plasma darah

10
Universitas Gadjah Mada 1 RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 9 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Plasma Darah Subpokok bahsan : a. Komponen protein. b. Komponen non protein plasma darah. c. Kepentingan pemeriksaan komponen plasma darah dalam diagnosa penyakit. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan semua komponen protein dalam plasma darah serta cara pengukurannya. 2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan komponen non protein dalam plasma darah serta kepentingan pemeriksaan komponen - komponen di atas dalam diagnosa penyakit. Metode : Kuliah dan diskusi Media : OHP

Upload: prima-santi

Post on 28-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi kuliah mengenai Plasma Darah yang disaya peroleh dari website resmi UGM

TRANSCRIPT

  • Universitas Gadjah Mada 1

    RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

    Pertemuan : Minggu ke 9

    Waktu : 50 menit

    Pokok bahasan : 1. Plasma Darah

    Subpokok bahsan : a. Komponen protein.

    b. Komponen non protein plasma darah.

    c. Kepentingan pemeriksaan komponen plasma

    darah dalam diagnosa penyakit.

    Tujuan khusus : 1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan

    semua komponen protein dalam plasma darah serta

    cara pengukurannya.

    2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan

    komponen non protein dalam plasma darah serta

    kepentingan pemeriksaan komponen - komponen di

    atas dalam diagnosa penyakit.

    Metode : Kuliah dan diskusi

    Media : OHP

  • Universitas Gadjah Mada 2

    PLASMA DARAH

    PROTEIN PLASMA

    Plasma mengandung sangat banyak protein terpisah dari susunan kimia yang

    berbeda misalnya urutan dan komposisi asam amino. Sehingga mereka juga berbeda dalam

    sifat-sifat fisik seperti berat molekul, berat jenis, kelarutan dan muatan listrik, serta dalam

    identitas imunologik. Dengan alat elektroforese telah dapat diidentifikasi kurang lebih 22

    macam protein plasma yang berbeda.

    Plasma protein menducfuki posisi utama dan dominan dalam metabolisme protein

    karena erat hubungannya dengan proses metabolisme dalam organ hati dan interaksinya

    dengan jaringan di seluruh bagian tubuh. Oleh karena begitu eratnya hubungan protein

    plasma dengan jaringan tubuh, maka dan sini dapat diambil sejumlah informasi tentang

    status umum metabolisme protein dalam tubuh pasien berdasarkan hasil pemeriksaan

    protein plasma.

    Plasma protein merupakan kelompok senyawa kimia yang heterogen dan

    kehetenogenan ini telah dapat diperlihatkan dengan analisa menggunakan alat

    ultrasentnifus. Dengan mengevaluasi berdasarkan berat molekul dan variasi komponen

    protein plasma telah menyokong kekarakteristikan mereka. Macam protein plasma dan berat

    molekulnya adalah:

    - albumin : sekitar 69.000

    - globulin misalnya alpha () globulin: 200.000-300.000

    beta () globulin : 150.000-350.000

    gamma () globulin: 150.000-300.000

    - fibninogen : 400.000

    Dari sejumlah macam protein plasma yang berfungsi dalam memelihara tekanan

    osmotik, maka albumin merupakan protein plasma yang paling terlibat. Oleh karena albumin

    mempunyai berat molekul yang paling kecil maka Ia yang pertama kali dapat lolos dari aliran

    darah apabila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler, misalnya pada kondisi

    keradangan.

    Dengan alat elektroforese identifikasi fraksi-fraksi albumin dan globulin dan protein

    plasma dapat ditelusuri, misalnya alpha 1, alpha 2, beta dan gamma globulin.

    Albumin

    Dalam plasma hewan normal, albumin merupakan 40-60% dari protein plasma total,

    walaupun konsentrasi rata-rata albumin tergantung pada pada spesies hewan dan factor-

    faktor lain seperti adanya dehidrasi. Sehubungan dengan fungsi albumin dalam dalam

    tekanan osmotik, maka albumin berfungsi sebagai sumber asam amino bagi protein jaringan.

  • Universitas Gadjah Mada 3

    Albumin juga mempunyai kemampuan mengadakan ikatan dengan macam- macam

    substansi. Albumin bertanggung jawab bagi pengangkutan kebanyakan bilirubin dan kalsium

    yang terikat protein (tak terionisasi) di dalam plasma. Albumin mengikat zat warna yang

    dimasukkan ke dalam sirkulasi (misalnya bromsulftalein; biru Evans) dan banyak obat-

    obatan (misalnya salisilat), metabolit (misalnya asam lemak bebas) dan hormon (misalnya

    hormon tiroidea). Kemampuan ini dapat mencegah cepatnya ekskresi obat-obatan dan

    membantu dalam proses detoksifikasi dan inaktivasi terhadap bahan-bahan tertentu yang

    dapat menyebabkan toksis terhadap tubuh hewan. Albumin juga memegang peranan

    penting dalam transportasi asam-asam lemak. Disamping itu albumin mempunyai kerja

    penstabilisasi atas sitem koloid (seperti yang dipergunakan untuk tes fungsi hati flokulasi dan

    atas kecepatan sedimentasi darah).

    Albumin disintesa di dalam hati dan mempunyai masa paruh (half life) sekitar 15 hari.

    Albumin yang bersirkulasi di dalam plasma mungkin tidak mempunyai nilai nutritif jaringan

    secara langsung.

    Globulin

    Globulin merupakan kelompok protein yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut

    dalam larutan asam, basa, dan larutan garam dengan konsentrasi rendah. Seperti yang telah

    disebutkan di muka bahwa globulin plasma terdiri dan alpha, beta dan gamma globulin

    danmasing-masing globulin tersebut masih dapat digolongkan dalam fraksi-fraksi yang lebih

    kecil. Kadar alpha dan beta globulin adalah tergantung pada macam spesies hewan. Fungsi

    utama alpha dan beta globulin adalah sebagai pembawa (carrier) macam-macam lipida,

    hormonhormon yang larut dalam lipida, vitamin dan lain-lain substansi yang mirip dengan

    lipida. Lipida-lipida ini tidak secara bebas dalam plasma selama transportasi, akan tetapi

    terikat oleh globulin dan disebut lipoprotein.

    Alpha globulin lain termasuk komponen glikoprotein yaitu ceruloplasmin, berfungsi

    sebagai pembawa ion tembaga (Cu). Contoh lain yang termasuk alpha globulin yaitu

    haptoglobulin yang berfungsi sebagai pembawa Hb yang kemudian akan mengedarkannya

    dalam plasma.

    Pengangkutan besi (Fe) rupanya berhubungan erat dengan beta globulin. Suatu

    glikoprotein yang terlibat dalam pengangkutan Fe ini disebut transferin atau sideropilin.

    Pengangkutan pertama terjadi pada tempat-tempat absorpsi Fe pada traktus intestinal ke

    tempat-tempat penyimpanan dalam tubuh termasuk organ hati dan limpa.

    Gamma globulin atau imunoglobulin terutama berhubungan erat dengan antibodi.

    Pada umumnya kenaikan kadar gamma globulin selalu diikuti oleh kenaikan titer antibodi,

    akan tetapi hal ini tidak selalu berlaku.

  • Universitas Gadjah Mada 4

    Fibrinogen

    Fibrinogen merupakan protein plasma yang mempunyai fungsi utama dalam proses

    pembekuan darah. Fibrinogen disintesa oleh organ hati dimana diproduksi oleh mikrosom

    dalam sel-sel hati atau hepatosit. Penyimpanan fibrinogen terjadi pada sel-sel parenkim hati

    sampai nanti dibutuhkan oleh tubuh. Fibrinogen mempunyai turn over time lebih cepat

    daripada protein plasma yang lain yaitu sekitar 50 jam. Turn over time yang cepat ini

    diperlukan untuk mensuplai fibrinogen baru untuk melindungi endotel pembuluh darah. Ada

    kemungkinan fibrinogen diperlukan dalam suatu proses metabolisme tertentu akan tetapi hal

    ini belum dapat dibuktikan secara eksperimental.

    Glikoprotein

    Senyawa ini merupakan protein alami yang mengandung sejumlah komponen

    karbohidrat, misalnya hexose, hexosamine, asam sialic dan sejumlah kecil fucose. Ikatan

    dengan komponen karbohidrat ditemukan pada semua protein plasma, akan tetapi alpha

    globulin terikat lebih banyak dengan karbohidrat.

    Glikoprotein nampaknya diproduksi oleh hati, namun protein ini diduga dihasilkan

    pula atau dibebaskan langsung ke dalam darah oleh jaringan-jaringan yang mengalami

    perubahan. Ada kemungkinan juga glikoprotein plasma disintesa sebagai respon kerusakan

    jaringan karena terjadi proses proliferasi. Jaringan yang mengalami proliferasi tersebut

    memerlukan protein yang mengandung karbohidrat rendah, sehingga protein yang

    mengandung karbohidrat yang lain dibebaskan ke peredaran darah.

    Haptoglobulin

    Haptoglobulin mempunyai kemampuan berikatan dengan Hb yaitu secara

    ektraselluler Hb. Setelah berikatan maka akan menjadi susunan yang kompleks dan

    dipindahkan dan sirkulasi oleh sistema retikuloendotelial. Pada kasus dimana terjadi

    pembebasan Hb yang berlebihan pada sirkulasi darah, maka akan terjadi ikatan yang lebih

    banyak dengan haptoglobulin plasma. Haptoglobulin ini dapat diekskresikan lewa ginjal,

    sehingga akibatnya akan terjadi hemoglobinuria. Sebagian besar hemoglobin dalam plasma

    mengalami kehancuran dan terbebaskan haem yang kemudian akan teroksidir menjadi

    hematin. Hematin akan berikatan pula dengan hemopexin (dijumpai pada beta globulin

    zone). Namun terbentuknya hematin yang berlebihan, maka tidak akan seluruhnya berikatan

    dengan hemopexin, oleh karenanya sebagian terikat dengan albumin plasma, dan bentuk

    kompleks ini disebut ferrihemalbumin atau methemalbumin. Konsentrasi haptoglobulin

    dijumpai sangat rendah pada anemia hemolitika. Kemampuan haptoglobulin dalam mengikat

    Hb sekitar 100-130 mg/100 mL plasma.

  • Universitas Gadjah Mada 5

    Lipoprotein

    Dua macam fraksi lipoprotein dalam plasma yaitu alpha 1 dan beta 1 globulin.

    Senyawa protein ml berfungsi sebagai pembawa hormone-hormon steroid, vitamin-vitamin

    yang larut dalam lemak, gliserida, kolesterol dan bentuk esternya, fosfolipida dan bahan-

    bahan yang larut dalam lemak. Alpha dan beta globulin ini terutama disintesa oleh sel-sel

    retikuloendotelial.

    Metabolisme

    Gamma globulin disintesa oleh sel-sel limfoid dan nodus limfatikus, limpa dan

    sumsum tulang, yang mana albumin, fibninogen dan pnotrombin dibentuk di hati disamping

    itu sebagai tempat pembentukan alpha dan beta globulin.

    Status nutnisional dan seekor hewan mempunyai penganuh dalam sintesis protein

    plasma. Pengaruh secara langsung adalah sebagai sumber bahan dalam sintesa; pengaruh

    secana tidak langsung yaitu apabila tenjadi defisiensi protein maka akan merugikan bagi

    hati. Kekurangan diet protein akan sangat mempengaruhi level gamma globulin dan albumin

    plasma. Kekunangan albumin plasma yang amat sangat akan menyebabkan tenjadinya

    edema. Penununan gamma globulin akan berakibat hambatan resistensi tubuh terhadap

    agen-agen infeksius.

    Pada anjing normal yang kekurangan protein plasma, diketahui bahwa 90% dan

    protein plasma total dapat diregenerasi setiap minggunya. Pada kondisi optimal, meliputi

    suplai protein yang cukup dan rangsangan sintesis, protein plasma dapat dibentuk dalam

    waktu yang relatif singkat.

    Seperti telah diterangkan di muka, protein plasma juga sebagai sumber nutrisi bagi

    janingan. Terjadilah keseimbangan dinamis antara protein dari plasma dan dalam jaringan.

    Pada peristiwa kehilangan protein, level protein plasma sering mengalami degradasi untuk

    menjaga keseimbangan level protein plasma. Sebagai kensekwensinya, kehilangan

    sejumlah protein jaringan misalnya, maka akan terjadi erubahan kecil pada konsentrasi

    protein plasma. Kejadian hipoproteinemia pada manusia oleh karena semata-mata

    kehilangan protein, maka dapat diperhitungkan bahwa penurunan 1 g protein plasma dalam

    sirkulasi sejajar dengan kehilangan 30 g protein jaringan.

    Pengamatan pada hewan percobaan menunjukkan bahwa ada iatu arus protein

    plasma yang berkesinambungan dari plasma cairan ekstraselluler ke dalam limfe atau

    sebaliknya

    Hal ini telah diperkirakan bahwa rata-rata 50% dari protein asma total melintasi

    duktus toraksikus setiap harinya. ejadian secara ekspermmental menunjukkan bahwa protein

    plasma intravaskuler adalah dalam keseimbangan dinamik dengan protein plasma

    ekstravaskuler. Adanya penurunan protein plasma dan satu kompartemen menghasilkan

  • Universitas Gadjah Mada 6

    pergeseran protein plasma dan kompartemen yang mengandung lebih tinggi protein plasma

    ke kompartemen yang lebih rendah.

    Indikasi untuk pemeriksaan protein plasma

    Setiap abnormalitas protein plasma merupakan petunjuk adanya perubahan

    patologik, fisiologik atau faktor lain yang pengaruhi penyimpangan kadar protein plasma

    tersebut meskipun penyimpangan protein plasma tersebut tidak spesifik untuk penyakit-

    penyakit tertentu, tetapi dalam protein asma total maupun fraksi-fraksmnya dapat merupakan

    petunjuk penting untuk diagnosa maupun prognosa suatu penyakit.

    Dari status keseimbangan air pada hewan dapat dievaluasi perkiraan kebutuan akan

    protein plasma. Tes ini dapat dilakukan dengan penentuan packed cell volume (PCV) atau

    Hb atau keduanya adalah bermanfaat dalam menentukan ada tidaknya maupun derajat

    dehidrasi,

    Perkiraan jumlah protein plasma total (dalam satuan g/dL) sering dibutuhkan dalam

    memperkirakan keadaan nutrisional hewan. Keadaan nutrisional bisa tergantung pada

    pemasukan bahan-bahan protein yang cukup dan tepat atau bahan-bahan pembentuk

    protein. Hal ini dapat merefleksikan perubahan-perubahan dalam proses metabolisme.

    Perubahanperubahan konsentrasi protein plasma mungkin dapat digunakan untuk indikasi

    penyakit.

    Perkiraan jumlah protein plasma total juga dapat merupakan petunjuk akan

    metabolisme protein, dalam hubungannya dengan aktivitas organ-organ tertentu misalnya

    hati dan ginjal. Perubahan-perubahan protein plasma secara drastis dapat dijumpai pada

    penyakit hati, dan perkiraan kadar protein plasma mernpunyai nilai diagnostik dan

    prognostik. Pada penyakit hati akut berat atau kronis, sintesa albumin melemah. Penurunan

    albumin plasma yang terjadi setelah trauma dan pada penyakit atropi yang lain yang

    berlangsung lama serta kontinu, ataupun pada infeksi akut atau kronis dan pada penyakit

    sistemik lain, sebagian karena kerusakan hati, sebagian karena kelemahan masukan dan

    sebagian karena destruksi protein toksik yang tidak bisa dijelaskan.

    Masukan, pencernaan atau absorpsi protein yang tidak adekuat, peningkatan

    katabolisme protein dan kehilangan protein, selain menyebabkan defisiensi albumin, juga

    menyebabkan keseimbangan nitrogen yang negatif. Penurunan masukan protein tidak

    segera menurunkan albumin plasma, protein jaringan terdeplesi sebelum kadar protein

    plasma menurun dan penurunan konsentrasi albumin plasma tiap 10 g/L menunjukkan

    deplesi sekitar 30 g protein jaringan.

    Kehilangan albumin ke dalam cairan edema atau asites dari plasma tidak dengan

    sendirinya merubah kandungan albumin tubuh total.

  • Universitas Gadjah Mada 7

    Penurunan albumin boleh jadi karena gangguan berupa hambatan sintesa albumin

    atau kenaikan konsentrasi globulin atau adanya indikasi terhadap kerusakan besar-besaran

    atau banyak kehilangan albumin. Perubahan-perubahan terhadap kerusakan globulin

    biasanya merupakan refleksi respon dan stema retikuloendotelial terhadap rangsangan

    antigenik. Infeksi sehubungan dengan invasi benda-benda asing dalam tubuh apakah itu

    berupa bakteria, virus, protozoa, atau sebab parasit biasanya menyebabkan peningkatan

    gamma lobulin.

    Perkiraan nilai protein plasma total akibat syok, dehidrasi atau hemoragi adalah

    sangat bermanfaat sebagai doman pemberian cairan dalam keadaan darurat. Level rotein

    total dalam hal mi bervariasi pada beberapa kondisi. Syok dan dehidrasi keduanya

    meningkatkan protein plasma total, sedangkan pada hemoragi menyebabkan penurunan

    protein plasma total jika keseimbangan air antara intravaskuler dan ekstravaskuler telah

    kembali mantap.

    Nilai normal

    Perbedaan metode pemeriksaan protein plasma kadang - kadang menyebabkan

    adanya variasi hasil.

    PPT : protein plasma total

    Pengukuran protein total

    Pemeriksaan nitrogen. Tindakan standar didasarkan atas tehnik Kjeldahl. Protein

    dicernakan dan nitrogen dikonversi menjadi amonia yang dapat diukur dengan teliti.

    Pengukuran fraksi-fraksi protein dalam serum atau plasma dapat diketahui dengan cara

    elektroforesis atau ultra-sentrifus. Dasar dan metode elektroforesis adalah bahwa aliran

    listrik yang melalui suatu larutan protein akan menyebabkan fraksi-fraksi protein akan

    bergerak ke arah elektroda positif dengan kecepatan yang berbeda-beda.

  • Universitas Gadjah Mada 8

    Pemeriksaan Biuret. Ini lazim digunakan untuk pekerjaan klinis dan tergantung atas

    reaksi warna antara tembaga alkali dan rantai peptida CO-NH. Metode berdasarkan atas

    terdapatnya jumlah rantai CO-NH yang tetap per satuan massa protein apapun sifatnya.

    Berat jenis. Jika serum diteteskan ke dalam larutan tembaga sulfat yang diketahui

    densitasnya, tetesan ini akan terapung atau tenggelam sesuai dengan densitasnya, yang

    sangat tergantung atas konsentrasi proteinnya. Metode ini berguna untuk pekerjaan

    lapangan.

    Metode Refraktometrik. Merupakan metode yang paling inudah dan cepat, sedang

    hasilnya diakui sebagai sebanding dengan cara-cara kuantitatif kimiawi. Sebuah alat yang

    biasa dipakai adalah TSmeter. Konsentrasi protein tercatat dalam satuan g/dL, dapat

    langsung dibaca pada alat tersebut. Pengukuran protein plasma dalam plasma yang lipemik

    (banyak mengandung lemak) tidak cocok dengan menggunakan TSmeter.

    SUBSTANSI NON PROTEIN DALAM PLASMA

    Dalam plasma dikenal adanya nitrogen bukan protein darah (NPN non protein

    nitrogen) terdiri dan urea, urat, kreatin dan kreatinin, asam-asam amino dan amonia, dan

    substansi non protein non nitrogen misalnya kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg),

    natrium (Na), kalium (K) dan kolesterol.

    Urea

    Hampir seluruh urea dibentuk di dalam hati, dan katabolisme asam-asam amino dan

    merupakan produk ekskresi etabolisme protein yang utama. Konsentrasi urea dalam plasma

    darah (BUN = blood urea nitrogen) terutama menggambarkan keseimbangan antara

    pembentukan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal, sejumlah urea

    dimetabolisme lebih lanjut dari sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses.

    Metoda klasik untuk pemeriksaan urea memerlukan konversi menjadi amonia oleh

    enzim urease yang spesifik dan engukuran amonia dengan suatu metode kolorimetri

    berdasarkan atas reaksi dengan diasetil monoksim yang sekarang banyak dipakai.

    Disamping itu ada tes lajur komersial yang cepat (Urastrat: William R. Warner; Azostix:

    Ames) berdasarkan atas reaksi urease, karena mendekati pemeniksaan urea plasma.

    Adanya gangguan fungsi ginjal maka akan tenjadi pula gangguan ekskresi urea.

    Seperti telah diketahui bahwa urea dalam plasma akan disaning oleh glomerulus ginjal dan

    dibawah kondisi normal kira-kira 40% dan jumlah urea berada kembali ke dalam sirkulasi

    darah. Kegunaan pemeriksaan urea darah mempunyai manfaat dalam mendiagnosa

    kelainan ginjal, embantu dalam menentukan diferensial diagnosa, membantu dalam

    menentukan prognosa namun pemeriksaan BUN disini harus secara serial, dan dengan

    demikian akan dapat diketahui perkembangan suatu penyakit.

  • Universitas Gadjah Mada 9

    Kenaikan urea darah dapat disebabkan 3 kemungkinan:

    Prerenal

    Peningkatan katabolisme protein jaringan disertai dengan keseimbangan nitrogen

    yang negatif. Misalnya pada keadaan demam, penyakit yang menyebabkan atrofi,

    tirotoksikosis, koma diabetika atau setelah trauma ataupun operasi besar. Karena sering

    kasus peningkatan katabolisme protein itu kecil, dan tidak ada kerusakan ginjal primer atau

    sekunder, maka ekskresi ke urina akan membuang kelebihan urea dan tidak ada kenaikan

    bermakna dalam urea plasma.

    Pemecahan protein darah yang berlebihan. Pada kasus leukemia, pelepasan protein

    leukosit menyokong urea plasma yang tinggi. Hemoglobin eritrosit dan protein plasma dapat

    dilepaskan ke dalam usus karena perdarahan dan penyakit gastrointestinalis dan

    dicernakan, sering disertai volume darah yang rendah dengan kelemahan fungsi ginjal yang

    sekunder.

    Pengurangan ekskresi urea. Ini merupakan penyebab yang umum dan terpenting

    serta bisa prerenal, renal atau postrenal. Penurunan tekanan darah perifer seperti syok atau

    bendung vena pada keadaan payah jantung kongesti atau volume plasma yang rendah dan

    hemokonsentrasi seperti pada deplesi natrium oleh sebab apapun termasuk penyakit

    Addison, mengurangi aliran darah ke ginjal. Disamping itu hewan dalam keadaan dehidrasi

    (misalnya pada keadaan muntah-muntah, diare, diuresis) akan memperlihatkan peningkatan

    sedikit kandungan urea darah. Pada penyakit hati juga dapat reningkatkan kadar urea darah

    akan tetapi sifatnya ringan, isalnya pada penderita hepatitis infeksiosa anjing yang ana akan

    terjadi peningkatan katabolisme protein dan demam yang yang hebat. Peningkatan

    katabolisme jelas akan meningkatkan proses pemecahan protein.

    Renal

    Kerusakan pada nefron ginjal bisa disebabkan oleh terjadinya lesi-lesi di beberapa

    tempat misalnya pada glomeruli dan tubuli. Perubahan-perubahan patologik pada jaringan

    interstisiel ginjal juga dapat menyebabkan perubahan fungsi nefron.

    Penyakit ginjal yang disertal dengan penurunan laju filtrasi glomerulus menyebabkan

    urea plasma tinggi. Ini secara khas terlihat pada glomerulonefritis akuta dan pada kegagalan

    ginjal destruktif yang berat, kegagalan ginjal akuta atau sindroma hepatorenal. Urea plasma

    normal pada sindroma nefrotik yang tak berkomplikasi.

    Pada kasus leptospirosis bentuk ikterus, terlihat kadar area darah yang meningkat

    jelas, sedang pada leptospirosis bentuk hemoragi, nampaknya kadar urea darah masih

    dalam atas normal atau sedikit mengalami kenaikan.

  • Universitas Gadjah Mada 10

    Post renal

    Obstruksi saluran keluar urina (ureter) misalnya oleh elenjar prostata yang membesar

    atau adanya neoplasma menyebabkan urea plasma yang tinggi dengan menyebabkan

    meningkatan reabsorpsi urea melalui tubulus dan pengurangan filtrasi.

    Pada sapi yang mengalami ruptur kandung kencing akibat adanya batu kencing,

    akan terjadi kenaikan kadar urea darah yang nyata. Keadaan serupa dijumpai pula pada

    obstriksi uretra akibat adanya batu kencing.

    Azotemia merupakan istilah yang digunakan untuk onsentrasi urea plasma/darah

    yang tinggi. Uremia merupakan rama yang diberikan bagi sindroma klinis yang timbul bila

    terdapat retensi nitrogen yang jelas karena kegagalan ginjal.

    Kadar urea darah dapat mengalami penurunan tetapi ini jarang terjadi, sekali-sekali

    terjadi pada insufisiensi hati, nekrosis hati yang mana asam-asam amino tidak

    dimetabolisme lebih lanjut. Pada serosis hepatis, urea plasma yang rendah sebagian

    disebabkan oleh pengurangan sintesa dan sebagian karena retensi air, retensi air oleh

    sekresi hormon antidiuretika yang tidak sepantasnya merendahkan urea plasma. Urea

    plasma turun pada malnutrisi protein jangka panjang. Penggantian kehilangan darah jangka

    anjang, dekstran, glukosa atau saline intravena bisa merendahkan urea plasma oleh

    pengenceran. Kadang-kadang urea arah terlihat menurun pada akhir suatu kebuntingan, ini

    bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus, diversi nitrogen ke fetus atau karena retensi air.

    Karena begitu banyak alasan mengapa urea plasma bisa meningkat, maka

    pemeriksaan mempunyal nilai diagnostik yang kecil jika dilakukan sebagai tindakan acak

    tetapi peningkatan urea plasma selalu abnormal. Kepentingan analisa urea plasma dalam

    menyelidiki penyakit ginjal primer atau sekunder.

    Pemeriksaan urea dalam urina dengan sendirinya mempunyai nilai yang kecil. Jika

    masukan nitrogen diketahui, aka bisa didapat petunjuk kasar keseimbangan nitrogen. Jika

    urea plasma diketahui, maka Ia dapat berlaku sebagai ukuran fungsi ginjal, dengan

    mengkalkulasikan clearance urea.