plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · meningkatkan aktivitas dan hasil belajar...
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI
SMP KEMASYARAKATAN PROMASAN TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Bernardinus Kristianto
NIM : 091434022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Va’ Dove Ti Porta Il Coure”
Dan kelak. di saat begitu banyak jalan terbentang di
hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang
harus kauambil, janganlah memilih dengan asal saja,
tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah
napas dalam-dalam, dengan penuh
kepercayaan,seperti saat kau bernapas di hari
pertamamu di dunia ini.Jangan biarkan apa pun
mengalihkan perhatiamu, tunggulah dan tunggulah
lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan
dengarkan hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara,
beranjaklah,dan pergilah ke masa hati
membawamu... (Susanna Tamaro)
Ku persembahkan karyaku ini untuk:
1. Ayah bunda tercinta, yang dengan tulus iklas selalu mencurahkan kasih sayang,
doa, dan dukungan agar aku dapat melangkah lebih baik dalam menjalani
kehidupan ini.
2. Keluarga besar Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009
3. Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Desember 2013
Penulis,
Bernardinus Kristianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Bernardinus Kristianto
Nomor Mahasiswa : 091434022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI
SMP KEMASYARAKATAN PROMASAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal 17 Desember 2013
Yang menyatakan,
Bernardinus Kristianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metodeContextual Teaching and Learning. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswikelas VII semester genap tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 36 siswa.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari instrumenpembelajaran (Silabus dan RPP), dan instrumen pengumpulan data (tes, lembarobservasi, dan kuisioner). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelasdengan model Gabungan Sanford dan Kemmis. Model ini diawali denganperencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasiproses hasil tindakan, dan refleksi.
Tingkat hasil belajar siswa hanya 17,65% sebelum dilakukan penelitian.Dengan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning, terjadipeningkatan hasil belajar siswa, dari 58% pada siklus I, menjadi 77,78% padasiklus II. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa. Interaksi antar siswameningkat dari 14% menjadi 81%, dan kerjasama dalam kelompok meningkatdari 14% menjadi 92%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunakan pendekatanContextual Teaching and Learning pada materi pencemaran lingkungan dapatmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP KemasyarakatanPromasan.
Kata kunci : Contextual Teaching and Learning, hasil belajar, aktivitas belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
This study aims to improve the activity and student learning outcomes inthe subject of pollution and environmental damage. The subjects of this studywere students of class VII semester of academic year 2012/2013, as many as 36students. The instrument used in this study, consists of a learning instrument(Syllabus and RPP), and data collection instruments (tests, observation sheets,and quesinoer). Research model used is Model Combined Sanford and Kemmis.This model begins with action planning, action, observing and evaluating theresults of the action, and reflection.
Prior to this research, the level of student learning outcomes is only17.65%. With the uses of Contextual Teaching and Learning approach, anincrease in student leaming outcomes, from 58% in the first cycle, to 77.78% inthe second cycle. Increase also occurred in student activities. interaction amongstudents increased from 14% to 81%, and cooperation within the group increasedfrom 14% to 92%.
Thus, it can be concluded that the use Contextual Teaching and Learningon the pollution and environmental damage can improving activities and studentlearning outcomes class VII SMP Kemasyarakatan Promasan at academic year2012/2013.
Key words: Contextual Teaching and Learning, student learning outcomes,activities
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya yang
besar, serta melalui kehendak dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII Melalui Metode Contextual Teaching and Learning Pada Materi
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan
Tahun Ajaran 2012/2013.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program studi Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama masa studi dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak R. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan
senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.
4. Segenap dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan.
5. Staf Sekre JPMIPA /laboran PBIO (Bu Heni, Mas Arif, Pak Sugeng dan
Mas Agus yang telah memfasilitasi selama proses masa studi di
Universitas Sanata Dharma.
6. Sr. M. Magreeth Widyastuti, SPM. Selaku Kepala SMP Kemasyarakatan
Promasan yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Melkyas Putrawan Basuki, B. Sc selaku guru mata pelajaran
biologi, staf guru, karyawan, siswa-siswi kelas VII, serta seluruh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
SMP Kemasyarakatan Promasan yang telah bersedia membantu selama
proses penelitian.
8. Bapak dan ibu serta keluarga yang memberi dukungan doa serta
pengorbanan selama penulis menempuh pendidikan.
9. Christin yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam pengerjaan
skripsi.
10. Sahabat-sahabat ku: Widi, Leo, Wiwik, Rio, Riris, Adit, Ius, dan teman-
teman prodi Pendidikan Biologi 2009 atas kebersamaannya selama masa
studi banyak suka duka yang kita alami bersama. Untuk Alm Pimchan,
selamat jalan kawan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik, namun skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
Bernardinus Kristianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
SKRIPSI................................................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Permasalahan ...............................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
D. Batasan Masalah ......................................................................................9
E. Manfaat Penelitian.................................................................................10
F. Hipotesis..................................................................................................11
BAB II DASAR TEORI.......................................................................................12
A. Belajar.....................................................................................................12
B. Aktivitas Belajar ....................................................................................16
C. Hasil Belajar ...........................................................................................19
D. Contextual Teaching And Learning.......................................................34
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning ...................................34
b. Karakteristik Contextual Teaching and Learning ..............................37
c. Pola pembelajaran Contextual Teaching and Learning .....................47
E. Materi Pembelajaran.............................................................................49
1. Standar Kompetensi..............................................................................49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Kompetensi Dasar .................................................................................49
3. Indikator.................................................................................................50
4. Pokok materi : pencemaran dan kerusakan lingkungan...................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................55
A. Jenis Penelitian Yang Digunakan.........................................................55
B. Variabel Penelitian.................................................................................56
C. Jenis Data................................................................................................56
D. Subyek Penelitian...................................................................................56
E. Waktu Penelitian....................................................................................56
F. Instrumen Penelitian Yang Digunakan ...............................................57
G. Perencanaan Pelaksanaan Penelitian...................................................58
H. Analisis Data...........................................................................................63
I. Indikator Keberhasilan .........................................................................66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................67
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian.........................................................67
1. Siklus 1 ....................................................................................................67
a. Perencanaan...........................................................................................67
b. Pelaksanaan dan Pengamatan..............................................................69
c. Refleksi ...................................................................................................77
2. Siklus 2 ....................................................................................................78
a. Perencanaan...........................................................................................78
b. Pelaksanaan dan Pengamatan..............................................................79
c. Refleksi ...................................................................................................82
B. Hasil Penelitian.......................................................................................83
1. Hasil belajar siswa.................................................................................83
2. Aktivitas belajar siswa ..........................................................................86
C. Pembahasan............................................................................................88
1. Hasil Belajar ..........................................................................................88
2. Aktivitas Belajar Siswa .........................................................................93
3. Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)97
4. Faktor yang Mendukung Penerapan Pendekatan ContextualTeaching and Learning (CTL) di SMP Kemasyarakatan Promasan .......99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
5. Faktor yang Menghambat Penerapan Pendekatan ContextualTeaching and Learning (CTL) dan cara mengatasi ...................................99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................101
A. Kesimpulan...........................................................................................101
B. Saran .....................................................................................................101
Daftar Pustaka....................................................................................................104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai awal hasil belajar siswa ................................................... 4
Tabel 3.1 Rancangan penelitian tindakan kelas ....................................... 58
Tabel 3.2 Kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa ......................... 65
Tabel 3.3 Penskoran setiap pernyataan questioner .................................. 66
Tabel 3.4 Kriteria tanggapan siswa .......................................................... 66
Tabel 4.1 Hasil belajar siswa ranah kognitif siklus I ................................ 88
Tabel 4.2 Hasil belajar siswa ranah kognitif siklus II............................... 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ................... 88
Grafik 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ........ 89
Grafik 4.3 Presentase Ketuntasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 90
Grafik 4.4 Persentase Ketuntasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II .. 91
Grafik 4.5 Persentase Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa
antar Siklus ....................................................................... 93
Grafik 4.6 Persentase Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
antar Siklus ....................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Gabungan Sanford dan Kemmis ............................... 55
Gambar 4.1 Siswa sedang praktikum kerusakan hutan dengan cara
mencabuti rumput dalam lahan ............................................. 73
Gambar 4.2 Siswa sedang praktikum pengaruh pencemaran udara
terhadap pencemaran ikan ..................................................... 74
Gambar 4.3 Siswa praktikum pengaruh pencemaran air terhadap
pernafasan ikan ...................................................................... 76
Gambar 4.4 Siswa praktikum pengaruh eutrofikasi terhadap
kelangsungan hidup ikan ....................................................... 76
Gambar 4.5 Seorang siswa sedang mencatat hasil diskusi mengenai
pencemaran dan kerusakan lingkungan ................................. 78
Gambar 4.6 Siswa sedang praktikum penyaringan air limbah secara
fisika dan biologi ................................................................... 82
Gambar 4.7 Siswa mengukur pH dalam air saringan terakhir .................. 83
Gambar 4.8 Siswa sedang menuang dekomposer ke dalam bahan
kompos .................................................................................. 84
Gambar 4.9 Siswa sedang menutup bahan dengan plastik ........................ 84
Gambar 4.10 Siswa sedang menuliskan jawaban di papan tulis ................. 85
Gambar 4.11 Siswa sedang membuat poster ............................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Proses belajar mengajar hanya akan terjadi jika terjalin relasi antara
pendidik dan peserta didik, yang di dalamnya terjadi transfer ilmu dan
berlangsung secara berlanjut. Dalam proses belajar mengajar diharapkan
mampu menumbuh kembangkan situasi pendidikan (setiap kegiatan
pendidikan yang berlangsung) melalui teraktualisasinya kondisi tertentu di
dalam relasi kedua belah pihak. Komponen yang terkandung di dalamnya,
seperti komponen peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, dan proses
pembelajaran berjalan bersama (Slamet, 2005).
Dalam pendidikan formal, di mana pendidikan bersifat resmi, pendidik
cenderung lebih berperan sebagai pengawal dan sekaligus pengembang situasi
pendidikan. Dalam situasi formal tersebut, pendidik dalam kondisi
melaksanakan tugasnya (tugas profesional) dan peserta didik bertindak
sebagai sasaran dari tugas yang dilaksanakan pendidik. Di sini, pendidik
adalah seorang ahli yang mempunyai tanggung jawab akan proses dan
keberhasilan pendidikan. Sebagai seorang ahli, pendidik diharapkan mampu
menciptakan situasi yang kondusif guna terjadinya proses pendidikan, agar
pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil dengan adanya indikator-
indikator yang tercapai. Jadi seorang pendidik adalah seorang ahli yang
profesional, di mana ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
waktu dan sasaran, serta melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung
jawab (Sanjaya, 2011).
Dalam usaha mengaktualisasikan profesionalitasnya, seorang pendidik
membutuhkan perangkat pendidikan. Segenap ilmu dan ketrampilan serta
kinerja pendidik dapat disebut sebagai perangkat pendidikan. Dengan kata lain
perangkat pendidikan tersebut berisi hard and soft skill. Oleh karena itu,
perangkat pendidikan hendaknya dimiliki dan dilaksanakan oleh pendidik
untuk menumbuh-kembangkan proses pendidikan. Dengan adanya
penguasaan ilmu dan ketrampilan dari seorang pendidik, hal ini diharapkan
mampu memberikan nilai positif bagi perkembangan peserta didik.
Penguasaan “hard and soft skill” seorang pendidik akan membantu dalam
proses pembelajaran. Komponen-komponen pendidikan yang saling bersinergi
akan membantu dalam tercapainya tujuan pendidikan. Komponen-komponen
yang berisi hard and soft skill juga dibutuhkan seorang guru biologi dalam
mengampu mata pelajaran biologi.
Dalam belajar biologi, seringkali siswa kurang memahami apa yang
sebenarnya mereka pelajari. Pelajaran biologi sering dinilai sulit dipahami
oleh sebagian dari siswa. Seringkali siswa merasa yang mereka pelajari dalam
pelajaran biologi tersebut abstrak. Siswa merasa apa yang mereka pelajari
jauh dari kenyataan dan jauh dari kehidupan mereka, sehingga tidak sedikit
siswa yang mendapat nilai jelek dalam mata pelajaran biologi karena tidak
paham dengan materi yang siswa pelajari.
Dalam proses pembelajaran biologi yang sering terjadi adalah siswa
menyalin tulisan yang ada dalam buku paket ke dalam buku tulis siswa. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sudah selesai menyalin, guru baru menjelaskan materi yang dicatat tadi.
Proses pembelajaran yang demikian membuat siswa tidak berpikir kritis
melainkan membuat siswa terpaku dengan buku paket. Kemampuan siswa
untuk mengembangkan pengetahuannya menjadi terhambat. Metode yang
demikian mendidik siswa untuk menjadi follower bukan developer. Secara
tidak langsung justru akan membuat siswa menjadi tidak suka untuk berpikir
tetapi membuat siswa untuk gemar meniru. Jika dilihat secara lebih
mendalam penggunaan metode tersebut justru membuka peluang bagi siswa
untuk tidak fokus dengan materi pembelajaran dan dapat menurunkan minat
belajar siswa. Bagi siswa “nakal” justru memberi peluang untuk ribut sendiri,
atau bermain sendiri, dan yang lebih parah adalah waktu pelajaran yang
seharusnya digunakan untuk memahami materi yang dipelajari justru
digunakan untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang tidak atau
belum dikerjakan. Secara tidak sadar guru telah mendukung siswa untuk
menyepelekan, sehingga tidak mau belajar lagi.
Kejadian tersebut justru menjadi bumerang bagi diri siswa itu sendiri,
karena ketika tiba saatnya ujian mereka sudah tidak ingat lagi materi yang
dipelajari. Minimnya penguasaan materi pelajaran tersebut membuat siswa
tidak bisa mengerjakan ulangan dengan baik, jawaban mereka hanya asal-
asalan , sehingga nilai mereka menjadi hancur.
Salah satu sekolah yang mengalami hal serupa adalah SMP
Kemasyarakatan Promasan. SMP Kemasyarakatan Promasan merupakan
sebuah sekolah yang terletak di pedesaan, yaitu di Pedukuhan Promasan,
Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sekolah yang terletak di pedesaan ada kemungkinan besar bahwa siswa yang
sekolah di sana adalah siswa yang berasal dari pedukuhan Promasan dan
sekitarnya, meski tidak menutup kemungkinan bahwa ada siswa yang berasal
dari pinggiran kota, pusat kota, bahkan dari luar daerah atau luar propinsi.
Kecenderungan anak dari pedesaan adalah tidak percaya diri, pemalu, namun
mereka mau menghargai orang lain dan menyaudara. Guru Biologi di SMP
Kemasyarakatan Promasan merupakan guru pindahan dari Magelang, yang
juga sudah mendekati pensiun, sehingga tenaga dan kemampuannya pun
sudah berkurang.
Salah satu materi yang sulit diajarkan kepada siswa adalah materi
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari
tingkat pencapaian KKM siswa. KKM yang ditetapkan adalah 75, sedangkan
siswa yang mencapai KKM adalah 16, 67%, berarti masih ada 83,33% siswa
yang belum tuntas. Dengan kata lain, masih ada 30 siswa yang butuh
pendampingan khusus dalam proses pembelajaran, sehingga siswa harus
mengikuti remidial untuk menaikkan nilai yang mereka peroleh. Rendahnya
hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1Nilai awal hasil belajar siswa
No Hasil Ulangan Hasil
1 Nilai tertinggi 72
2 Nilai terendah 44
3 Rata-rata 54,54
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai ≥ 65) 6
5 Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 65) 30
6 Persentase ketuntasan belajar secara klasikal 16.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Hasil belajar siswa rendah karena KKM yang ditentukan sekolah
terlalu tinggi. Pemasangan target yang tinggi justru berbanding terbalik
dengan hasil belajar siswa. justru siswa harus melakukan remidial agar
nilainya bisa mencapai KKM tersebut. KKM 75% tidak sesuai jika dilihat
dari sarana dan prasarana belajar, dan sumber daya manusia, dan
kompleksitas materi. Dari segi sarana dan prasarana, sekolah tersebut tidak
layak mematok KKM 75% karena laboratorium dijadikan kelas untuk mata
pelajaran IPA baik saat praktik maupun teori. Ruang laboratorium juga terlalu
sempit, sehingga siswa kurang leluasa untuk melakukan praktikum. Buku
panduan IPA juga terbatas, sehingga buku yang menjadi satu-satunya sumber
informasi tidak dapat mereka peroleh.
Dari segi SDM, hampir sebagian besar siswa berasal dari daerah
pegunungan, sehingga dari segi keluasan wawasan sangat sedikit, apalagi
ditambah dengan belum banyaknya teknologi yang masuk ke daerah tersebut.
Tingkat kepandaian siswa juga sangat beragam, kondisi daerah pedesaan
membuat siswa enggan untuk belajar, karena tenaga mereka selalu terkuras
untuk berjalan kaki baik saat berangkat maupun pulang sekolah. Kebanyakan
siswa harus menempuh perjalanan ±2 km, dengan kondisi jalan yang naik
turun, atau jika berangkat sekolah turun bukit, tetapi jika pulang sekolah naik
bukit. Disamping siswa yang inputnya rendah, kondisi guru yang sudah tua,
dan sangat jauh dari sekolah menjadikan beliau tidak bisa mencurahkan
tenaga dan pikirannya dengan sepenuh hati. Banyak waktu yang terbuang
untuk transpostasi dari magelang hingga sekolahan, sehingga waktu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
persiapan menjadi tidak maksimal, apalagi jika menggunakan metode
pembelajaran yang baru yang membutuhkan banyak bahan dan alat.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi awal,
pemahaman yang kurang terhadap pelajaran biologi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Salah satu faktor yang menentukan dalam ketuntasan KKM
adalah metode pembelajaran. Metode penyampaian guru juga berpengaruh
dalam tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran biologi. Metode
yang tepat akan membantu siswa dalam memahami pelajaran, sebaliknya
metode yang kurang tepat justru akan membuat siswa semakin tidak paham
dengan materi yang dipelajari. Oleh karena itu, untuk membantu tingkat
pemahaman siswa diperlukan metode pembelajaran dan media belajar yang
tepat. Metode pembelajaran yang digunakan di SMP Kemasyarakatan
Promasan untuk mengajar materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
adalah metode ceramah. Metode ceramah digunakan karena perbendaharaan
metode pembelajaran guru masih kurang. Dalam metode ceramah siswa
hanya mendengar orasi dari guru. Dalam metode ceramah, siswa lebih banyak
pasif, dan guru yang lebih banyak aktif. Dengan metode ceramah siswa
kurang diajak untuk mengekplor diri mereka sendiri untuk menemukan
pengetahuan. Kepasifan siswa membuat siswa tidak berkembang secara
mental.
Faktor yang lain adalah aktivitas belajar siswa yang kurang berimbang
antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Dengan metode ceramah
aktivitas siswa yang lebih dominan adalah mendengar dan mencatat.
Kemampuan untuk mendengar seorang yang beranjak remaja tergolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
rendah. Dominasi aktivitas belajar yang cenderung tidak membuat anak
kreatif tersebut justru membuat proses kegiatan belajar mengajar menjadi
membosankan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang justru
melamum, menopang dagu, tiduran, ramai dengan teman sebangku.
Pada jaman sekarang, telah banyak terdapat berbagai model
pengajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di sekolah. Salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan Contextual
Teaching and Learning (Rustana, 2002).
Contextual Teaching and Learning merupakan metode pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan yang berdasarkan kehidupan nyata siswa
dan yang terjadi di lingkungan sekitar siswa yang dikaitkan dengan materi.
Dalam Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator. Peran guru adalah membantu agar
proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa
(Widodo, 2002).
Contextual Teaching and Learning menjadi pilihan dalam metode
mengajar dengan tujuan agar siswa dapat lebih aktif dalam belajar. Selain itu,
melalui metode tersebut diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik
jika dibanding dengan metode ceramah (Widodo, 2002). KKM untuk
penelitian diturunkan menjadi 65%, berdasarkan pertimbangan sarana dan
prasarna sekolah kurang memadai, dan sumber daya manusia yang inputnya
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang ditemukan, peneliti
ingin mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII melalui Pendekatan Contextual
Teaching Learning pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di
SMP Kemasyarakatan Promasan tahun ajaran 2012/2013.”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan tahun
ajaran 2012/2013?
2. Apakah Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada materi Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan tahun ajaran
2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan tahun
ajaran 2012/2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada materi Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan tahun ajaran
2012/2013
D. Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak berkembang dengan asumsi atau pengartian
yang lain maka perlu adanya pembatasan masalah pada:
1. Aktivitas Belajar Siswa
Merupakan kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada komponen utama
saat proses belajar mengajar berlangsung yaitu kerjasama dalam kelompok
dan interaksi dengan siswa lain. Kerjasama dalam kelompok dan interaksi
antar siswa menjadi fokus dalam penelitian tindakan karena dalam
penelitian sebelumnya belum disinggung, dan relasi antar siswa belum
terbangun dengan baik.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang diteliti adalah aspek kognitif, suatu perubahan
yang menyangkut pengetahuan, pemahaman, dan analisis sehingga terjadi
peningkatan pada hasil belajar, dalam hal ini peningkatan nilai dari siklus
ke siklus.
3. CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang digunakan
dalam penelitian adalah pembelajaran yang menekankan aspek REACT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yaitu Relating (mengaitkan), Experiencing (mengalami), Applying
(menerapkan teori), Cooperating (kerjasama), dan Transfering
(memperoleh pengetahuan baru).
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dalam penelitian adalah memahami saling
ketergantungan dalam ekosistem. Dari standar kompetensi tersebut,
penelitian tindakan kelas yang dilakukan menitik-beratkan pada
kompetensi dasar mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Membantu siswa dalam memahami konsep biologi karena materi
dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia
nyata siswa.
c. Semakin mencintai pelajaran biologi.
2. Bagi guru
a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
b. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih
menarik minat siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Guru dapat lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran biologi.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh selama di
bangku kuliah dengan kenyataan sehari-hari.
F. Hipotesis
Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII pada materi
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan
tahun ajaran 2012/2013”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
DASAR TEORI
A. Belajar
Belajar menurut teori konstruktivisme berarti belajar merupakan
pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai dengan isu-isu
yang mengakomodasi siswa untuk secara aktif menyusun makna. Sehingga
pemaknaan memerlukan pemahaman secara keseluruhan, sedangkan bagian-
bagian dari konsep dipahami dalam konteks keseluruhan. Proses
pembelajaran berfokus terutama pada konsep-konsep primer dan bukan
kepada fakta-fakta yang terpisah (Suparno, 2005).
Tujuan belajar adalah bagaimana setiap siswa menyusun makna, tidak
sekedar mengingat jawaban apa yang benar dan menolak makna milik orang
lain. Untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan penilaian
terhadap bagian-bagian dari proses pembelajaran, menjamin bahwa setiap
siswa akan memperoleh informasi tentang kualitas pembelajarannya
(Hamalik, 2002).
Menurut konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan aktif, yang
memungkinkan pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari
sendiri hal-hal yang mereka pelajari. Pelajar sendiri yang bertanggung jawab
terhadap semua hasil belajar. Oleh karena itu, belajar sebenarnya adalah yang
dikatakan dan dilakukan oleh pebelajar. Pengetahuan bukan sesuatu yang
diserap peserta belajar, tetapi pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan
oleh pebelajar sendiri (Suparno, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Belajar merupakan proses organik untuk menemukan sesuatu, lebih
daripada suatu proses mekanik untuk mengumpulkan sesuatu. Belajar
bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan
pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang
berbeda. Pelajar harus mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesa,
prediksi, menguji hipotesa, memanipulasi objek, memecahkan persoalan,
mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi,
mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan untuk membentuk
konstruksi yang baru. Belajar terjadi melalui suatu refleksi, pemecahan
konflik pengertian, dan dalam proses selalu memperbaharui tingkat pemikiran
yang tidak lengkap (Muhibbin, 2003).
Menurut Vygotsky dalam kutipan Suyono (2011) menjelaskan bahwa
siswa merupakan individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang
yang unik pula. Sebagai individu yang unik, maka siswa mempunyai
kekhasan untuk mengerti sesuatu dan mengkonstruksi pengetahuan, sehingga
siswa diharapkan mampu menemukan sendiri cara belajar yang tepat bagi
mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan teman-temannya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang (Hamalik, 2002).
Pembelajaran diharapkan dapat berlangsung secara alamiah. Tugas
guru adalah mengelola kelas agar tim bekerja bersama menemukan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang baru. Guru tidak memberikan informasi, tetapi siswa sendiri yang
mencari informasi tersebut. Dalam proses belajar mengajar, siswa aktif untuk
menggali dan menemukan sendiri informasi (Hamalik, 2002).
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan tentang
belajar bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dengan demikain
diharapkan anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
Ketrampilan dan pengetahuan diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit
demi sedikit). Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu (Rustana, 2002).
Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada
siswa. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka. Oleh karena itu perlu strategi belajar. Agar belajar
lebih efektif diperlukan adanya umpan balik dan komunitas belajar dalam
bentuk kerja kelompok (Daryanto, 2012).
Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar dimaknai sebagai kegiatan aktif
siswa dalam membangun makna. Tanggung jawab belajar ada pada diri siswa
itu sendiri, sedangkan guru bertanggung jawab menciptakan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.
Belajar bukan lagi merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi oleh guru ke dalam kepada siswa. Belajar membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
keterlibatan mental dan aktivitas siswa sendri, artinya belajar baru bermakna
jika ada pembelajaran terhadap dan oleh siswa. Siswa sebagai subyek belajar
harus aktif meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat,
bakat, perilaku dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku. Belajar adalah
suatu kebutuhan hidup yang self generating, yang mengupayakan diri sendiri,
karena sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk melangsungkan hidup,
menuju suatu tujuan tertentu (Muklas, 2012).
Hakikat belajar menurut UNESCO (1996) ada empat pilar dalam
belajar, yaitu : Belajar Untuk Mengetahui : Hal ini berkaitan dengan
perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk
mengetahui bertujuan untuk memberikan kepuasan karena perolehan
pemahaman, pengetahuan, dan kepuasan melalui penemuan-penemuan yang
mandiri. Untuk itu diperlukan kertampilan berpikir reflektif untuk melatih
anak menyelesaikan berbagai problema kehidupan. Belajar untuk berpikir
merupakan pembelajaran sepanjang hayat. Seseorang yang selalu siap belajar
untuk berpikir, selama hidupnya tidak akan mengalami kebosanan karena
menghadapi rutinitas.
Belajar Untuk Bekerja adalah berlatih atau belajar menguasai
ketrampilan dan kompetensi belajar. Dengan adanya penguasaan ketrampilan
dan kompetensi berarti pembelajaran harus mampu mengembangkan jiwa
inovatif siswa.
Belajar Untuk Hidup Bersama, hal ini mengisyaratkan adanya
interaksi berbagai kelompok dan golongan dalam kehidupan. Antar kelompok
dan golongan diharapkan dapat hidup secara berdampingan dan berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bersama. Untuk itu perlu adanya skill yang harus dipelajari siswa. Belajar
Menjadi Manusia Seutuhnya mengharuskan tujuan belajar dirancang dan
diimplementasikan sehingga pebelajar menjadi manusia yang utuh. Keutuhan
sebagai manusia dilihat dari aspek kepribadiaannya yang berkembang secara
seimbang dan optimal. Kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan
spiritual dan kecerdasan intelektual yang multi intelegent diharapkan tumbuh
dan berkembang secara seimbang, sehingga siswa menjadi pribadi yang
matang (UNESCO, 1996).
B. Aktivitas Belajar
Menurut Edi Sudardi dalam kutipan Syaiful (2010) dalam bukunya
mengungkapkan bahwa kegiatan belajar mengajar salah satunya ditandai
aktivitas anak didik. Anak didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas belajar tersebut aktif
baik secara fisik maupun mental. Kegiatan belajar mengajar dinilai tidak
berguna jika peserta didik hanya pasif. Dalam kegiatan belajar mengajar,
seharusnya guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Hal ini
sejalan dengan sistem pengajaran student center. Kegiatan pembelajaran
menghendaki aktivitas siswa seoptimal mungkin. Aktivitas siswa bukan
hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas belajar
dalam kelompok akan membuahkan interaksi dalam kelompok. Hal ini sesuai
dengan komponen masyarakat belajar pada pendekatan kontekstual.
John Dewey dalam kutipan Daryanto (2012) mengemukakan
pentingnya aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar. Aktivitas belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
siswa yang dimaksud adalah aktivitas jasmaniah dan aktivitas moral.
Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan dalam:
1. Aktivitas visual seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan
demonstrasi.
2. Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi,
menyanyi.
3. Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah,
pengarahan.
4. Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, melukis.
5. Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
Setiap jenis aktivitas memiliki bobot penilaian yang berbeda
bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Aktivitas belajar hendaknya memiliki bobot penilaian yang lebih
tinggi.
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal : turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya,
melaksanakan diskusi kelompok atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan yang sedang
dihadapinya (Depdiknas, 2002).
Ausebel (1978) seperti yang dikutip Daryanto (2012) mengemukakan
penjernihan pengertian di dalam mengkaji keaktifan dan kebermaknaan
kegiatan belajar mengajar dengan mengemukakan dua dimensi, yaitu : (1).
Kebermaknaan materi serta proses belajar mengajar; (2). Modus kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
belajar mengajar. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan
sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat
maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, dan rasa percaya.
Menurut Faig (2013) Siswa dikatakan aktif apabila :
1. Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa
a. Melakukan pengamatan atau penyelidikan
b. Membaca dengan aktif
c. Mendengarkan dengan aktif
2. Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran
(membangun pemahaman)
a. Berlatih
b. Berpikir kreatif
c. Berpikir kritis
3. Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya
a. Mengemukakan pendapat
b. Menjelaskan
c. Berdiskusi
d. Mempresentasikan laporan
e. Memajang hasil karya
4. Siswa berpikir reflektif
a. Mengomentari dan menyimpulkan proses pembelajaran
b. Memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran
c. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. Hasil Belajar
Penilaian keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan penilaian tes formatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur satu
atau beberapa pokok bahasan tertentu dengan tujuan memperoleh gambaran
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Hasil tes
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu
dalam waktu tertentu.
Keberhasilan belajar dibagi menjadi tingkatan yaitu :
1. Istimewa/ maksimal : 80% - 100% bahan ajar dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/ optimal : 76% - 79% bahan ajar dikuasai oleh siswa.
3. Baik/ minimal : 60% - 75% bahan ajar dikuasai oleh siswa.
4. Kurang: kurang dari 60% bahan ajar dikuasai oleh siswa.
Bloom mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor.
A. Ranah Kognitif
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001) dimensi proses kognitif
terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1. Remember (Mengingat)
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan
yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari
proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling
(mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling
(mengingat).
a. Recognizing (mengenal kembali).
Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang
relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya
dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari
potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau
hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika
menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang
berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian
mencari yang cocok.
b. Recalling (mengingat)
Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang
sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah
atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah
pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi
dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk
mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2. Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan
pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan
hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif
Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh),
Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan),
Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining
(menjelaskan)
a. Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah
informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke
kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan
contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum.
Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari
bagian-bagian pada konsep
c. Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu
merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan
pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri
atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep
tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta
siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai
dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep
umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
d. Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika
siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan
informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e. Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh
kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa
dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian
dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari
masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada
hubungan antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan)
Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga
diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang
satu dengan objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan
menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang
memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan
sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3. Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa
terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses
kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan
menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan)
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah
dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan.
Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada
siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih
cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill
dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan
algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal
lebih berurutan 2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka
hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.
b. Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan
prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa.
Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga
siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan
dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create. Karena siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum
mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu,
kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu,
mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi.
Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill
dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1) prosedur
mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang
berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2)
jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi
jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu
kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-
bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut
dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci
sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar
bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi
ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab
dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri
kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi
(Organizing) dan memberi simbol (Attributing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-
bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b. Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-
unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c. Attributing (Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan
tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah
yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang
lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang
diajukan.
5. Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan
adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi,
sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun
kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan
Critiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek)
Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi
internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi
keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi
berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil
yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu
masalah mendekati jawaban yang benar.
6. Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk
atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini
diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang
menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau
fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk
baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk
atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya.
Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa
yang sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah
diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana
siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang
dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil
melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai
awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul
kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang
dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating).
Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa
memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan
kegiatan (Planning). Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa
menyusun penyelesaian (Producing).
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual
(factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan
metakognisi (metacognitive knowledge). Pengetahuan faktual adalah
pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa sehingga siswa mampu
memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut.
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang
saling berhubungan dan dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat
digunakan secara bersama-sama. Pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu; metode
untuk mencari sesuatu, suatu pengetahuan yang mengutamakan
kemampuan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan metakognisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara umum.
(Anderson dan Krathwohl, 2001:45-56).
B. Ranah Afektif
Ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Misalnya; perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan
sosial. Ada beberapa kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar; (a)
Receiving/ attending/ menerima/ memperhatikan. (b) Responding/
menanggapi. (c) Valuing/ penilaian. (d) Organization/ Organisasi. (e)
Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau
internalisasi nilai.
Receiving/ attending/ menerima/ memperhatikan adalah semacam
kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang
kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe
ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan
seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving juga diartikan sebagai
kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang
ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan
diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
Responding/ menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan
adanya partisipasi aktif atau kemampuan menanggapi, kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
Valuing/ penilaian, menilai atau menghargai artinya memeberikan
nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek,
sehingga apabila kegiatan itu idak dikerjakan kan memebrikan suatu
penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena baik atau buruk.
Organization/ Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam
suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang
lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk
kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan
lain-lain. Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai
atau internalisasi nilai adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam
hierarki nilai.
C. Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Adapun kategori dalam ranah psikomotor; (a) Peniruan, (b)
Manipulasi, (c) Pengalamiahan, (d) Artikulasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu
faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar.
Yang tergolong faktor internal ialah :
Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh.
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
meliputi :
o Faktor intelektual terdiri atas faktor potensial yang meliputi
intelegensi dan bakat, dan faktor aktual yang meliputi kecakapan
nyata dan prestasi. Intelegensi adalah suatu kemampuan umum
dari seseorang untuk belajar dan memecahkan suatu
permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun
usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada
bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan
berhasil.
o Faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat, kebisaan, motivasi, kebutuhan,
konsep diri, penyesuaian diri, dan emosional.
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar
seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor
psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang
signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Djamara,
2008).
Bakat merupakan kemampuan yang menonjol di suatu
bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa
asing. Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu,
sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada
umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh
pendidikan dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri.
Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan
lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang.
Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan
gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi
tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat
lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan
terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan
cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan
harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat
dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar..
Bila ada siswa yang kurang memiliki motivasi instrinsik diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik agar mahasiswa
termotivasi untuk belajar (Djamara, 2008).
Faktor kematangan baik fisik maupun psikis,
Faktor kematangan fisik dan psikis ini maksudnya adalah
seseorang yang mengalami perkembangan fisik dalam arti bahwa
kematangan fisik seseorang harus seimbang dengan perkembangan
psikisnya.
Yang tergolong faktor eksternal ialah :
Faktor sosial yang terdiri : sosial lingkungan, sosial sekolah, dan sosial
masyarakat.
Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian.
Faktor lingkungan fisik seperti : fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim,
sekolah.
Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Menurut Slameto (2010), dari faktor eksternal tersebut, sekolah
menjadi salah satu syarat dalam keberhasilan belajar. Yang termasuk dalam
faktor sekolah di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Metode Mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus
dilalui di dalam mengajar. Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah
menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain
itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Relasi Guru dengan Siswa. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik,
siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal
tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia
segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya
pelajarannya tidak maju.
c. Relasi Siswa dengan Siswa. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau
tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa
rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan
dari kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu
belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan
alasan- alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan
yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Menciptakan relasi
yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang
positif terhadap belajar siswa.
d. Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata
tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lain-lain. Dengan
demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam
belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin
haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. Alat pelajaran erat
hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima
bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
e. Metode Belajar. Banyak siswa malaksanakan cara belajar yang salah.
Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat
dan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu
belajar, kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus,
karena besok akan tes.
D. Contextual Teaching And Learning
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning
Sanjaya (2006) dalam bukunya strategi pembelajaran menjelaskan
bahwa Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning bukan merupakan
suatu konsep yang baru. Di kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Jhon
Dewey pada tahun 1916. Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan
metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa
(Trianto, 2007).
Ada tiga hal yang perlu dipahami dalam konsep Contextual Teaching
and Learning. Pertama, Contextual Teaching and Learning menekankan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, Contextual
Teaching and Learning mendorong agar siswa menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Ketiga, Contextual Teaching and Learning
mendorong siswa untuk dapat menerapkannyan dalam kehidupan, artinya
Contextual Teaching and Learning bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran
itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi
pelajaran dalam konteks Contextual Teaching and Learning bukan untuk
ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka
mengarungi kehidupan nyata.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi pembelajaran
yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan
nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajarinya dengan kehidupan mereka (Blanchard, 2001). Melalui
pembelajaran kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat
diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat
memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru mengkaitkan konteks dalam kerangka
pembelajarannya guna meningkatkan makna belajar siswa (Ome’ara, 2002).
Konteks sangat penting untuk semua situasi belajar (Supriyadi, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa didalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang
sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peran guru. Siswa belajar diawali dengan pengetahuan,
pengalaman, dan konteks keseharian yang mereka miliki yang dikaitkan
dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas. Selanjutnya
dimungkinkan untuk mengimplementasikan dalam kehidupan keseharian
mereka. Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian
hantarkanlah mereka dari dunia kita kedunia mereka kembali (Supriyadi,
2006).
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi didalam suatu konteks
melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil
pembelajaran kontekstual diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan pengamatan serta
menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya (Rustana, 2004).
Tujuan belajar siswa adalah mampu menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang mereka temukan dalam benak
mereka. Itulah prinsip dasar tujuan belajar melalui pendekatan Contextual
Teaching and Learning. Dengan demikian hasil belajar bukanlah hanya suatu
penguasaan materi, tetapi jauh lebih dari itu adalah kemampuan memecahkan
persoalan yang siswa alami dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pengkonstruksian pengetahuan dapat dilihat dengan hasil karya mereka.
Dalam proses mengkonstruksi tentunya dibutuhkan partisipasi siswa, oleh
karena itu partisipasi dapat digunakan untuk pengukuran dalam proses
penemuan pengetahuan. Dengan Contextual Teaching and Learning, hasil
pembelajaran dapat diukur dengan authentic assesment. Authentic assesment
dapat dilakukan dengan cara menilai produk (kinerja), mengukur pengetahuan
dan ketrampilan siswa, tugas yang relevan dan kontekstual (Daryanto dan
Rahardjo, 2012).
b. Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Menurut Djamarah dan Zain (2010) terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning yaitu :
1. Dalam Contextual Teaching and Learning, pembelajaran merupakan
proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting
knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan
yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memperhatikan detailnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal melainkan untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan
tersebut baru pengetahuan dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Strategi pembelajaran kontektual dikemukakan oleh Center for
Occupational Research and Develoment (CORD) yang dikenal dengan REACT,
yaitu :
1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.
2. Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
3. Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya.
4. Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, atau tugas kelompok.
5. Transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam
situasi atau konteks baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Selama ini kelas-kelas dalam pendidikan di sekolah kurang produktif
karena adanya pandangan mengenai pengetahuan sebagai seperangkat fakta
yang harus dihafal. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas
seringkali diisi dengan ceramah dan guru sebagai sumber utama
pengetahuan, sementara siswa dipaksa untuk menerima dan menghafal fakta-
fakta yang diberikan oleh guru. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar yang lebih memberdayakan siswa. Bagi Contextual Teaching and
Learning, program pembelajaran adalah rencana guru mengenai skenario
(tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakannya dalam satu pertemuan
atau lebih. Dalam program itulah guru dapat melihat apa saja yang perlu
dipersiapkan sebelum proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam
pembelajaran kontekstual dituntut untuk bagaimana menghidupkan kelas
dengan mengembangkan pemikiran anak, sehingga proses belajar akan lebih
bermakna karena anak bekerja sendiri untuk menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya (Rustana,
2002 ).
Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh filsafat
konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat,
bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang
kemudian dinamakan “skema”, yang terbentuk dari pengalaman. Semakin
dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses
penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi berarti proses penyempurnaan skema, sedangkan akomodasi berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru
(Daryanto dan Raharjo, 2012).
Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu
terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa
model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Dalam
pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala
ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari
hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak
fungsional (Sanjaya, 2011).
Dalam Contextual Teaching and Learning, pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subyek, dalam hal ini siswa. Belajar bukanlah peristiwa
mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses
mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan
atau pengalaman. Oleh karena itu, dalam usaha menemukan dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan, guru harus menghindari mengajar
sebagai proses penyampaian informasi. Kalaupun guru memberikan informasi
kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu
agar lebih bermakna bagi kehidupan mereka (Sanjaya, 2011).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak mengurusi strategi pemberian
informasi dari pada memberi informasi itu sendiri. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru (Daryanto dan Raharjo, 2012).
Pembelajaran kontekstual sangat memperhatikan kebutuhan
individual siswa. Oleh karena itu Hamalik (dalam Rustana, 2002), guru harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental siswa.
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung. Siswa saling
belajar dari sesamanya di dalam kelompok kelompok kecil dan
belajar bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar (kelas)
c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
dengan karakteristik kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan
motivasi berkelanjutan.
d. Mempertimbangkan keragaman siswa, seperti latar belakang suku
bangsa, status sosial, ekonomi, bahasa utama yang dipakai di rumah,
dan berbagai kekurangan yang mungkin dimiliki siswa.
e. Memperhatikan multi intelegensia siswa.
f. Menggunakan teknik teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran
siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi.
g. Menerapkan penilaian autentik yang akan mengevaluasi
pengetahuan dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada sekedar
hafalan informasi faktual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Sebagai suatu metode pendekatan pembelajaran, Contextual Teaching
and Learning mempunyai 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran (Sanjaya, 2006). Ketujuh asas tersebut adalah :
1. Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan memang berasal
dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu
obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek
untuknya. Dengan demikian pengetahuan tidak bersifat statis tetapi
bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan
mengkonstruksinya.
Prinsip dasar konstruktivisme dalam praktik pembelajaran
harus dipegang guru (Rustana, 2002) adalah sebagai berikut:
Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.
Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa
lebih penting daripada informasi verbalistis.
Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri dalam belajar.
Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri
dalam belajar.
Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin
kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
Pengalaman siswa dibangun secara asimilasi (yaitu
pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada)
maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada di
modifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman
baru).
2. Inkuiri
Inkuiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis, oleh karena
itu ketrampilan berpikir kritis harus dibangun. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan,
guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Sehingga terjadi
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Belajar pada
dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara
mekanis. Melalui proses mental itu diharapkan siswa berkembang
secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan.
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencermikan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terbadap sesuatu.
d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and
Learning menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui
kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam
kelompok yang terbentuk secara alamiah. Hasil belajar dapat
diperoleh dari sharing dengan orang lain, antar teman, antar
kelompok; yang sudah memberi tahu pada yang belum tahu, yang
pernah memiliki pengalaman membagai pengalamannya pada orang
lain.
Dalam konsep ini dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Biarkan dalam kelompoknya
mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk
membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada orang lain.
5. Permodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan asas yang cukup
penting dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam
struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
pengetahuan yang dimilikinya.
Di setiap proses pembelajaran berakhir, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali
apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan
pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengetahuan belajarnya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Dalam Contextual Teaching and Learning, keberhasilan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan
intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Penilaian
nyata adalah proses penilaian yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa. Penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar belajar atau tidak. Penilaian yang autentik dilakukan
secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan
secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Oleh karena itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan
kepada hasil belajar.
Dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan di SMP
Kemasyarakatan Promasan menitikberatkan pada azaz konstruktivisme,
modeling, dan refleksi. Ketiga asas tersebut dipilih dengan tujuan agar
siswa dapat membangun pengetahuannya akan materi pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Nanang
(2009) dalam bukunya Konsep Strategi Pembelajaran bahwa peserta didik
harus mengkonstruksi pengetahuan baru secara bermakna melalui
pengalaman nyata. Untuk dapat semakin mengkonstruksi pengetahuannya
maka dibutuhkan permodelan dan refleksi untuk melakukan penilaian yang
benar terhadap pengetahuan yang dibangun, dalam hal ini materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
c. Pola pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa untuk mencapai kompetensi
yang sama menggunakan Contextual Teaching and Learning, guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini :
1. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, materi yang
akan dipelajari, dan manfaat pembelajaran
2) Guru membagi kelompok
3) Guru menjelaskan secara singkat tugas yang harus dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Inti
1) Di lapangan
a. Siswa melakukan observasi/praktikum sesuai tugas yang
diberikan
b. Siswa mencatat hasil observasi/praktikum
2) Di kelas
a. Siswa mendiskusikan hasil observasi/ praktikum
b. Siswa melaporkan hasil diskusi
c. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan
3. Penutup
3) Siswa membuat kesimpulan
4) Guru memberi penugasan
5) Guru mengajak siswa berefleksi
Pendekatan kontekstual ini menekankan salah satunya kepada
bagaimana belajar di sekolah yang dapat diterapkan ke dalam situasi dunia
nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya
dalam kehidupan mereka. Pada pembelajaran kontekstual tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak akan bertahan
lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
fisik, mendemonstrasikan sendiri, dan lain sebagainya. Dengan begitu siswa
belajar mengalami sendiri (Depdiknas , 2002).
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila :
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tertinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Keberhasilan pembelajaran kontekstual, baik proses maupun hasil
belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator, antara lain:
a. Siswa belajar dari melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling
mengoreksi.
b. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
c. Siswa dapat menguasai materi atau informasi secara mendalam dan
bermakna serta dapat menerapkan dalam kehidupan nyata.
E. Materi Pembelajaran
1. Standar Kompetensi
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
2. Kompetensi Dasar
Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Indikator
a. Menyebutkan bentuk-bentuk pencemaran dan kerusakan
lingkungan
b. Menemukan cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
4. Pokok materi : pencemaran dan kerusakan lingkungan
Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan
Polusi adalah masuknya zat, energi, makhluk hidup, atau komponen
lain ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan menurun. Penurunan
kualitas lingkungan dapat menimbulkan kerugian terhadap makhluk hidup
lain. Misalnya, CO2 yang kadarnya 0,092% dapat merusak karena secara
alami kadar CO2 di udara adalah 0,032%.
Air tawar merupakan sumber air bagi tumbuhan, hewan, manusia, dan
organisme lain. Pada umunya, air yang ada di bumi tidak berada dalam
keadaan murni dan bersih, namun ada unsur dan senyawa yang terlarut di
dalamnya. Keadaan air yang menyimpang dari keadaan normalnya disebut air
yang tercemar.
Pencemaran tanah pada umumnya berasal dari limbah berbentuk
padat. Limbah tersebut terdiri dari berbagai komponen, baik yang bersifat
organik maupun anorganik. Komponen polutan tanah di kota besar antara
lain berupa kertas, kaleng, logam (misalnya besi), plastik, dan kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan yang sebagian besar disebabkan oelh aktivitas
manusia, harus segera ditanggulangi. Jika tidak, bumi akan dilanda bencana,
seperti banjir, longsor, dan kebakaran sering terjadi belakangan ini. Untuk itu,
diperlukan upaya bersama dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam
menanggulangi pencemaran lingkungan.
1. Penanggulangan Pencemaran Udara
2. Penanggulangan Pencemaran Air
3. Penanggulangan Pencemaran Tanah
4. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Melalui Pengawasan
5. Penanggulangan Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Melalui
Pendidikan (Sumarwan, 2007).
F. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Purwanto (2012) dengan judul meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem menggunakan pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching And Learning) pada siswa kelas VII di
SMP Promasan Kalibawang tahun ajaran 2011/2012.” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa
menggunakan metode Contextual Teaching and Learning, yaitu peningkatan
hasil belajar siswa dari nilai rata-rata siswa 6,72 dengan ketuntasan belajar
61,53 % menjadi nilai rata-rata siswa 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
%. Sedangkan peningkatan aktivitas belajar dari 34,61 % meningkat menjadi
65,35 %.
Penelitian yang lain, juga dilakukan di Salatiga oleh Handayani
(2012) dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMK Kristen
Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil keberhasikan proses pada
penelitian ini adalah sebelum tindakan rata-rata hasil belajar yang disapai
siswa sebesar 53,52% dan ketuntasan belajar sebesar 19,35 %. Rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 66,41% dan ketuntasan belajar sebesar
51,7 %. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 93,86% dan
ketuntasan belajar sebesar 100 %.
G. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran biologi yang terjadi pada saat observasi
awal dilakukan adalah siswa menyalin tulisan yang ada dalam buku paket ke
dalam buku tulis siswa. Jika sudah selesai menyalin, guru baru menjelaskan
materi yang dicatat tadi. Proses pembelajaran yang demikian membuat siswa
tidak berpikir kritis melainkan membuat siswa terpaku dengan buku paket.
Kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya menjadi
terhambat.
Metode yang demikian mendidik siswa untuk menjadi follower bukan
developer. Secara tidak langsung justru akan membuat siswa menjadi tidak
suka untuk berpikir tetapi membuat siswa untuk gemar meniru. Jika dilihat
secara lebih mendalam penggunaan metode tersebut justru membuka peluang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bagi siswa untuk tidak fokus dengan materi pembelajaran dan dapat
menurunkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat berbanding lurus
dengan tingkat pencapaian KKM siswa. KKM yang ditetapkan adalah 75,
sedangkan siswa yang mencapai KKM adalah 16, 67%, berarti masih ada
83,33% siswa yang belum tuntas. Dengan kata lain, masih ada 30 siswa yang
butuh pendampingan khusus dalam proses pembelajaran, sehingga siswa harus
mengikuti remidial untuk menaikkan nilai yang mereka peroleh.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan penerapan pendekatan
kontekstual. Contextual Teaching and Learning merupakan metode
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berdasarkan kehidupan
nyata siswa dan yang terjadi di lingkungan sekitar siswa yang dikaitkan
dengan materi. Peran guru adalah membantu agar proses belajar bukan
merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan
yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa (Widodo, 2002).
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dipilih karena dalam
pendekatan Contextual Teaching and Learning terdapat beberapa aspek yang
mendukung dalam proses peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Pertama, Contextual Teaching and Learning menekankan pada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, Contextual
Teaching and Learning mendorong agar siswa menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Ketiga, Contextual Teaching and Learning
mendorong siswa untuk dapat menerapkannyan dalam kehidupan, artinya
Contextual Teaching and Learning bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran
itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran
dalam konteks Contextual Teaching and Learning bukan untuk ditumpuk di
otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka mengarungi
kehidupan nyata.
Strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning dikenal dengan REACT, yaitu: Relating, belajar dikaitkan dengan
konteks dunia nyata; Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention); Applying,
belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya; Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi
interpersonal, pemakaian bersama, atau tugas kelompok; Transfering, belajar
melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
Dengan strategi yang saling berhubungan dan berjalan secara terus menerus
diharapkan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani dkk,
2007).
Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2010). Desain penelitian tindakan kelas yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Gambar. 3.1 Model Gabungan Sanford dan Kemmis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
B. Variabel Penelitian
Ada tiga variabel dalam penelitian yang akan dilakukan. Ketiga
variabel tersebut adalah:
a. Variabel bebas : Metode Contextual Teaching and Learning
b. Variabel terikat : Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Aktivitas
Siswa
C. Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
Kuantitatif terdiri atas hasil belajar,hasil karya siswa, dan hasil observasi
aktivitas belajar siswa.
D. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan
Promasan, pedukuhan Promasan, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2012/ 2013 dengan jumlah 36 siswa.
E. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 – 21 Mei 2013 yang
bertempat di SMP Kemasyarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang,
Kulon Progo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
F. Instrumen Penelitian Yang Digunakan
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini ada dua jenis yang digunakan, yaitu instrumen pembelajaran dan
instrumen pengumpulan data. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam ini berupa silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3) yang disusun oleh peneliti dengan
mengacu pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning), juga dilengkapi panduan praktikum
(Panduan Praktikum dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1) Melakukan pretest di setiap awal siklus dan postest disetiap akhir
siklus, disamping itu juga melalui hasil karya siswa untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Cara tersebut digunakan untuk mengumpulkan data
kuantitatif.
2) Melakukan observasi aktivitas belajar siswa pada setiap siklus dengan
lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Cara tersebut
digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif dengan analisis
kuantitatif deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
G. Perencanaan Pelaksanaan Penelitian
Proses penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri dari 2 siklus.
Dalam setiap siklus menggunakan desain penelitian, yang terdiri atas
perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observing), dan refleksi (reflecting). Ke empat aspek tersebut tertuang dalam
masing-masing siklus.
Berdasarkan observasi awal, dan dengan menggunakan desain
penelitian tindakan kelas, maka ditetapkan bahwa tindakan yang
dipergunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
materi pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah melalui
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Secara umum,
rancangan penelitian tindakan kelas pada materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus Indikator Tujuan Materi Tempat
I 1. Menjelaskan
proses terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan
2. Sadar akan
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan
3. Menunjukkan
1. Siswa dapat
menjelaskan
proses terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan
2. Siswa sadar akan
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
Pencemaran
lingkungan
Kelas
dan
kebun
sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Siklus Indikator Tujuan Materi Tempat
penyebab
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
3. Siswa dapat
menunjukkan
penyebab
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
2 1. Menjelaskan cara
penanggulangan
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
2. Menaruh minat
pada dampak
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
3. Mendemonstrasi-
kan cara
penanggulangan
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
1. Siswa dapat
menjelaskan cara
penanggulangan
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
2. Siswa menaruh
minat pada
dampak
terjadinya
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
3. Siswa dapat
mendemonstrasi
kan cara
penanggulangan
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan.
Penanggula-
ngan
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
Kelas
dan luar
ruangan
a. Siklus 1
Materi pembelajaran pada siklus pertama dalam materi
pembelajaran Pencemaran dan kerusakan Lingkungan adalah bentuk dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan. Proses pembelajaran
diharapkan berlangsung dengan cara :
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka dalam tahap perencanaan ini
peneliti melakukan :
a. Melakukan observasi di lingkungan sekolah.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan materi
pencemaran tanah dan kerusakan hutan.
c. Menyusun panduan praktikum dengan materi bentuk dan dampak
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
d. Mengkonsultasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kepada
guru bidang studi, didiskusikan agar proses pembelajaran sesuai
dengan waktu dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
e. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan soal tes.
f. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
2. Pelaksanaan dan Pengamatan
a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari serta tujuan
pembelajaran.
b. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 6
orang, sehingga kelompok yang terbentuk ada 6 kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Siswa bekerja dalam kelompok dan melakukan praktikum
d. Siswa berdiskusi dalam kelompok, kemudian mempresentasikan
hasil praktikum untuk mengambil kesimpulan bersama.
e. Siswa membuat laporan hasil praktikum.
f. Guru melakukan tes akhir siklus 1.
g. Peneliti bersama observer mengamati proses belajar siswa yang
melibatkan aktivitas siswa. Yang diamati dan dinilai adalah
aktivitas siswa: interaksi antar siswa dan kerja sama dalam
kelompok.
h. Peneliti menilai laporan, hasil karya, dan tes
3. Refleksi
Peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan
untuk perbaikan, guna meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar
siswa pada siklus 2.
b. Siklus 2
Dalam siklus ke 2, materi pembelajaran yang digunakan yaitu cara
penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Proses
pembelajaran diharapkan berlangsung sebagai berikut:
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus 1 maka perencanaan
yang dibuat adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan panduan
praktikum tentang cara penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
b. Mengkonsultasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
panduan praktikum pada guru bidang studi untuk didiskusikan,
diperbaiki seperlunya agar sesuai dengan waktu dan tingkat
pemahaman siswa.
c. Siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
d. Membuat lembar observasi
e. Membuat soal tes akhir siklus 2
2. Pelaksanaan
a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran.
b. Guru membagi siswa dalam kelompok. Siswa dibagi dalam 4
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 9 orang.
c. Siswa melakukan praktikum cara penanggulangan pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
d. Siswa berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan hasil
praktikum.
e. Siswa menggambar desain praktikum. Gambar akan dijadikan
hasil karya
f. Peneliti dan observer melakukan pengamatan dan menilai proses
belajar yang berkaitan dengan aktivitas siswa. Yang diamati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dinilai adalah aktivitas siswa: kerja sama dalam kelompok dan
interaksi antar siswa.
g. Peneliti menilai laporan kegiatan, hasil karya, dan tes.
3. Refleksi
Peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan pada
siklus ke 2. Guru melakukan evaluasi untuk melihat kemajuan pada
siklus 2.
H. Analisis Data
Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil
belajar dengan cara persentase. Yaitu dengan menghitung peningkatan
ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu
mencapai nilai 65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh
nilai 65 ini jumlahnya sekitar 75% dari jumlah seluruh siswa dan masing-
masing dihitung dengan menggunakan rumus. Analisis tersebut
dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan
klasikal dengan rumus sebagai berikut :
Ketuntasan individu = 100%Ketuntasan klasikal = 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Keterangan :
Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan KKM
sekolah > 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 75% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan > 65
2. Analisis data aktivitas belajar siswa dari lembar observasi.
: 100%Keterangan Penskoran :
Skor 3 jika 3 deskriptor tampak
Skor 2 jika 2 deskriptor tampak
Skor 1 jika 1 deskriptor tampak
Skor 0 jika tidak ada deskriptor tampak
Ketuntasan klasikal =ℎ ℎ ℎ 100%Adapun penetapan kriteria hasil skor dari data observasi secara
individu yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 3.2Kriteria Penggolongan Aktivitas Belajar Siswa
Skor Kriteria
X ≥ 15 Sangat Aktif
12 < X ≤ 14,9 Aktif
9 < X ≤ 11,9 Cukup Aktif
5 < X ≤ 8,9 Kurang Aktif
X < 4,9 Sangat Kurang Aktif
Keterangan :
X = Jumlah skor aktivitas belajar siswa
3. Questioner Contextual Teaching and Learning
Persentase hasil questioner siswa:
100%Persentase rata-rata skor questioner:
100%Ketuntasan klasikal =ℎ ℎ ℎ 100%
Penskoran untuk setiap masing-masing questioner penerapan
Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 3.3Penskoran setiap pernyataan questioner
Keterangan Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
1
2
3
4
4
3
2
1
(Kisi-kisi kuisioner dapat dilihat pada lampiran 20)
Adapun penetapan kriteria penggolongan questioner Contextual
Teaching and Learning secara individu yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4Kriteria Tanggapan Siswa
Skor Kriteria
60 < X ≤ 80 Sangat Baik
40 < X ≤ 59 Baik
20 < X ≤ 39 Cukup
0 < X ≤ 19 Kurang
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila ada peningkatan hasil
dari setiap siklus.
Indikator keberhasilan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Tercapainya tuntas belajar klasikal yaitu 75 % siswa mendapat nilai
minimal 65.
2. Untuk per-orangan, seorang siswa disebut tuntas belajar apabila telah
mencapai skor 65 % atau nilai 65.
3. Minimal ≥ 60 % siswa aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Kemasyarakatan
Promasan pada bulan Mei 2013. Subyek penelitian tindakan kelas adalah
siswa kelas VII yang berjumlah 36 siswa, yang terdiri atas 8 siswa putra dan
28 siswa putri.
Berdasarkan masalah yang terindetifikasi pada saat observasi awal
maka direncanakan model pembelajaran pada pokok bahasan Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan melalui pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Contextual Teaching and Learning menjadi pilihan
pertama agar pelajaran biologi dapat menyatu dengan kehidupan siswa sehari-
hari.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Dalam perencanaan siklus I, peneliti mencoba membangun
interaksi dengan siswa. Peneliti melakukan pendekatan dengan siswa
dengan cara mengajar materi “pengaruh kepadatan penduduk terhadap
kelestarian lingkungan.” Tujuan peneliti mengajar adalah agar siswa
tidak canggung dengan guru yang baru. Peneliti tidak dipertanyakan
lagi tentang identitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dengan dilakukan pengajaran tersebut diharapkan siswa fokus
pada materi pembelajaran bukan fokus pada peneliti. Dengan adanya
interaksi antara siswa dengan peneliti diharapkan terjadi pembiasaan
dan terbangun sebuah kondisi yang mendukung dalam penelitian.
Pembiasaan tersebut membantu siswa untuk tidak canggung dalam
menyampaikan pendapat dan bertanya. Setidaknya pembiasaan tersebut
meminimalisir ketakutan-ketakutan siswa dengan sosok yang baru.
Peneliti mengajar pada kelas VII A, dan yang menjadi subyek
penelitian pada awalnya adalah siswa kelas VII A. Akan tetapi, karena
guru di SMP Kemasyarakatan Promasan melakukan pendalaman iman
secara bergiliran di Propinsi DIY, maka terjadi perubahan jadwal
penelitian dan juga subyek penelitian. Siswa yang menjadi subyek
penelitian adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 20 orang dan VII B
yang berjumlah 16 orang. Sehingga ketika digabungkan jumlah siswa
menjadi 36 orang. Perubahan jadwal tersebut justru berpengaruh positif
dalam pelaksanaan penelitian. Pengaruh yang diperoleh adalah jumlah
sampel populasi bertambah, jam pelajaran IPA dilaksanakan pada jam 1
dan 2, sehingga pikiran masih segar.
Dalam tahap perencanaan penelitian, peneliti menyusun silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), panduan praktikum, kisi soal,
soal pretest dan postest beserta panduan skoring berkaitan penggunaan
metode Contextual Teaching and Learning, yang akan digunakan
sebagai acuan dalam mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
b. Pelaksanaan dan Pengamatan
Di SMP Kemasyarakatan Promasan, biasanya pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dilakukan di laboratorium, baik saat kegiatan belajar
mengajar secara teori maupun praktikum. Laboratorium IPA di SMP
Kemasyarakatan Promasan sudah memiliki peralatan yang hampir
lengkap, dan masih banyak peralatan yang masih baru. Namun
intensitas penggunaan alat-alat tersebut masih kurang. Praktikum
dengan menggunakan alat-alat berbahan kaca dan kimia yang relatif
mahal harganya dikurangi porsinya, karena guru takut alat tersebut
rusak, dan takut jika bahan tersebut justru disalahgunakan saat
praktikum.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan yang dimulai pada tanggal 15 Mei 2013. Setiap pertemuan
terdiri atas 2 jam pelajaran, setiap jam pelajaran terdiri dari 45 menit.
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Mei 2013, dan pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Mei 2013.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Dalam
penelitian tersebut peneliti dibantu guru kolaborator dan observer untuk
mengamati aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Guru kolaborator sebagai observer
detail sedangkan observer sebagai observer umum. Pokok bahasan pada
pertemuan pertama dari siklus I mengenai pencemaran lingkungan dan
dampak pencemaran lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Untuk memulai pelajaran siswa secara bersama-sama
menyampaikan salam kepada guru, dan guru menanggapi salam dari
siswa tersebut. Di awal pembelajaran tersebut, peneliti tidak langsung
masuk ke materi, tetapi guru menanyakan kepada siswa tentang materi
apa yang akan dipelajari hari ini. Banyak siswa yang tidak tahu apa
yang akan dipelajari hari itu. Pertanyaan tersebut merupakan
pengukuran awal tentang kesiapan siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak
mempersiapkan diri terlebih dahulu tentang materi pelajaran. Peristiwa
tersebut juga dapat digunakan sebagai identifikasi awal bahwa sebagian
besar siswa tidak belajar di rumah, atau sesudah kegiatan belajar
mengajar di sekolah berakhir.
Pada pertemuan pertama, siswa diajak untuk praktikum tentang
pencemaran tanah, air, udara, dan kerusakan hutan. Siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yaitu 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 6
orang, tiga orang berasal dari kelas A dan tiga orang dari kelas B.
Untuk mengurangi diskriminasi, maka jumlah siswa laki-laki dan
perempuan dibagi rata dalam kelompok. Pembagian kelompok
didasarkan pada nilai awal sebelum penelitian menggunakan pretest
dengan tujuan agar tidak terjadi pengelompokan antara siswa yang
pandai dan yang kurang pandai.
Pencemaran tanah dan kerusakan hutan dipraktikan dengan cara
penggundulan lahan yang ditanami rumput. Kelompok yang mendapat
praktik pencemaran tanah dan kerusakan hutan diberi lahan yang penuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ditanami rumput. Sebelum melakukan penggundulan lahan, siswa
diminta untuk mengamati dan mencatat jenis tumbuhan dan binatang
yang ada di lahan tersebut. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
lampiran no 19.
Setelah selesai melakukan pengamatan, kelompok tersebut baru
mencabuti ½ bagian lahan tersebut hingga bersih, dan ½ bagian lagi
dibiarkan. Dengan demikian siswa melihat perbandingan antara tanah
yang gundul dengan tanah yang penuh dengan tanaman. Lahan tersebut
diposisikan miring kemudian disiram. Lahan yang gundul tidak dapat
menampung air, dan justru tanah permukaan ikut hanyut dalam aliran
air, sedangkan lahan yang tidak gundul tidak terjadi run off.
Kelompok tersebut diminta untuk melihat dampak dari
terjadinya penggundulan hutan. Dari praktik tersebut siswa juga dapat
mengetahui proses terjadinya tanah longsor. Siswa yang mempraktikan
kerusakan hutan mencatat hasil praktikum dalam buku masing-masing.
Untuk membantu dalam proses mencatat hasil dan sampai pada
kesimpulan, siswa diberi pertanyaan penuntun yang tergabung dalam
panduan praktikum.
Gambar 4.1 Siswa sedang praktikum kerusakan hutan dengan caramencabuti rumput dalam lahan
71
ditanami rumput. Sebelum melakukan penggundulan lahan, siswa
diminta untuk mengamati dan mencatat jenis tumbuhan dan binatang
yang ada di lahan tersebut. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
lampiran no 19.
Setelah selesai melakukan pengamatan, kelompok tersebut baru
mencabuti ½ bagian lahan tersebut hingga bersih, dan ½ bagian lagi
dibiarkan. Dengan demikian siswa melihat perbandingan antara tanah
yang gundul dengan tanah yang penuh dengan tanaman. Lahan tersebut
diposisikan miring kemudian disiram. Lahan yang gundul tidak dapat
menampung air, dan justru tanah permukaan ikut hanyut dalam aliran
air, sedangkan lahan yang tidak gundul tidak terjadi run off.
Kelompok tersebut diminta untuk melihat dampak dari
terjadinya penggundulan hutan. Dari praktik tersebut siswa juga dapat
mengetahui proses terjadinya tanah longsor. Siswa yang mempraktikan
kerusakan hutan mencatat hasil praktikum dalam buku masing-masing.
Untuk membantu dalam proses mencatat hasil dan sampai pada
kesimpulan, siswa diberi pertanyaan penuntun yang tergabung dalam
panduan praktikum.
Gambar 4.1 Siswa sedang praktikum kerusakan hutan dengan caramencabuti rumput dalam lahan
71
ditanami rumput. Sebelum melakukan penggundulan lahan, siswa
diminta untuk mengamati dan mencatat jenis tumbuhan dan binatang
yang ada di lahan tersebut. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
lampiran no 19.
Setelah selesai melakukan pengamatan, kelompok tersebut baru
mencabuti ½ bagian lahan tersebut hingga bersih, dan ½ bagian lagi
dibiarkan. Dengan demikian siswa melihat perbandingan antara tanah
yang gundul dengan tanah yang penuh dengan tanaman. Lahan tersebut
diposisikan miring kemudian disiram. Lahan yang gundul tidak dapat
menampung air, dan justru tanah permukaan ikut hanyut dalam aliran
air, sedangkan lahan yang tidak gundul tidak terjadi run off.
Kelompok tersebut diminta untuk melihat dampak dari
terjadinya penggundulan hutan. Dari praktik tersebut siswa juga dapat
mengetahui proses terjadinya tanah longsor. Siswa yang mempraktikan
kerusakan hutan mencatat hasil praktikum dalam buku masing-masing.
Untuk membantu dalam proses mencatat hasil dan sampai pada
kesimpulan, siswa diberi pertanyaan penuntun yang tergabung dalam
panduan praktikum.
Gambar 4.1 Siswa sedang praktikum kerusakan hutan dengan caramencabuti rumput dalam lahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Praktik pencemaran udara yang dilakukan adalah proses hujan
asam terjadi. Ada dua kelompok yang mendapat lotere untuk praktikum
hujan asam.
Kelompok pertama dengan tingkat keasaman rendah, dan
kelompok kedua dengan tingkat keasaman tinggi. Hujan asam terjadi
karena ada percampuran antara Sox (asam sulfat dan asam sulfit)
dengan Nox (asam nitrat) di udara dengan bantuan sinar matahari. Sox
diperoleh dari hasil pembakaran minyak solar. Kemudian asap
dimasukkan ke dalam plastik. Nox diperoleh dari hasil buangan knalpot
sepeda motor yang dimasukkan ke dalam plastik. Kedua bahan tersebut
kemudian diberi air mineral. Air Sox dan Nox kemudian dicampur, dan
dituang ke dalam toples. Air tersebut diukur pH dengan menggunakan
kertas lakmus. Siswa diminta untuk mencatat hasil pengukuran pH.
Setelah pH diukur kemudian dimasukkan satu ekor ikan nila
seukuran 2 jari ke dalam air tersebut. Siswa diminta untuk mengamati
banyaknya membuka dan menutupnya insang pada ikan tersebut. Ikan
dalam kondisi normal membuka dan menutup insang rata-rata sebanyak
86 kali dalam kurun waktu satu menit, akan tetapi jika dalam kondisi
asam ikan akan meningkat, ikan tersebut membuka dan menutup insang
sebanyak 124 kali.
Ikan pada kelompok kedua mati setelah lima belas menit,
dihitung dari waktu memasukkan, dan perut ikan menjadi
menggelembung, sisik menjadi mudah lepas. Dari praktikum tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kelompok diminta untuk menuliskan hasil praktikum ke dalam buku
masing-masing dengan dibantu pertanyaan panduan untuk menuntun
pikiran siswa pada kesimpulan.
Gambar 4.2 Siswa sedang praktikum pengaruh pencemaran udaraterhadap pernafasan ikan
Praktik pencemaran air adalah dengan cara mengotori air
dengan cuka, dan praktik eutrofikasi. Ada dua kelompok yang
mendapat lotere pencemaran air dan 1 kelompok yang mendapat praktik
eutrofikasi.
Kelompok yang mendapat lotere pencemaran air mengamati
pengaruh tingkat keasaman terhadap daya hidup makhluk hidup. Setiap
kelompok diberi tiga toples. Toples pertama berisi air dari kran. Toples
kedua berisi air mineral yang diberi air cuka sebanyak lima tetes. Dan
toples ketiga diberi air cuka sebanyak sepuluh tetes. Setelah semua
toples terisi dengan air, air tersebut diukur pHnya untuk melihat tingkat
keasamaan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan seekor ikan ke
dalam toples yang berisi air. Setiap kelompok diminta untuk
73
kelompok diminta untuk menuliskan hasil praktikum ke dalam buku
masing-masing dengan dibantu pertanyaan panduan untuk menuntun
pikiran siswa pada kesimpulan.
Gambar 4.2 Siswa sedang praktikum pengaruh pencemaran udaraterhadap pernafasan ikan
Praktik pencemaran air adalah dengan cara mengotori air
dengan cuka, dan praktik eutrofikasi. Ada dua kelompok yang
mendapat lotere pencemaran air dan 1 kelompok yang mendapat praktik
eutrofikasi.
Kelompok yang mendapat lotere pencemaran air mengamati
pengaruh tingkat keasaman terhadap daya hidup makhluk hidup. Setiap
kelompok diberi tiga toples. Toples pertama berisi air dari kran. Toples
kedua berisi air mineral yang diberi air cuka sebanyak lima tetes. Dan
toples ketiga diberi air cuka sebanyak sepuluh tetes. Setelah semua
toples terisi dengan air, air tersebut diukur pHnya untuk melihat tingkat
keasamaan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan seekor ikan ke
dalam toples yang berisi air. Setiap kelompok diminta untuk
73
kelompok diminta untuk menuliskan hasil praktikum ke dalam buku
masing-masing dengan dibantu pertanyaan panduan untuk menuntun
pikiran siswa pada kesimpulan.
Gambar 4.2 Siswa sedang praktikum pengaruh pencemaran udaraterhadap pernafasan ikan
Praktik pencemaran air adalah dengan cara mengotori air
dengan cuka, dan praktik eutrofikasi. Ada dua kelompok yang
mendapat lotere pencemaran air dan 1 kelompok yang mendapat praktik
eutrofikasi.
Kelompok yang mendapat lotere pencemaran air mengamati
pengaruh tingkat keasaman terhadap daya hidup makhluk hidup. Setiap
kelompok diberi tiga toples. Toples pertama berisi air dari kran. Toples
kedua berisi air mineral yang diberi air cuka sebanyak lima tetes. Dan
toples ketiga diberi air cuka sebanyak sepuluh tetes. Setelah semua
toples terisi dengan air, air tersebut diukur pHnya untuk melihat tingkat
keasamaan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan seekor ikan ke
dalam toples yang berisi air. Setiap kelompok diminta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menghitung membuka dan menutupnya insang dari masing-masing ikan
dari setiap toples.
Ikan yang berada dalam air dengan pH netral dapat membuka
dan menutup insang sebanyak 86 kali. Sedangkan ikan pada air dengan
kondisi agak asam membuka dan menutup insang sebanyak 126 kali,
dan ikan pada air dengan kondisi paling asam membuka dan menutup
insang sebanyak 114 kali, dengan ritme yang tidak menentu (kadang
cepat, kadang lambat). Dari praktikum ini, kelompok tersebut dapat
mengetahui dampak pencemaran air terhadap kelangsungan hidup
makhluk hidup. Setiap siswa diminta untuk mencatat hasil pengamatan
di dalam buku masing-masing.
Gambar 4.3 Siswa praktikum pengaruh pencemaran air terhadappernafasan ikan.
Kelompok yang mendapat lotere eutrofikasi mengamati
pengaruh lonjakan populasi enceng gondok terhadap makluk hidup.
Ikan yang dimasukkan dalam zona eutrofikasi akan mengalami
percepatan dalam bernafas, lama-kelamaan ikan tersebut menjadi
lemas.
74
menghitung membuka dan menutupnya insang dari masing-masing ikan
dari setiap toples.
Ikan yang berada dalam air dengan pH netral dapat membuka
dan menutup insang sebanyak 86 kali. Sedangkan ikan pada air dengan
kondisi agak asam membuka dan menutup insang sebanyak 126 kali,
dan ikan pada air dengan kondisi paling asam membuka dan menutup
insang sebanyak 114 kali, dengan ritme yang tidak menentu (kadang
cepat, kadang lambat). Dari praktikum ini, kelompok tersebut dapat
mengetahui dampak pencemaran air terhadap kelangsungan hidup
makhluk hidup. Setiap siswa diminta untuk mencatat hasil pengamatan
di dalam buku masing-masing.
Gambar 4.3 Siswa praktikum pengaruh pencemaran air terhadappernafasan ikan.
Kelompok yang mendapat lotere eutrofikasi mengamati
pengaruh lonjakan populasi enceng gondok terhadap makluk hidup.
Ikan yang dimasukkan dalam zona eutrofikasi akan mengalami
percepatan dalam bernafas, lama-kelamaan ikan tersebut menjadi
lemas.
74
menghitung membuka dan menutupnya insang dari masing-masing ikan
dari setiap toples.
Ikan yang berada dalam air dengan pH netral dapat membuka
dan menutup insang sebanyak 86 kali. Sedangkan ikan pada air dengan
kondisi agak asam membuka dan menutup insang sebanyak 126 kali,
dan ikan pada air dengan kondisi paling asam membuka dan menutup
insang sebanyak 114 kali, dengan ritme yang tidak menentu (kadang
cepat, kadang lambat). Dari praktikum ini, kelompok tersebut dapat
mengetahui dampak pencemaran air terhadap kelangsungan hidup
makhluk hidup. Setiap siswa diminta untuk mencatat hasil pengamatan
di dalam buku masing-masing.
Gambar 4.3 Siswa praktikum pengaruh pencemaran air terhadappernafasan ikan.
Kelompok yang mendapat lotere eutrofikasi mengamati
pengaruh lonjakan populasi enceng gondok terhadap makluk hidup.
Ikan yang dimasukkan dalam zona eutrofikasi akan mengalami
percepatan dalam bernafas, lama-kelamaan ikan tersebut menjadi
lemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.4 Siswa praktikum pengaruh eutrofikasi terhadapkelangsungan hidup ikan.
Setelah praktikum selesai, setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan hasil pengamatan yang dibantu pertanyaan agar siswa
memahami proses pencemaran terjadi dan memahami akibat dan
dampak yang terjadi karena pencemaran lingkungan.
Pada pertemuan pertama tersebut, siswa diajak untuk berefleksi
tentang apa yang sudah dipelajari. Siswa ada yang mengatakan senang
karena dapat mengetahui dampak dari pencemaran lingkungan. Ada
juga siswa yang mengatakan tidak akan mencemari air lagi karena dapat
menyebabkan ikan menjadi mati.
Dalam pertemuan kedua siklus I, masing-masing kelompok
menyampaikan hasil praktikum dan dilanjutkan dengan pembahasan
tentang pencemaran lingkungan dan dampaknya. Proses diskusi terjadi
secara lambat. Untuk mengaktifkan siswa dalam diskusi, peneliti harus
memancing pendapat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan
pancingan. Ada juga siswa yang justru bermain sendiri, dan tidak
memperhatikan penjelasan dari temannya. Ada juga siswa yang ditanya
justru diam. Banyak siswa yang malu untuk menyampaikan
75
Gambar 4.4 Siswa praktikum pengaruh eutrofikasi terhadapkelangsungan hidup ikan.
Setelah praktikum selesai, setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan hasil pengamatan yang dibantu pertanyaan agar siswa
memahami proses pencemaran terjadi dan memahami akibat dan
dampak yang terjadi karena pencemaran lingkungan.
Pada pertemuan pertama tersebut, siswa diajak untuk berefleksi
tentang apa yang sudah dipelajari. Siswa ada yang mengatakan senang
karena dapat mengetahui dampak dari pencemaran lingkungan. Ada
juga siswa yang mengatakan tidak akan mencemari air lagi karena dapat
menyebabkan ikan menjadi mati.
Dalam pertemuan kedua siklus I, masing-masing kelompok
menyampaikan hasil praktikum dan dilanjutkan dengan pembahasan
tentang pencemaran lingkungan dan dampaknya. Proses diskusi terjadi
secara lambat. Untuk mengaktifkan siswa dalam diskusi, peneliti harus
memancing pendapat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan
pancingan. Ada juga siswa yang justru bermain sendiri, dan tidak
memperhatikan penjelasan dari temannya. Ada juga siswa yang ditanya
justru diam. Banyak siswa yang malu untuk menyampaikan
75
Gambar 4.4 Siswa praktikum pengaruh eutrofikasi terhadapkelangsungan hidup ikan.
Setelah praktikum selesai, setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan hasil pengamatan yang dibantu pertanyaan agar siswa
memahami proses pencemaran terjadi dan memahami akibat dan
dampak yang terjadi karena pencemaran lingkungan.
Pada pertemuan pertama tersebut, siswa diajak untuk berefleksi
tentang apa yang sudah dipelajari. Siswa ada yang mengatakan senang
karena dapat mengetahui dampak dari pencemaran lingkungan. Ada
juga siswa yang mengatakan tidak akan mencemari air lagi karena dapat
menyebabkan ikan menjadi mati.
Dalam pertemuan kedua siklus I, masing-masing kelompok
menyampaikan hasil praktikum dan dilanjutkan dengan pembahasan
tentang pencemaran lingkungan dan dampaknya. Proses diskusi terjadi
secara lambat. Untuk mengaktifkan siswa dalam diskusi, peneliti harus
memancing pendapat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan
pancingan. Ada juga siswa yang justru bermain sendiri, dan tidak
memperhatikan penjelasan dari temannya. Ada juga siswa yang ditanya
justru diam. Banyak siswa yang malu untuk menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pendapatnya, dan masih saling menyuruh. untuk mengetahui ciri-ciri
dan dampak dari pencemaran lingkungan, siswa ditawari untuk maju,
menuliskan tentang ciri-ciri pencemaran dan dampak dari pencemaran
lingkungan.
Gambar 4.5 Seorang siswa sedang mencatat hasil diskusi mengenaipencemaran dan kerusakan lingkungan
Hasil diskusi dan praktikum dari masing-masing kelompok
diminta untuk dicatat. Tujuan dari pencatatan tersebut adalah agar siswa
mempunyai bahan untuk belajar nantinya. Sebab dengan menuliskan
lagi, siswa akan ingat apa yang sudah dipelajari.
Setelah pembahasan tentang dampak pencemaran lingkungan
selesai, siswa diajak untuk berefleksi bersama. Dari refleksi siswa, ada
yang mengatakan senang karena dapat praktikum, dapat mengetahui
bentuk-bentuk pencemaran lingkungan. Ada juga siswa yang berefleksi,
tidak akan membuang sampah sembarangan karena akan
mengotori/mencemari lingkungan.
Selesai pelajaran, air bekas dari praktikum pencemaran dibuang
ke dalam wastafel, namun ternyata wastafel tersebut rusak. Kerusakan
76
pendapatnya, dan masih saling menyuruh. untuk mengetahui ciri-ciri
dan dampak dari pencemaran lingkungan, siswa ditawari untuk maju,
menuliskan tentang ciri-ciri pencemaran dan dampak dari pencemaran
lingkungan.
Gambar 4.5 Seorang siswa sedang mencatat hasil diskusi mengenaipencemaran dan kerusakan lingkungan
Hasil diskusi dan praktikum dari masing-masing kelompok
diminta untuk dicatat. Tujuan dari pencatatan tersebut adalah agar siswa
mempunyai bahan untuk belajar nantinya. Sebab dengan menuliskan
lagi, siswa akan ingat apa yang sudah dipelajari.
Setelah pembahasan tentang dampak pencemaran lingkungan
selesai, siswa diajak untuk berefleksi bersama. Dari refleksi siswa, ada
yang mengatakan senang karena dapat praktikum, dapat mengetahui
bentuk-bentuk pencemaran lingkungan. Ada juga siswa yang berefleksi,
tidak akan membuang sampah sembarangan karena akan
mengotori/mencemari lingkungan.
Selesai pelajaran, air bekas dari praktikum pencemaran dibuang
ke dalam wastafel, namun ternyata wastafel tersebut rusak. Kerusakan
76
pendapatnya, dan masih saling menyuruh. untuk mengetahui ciri-ciri
dan dampak dari pencemaran lingkungan, siswa ditawari untuk maju,
menuliskan tentang ciri-ciri pencemaran dan dampak dari pencemaran
lingkungan.
Gambar 4.5 Seorang siswa sedang mencatat hasil diskusi mengenaipencemaran dan kerusakan lingkungan
Hasil diskusi dan praktikum dari masing-masing kelompok
diminta untuk dicatat. Tujuan dari pencatatan tersebut adalah agar siswa
mempunyai bahan untuk belajar nantinya. Sebab dengan menuliskan
lagi, siswa akan ingat apa yang sudah dipelajari.
Setelah pembahasan tentang dampak pencemaran lingkungan
selesai, siswa diajak untuk berefleksi bersama. Dari refleksi siswa, ada
yang mengatakan senang karena dapat praktikum, dapat mengetahui
bentuk-bentuk pencemaran lingkungan. Ada juga siswa yang berefleksi,
tidak akan membuang sampah sembarangan karena akan
mengotori/mencemari lingkungan.
Selesai pelajaran, air bekas dari praktikum pencemaran dibuang
ke dalam wastafel, namun ternyata wastafel tersebut rusak. Kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
wastafel terjadi karena ada pipa yang tidak rapat saat pengelemannya,
sehingga air yang dituang ke dalam wastafel justru membasahi lantai.
c. Refleksi
Dari pelaksanaan dan pengamatan pada siklus 1, dapat
direfleksikan siklus 1 sudah ada yang baik, namun masih terdapat pula
kekurangan. Kekurangan yang masih ditemukan dalam siklus 1 adalah
masih ada siswa yang tidak mencatat hasil diskusi, masih ada siswa
yang kurang aktif dalam berdiskusi sehingga guru harus memulai
dengan melontarkan pertanyaan kepada siswa, sebagian besar siswa
tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai.
Kebaikan yang terjadi dalam siklus 1 adalah siswa sudah membangun
interaksi dengan guru, beberapa siswa sudah langsung aktif bertanya,
dan melakukan praktikum.
Dari tes akhir siklus I, diperoleh data baru 21 siswa yang tuntas
belajar dan masih ada 15 siswa yang belum tuntas. Dengan kata lain
kentuntasan belajar secara klasikal hanya 58,34%. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang memahami materi pembelajaran masih
rendah, sehingga perlu ditingkatkan lagi intensitas kegiatan belajar
mengajarnya.
Begitu juga aktivitas belajar siswa. Tingkat aktivitas siswa
sangat bervariasi, masih ada 86% siswa yang tidak berinteraksi dengan
temannya dan 86% pula siswa yang kerjasama dalam kelompoknya
kurang. Aktivitas belajar yang rendah dan cukup tersebut disinyalir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dikarenakan siswa tidak tahu apa yang akan dipelajari. Mereka tidak
tahu apa yang akan dipelajari atau dikerjakan karena siswa tidak
mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum sekolah. Pendapat ini
didukung dengan banyaknya siswa yang tidak tahu apa yang akan
dipelajari ketika peneliti menanyakan akan belajar materi apa. Pendapat
ini juga didukung dengan adanya pre test. Banyak siswa yang tidak bisa
menjawab pertanyaan, dan hanya ada 6 siswa yang mendapat nilai lebih
dari 65.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, pada pertemuan kedua
khususnya, siswa sangat alot untuk diajak berdiskusi. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa untuk berdiskusi. Ada kemungkinan
kaget, karena biasanya siswa hanya mencatat kini harus berpikir.
Sehingga perlu pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk
membangkitkan kemampuan berpikir siswa. Di sini diperlukan
kesabaran dalam mengajak siswa menjadi aktif berpikir.
Dari data-data yang diperoleh dari hasil belajar siswa, dan
aktivitas siswa yang menunjukkan persentase yang masih rendah, maka
perlu diadakan siklus kedua guna untuk melihat perkembangan hasil
belajar dan aktivitas siswa.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Materi pembelajaran pada siklus kedua adalah penanggulangan
pencemaran lingkungan. Dari hasil pembelajaran di siklus pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dan mengingat bahwa sebagian besar siswa berasal dari keluarga
petani maka peneliti merancang agar pencemaran lingkungan dapat
diaplikasikan oleh setiap keluarga dari siswa tersebut.
Dalam perencanaan siklus 2, peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta instrumennya. Siswa dibagi
dalam 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 8 siswa. Pembagian
kelompok didasarkan pada hasil test dan pengamatan pada siklus 1.
Perubahan anggota kelompok dimaksudkan agar komposisi siswa
lebih merata, dengan harapan agar kerja dalam kelompok dapat lebih
ditingkatkan.
b. Pelaksanaan dan Pengamatan
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Mei 2013, dan
Senin 20 Mei 2013. Materi pembelajarannya adalah cara
penanggulangan pencemaran lingkungan. Siklus II dilaksanakan
dalam dua pertemuan.
Pada pertemuan pertama siswa mempraktikan bentuk-bentuk
penanggulangan pencemaran lingkungan. Di awal pelajaran, siswa
ditanya lagi tentang materi yang sudah dipelajari, setelah mengingat
kembali, pokok bahasan dilanjutkan. Siswa duduk membentuk
kelompok kerja. Di setiap kelompok terdiri atas 8 siswa diberi tugas
untuk mempraktikan cara penanggulangan pencemaran lingkungan.
Penanggulangan pencemaran lingkungan yang dipelajari adalah
penyaringan air limbah rumah tangga, dan pembuatan pupuk kompos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Penyaringan air limbah rumah tangga dipraktikkan oleh dua
kelompok. Limbah rumah tangga yang disaring adalah air detergent
bekas untuk mencuci. Sebelum disaring, air limbah diukur pHnya
terlebih dahulu. Penyaringan melalui 3 tahap. 2 tahap pertama
merupakan penyaringan biologis, yaitu dengan menggunakan ijuk
pada toples pertama, dan arang untuk toples kedua. Toples ketiga
menggunakan formula dekomposer.
Air dimasukkan dari toples yang berisi ijuk, kemudian dengan
sendirinya air akan masuk ke toples kedua yang sudah berisi arang.
Jika air terus dituang, maka akan masuk ke toples ketiga yang sudah
berisi formula dekomposer. Air di toples ketiga yang sudah bercampur
dengan dekomposer diukur pHnya. Dari pengukuran tersebut dapat
diketahui bahwa setelah 15 menit, pH akan menjadi netral, sehingga
limbah tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Gambar 4.6 Siswa praktikumpenyaringan air limbah secara
fisika dan biologi
Gambar 4.7 Siswa mengukur pHdalam air saringan terakhir.
Pembuatan kompos dipraktikan oleh dua kelompok. Kompos
dibuat dalam kotak sampah yang dinding-dindingnya tertutup rapat.
Kompos yang dipraktikan terbuat dari kotoran sapi, tanah bawah
80
Penyaringan air limbah rumah tangga dipraktikkan oleh dua
kelompok. Limbah rumah tangga yang disaring adalah air detergent
bekas untuk mencuci. Sebelum disaring, air limbah diukur pHnya
terlebih dahulu. Penyaringan melalui 3 tahap. 2 tahap pertama
merupakan penyaringan biologis, yaitu dengan menggunakan ijuk
pada toples pertama, dan arang untuk toples kedua. Toples ketiga
menggunakan formula dekomposer.
Air dimasukkan dari toples yang berisi ijuk, kemudian dengan
sendirinya air akan masuk ke toples kedua yang sudah berisi arang.
Jika air terus dituang, maka akan masuk ke toples ketiga yang sudah
berisi formula dekomposer. Air di toples ketiga yang sudah bercampur
dengan dekomposer diukur pHnya. Dari pengukuran tersebut dapat
diketahui bahwa setelah 15 menit, pH akan menjadi netral, sehingga
limbah tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Gambar 4.6 Siswa praktikumpenyaringan air limbah secara
fisika dan biologi
Gambar 4.7 Siswa mengukur pHdalam air saringan terakhir.
Pembuatan kompos dipraktikan oleh dua kelompok. Kompos
dibuat dalam kotak sampah yang dinding-dindingnya tertutup rapat.
Kompos yang dipraktikan terbuat dari kotoran sapi, tanah bawah
80
Penyaringan air limbah rumah tangga dipraktikkan oleh dua
kelompok. Limbah rumah tangga yang disaring adalah air detergent
bekas untuk mencuci. Sebelum disaring, air limbah diukur pHnya
terlebih dahulu. Penyaringan melalui 3 tahap. 2 tahap pertama
merupakan penyaringan biologis, yaitu dengan menggunakan ijuk
pada toples pertama, dan arang untuk toples kedua. Toples ketiga
menggunakan formula dekomposer.
Air dimasukkan dari toples yang berisi ijuk, kemudian dengan
sendirinya air akan masuk ke toples kedua yang sudah berisi arang.
Jika air terus dituang, maka akan masuk ke toples ketiga yang sudah
berisi formula dekomposer. Air di toples ketiga yang sudah bercampur
dengan dekomposer diukur pHnya. Dari pengukuran tersebut dapat
diketahui bahwa setelah 15 menit, pH akan menjadi netral, sehingga
limbah tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Gambar 4.6 Siswa praktikumpenyaringan air limbah secara
fisika dan biologi
Gambar 4.7 Siswa mengukur pHdalam air saringan terakhir.
Pembuatan kompos dipraktikan oleh dua kelompok. Kompos
dibuat dalam kotak sampah yang dinding-dindingnya tertutup rapat.
Kompos yang dipraktikan terbuat dari kotoran sapi, tanah bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pohon bambu, kapur dolomit, sisa-sisa makanan dan sampah dapur,
dan dekomposer. Setelah tempat sampah penuh, kemudian ditutup
dengan plastik, sehingga proses fermentasi terjadi dengan anaerob.
Gambar 4.8 Siswa sedangmenuang dekomposer ke dalam
bahan kompos
Gambar 4.9 Siswa sedangmenutup bahan dengan plastik.
Setelah praktik penanggulangan pencemaran lingkungan, setiap
kelompok menyampaikan hasil praktik guna memantapkan
pemahaman siswa.
Untuk memperkaya pengetahuan siswa, siswa diajak
berdiskusi tentang cara-cara lain yang dapat digunakan untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan. Dalam diskusi, siswa
antusias untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara menuliskan
cara-cara penanggulangan pencemaran lingkungan di papan tulis
secara bergiliran. Bahkan ada siswa yang berebut untuk menuliskan
jawaban di papan tulis. Untuk bisa sampai pada keinginan untuk
berpartisipasi aktif, diperlukan reward, yang berupa nilai. Bagi siswa
yang mau membagikan jawabannya, maka akan mendapat poin plus.
81
pohon bambu, kapur dolomit, sisa-sisa makanan dan sampah dapur,
dan dekomposer. Setelah tempat sampah penuh, kemudian ditutup
dengan plastik, sehingga proses fermentasi terjadi dengan anaerob.
Gambar 4.8 Siswa sedangmenuang dekomposer ke dalam
bahan kompos
Gambar 4.9 Siswa sedangmenutup bahan dengan plastik.
Setelah praktik penanggulangan pencemaran lingkungan, setiap
kelompok menyampaikan hasil praktik guna memantapkan
pemahaman siswa.
Untuk memperkaya pengetahuan siswa, siswa diajak
berdiskusi tentang cara-cara lain yang dapat digunakan untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan. Dalam diskusi, siswa
antusias untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara menuliskan
cara-cara penanggulangan pencemaran lingkungan di papan tulis
secara bergiliran. Bahkan ada siswa yang berebut untuk menuliskan
jawaban di papan tulis. Untuk bisa sampai pada keinginan untuk
berpartisipasi aktif, diperlukan reward, yang berupa nilai. Bagi siswa
yang mau membagikan jawabannya, maka akan mendapat poin plus.
81
pohon bambu, kapur dolomit, sisa-sisa makanan dan sampah dapur,
dan dekomposer. Setelah tempat sampah penuh, kemudian ditutup
dengan plastik, sehingga proses fermentasi terjadi dengan anaerob.
Gambar 4.8 Siswa sedangmenuang dekomposer ke dalam
bahan kompos
Gambar 4.9 Siswa sedangmenutup bahan dengan plastik.
Setelah praktik penanggulangan pencemaran lingkungan, setiap
kelompok menyampaikan hasil praktik guna memantapkan
pemahaman siswa.
Untuk memperkaya pengetahuan siswa, siswa diajak
berdiskusi tentang cara-cara lain yang dapat digunakan untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan. Dalam diskusi, siswa
antusias untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara menuliskan
cara-cara penanggulangan pencemaran lingkungan di papan tulis
secara bergiliran. Bahkan ada siswa yang berebut untuk menuliskan
jawaban di papan tulis. Untuk bisa sampai pada keinginan untuk
berpartisipasi aktif, diperlukan reward, yang berupa nilai. Bagi siswa
yang mau membagikan jawabannya, maka akan mendapat poin plus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Diakhir pertemuan, siswa diajak untuk berefleksi. Siswa
merasa senang karena dapat membuat kompos, dan ada siswa yang
ingin mempraktikan cara penyaringan air di rumahnya. Sebelum
pertemuan ditutup terlebih dahulu dilakukan tes akhir siklus, dan
siswa diberi tugas untuk membuat poster di rumah, dengan harapan
pada pertemuan kedua siswa tinggal mempresentasikan hasil poster
mereka.
Pada pertemuan kedua, siswa membuat poster untuk
penanggulangan pencemaran lingkungan, dan menggambarkan
kembali cara penyaringan limbah cair dan pembuatan kompos. Siswa
merasa senang karena dapat membuat poster, meski ada siswa yang
tidak bisa menggambar.
Gambar 4.10 Siswa sedangmenuliskan jawaban di papan
tulis.
Gambar 4.11 Siswa sedangmembuat poster
c. Refleksi
Dari pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan dalam
siklus 2, dapat direfleksikan bahwa: semangat belajar siswa
meningkat, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa melakukan
82
Diakhir pertemuan, siswa diajak untuk berefleksi. Siswa
merasa senang karena dapat membuat kompos, dan ada siswa yang
ingin mempraktikan cara penyaringan air di rumahnya. Sebelum
pertemuan ditutup terlebih dahulu dilakukan tes akhir siklus, dan
siswa diberi tugas untuk membuat poster di rumah, dengan harapan
pada pertemuan kedua siswa tinggal mempresentasikan hasil poster
mereka.
Pada pertemuan kedua, siswa membuat poster untuk
penanggulangan pencemaran lingkungan, dan menggambarkan
kembali cara penyaringan limbah cair dan pembuatan kompos. Siswa
merasa senang karena dapat membuat poster, meski ada siswa yang
tidak bisa menggambar.
Gambar 4.10 Siswa sedangmenuliskan jawaban di papan
tulis.
Gambar 4.11 Siswa sedangmembuat poster
c. Refleksi
Dari pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan dalam
siklus 2, dapat direfleksikan bahwa: semangat belajar siswa
meningkat, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa melakukan
82
Diakhir pertemuan, siswa diajak untuk berefleksi. Siswa
merasa senang karena dapat membuat kompos, dan ada siswa yang
ingin mempraktikan cara penyaringan air di rumahnya. Sebelum
pertemuan ditutup terlebih dahulu dilakukan tes akhir siklus, dan
siswa diberi tugas untuk membuat poster di rumah, dengan harapan
pada pertemuan kedua siswa tinggal mempresentasikan hasil poster
mereka.
Pada pertemuan kedua, siswa membuat poster untuk
penanggulangan pencemaran lingkungan, dan menggambarkan
kembali cara penyaringan limbah cair dan pembuatan kompos. Siswa
merasa senang karena dapat membuat poster, meski ada siswa yang
tidak bisa menggambar.
Gambar 4.10 Siswa sedangmenuliskan jawaban di papan
tulis.
Gambar 4.11 Siswa sedangmembuat poster
c. Refleksi
Dari pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan dalam
siklus 2, dapat direfleksikan bahwa: semangat belajar siswa
meningkat, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
praktikum. Keprihatinan guru tentang persiapan diri sebelum sekolah
masih kurang, hal ini semakin diperkuat dengan fenomena masih
banyak siswa yang belum membuat poster, sehingga poster baru
dibuat di sekolah saat pelajaran berlangsung.
Hasil belajar pada siklus kedua mengalami peningkatan, dari
yang semula 58% menjadi 77,78%. Begitu juga dengan aktivitas
belajar siswa. Semula siswa yang aktif 14% menjadi 81% untuk
interaksi antar siswa dan dari 14% menjadi 92% siswa mampu bekerja
sama dalam kelompok. Peningkatan dalam hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa dikarenakan sudah ada pembiasaan dalam diri siswa
dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Semangat
untuk belajar siswa meningkat dengan adanya praktikum. Untuk
menyiasati kelambatan dalam diskusi peneliti membuat pertanyaan-
pertanyaan pancingan. Siswa perlu dibiasakan untuk berpikir, dan
mengkritisi pengetahuan.
B. Hasil Penelitian
Di akhir pertemuan Siklus I dilakukan ulangan/tes akhir siklus yang
berfungsi untuk mengukur pemahaman siswa. Hasil belajar siswa yang
menjadi pokok penelitian adalah ranah kognitif, yang diukur melalui
peningkatan nilai tes awal (pre test) dan nilai tes akhir (post test). Dari siklus
pertama diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pada penelitian ini, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada akhir siklus
I, peneliti menggunakan instrumen soal postest. Adapun hasil evaluasi
akhir belajar siswa pada siklus I berikut ini :
Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I
No Hasil Ulangan Hasil
1 Nilai tertinggi 88
2 Nilai terendah 46
3 Rata-rata 65.95
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai ≥ 65) 21
5 Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 65) 15
6 Persentase ketuntasan belajar secara klasikal 58.34
Secara klasikal siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas ada 21
siswa dengan ketuntasan belajar 58,34%.
Grafik penyebaran hasil belajar dapat dilihat sebagai berikut :
42%
58%
0%10%20%30%40%50%60%70%
tidak tuntas tuntas
grafik 4.1 persentase ketuntasan hasil belajarsiswa siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dengan memperhatikan grafik tersebut dapat diketahui bahwa dari
36 siswa, yang tuntas belajar secara individu 21 siswa dan yang belum
tuntas belajar ada 15 siswa. Ketuntasan belajar klasikal hanya 58,34%
berarti belum memenuhi syarat ketuntasan belajar klasikal, karena
ketuntasan belajar klasikal dicapai sekurang-kurangnya 75% dari jumlah
siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih.
Untuk mengetahui ada dan tidaknya peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus 2, maka diadakan post test. Hasil belajar siklus II adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II
No Hasil Ulangan Hasil
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai terendah 40
3 Rata-rata 67.5
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai ≥ 65) 28
5 Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 65) 8
6 Persentase ketuntasan belajar secara klasikal 77,78
Secara klasikal, siswa yang tuntas belajar adalah 27 siswa
dengan persentase ketuntasan belajar 77,78%. Perbandingan
ketuntasan belajar dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah kegiatan siswa yang
dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas yang
bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani. Aspek aktivitas yang dilihat
adalah antusiasme siswa dalam pembelajaran, interaksi siswa dengan guru,
interaksi antar siswa, kerjasama dalam kelompok, aktivitas siswa dalam
diskusi kelompok dan partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi
pembelajaran.
Dari aspek tersebut, yang sudah baik sejak awal adalah antusiasme
siswa dalam pembelajaran, dan interaksi siswa dengan guru. Sedangkan
aspek interaksi antar siswa, kerjasama dan partisipasi dalam kelompok,
dan partisipasi dalam menyimpulkan materi masih kurang. Siswa yang
tidak berinteraksi dengan temannya ada 86%, sedangkan yang berinteraksi
dengan temannya ada 14%. Siswa yang bekerjasama dalam kelompok juga
22.22%
77.78%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
tidak tuntas tuntas
grafik 4.2 persentase ketuntasan hasil belajar siswasiklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
masih kurang, baru terdapat 14% siswa yang bekerjasama dalam kelompok
dan masih terdapat 86% siswa bekerja secara individu.
Aktivitas belajar pada siklus II mengalami peningkatan. Grafik
peningkatan aktivitas belajar dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Siswa yang mampu berinteraksi dengan temannya ada 81% dan
92% siswa mampu bekerja sama dalam kelompok.
14% 14%
-102030405060708090
100
interaksi antar siswa kerjasama dlm kelompok
pers
enta
se
grafik 4.3 persentase ketuntasan aktivitas belajarsiswa siklus I
81%92%
0102030405060708090
100
interaksi antar siswa kerjasama dlm kelompok
pers
enta
se
grafik 4.4 persentase ketuntasan aktivitas belajar siswasiklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
C. Pembahasan
Melalui penelitian yang dilakukan di SMP Kemasyarakatan Promasan
dengan metode Contextual Teaching and Learning pada materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
1. Hasil Belajar
Menurut Suparno (2005) belajar merupakan pencarian makna. Oleh
sebab itu pembelajaran harus dimulai dengan isu-isu yang
mengakomodasi siswa untuk secara aktif menyusun makna. Kegiatan
belajar adalah kegiatan aktif yang memungkinkan pelajar membangun
sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari sendiri hal-hal yang mereka
pelajari. Pelajar sendiri yang bertanggungjawab terhadap semua hasil
belajar.
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:157) tujuan belajar siswa
adalah mampu menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang mereka temukan dalam benak mereka. Itulah prinsip
dasar tujuan belajar melalui pendekatan Contextual Teaching and
Learning. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila daya
serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tertinggi, baik secara individual maupun kelompok. Dan perilaku
digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa baik
secara individual maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar
bukanlah hanya suatu penguasaan materi, tetapi jauh lebih dari itu adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kemampuan memecahkan persoalan yang siswa alami dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Siswa kelas VII senang dengan diadakannya metode pembelajaran
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Rasa senang
tersebut terwujud dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
berdasarkan grafik ketuntasan belajar siswa di bawah ini.
Pada siklus I, siswa yang tuntas hasil belajarnya baru 21 orang,
atau ketuntasan belajar secara klasikal baru 58%, sehingga masih ada 15
siswa yang belum tuntas, atau masih ada 42% siswa yang belum
memenuhi standard ketuntasan belajar secara klasikal. Pencapaian 58%
tersebut masih rendah, namun secara umum hasil belajar siswa sudah
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum
adanya penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Ada
peningkatan sebanyak 40,35%, dari yang semula 17,65% menjadi 58%.
58%
77.78%
0102030405060708090
100
siklus 1 siklus 2
pers
enta
se
grafik 4.5 persentase perbandingan hasil belajar ranahkognitif siswa antar siklus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Peningkatan hasil belajar pada siklus pertama tersebut dipengaruhi oleh
siswa itu sendiri. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena sebagian
besar siswa memperhatikan penjelasan guru dan teman sebaya mereka,
sehingga siswa-siswa tersebut dapat menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari karena mereka memahami materi yang disampaikan yaitu
mengenai pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, data menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa mendapat poin 3 untuk aktivitas interaksi
dengan guru. Data lengkap dapat dilihat pada lampiran no 24. Data
tersebut didukung dengan hasil kuesioner yang menunjukkan 83,33%
siswa dapat memahami materi dengan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) (kuesioner no 6), data sumber lampiran no 26.
Meskipun sudah terjadi peningkatan dalam jumlah ketuntasan
belajar siswa, yang ditunjukkan dengan angka ketuntasan belajar 58%,
namun angka tersebut belum menunjukkan adanya ketercapaian standar
ketuntasan minimal. Belum tercapainya standar ketuntasan belajar siswa
dipengaruhi oleh masih adanya siswa yang tidak mencatat hasil diskusi,
atau pembahasan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat
kerjasama siswa dalam kelompok berdasarkan hasil observasi, yang
menunjukkan masih ada 86% siswa yang tingkat kerjasama dalam
kelompoknya kurang. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada
lampiran no22.
Ada juga siswa yang seperti blank atau kosong pikirannya. Hal ini
ditunjukkan dengan peristiwa siswa menjawab tidak tahu akan materi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dipelajari ketika ditanya oleh guru. Ada juga siswa yang memang enggan
untuk belajar, sehingga menggantungkan dirinya pada temannya yang
lebih pandai. Sebagai contoh, ketika siswa ditugaskan untuk mencatat
hasil praktikum, ada siswa yang hanya duduk diam, dan kepalanya
disandarkan di meja, padahal siswa tersebut belum mencatat hasil
praktikum. Atau ketika dalam kelompok tersebut sedang mendiskusikan
hasil, siswa tersebut justru bermain, dan tidak mau ikut berpikir untuk
menjawab pertanyaan. Contoh tersebut didukung dengan adanya data yang
menunjukkan 86% siswa belum membangun interaksi dengan temannya.
Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran no 22.
Keengganan dalam berpikir tersebut disinyalir karena belum
adanya pembiasaan dalam diri siswa. Hampir dari semua siswa terbiasa
untuk mencatat, tetapi hanya sedikit siswa yang terbiasa berpikir untuk
memahami. Karena berdasarkan observasi awal, dalam hampir setiap
kegiatan belajar mengajar biologi dengan metode ceramah siswa diminta
untuk menyalin dari buku paket, dan tidak pernah diajak untuk diskusi.
Sehingga meskipun banyak catatan, tetapi siswa itu sendiri tidak tahu
sebenarnya apa yang dicatat.
Ada kesadaran untuk belajar yang belum terbuka, sehingga ketika
ada temannya dari kelompok lain yang menjelaskan mereka tidak
memperhatikan. Siswa yang tidak memperhatikan tersebut justru bermain
dengan temannya. Ketidak-seriusan dalam belajar tersebut tergambar
dalam hasil observasi awal yang menunjukkan masih rendahnya interaksi
antar siswa. Masih terdapat 86% siswa yang belum bertanya, menjawab,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dan memberi penjelasan terkait materi yang belum diketahui dengan
temannya.
Kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung dalam proses
pembelajaran dapat diminimalisir dengan adanya pembiasaan-pembiasaan
yang baru pula. Siswa yang tidak biasa untuk berpikir, hanya
menggantungkan pada temannya yang lebih pandai, dan enggan belajar
perlu diajak untuk berpikir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
dan mengajar. Siswa yang cenderung pasif dan tidak mau berpikir banyak
mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan, karena mereka tidak
mampu menjawab soal-soal yang diberikan pada saat post test. Terdapat
42% siswa yang belum tuntas belajar.
Dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa
diajak untuk berpikir, untuk membangun pengetahuannya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Dalam proses membangun pengetahuan tentang
pencemaran lingkungan sangat diperlukan partisipasi siswa. Beberapa asas
dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) yang diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar adalah belajar berkelompok, permodelan dan
refleksi. Siswa senang dengan penerapan Contextual Teaching and
Learning (CTL), hal ini didukung oleh data dari pengisian kuesioner yang
menunjukkan bahwa 80% siswa senang belajar dengan menggunakan
metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Untuk melihat data
lebih lengkap lihat lampiran no 28.
Dalam usaha membangun pengetahuannya tersebut, sudah ada 21
siswa yang sudah bisa membangun pengetahuan mengenai pencemaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan kerusakan lingkungan beserta cara penanggulangannya, usaha
membangun pengetahuan tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya 58%
siswa yang secara klasikal tuntas belajar. Namun jumlah tersebut belum
memenuhi standar ketuntasan belajar yang diinginkan, oleh karena itu
perlu dilakukan siklus II.
Dalam siklus II terjadi pengingkatan hasil belajar dari yang semula
58% di siklus I menjadi 77,78%. Peningkatan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh mulai tumbuhnya kebiasaan berpikir dalam diri siswa.
Ada sebuah dorongan yang mengharuskan mereka menggunakan pikiran
mereka, yang tujuannya adalah membangkitkan kesadaran mereka akan
tujuan mereka belajar di sekolah. Dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) ini minat siswa untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan dibangkitkan, hingga akhirnya hasil belajar mereka menjadi
meningkat. Secara klasikal siswa yang tuntas belajar ada 27 orang, atau
dengan kata lain 77,78% siswa tuntas belajar. Sehingga terjadi
peningkatan 19,78% dalam ketuntasan belajar siswa.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Edi Sudardi dalam kutipan Syaiful (2010) dalam bukunya
mengungkapkan bahwa kegiatan belajar mengajar salah satunya ditandai
aktivitas anak didik. Anak didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas belajar tersebut aktif
baik secara fisik maupun mental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
John Dewey dalam kutipan Daryanto (2012) mengemukakan
pentingnya aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar. Aktivitas
belajar siswa yang dimaksud adalah aktivitas jasmaniah dan aktivitas
moral. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan dalam: aktivitas visual,
seperti membaca; menulis; dan demonstrasi. Aktivitas lisan, seperti
bercerita; membaca sajak; tanya jawab; diskusi dan menyanyi. Aktivitas
mendengarkan, seperti ceramah; mendengarkan penjelasan guru dan
pengarahan. Aktivitas gerak seperti senam; atletik; menari dan melukis.
Aktivitas menulis, seperti mengarang; membuat makalah; dan membuat
surat. Belajar tidak dapat berlangsung dengan baik jika tidak ada aktivitas
siswa dalam belajar dan proses belajar sehingga menghasilkan hasil
belajar.
Usaha membangun pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan
tersebut juga diimbangi dengan peningkatan aktivitas belajar siswa.
Seperti yang tertuang dalam grafik di bawah ini.
14%
86.5%
0102030405060708090
100
siklus 1 siklus 2
pers
enta
se
grafik 4.6 persentase perbandingan aktivitas belajar siswaantar siklus
siklus 1siklus 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Peningkatan aktivitas tersebut terjadi karena dengan penggunaan
metode Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa harus mencari
sendiri pengetahuan dan membangunnya sendiri. Di sini guru hanya
sebagai fasilitator. Peningkatan aktivitas meningkat karena ada perubahan
metode mengajar. Jika dahulu metode yang digunakan adalah cemarah
sekarang berubah menjadi Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pada sisklus I siswa yang membangun interaksi dengan siswa lain
baru 14%, namun pada siklus II siswa yang membangun interaksi dengan
temannya menjadi 81%. Terjadi peningkatan interaksi antar siswa
sebanyak 67%. Peningkatan interaksi antar siswa dipengaruhi adanya rasa
percaya diri dalam diri siswa, sehingga mereka tidak malu untuk bertanya
kepada temannya, dan temannya tidak ragu untuk memberikan jawaban.
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan poin 3 dalam interaksi antar siswa,
data pada lampiran no 23. Rasa percaya diri tersebut muncul karena siswa
merasa cocok dengan metode yang digunakan dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Data kuesioner menunjukkan ada 87,5% siswa merasa
nyaman dengan penggunaan metode Contextual Teaching and Learning
(Data dapat dilihat pada lampiran no 28).
Peningkatan kerjasama dalam kelompok juga dapat dirasakan, hal
ini terlihat dengan adanya peningkatan kerjasama dalam kelompok, dari
yang semula 14% pada siklus I, menjadi 92% pada siklus II. Dengan
demikian terjadi peningkatan kerjasama dalam kelompok sebanyak 78%.
Yang dikerjakan dalam kelompok adalah prakikum pencemaran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kerusakan lingkungan beserta cara penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang terjadi.
Dengan melakukan praktikum akhirnya siswa tidak hanya duduk
diam mendengarkan dan mencatat, tetapi ada partisipasi yang lebih.
Antusiasme siswa untuk mengikuti pelajaran akhirnya meningkat, karena
siswa merasa menjadi subyek bukan obyek. Antusiasme ini terlihat dengan
adanya semangat belajar melalui praktek. Ada keceriaan yang muncul
dalam diri siswa melalui praktikum yang dilakukan. Ketika siswa merasa
digunakan atau dilibatkan mereka menjadi tidak pasif, ada rasa bangga
dalam diri siswa sehingga mereka antusias untuk belajar. Siswa menjadi
lebih menghormati dan dapat meningkatkan kerjasama antar teman
terutama dalam kelompok. Dari sini dapat terbangun sebuah kepercayaan
untuk saling mengembangkan diri. Data sumber lampiran no 22 dan 23.
Sebagian besar siswa tanpa diminta sudah langsung membaca
panduan praktikum, dan melakukan praktikum, meski ada kelompok yang
masih menunggu dan bertanya kepada guru tentang apa yang harus
dikerjakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 3 kelompok yang langsung
melakukan praktikum pada siklus 2. Siswa tergerak hatinya untuk
langsung bekerja karena siswa merasa praktikum itu menyenangkan. Data
sumber lampiran no 23.
Ada siswa yang sudah maju cara berpikirnya, namun masih ada
juga yang dibelakang. Oleh karena itu dengan praktikum dalam kelompok
siswa yang kurang aktif menjadi ikut ketularan aktif, karena ada temannya
yang aktif dalam kelompok tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dengan melakukan praktikum, siswa digiring untuk menyadari
keterkaitan antara mata pelajaran biologi dengan kehidupan mereka sehari-
hari dan juga dengan lingkungan sekitar. Siswa diajak untuk peduli dengan
alam sekitar dengan cara melakukan penanggulangan pencemaran
lingkungan.
3. Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan sebuah
pendekatan belajar yang berorientasi pada kehidupan nyata siswa, dengan
demikian siswa mengalami sendiri secara aktif proses kegiatan belajar
(Sanjaya, 2011). Dengan mengalami sendiri siswa menjadi lebih aktif
untuk belajar, dan menjadi tidak terpaku lagi dengan buku paket. Tingkat
keaktifan, kreatifitas siswa menggunakan pendekatan Contextual Teaching
and Learning masuk dalam kategori sangat tinggi, terdapat 84,72% siswa
menyatakan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning
membuat mereka lebih aktif dan serius dalam belajar, dan kreatif, serta
lebih mudah dan santai dalam belajar (Data lengkap dapat dilihat lampiran
21, questioner no 19, 18, 17, 12,).
Praktikum yang dilakukan siswa dalam penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning dinilai dapat membantu siswa untuk
memahami materi yang sedang mereka pelajari karena berkaitan langsung
dengan kehidupan nyata mereka, terdapat 79,86% siswa menyatakan
mereka dapat memahami materi dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning(questioner no 6). Selain itu dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning siswa dapat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kaitan antara teori dan praktek. Sebanyak 78,47% siswa menyatakan dapat
memahami kaitan antara teori dengan praktek (questioner no 15).
Bekerja dalam kelompok juga dapat meningkatkan kerjasama antar
siswa, dan dapat membangun interaksi antar siswa. Hal ini ditunjukkan
dengan 81,94% siswa menyatakan dapat bekerja sama selama
pembelajaran berlangsung (questioner no 13). Bekerja dalam kelompok
juga memupuk keaktifan siswa dalam berdiskusi, sebanyak 78,47% siswa
menyatakan bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
membuat mereka aktif berdiskusi dalam kelompok selama proses
pembelajaran berlangsung (questioner no 8).
Siswa masih belum berani menjawab pertanyaan dari teman, hal ini
ditunjukkan dengan 68,75% siswa masih belum berani menjawab
pertanyaan dari teman (questioner no 9). Hal ini disinyalir karena siswa
belum terbiasa untuk mengeluarkan pendapat pribadi dan terdapat keragu-
raguan dalam diri siswa untuk menjawab pertanyaan dari teman, sehingga
ketika ditanya, siswa takut salah jika menjawab. Siswa juga belum berani
untuk presentasi di depan kelas, baru terdapat 61,11% siswa yang berani
untuk mempresentasikan hasil kerjanya (questioner no 10). Siswa belum
berani untuk presentasi dan mengeluarkan pendapat pribadi karena dalam
metode sebelumnya siswa tidak dibiasakan untuk mengeluarkan pendapat
pribadi dan presentasi di depan kelas.
Satu hal yang mendukung dengan penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning adalah bahwa siswa menyatakan
senang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Learning. 87,5% siswa menyatakan senang belajar dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dibanding menggunakan
metode sebelumnya (questioner no 16).
4. Faktor yang Mendukung Penerapan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) di SMP Kemasyarakatan Promasan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilaksanakan di SMP
Kemasyarakatan Promasan karena ada beberapa faktor yang mendukung,
diantaranya :
Setiap dari siswa mempunyai sampah tumah tangga, yang dapat
dijadikan sebagai sumber belajar siswa.
Banyak tersedia sumber belajar yang dapat diajarkan kepada siswa
untuk mempraktikannya secara langsung sehingga siswa tidak hanya
belajar teori saja namun juga dapat menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata.
Di SMP Kemasyarakatan Promasan terdapat kegiatan agriculture
dimana siswa mempelajari tentang bercocok tanam/pertanian sehingga
dari kegiatan tersebut dapat diterapkan metode Contextual Teaching
and Learning (CTL).
5. Faktor yang Menghambat Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan cara mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa hal yang terjadi sehingga
menghambat proses penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Yang menghambat dalam pelaksanaan adalah :
Sebagian besar siswa enggan berpikir, sehingga peneliti harus
memancing dengan pertanyaan-pertanyaan.
Kurangnya sikap memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari
guru, sehingga sebagian besar siswa hanya diam dan mengobrol. Maka
peneliti harus menegur siswa tersebut atau peneliti memberikan
pertanyaan kepada mereka.
Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, karena siswa cenderung
kurang percaya diri dalam melakukan aktivitasnya selama
pembelajaran, misalnya; bertanya, mengeluarkan pendapat, menulis
jawaban di papan tulis dan sebagainya, sehingga peneliti harus
menunjuk beberapa siswa agar siswa mau melakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi
Pencemaran Lingkungan di SMP Kemasyarakatan Promasan.
Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat dari yang semula tingkat
keaktifannya dalam berinteraksi dengan siswa lain dari 14% menjadi 81%, dan
tingkat keaktifan dalam kerjasama dalam kelompok naik dari 14% menjadi 92%.
Begitu juga dengan hasil belajar siswa, dari semula yang tuntas hanya 58%
menjadi 77,78%.
Dengan demikian pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang diterapkan pada materi pencemaran lingkungan cocok dilakukan.
Pemenuhan standar ketuntasan belajar siswa dapat tercapai 75%.
B. Saran
Ketika sebuah kegiatan berjalan, maka akan ada sesuatu yang tercapai,
tetapi ada sesuatu yang tertinggal. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas
yang dilakukan. Dibalik kesuksesan dalam penelitian, masih ada kekurangan-
kekurangan yang ditemukan dan perlu diperbaiki. Oleh karena itu, ada sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
saran untuk sekolah dan juga peneliti agar dapat tercapai pendidikan yang
mencerdaskan siswa dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. Adapun saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ada baiknya ruang laboratorium di sekolah tidak dijadikan sebagai ruang
kelas untuk mengajar IPA (teori). Sehingga laboratorium dapat digunakan
sebagai sarana untuk praktikum.
2. Prasarana yang menunjang dalam praktikum mungkin bisa diperbaiki,
misalnya pipa saluran pembuangan air dari wastafel. Sehingga air buangan
tidak membanjiri ruang laboratorium.
3. Sekolah sudah banyak memiliki peralatan yang menunjang praktikum, ada
baiknya sarana tersebut digunakan dalam proses pembelajaran untuk
menunjang semangat belajar siswa agar tidak monoton dan dapat
meningkatkan aktivitas dan semangat belajar siswa.
4. Ada baiknya siswa mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum siswa belajar
di sekolah. Kesadaran siswa untuk belajar perlu dibangun sejak dini, agar
siswa nantinya tidak kaget jika sekolah di luar daerah dan bergabung dengan
siswa lain yang tingkat intelektualitasnya lebih tinggi dan lebih maju dalam
sistem pengajarannya.
5. Sebelum melakukan penelitian, ada baiknya peneliti mengenal secara lebih
mendalam karakter dari masing-masing siswa agar mudah masuk dalam
dunia siswa.
6. Dalam PTK ini aktivitas belajar siswa lebih fokus pada interaksi antar siswa
dan kerjasama dalam kelompok, sehingga masih banyak aktivitas belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
siswa yang belum diteliti. Oleh karena itu dapat dikembangkan dalam
penelitian selanjutnya.
7. Dalam PTK selanjutnya dapat dilakukan penelitian untuk melihat
peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan Contextual Teaching and
Learning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto, dan Mulyo R. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: GavaMedia.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta: Ditjen DikdasmenDepdiknas.
Djamarah, B.S dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Edy, S. 2006. Panduan Pembelajaran Kontekstual untuk Sekolah MenengahPertama. Jakarta: Dit. P.SMP Depdiknas.
Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung. Sinar BumiAlgensindo.
Hanafiah, N. 2009.Konsep Sterategi Pembelajaran. Bandung. Refika aditama.
Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibbin, S. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rustana, C. E. 2002. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta.Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan.
Slamet, dkk. 2005. Pespektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta:USD.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar BumiAgensindo.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: RosdaKarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Suparno, P. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma.
Susilo. 2010. Aktivitas-aktivitas Belajar Siswa. Dalamhttp://susilofy.wordpress.com/2011/01/18/aktivitas-aktivitas-belajar-siswa/, diakses tanggal 02 Mei 2013
Syaiin. 2012. Skripsi biologi. http://syaiinalim-syaiinalim.blogspot.com/2012/03/skripsi-biologi-ctl.html. Diaksestanggal 02 Mei 2013
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik .Jakarta perpustakaan nasional.
UNESCO. 1996. Learning: the treasure within.
Wardhani, I. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.
Widodo, W. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (VersiTransparansi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI