pleidooi penasehat hukum miranda s goeltom

185
Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D 1 NOTA PEMBELAAN (PLEIDOOI) PERKARA PIDANA NOMOR: 39/Pid.B/TPK/2012/PN.Jkt.Pst PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT ATAS NAMA TERDAKWA Prof. MIRANDA SWARAY GOELTOM, SE, MA, Ph.D BAB I PENDAHULUAN Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian Pada kesempatan ini izinkanlah kami, Tim Penasihat Hukum terlebih dahulu menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Majelis Hakim Yang Mulia, atas lancarnya proses pemeriksaan dalam persidangan selama ini dan atas upaya yang sungguh-sungguh dari Majelis Hakim untuk mewujudkan suatu proses peradilan yang adil (due process of fair trial) terhadap Terdakwa. Kami juga merasa perlu untuk menyampaikan terima kasih kepada Saudara Penuntut Umum yang telah membuat dakwaan dan menghadirkan saksi-saksi dalam perkara ini dimuka persidangan serta dalam membuat Requisitor terhadap Terdakwa.

Upload: themirandatruth

Post on 31-Jul-2015

645 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Nota Pembelaan (Pleidooi) oleh Penasehat Hukum atas nama Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum KPK no. DAK-14/24/07/2012 yang dikeluarkan tanggal 9 Juli 2012 dan Surat Tuntutan Penuntut Umum KPK no. Tut - 26/24/09/2012 yang dikeluarkan tanggal 12 September 2012, dalam Perkara Pidana no. 39/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST PENGADILAN TIPIKOR JAKARTA PUSAT, 17 September 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

1

NOTA PEMBELAAN (PLEIDOOI)

PERKARA PIDANA NOMOR: 39/Pid.B/TPK/2012/PN.Jkt.Pst

PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

ATAS NAMA TERDAKWA

Prof. MIRANDA SWARAY GOELTOM, SE, MA, Ph.D

BAB I

PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Pada kesempatan ini izinkanlah kami, Tim Penasihat Hukum terlebih

dahulu menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Majelis Hakim Yang Mulia, atas lancarnya proses pemeriksaan dalam

persidangan selama ini dan atas upaya yang sungguh-sungguh dari Majelis

Hakim untuk mewujudkan suatu proses peradilan yang adil (due process of

fair trial) terhadap Terdakwa. Kami juga merasa perlu untuk

menyampaikan terima kasih kepada Saudara Penuntut Umum yang telah

membuat dakwaan dan menghadirkan saksi-saksi dalam perkara ini

dimuka persidangan serta dalam membuat Requisitor terhadap Terdakwa.

Page 2: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

2

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Bahwa dalam suatu proses pemeriksaan tindak pidana kita semua tahu,

bahwa untuk mencari kebenaran materiil harus didukung dengan alat-alat

bukti maupun keterangan-keterangan saksi yang berkesesuaian yang harus

kita cermati untuk dipergunakan sebagai pertimbangan hukum dengan

sangat cermat, karena hal ini menyangkut pada hukuman, nasib dan masa

depan Terdakwa.

Pada persidangan hari Rabu tanggal 12 September 2012 yang lalu, saudara

Penuntut Umum telah membacakan tuntutannya yang pada pokoknya

menyatakan bahwa Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana korupsi

secara bersama-sama menyuap Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

sebagaimana dalam dakwaan Pertama dengan menuntut Terdakwa agar

dijatuhi pidana selama 4 (empat) tahun.

Bahwa dasar penuntutan terhadap Terdakwa sama sekali tidak

berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap selama proses

pemeriksaan di persidangan. Fakta-fakta yang dikemukakan oleh Penuntut

Umum bukanlah suatu fakta yang telah diuji sesuai dengan hukum

pembuktian sebagaimana dalam proses persidangan. Fakta-fakta yang

dijadikan dasar oleh Penuntut Umum lebih kepada asumsi serta kecurigaan

kepada Terdakwa yang secara jelas tidak dilandasi kepada suatu fakta yang

bersesuaian satu dengan yang lain, sehingga bertentangan dengan Pasal

185 ayat (6) butir a KUHAP yang berbunyi: “Dalam menilai kebenaran

keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh

memperhatikan: a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang

Page 3: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

3

lain”, serta telah mengabaikan asas satu saksi bukan saksi (unus testis

nullus testis) dalam pembuktian perkara pidana. Adapun fakta-fakta

hukum yang tergali dalam perkara a quo akan kami sampaikan secara rinci

pada bagian analisa fakta pembelaan ini.

Bahwa dari analisa atas fakta-fakta yang terungkap pada persidangan,

hampir keseluruhan uraian dakwaan Penuntut Umum yang menyangkut

hubungan atau adanya keterkaitan antara Terdakwa dengan Nunun

Nurbaeti tidak dapat dibuktikan berdasarkan alat bukti yang sah

sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP (keterangan saksi yang saling

bertentangan yang menimbulkan keraguan, terdapat saksi yang sengaja

disembunyikan karena keterangannya tidak mendukung saksi a charge

Penuntut Umum), uraian dakwaaan Penuntut Umum semata-mata hanya

hasil imajinasi berdasarkan asumsi Penuntut Umum saja, hal ini menjawab

secara langsung kesan bahwa penuntutan dalam perkara a quo yang pada

awalnya banyak mendapat kritikkan seolah-olah penuntutan terkesan

dipaksakan untuk diajukan dalam proses persidangan.

Masih segar dalam ingatan kita hal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi

6-12 Februari 2012 dengan judul “Dewa Mabuk di Ruang Penyidik”, begitu

judul berita halaman 30-31 Majalah Tempo dimaksud. Dalam paragraf 7-

10, 12, 21-22:

“Sepekan sebelumnya, Samad -juga seorang diri- mengumumkan Miranda Swaray Goeltom sebagai tersangka kasus suap cek pelawat untuk 39 anggota Dewan periode 1999-2004. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia ini dituding berada di balik penyuapan agar dipilih DPR duduk di jabatan prestisius itu. Kemunculan Samad seorang diri Kamis dua pekan lalu memunculkan dugaan keretakan antar pemimpin KPK. Beberapa sumber bercerita, jumpa pers soal Miranda itu di luar rencana dan hasil rapat sehari sebelumnya. “Rapat memutuskan perlu ada gelar kasus lagi,” kata sumber itu. Dalam rapat itu, penyidik dan pemimpin KPK terbelah. Dua pemimpin KPK, Bambang Widjajanto dan Busyro Muqoddas, menganggap dua bukti untuk menjerat Miranda belum terlalu kuat, sehingga perlu beberapa kali gelar

Page 4: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

4

kasus dengan bukti-bukti tambahan. Para penyidik setuju dengan pendapat ini. Samad sebaliknya. Dia menilai pengakuan Miranda soal pertemuan anggota fraksi PDI Perjuangan di Hotel Dharmawangsa dengan calon Deputi Gubernur Senior BI sebelum pemilihan adalah bukti Miranda sedang menggalang dukungan. Pertemuan itu menjelaskan motif cek-cek yang diterima anggota Komisi Keuangan dan Perbankan dari PDI Perjuangan. ... Rapat gelar kasus itu buntu. Tak ada kesepakatan di antara dua kubu. Bambang dan Busyro menyodorkan jalan tengah: jika tak ada bukti lain, penetapan tersangka menunggu persidangan Nunun sehingga dua bukti itu berada di bawah sumpah pengadilan dan tak bisa dicabut lagi. ”Perdebatannya cukup keras, “ ujar sumber Tempo. ... Meski tak menyebut secara spesifik kasus Miranda, penjelasan Bambang mengkonfirmasi perbedaan pendapat antar pemimpin KPK itu menyangkut soal bukti dan metode penyidikan kasus. “Pak Samad yang terlalu terburu-buru. Mungkin terpengaruh gaya LSM,” ujar seorang sumber. Sebelum terpilih sebagai Ketua KPK, Samad adalah pengacara merangkap aktivis antikorupsi di Makasar. Kepemimpinan Samad berbeda dengan kerja KPK periode sebelumnya. Di zaman Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto, kata seorang sumber, bukti-bukti ditimbang bolak-balik sebelum sampai pada keputusan menetapkan seseorang sebagai Tersangka. “Sekarang seperti memakai jurus dewa mabuk.”

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Kita menyadari, bahwa prinsip pemidanaan kepada seseorang adalah

diletakkan pada minimal 2 alat bukti dan dari 2 alat bukti tersebut ada

keyakinan bahwa seseorang tersebut adalah bersalah melakukan suatu

tindak pidana. Pemidanaan terhadap seseorang bukan diawali keyakinan

terlebih dahulu, kemudian mencari 2 alat bukti apalagi untuk memenuhi 2

alat bukti tersebut kemudian menerabas dan mengabaikan ketentuan

pembuktian (vide Pasal 183 KUHAP).

Selama proses pembuktian dalam perkara a quo diperoleh fakta bahwa

Terdakwa tidak pernah memerintahkan ataupun menganjurkan ataupun

Page 5: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

5

turut serta dengan Nunun Nurbaeti melakukan suatu perbuatan terlarang,

dalam proses pembuktian di persidangan, Terdakwa menyatakan bertemu

dengan anggota fraksi PDIP dan fraksi TNI/Polri sebelum fit and proper test

DGS BI tahun 2004 juga telah dijelaskan dalam persidangan bukan sesuatu

yang bertentangan dengan ketentuan ataupun peraturan perundang-

undangan, oleh karenanya tidak terdapat suatu kesalahan dalam diri

Terdakwa, sehingga sesuai dengan asas geen straf zonder schuld (tiada

pidana tanpa kesalahan), maka Terdakwa harus dibebaskan dari seluruh

dakwaan (Anwijzigheid van alle Schuld).

Apabila dalam suatu proses pemeriksaan di persidangan diperoleh fakta-

fakta yang sebenarnya belum memenuhi syarat untuk menyatakan

seseorang bersalah ataupun adanya keragu-raguan atas suatu fakta, maka

hendaknya sesuai dengan asas in dubio pro reo/when in doubt, for the

accused yang pada pokoknya menyatakan apabila terdapat keraguan atas

tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka seseorang tidak dapat

dijatuhi pidana oleh suatu pengadilan.

Asas in dubio pro reo telah digunakan oleh Mahkamah Agung (“MA”) untuk

memutus perkara, di antaranya dalam Putusan MA No. 33 K/MIL/2009

yang dalam pertimbangannya antara lain berbunyi sebagai berikut:

“asas IN DUBIO PRO REO yang menyatakan jika terjadi keragu-raguan apakah Terdakwa salah atau tidak maka sebaiknya diberikan hal yang menguntungkan bagi Terdakwa yaitu dibebaskan dari dakwaan.”

Penerapan mengenai asas geen straf zonder schuld / Anwijzigheid van alle

Schuld dan asas in dubio pro reo sudah menjadi yurisprudensi, serta

merupakan penerapan dari Pasal 182 ayat (6) KUHAP sendiri yang

berbunyi:

Page 6: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

6

“Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil permufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. putusan diambil dengan suara terbanyak; b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan yang

dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.

Lebih lanjut mengenai harus dibebaskannya Terdakwa berdasarkan asas in

dubio pro reo dapat dilihat pada ketentuan Pasal 191 KUHAP yang

berbunyi: “Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di

sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus

bebas”.

Dari uraian tersebut diatas, apabila fakta-fakta hukum yang tergali dalam

proses pemeriksaan dalam persidangan a quo tidak terdapat suatu fakta

yang meyakinkan bahwa Terdakwa memiliki maksud dan tujuan ataupun

bersama-sama atau menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk melakukan suatu

tindak pidana, maka Terdakwa harus dibebaskan.

Bahwa sebagaimana kita ketahui sehubungan dengan adanya keragu-

raguan mengenai kesalahan seseorang maka Hakim harus memberikan

putusan yang menguntungkan bagi terdakwa sebagaimana juga dikenal

adagium “lebih baik membebaskan seribu orang bersalah dari pada

menghukum satu orang yang tidak bersalah”.

Bahwa pengabaian terhadap asas-asas sebagaimana yang telah diuraikan

diatas dapat mengakibatkan kegagalan dalam menegakkan keadilan

(miscarriage of justice) dan merusak sendi-sendi sistem hukum serta

melanggar hak asasi manusia.

Page 7: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

7

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Kami, Tim Penasihat Hukum berkeyakinan, bahwa Majelis Hakim Yang

Mulia tentunya akan bertindak secara bijak dan objektif, dan hanya

menggunakan fakta-fakta yang terungkap selama persidangan sebagai

dasar pertimbangan hukum dalam mengambil putusan dalam perkara a

quo, terbebas dari pengaruh manapun juga baik pengaruh pemberitaan

media massa, pengaruh pendapat dalam berbagai tulisan ataupun

pengaruh dari pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari posisi

Terdakwa dalam perkara ini. Hanya dengan demikianlah Terdakwa akan

dapat memperoleh keadilan yang hakiki dalam perkara ini.

Tim Penasihat Hukum dan juga Terdakwa tetap berkeyakinan bahwa

Terdakwa akan memperoleh keadilan dalam putusan yang akan diambil

oleh Majelis Hakim Yang Mulia.

Untuk kepentingan dan atas nama Klien kami, Prof. Miranda Swaray

Gultom, SE, MA, Ph.D, perkenankanlah kami, Tim Penasihat Hukum

mengajukan Nota Pembelaan (Pleidooi) terhadap dakwaan dan Surat

Tuntutan (Requisitor) Penuntut Umum yang telah disampaikan dan

dibacakan dalam persidangan yang lalu.

Adapun Nota Pembelaan ini kami bagi dalam Sistematika sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

II. DAKWAAN

III. FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN

A. Keterangan Saksi-Saksi

B. Keterangan Ahli

Page 8: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

8

C. Keterangan Terdakwa

IV. FAKTA – FAKTA HUKUM

V. ANALISA YURIDIS

VI. PERMOHONAN DAN PENUTUP

Page 9: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

9

BAB II

DAKWAAN

Berdasarkan Surat Penetapan Hakim Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 39/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST

tanggal 25 Juli 2012 Terdakwa didakwa dengan dakwaan:

PERTAMA atau;

Subjek Dakwaan

Terdakwa bersama-sama dengan:

Nunun Nurbaeti atau

Masing-masing bertindak sendiri-sendiri

Tempus de Licti:

Pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni

2004 atau;

Setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2004.

Locus de Licti:

Bertempat di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT.001/004, Kelurahan Cipete,

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dan Jalan Riau No. 17-21, Menteng,

Jakarta Pusat atau:

Setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo

Pasal 35 ayat (3) UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Page 10: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

10

Normatif/Ketentuan Perundangan sebagai Referensi Penuntut Umum:

1. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2004;

2. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. 02 A DPR

RI/I/2001-2002 tanggal 10 September 2001.

Objek Tindakan Hukum

Terdakwa melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti dimana

dalam pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk

dikenalkan kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota

Komisi IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa

dalam pelaksanaan pemilihan DGS BI. (Surat Dakwaan halaman 3)

Untuk memenuhi permintaan Terdakwa, selanjutnya Nunun Nurbaeti

bertempat di rumah nya di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT. 001/004,

Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan memfasilitasi

pertemuan antara Terdakwa dengan anggota Komisi IX DPR RI yaitu

Endin AJ Soefihara dari Fraksi PPP, Hamka Yandhu dan Paskah Suzetta

masing-masing dari Fraksi Golkar dengan tujuan agar Fraksi Golkar

mendukung untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test DGS BI.

Setelah acara pertemuan selesai Nunun Nurbaeti mendengar ada yang

menyampaikan kepada Terdakwa “ini bukan proyek thank you ya?”,

maksudnya atas dukungan terhadap Terdakwa akan ada sesuatu

imbalan kepada anggota DPR yang memilih dalam fit and proper test

DGS BI tahun 2004. (Surat Dakwaan halaman 3).

Terdakwa juga mengundang anggota Komisi IX dari Fraksi PDI-P (Dudhi

Makmun Murod, Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan lainnya) untuk

Page 11: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

11

melakukan pertemuan khusus di salah satu ruangan di Hotel

Darmawangsa Jakarta atas biaya Terdakwa. Terdakwa meminta agar

dalam melaksanakan fit and proper test pemilihan DGS BI 2004 anggota

dari Fraksi PDIP memilih terdakwa. (Surat Dakwaan halaman 4)

Terdakwa juga mengundang Fraksi TNI/Polri pada Komisi IX DPR RI

(Udju Djuaheri, Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno) untuk

melakukan pertemuan di kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga Jalan

Sudirman Jakarta Selatan. Terdakwa meminta agar pada fir and proper

test pemilihan DGS BI 2004 para anggota dari Fraksi TNI/Polri tidak

menanyakan masalah pribadi Terdakwa. (Surat Dakwaan halaman 4)

Sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS BI di

hadapan DPR-RI Komisi IX (7 Juni 2004), setelah Nunun Nurbaeti

menerima TC atas sepengetahuan Terdakwa, Nunun Nurbaeti

bertempat dikantor nya Jalan Riau No. 17-21 Menteng Jakarta Pusat

melakukan pertemuan dengan Hamkah Yandhu untuk membicarakan

rencana pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI. (Surat

Dakwaan halaman 5)

Terdakwa mengetahui pemberian TC senilai kurang lebih Rp.

20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima puluh juta

rupiah) oleh Nunun Nurbaeti kepada para anggota Komisi IX DPR RI.

(Surat Dakwaan halaman 9).

Page 12: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

12

Untuk memenuhi permintaanTerdakwa, selanjutnya NNbertempat di rumahnya JalanCipete Raya No. 39, memfasilitasipertemuan antara Terdakwadengan anggota Komisi IX DRP RIyaitu Endin dari Fraksi PPP,Hamka Yandhu dan PaskahSuzetta masing-masing dari fraksiGolkar dengan tujuan agar fraksiGolkar mendukung untukmemilih Terdakwa dalam fit &proper test calon DGS BI. Setelahacara pertemuan selesai NNMendengar ada yangmenyampaikan kepada terdakwaini bukan proyek thank you ya”maksudnya atas dukunganterhadap Terdakwa akan adasuatu imbalan kepada anggotaDPR yang memilihnya dalam fit &proper test DGS BI tahun 2004

Terdakwa Bersama-sama dengan Nunun Nurbaetie atau masing-masing bertindak sendiri-sendiri, pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni 2004

Terdakwa yang mengetahuibahwa dukungan dari anggotaKomisi IX bukanlah proyekThank you, selain memintadukungan kepada anggota DPRKomisi IX melalui NN, Terdakwajuga mengundang anggotakomisi IX dari fraksi PDI P yangdi hadiri beberapa anggotakomisi IX dari fraksi PDI Pdiantaranya Dudie MakmunMurod, Agus Condro, EmirMoeis dan yang lainnya, untukmelakukan pertemuan khususdi salah satu ruangan di hotelDarmawangsa atas biaya dariTerdakwa, yang mana dalampertemuan tersebut Terdakwameminta agar dalampelaksanaan fit & propert testpemilihan DGS BI Tahun 2004para anggota dari fraksi PDI Pmemilih Terdakwa

Sebelum pelaksanaan pemilihan DGS BI, Agar Terdakwa tidak gagal dipilihseperti dalam pemilihan Gubernur BI tahun 2003 Terdakwa melakukanpertemuan dengan NN, dimana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta NNuntuk dikenalkan kepada teman-teman NN yang menjadi anggota komisi IX DPRRI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa dalam pelaksanaanpemilihan DGS BI, yang mana NN menyetujui permintaan Terdakwa

KONSTRUKSI DAKWAAN KE SATU

MSG(Terdakwa)

NununNurbaeti

Pasal 5 ayat (1) huruf b UU TIPIKOR Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 1 KUHP

PertemuanDi Cipete Rumah Nunun

Pertemuan Di Hotel Darmawangsa

1

24

Terdakwa selain itu jugamengundang fraksi TNI/Polripada komisi IX DPR RI yaituUdju Djuhaeri, Darsu Yusuf, R.Sulistyadi dan Suyitno untukmelakukan pertemuan dikantor Terdakwa GedungBank Niaga Jl. Sudirman, yangmana dalam pertemuan ituTerdakwa meminta agardalam pelaksanaan fit &proper test pemilihan DGS BItahun 2004 para anggota darifraksi TNI/ polri tidakmenanyakan masalah pribadiTerdakwa yaitu keretakankeluarga Terdakwasebagaimana yang pernahterjadi dalam pelaksanaanpemilihan Gub BI tahun 2003yang juga masih diikutiolehterdakwa, sehingga terakwatidak terlpilih dalam prosespemilihan Gub BI tahun 2003

Menindak lanjutipembicaraan NN denganPaskah, di Hotel Mulia CoffeeShop, NN, Paskah dan HamkaYandhu melakukanpertemuan di Café D’Loungejl. Gunawarman, yangmanadalam pertemuantersebut NN meminta kembalikepada Paskah agar fraksiGolkar mendukung pemilihanTerdakwa dalam pemilihansebagai DGS BI tahun 2004karena dari fraksi PDIP sudahbersedia mendukung

8 Juni 2004, DPR

melakukanFit and proper

TestDGS BI

TC diberikan

• Seharri sebelum Terdakwa menjalanji fit & proper test calon DGS BI di hadapan DPR Komisi IXtepatnya pada tanggal 7 Juni 2004, setelah NN menerima sejumlah TC BII atas sepengetahuanTerdakwa, NN bertempat di kantornya jl. Riau No. 17-21 menteng melakukan pertemuan denganHamka Yandhu untuk membicarakan rencana pemberian TC BII kepada anggota Komisi IX DPR RIsebagaii tanda terima kasih setelah anggota komisi IX DRP RI memilih Terdakwa sebagai DGS BI

• NN selanjutnya menghubungi Arie Malangjudo (AMJ) untuk datang ke ruangan kerjanya danmeminta AMJ agar menyampaikan tanda terima kasih kepada anggota komisi IX DPR, namun AMJmerasa keberatan, setelah diberikan penjelasan oleh NN bahwa Hamka Yandhu yang mengatursemuanya akhirnya AMJ menyanggupinya. Dalam pertemuan itu Hamka juga mengatakan kepadaAMJ “kita sudah atur, nanti ada kode merah, kuning, hijau, putih kode pada kantong itu” denganmenunjuk 4 (empat) buah kantong belanja

5

PertemuanDi Hotel Mulia Coffee

shop dan D’Lounge

Arie Malangjudo

Anggota Komisi IX DPR diantaranya

Dudi MkmunMurod, Endin

Soefihara, HamkaYandhu, Udju,

Sulistyadi, Suyitno dan

Darsup Yusup

6

7

8

10

Pertemuan di GrahaNiaga kantor Terdakwa

3

Pertemuan di Jalan Riau Kantor Nunun Nuerbaeti

9

Tiidak lagi membahasmasalah keluargasebagaimana yang MSGminta atau yang dimintamelalui NN, Hasil Votingmemilih

TerdakwaTerpilih

sebagai DGS BI periode 2004

Unsur Pokok Perbuatan Pidana: a. bersama-sama

dengan Nunun Nurbaeti.

b. memberi sesuatu

TC BII senilai Rp. 20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima

puluh juta rupiah) melalui Ahmad Hakim Safari MJ alias Ari Malangjudo

yang merupakan bagian dari total 480 (empat ratus delapan puluh)

lembar TC senilai Rp. 24. 000.000.000,- (dua puluh empat milyar

rupiah).

Page 13: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

13

c. kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Hamka Yandhu (Fraksi Golkar), Dudhie Makmun Murod (Fraksi PDIP)

dan Endin AJ Soefihara (Fraksi PPP) selaku Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia masa Periode tahun 1999-2004 serta

beberapa anggota Komisi IX DRP RI periode 1999-2004 lainnya.

d. karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

berhubungan dengan Pemilihan Terdakwa sebagai Deputi Gubernur

Senior Bank Indonesia (DGS BI) sebagaimana ketentuan dalam Pasal 41

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 tahun 2004, yang dilakukan secara bertentangan

dengan kewajiban anggota DPR RI untuk tidak melakukan perbuatan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sesuai dengan Pasal 5 angka 4 UU No. 28

tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas

korupsi, kolusi dan nepotisme dan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

RI No. 02 A DPR RI-2001-2002 tanggal 10 September 2001.

Bahwa Terdakwa bersama-sama dengan Nunun Nurbaeti memberi

sesuatu berupa TC melalui Ari Malangjudo kepada anggota Fraksi Golkar

(Hamkah Yandhu), Fraksi PDIP (Dudhie Makmun Murod), Fraksi PPP

(Endin Sofihara) selaku anggota DPR RI, karena berhubungan dengan

pemilihan Terdakwa sebagai DGS BI yang dilakukan secara bertentangan

dengan kewajiban anggota DPR RI untuk tidak melakukan perbuatan

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Page 14: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

14

Ancaman Pidana

Kesatu

Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

KEDUA atau;

Subjek Dakwaan

Terdakwa;

Tempus de Licti:

Pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni

2004 atau;

Setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2004.

Locus de Licti:

Bertempat di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT.001/004, Kelurahan Cipete,

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dan Jalan Riau No. 17-21, Menteng,

Jakarta Pusat atau:

Setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo

Pasal 35 ayat (3) UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Normatif/Ketentuan Perundangan sebagai Referensi Penuntut Umum:

1. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2004;

Page 15: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

15

2. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. 02 A DPR

RI/I/2001-2002 tanggal 10 September 2001.

Objek Tindakan Hukum

Terdakwa melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti dimana

dalam pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk

dikenalkan kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota

Komisi IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa

dalam pelaksanaan pemilihan DGS BI. (Surat Dakwaan halaman 3)

Untuk memenuhi permintaan Terdakwa, selanjutnya Nunun Nurbaeti

bertempat di rumah nya di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT. 001/004,

Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan memfasilitasi

pertemuan antara Terdakwa dengan anggota Komisi IX DPR RI yaitu

Endin AJ Soefihara dari Fraksi PPP, Hamka Yandhu dan Paskah Suzetta

masing-masing dari Fraksi Golkar dengan tujuan agar Fraksi Golkar

mendukung untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test DGS BI.

Setelah acara pertemuan selesai Nunun Nurbaeti mendengar ada yang

menyampaikan kepada Terdakwa “ini bukan proyek thank you ya?”,

maksudnya atas dukungan terhadap Terdakwa akan ada sesuatu

imbalan kepada anggota DPR yang memilih dalam fit and proper test

DGS BI tahun 2004. (Surat Dakwaan halaman 3).

Terdakwa juga mengundang anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP (Dudhi

Makmun Murod, Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan lainnya) untuk

melakukan pertemuan khusus di salah satu ruangan di Hotel

Darmawangsa Jakarta atas biaya Terdakwa. Terdakwa meminta agar

Page 16: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

16

dalam melaksanakan fit and proper test pemilihan DGS BI 2004 anggota

dari Fraksi PDIP memilih terdakwa. (Surat Dakwaan halaman 4)

Terdakwa juga mengundang Fraksi TNI/Polri pada Komisi IX DPR RI

(Udju Djuaheri, Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno) untuk

melakukan pertemuan di kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga Jalan

Sudirman Jakarta Selatan. Terdakwa meminta agar pada fir and proper

test pemilihan DGS BI 2004 para anggota dari Fraksi TNI/Polri tidak

menanyakan masalah pribadi Terdakwa. (Surat Dakwaan halaman 4)

Sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS BI di

hadapan Komisi IX DPR RI (7 Juni 2004), setelah Nunun Nurbaeti

menerima TC atas sepengetahuan Terdakwa, Nunun Nurbaeti

bertempat dikantor nya Jalan Riau No. 17-21 Menteng Jakarta Pusat

melakukan pertemuan dengan Hamkah Yandhu untuk membicarakan

rencana pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI. (Surat

Dakwaan halaman 5)

Terdakwa mengetahui pemberian TC senilai kurang lebih Rp.

20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima puluh juta

rupiah) oleh Nunun Nurbaeti kepada para anggota Komisi IX DPR RI.

(Surat Dakwaan halaman 9).

Page 17: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

17

Untuk memenuhi permintaanTerdakwa, selanjutnya NNbertempat di rumahnya JalanCipete Raya No. 39, memfasilitasipertemuan antara Terdakwadengan anggota Komisi IX DRP RIyaitu Endin dari Fraksi PPP,Hamka Yandhu dan PaskahSuzetta masing-masing dari fraksiGolkar dengan tujuan agar fraksiGolkar mendukung untukmemilih Terdakwa dalam fit &proper test calon DGS BI. Setelahacara pertemuan selesai NNMendengar ada yangmenyampaikan kepada terdakwaini bukan proyek thank you ya”maksudnya atas dukunganterhadap Terdakwa akan adasuatu imbalan kepada anggotaDPR yang memilihnya dalam fit &proper test DGS BI tahun 2004

Terdakwa dengan sengaja menganjurkan NN untuk melakukan perbuatan memberi sesuatuberupa TC BII senilai Rp. 20.850.000.000

Terdakwa yang mengetahuibahwa dukungan dari anggotaKomisi IX bukanlah proyekThank you, selain memintadukungan kepada anggota DPRKomisi IX melalui NN, Terdakwajuga mengundang anggotakomisi IX dari fraksi PDI P yangdi hadiri beberapa anggotakomisi IX dari fraksi PDI Pdiantaranya Dudie MakmunMurod, Agus Condro, EmirMoeis dan yang lainnya, untukmelakukan pertemuan khususdi salah satu ruangan di hotelDarmawangsa atas biaya dariTerdakwa, yang mana dalampertemuan tersebut Terdakwameminta agar dalampelaksanaan fit & propert testpemilihan DGS BI Tahun 2004para anggota dari fraksi PDI Pmemilih Terdakwa

Sebelum pelaksanaan pemilihan DGS BI, Agar Terdakwa tidak gagal dipilihseperti dalam pemilihan Gubernur BI tahun 2003 Terdakwa melakukanpertemuan dengan NN, dimana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta NNuntuk dikenalkan kepada teman-teman NN yang menjadi anggota komisi IX DPRRI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa dalam pelaksanaanpemilihan DGS BI, yang mana NN menyetujui permintaan Terdakwa

KONSTRUKSI DAKWAAN KE DUA

MSG(Terdakwa)

NununNurbaeti

Pasal 5 ayat (1) huruf b UU TIPIKOR Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 2 KUHP

PertemuanDi Cipete Rumah Nunun

Pertemuan Di Hotel Darmawangsa

1

24

Terdakwa selain itu jugamengundang fraksi TNI/Polripada komisi IX DPR RI yaituUdju Djuhaeri, Darsu Yusuf, R.Sulistyadi dan Suyitno untukmelakukan pertemuan dikantor Terdakwa GedungBank Niaga Jl. Sudirman, yangmana dalam pertemuan ituTerdakwa meminta agardalam pelaksanaan fit &proper test pemilihan DGS BItahun 2004 para anggota darifraksi TNI/ polri tidakmenanyakan masalah pribadiTerdakwa yaitu keretakankeluarga Terdakwasebagaimana yang pernahterjadi dalam pelaksanaanpemilihan Gub BI tahun 2003yang juga masih diikutiolehterdakwa, sehingga terakwatidak terlpilih dalam prosespemilihan Gub BI tahun 2003

Menindak lanjutipembicaraan NN denganPaskah, di Hotel Mulia CoffeeShop, NN, Paskah dan HamkaYandhu melakukanpertemuan di Café D’Loungejl. Gunawarman, yangmanadalam pertemuantersebut NN meminta kembalikepada Paskah agar fraksiGolkar mendukung pemilihanTerdakwa dalam pemilihansebagai DGS BI tahun 2004karena dari fraksi PDIP sudahbersedia mendukung

8 Juni 2004, DPR

melakukanFit and proper

TestDGS BI

TC diberikan

• Seharri sebelum Terdakwa menjalanji fit & proper test calon DGS BI di hadapan DPR Komisi IXtepatnya pada tanggal 7 Juni 2004, setelah NN menerima sejumlah TC BII atas sepengetahuanTerdakwa, NN bertempat di kantornya jl. Riau No. 17-21 menteng melakukan pertemuan denganHamka Yandhu untuk membicarakan rencana pemberian TC BII kepada anggota Komisi IX DPR RIsebagaii tanda terima kasih setelah anggota komisi IX DRP RI memilih Terdakwa sebagai DGS BI

• NN selanjutnya menghubungi Arie Malangjudo (AMJ) untuk datang ke ruangan kerjanya danmeminta AMJ agar menyampaikan tanda terima kasih kepada anggota komisi IX DPR, namun AMJmerasa keberatan, setelah diberikan penjelasan oleh NN bahwa Hamka Yandhu yang mengatursemuanya akhirnya AMJ menyanggupinya. Dalam pertemuan itu Hamka juga mengatakan kepadaAMJ “kita sudah atur, nanti ada kode merah, kuning, hijau, putih kode pada kantong itu” denganmenunjuk 4 (empat) buah kantong belanja

5

PertemuanDi Hotel Mulia Coffee

shop dan D’Lounge

Arie Malangjudo

Anggota Komisi IX DPR diantaranya

Dudi MkmunMurod, Endin

Soefihara, HamkaYandhu, Udju,

Sulistyadi, Suyitno dan

Darsup Yusup

6

7

8

10

Pertemuan di GrahaNiaga kantor Terdakwa

3

Pertemuan di Jalan Riau Kantor Nunun Nuerbaeti

9

Tiidak lagi membahasmasalah keluargasebagaimana yang MSGminta atau yang dimintamelalui NN, Hasil Votingmemilih

TerdakwaTerpilih

sebagai DGS BI periode 2004

Unsur Pokok Perbuatan Pidana:

a. dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan sengaja menganjurkan orang lain untuk melakukan perbuatan

sengaja menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk melakukan perbuatan

memberi sesuatu berupa TC senilai Rp. 20.850.000.000,- (dua puluh

milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah) melalui Ahmad Hakim

Safari MJ alias Ari Malangjudo yang merupakan bagian dari total 480

(empat ratus delapan puluh) lembar TC senilai Rp. 24. 000.000.000,-

(dua puluh empat milyar rupiah).

Page 18: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

18

b. kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Hamka Yandhu (Fraksi Golkar), Dudhie Makmun Murod (fraksi PDIP)

dan Endin AJ Soefihara (fraksi PPP) selaku Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia masa periode tahun 1999-2004 serta

beberapa anggota Komisi IX DRP RI periode 1999-2004 lainnya.

c. karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

berhubungan dengan Pemilihan Terdakwa sebagai Deputi Gubernur

Senior Bank Indonesia (DGS BI) sebagaimana ketentuan dalam Pasal 41

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 tahun 2004, yang dilakukan secara bertentangan

dengan kewajiban anggota DPR RI untuk tidak melakukan perbuatan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sesuai dengan Pasal 5 angka 4 UU No. 28

tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas

korupsi, kolusi dan nepotisme dan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

RI No. 02 A DPR RI-2001-2002 tanggal 10 September 2001.

Bahwa Terdakwa sengaja menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk

melakukan perbuatan memberi sesuatu berupa TC melalui Ari

Malangjudo kepada anggota Fraksi Golkar (Hamkah Yandhu), Fraksi PDIP

(Dudhie Makmun Murod), Fraksi PPP (Endin Sofihara) selaku anggota DPR

RI, karena berhubungan dengan pemilihan Terdakwa sebagai DGS BI yang

dilakukan secara bertentangan dengan kewajiban anggota DPR RI untuk

tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Page 19: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

19

Ancaman Pidana

Kedua

Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP.

KETIGA atau;

Subjek Dakwaan

Terdakwa bersama-sama dengan:

Nunun Nurbaeti atau

Masing-masing bertindak sendiri-sendiri

Tempus de Licti:

Pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni

2004 atau;

Setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2004

Locus de Licti:

Bertempat di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT.001/004, Kelurahan Cipete,

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dan Jalan Riau No. 17-21, Menteng,

Jakarta Pusat atau:

Setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo

Pasal 35 ayat (3) UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Page 20: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

20

Normatif/Ketentuan Perundangan:

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2004;

Objek Tindakan Hukum

Terdakwa melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti dimana

dalam pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk

dikenalkan kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota

Komisi IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa

dalam pelaksanaan pemilihan DGS BI.

Terdakwa juga mengundang anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP (Dudhi

Makmun Murod, Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan lainnya) untuk

melakukan pertemuan khusus di salah satu ruangan di Hotel

Darmawangsa Jakarta atas biaya Terdakwa. Terdakwa meminta agar

dalam melaksanakan fit and proper test pemilihan DGS BI 2004 anggota

dari Fraksi PDIP memilih terdakwa.

Terdakwa juga mengundang Fraksi TNI/Polri pada Komisi IX DPR RI

(Udju Djuaheri, Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno) untuk

melakukan pertemuan di kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga Jalan

Sudirman Jakarta Selatan. Terdakwa meminta agar pada fit and proper

test pemilihan DGS BI 2004 para anggota dari Fraksi TNI/Polri tidak

menanyakan masalah pribadi Terdakwa.

Sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS BI di

hadapan DPR RI Komisi IX (7 Juni 2004), setelah Nunun Nurbaeti

menerima TC atas sepengetahuan Terdakwa, Nunun Nurbaeti

bertempat dikantor nya Jalan Riau No. 17-21 Menteng Jakarta Pusat

melakukan pertemuan dengan Hamkah Yandhu untuk membicarakan

rencana pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI.

Page 21: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

21

Terdakwa mengetahui pemberian TC senilai kurang lebih Rp.

20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima puluh juta

rupiah) oleh Nunun Nurbaeti kepada para anggota Komisi IX DPR RI.

Untuk memenuhi permintaanTerdakwa, selanjutnya NNbertempat di rumahnya JalanCipete Raya No. 39, memfasilitasipertemuan antara Terdakwadengan anggota Komisi IX DRP RIyaitu Endin dari Fraksi PPP,Hamka Yandhu dan PaskahSuzetta masing-masing dari fraksiGolkar

Terdakwa Bersama-sama dengan Nunun Nurbaetie atau masing-masing bertindak sendiri-sendiri, pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni 2004

Terdakwa yang mengetahuibahwa dukungan dari anggotaKomisi IX bukanlah proyekThank you, selain memintadukungan kepada anggota DPRKomisi IX melalui NN, Terdakwajuga mengundang anggotakomisi IX dari fraksi PDI P yangdi hadiri beberapa anggotakomisi IX dari fraksi PDI Pdiantaranya Dudie MakmunMurod, Agus Condro, EmirMoeis dan yang lainnya, untukmelakukan pertemuan khususdi salah satu ruangan di hotelDarmawangsa atas biaya dariTerdakwa, yang mana dalampertemuan tersebut Terdakwameminta agar dalampelaksanaan fit & propert testpemilihan DGS BI Tahun 2004para anggota dari fraksi PDI Pmemilih Terdakwa

Sebelum pelaksanaan pemilihan DGS BI, Agar Terdakwa tidak gagal dipilihseperti dalam pemilihan Gubernur BI tahun 2003 Terdakwa melakukanpertemuan dengan NN, dimana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta NNuntuk dikenalkan kepada teman-teman NN yang menjadi anggota komisi IX DPRRI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa dalam pelaksanaanpemilihan DGS BI, yang mana NN menyetujui permintaan Terdakwa

KONSTRUKSI DAKWAAN KE TIGA

MSG(Terdakwa)

NununNurbaeti

Pasal 13 UU TIPIKOR Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 1 KUHP

PertemuanDi Cipete Rumah Nunun

Pertemuan Di Hotel Darmawangsa

1

24

Terdakwa selain itu jugamengundang fraksi TNI/Polripada komisi IX DPR RI yaituUdju Djuhaeri, Darsu Yusuf, R.Sulistyadi dan Suyitno untukmelakukan pertemuan dikantor Terdakwa GedungBank Niaga Jl. Sudirman, yangmana dalam pertemuan ituTerdakwa meminta agardalam pelaksanaan fit &proper test pemilihan DGS BItahun 2004 para anggota darifraksi TNI/ polri tidakmenanyakan masalah pribadiTerdakwa yaitu keretakankeluarga Terdakwasebagaimana yang pernahterjadi dalam pelaksanaanpemilihan Gub BI tahun 2003yang juga masih diikutiolehterdakwa, sehingga terakwatidak terlpilih dalam prosespemilihan Gub BI tahun 2003

Menindak lanjutipembicaraan NN denganPaskah, di Hotel Mulia CoffeeShop, NN, Paskah dan HamkaYandhu melakukanpertemuan di Café D’Loungejl. Gunawarman, yangmanadalam pertemuantersebut NN meminta kembalikepada Paskah agar fraksiGolkar mendukung pemilihanTerdakwa dalam pemilihansebagai DGS BI tahun 2004karena dari fraksi PDIP sudahbersedia mendukung

8 Juni 2004, DPR

melakukanFit and proper

TestDGS BI

TC diberikan

• Seharri sebelum Terdakwa menjalanji fit & proper test calon DGS BI di hadapan DPR Komisi IXtepatnya pada tanggal 7 Juni 2004, setelah NN menerima sejumlah TC BII atas sepengetahuanTerdakwa, NN bertempat di kantornya jl. Riau No. 17-21 menteng melakukan pertemuan denganHamka Yandhu untuk membicarakan rencana pemberian TC BII kepada anggota Komisi IX DPR RIsebagaii tanda terima kasih setelah anggota komisi IX DRP RI memilih Terdakwa sebagai DGS BI

• NN selanjutnya menghubungi Arie Malangjudo (AMJ) untuk datang ke ruangan kerjanya danmeminta AMJ agar menyampaikan tanda terima kasih kepada anggota komisi IX DPR, namun AMJmerasa keberatan, setelah diberikan penjelasan oleh NN bahwa Hamka Yandhu yang mengatursemuanya akhirnya AMJ menyanggupinya. Dalam pertemuan itu Hamka juga mengatakan kepadaAMJ “kita sudah atur, nanti ada kode merah, kuning, hijau, putih kode pada kantong itu” denganmenunjuk 4 (empat) buah kantong belanja

5

PertemuanDi Hotel Mulia Coffee

shop dan D’Lounge

Arie Malangjudo

Anggota Komisi IX DPR diantaranya

Dudi MkmunMurod, Endin

Soefihara, HamkaYandhu, Udju,

Sulistyadi, Suyitno dan

Darsup Yusup

6

7

8

10

Pertemuan di GrahaNiaga kantor Terdakwa

3

Pertemuan di Jalan Riau Kantor Nunun Nuerbaeti

9

Tiidak lagi membahasmasalah keluargasebagaimana yang MSGminta atau yang dimintamelalui NN, Hasil Votingmemilih

TerdakwaTerpilih

sebagai DGS BI periode 2004

Unsur Pokok Perbuatan Pidana:

a. memberi hadiah atau janji

memberikan hadiah berupa Traveller Cheque Bank Internasional

Indonesia senilai Rp. 20.850.000.000,- (dua puluh miliyar delapan ratus

lima puluh juta rupiah) melalui Ari Malangjudo, yang merupakan bagian

dari total 480 (empat ratus delapan puluh) lembar TC BII senilai Rp.

24.000.000.000,- (dua puluh empat miliyar rupiah).

Page 22: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

22

b. kepada Pegawai Negeri

Hamka Yandhu (Fraksi Golkar), Dudhie Makmun Murod (Fraksi PDIP)

dan Endin AJ Soefihara (Faksi PPP) selaku Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia masa periode tahun 1999-2004 serta

beberapa anggota Komisi IX DRP RI periode 1999-2004 lainnya.

c. dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada

jabatan atau kedudukannya, atau pemberi hadiah atau janji dianggap

melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut

yaitu Terdakwa dan Nunun Nurbaeti mengetahui hadiah berupa TC

tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan anggota Komisi

IX DPR RI dalam rangka Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia sebagaimana ketentuan dalam Pasal 41 UU No. 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU No. 3

tahun 2004.

Ancaman Pidana

Ketiga

Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55

ayat (1) ke 1 KUHP.

KEEMPAT

Subjek Dakwaan

Terdakwa;

Page 23: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

23

Tempus de Licti:

Pada hari dan tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni

2004 atau;

Setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2004

Locus de Licti:

Bertempat di Jalan Cipete Raya No. 39 C RT.001/004, Kelurahan Cipete,

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dan Jalan Riau No. 17-21, Menteng,

Jakarta Pusat atau:

Setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo

Pasal 35 ayat (3) UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Normatif/Ketentuan Perundangan:

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2004;

Objek Tindakan Hukum

Terdakwa melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti dimana

dalam pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk

dikenalkan kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota

Komisi IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa

dalam pelaksanaan pemilihan DGS BI.

Terdakwa juga mengundang anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP (Dudhi

Makmun Murod, Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan lainnya) untuk

melakukan pertemuan khusus di salah satu ruangan di Hotel

Page 24: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

24

Darmawangsa Jakarta atas biaya Terdakwa. Terdakwa meminta agar

dalam melaksanakan fit and proper test pemilihan DGS BI 2004 anggota

dari Fraksi PDIP memilih terdakwa.

Terdakwa juga mengundang Fraksi TNI/Polri pada Komisi IX DPR RI

(Udju Djuaheri, Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno) untuk

melakukan pertemuan di kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga Jalan

Sudirman Jakarta Selatan. Terdakwa meminta agar pada fir and proper

test pemilihan DGS BI 2004 para anggota dari Fraksi TNI/Polri tidak

menanyakan masalah pribadi Terdakwa.

Sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS BI di

hadapan DPR RI Komisi IX (7 Juni 2004), setelah Nunun Nurbaeti

menerima TC atas sepengetahuan Terdakwa, Nunun Nurbaeti

bertempat dikantor nya Jalan Riau No. 17-21 Menteng Jakarta Pusat

melakukan pertemuan dengan Hamkah Yandhu untuk membicarakan

rencana pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI.

Terdakwa mengetahui pemberian TC senilai kurang lebih Rp.

20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima puluh juta

rupiah) oleh Nunun Nurbaeti kepada para anggota Komisi IX DPR RI.

Page 25: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

25

Untuk memenuhi permintaanTerdakwa, selanjutnya NNbertempat di rumahnya JalanCipete Raya No. 39, memfasilitasipertemuan antara Terdakwadengan anggota Komisi IX DRP RIyaitu Endin dari Fraksi PPP,Hamka Yandhu dan PaskahSuzetta masing-masing dari fraksiGolkar

Terdakwa dengan sengaja menganjurkan NN untuk melakukan perbuatan memberi sesuatuberupa TC BII senilai Rp. 20.850.000.000

Terdakwa yang mengetahuibahwa dukungan dari anggotaKomisi IX bukanlah proyekThank you, selain memintadukungan kepada anggota DPRKomisi IX melalui NN, Terdakwajuga mengundang anggotakomisi IX dari fraksi PDI P yangdi hadiri beberapa anggotakomisi IX dari fraksi PDI Pdiantaranya Dudie MakmunMurod, Agus Condro, EmirMoeis dan yang lainnya, untukmelakukan pertemuan khususdi salah satu ruangan di hotelDarmawangsa atas biaya dariTerdakwa, yang mana dalampertemuan tersebut Terdakwameminta agar dalampelaksanaan fit & propert testpemilihan DGS BI Tahun 2004para anggota dari fraksi PDI Pmemilih Terdakwa

Sebelum pelaksanaan pemilihan DGS BI, Agar Terdakwa tidak gagal dipilihseperti dalam pemilihan Gubernur BI tahun 2003 Terdakwa melakukanpertemuan dengan NN, dimana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta NNuntuk dikenalkan kepada teman-teman NN yang menjadi anggota komisi IX DPRRI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa dalam pelaksanaanpemilihan DGS BI, yang mana NN menyetujui permintaan Terdakwa

KONSTRUKSI DAKWAAN KE EMPAT

MSG(Terdakwa)

NununNurbaeti

Pasal 13 UU TIPIKOR Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 2 KUHP

PertemuanDi Cipete Rumah Nunun

Pertemuan Di Hotel Darmawangsa

1

24

Terdakwa selain itu jugamengundang fraksi TNI/Polripada komisi IX DPR RI yaituUdju Djuhaeri, Darsu Yusuf, R.Sulistyadi dan Suyitno untukmelakukan pertemuan dikantor Terdakwa GedungBank Niaga Jl. Sudirman, yangmana dalam pertemuan ituTerdakwa meminta agardalam pelaksanaan fit &proper test pemilihan DGS BItahun 2004 para anggota darifraksi TNI/ polri tidakmenanyakan masalah pribadiTerdakwa yaitu keretakankeluarga Terdakwasebagaimana yang pernahterjadi dalam pelaksanaanpemilihan Gub BI tahun 2003yang juga masih diikutiolehterdakwa, sehingga terakwatidak terlpilih dalam prosespemilihan Gub BI tahun 2003

Menindak lanjutipembicaraan NN denganPaskah, di Hotel Mulia CoffeeShop, NN, Paskah dan HamkaYandhu melakukanpertemuan di Café D’Loungejl. Gunawarman, yangmanadalam pertemuantersebut NN meminta kembalikepada Paskah agar fraksiGolkar mendukung pemilihanTerdakwa dalam pemilihansebagai DGS BI tahun 2004karena dari fraksi PDIP sudahbersedia mendukung

8 Juni 2004, DPR

melakukanFit and proper

TestDGS BI

TC diberikan

• Seharri sebelum Terdakwa menjalanji fit & proper test calon DGS BI di hadapan DPR Komisi IXtepatnya pada tanggal 7 Juni 2004, setelah NN menerima sejumlah TC BII atas sepengetahuanTerdakwa, NN bertempat di kantornya jl. Riau No. 17-21 menteng melakukan pertemuan denganHamka Yandhu untuk membicarakan rencana pemberian TC BII kepada anggota Komisi IX DPR RIsebagaii tanda terima kasih setelah anggota komisi IX DRP RI memilih Terdakwa sebagai DGS BI

• NN selanjutnya menghubungi Arie Malangjudo (AMJ) untuk datang ke ruangan kerjanya danmeminta AMJ agar menyampaikan tanda terima kasih kepada anggota komisi IX DPR, namun AMJmerasa keberatan, setelah diberikan penjelasan oleh NN bahwa Hamka Yandhu yang mengatursemuanya akhirnya AMJ menyanggupinya. Dalam pertemuan itu Hamka juga mengatakan kepadaAMJ “kita sudah atur, nanti ada kode merah, kuning, hijau, putih kode pada kantong itu” denganmenunjuk 4 (empat) buah kantong belanja

5

PertemuanDi Hotel Mulia Coffee

shop dan D’Lounge

Arie Malangjudo

Anggota Komisi IX DPR diantaranya

Dudi MkmunMurod, Endin

Soefihara, HamkaYandhu, Udju,

Sulistyadi, Suyitno dan

Darsup Yusup

6

7

8

10

Pertemuan di GrahaNiaga kantor Terdakwa

3

Pertemuan di Jalan Riau Kantor Nunun Nuerbaeti

9

Tiidak lagi membahasmasalah keluargasebagaimana yang MSGminta atau yang dimintamelalui NN, Hasil Votingmemilih

TerdakwaTerpilih

sebagai DGS BI periode 2004

Unsur Pokok Perbuatan Pidana: a. dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan

kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan sengaja menganjurkan orang lain untuk melakukan perbuatan

sengaja menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk melakukan perbuatan

memberi sesuatu berupa TC senilai Rp. 20.850.000.000,- (dua puluh

milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah) melalui Ahmad Hakim

Safari MJ alias Ari Malangjudo yang merupakan bagian dari total 480

(empat ratus delapan puluh) lembar TC senilai Rp. 24. 000.000.000,-

(dua puluh empat milyar rupiah).

Page 26: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

26

b. kepada Pegawai Negeri

Hamka Yandhu (Fraksi Golkar), Dudhie Makmun Murod (Fraksi PDIP)

dan Endin AJ Soefihara (Fraksi PPP) selaku Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia masa Periode tahun 1999-2004 serta

beberapa anggota Komisi IX DRP RI periode 1999-2004 lainnya.

c. dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut yaitu Terdakwa dan Nunun Nurbaeti mengetahui hadiah berupa TC BII

tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan anggota Komisi

IX DPR RI dalam rangka Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia sebagaimana ketentuan dalam Pasal 41 UU No. 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU No. 3

tahun 2004.

Bahwa Terdakwa sengaja menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk

melakukan perbuatan memberi hadiah atau janji berupa TC melalui

Ari Malangjudo kepada anggota Fraksi Golkar (Hamkah Yandhu), Fraksi

PDIP (Dudhie Makmun Murod), Fraksi PPP (Endin Sofihara) selaku anggota

DPR RI, Terdakwa dan Nunun Nurbaeti mengetahui hadiah berupa TC

tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan anggota Komisi IX

DPR RI dalam rangka Pemilihan DGS BI.

Page 27: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

27

Ancaman Pidana

Keempat

Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55

ayat (1) ke 2 KUHP.

Page 28: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

28

BAB III

FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DIPERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Bahwa dalam proses persidangan selama ini telah didengar keterangan

saksi-saksi dan keterangan ahli baik yang diajukan oleh Penuntut Umum

maupun yang diajukan oleh Terdakwa/Tim Penasihat Hukum, serta

keterangan Terdakwa. Dari seluruh keterangan-keterangan tersebut, telah

terungkap fakta-fakta dipersidangan sebagaimana dikemukakan dibawah

ini:

A. KETERANGAN SAKSI-SAKSI.

1. Drs. Agus Condro Prayitno (mantan anggota DPR-RI Komisi IX pada

fraksi PDI Perjuangan Periode 2003-2004 sebelumnya periode 1999-

2003 pada Komisi VII dan 2004-2009 pada Komisi II DPR-RI)

diperiksa sebagai saksi pada tanggal 9 Agustus 2012. Memberikan

keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam pada

persidangan sebagai berikut:

Saksi tidak ada hubungan semenda atau hubungan darah dengan

Terdakwa.

Saksi tahu Terdakwa.

Bahwa saksi pernah menjadi anggota DPR tahun 2004. Periode

1999-2004.

Bahwa saksi pada tahun 1999-2003 di Komisi VII, kemudian

2003-2004 di Komisi IX.

Bahwa tugas Komisi IX adalah keuangan dan perbankan, ada

hubungan dengan Bank Indonesia.

Page 29: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

29

Bahwa saksi dari fraksi PDI-Perjuangan. Bahwa 18 orang dari

fraksi PDI-Perjuangan yang ada di Komisi IX.

Bahwa saksi masih ingat siapa-siapa saja orang yang dari fraksi

PDI-Perjuangan.

Bahwa tahun 2004 ada pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia.

Bahwa saksi lupa Deputi Senior Bank Indonesia sebelumnya,

“kalau tidak salah Pak Anwar Nasution.”

Pada tahun 2004 Miranda Gultom, Hartadi Sarwono, satunya lagi

Pak Budi Rohadi kalau tidak salah yang dipilih dalam pemilihan

Deputi Senior Bank Indonesia.

Bahwa proses pemilihan di DPR, setelah DPR menerima surat

dari Presiden tentang nama-nama calon Deputi Gubernur Senior

yang harus dipilih oleh DPR. Itu kemudian Pimpinan DPR

mengumumkan dalam satu rapat paripurna, kemudian setelah

itu dibahas di badan musyawarah ditentukan komisi mana yang

nanti akan melakukan pemilihan. Di badan musyawarah

diputuskan karena BI itu mitra dari Komisi IX maka kemudian

ditugasilah Komisi IX untuk melakukan proses pemilihan.

Bahwa pada saat pemilihan yang terpilih Ibu Miranda Gultom.

Bahwa landasan Komisi IX memilih Terdakwa sebagai Deputi

Senior Bank Indonesia, kalau memilih saya tidak tahu yang Mulia

tetapi ketika Ibu Miranda itu memperoleh suara terbanyak

kemudian dinyatakan sebagai calon terpilih. Tetapi kalau

alasannya apa, ada dalam pikirannya masing-masing kawan-

kawan anggota Komisi IX waktu itu yang memilih.

Bahwa kalau dari fraksi PDI-P itu pertama-tama tidak dalam

rapat pleno fraksi cuma pimpinan fraksi menyampaikan bahwa

dalam waktu dekat akan diadakan pemilihan Deputi Gubernur

Senior BI. Kemudian disampaikan nama-nama yang sudah

diajukan oleh Presiden yang harus dipilih di Komisi IX. Itu

disampiakan dalam rapat pleno fraksi. Kemudian ditindak lanjuti

di Rapat Poksi. Poksi itu anggota fraksi yang ada dalam satu

komisi di Poksi IX waktu itu. Tempatnya di Gedung DPR di

Wisma Nusantara.

Bahwa yang dilakukan di luar gedung sekali pernah diadakan

pertemuan di Hotel Darmawangsa, yang hadir saat itu saya

Page 30: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

30

kemudian Pak Panda Nababan, Pak William Tutuwarima, Bu

Angel, Pak Matius Kormes, Pak Emir Moeis, Pak Max Muin

kemudian Pak Rusman Lumbantoruan juga hadir terus Ibu

Miranda Gultom, dia juga hadir tapi hadirnya belakangan.

Bahwa saya tidak tahu persis siapa yang punya inisiatif

pertemuan Darmawangsa (pertemuan di luar gedung khusus

dengan orang yang akan dipilih) tetapi saya sebagai anggota

Komisi IX dari fraksi PDI-Perjuangan waktu itu diperintahkan

oleh Pimpinan fraksi, di undang begitu, untuk hadir ke Hotel

Darmawangsa dimana nanti akan diperkenalkan dengan Ibu

Miranda Gultom.

Bahwa pada saat di Darmawangsa tidak membicarakan hal-hal

yang penting tetapi sekedar untuk katakanlah meyakinkan

bahwa dari temen-temen fraksi PDI-Perjuangan di Komisi IX itu

sudah sepakat untuk memilih Ibu Miranda. Kemudian Ibu

Miranda juga menyampaikan, tidak terlalu lama setengah jam

kemudian Bu Miranda pamit.

Bahwa saya duduknya agak jauh jadi mejanya agak panjang oval,

tetapi yang saya dengar sekitar semacam silaturohmi.

Bahwa saya tidak tahu yang memilih tetapi saya diundang

diperintahkan oleh Pimpinan fraksi saya. Yang memberitahu ke

saya itu Pak Wiliam Tutuwarima, saya di beritahu “Gus nanti

sekitar jam 3 kita ke Hotel Darmawangsa nanti kita akan ada

pertemuan dengan Bu Miranda”.

Bahwa pemilihan Gubernur Senior BI itu dilakukan secara

tertutup jadi persisnya apakah 18 orang dari fraksi PDI-

Perjuangan itu semuanya memilih Bu Miranda atau tidak, saya

tidak tahu tetapi yang saya yakini bahwa teman-teman PDI-

Perjuangan itu kompak memilih Ibu Miranda.

Bahwa sehari setelah pemilihan itu saya diundang ke

ruangannya Pak Emir Muis terus kemudian disitu memang

dibagikan satu amplop yang berisi 10 lembar travel cek. Yang

memberikan Pak Dudi Makmun Murod. Jumlahnya 10 lembar

travel cek, satu lembar Rp. 50 juta. Travel cek dikeluarkan dari

Bank International Indonesia (BII).

Page 31: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

31

Bahwa jadi begini pada saat di rapat Poksi di Poksi IX, PDI-

Perjuangan kemudian ditegaskan supaya teman-teman fraksi

PDI-Perjuangan yang Komisi IX itu memilih Ibu Miranda.

Alasannya rasional karena faktor jam terbang, kompetensi,

kemudian pengalaman dan segala macam. Akhirnya dari segi

kemampuan dan segala macam itu tidak diragukan lagi

disbanding dengan calon yang lain. Pada waktu itu memang saya

mendengar Pimpinan itu mengatakan Pak Cahyo Kumolo

mengatakan “Ibu Miranda bersedia tapi 300 tapi kalo kita minta

500 itu beliau tidak keberatan”. Dari Pak Cahyo Kumolo yang

saya ingat pernah mengatakan seperti itu sebelum pemilihan

pada saat rapat. Yang hadir di rapat sebagian besar dari kawan-

kawan Komisi IX dari fraksi PDI-Perjuangan.

Bahwa saat itu saksi tidak menanyakan uang itu sumbernya dari

mana.

Bahwa ketika saya menerima bersama-sama kawan-kawan di

ruangannya Pak Emir Muis begini pikiran saya “ini ada kaitannya

dengan apa yang disampaikan Pak Cahyo Kumolo ketika rapat

poksi”.

Bahwa saksi tidak pernah atau anggota DPR menerima travel cek

yang berhubungan dengan gaji.

Bahwa saya ketika menerima TC, itu feeling saya ada hubungan

karena dikaitkan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Cahyo

Kumolo di rapat Poksi tetapi saya tidak punya pikiran itu duit

dari mana, sumbernya dari mana, pikiran saya waktu itu “wong

duit itu yang memberikan adalah Pimpinan Fraksi”. Pak Dudi

Makmun Murod itu kan Pimpinan fraksi saya, dia bendahara

fraksi. Kemudian Pak Emir Muis juga salah satu pimpinan fraksi

sekaligus merangkap sebagai ketua poksi. Saya percaya saja,

begitu menerima ooh… ini duit dari fraksi. Fraksi itu duitnya dari

mana, itu saya tidak terlalu banyak berpikir waktu itu.

Bahwa Saya tidak tahu apakah fraksi lain menerima TC. Yang

setahu saya fraksi PDI-P dan yang bersama-sama saya lihat

waktu itu 4 orang.

Bahwa saya dengar nama Ibu Nunun Nurbaeti itu dari surat

kabar.

Page 32: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

32

Bahwa rapat Poksi itu yang memimpin Ketua Poksi Pak Emir

Muis, kemudian disitu hadir Pak Cahyo Kumolo yang menjabat

selaku Ketua Fraksi dan Pak Panda Nababan selaku Sekertaris

Fraksi.

Bahwa perkataan dari Ketua Fraksi Cahyo Kumolo “Ibu Miranda

bersedia tapi 300 tapi kalo kita minta 500 itu beliau tidak

keberatan” saksi mendengar langsung saat itu berada di satu

ruangan. Cahyo Kumolo berbicaranya didalam pertemuan rapat

intern Poksi, disampikan kepada yang ada didalam rapat itu.

Tidak ada tanggapan dari yang hadir atas perkataan tersebut.

Bahwa dalam pikiran saya waktu itu nanti setelah selesai

pemilihan akan diberi sesuatu. Pada waktu itu memang

kemudian Pimpinan Fraksi menjanjikan “setelah ini kita akan

mempertemukan dengan Ibu Miranda supaya betul-betul yakin”,

karena kan sebelumnya kami Fraksi PDI-P pernah mendukung

Ibu Miranda di pemilihan Gubernur BI kemudian kalah. Nah ini

supaya yakin nantinya akan menang.

Bahwa pertemuan di Hotel Darmawangsa dengan Terdakwa

hanya sekali. Kalau yang saksi dengar sendiri pembicaraannya

seputar ramah tamah, perkenalan, pengakraban. Kalau

pembicaraan mengenai dukungan dalam artian ketika itu, kami

dari Komisi IX fraksi PDI-Perjuangan sudah full nanti akan

mendukung untuk memilih yang bersangkutan. Persisnya saksi

lupa yang dikatakan Terdakwa, tetapi substansi nya itu Ibu

Miranda ya mengucapkan “terima kasih kalau didukung”.

Bahwa saksi mendengar ada pemilihan Gubernur BI tahun 2003.

Pada saat itu saksi masih duduk di Komisi VII tidak ikut

pemilihan. Saksi mendengar dari kawan yang pernah ada duduk

di Komisi IX, kawan saksi Bapak William Tutuwarima ada Bapak

Bambang Pranoto, ada Bapak Danil Setiawan.

Bahwa saya menceritakan kepada KPK, apakah itu disebut

melaporkan tetapi persisnya ketika itu saya diperiksa sebagai

saksi untuk kasus BI juga dimana tersangkanya adalah Pak Aulia

Pohan. Pada saat diperiksa kemudian ditanya apakah saya

pernah terima sejumlah uang dari Pak Hamkah Yandhu dari

Golkar terkait pembahasan amandemen UUBI jumlahnya Rp.

Page 33: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

33

250 juta. Dalam pikiran saya waktu saya memang tidak pernah

menerima uang sejumlah Rp. 250 juta, jangan-jangan duit yang

saya terima dalam jumlah Rp. 500 juta dalam bentuk TC yang

disampaikan Cahyo Kumolo pada saat itu Rp. 300 juta tapi yang

saya terima Rp. 500 juta, siapa tau bahwa duit itu juga sebagian

dari situ maka saya ngomong saya terimanya tidak Rp. 250 juta

tapi Rp. 500 juta. Kemudian Penyidik menanyakan Rp. 500 juta

itu dalam rangka apa, coba kronologinya seperti apa. Kemudian

saya ceritakan duit itu saya terima sehari setelah pemilihan ibu

Miranda.

Bahwa pada saat pemilihan saya memilih Ibu Miranda Gultom.

Kalau pada saat fit and proper test yang kelihatan mumpuni itu

memang Ibu Miranda Gultom. Jadi sebenarnya tidak usah dikasih

duit pun saya tetap akan memilih karena satu itu instruksi partai

yang mau tidak mau harus dijalankan, yang kedua secara

objektif memang diantara 3 calon yang memang menonjol Ibu

Miranda.

Bahwa perkataan Cahyo Kumolo tentang “Ibu Miranda bersedia

memberikan 300 tapi kalo kita minta 500 itu beliau tidak

keberatan” di rapat poksi diantara teman-teman anggota Komisi

IX dari fraksi PDI-Perjuangan. Pada saat itu hadir Pak Poltak, Pak

Wiliam, Pak Emir Muis. Seingat saya memang Pak Cahyo Kumolo

menyatakan seperti itu. Karena itu kalimat yang pertama kali

saya dengar artinya “kok ada mau memilih orang, kok kemudian

ada cerita tentang mau dikasih 300 tapi kalau kita minta 500

tidak keberatan”. Di Komisi VII saya tidak pernah dengar ada

cerita seperti itu atau omongan seperti itu ketika akan memilih.

Begitu di Komisi IX ada kalimat seperti itu kan jadi nya teringat

terus dalam pikiran saya.

Bahwa di rapat komisi itu sudah disampikan kemudian pada

rapat pleno fraksi mempertegas untuk memilih Bu Miranda,

tetapi bahwa sudah ada denger-denger bahwa Pimpinan Partai

memutuskan untuk memilih Bu Miranda kami sudah denger

sebelumnya. Kami sudah dengar bocoran nanti yang dipilih Ibu

Miranda. Bocoran itu sebelum pemilihan. Waktu rapat poksi itu

penegasan artinya untuk mempertegas bahwa nanti yang harus

Page 34: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

34

dipilih adalah Ibu Miranda. Kalau sebelum-sebelumnya sudah

denger nanti kita akan memilih Ibu Miranda.

Bahwa Nursuhud PDI-Perjuangan sebagai anggota DPR periode

tahun 2004-2009. Nursuhud tidak ikut memilih pada waktu itu

bersama saksi. Waktu itu Nursuhud statusnya masih sebagai

asisten saksi. Tahun 1999-2004 Nursuhud masih menjadi

asisten saksi. Rekaman di stasiun Gambir itu pada November

2008.

Bahwa Bambang Pranoto ketika bertemu dengan saya di Gambir

kemudian. Saya kontak (menghubungi) Pak Bambang Pranoto,

janjian bertemu di Gambir untuk ngomong-ngomong. Kemudian

disitu bercerita terkait apa yang saya alami di KPK. Kemudian

saya berusaha untuk meminta dukungan Mas Bambang Pranoto

(almarhum) supaya beliau bersedia ngomong bahwa dulu dia

pernah ada cerita pernah ditawari persekot 250 juta nanti kalau

menang akan dipenuhi 250 juta itu tadi. Tapi Pak Bambang

Pranoto tidak mau tidak berani “sudah kamu sana saja cukup”.

Artinya kalau saya ngomong sudah cukup tidak perlu ada cerita

yang lain, wong kalau sudah dipanggil KPK itu namanya sudah

tercemar. Beliau keberatan “udah lah Gus, gak usah”. Artinya

beliau tidka usah memberi kesaksian.

Bahwa tahapan pertama untuk pemilihan mendengarkan

paparan dari para calon dari 3 orang itu, kemudian setelah

selesai dilakukan voting. Saya mengikuti setiap tahapan tadi.

Saksi tidak pernah melakukan pertemuan dengan calon yang

lain.

Bahwa saya itu tahu Ibu Miranda pada saat saya masuk Komisi

IX, kadang-kadang beliau ikut rapat, ngomong-ngomong saja

tidak pernah. Tidak pernah bertemu tidak pernah

membicarakan mengenai TC, kecuali ramah tamah tadi di Hotel

Darmawangsa.

Bahwa ada yang nyeletuk menanggapi pernyataan Cahyo

Kumolo pada saat rapat Poksi tersebut tetapi saya lupa siapa,

saya ingat nya begini “kalau beliau bersedia kasih 500 kenapa

kita kok 300, bodoh itu kalau beliau bersedia 500 kita minta nya

Page 35: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

35

cuma 300” ada celetukan seperti itu tapi saya lupa siapa

orangnya.

Bahwa saya santai-santai saja menanggapi pernyataan Cahyo

Kumolo sambil ingat-ingat, karena waktu saya di Komisi VII

tidak pernah ada. Kemudian mau milih siapa atau orang mau

kasih sesuatu itu tidak pernah ada. Tidak pernah terpikirkan.

Bahwa tidak terpikir TC itu dari mana, saya terima saja tetapi

feeling saya ketika terima cek itu terkait dengan omongan Pak

Cahyo. Pengahasilan DPR itu langsung masuk tabungan bukan

seperti ini (TC).

Bahwa yang terpikirkan saya pada waktu itu ya sudahlah ini

tanggung jawab fraksi karena yang mengatur semuanya fraksi.

Ketika menjelang pemilihan Presiden juga kasih Rp. 50 juta

untuk biaya membantu anggota yang memenangkan Ibu Mega di

lapangan.

Bahwa TC itu saya pakai. TC itu sekarang sudah saya

kembalikan. Saya mengembalikan dengan jual asset.

Bahwa pada waktu pertemuan di Darmawangsa yang

disampaikan ramah tamah saja kepada teman-teman. Saya tidak

begitu mendengarkan, saya agak jauh, santai-santai tapi

substansinya itu ramah tamah tidak dalam rangka fit and proper

test, tidak formil atau setengah formil gitu. Itu 3 atau 4 hari

menjelang fit and proper test. Fit and proper test nya itu tanggal

8 Juni. Hasil voting Ibu Miranda mendapat suara terbanyak. Lalu

besoknya saya menerima TC dari Pak Dudi Makmun Murod

sebanyak 10 lembar TC. Pada waktu terima TC, Pak Dudi

menyampaikan “ini uang nya sudah cair”, saya tidak menanyakan

uang apa waktu itu.

Bahwa saya mengatakan tadi “tidak dikasih uang pun, karena itu

perintah partai mesti PDI itu memilih”.

Bahwa ketika rapat Poksi, bahwa Pak Cahyo Kumolo seingat

saya pernah menyampaikan “Ibu Miranda mau kasih 300 kalau

kita minta 500, beliau tidak keberatan”.

Bahwa semua yang terima uang itu tidak ada yang bertanya ini

uang apa, asal nya dari mana. Suasananya sepertinya sudah

mengerti ini, langsung turun saja. Saya disitu tidak sampai 10

Page 36: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

36

menit. Begitu terima saya disuruh hitung, saya hitung, kemudian

sudah saya turun. Pak Dudi yang memberi Cuma bicara “ini uang

sudah cair, coba tolong dihitung jumlahnya sama tidak?”

Kalau yang saya alami begitu terima uang nya disuruh

menghitung, ada kode nya tidak. Amplopnya nya sudah dipisah-

pisahkan, jumlahnya sama, sudah kemudian saya turun.

Bahwa setahu saya tidak ada pertemuan dengan calon DGS BI

yang lainnya. Saya tidak tahu apakah teman-teman yang lain

pernah melakukan pertemuan dengan Terdakwa.

Bahwa ada pemilihan lain selain pemilihan DGS BI, pemilihan

lain itu pemilihan BPK, tidak ada permainan uang seperti ini.

Tidak ada arahan dari pimpinan pada saat pemilihan BPK.

Bahwa pada saat fit and proper test tidak ada pertanyaan-

pertanyaan mengenai moral dari anggota Komisi IX pada saat

itu, pertanyaannya seputar profesionalitas saja. Dalam proses fit

and proper test itu dalam menguji dilakukan satu-satu yang

lainnya tidak ada diruangan.

Bahwa kalau tidak salah hasil yang diterima Terdakwa pada saat

voting itu adalah 41 dari total anggota Komisi sekitar 53 atau 56

gitu.

Bahwa dalam BAP saksi nomor 30 dialog dalam bahasa Jawa

menit 1.11.

Bahwa pembicaraan saksi dengan Bambang Pranoto tepatnya

tahun 2008 bulan Nopember, harinya lupa kalau tanggalnya

kalau tidak salah tanggal 8 lah, 8 Nopember sore jam 3.

Pembicaraan saksi rekam pakai HP Komunikator.

Terjemahannya bahasa Indonesia dari Pak Bambang Pranoto

seperti itu (dibacakan BAP saksi oleh Penuntut Umum dan

diperdengarkan rekaman suara). Bahwa suara itu suara saya dan

suara almarhum Bambang Pranoto. Saudara Nursuhud ada

disitu.

Bahwa percakapan di menit 01.34 arti dan maksud Pak

Bambang Pranoto “persekotnya 250 juta dimana nanti akan

digenapi menjadi 750 juta”. Percakapan ini dibenarkan oleh

saksi.

Page 37: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

37

Bahwa percakan dalam menit 1.39 diartikan oleh saksi “Pak

Bambang Pranoto menjelaskan bahwa persekotnya 250 juta,

kemudian Pak Bambang Pranoto menanyakan kepada orang

yang memberi tahu kepada Pak Sukono dan Pak Welli “kalau

tidak menang dan tidak terpilih bagaimana dengan persekot itu?.

Saksi membenarkan rekaman percakapan ini.

Bahwa percakapan ini dilakukan di Stasiun Gambir, posisinya di

ruang tunggu eksekutif (executive lounge) Parahyangan di lantai

2. Direkam pada hari itu, pada hari yang sama pada jam yang

sama tempat yang sama.

Bahwa percakapan saksi di BAP nomor 33. Itu percakapan menit

ke 1.58 arti dan maksud ucapan pembicaraan “Pak Bambang

Pranoto mengatakan menurut Pak Sungkono yang penting

kewajiban untuk memilih Miranda sebagai Gubernur BI sudah

dilaksanakan lalu Pak Bambang Pranoto mengatakan bila begitu

caranya lebih baik kalau sudah menang saja saya menerima uang

nya”. Saksi membenarkan keterangan ini.

Bahwa terjemahan dari saksi di persidangan dengan yang di BAP

tidak sama.

Bahwa keseluruhan maksudnya dari percakapan tersebut bahwa

Mas Bambang Pranoto menceritakan, beliau itu kan kadang

masuk kadang tidak, menceritakan bahwa dia itu diminta,

didatangi oleh kawan-kawan beliau di Komisi IX waktu itu.

Bahwa pada saat itu saya melakukan pembicaraan antara saya

dengan Mas Bambang Pranoto almarhum trus disitu ada saudara

Nursuhud, yang dibicarakan waktu itu adalah Mas Bambang

Pranoto bercerita waktu itu bahwa ketika menjelang pemilihan

Gubernur BI, beliau didatangi oleh kawan-kawan beliau bersama

dengan anggota Komisi IX dari PDI untuk ikut pemilihan dan

kemudian untuk memilih apa yang diperintahkan oleh partai

dan dijanjikan akan diberikan persekot 250 juta nanti

kalausudah selesai menang mau dikasih dan digenapi menjadi

750 juta. Intinya itu. Pemilihan tahun 2003.

Bahwa saya menerima TC, bagian saya, saya terima di ruangan

Emir Muis. Yang bersama-sama saya, setelah dibuka nilainya

sama, 10 lembar. Yang bareng saya yang diundang ke

Page 38: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

38

ruangannya Emir Muis semuanya menerima tidak ada yang

mengembalikan. Kalau Pak Emir Muis itu saya tidak melihat

sendiri tidak tahu dia terima atau tidak tetapi menurut Pak Emir

Muis dalam persidangan saya, beliau mengatakan menerima

kemudian dikembalikan ke Pak Panda Nababan.

Bahwa tidak secara eksplisit disampaikan arahan/kriteria yang

akan menjadi dasar untuk pemilihan DGS BI dalam pertemuan

atau rapat Poksi. Tidak pernah disampaikan secara eksplisit.

Bahwa tidak ada arahan untuk menanyakan bagaimana kriteria

atau cara-cara bertanya dalam melakukan fit and proper test.

Bahwa saksi lupa apakah dalam pelaksanaan fit and proper test

ada ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal apa yang harus

dipertanyakan oleh anggota komisi.

Bahwa saya tidak pernah mengklarifikasi kepada Terdakwa

mengenai perkataan “Ibu Miranda mau kasih 300 kalau kita

minta 500, beliau tidak keberatan” yang diucapkan Pak Cahyo

Kumolo dalam rapat Poksi. Alasannya satu, kan ndak ngerti sama

Ibu jadikan saya selaku anggota Komisi IX baru kemudian tidak

begitu kenal dengan Ibu kemudian tidak ada urgensi dari diri

saya untuk mengklarifikasi. Itukan omongan dari Pimpinan

fraksi saya ya sudah saya percayai begitu saja.

TANGGAPAN TERDAKWA: terdakwa keberatan dengan keterangan saksi karena Terdakwa

tidak pernah menyatakan perkataan “Ibu Miranda mau kasih 300

kalau kita minta 500, beliau tidak keberatan” kepada Pak Cahyo

Kumolo

2. HAMKAH YANDHU Y.R (mantan anggota DPR RI Komisi IX periode

2002-2004) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 9 Agustus 2012.

Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam

pada persidangan sebagai berikut:

Page 39: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

39

Bahwa saksi sebagai anggota DPR tahun 2002-2004 Komisi IX

dari fraksi Partai Golkar. Pada waktu itu sebanyak 15 orang,

Paskah Suzetta, Bobi Suhardiman, Asep Sujana, dan lain-lain.

Bahwa pada tahun 2004 dilakukan pemilihan Deputi Senior BI.

Seingat saya ada 3 calon pada waktu itu. Ada pertama Ibu

Miranda Gultom, Hartadi B. Sarwono, dan yang satu lagi lupa.

Ketika itu yang terpilih saudari Ibu Miranda Gultom.

Bahwa Komisi IX anggotanya kurang lebih 52. Saksi lupa

perolehan suara untuk Terdakwa.

Bahwa tidak ada pengarahan dari fraksi saksi pada saat

pemilihan Terdakwa.

Bahwa tidak pernah ada pertemuan-pertemuan dalam rangka

pemilihan Gubernur Senior BI, tidak ada pertemuan di Hotel

Darmawangsa.

Bahwa pernah ada pertemuan dengan Ibu Nunun. Pada waktu

itu ada acara breakfast untuk pertemuan dengan orang-orang

Sunda di Hotel Mulia. Saya tidak mendengar apa yang

dibicarakan, saya hanya hadir waktu itu.

Bahwa TC itu ada pada saat meluasnya berita dari Agus Condro.

Bahwa saya pernah menerima TC. Saya menerimanya waktu itu

pada saat sesudah acara voting pemilihan Deputi Gubernur. Saya

diajak oleh temen saya, saudara Azar Muklis untuk ke suatu

tempat, seingat saya waktu itu Jalan Riau. Saya tidak tahu

mengapa dibawa ke Jalan Riau, saya hanya diajak. Bahwa waktu

itu saya menerima bingkisan warna coklat yang diterima oleh

Azar Muklis, saya hanya mendapingi saja. Seingat saya Jalan Riau

itu dekat Menteng. Seingat saya waktu itu seperti rumah. Waktu

itu kami datang berdua, ditanyakan dari mana kemudian kita

bilag dari Golkar dan diarahkan naik ke lantai 2.

Bahwa saya waktu itu habis fit and proper test, duduk-duduk di

sekretariat tiba-tiba dicolek sama Azar Muklis untuk menemani,

akhirnya datanglah ke suatu tempat.

Bahwa pada saat di Jalan Riau itu menurut keterangan supir saya

ada beberapa mobil sama. Saya menemukan ada bapak-bapak

pakai kaca mata saya tidak tahu namanya memperkenalkan

namanya Ari atau siapalah. Saya diajak saja ke Jalan Riau,

Page 40: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

40

pokoknya dia bilang ikut aja. Waktu itu menerima bungkusan

warna coklat. Dalam perjalanan kita buka bungkusannya

ternyata di dalamnya ada amplop warna putih yang namanya

sudah ada.

Bahwa anggota fraksi Golkar lainnya ada menerima amplop.

Didalam amplop coklat itu seingat saya ada 14 amplop.

Bahwa setelah pemeriksaan, dikonfrontir saksi tahu namanya

Ari yang memberikan amplop coklat karena memperkenalkan

namanya Ari.

Bahwa saksi tidak tahu hubungan Ari dengan pemilihan

Gubernur Senior BI.

Bahwa saya tidak banyak berkomunikasi, hanya Azhar Muklis

yang banyak berkomunikasi. Saksi tidak tahu mengapa Azhar

Muklis menerima amplop dari seseorang.

Bahwa saksi bertanya dengan Azhar Muklis uang apa ini, Azhar

Muklis bilang “gak usah nanya-nanya”.

Bahwa saya yang membagi-bagikan amplop itu, karena ada

namanya saya membagikan begitu saja. Saya tidak menanyakan

uang apa ini kepada Ari Malangjudo. Saksi tidak tahu apakah

fraksi lain mendapat uang ini. Saksi hanya membagikan kepada

fraksi Golkar Komisi IX saja.

Bahwa saya pernah ditelepon oleh Paskah Suzetta. Saya dengan

Pak Paskah kan sesama komisi dan beliau pimpinan komisi,

dalam hal telpon-telpon sudah hal biasa.

Bahwa iya saya pernah diminta merapat ke Hotel Mulia. Di Hotel

Mulia itu biasa kita kalau habis rapat-rapat di DPR mampir ke

situ (Hotel Mulia) untuk ngopi-ngopi. Saya bilang kepada Paskah

Suzetta ada amplop. Tidak ditanya oleh Paskah Suzetta amplop

apa itu, dia manggut-manggut saja waktu dikasih.

Bahwa saya tidak tahu uang apa yang saya terima. Setelah ada

pemberitaan, dan Agus Condro menceritakan ada aliran TC

untuk pemilihan Gubernur. Saya kembalikan uang itu. Waktu itu

TC dikeluarkan oleh BII. Saya tidak langsung menguangkan TC

itu. Waktu itu ada sekretaris saya yang menguangkan. 10 lembar

TC masing-masing Rp. 50 juta.

Page 41: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

41

Bahwa di fraksi Golkar itu setiap hari Jumat selalu ada rapat

rutin namanya rapat fraksi mengevaluasi sidang-sidang yang

sudah maupun yang akan kita sidangkan.

Pada waktu itu setiap agenda rapat pasti dibahas pada rapat

Poksi termasuk pada saat itu dari agenda untuk pemilihan

Deputi Gubernur.

Bahwa jabatan Deputi Gubernur Senior itu sangat penting dalam

sejarah Gubernur BI. Kita di Poksi itu kan ada yang namanya tim

ahli, jadi berdasarkan masukan-masukan dari tim ahli nama-

nama yang sudah dikirim oleh Presiden untuk dipilih ketiga

nama yang tadi. Bahwa kita melihat sosok ibu Miranda yang

berkompetensi untuk itu, dari segi pengalaman, kemampuan,

hubungan jadi rekomendasi dari tim ahli bahwa Ibu Miranda

yang paling cocok.

Bahwa pada waktu itu kita memang dari fraksi Golkar kadang-

kadang diberi kesempatan untuk memilih masing-masing sesuai

dengan kemampuan. Jadi tidak ada pengarahan khusus untuk

Golkar harus memilih Miranda. Jadi masing-masing diberi

keleluasaan untuk memilih. Tetapi sebelumnya sudah ada

pengarahan-pengarahan yang disampaikan oleh tim ahli.

Bahwa dari Paskah Suzetta biasanya kesimpulan rapat itu

dibawa ke Pimpinan Fraksi untuk menyampaikan hasil yang

dirapatkan di Poksi. Beliau lah yang berhubungan dengan

Pimpinan Fraksi untuk menyampaikan hasil rapat itu.

Bahwa saya waktu itu ikut memilih pada waktu pemilihan. Saya

waktu fit and proper test tidak ikut karena saya ada kegiatan

pembahasan UUdi Komisi lain. Itu wajib untuk memilih. Voting

tertutup waktu itu.

Bahwa dalam hal voting, fraksi kita selalu diwajibkan untuk

hadir walaupun di luar kota, apalagi untuk memilih sesuatu yang

penting atau paripurna maupun pemilihan-pemilihan di komisi.

Jadi kita sebagai anggota itu dipanggil.

Bahwa saksi ataupun teman-teman saksi tidak pernah

melakukan pertemuan sebelum pemilihan dengan terdakwa.

Dengan calon yang lain juga tidak pernah melakukan pertemuan.

Page 42: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

42

Bahwa saksi pernah mengikuti pemilihan sebelumnya yaitu

pemilihan Gubernur BI waktu itu kandidatnya Burhanuddin

Abdullah dengan Ibu Miranda Gultom yang satunya lagi saksi

lupa. Pada waktu itu yang terpilih Burhanuddin Abdullah. Saksi

pada waktu itu mengikuti fit and proper test. Tidak ada dana-

dana seperti ini pada tahun 2003. Pada waktu itu, ada kata-kata

dari anggota dewan yang menyudutkan Terdakwa, menyangkut

masalah pribadi. Perkataan itu dikembangkan oleh media pada

waktu itu. Pada waktu pemilihan Terdakwa tidak terpilih.

Bahwa saya datang ke Jalan Riau hanya 1 kali. Bahwa saksi tidak

pernah mengatakan kalimat dalam Dakwaan Penuntut Umum

pada halaman 5 “…. Bahwa Nunun Nurbaeti yang akan mengatur

semua nya, akhirnya Ahmad Safari menyanggupi….”

Bahwa saksi tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti, Ari

Malangjudo pada hari sebelum pemilihan di Jalan Riau.

Bahwa saksi sendiri pada saat pemilihan memilih Miranda

Gultom. Seingat saksi ada 14 bungkusan yang diambil dari Jalan

Riau bersama dengan Azar Muklis. Pada saat setelah dari sana di

DPR masih ada kawan-kawan. Itu amplop coklat diletakan diatas

meja, yang ada namanya mereka ambil. Saya letakkan amplop itu

di atas meja trus sisa nya saya ambil karena sisanya diserahkan

ke Azar Muklis untuk membagikan temen-temen yang sudah

pulang.

Bahwa terdakwa pernah menyampaikan untuk memilih dia

sambil guyon-guyon saja. “ya… Ibu Miranda dicalonkan lagi

untuk Deputi Senior. Ini sebelum pemilihan.

Bahwa saya kenalnya sebetulnya hanya saya diajak sama Pak

Paskah Suzetta waktu itu ada acara reuni persundaan. Biasanya

sebelum rapat itu kan kita suka mampir di hotel Mulia disitulah

ada yang namanya Ibu Nunun, tapi membicarakan untuk

halalbilhalal persudaan. Saya tidak sering bertemu, hanya waktu

itu saja hanya 2 kali.

Bahwa sesudah pemberian TC itu tidak pernah bertemu lagi

dengan Nunun Nurbaeti. Sebelumnya Nunun tidak pernah bicara

dengan saya mengenai TC, misalnya untuk mengambil TC

tersebut di Jalan Riau, kecuali tadi diminta oleh Azar Muklis.

Page 43: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

43

Bahwa uang tersebut sudah saya kembalikan pada saat

penyelidikan. Seingat saya yang namanya ada di amplop itu

menerima semuanya.

Bahwa saya bertemu dengan Nunun Nurbaeti 2 kali, yang

pertama di Hotel Mulia yang kedua di D’Lounge. Karena waktu

itu menjelang halalbilhalal. Yang di D’Lounge itu sebelum fit and

proper test.

Bahwa pada saat pulang dari sana (Jalan Riau) memang ada yang

menghubungi bahwa kawan-kawan yang di DPR disuruh tunggu,

Pak Azar ditelepon, dia bilang tunggu aja masih dalam

perjalanan.

Bahwa terkait BAP saksi No. 13, saksi menjawab mengiyakan

sesuai BAP. Seperti yang tadi saya bilang kalau ada rapat-rapat

mendapat uang transport. Pada waktu itu tidak ada penjelasan

kalau ini dari pemilihan Deputi Senior BI.

Bahwa saksi tidak tahu dimana rumah Nunun Nurbaeti. Saksi

tidak pernah datang ke rumah di Jalan Cipete Raya. Tidak pernah

datang bersama Endin Sofihara. Tidak pernah datang dengan

Paskah Suzetta.

Bahwa saksi tidak mendengar Nunun Nurbaeti saat itu pada saat

pertemuan masyarakat sunda di Hotel Mulia meminta kepada

Paskah Suzetta agar Golkar di Komisi IX mendukung atau

memilih Terdakwa dalam fit and proper test Deputi Gubernur

Senior BI.

Bahwa di BAP saksi ada juga pertemuan yang di D’Lounge Jalan

Munawarman Jakarta Selatan. Itu rangkaian pertemuan yang

halalbihalal persudaan. Setiap ada pertemuan sundaan saksi

selalu menemani Paskah Suzetta karena diajak beliau.

Bahwa pada tahun 2003 di Komisi IX ada proses fit and proper

test Gubernur BI. Pada saat itu calon nya Pak Burhanuddin

Abdullah, Ibu Miranda Gultom, satu lagi saya lupa. Pada saat itu

yang terpilih Pak Burhanuddin Abdullah.

Bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat fit and

proper test yang menyangkut profesionalisme, pengalaman dan

kemampuan. Itu standar dalam fit and proper test.

Page 44: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

44

Bahwa dalam menentukan penilaian untuk memilih DGS, kepada

masing-masing komisi diberikan suatu kebebasan berdasarkan

penafsirannya terkait dengan. Begitu juga dalam memberikan

suaranya diberikan kebebasan kepada masing-masing. Secara

pribadi kita harus memilih karena ini tertutup. Nurani kita biar

diarahkan sama fraksi tetapi kalau kita memilih itu bisa.

Bahwa pada saat saksi menerima TC saksi belum mengetahui

kalau TC itu ada kaitannya dengan pemilihan DGS BI.

Bahwa kalau memilih itu kan hak prerogative kita dan sangat

rahasia, jadi pada waktu itu memang ada semacam lobi-lobi

pendekatan. Waktu tahun 2003 fraksi golkar pada saat

pemilihan Gubernur BI saya memilih Burhanuddin Abdullah.

Waktu itu kita juga dapat masukan dari tim poksi/ahli. Seingat

saya pada waktu tahun 2003 arahan dari fraksi Golkar adalah

untuk memilih Burhanuddin Abdullah. Pada tahun 2004,

masukan dari tim ahli untuk memilih Miranda Gultom dan saksi

memilih Miranda Gultom.

Bahwa dalam fit and proper test pemilihan yang menentukan

terpilihnya seseorang di DPR adalah jumlah voting dan itupun

juga di Komisi belum final karena dibawa ke pleno. Biasanya di

pleno juga suka ditanyakan dan bisa batal di pleno. Dan di rapat

pleno itu kan anggotanya 550. Jadi pada waktu itu anggota

menyetujui. Jadi saya rasa 550 anggota memilih Miranda Gultom

sebagai Deputi Gubernur Senior BI.

Bahwa saksi tidak pernah diperkenalkan kepada terdakwa oleh

Nunun Nurbaeti.

Bahwa saksi tidak pernah diperkenalkan oleh Nunun Nurbaeti

kepada terdakwa.

Bahwa menurut saksi, terdakwa memiliki kemampuan untuk

menjadi DGS BI.

Bahwa pada saat terdakwa menjabat sebagai DGS BI, kinerja

terdakwa memuaskan.

TANGGAPAN TERDAKWA

tidak ada tanggapan dari Terdakwa

Page 45: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

45

3. Drs. DARSUP YUSUF, SH, MSc (Purnawirawan TNI AD/Mantan

anggota DPR RI Mei 2002-September 2004) diperiksa sebagai saksi

pada tanggal 13 Agustus 2012. Memberikan keterangan dibawah

sumpah menurut agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Anggota DPR RI 1999-2004 tapi dimulai tahun 2002 karena

pergantian antar waktu

Pada tahun 2004 pernah dilakukan pemilihan DGS BI, Pada saat

itu sebagai calon adalah 3 orang, Budi Rochadi, Hartadi Sarwono

dan Miranda Goeltom

Berasal dari Fraksi TNI Polri

Yang terpilih sebagai DGS BI adalah Miranda Goeltom

Pernah terjadi pertemuan dengan Miranda Goeltom pada Mei

2004

Pertemuan adalah inisiatif dari Miranda

Miranda mengadakan sosialisasi dalam rangka silaturahmi, yang

diundang adalah saksi sendiri, Udju DDjuhaeri, Sulis dan Suyitno

Yang terpilih ketika itu adalah Miranda Gultom, berapa suara

yang diperoleh tidak tahu secara pasti, pemilihan tersebut

dilakukan secara voting tertutup, surat didapat bu Miranda

diatas 40

Saksi menerima TC dari Arie Malangjudo di jalan Riau no 17,

diterima tanggal 8 Juni 2004, pemilihan dilakukan pada tanggal

yang sama, antara jam 17.00-17.30

Pada waktu itu datang berempat ke Jalan Riau No. 17, saksi

sendiri, darsup, suyitno dan sulistyadi

Tidak kenal dengan Arie sebelumnya

Sesuai persidangan sebelumnya Arie pada saat itu memberikan

amplop kepada Udju dan Udju membagikan kepada anggota lain

Begitu masuk keruangan hanya melihat sekeliling kantor,

sepengetahuan saksi tidak ada yang disampaikan Arie

Menerima TC 10 lembar dengan nilai @ Rp 50 juta, amplop besar

diterima Udju, dan isinya dibagikan, pada amplop tidak ada

nama, masing-masing mendapat Rp 500 juta

Page 46: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

46

Uang tidak ada hubungan dengan pemilihan DGS BI, tidak tahu

maksud uang itu

Datang ke jalan Riau 17 karena diajak Udju, karena tidak tahu

Arie atau Nunun Nurbaeti

Menurut saksi karena hubungan Adang dengan Udju akrab, itu

merupakan pemberian pak Adang melalui Udju untuk dibagikan

Pada saat itu ada mengadakan pertemuan dengan calon lain,

untuk perkenalan saja

Pernah mengikuti pemilihan DGS BI

Tidak ingat pernah ada permintaan Miranda untuk tidak

menanyakan masalah keluarga;

Pada saat pemilihan GBI 2003 ada pamflet-pamflet mengenai

keluarga Terdakwa, tapi tidak meminta secara khusus pada saksi

mengenai keluarga;

Pada waktu bertemu MG tidak ada izin untuk bertemu Miranda

dari ketua Fraksi;

Tidak ada arahan fraksi untuk siapa yang harus dipilih;

Pada saat ada undangan dari Terdakwa diterima dari stafnya,

pada saat itu ditanyakan darimana tahu no teleponya dan

dijawab tahu dari sekretaris fraksi;

Pertemuan diadakan esok hari setelah dihubungi;

Oleh Terdakwa yang dibicarakan dalam pertemuan adalah

sosialisasi untuk silaturahmi, sekita 30-35 menit;

Pada saat itu Miranda hanya bercerita, tidak ada kesepakatan

apapun disitu atau diluar;

Saksi memilih Miranda;

Saksi tidak tahu bahwa yang telepon adalah Nunun Nurbaeti;

Saksi diundang oleh Budi Rochadi untuk makan malam bersama,

isinya makan, ngobrol dan berbicara;

Saksi tidak pernah menduga bahwa TC dari MG, pada pertemuan

di Niaga juga tidak ada komitmen;

Hartadi Sarwono tidak ada undangan untuk bertemu;

Bahwa pemilihan dilakukan secara tertutup, masing-masing

anggota komisi IX menulis pada selembar kertas untuk calon

yang dipilih.

Page 47: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

47

Pada saat itu belum diumumkan siapa calon yang terpilih, diajak

Udju ke Riau 17

Kebiasaan kalau selesai rapat fraksi makan, menduga ini diajak

makan di daerah belakang sarinah

Bahwa saksi Udju tidak menyampaikan apa-apa, ketika

menerima amplop juga tidak, ketika menerima amplop tidak

langsung dibuka, amplop dibuka dirumah

Bukan kebiasaan untuk bertemu sosialisasi dengan calon

Saksi sebagai DPR sebagai wakil rakyat, jad bila ada rakyat yang

akan audiensi apakah perorangan atau kelompok diterima

Pertemuan tidak akan mempengaruhi independensi dalam

memilih, buktinya Udju memilih Budi Rochadi

Bahwa tidak ada permintaan atau harapan dari Miranda agar

tidak ditanyakan masalah keluarga, saksi hanya mendengar

cerita dari Miranda saja

Pertemuan hanya sekitar 30 menit

Waktu pertemuan ada minuman untuk anggota fraksi

Pada saat fit and proper test tidak ada yang menanyakan masalah

pribadi

Pada pemilihan lain tidak pernah ada pertemuan

Bahwa saksi lupa bahwa tahun 2003 ada anggota yang

mempermasalhkan keretakan pribadi

Bahwa dasar memilih Miranda dalam voting adalah kertas karya

Miranda sudah banyak pengalaman jabatannya, sebagai contoh,

Budi Rochadi adalah perwakilan BI di Jepang, mungkin dia

adalah eselon II, Hartadi Sarwono baru terpilih beberapa saat

menjadi DG BI, Bu Miranda pernah menjadi staf perbankan di

LN,kemudian pernah menjadi DG BI serta pengalaman lain, jadi

memilih benar-benar berdasarkan kompetensi dan

profesionalisme, apalagi melihat riwayat jabatan, Budi Rochadi

belum layak dicalonkan berdasarkan riwayat jabatannya

Bahwa berdasarkan paparan Miranda benar-benar punya

strategi membangun BI yang saat itu terpuruk namany;

Yang menjadi dasar memilih salah satunya adalah integritas

moral;

Page 48: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

48

Setelah menerima penyerahan TC, beberapa saat kemudian tidak

pernah bertemu Nunun Nurbaeti, untuk konfirmasi ataupun

menerima, pada saat ingin dikonfimasi tidak nyambung;

Dalam menggali informasi saksi tidak dipengaruhi oleh Nunun

Nurbaeti;

Diberikan kebebasan melakukan eksplorasi sesuai apa yang

menjadi pemikirannya;

Bahwa tidak ada larangan atau kewajiban tertentu misalnya

untuk menanyakan masalah moral kepada kandidat, apakah

kandidat bermoral atau tidak, bercerai atau tidak, kawin lagi

atau tidak, bila kita menanyakan itu kami dibilang tidak

nyambung karena kertas karyanya bukan soal itu;

Bahwa dari ketiga calon yang diajukan presiden saat itu yang

masih aktif di BI hanya Hartadi, Budi tidak tahu jabatannya apa,

Miranda tidak mengenal;

Dalam rapat-rapat selaku mitra komisi IX pernah bertemu

Hartadi Sarwono, karena Komisi IX sering rapat dengan BI

Bahwa sebelum pemilihan GBI 2003, tidak bertemu dengan

calon Miranda;

Bahwa saksi lupa, tidak tahu dan tidak kenal Miranda atau

apakah Miranda aktif di tahun 2003;

Tidak bertanya mengenai masalah keluarga tidak ada kaitannya

dengan Miranda, sampai saat ini tidak tahu kaitannya TC dengan

Miranda;

Saksi lupa berapa kali bertemu dengan Miranda di tahun 2003,

tetapi rasanya pernah sekali melihat Miranda bersama DG BI

lainnya;

Bahwa saksi tidak ada komuniskasi apapun dengan Nunun Nurbaeti, apalagi untuk mengenalkan Miranda;

TANGGAPAN TERDAKWA: - Tidak ada tanggapan dari Terdakwa.

Page 49: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

49

4. UDJU DDJUHAERI (mantan anggota DPR RI Komisi IX periode 1999-

2004) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 13 Agustus 2012.

Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam

pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi pernah sebagai anggota DPR RI 2003-2004,

merupakan pergantian paruh waktu, berada pada komisi IX;

Pada tahun 2004 pernah dilakukan pemilihan DGS BI, Pada saat

itu sebagai calon adalah 3 orang, Budi Rochadi, Hartadi Sarwono

dan Miranda Goeltom;

Bahwa saksi berasal dari FTNI Polri;

Bahwa yang terpilih sebagai DGS BI adalah Miranda Goeltom;

Bahwa pertama kali bertemu dengan Budi Rochadi, salah satu

kandidat, yang dibicarakan adalah perkenalan dan tidak ada

komitmen apapun;

Bahwa pada bulan Mei atau April sebelum pemilihan bertemu

Miranda di suatu gedung di depan Ratu Plaza, tidak tahu itu

tempat siapa;

Bahwa mendapat pemberitahuan dari Darsup waktu itu sebagai

Kapoksi;

Secara detail tidak mengerti apa isi yang disampaikan Miranda;

Bahwa yang menang bu Miranda, tetapi jumlah suara tidak tahu;

Bahwa saksi menerima TC dari Arie Malangjudo di jalan Riau no

17, diterima tanggal 8 Juni 2004, pemilihan dilakukan pada

tanggal yang sama, antara jam 17.00-17.30

Bahwa sekitar jam 16.30 dapat telepon dari seseorang diduga

Nunun Nurbaeti, isinya kami dari FTNI Polri diminta datang ke

Jalan Riau No. 17 bertemu Arie;

Pada waktu itu datang berempat ke Jalan Riau No. 17, saksi

sendiri, darsup, suyitno dan sulistyadi;

Bahwa dengan tenggang waktu pemberian dan penerimaan cek,

ada dugaan bahwa itu terkait dengan pemilihan DGS;

Bahwa waktu itu sudah kenal dengan Nunun Nurbaeti, karena

suaminya pernah menjadi Kapolda Jabar dan saksi menjadi salah

satu direktur intelnya;

Page 50: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

50

Begitu dibilang untuk datang ke jalan Riau langsung ditutup

teleponnya, tidak sempat konfirmasi;

Setelah dirundingkan akhirnya datang berempat ke jalan Riau;

Pada waktu itu tidak melihat mobil anggota DPR lain di jalan Riau;

Begitu dibagikan langsung pulang, menurut saksi kemungkinan

ada hubungan dengan pemilihan DGS;

Bahwa Fraksi TNI Polri berjumlah 4 orang;

Bahwa pada saat itu ada mengadakan pertemuan dengan calon

lain, untuk perkenalan saja;

Bahwa pada waktu itu bertemu di depan Ratu Plaza, pada saat itu

ada pertemuan dengan Terdakwa, penjelasan-penjelasan Miranda

banyak yang tidak dipahami;

Bahwa tidak ada permintaan apapun dari Terdakwa;

Bahwa tidak ingat pernah ada permintaan Miranda untuk tidak

menanyakan masalah keluarga;

Bahwa pada waktu bertemu MG tidak ada izin untuk bertemu

Miranda dari ketua Fraksi;

Bahwa tidak ada arahan fraksi untuk siapa yang harus dipilih;

Bahwa pertemuan diadakan esok hari setelah dihubungi;

Bahwa dugaan bahwa TC berkaitan dengan pemilihan DGS adalah

karena duit itu diterima tidak lama sebelum pemilihan DGS, tidak

memilih MG;

Bahwa TC yang diterima itu tidak ada hubungan dengan

Terdakwa sama sekali, tidak ada komitmen apapun;

Bahwa tidak bertanya karena buru-buru, yang terpikirkan saat itu

ada dugaan berkaitan dengan pemilihan DGS BI, asal-usul uang

tidak diketahui;

Bahwa saksi menduga ibu Nunun Nurbaeti adalah karena melihat

foto Adang di jalan Riau;

Bahwa pada saat mau dikonfirmasi, telepon yang menghubungi

langsung ditutup;

Bahwa tidak pernah ada komunikasi dengan Nunun Nurbaeti,

termasuk juga tidak ada komunikasi dari Nunun Nurbaeti untuk

memilih Miranda;

Page 51: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

51

Bahwa pada saat datang ke jalan Riau Arie tidak menceritakan

bahwa itu adalah kantor Nunun Nurbaeti, saksi datang, terima cek

dan langsung pulang;

Bahwa sebelum pemilihan bertemu dengan Budi Rochadi atas

undangan Budi Rochadi;

Bahwa tidak pernah menduga bahwa TC dari MG, pada pertemuan

di Niaga juga tidak ada komitmen;

Bahwa Hartadi Sarwono tidak ada undangan untuk bertemu;

Bahwa tidak ada aturan bagi calon untuk sosialisasi dan tidak ada

juga larangan;

Bahwa dalam praktek itu biasa dilakukan;

Bahwa sosialisasi dilakukan pada April dan Mei;

Bahwa sosialisasi dilakukan karena waktunya pendek tidak semua

anggota fraksi bisa bertanya;

Bahwa pada sosialisasi belum bisa menilai calon kapabel atau

tidak;

Bahwa Bu Miranda terpilih menjadi DGS BI tahun 2004, lupa jam

terpilihnya Miranda;

Bahwa saksi tidak memilih bu Miranda tapi datang ke jalan Riau,

sistem pemilihan melaui voting, tidak tahu apakah pada saat ke

jalan Riau Bu Miranda sudah terpilih atau belum;

Bahwa amplop dibuka lalu ditutup lagi isinya diduga cek

Bahwa tidak pernah mengatakan hitung-hitung uang pensiun;

Bahwa pada waktu itu amplop putih 4 langsung menggeser ke

yang lainnya, amplop tidak dibuka satu persatu;

Bahwa sebelum pertemuan di depan Ratu Plaza, pernah ada

pertemuan di daerah Kuningan dan hotel Hilton dengan Budi

Rochadi;

Bahwa tidak hapal siapa yang hadir dalam pertemuan tetapi FTNI

Polri berempat hadir, tidak tahu siapa saja yang hadir pada saat

itu;

Bahwa pada saat itu saksi pulang lebih dulu;

Bahwa sosialisasi dilakukan dengan teman-teman komisi,

sosialisasi hanya 2 dengan Budi Rochadi dan Miranda;

Page 52: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

52

Bahwa tidak tahu kenapa pertemuan diluar gedung DPR, hanya

sebagai yang diundang;

Bahwa pertemuan tidak mempengaruhi independensi saksi dalam

memilih;

Bahwa setiap pemilihan tidak pernah ada sesuatu karena

seseorang memperoleh suara terbanyak;

Bahwa di komisi IX fraksi terbesar adalah Golkar dan PDIP;

Bahwa Komisi IX berjumlah kalau tidak salah 55 orang;

Bahwa tidak ada pertimbangan apa-apa berangkat atau tidak ke

jalan Riau, pada akhirnya sepakat berangkat juga barangkali ada

pesan tertentu;

Bahwa pada saat diinstruksikan ke Jalan Riau tidak pesan tentang

titipan;

Bahwa pada saat ingin konfirmasi telepon langsung ditutup,

anggota lain dari FTNI Polri sepakat saja untuk ikut saksi ke jalan

Riau;

Bahwa pada saat bertemu Terdakwa, Terdakwa sempat

menyampaikan adanya pamflet yang mendiskreditkan keluarga

pada saat pemilihan fit and proper test pemilihan Gubernur BI

tahun 2003;

Bahwa saksi tidak mendengar soal cerita keluarga dari Miranda,

itu menurut saksi tergantung fokus dari masing-masing orang;

Bahwa secara substansial tidak mengerti mengenai moneter yang

diceritakan Miranda;

Bahwa pertemuan hanya sekitar 30 menit;

Bahwa waktu pertemuan ada minuman untuk anggota fraksi;

Bahwa pada waktu itu tidak tahu jabatan Miranda;

Bahwa pada saat fit and proper test tidak ada yang menanyakan

masalah pribadi;

Bahwa pada saat menjabat di Komisi IX, selain GBI dan DGS BI,

ada juga pemilihan calon BPK, yang pada saat itu saksi adalah

sebagai calon;

Bahwa jangankan bertemu pada saat pemilihan saksi sebagai

calon ketua BPK sms saja tidak ada;

Bahwa pada pemilihan lain tidak pernah ada pertemuan;

Page 53: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

53

Bahwa saksi lupa bahwa tahun 2003 ada anggota yang

mempermasalahkan keretakan pribadi;

Bahwa saksi tidak tahu syarat untuk ikut pemilihan DGS, seluruh

syarat sudah dipenuhi pada saat calon diajukan presiden;

Bahwa ketiga kandidat sudah memenuhi syarat, kalau mengenai

paparan atau effective speaking tergantung paparan masing-

masing;

Bahwa yang menjadi dasar untuk memilih Gubernur BI tahun

2003 adalah kompetensi dan performance;

Bahwa mental dan moral menjadi salah satu dasar untuk memilih;

Bahwa setelah menerima penyerahan TC, beberapa saat kemudian

tidak pernah bertemu Nunun Nurbaeti, untuk konfirmasi ataupun

menerima, pada saat ingin dikonfimasi tidak nyambung;

Bahwa saksi tidak pernah kontak sesudah itu dengan Miranda;

Bahwa sesudah penerimaan TC, saksi tidak pernah bertemu

Nunun Nurbaeti untuk menyampaikan itu;

Bahwa didalam menggali informasi tidak ada syarat pertanyaan

baku yang wajib diikuti anggota komisi;

Bahwa dalam tata tertib anggota DPR tidak ada syarat pertanyaan

baku dalam fit and proper test;

Bahwa tidak ada metode khusus yang harus diikuti anggota DPR;

Bahwa cara melakukan fit and proper test dengan voting,

tergantung pertimbangan masing-masing anggota;

Bahwa kepada anggota komisi diberikan kebebasan seluas-

luasnya untuk melakukan atau tidak melakukan pertanyaan;

Bahwa seingat saksi tidak ada larangan bagi kandidat untuk

menyampaikan harapan, permintaan atau penjelasan kepada

anggota komisi, harapan tergantung pada anggota untuk

menerima atau tidak, keputusan itu ada pada anggota masing-

masing;

Bahwa ketua Poksi saat itu adalah Darsup;

Bahwa saksi tidak pernah diinstruksikan untuk memilih MG atau

agar jangan ditanyakan masalah pribadi;

Bahwa dalam BAP No. 14 dijelaskan bahwa dalam pertemuan

dengan Miranda, tidak tahu apakah yang dijelaskan merupakan

Page 54: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

54

visi dan misinya, hanya dijelaskan masalah perbankan yang tidak

diketahui oleh saksi

Bahwa pada pertemuan pertama dengan Budi Rochadi hanya

perkenalan, pada pertemuan kedua Budi Rochadi tidak hadir, apa

yang disampaikan tidak mendengar apa-apa;

Bahwa saksi tidak tahu siapa yang bayar dalam pertemuan dengan

Budi Rochadi dan bukan saksi;

Bahwa dari ketiga calon yang diajukan presiden saat itu yang

masih aktif di BI hanya Hartadi, Budi tidak tahu jabatannya apa,

Miranda tidak mengenal;

Bahwa dalam rapat-rapat selaku mitra komisi IX pernah bertemu

Hartadi Sarwono, karena Komisi IX sering rapat dengan BI;

Bahwa waktu itu Budi Rochadi dan Miranda mengadakan

pertemuan dengan saksi karena keduanya tidak aktif di BI

sehingga tidak bertemu dalam rapat kerja komisi IX;

Bahwa sebelum pemilihan GBI 2003, tidak bertemu dengan calon

Miranda;

Bahwa saksi lupa, tidak tahu dan tidak kenal Miranda atau apakah

Miranda aktif di tahun 2003;

Bahwa saksi tidak bertanya mengenai masalah keluarga tidak ada

kaitannya dengan Miranda, sampai saat ini tidak tahu kaitannya

TC dengan Miranda;

Bahwa saksi tidak menduga apakah TC berkaitan dengan memilih

Miranda;

Bahwa waktu menerima telepon dari Nunun Nurbaeti, saksi

kesulitan mencari jalan Riau, sebelumnya tidak pernah kesana;

Bahwa saksi tidak pernah melihat Miranda atau mungkin tidak

konsentrasi apakah pernah melihat Miranda dalam rapat dengan

DPR di tahun 2003;

Bahwa saksi tidak ada komuniskasi apapun dengan NN, apalagi

untuk mengenalkan Miranda;

5. SUYITNO (Purnawirawan TNI AU/Mantan anggota DPR RI dari

Fraksi TNI/Polri) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 13 Agustus

Page 55: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

55

2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama

Islam pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi pernah menjadi anggota Komisi IX,saat itu sebagai

calon adalah Miranda, Budi Rochadi dan Hartadi Sarwono;

Pemilihan pada Juni 2004;

Pernah dilakukan pertemuan dengan Miranda di sebuah kantor di

Jl Sudirman di depan Ratu Plaza, kantor saudara Terdakwa;

Ada pesan dari staf Miranda, dimana FTNI Polri diminta datang ke

sana;

Yang dibicarakan dengan Terdakwa adalah tentang masalah

perbankan garis besar dan silaturahmi perkenalan;

Pernah diperiksa penyidik KPK, pertanyaan No. 13, yang

dipertanyakan mengenai masalah keluarga, Miranda juga

memperkenalkan diri selaku pribadi, persisnya tidak tahu, ada

juga bahas keluarga, menyinggung juga masalah keluarga yang

terungkap dalam pemilihan GBI 2003;

Dari apa yang diungkapkan Miranda, saksi menangkap bahwa

Miranda tidak nyaman ditanyakan masalah keluarga;

Miranda tidak pernah menyampaikan untuk tidak menanyakan

masalah keluarga;

Ikut dalam pemilihan Gubernur BI, pada saat itu masalah keluarga

mengemuka, pada pemilihan 2004 tidak ada pesan langsung dari

Miranda agar tidak ditanya masalah keluarga;

Saksi menafsirkan sendiri tentang masalah keluarga yang

dikatakan Miranda, yang diungkap di pemilihan Gubernur BI,

Miranda berharap agar pemilihan tahun 2004 tidak diulang;

Pada tahun 2004 tidak ada ditanyakan masalah keluarga;

Tidak ingat anggota DPR yang menanyakan masalah keluarga,

yang terpilih adalah Miranda, tatapi mayoritas kurang lebih 54

anggota Komisi IX;

Pada kurang lebih 1-2 hari berikutnya sesudah pemilihan

berangkat ke jalan Riau karena diajak ole Udju menggunakan

mobil saksi, ke daerah Sarinah dan mencar jalan Riau;

Page 56: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

56

Sampai di jl Riau, masuk ke dalam ada anak muda keluar, pada

tahun 2008 baru tahu dari Udju bahwa namanya Arie, kemudian

Arie masuk kedalam lagi dan membawa amplop besar;

Dari map besar dikeluarkan amplop-amplop yang diterima Udju

dan diteruskan ke saksi;

Isi amplop baru diketahui di rumah, Udju ditanya maksud TC juga

tidak tahu;

Tidak menduga bahwa TC berkaitan dengan pemilihan DGS,

waktu itu tidak bertanya atau mencari juga;

Tidak tahu TC ada hubungan dengan pemilihan DGS BI;

Tidak ada arahan untuk memilih calon tertentu;

Ada pertemuan juga dengan Budi Rochadi 2 kali;

Pertemuan itu perkenalan, menceritakan soal perbankan dan

sambil makan-makan, di suatu tempat di Kuningan;

Pemilihan GBI 2003 ada menyinggung masalah keluarga,

mengenai pemberitaan FTNI tidak pernah mempersoalkan

masalah keluarga;

Sudah lupa apakah Tahun 2004 pertanyaan-pertanyaan, FTNI

tidak pernah mempersoalkan masalah pribadi, Saksi sendiri tidak

tanya;

Persisnya yang diceritakan keluarga adalah masalah keluarga,

Miranda mengatakan tahun 2003 masalah itu diungkap;

Miranda tidak minta agar tidak menanyakan masalah

keluarga,hanya penangkapan saksi;

Kemudian bertemu Miranda adalah pada saat fit and proper test;

Diskusi antara FTNI setelah pertemuan tidak ada;

Pertemuan dengan Budi Rochadi lebih dulu dari Dalam pertemuan

di Ratu Plaza ;

Untuk pertemuan di Niaga ada dihubungi oleh staf Miranda;

Belakangan diketahui bahwa TC berjumlah 10 lembar;

Sudah dikembalikan pada September 2008 sebelum penyelidikan

di KPK;

Pertemuan dengan Miranda hanya sekali di depan Ratu Plaza;

Tidak ada spesifik permintaan dukungan dari Miranda dan FTNI

juga tidak memberikan komitmen mendukung siapapun;

Page 57: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

57

Alasan memilih Miranda karena Miranda memiliki kelebihan

dibanding calon lain dalam hal menyampaikan visi misi maupun

menjawab pertanyaan;

TC ada hubungan dengan pemilihan DGS tidak tahu, bahkan ingin

tahu sebenarnya bagaimana duduk perkaranya;

Dari pemberitaann tahu bahwa anggota DPR Komisi IX;

Tahun 2004 selesai masa tugas;

Masuk Komisi IX pada 2002 antar waktu;

BAP No. 34, ada dugaan bahwa penerimaan TC waktu itu terkait

dengan pemilihan DGS BI;

Waktu bertemu Arie tidak ada pembicaraan lain dengan saksi;

Baru tahu tahun 2008 bahwa Arie bilang ada titipan, karena

waktunya singkat;

Dalam BAP No. 21 FTNI Polri datang bersama-sama di Jalan Riau

178, Arie menyatakan ada titipan, baru diketahui tahun 2009 dari

Udju DDjuhaeri, di tahun 2004 tidak dengan perkataan itu;

Tidak tanya soal penerimaan amplop karena dikira bukan uang;

Baru tahu isi amplop adalah TC setelah dibuka di rumah;

Komisi IX fraksi dengan anggota terbesar adalah PDIP atau Golkar;

Di Komisi IX sejak 2002, sudah 3 kali fit and proper, tahun 2003

pemilihan Gubernur BI yang dimenangkan Burhanudin Abdullah,

pada 2004 awal pemilihan DG BI yang terpilih adalah Hartadi

Sarwono, pemilihan DGS BI yang terpilih Miranda Goeltom;

Pada pemilihan GBI tersebut tidak ada dilakukan pertemuan,

calon-calonnya adalah Cyrillius Hernowo, Burhanudi Abdullah

dan Miranda Goeltom;

Pada saat melakukan pertemuan di depan Ratu Plaza Terdakwa

menyampaikan masalah pribadi dan ditangkap agar tidak

ditanyakan masalah keluarga;

BAP No. 13 dan No. 18 Miranda hanya menceritakan masalah

keluarga dan menangkap bahwa Miranda tidak nyaman

ditanyakan soal itu;

Pada tahun 2004 seingat saksi tidak ada yang tanyakan soal

keluarga;

Page 58: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

58

Tahun 2003 ada anggota fraksi yang menanyakan masalah

pribadi;

Sebelumnya tidak pernah kenal dengan Nunun Nurbaeti dan

Adang Darajatun tapi tahu;

Pada saat diajak Udju sama sekali tidak menyinggung alasan ke

jalan Riau;

TC digunakan untuk berbagai kepentingan Rumah Tangga;

Ikut dalam pemilihan GBI tahun 2003, tidak ikut mengajukan

pertanyaan hanya monitor saja;

Pada saat fit and proper tahun 2004 terhadap kandidat lain tidak

ditanyakan masalah keluarga, tidak berpikir masalah keluarga

ditampilkan di forum;

Dalam fit and proper test tidak ada arahan untuk menanyakan

apapun, termasuk mengorek masalah keluarga;

Dengan Nunun Nurbaeti tidak pernah bertemu sampai sekarang

juga;

Pada 2004 setau saksi tidak ditanyakan masalah keluarga;

Tahun 2003 ada dengar anggota lain ada bertanya masalah

keluarga;

Tahun 2003 di media sebelum fit and proper test 2003 ada

pemberitaan tentang keluarga Miranda, tidak bisa dipastikan

saksi;

Tahun 2004 tidak ada pemberitaan masalah keluarga di media;

Tahun 2004 tidak ada pihak yang meletakkan pamflet tentang

keluarga Miranda;

Tahun 2003 ada pihak yang meletakkan pamflet tentang

kehidupan keluarga Miranda;

Peristiwa tahun 2004 mengalami sendiri dan ingat sendiri

pemilihan DGS BI dan bukan informasi saksi lain;

BAP No. 11 salah satu kegiatan komisi IX pemilihan DGS BI,

kronologis pemilihan dalam angka 7 menjawab sampai dengan

pemilihan DGS BI dilakukan Hartadi tidak melakukan sosialisasi

karena dalam keseharian setiap hari sering bertemu di rapat

dengan DPR;

Page 59: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

59

Mulai menjabat komisi IX pada Oktober 2002, pada waktu masuk

sudah tidak di DG BI, tapi dari riwayat hidup tahu bahwa Miranda

pernah menjadi DG BI;

Pada tahun 2003 tidak mengajukan pertanyaan;

Miranda tidak pernah mengajukan diri, menawarkan apapun,

menjanjikan apapun ;

Tidak pernah mendengar janji dari Miranda;

Menawarkan apapun sebelum dan sesudah terpilih;

Pada tahun 2003 saksi ikut dalam pemilihan GBI, juga ada

pemilihan DG BI Hartadi Sarwono, yang berbeda beberapa hari

dengan pemilihan GBI;

Saksi tetap pada jawabannya.

TANGGAPAN TERDAKWA:

Miranda menyatakan jawaban pada saat pemilihan GBI: mengenai

hal lain moral kalau saya tidak salah tadi ada satu penanya

bagaimana moral dan integritas ini bisa anda bertanggungjawab

kalau dari kehidupan rumah tangga gagal;

Saya merasa bapak dan ibu sekalian tidak ada satupun kita yang

ingin dan memulai pernikahan dengan cita-cita untuk gagal tetapi

bagi saya moral justru ditunjukkan dengan kemampuan saya

secara teguh mendidik anak-anak saya dalam kesulitan yang

sangat besar harus bertanggungjawab bagi seorang ibu, bekerja

sendiri menyekolahkan anak-anak, dan membimbingnya agar

menjadi manusia berbudi, saya dan pak Usmanjaya memasukkan

agama saya Kristen tapi menurut saya itu tidak terlalu penting

dan anak-anak saya Islam dan saya mendidik anak-anak saya

menjadi islam yang baik sesuai dengan janji sejak awal menikah

dan sampai detik ini;

Keberatan atas asumsi secara jelas saksi mengatakan di

persidangan, bahwa saksi hanya mendengar Miranda

menceritakan mengenai visi misi perbankan dan kehidupan

keluarga, Miranda tidak pernah minta saksi untuk tidak

menanyakan masalah keluarga di fit and proper test, apabila mau

ditanya pun saya pada saat itu tidak perduli ada yang disampaikan

Page 60: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

60

adalah seperti saksi katakan, itu terkait dengan keterbukaan,

semua orang tahu rumah tangga saya gagal, saya cerai dan

menikah kembali, dengan resmi, catatan sipil bukan nikah siri,

sehingga tidak ada keharusan saksi untuk tidak menanyakan.

Yang saya bantah adalah saya tidak pernah minta mengajukan

permintaan apapun kepada saksi.

6. IR. AHMAD HAKIM SAFARI MJ als. ARIE MALANGJUDO (Konsultan

PT. Peninsular Management Services, pernah menjabat sebagai

Direktur Utama sejak tahun 2003 pada PT. Wahana Esa Sejati)

diperiksa sebagai saksi pada tanggal 16 Agustus 2012. Memberikan

keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam pada

persidangan sebagai berikut:

Saksi bernama Ir. Ari Malang judo, lahir di Jogjakarta;

Saksi kenal dengan Terdakwa, tidak ada hubungan keluarga;

Saksi kenal dengan terdakwa sekitar bulan Agustus tahun 2004,

saya di ajak oleh bu Nunun ke kantor ibu Miranda ketika itu ibu

Nunun menyampaikan bahwa beliau diminta untuk menjadi

sekertaris GABSI namun karena kesibukannya dia minta saya

untuk menggantikan, sebetulnya saya sudah menolak namun

beliau mengatakan sudah kita berangkat saja dululah nanti kita

berkenalan kemudian kita berangkat ke kantornya ibu Miranda

di Bank Indonesia;

Pertemuan dengan Terdakwa 2 kali, pertama ketika dengan ibu

Nunun di perkenalkan Kemudian kedua ketika setelah saya

berjumpa sama bu Miranda kemudian diminta saya ikut satu kali

pertemuan rapat GABSI juga di Bank Indonesia;

Hubungan saya dengan Nunun satu perusahaan beliau Komisaris

Utama saya Direktur Utama di PT. Wahana Esa Sejati, alamat

kantor di jalan Riau No 21. Perusahaan bergerak dibidang

perkebunan kelapa sawit di daerah Riau;

Pernah seseorang menemui saya, Waktu tanggal 8 Juni 2004

sekitar pukul 12 siang saya diminta mengantarkan titipannya

Page 61: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

61

ibu Nunun ke restoran bebek bali saya antarkan kantong belanja,

diperintahkan ibu nunun pada tanggal 7 Juni 2004 Di ruang

kerja ibu Nunun, Kebetulan kantor Wahana Esa Sejati terpisah

ibu nunun di kantor Wahana Esa Sembada ada 2 PT jadi kantor

ibu Nunun mesti keluar dulu dari kantor saya mesti nyeberang

kemudian baru ke kantor bu Nunun. Ketika itu saya

diperkenalkan oleh ibu Nunun sudah ada tamu beliau ketika

tamu itu disebutnya anggota DPR pada saat itu saya tidak kenal

sama sekali tapi sekarang sudah kenal karena sudah

diperkenalkan yaitu Hamka Yandhu;

Saya pernah bertemu dengan Hamka Yandhu di ruangan ibu

Nunun, ketika saya hadir di ruangan itu ibu Nunun langsung

menyampaikan mau minta tolong mau mengantarkan tanda

terima kasih kepada anggota DPR ibu Nunun yang bilang seperti

itu, kemudian saya bilang ya saya kan ga pernah kenal dan tidak

pernah berkecimpung di dunia itu, ibu Nunun bilang udah pak

Arie pasif saja nanti pada hubungin kok mereka nanti bapak itu

(maksudnya hamka yandhu) ciri-cirinya Hamka Yandhu

orangnya klimis rapih tinggi besar orangnya kulitnya agak hitam

pake jas pada waktu itu, selanjutnya setelah ibu nunun

menyampaikan nanti bapak itu yang atur, pak hamka yandhu

mengatakan gampanglah kok nanti di tas belanja (dari karton)

nanti pakai seperti itu nanti kita tandain saja dia bilang nanti ada

merah, kuning, hijau sama polos, setelah itu karena saya juga

kurang tepat kalo berdebat di depan tamu ya sudah setelah ibu

menyampaikan bapak pasif saja nanti mereka akan

menghubungi ya sudah saya kembali ke ruangan saya, ketika

saya pamit pak hamka yandhu bilang coba saya mau ikut

keruangan saya, ketika itu pukul 10 atau 11 pagi selanjutnya

beliau ikut keruangan saya ke gedung No. 23, kebetulan ruangan

kerja saya di lantai 2 beliau ikut dan tidak banyak bicara cuma

ketika sampai diatas beliau hanya berkomentar ini kok kantor

lorong-lorong gini saya menjawab ya inilah ruangan saya. Beliau

mengatakan ok saya sudah tau kalau gitu saya pamit, waktu itu

saya antar beliau ke bawah, beliau naik mercedez hitam;

Page 62: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

62

Saya mengetahui beliau hamka yandhu dia menyebut ketika

dalam perjalanan dari ruangan ibu Nunun ke ruangan saya;

Keesokan harinya tanggal 8 sekitar pukul 10/11 saya di telpon

dari PDI namanya Dudi Makmum Murod dia minta mau ambil

titipan ibu Nunun kalau bisa tolong dianter ke Bebek Bali jam 12

siang nah tas itu belum ada disaya, karena belum ada saya

telepon ibu nunun “bu ini udah ada yang nanyain titipannya, oh

iya iya nanti saya sampaikan ke bapak” nah kurang lebih jam 11

saudara ngatiran mengantar keruangan saya;

Sesudah tas itu di antar saudara Ngatiran, saya langsung

berangkat ke restoran bebek bali di senayan bertemu dengan

dudi makmum murod, jadi ketika saya sampai di tempat parkir

saya hubungi beliau mengatakan masuk saja;

Saya ketemu dengan Dudi beliau duduk di belakang pas di

hadapan pintu masuk, begitu saya sampai langsung beliau

nyambut saya “pak Arie ya? Itu titipan buat saya? Iya saya

katakan” langsung dia ambil begitu diterima beliau mengatakan

sedang rapat tidak bias berlama-lama;

Saya tidak tau isi tas apa;

Yang saya kasih ke dudi tandanya merah;

Ketika dalam perjalanan ke restoran bebek bali saya terima

telepon dari saudara endin dari PPP, beliau minta ketemu di

hotel century pada hari yang sama sekitar pukul 2. Kalau Dudi

jam 12;

Saya sempat minum dulu restoran bebek bali setelah itu saya

langsung karena dekat di senayan jadi begitu sampai saya naik

keatas, jadi waktu itu hotel century itu lobynya diatas ada

semacam café ada tangga kiri kanan, saya naik rupanya pak

Endin sudah ada. Saya pernah diperkenalkan dulu sama ibu

Nunun pada saat acara paguyuban sunda tapi lupa-lupa ingat,

pada saat di hotel century beliau yang menegur saya duluan “pak

arie ya? Iya pak endin, Langsung saya sampaikan tasnya”;

Saya tidak sempat bicara beliau hanya menyampaikan “pak ini

nanti kalau kurang gimana ya? Wah saya tidak ngerti telepon

saja ibu Nunun saya bilang begitu” setelah itu beliau

meninggalkan saya lewat lift;

Page 63: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

63

Saya kembali ke kantor waktu itu mengejar waktu supaya tidak

3 in 1 jadi saya mengejar sampai di kantor sebelum jam 4, begitu

sampai di kantor saya dapat telepon dari ibu Nunun yang

menyampaikan bahwa nanti ada pak Udju akan datang ke kantor

sekitar magrib, waktu itu saya belum tau pak Udju cuma dibilang

pak udju gitu. Waktu saya sedang menunggu gitu tiba-tiba

telepon dari pak Hamka Yandhu nanya saya “bapak ada dimana?

Saya ada dikantor” kemudian beliau mengatakan “saya menuju

kesana”;

Sekitar pukul 5 pak Hamka sampai di kantor, waktu itu sendirian

kemudian beliau langsung naik keruangan saya, saya kasih

tasnya yang ada tanda kuning. Kemudian beliau nanya “gimana

pak sudah selesai semua? Belum pak nanti menurut ibu nunun

yang akan datang pak Udju nanti sore/magrib, setelah beliau

dengar nama pak Udju beliau mengatakan kalau begitu saya

pulang dulu deh ga enak kalau ketemu, langsung pamit;

Kemudian magrib itu datang yang namanya pak Udju datang

berempat, udju itu dari polri;

Karena mereka datang berempat saya persilahkan masuk ke

ruang rapat, Ketika duduk di ruang rapat beliau

memperkenalkan diri saya Udju Djuhaeri dari Polri kemudian di

perkenalkan teman-temannya ini dari angkatan laut tapi saya

lupa nama-namanya;

Saya kasih tasnya yang polos jadi ketika itu karena pak udju yang

diberitahu oleh ibu Nunun, tas saya sampaikan ke pak Udju

kemudian oleh pak Udju ada amplop coklat didalamnya dibuka

jadi duduknya ruang rapatnya tu seperti ini berhadapan, dibuka

kemudian dikeluarkan ada 4 ampolp putih itu di serahkan

kepada temen-temannya masing-masing kemudian pak Udju

sampaikan coba bapak-bapak tolong dilihat dihitung jangan

sampai kurang kalau ada kurang nanti saya disalahin kira-kira

gitu. Trus mereka buka tapi tidak dikeluarkan, Bagaimana pak

“di tanya sama pak udju” cukup? Cukup kata mereka;

Semuanya buka di dpn saya TC itu tapi tidak dkeluarkan;

Page 64: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

64

Kemudian pak udju sampaikan yah anggap saja ini uang pensiun,

saya juga tidak tahu kemudian dijelaskan sama pak udju bahwa

fraksi TNI/Polri tahun depan itu akan tidak ada lagi di DPR;

Saya sampaikan kepada ibu Nunun lewat telepon bahwa sudah

selesai semuanya bahwa terakhir pak Udju, beliau mengatakan

oh ya udah;

Saya bertanya kepada pak udju karena dia agak keluar sedikit

waktu ngitung dari ampolp itu Traveler cheque ya pak Udju, dia

bilang iya ini itung-itung uang pensiun pak;

Saya nanya kepada ibu Nunun, bu kok isinya Travel cheque,

beliau mengatakan udah gapapalah itu urusan saya;

Saya tidak tau yang dibagi-bagi tas itu untuk kepentingan apa

karena saya baru kembali dari riau Yang Mulia, jadi tidak

mengikuti situasi Jakarta trus waktu itu juga kantornya ibu

nunun sedang sibuk sekali membuat barang-barang untuk

pilpres jadi bu Nunun itu simpatisan Megawati dan satu lagi

yang dari NU;

Saya tidak tau sejauh mana hubungan ibu Nunun dengan

terdakwa, ketika saya diajak ibu nunun berkunjung ke kantor

ibu Miranda kemudian diperkenalkan kemudian saya lihat

kedekatannya ckup dekat karena jam kerja ibu nunun bawa

cucu, Waktu itu sudah di kantor Bank Indonesia;

Saya di PT Wahana esa sejat sebagai Direktur utama sejak tahun

2003, pemilik saham 90% keluara ibu Nunun saya 10% dikasih;

Saya nolak diminta mengantar karena kurang pantaslah ngatar-

ngantar begitu waktu itu, saya waktu itu merasa gengsi sajalah

waktu itu;

Jadi waktu ibu Nunun meminta tolong saya menyampaikan

tanda terima kasih itu saya spontan langsung menolak jadi

pembicaraan disitu tidak focus pada isinya tapi kepada “udahlah

pak Arie pasif saja nanti ada yang menghubungi”;

Saya tahu isi tas tersebut Cheque sejak saya mulai berprasangka

ketika pak Endin mengatakan “pak kalau ini kurang bagaimana”;

PT Wahana Esa Sejati mempunyai rekening-rekening di Bank

Bukopin, Bank artha graha dan Bank BNI 46;

Page 65: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

65

Dengan terdakwa pernah bertemu 2 kali yang pertama di

kenalkan oleh Ibu Nunun yang kedua sendiri;

Saya mendapat kesan hubungan ibu Nunun dengan terdakwa

dekat;

Pada saat pertemuan di kantor Bank Indonesia ibu Nunun

dengan Terdakwa tidak ada menyinggung masalah yang saya

antar-antarkan;

Benar saat menyerahkan tas Ngatiran mengatakan pak ini tas

dari ibu;

Banyak tas-tas yang diserahkan oleh anak buah saya, karena di

kantor banyak tas-tas ada yang sama tasnya dengan yang di

berikan kepada anggota DPR;

Sepanjang saya bekerja di kantornya ibu Nunun memang ibu

Nunun sering kali mengadakan pertemuan dalam bentuk

semacam pesta di rumah dan yang diundang dari berbagai

kalangan diantaranya dari DPR;

Tidak pernah tau pembicaraan dengan para anggota DPR;

Saya tidak jadi sekertaris GABSI saya berkeberatan karena saya

tidak bisa Bridge;

Pada tanggal 7 tersebut Ibu bicara kepada saya di depan anggota

DPR (hamka yandhu) dia bilang mau minta tolong kepada pak

arie untuk menyampaikan tanda terima kasih kepada anggota

DPR saya bilang “wah kenapa saya” saya lupa topic

pembicaraannya cuma tidak mungkin terlalu keras karena di

depan tamu;

Saya tidak pernah dengar Terdakwa minta diperkenalkan

kepada anggota DPR

7. NGATIRAN (Karyawan/Office Boy pada PT. Wahana Esa Sambada

sejak tahun 2003-2010) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 16

Agustus 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Saksi bekerja sebagai dagang;

Page 66: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

66

Saya kenal dengan Terdakwa, tidak ada hubungan keluarga; Benar saya mengantar tas keruangan Arie Malangjudo; Kalau tidak salah ada 4 tas, kurang lebih jam makan siang; Saya kerja sebagai kurir di PT. Wahana jalan Riau No. 17 Menteng,

sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2010; Yang memerintahkan saya dari sekertariat, saya tidak ingat Ibu Nunun tidak pernah memerintahkan saya membawa tas ke

ruangan Arie Malang Judo; Sekertariat saya tidak ingat satu persatu cuma disitu ada ibu

Marni, ibu Neni, ibu Ruth dan ibu Tine; Tas itu saya bawa dari ruangan ibu Nunun, saya antar ke

tempatnya pak Arie; Saya tidak tau isi tas itu; Saya pada saat membawa tas itu disuruh membawa ke ruangan

pak arie, diruangan ketemu dengan pak arie kemudian saya menyerahkan pak ini tas dari ibu;

Yang memerintahkan mengatar tas itu bukan ibu, saya diperintah dari sekertariat antar barang, barang dari ibu;

Saya mengambil tas dari ruangan ibu, saya berani karena di perintah oleh sekertariat;

Setelah mengantarkan tas saya melapor kepada sekertariat; Semua pekerjaan menyangkut ibu Nunun;

Saya tidak pernah tanya apa isi kantong itu; Pada saat mengambil tas tersebut di ruangan ibu Nunun saya

sendiri, waktu itu ruangan ibu nunun terbuka kebetulan ibu ada di dalam, saya ketok pintu saya permisi mau ngambil kantong di meja, ibu nunun hanya bilang iya;

8. Dr. ENDIN AJ SOEFIHARA, MMA (Mantan anggota DPR RI Komisi IX

sejak tahun 1999-2004 dari Fraksi PPP) diperiksa sebagai saksi pada

tanggal 29 Agustus 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah

menurut agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi adalah anggota Komisi IX DPRRI, Keuangan

Perbankan, Perencanaan;

Pernah melakukan pemilihan DGS BI 2004 anggotanya Budi

Rochadi, Hartadi Sarwono dan MG;

Page 67: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

67

Bahwa yang memenangkan berdasarkan voting adalah Miranda

Goeltom;

Setelah pemilihan, saksi pernah bertemu Ari Malangjudo di Hotel

Century, tapi tidak ingat sesudah atau sebelum pemilihan;

Bahwa Ari Malangjudo yang meminta bertemu dengan saksi, di

Century, tidak ada pembicaraan apa-apa, Arie ada menyerahkan

sesuatu pada saat itu;

Bahwa yang diserahkan adalah amplop besar berisi amplop lagi;

Bahwa pada amplop tidak ada tandanya;

Bahwa pada amplop tersebut ada nama-nama Urai Faisal, Daniel

Tanjung, Sofyan Usman, kesemuanya fraksi PPP;

Bahwa yang untuk saksi berisi TC, 10 lembar, masing-masing Rp

50.000.000,-, tidak tahu dalam rangka apa;

Bahwa saksi pernah bertemu Arie di masyarakat Jawa Barat, Arie

tidak mengatakan apa-apa pada saat itu;

Bahwa saksi biasa menerima amplop berisi proposal atau lainnya;

Bahwa amplop dibuka oleh saksi setelah pertemuan dengan Arie,

tetapi saksi tidak ingat waktu pastinya;

Bahwa saksi mengatakan sudah berulang-ulang mengenai TC,

namun menurut Majelis ini adalah perkara lain, namun perkara

ada split, saat ini Endin sebagai saksi, dan terdakwa nya Miranda

Gultom.

Bahwa saksi tidak menanyakan kepada Arie mengenai TC;

Bahwa pertemuan dengan anggota fraksi ada dan dengan

Terdakwa tidak ada, dengan kandidat lain juga tidak ada, tidak

ada arahan memilih siapapun, tidak memilih Miranda Goeltom;

Bahwa saksi tidak pernah ada pertemuan dengan Miranda

Goeltom sebelum maupun sesudah, tidak memilih Miranda

Goeltom juga;

Bahwa kriteria kandidat DGS BI memiliki pengalaman moneter,

kecakapan moneter, pergaulan moneter, khusus PPP harus sesuai

dengan Faksun politik PPP;

Bahwa Arie yang menelepon ingin bertemu, tidak membicarakan

yang lain;

Page 68: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

68

Bahwa amplop ke yang lain tidak tahu isinya, tidak pernah

dibicarakan, amplopnya hanya dibicarakan dengan Daniel

Tanjung, kemudian TC nya dititipkan ke Daniel Tanjung dan

Daniel menitipkan lagi ke yang lain, sampai diperiksa tidak pernah

menggunakan dan mencairkan, barang itu adalah barang subhat

dan tidak akan digunakan, telah dikembalikan jauh sebelum

penyidikan;

Bahwa pertemuan dengan Arie di Hotel Century, Arie pernah

menyatakan bahwa Endin bertanya apakah ini tidak kurang,

Endin menyangkal hal tersebut;

Bahwa saksi tidak pernah bertemu Miranda atau Nunun Nurbaeti

sebelum ataupun sesudah pemilihan hanya bertemu di komisi

atau ruang-ruang komisi;

Bahwa setelah menerima bungkusan tidak saling tanya dititipkan

ke Daniel Tanjung, itu kelemahan saat itu, saat itu tidak ada

komunikasi juga dengan Arie, itu tidak digunakan olehnya;

Bahwa saksi memilih calon lain, tidak ada instruksi memlih

calonnya siapa, tapi ada kriterianya;

Bahwa tahunnya sekitar 2004, di amplop besarnya tidak ada

warna;

Bahwa saksi biasa duduk-duduk, ngopi, bertemu teman di hotel

Mulya;

Bahwa saksi selalu menolak bahwa penerimaan berkaitan dengan

pemilihan DGS BI;

Bahwa penerimaan itu tidak tahu ada keterkaitan atau tidak

dengan pemilihan DGS BI;

Bahwa saksi kenal dengan Nunun Nurbaeti dan Arie Malangjudo,

tidak tahu tempat kerjanya, baru kemudian diketahui. Tidak hapal

kapan dibuka uang itu.

Bahwa saksi tidak tahu motif dari pemberian uang, tidak pernah

bertemu lagi dengan Arie, begitu terjadi masalah, lalu minta ke

Daniel untuk dikembalikan.

Bahwa pemberian itu juga tidak ada yang merasa dirugikan

dengan pemberian itu

Page 69: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

69

Bahwa saksi kenal Arie juga dari pertemuan masyarakat Jabar,

tidak tahu kedekatan Arie dengan Nunun Nurbaeti, tidak tahu

pekerjaan dan keseharian Ari Malangjudo;

Bahwa kalimat yang disampaikan Ari Malangjudo waktu telepon

hanya mengatakan ingin bertemu, waktu menyerahkan tidak

mengatakan apa-apa termasuk mengenai isinya;

Bahwa rumah Nunun Nurbaeti di Cipete Raya, terakhir kesana

dalam acara Masyarakat Jabar, tidak pernah ada pertemuan

dengan Paskah, Hamka, Endin dan Miranda Goeltom, dan lain-lain;

Bahwa fraksi di komisi IX sekitar 50 orang;

Bahwa saya tidak pernah mempermasalahkan urusan pribadi;

Bahwa saksi tidak tahu apakah Ari Malangjudo orang sunda,

mengenal Ari Malangjudo sekitar 2001 dalam halal bihalal

masyarakat Jabar di mercantile club;

Saksi tidak berpikir apa yang ada dalam amplop coklat, sudah

biasa menerima amplop berisi proposal dan sebagainya, tidak

tahu kalau pak Ari adalah staf Nunun Nurbaeti;

Bahwa pada bulan Juni 2004, di Komisi IX ada banyak kegiatan

diluar pemilihan DGS BI, raker, dengar pendapat atau lainnya;

Bahwa pemilihan DGS BI itu dipilih komisi IX, atas perintah

paripurna DPR, hasil pemilihan diserahkan kepada pimpinan DPR,

kemudian DPR dengan rapat paripurna menetapkan hasil

pemilihan, jadi komisi IX tidak pernah menetapkan seseorang

menjadi DGS, untuk penegasan

Bahwa pemilihan DGS diikuti 3 orang Miranda Goeltom, Hartadi

dan Miranda Goeltom, pelaksanaannya diawali Fit and proper test

kemudian voting, Bu Miranda terpilih denagn angka terbanyak,

kemudian dilaporkan ke paripurna DPR, paripurna DPR lah yang

menetapkan menyetujui atau tidak menyetujui ibu Miranda

menjadi DGS BI;

Bahwa saya tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti

dimanapun maupun dengan Miranda Goeltom, menjelang

pemilihan DGS BI, dengan Paskah di kediaman Nunun Nurbaeti

juga tidak ada;

Page 70: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

70

Bahwa alasan yang mendasari saat itu tidak memilih DGS tahun

2004 adalah fatsun politik PPP, secara politik kita tahu bagaimana

PPP, Bu Miranda juga tahu;

Bahwa dalam fit and proper test diberikan kesempatan pada PPP

untuk menggali apakah calon punya kecakapan moneter di

perbankan dan pergaulan moneter internasional, kemudian siapa

yang dipilih harus sesuai intern PPP;

Bahwa kalau memenuhi saya tidak punya alat evaluasinya, tapi bu

Miranda boleh dibilang memiliki kecakapan;

Bahwa sebagaimana kita tahu PPP punya mekanisme politik

sendiri dan kita tahu dengan istilah Fatsun;

Bahwa hubungan saya dengan Miranda Goeltom tetap baik,

dengan kata lain kalau saya tidak pilih pun beliau pasti sudah

taulah;

Bahwa saya tidak pernah dikenalkan ke Miranda Goeltom oleh

Nunun Nurbaeti;

TANGGAPAN TERDAKWA: Bahwa saksi tidak pernah diminta oleh terdakwa untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan tugas saudara sebagai anggota Komisi IX DPRRI tahun

1999-2004 dalam rangka pemilihan DGS BI 2004;

Bahwa terdakwa tidak pernah menjanjikan sesuatu, memberikan

sesuatu, memberikan hadiah atau memberi janji apapun sebelum

atau pada saat atau sesudah pemilihan DGS BI agar saksi

melakukan sesuatau atau tidak melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan tugas saksi dalam pemilihan DGS BI;

Bahwa terdakwa tidak pernah meminta kepada saksi untuk

memilih terdakwa.

9. Drs. PASKAH SUZETTA, MH (Mantan anggota DPR RI Komisi IX

periode 1999-2004 dan Mantan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu)

diperiksa sebagai saksi pada tanggal 29 Agustus 2012. Memberikan

Page 71: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

71

keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam pada

persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi adalah anggota Komisi IX DPR RI;

Saksi pernah melakukan pemilihan DGS BI 2004 anggotanya Budi

Rochadi, Hartadi Sarwono dan Miranda Goeltom, yang

memenangkan berdasarkan voting adalah Miranda Goeltom;

Setelah pemilihan saksi Endin pernah bertemu saksi Ari

Malangjudo di Hotel Century, tapi tidak ingat sesudah atau

sebelum;

Bahwa saksi pernah kenal dengan Nunun Nurbaeti, dalam rangka

perkumpulan masyarakat Jabar, Nunun Nurbaeti tidak pernah

menyampaikan sesuatu sehubungan dengan pemilihan DGS BI;

Bahwa saksi tidak pernah terima sesuatu dari Hamka Yandu;

Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Hakim No 16/Pid/B-

TPK/2011 tanggal 17 Agustus 2011 dipersalahkan melanggar

pasal 11 UU Tipikor dan telah menjalankan hukuman secara

penuh;

Bahwa saksi tidak pernah menerima dan mencairkan TC maupun

keluarganya juga;

Bahwa saksi pernah bertemu dengan Hamka membahas

pemilihan DGS BI, saat itu sebagai pimpinan Poksi, tidak pernah

mengarahkan fraksi;

Bahwa pada tahun 2003 Terdakwa adalah calon Gubernur BI

tetapi yang terpilih adalah Burhanudin Abdullah;

Bahwa tahun 2003 ada mempermasalahkan kredibilitas moral

karena ada beberapa surat dari mantan suaminya yang

menyatakan masalah pribadi, semua fraksi dapat, sehingga yang

terpilih bukan Terdakwa;

Bahwa pada pemilihan DGS BI tidak pernah ada pertemuan

dengan Miranda Goeltom ataupun dengan calon lain, tidak ada

titipan-titipan;

Bahwa pertemuan Sunda di D’Lounge ataupun di Hotel Mulya

tidak pernah hadir, hanya hadir pada halal bihalal masyarakat

sunda tahun 2006, ketemu di DLounge jalan Gunawarman akhir

2005 membicarakan membentuk paguyuban sunda. Pertemuan

Page 72: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

72

pertama dengan Nunun Nurbaeti di Mercantile tahun 2001, pada

zaman presiden Gus Dur, diundang bukan oleh Nunun Nurbaeti

tapi Adang Darajatun;

Bahwa saksi tidak pernah berada di Mulia. Sampai jam 9 malam

masih penghitungan. Tidak pernah dengar pemberian uang di

fraksi. Tidak pernah diceritakan oleh Hamka;

Bahwa anggota Fraksi Partai Golkar 14;

Bahwa saksi datang ke rumah Nunun Nurbaeti terakhir tahun

2008, atas undangan Adang, tidak pernah berhubungan dengan

Nunun Nurbaeti, tidak akrab dengan Nunun Nurbaeti, tidak ada

hubungan bisnis atau apapun juga, hanya berhubungan karena

terkait pak Adang sebagai pembinan di Jabar, yang pernah sebagai

Kapolda Jabar dan wakapolri, tidak pernah bertelepon dengan

Nunun Nurbaeti apalagi sampai Nunun Nurbaeti memberi

perintah untuk saya datang ke rumahnya;

Bahwa saksi hadir di Dlounge pada akhir 2005 diakhir menjadi

menteri, sekaligus mengucapkan selamat kepada saya;

Bahwa saya telah diputus bersalah melanggar pasal 11, saya

diadili 3 bulan siang dan malam, saya bersedia untuk dikonfrontir;

Bahwa tahun 2003 menurut surat dari mantan suami Miranda

Goeltom, Miranda Goeltom sudah berhubungan dengan suami

sekarang tanpa nikah, akan tetapi tahun 2004, akhir 2003 juga,

sebelum pencalonan DGS, MG ternayta telah cerai dengan suami

terdahulu dan telah menikah dengan suami sekarang, bahkan

telah menikah, bahkan saya diundang tapi saya tidak hadir waktu

itu,jadi artinya tuduhan moral kepada Terdakwa pada saat

pemilihan DGS sudah tidak dipermasalahkan itu yang bisa saya

sampaikan;

Bahwa pemilihan DG dalam rangka kegiatan terakhir dari

rangkaian acara DPR karena setelah itu kita reses baru masuk lagi

tanggal 16 Agustus dalam pembahasan RAPBN, bahwa pada saat

itu dalam situasi tidak normal, karena saat itu para anggota baru

menyelesaikan pemilu legislatif ada yang terpilih lagi ada yang

tidak. Kita Juga kegiatan beralih menjadi kegiatan fraksi dan partai

karena kita langsung kedaerah melakukan pilpres, jadi ini

kegiatan terakhir, tidak ada lagi kegiatan lainnya;

Page 73: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

73

Bahwa pemilihan dengan one man one vote, bu Miranda terpilih

tapi tidak mayoritas, karena yang lain juga dapat suara;

Bahwa tidak pernah ada pertemuan di kediaman Nunun Nurbaeti;

Bahwa ada surat-surat dari suami Miranda Goeltom pada 2003

pada saat pemilihan Gubernur BI,pada saat pemilihan DGS tidak

ada;

Bahwa hasil pemilihan Komisi IX belum absolut harus diajukan

lagi ke paripurna, saat itu ketua komisi Emir, melaporkan ke

sidang paripurna, itupun hasilnya harus minta pengesahan ke

Presiden;

Bahwa di paripurna sepengetahuan saya diterima oleh paripurna;

Bahwa kinerja Miranda Goletom bersama tim DG waktu itu sangat

baik, inflasi bisa diturunkan, nilai tukar juga stabil, dan kalau

Miranda Goletom salah mungkin sudah ditangkap KPK;

Bahwa paguyuban sunda berdiri sekitar 2005 tidak ada badan

hukumnya;

Bahwa paguyuban sunda sebelumnya hanya person ke person dan

pada waktu itu yang mengumpulkan dengan figur Adang

Daradjatun, baru formal akhir 2005, sebelumnya hanya individu

saja;

Bahwa saksi tidak pernah dimintakan dukungan oleh Nunun

Nurbaeti untuk mendukung Miranda Goletom;

Bahwa saksi tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti pada

tahun 2004;

TANGGAPAN TERDAKWA: Bahwa saksi tidak pernah diminta oleh terdakwa untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan tugas saudara sebagai anggota Komisi IX DPRRI tahun

1999-2004 dalam rangka pemilihan DGS BI 2004;

Bahwa terdakwa tidak pernah menjanjikan sesuatu, memberikan

sesuatu, memberikan hadiah atau memberi janji apapun sebelum

atau pada saat atau sesudah pemilihan DGS BI agar saksi

melakukan sesuatau atau tidak melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan tugas saksi dalam pemilihan DGS BI;

Page 74: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

74

Bahwa terdakwa tidak pernah meminta kepada saksi untuk memilih terdakwa.

10. DUDHIE MAKMUN MUROD (Mantan anggota DPR RI Komisi IX

periode 1999-2004) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 29 Agustus

2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama

Islam pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi adalah anggota DPR RI Komisi IX;

Bahwa saksi pernah melakukan pemilihan DGS BI 2004

anggotanya Budi Rochadi, Hartadi Sarwono dan Miranda Goletom;

Bahwa yang memenangkan berdasarkan voting adalah Miranda

Goeltom;

Bahwa saksi menerima sesuatu dari Arie, tapi tidak tahu untuk

apa, sebanyak 10 lembar TC di Bebek Bali;

Bahwa saksi dihubungi Panda, diminta menghubungi Arie

Malangjudo, bertemu dengan Arie Malangjudo, Arie Malangjudo

serahkan amplop berisi amplop lagi berisi amplop berisi nama-

nama anggota Fraksi PDIP;

Bahwa pertemuan Dharmawangsa, baru mengetahui di

pengadilan difasilitasi oleh Miranda Goeltom, hadir 5-10 menit

sebelum bubar, Ia telat, yang dibicarakan tidak ada karena sudah

mau bubar, tidak ingat apakah dari PDIP hadir semua, tidak

mendengar pembicaraan;

Bahwa saksi tidak pernah ada pertemuan dengan Emir Moeis,

tentang pemberian uang 500 juta tersebut;

Bahwa tidak pernah ada pertemuan dengan Emir Moeis dan

Cahyo Kumolo mengatakan BAP No. 16 Pemberian TC terkait

dengan pemilihan DGS Miranda Gultom, pada saat itu Emir

memberikan kesempatan kepada Cahyo Kumolo dan Panda untuk

memberikan pengarahan untuk memilih MG dengan alasan

kompetensi dan pengalamannya bagus. Tidak pernah mengatakan

hal tersebut;

Bahwa tidak ada pertemuan dengan Cahyo Kumolo untuk memilih

Miranda Gultom;

Page 75: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

75

Bahwa pertemuan hanya di Dharmawangsa, sudah ada arahan

memilih Miranda Goletom, kalau fraksi sudah putuskan anggota

mengikuti;

Bahwa tidak ada ucapan terimakasih untuk pemilihan, Agus

Condro hanya pindah seminggu sebelumnya, tidak pernah

mendengar ocehan Agus Condro soal pemberian 300-500 juta

oleh Miranda Goeltom;

Bahwa saksi hanya disuruh oleh Panda Nababan, sekretaris fraksi,

tidak tanya dalam rangka apa, kalau perintah dari sekretaris fraksi

tidak menanyakan;

Bahwa setelah menerima langsung diinfokan ke Panda, Nababan

amplop tidak saya buka, lalu menghubungi Emir Moeis, Emir

Moeis yang membuka, diberikan di ruangan Emir Moeis, semua 17

ada namanya dari anggota Komisi IX dari PDIP;

Bahwa anggota PDIP tidak ada yang bertanya karena buru-buru,

sampai menjadi masalah mungkin ada beberapa yang bertanya;

Bahwa saksi mengembalikan 2008 sebelum perkara mencuat;

Bahwa pada saat penerimaan uang Miranda Goeltom belum

terpilih. Miranda Goeltom terpilih sesuai BAP jamnya;

Bahwa penerimaan uang diyakini tidak terkait dengan pemilihan

DGS, sebelumnya tidak pernah ada penerimaan tersebut;

Bahwa anggota PDIP di komisi 17, saat itu terbesar;

Bahwa menjelang pemilihan DGS pernah ada rapat fraksi di ruang

fraksi meghasilkan 11 keputusan no 8 atau 9 memutuskan

mendukung Miranda Goletom sebagai DGS BI;

Bahwa tidak mendengar ada celetukan ada dananya tidak, karena

ruangannya besar sebesar ruangan komisi kira-kira 4x ruangan

ini, sekitar 142 hadir disana;

Bahwa di rapat fraksi itu pak Cahyo tidak mengatakan apapun,

karena sudah ada keputusan tertulisnya;

Bahwa rapat di Dharmawangsa diatas 13-15 orang yang hadir,

diundang oleh sekretaris fraksi Panda dan ketua fraksi Cahyo

Kumolo;

Bahwa saya tidak tertarik bahkan tidak mendengar;

Page 76: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

76

Bahwa pertemuan di Dharmawangsa tidak mendengar apa-apa

karena sudah mau bubar;

Bahwa saksi sama dengan pak Paskah, cuma saya tambahkan

sedikit, jangankan pemilihan DGS, UU pun kami hanya

rampungkan untuk kemudian membawa ke sidang paripurna, di

sidang paripurna bisa divoting setuju atau tidak, baru disahkan,

jadi komisi tidak ada wewenang menetapkan si A, UU pun hanya

diramu dan dibawa ke paripurna, paripurna yang putuskan

diterima atau tidak;

Bahwa ya diterima;

Bahwa saya kira fraksi tidak memutuskan sembarangan, pasti ada

pertimbangan kecakapan disitu, kinerjanya sangat baik, harus

saya akui Miranda Goletom sangat senior;

TANGGAPAN TERDAKWA: Bahwa saksi tidak pernah diminta oleh terdakwa untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan tugas saudara sebagai anggota Komisi IX DPRRI tahun

1999-2004 dalam rangka pemilihan DGS BI 2004;

Bahwa terdakwa tidak pernah menjanjikan sesuatu, memberikan

sesuatu, memberikan hadiah atau memberi janji apapun sebelum

atau pada saat atau sesudah pemilihan DGS BI agar saksi

melakukan sesuatau atau tidak melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan tugas saksi dalam pemilihan DGS BI;

Bahwa terdakwa tidak pernah meminta kepada saksi untuk

memilih terdakwa.

11. NUNUN NURBAETI (Direktur Utama PT. Wahana Esa Sambada)

diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3 September 2012. Memberikan

keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam pada

persidangan sebagai berikut:

Saksi kenal dengan Terdakwa; Saya tidak ingat sejak kapan kenal dengan Terdakwa;

Page 77: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

77

Ada pertemuan dirumah saya, saya lupa tanggalnya Tahun 2004

ada ibu Miranda Goeltom ada Pak Endin ada Hamka Yandhu ada

Paskah Suzetta;

Dalam rangka agar membantu agar supaya ibu Miranda Goeltom menjadi DGS BI dalam fit & Proper test;

Kantor saya jalan Riau; Saya tidak ingat kapan tanggal pemilihan DGS BI; Hamka Yandhu tidak pernah datang ke tempat saya sebelum

pemilihan DGS BI; Saya tidak mengetahui mengenai Travel Cheque; Tidak sama sekali saya mengetahui TC, saya mendengar di TV, di

Radio, di Media, saya tidak pernah memberikan apapun melalui Travel Cheque;

Tidak sama sekali pernah melihat Anggota DPR Dari fraksi ABRI, Golkar menjemput sesuatu ke kantor saya jalan Riau;

Saya kenal dengan Arie Malang Judo; Saya tidak ingat pernah memperkenalkan Arie kepada Terdakwa; Saya pernah berkunjung ke kantor Terdakwa sebagai kawan, saya

lupa kapan; Tidak pernah Anggota DPR datang ke kantor saya sore-sore atau

sesudah magrib dalam rangka kekantor saya mengambil sesuatu baik Hamka Yandhu atau fraksi Golkar;

Saya kenal dengan Endin, dalam rangka organisasi kesundaan; Saya tidak pernah memerintahkan kepada Arie Malangjudo untuk

memberikan sesuatu kepada Endin maupun Dudi; Saya tidak pernah melihat travel bag di ruangan saya; Saya tau Ngatiran dia kerja di kantor saya tapi saya tidak pernah

berhubungan dengan Ngatiran dan Tidak pernah masuk keruangan saya;

Saya sudah 8 bulan di penjara; Dalam kapasitas kenal dengan Terdakwa saya merasa akrab; Saya tidak ingat terdakwa pernah mengunjungi kantor saya; Saya pernah mengunjungi kantor terdakwa setelah terdakwa

menjadi DGS BI, ketika saya berkunjung ke kantor Ibu Miranda sebagai kekeluargaan saja apakah itu beliau mengundang saya dalam rangka mengadakan konser atau apa saya juga lupa lagi tapi tidak hal lain yang kami bicarakan di gedung BI tersebut tetapi waktu kita hanya bicara kekeluargaan dan saya pun waktu ke tempat ibu Miranda Goeltom kalau tidak salah dengan cucu saya;

Page 78: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

78

BAP No. 20 ya benar keterangan saya; Pada saat memperkenalkan Anggota DPR itu, ibu Miranda

sebetulnya sudah kenal tetapi hanya lebih mempertemukan kembali ya itu yang terjadi di rumah saya seperti di BAP tersebut;

Saya tidak ingat siapa yang datang duluan; Tidak ada acara lain di rumah saya, waktu itu khusus untuk

memperkenalkan; Saya tidak ikut bicara dalam pertemuan mereka; BAP No. __ thank you benar; Setelah pertemuan tersebut tidak ada pertemuan lagi; Kalau Arie Malang Judo di Wahana Esa Sejati; Tidak ada pertemuan antara saya yang memberikan semacam tas

kemudian arie malang judo dipanggil dan mengantarkan kepada anggota DPR;

Saya tidak pernah mencairkan TC; Saya tidak ingat pernah menyuruh Sumarni untuk mencairkan TC.

12. NUNUN NURBAETI dikonfrontir keterangannya dengan ARI

MALANGJUDO sebagai saksi pada tanggal 3 September 2012.

Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam

pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi Nunun Nurbaeti tidak ingat pernah memerintah Ari

Malangjudo;

Saya tidak pernah bertemu dan memerintahkan saudara Hamka

Yandhu dan saudara Arie Malangjudo di kantor saya;

Bahwa saksi Nunun Nurbaeti kenal dengan Endin;

Bahwa seperti di sampaikan, di rumah saya bertemu dengan ibu

Miranda Goeltom hanya itu yang saya tahu dan saya ingat;

Saya juga punya saksi yang Mulia bahwa tidak pernah ada

pertemuan di ruangan saya dengan Hamka Yandhu sebelum

pemilihan DGS BI;

Bahwa saksi Nunun Nurbaeti tidak pernah menyuruh Office boy;

Dipertemukan dalam rangka Waktu itu ibu Miranda meminta

tolong saya agar supaya dalam fit & proper test DGS BI tentunya

tidak dipermalukan seperti yang sudah-sudah dan tentunya beliau

Page 79: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

79

minta dibantu agar semuanya bisa lancar dengan baik yang mulia

mohoon maaf mungkin kata-kata saya juga saya lupa lagi tapi kira-

kira seperti itu mungkin saya tambahkan itu hanya itikad baik;

Saya takut salah kira-kira seperti itu ada kata-kata agar tidak di

permalukan;

Tidak hanya dari para anggota DPR saja;

Saya kenal dengan anggota DPR yang di maksud;

Saya tidak ingat siapa yang inisiatif saya tidak ingat kalau

kebetulan ketemunya Terdakwa dengan anggota DPR di rumah

saya;

Betul saya ingat saya ketemu Terdakwa dengan anggota DPR di

rumah saya;

Saya tidak ingat siapa yang menelpon anggota DPR untuk datang

ke rumah saya;

Setelah mereka ketemu tentunya mereka pamitan;

Saya sampaikan Ibu Miranda menelpon saya minta untuk

dipertemukan kemudian saya pertemuan di dengan yang saya

kenal di rumah saya;

Betul saya tidak ikut dalam pertemuan tersebut karena bukan

urusan saya;

Sesuai BAP ketika pulang berpamitan saya mendengar “ini bukan

proyek thank you ya” tetapi saya tidak tahu siapa yang bicara

karenakan semua juga tidak mengakui ke rumah saya, maupun

tidak mengakui bertemu saya, semua tidak mengakui kenal

dengan saya, semua juga tidak mengakui itu adalah pernyataan

mereka;

Saya tidak pernah terima Travel cheque;

Ya saya punya karyawan bernama Sumarni, dia yang memegang

keuangan saya dalam keperluan keluarga;

Perusahaan yang saya pimpim adalah Wahana Esa Sambada;

Saya tidak pernah telepon Pak Udju, tidak pernah menyuruh Pak

Udju datang ke beliau;

Saya kenal Pak Udju dulu bekas anggota suami saya saat suami

saya menjadi KAPOLDA Jawa Barat;

Page 80: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

80

Seingat saya acara persundaan yang di hadiri pak Paskah bukan di

Hotel Mulia coffe shop tapi di tempat lain di hotel lain;

Kalau di café D’Lounge iya, semua sesepuh sunda hadir pak

Paskah dan Hamka Yandhu ada;

Dalam pertemuan di café D’Longue tidak pernah ada saya

meminta kepada pak Paskah agar fraksi Golkar membantu

Terdakwa dalam pemilihan DGS BI yang saya ingat pertemuan

dengan pak Paskah di D’Lounge setelah pemilihan DGS BI;

Di perlakukan bukan di permalukan;

Maksud tidak diperlakukan seperti itu hanya seperti itu saja,

selaku teman dekat saya tidak ingat terdakwa cerita yang lain atau

tidak;

Tidak pernah Terdakwa menceritakan kegagalan dalam pemilihan

Dewan Gubernur BI;

Di Kantor saya ada pegawai yang bernama Ngatiran, kalau staf

saya ada saudara Yani, Sukri Bay ada sekertaris, Sumarni terus

ada Neni;

Saya hanya selalu berhubungan dengan sekertaris;

Saya tidak pernah memerintahkan staf saya agar nanti seseorang

mengantarkan bungkusan semacam travel bag ke Arie malang

judo;

Kalau yang berkaitan dengan fit & proper tes DGS BI seingat saya

tidak pernah melakukan pertemuan seingat saya hanya ibu

Miranda hanya meminta untuk dipertemukan;

Pada saat mereka melakukan pertemuan saya juga ada dirumah

karena itu rumah saya;

Pertemuan di Cipete antara Miranda Goeltom, Paskah

Suzetta, Endin dan Hamka Yandhu itu dilakukan pada siang

hari setelah jam 10;

Saya tidak pernah menelpon pak Udju dan saya tidak tahu nomor

telephone pak Udju;

Suasana saat saya mendengar Ini bukan proyek thank you biasa

saja;

Setelah pamitan saya mendengar itu;

Page 81: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

81

Saya tidak ingat itu di teras atau dirumah namun pada saat

pamitan saya mendengar itu tetapi karena kami ini orang sunda

suka bercana dan kami ini akrab setelah itu sudah;

Saya tidak ingat apakah kata-kata itu berupa candaan atau tidak;

Saya tidak ingat yang mengatakan itu laki atau perempuan;

Pada saat pertemuan Terdakwa tidak pernah menyampaikan

kepada saya untuk pesan menyerahkan TC BII kepada para

anggota Komisis IX DPR RI;

Saya tidak pernah melibatkan pak adang darajatun dalam

pertemuan Cipete;

Saya tidak ingat nomor telepon pak Endin, pak Hamka dan pak

Paskah;

Seingat saya, saya tidak pernah langsung bertelpon kecuali saya di

telepon dan tentunya saya akan menyuruh sekertaris

13. ARI MALANGJUDO dikonfrontir keterangannya dengan NUNUN

NURBAETI dan UDJU DJUAHERI sebagai saksi pada tanggal 3

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Konfrontir dengan Nunun dan Udju

Benar saya pernah diperintah oleh Nunun Nurbaeti untuk

mengantarkan beberapa bungkus katakanlah semacam tas yang

berisi TC kepada anggota DPR;

Pengantaraannya itu 8 Juni 2004; Saya di perintah oleh Nunun Nurbaeti untuk memberikan tas-tas

tersebut yang sudah ada warnanya; Ya saya pada waktu itu ada hubungan pekerjaan dengan Nunun

Nurbaeti di PT. Wahana Esa Sejati saya sebagai Dirut, ibu Nunun sebagai Komisaris Utama;

Pernah saya bertemu dengan Endin, Waktu itu yang telepon saya Endin;

Page 82: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

82

Pada waktu saya bertemu di ruangan ada saksi lain waktu itu yaitu hamka yandhu tanggal 7 Juni 2004 yang mengatakan akan mengaturnya ibu Nunun;

Tidak ada Nunun pada saat bertemu dengan fraksi TNI/POLRI di kantor jalan Riau ketika saya dapat perintah diminta pasif saya nanti saya dihubungi ternyata mereka memang menghubungi saya di HP saya, ketika itu saya di kantor di jalan Riau No. 21 beda satu rumah dengan kantor Nunun;

Pernah ada pertemuan di ruangan Nunun dengan Hamka Yandhu sebelum pemilihan DGS BI;

Selain pak Endin, dudi dan hamka yandhu ada pak Udju Djuhaeri dari anggota DPR fraksi TNI/Polri saya di telpon oleh bu Nunun mengatakan bahwa pak Udju akan datang nanti sore hari menjelang magrib, maksud tujuannya mengambil titipan tas belanja warna putih. Mereka hadir berempat saya tidak ingat nama-namanya, saya baru ketemu pada saat itu, pak Udju datang kemudian mengetuk assalamualaikum dan mengatakan saya Udju apakah ada titipan dari ibu Nunun kemudian saya keluar saya lihat ada 3 orang lain karena ruang kerja saya tidak besar maka saya ajak ke ruang rapat. Waktu itu saya lapor ke ibu Nunun saya sudah sampaikan ke pak Udju ibu nunun mengatakan oh iya terima kasih;

Saya tidak tahu pada sat itu sedang ada fit & proper test DGS BI; Saya melihat mereka bertiga membuka amplop dihadapan saya

tetapi tidak membuka semua.

14. UDJU DJUAHERI dikonfrontir keterangannya dengan NUNUN

NURBAETI dan ARI MALANGJUDO sebagai saksi pada tanggal 3

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Hari itu tanggal 8 Juni 2004 sekitar jam 5 saya mendapat telepon

ketika saya masih si ruang sidang yang suaranya mirip seorang

wanita bahwa bunyi telepon itu agar saya datang ke jalan Riau No.

17 kemudian telepon itu saya sampaikan kepada pak Darsup, pak

Sulis dan pak Suyitno;

Saya sebelumnya sudah mengenal Nunun;

Page 83: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

83

Kami saat itu menanyakan siapa yang menelpon tapi saat itu

langsung di tutup;

Saya tidak bisa memastikan kalau suara itu suara ibu Nunun;

Saya tidak pernah mengatakan cukup, mungkin pak Arie salah

dengar pengertian saya cukup itu sudah selesai atau belum, saya

kan ga tau cek yang ada didalam kami baru tahu itu TC bernilai 50

juta pada saat dirumah;

Saat itu sedikit saya membuka amplop itu di depan Arie Malang

Judo dan saya waktu itu secepatnya pulang tidak bertanya

apapun;

Tidak ada setelah diberikan TC itu Arie Malang Judo menanyakan

untuk apa TC itu diberikan

15. LINI SUPARNI (pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah saksi

Nunun Nurbaeti) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3 September

2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama

Islam pada persidangan sebagai berikut:

Saya kenal dengan Nunun sejak 1971;

Tidak kenal dengan Terdakwa;

Terdakwa pernah datang ke rumah Nunun seingat saya 2 kali awal

tahun 2004;

Saya tidak tahu untuk keperluan apa Terdakwa datang;

Waktu Terdakwa datang ke rumah Nunun 2 kali saya tidak tahu

dalam rangka apa, yang pertama siang hari sekali setelah jam 12

lalu satu kali lagi malam hari waktu itu ada acara. Kalau yang

siang hari tidak ada acara hanya ibu Miranda dengan ibu

Nunun tidak ada yang lain;

Waktu itu ibu Miranda datang sendiri ke rumah ibu Nunun;

Saya tidak tahu ibu Miranda pernah melakukan pertemuan di

rumah ibu Nunun.

16. Ir. IZEDRIK EMIR MOEIS, MSi (Mantan Ketua Komisi IX DPR RI

periode 1999-2004 merangkap Ketua Panitia Anggaran DPR RI

Page 84: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

84

periode 2004-2009) diperiksa sebagai saksi pada tanggal 3

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi pada tahun 2004 pernah menjadi anggota DPR-RI,

sampai dengan tahun 2003 awal di Komisi VIII kemudian 2002

pertengahan sampai 2004 di Komisi IX;

Bahwa Komisi IX pernah melakukan fit and proper test untuk

pemilihan DGS BI, ada 3 calon ada Ibu Miranda, ada Pak Hartadi,

dan ada almarhum Pak Budi Rohadi;

Bahwa kalau tidak salah pemilihannya bulan Juni 2004;

Bahwa sebelum pemilihan pernah ada pertemuan fraksi tentang

siapa yang akan dipilih untuk Deputi Senior BI, yang hadir saat itu

Pimpinan Fraksi dan anggota fraksi mungkin beberapa yang tidak

hadir tapi waktu itu jumlah fraksi kita ada 153 orang dengan

Ketuanya Pak Cahyo Kumolo dan Pak Panda Nababan sebagai

sekretaris fraksi dan Pak Dudi Makmun Murod sebagai bendahara

fraksi;

Bahwa pembicaraannya saat itu kalau kaitannya dengan Deputi

Gubernur tempo hari dibicarakan bahwa kita akan pemilihan

Deputi Gubernur Senior dan arahan dari fraksi dan dari DPP

Partai untuk mensukseskan ibu Miranda Gultom yang

sebelumnya telah gagal mensukseskan menjadi Gubernur BI.

Dalam lingkungan Poksi saksi ada lagi. Sesudah pertemuan fraksi

ada pertemuan poksi, pada saat pertemuan poksi ada ditawarkan

untuk bisa bertemu langsung juga dengan calon yang kita mau

sukseskan yaitu ibu Miranda Gultom;

Bahwa pertemuan itu ada di Hotel Darmawangsa;

Bahwa saksi hadir pada pertemuan poksi, ketua komisi harus

hadir terus. Pada saat itu hadir Cahyo Kumolo;

Bahwa tidak pernah dibicarakan mengenai pemberian uang

sebesar 300 juta sampai 500 juta. Kalau membicarakan uang tidak

pernah;

Bahwa ada pertemuan di Hotel Darmangwangsa. Waktu itu Pak

Panda mengatakan “untuk jelasnya sebagai orang yang nanti akan

Page 85: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

85

bergerak di fit and proper sebaiknya saudara-saudara ketemu

secara langsung dengan Ibu Miranda Gultom”;

Bahwa memang ada pertemuan selanjutnya di Hotel

Darmawangsa. Saya tahu nya saya dipanggil sama Pak Panda

untuk hadir, sepertinya yang mengurusi dari fraksi. Tentunya dari

Pak Panda, mungkin staff nya. Saya tidak tahu siapa yang

mengurusi cuma dugaan saya ya karena inisiatif dari fraksi ya

fraksi mengurusnya;

Bahwa dalam pertemuan itu yang hadir seluruh anggota Poksi,

kemudian ada Pak Panda, Pak Cahyo. Waktu itu khusus memang

bertemu dengan terdakwa. Artinya pertama kita ingin mengetahui

kapabilitas dari terdakwa, kemudian juga ada beberapa

pertanyaan-pertanyaan atau rumor yang tempo hari berkembang.

Ada masalah pribadi ya masalah-masalah umum. Jadi ada

beberapa yang menanyakan supaya clear. Kan banyak sekali isu-

isu yang salah. Dan itu juga dijawab oleh Ibu Miranda sehingga

semua nya clear;

Bahwa waktu itu ada 3 calon, almarhum Pak Budi Rohadi, Pak

Hartadi dan Ibu Miranda. Yang terpilih waktu pemilihan itu Ibu

Miranda;

Bahwa waktu itu ada pembagian TC, yang membagi Pak Dudi

Makmun Murod dan saya juga tidak tahu itu dari mana. Tapi saya

sudah punya prinsip bahwa saya tidak mau terima. Saya tolak.

Pada waktu itu beberapa amplop dibuka oleh kawan-kawan

didalamnya ada TC. Sebelum membagikan amplop Pak Dudi tidak

ada menaympaikan sesuatu. Bahwa iya betul Pak Dudi Makmun

Murod ada berkata “rekan-rekan ini ada amplop atas kegiatan kita

kemarin juga sekaligus untuk modal kampanye”. Maksud kata-kata

“yang kemarin itu” untuk pemilihan Deputi Gubernur BI. Masing-

masing orang dari partai saksi menerima TC. Saya agak lupa siapa-

siapa saya yang menerima. Tetapi waktu itu dibagi di ruangan

Komisi, sebagian orang lagi ada di ruangan lain. Di ruang komisi

ada sekitar 10 sampai 12 orang ada disana. Yang saya ingat ada

Pak Max Muin, saya ingat ada Ibu Angelina juga waktu itu, semua

menerima. Menerima dalam bentuk amplo. Saya melihat kawan-

Page 86: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

86

kawan buka amplop. Saya tidak tahu berapa jumlahnya satu TC

Cuma dari omongan-omongan saya tahu itu ada 50 juta;

Bahwa yang untuk saya, saya tolak. Kalau yang untuk saya yang

menyerahkan Pak Dudi trus saya menolak saya berikan kepada

Pak Panda. Saya mengatakan kepada Pak Panda “Pak ini apap-

apan ni. Ini apa duit dari pemilihan Miranda kemarin? Terus Pak

Panda marah “siapa bilang ini uang Miranda?. Saya menolak

apapun, saya serahkan kepada Pak Panda;

Bahwa saya tidak tahu asal TC dari mana. Saya juga tidak tahu

apakah ada untuk fraksi lain;

Bahwa saya kenal dengan terdakwa sudah lama. Sudah sejak dari

SMA. Seingat saya betul ada sekitar bulan Mei 2004 ada

pertemuan kedua di ruang rapat fraksi di lantai 7 Gedung DPR.

Panda Nababan mengatakan bahwa “kita akan memilih saudara

Miranda Gultom agar saudara Emir Muis selaku Pimpinan Komisi

dapat memperjuangkan secara maksimal. Pengalaman kita saat

pemilihan Gubernur BI kemarin.” Lalu saya berkata “siap pak, saya

akan kordinasikan dengan seluruh anggota fraksi PDI-P agar solid

dalam pemilihan mendatang.”;

Bahwa dalam BAP yang dibacakan oleh Majelis, saksi ada

mengatakan “apakah saudara terdakwa siap untuk

mempertahankan nilai tukar rupiah pada waktu itu?” terdakwa

menjawab “bisa, asalkan keadaan politiknya stabil.;

Bahwa saya menolak TC pada waktu itu karena saya tidak tahu

dari mana. Dari siapapun saya tidak mau menerima tetapi waktu

sama Panda saya katakan “ini dari Miranda ni? Pak Panda bilang

“bukan, siapa bilang dari Miranda”. TC tersebut saya tolak;

Bahwa saya tidak tahu berapa jumlahnya TC itu. Betul beberapa

hari kemudian Pak Panda Nababan memberikan kembali TC itu.

Pada waktu pemberian pertama itu kan katanya upah capek, kalau

yang kedua ini pemberian bantuan dari fraksi. TC itu saya

serahkan ke tim saya, karena waktu itu pesannya adalah ini untuk

konsolidasi partai dan untuk pensuksesan pemilu. Akhirnya saya

serahkan ke staff-staff saya, ada Pak Sapto, ada Pak Hindarto dan

Pak Wasai. Kemudian uang nya langsung dibawa keKalimantan

Timur. Digunakan untuk kampanye dan kegiatan sosial;

Page 87: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

87

Bahwa saya tahu pemberian TC itu untuk apa setelah jadi perkara.

Bahwa ini kaitannya dengan pemilihan Deputi Gubernur. Itu

setelah jadi perkara di KPK;

Bahwa tidak ada selentingan mengenai pemberian TC pada saat

pertemuan di Hotel Darmawangsa;

Bahwa untuk memilih Terdakwa memang merupakan perintah

partai. Waktu partai kami gagal memenangkan saudara Miranda

untuk menjadi Gubernur, itu ada sanksi nya. Waktu itu sampai

ketua komisi nya yang dari Partai kami juga diganti waktu itu. Pak

Max Muin diganti karena gagal mensukseskan Ibu Miranda jadi

Gubernur. Saya diberi tugas untuk mensukseskan, jadi beban

berat juga buat saya waktu itu;

Bahwa saya tidak pernah tahu kalau terdakwa sendiri pernah

tidak minta tolong kepada fraksi yang saya ketahui atau minta

tolong kepada partai supaya digolkan. Ini memang instruksi

partai;

Bahwa saya lupa jumlah suara yang memilih Miranda tetapi

seingat saya jumlah suaranya dominan karena yang lain-lain

seingat saya jumlah suaranya dibawah 5;

Bahwa kalau saya melihatnya itu, karena itu juga ditawarkan oleh

Pimpinan Fraksi “supaya saudara lebih kenal dengan yang

saudara-saudara perjuangkan, saya akan aturkan pertemuan

untuk bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan.

Kemudian ada pertemuan di Darmawangsa, saya tidak tahu siapa

yang melakukan itu. Jadi pengertian saya ya saya dipanggil oleh

Pak Panda, paling tidak beliau tahu kordinator untuk pertemuan

itu. Saya gak ngerti, biaya siapa;

Bahwa pada pertemuan di Darmawangsa itu ada klarifikasi salah

satu nya mengenai masalah keluarga terdakwa. Ceritanya itu kan

simpang siur, akhirnya kita dengar dari Ibu Miranda sendiri

keadaan keluarganya. Secara prinsip itu terbuka dan objektif,

secara manusia kita juga tidak mau berkutat disitu tapi memang

cukup memuaskan jawabannya;

Bahwa seingat saya tidak ada yang menanyakan masalah keluarga

lagi dari fraksi lain pada saat pelaksanaan fit and proper test;

Page 88: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

88

Bahwa pemberian dari Pak Dudi kan diberikan kepada satu-satu,

kemudian Pak Dudinya pergi dan kawan-kawan buka waktu

diketahui didalamnya ada TC, langsung saya naik keatas ketemu

Pak Panda, mungkin selisih waktunya 5 menit. Langsung saya

serahkan ke Pak Panda langsung saya menolak untuk

menerimanya;

Bahwa pada saat pelaksanaan fit and propers test seingat saya

tidak ada pertanyaan mengenai masalah keluarga;

Bahwa pada saat menerima sepengetahuan saya itu TC karena

sama seperti yang diterima kawan-kawan lain;

Bahwa pada saat pertemuan di Darmawangsa, Ibu Miranda

sempat menyampaikan visi dan misi, target-target makro

ekonominya dan juga system perbankan dan sedikit tentang fiscal

juga disampaikan;

Bahwa sebelum proses pelaksanaan fit and proper wajib

dilakukan penelitian administrasi oleh seluruh anggota Komisi;

Bahwa sebagai ketua komisi sudah merasa cukup mengenai hasil

masukan-masukan yang diperoleh dari anggota Komisi IX untuk

informasi dan data-data mengenai calon DGS BI Ibu Miranda

Gultom, selain itu kita juga mengundang Perbanas untuk

menanyakan pandangan perbankan terhadap kandidat-kandidat

yang ada;

Bahwa yang menjadi pertimbangan fraksi saat itu dan saya sendiri

untuk memilih Ibu Miranda Gultom DGS BI, satu selain memang

dari DPP telah memutuskan memilih Ibu Miranda, kedua untuk

kami-kami yang cukup mendalami masalah ekonomi moneter, Ibu

Miranda memang orang yang tepat. Memang yang lain juga bisa

tetapi pada saat itu yang paling senior dan paling tepat ya Ibu

Miranda. Bahwa ada hal-hal lain itu lebih pada rumors dari teman-

teman komisi dari fraksi lain dari partai lain;

Bahwa mengenai Cahyo Kumolo yang mengatakan sesuatu

tentang duit khususnya bahwa “Miranda bersedia memberikan 300

juta 500 juta.” Saya ini Ketua Poksi merangkap Ketua Komisi saya

harus betul-betul alert bahkan saya biasanya bawa rekaman dan

saya rekam, tetapi karena sudah lama jadi ganti yang lain. Saya

rekam itu, semua pembicaraan saya tahu apa yang dibicarakan,

Page 89: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

89

saya ingat pembicaraan nya. Dan Pak Cahyo itu pasif orang nya.

Tidak ada pernyataan dari Cahyo Kumolo tentang“Miranda

bersedia memberikan 300 juta, 500 juta kalau diminta”. Saya kan

alert sekali, kalau itu sampai disebut oleh Pak Cahyo tentu akan

berkembang didalam pertemuan tersebut. Bener-bener tidak ada;

Bahwa pertemuan-pertemuan di luar itu biasa, tidak dilarang

tetapi lebih enak kalau ketemu di DPR saja.

TANGGAPAN TERDAKWA:

Performance Ibu bagus, pilihan saksi sesuai dengan harapan saksi

pada saat terdakwa menjadi Deputi Gubernur Senior BI.

17. IRA MUTIA SALMA alias IRA ARIFIN (Mantan Director of Catering

pada Hotel Darmawangsa periode 2004-2009) diperiksa sebagai

saksi pada tanggal 6 September 2012. Memberikan keterangan

dibawah sumpah menurut agama Islam pada persidangan sebagai

berikut:

Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa;

Bahwa tidak ada hubungan sedarah atau semenda dengan

terdakwa.

Bahwa tahun 2004-2009 saksi sebagai Director Catering di Hotel

Darmawangsa. Mulai bulan Januari 2004 hingga Maret 2009.

Bahwa secara langsung kepada saya, saya tidak pernah menerima

pemesanan ruangan di Hotel Darmawangsa tetapi berdasarkan

bookingan, iya ada.

Bahwa saya lupa persis tanggal pemesanan nya tetapi sesuai

dokumen yang waktu itu pernah diperlihatkan kepada saya.

Bahwa pada saat itu, saksi tidak melihat terdakwa hadir di Hotel

Darmawangsa.

Bahwa saksi mengetahui bahwa terdakwa merupakan VIP

Member di Hotel Darmawangsa. Tepatnya terdakwa sebagai

Member, karena buat kami, semua adalah VIP.

Bahwa terdakwa melakukan pemesanan sebagai member dari

tempat tersebut. Persisnya saya kurang tahu tetapi berdasarkan

Page 90: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

90

data yang pernah di perlihatkan ke saya, saat itu keanggotaan nya

dari Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.

Bahwa pembayaran secara fisik, saya tidak mengetahui tetapi

berdasarkan member ship itu dibebankan kepada Ibu Miranda. Di

Hotel Darmawangsa itu di ruangan Dwarawati.

Bahwa seingat saya booking itu dilakukan, berdasarkan dokumen

kurang lebih untuk 15 orang. Booking-an itu sebenarnya di sistem

dibuat pagi hingga malam mungkin. Tetapi kenyataannya

penggunaanya hanya sebentar seingat saya, berdasarkan

dokumen.

Bahwa saksi lupa persisnya bayaran atas penggunaan ruangan di

Hotel Darmawangsa.

Bahwa saksi tidak ingat berapa nomor booking nya.

Bahwa saksi lupa untuk tanggal berapa booking nya. Mungkin

sekitar bulan Mei 2005, saya lupa. Tidak terlalu ingat juga jam nya

jam berapa. Kalau saya tidak salah jam 3 sore.

Bahwa kapasitas ruangan untuk 16 orang.

Bahwa kebetulan itu jatuh di hari Sabtu jadi saya tidak ada karena

akhir pekan itu saya selalu libur. Jadi saya tidak melihat ada

kegiatan apa.

Bahwa yang tertera dalam sistem hanya nama pemesannya saja

tidak ada nama-nama orang yang datang.

Bahwa perbedaan dari member dan non member itu ada, itu

hanya mendapatkan privilege discount saja. Anggota member ship

dari Club Bimasena itu ada banyak, saya rasa ribuan. Tapi secara

persisnya saya kurang tahu.

BAP No. 10 jawaban saksi terkait dengan anggota member ship

tadi berapa banyaknya. Termasuk Bank Mandiri, PLN, iya betul

secara korporasi.

Bahwa perlakuan khusus kepada Ibu Miranda itu lebih kepada,

satu mendapatkan diskon sudah pasti untuk member dan

perlakuan khusus tadi atas penggunaan fasilitas kebugaran. Itu

saja. Jadi khusus untuk member itu tidak dikenakan biaya sewa

ruangan itu perbedaan khususnya dengan non member. Tidak

pada saat terdakwa memesan ruangan itu saja.

Page 91: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

91

TANGGAPAN TERDAKWA

Tidak ada pertanyaan ataupun tanggapan terhadap saksi ini.

18. TJAHYO KUMOLO (anggota DPR RI) saksi Ad-Charge yang diajukan

oleh Kuasa Hukum Terdakwa diperiksa sebagai saksi pada tanggal 6

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi kenal dan mengetahui Terdakwa.

Bahwa tidak ada hubungan sedarah atau semenda dengan

terdakwa.

Bahwa jabatan saksi saat pemilihan DGS tahun 2004 adalah Ketua

Fraksi PDI Perjuangan periode dari 2003.

Bahwa sebagai Ketua Fraksi, setiap ada proses pengambilan

keputusan politik orang, ditiap-tiap Komisi itu selalu Ketua Poksi

melaporkan kepada Pimpinan Fraksi lewat rapat fraksi. Bahwa di

komisi kami pada saat itu di Komisi IX ada proses pemilihan

Deputi Senior. Semua proses pengambilan keputusan yang

menyangkut nama di tiap-tiap Komisi selalu dilaporkan kepada

fraksi.

Bahwa tahapan pertama setelah Pimpinan Poksi melaporkan ada

surat ke DPR kemudian DPR menyerahkan kepada Komisi IX,

kami sebagai Ketua Fraksi didalam rapat fraksi menyerahkan

kepada Poksi tolong dipelajari tiga nama yang diusulkan itu

lakukan fit and proper, komunikasikan dengan fraksi-fraksi yang

lain kemudian pilih yang terbaik dari ketiga nama itu.

Bahwa sebelum fit and proper memang kami hanya mengarahkan

tolong lakukan fit and proper dengan fair.

Pada saat itu arahan saya, lakukan fit and proper secara

proporsional abaikan kalau ada isu-isu yang menyangkut masalah

sara, masalah keluarga, masalah-masalah pribadi, itu saja.

Bahwa ke saya atau ke fraksi tidak ada pengaduan atau surat-

surat mengenai diri pribadi Ibu Miranda yang dapat

mempengaruhi kredibilitas yang bersangkutan dalam fit and

Page 92: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

92

proper test pemilihan DGS tetapi pengaduan mungkin lewat

komisi. Saya tidak tahu adanya pengaduan.

Bahwa setelah fit and proper Ketua Poksi melaporkan bahwa dari

hasil fit and proper yang terbaik adalah Ibu Miranda. Kemudian

saya sebagai Ketua Fraksi dalam forum rapat fraksi “ya sudah pilih

dengan baik” karena pada saat itu harus voting, ya saya kira perlu

mengkonsolidasikan dengan teman-teman Poksi kami disitu, saya

minta cek yang sakit siapa yang tidak bisa hadir siapa sehingga

dalam voting harus bisa memenuhi syarat. Lazimnya dipraktekan

seperti itu.

Bahwa dari laporan Ketua Poksi kami, dari tiga nama yang

memenuhi syarat yang paling baik dari antara 3 itu adalah Ibu

Miranda.

Seingat saya setelah fit and proper, keputusan sebelum dilaporkan

ke fraksi kan harus diputuskan bersama dalam rapat poksi.

Bahwa kata-kata “Miranda bersedia memberikan tiga ratus tapi

kalau kita meminta nya lima ratus dia tidak keberatan” tidak

pernah diucapkan didepan Agus Condro, karena dalam rapat

poksi semua anggota hadir.

Bahwa kebetulan untuk masalah perbankan bukan bidang saya

jadi semua keputusan saya ikut teman-teman yang ada di Komisi

IX pada saat itu.

Bahwa Miranda Gultom tidak pernah menjanjikan kepada saya

memberikan sesuatu yang dapat mempengaruhi tugas atau

kewajiban saya didalam pelaksanaan fit and proper test 2004

tersebut.

Bahwa didalam rapat Poksi setiap rapatnya selalu dipimpin oleh

Ketua Poksi dan saya diundang oleh Ketua Poksi untuk ikut hadir

memberikan arahan pada rapat Poksi. Ketua Poksinya pada saat

itu Emir Muis jadi didalam rapat itu ada saya dan Emir Muis.

Arahannya karena tidak disepakati untuk pengambilan keputusan

secara musyawarah mufakat di Komisi, saya minta untuk

dikonsolidasikan dalam voting, cek ulang anggota-anggota yang

tidak hadir “Kalau toh sudah ada kesepakatan dari hasil fit and

proper yang terbaik adalah Bu Miranda ya silahkan pilih Bu

Miranda” itu saja.

Page 93: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

93

Bahwa saksi tidak pernah mengucapkan kata “Miranda bersedia

memberikan tiga ratus tapi kalau kita meminta nya lima ratus dia

tidak keberatan” baik juga dalam bentuk formulasi lain.

Bahwa rapat poksi yang lain saya tidak tahu. Saksi tidak ada

menghadiri rapat poksi lain selain rapat poksi yang tadi.

Bahwa saksi tidak tahu apakah setelah pemilihan Miranda Gultom,

Dudi Makmun Morud membagi-bagi amplop terhadap anggota

PDI P di suatu ruangan.

Bahwa saya mengetahui adanya cek-cek pelawat yang diterima

oleh PDI-P anggota Komisi IX dalam hal pemilihan DGS BI pada

saat saudara Agus buat statement di media pada tahun 2008.

Pertama kali saya tahu dan saya langsung cek ke Pak Agus lewat

telepon lewat sms tidak pernah dibalas.

Bahwa pada saat itu saya sebagai Ketua Fraksi.

Bahwa kalau dana/konstituen sebagai anggota DPR sumber nya

itu berasal dari anggota DPR yang bersangkutan. Kalau lewat

donator tidak ada kalau lewat frkasi tidak ada untuk pemberian

kepada konstituen karena kas fraksi memotong dari gaji kami

anggota DPR.

Bahwa saksi ada 4 kali di BAP, kalau untuk perkara yang ini saksi

tidak di BAP.

Bahwa saksi menjadi Ketua Fraksi mulai tahun 2003 sampai 2012

jadi sudah 8 tahun, tidak ada aturan dari DPR resmi sebagai

lembaga yang melarang anggota DPR atau fraksi untuk bertemu

dengan orang yang akan diputuskan dalam proses pengambilan

keputusan politik di DPR. Yang kedua aturan di fraksi kami dan

saya selama itu menjadi Ketua Fraksi juga tidak pernah membuat

suatu larangan untuk anggota DPR di tiap-tiap Komisi untuk

bertemu kecuali khusus untuk Panglima TNI dan khusus untuk

Kapolri harusnya saya sendiri karena saya mengambil keputusan

atas perintah partai bahwa untuk pemilihan Kapolri dan Panglima

TNI, fraksi PDI Perjuangan dilarang untuk melakukan voting harus

musyawarah mufakat. Jadi pada prinsipnya kami membebaskan

pada anggota kami di tiap-tiap Komisi, kalau ada proses

pengambilan keputusan politik menyangkut orang untuk ketemu

Page 94: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

94

atau kenalan atau membuat forum visi misi itu kami serahkan dan

tidak pernah kami monitor karena kami hanya ingin hasilnya saja.

Bahwa kami mengambil kebijakan sebagai Ketua Fraksi tidak

secara detail kami Tanya ketua Poksi. Baru mendengar ada

pertemuan setelah pertemuan Darmawangsa, kalau tidak salah

saya mendengar dari Pak Emir atau Pak Panda bahwa “kami sudah

ketemu” itu saja.

Bahwa laporan lisan saja setelah pertemuan di Hotel itu, saya

diberitahu bahwa “kemarin Poksi sudah ketemu” sudah itu saja.

Setelah pertemuan dilaporkan.

Bahwa terkait dengan terpilihnya terdakwa sebagai DGS BI

melalui voting, iya memang PDI-P menginstruksikan kepada

semua anggota yang ada di Komisi IX untuk memilih terdakwa, itu

karena sudah hasil fit and proper dilaporkan kepada Ketua Poksi

didalam forum rapat fraksi dengan pertimbangan kemudian kita

putuskan untuk memilih Miranda.

Bahwa tentang pemberian uang kepada konstituen, sebagai

anggota DPR kita dalam satu tahun itu bisa 4 sampai 5 kali masa

reses. Pada masa reses kami mendapatkan uang reses. Uang reses

itulah yang dipertanggungjawabkan sebagai anggota DPR untuk

dikembalikan ke konstituen jika tidak habis. Disamping itu

mungkin secara pribadi-pribadi anggota DPR juga bisa, kalau

memang di daerah masyarakat dapil nya ada kegiatan dia

mungkin ikut menyumbang. Bahwa masing-masing calon/anggota

DPR punya hak masing-masing, kami tidak bisa memonitor kapan

dimana kepada siapa diberikan. Karena itu hak masing-masing

anggota DPR.

Bahwa setelah pertemuan di Darmawangsa itu hanya

disampaikan bahwa kami sudah ketemu, memperkenalkan

dengan teman-teman yang belum kenal. Yang kami maksud adalah

teman-teman di Komisi IX pada saat itu.

Bahwa kalau tidak salah fit and proper dilaksanakan antara bulan

Juli-Agustus tahun 2004. Seingat saya fit and proper dilakukan

satu hari. Saksi tidak tahu apa saja yang dilakukan dalam fit and

proper. Saat itu saksi tidak tahu apakah pelaksanaan fit and

proper dari pagi sampai sore.

Page 95: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

95

Bahwa saksi mendapat laporan mengenai pertemuan di

Darmawangsa pada saat rapat fraksi di DPR. Setelah fit and proper

ada rapat fraksi kemudian Ketua Poksi melaporkan resmi untuk

diambil keputusan dalam rapat itu.

Bahwa saya mendapat laporan malam hari setelah pengambilan

keputusan voting yang mendapat suara terbanyak Ibu Miranda.

Itu saja. Saya tidak tahu fit and proper test selesai jam berapa.

Bahwa ada dilakukan rapat poksi, yang dibicarakan pada rapat itu

dilaporkan akan ada fit and proper dan kemungkinan akan ada

voting. Pada saat itu belum dibicarakan bahwa yang akan dipilih

adalah terdakwa. Kami ketahui setelah fit and proper, kami dapat

laporan kalau sudah dilakukan fit and proper kemudian

dilanjutkan voting, kami dapat laporan bahwa yang terbanyak

adalah Miranda.

Bahwa sebelum fit and proper pernah diarahkan untuk memilih

Miranda pada saat rapat poksi dan pada saat rapat fraksi.

Bahwa seingat saya bahwa karena ada laporan bahwa akan

diadakan pemilihan, ada 3 nama yang masuk kami meminta pada

poksi pada saat itu untuk melakukan pengecekan pada calon yang

ada, pilih yang terbaik. Pada saat itu belum mengarahkan kepada

nama terdakwa, karena baru rapat pertama karena bersamaan

juga dengan memilih anggota BPK, ada usulan pemilihan Panglima

TNI.

Bahwa karena tidak bisa musyawarah mufakat maka dilakukan

voting. Komunikasi itu untuk menjaring fraksi kira-kira arahnya

kemana pada hasil fit and proper itu. Saya kira masing-masing

fraksi punya kebijakan masing-masing, hanya komunikasi saja

antara sesama anggota komisi.

Tidak pernah menjanjikan sesuatu agar terpilih menjadi DGS BI

kepada bapak atau kepada siapa saja yang menurut bapak

bertentangan dengan aturan hukum bagi semua anggota PDI P di

DPR khususnya Komisi IX. Kita ketemu di DPR saja tidak pernah.

TANGGAPAN TERDAKWA

Tidak ada keberatan dengan keterangan saksi.

Page 96: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

96

B. KETERANGAN AHLI

1. Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa ahli dalam bidang Hukum Tata

Negara yang diajukan oleh Kuasa Hukum Terdakwa pada tanggal 10

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Dijelaskan bahwa wewenang penuh presiden dalam mengisi jabatan-jabatan kenegaraan telah bergeser sejak amandemen UUD ’45. Hal ini terbukti dari beberapa jabatan-jabatan seperti KAPOLRI, Hakim Agung, dan lain-lain yang membutuhkan approval dulu dari DPR.

UU kita tidak mengenal fit & proper test. Itu hanya hal internal. UU

kita hanya mengenal “approval dari DPR” saja. Bahwa pada

akhirnya approval tersebut dilaksanakan melalui mekanisme fit &

proper test, itu kejadian faktual saja tadi.

Jabatan-jabatan publik yang dipilih melalui DPR lah yang layak dilakukan melalui fit & proper test.

Karena fit & proper test tidaklah diatur secara resmi, maka peraturan-peraturan resmi mengenai pertanyaan-pertanyaan apa saja yang selayaknya ditanyakan dalam proses tersebut, juga tidak ada.

Pasal 219(3) Tatib DPR mengatakan bahwa untuk rapat-rapat yang disebutkan di pasal 220 harus dilakukan di gedung DPR, namun di ayat (4) dikatakan bahwa jika Pimpinan DPR menyetujui.

Hal di atas berlaku terhadap jenis-jenis rapat yang disebutkan di pasal 220 secara limitatif.

Tidak semua pertemuan bisa dianggap sebagai rapat. Pertemuan di luar gedung DPR antara DPR dengan calon Deputi

Senior Gubernur BI dalam rangka persiapan fit & proper test, tidak dilarang. Hal tersebut asal tidak terjadi KKN di dalamnya. Hal ini baik dari segi kewajiban DPR maupun dari segi kewajiban calonnya.

Anggota fraksi harus tunduk terhadap instruksi partai, karena mereka punya anggaran dasar. Sanksinya, jika anggota tersebut melanggar, anggota fraksi tersebut bisa diganti.

Pemilihan jabatan-jabatan politik, mengenai calon-calon mana yang akan dipilih Presiden, kriterianya tidak ada pengaturannya.

Page 97: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

97

Memang ada kemungkinan bahwa jabatan tersebut dapat diduduki oleh orang-orang inkompeten di bidangnya.

Tidak ada larangan untuk calon menemui DPR sebelum fit & proper test untuk menanyakan pertanyaan2 apa saja yang akan disampaikan nantinya di test tersebut, dan memberitahukan apa-apa saja yang sebaiknya tidak ditanyakan.

Pengangkatan seseorang untuk jabatan tertentu bisa saja dibatalkan jika di kemudian hari diketahui bahwa prosesnya diwarnai dengan KKN.

Hak setiap orang untuk bertemu itu dijamin oleh UU HAM. Walaupun UU 28 Tahun 1999 tidak melarang orang untuk

bertemu. Jika pertanyaan mengenai etika, moral, dan lain-lain. Ahli

mengaku tidak memiliki kompetensi untuk menilai. Ahli hanya bisa menilai dari segi hukum. Untuk Deputi Senior Gubernur BI tidak ada peraturannya.

2. Dr. Burhanuddin Zabir Magenda, MA, PhD ahli dalam bidang Ilmu

Politik yang diajukan oleh Kuasa Hukum Terdakwa pada tanggal 10

September 2012. Memberikan keterangan dibawah sumpah menurut

agama Islam pada persidangan sebagai berikut:

Ahli menjelaskan bahwa ada beberapa jabatan publik yang

pengisian jabatannya harus melalui proses fit & proper test oleh

DPR. Hal ini berlaku terutama setelah amandemen UUD yang

dilakukan pada tahun 1999. Hal ini misalnya, oleh Komisi I DPR,

posisi Panglima TNI, KAPOLRI, Anggota Komisi Penyiaran

Indonesia, Calon-calon Duta Besar RI di luar negeri. Selain itu oleh

Komisi II, test tersebut dilakukan terhadap calon-calon anggota

KPU; Komisi III, untuk calon-calon hakim agung, dan kepala KPK.

Komisi XI melakukan test tersebut terhadap calon anggota BPK,

calon Gubernur BI dan Deputi Gubernur Senior BI.

Ahli menjelaskan bahwa, dalam pelaksanaan fit &proper test terhadap Calon Deputi Senior Gubernur BI, biasanya presiden akan mengirimkan nama-nama calon kepada DPR. Lalu komisi XI akan melakukan fit & proper test.

Page 98: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

98

Pada prakteknya, fraksi-fraksi/poksi-poksi DPR dapat bertemu dengan calon-calon, dan sebaliknya. Dan dari segi ilmu politik, hal itu sah-sah saja.

Tujuan dari pertemuan tersebut adalah agar visi dan misi bisa dijelaskan.

Pertemuan tersebut sah-sah saja untuk dilakukan di luar gedung DPR.

Fraksi-fraksi di DPR sah-sah saja untuk memerintahkan anggota-anggotanya untuk memilih seorang calon.

Jika anggota-anggota tersebut tidak melaksanakan instruksi untuk memilih tersebut, maka mereka dapat menerima teguran dan bahkan bisa pergantian antar waktu. Itu sanksi politik.

Calon pejabat BI yang akan melalui fit & proper test dapat memintakan kepada fraksi-fraksi yang akan melakukan test tersebut agar tidak menanyakan hal-hal yang bersifat privasi. Hal tersebut tercakup dalam ICCPR, terutama pasal 17, yang sudah diratifikasi Indonesia.

Moral dapat dijadikan kriteria pemilihan calon deputi senior Gubernur BI, hanya jika hal itu berhubungan dengan hukum. Hal ini misalnya perihal apakah calon deputi senior tersebut pernah melakukan tindak pidana sebelumnya, dll. Namun demikian, hal ini tidak mencakup bilamana calon tersebut pernah bercerai secara sah dan menikah lagi secara sah, dll...

Mungkin saja seseorang melakukan penggalangan dukungan terhadap seorang calon tanpa diketahui calon tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh simpati ideologis. Itu sah-sah saja secara politik.

Fit & proper test itu landasan filosofisnya terdapat dalam UUD ’45, yaitu untuk menjaga legitimasi pejabat tersebut.

Pemilihan pejabat ini mencakup aspek professional dan politik dari calon tersebut.

Menerima uang itu tidak diperbolehkan dalam pertemuan dalam rangka fit & proper test.

Pertemuan bisa dibiayai oleh calon, bisa juga dibiayai oleh DPR. Jika ada pemberian sesuatu dalam pertemuan sebelum fit &

proper test, maka hal tersebut akan melanggar etika.

Page 99: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

99

C. KETERANGAN TERDAKWA

Prof. MIRANDA SWARAY GOELTOM, SE, MA, PhD (Mantan Deputi

Senior Bank Indonesia 2004-2009/PNS Departemen Pendidikan

Nasional sebagai Profesor (Dosen), diperiksa sebagai Terdakwa pada

persidangan tanggal 10 September 2012. Memberikan keterangan

sebagai berikut:

Apakah pada tahun 2004 saudara pernah mengikuti pencalonan DGS

BI? Siapa-siapa saja yang ketika itu sebagai calonnya?

Pernah Yang Mulia, selain saya ada (alm) budi rohadi dan bapak

Hartadi Sarwono

Kemudian dari hasil fit & proper yang dilakukan oleh DPR?

Yang dipilih secara mayoritas adalah saya

Masih ingat saudara kapan pemilihannya?

Tanggal 8 Juni 2004

Sebelum Juni 2004 sehari sebelum atau dua hari sebelum pernah

saudara melakukan pertemuan dengan anggota dewan yang bakal

melakukan pemilihan saudara?

Tidak Yang Mulia

Yang di Darmawangsa?

Itu beberapa minggu sebelumnya yang mulia

Kapan itu masih ingat saudara?

Saya kurang ingat tapi dari data yang ada, dari bill yang di tunjukan

ke saya itu sekitar tanggal 20an bulan Mei 2004

Siapa-siapa saja yang hadir dalam pertemuan itu?

Saya tidak ingat persis Yang Mulia tetapi ada lebih dari 10 orang

Dari fraksi mana?

PDIP

Tempatnya di mana?

Di Darmawangsa Yang Mulia

Page 100: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

100

Apa yang di bicarakan disana?

Pada awalnya hanya diperkenalkan kepada semua yang hadir

beberapa diantaranya saya pernah kenal pada waktu saya menjabat

sebagai DG BI tahun 1997-2003, beberapa diantaranya saya tidak

kenal yaitu mereka-mereka yang bergantian antara waktu, kemudian

setelah itu saya di tanyakan kira-kira mau apa sih rencana kamu

kalau terpilih di BI, saya menceritakan ringkasan sekitar 5-10 Menit

ringkasan dari visi misi saya yaitu pertama saya ingin agar peranan

BI lebih besar lagi didalam perekonomian di Indonesia terutama

terkait dengan UKM (usaha kecil menengah) dan kredit-kredit untuk

usaha kecil menengah, kemudian yang kedua adalah bagaimana saya

ingin agar stabilitas sektor keuangan dan stabilitas sektor moneter

itu di synchronize dan yang ketiga adalah peningkatatan Good

Governance di BI itu sekitar 10 menit Yang Mulia lalu setelah itu

ngobrol-ngorol saja bertanya-tanya

Pada waktu pertemuan itu apakah saudara pernah menyampaikan,

saudara sebelumnya pernah ikut fit & proper test untuk pemilihan

Gubernur BI?

Betul pada tahun 2003 pertengahan Mei 2003 tanggal 12 atau 13

saya di calonkan sebagai Gubernur BI oleh Presiden bersama 2 calon

lainnya

Menang siapa ketika itu?

Pada waktu itu yang dipilih anggota DPR komisi IX dan kemudian di

tetapkan disidang paripurna DPR RI dan di Putusakan oleh Presiden

dan di tandatangani oleh Presiden adalah Burhanudin Abdulah

Apakah pada waktu fit 2003 pemilihan Gubernur BI saudara pernah

ditanyakan masalah keluarga oleh anggota DPR?

seingat saya yang di pertanyakan adalah mengenai bentuk

pertanyaannya kurang lebih adalah bagaimana saudara bisa berhasil

menjadi pimpinan BI kalau rumah tangga saja gagal, jadi masalah

keluarga itu waktu itu dipertanyakan mengenai rumah tangga, lalu

saya menjelaskan mungkin salah satu atau dua bertanya dengan

jenis-jenis perkataan yang lain tetapi yang di pertanyakan seputar itu

lalu, saya menjelaskan mengenai rumah tangga saya bahwa pada saat

Page 101: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

101

pemilihan Gubernur BI tahun 2003 saya sudah menikah bulan

februari 2003 memang benar saya telah bercerai tahun 2000 yang

putusan inkracht Mahkamah Agungnya baru pada tahun 2002,

kemudian saya menerangkan karena itu juga ditanyakan bagaimana

mengenai keutuhan rumah tangga kalau agama berbeda dengan

anak-anak, saya menjawab betul saya adalah Kristen Protestan anak-

anak saya 2 orang adalah Muslim dan saya ingin mereka menjadi

Muslimah yang baik sebab itu saya mendidik mereka dan membawa

mereka di sekolah islam di Al-Izhar pondok labu kemudian juga

mengajar mereka bagaimana bermoral dan beretika yang baik saya

menjawab pada saat pertanyaan itu bahwa bagi saya ukuran moral

atau ukuran integritas orang adalah ukuran bagaimana seseorang

bisa menjalakan komitmennya, saya menjelaskan bahwa kegagalan

berumah tangga itu tidak ada kaitanya dengan moral karena saya

yakin bahwa siapapun yang menikah awalnya tidak pernah

berencana untuk gagal, tetapi kalau kegagalan ada yang diperlukan

adalah komitmen dan saya jawab komitmen saya adalah mendidik

anak-anak saya untuk menjadi anak-anak yang berhasil anak-anak

yang berbudi, berakhlak dan beriman

Apakah saudara mengetahui sebelum pemilihan DGS BI ada

selebaran-selebaran tentang masalah rumah tangga saudara?

Tidak pada sebelum pemilihan DGS BI tahun 2004, yang ada adalah

sebelum pemilihan Deputi Gubernur BI tahun 2003 ada pampflet-

pamflet, selebaran-selebaran yang sangat menurut saya sangat

berbahaya bukan untuk diri saya tetapi untuk masyarakat secara

keseluruhan karena selebaran itu mempertentangkan gender

mempertentangkan agama bahwa tidak patut seorang yang non

muslim menjadi memimpin BI tidak patut seorang yang bercerai

menjadi memimpin BI tidak patut seorang wanita memimpin BI,

pampflet itu disebarkan sebelum maupun pada saat pemilihan

Gubernur BI berlangsung

Apakah pada waktu pertemuan di Darmawangsa, apakah saudara

pernah meminta kepada anggota dewan itu supaya tidak

menanyakan tentang keluarga?

Tidak pernah Yang mulia

Page 102: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

102

Kemudian apakah pernah saudara mengadakan pertemuan dengan

fraksi ABRI di kantor saudara?

Betul Yang Mulia di kantor saya di Gedung Graha Niaga Jalan Jendral

Sudirman

Pertemuan Darmawangsa itu inisiatif siapa?

Seingat saya itu inisiatif dari anggota fraksi PDI P di komisi IX

Pertemuan itu tentu membutuhkan suatu biaya, uang pertemuan,

minuman itu ditanggung oleh siapa?

Yang memesan ruang rapat atau suatu ruangan di Bima Sena

Darmawangsa adalah saya karena saya adalah member dan saya

memilih disitu atas anjuran anggota fraksi untuk mengusulkan

dimana, saya mengusulkan disitu karena saya tidak akan harus

membayar fee untuk menyewa ruang rapat karena sebagai member

dan kalau membayar sebagai anggota saya membayar, saya

membayar menurut saya secara etika ketimuran patut saja karena

sungguh tidak etis menurut saya menagih urunan patungan 80 ribu

rupiah per orang karena biayanya hanya 1.300.000 yang Mulia dan

yang datang 15-16 orang termasuk saya, saya rasa sungguh tidak

cukup etis… minta 70.000 yah untuk minum teh

Itu fraksi mana?

Itu fraksi PDI P di Komisi IX yang mulia

Pertemuan saudara di fraksi ABRI?

seingat saya pertemuan saya dengan fraksi abri itu setelah

pertemuan saya dengan fraksi PDI P tempatnya di kantor saya di

jalan jendral sudirman

Siapa-siapa yang hadir ketika itu?

Pada saat itu saya lupa namanya persis, tapi ada 4 orang dari anggota

fraksi TNI/Polri namanya ada pak Darsup yang saya ingat dan pak

Udju

Itu atas inisiatif siapa?

Itu atas inisiatif saya, karena setelah saya melakukan pertemuan

dengan fraksi PDI P di darmawangsa yang mulia saya melihat ada

Page 103: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

103

kegunaannya untuk bertemu dengan fraksi-fraksi lainnya bukan

hanya fraksi tni polri karena saya juga memohon untuk bertemu

dengan semua fraksi-fraksi tetapi hanya fraksi TNI/Polri yang pada

waktu itu cocok waktunya kenapa saya berinisiatif seperti itu karena

pada waktu bertemu di Darmawangsa banyak hal yang bisa

diklarifikasi ada pertanyaan mereka, bagaimana status keluarga anda

saya dengan senang hati mengklarifikasi bahwa status kelaurga saya

tidak ada masalah saya menikah di gereja dan catatan sipil pada

februari 2003 bahkan sebelum pemilihan gubernur BI tahun 2003

saya bercerai saya punya 2 anak dan sebagainya, kemudian juga saya

bisa mengklarifikasikan pada waktu pertemuan di damawangsa

waktu ada yang bertanya apa saja Mir yang kamu kerjain sejak kamu

selesai Deputi Gubernur Mei 2003 sampai sekarang setahun ngapain

saja, saya ceritakan saya pengajar di fakultas UI sejak tahun 1973

saya kembali menjadi professor disitu kembali mengajar penuh

pertemuan dengan fraksi ABRI di kantor saudara?

Itu juga persisi, jadi pada saat itu kesempatan saya juga untuk

menerangkan bahwa saya pada saat itu bukan menggangur saya

mengajar saya menjadi komisaris utama dari rabo Bank International

kemudian saya menjadi international counsultan dari ABN AMRO di

Netherland di Belanda sehingga saya merasa perlu itu inisiatif saya

Yang Mulia pada waktu di Niaga

Sekitar jam berapa pertemuan itu baik di darmawangsa maupun di

kantor saudara?

Saya tidak ingat, tapi kemungkinan siang hari

Saudara kenal dengan nunun? Sejak kapan

Ya, saya kenal dengan Ibu Nunun Nurbaeti mungkin sekitar tahun

2002-2003 karena anaknya satu kota dengan anak saya di

Sanfransisco kuliah pada saat itu

Apakah pernah saudara minta kepada saudara Nunun Nurbaeti

untuk memperkenalkan anggota DPR melalui Nunun Nurbaeti?

Tidak saya tidak pernah

Page 104: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

104

Apakah saudara mengadakan pertemuan dirumah Nunun dengan

anggota DPR yang lain, dengan Paskah Suzette, Endin semuanya

Tidak pernah Yang Mulia

Apa tujuan saudara mengadakan pertemuan-pertemuan dengan

anggota DPR sebelum saudara melakukan pemilihan?

Tujuan saya hanya satu disclosure dan transparansi, saya ingin Yang

Mulia agar siapapun yang memilih saya mengetahui mengenai diri

saya sedalam-dalamnya seluas-luasnya sepanjang apapun yang ingin

mereka ketahui mengenai diri saya baik mengenai kemampuan

profesional saya maupun mengenai hal-hal yang lain

Saudarakan, ya seandainya menyampaikan visi dan misi saudarakan

bakal di fit oleh anggota DPR disanakan saudara bisa menyampaikan

visi dan misi saudara sekaligus mengclearkan tentang masalah

keluarga saudara, ngapain harus ada pertemuan-pertemuan

sebelumnya sampaikan visi dan misi saudara?

Yang mulia mohon saya ingin menjelaskan kembali, pertemuan

pertama dengan PDI P itu bukan inisiatif saya itu adalah atas inisiatif

dan kalau menurut saksi di persidangan adalah perintah dari fraksi

untuk bertemu untuk menggali lebih banyak mengenai saya,

berdasarkan hasil pertemuan di Darmawangsa itulah baru saya

terfikirkan dan berpendapat ada baiknya kalau kepada semua fraksi

yang lain juga bias dijelaskan sebanyak-banyaknya agar mereka

mengetahui apapun yang mereka ingin ketahui

Waktu saudara menyampaikan visi dan misi saudarakan bisa

menyampaikan ke seluruh anggota DPR?

Betul, tetapi penyampaian visi dan misi itu terbatas waktunya untuk

membaca paper 45 menit

Saudara terdakwa apakah saudara mengetahui ada tentang TC

pemberian anggota DPR RI?

Tidak Yang Mulia

Saudara kenal dengan Endin? Sejak kapan

Kenal Yang Mulia, sejak tahun 1997 pada saat saya menjadi DG BI

sampai Mei 2003 hari terakhir saya menjadi DG BI 17 Mei 2003

Page 105: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

105

Dengan Paskah Suzetta?

Kenal, tetapi dengan paskah suzette kenal lebih lama lagi karena

pada waktu saya menjadi deputi di kantor menko eko was bank

tahun 1993 saya sudah sering rapat dengan paskah suzette sudah

menjadi anggota komisi IX saat itu

Dengan Hamka Yandhu?

Mengenal juga sekitar tahun 1997-1998 pada saat saya DG BI

Sebelum saudara fit & proper test bulan juni apakah saudara pernah

bertemu dengan orang yang bersangkutan?

Tidak yang mulia

Diwaktu saudara terpilih sebagai DGS BI kebijakan apa yang saudara

ambil? Menyangkut dengan moneter?

Yang mulia jabatan saya sebagai DGS BI pada saat itu adalah sebagai

wakil gubernur, dan tentunya didalam jabatan sebagai wakil

gubernur banyak policy-policy atau kebijakan-kebijakan yang

diambil oleh DG bukan oleh saya sendiri tetapi oleh DG, kalau yang

terkait dengan operasional saya memang tidak memegan sector

perbankan, tidak memegang sector moneter tidak memegang sector

system pembayaran, saya menjadi DG bidang hukum Yang Mulia.

Kemudian saya menjadi DG bidang IT kemudian DG bidang MI dan

DG bidang pendidikan kebank Sentralan dari sisi oprasionil itulah

direktorat yang di bawah saya kalau dari sisi policy ya jabatan

sebagai DGS BI itu bersama-sama gubernur dan anggota DG lainnya

itu adalah mengikuti rapat mendengarkan apa yang diajukan oleh

Direktorat kemudian mengambil policy kebijakan

Dalam mengambil suatu keputusan Dewan Gubernur itu yah, Apakah

bisa saudara mengambil keputusan sendiri tanpa tahu deputi-deputi

yang lain?

Tidak bisa Yang mulia, rapat Dewan Gubernur itu secara aturan di BI

itu harus disetujui secara mutlak, yang memiliki hak veto hanya

Gubernur BI saja

Apakah ada kebijakan tertentu yang menguntungkan orang-orang

tertentu dengan kebijakan saudara?

Page 106: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

106

Tidak ada yang mulia

Rapat Dewan Gubernur?

Tidak ada Yang mulia

Kami lanjutkan, Tadi saudara sampaikan bahwa pada waktu

pertemuan di Darmawangsa saudara tidak tahu dari DPR siapa saja

yang tidak hadir, tadi saudara sampaikan kepada ketua majelis kenal

dengan Paskah Suzetta, Hamka Yandhu, Agus Condro dan Panda

Nababan itu dari fraksi apa?

Paskah Suzetta dari fraksi Golkar jadi tidak hadir, Endin dari fraksi

saya lupa PPP atau PAN kalau Agus Condro dan Panda Nababan dari

PDIP

Apakah kalau saudara tidak tahu semua yang tidak hadir agus condro

dan panda nababan hadir dalam pertemuan di darmawangsa itu?

Saya tidak ingat kalau agus condro tidak mengenal mukanya tidak

pernah melihat namanya tetapi kalau panda nababan saya ingat

hadir

Tadi saudara sampaikan kenal dengan nunun nurbaeti, saudara

pernah kerumahnya? Berapa kali

Pernah satu atau dua kali pada saat tarawih

Itu pada saat saudara datang kerumah Nunun itu pada waktu

mendekati pemilihan DGS BI ataukah dalam rangka yang lain?

Seingat saya sekitar bulan oktober-november 2004 pada saat tarawih

Kemudian apakah pernah saudara juga minta kepada nunun nurbaeti

supaya mencarikan sponsor atau pihak yang dapat memberikan

sejumlah dana bagi anggota komisi IX DPR?

Tidak pernah Yang Mulia

Dalam rangka fit & proper test saudara dalam pemilihan DGS BI,

saudara tahu ada pihak yang mensponsori saudara atau yang

memberikan hadiah-hadiah pada anggota Dewan?

Tidak tahu Yang Mulia

Page 107: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

107

Tidak pernah ada yang menghubungi saudara bahwa nanti akan

menjadi sponsor atau pendukung saudara?

Tidak pernah Yang mulia

Saya lanjutkan terdakwa ya, terlepas dari pada pertemuan biaya-

biaya saudara yang telah keluarkan di Darmawangsa apa juga di

gedung saudara di depan gedung niaga ya waktu pertemuan dengan

fraksi TNI/Polri saudara membayar juga biaya disitu untuk minum?

Itu adalah dikantor saya Yang Mulia jadi hanya menghidangkan teh

Tidak membayar karena kita punya teh sendiri gitu?

Ya, betul Yang mulia

Terkait dengan dakwaan saudara yang diarahkan kepada saudara ini

yah, apakah ada saudara membuat janji-janji dalam pertemuan itu

baik dari Komisi IX fraksi PDI P agar saudara dipilih oleh mereka itu

dalam fit & proper test?

Tidak pernah yang Mulia

Terhadap anggota fraksi TNI/ Polri?

Tidak pernah Yang Mulia

Pernah datang kerumah Nunun Nurbaeti ya?

Pernah yang mulia seingat saya pada saat tarawih bulan oktober-

november 2004

Kemudian kembali kepada Nunun Nurbaeti ya, ada Nunun

menerangkan bahwa mendengar ada kata-kata ada proyek thank you

saudara tahu itu?

Saya tidak pernah ada pertemuan di rumah ibu Nunun Yang Mulia

Kemudian apakah pertemuan saudara disamping tadi setelah saya

tanyakan mendukung saudara untuk dipilih bersedia mendukung

Terdakwa sebagai DGS BI apakah itu memang pernah saudara

utarakan dalam pertemuan-pertemuan di tempat yang lain, ini diluar

kepada DPR ya, Kepada Nunun itu permintaan saudara nunun itu

apa?

Page 108: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

108

Tidak ada yang spesifik yang Mulia, saya kepada setiap orang yang

memberi ucapan selamat kepada saya “selamat ya Mir… semoga

berhasil jadi calon”

Itu pemberian ucapan selamat setelah saudara dicalonkan ya?

Setelah dicalonkan bulan April 2004

Setelah diusulkan oleh presiden untuk di fit & proper tes di DPR gitu?

Betul Yang mulia, karena di media masa cukup luas dibahas banyak

yang menyelamatkan saya, saya hanya mengatakan “doain saya ya”

Saya lanjutkan ya, terdakwa tadi saudara mengatakan bahwa

pertemuan di darmawangsa itu inisatif dari PDIP ya?

Betul yang Mulia, seingat saya melalui telephone

Masalah pemberitahuan itu apakah seminggu sebelumnya atau

sesaat akan ada pertemuan?

Mohon maaf yang mulia persisi tanggalnya tidak ingat tetapi

tentunya sebelum pertemuan karena saya membook bima senanya

Terkait akan perkenalan saudara dengan orang yang bernama nunun

nuerbaeti yah, apakah saudara juga sering dating juga kerumahnya

nunun?

Mungkin hanya 1-2 kali yang Mulia pada acara-acara tarawih

Kalau Nunun sendiri pernah ga datang ke tempat saudara?

Pernah Yang Mulia

Apakah itu sebelum atau sesudah pemilihan?

Sesudah pemilihan yang mulia sekitar September-Oktober 2004

Itu dalam rangka apa mereka kesana?

Dalam rangka saya ingin menawarkan kepada beliau, menegaskan

kembali bahwa saya diutus oleh hasil sidang PB (pengurus besar)

GABSI untuk menyampaikan ke ibu Nunun bahwa ia adalah salah

satu calon dari 3 calon yang waktu itu diusulkan, saya diutus untuk

menanyakan ke ibu Nunun apakah ia bersedia menjadi sekertaris

umum atau sekjen GABSI karena sekjen GABSI yang lama sdr. Toto

Page 109: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

109

Lubis itu sakit menahun sehingga mengundurkan diri dan posisi itu

sudah cukup lama kosong

Memang punya dia keahlian bidang GABSI ibu nunun sampai di utus?

Tidak yang mulia, saya ketua umumnya tidak punya keahlian Bridge

tetapi keahlian organisasi tentunya ibu Nunun sudah terkenal

Apakah jadi dia sekertaris?

Tidak jadi yang mulia karena ibu nunun menolak

Itu setelah pemilihan?

Betul yang mulia, itu setelah pemilihan

Kalau sebelumnya apa dia pernah datang ke kantor saudara?

Belum pernah Yang mulia karea kantor saya di BI setelah saya

terpilih

Selain saudara sebut tadi fraksi ABRI, Golkar maupun yang lainnya

apakah saudara menyurati atau menelphone untuk melakukan

pertemuan juga?

Yang mulia beberapa diantara dari mereka saya sudah mengenal

cukup lama sejak tahun 1997-1998 saya memiliki hp mereka, saya

memiliki hp pak Paskah pak Hamka seingat saya dari semua yang

saya telephone tidak semua berhasil tapi yang saya ingat menolak

dengan jelas adalah saudara Endin, saudara Endin mengatakan “sori

deh Mir ga usah… kalo gw bakalan pasti ga milih lo, karena ga boleh

sama partai aku.. itu adalah garis partai untuk tidak memilih orang

seperti kamu… kamu ngertikan.. jangan marah”

Kalau dengan fraksi yang lain, yang saudara melakukan pertemuan

apakah mereka berjanji akan memilih saudara seperti ungkapan

Endin tidak akan memilih saudara?

Oh tidak ada, kalau Endin dia mengatakan itu karena dia tidak mau

bertemu

Maksud saya pada saat pertemuan di Darmawangsa atau fraksi ABRI

di kantor saudara apakah mereka juga mengatakan akan memilih

saudara?

Page 110: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

110

Tidak ada, tidak ada berbicara mengenai memilih siapa tidak memilih

siapa

Terhadap inisiatif pertemuan dengan PDIP adalah inisiatif dari fraksi

PDIP ya, siapa yang waktu itu menelphone ibu?

Saya kurang ingat yang mulia, tapi saya pasti salah satu yang

namanya ada di nomor telephone saya. Karena kebiasaan saya kalau

orang nomor tidak ada nama tidak saya angkat

Tapi kenapa kok ibu yang memesan tempat di darmawangsa?

Karena mereka yang mengatakan atur saja deh Mir mau bertemunya

dimana karena kami bisanya bertemunya tanggal sekian

Sebetulnya pribadi ibu sendiri punya rencana ga untuk mengundang

semua fraksi?

Sebetulnya tidak, sama sekali tidak. Pada tahun 2003 pada pemilihan

DG BI saya juga tidak bertemu dengan siapa pun

Sebetulnya sesungguhnya tujuan tu apa sih? Kok ibu begitu repotnya

harus ketemu dengan fraksi-fraksi kan calon bukan ibu saja ada tiga

orang?

Betul yang mulia, tidak ada tujuan lain selain memenuhi permintaan

PDI P awalnya, mohon dicatat yang mulia yang meminta bertemu

dengan saya adalah fraksi dan saya rasa siapapun kalau ada fraksi

yang mau memilih mengundang bukan hanya satu orang pribadi tapi

bertemu beramai-ramai dengan fraksi dan mengatakan saya mau

memperkenalkan fraksi supaya lebih tau juga mengenai kamu seperti

apa yang belum tau mengenai kamu tentu kita akan menjawab iya,

jadi kalau PDI P itu bukan inisiatif saya. Baru setelah saya bertemu

dengan PDI P saya melihat cukup banyak kegunaannya karena

terlihat dari wajah mereka pada saat saya menerangkan ya saya

punya keluarga, saya punya pekerjaan ini, ya anak saya islam, ya saya

Kristen tampak mereka wajahnya puas terpenuhi keinginan tahunya

Sekarang ibu kan mau fit and proper ya, kenapa tidak ibu persiapkan

untuk nanti saja bukan untuk lobi-lobi?

Itu bukan lobi-lobi yang Mulia, itu adalah proses transparansi dan

disclosure yang Mulia

Page 111: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

111

Apakah saudara pernah meminta dukungan dari keluarga dan teman-

teman dari terkait dengan proses pemilihan sebagai DGS BI?

Dari keluarga tentunya saya meminta dukungan moral dan dukungan

doa

Dari teman-teman?

Juga sama

Apa yang saudara sampaikan untuk permintaan dukungan itu?

Umumnya, secara garis besar, intinya “Doain saya ya”

Apa saudara pernah minta dukungan kepada teman-teman itu agar

diperkenalkan atau dipertemukan kepada anggota DPR?

Tidak

Yang mulia karena pada persidangan Terdakwa sebagai saksi,

sebenarnya pertanyaan ini nanti akan kami perlihatkan transkrip

bahwa terdakwa menjawab dia memang meminta

Keberatan majelis ini statusnya kan ibu Miranda sebagai terdakwa

Saya bisa menjelaskan majelis di saksi mana saya mengatakan seperti

itu

Saudara terdakwa yah, tadi pernah satu dua kali ke rumah Nunun

pada saat Tarawih apakah selain terawih saudara juga pernah kesana

seperti acara ulang tahun atau acara keramaian yang lainnya?

Tidak pernah, seingat saya hanya acara tarawih saja

Apakah saudara mengetahui jumlah fraksi-fraksi dengan jumlah

anggota yang besar di DPR?

Tidak

Mengenai pertemuan di Darmawangsa tadi sudah ditanyakan oleh

majelis dan dijawab oleh terdakwa bahwa inisiatif berasal dari fraksi

PDIP tadi sudah ditanyakan oleh penuntut umum bahwa yang

menghubungi pada akhirnya menurut saudara terdakwa adalah dari

PDIP sendiri, pertanyaannya apa pertimbangan saudara pada waktu

Page 112: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

112

itu untuk menerima penawaran tersebut dan tidak menolak tawaran

pertemuan tersebut?

Ada 2, satu saya pada saat dicalonkan sebagai DGS BI tahun 2004

sudah tidak menjabat di Bank Indonesia sejak Mei 2003 sampai

dengan fit & proper test saya bukan pejabat dimana-mana hanya

pegawai negeri di fakultas ekonomi sehgga saya tidak mengenal

anggota2 DPR sehingga pada saat ada anggota fraksi PDI P

menelphone saya meminta untuk bertemu dan memperkenalkan dan

untuk bertanya-tanya saya tidak bisa menolak saya merasa ya patut

untuk memenuhinya

Tadi saudara terdakwa sudah menjelaskan bahwa dalam pertemuan

di Darmawangsa saudara terdakwa juga menjelaskan status dari

perkawinan dan status dari keluarga saudara terdakwa sendiri,

untuk penegasan penjelasan itu saudara sampaikan kepada anggota

DPR apakah atas inisiatif saudara Terdakwa sendiri atau ada

pertanyaan dari para anggota DPR?

Karena ada yang bertanya

Apakah didalam pertemuan di Niaga saudara Terdakwa meminta

untuk tidak ditanyakan mengenai masalah keluarga?

Tidak pernah

Apakah saudara terdakwa mengetahui apa sebabnya dalam fit &

proper test Gubernur BI 2003 ada beberapa anggota DPR ada yang

bertanya mengenai masalah perkawinan dan masalah keluarga

terdakwa?

Awlanya saya tidak mengetahui tentunya tetapi belakangan saya

baru tahu bahwa ada surat entah siapa yang mengirim, kalau kata

Emir Moeis mantan suami saya mengirim surat ke DPR pada saat itu

saya sudah bercerai sebetulnya tetapi proses perceraiaanya memang

tidak mudah memakan waktu 2 tahun untuk sampai inkracht di

Mahkamah Agung

Selain dari surat dan juga selain dari pamphlet dalam pemilihan 2003

Gubernur BI ada lagi ga pemberitaan missal dari media massa yang

memberitakan masalah itu?

Page 113: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

113

Pada tahun 2004 tidak ada pemberitaan di media masa mengenai

masalah itu lagi, hanya di 2003 saja

Tahun 2003 dimedia massa ada?

Di media massa ada dibicarakan banyak, kita bisa download semua

media massa saat tu banyak ada yang bicara perempuan apa bisa jadi

gender, kemudian ada yang bicara apa patut kalau wanita yang non

muslim seperti itu, jadi masalahnya waktu itu lebih ke masalah

gender dan agama dan sebagai seorang pendidik dan pengajar saya

merasa terkejut tentunya tetapi itu diluar kemampuan saya untuk

mencegahnya. Tahun 2004 saya bersyukur tidak ada lagi yang

melemparkan pamflet-pamflet yang bisa merusak hubungan

masyarakat seperti itu.

2004 pamflet tidak ada?

Tidak ada

Pemberitaan di media massa?

Tidak ada di 2004

surat pengaduang dari orang tertentu?

Tidak ada pada saat itu

Saudara terdakwa kita masih mengenai fit & proper test, kapan

pertama kali saudara terdakwa mengikuti fit & proper test untuk

menduduki jabatan di BI, kan saudara terdakwa berdasarkan

informasi bahwa saudara terdakwa itu menduduki DG BI sejak tahun

1997, kapan pertama kali fit & proper test? Apakah tahun 1997

sudah mengikuti fit & proper test?

Tahun 1997 itu menurut UU BI pada saat itu penujukan DG BI itu

adalah oleh presiden di lantiknya oleh menteri keuangan, kemudian

pada tahun 1999 ada UU BI baru No. 23 tahun 1999 dimana BI

menjadi lembaga yang Independen, maka sejak tahun 1999 di

undangkan bahwa setiap DG, Gubernur, DGS harus melaui prosedur

tertentu yaitu di calonkan oleh presiden bagi Gubernur dan DGS di

calonkan oleh Gubernur bagi DG tetapi disampaikan oleh Presiden ke

DPR kemudian harus mengikuti fit & proper test dan sebagainya itu

tidak tertulis tetapi itulah peraturan internal, maka pada tahun 2000

Page 114: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

114

itu pertama kali ada fit & proper test saat 1999 kami dilantik kembali

pada waktu itu Presidennya itu sudah bukan Soeharto tapi habibie

diantara berdelapan saya dan gubernur dipilih oleh habibie untuk

menjabat sampai 2003 dengan gubernurnya syahril sabirin,

kemudian 2 orang lagi dipilih hanya menjabat sampai 2002, 2 orang

lagi sampai 2000 jadi seperti Aulia Pohan pada saat itu dan Iwan

Prawira nata kusuma itu hanya 1 tahun di perpanjang, saya 4 tahun

di perpanjang itu sebabnya masa jabatan saya sebagai DG itu

berakhir 17 Mei 2003 bersama-sama dengan Gubernur BI syahril

sabirin. Kemudian oleh presiden Megawati saat itu karena saya

adalah DG yang paling senior diantara semua yang ada disitu saya

termasuk yang dicalonkan sebagai Gubernur BI.

Mengenai kedatangan saudara terdakwa di rumah Nunun di jalan

cipete, bagaimana saudara begitu yakin bahwa itu adalah bulan

oktober-November 2004 dan bukan mendekati bulan juni 2004

mendekati fit & proper test?

Saya menggunakan logika saja, saya tidak ingat persis tanggalnya

tetapi saya tau bahwa bulan puasa kalau kita hitung setiap tahun itu

Ramadhan maju 11 hari jadi kalau sekarang tahun 2012 delapan

tahun yang lalu pasti 88 hari atau kira-kira 3 bulan setelah bulan

sekarang kalau itu jatuhnya bulan Juli ya kira-kira oktober-nopember

lah itu logic saja

Apakah antara bulan april sejak saudara terdakwa di calonkan oleh

presiden sampai dengan bulan juni 2004 apakah sdara pernah

berkunjung ke rumah Nunun di jalan cipete?

Tidak

Selain kalimat doain saya ya, apakah saudara Terdakwa pernah

meminta dukungan kepada orang-orang lain dengan menggunakan

kalimat-kalimat lain?

Hampir tidak pernah itu sudah seperti mantra otomatis saja, itu

semacam etika ketimuran menurut saya.

Apakah sejak april sampai dengan juni 2004 saudara terdakwa

pernah meminta dukungan terhadap nunun termasuk permintaan

doain saya ya?

Page 115: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

115

Saya tidak ingat

Apakah ibu pernah menjanjikan atau meminta atau bahkan

menyuruh ibu Nunun untuk memberikan TC sehubungan dengan

pemilihan DGS BI?

Tidak pernah

Page 116: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

116

BAB IV ANALISA FAKTA HUKUM

Majelis Hakim yang Mulia, Penuntut Umum yang Terhormat, Hadirin Persidangan sekalian,

Bahwa sebagaimana kami sampaikan dalam analisa fakta sebelumnya,

bahwa selama dalam proses pemeriksaan di persidangan telah diperiksa

dan didengar keterangan pihak-pihak dalam persidangan a quo, adapun

tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk menguji apakah seseorang

dalam hal ini Terdakwa yang dihadapakan ke depan persidangan oleh

Penuntut Umum benar-benar melakukan tindak pidana sebagaimana yang

didakwakan oleh Penuntut Umum.

Dalam sistem pembuktian di Indonesia yaitu menggunakan Negatief Wettelijk Stelsel, “dimana untuk menyatakan salah tidaknya seorang Terdakwa tidak cukup berdasarkan keyakinan hakim semata-mata, atau hanya semata-mata didasarkan atas keterbuktian menurut ketentuan dan cara pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang, seorang Terdakwa baru dapat dinyatakan bersalah apabila kesalahan yang didakwakan kepadanya dapat dibuktikan dengan cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut UUserta sekaligus keterbuktian kesalahan itu “dibarengi” dengan keyakinan hakim”.

(M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 279)

Pasal 183 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) telah

memberikan ruang lingkup yang jelas mengenai batasan tentang dapat

dipidananya seseorang, yaitu terdapat minimal 2 alat bukti dan dari 2 alat

bukti tersebut Majelis Hakim meyakini bahwa Terdakwa telah melakukan

suatu tindak pidana dari ketentuan tersebut diatas, maka seorang tidak

Page 117: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

117

mungkin dapat dipidana hanya berdasarkan keyakinan belaka yang

sifatnya subjektif. Keyakinan haruslah dibangun dari minimal 2 alat bukti

yang terungkap selama proses pemeriksaan di persidangan, hal ini sering

dikenal sebagai prinsip minimum pembuktian.

Saudara Penuntut Umum pada persidangan yang lalu telah membacakan

tuntutannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa Terdakwa telah

terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan

tindak pidana korupsi secara bersama-sama menyuap Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara sebagaimana dalam dakwaan Pertama, yaitu

melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (“UU Tipikor”).

Terkait dengan tuntutan dari Penuntut Umum tersebut, kami selaku

Penasihat Hukum Terdakwa sangat tidak sependapat, hal ini sesuai dengan

pendapat Mr. Trapmann bahwa perbedaan penafsiran antara Penuntut

Umum dan Penasihat Hukum dapat terjadi walaupun kasus dan fakta yang

dihadapi sama, karena hal tersebut bergantung kepada sikap, titik tolak

dan pandangan Penuntut Umum yaitu pandangan subjektif dari posisi yang

objektif; (Lilik Mulyadi, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana

Korupsi, Alumni, Bandung 2007, halaman 87).

Bahwa dalam Surat Tuntutannya, fakta-fakta yang dikemukakan oleh

Penuntut Umum hanyalah fakta-fakta yang merugikan Terdakwa serta

tidak memenuhi syarat sebagai fakta hukum, bahkan terdapat fakta-fakta

yang tidak benar dan dipaksakan untuk mendukung pendapat yang

menguntungkan bagi Penuntut Umum yaitu keterangan dalam proses cross

Page 118: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

118

examination yang berbeda dengan yang di kemukakan oleh Penuntut

Umum.

Dalam Surat Tuntutannya Penuntut Umum telah memanipulasi

keterangan-keterangan saksi yang telah menjadi fakta hukum yang nyata-

nyata menguntungkan Terdakwa dan disisi lain Penuntut Umum

memunculkan fakta untuk “menambal” kekurangan fakta dalam menyusun

rangkaian peristiwa berkait nya, yang menurut Penuntut Umum saling

sambung menyambung dan berkaitan sehingga merupakan suatu delik

yang sempurna.

Pembuktian seharusnya menggali fakta-fakta, bahwa seseorang diyakini

telah melakukan suatu perbuatan pidana, pembuktian dengan

menggunakan metode ketting bewijs (keterangan saksi yang berdiri

sendiri-sendiri dan saling berkaitan dengan keterangan saksi yang lain)

yang digunakan oleh Penuntut Umum rentan akan munculnya keragu-

raguan atas terjadi atau tidaknya suatu delik. Kita tidak boleh menutup

mata, karena perkara yang diputus dengan ketting bewijs sering menjadi

kontroversi dalam masyarakat. Antara lain dalam Kasus Pollycarpus dan

Muchdi PR.

Dalam Kasus Muchdi PR, terdakwa didakwa menganjurkan Pollycarpus

atau menyuruh lakukan atau turut serta melakukan bersama-sama

Pollycarpus dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas

nyawa orang lain yaitu korban Almarhum Munir. Meskipun Pollycarpus

telah dipidana dengan menggunakan metode pembuktian ketting bewijs

akan tetapi Muchdi PR dibebaskan dari segala tuntutan hukum. (vide.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

Page 119: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

119

1488/Pid.B/2008/Pn.Jak.Sel. jo. Putusan Mahkamah Agung No.

423K/Pid/2009).

Berdasarkan contoh kasus tersebut, perkara yang dituntut dan diputus

dengan menggunakan metode pembuktian ketting bewijs dapat menjadi

bias dan selalu menimbulkan ketidakyakinan (keragu-raguan) dalam

masyarakat mengenai bersalah atau tidaknya seseorang. Penggunaan

metode pembuktian ketting bewijs ini cenderung dan rentan yang dapat

menimbulkan kerugian terhadap kedudukan seorang terdakwa. Oleh

karena itu, Penasihat hukum sangat menghargai sikap Majelis Hakim dalam

perkara Muchdi PR yang membebaskan Muchdi PR dari dakwaan

pembunuhan berencana.

Kami perlu mengemukakan metode pembuktian yang dilakukan oleh

Penuntut Umum pada halaman 146 Surat Tuntutan yang menyatakan:

“bahwa sesuai dengan pemeriksaan dipersidangan diperoleh fakta-fakta berupa keterangan saksi-saksi yang berdiri sendiri-sendiri namun berkaitan satu sama lainnya atau dalam hukum pembuktian dikenal dengan keterangan saksi berantai (ketting bewijs) serta bersesuaian dengan alat bukti lainnya…”.

Bahwa KUHAP memang memberi peluang pada pembuktian melalui Pasal

185 ayat (4) KUHAP yang berbunyi:

“keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu”.

Bahwa dalam perkara a quo keterangan saksi yang berdiri sendiri telah

dimanipulasi oleh Penuntut Umum dengan mengambil keterangan-

keterangan saksi secara tidak lengkap cendrung yang menguntungkan

untuk dikaitkan dengan keterangan saksi lainnya sehingga menurut

Penuntut Umum merupakan keterangan saksi yang berdiri sendiri-sendiri

Page 120: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

120

namun saling berkaitan sehingga dapat membenarkan adanya suatu

kejadian atau keadaan tertentu. Tindakan demikian sangat menciderai rasa

keadilan dan menyesatkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, kami perlu untuk meluruskan fakta-fakta

hukum yang tergali dalam proses pemeriksaan di persidangan dengan

objektif dan transparan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 184 KUHAP dan Pasal 185 KUHAP, sekaligus menguji kebenaran

uraian dakwaan Penuntut Umum sebagai dasar dalam pemeriksaan

perkara a quo.

Adapun fakta-fakta yang terungkap selama dalam proses pemeriksaan

dipersidangan adalah sebagai berikut:

A. Terdakwa tidak pernah meminta kepada Nunun Nurbaeti untuk

diperkenalkan dengan anggota Komisi IX DPR RI, karena Terdakwa

sebelumnya telah menjabat sebagai Deputi Gubernur BI sejak tahun

1997, yang merupakan mitra kerja anggota Komisi IX DPR RI. Oleh

karena itu Terdakwa sudah mengenal anggota Komisi IX DPR RI

sehingga tidak membutuhkan bantuan Nunun Nurbaeti untuk

diperkenalkan.

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Dr. Endin AJ Soefihara, MMA:

- Bahwa saksi tidak pernah bertemu Miranda atau Nunun Nurbaeti sebelum ataupun sesudah pemilihan hanya bertemu di komisi atau ruang-ruang komisi;

- Bahwa saya tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti dimanapun maupun dengan Miranda Goeltom, menjelang pemilihan DGS BI;

Page 121: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

121

2. Keterangan Drs. Paskah Suzetta, MH

- Bahwa saksi tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti pada tahun 2004;

3. Keterangan Hamka Yandhu - Bahwa saksi tidak pernah diperkenalkan kepada terdakwa

oleh Nunun Nurbaeti.

4. Keterangan Izedrik Emir Moeis - Bahwa saya kenal dengan terdakwa sudah lama, sudah sejak

dari SMA

Keterangan Terdakwa sebagai berikut:

- Saya tidak pernah minta kepada saudara Nunun Nurbaeti untuk memperkenalkan anggota DPR melalui Nunun Nurbaeti.

Dari keterangan saksi-saksi yang dikemukakan dalam pemeriksaan

di persidangan, dimana keterangan tersebut saling bersesuaian satu

sama lain sehingga merupakan suatu fakta hukum.

Mengenai keterangan Nunun Nurbaeti yang menyatakan:

- Pada saat memperkenalkan anggota DPR itu, ibu Miranda sebetulnya sudah kenal tetapi hanya lebih mempertemukan kembali ya itu yang terjadi di rumah saya seperti di BAP tersebut;

merupakan keterangan yang berdiri sendiri serta tidak bersesuaian

dengan alat bukti lain yaitu keterangan Paskah Suzetta, keterangan

Hamka Yandhu, keterangan Endin AJ. Soefihara, dan keterangan

Terdakwa yang saling bersesuaian yang pada pokoknya menyatakan

tidak pernah melakukan pertemuan di rumah Nunun Nurbaeti di

Jalan Cipete Raya No. 39 C dan keterangan Nunun Nurbaeti tidak

bersesuaian dengan keterangan Lini Suparni sehingga tidak dapat

Page 122: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

122

dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara a quo sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang berbunyi

“keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan

bahwa Terdakwa bersalah terhadap Perbuatan Terdakwa yang

didakwakan kepadanya” dan Pasal 185 ayat (4) KUHAP.

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap diatas, maka fakta dalam

surat dakwaan Penuntut Umum pada halaman 3, halaman 11, halaman

18, halaman 25 yang pada pokoknya menyatakan “…., Terdakwa

melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti, dimana dalam

pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk dikenalkan

kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota Komisi

IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa dalam

pelaksanaan pemilihan DGS BI, yang mana Nunun Nurbaeti menyetujui

permintaan Terdakwa” juga tidak terbukti dalam proses pemeriksaan di

persidangan.

B. Terdakwa tidak pernah diperkenalkan dan dipertemukan oleh

Nunun Nurbaeti di rumahnya di Jalan Cipete Raya No. 39 pada saat

sebelum pemilihan DGS BI tanggal 8 Juni 2004 dengan anggota

Komisi IX DPR RI antara lain Hamka Yandhu, Paskah Suzetta dan Endin

Sofihara.

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Hamka Yandhu

- Bahwa saksi tidak tahu dimana rumah Nunun Nurbaeti. Saksi tidak pernah datang ke rumah di Jalan Cipete Raya.

- Bahwa saksi tidak pernah datang bersama Endin Sofihara. - Bahwa saksi tidak pernah datang dengan Paskah Suzetta.

Page 123: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

123

2. Keterangan Paskah Suzetta

- Bahwa saksi datang ke rumah Nunun Nurbaeti terakhir tahun 2008, atas undangan Adang Djaradatun;

- Bahwa saksi tidak pernah berhubungan dengan Nunun Nurbaeti, tidak akrab dengan Nunun Nurbaeti, tidak ada hubungan bisnis atau apapun juga, hanya berhubungan karena terkait pak Adang sebagai Pembina di Jabar, yang pernah sebagai Kapolda Jabar dan Wakapolri;

- Bahwa saksi tidak pernah bertelepon dengan Nunun Nurbaeti apalagi sampai Nunun Nurbaeti memberi perintah untuk saya datang ke rumahnya;

- Bahwa tidak pernah ada pertemuan di kediaman Nunun Nurbaeti;

3. Keterangan Endin AJ Soefihara

- Bahwa rumah Nunun Nurbaeti di Cipete Raya, terakhir kesana dalam acara masyarakat Jabar, tidak pernah ada pertemuan dengan Paskah, Hamka, Endin dan Miranda Goeltom, dan lain-lain;

- Bahwa saya tidak pernah bertemu dengan Nunun Nurbaeti dimanapun maupun dengan Miranda Goeltom, menjelang pemilihan DGS BI, dengan Paskah di kediaman Nunun Nurbaeti juga tidak ada;

4. Keterangan Lini Suparni

- Waktu Terdakwa datang ke rumah Nunun 2 kali saya tidak tahu dalam rangka apa, yang pertama siang hari sekali setelah jam 12 lalu satu kali lagi malam hari waktu itu ada acara. Kalau yang siang hari tidak ada acara hanya ibu Miranda dengan ibu Nunun tidak ada yang lain.

- Waktu itu ibu Miranda datang sendiri ke rumah ibu Nunun; - Saya tidak tahu ibu Miranda pernah melakukan pertemuan di

rumah ibu Nunun.

Keterangan Terdakwa sebagai berikut:

- Saksi pernah datang ke rumah Nunun satu atau dua kali pada saat tarawikh yaitu sekitar bulan Oktober dan Nopember tahun 2004.

Page 124: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

124

- Saya tidak pernah mengadakan pertemuan dirumah Nunun dengan anggota DPR yang lain, dengan Paskah Suzette, Endin semuanya.

- Saya tidak pernah berkunjung ke rumah Nunun di Jalan Cipete antara bulan April sejak saudara Terdakwa di calonkan oleh presiden sampai dengan bulan juni 2004;

Dari keterangan saksi Hamka Yandhu, Paskah Suzetta, Endin Sofihara,

yang dikemukakan dalam pemeriksaan di persidangan, dimana

keterangan tersebut saling bersesuaian satu sama lain sehingga

merupakan fakta hukum karena telah memenuhi 2 alat bukti yang sah.

Bahwa fakta hukum tersebut diatas bertentangan dengan Keterangan

Nunun Nurbaeti:

- Ada pertemuan dirumah saya, saya lupa tanggalnya tahun 2004 ada ibu Miranda Goeltom ada Pak Endin ada Hamka Yandhu ada Paskah Suzetta;

- Pertemuan di Cipete antara Miranda Gultom, Paskah Suzetta, Endin Sofihara dan Hamka Yandhu itu dilakukan pada siang hari setelah jam 10.

- Dalam rangka agar membantu agar supaya ibu Miranda Goeltom menjadi DGS BI dalam fit & Proper test;

adalah keterangan yang berdiri sendiri dan tidak bersesuaian dengan

alat bukti lain dalam persidangan sebagaimana diatur dalam Pasal 185

ayat (2) KUHAP yang berbunyi “keterangan seorang saksi saja tidak

cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap

Perbuatan Terdakwa yang didakwakan kepadanya”, dan karena tidak

terdapat alat bukti lain yang sah yang dapat menguatkan pendapat

Nunun Nurbaeti tersebut, maka keterangan tersebut tidak dapat

dijadikan sebagai fakta hukum.

Page 125: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

125

Dalam tuntutannya pada halaman 147 Surat Tuntutan mengemukakan

pada pokoknya pertemuan di Jalan Cipete berdasarkan keterangan

Nunun Nurbaeti dan Lini Suparni adalah bertentangan dengan fakta

yang tergali selama proses pemeriksaan persidangan, dimana Lini

Suparni tidak pernah menyatakan Terdakwa bertemu dengan anggota

Komisi IX DPR RI, hanya datang 2 kali, siang hari dimana hanya terdapat

Nunun Nurbaeti dengan Terdakwa dan pada malam hari yaitu pada saat

ada acara ramai-ramai. Oleh karena itu keterangan Lini Suparni tidak

mendukung keterangan Nunun Nurbaeti melainkan mendukung fakta

hukum mengenai tidak pernah terjadinya pertemuan di Jalan Cipete

tersebut. Menurut Nunun Nurbaeti pertemuan dilakukan pada siang

hari setelah jam 10, dan hal tersebut tidak sesuai dengan keterangan

Lini Suparni, yang menyatakan bahwa pertemuan pada siang hari hanya

antara Terdakwa dengan Nunun Nurbaeti dan tidak terdapat pihak lain

dalam hal ini Paskah Suzetta, Endin Sofiha dan Hamka Yandhu.

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap diatas, maka fakta dalam

surat dakwaan Penuntut Umum pada halaman 3, halaman 11, halaman

18, yang pada pokoknya menyatakan “untuk memenuhi permintaan

Terdakwa, selanjutnya Nunun Nurbaeti bertempat di rumahnya Jalan

Cipete Raya No. 39C RT 001/004, Kelurahan Cipete, Kecamatan

Cilandak, Jakarta Selatan memfasilitasi pertemuan antara

Terdakwa dengan anggota Komisi IX DPR RI yaitu Endin AJ

Soefihara dari fraksi PPP, Hamka Yandhu dan Paskah Suzetta

masing-masing dari fraksi Golkar dengan tujuan agar fraksi Golkar

mendukung untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test calon DGS

BI….” tidak terbukti dalam proses pemeriksaan di persidangan.

Page 126: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

126

Bahwa karena pertemuan di rumah Nunun Nurbaeti di Jalan Cipete Raya

No. 39 C tidak terbukti maka dakwaan Penuntut Umum yang

menyatakan”ini bukan proyek thank you ya” juga tidak terbukti.

C. Terdakwa tidak mengundang anggota Fraksi PDIP di Hotel

Darmawangsa, dan pada saat pertemuan tersebut Terdakwa tidak

pernah meminta dukungan kepada anggota Komisi IX DPR RI dari

fraksi PDIP agar memilih Terdakwa pada saat fit and proper test,

atau agar tidak menanyakan masalah pribadi Terdakwa, dan pada

pertemuan tersebut Terdakwa tidak pernah menjanjikan akan

memberikan hadiah termasuk janji pemberian berupa TC.

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Agus Condro Prayitno

- Bahwa pertemuan di Hotel Darmawangsa dengan Terdakwa hanya sekali. Kalau yang saksi dengar sendiri pembicaraannya seputar ramah tamah, perkenalan, pengakraban. Kalau pembicaraan mengenai dukungan dalam artian ketika itu, kami dari Komisi IX fraksi PDI-Perjuangan sudah full nanti akan mendukung untuk memilih yang bersangkutan. Persisnya saksi lupa yang dikatakan Terdakwa, tetapi substansi nya itu Ibu Miranda mengucapkan “terima kasih kalau didukung”.

- Bahwa pada waktu pertemuan di Darmawangsa yang disampaikan ramah tamah saja kepada teman-teman. Saya tidak begitu mendengarkan, saya agak jauh, santai-santai tapi substansinya itu ramah tamah tidak dalam rangka fit and proper test, tidak formil atau setengah formil gitu.

- Bahwa saya tidak tahu persis siapa yang punya inisiatif pertemuan Darmawangsa (pertemuan di luar gedung khusus dengan orang yang akan dipilih) tetapi saya sebagai anggota Komisi IX dari fraksi PDI-Perjuangan waktu itu diperintahkan oleh Pimpinan fraksi, di undang begitu, untuk hadir ke Hotel Darmawangsa dimana nanti akan diperkenalkan dengan Ibu Miranda Gultom.

Page 127: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

127

2. Dudhie Makmun Murod

- Bahwa rapat di Dharmawangsa diatas 13-15 orang yang hadir, diundang oleh Sekretaris Fraksi Panda Nababan dan Ketua Fraksi Cahyo Kumolo;

- Bahwa saya datang 5-10 menit sebelum bubar, saya tidak mendengar percakapan;

- Bahwa pertemuan di Dharmawangsa tidak mendengar apa-apa karena sudah mau bubar;

3. Izedrik Emir Moeis

- Bahwa pertemuan itu ada di Hotel Darmawangsa; - Bahwa waktu itu Pak Panda mengatakan “untuk jelasnya sebagai

orang yang nanti akan bergerak di fit and proper sebaiknya saudara-saudara ketemu secara langsung dengan Ibu Miranda Gultom”;

- Bahwa memang ada pertemuan selanjutnya di Hotel Darmawangsa. Saya tahu nya saya dipanggil sama Pak Panda untuk hadir, sepertinya yang mengurusi dari fraksi. Saya tidak tahu siapa yang mengurusi cuma dugaan saya ya karena inisiatif dari fraksi ya fraksi mengurusnya;

- Bahwa dalam pertemuan itu yang hadir seluruh anggota Poksi, kemudian ada Pak Panda, Pak Cahyo.

- Bahwa tidak ada selentingan mengenai pemberian TC pada saat pertemuan di Hotel Darmawangsa;

- Bahwa pada pertemuan di Darmawangsa itu ada klarifikasi salah satu nya mengenai masalah keluarga Terdakwa;

- Bahwa pada saat pertemuan di Darmawangsa, Ibu Miranda sempat menyampaikan visi dan misi, target-target makro ekonominya dan juga sistem perbankan dan sedikit tentang fiskal juga disampaikan;

Keterangan Terdakwa sebagai berikut:

- Pada awalnya hanya diperkenalkan kepada semua yang hadir beberapa diantaranya saya pernah kenal pada waktu saya menjabat sebagai DG BI tahun 1997-2003, beberapa diantaranya saya tidak kenal yaitu mereka-mereka yang bergantian antara waktu, kemudian setelah itu saya di tanyakan kira-kira mau apa sih rencana kamu kalau terpilih di BI, saya menceritakan ringkasan sekitar 5-10 Menit ringkasan

Page 128: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

128

dari visi misi saya yaitu pertama saya ingin agar peranan BI lebih besar lagi didalam perekonomian di Indonesia terutama terkait dengan UKM (usaha kecil menengah) dan kredit-kredit untuk usaha kecil menengah, kemudian yang kedua adalah bagaimana saya ingin agar stabilitas sektor keuangan dan stabilitas sektor moneter itu di synchronize dan yang ketiga adalah peningkatatan Good Governance di BI itu sekitar 10 menit Yang Mulia lalu setelah itu ngobrol-ngorol saja bertanya-tanya;

- Seingat saya itu inisiatif dari anggota fraksi PDI P di Komisi IX

Dari keterangan saksi-saksi yang dikemukakan dalam pemeriksaan di

persidangan, dimana keterangan tersebut saling bersesuaian satu sama

lain.

Berdasarkan fakta yang terungkap diatas, maka fakta dalam surat

dakwaan Penuntut Umum pada halaman 4, halaman 11, halaman 19,

halaman 25, yang pada pokoknya menyatakan “Terdakwa yang

mengetahui bahwa dukungan dari anggota Komisi IX bukanlah proyek

thank you, selain meminta dukungan kepada anggota DPR Komisi IX

melalui Nunun Nurbaeti, Terdakwa juga mengundang anggota Komisi

IX dari fraksi PDIP ….” tidak terbukti dalam proses pemeriksaan di

persidangan.

D. Terdakwa tidak pernah meminta dukungan kepada anggota DPR

dari fraksi TNI Polri pada saat pertemuan di Graha Niaga (depan

Ratu Plaza) agar memilih Terdakwa pada saat fit and proper test,

atau agar tidak menanyakan masalah pribadi Terdakwa dan pada

pertemuan tersebut Terdakwa tidak pernah menjanjikan akan

memberikan hadih atau janji termasuk janji pemberian berupa TC.

Page 129: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

129

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Darsup Yusuf

- Pernah terjadi pertemuan dengan Miranda Goeltom pada Mei 2004;

- Pertemuan adalah inisiatif dari Miranda; - Miranda mengadakan sosialisasi dalam rangka silaturahmi, yang

diundang adalah saksi sendiri, Udju DDjuhaeri, Sulis dan Suyitno; - Oleh Terdakwa yang dibicarakan dalam pertemuan adalah

sosialisasi untuk silaturahmi, sekitar 30-35 menit; - Pada saat itu Miranda hanya bercerita, tidak ada kesepakatan

apapun disitu atau diluar; - Saksi tidak pernah menduga bahwa TC dari Miranda Goeltom,

pada pertemuan di Niaga juga tidak ada komitmen; - Bahwa tidak ada permintaan atau harapan dari Miranda agar

tidak ditanyakan masalah keluarga, saksi hanya mendengar cerita dari Miranda saja;

2. Keterangan Udju DDjuhaeri

- Bahwa pada bulan Mei atau April sebelum pemilihan bertemu Miranda di suatu gedung di depan Ratu Plaza, tidak tahu itu tempat siapa;

- Bahwa pada waktu itu bertemu di depan Ratu Plaza, pada saat itu ada pertemuan dengan Terdakwa, penjelasan-penjelasan Miranda banyak yang tidak dipahami;

- Bahwa tidak ada permintaan apapun dari Terdakwa; - Pada pertemuan di Niaga juga tidak ada komitmen;

3. Keterangan Suyitno

- Pernah dilakukan pertemuan dengan Miranda di sebuah kantor di Jl Sudirman di depan Ratu Plaza, kantor saudara Terdakwa;

- Yang dibicarakan dengan Terdakwa adalah tentang masalah perbankan garis besar dan silaturahmi perkenalan;

- Miranda tidak pernah menyampaikan untuk tidak menanyakan masalah keluarga;

- Miranda tidak minta agar tidak menanyakan masalah keluarga kepada saksi,hanya penangkapan saksi;

Page 130: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

130

- Bahwa tidak ada permintaan dukungan dari Miranda dan Fraksi TNI juga tidak memberikan komitmen mendukung siapapun;

Keterangan Terdakwa sebagai berikut:

- Kemudian Betul Yang Mulia di kantor saya di gedung Graha Niaga jalan Jendral Sudirman;

- Seingat saya pertemuan saya dengan fraksi ABRI itu setelah pertemuan saya dengan fraksi PDI P tempatnya di kantor saya di jalan Jendral Sudirman;

- Pada saat itu kesempatan saya juga untuk menerangkan bahwa saya pada saat itu bukan menggangur saya mengajar saya menjadi komisaris utama dari Rabo Bank International kemudian saya menjadi international counsultan dari ABN AMRO di Netherland di Belanda sehingga saya merasa perlu itu inisiatif saya Yang Mulia pada waktu di Niaga;

- Tidak ada berbicara mengenai memilih siapa tidak memilih siapa;

- Didalam pertemuan di Niaga saya tidak pernah meminta untuk tidak ditanyakan mengenai masalah keluarga.

Dari keterangan saksi-saksi yang dikemukakan dalam pemeriksaan di

persidangan, dimana keterangan tersebut saling bersesuaian satu sama

lain sehingga menjadi fakta hukum.

Berdasarkan fakta yang terungkap diatas, maka fakta dalam surat

dakwaan Penuntut Umum pada halaman 4, halaman 12, halaman 19,

halaman 25 yang pada pokoknya menyatakan “Terdakwa selain itu juga

mengundang Fraksi TNI/Polri pada Komisi IX DPR RI (Udju Djuaheri,

Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno) untuk melakukan pertemuan di

kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga Jalan Sudirman Jakarta Selatan,

yang mana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta agar pada fit and

Page 131: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

131

proper test pemilihan DGS BI 2004 para anggota dari Fraksi

TNI/Polri tidak menanyakan masalah pribadi Terdakwa yaitu

keretakan keluarga Terdakwa, ....” tidak terbukti dalam proses

pemeriksaan di persidangan.

Bahwa meskipun Terdakwa mengundang Fraksi TNI/Polri di kantor

Terdakwa di Gedung Niaga namun dalam pertemuan tersebut tidak ada

permintaan Terdakwa untuk dipilih dalam pemilihan DGS BI tahun

2004. Udju Djuhaeri dari Fraksi TNI/Polri yang hadir dalam pertemuan

tersebut dalam keterangannya di persidangan menyatakan tidak

memilih Terdakwa dan yang bersangkutan ikut menerima TC dan telah

dijatuhi pidana.

Berdasarkan poin A, B, C dan D tersebut diatas, maka fakta dalam

dakwaan pada halaman 13 yang menyatakan : “…. Fraksi-fraksi besar

yaitu Golkar, PDI-P ditambah dari fraksi TNI Polri tidak lagi

mempersolakan integritas moral Terdakwa khusus yang berhubungan

dengan masalah pribadi, yaitu keretakan keluarga Terdakwa

sebagaimana yang Terdakwa minta kepada fraksi-fraksi tersebut diatas

ataupun yang diminta melalui Nunun Nurbaeti sebelumnya” adalah tidak

terbukti dalam proses pemeriksaan di persidangan oleh karena itu

harus diabaikan.

E. Pertemuan antara Terdakwa dengan Anggota Komisi IX DPR RI

periode 2004-2009 di luar gedung DPR RI baik di Hotel

Darmawangsa maupun di Gedung Niaga tidak bertentangan

dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tidak bertentangan

dengan undang-undang.

Page 132: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

132

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Izedrik Emir Moeis

- Bahwa pertemuan-pertemuan di luar Gedung DPR itu biasa, tidak dilarang.

2. Keterangan Tjahyo Kumolo

- Bahwa saksi menjadi Ketua Fraksi mulai tahun 2003 sampai 2012 jadi sudah 8 tahun, tidak ada aturan dari DPR resmi sebagai lembaga yang melarang anggota DPR atau fraksi untuk bertemu dengan orang yang akan diputuskan dalam proses pengambilan keputusan politik di DPR.

Keterangan Ahli sebagai berikut:

1. Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa ahli dalam bidang Hukum Tata Negara

- Pertemuan di luar gedung DPR antara DPR dengan calon Deputi Senior Gubernur BI dalam rangka persiapan fit & proper test, tidak dilarang. Hal ini baik dari segi kewajiban DPR maupun dari segi kewajiban calonnya;

- Hak setiap orang untuk bertemu itu dijamin oleh UU HAM. - UU 28 Tahun 1999 tidak melarang orang untuk bertemu.

2. Prof. Burhanuddin Zabir Magenda, MA, PhD ahli dalam bidang Ilmu

Politik

- Pada prakteknya, fraksi-fraksi/poksi-poksi DPR dapat bertemu dengan calon-calon, dan sebaliknya. Dan dari segi ilmu politik, hal itu sah-sah saja;

- Tujuan dari pertemuan tersebut adalah agar visi dan misi bisa dijelaskan;

- Pertemuan tersebut sah-sah saja untuk dilakukan di luar gedung DPR.

Dari keterangan saksi-saksi yang dikemukakan dalam pemeriksaan di

persidangan, dimana keterangan tersebut saling bersesuaian satu sama

lain sehingga menjadi fakta hukum.

Page 133: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

133

F. Terdakwa tidak pernah menjanjikan untuk memberikan TC

kepada anggota Komisi IX DPR RI baik melalui Nunun Nurbaeti

maupun orang lain sehubungan dengan pemilihan DGS BI 2004.

Fakta tersebut diatas diperoleh dari keterangan saksi sebagai berikut:

1. Keterangan Agus Condro Prayitno

- Bahwa saya ketika menerima TC, itu feeling saya ada hubungan karena dikaitkan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Tjahyo Kumolo di rapat Poksi tetapi saya tidak punya pikiran itu duit dari mana, sumbernya dari mana, pikiran saya waktu itu “wong duit itu yang memberikan adalah Pimpinan Fraksi”. Pak Dudi Makmun Murod itu kan Pimpinan fraksi saya, dia bendahara fraksi. Kemudian Pak Emir Muis juga salah satu pimpinan fraksi sekaligus merangkap sebagai ketua poksi. Saya percaya saja, begitu menerima “ooh… ini duit dari fraksi”. Fraksi itu duitnya dari mana, itu saya tidak terlalu banyak berpikir waktu itu.

2. Keterangan Hamka Yandhu

- Bahwa saya pernah menerima TC. Saya menerimanya waktu itu pada saat sesudah acara voting pemilihan Deputi Gubernur;

- Bahwa saya yang membagi-bagikan amplop itu, karena ada namanya, saya membagikan begitu saja. Saya tidak menanyakan uang apa ini kepada Ari Malangjudo.

- Bahwa pada saat saya menerima TC, saya belum mengetahui kalau TC itu ada kaitannya dengan pemilihan DGS BI.

3. Keterangan Darsup Yusuf

- Saksi menerima TC dari Arie Malangjudo di Jalan Riau No. 17, diterima tanggal 8 Juni 2004, pemilihan dilakukan pada tanggal yang sama, antara jam 17.00-17.30;

- Menerima TC sebanyak 10 lembar dengan nilai @ Rp 50 juta, amplop besar diterima Udju, dan isinya dibagikan, pada amplop tidak ada nama, masing-masing mendapat Rp 500 juta;

- Uang tidak ada hubungan dengan pemilihan DGS BI, tidak tahu maksud uang itu;

Page 134: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

134

4. Keterangan Udju Djuhaeri

- Bahwa saksi menerima TC dari Arie Malangjudo di Jalan Riau no 17, diterima tanggal 8 Juni 2004, pemilihan dilakukan pada tanggal yang sama, antara jam 17.00-17.30;

- Bahwa sampai saat ini tidak tahu kaitannya TC dengan Miranda; - Bahwa saksi tidak menduga apakah TC berkaitan dengan memilih

Miranda;

5. Keterangan Suyitno

- Tidak menduga bahwa TC berkaitan dengan pemilihan DGS, waktu itu tidak bertanya atau mencari juga;

- Tidak tahu TC ada hubungan dengan pemilihan DGS BI;

6. Keterangan Endin Soefihara

- Bahwa Ari Malangjudo yang meminta bertemu dengan saksi, di Century, tidak ada pembicaraan apa-apa, Arie ada menyerahkan sesuatu pada saat itu;

- Bahwa yang untuk saksi berisi TC, 10 lembar, masing-masing Rp 50.000.000,-, tidak tahu dalam rangka apa;

- Bahwa penerimaan TC itu tidak tahu ada keterkaitan atau tidak dengan pemilihan DGS BI;

7. Keterangan Dudhie Makmun Murod

- Bahwa saksi menerima sesuatu dari Arie, tapi tidak tahu untuk apa, sebanyak 10 lembar TC di Bebek Bali;

- Bahwa saksi dihubungi Panda Nababan, diminta menghubungi Arie Malangjudo, bertemu dengan Arie Malangjudo, Arie Malangjudo serahkan amplop berisi amplop lagi berisi amplop berisi nama-nama anggota Fraksi PDIP;

- Bahwa penerimaan uang diyakini tidak terkait dengan pemilihan DGS;

8. Keterangan Nunun Nurbaeti

- Saya tidak mengetahui mengenai Travel Cheque; - Saya tidak pernah memerintahkan kepada Arie Malangjudo untuk

memberikan sesuatu kepada Endin maupun Dudi; - Saya tidak pernah terima Travel cheque;

Page 135: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

135

9. Keterangan Ari Malangjudo

- Benar saya pernah diperintah oleh Nunun Nurbaeti untuk mengantarkan beberapa bungkus katakanlah semacam tas yang berisi TC kepada anggota DPR;

10. Keterangan Izedrik Emir Moeis

- Bahwa saya tidak tahu asal TC dari mana. Saya juga tidak tahu apakah ada untuk fraksi lain;

Keterangan Terdakwa sebagai berikut:

- Saudara Terdakwa apakah saudara mengetahui ada tentang TC pemberian anggota DPR RI? Tidak Yang Mulia

Dari keterangan saksi-saksi yang dikemukakan dalam pemeriksaan di

persidangan, dimana keterangan tersebut saling bersesuaian satu sama

lain sehingga menjadi fakta hukum.

Bahwa dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum pada halaman 154 yang

menyatakan: “Izedrik Emir Moeis yang menduga pemberian TC BII

tersebut berasal dari Terdakwa berkaitan dengan fit and proper test DGS

BI karena waktu Dudhie Makmun Murod menyerahkan TC BII sambil

mengatakan “sebagai upah capek atas kegiatan kemarin”

Bahwa keterangan saksi Izedrik Emir Moeis bahwa TC tersebut berasal

dari Terdakwa merupakan dugaan dan rekaan dari Izedrik Emir Moeis

sendiri, karena Dudhie Makmun Murod menyatakan bahwa TC tersebut

sebagai upah capek atas kegiatan kemarin. Keterangan tersebut tidak

dapat dijadikan fakta hukum untuk menyatakan bahwa TC tersebut

berasal dari Terdakwa karena bukanlah keterangan yang bersumber

dari hal yang dilihat, didengar dan dialami sendiri, sesuai dengan

ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP yang berbunyi “baik pendapat

Page 136: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

136

maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran saja bukan

merupakan keterangan saksi”, maka keterangan Izedrik Emir Moeis

tersebut harus diabaikan dan tidak dapat dipertimbangkan sebagai alat

bukti yang sah.

Bahwa dalam surat tuntutan Penuntut Umum halaman 132 Surat

Tuntutan menyatakan “bahwa sesuai keterangan Agus Condro, dalam

rapat intern PDIP Cahyo Kumolo pernah menyampaikan untuk memilih

Terdakwa dalam Pemilihan DGS BI tahun 2004, Terdakwa bersedia

memberikan uang perorang sebesar Rp. 300 juta tapi kalau diminta Rp.

500 juta Terdakwa tidak keberatan…”

Bahwa fakta yang dikemukakan oleh Penuntut Umum tersebut

menyesatkan, karena keterangan “Terdakwa bersedia memberikan uang

perorang sebesar Rp. 300 juta tapi kalau diminta Rp. 500 juta Terdakwa

tidak keberatan” hanya berdasarkan keterangan dari Agus Condro, yang

kemudian dibantah oleh keterangan saksi Izedrik Emir Moeis yang

menyatakan: “… saya biasanya bawa rekaman dan saya rekam, tetapi

karena sudah lama jadi ganti dengan yang lain, semua pembicaraan saya

tahu apa yang dibicarakan, saya ingat pembicaraannya, dan Pak Tjahjo

itu pasif orangnya. Tidak ada pernyataan dari Tjahjo Kumolo tentang

Miranda bersedia memberikan 300 juta, 500 juta kalau diminta.

Saya kan alert sekali, kalau itu sempat disebut Pak Tjahjo, tentu akan

berkembang didalam pertemuan tersebut. Benar-benar tidak ada”.

Keterangan dari Izedrik Emir Moeis tersebut bersesuaian dengan

keterangan Tjahjo Kumolo pada saat persidangan yang menyatakan

“tidak pernah mengucapkan kata-kata “Miranda bersedia

Page 137: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

137

memberikan 300 juta, 500 juta kalau diminta, baik juga dalam

bentuk formulasi lain”.

Berdasarkan fakta tersebut diatas, maka keterangan Izedrik Emir Moeis

bersesuaian dengan keterangan Tjahyo Kumolo, oleh karenanya

merupakan fakta hukum, sedangkan keterangan Agus Condro Prayitno

hanya berdiri sendiri dan tidak bersesuaian keterangan saksi lainnya

oleh karena itu keterangan tersebut harus diabaikan dan tidak dapat

dijadikan sebagai fakta hukum.

Berdasarkan fakta yang terungkap diatas, maka fakta dalam surat

dakwaan Penuntut Umum pada halaman 9, halaman 16, halaman 23,

halaman 29 yang pada pokoknya menyatakan “Terdakwa mengetahui

pemberian TC BII senilai kurang lebih Rp. 20.850.000.000,- (dua puluh

milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah) oleh Nunun Nurbaeti

kepada para anggota Komisi IX DPR RI tersebut karena para

anggota Komisi IX DPR RI dalam fit and proper test dalam rangka

pemilihan DGS BI tahun 2004 telah memilih Terdakwa, ...” tidak

terbukti dalam proses pemeriksaan di persidangan.

G. Tidak pernah ada pertemuan antara Nunun Nurbaeti dengan

Paskah Suzetta dan Hamka Yandhu di D’Lounge dan Hotel Mulia

yang membicarakan permintaan dukungan dari Fraksi Golkar

untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test DGS BI tahun 2004.

1. Keterangan Nunun Nurbaeti

- Dalam pertemuan di café D’Longue tidak pernah ada saya meminta kepada pak Paskah agar fraksi Golkar membantu Terdakwa dalam pemilihan DGS BI yang saya ingat pertemuan dengan pak Paskah di D’Lounge setelah pemilihan DGS BI;

Page 138: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

138

2. Keterangan Paskah Suzetta

- Bahwa pertemuan Sunda di D’Lounge ataupun di Hotel Mulia saya tidak pernah hadir, hanya hadir pada halal bihalal masyarakat sunda tahun 2006, ketemu di D’Lounge Jalan Gunawarman akhir 2005 membicarakan membentuk paguyuban sunda. Pertemuan pertama dengan Nunun Nurbaeti di Mercantile tahun 2001, pada zaman Presiden Gus Dur, diundang bukan oleh Nunun Nurbaeti tapi Adang Darajatun;

- Bahwa saya hadir di D’lounge pada akhir 2005 diakhir menjadi menteri, sekaligus mengucapkan selamat kepada saya;

3. Keterangan Hamka Yandhu

- Bahwa pernah ada pertemuan dengan Ibu Nunun. Pada waktu itu ada acara breakfast untuk pertemuan dengan orang-orang Sunda di Hotel Mulia. Saya tidak mendengar apa yang dibicarakan, saya hanya hadir waktu itu.

- Bahwa saksi ataupun teman-teman saksi tidak pernah melakukan pertemuan sebelum pemilihan dengan Terdakwa. Dengan calon yang lain juga tidak pernah melakukan pertemuan;

- Bahwa saya bertemu dengan Nunun Nurbaeti 2 kali, yang pertama di Hotel Mulia yang kedua di D’Lounge, karena waktu itu menjelang halalbilhalal. Yang di D’Lounge itu sebelum fit and proper test.

- Bahwa saksi tidak mendengar Nunun Nurbaeti pada saat pertemuan masyarakat sunda di Hotel Mulia meminta kepada Paskah Suzetta agar Golkar di Komisi IX mendukung atau memilih Terdakwa dalam fit and proper test Deputi Gubernur Senior BI.

Dari keterangan saksi Nunun Nurbaeti, Hamka Yandhu dan saksi Paskah

Suzetta yang dikemukakan dalam pemeriksaan di persidangan, dimana

keterangan saksi berdiri sendiri-sendiri namun dapat diambil

kesimpulan bahwa tidak ada pembicaraan permintaan dukungan dari

Fraksi Golkar untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test DG S BI

tahun 2004.

Page 139: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

139

Berdasarkan fakta yang terungkap diatas, maka dakwaan Penuntut

Umum pada halaman 4, halaman 11, halaman 12, yang pada pokoknya

menyatakan “Menindaklanjuti pembicaraan Nunun Nurbaeti dengan

Paskah Suzetta di Hotel Mulia Coffee Shop, Nunun Nurbaeti, Paskah

Suzetta dan Hamka Yandhu melakukan pertemuan di Café D’Lounge

Jl. Gunawarman Jakarta Selatan, yang mana dalam pertemuan tersebut

Nunun Nurbaeti meminta kembali kepada Paskah Suzetta agar fraksi

Golkar mendukung pemilihan Terdakwa dalam pemilihan DGS BI 2004 …”

tidak terbukti sama sekali di muka persidangan.

Dari uraian fakta persidangan tersebut diatas, maka Penuntut Umum

jelas tidak dapat membuktikan bagaimana Terdakwa melakukan tindak

pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum sendiri.

Dari awal persidangan sebagaimana Eksepsi kami terdahulu, Penuntut

Umum telah tidak hati-hati dalam melakukan penuntutan terhadap

Terdakwa yang terkesan dipaksakan, bahkan telah menggunakan pasal

yang telah Daluarsa masa penuntutan nya.

Fakta lain yang menunjukkan kurangnya bukti untuk mendakwa kasus a

quo dapat dibuktikan dari tindakan Penuntut Umum dengan

menghadirkan saksi Arief Budi Raharjo selaku Penyelidik pada KPK

yang pernah memeriksa Hamka Yandhu ke muka persidangan dan

ternyata kehadiran saksi Arief Budi Raharjo telah ditolak oleh Majelis

Hakim untuk memberikan kesaksian hanya mendengar dari orang lain

(de auditu) sehingga kesaksian yang bersangkutan tidak memiliki

klasifikasi sebagai saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 26

KUHAP yaitu orang yang mendengar sendiri, melihat sendiri, dan

mengalami sendiri suatu peristiwa hukum.

Page 140: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

140

Tindakan Penuntut Umum tersebut menunjukkan bahwa Penuntut

Umum tidak memiliki bukti yang cukup untuk mendakwa Terdakwa,

dan dengan segala upaya telah berusaha untuk melakukan tindakan

unlawful gathering evidence/illegally acquired evidence dalam menyusun

dakwaannya dengan menjadikan orang yang tidak memiliki kapasitas

sebagai saksi menjadi saksi.

Menurut Herbert L. Packer dalam bukunya berjudul The Model in

Operation: From Arrest to Charge, Stanford University Press, California,

1968, halaman 195-196 pada pokoknya menyatakan bahwa illegally

acquired evidence (perolehan bukti secara tidak sah) adalah tidak patut

dijadikan sebagai bukti di pengadilan.

Bahwa dengan ditolaknya keberadaan saksi Arief Budi Raharjo yang

telah memeriksa Hamka Yandhu dalam bentuk Berita Acara Permintaan

Keterangan di muka persidangan a quo, telah membawa konsekuensi

terhadap dakwaan yang dikemukakan oleh Penuntut Umum. Berita

Acara Permintaan Keterangan yang dilakukan oleh Arif Budi Raharjo

selaku Penyelidik pada KPK terhadap saksi Hamka Yandhu yang

dijadikan sebagai dasar penyusunan dakwaan menjadi tidak bernilai

dan harus diabaikan.

Selain fakta di atas, fakta lain dalam dakwaan yang tidak terbukti dalam

proses pemeriksaan di persidangan antara lain adalah:

Dakwaan halaman 12, ….. menyatakan:

“sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS BI di

hadapan DPR-RI Komisi IX tepatnya pada tanggal 7 Juni 2004, setelah

Nunun Nurbaeti menerima sejumlah TC atas sepengetahuan

Terdakwa,……”

Page 141: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

141

Bahwa selama dalam proses pemeriksaan di Persidangan tidak terdapat

bukti yang menyatakan Terdakwa mengetahui Nunun Nurbaeti

menerima TC, bahkan siapa yang memberikan TC kepada Nunun

Nurbaeti tidak pernah terungkap dalam pemeriksaan perkara a quo hal

tersebut didukung dengan keterangan Nunun Nurbaeti yang

menyatakan:

- Saya tidak mengetahui mengenai Travel Cheque;

- Pada saat pertemuan Terdakwa tidak pernah menyampaikan kepada

saya untuk pesan menyerahkan TC kepada para anggota Komisis IX

DPR RI.

Dari seluruh dakwaan tersebut diatas, maka fakta-fakta dalam rangkaian

uraian perbuatan sebagai berikut:

1. Uraian “…., Terdakwa melakukan pertemuan dengan Nunun Nurbaeti,

dimana dalam pertemuan itu Terdakwa meminta Nunun Nurbaeti untuk

dikenalkan kepada teman-teman Nunun Nurbaeti yang menjadi anggota

Komisi IX DPR RI guna mencari dukungan atas pencalonan Terdakwa

dalam pelaksanaan pemilihan DGS BI, yang mana Nunun Nurbaeti

menyetujui permintaan Terdakwa” pada halaman 3, halaman 11,

halaman 18, halaman 25 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI secara sah

dan meyakinkan.

2. Uraian “untuk memenuhi permintaan Terdakwa, selanjutnya Nunun

Nurbaeti bertempat di rumahnya Jalan Cipete Raya No. 39C RT 001/004,

Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan memfasilitasi

pertemuan antara Terdakwa dengan anggota Komisi IX DPR RI yaitu

Endin AJ Soefihara dari fraksi PPP, Hamka Yandhu dan Paskah Suzetta

masing-masing dari fraksi Golkar dengan tujuan agar fraksi Golkar

Page 142: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

142

mendukung untuk memilih Terdakwa dalam fit and proper test calon DGS

BI….” pada halaman 3, halaman 11, halaman 18 surat dakwaan TIDAK

TERBUKTI secara sah dan meyakinkan.

3. Uraian “Terdakwa yang mengetahui bahwa dukungan dari anggota

Komisi IX bukanlah proyek thank you, selain meminta dukungan kepada

anggota DPR Komisi IX melalui Nunun Nurbaeti, Terdakwa juga

mengundang anggota Komisi IX dari fraksi PDIP yang dihadiri beberapa

anggota Komisi IX dari fraksi PDIP diantaranya Dudhie Makmun Murod,

Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan yang lainnya, untuk melakukan

pertemuan khusus di salah satu ruangan di Hotel Darmawangsa Jakarta

atas biaya dari Terdakwa, yang mana dalam pertemuan tersebut

Terdakwa memperkenalkan dirinya sebagai salah satu calon yang akan

mengikuti fit and proper test pemilihan DGS BI tahun 2004” pada

halaman 4, halaman 11, halaman 19, halaman 25 surat dakwaan TIDAK

TERBUKTI secara sah dan meyakinkan.

4. Uraian “Terdakwa selain itu juga mengundang Fraksi TNI/Polri pada

Komisi IX DPR RI (Udju Djuaheri, Darsup Yusuf, R Sulistyadi dan Suyitno)

untuk melakukan pertemuan di kantor Terdakwa di Gedung Bank Niaga

Jalan Sudirman Jakarta Selatan, yang mana dalam pertemuan itu

Terdakwa meminta agar pada fir and proper test pemilihan DGS BI 2004

para anggota dari Fraksi TNI/Polri tidak menanyakan masalah pribadi

Terdakwa yaitu keretakan keluarga Terdakwa, ....” pada halaman 4,

halaman 12, halaman 19, halaman 25 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI

secara sah dan meyakinkan.

5. Uraian “…. Terdakwa juga mengundang anggota Komisi IX dari Fraksi

PDI-P (Dudhi Makmun Murod, Agus Condro Prayitno, Emir Moeis dan

lainnya) untuk melakukan pertemuan khusus di salah satu ruangan di

Hotel Darmawangsa Jakarta atas biaya Terdakwa...” pada halaman 4,

Page 143: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

143

halaman 11, halaman 19, halaman 25 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI

secara sah dan meyakinkan.

6. Uraian “Terdakwa mengetahui pemberian TC BII senilai kurang lebih Rp.

20.850.000.000,- (dua puluh milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah)

oleh Nunun Nurbaeti kepada para anggota Komisi IX DPR RI tersebut

karena para anggota Komisi IX DPR RI dalam fit and proper test dalam

rangka pemilihan DGS BI tahun 2004 telah memilih Terdakwa, ...” pada

halaman halaman 9, halaman 16, halaman 23, halaman 29 surat

dakwaan TIDAK TERBUKTI secara sah dan meyakinkan.

7. Uraian “Menindaklanjuti pembicaraan Nunun Nurbaeti dengan Paskah

Suzetta di Hotel Mulia Coffee Shop, Nunun Nurbaeti, Paskah Suzetta dan

Hamka Yandhu melakukan pertemuan di café D’Lounge Jl. Gunawarman

Jakarta Selatan, yang mana dalam pertemuan tersebut Nunun Nurbaeti

meminta kembali kepada Paskah Suzetta agar fraksi Golkar mendukung

pemilihan Terdakwa dalam pemilihan DGS BI 2004 …” pada halaman 4,

halaman 11, halaman halaman 12 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI

secara sah dan meyakinkan.

8. Uraian “…. Fraksi-fraksi besar yaitu Golkar, PDIP ditambah dari fraksi TNI

Polri tidak lagi mempersolakan integritas moral Terdakwa khusus yang

berhubungan dengan masalah pribadi, yaitu keretakan keluarga

Terdakwa sebagaimana yang Terdakwa minta kepada fraksi-fraksi

tersebut diatas ataupun yang diminta melalui Nunun Nurbaeti

sebelumnya” pada halaman 13 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI

secara sah dan meyakinkan.

9. Uraian sehari sebelum Terdakwa menjalani fit and proper test calon DGS

BI di hadapan DPR-RI Komisi IX tepatnya padda tanggal 7 Juni 200,

setelah Nunun Nurbaeti menerima sejumlah Travellers Cheque Bank

Internasional Indonesia (TC BII) atas sepengetahuan Terdakwa, ……

Page 144: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

144

pada halaman 12 surat dakwaan TIDAK TERBUKTI secara sah dan

meyakinkan.

Page 145: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

145

BAB V

ANALISA YURIDIS

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Setelah melakukan kajian dan analisa terhadap fakta-fakta pada bab

sebelumnya, dimana kemudian diketahui fakta mana yang benar-benar

fakta hukum dan fakta mana yang tidak memenuhi syarat digunakan

sebagai fakta hukum dengan membandingkannya dengan tindakan yang

dikemukakan oleh Penuntut Umum dalam uraian dakwaanya, maka kami

akan melakukan analisa yuridis atas fakta-fakta hukum yang terbukti

selama proses pemeriksaan dipersidangan sebagai berikut:

Bahwa Terdakwa telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi

sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan yang disusun secara

alternatif, dimana Penuntut Umum mendakwa Terdakwa dengan dugaan

telah melakukan tindak pidana korupsi yaitu melanggar ketentuan sebagai

berikut:

Pertama : Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undangNo. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-

undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-

undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

ATAU

Kedua : Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undangNo. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-

Page 146: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

146

undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-

undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP.

ATAU

Ketiga : Pasal 13 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-undang No.

20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

ATAU

Keempat : Pasal 13 Undang-undangNo. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-undang No.

20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP.

Bahwa adapun pokok dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum adalah:

Bahwa Terdakwa baik secara bersama-sama dengan Nunun Nurbaeti

telah melakukan pemberian sesuatu kepada anggota Komisi IX DPR RI

Periode 2004-2009 agar melakukan sesuatu yang bertentangan dengan

jabatannya selaku anggota Komisi IX DPR RI atau memberikan janji atau

sesuatu kepada anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009 dengan

mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat

pada jabatan atau kedudukan tersebut.

Page 147: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

147

Bahwa Terdakwa dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,

ancaman atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan, sarana

atau keterangan sengaja menganjurkan Nunun Nurbaeti melakukan

pemberian sesuatu kepada anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-

2009 agar melakukan sesuatu yang bertentangan dengan jabatannya

selaku anggota Komisi IX DPR RI atau memberikan janji atau sesuatu

kepada anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009 dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat

pada jabatan atau kedudukan tersebut.

Bahwa berdasarkan pokok dakwaan tersebut diatas, maka untuk

membuktikan terpenuhinya ketentuan yang didakwakan, maka harus

dibuktikan unsur-unsur inti delik sebagai berikut:

Bahwa dalam tuntutannya, Penuntut Umum telah menuntut

Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana

dalam dakwaan Pertama.

Adapun unsur-unsur dakwaan Pertama adalah sebagai berikut:

1. Unsur “setiap orang”;

Bahwa atas pendapat Penuntut Umum yang menyatakan unsur “setiap

orang” telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan

menurut hukum, dalam setiap penjabaran unsur-unsur dari pasal-pasal

yang didakwakan terhadap diri Terdakwa dalam tuntutannya adalah

tidak tepat. Karena unsur “setiap orang” adalah merupakan element

delict dan bukan bestandeel delict yang harus dibuktikan.

Page 148: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

148

Bahwa unsur “setiap orang” tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus

dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan selanjutnya, yaitu apakah

perbuatan yang didakwakan tersebut memenuhi unsur tindak pidana

atau tidak. Jika unsur lainnya terpenuhi barulah unsur “setiap orang”

dapat dinyatakan terpenuhi atau terbukti. Dengan demikian,

pembuktian serta penjabaran terhadap unsur-unsur tindak pidana

tersebut haruslah dimulai dengan pembahasan terhadap unsur-unsur

ke-2, ke-3, ke-4, dan seterusnya, baru kemudian dapat dilihat apakah

unsur ke-1 “setiap orang” terbukti atau tidak. Jadi bukanlah seperti

pembahasan yang dilakukan oleh Penuntut Umum dalam surat

tuntutannya dimana seolah-olah Terdakwa Prof. Miranda Swaray

Goeltom, SE, MA, Ph.D telah dianggap bersalah atas perbuatan yang

dilakukannya, bahkan sebelum perbuatan tersebut terbukti memenuhi

rumusan delik sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum

(straftbaarfeiten).

Bahwa karena dalam pembahasan unsur selanjutnya unsur-unsur yang

didakwakan kepada Terdakwa tidak terbukti, maka dengan sendirinya

unsur “setiap orang” juga tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

2. Unsur “memberi sesuatu”;

Memberikan sesuatu pemberian berarti bahwa tindakan memberikan

terjadi sebelum atau sementara (ketika) pegawai negeri itu

menyeleweng. Sedangkan memberikan janji berarti, tindakan tersebut

masih akan ada kelanjutan dari janji itu. Namun delik sudah dipandang

sempurna, pada saat si petindak sudah memberikan pemberian atau

janji itu baik secara langsung maupun melalui seseorang perantara

Page 149: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

149

kepada pegawai tersebut kendati pegawai tersebut tidak mau

menerimanya. (S.R. Sianturi, Tindak Pidana di Luar KUHP, halaman 76).

Oleh karena Pasal 5 ayat (1) huruf a yang berasal dari Pasal 209 ayat (1)

angka 1 KUHP adalah pasangan dari Pasal 12 huruf a yang berasal dari

Pasal 419 angka 1 KUHP, maka dengan sendirinya yang dimaksud

dengan “sesuatu” dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a adalah “hadiah”. Yang

dimaksud dengan “hadiah” menurut Putusan Hoge Raad tanggal 25

April 1916 adalah segala sesuatu yang mempunyai arti. (R. Wiyono, SH,

Pembahasan Undang-undangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 58-59)

Bahwa berdasarkan hasil pembuktian dipersidangan diperoleh fakta-

fakta hukum sebagai berikut:

Bahwa Ari Malangjudo pada tanggal 8 Juni 2004 telah membagikan

Traveller Cheque (TC) kepada anggota DPR RI antara lain, kepada

Dudi Makmun Murod di Restoran Bebek Bali pada siang hari, kepada

Endin Sofihara di Hotel Century setelah Ari Malangjudo memberikan

paper bag kepada Dudi Makmun Murod, yaitu sekitar jam 2 siang,

kemudian Hamka Yandhu dan Udju Djuhaeri, Darsup Yusuf,

Sulistyadi dan Suyitno datang ke Jalan Riau No. 17 Menteng yang

diterima oleh Ari Malangjudo.

Bahwa Ari Malangjudo tidak mengetahui maksud pemberian TC

tersebut kepada para anggota Komisi IX DPR RI, melainkan atas

perintah dari Nunun Nurbaeti, dan Ari Malangjudo tidak pernah

diperintah oleh Terdakwa.

Bahwa anggota Komisi IX DPR RI pada saat menerima TC tersebut

tidak mengetahui hubungan antara pemberian TC dengan pemilihan

DGS BI 2004.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka pihak yang

memberikan TC kepada anggota Komisi IX DPR RI adalah Arie

Page 150: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

150

Malangjudo atas perintah dari Nunun Nurbaeti. Dalam peristiwa

pemberian TC dimaksud Terdakwa sama sekali tidak mengetahui. Fakta

tersebut diatas berkesesuaian dengan keterangan Nunun Nurbaeti yang

pada pokoknya menyatakan tidak pernah mendapat perintah dari

Terdakwa untuk membagikan TC kepada anggota Komisi IX DPR RI.

Bahwa sesuai dengan fakta hukum yang memberikan TC adalah Arie

Malangjudo bukan Terdakwa, maka dengan sendirinya unsur memberi

sesuatu menjadi tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

3. Unsur “kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara”;

Bahwa kami tidak akan menguraikan secara mendetail mengenai

kualifikasi dari Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara seperti yang

telah dikemukakan oleh Penuntut Umum. Permasalahan sesungguhnya

adalah bukan pada apakah anggota Dewan tersebut memenuhi

kualifikasi Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara, akan tetapi

apakah TC yang diterima oleh anggota Komisi IX DPR RI tersebut

berasal dari Terdakwa.

Bahwa dari unsur sebelumnya, mengenai unsur memberikan sesuatu

telah kami uraikan bahwa yang memberi adalah Ari Malangjudo atau Ari

Malangjudo atas perintah Nunun Nurbaeti dan bukan dilakukan oleh

Terdakwa, sehingga unsur memberi sesuatu tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan. Karena unsur memberi sesuatu tersebut tidak terbukti

dalam diri Terdakwa, maka unsur kepada Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara dengan sendirinya menjadi tidak terbukti.

Page 151: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

151

4. Unsur “karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan

dalam jabatan”

Menurut R. Wiyono, dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, pelaku tindak

pidana korupsi memberikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara tersebut telah melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. (R.

Wiyono, Pembahasan Undang-undangPemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 63).

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka dasar pemberian sesuatu

kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara tersebut adalah

karena Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya terlebih dahulu. Hal

inilah yang membedakannya dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf b

UU Tipikor yang mengatur pemberian sesuatu tersebut untuk tujuan

agar Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan kewajibannya, yaitu diawali dengan

pemberian yang mengakibatkan Pegawai Negeri atau Penyelenggara

Negara melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.

Berdasarkan konstruksi ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Tipikor

tersebut diatas, maka Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang

menerima sesuatu tersebut, telah melakukan 2 jenis perbuatan

melawan hukum, yaitu: 1) tindakan melakukan sesuatu yang

Page 152: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

152

bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan

dalam jabatannya pada saat sebelum menerima sesuatu dan; 2)

tindakan menerima sesuatu yang dilarang dalam jabatan dan

kedudukannya.

Adapun konstruksi ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Tipikor dapat

dilihat dalam skema berikut:

ta

Berdasarkan konstruksi Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Tipikor tersebut

diatas, maka apabila dihubungkan dengan fakta hukum yang diperoleh

selama pemeriksaan di persidangan sebagai berikut:

a. Bahwa Terdakwa dalam pertemuan dengan para anggota Komisi IX

DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan di Hotel Dharmawangsa maupun

dari Fraksi TNI/Polri di Graha Niaga, tidak pernah meminta kepada

anggota Komisi IX DPR RI tersebut untuk memilih Terdakwa pada

saat pemilihan DGS BI 2004 dimana Terdakwa sebagai salah satu

Skema tindak pidana voltooid sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b UU Tipikor.

Pemberi Sesuatu Pemberi Sesuatu

Pegawai

Negeri/Penyelenggara

Negara 1

3 Tindakan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Memiliki maksud agar dengan pemberian tersebut Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

Tindakan Memberikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

2

4 Tindakan Menerima Sesuatu

Page 153: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

153

calon, termasuk menjanjikan akan memberikan sesuatu apabila para

anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009 memilih Terdakwa.

b. Pemilihan Terdakwa oleh anggota Komisi IX DPR RI berdasarkan

instruksi dari fraksi untuk memilih Terdakwa, karena dinilai lebih

berpengalaman dan kompeten untuk menempati posisi sebagai DGS

BI.

c. Bagi anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi PPP yang tidak memilih

Terdakwa dikarenakan adanya alasan diluar profesionalitas yang

menjadi pandangan partai.

d. Pemilihan DGS BI dilakukan pada tanggal 8 Juni 2004, mulai dari

siang hari sampai dengan malam hari.

e. Para anggota Komisi IX DPR RI menerima TC setelah dilakukan

voting pemilihan DGS BI tahun 2004.

f. Para anggota Komisi IX DPR RI pada saat menerima TC tersebut tidak

pernah mengira ada hubungannya dengan pemilihan DGS BI tahun

2004.

g. Para anggota Komisi IX DPR RI yang tidak memilih Terdakwa juga

menerima TC.

h. Para anggota Komisi IX DPR RI yang memilih Terdakwa pada saat fit

and proper test karena atas perintah fraksi dan menurut penilaian

masing-masing anggota, Terdakwa memiliki kemampuan dan

pengalaman yang lebih dibanding dengan calon yang lain.

Berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, maka perlu dilakukan analisa,

apakah anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009 melakukan suatu

perbuatan yang bertentangan dengan kewajibannya baik dilakukan

maupun tidak dilakukan dalam jabatannya sebelum menerima TC.

Page 154: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

154

Tindakan anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009 yang melakukan

fit and proper test DGS BI 2004 bukanlah merupakan sesuatu yang

bertentangan dengan kewajibannya melainkan merupakan pelaksanaan

kewajiban yang berasal dari perintah undang-undang, yaitu Pasal 41 UU

No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang UU No. 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia yang berbunyi: “Gubernur dan Deputi

Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”.

Tindakan-tindakan anggota Komisi IX DPR RI sebelum menerima TC

yang ada hubungannya dengan Terdakwa adalah anggota Komisi IX DPR

RI dari Fraksi PDIP dan Fraksi TNI/Polri mengadakan pertemuan

dengan Terdakwa yaitu masing-masing di Hotel Dharmawangsa dan di

Kantor Terdakwa di Graha Niaga.

Bahwa mengenai boleh tidaknya pertemuan tersebut dilakukan, oleh

ahli Prof. Burhanuddin Zabir Magenda MA, PhD telah dinyatakan

sebagai hal yang biasa dalam praktek politik di DPR tidak dilarang,

kemudian juga oleh ahli Hukum Tata Negara Prof. Dr. I Gde Pantja

Astawa, SH, MH menyatakan bahwa pertemuan dengan anggota Dewan

oleh calon pejabat publik yang akan dilakukan uji kelayakan dan

kepatutan tidak dilarang menurut peraturan perundang-undangan,

termasuk Tata Tertib DPR RI. Lebih lanjut dikemukakan, pertemuan di

luar Gedung DPR dalam rangka persiapan fit and proper test juga tidak

dilarang dengan calon DGS BI, asal tidak terjadi KKN didalam pertemuan

tersebut.

Page 155: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

155

Dari penjelasan diatas maka telah jelas bahwa pertemuan dengan Fraksi

PDIP dan Fraksi TNI/Polri tersebut tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, pertanyaan selanjutnya

adalah apakah dalam pertemuan tersebut terdapat suatu tindakan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi Izedrik Emir Moeis yang

bersesuaian dengan keterangan Agus Condro dan Dudhie Makmun

Murod dalam pertemuan di Hotel Dharmawangsa adalah untuk

mengetahui kapabilitas Terdakwa sebagai calon DGS BI. Pada saat

pertemuan tersebut Terdakwa tidak pernah meminta untuk dipilih

ataupun meminta untuk ditanyakan masalah internal keluarga, dan yang

paling utama dalam pertemuan tersebut tidak pernah terdapat janji dari

Terdakwa untuk memberikan sesuatu kepada anggota Komisi IX DPR RI

yang hadir pada saat itu.

Dari penjelasan mengenai pertemuan tersebut terlihat jelas bahwa

pertemuan di Hotel Dharmawangsa tidak bertentangan dengan

kewajiban anggota Komisi IX DPR RI baik dilakukan dalam jabatannya

maupun tidak dilakukan dalam jabatannya.

Kemudian Terdakwa melakukan pertemuan dengan Fraksi TNI/Polri di

kantor Terdakwa gedung Graha Niaga. Pertemuan tersebut

dilatarbelakangi dari adanya pertemuan di Hotel Dharmawangsa

dengan Fraksi PDIP, dimana dalam pertemuan tersebut Terdakwa

merasa baik apabila bisa menggali hal-hal apa yang diinginkan oleh

anggota Dewan apabila nanti kelak terpilih sebagai DGS BI, pada saat

pertemuan tersebut juga Terdakwa dapat mengklarifikasi mengenai

Page 156: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

156

rumor-rumor menyangkut internal keluarga yang dapat mengarah

kepada isu gender dan agama.

Karena melihat manfaat dari Pertemuan dengan Fraksi PDIP tersebut

kemudian Terdakwa menghubungi semua fraksi akan tetapi yang

bersedia dan waktunya tepat adalah Fraksi TNI/Polri.

Bahwa fakta tersebut diatas bersesuaian dengan keterangan dari

Darsup Yusuf, Suyitno dan Udju Djuhaeri pada saat pemeriksaan di

persidangan yang pada pokoknya menyatakan bahwa pertemuan

tersebut merupakan silaturahmi serta membahas hal-hal yang akan

dilakukan oleh Terdakwa apabila terpilih menjadi DGS BI menyangkut

masalah moneter. Dalam pertemuan tersebut tidak pernah dibicarakan

mengenai permintaan dukungan kepada Fraksi TNI/Polri agar memilih

Terdakwa pada saat fit and proper test DGS BI dan Terdakwa juga tidak

pernah menyampaikan untuk tidak menanyakan masalah keluarga,

serta Terdakwa juga tidak pernah menjanjikan memberikan sesuatu

kepada anggota Fraksi TNI/Polri tersebut.

Berkaitan penjelasan diatas, maka baik pertemuan maupun isi

pertemuan yang dilakukan Terdakwa dengan anggota Komisi IX DPR RI

Fraksi PDIP dan Fraksi TNI/Polri masing-masing di Hotel

Dharmawangsa dan Graha Niaga tidak terdapat hal-hal yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menyangkut pemberian hadiah atau janji dalam hubungannya dengan

kewajiban Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara, menurut Andi

Hamzah, jika seseorang memberi gratifikasi (hadiah atau janji) kepada

seorang Pegawai Negeri, supaya Pegawai Negeri itu melakukan

kewajibannya dengan baik tidak dapat dipidana. Bagian inti delik

Page 157: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

157

“supaya Pegawai Negeri itu melalaikan kewajibannya atau berlawanan

dengan kewajibannya” tidak terpenuhi. Demikianlah sehingga Arsyad

mantan Direktur Keuangan BNI 46 dibebaskan dari dakwaan memberi

suap kepada pejabat Polri oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hari

Selasa tanggal 22 Mei 2007. Pemberian uang kepada pejabat Polri itu

atas permintaan pejabat itu sebagai biaya mengejar pembobol BNI 46

Adrian Woworuntu dkk., agar uang BNI bisa kembali. Jika Arsyad

memberi uang supaya Polri jangan mengejar pelaku korupsi barulah

terpenuhi bagian inti delik tersebut. (Andi Hamzah, Pemberantasan

Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Edisi Revisi,

Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2007, halaman 223).

Bahwa dalam Surat Tuntutannya, Penuntut Umum pada bagian

pembahasan unsur a quo, pada halaman 170-171 menyatakan:

“pertemuan-pertemuan yang dilakukan antara Terdakwa selaku calon DGSBI dengan Para Anggota DPR RI Komisi IX selaku penguji dalam uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test dalam rangka pemilihan DGS BI sebelum pelaksanaan fit and proper test baik yang difasilitasi oleh Nunun Nurbaeti, pertemuan Terdakwa dengan anggota Fraksi TNI Polri di Kantor Terdakwa dengan permintaan persoalan pribadi tidak ditanyakan, maupun pertemuan dengan fraksi PDIP Komisi IX DPR RI di Hotel Dharmawangsa atas biaya dari Terdakwa, yang ditindaklanjuti dengan adanya perbuatan pemberian TC BII kepada seluruh anggota DPR RI Komisi IX yang melakukan fit and proper test terhadap Terdakwa adalah perwujudan dari perbuatan Kolusi yang merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi yang diwarnai dengan pemberian TC BII sebagai pelicin agar segala urusan menjadi lancar ataupun permintaannya dikabulkan. Perbuatan yang mencederai objektifitas dalam penyelenggaraan Negara ini bertentangan dengan Pasal 3 dan 5 butir 4 Undang-undangNo. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dimana penyelenggaraan Negara harus dilakukan berdasarkan asas keterbukaan dan larangan melakukan perbuatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Hal ini merupakan rangkaian petunjuk bahwa pemberian sesuatu berupa TC BII oleh Terdakwa bersama-sama dengan Nunun Nurbaeti melalui Ari Malangjudo kepada anggota Komisi IX DPR RI karena

Page 158: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

158

anggota Komisi IX DPR RI telah berbuat yang bertentangan dengan kewajibannya terkait upaya pemenangan Terdakwa dalam pemilihan DGS BI”.

Bahwa uraian dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum tersebut diatas

adalah tendensius dan cenderung melakukan segala upaya, tanpa dapat

membuktikan, menghubungkan suatu perbuatan dengan perbuatan

lainnya tanpa ukuran yang jelas serta menentukan perbuatan tersebut

sebagai perbuatan Kolusi.

Tindakan Penuntut Umum yang menyatakan perbuatan yang

bertentangan dengan kewajiban DPR adalah Perbuatan tersebut Kolusi,

akan tetapi Penuntut Umum tidak menguraikan perbuatan kolusi yang

dimaksud. Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Penyelenggaraan Negara

Yang Bebas dan Bersih dari KKN menyebutkan:

“Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-penyelengara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan Pihak Lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau Negara”.

Bahwa dalam penyusunan tuntutan tersebut, terlihat jelas Penuntut

Umum hanya mencari-cari alasan yang sebenarnya tidak logis, apabila

maksud Penuntut Umum perbuatan yang bertentangan dengan

kewenangan anggota DPR RI adalah melakukan kolusi dengan

Terdakwa, Penuntut Umum tidak menjelaskan hal apa yang dilakukan

secara melawan hukum, dan siapa yang dirugikan dari perbuatan

kerjasama tersebut dan berapa kerugianyang timbul.

Fakta-fakta yang menyatakan bahwa dalam pertemuan, Terdakwa

meminta supaya tidak ditanyakan masalah keluarga kepada anggota

Komisi IX DPR RI adalah keliru dan bukanlah merupakan fakta hukum

yang terungkap dalam proses pemeriksaan di persidangan.

Page 159: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

159

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertemuan maupun isi

pertemuan antara Terdakwa dan anggota Komisi IX DPR RI tidak

terdapat hal-hal yang bersifat Kolusi, Korupsi atau Nepotisme.

Pertemuan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

udangan yang berlaku, oleh karena tindakan tersebut bukanlah

perbuatan yang melawan hukum.

Penuntut Umum juga menyatakan perbuatan tersebut mencederai

objektifitas dalam Penyelenggaraan Negara. Lagi-lagi Penuntut Umum

mengemukakan pendapatnya tidak secara jelas Penyelenggaraan

Negara yang mana yang tercedarai objektifitasnya. Apabila yang

dimaksud oleh Penuntut Umum dengan adanya pertemuan tersebut

anggota Komisi IX DPR RI yang akan mengadakan fit and proper test

menjadi tidak objektif adalah keliru dan tidak beralasan.

Bahwa mengenai adanya pertanyaan keluarga oleh para anggota DPR RI

pada saat fit and proper test pemilihan Gubernur BI tahun 2003 adalah

dikarenakan adanya penyebaran pamphlet-pamlet dan surat aduan

kepada para anggota DPR RI tersebut sebagaimana telah diungkap

dipersidangan melalui keterangan saksi Paskah Suzetta, Izedrik Emir

Moeis, yang kemudian mengenai pertanyaan masalah keluarga tersebut

telah dijelaskan oleh Terdakwa pada saat fit and proper test tersebut.

Sedangkan pada saat fit and proper test DGS BI tahun 2004 mengenai

permasalahan keluarga sudah tidak ditanyakanlagi oleh anggota DPR RI

dikarenakan penyebaran pamlet-pamflet tersebut sudah tidak ada lagi

dan permasalahan keluarga tersebut sudah dijelaskan kepada para

anggota DPR RI.

Page 160: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

160

Oleh karena itu pernyataan Penuntut Umum yang pada pokoknya

menyatakan tidak terpilihnya terdakwa pada saat fit and proper test DG

BI tahun 2003 dikarenakan alasan integritas moral yang berkaitan

dengan masalah pribadi sehingga pada saat pemilihan DGS BI tahun

2004 perlu memberikan TC adalah tidak beralasan karena penilaian

gagal nya Terdakwa dalam voting DG BI tahun 2003 bukan karena

ditanyakan masalah keluarga. Pemilihan DG BI tahun 2003 merupakan

proses politik dimana pada saat pemilihan tersebut sangat tergantung

pada subjektifitas para anggota DPR RI sesuai dengan kultur politik

pada saat itu, dimana adanya pandangan tertentu yang mendiskreditkan

gender dan keyakinan tertentu untuk menjadi pemimpin.

Sudah jelas bahwa setiap anggota Komisi IX DPR RI dalam pemeriksaan

di persidangan sebagai saksi sudah menyatakan bahwa Terdakwa

memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih untuk menjabat

sebagai DGS BI dibandingkan dengan calon yang lain, justru yang tidak

memilih Terdakwa-lah yang tidak objektif yaitu mengabaikan mengenai

kemampuan dan pengalaman Terdakwa demi perintah fraksi tertentu

dengan alasan tertentu yang diluar alasan profesionalitas.

Pernyataan Penuntut Umum “Hal ini merupakan rangkaian petunjuk

…” menunjukkan Penuntut Umum tidak dapat membuktikan secara jelas

perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban anggota DPR RI

dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, sehingga Penuntut

Umum hanya merangkai-rangkai fakta yang pada akhirnya

membingungkan dan tidak jelas maksudnya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka unsur karena atau

berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,

Page 161: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

161

dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya tidak terbukti oleh

karena itu Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan Kesatu dan

dakwaan Kedua Penuntut Umum.

Selain berdasarkan ketentuan tersebut diatas, karena kasus a quo

menyangkut dan berkaitan dengan perkara lain yang diproses secara

terpisah, yaitu perkara yang menyangkut mengenai para penerima TC,

dimana telah dipidana dengan putusan yang telah berkekuatan hukum

tetap, yaitu melanggar ketentuan Pasal 11 UU Tipikor, Seharusnya

apabila penerima dihukum dengan Pasal 11 UU Tipikor tersebut, maka

pihak yang diduga memberikan TC harus dikenakan dengan Pasal 13 UU

Tipikor.

Adapun konstruksi ketentuan antara Pasal 11 UU Tipikor dengan Pasal

13 UU Tipikor dapat dilihat dalam tabel berikut.

Pasal 11 UU Tipikor Pasal 13 UU Tipikor

Dipidana dengan pidana penjara ….., pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara….

Dari perbandingan diatas, jelas terlihat adapun padanan Pasal 11 UU

Tipikor adalah Pasal 13 UU Tipikor. Walaupun tidak terdapat norma

yang secara tegas mengatur bahwa seseorang hanya dapat dituntut atas

suatu ketentuan tertentu, akan tetapi atas suatu peristiwa pidana

Page 162: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

162

tertentu, dimana pelaku sudah dipidana karena melanggar suatu

ketentuan tertentu maka Terdakwa seharusnya didakwa dengan

ketentuan pasal yang berkesesuaian.

Masalah penerapan pasal yang diduga memberi TC tersebut dengan

ketentuan Pasal 13 UU Tipikor juga untuk menciptakan keseragaman

pendapat, sehingga terhindar dari preseden ketidakpastian hukum

seperti yang pernah terjadi mengenai pengajuan Peninjauan Kembali

oleh Jaksa Penuntut Umum, oleh Mahkamah Agung diterima akan tetapi

dalam perkara lain di tolak dengan alasan normatif, sikap ini dapat

menimbulkan ketidakpastian hukum dan bersifat merugikan para

pencari keadilan serta memperburuk citra lembaga penegak hukum itu

sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Terdakwa yang didalam

uraian fakta diduga bersama-sama atau menganjurkan Nunun Nurbaeti

melakukan tindakan suap dalam Dakwaan Pertama dan Dakwaan Kedua

adalah bertentangan dengan putusan atas perkara lain (Penerima TC)

serta bertentangan dengan sifat kualifikasi delik disamping tidak

terbuktinya unsur karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam

jabatannya oleh karena itu dakwaan Pertama dan dakwaan Kedua harus

dinyatakan batal demi hukum.

Pernyataan Penuntut Umum, pada halaman 138 Surat Tuntutannya

yang menyatakan pada pokoknya bahwa meskipun para penerima TC

dipidana karena melanggar ketentuan Pasal 11 UU Tipikor, maka belum

tentu mereka tidak terbukti melakukan sebagaimana yang didakwakan

sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) huruf b UU

Page 163: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

163

Tipikor. Bahwa pernyataan Penuntut Umum tersebut sangat keliru

karena telah menilai suatu pertimbangan hukum dalam putusan yang

telah berkekuatan hukum tetap dalam perkara atas nama Hamka

Yandhu dan Dudhie Makmun Murod.

Terkait dengan permasalahan penentuan suap, menurut Andi Hamzah,

walaupun Pasal 209 KUHP (Penyuapan Aktif) berpasangan degan Pasal

418 KUHP dan 419 KUHP (Penyuapan Pasif), penuntutan tidaklah harus

serempak. Walaupun yang menyuap belum/tidak dituntut, Penerima

Suap tetap dapat dituntut, demikian putusan Mahkamah Agung tanggal

13 Desember 1960, dalam rangka hubungan Pasal 209 KUHP

(Penyuapan Aktif) dengan Pasal 418 KUHP dan Pasal 419 KUHP

(Penyuapan Pasif), si Penyuap harus mengetahui bahwa pejabat itu

dalam memenuhi keinginannya tidak menepati kewajibannya (HR. 13

November 1893). (Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum

Pidana Nasional dan Internasional, edisi revisi 2007, Grafindo, Jakarta,

halaman 219).

Dalam ketentuan Pasal 11 UU Tipikor tersebut tidak dipersyaratkan

Penerima hadiah tersebut telah melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Tipikor.

Bahwa tidak bisa di pungkiri Penerima TC telah dihukum berdasarkan

putusan yang berkekuatan hukum tetap sebagai Penerima hadiah janji,

maka yang harus dicari dan dimintakan pertanggungjawaban pidananya

adalah Pemberi hadiah atau janji, karena tidak mungkin ada Penerima

hadiah/janji kalau tidak ada Pemberi hadiah atau janji, dan tidak

mungkin pula ada Pemberi suap tanpa adanya Penerima suap, oleh

Page 164: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

164

karena itu pernyataan Penuntut Umum tersebut tidak berdasar hukum

dan harus diabaikan.

5. Unsur “Penyertaan” dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

Bahwa ketentuan mengenai Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, untuk

membuktikan adanya unsur penyertaan pada Terdakwa harus

dibuktikan terlebih dahulu mengenai kapasitas Terdakwa apakah dalam

kapasitas sebagai pelaku (pleger) atau turut serta melakukan

(medepleger) atau menyuruh lakukan (doenpleger).

Bahwa dalam dakwaannya Penuntut Umum tidak secara jelas

mengemukakan kualitas dari Terdakwa, Penuntut Umum hanya

menggunakan istilah “bersama-sama” yang dalam teori penyertaan

bersifat membingungkan, karena penyertaan yang dikenal dalam Pasal

55 ayat (1) ke 1 KUHP hanya pelaku (pleger) atau turut serta melakukan

(medepleger) atau menyuruh lakukan (doenpleger).

Bahwa dalam surat tuntutannya Penuntut Umum menyatakan pada

pokoknya bahwa Terdakwa dalam kapasitas sebagai turut serta

melakukan (medepleger), akan tetapi pendapat Penuntut Umum

tersebut adalah keliru karena selain fakta yang digunakan oleh Penuntut

Umum bukan fakta hukum yang dapat digunakan sebagai dasar

melakukan analisa, serta adanya kekeliruan dari Penuntut Umum dalam

melakukan analisa bahwa Terdakwa turut serta (medepleger) dengan

Nunun Nurbaeti.

Adapun doktrin terhadap “turut serta” (medepleger) antara lain adalah:

Van Hammel dan Trapman berpendapat bahwa turut serta melakukan

(medeplegen) itu terjadi apabila perbuatan masing-masing peserta

Page 165: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

165

memuat “semua unsur-unsur tindak pidana” yang bersangkutan. (

Utrecht, Hukum Pidana II, Op.cit., halaman 112).

Pompe sebagaimana yang dikemukakan dalam buku Moeljatno, lebih

kurang pendapatnya sama dengan Simons, “medeplegen” berarti “mede”

(bersama) dengan seorang atau lebih melaksanakan “strafbaarfeit”,

dalam makna bahwa masing-masing atau setidak-tidaknya mereka itu

semua melaksanakan unsur-unsur “strafbaarfeit” tersebut. Dalam

perkiraan Moeljatno, “medeplegen” menurut Pompe tidak harus

melakukan “delicts handeling” (perbuatan yang mewujudkan delik),

tetapi ia harus melakukan “uit voerings handeling” (perbuatan

pelaksanaan) bersama-sama dengan orang lain.

(Moeljatno, Hukum Pidana. Delik-Delik Percobaan. Delik-delik

Penyertaan, Bina Aksara, Jakarta, Cet. I. November 1983, hal. 110-111).

E. Utrecht, Dengan mengikuti pendapat H.R. (Hoge Raad) tanggal 29

Oktober 1934, menyatakan bahwa unsur-unsur turut melakukan

(medeplegen):

a. Antara para peserta ada satu kerja sama yang diinsyafi (bewuste

samenwerking);

b. Para peserta bersama telah melaksanakan (gezamenlijke uitvoering).

(Utrecht. E, Hukum Pidana II, Penerbit Universitas, Bandung, Cet II, 1965,

hal.32)

Andi Zainal Abidin dan Andi Hamzah menyatakan “para pelaku –

peserta (medeplegers) ialah dua atau lebih orang bekerja sama secara

sadar dan bersama-sama melakukan perbuatan-perbuatan yang secara

keseluruhan mewujudkan delik ataupun sesuai dengan kesepakatan

Page 166: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

166

pembagian peran, seorang melakukan perbuatan yang sangat penting

bagi terwujudnya delik. (A.Z. Abidin dan A. Hamzah, Bentuk-bentuk

Khusus Perwujudan Delik (Percobaan, Penyertaan dan Gabungan Delik)

dan Hukum Penintensier, Sumber Ilmu Jaya, Jakarta, 2002, hal 190).

Lebih lanjut menurut Moeljatno: Hakekat “turut serta (medeplegen)”

dengan berpegang kepada syarat yang telah disebutkan oleh Pompe,

yaitu setidak-tidaknya mereka itu semua melakukan unsur perbuatan

pidana. ini tidak berarti bahwa masing-masing harus melakukan bahkan

tentang apa yang dilakukan oleh peserta atau yang tidak mungkin

dilakukan peserta, sangat tergantung dari masing-masing keadaan. Akan

tetapi yang pasti adalah adanya kerjasama yang erat antara mereka

diwaktu melakukan perbuatan pidana. Justru dengan adanya kerja sama

yang erat antara para peserta sewaktu dilakukan perbuatan itulah,

maka dalam batas-batas yang ditentukan dalam undang-udang “tiap-

tiap peserta juga bertanggung jawab atas perbuatan peserta

lainnya”.(Moeljatno, Hukum Pidana. Delik-delik Percobaan. Delik-delik

Penyertaan, Bina Aksara, Jakarta, Cetakan I, November 1983, halaman

110-111).

Menurut Loebby Loqman, Turut Serta (medepleger) yaitu mereka yang

ikut serta dalam suatu tindak pidana. Terdapat syarat dalam bentuk

mereka yang turut serta, antara lain:

a. Adanya kerjasama secara sadar dari setiap peserta tanpa perlu ada

kesepakatan, tapi harus ada kesengajaan untuk mencapai hasil

berupa tindak pidana.

b. Ada kerja sama pelaksanaan secara fisik untuk melakukan tindak

pidana.

Page 167: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

167

Setiap peserta pada turut melakukann diancam dengan pidana yang

sama. (Loebby Loqman, Percobaan, Penyertaan dan Gabungan Tindak

Pidana, (Jakarta: Universitas Tarumanegara UPT Penerbitan, 1995),

halaman 59).

Dari berbagai doktrin diatas, maka untuk terpenuhinya adanya suatu

keadaan turut serta melakukan, harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Para peserta bersama telah melaksanakan suatu perbuatan

(gezamenlijke uitvoering).

b. Antara para peserta ada satu kerja sama yang erat secara sadar yang

diinsyafi (bewuste samenwerking);

Sehubungan dengan suatu kerja sama yang sadar, PAF Lamintang

menyebutkan bahwa untuk adanya medeplegen itu justru yang perlu

diperhatikan ialah ada atau tidak adanya suatu volledig en nauwe atau

adanya suatu kerja sama yang lengkap dan bersifat demikian eratnya

diantara para peserta di dalam kejahatan, oleh karena tidak adanya

kerjasama seperti itu, kita juga tidak dapat berbicara mengenai adanya

suatu medeplegen. (PAF Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana

Indonesia, Cetakan Ketiga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, halaman

623).

Bahwa adapun fakta-fakta yang terungkap dalam proses pemeriksaan di

persidangan adalah sebagai berikut:

1. Terdakwa tidak pernah meminta diperkenalkan atau dipertemukan

dengan anggota Komisi IX DPR RI kepada Nunun Nurbaeti

sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum.

Page 168: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

168

2. Terdakwa tidak pernah bertemu dengan Paskah Suzetta, Hamka

Yandhu dan Endin Sofihara di Cipete di rumah Nunun Nurbaeti

sehingga Terdakwa maupun anggota DPR RI tidak pernah

mengucapkan kata-kata ini bukan proyek thank you ya.

3. Terdakwa tidak pernah mengetahui mengenai tindakan Arie

Malangjudo untuk memberikan TC BII kepada anggota DPR RI Komisi

IX periode 2004-2009.

4. Ari Malangjudo tidak mengetahui tujuan pemberian TC BII tersebut

dan juga anggota Komisi IX DPR RI dalam kesaksiannya tidak

mengetahui maksud pemberian dari TC BII tersebut sebelum adanya

pernyataan Agus Condro di Media.

5. Bahwa hal tersebut juga bersesuaian dengan keterangan Nunun

Nurbaeti yang menyatakan tidak pernah diperintahkan oleh

Terdakwa untuk memberikan TC kepada anggota Komisi IX DPR RI

dan juga tidak pernah memberikan TC kepada Ari Malangjudo, serta

keterangan anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi PDIP yang pada

pokoknya menyatakan bahwa pemilihan Terdakwa didasarkan pada

keputusan fraksi, bukan keputusan individu.

6. Bahwa Udju Djuhaeri dan Endin Soefihara yang menerima TC tidak

memilih Terdakwa sebagai DGS BI tahun 2004.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka Terdakwa tidak

pernah melakukan suatu perbuatan apapun dalam rangka pemberian

TC kepada para anggota Komisi IX DPR RI yang dikualifisir sebagai

suatu delik. Pemberian TC kepada para anggota Komisi IX DPR RI

dilakukan oleh Arie Malangjudo atau Ari Malangjudo atas perintah

dari Nunun Nurbaeti. Terdakwa tidak pernah melakukan suatu

perbuatan apapun yang menjadikan terjadinya suatu delik yang

Page 169: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

169

sempurna. Oleh karena itu Terdakwa dengan Nunun Nurbaeti tidak

memiliki suatu kerja sama yang disadari atau diinsyafi.

Fakta lain yang mendukung tidak adanya kerjasama yang dinsyafi

antara Terdakwa dan Nunun Nurbaeti adalah bahwa selama proses

pemeriksaan dipersidangan tidak pernah terbukti terdapat suatu

komunikasi yang intensif ataupun fakta lainnya yang dapat

menunjukkan bahwa antara Terdakwa dengan Nunun Nurbaeti sama-

sama memiliki tujuan untuk memberikan TC kepada anggota Komisi IX

DPR RI demi memenangkan Terdakwa sebagai DGS BI.

Mengenai adanya kesadaran para pelaku dalam turut serta

dikemukakan oleh Prof. Langemeijer yang menyatakan bahwa apabila

kesadaran tentang adanya suatu kerja sama itu ternyata tidak ada, maka

orang juga tidak dapat mengatakan bahwa disitu terdapat suatu

perbuatan turut melakukan. (PAF Lamintang, Dasar-Dasar Hukum

Pidana Indonesia, Cetakan Ketiga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997,

halaman 629).

Berdasarkan hal tersebut, maka antara Terdakwa (bersama-sama dalam

dakwaan) dengan pelaku (pleger) tidak terdapat niat dan kehendak

yang sama, Nunun Nurbaeti menyatakan tidak pernah diminta

Terdakwa untuk memberikan TC kepada anggota Komisi IX DPR RI,

Terdakwa tidak pernah mengetahui pemberian TC, pemberian TC

dilakukan oleh Arie Malangjudi tanpa diketahu oleh Terdakwa, para

penerima TC tidak mengetahui adanya hubungan antara TC tersebut

dengan pemilihan DGS BI tahun 2004, penerima TC ada yang tidak

memilih Terdakwa sebagai DGS BI tahun 2004. Oleh karenanya secara

Page 170: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

170

hukum unsur bersama-sama (turut serta melakukan) harus dinyatakan

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Bahwa dalam surat tuntutan Penuntut Umum pada halaman 155-156

yang menyatakan pada pokoknya bahwa Terdakwa memiliki hubungan

sangat dekat sebagai Teman dengan Nunun Nurbaeti, Terdakwa sering

berkunjung ke rumah Nunun Nurbaeti, Nunun Nurbaeti sering

berkunjung ke kantor Terdakwa bahkan bersama cucunya dan Nunun

Nurbaeti banyak kenal dengan para anggota Komisi IX DPR RI, lebih-

lebih anggota Komisi IX DPR RI banyak yang menjadi anggota

persatuan/ikatan orang sunda.

Berdasarkan fakta-fakta yang dikemukakan oleh Penuntut Umum

tersebut, Penuntut Umum berkesimpulan sangat logis bila Terdakwa

meminta bantuan Nunun Nurbaeti untuk memperlancar keinginan lolos

DGS BI tahun 2004, dan sangat tidak nalar sebagai teman dekat Nunun

Nurbaeti melakukan perbuatan untuk kepentingan Terdakwa tanpa

persetujuan atau kerja sama dengan Terdakwa.

Bahwa Pernyataan Penuntut Umum di atas adalah merupakan pendapat

pribadi dari analisis pribadi semata bukan merupakan hasil analisis

yang berdasarkan fakta yang terungkap dalam proses pemeriksaan di

persidangan yang seharusnya menjadi acuan untuk mencari kebenaran

materiel, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu

perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana

secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku

yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum yang

menjadi tujuan dari KUHAP sebagaimana Pedomana Pelaksanaan

KUHAP. (Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Page 171: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

171

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana). Oleh karena itu pendapat

Penuntut Umum tersebut bersifat tendensius dan tidak didasarkan pada

fakta hukum yang terungkap di persidangan melainkan hanya

berdasarkan pada asumsi atau dugaan atau perkiraan Penuntut Umum

semata.

Bahwa Terdakwa sudah menjadi DG BI sejak tahun 1997 dimana dalam

melaksanakan tugas tersebut sering melakukan rapat dengan anggota

Komisi IX DPR RI sebagai mitra kerja BI, oleh karena itu Terdakwa

sudah mengenal para anggota Komisi IX DPR RI yaitu Paskah Suzetta,

Endi Sofihara dan Hamka Yandhu sejak lama sebagaimana juga telah

diakui oleh para anggota Komisi IX DPR RI tersebut, oleh karena itu

Terdakwa tidak membutuhkan keberadaan Nunun Nurbaeti hanya

untuk kepentingan memperkenalkan atau mempertemukan dengan

anggota DPR RI.

Berdasarkan hal tersebut pula Terdakwa yang memiliki keyakinan atas

kapasitas dan kemampuannya setelah bertemu dengan Fraksi PDIP di

Hotel Dharmawangsa dan Fraksi TNI/Polri yang bersedia untuk hadir

karena memiliki waktu yang tepat, bahwa pertemuan tersebut

merupakan inisiatif Terdakwa sendiri tanpa bantuan dari Nunun

Nurbaeti.

Bahwa kemudian karena alasan kemampuan dan kapasitas tersebutlah

Terdakwa dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota DPR tidak

meminta untuk dipilih sebagaimana juga diakui oleh Agus Condro,

Izedrik Emir Moies, Paskah Suzetta, Hamka Yandhu, para anggota Fraksi

TNI/Polri dalam pemeriksaan di persidangan. Karena merasa memiliki

kemampuan dan kapasitas tersebut, Terdakwa juga tidak pernah

Page 172: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

172

menjanjikan akan memberikan sesuatu agar dirinya terpilih sebagai

DGS BI. Fakta ini bersesuaian dengan keterangan para anggota Komisi IX

DPR RI yang pada awalnya tidak menyadari bahwa TC tersebut ada

kaitannya dengan pemilihan DGS BI. Uraian keterangan saksi yang

saling bersesuaian dengan saksi yang lain dan bersesuaian dengan

fakta-fakta berdasarkan keterangan saksi-saksi lain tersebut telah

mematahkan uraian fakta yang dibangun oleh Penuntut Umum.

Fakta yang terungkap dalam persidangan yang menyatakan kunjungan

1 (satu) atau 2 (dua) kali Terdakwa ke rumah Nunun Nurbaeti dan

pertemuan Nunun Nurbaeti di kantor Terdakwa setelah Terdakwa

terpilih sebagai DGS BI yang dinilai oleh Penuntut Umum sebagai

pertemuan yang sering merupakan pendapat yang sangat subjektif

dan tidak berdasar apalagi Penuntut Umum mencoba menggunakan

pertemuan dengan membawa serta cucu menunjukkan antara

Terdakwa dengan Nunun Nurbaeti memiliki hubungan yang sangat

akrab adalah mengada-ada.

Suatu pendapat seharusnya didasarkan kepada fakta hukum yaitu fakta

yang diperoleh berdasarkan 2 alat bukti yang sah. Pendapat yang tidak

didasarkan kepada fakta dapat menyebabkan penegakkan hukum

menjadi salah arah yaitu dapat menghukum orang yang tidak bersalah

menjadi bersalah. Masalah kesalahan dalam penegakkan hukum sudah

pernah terjadi dalam sejarah sistim peradilan kita sebagai contoh kasus

adalah kasus Sengkon dan Karta, kasus Asrori, dan kasus pasangan

Risman dan Rostin di Gorontalo, yang ternyata dikemudian hari terbukti

bahwa mereka yang tidak bersalah telah dijatuhi pidana bersalah.

Page 173: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

173

Pernyataan Penuntut Umum yang menyatakan bahwa Nunun Nurbaeti

banyak kenal dengan para anggota Komisi IX DPR RI, lebih-lebih

anggota Komisi IX DPR RI banyak yang menjadi anggota

persatuan/ikatan orang sunda merupakan pendapat yang berlebihan,

Penuntut Umum tidak pernah menjelaskan dan kami yakin tidak akan

bisa menjelaskan siapa saja dan berapa banyak anggota Komisi IX DPR

RI yang merupakan orang sunda seperti dimaksud Penuntut Umum

yang masuk dalam persatuan/ikatan orang sunda tersebut yang dikenal

oleh Nunun Nurbaeti.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka antara Terdakwa dengan

Nunun Nuraeti tidak terdapat suatu kerjasama yang diinsyafi untuk

memberikan TC BII kepada anggota Komisi IX DPR RI, oleh karena itu

unsur Turut Serta (medepleger) tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan, oleh karena itu Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan

Pertama dan dakwaan Ketiga.

6. Unsur “menganjurkan/menggerakkan (uitloker)”

Bahwa walaupun Penuntut Umum hanya menuntut Terdakwa

melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Pertama, maka

kami akan menguraikan unsur menganjurkan/menggerakkan

(uitloker) dalam dakwaan Kedua dan dakwaan Keempat.

Menurut Profesor van HAMEL merumuskan uitloking itu sebagai suatu

bentuk delneeming atau keturut sertaan berupa: kesengajaan

menggerakkan orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan pada

dirinya sendiri untuk melakukan suatu tindak pidana dengan

menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh UUkarena telah

Page 174: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

174

tergerak, orang tersebut kemudian telah dengan sengaja melakukan

tindak pidana yang bersangkutan”.

Lebih lanjut dikemukakan, untuk adanya uitloking itu haruslah dipenuhi

dua syarat objektif, yaitu:

1. Bahwa perbuatan yang telah digerakkan untuk dilakukan oleh orang

lain itu harus menghasilkan suatu voltooid delict atau suatu delik

yang selesai, yang menghasilkan suatu strafbaar poging atau suatu

percobaan yang dapat dihukum.

2. Bahwa tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang itu

disebabkan karena orang terebut telah tergerak oleh suatu uitloking

yang dilakukan oleh orang laindengan menggunakan salah satu cara

yang telah disebutkan didalam Pasal 55 ayat (1) angka 2 KUHP.

Bahwa berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dipersidangan

diperoleh fakta hukum sebagai berkut:

Terdakwa tidak pernah meminta diperkenalkan atau dipertemukan

dengan anggota Komisi IX DPR RI kepada Nunun Nurbaeti

sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum.

Terdakwa tidak pernah bertemu dengan Paskah Suzetta, Hamka

Yandhu dan Endin Sofihara di rumah Nunun Nurbaeti di Jalan Cipete

Raya No. 39 C sehingga ucapan “ini bukan proyek thank you ya”

sebagaimana yang dikemukakan oleh Nunun Nurbaeti tidak pernah

ada.

Terdakwa tidak pernah meminta, menyuruh atau menganjurkan

Nunun Nurbaeti untuk memberikan TC kepada para anggota Komisi

IX DPR RI dalam rangka pemilihan DGS BI tahun 2004.

Page 175: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

175

Terdakwa bukan pemegang dan pemilik TC yang diserahkan dan

diberikan kepada anggota Komisi IX DPR RI dalam rangka pemilihan

DGS BI tahun 2004.

Bahwa Terdakwa tidak mengetahui sama sekali mengenai hal-hal

yang terkait dengan penyerahan dan pemberian TC yang dilakukan

oleh pihak Nunun Nurbaeti dan Ari Malangjudo kepada anggota

Komisi IX DPR RI dalam rangka pemilihan DGS BI tahun 2004.

Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, maka Terdakwa tidak

terbukti melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh

Penuntut Umum dalam dakwaan Kedua dan dakwaan Keempat dalam

Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP.

Menurut Rammelink, tidak semua tindak pembujukan diancam dengan

sanksi pidana tergantung pada (ada/tidaknya) sejumlah sarana

pembujukan yang diperinci dengan tegas oleh perundang-undangan.

(Rammelink, Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari

Kitab UUHukum Pidana Belanda dan Padananya Dalam Kitab UUHukum

Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, halaman 329)

Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP mensyaratkan mengenai cara-cara

melakukan pembujukan seperti: memberi atau menjanjikan sesuatu,

dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,

ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana

atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain melakukan suatu

perbuatan pidana.

Bahwa selama proses pemeriksaan di persidangan, tidak ada satupun

fakta hukum yang menunjukkan bahwa Terdakwa memberi atau

Page 176: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

176

menjanjikan sesuatu kepada Nunun Nurbaeti, atau Terdakwa telah

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, baik dengan kekerasan

atau ancaman ataupun melakukan penyesatan. Terdakwa juga tidak

pernah memberi kesempatan, sarana atau keterangan agar Nunun

Nurbaeti melakukan pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI

tahun 2004.

Penuntut Umum telah salah dalam menilai posisi Terdakwa, karena

selama proses persidangan tidak terdapat hubungan apapun antara

Terdakwa dengan Nunun Nurbaeti dalam hubungan pemberian TC

kepada anggota Komisi IX DPR RI, quad non Nunun Nurbaeti dianggap

terbukti melakukan pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI,

maka dalam pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR RI oleh

Nunun Nurbaeti tersebut tidak terdapat suatu sifat pembujukan atau

menganjurkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) ke 2.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka unsur menganjurkan kepada

Nunun Nurbaeti untuk melakukan suatu delik dalam Pasal 55 ayat (1)

ke-2 dalam dakwaan Kedua dan dakwaan Keempat tidak terbukti secara

sah dan meyakinkan.

7. Dakwaan Ketiga dan Dakwaan Keempat Daluarsa

Dalam dakwaan Ketiga dan Keempat, Terdakwa telah didakwa diduga

melakukan sesuatu perbuatan yaitu secara bersama-sama dengan

Nunun Nurbaeti atau menganjurkan Nunun Nurbaeti memberi hadiah

atau janji kepada anggota Komisi IX DPR RI periode 2004-2009.

Bahwa sebagaimana telah kami uraikan sebelumnya, bahwa Terdakwa

tidak memenuhi unsur turut serta ataupun menganjurkan Nunun

Nurbaeti, akan tetapi untuk memperjelas alasan hukum tidak dapat

Page 177: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

177

dipidananya Terdakwa karena tidak terdapat bukti mengenai turut

serta dan menganjurkan tersebut. Bahwa Pasal 13 UU Tipikor yang

didakwakan kepada Terdakwa telah daluarsa masa penuntutannya.

Ketentuan dalam Pasal 103 KUHP menyatakan bahwa:

”Ketentuan-ketentuan dalam bab I sampai dengan Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan Perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh Undang-undangditentukan lain”

Oleh karenanya ketentuan dalam Buku I KUHP (Ketentuan Umum)

berlaku juga terhadap UU Tipikor.

Ketentuan Umum KUHP mengatur mengenai daluarsa (hilangnya hak

untuk melakukan penuntutan) sebagaimana diatur dalam Pasal 78 ayat

(1) butir ke-2 KUHP yang berbunyi:

“kewenangan menuntut pidana hapus karena daluarsa :

Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun;

Oleh karena UU Tipikor tidak terdapat ketentuan yang secara khusus

mengatur mengenai daluarsa, maka ketentuan dalam Pasal 78 ayat (1)

butir ke-2 KUHP tersebut secara mutatis mutandis berlaku terhadap UU

Tipikor.

Bahwa oleh karena Pasal 13 UU Tipikor memiliki ancaman hukuman

paling lama 3 tahun, maka penerapan Pasal 13 UU Tipikor untuk

perkara pemberian TC kepada anggota Komisi IX DPR-RI yang

terjadi pada bulan Juni 2004 telah daluarsa pada Juni 2010 yang

lalu. Oleh karena itu kewenangan penuntutan untuk perkara pemberian

Page 178: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

178

TC kepada anggota Komisi IX DPR-RI dengan menggunakan Pasal 13 UU

Tipikor telah hapus sejak bulan Juni 2010.

Mengingat Pasal 13 UU Tipikor tersebut sudah tidak dapat dilakukan

penuntutan, maka dengan sendirinya Dakwaan atas Pasal 13 UU Tipikor

tersebut menjadi daluarsa sehingga Penuntut Umum tidak memiliki

dasar hukum untuk mendakwa Terdakwa melakukan tindak pidana

Pasal 13 UU Tipikor dalam perkara pemberian TC kepada anggota

Komisi IX DPR-RI yang terjadi pada bulan Juni 2004.

Menurut Andi Hamzah, tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima

jikalau terjadi lampau waktu (verjaring), sesuai dengan Pasal 78 KUHP.

Lebih lanjut diuraikan bahwa terdapat 2 jenis lampau waktu menurut

Hukum Pidana Barat yang dianut oleh KUHP Indonesia, yaitu:

a. Lampau waktu penuntutan (Pasal 78 KUHP) dan;

b. Lampau waktu untuk melaksanakan hukuman (executie) Pasal 84

KUHP.

Untuk lampau waktu penuntutan diatur berlaku pada hari sejak delik

dilakukan.

Mengenai ketentuan Pasal 80 KUHP yang mengatur mengenai tiap-tiap

tindakan penuntutan, asal tindakan itu diketahui oleh orang yang

dituntut, atau telah diberitahukan kepadanya menurut cara yang

ditentukan dalam aturan-aturan umum. Penuntutan yang dimaksud

dalam ketentuan tersebut adalah penuntutan terhadap khusus orang

yang dituntut tersebut, dalam kasus ini adalah penuntutan terhadap

Terdakwa, dan bukan disandarkan kepada penuntutan terhadap orang

lain.

Page 179: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

179

Menurut Andi Hamzah, penuntutan tersebut diartikan dimulai pada

saat kejaksaan melimpahkan (overwijen) berkas perkara pidana yang

disertai surat dakwaan kepada Pengadilan Negeri, lebih lanjut oleh Jan

Remmelink menyatakan sepanjang pihak yang dituntut diketahui

identitasnya atau menurut Undang-undangsudah dipanggil melalui

surat secara patut, sedemikian sehingga tidak perlu bahwa dakwaan

dihadiri oleh Terdakwa sendiri in persona, dalam kasus a quo surat

dakwaan adalah tertanggal 9 Juli 2012 maka sejak itulah dalwarsa

berhenti yang mana telah melewati waktu 6 tahun sebagaimana diatur

dalam Pasal 78 KUHP.

Pengaturan ketentuan daluarsa dalam KUHP tersebut merupakan

norma yang bersifat lex scripta yaitu didasarkan pada ketentuan

Undang-undangatau hukum tertulis dan lex certa lengkap dan jelas

tanpa samar-samar (nullum crimen sine lege stricta), oleh karena itu

wajib untuk diikuti dan dilaksanakan sesuai dengan asas legalitas, dalam

teori hukum apabila ternyata terdapat pandangan yang berbeda terkait

dengan norma tersebut tidak serta merta norma tersebut dapat

diabaikan, kecuali terdapat peraturan perundang-undangan yang

merubah atau membatalkan keberadaan norma tersebut.

Bahwa Arrest Hoge Raad tanggal 21 Desember 1929, N.J 1929: 29, pada

pokoknya berpendapat “jikalau kata-kata atau rumus undang-undang

itu cukup jelas, maka Hakim tidak boleh menyimpang dari kata-kata

tersebut, walaupun yang sungguh pembuat undang-undang ini

berlainan dengan arti kata tersebut (H.A. Zainal Abidin Farid, Hukum

Pidana I, Sinar Grafika, Cetak Kedua, Juli 2007, halaman 115), dan in

casu kata-kata atau rumusan Pasal 78 KUHP sudah cukup jelas, sehingga

Page 180: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

180

tidak boleh menyimpang dari kata-kata dalam ketentuan undang-

undang tersebut.”

Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka dasar Penuntut Umum untuk

mendakwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana dalam dakwaan

Ketiga dan Keempat adalah tidak sah karena merupakan pengabaian

pada asas legalitas dalam KUHP.

Page 181: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

181

BAB VI

PENUTUP

Majelis Hakim Yang Mulia, Penuntut Umum Yang Terhormat, Hadirin sekalian

Berdasarkan uraian pembelaan tersebut diatas, maka dapat diambil suatu

kesimpulan:

Bahwa Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-

sama dengan Nunun Nurbaeti memberi sesuatu kepada Pegawai

Negeri atau Penyelenggara Negara karena atau berhubungan dengan

sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak

dilakukan dalam jabatannya sebagaimana dalam dakwaan Pertama

Penuntut Umum ;

Bahwa Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi dengan memberi

atau menjanjikan sesuatu, dengan menggunakan kekuasaan atau

martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan atau dengan

memberi kesempatan, sarana atau keterangan sengaja menganjurkan

orang lain untuk melakukan perbuatan memberi sesuatu kepada

Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara karena atau berhubungan

dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau

tidak dilakukan dalam jabatannya sebagaimana dalam dakwaan Kedua

Penuntut Umum;

Page 182: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

182

Bahwa Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi bersama-sama

dengan Nunun Nurbaeti memberi hadiah atau janji kepada Pegawai

Negeri atau Penyelenggara Negara dengan mengingat kekuasaan atau

wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau

kedudukan tersebut sebagaimana dalam dakwaan Ketiga Penuntut

Umum;

Bahwa Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi dengan memberi

atau menjanjikan sesuatu, menganjurkan orang lain untuk

melakukan perbuatan memberi hadiah atau janji kepada Pegawai

Negeri atau Penyelenggara Negara dengan mengingat kekuasaan atau

wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau

kedudukan tersebut sebagaimana dalam dakwaan Keempat Penuntut

Umum;

Dari seluruh rangkaian uraian pembelaan kami tersebut diatas, maka

sampailah saatnya bagi kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa Prof.

Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D menyampaikan permohonan

kepada Majelis Hakim Yang Mulia, kiranya berkenan memberikan Putusan

sebagai berikut:

1. Menerima Nota Pembelaan (Pleidooi) dari Terdakwa Prof. Miranda

Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D dan Tim Penasihat Hukum Terdakwa;

Page 183: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

183

2. Menyatakan dakwaan Penuntut Umum No: Dak-14/24/07/2012 atas

nama Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D tidak

dapat diterima;

3. Menyatakan Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana korupsi baik secara bersama-sama dengan Nunun Nurbaeti

ataupun menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk menyuap Pegawai Negeri

atau Penyelenggara Negara sebagaimana dalam dakwaan Pertama dan

dakwaan Kedua Surat dakwaan Penuntut Umum;

4. Menyatakan Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana korupsi baik secara bersama-sama dengan Nunun Nurbaeti

ataupun menganjurkan Nunun Nurbaeti untuk memberikan gratifikasi

kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara sebagaimana dalam

dakwaan Ketiga dan dakwaan Keempat Surat Dakwaan Penuntut

Umum;

5. Membebaskan Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA,

Ph.D dari seluruh dakwaan (Vrijspraak), atau setidak-tidaknya

melepaskan Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging);

6. Memerintahkan Penuntut Umum untuk segera mengeluarkan

Terdakwa Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D dari tahanan

Negara Rumah Tahanan KPK cabang Rumah Tahanan Kelas I Jakarta

Timur;

Page 184: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

184

7. Memulihkan dan Mengembalikan segala hak Terdakwa Prof. Miranda

Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D dalam kemampuan, kedudukan serta

harkat dan martabatnya;

8. Membebankan biaya perkara kepada Negara;

Atau

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya (ex aequo et bono).

Tim Penasihat Hukum Terdakwa sekali lagi menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang dengan penuh kesabaran

telah mendengarkan pembacaan Nota Pembelaan ini. Dengan mengucap

puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha Adil, kami

akhiri Nota Pembelaan ini dengan suatu keyakinan, bahwa Majelis Hakim

Yang Mulia akan memberikan Putusan yang seadil-adilnya berdasarkan

fakta hukum yang terungkap di persidangan.

Akhirnya kepadaNya jualah segala doa dan harapan kita pasrahkan.

Jakarta 17 September 2012 Hormat Kami

Tim Penasihat Hukum Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

Dr. Dodi S. Abdulkadir, BSc, SE, SH, MH.

Andi F. Simangunsong, SH.

Dr. Benny B. Nurhadi, SH, MH.

Jonas M. Sihaloho, SH.

Asep B. Hermanto, SH, MH.

Napindo Simbolon, SH.

Page 185: Pleidooi Penasehat Hukum Miranda s Goeltom

Nota Pembelaan (Pleidooi) Prof. Miranda Swaray Goeltom, SE, MA, Ph.D

185

Mery Anni C. Manurung, SH.

RM. Andiasworo, SH.

Dave Advitama, SH.