waktu periode pembebasan

Page 28: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENCABUTAN NIPER (1)PMK 254 PMK 176

NIPER Pembebasan dicabut dalam hal Perusahaan:•tidak mengajukan permohonan perubahan data NIPER Pembebasan dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pembekuan NIPER Pembebasan;•tidak melunasi seluruh utang bea masuk, PDRI, dan/atau denda sampai dengan diterbitkannya surat paksa;•tidak melakukan Impor atau Ekspor dengan fasilitas Pembebasan secara berturut-turut dalam jangka waktu 1 tahun;•melakukan pembongkaran dan/atau penimbunan Bahan Baku di luar lokasi yang tercantum dalam NIPER Pembebasan dan tidak diberikan persetujuan oleh Kakanwil;•tidak melakukan sendiri kegiatan pengolahan, perakitan, dan/atau pemasangan;•melakukan subkontrak tanpa memenuhi kriteria dan persyaratan;

NIPER Pembebasan dicabut dalam hal Perusahaan:•tidak mengajukan permohonan perubahan data NIPER Pembebasan dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pembekuan NIPER Pembebasan;•tidak melunasi seluruh utang bea masuk, PDRI, dan/atau denda sampai dengan diterbitkannya surat paksa;•melakukan pembongkaran dan/atau penimbunan Bahan Baku di luar lokasi yang tercantum dalam NIPER Pembebasan atau melakukan pembongkaran dan/atau penimbunan Bahan Baku di lokasi yang tidak diberikan persetujuan oleh Kepala Kantor Wilayah atau KPU atau tidak diberitahukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU;•terbukti telah melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan berdasarkan putusan pengadilan

Page 29: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENCABUTAN NIPER (2)PMK 254 PMK 176

• bertindak tidak jujur dalam usahanya, antara lain membuat konversi yang tidak benar dan mengakibatkan kerugian negara.

• terbukti telah melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan berdasarkan putusan pengadilan;

• berubah status menjadi Kawasan Berikat

• dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

• tidak menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

• mempunyai laporan keuangan yang dinyatakan oleh KAP dengan opini disclaimer atau adverse;

• berubah status menjadi Pengusaha Kawasan Berikat atau Pengusaha di Kawasan Berikat;

• dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

• tidak menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan selama 10 (sepuluh) tahun;

Page 30: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENCABUTAN NIPER (3)PMK 254 PMK 176

• tidak menyimpan dan memelihara dengan baik buku dan catatan serta dokumen yang berkaitan dengan kegiatan usahanya selama 10 tahun;

• tidak menyerahkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang berkaitan dengan kegiatan usahanya berdasarkan Laporan Hasil Audit Kepabeanan dan/atau Cukai;

• tidak memenuhi persyaratan mempunyai reputasi yang sangat baik;

• tidak memenuhi persyaratan untuk memperoleh NIPER Pembebasan berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring atau hasil audit kepabeanan dan/atau cukai; dan/atau

• mengajukan permohonan untuk dilakukan pencabutan NIPER Pembebasan

• tidak menyerahkan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan berdasarkan Laporan Hasil Audit Kepabeanan dan/atau Cukai;

• tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh NIPER Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2);

• mengajukan permohonan untuk dilakukan pencabutan NIPER Pembebasan

Page 31: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENCABUTAN NIPER (4)PMK 254 PMK 176

Akibat PencabutanPasal 22 ayat (2)

wajib melunasi seluruh tagihan yang terutang sesuai peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan

wajib melunasi seluruh tagihan yang terutang sesuai peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan.

Pencabutan karena berubah status menjadi KBPasal 22 ayat (3)

Bahan Baku yang belum diselesaikan kewajiban kepabeanannya, sepanjang masih dalam periode Pembebasan, dapat dijadikan saldo awal KB dan diperlakukan sebagai barang Impor dengan mendapat penangguhan Bea Masuk

Bahan Baku yang belum diselesaikan kewajiban kepabeanannya, sepanjang masih dalam periode Pembebasan, dapat dijadikan saldo awal Kawasan Berikat dan diperlakukan sebagai barang Impor dengan mendapat penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM.

Page 32: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

SANKSIPMK 254 PMK 176

Perusahaan dikenai denda sebesar paling sedikit 100% dan paling banyak 500% dari bea masuk yang seharusnya dibayar, dalam hal Perusahaan:•tidak membongkar dan/atau menimbun Bahan Baku di lokasi yang tercantum dalam NIPER Pembebasan atau di lokasi lain yang telah mendapat persetujuan Kakanwil•tidak melakukan sendiri seluruh pengolahan, perakitan, dan/atau pemasangan•tidak mengekspor Hasil Produksi dan/atau tidak melaporkan pertanggungjawaban Ekspor sampai dengan periode pembebasan termasuk perpanjangan;•tidak mengolah Bahan Baku dengan mendapatkan Pembebasan sesuai ketentuan;•sampai dengan batas periode Pembebasan, laporan pertanggungjawaban Ekspor tidak disampaikan atau ditolak •tidak memenuhi ketentuan subkontrak•ditemukan selisih fisik Bahan Baku melebihi laporan Bahan Baku yang sudah dipertanggungjawabkan berdasarkan hasil audit

Dihapus.Ketentuan terkait sanksi langsung tercantum di masing-masing Pasal yaitu:•Pasal 17 ayat (7)•Pasal 17 ayat (9)•Pasal 17 ayat (16)•Pasal 17 ayat (17)

Page 33: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN LAIN-LAINHal PMK 254 PMK 176

Koordinasi antara DJBC dengan DJP terkait akses terhadap IT Inventory yang dimiliki oleh Perusahaan

Tidak diatur Pasal 25AIT Inventory dapat diakses bagi kepentingan pemeriksaan oleh DJP dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan DJBC

Pemanfaatan fasilitas kepabeanan berupa fasilitas Pembebasan dan Kawasan Berikat oleh 1 (satu) entitas.

Pasal 26 ayat (1) Perusahaan yang telah menerima fasilitas Pembebasan, tidak dapat memanfaatkan fasilitas kawasan berikat.

Perusahaan yang telah menerima fasilitas Pembebasan, dapat memanfaatkan fasilitas kawasan berikat, sepanjang lokasinya berbeda.

Page 34: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

KETENTUAN PERALIHAN• Perusahaan yang telah memiliki NIPER Pembebasan berdasarkan PMK 254,

harus melakukan perubahan data NIPER Pembebasan paling lambat 12 bulan sejak berlakunya PMK 176. Apabila belum mengajukan dalam jangka waktu tersebut, NIPER Pembebasan dibekukan.• Terhadap impor yang dilakukan berdasarkan PMK 254 dan belum

diselesaikan laporan pertanggungjawabannya, maka laporan pertanggungjawaban diselesaikan berdasarkan PMK 254.• Terhadap ekspor Hasil Produksi yang berasal dari Bahan Baku berdasarkan

PMK 254, dan dari Bahan Baku berdasarkan PMK 176, laporan pertanggungjawaban diselesaikan berdasarkan PMK 176.• Terhadap laporan pertanggungjawaban yang masih dalam proses

pemeriksaan pada saat Peraturan Menteri ini diberlakukan, diselesaikan PMK 254.• Terhadap SKEP Pembebasan yang masih berlaku pada saat Peraturan

Menteri ini diberlakukan, dinyatakan tetap berlaku dan atas PPN atau PPN dan PPnBM terutang tidak dipungut.• Pasal 17 ayat (2) PMK 147 tentang KB dan Pasal 13 ayat (3) PMK 143

tentang GB dinyatakan tidak berlaku.

Page 35: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PEMBERLAKUANPMK 176 mulai berlaku setelah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan.

Page 36: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

Hasil Pengukuran Kinerja oleh ITJEN pada 3 KANWIL (Desember 2013)No. Kegiatan Bobot Skor Kanwil DJBC Skor

rata-rata

A B C

1. Fasilitas Pembebasan BM

a. NIPER Pembebasan 30% 30% 21% 25% 25%

b. Permohonan Pembebasan 20% 17% 7% 16% 13%

c. Jaminan 10% 10% 10% 10% 10%

d. Laporan Pertanggungjawaban 20% 17% 19% 18% 18%

e. Monitoring dan Evaluasi 10% 5% 0% 4% 3%

f. Sanksi 10% 6% 10% 10% 9%

Pembebasan BM 100% 85% 67% 83% 78%

2. Fasilitas Pengembalian BM

a. NIPER Pengembalian 30% 30% 25% 27% 27%

b. Konversi 20% 20% NA 20% 20%

c. Permohonan Pengembalian 30% 30% NA 27% 29%

d. Monitoring dan Evaluasi 10% 2% NA 1% 1%

e. Sanksi 10% NA NA NA 0%

Pengembalian BM 100% 91% 82% 83% 85%

Page 37: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

Hal-Hal yang Perlu DidiskusikanSehubungan dengan Hasil Audit Kinerja oleh ITJEN:

1. Penyusunan pedoman mengenai langkah/prosedur yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi

2. Penyusunan pedoman mengenai penilaian SPI3. Penyusunan pedoman mengenai IT Inventory4. Penyusunan SOP layanan dan pengawasan fasilitas Pembebasan dan fasilitas

Pengembalian5. Penyempurnaan sistem komputer pelayanan fasilitas Pembebasan dan fasilitas

Pengembalian6. Penyelesaian Laporan Pertanggungjawaban (BCL.KT01) Pembebasan Bea Masuk

yang masih dalam proses pada Kanwil DJBC Jakarta dan Kanwil DJBC Banten7. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Bea Masuk (BCL.KT 02) yang belum

diselesaikan pada Kanwil DJBC Jakarta dan Kanwil DJBC Banten8. Usulan adanya IKU untuk setiap Kanwil, yang dapat memastikan bahwa petugas

yang menangani layanan fasilitas Pembebasan/Pengembalian telah bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan

9. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM

Page 38: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

PENDING MATTERSPermasalahan Kanwil DJBC Jakarta Kanwil DJBC Banten

Laporan Pertanggungjawaban (BCL.KT01) Pembebasan Bea Masuk yang masih dalam proses

Dari periode 01 Januari 2004 sampai dengan 31 Juli 2013, terdapat 667 register BCL.KT01 dengan nilai Rp.751.190.588.866,- belum selesai diproses oleh Kanwil DJBC Jakarta, meskipun telah mendapat nomor register selama 90 s.d. 3.465 hari

Dari periode tahunan 01 Januari 2004 sampai dengan 31 Juli 2013, terdapat 353 register BCL.KT01 dengan nilai Rp.670.729.735.603,-belum selesai diproses oleh Kanwil DJBC Banten meskipun telah mendapat register selama 70 s.d. 3.184 hari

Permohonan Pengembalian Bea Masuk (BCL.KT 02) yang belum diselesaikan

Dari periode tahunan 01 Januari 2004 sampai dengan Juli 2013, terdapat 373 register BCL.KT02 dengan nilai Rp107.767.495.542,- belum selesai diproses oleh Kanwil DJBC Jakarta meskipun telah mendapat register selama 90 s.d 3.459 hari

sampai dengan Juni 2013, terdapat 89 register BCL.KT-02 dengan nilai Rp13.455.625.029,- belum selesai diproses oleh Kanwil DJBC Banten meskipun telah mendapat register selama 97 s.d 3.235 hari

Page 39: PMK NOMOR 176/PMK.04/2013  (PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013 TENTANG KITE PEMBEBASAN)

TERIMA KASIH

Contact us:[email protected]

Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember 2013