plasenta previa george

43
Laporan Kasus PLASENTA PREVIA Pembimbing : dr. Irawan Sumrah, Sp.OG Disusun oleh : George Tirtadihatmo 030.06.101 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSGYN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI FAKULTAS KEDOKTRAN TRISAKTI 1

Upload: george-tirta-dihatmo

Post on 13-Aug-2015

57 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Plasenta Previa George

Laporan Kasus

PLASENTA PREVIA

Pembimbing :

dr. Irawan Sumrah, Sp.OG

Disusun oleh :

George Tirtadihatmo

030.06.101

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSGYN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

FAKULTAS KEDOKTRAN TRISAKTI

JAKARTA, MARET 2013

1

Page 2: Plasenta Previa George

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun

saat hamil atau bersalin. Artinya setiap menit ada 1 perempuan yang

meninggal di Indonesia menurut survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2009 angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390

per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu itu

menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN dalam hal tersebut.2

Survey kesehatan rumah tangga 2001 menyebutkan angka

kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu

meningkat dibandingkan hasil survey 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran

hidup. Departemen kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu

turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, namun target tersebut masih

jauh untuk dicapai.2

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah

pendarahan (40– 60%) infeksi (20–30 %) keracunan kehamilan (20-30%)

sisanya sekitar 5 % disebabkan penyakit lain yang memburuk saat

kehamilan atau persalinan. Pendarahan sebagai penyebab kematian ibu

terdiri atas pendarahan antepartum dan pendarahan post partum. Pendarahan

antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3 %

dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio

plasenta dan pendarahan yang belum jelas sumbernya.2

Pendarahan sebenarnya dapat terjadi bukan saja pada masa

kehamilan tetapi dapat juga pada masa persalinan maupun pada masa nifas.

Setiap pendarahan dalam kehamilan harus dianggap sebagai keadaan akut

2

Page 3: Plasenta Previa George

berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan

kematian ibu dan janin.2

Pada trimester kedua kehamilan perdarahan sering disebabkan

partus prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi serviks. Pada

trimester ketiga (pendarahan antepartum) adalah pendarahan setelah 29

minggu atau lebih yang dapat menyebabkan terjadinya solusio plasenta atau

plasenta previa. Perdarahan ini lebih berbahaya dibandingkan umur

kehamilan kurang dari 28 minggu, sebab faktor pelasenta dimana

perdarahan plasenta biasanya hebat. Sehingga menggangu sirkulasi 02 dan

CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.2

Plasenta previa merupakan plasenta yang terletak pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

internum. bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan

keadaan ibu dan anak baik maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila

perdarahan banyak hendaknya segera mengakhiri kehamilan misalnya sectio

caesaria.2

Plasenta previa lebih sering pada wanita multipara, mungkin karena jaringan

parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan

tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta menjadi lebih tipis dan

mencakup daerah uterus yang lebih luas. Konsekuensi perlekatan plasenta

yang luas ini adalah meningkatnya resiko penutupuan osteum uteri

internum. Paritas tinggi lebih beresiko mengalami plasenta previa daripada

paritas rendah.2

3

Page 4: Plasenta Previa George

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Melengkapi tugas laporan kasus pada departemen Obstetri dan Ginekologi

RSUD Bekasi.

2. Memperdalam pengetahuan mengenai Plasenta Previa.

3. Memperdalam pemahaman mengenai penanganan Plasenta Previa.

1.3. MANFAAT LAPORAN KASUS

Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Meningkatkan ketajaman pemahaman mengenai definisi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosis

Plasenta Previa.

2. Mampu mengaplikasikan landasan teori Plasenta Previa dengan kasus yang

terjadi pada pasien di lapangan.

4

Page 5: Plasenta Previa George

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PLASENTA PREVIA

2.1 Definisi

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah

rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan

lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup di luar rahim.1

Gambar 2.1. Plasenta Previa

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan

serviks saat diperiksa, menurut Prawirohardjo (2008) plasenta previa dapat

diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:2

1) Plasenta previa totalis atau komplit: plasenta yang menutupi seluruh ostium

arteri internum.

5

Page 6: Plasenta Previa George

2) Plasenta previa parsialis: plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri

internum.

3) Plasenta previa marginalis: plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium

uteri internum.

4) Plasenta previa letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih

kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap

plasenta letak normal.

Gambar 2.2. Klasifikasi Plasenta Previa

2.3 Insiden Plasenta Previa

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia

di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada

kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan

insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih

rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil

paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang

memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.3

6

Page 7: Plasenta Previa George

2.4 Etiologi Plasenta Previa

Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa,

diantaranya:4

1) Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan

plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.

2) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan

parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah sesar atau aborsi).

3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima

hasil konsepsi.

5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri dan polip endometrium.

6) Plasenta terbentuk secara tidak normal.

7) Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada

primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang

berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau.

Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya

sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.1

8) Ibu merokok, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat

akibat merokok. Ini terjadi karena timbulnya hipoksemia akibat

karbonmonoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik.

9) Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih

besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di

bawah usia 20 tahun.4

10) Riwayat sectio caesaria. Peningkatan insiden plasenta previa lima kali lipat

pada wanita dengan riwayat sectio caesaria.5

7

Page 8: Plasenta Previa George

2.5 Patofisiologi Plasenta Previa

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,

sedikit ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan

bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk

berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-

vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta

di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah

yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh

plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu

sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan

terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24

minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan

sitotropoblast sel-sel berkurang. Dan hanya ditemukan sebagai kelompok-

kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit,

dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan

trofoblast.3

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi

pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami

perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Implantasi plasenta di

segmen bawah rahim dapat disebabkan :6

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.

b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk

mampu memberikan nutrisi janin.

c. Villi korealis pada korion leave yang persisten.

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar

lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah

uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti

oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari

dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.7

8

Page 9: Plasenta Previa George

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya

plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.

Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot

segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu. Tidak

sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan

plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini

perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan

terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah.8

2.6 Gambaran Klinis Plasenta Previa

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari kemaluan tanpa sebab, tanpa

rasa nyeri dan biasanya berulang. Gejala perdarahan awal plasenta previa biasanya

berupa bercak atau perdarahan ringan dan umumnya berhenti spontan. Terjadi

pada trimester 3 kehamilan. Tidak jarang pula, perdarahan per vaginam baru

terjadi saat inpartu. Perdarahan ini terjadi karena adanya disrupsi pembuluh darah

plasenta terkait perkembangan dan penipisan segmen bawah rahim.7

2.7 Diagnosis Plasenta Previa

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester kedua,

sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk hal ini

dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin bahkan

tetap tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta

previa parsial.9

1) Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan

perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan, apakah

ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta

9

Page 10: Plasenta Previa George

banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu

berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.1

2) Pemeriksaan luar

Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,

darah beku dan sebagainya. Jika terjadi banyak perdarahan maka kemungkinan

ibu telah mengalami anemi dan harus segera dilakukan koreksi setelah konfirmasi

melalui pemeriksaan darah dilakukan.

Palpasi

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. Sering

dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun. Apabila letak

kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) .4

3) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling

ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh

namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang lebih hebat,

infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus yang

prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika

terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang berulang, his telah

mulai dan janin sudah dapat hidup di luar janin.9

4) Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukan dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini memiliki

kelebihan yaitu tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan

tidak rasa nyeri.9

10

Page 11: Plasenta Previa George

Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta

terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah.

Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk

melihat sumber perdarahan lain.10

5) Pemeriksaan inspekulo

Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana sumber

perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada serviks, vagina,

varises pecah, dll. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan

berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila

perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, maka dapat dicurigai ini kejadian

plasenta previa.11

2.8 Penatalaksanaan Plasenta Previa

Penatalaksanaan plasenta previa terbagi atas 2, yaitu:

1) Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya

diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat

dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

d. Janin masih hidup.12

11

Page 12: Plasenta Previa George

Penanganan berupa:12

Bed rest total

Pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan,

profil biofisik, letak dan presentasi janin.

Pemberian antibiotik profilaksis

Pemberian tokolitik bila ada kontraksi:

MgSO4 4 gram IV dosis awal, dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/ hari

Bila janin preterm, diberikan Betametason 24 mg IV dosis tunggal atau

dexamethason 15 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

Uji pematangan paru dengan tes kocok dari hasil amniosintesis.

Awasi vital sign dan denyut jantung janin

Bila tidak ada perdarahan dalam 3 hari perawatan, dan waktu untuk

mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan

(kecuali apabila rumah pasien diluar kota atau jarak untuk mencapai rumah

sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit jika

terjadi perdarahan ulang. Sebelum dipulangkan, pasien diajurkan untuk

berjalan jalan disekitar tempat tidur. Bila tidak ada perdarahan, pasien dapat

dipulangkan.

2) Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif

dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas

janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa:

a. Sectio caesaria

Prinsip utama dalam melakukan sectio caesaria adalah untuk

menyelamatkan ibu. Tujuan sectio caesaria adalah melahirkan janin dengan

segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan

12

Page 13: Plasenta Previa George

dan menghindarkan terjadinya robekan serviks uteri jika janin dilahirkan. Indikasi

sectio caesaria pada plasenta previa antara lain:

(1) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal.

(2) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit di

kontrol.

(3) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak

berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.

(4) Plasenta previa pada pasien dengan panggul sempit, atau pada

kejadian letak lintang.12

b. Melahirkan pervaginam.

Melakukan tekanan pada plasenta supaya pembuluh-pembuluh darah yang

terbuka dapat tertutup kembali (tamponade pada plasenta).

Penekanan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)

Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan

pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta

previa marginalis atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan pada

primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan

pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah

meninggal.12

2. Versi Braxton Hicks

Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya

sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki

dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr. Versi

Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.12

13

Page 14: Plasenta Previa George

Gambar 2.3. Versi Braxton Hicks

3. Memasang cunam Willet Gausz

Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit

kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan

menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-

100 gr atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya

dilakukan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif

karena seringkali menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin.12

2.9 Komplikasi Plasenta Previa

1) Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak

mencukupi.

2) Anemia janin.

4) Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan.

5) Infeksi dan pembentukan bekuan darah.

6) Kehilangan darah yang membutuhkan transfusi.

7) Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang

biasanya menimbulkan risiko terbesar pada janin.

14

Page 15: Plasenta Previa George

8) Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan

yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak

terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui.7

2.10 Prognosis Plasenta Previa

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika

dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak

invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah

ada di hampir semua rumah sakit. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan

terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan sectio caesaria atau

bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil

dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga

berendana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian

banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.2

Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan

perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari

apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan

pembedahan sectio caesaria. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena

kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui

proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.

Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi

kematian perinatal.7

15

Page 16: Plasenta Previa George

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

No. MR : 03.34.83.88

Nama : Ny. S

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Ki Mangun Sarkoro no 50 Bekasi Jaya

Tanggal Masuk : 7 Maret 2013 (pukul 13.53)

ANAMNESIS

Ny. S, 33 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Bekasi dengan keluhan

keluar darah dari kemaluan.

Hal ini dialami pasien sejak jam 02.00 ( 2 jam SMRS ). Volume darah 2-3

kali ganti pembalut/hari. Warna darah kehitaman, bergumpal, dan tidak disertai

nyeri. Sebelumnya perdarahan sudah berulang ± 2 kali sejak usia kehamilan 6

bulan. Riwayat dipijat-pijat (-), riwayat trauma (-), riwayat minum jamu-jamuan

(-). Mulas-mulas ingin melahirkan tidak dirasakan pasien, keluar lendir darah (+),

keluar air dari kemaluan (-).

BAB (+) Normal, dan BAK (+) Normal.

HPHT : 20-07-2012

TTP : 27-04-2013

ANC : 3x di Puskesmas

16

Page 17: Plasenta Previa George

Riwayat Persalinan1. Laki-laki, Aterm, pervaginam, 3200 gr, dukun, 12 tahun, Sehat2. Abortus , usia kehamilan 8 mgg, kuretase.3. Laki-laki, Aterm, pervaginam, 3000 gr, bidan, 5 tahun, Sehat4. Hamil ini.

PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKU : Cukup Kesadaran : composmentis

Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg R : 20 X/menit

N : 86 X/menit S : 36,80C

TB : 154 cm BB: 57 kg

Mata : conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Hidung : discharge (-), septum deviasi (-)

Gigi : caries dentis pada gigi bawah molar 1 dan 2

dextra

Tenggorok : tidak hiperemis, tidak ada pembesaran tonsil

Leher : pembesaran limfonodi (-), pembesaran

kelj,tiroid (-)

Buah dada & puting susu : tampak simetris, hiperpigmentasi areola dan

puting (+)

Jantung : Suara I-II intensitas reguler, bising jantung

(+) minimal

Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+),Rhonkhi

(-/-),Wheezing (-/-)

Abdomen : tampak dinding abdomen lebih tinggi dari

dinding dada

peristalitik (+)

hati/limpa tidak teraba pmbesaran

Supel (+), nyeri tekan (-)

17

Page 18: Plasenta Previa George

Status ObstetrikusPalpasi Leopold : I teraba bagian keras tidak melenting, kesan kepala

TFU 26 cm

II punggung kiri (puki)

III teraba bagian lunak dan melenting, kesan bokong

IV bagian terbawah janin belum masuk panggul

Denyut jantung janin : (+) 132 denyut teratur/menit

His : ( + ) ringan jarang

Status GenitaliaInspekulo : Tampak darah dan stoll cell dibersihkan kesan

mengalir dari dalam serviks. Portio licin. Livid (+).Erosi (-) Jaringan (-).

VT : Tidak dilakukan pemeriksaan

Hasil USG tanggal 26 Februari 2013- Janin Tunggal, anak hidup, letak sungsang- Fetal movement (+), Fetal HR (+)- Plasenta corpus posterior sampai ke OUI, kesan plasenta previa totalis- Air ketuban cukup- Kesan : Usia kehamilan 32 minggu + plasenta previa totalis

18

Page 19: Plasenta Previa George

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 7 Maret 2013

Jenis Pemerisaan HasilHb 10.4 gr/dlLeu 9.400/mm3

Tromb 285.000/mm3

Ht 30.3%

RESUME

Seorang wanita berusia 33 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Bekasi

dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 12 jam SMRS. Volume darah 2-

3 kali ganti pembalut/hari. Warna darah kehitaman, bergumpal, dan tidak disertai

nyeri. Sebelumnya perdarahan sudah berulang ± 2 kali sejak usia kehamilan 6

bulan. Selama kehamilan pasien mengaku rutin control ke puskesmas sebanyak

tiga kali, HPHT:20-07-2012 .

Pada pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva anemis sedangan yang

lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan Leopold I

teraba bagian keras dan tidak melenting dengan TFU 26 cm dan kesan kepala,

pada Leopold II didapatkan kesan punggung kiri, pada Leopold III teraba bagian

lunak dan melenting dengan kesan bokong, pada Leopold IV bagian terbawah

janin belum masuk panggul. Denyut jantung janin 132 x/menit dan His ( + )

ringan jarang. Pada genitalia dengan pemeriksaan inspekulo didapatkan darah

dengan kesan mengalir dari servix.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb menurun ( 10,4 gr/dl ), dan

pemeriksaan USG didapatkan usia kehamilan 32 minggu dengan plasenta previa

totalis.

Diagnosis Kerja :G4P2A1 H 32 Minggu dengan perdarahan pervaginam e.c Plasenta Previa Totalis

Terapi : IVFD RL 20 tpmInj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jamInj. Dexamethasone 6 mg / 12 jamDuvadilan 2 x 1 tabRawat ekspektatif

19

Page 20: Plasenta Previa George

FOLLOW UP 8 Maret 2013

S : Mulas – mulas, badan terasa lemah.Masih keluar darah dari kemaluan.

O : Status GeneralisKesadaran : Compos MentisTek. Darah : 100/60 mmHgFrek. Nadi : 88 x/minFrek. Napas : 22 x/minSuhu Tubuh : 36,5 ºCMata : CA +/+, SI -/-Thorax : Bunyi jantung 1 – 2 reguler, murmur ( - ), gallop ( - )

: Suara Nafas Vesikuler, Rhonchi -/-, Wheezing - / -Ekstrimitas : Hangat + + , Hangat - -

+ + - -Palpasi Leopold : I teraba bagian keras tidak melenting, kesan kepala

TFU 26 cm

II punggung kiri (puki)

III teraba bagian lunak, kesan bokong

IV bagian terbawah janin belum masuk panggul

Denyut jantung janin : (+) 143 denyut teratur/menit

His : ( + ) ringan jarang

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 8 Maret 2013

Jenis Pemerisaan HasilHb 7,5 gr/dlLeu 10500/mm3

Tromb 333.000/mm3

Ht 23,8%

A : G4P2A1 H 32 Minggu dengan perdarahan pervaginam e.c PlasentaPrevia Totalis + Anemia ( H + 1 )

P : IVFD RL 20 tpmInj. Dexamethasone 6 mg / 12 jamInj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jamDuvadillan 2 x 1 tab

Transfusi PRC 500 cc

20

Page 21: Plasenta Previa George

FOLLOW UP 9 Maret 2013

S : Mules – mules terasa berkurangKeluar darah dari kemaluan berkurang

O : Status GeneralisKesadaran : Compos MentisTek. Darah : 100/70 mmHgFrek. Nadi : 76 x/minFrek. Napas : 20x/minSuhu Tubuh : 36,7 ºC

Mata : CA +/+, SI -/-Thorax : Bunyi jantung 1 – 2 reguler, murmur ( - ), gallop ( - )

: Suara Nafas Vesikuler, Rhonchi -/-, Wheezing - / -Ekstrimitas : Hangat + + , Hangat - -

+ + - -Palpasi Leopold : I teraba bagian keras tidak melenting, kesan kepala

TFU 26 cm

II punggung kiri (puki)

III teraba bagian lunak, kesan bokong

IV bagian terbawah janin belum masuk panggul

Denyut jantung janin : (+) 138 denyut teratur/menit

His : ( + ) ringan jarang

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 9 Maret 2013

Jenis Pemerisaan HasilHb 10,8 gr/dlLeu 8.700/mm3

Tromb 342.000/mm3

Ht 32,9%

A : G4P2A1 H 32 Minggu dengan perdarahan pervaginam e.c PlasentaPrevia Totalis + Anemia ( H + 2 )

P : Bed rest total, pasang IVFD RL 20 tpmInj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jamInj. Dexamethasone 6 mg/ 12 jamDuvadillan 2 x 1 tab

21

Page 22: Plasenta Previa George

FOLLOW UP 10 Maret 2013

S : mules –Keluar darah dari kemaluan -

O : Status GeneralisKesadaran : Compos MentisTek. Darah : 110/70 mmHgFrek. Nadi : 76 x/minFrek. Napas : 20x/minSuhu Tubuh : 36,7 ºC

Mata : CA -/-, SI -/-Thorax : Bunyi jantung 1 – 2 reguler, murmur ( - ), gallop ( - )

: Suara Nafas Vesikuler, Rhonchi -/-, Wheezing - / -Ekstrimitas : Hangat + + , Hangat - -

+ + - -Palpasi Leopold : I teraba bagian keras tidak melenting, kesan kepala

TFU 26 cm

II punggung kiri (puki)

III teraba bagian lunak, kesan bokong

IV bagian terbawah janin belum masuk panggul

Denyut jantung janin : (+) 144 denyut teratur/menit

His : ( - )

A : G4P2A1 H 32 Minggu dengan perdarahan pervaginam e.c PlasentaPrevia Totalis + Anemia ( H + 3 )

P : IVFD RL 20 tpmInj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

22

Page 23: Plasenta Previa George

FOLLOW UP 11 Maret 2013

S : -

O : Status GeneralisKesadaran : Compos MentisTek. Darah : 110/70 mmHgFrek. Nadi : 84 x/minFrek. Napas : 20x/minSuhu Tubuh : 36,9 ºC

Mata : CA -/-, SI -/-Thorax : Bunyi jantung 1 – 2 reguler, murmur ( - ), gallop ( - )

: Suara Nafas Vesikuler, Rhonchi -/-, Wheezing - / -Ekstrimitas : Hangat + + , Hangat - -

+ + - -Palpasi Leopold : I teraba bagian keras tidak melenting, kesan kepala

TFU 26 cm

II punggung kiri (puki)

III teraba bagian lunak, kesan bokong

IV bagian terbawah janin belum masuk panggul

Denyut jantung janin : (+) 132 denyut teratur/menit

His : ( - )

A : G4P2A1 H 32 Minggu dengan perdarahan pervaginam e.c PlasentaPrevia Totalis + Anemia ( H + 4 )

P : IVFD RL 20 tpmMobilisasi jalan , bila perdarahan tidak ada, pasien boleh pulang.

23

Page 24: Plasenta Previa George

ANALISIS KASUS

TEORI KASUS

Faktor risiko yang berhubungan

dengan plasenta previa, diantaranya:

1) Ovum yang dibuahi tertanam

sangat rendah di dalam rahim.

2) Riwayat P. Previa sebelumnya,

riwayat pembedahan, riwayat

section caesarea, abortus.

3) kawin dan hamil pada umur muda.

4) Korpus luteum bereaksi lambat,

dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri

dan polip endometrium.

6) Plasenta terbentuk secara tidak

normal.

7) Kejadian plasenta previa tiga kali

lebih sering pada wanita multipara

daripada primipara.

8) Ibu merokok, risiko relatif untuk

plasenta previa meningkat dua kali

lipat akibat merokok.

9) Ibu dengan usia lebih tua, di atas

35 tahun.

Pada pasien ini terdapat faktor risiko

berupa:

1) multiparitas (G4P2A1)

2) riwayat abortus sebanyak 1 kali

24

Page 25: Plasenta Previa George

10) Riwayat sectio caesaria.

Gejala utama plasenta previa adalah

perdarahan dari kemaluan tanpa sebab,

tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang.

Gejala perdarahan awal plasenta previa

biasanya berupa bercak atau perdarahan

ringan dan umumnya berhenti spontan.

Terjadi pada trimester 3 kehamilan.

Keluhan utama pada pasien berupa

keluar darah dari kemaluan. Volume

darah 2-3 kali ganti doek/hari. Warna

darah kehitaman, bergumpal, dan tidak

disertai nyeri. Sebelumnya perdarahan

sudah berulang ± 3 kali sejak usia

kehamilan 6 bulan.

Dengan USG dapat ditentukan

implantasi plasenta atau jarak tepi

plasenta terhadap ostium. Bila jarak

tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta

letak rendah.

Hasil USG tanggal 26 Februari 2013- Janin Tunggal, anak hidup,

letak sungsang- Fetal movement (+), Fetal

HR (+)- Plasenta corpus posterior

sampai ke OUI, kesan plasenta previa totalis

- Air ketuban cukup- Kesan : Usia kehamilan 32

minggu + plasenta previa totalis

Dengan menggunakan spekulum

secara hati-hati dilihat dari mana

sumber perdarahan, apakah dari

uterus, ataupun terdapat kelainan

pada serviks, vagina, varises pecah,

dll. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui apakah perdarahan

berasal dari ostium uteri eksternum

atau dari kelainan serviks dan

vagina. Apabila perdarahan berasal

dari ostium uteri eksternum, maka

dapat dicurigai ini kejadian plasenta

previa.

Inspekulo pada pasien:Tampak darah dan stoll cell dibersihkan kesan mengalir dari serviks. Portio licin. Livida (+). Erosi (-) Jaringan (-).

25

Page 26: Plasenta Previa George

Terapi pada pasien plasenta previa

terdiri dari terapi ekspektatif dan terapi

aktif.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a. Kehamilan preterm dengan

perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik

(kadar hemoglobin dalam batas

normal).

d. Janin masih hidup.12

Penanganan berupa:12

Bed rest total

Pemeriksaan USG untuk

mengetahui implantasi plasenta,

usia kehamilan, profil biofisik,

letak dan presentasi janin.

Pemberian antibiotik profilaksis

Pemberian tokolitik bila ada

kontraksi:

MgSO4 4 gram IV dosis awal,

dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/ hari

Bila janin preterm, diberikan

Betametason 24 mg IV dosis

tunggal atau dexamethason 15 mg

IV dosis tunggal untuk pematangan

paru janin.

Uji pematangan paru dengan tes

Pada pasien ini, dilakukan terapi ekspektatif dikarenakan:a. usia kehamilan 32 minggub. perdarahan sedikitc. belum ada tanda inpartud.keadaan ibu cukup baik, dengan Hb 10,4 gr%e. janin masih hidup

Penanganan yg diberikan selama terapi ekspektatif berupa:- Bed rest total

IVFD RL 20 tpmInj. Dexamethasone 6 mg / 12 jamInj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jamDuvadillan 2 x 1 tab Transfusi PRC 500 cc

26

Page 27: Plasenta Previa George

kocok dari hasil amniosintesis.

Awasi vital sign dan denyut

jantung janin

Bila tidak ada perdarahan dalam

3 hari perawatan, dan waktu

untuk mencapai 37 minggu

masih lama, pasien dapat

dipulangkan untuk rawat jalan.

BAB IV

KESIMPULAN

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah

rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan

lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup di luar rahim.

Plasenta previa dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: Plasenta previa totalis atau

komplit, Plasenta previa parsialis, Plasenta previa marginalis, dan Plasenta previa

letak rendah.

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari kemaluan tanpa sebab, tanpa

rasa nyeri dan biasanya berulang. Gejala perdarahan awal plasenta previa biasanya

berupa bercak atau perdarahan ringan dan umumnya berhenti spontan. Terjadi

pada trimester 3 kehamilan.

Penatalaksanaan plasenta previa terbagi atas 2, yaitu, terapi ekspektatif (pasif) dan

terapi aktif. Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,

penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.

Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan

27

Page 28: Plasenta Previa George

secara ketat dan baik. Terapi aktif dilakukan pada wanita hamil di atas 22 minggu

dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana

secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumapraja S dan Rachimhadi T. 2005. Perdarahan Antepartum dalam: Ilmu

Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp:365-

85.

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka.

3. Kay HH .2003. Placenta Previa and Abruption. In JR Scott et al. (eds).

Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams and Wilkins, pp: 365-379.

4. Sheiner GI. Shoham-Vardi, Hallak M. Hershkowitz R. Katz M and Major M.

2001. Placenta Previa: Obstetric Risk Factors and Pregnancy Outcome. J.

Matern Fetal. Med 10: 414-419.

5. Nielsen TF, Hagberg H, Ljungblad U: Placenta Previa and Antepartum

Hemorrrhage After Previous Cesarean Section. Gynecol Obstet Invest 27:88,

1989.

6. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

7. Cunningham FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704.

8. Davood S, Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected Pregnancy Variables in

Women with Placenta Previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5. Davood S,

28

Page 29: Plasenta Previa George

Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected Pregnancy Variables in Women

with Placenta Previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5.

9. Faiz AS and Ananth CV. 2003. Etiology and Risk Factors For Placenta

Previa: An Overview and Meta-analysis Of Observational Studies. Journal

of MaternalFetal and Neonatal Medicine. 13: 175–190.

10. Oyelese Y and Smulian JC. 2006. Placenta previa, placenta accreta, and

vasa previa. Obstetrics and Gynecology. 107(4): 927–941.

11. Johnson LG, Sergio F and Lorenzo G. 2003. The Relationship Of Placenta

Previa and History Of Induced Abortion. International Journal of

Gynaecology and Obstetrics. 81(2): 191–198.

12. Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH

DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and

Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill, pp: 328-341.

29