pleno skenario b blok 16

44
SKENARIO B BLOK 16 TAHUN 2015 KELOMPOK B 8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

Upload: monicamonicc

Post on 12-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

#PLENO

TRANSCRIPT

Page 1: Pleno Skenario B Blok 16

SKENARIO BBLOK 16

TAHUN 2015

KELOMPOK B 8FAKULTAS KEDOKTERAN

UNSRI

Page 2: Pleno Skenario B Blok 16

Kelompok B8

Ratih Haerany Rowiyan (04011281320044)Siti Farahhiyah Dwi Mubarani (04011281320046)Monica Trifitriana (04011381320042)Puput Eka Sari (04011381320052)Muhammad Audy Ramadhan (04011381320054)Alia Salvira M (04011381320070)Lia Andani Putri (04011181320004)Devin Chandra (04011181320016)Nadya Ayu Saraswati (04011181320060)Emil Intan Rachmawati (04011181320078)Azan Farid wajdi (04011181320094)Sakhteeswary Achanan (04011281320078)

Page 3: Pleno Skenario B Blok 16

Outline Skenario Klarifikasi istilah Identifikasi masalah Analisis masalah Learning Issues Kerangka konsep SKDU Kesimpulan

Page 4: Pleno Skenario B Blok 16

Skenario B Blok 16 2015Tuan R, 20 tahun datang ke klinik umum RSUD dengan keluhan nyeri menelan

dan demam yang tidak terlalu tinggi sejak 3 hari yang lalu. Makan dan minum masih bisa. Keluhan tidak disertai batuk dan pilek. Riwayat sakit serupa yang sering berulang sejak 1 tahun yang lalu disertai rasa kering dan gatal di tenggorokan. Didapatkan kebiasaan merokok sehari sampai 5 batang rokok sejakt iga tahun terakhir.

Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan GeneralTekanan darah: 120/80 mm HgNadi: 80x/menitRespirasi: 24x/menitSuhu 38,2 CPemeriksaan status lokalisOtoskopi: kanalis akustikus eksternus : dalam batas normal.

Membran timpani: dalam batas normal.Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri:Mukosa hidung dalam batas normal.Konka inferior: eutrofi.Septum nasi di tengah.Secret (-).Orofaring: Tonsil T1-T1 tenang

Dinding faring posterior hiperemis (+)Granula (+)Post nasal drip (-)

Pemeriksaan laboratoriumHb: 12,5%WBC: 11.000/uLTrombosit: 250.000/uL

Page 5: Pleno Skenario B Blok 16

Klarifikasi Istilah Nyeri menelan Otoskopi Rhinoskopi Eutrofi Kanalis akustikus

eksternus Post nasal drip

Hiperemis Tonsil T1 Orofaring Konka inferior. Granula Membrane timpani

Page 6: Pleno Skenario B Blok 16

Identifikasi Masalah1. Tuan R, 20 tahun datang ke klinik umum RSUD dengan keluhan nyeri menelan dan demam

yang tidak terlalu tinggi sejak 3 hari yang lalu. Makan dan minum masih bisa. Keluhan tidak disertai batuk dan pilek. (main Problem)

2. Riwayat sakit serupa yang sering berulang sejak 1 tahun yang lalu disertai rasa kering dan gatal di tenggorokan. Didapatkan kebiasaan merokok sehari sampai 5 batang rokok sejakt iga tahun terakhir.

3. Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan GeneralTekanan darah: 120/80 mm HgNadi: 80x/menitRespirasi: 24x/menitSuhu 38,2 CPemeriksaan status lokalisOtoskopi: kanalis akustikus eksternus : dalam batas normal.

Membran timpani: dalam batas normal.Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri:Mukosa hidung dalam batas normal.Konka inferior: eutrofi.Septum nasi di tengah.Secret (-).Orofaring: Tonsil T1-T1 tenang

Dinding faring posterior hiperemis (+)Granula (+)Post nasal drip (-)

Pemeriksaan laboratoriumHb: 12,5%WBC: 11.000/uLTrombosit: 250.000/uL

Page 7: Pleno Skenario B Blok 16

Analisis Masalah1. Tuan R, 20 tahun datang ke klinik umum RSUD

dengan keluhan nyeri menelan dan demam yang tidak terlalu tinggi sejak 3 hari yang lalu. Makan dan minum masih bisa. Keluhan tidak disertai batuk dan pilek.

A. Bagaimana anatomi faring? B. Bagaimana histologi faring?C. Bagaimana fisiologi faring?D. Apa etiologi nyeri menelan?E. Bagaimana patofisiologi nyeri menelan?F. Bagaimana patofisiologi demam pada kasus ini?G. Mengapa Tuan R tidak disertai batuk dan pilek?H. Apa makna klinis makan dan minum masih bisa?

Page 8: Pleno Skenario B Blok 16

2. Riwayat sakit serupa yang sering berulang sejak 1 tahun yang lalu disertai rasa kering dan gatal di tenggorokan. Didapatkan kebiasaan merokok sehari sampai 5 batang rokok sejakt iga tahun terakhir.

A. Apa hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan pada kasus?

B. Apa penyebab sakit tenggorokan bisa berulang dalam 1 tahun?

C. Bagaimana riwayat perjalanan penyakit sejak 3 tahun sampai Tuan R datang ke RSUD?

D. Bagaimana patofisiologi rasa kering dan gatal tenggorokan?

Page 9: Pleno Skenario B Blok 16

3. Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan GeneralTekanan darah: 120/80 mm HgNadi: 80x/menitRespirasi: 24x/menitSuhu 38,2 CPemeriksaan status lokalisOtoskopi: kanalis akustikus eksternus : dalam batas normal.

Membran timpani: dalam batas normal.Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri:Mukosa hidung dalam batas normal.Konka inferior: eutrofi.Septum nasi di tengah.Secret (-).Orofaring: Tonsil T1-T1 tenang

Dinding faring posterior hiperemis (+)Granula (+)Post nasal drip (-)

Pemeriksaan laboratoriumHb: 12,5%WBC: 11.000/uLTrombosit: 250.000/uL

A. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?B. Bagaimana mekanisme abnormalnya?C. Apa Tujuan pemeriksaan status lokalis?D. Bagaimana prosedur pemeriksaan status lokalis?E. Jelaskan pembagian pembesaran tonsil?

Page 10: Pleno Skenario B Blok 16

4. Diagnosis kasusA. Bagaimana penegakan diagnosis pada kasus?B. Apa dd pada kasus?C. Apa gold standar pemeriksaan pada kasus ini?D. Apa diagnosis pada kasus?E. Apa etiologi dari diagnosis kasus?F. Apa faktor resiko dari diagnosis kasus?G. Bagaimana patofisiologi dari diagnosis kasus?H. Bagaimana manifestasi klinis? I. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus?J. Bagaimana tatalaksana pada kasus?K. Bagaimana prognosis pada kasus?L. Bagaimana komplikasi pada kasus?M. Apa SKDI pada kasus?

Page 11: Pleno Skenario B Blok 16

Anatomi , Histologi dan

Fisiologi faring

Learning Issue

Faringitis

Pemeriksaan status Lokalis

Page 12: Pleno Skenario B Blok 16

Anatomi FaringFaring merupakan suatu kantung fibromuskuler

yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantung ini mulai dari dasar tengkorak sampai setinggi vertebra servikal VI.

Page 13: Pleno Skenario B Blok 16

Faring terdiri dari 3 bagian, yaitu:1. Nasofaring2. Orofaring3. Laringofaring

Page 14: Pleno Skenario B Blok 16

A. Vaskularisasi faring

Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.Yang utama berasal dari cabang a. Karotis eksterna serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabang palatine superior. 

Page 15: Pleno Skenario B Blok 16

B. Otot pada Faring

Otot-otot pada faring terdiri atas 3 otot konstriktor pharyngeus. Otot-otot ini berperan dalam proses deglutition atau menelan. 

Page 16: Pleno Skenario B Blok 16

C. Persarafan pada faring

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus dan serabut simpatis.Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glossofaringeus.

Page 17: Pleno Skenario B Blok 16

D. Sistem pertahanan

Cincin waldeyer memiliki berbagai fungsi, yaitu:1. Menghasilkan antibodi spesifik (Ig)2. Menghasilkan limfosit3. Pertahanan terhadap kuman pathogen4. berperan terhadap proses immunologis.

Page 18: Pleno Skenario B Blok 16

Histologi FaringPanjang : 12.5 – 15 cmTerdiri atas : Nasopharynx

Oropharynx Laryngopharynx

Lapisan-lapisan pada faring:1. Tunica Mucosa terdiri atas: terdapat sel goblet

Epitel Nasopharynx dan Laryngopharynx : pseudostratified columnarEpitel Oropharynx: Squamous Complex non Cornificatio

2. Lamina Propria Terdiri : Jaringan Ikat Padat, Fibroelastis dengan Serat2 Elastis yang berkembang baik, dan Jaringan Lymphoid dalam jumlah cukup besar Pada Nasopharynx :Tonsila Pharyngealis Pada Oropharynx :Tonsila Palatina

3. Tunica Muscularis : Otot Striata Ireguler

4. Tunica Fibrosa : Lapisan Fibroelastis yang melekatkan dengan jaringan disekitarnya

Page 19: Pleno Skenario B Blok 16
Page 20: Pleno Skenario B Blok 16
Page 21: Pleno Skenario B Blok 16

Fisiologi Faring

Proses menelan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter

2. transpor makanan melalui faring secara involunter3. jalannya bolus melalui esofagus secara involunter.4. Jalannya bolus ke dalam perut

Page 22: Pleno Skenario B Blok 16

FaringitisFaringitis merupakan peradangan dinding faring yang

dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, iritan, dan lain-lain. Faringitis dibagi menjadi tiga yaitu faringitis akut, kronis, dan juga spesifik.

1. Faringitis akutFaringitis akut dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:A. Faringitis viral disebabkan oleh rinovirus dengan gejala demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan yang disertai dengan faring dan tonsil yang hiperemis

B. Faringitis bakterialdisebabkan oleh infeksi oleh grup A Streptococcus β hemolitikus dengan gejala nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk yang disertai juga dengan tonsil yang membesar dan faring hiperemis.

Page 23: Pleno Skenario B Blok 16

2. Faringitis kronik Faktor predisposisi penyakit ini ialah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu

Faringitis kronis dibagi menjadi 2 bentuk yaitu:A. Faringitis kronik hiperplastik

terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring dengan gejala mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk berdahakB. Faringitis kronik hiperplastik atrofi.

sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi di mana udara pernapasan tidak disesuaikan dengan tubuh sehingga menimbulkan rangsangan dan infeksi pada faring. Gejalanya yaitu tenggorok kering dan tebal serta bau mulut.

3. Faringitis spesifikDibagi menjadi dua yaitu:

A. Faringitis luetika disebabkan oleh Treponema palidum

B. Faringitis tuberkulosis. proses sekunder dari tuberkulosis paru.

Page 24: Pleno Skenario B Blok 16

Riwayat perjalanan penyakit Tn. R terkait faringitis

3 tahun yang lalu

merokok

Riwayat sakit berulang sejak

1 tahun yg lalu

3hari yang lalu terdapat

tanda eksaserbasi

akut

Page 25: Pleno Skenario B Blok 16

Pengaruh rokokRokok mengandung zat nikotin, tar, dan iritan lainnya Iritasi mukosa epitel-epitel dimukosa mengalami kerusakan sel-sel Leukosit berkumpul Proses inflamasi kejadian tersebut terjadi berulang-ulang Terjadilah perubahan struktur mukosa

Penyebab: Faringitis kronik

Page 26: Pleno Skenario B Blok 16

Sakit berulang

Akibat dari perubahan struktur mukosa sensitifitas terhadap zat-zat alergen akan meningkat terjadilah sakit yang berulang

Page 27: Pleno Skenario B Blok 16

Eksaserbasi akutBisa disebabkan oleh bakteri atau virus

yang masuk ke dalam saluran nafas menginfeksi sel-sel epitel faring Terkikisnya sel epitel faring jaringan limf. Superficialis bereaksi reaksi inflamasi

Akibatnya yang dihasilkan:A. Dinding faring hiperemisB. Demam C. Nyeri menelanD. Pembesaran tonsilE. Peningkatan WBC

Page 28: Pleno Skenario B Blok 16

Pembesaran tonsil

T0 : tonsil berada di dalam fossa tonsilaris atau sudah diangkat

T1 : bila besarnya ¼ jarak antara arkus anterior dengan uvula T2 : bila besarnya ½ jarak antara arkus anterior dengan uvula T3 : bila besarnya ¾ jarak antara arkus anterior dengan uvula T4 : bila besarnya mencapai uvula atau lebih

Page 29: Pleno Skenario B Blok 16

Penegakkan diagnosis faringitis Anamnesis:

› keluhan utama (nyeri menelan dan demam)› riwayat penyakit sekarang › riwayat kesehatan lalu

riwayat kelahiran riwayat imunisasi penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang ) riwayat hospitalisasi

pemeriksaan fisik umum› usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll› pernafasan › inspeksi tonsil (warna dan pembesaran)› inspeksi dinding belakang faring

Pemeriksaan fisik khusus› Otoskopi› Rhinoskopi› Orofaring

Pemeriksaan lanjutan1. Kultur swab tenggorokan (merupakan tes gold standard). Jenis pemeriksaan ini sering

dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24-48 jam untuk mendapatkan hasilnya.

2. Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH3. Tes Monospot4. Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya rendah5. Heterophile agglutination assay6. ELISA

Page 30: Pleno Skenario B Blok 16

Diagnostik

Faringitis kronik tipe hiperplastik eksaserbasi akut (yang disebabkan bakteri)

Page 31: Pleno Skenario B Blok 16

Penatalaksanaan faringitis terkait kasusBisa dengan 2 cara, yaitu: Farmakologi

Perbaiki yang akut dahulu:1. Antibiotik penisilin G benzatin 50000 U/kgBB IM dosis

tunggal, amoxicilin 50mg/kgBB dibagi 3 dosis atau eritromisin 4x500 mg

2. Kortikosteroid3. Analgetika4. Kumur air hangat dan antiseptik

Lalu, Perbaiki yang kronik:5. Kaustik faring nitrat argenti atau cauter6. Simtomatis obat kumur, tablet hisap7. Obat batuk (jika perlu)8. Penyakit di hidung dan sinus paranasal

harus diobati

Page 32: Pleno Skenario B Blok 16

Non-farmakologi1. Pendidikan Kesehatana. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang

lain sampai demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.

b.  Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega tenggorokan bila perlu.

2. Tirah Baring3. Pemberian kompres panas pada leher untuk

meringankan nyeri.

Page 33: Pleno Skenario B Blok 16

Komplikasi faringitis

1.Otitis media purulenta bakterialis

2.Abses Peritonsiler3.Glomerulus Akut4.Demam Reumatik5.Sinusitis6.Meningitis

Page 34: Pleno Skenario B Blok 16

Pemeriksaan Status Lokalis

Terkait

kasus

Rhinoskopi

Otoskopi

Pemeriksaan Orofaring

Page 35: Pleno Skenario B Blok 16

RhinoskopiRhinoskopi dapat dilakukan dengan

menggunakan spekulum hidung.Cara melakukannya (khusus untuk rhinoskopi anterior), yaitu:

1. Spekulum hidung di pegang dengan tangan kiri

2. Tangan kanan memegang kepala penderita3. Lubang hidung kanan dan kiri dibuka secara

bergantian4. Perhatikan dan nilai konka inferior, konka

media, cairan hidung, nanah, warna mukosa, pembengkakan mukosa, polip, tumor, dll

Page 36: Pleno Skenario B Blok 16
Page 37: Pleno Skenario B Blok 16

Otoskopi Otoskop dapat dipegang dalam posisi berikut ini.

Posisi yang lebih disukai, yaitu memegang otoskop seperti sebuah pensil, diantara ibu jari dan jari telunjuk, dalam posisi mengarah ke bawah dengan aspek ulnar tangan pemeriksa bersandar pada sisi wajah pasien. Dengan memegang ujung tangkai otoskop, pemeriksa kemudian mengarahkan speculum ke dalam kanalis eksternus.

Untuk memeriksan telinga kanan pasien1. pemeriksa memegang otoskop dengan tangan kanan2. Kanalnya diluruskan oleh tangan kiri pemeriksa, yang

menarik daun telinga ke atas, luar, dan belakang. 3. Makinlurus kanalnya, makin mudah visualisasi dan

pemeriksaan akan dirasakan makin nyaman oleh pasien.

Page 38: Pleno Skenario B Blok 16
Page 39: Pleno Skenario B Blok 16

Pemeriksaan OrofaringPemeriksa biasanya diharus menekan lidah dengan spatula lidah, yang terdiri dari:

1. Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya, dan bernapas perlahan-lahan melalui mulutnya.

2. Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan sumber cahaya dengan tangan kirinya.

3. Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah lidah.

4. Jika spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan membentuk gundukan, sehingga inspeksi faring menjadi sulit, jika diletakkan terlalu posterior, akan timbuk reflex muntah.

Page 40: Pleno Skenario B Blok 16
Page 41: Pleno Skenario B Blok 16

Kerangka konsep

Page 42: Pleno Skenario B Blok 16

Standar Kompetensi Dokter Umum

4A : mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Page 43: Pleno Skenario B Blok 16

Kesimpulan

Tn. R 20 tahun, menderita faringitis kronik tipe hiperplastik eksaserbasi akut dicurigai karena infeksi bakteri

Page 44: Pleno Skenario B Blok 16

THANK

YOU!