plant the seed, reap the rewards aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/app_gmfaa_safety/penity… ·  ·...

12

Upload: doannga

Post on 19-Mar-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan
Page 2: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Pohon apel yang berbuah lebat dan banyak adalah pohonyang tumbuh-kembang secara sehat. Perkembangankesehatan pohon apel sangat tergantung pada asupan

"makanannya" berupa karbohidrat. Karbohidrat dihasilkan da-ri karbon dioksida, air dan nutrisi dari tanah. Agar suplai "ma-kanan" yang cukup perlu tanah yang subur.

Analogi dengan pohon apel tadi, perusahaan juga membu-tuhkan perkembangan (growth) dan menghasilkan "buah" yaitusasaran perusahaan untuk kepentingan para pemangku kepen-tingan (stake holders). Kesehatan perusahaan membutuhkan"nutrisi" dengan memadai yang didapat dari budaya perusahaan.

Penity kali ini menguraikan tentang berbagai hal tentang sa-fety culture yang merupakan budaya penting dalam mendu-kung sasaran perusahaan. Rubrik Persuasi menguraikan tentangpentingnya budaya keselamatan (safety culture) bagi kelang-sungan usaha. Sementara Cakrawala mengingatkan tentangpentingnya sifat kehati-hatian dalam hal safety (safety mindful-ness) sebagai modal dasar da-lam membentuk safety culture.

Hasil safety culture surveydi GMF yang meningkat cukupbaik dapat dibaca di rubrik In-termeso. Peningkatan ini ada-lah hasil yang kita petik dariprogram penanaman safetyculture (safety culture cultiva-tion program) di GMF yang di-mulai sejak sekitar 3 tahun lalu.

Celotehan mang Sapetymenghiasi Rumpi ditambah de-ngan berbagai tip tentang safety.Kejadian yang sangat tragis me-nimpa pesawat terbang miliksuatu perusahaan yang kurangpeduli terhadap safety bisa disi-mak di Selisik.

Kami berharap materi yang kami sajikan bisa menambahwawasan dan membuat kita makin peduli dengan safety. Se-perti biasa, kami sangat berharap kritik, saran, dan masukanuntuk kebaikan kita bersama di masa mendatang.

Terima kasih dan selamat membaca.

Aladen apple tree is a well grown tree. Its growth ishighly dependent on the intake of "the food" in theform of carbohydrates. Carbohydrates produced

from carbon dioxide, water and nutrients from the soil. Inorder for the tree get enough "food", it needs a fertileland.

By analogy with the apple tree case, the company alsoneeds to grow and produces "fruit" which is the company'sobjectives for the benefits of the stakeholders. A Healthycompany needs adequate 'nutrition' which is obtainedfrom the corporate culture.

In this edition, Penity presents various issues about safe-ty culture which is important culture in supporting the cor-porate objectives. Persuasi rubric presents the importanceof safety culture for business continuity. While Cakrawalareminds us of the importance of being prudent in safety(safety mindfulness, which is the basic capital in forming

safety culture)The results of safety

culture survey, which isbetter than the previ-ous result, can be foundin Intermeso. Theimprovement is theresult of what we havedone for the last threeyears with safety cul-ture cultivation pro-grams.

Besides MangSapeti's chat, we can findsome tips on safety inRumpi . A very tragicaccident happened to anaircraft operated by a

company who is less concerned with safety can be read inSelisik. We hope the material we present can add ourinsight and make us more concerned with safety. As always,criticisms, suggestions, and inputs for future improvementare welcome.

Thank you and happy reading.

2 | Edisi Februari 2010

Diterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ceng-kareng - Indonesia, PO BOX 1303 - Kode Pos 19130, Telepon: +62-21-5508082/8032, Faximile: +62-21-5501257. Redaksi menerima saran,masukan, dan kritik dari pembaca untuk disampaikan melalui email [email protected]

Prolog

Menanam Benih Memetik Hasil

Plant the Seed, Reap the Rewards

Page 3: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

3 | Edisi Februari 2010

SSaaffeettyy CCuullttuurree HHaarruuss DDiittiinnggkkaattkkaann

Menurut saya, safety culture programdi GMF secara umum sudah dibangundan dilaksanakan dengan baik. Hal ini bi-sa dilihat dari program yang dicanang-kan seperti SMS, IOR, safety seminar, danlain-lain. Tapi, safety culture ini perlu di-tingkatkan, terutama respon unit atau in-dividu. Sebagai contoh respon dan tin-dak lanjut terhadap beberapa IOR yangmasih lambat karena kendala pengada-an part yang kecil. Pengadaan latch lockuntuk tangga maintenance, misalnya. Pa-dahal alat ini sangat penting untuk safe-ty personel maupun pesawat yang dira-wat.

Masalah kecil yang berhubungan de-ngan safety, ada kalanya kurang kita per-hatikan. Padahal itu sangat berpengaruhterhadap safety. Bahkan tidak jarang halkecil menjadi faktor kunci terhadap safe-ty. Untuk itu mari saling menjaga danmengingatkan bahwa safety merupakanhal yang utama dan tidak bisa ditawar-tawar. (Agus Purwa Irawan/TPC)

JJaawwaabbaann rreeddaakkssii::Terima kasih atas opininya. Kami se-

tuju bahwa safety culture memang harusditingkatkan secara terus menerus.

Aktifitas nyata dalam membangunsafety culture di GMF telah, sedang danakan terus menerus dilakukan. Mulai da-ri membuat daftar perilaku yang harusdilakukan dan tidak boleh dilakukan (do& don't policy), kebijakan tentang pem-berian sanksi disiplin (QP 225-01 Discip-linary Policy for Manitenance Event),membuat sistem pelaporan yang bebasdan jujur (Internal Occurrence Repor-ting), sampai dengan melakukan prog-ram training secara masif, terstruktur dan

sistematis. Termasuk promosi melaluimedia Penity ini dan SMS promotion me-lalui pesan pendek (sms).

Hasilnya memang masih belum opti-mal, namun demikian indikator-indika-tor yang ada menunjukkan kita sudahberada pada track yang benar. Misalnya,laporan IOR yang terus menerus me-ningkat baik dari jumlah maupun kuali-tas laporan, angka dan Lost Time Injury(LTI) atau kecelakaan kerja menurun.

Apalagi berdasarkan hasil safety cul-ture survey tahun 2009, dengan meng-

gunakan metode Airlines Safety CultureIndex (ASCI) terjadi peningkatan hasilyang lebih baik dibanding tahun sebe-lumnya. Angka ASCI di GMF meningkatdari 91 poin menjadi 95 poin,yang ber-arti masuk ke level positive safety cultu-re.

Upaya meningkatkan safety culturemasih harus menghadapi perjalananpanjang, penuh tantangan dan berliku.Perlu peran serta dari setiap lapisan or-ganisasi sehingga bisa meraih index AS-CI maksimal yakni 125.

Opini

IOR yang ditulis oleh Purwanta :"Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAAAD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan mid flap carriage spindleyang membingungkan karena refe-rensi pengukuran tidak jelas harus di-ambil dari mana. Padahal hal ini bisamenimbulkan perbedaan persepsiantara teknisi dan engineer yang me-nyebabkan kesalahan dalam meng-ambil keputusan".

Adapun tanggapan dari responsi-ble unit - "Job Card & Job Order Plan-ning/ TLP-1"Job Card sudah sesuaidengan EO dan SB. Gambar diperbe-sar untuk memperjelas dan memu-dahkan pembacaan.

TTaannggggaappaann RReeddaakkssii::Terimakasih Pak Purwanta yang

telah melaporkan ambiguity yangterjadi ketika akan mengeksekusi

Service Bulletin (SB) tersebut. Teri-ma kasih juga kepada responsibleunit yang segera melakukan correc-tive action terhadap laporan yangmasuk.

Saran dari kami hendaknya sebe-lum mendistribusikan perintah kerjake unit produksi, periksa kembali pe-rintah kerja agar unit produksi lebihcepat dan tepat dalam mengekseku-si pekerjaan yang dimaksud.

Perintah Kerja Membingungkan

IIOORR

Mulailah dari hal yang mudah dan sederhana, tetapi mencerminkan kerapi-han dan keteraturan. Unit Material Receiving Inspection (TQS-2) bisa menja-di contoh. Unit ini memanfaatkan lemari file yang sudah tidak digunakandiubah menjadi hal yang berguna sebagai penempatan APD.

Page 4: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Cakrawala

Merangkai Mozaik Safety Culture

Composing The Mosaic Of Safety Culture

4 | Edisi Februari 2010

Cuaca begitu cerah ketika Anda yang sedang menyetirkendaraan harus berhenti karena lampu lalu lintasberwarna merah dalam waktu cukup lama. Tanpa dis-

adari mobil di depan Anda menerobos karena tidak satupolisi pun tampak di sekitar lampu lalu lintas itu. Tiba-tibaderetan mobil di bagian belakang menyalakan klaksonmeminta Anda ikut menerobos. Jika peristiwa ini Andaalami, apa yang Anda lakukan?

Jika bertahan menunggu sampai lampu hijau, berartiAnda menyadari pentingnya safety. Sebaliknya jika nekatikut menerobos berarti Anda terpengaruh perilaku oranglain meski hal itu membahayakan diri sendiri dan oranglain. Pilihan kedua menunjukkan bahwa orang lain di seki-tar kita seperti atasan atau rekan kerja sangat mempen-garuhi pemahaman kita soal safety. Jika pengaruh itunegatif, kita perlu cara untuk mencegahnya.

Untuk mencegah dampak negatif yang terkait kea-manan dan keselamatan, kita perlu menanamkan pema-haman tentang pentingnya safety sehingga dalam diri seti-ap individu tumbuh safety mindfulness (sifat kehati-hatiandalam hal safety). Perilaku yang didasari safety mindfulnessini merupakan modal penting bagi perusahaanmenanamkan, budaya safety, yakni cara kita memandang,menerima, menghargai, dan memprioritaskan safety.

Safety culture merupakan unsur penting bagi kelang-sungan hidup perusahaan, terutama yang bergerak didunia penerbangan baik sebagai operator maupun per-awatan pesawat. Pengaruh langsung safety culture bukanhanya terhadap kinerja, tapi juga reputasi dan citra perusa-haan bersangkutan. Jika safety culture diyakini sebagai ele-men penting, maka tindakan dan keputusan yang diambilharus selalu mempertimbangkan safety.

Kisah sebuah airlines yang berhenti beroperasi bebera-pa tahun lalu merupakan bukti yang tidak terbantahkan.Dalam setahun pesawat yang dioperasikan airlines ini men-galami beberapa kali kecelakaan. Pelanggan pun mulai

The weather is very clear as you are driving and you muststop for a long time because the traffic light is red. Sud-denly the car in front of your car ran through the red light

because no policeman is watching. Then the cars behind youblow their horns telling you to do the same thing. If you expe-rience this event, what would you do?

If you wait until the light is green, then you are aware of theimportance of safety. On the contrary, if you recklessly gothrough that means you are affected by other people's beh-avior although you are aware it would jeopardize yourself andothers. The second option indicates that other people aroundus like supervisors or co-workers greatly affect our understan-ding about safety. If the influence is negative, we need ways toprevent it.

To prevent the negative impacts related to security and sa-fety, we need to instill/ indoctrinate the understanding of theimportance of safety so that in every individual grows safetymindfulness (awareness for safety). Behavior based on safetymindfulness is an important capital for the company to growsafety culture, which is the way we see, accept, appreciate, andprioritize safety.

Safety culture is an important element for the survival ofthe company, primarily for company engaged in aviation ei-ther as an operator or aircraft maintenance organization. Sa-fety culture directly influences not only towards performance,but also towards the reputation and image of the companies.If safety culture is believed to be an important element, thenour behavior and decisions should always be based on safetyconsideration.

The story of an airline that ceased operating several yearsago is an indisputable evidence. Within a year the planes thatwere operated by the airline had experienced several acci-

Page 5: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

5 | Edisi Februari 2010

Cakrawala

enggan memilih maskapai ini. Pada akhirnya operator iniberhenti beroperasi karena merugi. Izin operasinya jugadicabut otoritas penerbangan setempat karena adaindikasi pelanggaran terhadap safety.

Menumbuhkan safety culture memang bukan prosesyang bisa tuntas dalam sekejap. Safety culture ibaratrangkaian mozaik dari beberapa elemen kunci pemben-tuknya yakni Report Culture, Just Culture, Learning Culturedan Informed Culture. Empat elemen ini merupakan pilar-pilar terbentuknya safety culture.

Report Culture merupakan langkah awal membentuksafety culture. Langkah pertama ini dilakukan jika anggotaorganisasi perusahaan memiliki minat dan tergerak mela-porkan kejadian (occurrences), potensi bahaya (hazard)atau error yang dilihat atau yang dilakukannya. Kesuksesanreporting culture sangat ditentukan oleh kepercayaanpelapor terhadap manaje-men. Seorang tidak akanmelaporkan occurrences,hazard, maupun error jikalaporan itu langsung atautidak langsung nantinyaakan mengancam dirinya.

Untuk itu perusahaanharus menerapkan JustCulture (budaya adil) dalamrangka menjamin pelaportetap aman dan terjaga kera-hasiaannya. Dalam men-jalankan budaya adil iniharus disadari bahwa kesala-han merupakan sesuatuyang menusiawi (to err ishuman) yang harus diperan-gi adalah violation, tindakansalah yang disengaja dandisadari akibatnya. Budayaadil ini bisa diimplemen-tasikan melalui penerapanDisciplinary Policy atau kebi-jakan tentang penetapanhukuman yang menggam-barkan garis pemisah yangjelas antara acceptablebehaviors (perilaku yang bisa diterima) dan unacceptablebehaviors (perilaku yang tidak bisa diterima).

Dalam membangun safety culture, occurrence maupunerror yang terjadi merupakan pembelajaran denganongkos yang kadang sangat mahal. Tapi, hal itu harusdipandang sebagai "uang sekolah" sehingga orientasinyaadalah mengambil pelajaran dari kejadian. Selain itu harusdicari bagaimana agar occurrences maupun error serupatidak terulang kembali. Konsep yang dihasilkan ini meru-pakan bagian dari Learning Culture.

Sedangkan Informed Culture merupakan feedback(umpan balik) bagaimana occurrence maupun error yangtimbul, diperlakukan dan ditindaklanjuti. Selain itu, pener-apan Informed Culture juga bisa melalui penyebaran infor-masi yang teratur kepada seluruh personel tentang hal halyang terkait dengan safety melalui berbagai media online,cetak, maupun audio visual. ((iirrffaannssyyaahh))

dents. Customers also began unwilling to choose the airline.Eventually the operator ceased operations after sufferingloss. Its operating license was also revoked by the local avia-tion authority after an indication of safety violations wasfound.

Cultivating safety culture is not a process that can becompleted overnight. Safety culture is like a series of mo-saics of several constituent key elements: Report Culture,Just Culture, Learning Culture and Informed Culture. Thesefour elements are the pillars of the establishment of safetyculture.

Report Culture is the first step to form the safety culture.The first step is done if the members of the company/organiza-tion are interested and moved to report: incidents (occurren-ces), the potential danger (hazard) and errors (seen or done).The success of reporting culture is determined by the trust the

reporter/informerto the manage-ment. A person willnot report occurren-ces, hazard, or an er-ror if the report di-rectly or indirectlywill threaten him.

The companymust implementJust Culture in or-der to ensure the re-porters' safety andconfidentiality. Inconducting thisJust Culture it mustbe realized that er-ror is somethinghuman (to err is hu-man) and the onewhich must befought is violation,an action that isdeliberate and itsresult is known. JustCulture can be im-plemented throughthe application of

Disciplinary Policy or policies regarding the determination ofsentence that describes a clear dividing line between Accep-table Behaviors (behaviors that are acceptable) and Unac-ceptable Behaviors (behaviors that are unacceptable).

In building a safety culture, occurrence and error that hap-pen are lessons which sometimes cost very expensive. But, itshould be viewed as a "school fee" so that the orientation is totake a lesson from the incident. Moreover a way/methodshould be sought so that the occurrences or a similar error willnot happen again. The resulting concept is part of a LearningCulture.

While Informed Culture is a feedback of how the error andoccurrence that arise are treated and followed up. In addition,the application of Informed Culture can be also through the re-gular distribution of information to all personnel about mat-ters related to safety through various online, printed, or audiovisual media. ((IIrrffaannssyyaahh))

Page 6: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Keamanan dan keselamatan penerbangan adalah tang-gung jawab banyak pihak, mulai dari airlines, otoritaspenerbangan sipil sampai perusahaan perawatan pe-

sawat. Oleh karena itu, para profesional yang bekerja di in-dustri aviasi diminta pula mempromosikan program safety.Sikap positif terhadap safety merupakan prioritas utama da-lam industri ini.

Sikap positif para pelaku industri penerbangan mulai da-ri teknisi, mekanik, awak pesawat sampai manajemen perusa-haan merupakan kunci keberhasilan menjalankan programsafety. Pandangan dan persepsi positif terhadap program iniakan mendorong setiap orang lebih aware terhadap safetysehingga proses pembentukan safety culture bisa lebih ter-buka dan optimal.

Untuk menumbuhkan pandangan positif terhadap safe-ty, kita harus mulai dari keyakinan bahwa kecelakaan bisa di-cegah. Selain itu, keselamatan penerbangan merupakan ba-gian integral dari pekerjaan setiap orang yang terlibat dalamindustri ini. Berangkat dari keyakinan ini, mereka harus men-demonstrasikan suatu "safety leadership" dengan menyedia-kan lingkungan kerja yang "safe" dan mempromosikan safe-ty sebagai "value".

Dalam tataran operasional, "safety leadership" dapat dire-alisasikan melalui pemahaman dan penerimaan bahwa se-tiap pekerja di industri ini memiliki hak dan kewajiban untukmenghentikan aktifitas yang unsafe dalam proses produksidan pelayanan. Tujuannya untuk meminimalisir potensi ba-haya dan mencegah kecelakaan.

Kerangka pemikiran atau filosofi tentang safety tersebutharus bisa dijalankan oleh perusahaan Maintenance Repair &Overhaul (MRO) seperti GMF karena perusahaan perawatanpesawat merupakan subsistem sosial dari bisnis penerbang-an. Sesuai peran dan fungsinya dalam industri aviasi, perusa-haan MRO harus memiliki keyakinan pokok yang relevan de-ngan keselamatan seperti:- Semua kecelakaan dapat dicegah.- Jatuhnya korban luka bisa dicegah.- Bekerja dengan aman merupakan keniscayaan.- Semua kondisi operasional yang berisiko bisa dibuatkan

Aviation safety and security is the responsibility of manyparties- the airlines, civil aviation authorities and aircraftmaintenance organizations. Therefore, the professionals

working in the aviation industry are also required to promotesafety programs. Positive attitude toward safety is the main pri-ority in this industry.

Positive attitude of the aviation industry from technicians,mechanics, and flight crews to the company management is thekey to the success of safety programs implementation. Positiveoutlook and perceptions of the program will encourage everyperson to be more aware toward safety so that the process offorming safety culture can be more open and optimized.

To cultivate a positive view of safety, we must start from thebelief that accidents can be prevented. In addition, aviation sa-fety is an integral part of the job of everyone involved in this in-dustry. From this belief, they must demonstrate a "safety leader-ship" by providing a "safe" working environment and promotesafety as a "value".

In the operational level, "safety leadership" can be realizedthrough understanding and acceptance that every worker inthis industry has the right and obligation to stop unsafe activiti-es in production and services processes. The objective is to mini-mize the potential dangers and prevent accidents.

The framework of thinking or philosophy of safety must berun by Maintenance Repair & Overhaul (MRO) such as GMF sin-ce aircraft maintenance organization is a social subsystem ofthe airline business. In accordance with its roles and functions inthe aviation industry, MRO must have basic beliefs that are rele-vant to safety such as:

- All accidents can be prevented.- Casualties can be prevented.- Working safely is a necessity.- Safety equipment shall be available in all risky operating

conditions.- A fast, accurate, and complete follow-up of the unsafe condi-

tions is put on a high priority level- Training employees to understand safety and able to work

safely is a priority

Persuasi

6 | Edisi Februari 2010

Oleh: Agus Sulistyono

EVP Line Operation

Mewujudkan BudayaKeselamatan, Menentukan

Kelangsungan Usaha

Establishing SafetyCulture, Ensuring

Business Continuity

Page 7: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

7 | Edisi Februari 2010

pengamanannya.- Tindaklanjut yang cepat, tepat, dan tuntas atas kondisi

yang unsafe menempati prioritas yang tinggi.- Pelatihan karyawan untuk memahami safety dan mampu

bekerja secara aman merupakan keutamaan.- Pencegahan atas jatuhnya korban berpengaruh langsung

atas moril dan produktifitas karyawan, pendapatan per-usahaan, dan kepuasan pelanggan.

- Pengenalan perilaku yang safe mendorong pemahamandan penerimaan yang lebih baik pada kebijakan, falsafahdan praktek keselamatan. Hal ini dibutuhkan untuk pem-bentukan, penghayatan, pengamalan, dan penguatan ni-lai-nilai utama keselamatan dan budaya keselamatan.

Sebagai subsistem sosial bisnis aviasi, perusahaan MROberperan penting mendorong pembentukan safety culturemelalui berbagi best practices maupun pembelajaran (les-sons learned) di antara elemen sosial dalam or-ganisasinya maupun pada pelanggan. Bahkanhal ini dapat dilakukan pada tataran yang lebihtinggi luas yakni pada para 'stake holders'.

SSAAFFEETTYY PPOOLLIICCYYBerdasarkan filosofi safety (safety philoso-

phy) yang dipaparkan di atas, GMF sebagai enti-tas bisnis dalam industri aviasi mendeklarasikanSafety Policy yang tertuang dalam Safety Mana-gement Manual (SMM) Part 1, Section 1.1. SafetyPolicy ini menjadi pedoman dan panduan po-kok dalam pengelolaan sistem keselamatan danmutu.

Semua elemen di perusahaan, mulai dari pe-laksana di lapangan hingga manajemen harusmemahami dan menjadikan Safety Policy seba-gai acuan dalam perencanaan, persiapan, pelak-sanaan dan evaluasi proses bisnis untuk memenuhi kebutuh-an pelanggan dan kepentingan publik. Beberapa butir SafetyPolicy yang perlu dipahami benar antara lain:

Pertama, menjadikan safety sebagai pertimbangan uta-ma melalui penerapan regulasi aviasi dan sistem pengelola-an keselamatan secara efektif. Selain itu, menjadikan setiaporang bertanggung jawab atas terwujudnya safe operationpada seluruh lini organisasi.

Kedua, memperhatikan persyaratan pelanggan secarabenar melalui penyediaan pelayanan yang sesuai. Bahkanpelayanan yang diberikan diproyeksikan melampaui harap-an pelanggan secara tepat waktu dan efisien.

Ketiga, menerapkan prinsip-prinsip human factors de-ngan cara mendorong pelaporan occurrance secara bebasdan jujur serta mewujudkan budaya adil (just culture). Perso-nel tidak dihukum karena memberi laporan atau bekerja sa-ma dalam penyelidikan occurrence sehingga setiap orangbertanggung jawab atas masalah human factor.

Keempat, menerapkan sistem mutu melalui penggunaansistem mutu secara efektif dan mengatasi masalah secara te-pat waktu dengan tindakan korektif serta pencegahannya.Memberikan komitmennya untuk bekerjasama dan berko-munikasi secara baik dengan personel pelaksana tugas audit.

Kelima, manajemen GMF bertanggung jawab memenuhikebutuhan sumber daya yang diperlukankan untuk pekerja-an perawatan sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Sa-fety Management Manual (SMM).

Persuasi

- Prevention of casualties/losses directly affects the moraleand productivity of employees, company revenue, and cus-tomer satisfaction.

- Introduction of safe behavior encourages better understan-ding and acceptance on the policies, philosophy and practi-ce of safety. This is required for the establishing, apprecia-ting, practicing, and strengthening the core values of safetyand safety culture.

As a social subsystem of aviation business, an MRO compa-ny plays an important role to encourage the establishment ofsafety culture through sharing best practices and training/lear-ning (lessons learned) among the social element in the organi-zation and toward the customer. This can even be done at a wi-der level which is toward the 'stake holders'.

SSAAFFEETTYY PPOOLLIICCYYBased on the safety philoso-

phy described above, GMF as abusiness entity in the aviation in-dustry declares Safety Policy asstipulated in the Safety Manage-ment Manual (SMM) Part 1, Sec-tion 1.1. Safety Policy is a guideand basic guidelines in the mana-gement of safety and quality sys-tems.

All elements in the company,from employees in the field to themanagement must understandand make the Safety Policy as areference in the planning, prepa-ration, implementation and eva-luation of business processes tomeet customer requirements andpublic interests. Some items of Sa-

fety Policy that needs to be understood correctly are:First, make safety as a primary consideration through the

application of aviation regulation and safety management sys-tems effectively. In addition, make each person responsible forthe realization of safe operation in the entire line of the organi-zation.

Second, understand the customer requirements correctlythrough the provision of appropriate services. Moreover the ser-vices rendered are projected to exceed customer expectationspunctually and efficiently.

Third, apply the principles of human factors by encouragingfree and frank reporting and establishing a just culture. Person-nel are not punished for giving the report or cooperating in theinvestigation of occurrence so that every person will be respon-sible for human factors issues.

Fourth, implement a quality system through the use of qua-lity systems effectively and overcome the problem in a timelymanner with corrective and prevention action. Give commit-ment to cooperating and communicating well with the auditorpersonnel.

Fifth, GMF management is responsible to meet the needs ofresources required for maintenance work according to the requ-irements set forth in the Safety Management Manual (SMM).

Sixth, President and CEO as the Accountable Manager forSafety Management System (SMS) of GMF will take resolutionefforts on a conflict that can not be resolved at the level of Board

Page 8: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Persuasi

8 | Edisi Februari 2010

Kenam, President dan CEO selaku Accountable Manageruntuk Safety Management System (SMS) dari GMF akanmengambil upaya resolusif atas konflik yang tidak dapat di-selesaikan di tingkat Dewan Manajemen (BOM), Vice Presi-dent, maupun Manager. Penyelesaiannya harus berpedomanpada SMM dan dokumen pengatur yang relevan.

Keberadaan safety philosophy dan safety policy merupa-kan awal perjalanan panjang mewujudkan safety culture da-lam organisasi. Untuk menggerakkan organisasi secara siste-matis, perusahaan melembagakan Safety Committee de-ngan anggota Accountable Manager dan seluruh VP. SafetyCommittee ini berperan membuat rekomendasi dan kepu-tusan yang terkait safety policy dan safety objective, penen-tuan dan penetapan safety performace indicator, evaluasi sa-fety performace, memberi arahan strategis pada Safety Ac-tion Group (SAG) setiap Dinas, dan memberi arahan sertamemantau implementasi SMS.

Safety Committee wajib mengadakan evaluasi melaluiSafety Management Review (SMR) minimal dua kali dalamsatu tahun. Forum ini merupakan wahana bagi senior personmereview status safety performance secara kolektif dan in-teraktif. Karena itu diskusi biasa dilakukanbersama tim untuk mencapai target dan ob-yektif kinerja yang sudah ditetapkan.

Para VP selaku senior person mengguna-kan Safety Action Group dalam mengelolatop-down (cascading process) dari hasil SMRatau bottom-up (probing process) untukmendapatkan dan menilai realitas situasioperasi harian. Dari sini mereka mengetahuidan menggali masalah keselamatan dan mu-tu sehingga response maupun keputusanuntuk mengatasinya bisa diberikan tepatwaktu dan efektif.

Selain dua forum utama untuk pengelo-laan SMS tersebut, GMF juga memiliki Quali-ty System Management Review (QSMR) yangharus juga diselenggarakan minimal dua ka-li dalam setahun. QSMR dilembagakan lebihdulu daripada SMR yang dimanatkan oleh SMM. Kedua fo-rum itu saling melengkapi dalam praktek pengelolaan kese-lamatan dan mutu di perusahaan.

Selain itu, intensitas dan kesinambungan pendidikan ser-ta pelatihan tentang keselamatan dan mutu pada warga usa-ha GMF, secara off-job maupun on-job akan sangat menentu-kan keberhasilan perusahaan mewujudkan budaya kesela-matan dan mutu diharapkan

Dalam mengimplementasikan policy tersebut, yang tidakkalah penting adalah keteladanan yang konsisten dari parapimpinan, personil kunci (key person), dan para agen per-ubahan (change agent) di setiap lini organisasi dalam memu-tar siklus Planning-Do-Check-Action (PDCA). Para unsur pim-pinan dan personil kunci tersebut juga sangat menentukanpemahaman, penerimaan, komitmen, dan penguatan usahamewujudkan budaya keselamatan dan mutu di GMF.

Kita perlu sadar bahwa kita berada dalam batasan waktusehingga keterlambatan membuat kita ditinggal customer.Pemahaman dan penerimaan atas safety philosophy dan sa-fety policy oleh semua pihak di GMF akan menumbuhkankomitmen percepatan mewujudkan budaya keselamatandan mutu yang sangat menentukan kelangsungan usahaGMF saat ini maupun di masa mendatang, insya Allah.

of Management (BOM), Vice President, or Manager.The solutionmust be based on the SMM and the relevant regulatory docu-ments.

The existence of safety philosophy and safety policy is thebeginning of a long journey to realize the safety culture withinthe organization. To move the organization systematically, thecompany institutionalized Safety Committee whose membersare the Accountable Manager and all VPs. The Safety Commit-tee's roles are to make recommendations and decisions relatedto safety policy and safety objectives, to define and establishsafety performance indicators, evaluate safety performance,provide strategic direction to the Safety Action Group (SAG) ofeach Office, and give direction and monitor the implementa-tion of SMS.

The Safety Committee must conduct an evaluation throughthe Safety Management Review (SMR) at least two times a year.This forum is a media for senior persons to review the status ofsafety performance collectively and interactively. That is whythe discussions are usually done with the team in order to achi-eve the performance targets and objectives that have been defi-ned.

The VPs as seniorpersons use SafetyAction Group in ma-naging the top-down(cascading process)of the SMR outcomeor bottom-up (pro-bing process) to ob-tain and assess thereality of the dailyoperations situation.From here they learnand explore the safe-ty and quality issuesso that the responseor decision to overco-me the problems is ti-mely and effective.

Besides the two main forums for the management of theSMS, GMF also has a Quality System Management Review(QSMR) which must also be held at least twice a year. The QSMRis institutionalized earlier than the SMR mandated by the SMM.Both forums are complementary to each other in safety andquality management practices in the company.

In addition, the intensity and continuity of education andtraining on safety and quality for GMF employees, both off-joband on-job, will largely determine the success of the company torealize expected safety and quality culture.

In implementing such policy, something that is not less im-portant is the consistent example from the leaders, key person-nel and the agents of change in each line of the organization inturning the cycle of Planning-Do-Check-Action (PDCA). The lea-dership and key personnel elements are also crucial to the un-derstanding, acceptance, commitment, and effort strengthe-ning to forming the safety and quality culture in GMF.

We need to realize that our time is limited .Delays will makeour customer left us. Understanding and acceptance of safetyphilosophy and safety policy by all parties in GMF will growcommitment to accelerating the realization of the safety andquality culture which is crucial for the continuity of GMF busi-ness at present and in the future, Insya Allah.

Page 9: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Selisik

9 | Edisi Februari 2010

Sebuah pesawat jenis Embraer 120milik salah satu perusahaan pener-bangan di Amerika Serikat melaku-

kan penerbangan dari Houston menujuLaredo, Amerika Serikat. Cuaca pagi pa-da suatu hari di tahun 1991 itu cukup ce-rah. Dalam beberapa saat pesawat ter-bang normal seperti biasa hingga men-capai ketinggian 11.800 kaki. Pesawatdengan tiga orang awak dan 14 orangpenumpang ini mulai terbang datar.

Kejanggalan mulai dirasakan awakpesawat dan penumpang ketika jarumjam bergerak pada angka 10.03 waktusetempat. Di luar dugaan, tiba-tiba pesa-wat menukik tajam dan meluncur ke bu-mi. Awak pesawat tidak mampu me-ngendalikan badan pesawat yang terusmenukik dan berputar-putar itu.Dummmm…. kejadian mengerikan ituberakhir ketika pesawat menghunjamtanah dan hancur. Tak ada yang selamatdalam kejadian ini.

Seorang saksi mata mengungkapkansaat pesawat menukik dan meluncur de-ras, terlihat kobaran api di salah satu ba-gian pesawat. Selain itu badan pesawatterlihat patah ketika menukik hinggamenghunjam bumi. Informasi awal inidikumpulkan penyelidik sambil me-ngumpulkan puing-puing pesawat yang

berserakan.Berdasarkan bukti-bukti yang dite-

mukan dari runtuhan pesawat, penyeli-dik menyimpulkan kejadian ini akibatpanel leading edge lepas dari horizontalstabilizer bagian kiri. Akibatnya timbulbeban gaya udara yang menyebabkanpesawat menukik cepat dan terjadi ne-

gative stall pada sayap.Kesimpulan penyelidik ini diperkuat

bukti rekaman pada Flight Data Recor-der (FDR) yang menunjukkan pesawatmengalami gaya "g" negatif hingga 3,5.Temuan ini mendorong penyelidik me-neliti perlakuan atau perawatan terha-dap pesawat sebelum melakukan pener-

bangan menuju Laredo.Dalam penyelidikan lanjutan diketa-

hui bahwa sebelum dioperasikan padapagi hari, pesawat ini menjalani perawa-tan rutin sejak pukul 09.30 pada malamharinya di hangar milik maskapai ber-sangkutan. Dalam perawatan rutin ini,salah satu pekerjaan yang harus dilaku-kan adalah mengganti kedua buah dei-cing boots pada horizontal stabilizer ba-gian kiri dan bagian kanan.

Pekerjaan penggantian itu dimulaidengan melepas leading edge dari hori-zontal stabilizer sebelah kanan oleh tek-nisi pada shift kerja kedua. Sedangkanpelepasan leading edge pada horizontalstabilizer sebelah kiri rencananya diker-jakan teknisi pada shift ketiga. Tapi, tek-nisi pada shift kedua sudah melepas 47buah sekrup pengikat pada permukaanatas leading edge sebelah kiri.

Dalam pekerjaan ini, teknisi padashift ketiga melanjutkan pekerjaanmengganti deice boots sebelah kanandan memasang kembali leading edgekanan hingga selesai. Tapi, karena waktuyang sempit akibat pesawat harus ber-operasi pada pukul 07.00 pagi, waktuyang tersisa tidak cukup untuk melanjut-kan pekerjaan.

Teknisi shift ketiga memutuskan me-

Mengabaikan Safety = Mengundang Bencana

Dummmm…. keja-dian mengerikan ituberakhir ketika pesa-wat menghunjam ta-nah dan hancur. Tak

ada yang selamat da-lam kejadian ini.

Page 10: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Selisik

10 | Edisi Februari 2010

nunda penggantian deice boots sebe-lah kiri tanpa mengetahui kalau semuasekrup pengikat permukaan atas lea-ding edge sebelah kiri sudah dilepasoleh teknisi shift kedua. Kondisi ini tidakdilaporkan dalam pergantian antar shift.Akibatnya pesawat diterbangkan de-ngan sebagian sekrup sekrup pengikatleading edge dari horizontal stabilizerkiri yang tidak terpasang.

Berdasarkan bukti-bukti temuantersebut, penyelidik menyimpulkanbahwa personel perawatan maskapaibersangkutan telah lalai dalam men-jalankan prosedur perawatan de-ngan benar pada penggantian deiceboots.

Dari laporan penyelidikan yang di-sampaikan kepada otoritas yang berwe-nang, penyelidik juga menyimpulkan

kelalaian terjadi karena budaya kesela-matan (safety culture) tidak terbangundengan baik di maskapai ini. Hasil pe-nyelidikan menyimpulkan beberapafaktor kontribusi yang menyebabkankecelakaan fatal tersebut.

Pertama, pihak manajemen maska-pai dinilai telah gagal membangun bu-daya perusahaan yang mendorong se-tiap karyawan di perusahaan taat terha-dap company maintenance and qualityprocedure yang berlaku. Kedua, meru-pakan konsekuensi dari faktor pertamayakni tidak diikutinya prosedur mainte-nance manual penggantian deice bootsoleh teknisi. Ketiga, lemahnya peng-awasan pihak otoritas penerbangan ter-hadap maskapai bersangkutan juga me-nyumbangkan faktor penyebab kecela-kaan.

Kesimpulan pertugas penyelidikatas temuan dan bukti kecelakan pesa-wat Embraer 120 ini menunjukkan bah-wa mengabaikan safety adalah meng-undang bencana. Tidak adanya safetyculture diperusahaan dimaksud men-ciptakan kondisi umum ketidak patuh-an terhadap prosedur perawatan, padagilirannya tentu memicu terjadinya ke-celakaan fatal.

Safety culture yang kuat dapat men-ciptakan lingkungan organisasi yangpeduli pada keamanan dan keselamat-an. Hal ini ditunjukkan dalam perilakusetiap individu yang terlibat di dalam-nya maupun keputusan yang diambiloleh manajemen. Jika safety culturetumbuh baik, setiap orang akan taat pa-da prosedur dalam menjalankan peker-jaannya. ((hheerrmmaannssyyaahh))

Safety culture yang kuat dapat menciptakan lingkungan organisasi yang peduli pada ke-

amanan dan keselamatan. Hal ini ditunjukkan dalam perilaku setiap individu yang terlibat di

dalamnya maupun keputusan yang diambil oleh manajemen.

Page 11: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

Sejak tahun 1993 telah terjadi 10kecelakaan besar akibat fatigue

dengan 260 korban jiwa dalam du-nia penerbangan. Sebuah penelitianjuga mengungkapkan seorang ahliyang berpengalaman sekalipun me-miliki probabilitas kesalahan hingga70 persen jika berada dalam kondisifatigue/lelah.

""SSeeppeerrttii kkaattaa ppeeppaattaahh,, sseeppaannddaaii--ppaannddaaii ttuuppaaii mmeelloommppaatt ppaassttii ppeerrnnaahh

jjaattuuhh.. AAppaallaaggii kkaallaauu ssii ttuuppaaii llaaggii lleellaahhddaann nnggaannttuukk.. BBiissaa--bbiissaa mmaallaahh kkeecceebbuurrjjuurraanngg..""

Gara-gara lalai berkomunikasi da-lam buku operan pekerjaan, se-

buah pesawat mengalami kecelaka-an akibat 47 sekrup di panel leadingedge lepas dari horizontal stabilizerbagian kiri belum terpasang saat pe-sawat terbang.

""KKeejjaaddiiaann bbeeggiinnii mmuuddaahh ddiihhiinnddaarriiddeennggaann ttiiggaa ccaarraa.. PPeerrttaammaa,, uussaahhaakkaannssuuppeerrvviissoorr aattaauu mmaannaajjeerr mmaassiinngg--mmaa--ssiinngg sshhiifftt bbeerrtteemmuu ssaaaatt ppeerrggaannttiiaann..KKeedduuaa,, ccaattaatt ppeekkeerrjjaaaann yyaanngg bbeelluummsseelleessaaii ddaann aappaa yyaanngg hhaarruuss ddiillaakkuukkaannsshhiifftt bbeerriikkuuttnnyyaa ddii bbuukkuu ooppeerraann.. KKeettii--ggaa,, gguunnaakkaannllaahh ppeennaannddaa yyaanngg mmuu--ddaahh tteerrlliihhaatt uunnttuukk ppeekkeerrjjaaaann yyaanngg bbee--lluumm sseelleessaaii aaggaarr tteekknniissii sshhiifftt bbeerriikkuutt--nnyyaa ttaahhuu ppeekkeerrjjaaaann yyaanngg bbeelluumm bbee--rreess..""

11 | Edisi Februari 2010

"Sudah terlambat kalau sampai masalah terjadi diudara. Karena itu safety in the air starts on the ground."

"Teamwork memang penting, tapi kalau benar-benarpeduli pada keselamatan rekan kerja, peringatkanmereka selalu menggunakan equipment yang benar."

SAFETY TIPS

Cincin yang melingkar di jari kita,apalagi pemberian orang terkasih,

tentu punya makna selain sebagai hia-san. Tapi, cincin indah itu bisa menjadimasalah jika tetap dipakai saat bekerja,terutama di area yang penuh medanlistrik.

Cincin dan perawatan pesawat bu-kanlah padanan yang bagus. Perlu di-

ketahui, cincin (yang terbuat dari lo-gam) merupakan konduktor listrik

yang baik dan aliran listrik ini banyakterdapat di area perawatan pesawat.

Jalan terbaik yang bisa kita lakukanadalah melepas cincin selama bekerja.Kalau cincin sulit dilepas, gunakan sa-rung tangan atau bungkus cincin de-ngan selotip. Tips sederhana ini bisamenghindari kita dari hal-hal yang ti-dak kita inginkan.

Cincin Indah yang Bikin Masalah

Page 12: Plant the Seed, Reap the Rewards Aintra-02.gmf-aeroasia.co.id/App_GMFAA_SAFETY/penity… ·  · 2010-03-01Dalam Job Card SB 737-57A1277/FAA AD 2003-24-08 ada perintah peme-riksaan

12 | Edisi Februari 2010

Mengukur Safety Culturedengan ASCI

Safety culture merupa-kan istilah untuk menje-laskan bagaimana safe-

ty dikelola di tempat kerjadan mencerminkan sikap,persepsi, dan nilai terhadapsafety yang dianut karyawan.Karena itu safety culture ber-sifat abstrak dan tidak terda-pat dalam dunia fisik.

Meski bersifat abstrak, sa-fety culture bisa diukur mela-lui survey menggunakan kui-sioner Airline Safety CultureIndex (ASCI) untuk mendapatgambaran peta safety culturedi perusahaan. Hasil surveydapat mencerminkan base li-ne safety culture dana seba-gai patokan dalam mengukuradanya peningkatan (ataupenurunan) budaya kesela-matan ini.

Kuisioner ASCI pertamakali dikenalkan oleh GrahamEdkins dan Sheridan Coakespada tahun 1998 untukmengukur safety culture diairlines di Australia. GrahamEdkins berasal dari QantasFlight Safety dan SheridanCoakes dari Coakes Consul-ting, Australia.

Kuisioner ASCI terdiri dari25 buah pertanyaan denganskala penilaian 1-5 untuk se-tiap pertanyaan sehinggascore terendah 25 dan ter-tinggi 125. Sebanyak 25 per-tanyaan ini digunakan Edkinsdan kawan-kawan di dua per-usahaan terpisah. Pengujiandilakukan sebelum dan sesu-dah penerapan Indicate,program pengelolaan safetydi Australia.

Airlines disebut Poor Safe-ty Culture jika nilai ASCI-nya25-58. Level Mediocre SafetyCulture jika nilai ASCI-nya 59-92. Adapun Positive SafetyCulture jika nilai ASCI-nya 93-125.

Metode survei ini sudahdigunakan di GMF sebanyakdua kali. Pertama, pada 26Februari 2009 sampai 13 Ma-ret 2009. Sebanyak 850 setkuisioner disebar acak dan di-berikan kepada perwakilanVP, GM, Manager, dan NonStructural unit. Partisipasiyang dapat masuk mencapai287 responden. Hasil sam-plingnya, nilai ASCI GMF se-besar 91 atau berada pada le-vel Mediocare Safety Culture.

GMF kemudian melaku-kan upaya-upaya nyata da-

lam menanamkan Safety Cul-ture diperusahaan. Mulai darimeningkatkan kegiatan Safe-ty Action Group (SAG). Seper-ti kita ketahui, GMF memilikienam SAG yaitu: Base Mainte-nance, Line Maintenance, En-gineering Services, Compo-nent Maintenance, EngineMaintenance dan Trade & As-set Management. Di sampingpeningkatan kegiatan SAG's,GMF juga melakukan serang-kaian kegiatan promosi dankapanye tentang safety. Kegi-atan ini berupa pembuatanvideo safety practices, posterdirty dozen dan SMS via sms,sosialisasi disciplinary policy,dan berbagai kegiatan lain-nya.

Kegiatan massif itu ter-nyata membuahkan hasilyang cukup bagus, dalam sur-vei kedua pada 9 November2009 sampai 23 November2009 dengan tingkat partisi-pasi 456 responden, nilai ASCIGMF menjadi 95 (Positive Sa-fety Culture).

Meskipun berdasar hasilsurvey yang terakhir ini, Safe-ty Culture di GMF berada pa-da posisi yang cukup baik,upaya untuk peningkatan ha-rus tetap dilakukan. Masihterbuka ruang cukup luas un-tuk perbaikan menuju nilaASCI maksimal yaitu 125.

Serangkaian kegiatan su-dah menanti seperti penyem-purnaan isi daily safety talk,menambah alat pelindungdiri, melakukan surveillanceuntuk mengidentifikasi po-tensi bahaya dan upaya un-tuk melakukan mitigasi. Se-moga hasil tahun ini semakinlebih baik dibanding sebe-lumnya. ((ssyyaaffaarruuddddiinn ssiirreeggaarr))

Intermeso