plh makalah kerusakan laut

Upload: evielfrida

Post on 02-Mar-2016

532 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHIndonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan yang dua pertiga luas wilayahmya dicover oleh lautan seperti Samudera Hindia sekitar 16.777 pulau, yang memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km2, menjadikan Indonesia memiliki kekayaan laut yang melimpah. Tidak hanya berbagai jenis ikan, atau binatang laut, namun juga mutiara dan minyak. Dengan adanya kekayaan laut yang besar, Indonesia kemudian menjadi salah satu negara pengekspor hasil laut. Hasil panen laut tahun 2007 diperkirakan sampai 90 juta ton pertahun.Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut besar. Namun sekarang ini laut Indonesia semakin lama keadaannya semakin memprihatinkan. Berdasarkan hasil penelitian dan pemantauan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia selama 10 tahun sejak 2000 hingga 2010 menunjukkan kerusakan terumbu karang terparah yang sebelumnya berada di wilayah perairan Indonesia Barat, kini telah berpindah ke kawasan Indonesia Timur. Sementara kerusakan terumbu karang sedang di perairan bagian tengah dan kerusakan paling ringan di perairan Indonesia Barat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan pemantauan terhadap kondisi terumbu karang di 77 daerah yang terdiri dari 908 stasiun yang tersebar di seluruh perairan Indonesia dari Sabang hingga Kepulauan Padaido dan Kepulauan Raja Ampat menunjukkan, kondisi terumbu karang di Indonesia pada akhir 2009 adalah 5,51 persen dalam kondisi sangat baik, 25,11 persen dalam kondisi baik, 37,33 persen dalam kondisi sedang dan 32,05 persen dalam kondisi buruk.

Perpindahan tingkat kerusakan terumbu karang terparah dari Barat ke Timur, karena di wilayah Indonesia Barat berpenduduk padat, dan lokasi terumbu karang letaknya tidak jauh dari permukiman penduduk, sehingga tidak terjaga dengan baik. Terdapat terumbu karang yang rusak di berbagai daerah akibat pengambilan ikan dengan menggunakan pukat harimau atau bom, atau karena pembukaan tambak udang dan lainnya. Pencemaran laut pun terjadi. Limbah industri dan rumah tangga, khususnya limbah pabrik (tailing), rata-rata bermuara ke laut. Seperti yang terjadi di dua teluk di Maluku Utara yakni Teluk Kao di Kabupaten Halmahera Utara dan Teluk Buli di Kabupaten Halmahera Timur (Berita Antara, 27 Maret 2009) atau kasus yang terkenal yaitu pencemaran tailing di Teluk Buyat, Sulawesi. Kasus lainnya yaitu adanya sedimentasi di wilayah Segara Anakan, Jawa, akibat pembuangan sampah dan limbah terus menerus dari sungai. Seperti juga yang ditemukan di Teluk Jakarta, terlihat banyaknya sampah menggunung di wilayah tersebut, membuat mati hutan bakau, hewan dan tumbuhan yang ada di dalam teluk tersebut. Meskipun saat ini masih banyak hasil laut terutama ikan, yang masih dapat diambil, namun mungkin pada satu saat nanti hasil laut akan sulit apabila kerusakan lingkungan terus terjadi.Kerusakan dari lingkungan laut ini baik dari wilayah pantai hingga dasar laut menyebabkan ketidakseimbangan antara lingkungan dan kegiatan kehidupan. Hal ini bisa berdampak buruk terhadap kehidupan yaitu banyaknya bencana yang mengancam kehidupan manusia seperti abrasi yang menggerus sisi pantai dan kenaikan air laut serta sumber daya seperti terumbu karang dan ikan pun dapat punah seiring dengan lingkungannya yang semakin memburuk.

B. PERUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan laut?2. Apa saja manfaat laut bagi kita?3. Bagaimana lingkungan perairan laut di Indonesia?4. Bagaimana dampak pemanasan global terhadap laut?5. Apa yang menyebabkan terjadinya kerusakan laut di Indonesia?6. Bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap ekosistem laut? 7. Bagaimana kaitan antara pedangkalan dasar laut dan isu pemanasan global?5. Bagaimana cara penanggulangan dalam menangani kerusakan laut?

C. SISTEMATIKA PENULISANMakalah ini memaparkan permasalahan mengenai kerusakan laut yang terjadi di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Dalam penyusunan makalah ini, bab I telah membahas latar belakang dari kerusakan laut Indonesia sejak 10 tahun terakhir mulai dari tahun 2000 hingga 2010 menunjukkan kerusakan terumbu karang terparah yang sebelumnya berada di wilayah perairan Indonesia Barat. Bab II ini merupakan bagian kajian pustaka dari Bab I yaitu latar belakang dari kerusakan laut. Dalam bab ini dibahas tentang apa yang dimaksud dengan laut , proses terbentuknya laut, manfaat dari laut, serta pengaruh pemanasan global pada laut yang dapat menyebabkan kerusakan laut. Dalam bab II terdapat juga bagian pembahasan, bagian ini membahas tentang lingkungan laut yang terkena dampak dari pemanasan global dan solusi masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan laut. Bab III merupakan bagian penutup yang menjelaskan kesimpulan dari masalah yang terjadi di lingkungan laut akibat pemanasan global serta saran sebagai solusi dari permasalahan tersebut.

BAB IIPEMBAHASAN

A. KAJIAN PUSTAKA1. PENGERTIAN LAUT DAN MANFAATNYADari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan terasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut.Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga. Untuk landas kontinen negara, kita berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :1. Tempat rekreasi dan hiburan2. Tempat hidup sumber makanan kita3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dan sebagainya.4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.5. Tempat barang tambang berada6. Salah satu sumber air minum (desalinasi)7. Sebagai jalur transportasi air8. Sebagai tempat cadangan air bumi9. Tempat membuang sampah berbahaya (fungsi buruk)10. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan

2. SEJARAH TERBENTUKNYA LAUTLaut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar sekali tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi.Sekitar empat miliar tahun silam permukaan bumi terlalu panas. Air tidak dapat bertahan dalam wujud cair. Air yang dikeluarkan dalam wujud uap dari kawah gunung api, bersama dengan gas-gas vulkanik lain, membumbung dan terlepas begitu saja ke antariksa. Sekitar 3,85 miliar tahun silam, suhu bumi telah cukup dingin dan mampu membentuk atmosfer yang terdiri dari gas-gas vulkanik, di antaranya uap air. Selanjutnya air mulai mengembun dan terbentuklah genangan lautan di cekungan-cekungan permukaan bumi. Sejak lautan terbentuk, hujan mulai turun. Hujan mencuci garam dari batuan dan membawanya ke laut. Inilah sebabnya air laut terasa asin. Rata-rata 2,9 persen dari berat air laut adalah garam. Laut-laut tertentu seperti Baltik, yang dialiri air tawar dari sungai di sekitarnya dan penguapannya hanya sedikit, tidak terasa asin. Sebaliknya, Laut Mati mengalami penguapan sangat cepat sehingga kadar garamnya enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan laut-laut pada umumnya.Sesungguhnya, kedalaman rata-rata laut mencapai 5.000 meter, dan palung laut terdalam mencapai kedalaman 11.000 meter. Pada beberapa meter bagian permukaannya, suhu air laut tropis cukup hangat, sekitar 26oC. Laut menerima dan menyerap panas matahari selama siang, dan balik melepas panas ke atmosfer di malam hari. Lapisan tersebut lebih panas dari pada atmosfer keseluruhan. Bila ada zat hara larut di perairan yang disinari matahari, di situ ganggang laut renik yang disebut fitoplankton berkembang. Namun, perairan hangat hanya dijumpai di sekitar permukaan. Sebaliknya, zat hara sangat jarang, kecuali bila ada pasokan tetap dari sungai di sekitarnya atau ada aliran zat hara dari lapisan air laut yang lebih dalam. Di bawah zona fotik, artinya dipengaruhi oleh cahaya matahari langsung, terhampar sebuah dunia yang lain, yaitu perairan yang dingin dan gelap. Di situ terdapat beragam kekayaan hayati. Laut menyediakan makanan bagi jutaan manusia. Laut juga menyimpan kekayaan tambang minyak bumi,gas alam, dan mineral.Panas bersirkulasi di dalam laut dengan menempuh jalur arus melingkar atau giral. Karena pengaruh tiupan angin, arus-arus tersebut cenderung mengalir searah jarum jam di kawasan belahan utara bumi. Sebaliknya, berlawanan dengan arah jarum jam di belahan selatan bumi. Pola ini terpecah oleh halangan badan benua. Peta arus laut utama di permukaan tidak mampu mengungkap rahasia sirkulasi air laut bagian dalam. Arus Teluk dan Hanyutan Atlantik Utara membawa air hangat melintasi Samudra Atlantik, dari Teluk Meksiko ke arah timur laut. Ini memungkinkan Eropa barat dan Kepulauan Britania tetap hangat. Ketika air hangat mengalir, sebagian menguap. Badan air lambat laun mendingin dan menjadi kian asin. Ini membuat kerapatan air makin tinggi. Pada suatu ketika badan air ini begitu pekat sehingga tidak bisa terus mengapung di permukaan. Bagian ini akan turun ke bawah dan berbelok ke arah selatan untuk menyelesaikan proses daurnya. Seandainya daur atau sirkulasi ini terhenti, Eropa barat akan mengalami musim dingin sedingin wilayah timur laut Kanada.

3. LINGKUNGAN PERAIRAN LAUT INDONESIALautan Indonesia yang luasnya 5,8 juta km2 terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial,2,8 juta km2 perairan laut nusantra,dan 2,7 km2 juta zona ekonomi ekseklusif. Perairan laut ini merupakan wilayah yang sangat besar di negara Kepulauan Republik Indonesia. Luasnya meliputi 75 % dari seluruh wilayah Indonesia atau 3 kali dari daratannya. Bagian paling rawan dari wilayah ini adalah perairan laut teritorial tempat adanya terumbu karang dan hutan bakau. Kerawanan itu disebabkan oleh tingkat eksploitasi sumber alam yang sudah sangat tinggi di bagian wilayah ini. Daerah pesisir merupakan bagian wilayah lautan Indonesia yang paling produktif.Pengambilan terumbu karang dan pasir pantai untuk bahan bangunan telah melebihi batas yang wajar. Penggunaan bahan peledak dan racun untuk menangkap ikan dan menggali karang menimbulkan berbagai kerusakan. Tindakan tersebut sangat merusak daya dukung lautan, terutama karena dampaknya terhadaap kemampuan produksi sumber alam hayati,baik yang berupa ikan, udang,maupun biota laut lainnya.Pelestarian sumber alam lautan telah diusahakan dengan pengaturan mengenai jumlah kapal penangkap ikan ,pembatasan dalam jumlah tangkapan,pelanggaran terhadap penggunaan bahan peledak dan racun,dan bahkan dengan penetapan daerah suaka alam lautan. Pelaksanaan langkah-langkah kebijaksanaan pelestarian tersebut di lapangan masih perlu ditingkatkan lagi. Begitu pula inventarisasi dan evaluasi sumber alam lautan,sumber alam dasar lautan, sumber alam dalam perairan laut,seperti jenis biota laut termasuk sistem sosial budaya masyarakat lautan yang ada,masih perlu ditingkatkan lagi,terutama apabila dibandingkan dengan luas wilayah perairan lautan Indonesia.Di beberapa daerah, terutama di pantai sekitar kota besar dan daerah industri, lingkungan lautan juga telah mengalami pencemaran, baik pencemaran logam berat, pencemaran panas, maupun lainnya. Pencemaran yang ada pada umumnya memang belum melampaui ukuran kritis. Tetapi pencemaran di perairan teluk Jakarta dan beberapa tempat lain menunjukan kecenderungan yang makin meningkat. Jenis pencemaran lain yang terjadi dimana-mana adalahpencemaran minyak.

4. FENOMENA PEMANASAN GLOBAL

Pemanasan global telah menjadi isu internasional sejak beberapa dekade yang lalu. Pemanasan global memberikan dampak sangat besar baik terhadap iklim dunia, maupun kenaikan permukaan air laut.Dampak iklim global ini akan mengakibatkan perubahan tatanan hujan pada suatu wilayah; dimana sebagian wilayah hujannya akan bertambah dan di beberapa wilayah lainnya hujannya akan berkurang. Hal ini memberikan dampak turunan terhadap sistem pertanian dalam arti luas.Negara yang memiliki pulau-pulau kecil, seperti Maldives, Fiji dan Marshall; negara dengan delta yang luas (Mesir dan Banglades), serta negara yang memiliki daerah rawa pantai yang luas seperti Indonesia.Di Indonesia daerah rawa pantai seperti mangrove, tambak udang, daerah pasang surut dan kota-kota yang berdataran rendah seperti (Jakarta, Surabaya dan Banjarmasin), terancam akan terendam. Kerugian lain misalnya akan munculnya gelombang badai dan menyusupnya intrusi air laut.Pemanasan Global Tidak Dipengaruhi Aktivitas Matahari Para ilmuwan berhasil membuktikan bahwa hipotesis yang menganggap gejolak aktivitas matahari menyebabkan pemanasan global tidaklah benar. Peter Adams, peneliti dari Carnegie Mellon University dan Jeff Pierce dari Dalhousie University di Halifax, Kanada, berhasil mengembangkan sebuah model untuk menguji hipotesis kontroversial tersebut.

Pada pengujian tersebut menyatakan peningkatan aktivitas matahari mengurangi awan melalui perubahan cahaya kosmis. Ketika awan semakin sedikit, kian banyak cahaya matahari yang masuk,menyebabkan bumi menghangat. Beberapa orang mencoba menggunakan hipotesis ini untuk mengangkat gagasan bahwa gas rumah kaca bukanlah biang keladi pemanasan global seperti yang diyakini sebagian besar ilmuwan. Dalam riset yang dipublikasikan dalam Geophysical Research Letters, dan jurnal Science awal Mei lalu, Adams and Pierce melaporkan bahwa simulasi atmosfer pertama tentang perubahan formasi partikel dan ion-ion atmosfer yang dihasilkan oleh variasi yang terjadi di matahari dan sinar kosmis. Mereka menemukan bahwa perubahan konsentrasi partikel yang mempengaruhi awan terlalu kecil 100 kali lipat untuk bisa mempengaruhi iklim.Adam (2008,23) menjelaskan bahwa sampai saat ini, para pendukung hipotesis ini dapat menyatakan bahwa matahari bisa jadi adalah penyebab pemanasan global karena tak ada satu pun yang memiliki pemodelan komputer untuk benar-benar mengetes klaim itu. Masalah dasar hipotesis itu adalah variasi matahari yang kemungkinan mengubah tingkat pembentukan partikel baru kurang dari 30 persen di atmosfer. Partikel ini juga luar biasa kecil dan perlu tumbuh sebelum mereka bisa mempengaruhi awan. Sebagian besar hancur sebelum bisa melakukannya

B. P EMBAHASAN1. DAMPAK PEMANASAN GLOBALTimbulnya isu pemanasan global, karena dampaknya yang sangat besar, dan seandainya hal tersebut betul terjadi, akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut, yang secara langsung baik cepat atau lambat akan menimbulkan dampak-dampak turunannya perubahan iklimPara pakar lingkungan sependapat bahwa pemanasan global akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim sedunia. Karena kenaikan suhu udara di permukaan bumi, maka laju penguapan air akan meningkat, dengan demikian jumlah awan dan hujan secara umum akan meningkat,dan menyebabkan distribusi curah hujan secara regional akan berubah.Di suatu daerah tertentu jumlah hujannya naik, akan tetapi di beberapa tempat lainnya akan mengalami penurunan. Di Asia Tenggara, curah hujan akan bertambah; sedangkan di wilayah Indonesia bagi daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, penambahan curah hujan akan menimbulkan bahaya banjir dan meningkatnya erosi. Sedangkan kenaikan suhu udara karena pemanasan global akan mempersulit masalah kekurangan air (defisit air) di daerah tertentu.Mencermati pernyataan Scneirder (1989), terhadap perubahan suhu udara, kecenderungan yang kini dirasakan telah menjadi kenyataan. Di beberapa kota di Indonesia, pada tahun 1970-an rata-rata suhu udara di Jakarta tercatat berkisar antara 24oC dan 26 oC, dan (2007) berubah antara 29,12oC dan 31,26oC. Di kota Bogor (1972) tercatat berkisar antara 24,09oC dan 25,11oC, (2005) telah berubah antara 25,14 oC dan 27,3 oC, di Bandung (1970) tercatat berkisar antara 18,11 oC dan 23,15 oC, dan kini (2006) telah berubah antara 24,28 oC dan 27,22 oC. Perubahan suhu udara di beberapa kota juga berpengaruh terhadap kelembaban relatif, yang cenderung turun rata-rata 6,23% hingga 8,35%.Perkiraan lainnya yang menyertai perubahan iklim di Asia Tenggara, menurut Scneirder (1989),naiknya frekuensi dan intensitas badai. Indonesia saat ini masih beruntung karena terletak di luar daerah badai topan; namun demikian apakah badai yang berlangganan di bagian wilayah Filipina akan bergeser kearah selatan.Terhadap perubahan curah hujan, nampaknya juga mulai dirasakan pengaruh-pengaruhnya. Walaupun curah hujan meningkat dan ditandai dengan peningkatan genangan (banjir), akan tetapi neraca keseimbangan air setiap tahunnya memperlihatkan defisit air yang semakin berkelanjutan. Suatu contoh Sungai Ciliwung di Kota Depok, pada tahun 1970-an, pada bulan kering (Agustus), tercatat memiliki debit >413 m3/detik, namun kini (Agustus, 2010) hanya memiliki debit 32,44 m3/detik. Sungai Serayu di Rawalo (Jembatan Cindaga), pada bulan Juli 1980, tercatat memiliki debit 1.843 m3/detik, dan pada bulan yang sama (2010) hanya memiliki debit 169,65 m3/detik, dan kemungkinan juga terjadi pada beberapa sungai lainnya. Contoh isu di atas, memperlihatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi akibat pemanasan global dimuka bumi ini.Beberapa pendapat juga masih mempersoalkan ketidak pastian yang besar sebagai akibat dari pemanasan global, walaupun di beberapa tempat secara nyata telah dirasakan akibat-akibatnya. Suatu prediksi para pakar lingkungan, permukaan air laut akan naik setinggi satu meter sejak tahun 2045, dan akan terlihat efektif pada tahun 2060. Kenaikan air laut diduga disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (a) adanya kenaikan suhu air laut, hingga menyebabkan pemuaian di atas permukaan, dan menyebabkan volumenya bertambah, (b) melelehnya es abadi di benua Antartika, dan pengunungan-pegunungan tinggi, serta (c) kenaikan air laut juga disebabkan turunnya permukaan tanah sebagai akibat dari proses geologi.Sebagai akibat kenaikan permukaan air laut, menyebabkan (a) terendamnya daerah-daerah genangan (rawa), seperti di daerah pasang surut Pulau Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan dan Irian Jaya bagian Barat, (b) meningkat dan meluasnya intrusi air laut yang menyusur melalui badan-badan sungai pada saat musim kemarau.

2. PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LAUT Menurut data dari IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) selama periode 1850-2005 telah terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 0,76 0C (Paonganan,2011). Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami dampak dari global warming. Suhu udara di Indonesia telah mengalami peningkatan sebesar 0,5 0C. Kondisi ini menyebabkan kenaikan curah hujan sebesar 2-3 persen dari normal dan suhu yang bertambah panas ini memungkinkan terjadinya badai dan topan (BMKG,2011).Indonesia sebagai negara kepulauan mengalami kerugian yang besar karena hal ini, berdasarkan sumber dari Anonin, (2011) mengatakan bahwa jumlah pulau Indonesia banyak berkurang dari 17.504 pulau, akibat naiknya tinggi permukaan air laut ini, pulau-pulau Indonesia menjadi sebanyak 17.480 pulau. Pulau-pulau kecil yang hilang itu berada di sekitar perairan Sumatera dan Sulawesi. Luasnya bervariasi, dari sepuluh ribu hingga seratus ribu meter persegi.Berdasarkan pengamatan pasang surut di berbagai wilayah pantai nusantara sejak 30 tahun terakhir yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Indonesia mengalami penciutan daerah pantai yang sudah terlihat dipulau-pulau yang berada di Paparan Sunda dan Paparan Sahul. Daerah di Paparan Sunda yang mengalami degradasi daerah pantai meliputi pantai timur Pualu Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan serta pantai utara Pulau Jawa. Adapun Paparan Sahul berada si sekitar wilayah Papua.Jakarta adalah satu dari 180 kota di dunia yang 70 persen wilayahnya berada di kawasan pantai berelevasi rendah yang terancam oleh naiknya permukaan laut akibat pemanasan global. Permukaan tanah di kawasan pesisir Jakarta terus mengalami penurunan setiap tahun. Penurunan tanah diperkirakan akan terjadi 5 hingga 26 centimeter per tahun.Penurunan tanah akan berdampak pada kerusakan bangunan, interusi air laut, dan penurunan kualitas air tanah karena bercampur dengan air laut.Kenaikan permukaan air laut juga mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir sehingga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove. Pada saat ini kondisi ekosistem mangrove di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.Pemanasan Global yang disebabkan oleh peningkatan gas CO2 berdampak pada kondisi kerusakan laut Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) di Departemen Kelautan dan Perikanan, diketahui bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kemampuan penyerapan karbon dari aspek kelautan karena memiliki terumbu karang seluas 61.000 km2 sehingga manpu menyerap sebanyak 73,5 juta ton karbon, hutan mangrove dengan luas 93.000 km2 mampu menyerap 75,4 juta ton karbon,serta sebaran klorofil dengan luas 5,8 juta km2 mampu menyerap 40,4 juta ton karbon.Namun, sepertiga dari terumbu karang Indonesia termasuk dalam kategori kurang baik,hanya 6 % yang termasuk kategori sangat baik. Hal ini sangat merugikan Indonesia karena pemulihan kondisi terumbu karang untuk bisa kembali seperti semula membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu 1 cm dalam setahun. Sehingga terumbu karang Indonesia membutuhkan waktu ribuan tahun untuk memulihkan puluhan ribu terumbu karang yang telah rusak. Kerusakan ekosistem laut yang terjadi juga berdampak pada ikan-ikan yang berada di perairan Indonesia. Berdasarkan jurnal Nature Climate Change (2012) Peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di laut memicu kerusakan sistem saraf pusat pada ikan sehingga menyebabkan ikan tidak memiliki kemampuan untuk survive. Karbon dioksida mempengaruhi fungsi neurotransmitter secara langsung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Philip Munday (peneliti Center of Excellence for Coral Reef, Australia) ditemukan bahwa konsentrasi CO2 mempengaruhi kemampuan membaui pada ikan, sehingga ikan-ikan sulit menemukan karang untuk berlindung maupun mendeteksi bau ikan predator. 3. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EKOSISTEM LAUT Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut, di antaranya peningkatan tinggi permukaan air laut, suhu air laut, bertambahnya frekuensi badai, perubahan pola musim, dan cuaca ekstrem. Hal-hal itu mengakibatkan banyaknya pulau kecil yang tenggelam. Padahal, laut yang luasnya dua per tiga dari luas dunia, dipercaya bisa mengurangi emisi karbon. Klorofil dalam phytoplankton yang memenuhi permukaan laut itulah yang bisa menyerap karbon dan melancarkan proses fotosintesis sehingga terjadi pelepasan oksigen ke bumi.Kenyataannya, kerusakan laut terus-menerus terjadi. Di Indonesia sendiri, laut selama ini masih dianggap sebagai pemisah, bukan pemersatu antarpulau. Selama ini pula, laut cenderung dianggap sebagai "keranjang sampah". Laut juga diidentikkan sebagai kawasan kumuh, rawan, dan cap negatif lainnya. Indonesia, meski ditegaskan UUD 1945 pasal 25 a,sebagai negara kepulauan, tidak menyadari bahwa kini jumlah pulau telah banyak berkurang, dari 17.504 pulau menjadi 17.480 pulau. Berdasarkan catatan, setidaknya sudah 24 pulau yang hilang: tenggelam.Naiknya tinggi permukaan laut karena kutub es mencair diduga menjadi penyebabnya. Untuk konteks Indonesia, isu yang sering dibahas di antaranya bagaimana dampak pemanasan global terhadap hilangnya pulau-pulau kecil. Dampak dari pemanasan global: es mencair, tinggi air laut meningkat sehingga membuat pulau-pulau kecil itu tenggelam.Pulau-pulau kecil yang hilang itu berada di perairan Sumatra dan Sulawesi. Luasnya bervariasi, dari sepuluh ribu hingga seratus ribu meter persegi. Hilangnya pulau-pulau kecil itu hanyalah segelintir masalah yang dihadapi akibat pemanasan global.

4. PENDANGKALAN DASAR LAUT DALAM KAITANNYA ANTARA KENAIKAN PERMUKAAN AIR LAUT DAN PEMANASAN GLOBALBanyak orang beranggapan bahwa kenaikan permukaan air laut yang terjadi dewasa ini terutama diakibatkan oleh pemanasan global. Di Indonesia sendiri, kenaikan air laut yang mencapai 3-5 milimeter tiap tahun telah menyebabkan 29 pulau-pulau kecil hilang. Tidak heran isu pemanasan global mencuat dan menjadi topik utama kerusakan bumi secara perlahan di dunia. Perubahan permukaan air laut menjadi semakin tinggi memang salah satu dampak negatif adanya pemanasan global. Sudah rahasia umum bahwa aktivitas manusia di bumi menyebabkan kandungan gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida), CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) menjadi tidak seimbang. Pembakaran bahan bakar fosil di seluruh dunia menyebabkan emisi CO2 yang berlebihan sehingga terjadi ketimpangan antara zat-zat penyusun gas rumah kaca di atmosfer yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan suhu rata-rata di bumi atau pemanasan global.Disamping itu, sinar matahari yang terperangkap dalam bumi menyebabkan bumi tetap hangat. Karena suhu merupakan parameter dari iklim, maka terjadilah perubahan iklim di bumi secara global. Hal ini dapat kita buktikan dengan keberadaan fenomena alam El-Nino dan La-Nina yang begitu sering terjadi pada abad ini.Banyak yang beranggapan bahwa salah satu faktor utama meningkatnya permukaan air laut yang erat kaitannya dengan pemanasan global adalah karena mencairnya es dan gletser di kutub utara dan kutub selatan. Faktanya, kepulauan di kutub utara telah kehilangan 22 mil kubik air dibandingkan kondisi biasanya, rata-rata tujuh mil kubik air per tahun. Namun, kenaikan permukaan air laut yang terjadi hanyalah berkisar satu milimeter per tahun. Belum adanya penelitian yang menunjukkan berapa input dan output es sebagai kesetimbangan massa yang menyebabkan perubahan muka bumi global. Jadi, kita tidak bisa mengkambinghitamkan mencairnya es dan gletser di kutub utara dan selatan yang mana menjadi salah satu efek adanya pemanasan global merupakan penyebab utama kenaikan permukaan air laut rata-rata di muka bumi. Dalam soal kenaikan air laut global di bumi, semata-mata bukan karena adanya pemanasan global sebagai pemicu utama. Kita lihat fakta yang terjadi di negara Indonesia. Kerusakan lingkungan, terutama akibat penambangan pasir laut dan abrasi menyebabkan lenyapnya 24 pulau di Indonesia. Panjang pantai Indonesia lebih kurang 88.000 km yang sebagian besar telah terjadi abrasi dari air laut. Semua materialnya mengendap ke dasar laut. Ini akan mendorong permukaan air laut naik.Hal lain yang perlu kita cermati adalah terdapat ribuan sungai yang semuanya bermuara ke laut. Setiap sungai selalu membawa partikel atau meterial ke laut berupa lumpur atau tanah dan kejadian ini berlangsung ribuan tahun. Sehingga sudah jutaan meter kubik material yang mengendap di dasar laut dan sudah ratusan hektar delta yang terbentang di muara sungai. Faktor ini tentu saja membuat pendangkalan dasar laut di daerah tertentu. Ditambah lagi penebangan hutan massal di dunia sehingga hutan tak mampu lagi menahan air dalam jumlah besar dan air langsung turun ke laut sehingga menambah debet air.Di berbagai belahan dunia banyak terjadi reklamasi atau penimbunan pinggiran pantai untuk pembuatan jalan dan pelebaran kawasan yang menyebabkan jutaan meter kubik material terbenam di laut. Selain itu, sudah jutaan hektar tanah rawa yang ditimbun untuk menjadi tempat pemukiman. Padahal rawa berpotensi menyimpan air, sama seperti hutan, sehingga air rawa pun berpindah ke samudera.Diatas itu semua, faktor yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut di berbagai belahan muka bumi bukan semata-mata karena terjadinya pemanasan global, akan tetapi juga disebabkan pendangkalan dasar laut yang juga disebabkan aktivitas manusia di muka bumi.Oleh karenanya, persoalan kenaikan permukaan air laut yang terus bertambah tiap tahun di bumi jangan hanya sekadar dijadikan wacana saja, akan tetapi perlu dilakukan adanya upaya nyata dalam pengurangan bahkan pemberhentian buangan dari daratan ke laut sehingga dasar laut tidak terus mendangkal. Juga terus digalakkan langkah-langkah serius peduli alam dalam kaitannya dengan isu pemanasan global.Jangan sampai peningkatan level air laut yang signifikan ini menyebabkan semakin banyaknya pulau-pulau di berbagai belahan bumi terpendam karena bagian penting dari peradaban kita berada beberapa meter diatas permukaan laut. Jadi kenaikan air laut berapa pun dan kapan pun akan mempunyai dampak yang besar bagi ekonomi dunia dan kehidupan manusia.

5. PERANAN MAKHLUK HIDUP SEBAGAI BAGIAN DARI SOLUSI a. Upaya yang Dapat Ditempuh ManusiaSelama ini upaya untuk penggulangan fenomena global warming yang dilakukan pemerintah, lebih difokuskan di daerah daratan saja, seperti penggalakkan program one man one trees. Padahal Indonesia memiliki aset kelautan yang sangat besar karena Indonesia adalah negara kepulauan keberadaan ekosistem laut seperti hal nya terumbu karang (coral reefs), rumput laut (seaweeds), padang lamun (seagrass bad), serta ribuan mikroorganisme di laut yang melimpah seperti fitoplankton dan jenis alga lain yang mampu menyerap karbon 200 kali lipat lebih banyak daripada yang dilakukan oleh tumbuhan di darat kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai laut, diketahui pula bahwa ekosistem laut memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan panas bumi. Sayangnya hal tersebut kurang disadari oleh masyarakat dunia, sehingga saat ini aspek kehutanan mendapat perhatian yang lebih besar daripada aspek kelautan.Pemerintah Indonesia seharusnya lebih menyadari peran laut sebagai salah satu aspek yang dapat membantu mereduksi pemanasan global. Mencermati uraian tersebut di atas, dalam kaitannya dengan upaya pengendalian terhadap pemanasan global; dapat dilakukan dengan memberdayakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam membangun kawasan hijau baik dalam bentuk hutan maupun hijauan lainnya; hal tersebut merupakan alternatif pendekatan yang dinilai efektif dan rasional. Hal ini mengingat bahwa pepohonan hutan berpotensi dalam hal pencegahan pemanasan global; karena jasa-jasa biologis dan hidrologisnya serta mampu mendaur ulang CO2 secara alami.Suatu pendapat para pakar lingkungan bahwa peranan fungsi jasa biologis, ekologis dan hidrologis komunitas vegetasi hutan dinilai mampu dalam mengendalikan degradasi lingkungan yang erat kaitannya dengan pemanasan global.Adapun keterkaitan dengan makna pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan pelestarian hutan, dimaksudkan untuk memacu kepeduliannya untuk ikut berkiprah dalam pelestarian lingkungan melalui pembudidayaan hutan; karena hutan merupakan sumber oksigen yang sangat esensial.

b. Peran Makhluk Hidup Laut (Fitoplankton) dalam Mengurangi Kerusakan Laut Akibat Pemanasan GlobalPotensi fitoplankton untuk menyerap emisi karbondioksida di Atmosfer dalam upaya mengurangi isu lingkungan yang menjadi permasalahan internasional saat ini yaitu pemanasan global (global warming).Pemanasan global disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca terbesar adalah karbondioksida (CO2). Dampak dari meningkatnya CO2 di atmosfer antara lain: meningkatnya suhu permukaan bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit pada manusia dan hewan(Astin,2008). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju peningkatan emisi CO2 di atmosfer. Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi CO2 adalah lautan.Di dalam lautan terdapat berbagai organisme laut yang dapat menyerap CO2.Organisme laut yang dapat menyerap emisi CO2 diantaranya adalah fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang mempunyai klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis. Bacillariophyceae merupakan kelas fitoplankton yang mendominasi di suatu perairan. Indonesia mempunyai lautan yang luasnya mencapai 5,8 juta km2 sehingga keberadaan Bacillariophyceae di perairan Indonesia melimpah dan berpotensi besar untuk menyerap emisi CO2(Astin,2008).

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANLaut memilki peranan yang sangat penting dalam mengontrol iklim di bumi dengan memindahkan panas dari daerah ekuator (garis katulistiwa) menuju ke kutub. Tanpa peranan laut, maka seluruh isi bumi akan menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk hidup. Laut juga merupakan sumber makanan, energi dan obat-obatan. Bagi Indonesia daerah pantai juga merupakan daerah yang sangat besar peranannya bagi kehidupan manusia. Jutaan penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir.Lautan juga berperan menangkap CO2 dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar CO2 yg dihasilkan oleh manusia dari hasil pembakaran bahan fosil diserap dan disimpan di lautan. Hal ini sangat berpengaruh untuk mengurangi pemanasan global.Karena begitu pentingnya arti laut bagi kita, maka adalah kewajiban kita untuk tetap menjaganya. Kemampuan laut untuk menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut banyak yang mengalami kerusakan seperti rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove. Terumbu karang juga merupakan rumah bagi makhluk laut. Demikian juga halnya dengan hutan mangrove, perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan laut yang dapat diperoleh nelayan pun jauh berkurang.Terlihat bahwa dampak terbesar adalah meningkatnya temperatur air laut. Jika kemudian ekosistem laut menjadi berubah, dan tidak lagi memberikan manfaat bagi manusia, maka yang terjadi adalah bencana dari laut. Sudah waktunya untuk memikirkan perlindungan pada alam lingkungan kita, dan melakukan pemberdayaan secara tepat sehingga bisa mengurangi dampak ekologi sekaligus mempertahankan kemanfaatan laut bagi manusia. Apalagi, negara kita merupakan negara maritim.

B. SARAN1. Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis masyarakatPemberdayaan masyarakat diartikan sebagai suatu upaya yang dimaksudkan untuk memfasilitasi/mendorong/ membantu agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil mampu menentukan yang terbaik bagi mereka dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.2. Penggalakkan program one man one trees.Program satu orang menanam satu pohon perlu dilakukan atas kesadaran semua pihak dan harus mendapatkan dukungan pemerintah. Karena penanaman pohon,terutama pohon penyerap air perlu mendapatkan tempat dan perawatan yang baik.3. Pemerintah Indonesia dan masyarakat seharusnya lebih menyadari peran laut sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.4. Pemerintah harus menindak tegas para pelaku-pelaku yang merusak laut.5. Mengatur UU mengenai larangan pembuangan limbah ke laut kecuali limbah-limbah yang kandungan zat-zat kimia berbahayanya sudah disaring terlebih dahulu.6. Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar lebih peduli dan menjaga kebersihan lingkungan. 21