plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileberjudul “evaluasi peresepan kasus...

137
EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BETHESDA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN DALAM PERIODE JULI 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Novi Listyani Wibowo NIM: 048114020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: vuongngoc

Post on 03-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH

SAKIT BETHESDA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN DALAM

PERIODE JULI 2007

(Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Novi Listyani Wibowo

NIM: 048114020

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

ii

EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH

SAKIT BETHESDA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN DALAM

PERIODE JULI 2007

(Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Novi Listyani Wibowo

NIM: 048114020

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

v

“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang

pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga

jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia” Amsal 2 : 6-8

“Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku”

Mazmur 138 : 3

Kupersembahkan karya ini untuk yang terkasih :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menyertai dan

memampukanku melalui hari-hariku.

Papa Harry dan mama Titien sebagai tanda cinta dan wujud baktiku.

Ko Eko, Ko Andre, Ci Vivi, Ko Hansen, dan Agung atas doa, dukungan,

bantuan serta semangat yang selalu diberikan.

Almamater yang akan selalu kukenang dan kubanggakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Berkat dan kasih-

Nya yang senantiasa menyertai sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007 (Kajian Kasus Gangguan

Sistem Saluran Nafas)” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sejak penelitian mulai dilakukan hingga penyusunan skripsi diselesaikan,

penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan

pengarahan, serta semangat yang diberikan selama penelitian maupun dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Aris Widayati, M.Si., Apt. dan Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., serta Dra. L. Endang

Budiarti, M. Pharm. Apt., selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik

dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Kepala dan Staf Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda yang banyak

membantu dalam proses pengambilan data.

4. Bu Wiwin selaku kepala perawat bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan

semua perawat serta pramurukti yang bertugas di bangsal anak Rumah Sakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

vii

Bethesda atas bantuan dan kerjasama yang baik sehingga proses pengambilan

data dapat berjalan dengan lancar.

5. Adik-adik pasien pediatri yang secara tidak langsung telah membantu dan

mendukung penelitian ini.

6. Teman seperjuangan: Amanda, untuk semangat, kerja sama, dan bantuan yang

telah diberikan.

7. Teman sepenanggungan: Tata dan Erline untuk kerja sama, kebersamaan, dan

kekompakan selama penelitian ini dilakukan.

8. Teman-teman angkatan 2004 FKK: Made, Rina, Reni, Atin, Sisca, Wida, Anna,

Nur, Rissa, Henny, Bosco, Liza, Pipin, Rosa, Limdra atas kebersamaan dalam

suka-duka selama kuliah maupun praktikum.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

terwujudnya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dalam penyusunannya masih banyak

memiliki kekurangan. Untuk itu, semua saran dan kritik yang dapat membangun

sangatlah diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

Yogyakarta, Januari 2008

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

ix

INTISARI

Pasien pediatri merupakan salah satu kelompok populasi yang sangat rentan. Banyak obat dibutuhkan tetapi tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang sesuai sehingga memerlukan modifikasi bentuk sediaan. Hal ini membutuhkan jaminan keamanan penggunaan obat tersebut. Salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah gangguan sistem saluran nafas. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, kajian kasus gangguan sistem saluran nafas.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Secara umum bertujuan mengevaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007. Secara khusus bertujuan mengetahui alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan obat racikan, mengetahui profil kasus, dan pola peresepan kasus pediatri yang menerima resep racikan, serta mengetahui kerasionalan dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas, dilihat berdasarkan studi literatur. Langkah penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu tahap orientasi, pengambilan data, dan penyelesaian data. Hasil penelitian menunjukkan 99 kasus pediatri menerima resep racikan. Persentase kasus paling banyak kelompok umur >1–6 tahun 62,6%; berjenis kelamin laki-laki 59,6%; satu diagnosis terbanyak gangguan sistem saluran cerna 30,3%; diagnosis kedua terbanyak gangguan sistem saluran nafas 15,2%. Penggunaan satu jenis obat racikan 54,5%, paling sering digunakan parasetamol dan fenobarbital 39,4%. Penggunaan obat non racikan terdiri 8 kelas terapi, paling banyak obat sistem saluran cerna 91,9%. Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%; kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas 58,6%; analgesik 29,3%; antihistamin 25,3%; obat sistem saraf pusat 21,2%. Evaluasi Drug Related Problems pada 25 kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas menunjukkan 23 kasus obat tanpa indikasi, 21 kasus dosis terlalu rendah, 17 kasus dosis terlalu tinggi, dan 1 kasus butuh terapi obat tambahan (bersifat aktual). Sebanyak 23 kasus efek obat merugikan dan interaksi obat bersifat potensial. Rata-rata lama tinggal pasien di rumah sakit 5 hari, dan keluar dalam kondisi sembuh 92%.

Kata kunci: pasien pediatri, resep racikan, Drug Related Problems (DRPs).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

x

ABSTRACT

Pediatric patients are one of the population group which is very susceptible. Many medicines are needed, but not all of them are available in the appropriate form, so modification dosage form is needed. Thus, we need a safety using those medicines. One of the major infant mortality in Indonesia is respiratory tract disorder. Based on that reason, we have already evaluated pediatric case prescription in pediatric ward of Bethesda Hospital that receives compounding prescription during July 2007. This is a non experimental, prospectively evaluational-descriptive case study. In general, the objective of this study is to evaluate pediatric case prescription in pediatric ward of Bethesda Hospital that receives compounding prescription during July 2007. Specially, the objective of this study is to know the reason or the background of choosing and using compounding medicines, to know cases profile, and prescription pattern of pediatric cases, and to know the rasionalization and therapy impact of pediatric cases with respiratory tract disorder, based on literature study. This study is divided into 3 stages, which are orientation, data collecting, and data finalizing stage. The outcome indicates that 99 pediatric cases receive compounding prescription. Most of them are >1-6 years old (62%); male (59,6%); most of the diagnose is gastrointestinal tract disorder (30,3%), and the second of the most is respiratory tract disorder (15,2%). Single type compound comprising 59,6% prescription, most of them contain paracetamol and phenobarbital (39,4%). The using of non compounding medicines consist of 8 therapy classes, mostly are gastrointestinal tract medicines (91,9%). The amount of medicines that influence blood and nutrition are 85,9%; anti infections are 80,8%; corticosteroids are 64,6%; respiratory tract medicines are 58,6%; analgesics are 29,3%; anti histamines are 25,3%; and central nervous system medicines are 21,2%. Evaluation of Drug Related Problems to 25 pediatric cases with respiratory tract disorder shows 23 cases unnecessary drug therapy, 21 cases dose too low, 17 cases dose too high, and 1 case needs for additional drug therapy (actual characteristic). There are 23 cases adverse drug reaction and drug interaction with potential characteristic. The average length of stay (LOS) patient in hospital is about 5 days, and out patient in a cured condition is about 92%. Keywords: pediatric patient, compounding prescription, Drug Related Problems (DRPs).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………... iii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… v

PRAKATA………………………………………………………………….... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………… viii

INTISARI…………………………………………………………………..… ix

ABSTRACT………………………………………………………………………….… x

DAFTAR ISI………………………………………………………………..... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xvii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xviii

BAB I. PENGANTAR……………………………………………………...... 1

A. Latar Belakang………………………………………………………....... 1

1. Permasalahan………………………………………………………..... 4

2. Keaslian penelitian………………………………………………….... 4

3. Manfaat penelitian……………………………………………………. 5

B. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 6

1. Tujuan umum………………………………………………………… 6

2. Tujuan khusus…………………….………………………………….. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………..………………. 7

A. Pediatri………………………………………………….……………….. 7

1. Pengertian…………………………………………………………...... 7

2. Farmakokinetika obat pada pasien pediatri………………………....... 8

3. Peresepan kelompok anak……………………………………………. 10

B. Sistem Saluran Nafas…………………………………………………..... 11

1. Sistem saluran nafas atas………..……………………………………. 13

2. Sistem saluran nafas bawah…………………………………………... 13

C. Gangguan Sistem Saluran Nafas……………………………………........ 14

1. Asma………………………………………………………………...... 14

2. Faringitis……………………………………………………………… 16

3. Bronkitis akut………………………………………………………… 20

4. Bronkiolitis………………………………………………………........ 22

5. Pneumonia…………………………………………………………..... 24

D. Drug Related Problems (DRPs)…………………………………………. 27

E. Keterangan Empiris……………………………………………………… 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………. 31

B. Definisi Operasional……………………………………………………... 31

C. Subyek Penelitian……………………………………………………....... 33

D. Bahan Penelitian…………………………………………………………. 34

E. Tempat Penelitian………………………………………………………... 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xiii

F. Tata Cara Penelitian……………………………………………………... 34

1. Tahap orientasi……………………………………………………...... 35

2. Tahap pengambilan data……………………………………………… 35

3. Tahap penyelesaian data……………………………………………… 35

G. Tata Cara Analisis Hasil…………………………………………………. 36

H. Kesulitan Penelitian……………………………………………………... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..... 39

A. Alasan / Latar Belakang Pemilihan dan / atau Penggunaan Obat Racikan

pada Pasien Pediatri yang Dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit

Bethesda…………………………………………………………………. 39

1. Dokter anak…………………………………………………………... 39

2. Apoteker………………………………………………………............ 40

3. Perawat dan orang tua pasien……………………………………….... 41

B. Profil Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang

Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007…………………....... 42

1. Persentase kasus berdasarkan umur………………………………….. 42

2. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin…………………………. 43

3. Persentase kasus berdasarkan diagnosis…………………………...... 44

C. Pola Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Julli 2007, meliputi Obat

Racikan dan Non Racikan……………………………………………...... 45

1. Pola peresepan obat racikan………………………………………….. 45

2. Pola peresepan obat non racikan……………………………………... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xiv

D. Evaluasi Kerasionalan Terapi dan Dampak Terapi Kasus Gangguan

Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang

Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007……………………...

58

1. Evaluasi kerasionalan terapi………………………………………….. 58

2. Dampak terapi………………………………………………………... 65

E. Rangkuman Pembahasan………………………………………………… 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 69

A. Kesimpulan…………………………………………………………….... 69

B. Saran…………………………………………………………………..…. 70

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 71

LAMPIRAN……………………………………………………………..…… 74

BIOGRAFI PENULIS………………………………………..………………. 118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xv

DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Rumus yang digunakan dalam perhitungan dosis untuk pediatri…. 11

Tabel II. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs)……………… 28

Tabel III. Keterangan kelas signifikansi interaksi…………………………… 29

Tabel IV. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan diagnosis………………………….…………………..

45

Tabel V. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima satu jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..

46

Tabel VI. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima dua jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..

47

Tabel VII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima tiga jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..

48

Tabel VIII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima empat jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..

48

Tabel IX. Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………

50

Tabel X. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

51

Tabel XI. Golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….

53

Tabel XII. Golongan dan jenis obat kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xvi

Tabel XIII. Golongan dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………

54

Tabel XIV. Golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….

56

Tabel XV. Golongan dan jenis obat antihistamin yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….

56

Tabel XVI. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………

57

Tabel XVII. DRPs kasus 1 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

59

Tabel XVIII. DRPs kasus 2 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit

Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

60

Tabel XIX. DRPs kasus 5 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

61

Tabel XX. DRPs kasus 17 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit

Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

62

Tabel XXI. DRPs kasus 24 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

63

Tabel XXII. DRPs kasus 25 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit

Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…

64

Tabel XXIII. Jenis DRPs yang ditemukan pada kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………

65

Tabel XXIV. Kondisi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas saat pulang dari bangsal anak Rumah Sakit Bethesda………………….

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Sistem saluran nafas………………………………………………. 12

Gambar 2. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan umur………………………………………………….

43

Gambar 3. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan jenis kelamin………………………………………....

44

Gambar 4. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan banyaknya jenis racikan yang diperoleh……………..

46

Gambar 5. Kelas terapi obat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..

49

Gambar 6. Lama tinggal kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam periode Juli 2007………………………………………………………………..

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Hasil Wawancara Terhadap Dokter Anak, Apoteker Rawat Inap,

Perawat, dan Orang Tua Pasien…………………………………...

74

Lampiran 2 Golongan dan Jenis Obat yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007………………………………….

82

Lampiran 3 Data Kasus Pediatri dengan Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007………………………………….

87

Lampiran 4 Ringkasan DRPs yang Ditemukan pada Kasus Pediatri dengan Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pasien pediatri merupakan salah satu kelompok populasi yang rentan

terhadap Adverse Drug Reaction (ADR). Penelitian di beberapa Rumah Sakit di USA

menunjukkan sejumlah pasien pediatri harus dirawatinapkan karena ADR

penggunaan obat meskipun persentasenya tidak sebesar kejadian pada orang tua

(Mitchell, Lacouture, Sheehan, Kauffman, and Shapiro, 1988). Penelitian lain

menyebutkan adverse effect akibat penggunaan obat pada anak di bawah 2 tahun

menimbulkan kematian yang signifikan (Moore, Weiss, Kaplan, and Blaidel, 2002).

Adanya variasi dalam absorpsi pada pengobatan dari saluran

gastrointestinal, lokasi injeksi intramuskular, dan kulit sangat penting pada pasien

pediatri, terutama bagi bayi yang baru lahir dan bayi prematur. Perkembangan fungsi

organ, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat berbeda tidak hanya antara pasien

pediatri dengan pasien dewasa, tetapi juga antar kelompok umur pada pasein pediatri

(Nahata and Taketomo, 2005).

Penggunaan obat yang paling banyak adalah untuk pasien pediatri, namun

hanya seperempat obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA)

yang memiliki indikasi spesifik untuk digunakan pada pasien pediatri. Data

farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi, dan keamanan obat pada bayi dan anak-

anak sangatlah jarang dilaporkan (Nahata and Taketomo, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

2

Hasil pertemuan World Health Organization (WHO) yang ke-60 pada bulan

April 2007 mengatakan bahwa terdapat kekurangan dalam pengobatan untuk anak-

anak yaitu karena tidak adanya bentuk sediaan yang cocok untuk anak-anak. Anak di

bawah umur 3 tahun lebih cocok menggunakan bentuk sediaan sirup atau tablet

kunyah karena lebih mudah untuk ditelan. Dilaporkan juga bahwa anak kecil kadang

kala mengalami penyumbatan pada saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas

pada saat menelan tablet yang besar. Awal tahun ini ditemukan 4 anak yang berumur

di bawah 36 bulan meninggal akibat tersumbat tablet albendazol (Anonim, 2007b).

Banyak obat dibutuhkan oleh pasien pediatri tetapi tidak tersedia dalam

bentuk sediaan yang sesuai. Oleh karena itu, bentuk sediaan yang ditujukan untuk

pasien dewasa dimodifikasi untuk pasien bayi dan anak-anak, sehingga

membutuhkan jaminan potensi dan keamanan dari penggunaan obat tersebut (Nahata

and Taketomo, 2005). Proses peracikan dan interaksi obat dalam racikan dapat

mengakibatkan perubahan sifat obat. Sebagai akibat pencampuran obat dalam

peracikan, beberapa hal yang dapat berubah adalah khasiat dan keamanan obat,

misalnya timbulnya sifat toksik obat, berkurangnya dosis zat aktif, dan sebagainya.

Hasil penelitian terhadap semua kasus kematian yang ditemukan dalam

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, diperoleh gambaran proporsi

penyebab utama kematian bayi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

sebanyak 36%, dalam SKRT tahun 1995 sebab utama kematian bayi adalah karena

penyakit sistem pernafasan sebanyak 29,5%. Sedangkan dalam Survei Kesehatan

Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit sistem pernafasan menjadi penyebab

kedua kematian bayi di Indonesia yaitu sebanyak 27,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

3

Tahap orientasi dan analisis situasi dilakukan di Rumah Sakit Bethesda

selama 1 minggu. Dari tahap orientasi ini dapat diketahui kapasitas tempat tidur yang

tersedia di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda berjumlah 42 buah. Rata-rata jumlah

pasien yang dirawat di bangsal anak tersebut tiap harinya sebanyak 28 pasien. Pasien

paling banyak mengalami gangguan sistem saluran cerna dan urutan kedua terbanyak

mengalami gangguan sistem saluran nafas. Rata-rata jumlah pasien yang mendapat

resep racikan dalam tiap harinya sebanyak 18 pasien, dengan resep racikan yang

paling banyak digunakan adalah parasetamol dan fenobarbital.

Jumlah pasien pediatri yang menerima resep racikan di bangsal anak cukup

tinggi, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap peresepan pasien pediatri di bangsal

anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Karena sebagian besar

pasien mengalami gangguan sistem saluran nafas, maka perlu juga dilihat dan

dievaluasi apakah terapi yang diberikan pada pasien pediatri dengan gangguan sistem

saluran nafas telah sesuai dengan standar terapi yang telah ditetapkan oleh rumah

sakit tersebut maupun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bethesda, dimana rumah sakit ini

termasuk dalam rumah sakit swasta tipe utama dengan akreditasi ISO 9000 dan

merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rumah sakit ini mempunyai 8 apoteker yang telah menjalankan beberapa kegiatan

pelayanan farmasis klinis dan yang menonjol dari rumah sakit ini adalah apoteker

rumah sakit telah menjalin hubungan yang baik dengan dokter khususnya dokter di

bangsal anak. Penelitian ini juga terlaksana karena adanya kerjasama antara Rumah

Sakit Bethesda dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

4

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

disusun permasalahan seperti dinyatakan di bawah ini.

a. Apakah alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan

di Rumah Sakit Bethesda oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien?

b. Seperti apakah profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang

menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi umur, jenis kelamin,

dan diagnosis?

c. Seperti apakah pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit

Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi obat

racikan dan non racikan?

d. Seperti apakah kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan

gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang

menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, dilihat berdasarkan studi

literatur?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang terkait dengan pasien pediatri telah banyak dilakukan oleh

peneliti lain, antara lain:

a. Evaluasi Peresepan Obat Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas Non

Komplikasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2000 (Sutriatmoko, 2001)

b. Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Anak Rawat Inap di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001 (Yusriana, 2002)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

5

c. Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002

(Kusuma, 2004)

d. Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Pediatri di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006 (Nugraha, 2006)

Penelitian yang dilakukan pada saat ini berbeda dalam hal objek penelitian,

tempat penelitian dan waktu penelitian. Penelitian ini ingin mengevaluasi peresepan

kasus pediatri yang menerima resep racikan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

dalam bulan Juli 2007, dengan kajian kasus gangguan sistem saluran nafas.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai peresepan dan penggunaan sediaan racikan pada pasien pediatri.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

evaluasi bagi rumah sakit dalam melaksanakan terapi pada pasien pediatri sehingga

bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efektivitas

penatalaksanaan terapi pada pasien pediatri, khususnya dalam hal pemberian obat

racikan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

6

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan kasus

pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam

periode Juli 2007.

2. Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat

racikan di Rumah Sakit Bethesda oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua

pasien.

b. Mengetahui profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang

menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi umur, jenis kelamin,

dan diagnosis.

c. Mengetahui pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit

Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi obat

racikan dan non racikan.

d. Mengetahui kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan

gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang

menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, dilihat berdasarkan studi

literatur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pediatri

1. Pengertian

Istilah pediatri berasal dari dua kata Yunani kuno, paidi yang berarti "anak"

dan iatros yang berarti "dokter". Secara umum, pediatri diartikan sebagai spesialisasi

kedokteran yang berkaitan dengan bayi dan anak.

Menurut The British Paediatric Association (BPA), kelompok anak dibagi

dalam beberapa kategori menurut perubahan biologis yang terjadi sebagai berikut:

neonatus adalah awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi tersendiri

untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam kandungan), bayi

adalah usia 1 bulan sampai 2 tahun, anak-anak adalah usia 2 tahun sampai 12 tahun,

dengan subseksi bahwa anak usia di bawah 6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang

sesuai, remaja 12 sampai 18 tahun. Perubahan yang diwakili tiap rentang waktu

tersebut adalah bahwa pada neonatus terjadi perubahan klimakterik yang sangat

penting, bayi merupakan masa awal pertumbuhan yang sangat pesat, anak-anak

adalah masa pertumbuhan secara bertahap, dan remaja merupakan akhir tahap

perkembangan secara pesat hingga menjadi orang dewasa (Prest, 2003).

Soetjiningsih (1995) membagi tahap tumbuh kembang anak di Indonesia

dibagi menjadi:

a. Masa pranatal

1) Masa embrio: konsepsi–8 minggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

8

2) Masa janin/fetus: 9 minggu-lahir

a. Masa bayi: usia 0-1 tahun

1) Masa neonatal: usia 0-28 hari

2) Masa paska neonatal: 29 hari-1 tahun

b. Masa prasekolah: usia 1-6 tahun

c. Masa sekolah: usia 6-18/20 tahun

1) Masa pra-remaja: usia 6-10 tahun

2) Masa remaja:

a) Masa remaja dini

(1) Wanita, usia 8-13 tahun

(2) Pria, usia 10-15 tahun

b) Masa remaja lanjut

(1) Wanita, usia 13-18 tahun

(2) Pria, usia 15-20 tahun

1. Farmakokinetika obat pada pasien pediatri

Terdapat perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik antara pasien

pediatri dengan pasien dewasa. Keadaan fisiologis anak akan mendekati dewasa

setelah anak berumur 2-3 tahun, maka keadaan ini akan berpengaruh pada daya

absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat.

a. Absorbsi

Sejak neonatus sampai remaja dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi

daya absorbsi obat. Faktor-faktor yang berpengaruh pada daya absorbsi obat adalah

pH lambung, daya pengosongan lambung, perfusi gastrointestinal dan luas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

9

permukaan saluran gastrointestinal. Setelah umur 3 tahun, ekskresi asam lambung

per kilogram berat badan sama dengan ekskresi pada dewasa. Sedangkan daya

pengosongan lambung pada neonatus lebih rendah dari dewasa (Hadinegoro, 2002).

b. Distribusi

Segera setelah obat diabsorbsi akan disebarkan ke beberapa bagian tubuh,

obat tersebut akan diikat oleh protein plasma atau akan tetap berada dalam sirkulasi

sampai diekskresi oleh ginjal. Faktor-faktor yang berpengaruh pada distribusi obat

dalam tubuh adalah maturitas daya ikat protein plasma, jumlah cairan tubuh, jumlah

lemak tubuh dan daya ikat jaringan.

Jumlah dan komposisi protein plasma berubah sesuai dengan perubahan

umur. Kadar albumin baik pada neonatus maupun dewasa sama tinggi, walaupun

demikian pada neonatus terdapat perbedaan afinitas berbagai obat terhadap albumin.

Jumlah cairan tubuh terhadap berat badan bayi kecil lebih tinggi dibandingkan

dengan orang dewasa, berturut-turut 80-90% dan 55-60%, sedangkan jumlah lemak

terhadap berat badan pada anak rendah sekitar 10-15% (Hadinegoro, 2002). Hal ini

menurunkan distribusi obat yang larut dalam lemak menuju jaringan dan organ

tubuh, sehingga menyebabkan tingginya kadar obat dalam darah. Untuk obat yang

larut air, distribusi meningkat sehingga kadar obat dalam darah lebih rendah (Levine

and McLaughlin, 2001).

c. Metabolisme dan Ekskresi

Kapasitas metabolisme obat dan ekskresi obat selama tahun pertama

kehidupan terlalu rendah. Sebagai akibatnya, eliminasi obat terjadi secara lambat dan

durasi aksi obat menjadi lebih lama. Penurunan metabolisme dan ekskresi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

10

sangat jelas terlihat pada neonatus dan bayi. Setelah tahun pertama, metabolisme dan

ekskresi obat secara perlahan menjadi sama seperti orang dewasa (Levine and

McLaughlin, 2001).

Kemampuan metabolisme dan ekskresi obat pada anak besar lebih

sempurna, tercermin dari fungsi ginjal dan klirens ginjal pada anak besar dan dewasa

hampir sama. Ginjal dan hati merupakan dua organ pembersih dalam tubuh, yang

akan mengekskresi hasil metabolit obat setelah obat menjadi non-polar dan

mengalami konjugasi (Hadinegoro, 2002).

2. Peresepan kelompok anak

Kelompok anak mempunyai risiko yang cukup tinggi terhadap kejadian

medication error. Beberapa faktor berkontribusi terhadap hal tersebut termasuk

penentuan regimen dosis obat yang terkait dengan berat badan pasien anak,

ketersediaan obat-obatan dalam bentuk sirup atau yang sesuai untuk anak, hambatan

komunikasi dengan pasien anak, kegagalan pemberian obat sesuai dengan aturan

pakainya, fungsi fisiologi yang belum optimal terkait dengan ADR yang

kemungkinan muncul dalam proses farmakokinetikanya seperti fungsi ginjal dan

fungsi hepar (Kausal, Jaggi, Walsh, Fortescue, and Bates, 2004).

Selain faktor farmakokinetika, beberapa masalah penggunaan obat pada

anak adalah dosis, pemilihan preparat atau bentuk sediaan, rute pemberian dan

kepatuhan anak minum obat (Hughes, 1998). Dosis pada anak tidak dapat

diekstrapolasikan dari dosis dewasa karena anak bukan orang dewasa yang

berukuran kecil. Dosis anak harus ditetapkan dengan seksama merujuk pada panduan

dosis anak atau dihitung menggunakan rumus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

11

Perhitungan dosis pada pediatri dapat didasarkan pada umur, luas

permukaan tubuh (LPT), dan berat badan. Beberapa rumus yang digunakan dalam

perhitungan dosis untuk pediatri dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Rumus yang digunakan dalam perhitungan dosis untuk pediatri (Levine and McLaughlin, 2001)

Variabel Pembanding Rumus Keterangan Umur Young:

dewasaanak Dn

nD

12

n = umur (tahun)

Umur

Fried:

dewasaanak DmD 150

m = umur (bulan)

Berat Badan

Clark:

dewasaanak DWD 70

W = berat badan (kg)

Luas Permukaan Tubuh dewasaanak DLPTD

7,1 LPT =Luas Permukaan Tubuh (m 2 )

Pemilihan bentuk sediaan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu rute

pemberian yang diinginkan, usia anak, ketersediaan bentuk sediaan, pengobatan lain

yang sedang dijalani dan kondisi penyakit. Rute pemberian secara oral cukup mudah

dilakukan dengan bentuk sediaan cair untuk anak yang kurang dari 6 tahun. Untuk

anak yang lebih besar dapat diberikan tablet. Pemberian tablet dengan menggerus

harus dipertimbangkan apakah akan merusak tujuan formulasi bentuk sediaannya,

misalnya, sustained release atau tablet salut tidak tepat apabila digerus untuk dibuat

puyer atau racikan (Prest, 2003).

B. Sistem Saluran Nafas

Fungsi utama sistem saluran nafas adalah menyediakan oksigen bagi tubuh

untuk metabolisme energi dan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pertukaran gas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

13

1. Sistem saluran nafas atas

Sistem saluran nafas atas terdiri dari hidung, faring, laring, dan trakea.

Udara masuk melalui hidung, dimana hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,

melembabkan, serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Faring

atau batang tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung

dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada

traktus respiratorius dan digestif. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel

kartilago yang menghubungkan faring dan trakea, dan berfungsi untuk

memungkinkan terjadinya vokalisasi dan melindungi jalan nafas bawah dari

obstruksi benda asing. Sedangkan trakea disebut juga batang tenggorok, ujung trakea

bercabang menjadi dua bronkus (Iwan, 2007).

2. Sistem saluran nafas bawah

Sistem saluran nafas bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus, bronkiolus

terminalis, bronkiolus respiratori, duktus alveolar dan sakus alveolar, alveoli, paru,

dan pleura. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut bronkus

lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 lobus). Bronkus segmental

bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa

yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan nafas. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia). Bronkiolus terminalis

kemudian menjadi bronkus respiratori yang dianggap sebagai saluran transisional

antara jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

14

kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian

menjadi alveoli yang merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2 (Iwan, 2007)

A. Gangguan Sistem Saluran Nafas

Gangguan pada saluran nafas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa proses inflamasi atau alergi maupun

infeksi. Infeksi saluran nafas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi

saluran nafas atas dan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas meliputi

rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsillitis, otitis. Sedangkan infeksi

saluran nafas bawah meliputi infeksi pada bronkus, alveoli seperti bronkitis,

bronkiolitis, pneumonia (Anonim, 2005).

1. Asma

Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi

berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan

atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau

keluarganya. Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang

progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau

berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut (Setiawati, 2006).

Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan

derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi

asma episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berdasarkan derajat

serangannya, asma dikelompokkan menjadi serangan asma ringan, sedang dan berat

(Setiawati, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

15

a. Patofisiologi

Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,

udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil,

makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi

seperti histamin, lekotrien C4, D4 dan E4, Platelet Activating Factor (PAF) yang

mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus

yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata

di seluruh paru. Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru,

sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang

diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat makin

mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga

meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks (Setiawati, 2006).

b. Terapi

1) Tujuan terapi

a) Mencegah dan mengurangi gejala-gejala asma yang muncul

b) Mencegah dan mengurangi terjadinya bronkospasme

c) Menghambat atau mengurangi peradangan (inflamasi) saluran pernafasan

d) Memulihkan obstruksi saluran nafas

e) Mengurangi frekuensi terjadinya asma dan mencegah keparahan asma

2) Sasaran terapi

a) Gejala-gejala asma

b) Bronkospasme atau kejang bronki

c) Peradangan (inflamasi) saluran pernafasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

16

d) Obstruksi saluran nafas

e) Frekuensi dan keparahan asma

3) Strategi terapi

a) Non-farmakologis

(1) Menghindari alergen dan polutan yang merupakan penyebab asma,

seperti debu, asap rokok, udara dingin, serta perlu menghindari stress

(Scruggs, 2004).

(2) Mengontrol lingkungan sekitar, seperti membersihkan karpet dan sprei

setiap minggunya dan menggunakan penyaring khusus (Scruggs, 2004).

b) Farmakologis

Serangan asma ringan diberikan obat pereda (reliever) berupa β agonis

secara inhalasi/oral, atau adrenalin 1/1000 subkutan 0,01 ml/kgBB/kali dengan

dosis maksimal 0,3 ml/kali. Serangan sedang diberikan obat seperti di atas

ditambah dengan pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan

dirawat di ODC (one day care = ruang rawat sehari). Pada serangan berat, selain

obat di atas, diberikan aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid

dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3

diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan

prednisolon (Supriyatno dkk, 2004).

2. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke

jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

17

rhinitis, dan laringitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah

dengan iklim panas (Anonim, 2005).

a. Etiologi

Agen terpenting yang menyebabkan faringitis adalah virus dan group A β-

hemolytic Streptococcus (GABHS). Organisme lain yang terkadang menyertai

faringitis meliputi group C Streptococcus, Arcanobacterium haemolyticum,

Francisella tularensis, Mycoplasma pneumoniae, Neisseria gonorrhoeae, dan

Corynebacterium diphtheriae. Bakteri lain seperti Haemophilus influenzae dan

Streptococcus pneumoniae dapat diisolasi dari tenggorokan anak yang mengalami

faringitis, tetapi peranan bakteri tersebut belum dapat dibuktikan (Hayden, 2004).

b. Patogenesis

Kolonisasi faring oleh GABHS dapat menghasilkan infeksi akut atau

asiptomatik. Protein M merupakan faktor utama yang sangat berbahaya dari GABHS

dan memudahkan perlawanan untuk fagositosis oleh neutrofil polimorfonuklear.

Imunitas spesifik berkembang selama infeksi dan menyediakan imunitas yang

bersifat protektif terhadap infeksi selanjutnya dengan serotip M (Hayden, 2004).

b. Terapi

1) Tujuan terapi

a) Memperbaiki atau meniadakan simptom

b) Membatasi penyebaran infeksi

c) Mencegah komplikasi

2) Sasaran terapi

a) Simptom yang muncul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

18

b) Kemungkinan penyebaran infeksi

c) Komplikasi

3) Strategi terapi

a) Non-farmakologis

(1) Istirahat yang cukup.

(2) Banyak minum air putih, setidaknya 8 gelas per hari. Lebih banyak

minum apabila demam tinggi.

(3) Berkumur menggunakan larutan salin hangat secara simptomatis

mengurangi nyeri tenggorokan pada anak. Untuk anak yang lebih kecil,

inhalasi uap dapat menghasilkan pengaruh yang serupa.

(Griffith, 1989)

b) Farmakologis

Faringitis biasanya disebabkan virus, oleh karena itu tidak ada terapi

spesifiknya. Terapi simptomatik seperti penggunaan antipiretik atau analgesik

oral (asetaminofen atau ibuprofen) dapat mengurangi demam dan nyeri

tenggorokan. Semprotan anestesi dan tablet hisap (mengandung benzokain,

fenol, atau mentol) dapat mengurangi rasa sakit lokal (Hayden, 2004).

Penggunaan antibiotik harus berpedoman pada hasil uji deteksi antigen

atau biakan, kecuali jika ada dasar klinis dan epidemiologi yang kuat untuk

mencurigai infeksi streptokokus (Arnold, 1996). Penisilin merupakan drug of

choice untuk faringitis streptokokus. Antibiotik ini memiliki efikasi dan

keamanan, aktivitas spektrum sempit dan harga lebih murah. Kesembuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

19

biasanya terjadi pada pemberian 250 mg penisilin V, 2-4 kali sehari. Sekitar

10% pasien alergi terhadap penisilin (Scruggs, 2004). Antibiotika pilihan lain:

(1) Amoksisilin

(a) Pada anak-anak, amoksisilin diberikan 1 kali sehari selama 10 hari,

sama dengan penisilin V. Absorpsi amoksisilin tidak berpengaruh

dengan adanya proses pecernaan makanan.

(b) Amoksisilin lebih murah dan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih

sempit. Meskipun demikian, efek samping pada saluran pencernaan dan

skin rash lebih biasa terjadi pada penggunaan amoksisilin.

(2) Makrolid

(a) Eritromisin direkomendasikan untuk pasien yang alergi terhadap

penisilin. Eritromisin diabsorpsi lebih baik jika diberikan bersama

dengan makanan. Sekitar 15-20% pasien tidak dapat menahan efek

samping eritromisin pada saluran pencernaan.

(b) Azitromisin merupakan antibiotik pemberian satu kali sehari dan

pengobatan pendek selama 5 hari. Azitromisin berhubungan dengan

timbulnya efek samping yang kecil pada saluran pencernaan.

(3) Sefalosporin

(a) Pemberian sefalosporin selama 10 hari lebih baik daripada penisilin.

Keseluruhan kesembuhan bakteriologik oleh sefalosporin sebanyak

92%, dibandingkan dengan penisilin sebanyak 84%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

20

(b) Sefalosporin memiliki aktivitas yang lebih luas dibandingkan dengan

penisilin V. Berbeda dengan penisilin, sefalosporin tahan terhadap

degradasi dari beta laktamase.

(c) Sefalosporin disediakan untuk pasien dengan faringitis streptokokus

yang mengalami kekambuhan atau pengulangan.

(4) Amoksisilin klavulanat

Amoksisilin klavulanat tahan terhadap degradasi beta laktamase.

Amoksisilin klavulanat sering digunakan untuk mengobati faringitis

streptokokus yang mengalami pengulangan. Efek samping utama obat ini adalah

diare (Scruggs, 2004).

3. Bronkitis akut

Bronkitis merupakan kondisi inflamasi pada bagian dari trakeobronkial.

Proses inflamasi ini tidak meluas hingga alveoli. Bronkitis diklasifikasikan menjadi

akut dan kronik. Bronkitis akut terjadi pada semua usia dan ditandai dengan batuk,

demam, dan seringkali mengi. Keadaan ini merupakan tampilan umum dari influenza

dan batuk rejan. Bronkitis kronik tidak terjadi pada anak-anak (Meadow, 2005).

a. Patogenesis

Bronkitis akut terutama merupakan penyakit self-limiting dan jarang

menyebabkan kematian. Infeksi trakea dan bronki menyebabkan hiperemi dan edema

membran mukosa dengan peningkatan sekresi bronkial. Perusakan epitel respiratori

dapat terjadi dari ringan sampai berat dan mempengaruhi fungsi mukosiliar bronkial.

Peningkatan sekresi bronkial dapat menjadi kental dan lengket, kemudian dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

21

merusak aktivitas mukosiliar. Bronkitis akut kemungkinan dapat meyebabkan

kerusakan permanen pada saluran nafas (Glover, 2005).

b. Terapi

1) Tujuan terapi

a) Mencegah dan mengurangi gejala-gejala yang muncul

b) Mengurangi dehidrasi dan gangguan saluran pernafasan

2) Sasaran terapi

a) Gejala-gejala bronkitis

b) Dehidrasi dan gangguan saluran pernafasan

3) Strategi terapi

a) Non-farmakologis

(1) Istirahat yang cukup.

(2) Pasien sebaiknya banyak minum untuk mencegah dehidrasi dan untuk

menurunkan viskositas sekret pada saluran pernafasan (Glover, 2005).

(3) Pemberian uap atau meningkatkan kelembaban udara dalam kamar anak

(Griffith, 1989).

b) Farmakologis

Tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa

banyak masalah, tanpa pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase

paru dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Batuk iritatif

dan paroksismal dapat menyebabkan distres berat dan mengganggu tidur.

Walaupun penekanan batuk dapat menambah kemungkinan supurasi,

penggunaan penekan batuk yang bijaksana (termasuk kodein) mungkin memadai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

22

untuk pengurangan gejala. Antihistamin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh

digunakan, dan ekspektoran tidak menolong. Antibiotik tidak memperpendek

lamanya penyakit virus atau menurunkan insidens komplikasi bakteri; walaupun

pada kenyataannya penderita dengan episode berulang kadang-kadang dapat

membaik dengan pengobatan demikian, hal ini memberi kesan bahwa ada

beberapa infeksi bakteri sekunder (Stern, 1996).

4. Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran

nafas kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak kurang dari 2 tahun dengan insidensi

tertinggi pada usia sekitar 2-6 bulan dengan penyebab tersering Respiratory Sincytial

Virus (RSV), diikuti dengan parainfluenza dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh

sindrom klinik yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing (Setiawati, 2006).

a. Patofisiologi

Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan

replikasi di mukosa bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan

terjadi nekrosis sel-sel bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh yang terjadi

ditandai dengan proliferasi limfosit, sel plasma dan makrofag. Akibat dari proses

tersebut akan terjadi edema sub mukosa, kongesti serta penumpukan debris dan

mukus sehingga terjadi penyempitan lumen bronkioli. Penyempitan ini mempunyai

distribusi tersebar dengan derajat yang bervariasi (total/sebagian). Gambaran yang

terjadi adalah atelektasis yang tersebar dan distensi yang berlebihan (hyperaerated)

sehingga dapat terjadi gangguan pertukaran gas serius, gangguan ventilasi/perfusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

23

dengan akibat akan terjadi hipoksemia (Pa O2 turun) dan hiperkapnea (Pa CO2

meningkat). Kondisi yang berat dapat terjadi gagal nafas (Setiawati, 2006).

b. Terapi

1) Tujuan terapi

a) Membunuh mikroorganisme penyebab bronkiolitis

b) Mengurangi gejala bronkiolitis yang muncul

c) Meningkatkan sistem imun tubuh

2) Sasaran terapi

a) Mikroorganisme penyebab bronkiolitis

b) Gejala bronkiolitis

c) Sistem imun tubuh

3) Strategi terapi

a) Non-farmakologis

(1) Istirahat yang cukup.

(2) Menjaga ketahanan tubuh terutama pada musim dingin.

(3) Menghindari sumber iritasi seperti debu, polusi udara, dan asap rokok.

(4) Menjaga kelembaban udara pada kamar anak.

(5) Banyak minum air putih. Hindari minum susu karena dapat

meningkatkan kekentalan sekresi mukus (Griffith, 1989).

b) Farmakologis

Anak dengan bronkiolitis ringan bisa dirawat di rumah, untuk bayi

perlu dilakukan observasi yang baik dan pemberian cairan yang cukup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

24

Pengobatan terdiri:

(1) Antibiotik tidak perlu diberikan. Namun bila diperkirakan perlu misalnya

pada keadaan berat dan ada kemungkinan infeksi sekunder bakteri,

antibiotik yang sesuai dapat diberikan.

(2) Peran bronkodilator masih kontroversial, maksud pemberian untuk

memperbaiki pertukaran gas. Bila perlu ipratropium bromida, obat

simpatomimetik, atau teofilin; yang terbukti memberikan manfaat pada

beberapa penderita dapat dicoba untuk diberikan.

(3) Pemberian kortikosteroid juga belum dapat dibuktikan bermanfaat.

(4) Pemberian antivirus seperti ribavirin dapat dipertanggungjawabkan,

terutama untuk bayi risiko tinggi yaitu dengan sistik fibrosis,

bronchopulmonari diplasia, imunodefisiensi, dan penyakit jantung bawaan.

Obat ini terbukti efektif untuk pasien dengan ventilator.

(5) Imunoterapi masih dalam penelitian, terutama immunoglobulin untuk

infeksi SRV (Supriyatno dkk, 2004).

5. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan

oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan

kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan

ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch).

a. Patofisiologi

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi partikel di

hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

25

refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh

makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui

sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisemia,

malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular,

kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis

kistik, benda asing atau disfungsi silier.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi

benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya

pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil

terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia

bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi

dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya

umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis

respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas (Setiawati, 2006).

b. Terapi

1) Tujuan terapi

a) Membunuh mikroorganisme penyebab pneumonia

b) Mengurangi gejala pneumonia yang muncul

c) Meningkatkan sistem imun tubuh

2) Sasaran terapi

a) Mikroorganisme penyebab pneumonia

b) Gejala pneumonia

c) Sistem imun tubuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

26

3) Strategi terapi

a) Non-farmakologis

(1) Istirahat yang cukup.

(2) Banyak minum air putih, minimal 1 gelas air setiap jam. Cairan yang

cukup akan membantu mengencerkan sekret sehingga lebih mudah

untuk dikeluarkan.

(3) Meningkatkan kelembaban udara di sekitar anak.

(Griffith, 1989)

b) Farmakologis

Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga

pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman

tersering, yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza.

Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Bayi di bawah 3

bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Usia lebih dari 3 bulan,

ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila

keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan

sefalosporin (Supriyatno dkk, 2004).

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,

dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab

pneumonia adalah Staphylococcus aureus, kloksasilin dapat diberikan. Bila

alergi terhadap penisilin, diberikan sefazolin, klindamisin, atau vankomisin.

Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu (Supriyatno dkk, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

27

B. Drug Related Problems (DRPs)

Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems adalah suatu

kejadian yang tidak diinginkan yang dialami pasien berkaitan dengan terapi obat

yang diperolehnya, dan bertentangan dengan tujuan terapi yang ingin dicapai.

Ada tujuh kategori dan penyebab terjadinya DRPs, yaitu butuh terapi obat

tambahan (need for additional drug therapy), obat tanpa indikasi (unnecessary drug

therapy), salah obat (wrong drug), dosis terlalu rendah (dose too low), efek obat

merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, dosis terlalu tinggi (dose too

high), ketaatan pasien (compliance)/gagal menerima obat (Cipolle, 2004). Sebagai

pengemban tugas pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), farmasis memiliki

tanggung jawab dalam mengidentifikasi, menyelesaikan, dan mencegah terjadinya

DRPs. Untuk lebih memahami DRPs, pada tabel II disajikan DRP dan penyebabnya.

Interaksi antar obat dapat terjadi pada pemberian obat kombinasi dan

menghasilkan respon farmakologis atau klinik yang berbeda dari respon

farmakologis masing-masing obat tersebut apabila diberikan secara tunggal. Hasil

klinis dari interaksi antar obat dapat berefek antagonisme, sinergisme, atau

idiosinkrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

28

Tabel II. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand, Morley, and Cipolle, 1998) No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

1

Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy)

Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu dicegah atau terapi profilaksis

2 Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)

Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu Terapi dengan dosis toksik Penyalah-gunaan obat, merokok, dan alkohol Terapi sebaiknya non-farmakologi Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman

3 Salah obat (wrong drug)

Obat yang digunakan bukan yang efektif atau bukan yang paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman Obat sudah resisten terhadap infeksi Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat Kombinasi obat yang salah

4 Dosis terlalu rendah (dose too low)

Dosis terlalu rendah Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

5

Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat

Obat diberikan terlalu cepat Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium

6 Dosis terlalu tinggi (dose too high)

Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan Dosis dinaikkan terlalu cepat Obat akumulasi karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus

7 Ketaatan pasien (compliance)/gagal menerima obat

Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya Pasien tidak sanggup menebus obat karena biaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

29

Dalam mengevaluasi interaksi obat, perlu diperhatikan adalah signifikansi

interaksi. Signifikansi berhubungan dengan jenis dan besarnya efek yang

menentukan kebutuhan monitoring pasien dan perlu tidaknya pengubahan terapi

untuk mencegah efek yang merugikan. Menurut Tatro (2001), signifikansi klinik

meliputi kelas signifikansi, onset dari efek interaksi, dan tingkat keparahan interaksi.

1. Kelas Signifikansi

2 : Interaksi yang berbahaya dan telah terbukti

5 : Kemungkinan terjadi interaksi namun belum ada bukti yang jelas

Tabel III. Keterangan kelas signifikansi interaksi Kelas Signifikansi Tingkat Keparahan Bukti

1 Berat Sudah ada bukti 2 Sedang Sudah ada bukti 3 Ringan Sudah ada bukti 4 Berat/sedang Mungkin terjadi

5 Ringan Mungkin terjadi Tidak terjadi Belum ada bukti

2. Onset

Cepat : Efek terjadi dalam 24 jam setelah pemberian obat yang saling berinteraksi.

Tertunda : Efek obat tidak terjadi hingga obat yang saling berinteraksi tersebut

diberikan selama beberapa hari atau minggu.

3. Tingkat keparahan

Berat : Efek yang terjadi dapat mengancam jiwa atau dapat menyebabkan

kerusakan permanen.

Sedang : Efek yang terjadi dapat menyebabkan kondisi klinis pasien menurun.

Ringan : Efek yang terjadi biasanya ringan dan dapat mengganggu, tetapi tidak

signifikan mempengaruhi outcome terapi. Biasanya tidak memerlukan

terapi tambahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

30

C. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peresepan

kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan

dalam periode Juli 2007 serta memberikan informasi tentang kerasionalan terapi

pada kasus pediatri yang menerima resep racikan dengan gangguan sistem saluran

nafas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dengan rancangan

penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Penelitian ini merupakan

penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan

penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi

deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi kemudian mengevaluasi data

dari rekam medis yang diperoleh berdasarkan studi literatur (Pratiknya, 1986).

Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dengan mengikuti perkembangan kasus berdasarkan data lembar catatan

rekam medik kasus.

B. Definisi Operasional

1. Kasus adalah kasus pada pasien pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah

Sakit Bethesda dan menerima resep racikan dalam periode Juli 2007.

2. Pediatri adalah pasien anak yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

dan menerima resep racikan dalam periode Juli 2007.

3. Juli 2007 adalah periode pengambilan data di bangsal anak Rumah Sakit

Bethesda, yaitu tanggal 4 Juli 2007-4 Agustus 2007.

4. Alasan/latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan adalah hasil

wawancara terhadap 4 dokter anak, 1 apoteker rawat inap, 5 perawat di bangsal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

32

anak, dan 13 orang tua pasien tentang alasan pemilihan dan/atau penggunaan

obat racikan pada pasien pediatri yang diberikan oleh dokter anak, apoteker,

perawat, dan orang tua pasien.

5. Karakteristik kasus meliputi jumlah kasus, distribusi umur, jenis kelamin, dan

diagnosis.

6. Lembar rekam medik adalah lembar catatan dokter dan perawat yang berisi data

klinis pasien pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

dalam periode 4 Juli-4 Agustus 2007.

7. Peresepan dalam pembahasan penelitian ini bila tidak disebutkan lebih rinci

berarti meliputi resep racikan dan resep non racikan.

8. Obat racikan adalah obat dengan komposisi campuran (lebih dari satu jenis obat)

yang disiapkan/diproduksi/diracik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda.

9. Pola peresepan obat adalah gambaran penggunaan obat meliputi jenis racikan,

kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang digunakan pada pasien pediatri

di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan.

10. Jenis obat adalah nama generik masing-masing komposisi dalam obat racikan

dan nama generik obat non racikan, serta nama paten obat kombinasi.

11. Evaluasi kerasionalan terapi adalah melihat ulang dan menyimpulkan mengenai

kesesuaian antara terapi yang diberikan pada pasien pediatri dengan diagnosis

utama maupun sekunder gangguan saluran pernafasan, dibandingkan dengan

standar terapi, dan kemungkinan adanya Drug Related Problems (DRPs).

12. Drug Related Problems yang diamati pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah

Sakit Bethesda meliputi: butuh terapi obat tambahan (need for additional drug

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

33

therapy), obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), salah obat (wrong

drug), dosis terlalu rendah (dose too low), efek obat merugikan (adverse drug

reaction) dan interaksi obat, serta dosis terlalu tinggi (dose too high). Ketaatan

pasien (compliance) tidak dapat diamati.

13. Standar terapi adalah Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda dan

Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

14. Interaksi obat ialah reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat

lain) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi

kerja obat, yang digunakan bersamaan dalam pengobatan pada pasien pediatri

baik dalam bentuk racikan maupun non-racikan.

15. Adverse drug reactions (efek samping obat) yang timbul akibat terapi obat

selama pasien dirawat di rumah sakit.

16. Dampak terapi (outcome) dalam penelitian ini dievaluasi berdasarkan Length of

Stay (LOS) pasien dan kondisi pasien dengan gangguan sistem saluran nafas saat

keluar dari rumah sakit (sembuh, perbaikan, atau tambah parah).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah pasien pediatri yang dirawat inap

di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep racikan dalam periode 4

Juli-4 Agustus 2007. Kriteria inklusi subyek adalah pasien yang menerima 1 atau

lebih resep racikan selama dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda pada

periode tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

34

Sebanyak 99 kasus dari 169 kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda menerima resep racikan, dan digunakan sebagai subyek

penelitian pada permasalahan alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau

penggunaan obat racikan, profil kasus, dan pola peresepan kasus pediatri. Kasus

pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas yang menerima resep racikan dalam

periode 4 Juli–4 Agustus 2007 terdapat sebanyak 25 kasus yang kemudian digunakan

sebagai subyek penelitian pada permasalahan kerasionalan dan dampak terapi.

C. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik kasus pediatri

yang dirawat inap di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep

racikan, serta hasil wawancara dengan dokter anak, apoteker rawat inap, perawat,

dan orang tua pasien.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda, yang terletak

di Jalan Jendral Sudirman No. 70, Yogyakarta.

E. Tata Cara Penelitian

Ada tiga tahapan yang dijalani dalam penelitian ini, yaitu tahap orientasi,

tahap pengambilan data, dan tahap penyelesaian data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

35

5. Tahap orientasi

Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mencari informasi mengenai

penggunaan sediaan racikan pada kasus pediatri di bangsal anak dan mencari teknik

pengambilan data yang sesuai di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Tahap ini dilakukan selama 1 minggu.

6. Tahap pengambilan data

a. Pengumpulan data

Pada proses ini, subyek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi

secara prospektif selama periode 4 Juli-4 Agustus 2007. Pengumpulan data dilakukan

dengan mengikuti perkembangan kasus melalui catatan rekam medis kasus. Data

yang dikumpulkan meliputi identitas, lama tinggal di rumah sakit, riwayat penyakit,

riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan, data medis berupa diagnosis dan terapi,

dan data laboratorium (Rovers, Currie, Hagel, McDonough, and Sobotka, 2003 dan

Tietze, 2004).

b. Wawancara

Pada proses ini dilakukan wawancara terhadap dokter, apoteker rawat inap,

perawat, dan orang tua pasien. Data ini merupakan data penunjang untuk

mendeskripsikan tindakan medik yang dilakukan di bangsal.

7. Tahap penyelesaian data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar dan tabel dengan

beberapa keterangan, yaitu tabel tentang golongan obat, dosis serta tanggal

pemberian obat, data laboratorium, tanda vital, serta jenis obat yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

36

kepada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Data

tersebut dicatat setiap hari selama 1 bulan. Data untuk analisis Drug Related

Problems disajikan sama seperti yang telah dikemukakan di atas.

b. Evaluasi data

Data yang diperoleh tersebut kemudian dievaluasi kerasionalannya

berdasarkan Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan berdasarkan

pembanding standar yang bersumber dari Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit

Bethesda, Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nelson

Textbook of Pediatrics (Behrman, Kliegman, and Jenson, 2004), Drug Information

Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, and Lance, 2006), Drug Interaction Facts

(Tatro, 2001), dan untuk penggolongan obat digunakan British National Formulary–

52 (Anonim, 2006). Data bagian kerasionalan terapi dievaluasi secara kasus per

kasus.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar.

1. Persentase jenis kelamin kasus dikelompokkan menjadi 2, yaitu kasus pediatri

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung

jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah

keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan mendapatkan resep racikan

kemudian dikalikan 100%.

2. Persentase umur kasus dikelompokkan dalam umur <1 tahun (masa bayi), >1

tahun – 6 tahun (masa prasekolah), >6 tahun – 10 tahun (masa praremaja), >10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

37

tahun (masa remaja), dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap

kelompok umur dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat

dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

3. Persentase jenis penyakit dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus setiap

jenis penyakit kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pediatri yang

dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

4. Persentase jenis resep racikan, kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang

digunakan dihitung dengan cara menghitung berapa kali jenis resep racikan,

kelas terapi, golongan obat, dan jenis racikan yang digunakan pada kasus

pediatri, dibagi jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan

mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

5. Persentase dampak terapi yang terjadi dihitung dengan cara menjumlahkan

berapa kali dampak terapi tersebut terjadi pada kasus pediatri dibagi jumlah

keseluruhan kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas yang dirawat

dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

6. Mengevaluasi pola peresepan dan kerasionalan terapi, dengan cara

mengidentifikasi DRPs yang terjadi terkait penggunaan resep racikan.

7. Mengevaluasi dampak terapi dengan membandingkan persentase dampak terapi

yang terjadi dari penggunaan resep racikan.

G. Kesulitan Penelitian

Dalam proses pengambilan data pada penelitian mengenai evaluasi

peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

38

resep racikan dalam periode Juli 2007, peneliti mengalami beberapa kesulitan,

diantaranya kurangnya pengalaman peneliti dalam membaca catatan rekam medik

pasien sehingga terjadi kesulitan dalam membaca tulisan dokter maupun perawat

yang terdapat pada rekam medik dan kurang mengerti lokal terminologi yang sering

digunakan oleh dokter maupun perawat. Selain itu peneliti juga terkadang mengalami

kesulitan dalam mencari rekam medik yang dibutuhkan karena sedang digunakan

oleh perawat atau dokter. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti mencoba

bertanya kepada perawat yang pada saat itu sedang berjaga di bangsal jika ada hal

yang kurang dimengerti dari catatan rekam medik, serta peneliti mencari waktu yang

tepat dimana rekam medik pasien sudah tidak digunakan oleh perawat.

Dalam proses evaluasi data terdapat banyak keterbatasan, dimana data yang

diambil dari rekam medik tidak semuanya lengkap, seperti terkadang tidak terdapat

diagnosis dari dokter, maupun anamnese lain yang tidak dituliskan pada lembar

catatan rekam medik. Proses evaluasi terapi pada kasus pediatri di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda ini hanya berdasarkan pada catatan yang terdapat dalam

rekam medik kasus yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obat racikan banyak digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah

Sakit Bethesda. Selama periode Juli 2007, terdapat 169 kasus pediatri yang dirawat

di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda. Dari 169 kasus tersebut, terdapat 99 kasus

yang menerima resep racikan. Hasil dan pembahasan penelitian ini dibagi menjadi

empat bagian. Bagian pertama membahas alasan atau latar belakang pemilihan

dan/atau penggunaan obat racikan pada kasus pediatri. Bagian kedua membahas

profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep

racikan. Bagian ketiga membahas pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Bagian keempat membahas

kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran

nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan.

A. Alasan / Latar Belakang Pemilihan dan/atau Penggunaan Obat Racikan pada Pasien Pediatri yang Dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

Alasan atau latar belakang pemilihan dan penggunaan obat racikan pada

kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak diperoleh dari data wawancara terhadap

dokter anak, apoteker rawat inap, perawat di bangsal anak, dan orang tua pasien.

1. Dokter anak

Dokter memiliki pertimbangan sendiri dalam memberikan obat racikan

kepada pasien pediatri, yaitu dengan alasan anak-anak belum bisa menelan tablet,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

40

obat racikan memiliki dosis yang sesuai untuk pasien pediatri, memudahkan

pemberian, dan pasien merasa lebih nyaman. Dosis ditentukan berdasarkan berat

badan dan umur pasien. Dalam satu jenis racikan, obat yang diberikan disesuaikan

dengan kebutuhan pasien, dengan prinsip jumlah obat seminimal mungkin, dan

maksimal satu orang pasien memperoleh 2-5 jenis racikan. Obat yang dicampur

dalam satu racikan adalah obat yang memiliki regimen dosis dan aturan pakai yang

sama, dan juga dipertimbangkan apakah kemungkinan terjadi interaksi antar obat

yang satu dengan yang lainnya.

Dokter memiliki peranan penting dalam proses pelayanan kesehatan

khususnya dalam melaksanakan pengobatan melalui pemberian obat kepada pasien.

Interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh yaitu interaksi farmakokinetik dan

farmakodinamik sering kali lolos dari pengamatan dokter. Oleh karena itu, alangkah

baiknya apabila terjalin komunikasi yang baik antara pihak dokter dengan farmasis

sehingga interaksi obat dan kesalahan lain yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.

1. Apoteker

Apoteker rawat inap mempertimbangkan kemungkinan adanya interaksi

antar obat dalam satu racikan, akan tetapi tidak semua resep dapat termonitor oleh

apoteker karena kendala jumlah apoteker yang masih sedikit. Apabila ditemukan

adanya interaksi atau perlunya penggantian obat dengan zat aktif sama, maka hal

tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan.

Selama ini apoteker belum dapat memberikan informasi secara langsung

tentang penggunaan obat kepada orang tua pasien yang dirawat di bangsal anak

karena adanya kendala jumlah apoteker yang masih sangat terbatas sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

41

apoteker belum dapat keliling ke bangsal. Oleh karena itu, informasi disampaikan

melalui perawat yang bertugas di bangsal anak.

Menganggapi tentang obat racikan, apoteker sendiri berpendapat bahwa

sebaiknya resep racikan tidak ada karena dilihat dari beberapa segi. Dari segi bentuk

sediaan obat racikan, reformulasi bentuk sediaan obat menyalahi aturan dalam

kefarmasian, misalnya penggerusan obat enteric coated yang seharusnya tidak boleh

dilakukan. Dari segi ketepatan dosis, proses peracikan kemungkinan menghasilkan

dosis yang kurang tepat, serta perlu diperhatikan tentang kebersihan dalam proses

pembuatan. Obat racikan juga kurang menguntungkan dari segi efisiensi tenaga,

waktu, dan kerasionalan terapi. Alangkah baiknya apabila industri farmasi

mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak baik per oral

maupun parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi. Hal ini akan

mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Jumlah apoteker yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam praktek

farmasi klinik, terutama dalam memonitor pengobatan atau terapi yang diberikan

kepada pasien. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara apoteker dengan dokter

menjadi faktor penting dalam usaha mengurangi kesalahan terapi yang mungkin

dapat terjadi pada pasien pediatri, terutama dalam penggunaan obat racikan.

2. Perawat dan orang tua pasien

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap perawat dan orang tua pasien

memberikan informasi bahwa orang tua tidak bermasalah dengan adanya obat

racikan, bahkan sebagian besar terbantu dengan adanya obat racikan. Hal ini

dikarenakan pasien pediatri belum dapat menerima obat dalam bentuk sediaan tablet,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

42

sehingga obat racikan yang berupa puyer atau sirup lebih menguntungkan. Rasa yang

kurang enak seperti rasa pahit menyebabkan beberapa anak mengalami muntah pada

saat meminum obat racikan. Apabila mereka muntah pada saat minum obat racikan,

maka sebagian besar perawat dan orang tua pasien akan memberikan obat yang sama

untuk menggantikan obat yang telah dimuntahkan sebelumnya. Akan tetapi ada pula

yang tidak memberikan obat yang sama kembali, dengan alasan ada sebagian obat

yang telah masuk. Untuk mencegah terjadinya muntah, maka pemberian obat racikan

oleh perawat biasanya bersama air putih, air teh, madu, gula, atau sirup.

Pemberian obat racikan oleh perawat atau orang tua pasien sebaiknya

disertai dengan informasi dari dokter ataupun apoteker tentang penggunaan obat

tersebut, terutama informasi apabila anak muntah saat minum obat racikan, apakah

obat yang telah dimuntahkan perlu untuk diulang kembali pemberiannya atau tidak.

Hal ini akan mempengaruhi kadar obat dalam tubuh pasien dan kemudian akan

mempengaruhi efek yang ditimbulkan.

A. Profil Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007

1. Persentase kasus berdasarkan umur

Selama periode Juli 2007, terdapat 99 kasus pediatri yang mendapatkan

resep racikan. Rata-rata umur yang menerima resep racikan adalah 2,9±2,9 (x±SD)

atau rentang antara 0 tahun-5,8 tahun. Dari 99 kasus tersebut, jumlah kasus pediatri

yang mendapat resep racikan paling banyak adalah kelompok umur >1 tahun-6

tahun, yaitu sebanyak 62 kasus atau 62,6%. Hal ini sesuai literatur yang mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

43

bahwa anak di bawah umur 6 tahun susah untuk menelan tablet. Oleh karena

itu, kelompok umur ini masih wajar mendapatkan obat racikan dalam bentuk puyer.

Kasus dengan rentang umur >6 tahun-10 tahun dan >10 tahun yang menerima

resep racikan sebesar 8,1% dan 5,1%. Pasien pediatri dalam rentang umur ini sudah

mulai dapat menelan tablet sehingga seharusnya penggunaan obat racikan pada

kelompok umur ini mulai dikurangi.

Gambar 2. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan umur

1. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin

Dalam penelitian tentang evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli diperoleh

bahwa kelompok yang lebih banyak terkena penyakit dan menerima resep racikan

adalah dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 59 orang atau 59,6%. Pada

penelitian ini, penggunaan obat racikan tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis

kelamin pasien pediatri. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin ini digunakan

untuk menggambarkan pola penyakit dan kondisi kasus pediatri.

24,2%

62,6%

8,1% 5,1%<1th

>1th - 6th

>6th - 10th

>10th

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

44

Gambar 3. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan jenis kelamin

2. Persentase kasus berdasarkan diagnosis

Diagnosis yang diberikan oleh dokter pada kasus pediatri di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda didominasi oleh gangguan saluran pencernaan dan gangguan

saluran pernafasan. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan

tentang penyebab utama kematian bayi di Indonesia.

Diagnosis terbanyak dalam periode penelitian ini adalah gangguan sistem

saluran cerna, yaitu 30,3%. Diagnosis kedua terbanyak adalah gangguan sistem

saluran nafas, yaitu 15,2%. Satu kasus kemungkinan memiliki diagnosis lebih dari

satu macam. Macam diagnosis dapat dilihat dalam tabel IV.

59,6%

40,4%

Laki-laki

Perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

45

Tabel IV. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan diagnosis

No. Diagnosis Utama Jumlah Kasus Persentase (%) Dengan satu diagnosis Gangguan saluran pernafasan 1. Faringitis akut 1 1,0 2. Tonsilitis kronis 1 1,0 3. Asma 1 1,0 4. Bronkitis 7 7,1 5. Bronkiolitis 1 1,0 6. Pneumonia 4 4,0 Gangguan saluran pencernaan 7. Diare akut 20 20,0 8. Diare disentriform 9 9,1 9. Stomatitis 1 1,0 Lain-lain 10. Febris 5 5,1 11. Kejang demam 2 2,0 12. Epilepsi 1 1,0 13. Demam dengue 2 2,0 14. Demam berdarah dengue (DHF) 2 2,0 15. Infeksi virus tidak khas 11 11,1 16. Infeksi non spesifik 1 1,0 17. Infeksi Saluran Kencing (ISK) 2 2,0 18. Obs. trauma capitis 1 1,0 Dengan dua diagnosis 19. ISPA + diare akut 1 1,0 20. Bronkitis + diare akut 1 1,0 21. Bronkitis asmatis + Cor Pulmonal 1 1,0 22. Pneumonia + asma 1 1,0 23. PKTB + Demam dengue 1 1,0 24. Kejang demam + diare akut 1 1,0 25. Cephalgia + diare akut 1 1,0 Dengan empat diagnosis 26. Bronkitis + diare akut dehidrasi + DHF + kejang 1 1,0 Tidak ada diagnosis 19 19,2 JUMLAH 99 100,0

A. Pola Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007, meliputi Obat

Racikan dan Non Racikan

1. Pola peresepan obat racikan

Obat racikan yang digunakan memiliki jenis yang bervariasi. Masing-masing

pasien dapat menerima obat racikan lebih dari satu jenis, yang disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan pasien. Dari hasil penelitian, rata-rata jenis racikan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

46

diterima pasien sebanyak 1,6±0,8 (x±SD) atau 1-2 jenis racikan. Paling banyak

pasien menerima obat dengan satu jenis racikan, yaitu sebanyak 54 kasus atau

54,5%. Jenis racikan yang paling banyak digunakan adalah parasetamol dan

fenobarbital, sebanyak 39 kasus atau 39,4%. Jenis racikan yang digunakan pada

masing-masing kasus dapat lebih jelas dilihat pada tabel V, VI, VII, dan VIII.

Gambar 4. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan banyaknya jenis racikan yang diperoleh

Tabel V. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima satu jenis racikan dalam periode Juli 2007

No. Jenis Racikan Jumlah Kasus

Persentase (%)

1. Parasetamol + Fenobarbital 39 39,4 2. Siproheptadin + Cobazim® 3 3,0 3. Parasetamol + Deksametason + Karbamazokrom Na sulfonat + Vit. K 2 2,0 4. Ketotifen + Siproheptadin 1 1,0 5. Parasetamol + Metilprednisolon + Kodein 1 1,0 6. Kolistin + Fenobarbital + Strocain® 1 1,0 7. Kotrimoksazol + Setirizin + Tiamin 1 1,0 8. Prokaterol + Dekstrometorfan + Klorfeniramin maleat 1 1,0 9. Prokaterol + Dekstrometorfan + Eritromisin 1 1,0 10. Metilprednisolon + Homoklorsiklizin + Salbutamol 1 1,0 11. Aminofilin + Ambroxol 1 1,0 12. Kotrimoksazol + Metronidazol 1 1,0 13. Kanamisin + Tanalbin® 1 1,0 JUMLAH 54 54,5

54,5%35,4%

6,1% 4%Mendapat 1 jenis racikan

Mendapat 2 jenis racikan

Mendapat 3 jenis racikan

Mendapat 4 jenis racikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

47

Tabel VI. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima dua jenis racikan dalam periode Juli 2007

No. Jenis Racikan Jumlah Kasus

Persentase (%)

1. Parasetamol + Fenobarbital 11 11,1 Ketotifen + Siproheptadin 2. Parasetamol + Fenobarbital 6 6,1 Kolistin + Tiamin 3. Parasetamol + Fenobarbital

3 3,0 Siproheptadin + Cobazim®

4. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Parasetamol + Diazepam 5. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Parasetamol + Deksametason + Karbamazokrom Na sulfonat + Vit. K 6. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Kotrimoksazol + Setirizin + Tiamin 7. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Kotrimoksazol + Setirizin + Ketotifen 8. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Setirizin + Prokaterol 9. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Siproheptadin + Setirizin 10. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Sefiksim + Tiamin 11. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Isoniazid + Rifampisin 12. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Eritromisin + Homoklorsiklizin + Tiamin 13. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Salbutamol + Metilprednisolon + Homoklorsiklizin + Ambroxol 14. Parasetamol + Fenobarbital

1 1,0 Salbutamol + Metilprednisolon + Pseudoefedrin + Homoklorsiklizin + Ambroxol

15. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K 1 1,0 Ketotifen + Mebhidrolin napadisilat 16. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K 1 1,0 Sefadroksil + Dimenhidrinat 17. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K

1 1,0 Kanamisin + Tanalbin®

18. Ketotifen + Setirizin 1 1,0

Siproheptadin + Cobazim® JUMLAH 35 35,4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

48

Tabel VII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima tiga jenis racikan dalam periode Juli 2007

No. Jenis Racikan Jumlah Kasus

Persentase (%)

1. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Siproheptadin

Parasetamol + Diazepam 2. Parasetamol + Fenobarbital

1 1,0 Ketotifen + Siproheptadin Metilprednisolon +Homoklorsiklizin

3. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Setirizin

Prokaterol + Ambroxol 4. Parasetamol + Fenobarbital

1 1,0 Ketotifen + Setirizin Kolistin + Tiamin

5. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Setirizin + Pseudoefedrin

Kolistin + Tiamin + Homoklorsiklizin 6. Parasetamol + Fenobarbital

1 1,0 Kolistin + Tiamin Ranitidin + Tiamin

JUMLAH 6 6,1

Tabel VIII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima empat jenis racikan dalam periode Juli 2007

No. Jenis Racikan Jumlah Kasus

Persentase (%)

1. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K

1 1,0 Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat + Syr.Thymi® Parasetamol + Fenobarbital Aminofilin + Prokaterol

2. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K

1 1,0 Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat + Kodein Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat Difenilhidantoin + Fenobarbital

3. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K

1 1,0 Aminofilin + Prokaterol Syr. Thymi® + Deksametason + Salbutamol Metronidazol + Kotrimoksazol + Tanalbin®

4. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K

1 1,0 Metronidazol + Tanalbin® Kotrimoksazol + Metoklopramid Metionin + Kurkuma + Dimenhidrinat

JUMLAH 4 4,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

49

1. Pola peresepan obat non racikan

Obat non racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak

Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan ditemukan ada sebanyak 8 kelas

terapi obat. Jumlah kasus dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang menggunakan

obat dalam masing-masing kelas terapi tersebut.

Gambar 5. Kelas terapi obat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan kelas terapi, obat yang

paling banyak digunakan adalah obat sistem saluran cerna, yaitu sebanyak 91 kasus

atau 91,9%; obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%;

kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas 58,6%; analgesik 29,3%;

antihistamin 25,3%; dan obat sistem saraf pusat 21,2%. Obat sistem saluran cerna

paling banyak digunakan karena sesuai dengan persentase terbesar diagnosis pasien,

yaitu dengan gangguan sistem saluran cerna.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 91,9%85,9%

64,6%

80,8%

58,6%

29,3%25,3%

21,2%

Obat sistem saluran cerna

Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah

Antiinfeksi

Kortikosteroid

Obat sistem saluran nafas

Analgesik

Antihistamin

Obat sistem saraf pusat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

50

a. Obat sistem saluran cerna

Obat sistem saluran cerna yang digunakan terbagi menjadi 8 golongan obat,

yaitu golongan antagonis reseptor H2, antasida, antidiare, antimual dan vertigo,

antimuskarinik, khelator, pencahar, probiotik, dan obat kombinasi. Golongan dan

jenis obat sistem saluran cerna dapat dilihat lebih jelas pada tabel IX.

Tabel IX. Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antagonis reseptor H2 Ranitidin 2 2,0 2. Antasida Polycrol®

Strocain® 1 1

1,0 1,0

3. Antidiare Dioktahedrol smektil 3 3,0 4. Antimual dan vertigo Domperidon

Metoklopramid 33

1 33,3

1,0 5. Antimuskarinik Hiosin butilbromida 1 1,0 6. Khelator Sukralfat 2 2,0 7. Pencahar Bisakodil 3 3,0 8. Probiotik Lacto-B® 41 41,4 9. Kombinasi Tanalbin®

Prolacta® 2 1

2,0 1,0

Obat sistem saluran cerna yang paling banyak digunakan adalah golongan

probiotik, yaitu Lacto-B® sebanyak 44 kasus atau 44,4%. Lacto-B® merupakan

makanan pelengkap berupa serbuk yang mengandung Lactic Acid Bacteria (LAB)

yang membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah

terjadinya diare, dan untuk bayi yang menderita lactose intolerance.

b. Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah

Kelas terapi obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah sangat diperlukan

untuk menunjang kebutuhan pasien di samping pemberian makanan. Dalam kelas

terapi ini terdiri dari 10 golongan obat, yaitu golongan antianemia, cairan dan

elektrolit, hemostatik, hepatoprotektor, immunomodulator, mineral, multivitamin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

51

nutrisi parenteral, panambah nafsu makan, dan vitamin. Golongan dan jenis obat

yang mempengaruhi nutrisi dan darah dapat dilihat lebih jelas pada tabel X.

Tabel X. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam

periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antianemia Ferlin®

Maltiron® 2 2

2,0 2,0

2. Cairan dan elektrolit Kalium klorida Sodium bikarbonat Oralit

4 2 1

4,0 2,0 1,0

3. Hemostatik Karbamazokrom Na-Sulfonat 8 8,1 4. Hepatoprotektor Curliv plus® 2 2,0 5. Immunomodulator Imboost®

Stimuno® 13

1 13,1

1,0

6. Mineral Osteocare syr. ® 1 1,0 7. Multivitamin Lyvit®

Divens® Glostrum® MV syr. ® Supradyn®

6 3 1 1 1

6,1 3,0 1,0 1,0 1,0

8. Nutrisi parenteral Aminofusin® Asam amino

12 1

12,1 1,0

9. Panambah nafsu makan Curmunos® Curvit CL®

13 1

13,1 1,0

10. Vitamin Neurobion® Tiamin Alinamin F®

5 4 1

5,1 4,0 1,0

Golongan obat yang paling banyak digunakan dalam kelas terapi ini adalah

golongan immunomodulator dan penambah nafsu makan, yaitu masing-masing

sebanyak 14 kasus atau 14,0%. Immunomodulator sering digunakan pada

pengobatan karena merupakan suplemen atau terapi pendukung yang berfungsi untuk

meningkatkan sistem imun tubuh sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.

Dalam kondisi sakit, seringkali pasien pediatri tidak memiliki nafsu makan.

Kesulitan makan pada anak yang terjadi dalam jangka waku lama dapat

menimbulkan pengaruh yang tidak baik pada berbagai organ dan fungsi tubuh, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

52

dapat mengakibatkan komplikasi beberapa penyakit seperti kekurangan protein,

karbohidrat, vitamin, maupun mineral. Oleh karena itu, penambah nafsu makan

sangat dibutuhkan untuk pasien pediatri.

c. Antiinfeksi

Kelas terapi antiinfeksi digunakan untuk mencegah dan mengatasi

terjadinya infeksi pada pasien. Ada beberapa kondisi penyakit maupun obat yang

dapat memberikan gejala/tanda yang mirip dengan infeksi. Oleh karena itu, sebelum

memulai terapi dengan antibiotika sebaiknya dipastikan terlebih dahulu apakah

infeksi benar-benar ada. Pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi dapat

menyebabkan meningkatnya insiden resistensi pada pasien tersebut. Bukti infeksi

dapat berupa adanya tanda infeksi seperti demam, leukositosis, inflamasi di tempat

infeksi, produksi infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur.

Kelas terapi antiinfeksi yang digunakan terdiri sub kelas terapi antibakteri,

antifungal, antiprotozoa, dan anthelmintik. Golongan dan jenis obat antiinfeksi dapat

dilihat pada tabel XI. Sub kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah

antibakteri sebanyak 49 kasus atau 49,5%, dengan penggunaan antibakteri terbanyak

golongan sefalosporin generasi ketiga seperti sefotaksim, seftriakson, seftazidim, dan

sefiksim. Yang paling banyak digunakan adalah sefotaksim.

Sefalosporin termasuk antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara

menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram

positif dan gram negatif, tapi spektrum antimikroba masing-masing derivat

bervariasi. Sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif terhadap kokus gram

positif dibandingkan dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

53

Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Sebaiknya agen ini

disimpan untuk mengatasi infeksi nosokomial yang melibatkan pseudomonas.

Tabel XI. Golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

No. Golongan Antiinfeksi Jenis Obat Jumlah Persentase (%) Antibakteri 1. Beta Laktam

a. Penisilin

b. Sefalosporin (gen 2) c. Sefalosporin (gen 3)

d. Kombinasi

Amoksisilin trihidrat Amoksisilin & asam klavulanat Sefaklor Sefotaksim Seftriakson Seftazidim Sefiksim Sulperazon®

1 4 2

33 4 3 1 1

1,0 4,0 2,0

33,3 4,0 3,0 1,0 1,0

2. Makrolid Spiramisin 1 1,0 3. Aminoglikosida Amikasin

Gentamisin Streptomisin

8 1 1

8,1 1,0 1,0

4. Derivat Sulfonamid Kotrimoksazol 9 9,1 5. Polimiksin Kolistin 2 2,0 Antifungal 6. Imidazol Ketokonazol 4 4,0 7. Polien Nistatin 2 2,0 Antiprotozoa 8. Amubisid Metronidazol 1 1,0 Anthelmintik 9. Pirantel pamoat 2 2,0

d. Kortikosteroid

Kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak ini

adalah deksametason, flutikason propionat, dan metilprednisolon. Deksametason

merupakan kortikosteroid yang paling banyak digunakan dalam pengobatan, yaitu

sebanyak 60 kasus atau 60,6%. Golongan dan jenis kortikosteroid yang digunakan

dapat dilihat lebih jelas pada tabel XII.

Tabel XII. Golongan dan jenis obat kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) Kortikosteroid Deksametason

Flutikason propionat Metilprednisolon

60 3 1

60,6 3,0 1,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

54

Deksametason yang digunakan di bangsal anak ini sebagian besar untuk

indikasi gangguan sistem saluran nafas, dimana kortikosteroid memiliki aksi

antiinflamasi, meningkatkan respon reseptor beta-2 terhadap obat eksogen dan

endogen, serta mengurangi udem mukosa dan mengurangi produksi mukus. Obat ini

digunakan untuk efek profilaksis dan mengurangi hiperaktivitas bronkus.

e. Obat sistem saluran nafas

Obat sistem saluran nafas yang digunakan terdiri dari 7 golongan, yaitu

golongan adrenoseptor, antitusif, ekspektoran, mukolitik, nasal dekongestan, teofilin,

dan obat kombinasi. Golongan yang paling banyak digunakan adalah golongan

ekspektoran dan teofilin, sebanyak 15 kasus atau 15,2%. Jenis obat yang paling

banyak digunakan adalah aminofilin. Aminofilin sebagian besar digunakan untuk

terapi infeksi pernafasan bawah pada kasus bronkitis kronik yang disertai obstruksi

pernafasan, dengan bekerja sebagai bronkodilator yang baik. Aminofilin memiliki

indeks keamanan yang sempit sehingga perlu monitoring kadar plasma. Golongan

dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Golongan dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Agonis adrenoseptor Salbutamol

Fartholin®

Prokaterol HCl

11 1 5

11,1 1,0 5,1

2. Antitusif Kodein 1 1,0 3. Ekspektoran Noscapin

Allerzin exp. ® Ventolin exp. ®

7 4 4

7,1 4,0 4,0

4. Mukolitik Bromheksin 2 2,0 5. Nasal dekongestan Rhinofed®

Actifed® 1 1

2,0 1,0

6. Teofilin Aminofilin 15 15,2 7. Kombinasi Combivent®

Comtusi ® 5 1

5,1 1,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

55

Bronkodilator lainnya yang banyak digunakan adalah golongan agonis

adrenoseptor, yaitu salbutamol, yang memiliki aksi intermediet. Salbutamol dapat

diberikan secara per oral atau secara inhalasi, dimana efek yang ditimbulkan melalui

inhalasi lebih cepat dibanding per oral. Salbutamol yang banyak digunakan di

bangsal anak ini terdapat dalam bentuk larutan yang diuapkan dengan bantuan

nebulizer. Hal ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kadar obat dalam

mencapai paru, sehingga efek yang ditimbulkan lebih cepat.

f. Analgesik

Obat anagesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak hanya

terdiri dari satu golongan, yaitu analgesik non opioid. Golongan dan jenis obat

analgesik yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XIV.

Dalam penelitian ini yang paling banyak digunakan adalah Xylomidon®

sebanyak 21 kasus atau 21,2%. Xylomidon® banyak digunakan untuk mengatasi

demam tinggi yang terjadi pada pasien pediatri, terutama pada pasien yang pernah

mengalami kejang demam sebelumnya. Radang yang terjadi pada pasien biasanya

membuat pasien merasa tidak nyaman seperti pusing, demam sehingga harus diobati.

Jenis analgesik antipiretik yang biasa digunakan adalah parasetamol yang memiliki

aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik dengan sedikit efek antiinflamasi.

Parasetamol menjadi pilihan karena merupakan obat yang relatif aman dan

mempunyai efek samping yang relatif ringan. Namun bila penggunaannya lama

dapat menimbulkan kerusakan ginjal dan dosis yang sangat berlebihan dapat

menimbulkan gagal hati. Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat

dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

56

aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini

melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril

lainnya (lebih dari 150 mg/kg).

Tabel XIV. Golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) Analgesik non-opioid Xylomidon®

Parasetamol Ketoprofen

21 7 1

21,2 7,1 1,0

g. Antihistamin

Pemberian antihistamin merupakan salah satu upaya mengobati pasien yang

alergi terhadap suatu alergen. Pada penelitian ini ditemukan dua golongan

antihistamin, yaitu antihistamin non sedatif dan antihistamin sedatif. Golongan dan

jenis antihistamin yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XV.

Tabel XV. Golongan dan jenis obat antihistamin yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antihistamin non sedatif Setirizin

Desloratadin 2 1

2,0 1,0

2. Antihistamin sedatif Difenhidramin Ketotifen

21 1

21,2 1,0

Reaksi alergi dapat menyebabkan lendir keluar terus-menerus dan hidung

menjadi tersumbat. Zat aktif golongan antihistamin bekerja untuk menghambat

pengeluaran histamin, yakni senyawa yang akan muncul pada kondisi dimana terjadi

reaksi alergi.

Pada penelitian ini, yang paling banyak digunakan adalah antihistamin

sedatif, yaitu difenhidramin, sebanyak 21 kasus atau 21,2%. Obat ini dapat

menimbulkan rasa kantuk dan gangguan saluran cerna bila digunakan dalam kurun

waktu yang lama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

57

h. Obat sistem saraf pusat

Obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak

terdiri dari tiga golongan, yaitu golongan antiepilepsi, antipsikotik, dan aktivator

serebral. Yang paling banyak digunakan adalah antiepilepsi, yaitu fenitoin sebanyak

7 kasus atau 7,1%. Fenitoin menekan penyebaran lepas muatan listrik dan fokus

epileptik ke korteks normal di sekitarnya. Efek ini diduga karena fenitoin

mengurangi kadar natrium intraseluler sehingga mengurangi iritabilitas neuron

bersangkutan terutama di sel-sel piramidal dan sel-sel neuron perantara.

Dalam penelitian ini, fenitoin banyak digunakan untuk pengobatan kejang

demam dimana sebenarnya obat ini lebih efektif untuk pengobatan epilepsi umum,

terutama jenis tonik-klonik, juga untuk jenis fokal dan psiko-motor, dan tidak efektif

untuk kejang demam. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat lain yang

digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XVI.

Tabel XVI. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antiepilepsi Fenitoin

Fenobarbital Karbamazepin Klonazepam Diazepam Okskarbazepin Asam valproat

7 2 2 2 1 1 1

7,1 2,0 2,0 2,0 1,0 1,0 1,0

2. Antipsikotik Klorpromazin 4 4,0 3. Aktivator serebral CO-dergokrin mesilat 1 1,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

58

A. Evaluasi Kerasionalan Terapi dan Dampak Terapi Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep

Racikan dalam Periode Juli 2007 1. Evaluasi kerasionalan terapi

Evaluasi kerasionalan dan dampak terapi dilakukan pada kasus gangguan

sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep

racikan dalam periode Juli 2007. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat

kemungkinan terjadinya Drug Related Problems (DRPs) dengan membandingkan

terapi yang diterima masing-masing kasus dengan standar acuan.

Pada penelitian ini ditemukan 25 kasus gangguan sistem saluran nafas di

bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli

2007. Dari 25 kasus ini, semuanya ditemukan mengalami DRPs. Rincian evaluasi

terhadap terapi yang diberikan pada pasien pediatri dibuat dengan melihat tindakan

yang dilakukan terhadap pasien, yang dilihat dari catatan rekam medik pasien.

Setelah melakukan penilaian pada tiap kasus, dapat ditentukan jenis DRPs pada

masing-masing kasus. DRPs yang terjadi pada tiap kasus dapat dilihat pada tabel

XVII–XXII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

59

Tabel XVII. DRPs kasus 1 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 1 Subyektif Inisial : DP No. RM : 00807173 Jenis kelamin : perempuan Umur : 1 tahun BB : 11 kg Masuk rumah sakit tanggal 12/07/2007 dan keluar tanggal 14/07/2007 Lama perawatan: 3 hari Keluhan: sesak nafas, batuk Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 12/07/2007 Hb (gr%) 13,20 12,00 – 18,00 Hct (%) 40,1 36,0 – 49,0 AL (ribu/mmk) 21,76 4,10 - 13,00 Basofil (%) 0,6 0,0 – 0,1 Segmen (%) 81,4 25,0 – 70,0 Limfosit (%) 13,5 20,0 – 85,0 AT (ribu/mmk) 383,0 140,0 – 440,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 36,8ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 22 – 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 120 – 124 kali per menit

Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan ketotifen 0,25 mg + siproheptadin 0,5 mg 1x1; prokaterol HCl 2x0,5 sendok teh; deksametason 3x2,5 mg intravena; nebulizer Ventolin® 2 kali per hari; dan aminofilin 3 ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mengalami kenaikan angka leukosit yang cukup tinggi, terutama segmen. Hal ini

menandakan terjadinya infeksi bakteri. Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut. DRP yang terjadi: butuh terapi obat tambahan.

2. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg, seharusnya 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg, seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah.

3. Dosis aminofilin yang diberikan 208,8 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis yang seharusnya diberikan adalah 15 mg/kgBB/24 jam. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi.

Rekomendasi 1. Pasien diberi antibiotik yang sesuai. 2. Dosis ketotifen dinaikkan menjadi 2x0,5 mg dan siproheptadin menjadi 3x0,92 mg. 3. Dosis aminofilin yang diberikan diturunkan menjadi 165 mg per hari. 4. Perlu dilakukan Therapeutic Drug Monitoring (TDM) karena aminofilin memiliki indeks

terapi yang sempit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

60

Tabel XVIII. DRPs kasus 2 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 2* Subyektif Inisial : BR No. RM : 00805762 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 2 tahun 10 bulan BB : 14 kg Masuk rumah sakit tanggal 17/07/2007 dan keluar tanggal 19/07/2007 Lama perawatan: 3 hari Keluhan: sesak nafas, batuk Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 18/07/2007 Hb (gr%) 12,90 12,00 – 18,00 Hct (%) 41,8 36,0 – 49,0 AL (ribu/mmk) 17,41 4,10 – 13,00 Basofil (%) 0,7 0,0 – 0,1 AT (ribu/mmk) 299,0 140,0 – 440,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 37,6ºC Nafas (x/menit) 24 kali per menit Nadi (x/menit) 120 kali per menit

Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan parasetamol 150 mg + fenobarbital 15 mg 3x1, ketotifen 0,5 mg + siproheptadin 1 mg 1x1; deksametason 3x2,5 mg intravena; nebulizer Ventolin® 2 kali per hari; dan aminofilin 3 ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mendapatkan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol, sedangkan

berdasarkan pengamatan data rekam medis tidak ditemukan indikasi yang sesuai (seperti riwayat kejang) untuk pemakaian fenobarbital. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi.

2. Dosis aminofilin yang diberikan 216 mg per hari lebih dari dosis terapi. Dosis yang seharusnya diberikan adalah 15 mg/kgBB/24 jam. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi.

3. Pemberian fenobarbital memungkinkan terjadinya interaksi dengan parasetamol, deksametason, dan aminofilin. Interaksi antara fenobarbital dengan parasetamol memiliki signifikansi 4, interaksi antara fenobarbital dengan deksametason memiliki signifikansi 2, dan interaksi antara fenobarbital dengan aminofilin memiliki signifikansi 2. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol, deksametason, dan aminofilin. Ketiga interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat.

Rekomendasi 1. Fenobarbital tidak perlu diberikan. 2. Dosis aminofilin yang sebaiknya diberikan sebesar 210 mg per hari. Selain itu perlu juga

dilakukan TDM karena aminofilin memiliki indeks terapi yang sempit. *DRP yang sama terjadi pada kasus 3, 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

61

Tabel XIX. DRPs kasus 5 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 5* Subyektif Inisial : AP No. RM : 00153567 Jenis kelamin : perempuan Umur : 11 tahun 5 bulan BB : 30 kg Masuk rumah sakit tanggal 31/07/2007 dan keluar tanggal 03/08/2007 Lama perawatan: 4 hari Keluhan: sesak nafas, batuk, pilek Riwayat: asma Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 31/07/2007 Hb (gr%) 12,40 12,00 – 18,00 Hct (%) 36,0 36,0 – 49,0 AL (ribu/mmk) 9,40 4,10 - 13,00 Segmen (%) 90,0 25,0-70,0 Limfosit (%) 7,0 20,0-85,0 AT (ribu/mmk) 195,0 140,0 – 440,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 37,5ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 22 - 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 112 - 132 kali per menit

Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan salbutamol 3 mg + metilprednisolon 3 mg + homoklorsiklizin 7,5 mg 3x1; bromheksin 3x1,5 sendok teh; prokaterol HCl 2x12,5 mcg; sefotaksim 3x500mg intravena; metilprednisolon 2x1 ampul secara intravena; nebulizer Ventolin® dan flutikason propionat 2 kali per hari; dan aminofilin 6ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mendapatkan homoklorsiklizin yang diracik dengan salbutamol dan metilprednisolon. Berdasarkan

data pengamatan rekam medis, tidak ditemukan indikasi yang sesuai (reaksi alergi) untuk pemakaian obat tersebut. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi.

2. Pasien mendapatkan metilprednisolon yang diberikan secara intravena dan per oral secara bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi.

3. Dosis prokaterol secara per oral yang diberikan 2x12,5 mcg dan dosis aminofilin yang diberikan secara intravena 201,6 mg per hari. Dosis yang prokaterol yang seharusnya diberikan sebesar 2x25 mcg, sedangkan dosis aminofilin sebesar 15 mg/kgBB/24 jam. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah.

4. Pasien diberi antibiotik sefalosporin generasi ketiga, yaitu sefotaksim dengan dosis 3x500 mg secara intravena. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent, dimana sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah.

5. Pemberian aminofilin memungkinkan terjadinya interaksi dengan salbutamol. Interaksi antara aminofilin dengan salbutamol memiliki signifikansi 5. Pemberian aminofilin secara intravena dan salbutamol secara per oral secara bersamaan dapat menurunkan konsentrasi aminofilin. Interaksi ini memiliki onset cepat dan tingkat keparahan rendah. DRP yang terjadi: interaksi obat.

Rekomendasi 1. Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan. 2. Metilprednisolon secara per oral tidak perlu diberikan. 3. Dosis prokaterol yang seharusnya diberikan adalah 1 tablet (25 mcg), 2 kali per hari dan dosis aminofilin

yang seharusnya diberikan sebesar 450 mg per hari. 4. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x500 mg) secara intravena. 5. Salbutamol per oral tidak perlu diberikan untuk menghindari terjadinya interaksi dengan aminofilin yang

diberikan secara intravena. 6. Perlu dilakukan TDM untuk aminofilin karena memiliki indeks terapi yang sempit. *DRP yang sama terjadi pada kasus 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

62

Tabel XX. DRP’s kasus 17 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 17* Subyektif Inisial : AD No. RM : 00577230 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 1 tahun 6 bulan BB : 12 kg Masuk rumah sakit tanggal 08/07/2007 dan keluar tanggal 12/07/2007 Lama perawatan: 5 hari Keluhan: demam tinggi, batuk, pilek Diagnosis: bronkitis Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 08/07/2007 10/07/2007 11/07/2007 Hb (gr%) 13,00 14,4 12,00 – 18,00 Hct (%) 39,7 42,2 39,0 36,0 – 49,0 AL (ribu/mmk) 4,67 19,63 4,10 - 13,00 Basofil (%) 0,4 0,0 – 0,1 Monosit (%) 20,3 0,0 – 9,0 AT (ribu/mmk) 192,0 85,0 140,0 140,0 – 440,0 Eosinofil total (L/mmk) 30 40 – 440 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 38,8ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 24 – 28 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 124 – 132 kali per menit

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan obat racikan parasetamol 125 mg + fenobarbital 15 mg 3x1; ketotifen 0,25 mg + siproheptadin 0,5 mg 1x1; noscapin 2x2 tetes; deksametason 3x2,5 mg intravena; Xylo-Della® intramuskular; nebulizer Ventolin® 2 kali sehari. Penilaian 1. Pasien mendapatkan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol, sedangkan

berdasarkan pengamatan data rekam medis tidak ditemukan indikasi yang sesuai (seperti riwayat kejang) untuk pemakaian fenobarbital. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi.

2. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg, seharusnya 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg, seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah.

3. Pemberian fenobarbital bersamaan dengan parasetamol memungkinkan terjadinya interaksi. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Interaksi antara fenobarbital dengan parasetamol memiliki signifikansi 4. Interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat.

Rekomendasi 1. Fenobarbital tidak perlu diberikan. 2. Dosis ketotifen dinaikkan menjadi 2x0,5 mg dan dosis siproheptadin dinaikkan menjadi

3x1 mg. *DRP yang sama terjadi pada kasus 18, 19, 20, 21, 22, 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

63

Tabel XXI. DRP’s kasus 24 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 24 Subyektif Inisial : HN No. RM : 01902239 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 3 bulan BB : 4 kg Masuk rumah sakit tanggal 28/06/2007 dan keluar tanggal 05/07/2007 Lama perawatan: 8 hari Keluhan: demam, sesak nafas, batuk, pilek Diagnosis: bronkopneumonia, asma Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 28/06/2007 Hb (gr%) 10,0 13,50 – 17,50 Hct (%) 29,1 41,0 – 53,0 AL (ribu/mmk) 14,0 4,10 – 10,90 AT (ribu/mmk) 104,1 140,0 – 440,0 Eritrosit (juta/mmk) 3,39 4,50 – 5,90 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 39,6ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 30 – 60 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 136 – 144 kali per menit

Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan ambroxol 2 mg + aminofilin 10 mg 3x1; parasetamol 3x50 mg; fenitoin 3x7,5 mg; sefotaksim 3x150 mg secara intravena; deksametason 3x1,5 mg secara intravena; nebulizer Combivent® 2x ½ nebule; Xylo-Della® @ 0,2 ml; aminofilin 2 ml dalam larutan infus. Pada tanggal 29/06/2007, pasien mendapatkan stesolid per rektal ½ tube. Penilaian 1. Pasien diberi antibiotik sefalosporin generasi ketiga, yaitu sefotaksim dosis 3x150 mg secara

intravena. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent. Sefotaksim seharusnya diberikan 4x/hari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah.

2. Pasien mendapatkan aminofilin yang diberikan secara intravena dan per oral secara bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi.

3. Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg, seharusnya 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. Dosis diazepam yang diberikan 2,5 mg, seharusnya 0,3-0,5 mg/kgBB. Dosis tersebut lebih dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi.

4. Pemberian fenitoin bersamaan dengan parasetamol, deksametason, dan aminofilin memungkinkan terjadinya interaksi. Interaksi antara fenitoin dengan parasetamol, deksametason dan aminofilin memiliki signifikansi 2. Fenitoin dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Deksametason dapat mengurangi efek terapi fenitoin. Pemberian fenitoin dan aminofilin secara bersamaan dapat menurunkan efek farmakologi keduanya. Interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat.

Rekomendasi 1. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) secara intravena. 2. Aminofilin secara per oral tidak perlu diberikan. 3. Dosis fenitoin diturunkan menjadi 10 mg 2 kali sehari; dan dosis diazepam menjadi 1,2 – 2 mg. 4. Pemberian fenitoin diganti dengan karbamazepin dengan dosis 13,3 -26,67 mg 3 kali sehari.

Interaksi terjadi antara karbamazepin dengan parasetamol dan aminofilin, namun kemungkinan interaksinya lebih kecil (memiliki signifikansi 4 dengan onset tertunda dan tingkat keparahan sedang) dibandingkan dengan interaksi antara fenitoin dengan parasetamol dan aminofilin. Interaksi antara karbamazepin dan deksametason tidak terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

64

Tabel XXII. DRP’s kasus 25 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007

KASUS 25 Subyektif Inisial : EN No. RM : 01903119 Jenis kelamin: perempuan Umur : 10 bulan BB : 7,2 kg Masuk rumah sakit tanggal 19/07/2007 dan keluar tanggal 23/07/2007 Lama perawatan: 5 hari Keluhan: demam, batuk, pilek, mual, diare lendir. Diagnosis: GEA , ISPA Obyektif

Parameter: Tanggal periksa Nilai normal 19/07/2007 Hb (gr%) 12,00 14,50 – 22,50 Hct (%) 36,9 45,0 – 67,0 AL (ribu/mmk) 10,72 13,00 – 38,00 AT (ribu/mmk) 426,0 100,0 – 400,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 38ºC Nafas (x/menit) 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 120 – 128 kali per menit

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan racikan eritromisin + dekstrometorfan 2,5 mg + prokaterol HCl 3x1; parasetamol 3x90 mg; Lactobacillus 2x1 sachet. Penilaian

Pasien menerima prokaterol HCl. Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian obat tersebut (pasien tidak mengalami sesak nafas). DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi.

Rekomendasi Prokaterol HCl tidak perlu diberikan.

Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan dalam penelitian ini yang

bersifat aktual antara lain obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), dosis

terlalu rendah (dose too low), dosis terlalu tinggi (dose too high), dan butuh terapi

obat tambahan. Sedangkan yang bersifat potensial adalah efek obat merugikan

(adverse drug reaction) serta interaksi obat. Ringkasan masing-masing DRPs

tersebut dapat dilihat di bagian lampiran 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

65

Tabel XXIII. Jenis DRPs yang ditemukan pada kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan periode Juli 2007

Jenis DRPs Jumlah (kasus) Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) 23 Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat 23 Dosis terlalu rendah (dose too low) 21 Dosis terlalu tinggi (dose too high) 17 Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy) 1

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, DRPs yang paling sering

ditemukan adalah obat tanpa indikasi (bersifat aktual) serta efek obat merugikan

(adverse drug reaction) dan interaksi obat (bersifat potensial), yaitu terdapat dalam

23 kasus. Banyaknya obat yang diberikan pada pasien pediatri sangat memungkinkan

terjadinya interaksi antar masing-masing obat. Oleh karena itu, penggunaan

kombinasi obat yang memungkinkan terjadinya interaksi sebaiknya dihindari.

Dalam penelitian ini DRPs obat tanpa indikasi dan interaksi obat paling

banyak disebabkan oleh penggunaan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol.

Berdasarkan data rekam medik tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk

pemakaian fenobarbital, seperti pasien tidak mengalami kejang sehingga penggunaan

fenobarbital termasuk obat tanpa indikasi.

Metabolisme dan ekskresi obat pada neonatus dan bayi (kurang dari 2

tahun) berjalan lambat. Hal ini menyebabkan ekskresi fenobarbital pun berjalan

lambat. Pemberian fenobarbital potensial terjadi interaksi dengan parasetamol.

Fenobarbital merupakan inducer enzim sitokrom hati. Akibatnya, proses

metabolisme parasetamol dipercepat dan pembuangan dari tubuh pun berlangsung

lebih cepat, sehingga efek analgesik dan antipiretik parasetamol menjadi berkurang.

Di sisi lain, rangsangan terhadap enzim sitokrom hati oleh fenobarbital ini

menyebabkan terbentuknya metabolit parasetamol yang bersifat hepatotoksik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

66

Pemberian parasetamol bersamaan dengan fenobarbital menyebabkan pembentukan

metabolit hepatotoksik berlangsung lebih cepat. Resiko ini potensial terjadi apabila

pasien mengkonsumsi parasetamol dan fenobarbital berlebihan atau jangka panjang.

Efek samping penggunaan fenobarbital apabila digunakan pada anak antara

lain adalah hiperkinesia, yaitu anak menjadi hiperaktif. Oleh sebab itu, untuk

menghindari potensial efek obat merugikan dan interaksi obat akibat fenobarbital

sebaiknya fenobarbital tidak perlu diberikan, cukup parasetamol saja.

2. Dampak terapi

Pasien menjalani rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit dengan

harapan membaik dari sakit yang diderita atau bahkan sembuh. Dampak terapi dapat

dilihat dari lama tinggal pasien/Length of Stay (LOS), peningkatan kondisi kesehatan

pasien yang terlihat dari pemeriksaan fisik maupun hasil laboratorium, serta keadaan

pasien saat keluar rumah sakit (apakah sembuh atau dalam kondisi perbaikan).

Kondisi pasien pediatri saat pulang dapat menentukan keberhasilan terapi

yang dilakukan di bangsal tersebut. Dari hasil penelitian, rata-rata lama tinggal

pasien adalah 5,2 ± 2,2 (x ± SD) atau dalam rentang 3 hari–7 hari.

Gambar 6. Lama tinggal kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam periode Juli 2007

20%

20%

32%

4%12%

4% 4% 4% 3 hari 4 hari

5 hari 6 hari

7 hari 8 hari

9 hari 12 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

67

Tabel XXIV. Kondisi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas saat pulang dari bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

Kondisi Saat Pasien Pulang Jumlah kasus (n = 25) Persentase (%) Sembuh 23 92

Perbaikan 2 8 Jumlah 25 100

Sebagian besar pasien pulang dengan kondisi sembuh setelah menjalani

perawatan beberapa hari di bangsal, yaitu sebesar 92%. Terdapat 2 kasus yang

pulang dengan kondisi perbaikan. Hal ini disebabkan orang tua meminta untuk

pulang, kemungkinan dikarenakan pasien merasa tidak nyaman tinggal di rumah

sakit sehingga tidak mendukung proses penyembuhan, atau karena faktor ekonomi

sehingga pasien tidak dapat melanjutkan rawat inap.

A. Rangkuman Pembahasan

Alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan

yang diberikan oleh dokter adalah karena anak-anak belum bisa menelan tablet.

Selain itu, obat racikan memiliki dosis yang sesuai untuk pasien pediatri,

memudahkan pemberian, serta pasien sendiri merasa lebih nyaman. Apoteker kurang

setuju dengan adanya obat racikan karena kurang menguntungkan dari segi

kerasionalan terapi, efisiensi tenaga dan waktu. Perawat dan orang tua pasien

memilih penggunaan obat racikan karena pasien pediatri belum dapat menerima obat

dalam bentuk sediaan tablet, sehingga obat racikan berupa puyer lebih

menguntungkan. Rasa kurang enak seperti rasa pahit menyebabkan beberapa anak

muntah saat meminum obat racikan. Apabila mereka muntah pada saat minum obat

racikan, maka obat yang sama akan diberikan kembali untuk menggantikan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

68

yang telah dimuntahkan sebelumnya. Untuk mencegah hal tersebut, pemberian obat

racikan oleh perawat biasanya bersama air putih, air teh, madu, gula, atau sirup.

Profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima

resep racikan dalam periode Juli 2007 dengan presentase terbesar kelompok umur >

1 tahun-6 tahun sebanyak 62,6%; berjenis kelamin laki-laki 59,6%; dengan satu

diagnosis terbanyak adalah gangguan sistem saluran cerna, yaitu 30,3%. Diagnosis

kedua terbanyak adalah gangguan sistem saluran nafas, yaitu 15,2%.

Profil pengobatan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda

yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 terdiri dari jenis obat racikan

dan non racikan. Sebagian besar pasien menerima obat dengan satu jenis racikan,

sebanyak 54 kasus atau 54,5%. Jenis racikan yang paling banyak digunakan adalah

parasetamol dan fenobarbital, sebanyak 39 kasus atau 39,4%. Penggunaan obat non

racikan terdiri dari 8 kelas terapi obat. Kelas terapi yang paling banyak digunakan

adalah obat sistem saluran cerna sebanyak 91,9%. Obat yang mempengaruhi nutrisi

dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%; kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas

58,6%; analgesik 29,3%; antihistamin 25,3%; obat sistem saraf pusat 21,2%.

Dalam evaluasi DRPs pada pasien pediatri dengan gangguan saluran

pernafasan ditemukan 23 kasus obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), 23

kasus efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, 21 kasus dosis

terlalu rendah (dose too low), 17 kasus dosis terlalu tinggi (dose too high), dan 1

kasus butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy). Rata-rata lama

tinggal di rumah sakit adalah 5,2±2,2 (x±SD) atau dalam rentang 3 hari-7 hari; dan

keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh sebanyak 92%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal

anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007,

dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan obat racikan yang

diberikan oleh dokter, perawat, dan orang tua adalah karena anak-anak belum

bisa menelan tablet. Dokter juga mengatakan bahwa dosis obat racikan sesuai

untuk pasien pediatri, memudahkan dalam pemberian, serta pasien sendiri

merasa lebih nyaman. Sedangkan apoteker kurang setuju dengan adanya obat

racikan karena kurang menguntungkan dari segi kerasionalan terapi, efisiensi

tenaga dan waktu.

2. Kasus pediatri paling banyak dalam kelompok umur >1–6 tahun 62,6%; berjenis

kelamin laki-laki 59,6%; satu diagnosis terbanyak gangguan sistem saluran

cerna 30,3%; diagnosis kedua terbanyak gangguan sistem saluran nafas 15,2%

3. Penggunaan satu jenis obat racikan 54,5% dengan jenis racikan yang paling

sering digunakan parasetamol dan fenobarbital 39,4%. Penggunaan obat non

racikan terdiri 8 kelas terapi obat. Kelas terapi yang paling banyak digunakan

adalah obat sistem saluran cerna 91,9%.

4. Dalam evaluasi DRPs kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas

ditemukan 23 kasus obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), 23 kasus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

70

efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, 21 kasus dosis

terlalu rendah (dose too low), 17 kasus dosis terlalu tinggi (dose too high), dan 1

kasus butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy). Rata-rata lama

tinggal pasien adalah 5,2±2,2 (x±SD) atau dalam rentang 3 hari-7 hari, dan

keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh sebanyak 92%.

A. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan

dalam penelitian ini adalah :

1. Industri farmasi sebaiknya mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan

untuk anak-anak (sesuai bentuk sediaan maupun dosisnya) baik per oral maupun

parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai farmakoekonomi penggunaan

sediaan racikan dibandingkan dengan non racikan.

3. Rumah Sakit Bethesda sebaiknya mencantumkan rentang dosis terapi untuk

pasien pediatri pada standar terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

71

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Standar Pelayanan Medis Kelompok SMF Anak Rumah Sakit

Bethesda, 41-45, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Anonim, 2001, Profil Kesehatan Indonesia, http://bankdata.depkes.go.id/, diakses

pada tanggal 21 September 2007. Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan,

1,16, 22, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006, British National Formulary–52, BMJ Publishing Group Ltd and RPS

Publishing, Great Britain. Anonim, 2007a, Sixtieth World Helath Assembly, http: //www.who.int/gb/ebwha/pdf

files/WHA60/A60 25-en.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007. Anonim, 2007b, WHO Stresses Need to Ensure The Safety of Children's Medicines,

http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2007/pr51/en/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007.

Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice,

The Clinician’s Guide, 178-179, McGraw-Hill Companies, Inc. Cohen, B.J., and Wood, D.L., 2000, Memmler’s The Human Body in Health and

Disease, 9th Edition, Lippincott-Raven, Philadelphia. Glover, M.L., and Reed, M.D., 2005, Lower Respiratory Tract Infections, dalam

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 1945-1946, McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Griffith, H.W., 1989, Complete Guide to Pediatric Symptoms, Illness and

Medications, 1st Edition, 126-127, 172-175, 654-655, 674-675, Stern Sloan, Inc., USA.

Hadinegoro, S.R.H., 2002, Pemakaian Antibiotik di Bidang Pediatri, Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak, Edisi I, 71-72, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hayden, G.F., and Turner, R.B., Acute Pharyngitis, dalam Behrman, R.E., Kliegman,

R.M., and Jenson H.B., Nelson Textbook of Pediatrics, 17th Edition, 1393-1394, Elsevier Science, USA.

Hughes, J., 1998, Paediatrics, in: Hughes, J., Donnelli, R., James – Chatgilaou, G.

(Eds)., Clinical Pharmacy A Practical Approach, 36 -49, SHPA, Australia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

72

Iwan, 2007, Kebutuhan Oksigenasi, http://iwansain.wordpress.com/2007/08/22/ kebutuhan -oksigenasi/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007.

Kausal, R., Jaggi, T., Walsh, K., Fortescue, E.B., and Bates, D.W., 2004, Pediatric

Medication Errors: What Do We Know? What Gaps Remain?, Ambulatory Pediatrics, Volume 4, Nomor 1, 73-81.

Kusuma, H.R.T., 2004, Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada

Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug

Information Handbook, 14th Edition, Lexi-comp, Ohio. Levine, S.R., and McLaughlin, A., 2001, Pharmacology in Respiratory Care, 33-55,

McGraw-Hill Companie Medical Publishing Division. Meadow, R., and Newell, S., 2005, Lecture Notes Pediatrika, 7th Edition, 154-155,

Penerbit Erlangga, Jakarta. Mitchell, A.A., Lacouture, P.G., Sheehan, J.E., Kauffman R.E., and Shapiro S.,

Adverse Drug Reactions in Children Leading to Hospital Admission, J Pediatr 1988;82:24-29, htpp://www.pediatrics.org, diakses pada tanggal 19 Februari 2007.

Moore, T.J., Weiss,SR., Kaplan S., and Blaidel, C.J., Reported Adverse Drug Events

in Infants and Children under 2 Years of Age, J Pediatr 2002;110:53-, htpp://www.pediatrics.org.or http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/110/ 5/e53, diakses pada tanggal 18 Februari 2007.

Nahata, M.C., and Taketomo, C., 2005, Pediatrics, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,

Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 91, McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Arnold, J.E., 1996, Saluran Pernapasan Atas, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan

Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi 15, 1458-1459, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nugraha, I.G.B.S.M, 2006, Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada

Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

73

Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 13, CV Rajawali, Jakarta.

Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Anak–Anak, dalam: Aslam, M., Tan, C.K.,

Prayitno, A. (Eds), Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 191 – 199, Gramedia, Jakarta.

Rovers, J.P., Currie,J.D., Hagel,H.P., McDonough, R.P., and Sobotka, J.L., 2003, A

Practical Guide to Pharmaceutical Care, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association, Washington.

Scruggs, K., and Johnson, M.T., 2004, Pediatric Treatment Guideliness,

www.ccspublishing.com/ccs, Current Clinical Strategies Publishing, USA. Setiawati, L., 2006, Asma, Bronkitis, Bronkiolitis, http://www.pediatrik.com/, diakses

pada tanggal 3 Agustus 2007. Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, 17, Bagian Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana Bali, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Stern, R.C., 1996, Bronkitis, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak (Nelson

Textbook of Pediatrics), diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi 15, 1483, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Strand, L.M., Morley, P.C., and Cipolle R.J., 1998, Pharmaceutical Care Practice,

McGraw-Hill Co., New York. Supriyatno, B., Darmawan, Yangtjik, K., Kartasasmita, C.B., Wasatoro, D., Naning,

R., dan Chandra, M.S., 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I, 335-366, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Sutriatmoko, 2001, Evaluasi Peresepan Obat Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian

Atas Non Komplikasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tatro, D.S. (Ed), 2001, Drug Interaction Facts, Facts & Comparison, Wolters

Kluwer, St. Louis. Tietze, K.J., 2004, Clinical Skills for Pharmacists, A Patient-Focused Approach, 2nd

Edition, Mosby, St. Louis. Yusriana, C.S., 2002, Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Anak

Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

74

LAMPIRAN 1 Hasil Wawancara Terhadap Dokter Anak, Perawat, Apoteker Rawat Inap, dan Orang Tua Pasien

No. Pertanyaan Dokter A Dokter B Dokter C Dokter D 1. Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter

memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak?

Jika racikan, dokter sudah mengetahui dosisnya.

Memudahkan pemberian, efisien, untuk kenyamanan pasien. Secara empiris jika berdiri sendiri-sendiri biasanya tidak sebaik bila dicampur.

Dosisnya tepat, sesuai berat badan, kondisi atau keadaan penyakit .

Anak-anak belum bisa menelan tablet, sedangkan pemberiaan obat sirup biayanya lebih mahal.

2. Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat dalam satu bentuk sediaan?

Dilihat ada tidaknya interaksi dan potensiasi.

Tergantung penyakitnya. Tergantung dari dosis pemakaian, ada tidaknya kontraindikasi, sesuai farmakodinamiknya.

Agat praktis, misalnya pamol dan luminal diberikan pada pasien demam agar demam turun dan anak tidak rewel.

3. Menurut pendapat dokter, dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri atas berapa macam obat?

Dilihat tujuannya, tidak ada maksimal dan minimal. Prinsipnya seminimal mungkin.

Tergantung penyakitnya, terutama pada penyakit asma membutuhkan dari 5.

Sesuai kebutuhan. Maksimal 3 jenis obat.

4. Menurut pengalaman dokter, satu pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/jenis?

Seminimal mungkin tapi tetap tepat sasaran (paling banyak 3-4 item). Satu pasien biasanya mendapat 2 jenis yaitu sirup dan puyer.

Rata-rata 3, kadang lebih tergantung penyakitnya.

Satu sampai 5 macam. Maksimal 2 jenis racikan.

5. Apakah dasar pertimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan?

Berdasar berat badan dan umur. Dilihat beratnya overweight atau tidak, pakai hitungan standard umurnya.

Berdasarkan berat badan, yang paling baik luas permukaan tubuh, tapi sulit menghitungnya. Berat badan lebih baik daripada umur.

Berdasarkan berat badan, kondisi atau keadaan berat ringannya penyakit, dan kesulitan minum obat.

Umur dan berat badan.

6. Untuk durasi berapa lamakah resep racikan biasanya diresepkan?

Antibiotik biasanya 5 hari, obat alergi secukupnya biasanya 2-3 hari.

Untuk obat rutin biasanya 1 bulan, misalnya untuk TBC, kejang, epilepsy, asma. Untuk pengobatan batuk biasanya 3 hari.

Antibiotik 5 hari sampai 1 minggu. Anti kejang 1 bulan, TBC 2 minggu sampai 1 bulan.

Akut 3 hari, kemudian control lagi.

7. Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosis, aturan, dan durasi pemakaiannya. Manakah yang dipilih sebagai regimen dosis racikan tersebut?

Disendirikan Dipisah Dipisah Yang dicampur yang sama.

8. Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan?

Pasti, kalau ada interaksi cari yang lain.

Dari pengalaman terhadap pasien ada beberapa obat yang tidak bisa dicampur.

Ya Kadang-kadang, kalau ada interaksi biasanya pihak farmasi akan memberi konfirmasi.

9. Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat sewaktu meresepkan sediaan racikan?

Tidak. Farmasi seharusnya memberitahukan jika terjadi ketidakstabilan obat.

Ada beberapa obat yang jika dicampur akan menjadi kental.

Ya. Misalnya dilantin bersifat higroskopis.

Bagian farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

75

Hasil Wawancara Terhadap Perawat

No. Pertanyaan Perawat A Perawat B Perawat C Perawat D Perawat E 1. Apakah pemberian obat kepada pasien

selalu dilakukan oleh perawat? Jika tidak, obat apa sajakah yang pemberiannya dilakukan oleh perawat dan obat apa sajakah yang biasanya ditinggal di kamar pasien?

Seharusnya dilakukan oleh perawat. Apabila orang tua pasien dapat memberikan sendiri, obat dapat ditinggal di kamar tetapi tetap diawasi oleh perawat.

Tergantung dari orang tua pasien.

Jika obat sirup dapat ditinggal di kamar, jika puyer diberikan oleh perawat.

Jika obat sirup dapat ditinggal di kamar, jika bentuk sediaan yang lain diberikan oleh perawat.

2. Apabila ada obat yang ditinggal di kamar pasien, apakah Anda memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut kepada orang tua pasien?

Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan waktu pemakaian. Selain itu sudah terdapat label pada obat tersebut.

Iya, waktu pertama kali penggunaan obat tersebur.

Iya, informasi yang diberikan tentang aturan pakai dan jika obat habis lapor kepada perawat.

Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan dosis.

Informasi yang diberikan adalah dosis dan waktu pemberian.

3. Informasi apa sajakah yang Anda dapatkan dari Apoteker pada saat pengambilan obat?

Yang mengambil obat adalah pramurukti.

Tidak. Tidak karena sudah ada labelnya. Jika obat baru, perawat yang bertanya.

Biasanya tidak, langsung diberikan saja.

Biasanya tidak, langsung diberikan. Jika tidak tahu, perawat yang bertanya.

4. Jika karena sesuatu hal Apoteker mengganti obat tertentu dengan obat lain, apakah Anda mendapat informasi tentang penggantian obat tersebut?

Iya, tetapi konfirmasi terlebih dahulu dengan dokternya.

Iya. Kadang-kadang. Iya, biasanya diberi tahu lewat telepon atau ditulis pada label obat.

Iya.

5. Jika karena sesuatu hal Apoteker memisah obat yang seharusnya diracik, apakah Anda mendapatkan informasi atau penjelasan tentang hal tersebut?

Jarang terjadi, tetapi jika ada, perawat diberi tahu.

Iya, jika baru pertama kalinya.

Iya. Iya, ditulis pada etiket. Iya, biasanya diberi tahu lewat telepon.

6. Bagaimana pengalaman Anda dalam memberikan obat racikan kepada pasien anak?

Biasanya diberikan lewat samping (miring) dan dicampur dengan air putih atau teh.

Biasanya diberikan bersama air putih.

Biasanya dicampur air putih, teh, madu, atau gula, tergantung kebiasaan minum obat.

Biasanya dicampur dengan air putih atau sirup.

Sedikit dipaksa, dengan memegangi kepala dan tangan pasien.

7. Apabila ada pasien yang muntah pada saat diberi obat racikan, apa yang Anda lakukan dan bagaimana cara pengatasannya?

Diberikan lagi selang beberapa waktu, termasuk antibiotik.

Diberikan lagi selang beberapa jam. Misal obat parasetamol, diulang lagi pemberiannya jika pasien masih demam.

Jika obat yang dimuntahkan adalah obat penurun panas, dan selang beberapa waktu pasien masih demam, maka obat diulang lagi. Antibiotik tidak diulang.

Langsung diberikan lagi, termasuk antibiotik.

Jika muntah saat itu juga, obat langsung diberikan lagi. Jika muntah selang beberapa waktu, obat tidak diberikan lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

76

Hasil Wawancara Terhadap Apoteker Rawat Inap

1. Berapa rata-rata distribusi obat racikan yang diberikan di bangsal anak dalam tiap

harinya?

Jawab: Dalam tiap harinya, minimal ada 10 pasien yang menerima resep racikan,

dimana setiap pasien diasumsikan mendapat 1 jenis racikan.

2. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi, stabilitas, maupun dosis (besar,

lama dan frekuensi pemberian, obat harus habis atau tidak habis) antar masing-

masing komponen dari obat racikan yang diresepkan oleh dokter?

Jawab: Masing-masing komponen obat racikan dilihat inkompatibilitas dari segi

farmasetika dan farmakokinetikanya. Sedangkan untuk signa, sudah secara

otomatis dapat ditentukan karena sudah terbiasa di lapangan. Apabila ada dosis

atau aturan pakai yang tidak seperti biasanya, baru dicari tahu penyebabnya.

Misalnya:

Biasanya diminum 3x sehari, akan tetapi diresepkan 5x sehari.

Sefotaksim 1mg per kapsul. Aturan minumnya 2 x 1 kapsul, padahal BB

pasien hanya 5 kg.

Kelemahannya: tidak semua dapat termonitor oleh Apoteker, karena belum

adanya suatu sistem yang baik. Apoteker memiliki banyak kewajiban yang tidak

memungkinkan untuk selalu berada di tempat. Hal inilah yang menyebabkan

tidak semua resep dapat termonitor oleh Apoteker.

Yang diharapkan adalah adanya suatu sistem komputerisasi sehingga lebih

memungkinkan Apoteker untuk dapat memonitor semua resep yang diberikan

kepada pasien.

3. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi antar obat racikan dengan obat

lain dari resep yang diberikan oleh dokter?

Jawab: Adanya interaksi antar obat racikan dengan obat lain dari resep yang

diberikan oleh Dokter juga diperhatikan, sejauh dapat teramati. Sampai saat ini,

interaksi yang mungkin terjadi dapat disiasati dengan pengaturan minumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

77

4. Apakah pernah terjadi efek samping pada penggunaan obat racikan di bangsal

anak? Bagaimana cara pengatasannya?

Jawab: Efek samping pernah terjadi pada penggunaan obat racikan. Biasanya

diketahui pada saat obat dikembalikan ke farmasi, atau pada saat keliling dan

melihat pasien tersebut.

Cara pengatasannya:

a. Mengindentifikasi apakah benar yang dialami pasien merupakan efek

samping dari obat tersebut atau bukan. Dapat dilihat dari durasi minumnya

dan timbul gejalanya kapan.

b. Mencari tahu apakah obat tersebut memang harus digunakan atau tidak, dan

dapat disesuaikan dengan indikasinya.

c. Apakah Dokter menyarankan obat pengganti lain, atau kita yang harus aktif

menyarankan obat penggantinya.

5. Jika dalam resep ada obat racikan dan non racikan yang penggunaannya tidak

rasional, apakah Anda memberitahukannya kepada dokter tersebut?

Jawab: Obat yang rasional adalah obat yang ada evidence based’nya. Apabila

ditemukan dalam resep ada obat racikan dan nonracikan yang penggunaannya

tidak rasional, maka kita melihat terlebih dahulu apakah Dokter yang meresepkan

tersebut dapat diajak komunikasi atau tidak. Apabila Dokter yang meresepkan

dapat diajak komunikasi, maka kita akan menghubungi Dokter tersebut.

Sedangkan apabila Dokter yang bersangkutan susah untuk diajak berkomunikasi,

maka Dokter tersebut tidak perlu dihubungi karena hanya akan membuang-buang

waktu saja.

6. Jika dalam resep ada obat yang tidak tersedia, apakah Anda mengganti obat

tersebut dengan obat lain yang zat aktifnya sama? Apakah Anda memberitahu

dokter tentang penggantian obat tersebut?

Jawab: Apabila dalam resep ada obat yang tidak tersedia, maka obat akan diganti

dengan obat lain yang memiliki zat aktif yang sama. Rumah sakit swasta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

78

memiliki suatu formularium. Oleh karena itu kita berusaha untuk menggunakan

formularium yang sudah ada tersebut.

7. Bagaimana pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien yang

dirawat di bangsal anak? Apa saja informasi yang diberikan?

Jawab: Pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien di bangsal

anak sampai saat ini belum banyak dapat dilakukan, karena farmasi belum

arround ke bangsal. Informasi diberikan oleh Apoteker kepada perawat, dan

kemudian perawatlah yang menyampaikan informasi tersebut kepada orang tua

pasien. Kami terjun ke bangsal apabila misalnya, didapati resep obat dengan

bentuk sediaan yang tidak biasa, contohnya inhalasi. Biasanya kami

menghubungi perawat atau orang tua pasien terlebih dahulu apakah sudah pernah

menggunakan bentuk sediaan tersebut atau belum. Apabila baru pertama kalinya

menggunakan sediaan inhalasi, maka kami terjun ke bangsal untuk memberikan

informasi penggunaan obat tersebut.

8. Bagaimana pula pemberian informasi kepada pasien jika ada obat yang dibawa

pulang?

Jawab: Karena jumlah Apoteker hanya sedikit, maka pemberian informasi

kepada pasien untuk obat yang dibawa pulang tidak dapat dilakukan. Informasi

tersebut biasanya disampaikan oleh Apoteker kepada perawat, dan perawatlah

yang kemudian menyampaikannya kepada orang tua pasien.

9. Apakah Anda menyampaikan informasi kepada perawat jika misalnya ada obat

racikan yang harus dipisah?

Jawab: Apabila ada obat racikan yang harus dipisah, maka informasi tersebut

disampaikan oleh Apoteker kepada perawat. Yang sering terjadi adalah

attapulgit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

79

a. Apabila ada obat antibiotika dan simptomatik dicampur, maka dilihat terlebih

dahulu penggunaannya. Misalnya untuk antibiotika pada ISPA digunakan tidak

terlalu lama, sehingga dapat dicampur dengan obat lain seperti dekongestan,

yang digunakan selama 3-4 hari. Jika durasi tidak lama, maka pencampuran

antibiotik dan obat lain masih dapat ditoleransi.

b. Apabila ada perbedaan aturan pakai antara obat yang satu dengan yang lain yang

dicampur, maka dilihat terlebih dahulu obatnya, dan menanyakan kepada perawat

apa diagnosanya. Setelah mengetahui diagnosa, maka obat dicocokkan dengan

diagnosanya.

c. RS Bethesda memiliki resep racikan standar. Ada juga obat yang diresepkan

bukan termasuk dalam racikan standar, akan tetapi presentasenya kecil.

Kortikosteroid tidak mungkin dijadikan standar, yang mungkin hanyalah obat-

obat simptomatik seperti antihistamin, profilas.

d. Ada juga obat racikan yang dicampur dengan antibiotika, untuk pengobatan

jangka panjang. Untuk menjadikan suatu resep racikan sebagai racikan standar,

terlebih dahulu dilakukan studi kasus, kemudian dilihat frekuensinya seberapa

banyak, serta dilihat efektivitas dan benefit’nya. Setelah itu didiskusikan dengan

dokter yang bersangkutan.

e. Obat racikan standar sudah diperhatikan kerasionalannya oleh Apoteker. Yang

dilihat biasanya dari segi farmakokinetikanya, sedangkan dari segi

farmakodinamikanya jarang dilihat, karena susah. Juga dilihat dari frekuensi

konsumsi serta dari ilmu kefarmasian sendiri. Apabila frekuensi penggunaan

hanya sedikit, maka obat tersebut di’cut’ dari resep racikan standar. Dari tahun ke

tahun resep racikan standar juga diperhatikan karena kemungkinan dapat berubah

dalam penggunaannya.

10. Masalah-masalah apa saja yang Anda hadapi yang berhubungan dengan resep

racikan di bangsal anak?

Jawab: Masalah-masalah yang dihadapi berhubungan dengan resep racikan

antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

80

a. Dari segi bentuk sediaan obat, resep racikan sebaiknya tidak ada karena

menyalahi aturan dalam kefarmasian. Misalnya, obat enteric coated tidak

boleh digerus, maka sebaiknya sediaan yang diberikan adalah sirup.

b. Dari segi ketepatan dosis, dan kebersihan dalam pembuatan.

c. Dari segi efisiensi tenaga, waktu, dan kerasionalan terapi.

d. Perlu dicari tahu apakah memang harus ada resep racikan. Karena dalam ilmu

kedokteran sendiri sepertinya tidak menganjurkan penggunaan resep racikan.

e. Sebaiknya BPOM dan industri-industri farmasi mengeluarkan produk-produk

yang khusus ditujukan untuk anak-anak.

Hasil Wawancara Terhadap Orang Tua Pasien

Bentuk sediaan apa yang dapat diterima dan disukai oleh anak Ibu / Bapak?

1. Racikan, sirup

2. Puyer

3. Tablet

4. Tidak suka semua

5. Semua jenis suka, kecuali tablet (belum bisa menelan)

6. Semua bisa, kecuali tablet

7. Sirup manis

8. Sirup manis. Jika mendapat jenis serbuk, maka diberi madu

9. Sirup

10. Semua suka

11. Sirup. Jika mendapat puyer, maka dicampur dengan sirup

12. Puyer, sirup

13. Semua suka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

81

Pernahkah anak Ibu / Bapak muntah saat minum sediaan racikan?

Bagaimana pengatasannya?

1. Jika muntah sekali, maka obat diberikan lagi.

2. Tidak muntah, tetapi disembur-sembur, maka obat diberikan lagi.

3. Tidak muntah jika dicampur air.

4. Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih.

5. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.

6. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih atau air gula.

7. Jika muntah, maka obat diberikan lagi.

8. Jika muntah, maka obat diberikan lagi. Biasanya obat dicampur dengan madu.

9. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.

10. Jika muntahnya banyak, maka obat diberikan lagi.

11. Jika muntah, obat tidak langsung diberikan lagi. Obat baru diberikan selang

beberapa jam. Biasanya puyer dicampur dengan sirup.

12. Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih.

13. Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.

Apakah Ibu / Bapak bermasalah dengan adanya obat racikan?

1. Tidak masalah

2. Tidak masalah, malah cukup membantu

3. Tidak masalah

4. Tidak masalah

5. Tidak masalah karena anak mudah meminumnya.

6. Tidak masalah, percaya kepada dokter yang menangani.

7. Kalau jenis CTM, tidak bisa.

8. Ya, susah meminumnya.

9. Tidak masalah

10. Tidak masalah, daripada menggerus sendiri.

11. Tidak masalah

12. Tidak masalah

13. Tidak masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

82

LAMPIRAN 2 Golongan dan Jenis Obat yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal

Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007

Obat Sistem Saluran Cerna

No. Golongan Obat Jenis Obat Nama Dagang 1. Antagonis reseptor H2 Ranitidin Rantin® 2. Antasida Metilpolisiloksan, Mg-hidroksida,

Al-hidroksida koloidal Polycrol®

Eksetazaina + polimigel Strocain® 3. Antidiare Dioktahedrol smektil Smecta® 4. Antimual dan vertigo Domperidon

Metoklopramid Vometa® Primperan®

5. Antimuskarinik Hiosin butilbromida Buscopan plus® 6. Khelator Sukralfat Inpepsa® 7. Pencahar Bisakodil Dulcolax suppo® 8. Probiotik Lactobacillus Lacto B® 9. Kombinasi Scumpii Tanalbin®

DHA Prolacta®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

83

Obat yang Mempengaruhi Nutrisi dan Darah No. Golongan Obat Jenis Obat Nama Dagang 1. Antianemia Fe, vitamin B1, B6, B12, asam folat Ferlin®

Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, C, nikotinamida, Ca-pantotenat, biotin, besi (III) fumarat, Ca-karbonat, tembaga (II) sulfat, Mn-sulfat, Mg-oksida, Zn-sulfat, Na-tetraborat, Ca-sulfat, Na-molibdat, K-iodida,

Maltiron®

2. Cairan dan elektrolit

Kalium klorida -

Sodium bikarbonat Bic Natric® Meylon®

Oralit - 3. Hemostatik Karbamazokrom Na-Sulfonat Adona® 4. Hepatoprotektor Schizandrae fructus ext., Curcumae xanthorrhizae

ext., Liquiritiae radix ext., kolin bitartrat, vitamin B6

Curliv plus®

Metionin Methicol® 5. Immunomodulator Echinacea, Zn pikolinat Imboost®

Ekstrak Phyllanthi herba Stimuno® Phyllantus niruri L herbs extr. Divens®

6. Mineral Ca, Mg, Zn, vitamin D3 Osteocare syr® 7. Multivitamin Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, nikotinamida, d-

pantenol, vitamin C, lisina-HCl Lyvit®

Kolustrum bovin, vitamin A, D, kolekalsiferol, vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamid, kalsium pantotenat, DHA, taurin, seng, kalsium.

Glostrum®

Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, nikotinamid, Ca-pantotenat, biotin, asam folat, Ca, Mg, besi, mangan, fosfor, tembaga, seng, molibden.

Supradyn®

8. Nutrisi parenteral Asam amino, vitamin, elektrolit Aminofusin® 9. Panambah nafsu

makan Echinacea, kurkumin, kolostrum bovin, lisin HCl, DHA, vitamin A, D, B1, B2, B6, nikotinamid, deksphantenol

Curmunos®

Cod liver oil, ekstrak kurkuma, asam arakidonat, DHA, FOS, Ca hipofosfit. Curvit CL®

Kurkumin Curcuma® 10. Vitamin Tiamin -

Vitamin K - Koenzim B12 Cobazim® Vitamin B1, B6, B12 Neurobion® Fursultiamin + vitamin B2 Alinamin F®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

84

Antiinfeksi No. Golongan Antiinfeksi Jenis Obat Nama Dagang Antibakteri

1. Beta Laktam a. Penisilin Amoksisilin trihidrat Yefamox®

Amoksisilin, asam klavulanat Clavamox® b. Sefalosporin (gen 1) Sefadroksil - c. Sefalosporin (gen 2) Sefaklor Cloracef® d. Sefalosporin (gen 3) Sefotaksim Claforan®

Seftriakson -

Seftazidim Fortum® Ceftum®

Sefiksim Cefspan® e. Kombinasi Sulbaktam Na, sefoperazon Na Sulperazon®

2. Makrolid Spiramisin Spiradan®

Eritromisin Erysanbe® Erythrocin®

3. Aminoglikosida Amikasin Mikasin® Gentamisin Pyogenta® Streptomisin - Kanamisin Kanamycin®

4. Derivat Sulfonamid Kotrimoksazol

Bactricid® Ottoprim® Yekaprim®

5. Polimiksin Kolistin Colistine® 6. Antituberkulosis Isoniazid Pehadoxin®

Rifampisin - Antifungal

7. Imidazol Ketokonazol - Mikonazol Daktarin Oral Gel®

8. Polien Nistatin Mycostatin® Antiprotozoa

9. Amubisid Metronidazol Flagyl® Anthelmintik

10. Pirantel pamoat Combantrin® Kortikosteroid

No. Golongan Obat Jenis Obat Nama Dagang 1. Kortikosteroid

Deksametason Cortidex® Indexon® Kalmethason®

Flutikason propionat Flixotide® Metilprednisolon Medixon®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

85

Obat Sistem Saluran Nafas No. Golongan Obat Jenis Obat NamaDagang 1. Agonis adrenoseptor Salbutamol Ventolin®

Salbron® Terbutalin sulfat Bricasma®

Salbutamol sulfat, guaifenesin Fartolin exp® Ventolin exp®

Prokaterol HCl Meptin ® 2. Antitusif Dekstrometorfan -

Kodein - 3. Ekspektoran Noscapin Mercotine®

Prometazin HCl, gliseril guaiakolat, ipekak tingtur Allerzin exp®

Ekstrak thymi Thymi® 4. Mukolitik Ambroxol hidroklorida Mucopect ®

Bromheksin Mucosulvan® Bisolvon®

5. Nasal dekongestan Pseudoefedrin, terfenadin Rhinofed® Tripolidin HCl, pseudoefedrin HCl Actifed®

6. Teofilin Aminofilin - 7. Lain-lain Ipratropiumbromida, salbutamol

sulfat Combivent®

Oksomemazin, gliseril Guaiakolat Comtusi®

Golongan dan Jenis Analgesik

No. Golongan Obat Jenis Obat Nama Paten 1. Analgesik non-opioid

Parasetamol Pamol® Sanmol®

Ketoprofen Profenid® Dipiron Novalgin® Antalgin, piramidon, lidokain Xylomidon®

Antihistamin

No. Golongan Obat Jenis Obat NamaDagang 1. Antihistamin non sedatif Setirizin Histrine®

Desloratadin Aerius® 2. Antihistamin sedatif Difenhidramin Delladril®

Dimenhidridrinat Dramamine® Ketotifen Profilas® Klorfeniramin Maleat (CTM) - Siproheptadin Pronicy® Mebhidrolin napadisilat Interhistin® Homoklorsiklizin hidroklorida Homoklomin®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

86

Obat Sistem Saraf Pusat No. Golongan Obat Jenis Obat Nama Dagang 1. Antiepilepsi Difenilhidantoin Diphantoin®

Fenitoin Dilantin® Fenobarbital Luminal® Karbamazepin - Klonazepam Rivotril® Diazepam Stesolid® Okskarbazepin Trileptal® Asam valproat Depakene®

2. Antipsikotik Klorpromazin - 3. Aktivator serebral CO-dergokrin mesilat Xepadergin®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 1 87

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 12-Jul 13-Jul 14-Jul

Nama: DP Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

sesak napas Hb 12,00 - 18,00 13,20 14 Juli 2007

No. RM: Hct (%) 36,0 - 49,0 40,1

00807173 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 21,76 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 383,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,87

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,2

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,6

Segmen (%) 25,0 - 70,0 81,4

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 13,5

1th D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 4,3

Asma dalam LED 1 jam (mm) 3,0 - 14,0 32,0BB: 11 kg serangan LED 2 jam (mm) - 80,0

Tanda Vital Tanda Vital

Tgl masuk: D. sekunder: Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 36,7 36,8 36

12 Juli 2007 - Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 24 22 24

pk 10:32 Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 120 124 124

Radiologi 12 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Dokter: D Jenis px: Thorax AP Pemberian 12-Jul 13-Jul 14-Jul dibawa pulang

Profilas 0,25 mg

Kesan: Pronicy 0,5 mg

Radiologis gamb. Bronchitis, Meptin sirup 2 x 1/2 cth p.o. √ √

adanya proses spesifik belum

bisa dikesampingkan. Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 2x √ 1x

Besar cor: normal.

Nebulizer Ventolin 2 x /hari S S P

1250 1450 stop

Infus KAEN 3B+aminofilin 3 cc

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

Nama Obat

Nama Obat

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

1 x 1 p.o. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 2 88

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 17-Jul 18-Jul 19-Jul

Nama: BR Anamnese Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

IGD: Hb 12,00 - 18,00 12,90 19 Juli 2007

No. RM: Mulai malam ini Neb. Ventolin I Hct (%) 36,0 - 49,0 41,8

00805762 sesak nafas, Flexotide I AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 17,41 D. keluar:

batuk. Sudah AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 299,0 -

Jenis minum alerzin Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,77

kelamin: exp dan ventolin Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 3,8

Laki-laki nebule, demam. Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,7

Segmen (%) 25,0 - 70,0 66,9

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 19,9

2th10bl 13hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 8,7

ISPA + asma

BB: 14 kg attack Tanda Vital Tanda Vital

Suhu (ºC) : 38 Suhu (ºC) 37,6 36

Tgl masuk: D. sekunder: Nafas (x/menit) : 28 Nafas (x/menit) 24 24

17Juli 2007 - Nadi (x/menit) : 100 Nadi (x/menit) 120 120

pk 22:49 Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 17-Jul 18-Jul 19-Jul dibawa pulang

Dokter: D Pamol 150 mg

Luminal 15 mg

Profilas 0,5 mg

Pronicy 1 mg

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. √ √

Nebulizer Ventolin 2 x /hari √ √

500 1500Infus KAEN 3B+Aminofilin 3 cc

√ √√1 x 1 p.o.

2x/hari

Nama Obat

3 x 1 p.o.

Tanggal Pemberian

√ √ 2x

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 3 89

Data Diri Nama Obat Dosis & Cara

Pemberian 31-Jul 1-Aug 1-Aug 2-Aug 3-Aug

Nama: AW Anamnese Indexon 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal (pagi) (mlm) Tgl keluar:

Panas, batuk, Hb (gr%) 12,00 - 18,00 12,10 3 Agustus '07

No. RM: pilek Hct (%) 36,0 - 49,0 39,8 29,0 36,0 32,0

01903581 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 3,54 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 245,0 150,0 155,0 140,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,64

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,8

Laki-laki Basofil (%) 0,0 - 0,1 2,5

Segmen (%) 25,0 - 70,0 55,8

Umur: URINE RUTIN

2th 7bl 27hr D. utama: Warna kuning

Dengue fever BJ 1,030

BB: 15 kg pH 5,00

Lekosit gelap 1 - 2

Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital

31 Juli 2007 ISPA Suhu (ºC) : 37,6 Suhu (ºC) 36,5 - 37,5 37,6 36,8 36

pk 18:34 Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 20 22 24

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 60 - 100 124 120 124

Dokter: A Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug dibawa pulang

Pamol 166,7 mg

Luminal 15 mg

Comtusi 3 x 1 cth p.o. 1x √ √ √

Divens 2 x 1 cth p.o. 1x 3x √ √

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x 1x 2x 2x

Infus KAEN 3B + Adona 75 mg 850

Infus RL + Adona 75 mg 750

Infus KAEN 1050

Pemeriksaan

√1x

Nama ObatTanggal Pemberian

3 x 1 p.o. √

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

37

24

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 4 90

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 4-Aug 5-Aug 6-Aug 7-Aug 8-Aug 9-Aug #####

Nama: MA Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas, batuk, Hb (gr%) 12,00 - 18,00 10,70 10 Agustus '07

No. RM: pengobatan rutin Hct (%) 36,0 - 49,0 35,0 26,0 28,0

01900455 TB AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 16,15 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 145,0 162,0 230,0 -

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,3

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,9

Laki-laki Segmen (%) 25,0 - 70,0 48,1

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 44,7

Umur: URINE RUTIN

1th 4bl 11hr D. utama: Warna - kuning

Dengue fever BJ - 1,010

BB: 8 kg PKTB pH - 7,50

Lekosit gelap - 2 -- 3

Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital

4 Agustus 07 Asmatis Suhu (ºC) : 38 Suhu (ºC) 39 39 37,8 38 36,6 37 36

pk 11:45 Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 30 24 22 26 22 24 24

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 124 122 124 120 124 124 124

Dokter: A Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 4-Aug 5-Aug 6-Aug 7-Aug 8-Aug 9-Aug 10-Aug dibawa pulang

Pamol 100 mg

Luminal 10 mg

Pehadoxin 100 mg

Rifampicin 100 mg

Clavamox sirup 3 x 1 cth p.o. √ √ √ √

Ventolin exp. 3 x 3/4 cth p.o. √ √ √ √ √

Pyogenta 2 x 20 mg 2x 2x 2x stop

Xylo-Della 1/4 : 1/4 i.m. S M

Infus KAEN 3B 800 1200 1750 950 1500 1300

√ √1 x 1 p.o. √ √ √ √

Nama Obat

3 x 1 p.o. 2x √ √

Tanggal Pemberian

√ √ √ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 5 91

Data Diri Nama Obat Dosis & Cara

Pemberian Gol. Darah: A 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug

Nama: AP Anamnese Metilprednisolon 2 x I amp i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk, sesak, Hb 12,00 - 18,00 12,40 3 Agustus '07

No. RM: pilek Neb. Ventolin I 3 x/hari Hct (%) 36,0 - 49,0 36,0

00153567 Flexotide I AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 9,40 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 195,0 -

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,0

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,0

Perempuan Segmen (%) 25,0 - 70,0 90,0

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 7,0

Umur: D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

11th 5bl 27hr Serangan asma Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 37,5 37 36,8 36

Nafas (x/menit) : 30 Nafas (x/menit) 22 22 22 24BB: 30 kg Nadi (x/menit) : 100 Nadi (x/menit) 132 120 112 112

D. sekunder: Radiologi 31 Juli 2007 Nama Obat Dosis & Cara Obat yang

Tgl masuk: - Jenis px: Thorax Pemberian 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug dibawa pulang

31 Juli 2007 Salbutamol 3 mg

pk 03:29 Ro: Medixon 3 mg

Corakan bronchovasculer kasar, Homoclomin 7,5 mg

Dokter: C dengan air bronchogram Cetirizin 1 x 1 p.o. √

minimal, susp. bronchitis, Codein 3 x 1/2 p.o. 1x

asthmatoid, oligemia perifer (+) Meptin mini 2 x 1/2 p.o. 1x √ √

Besar cor: dalam batas normal. Mucosulvan 3 x 2 cth p.o. 1x

Bisolvon sy. 3 x 1,5 cth p.o. √ √ √ √

Cefotaxim 3 x 500 mg i.v. 1x 2x 2x 1x

Metilprednisolon 2 x 1 amp i.v. 1x 2x 2x

Nebulizer Ventolin

Flexotide

Infus KAEN 3B + aminofilin 6 cc 700 700

Infus D5% + aminofilin 6 cc

P

Pemeriksaan

3 x 1 p.o. √ √ √

1600

3x/hari P/S P/S

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 6 92

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul

Nama: IG Anamnese Xylo-Della 0,3 : 0,3 cc i.m. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Hb (gr%) 12,00 - 18,00 10,60 11 Juli 2007

No. RM: Hct (%) 36,0 - 49,0 32,4

01903388 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 9,58 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 398,0 sembuh

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,3

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 1,0

Perempuan Segmen (%) 25,0 - 70,0 67,5

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 24,5

Umur: Monosit (%) 0,0 - 9,0 6,7

0th 5bl 29hr D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

Suhu (ºC) : 39 Suhu (ºC) 39,5 36 37 37,2 37,2 36,2

BB: 6 kg Nafas (x/menit) : 36 Nafas (x/menit) 48 32 30 24 20 24

Nadi (x/menit) : 148 Nadi (x/menit) 148 132 128 124 124 124

Tgl masuk: D. sekunder: Radiologi 26 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

26 Juli 2007 - Jenis px: Thorax AP Pemberian 26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul dibawa pulang

pk 15:56 Pamol 75 mg

Luminal 10 mg

Dokter: C Salbutamol 0,7 mg

Medixon 0,5 mg

Mucopect 5 mg

Homoclomin 1,25 mg

Imboost 2 x 1 cth √ √ √ √ √ √ Lacto B 2 x 1

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. 1x 2x √ 2x 2x 1x Bactricid sy.

Cefotaxim 2 x 150 mg i.v. 1x 1x 2x 1x 2x 2x 2 x 1/2 cth

Xylo-Della 0,3 : 0,3 cc i.m.

Nebulizer Combivent 2x/hari P/S P/S

Infus KAEN 3B 750

Aminofilin 2 cc

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

√ √ √

Cor dalam batas normal.√

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o. 1x √ √ √ (KP)Radiologis bronchiolitis

perihielr dan paracardial

3 x 1 p.o. 1x √ √dextra.

√ √

700 900 750 750

Nama Obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 7 93

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian Gol. Darah: A 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul

Nama: YD Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Demam 2 hari, Hb (gr%) 14,50 - 22,50 13,10 25Juli 2007

No. RM: pilek, batuk, Hct (%) 45,0 - 67,0 40,7

01903172 muntah bila AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 11,51 D. keluar:

minum air. AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 232,0 -

Jenis Ibu: asma Eos. Total (/mmk) 40 - 440 75

kelamin: LED 1 jam (mmk) 1,0 - 10,0 51,0

Laki-laki LED 2 jam (mm) - 82,0

IgE total (IU/mL) 0,0 - 138,0 11,6

Umur: Tanda Vital Tanda Vital

0th 9bl 15hr D. utama: Suhu (ºC) : 38,6 Suhu (ºC) 39,2 37,2 36 37 36,4

Bronkopneu- Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 32 28 28 26 20BB: 9 kg monia Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 136 120 124 120 120

Radiologi 21 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Tgl masuk: D. sekunder: Pemberian 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul dibawa pulang

21 Juli 2007 - Pamol 100 mg

pk 02:38 Ro: Luminal 10 mg

Salbutamol 1 mg

Dokter: C Medixon 0,8 mg Homoclomin+

Rhinofed 3 mg Mucopect

Homoclomin 2 mg 3 x 1 p.o.

Mucopect 6 mg

Profilas sirup 2 x 1/2 cth p.o. √ √ √ √ √ √

Cefotaxim 2 x 200 gr i.v. 1x √ √ √ 1x

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 2x √ √ 1x 1x

Nebulizer Combivent 1/2 : 1/2 ap P/S P/S P/S

Xylo-Della 1/4 : 1/4 i.m. √

1400 1500 1200 1300

3x √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

Nama ObatTanggal Pemberian

Jenis px: Thorax: BKB

dengan air bronchogram (+)

infiltrat peribronchial (+), susp.

bronchitis, dd- bronchiolitis

oligemia perifer.

Corakan bronchovasculer kasar,

3 x 1 p.o. 1x √ √ √ √

Besar cor: dalam batas normal.

Infus KAEN 3B + Aminofilin 2 cc

Infus D5% + Aminofilin 2 cc

4 x 1 p.o. 3x √ 3x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 8 94

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 10-Jul 12-Jul 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul

Nama: SL Anamnese Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas, batuk, Hct (%) 45,0 - 67,0 30,0 34,2 27,0 25,0 23,0 24,0 25,0 21 Juli 2007

No. RM: mencret, kejang. Neb. Ventolin 2 x 1 AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 11,40

01902742 AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 77,0 62,0 49,0 90,0 68,0 128,0 185,0 D. keluar:

Calcium (mmol/L) 2,02 - 2,60 1,97 -

Jenis SGOT (AST) (U/I) 0,0 - 37,0 116,0

kelamin: SGPT (ALT) (U/I) 0,0 - 41,0 130,8

Perempuan Anti Dengue IgG neg

Anti Dengue IgM pos

Umur: Anti CMV IgG 14,9 (AU/mL) pos

0th 4bl 27hr D. utama: Anti CMV IgM 0,500 (AU/mL) neg

Bronkitis, GEA Tanda Vital Suhu (ºC) 38,2 37,8 38,8 38,2 38,8 38,5 38 37,8 37,7 37,5 37,3 36

BB: 5,6 kg dehidrasi, DHF, Suhu (ºC) : 38,2 Nafas (x/menit) 28 34 28 24 30 30 34 34 30 32 26 28

kejang. Nafas (x/menit) : 60 Nadi (x/menit) 128 128 128 124 128 136 132 132 124 132 120 128

Tgl masuk: D. sekunder: Nadi (x/menit) : - Nama Obat Dosis & Cara Obat yang

10 Juli 2007 - Radiologi 10 Juli 2007 Pemberian 10-Jul 11-Jul 12-Jul 13-Jul 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul dibawa pulang

pk 13:14 Jenis px: Abdomen 3 posisi CTM 0,5 mg +Mep-

tin 5 mg + DMP 2mg

Dokter: Hasil foto: Pamol 83,3 mg 3 x 1 p.o. 1x √ 1x √ √ √ √ √ √ 1x

A / F Ada distensi usus, tidak ada Luminal 10 mg 3 x 1 p.o. 1x √ 1x √ √ √

airfluid level, tidak ada udara Dilantin 7,5 mg 3 x 1 p.o. 1x √

bebasa, tak tampak penebalan KCL 100 mg 3 x 1 p.o. 1x √ √ √ stop

dinding usus, properitoneal-fat Curliv plus (di kmr) 2 x 1/2 cth p.o. √

tak tampak, cavum pelvis Cefspan 20 mg 2 x 1 p.o. √ √

mengabur. Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x √ √ 2x 2x √ 2x 1x

Ceftum 2 x 150 mg √ √ √ √ 1x 1x √ 1x stop

Kesan: Meylon 7,5 cc √

Curiga peritonitis Plasma 100 cc √ √ √

700 550 850 920 960 850 700 700 700 500 400 stop

Infus KAEN 1B + Adona 75 mg

1x √ √ -√ √

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o.

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

11-Jul 13-Jul

Perawatan di Bangsal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 9 95

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian Gol. Darah: A 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul

Nama: GN Anamnese Neb. Ventolin Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk, demam Hb 12,00 - 18,00 10,90 31 Juli 2007

No. RM: t = 39,2ºC Hct (%) 36,0 - 49,0 34,5 31,4

01903450 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 6,97 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 238,0 225,0 sembuh

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,35

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 1,6

Laki-laki Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,6

Segmen (%) 25,0 - 70,0 53,0

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 35,9

6th 9bl 8hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 8,9

Bronkitis akut

BB: 16 kg

Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital

28 Juli 2007 - Suhu (ºC) : 37,5 Suhu (ºC) 39,6 37 36,6 37,2

pk 00:35 Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 22 22 20 24

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 124 124 120 112

Dokter: D Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul dibawa pulang

Pamol 125 mg

Luminal 15 mg

Profilas 0,5 mg

Pronicy 1 mg

Meptin sirup 2 x 1 cth p.o. 3x √ √

Xylo-Della 0,5 : 0,5 cc i.m. √

1100 1400 stop

√ √

Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o.

Nama Obat

1 x 1 p.o.

√ √ √ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama Obat

Infus KAEN 3B + Neurobion II amp

Perawatan di Bangsal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 10 96

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 4-Jul 5-Jul 6-Jul

Nama: EA Anamnese Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Tiga hari batuk, Hb 12,00 - 18,00 10,60 6 Juli 2007

No. RM: sejak kemarin Neb. Ventolin Hct (%) 36,0 - 49,0 33,6

00553017 panas dan seseg AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 6,24 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 354,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,40

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,6

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,5

Segmen (%) 25,0 - 70,0 61,0

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 23,2

3th 2bl 23hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 14,7

Bronkitis Tanda Vital Tanda Vital

BB: 12 kg asmatis Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 37 36 36

Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 20 24 20

Tgl masuk: D. sekunder: Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 124 120 116

4 Juli 2007 - Dosis & Cara Obat yang

pk 15:31 Pemberian 4-Jul 5-Jul 6-Jul dibawa pulang

PDAK 3 x 1 p.o. √ √ √

Dokter: B Thymi sirup cs. 3 x 1 cth p.o. √ √ √ √

Aminofilin 30 mg

Meptin 10 mcg

Metronidazol 150 mg

Cotrimoxazol 150 mg

Tanalbin 150 mg

Ketokonazol 1 x 1 p.o. √ √ √

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. IGD √ 2x

Infus KAEN 3B 16-20 tts/mnt 700 1200

Nama ObatTanggal Pemberian

3 x 1 p.o. √

3 x 1 p.o. √ √

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 11 97

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul

Nama: AO Anamnese Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk, demam Hb (gr%) 12,00 - 18,00 10,50 26 Juli 2007

No. RM: Neb. Ventolin Hct (%) 36,0 - 49,0 32,5

00986593 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 14,16 D. keluar:

O2 1 L/menit AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 644,0 sembuh

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,43

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,7

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,6

Segmen (%) 25,0 - 70,0 75,5

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 18,2

1th 9bl 6hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 5,0

Bronkitis Tanda Vital Tanda Vital

BB: 10 kg Suhu (ºC) : 37,8 Suhu (ºC) 36,5 - 37,5 38 38 37,2 37,2 37,2

Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 24 24 26 24 24

Tgl masuk: D. sekunder: Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 60 - 100 124 128 124 124 124

22Juli 2007 - Dosis & Cara Obat yang

pk 03:04 Pemberian 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul dibawa pulang

Pamol 100 mg

Dokter: D Luminal 10 mg

Profilas 0,25 mg

Pronicy 0,5 mg

Curvit CL 1 x 1 cth p.o. √ √ √ √

Sefotaksim 2 x 250 mg i.v. √ √

Sefotaksim 2 x 500 mg i.v. √

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. 2x √ 2x 1x

Nebulizer Ventolin 2 x 1 P/S S P/S P/S P/S

Infus KAEN 3B + 3 cc aminofilin 1400 950

Infus KAEN 3B + Neurobion II 1450 stop

1 x 1 p.o. √√√

√3 x 1 p.o.

Nama Obat

1x√ √√ 2x

Tanggal Pemberian

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 12 98

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian Gol. Darah: A 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug

Nama: AA Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk berulang, Hb 12,00 - 18,00 12,70 3 Agustus '07

No. RM: takipneu Hct (%) 36,0 - 49,0 40,2

00571939 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 8,93 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 232,0 sembuh

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,80

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,1

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,4

Segmen (%) 25,0 - 70,0 78,2

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 14,9

4th 5bl 21hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 6,4

Bronkitis LED 1 jam (mm) 3,0 - 14,0 60,0

BB: 15 kg LED 2 jam (mm) - 101,0

Eos total (/mmk) 40 - 440 10

Tgl masuk: D. sekunder: LED 2 jam (mm) 0,0 - 138,0 18,2

31 Juli 2007 - Tanda Vital Tanda Vital

pk 16:38 Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 36,5 36,5 36,9 36

Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 16 - 24 24 25 22 24

Dokter: D Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 120 120 120 120

Radiologi 31 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Jenis px: Thorax AP Pemberian 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug dibawa pulang

Pamol 150 mg

Kesan: Luminal 15 mg

Radiologis suspected primer Profilas 0,5 mg

TB. Besar cor: normal. Pronicy 1 mg

Meptin sirup 2 x 1 cth p.o. 3x 3x

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x √ stop

Nebulizer Ventolin 2x/hari P/S S P/S P/S

700 1000 stop

Nama ObatTanggal Pemberian

3 x 1 p.o. √ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

1 x 1 p.o. √ √ √ √ √

Infus KAEN 3B + Aminofilin 3 cc

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 13 99

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 3-Jul 4-Jul 5-Jul 6-Jul 7-Jul 8-Jul 9-Jul

Nama: AH Anamnese Neb. Ventolin 2 x /hari Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk, sesak Hb 14,50 - 22,50 10,90 10,70 9 Juli 2007

No. RM: napas, takipneu Kalmethason Hct (%) 45,0 - 67,0 35,5 33,8

01902465 AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 5,32 5,28 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 132,0 595,0 sembuh

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,00 - 8,60 3,87 3,89

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 3,0 1,3 0,8

Laki-laki Basofil (%) 0,0 - 4,0 1,5 0,9

Segmen (%) 45,0 - 75,0 29,7 37,8

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 55,0 59,8 48,9

0th 2bl 5hr D. utama: Monosit (%) 3,0 - 16,0 7,7 11,6

Aspirasi FECES RUTIN negBB: 6,3 kg pneumonia

Tanda Vital Tanda Vital

Tgl masuk: D. sekunder: Suhu (ºC) : 37 Suhu (ºC) 37 37,5 38,2 37,4 36,8 36,9 36

3 Juli 2007 ISPA Nafas (x/menit) : cepat Nafas (x/menit) 24 32 78 32 36 28 24

pk 20:50 Asmatis Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 130 136 140 120 130 132 128

Radiologi 3 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Dokter: D Jenis px: Thorax Pemberian 3-Jul 4-Jul 5-Jul 6-Jul 7-Jul 8-Jul 9-Jul dibawa pulang

Pamol 75 mg

Pemeriksaan: Luminal 10 mg

Mercotin 2 x 1 tetes p.o. √

Claforan 3 x 150 mg i.v. 1x 2x √ √ 2x 1x

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x 2x √ √ 2x 1x

Nebulizer Ventolin P/S IGD - P P/S P/S P

Flexotid 1/2 ap malam √ √

250 1100 1100 1100 stop

Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

Radiologis bronchopneumonia

dupleks, perihiler dan

paracardial. Sinus dan

diaphragma normal.

Cor dalam batas normal.

-

Infus KAEN 3B + 2 cc aminofilin

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

1x √

Riwayat Terapi

Nama Obat

Nama Obat

3 x 1 p.o. √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 14 100

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul

Nama: CA Anamnese Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Tgl keluar:

Batuk, demam PRODIA 21 Juli 2007

No. RM: tinggi, takipneu Neb. Ventolin I Hb (g/dL) 11,5 - 13,5 10,50

01903027 Flexotide I Hct (%) 34 - 40 30,0 D. keluar:

AL (ribu/µL) 6,0 - 17,0 18,1 sembuh

Jenis O2 2 L/menit AT (ribu/µL) 150 - 450 408,00

kelamin: Eritrosit (10^6/mL) 3,9 - 5,3 3,84

Perempuan Neutrofil (%) 50 - 70 91,40

Eos.Absolut (ribu/µL) 0,045 - 0,44 0,006

Umur: Tanda Vital Tanda Vital

5th 1bl 17hr D. utama: Suhu (ºC) : 36,8 Suhu (ºC) 44 40 36,8 36,7 36,7

Bronkopneumo- Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 22 25 22 24 20BB: 14 kg nia Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 120 126 124 124 116

Radiologi 17 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Tgl masuk: D. sekunder: Jenis px: Thorax AP Pemberian 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul dibawa pulang

17 Juli 2007 - Pamol 150 mg

pk 10:57 Kesan: Luminal 15 mg

Radiologis gamb. Broncho- Profilas 0,5 mg

Dokter: D pneumonia dextra dengan Pronicy 1 mg

pemadatan ringan kel. hilus Lacto B 3 x 1 p.o.

(post primer TB?); Meptin 2 x 1 cth p.o. √ √ √

Besar cor: normal. Imboost 3 x 1 cth p.o. √ √ √

Yefamox 3x250 mg p.o. √ √

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 2x 2x 2x 1x stop

Cefotaxim 3 x 250 mg i.v. 2x 2x 2x

Nebulizer Ventolin 2x /hari 1x √ √

Xylo-Della 3 : 3 strip i.m. √ √

O2 2 L/menit √

1200 1100 1550 1550 stopInfus KAEN 3B + aminofilin 2 cc

√ √ √

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o. 2x √ √

2 x /hari

1 x 1 p.o. √

Nama Obat

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nilai Normal

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 15 101

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul

Nama: SA Anamnese Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk beberapa Hb (gr%) 12,00 - 18,00 11,40 26 Juli 2007

No. RM: hari, setelah Neb. Ventolin I 2 x /hari Hct (%) 36,0 - 49,0 34,5

00978482 tersedak bersin Flexotide I AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 18,34 D. keluar:

sesak nafas Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 3,91 sembuh

Jenis Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,2

kelamin: Segmen (%) 25,0 - 70,0 85,2

Laki-laki Limfosit (%) 20,0 - 85,0 10,7

LED 1 jam (menit) 1,0 - 10,0 52,0

Umur: LED 2 jam (menit) - 96,0

1th 6bl 8hr D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

Bronkitis Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 39,8 38,6 38,2 38,9 38,2 37,6 37,2 37,7 37,2

BB: 9,3 kg asmatis Nafas (x/menit) : 28-30 Nafas (x/menit) 32 32 32 28 30 30 30 21 24

CP Nadi (x/menit) : 120 Nadi (x/menit) 124 130 136 132 128 128 128 124 126

Tgl masuk: D. sekunder: Dosis & Cara Obat yang

18Juli 2007 - Pemberian 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul dibawa pulang

pk 00:57 PDAK 3 x 1 p.o. 2x √ √ 2x √ √ √ 1x -

Aminofilin 3 x 1 KP p.o.

Dokter: B Trileptal 2 x 1 p.o. √ 3x √ √ √ √ - √ 3x

Diphantoin 15 mg

Luminal 15 mg

Karbamazepin 25 mg 3 x 1 p.o. 2x √ √ √ √ √ √ √ √

Xepadergin 0,2 mg 3 x 1 p.o. 2x √ √ √ √ √ √ √ √

Rivotril 0,1 mg 3 x 1 p.o. 2x √ √ √ √ √ √ √ √

Cefotaxim 200mg 2 x 1 p.o. √ √ √ 1x √ √ 1x stop

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. 1x √ 2x 1x √ 2x 2x stop

Xylo-Della 1/4 : 1/4 cc i.m. 2x

Nebulizer Flexotide I 2 x / hari P/S P P/S S P/S S P

Interhistin 8,3 mg

Profilas 0,2 mg

Bricasma 0,4 mg

Kodein 25 mg

Cloracef 75 mg 3 x 1 p.o. √ √ √ √ √

Streptomisin 100 mg 1 x 1 i.v. √ √ √ √ √ √

Spiradan 150 mg 3 x 1 p.o. √ √ √

Nama ObatTanggal Pemberian

3 x 1 p.o. 2x √ √ √ √ √ √

√2x

√ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

3 x 1 p.o. √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 16 102

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul

Nama: Sln Anamnese Pamol 1/6 Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas, mencret Luminal 10 mg Hb (gr%) 14,50 - 22,50 9,80 8,60 27 Juli 2007

No. RM: Hct (%) 45,0 - 67,0 32,2 26,0

01902742 AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 13,74 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 276,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,00 - 8,60 4,28

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 3,0 0,4

Perempuan Monosit (%) 3,0 - 16,0 5,7

SGOT (AST) (U/I) 0,0 - 37,0 60,0

Umur: SGPT (ALT) (U/I) 0,0 - 41,0 45,4

0th 5bl 7hr D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

Bronkitis Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 36,5 - 37,5 39,5 38,2 38,2 36,2 37 36,6 36,6

BB: 4,7 kg GEA Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 16 - 24 40 42 34 36 26 25 24

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 60 - 100 132 136 120 132 132 128 128

Tgl masuk: D. sekunder: Radiologi 10 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

21 Juli 2007 - Pemberian 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul dibawa pulang

pk 20:19 Pamol 75 mg

Luminal 5 mg

Dokter: Profilas 0,2 mg

A Histrin 1/10 tb

Meptin 4 mcg

Mucopec 2 mg

Lacto B 1 x 1 p.o. √ √ √ √ √ √ √

tervisualisasi gamb. Invaginasi. Bactricid 2 x 1/2 cth p.o. √ √ √

Tak tampak distensi lumen Maltiron sirup 1 x 1/2 cth p.o. √ √ √

Mikasin inj. 2 x 37,5 mg i.v. 1x √ √ √ 250mg 1x

Xylo-Della 2 strip i.m. 1x

Nebulizer Combivent 1/2 amp P/S S P/S P/S

Saran: follow up Infus KAEN 1B 900 1100 1000 1100

Hasil:

ekstrim.

Eksplorasi abdomen: struktur

intestinal peristaltik usus

meningkat. Tampak kontur

usus sebagian dengan fekal

materia, sebagian cairan. Tak

2 x 1 p.o.

Jenis px: USG Abdomen

proksimal yang prominen/

2 x 1 p.o. 1x 1x √ √ √

Nama Obat

3 x 1 p.o. √ √ √ √

√ √

Tanggal Pemberian

√ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 17 103

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 8-Jul 9-Jul 10-Jul 11-Jul 12-Jul

Nama: AD Anamnese Xylo-Della 3 : 3 strip i.m. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk + demam Hb 12,00 - 18,00 13,00 14,4 12 Juli 2007

No. RM: tinggi Hct (%) 36,0 - 49,0 39,7 42,2 39,0

00577230 AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 4,67 19,63 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 192,0 85,0 140,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,97

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,4

Laki-laki Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,4

Segmen (%) 25,0 - 70,0 48,1

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 30,8

1th 6bl 26hr D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 20,3

Bronkitis Eosinofil tot (L/mmk) 40 - 440 30BB: 12 kg IgE total (IU/mmk) 0,0 - 138,0 14,4

Tanda Vital Tanda Vital

Tgl masuk: D. sekunder: Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 38,8 38 36,5 36,5 36,2

8 Juli 2007 - Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 28 26 24 24 24

pk 18:16 Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 132 124 124 128 124

Radiologi 9 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Dokter: D Jenis px: Thorax AP Pemberian 8-Jul 9-Jul 10-Jul 11-Jul 12-Jul dibawa pulang

Pamol 125 mg

Luminal 15 mg

Profilas 0,25 mg

Pronicy 0,5 mg

Mercotin drop 2 x 2 tts 1x √ √ √

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x √ 1x

Xylo-Della 1/4 : 1/4 i.m. 1x

Nebulizer Ventolin P/S P/S P

Infus KAEN 3B 1000 750 1350 stop

Pemeriksaan

Besar cor: dbn.

Radiologis gamb. Bronchitis,

adanya PKTB belum bisa

Nama Obat

dikesampingkan.

√ √

Nama ObatTanggal Pemberian

Kesan:√3 x 1 p.o. √

√ √

1 x 1 p.o. √

Tanggal Pemeriksaan

Perawatan di BangsalRiwayat Terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 18 104

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul

Nama: LF Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk, demam Hb 12,00 - 18,00 11,80 31 Juli 2007

No. RM: tinggi t = 38ºC, Hct (%) 36,0 - 49,0 38,0

00616653 sesak nafas AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 16,29 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 329,0 sembuh

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,10 - 5,30 4,27

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 2,1

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,4

Segmen (%) 25,0 - 70,0 76,9

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 85,0 15,3

2th D. utama: Monosit (%) 0,0 - 9,0 5,3

Bronkiolitis Tanda Vital Tanda Vital

BB: 9,6 kg Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 37,6 38 37,2 36,6 36

Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 20 26 20 24 24

Tgl masuk: D. sekunder: Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 120 128 124 124 120

27 Juli 2007 - Radiologi 28 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

pk 10:47 Jenis px: Thorax Pemberian 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul dibawa pulang

Pamol 100 mg

Dokter: D Ro: Luminal 10 mg

Corakan bronchovasculer kasar, Profilas 0,5 mg

dengan air bronchogram Pronicy 0,8 mg

minimal, susp. bronchitis, Mercotin drop 2 x 2 tts p.o. √ √ √

hiperlusen.

dd - bronchiolitis Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. 1x √ √ 1x

Lnn hilus tidak tampak Sefotaksim 3 x 150 mg i.v. 2x √ 1x

prominen. Nebulizer Ventolin 2x / hari P/S P/S P P P P

Besar cor: dalam batas normal.

Infus KAEN 3B + aminofilin 2cc

Infus RL + aminofilin 2 cc 1000 5001600 1400

√ √ √ √

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama Obat

Nama Obat

Tanggal Pemeriksaan

√ √3 x 1 p.o.

1 x 1 p.o. √

1x √

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 19 105

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 5-Jul 6-Jul 7-Jul

Nama: RB Anamnese Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas 2 hari, Xylo-Della 3 strip i.m. Hb 14,50 - 22,50 11,00 7 Juli 2007

No. RM: kejang 5 menit, Hct (%) 45,0 - 67,0 33,7

00996348 batuk, pilek 3 AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 27,11 D. keluar:

hari. Riwayat AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 297,0 -

Jenis kejang subyek - Eritrosit (juta/mmk) 4,00 - 8,60 3,98

kelamin: Riwayat kejang Eosinofil (%) 0,0 - 3,0 0,0

Laki-laki pada keluarga + Basofil (%) 0,0 - 4,0 0,0

(ayahnya) Segmen (%) 45,0 - 75,0 48,0

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 55,0 50,0

1th 3bl D. utama: Monosit (%) 3,0 - 16,0 20,0

Kejang demam

BB: 11 kg

Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital

5 Juli 2007 ISPA Suhu (ºC) : 40 Suhu (ºC) 40 36 36,4

pk 23:30 Asmatis Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 20 24 22

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 128 127 124

Dokter: A Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 5-Jul 6-Jul 7-Jul dibawa pulang

Pamol 166,7 mg

Luminal 15 mg

Clavamox sirup 3 x 1 cth p.o. √

Dilantin 3 x 15 mg p.o. √

Ventolin exp. 3 x 3/4 cth p.o. √ √

Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. IGD 2x 1x

Infus KAEN 3B 700 1200

Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

-

Nama Obat

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

2x √3 x 1 p.o. 1x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 20 106

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 7-Jul 8-Jul 9-Jul 10-Jul 11-Jul

Nama: Eap Anamnese Neb. Ventolin I Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas, batuk, Flexotide I Hb 12,00 - 18,00 12,40 11 Juli 2007

No. RM: seseg Hct (%) 36,0 - 49,0 36,0

00553017 O2 2 L/menit AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 10,20 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 425,0 sembuh

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,0

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,0

Perempuan Segmen (%) 25,0 - 70,0 59,0

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 32,0

Umur: Monosit (%) 0,0 - 9,0 9,0

3th 2bl 23hr D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

Bronkitis Suhu (ºC) : - Suhu (ºC) 37,6 37,4 37 36,4 36

BB: 12 kg asmatis Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 22 20 24 22 24

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 124 124 122 124 128

Tgl masuk: D. sekunder: Radiologi 10 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

4 Juli 2007 - Jenis px: Thorax Pemberian 7-Jul 8-Jul 9-Jul 10-Jul 11-Jul dibawa pulang

pk 15:31 Thorax: bronchitis asthmatis Pamol 166,7

Luminal 15 mg

Dokter: A PDAK 3 x 1 p.o. √ √ √ √ √

Aminophilin 30 mg

Meptin 10 mcg

Thymi sirup

Interhistin

Profilas

Bricasma

Dulcolax suppo √

Sefotaksim 2 x 250 mg i.v. 1x 1x √ 1x

Infus KAEN 3B 1250 1750 1500 1400

Pemeriksaan

prominen. Besar cor; dalam

Lnn hilus tidak tampak

2 x /hari

3 x 1 cth p.o. 2x

3 x 1 p.o.minimal, oligemia perifer. Tak

tampak perselubungan infiltrat.

√ √ √ √

batas normal.

Corakan bronchovasculer kasar,

dengan air bronchogram

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

Ro:3 x 1 p.o.

Nama ObatTanggal Pemberian

1x stop

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 21 107

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 12-Jul 13-Jul 14-Jul

Nama: RC Anamnese Neb. Ventolin 1 amp Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Batuk ber- Hb 12,00 - 18,00 9,00 15 Juli 2007

No. RM: minggu-minggu, Hct (%) 36,0 - 49,0 28,0

00615603 demam, 3 hari AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 11,80 D. keluar:

mencret, muntah. AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 175,0 perbaikan

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,0

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 0,0

Perempuan Segmen (%) 25,0 - 70,0 32,0

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 66,0

Umur: Monosit (%) 0,0 - 9,0 2,0

8bl D. utama:

Bronkitis akut Faeces Rutin neg

BB: 8,5 kg Tanda Vital Tanda Vital

Suhu (ºC) : 37,8 Suhu (ºC) 37,8 37 36,4

Tgl masuk: D. sekunder: Nafas (x/menit) : 16 Nafas (x/menit) 16 24 20

13 Juli 2007 - Nadi (x/menit) : 110 Nadi (x/menit) 110 124 128

pk 11:19 Radiologi 13 Juli 2007 Dosis & Cara Obat yang

Jenis px: Thorax Pemberian 11-Jul 12-Jul 13-Jul dibawa pulang

Dokter: D Pamol 83,3 mg

Luminal 10 mg

Profilas 0,25 mg

Pronicy 0,7 mg

Mercotin drop 2 x 1 tts p.o. √ √ √

Lacto B 2 x 1 p.o. √ √ √ √

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. √ 2x

Infus KAEN 3B 1000

Aminofilin 2 cc

1 x 1 p.o √ √ √Corakan bronchovasculer kasar,

dengan air bronchogram (+),

Riwayat Terapi

PemeriksaanNama Obat

1200

susp. bronchitis. Lnn hilus

tidak tampak prominen.

Besar cor: dbn.

2xRo:

3 x 1 p.o. 2x √

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 22 108

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian Gol. Darah: A 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul

Nama: EB Anamnese Xylo-Della 1/4 : 1/4 i.m. Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Demam, kejang, Dilantihn inj. 30 mg i.v. Hb 12,00 - 18,00 11,90 17 Juli 2007

No. RM: riwayat keluarga: Kalmethason 3 x 0,5 cc i.v. Hct (%) 36,0 - 49,0 39,8 35,0

01902900 kakak kandung + AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 8,87 D. keluar:

Stesolid rectal 5 mg AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 228,0 230,0 -

Jenis Eosinofil (%) 0,0 - 8,0 0,2

kelamin: Basofil (%) 0,0 - 0,1 1,0

Perempuan Segmen (%) 25,0 - 70,0 55,3

Limfosit (%) 20,0 - 85,0 34,6

Umur: Monosit (%) 0,0 - 9,0 8,9

1th 4bl 16hr D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

Faringitis akut Suhu (ºC) : 39,4 Suhu (ºC) 39,5 36,7 37 37

BB: 10,4 kg Nafas (x/menit) : - Nafas (x/menit) 22 24 20 20

Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 128 128 124 120

Tgl masuk: D. sekunder: Dosis & Cara Obat yang

14 Juli 2007 - Pemberian 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul dibawa pulang

pk 09:28 Pamol 125 mg

Luminal 15 mg

Dokter: C Curmunos 2 x 1 cth p.o. √ √

Dilantin 2 x 20 mg p.o. 1x √ √

Dilantin 2 x 20 mg i.v. 1x √ 1x p.o.

Fortum 2 x 250 mg i.v. √ √

Kalmethason 3 x 0,5 cc 1x 2x 2x 1x

1600 1600 1200

Tanggal Pemeriksaan

Nama ObatTanggal Pemberian

Pemeriksaan

Riwayat Terapi

Nama Obat

Perawatan di Bangsal

Infus KAEN 3B + B1 1amp

3 x 1 p.o. √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 23 109

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 1-Aug 2-Aug 3-Aug 4-Aug 5-Aug

Nama: FL Anamnese Neb. Ventolin Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Demam , batuk, Hb 12,00 - 18,00 13,30 5 Agustus '07

No. RM: pilek, sesak Hct (%) 36,0 - 49,0 41,3

01903633 nafas AL (ribu/mmk) 4,10 - 13,00 6,85 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 242,0 -

Jenis Basofil (%) 0,0 - 0,1 2,9

kelamin: Monosit (%) 0,0 - 9,0 14,7

Laki-laki LED 1 jam (mm) 1,0 - 10,0 35,0

LED 2 jam (mm) - 75,0

Umur: D. utama: Tanda Vital Tanda Vital

2th 6bl 13hr - Suhu (ºC) : 38,5 Suhu (ºC) 38,5 39 37,8 37,3 36,6

Nafas (x/menit) : 20 Nafas (x/menit) 16 - 24 24 23 24 26 26BB: 9 kg Nadi (x/menit) : 100 Nadi (x/menit) 124 124 120 124 128

D. sekunder: Dosis & Cara Obat yang

Tgl masuk: - Jenis px: Thorax Pemberian 1-Aug 2-Aug 3-Aug 4-Aug 5-Aug dibawa pulang

1 Agustus 07 Pamol 1/5

pk 22:27 Hasil Pemeriksaan: Luminal 10 mg

Profilas 0,25 mg

Dokter: C Pronicy 0,5 mg

Medixon 0,8 mg

Homoclomin 1,7 mg √

Ventolin exp. Sirup 3 x 1 cth 1x √ √ √

Mycostatin drop 4 x 0,2 cc p.o. √ √

Kalmethason 3 x 0,3 cc i.v. 1x 2x 2x 2x

Cefotaxim 2 x 200 mg i.v. 1x √ √ 1x

Combivent P/S P/S P/S P/S P

Dulcolax suppo. I √

700 1000 1400

√dan paracardial. Pembesaran

Peribronchial infiltrat perihiler1 x 1 p.o. 1x

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Nama ObatTanggal Pemeriksaan

Nama ObatRadiologi 1 Agustus 2007

configurasi normal.

Kesan:

Lnn hilus. Cor tak membesar,3 x 1 p.o. 1x √ √

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o. 1x √ √ √

Bronchopneumonia duplex

Infus KAEN 3B + Aminofilin 3 cc1100

Infus D5% + Aminofilin 2 cc

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 24 110

Data Diri Dosis & Cara

Pemberian 28-Juni 29-Juni 30-Juni 1-Jul 2-Jul 3-Jul 4-Jul 5-Jul

Nama: HN Anamnese Deksametason 3 x 0,3 cc i.v. Hasil Lab

Panas, batuk, Meylon 4 cc i.v. RSUD Sleman 5 Juli 2007

No. RM: sesak nafas, Aminofilin 2 cc / inj. Hb 13,50 - 17,50 10,0

01902239 cor; dbn, pulmo Hct (%) 41,0 - 53,0 29,1 D. keluar:

AL (ribu/mmk) 4,10 - 10,90 14,0 -

Jenis AT (ribu/mmk) 140,0 - 440,0 104,1

kelamin: Eritrosit (juta/mmk) 4,50 - 5,90 3,39

Laki-laki Eosinofil (%) 0,0 - 5,0 0

Basofil (%) 0,0 - 2,0 0

Umur: Segmen (%) 47,0 - 80,0 68

0th 3bl 10hr D. utama: Limfosit (%) 13,00 - 40,00 21

Bronkopneu- Monosit (%) 2,0 - 11,0 11

BB: 4 kg monia Tanda Vital Tanda Vital

Asmatis Suhu (ºC) : 37,5 Suhu (ºC) 37,5 39,1 39,6 38 38,1 37,8 37,5 36,2

Tgl masuk: D. sekunder: Nafas (x/menit) : 60 Nafas (x/menit) 60 40 34 38 36 35 32 30

28 Juni 2007 - Nadi (x/menit) : - Nadi (x/menit) 136 136 140 144 136 138 140 136

pk 18:07 Radiologi Dosis & Cara Obat yang

Pemberian 28-Juni 29-Juni 30-Juni 1-Jul 2-Jul 3-Jul 4-Jul 5-Jul dibawa pulang

Dokter: A Mucopect 2 mg Amoxicillin

Aminofilin 10 mg 3 x 75 mg / XV

Pamol 50 mg 3 x 1 p.o. 2x √ √ 1x √ √ √

Dilantin 7,5 mg 3 x 1 p.o. √ √ √ √ √ √

Cefotaxim 3 x 150 mg i.v. 1x √ √ 2x 2x 2x 2x 2x

Dexametason 3 x 0,3 cc i.v. √ √ 2x 2x 1x 1x

Xylo-Della 1 : 1 strip i.m. √ √

Nebulizer Combiven 2 x 1/2 amp P/S P/S P/S P P stop

1/2 tube

perectal

100 850 650 1100 800 600 900

Perawatan di BangsalRiwayat Terapi

Pemeriksaan

-

√ 2x √ √

Nama Obat

Tanggal Pemeriksaan

3 x 1 p.o. 2x √

Infus KAEN 1B + 2 cc aminofilin

Nilai Normal

Stesolid

Nama ObatTanggal Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

KASUS 25 111

Data Diri Nama Obat Dosis & Cara

Pemberian 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul

Nama: EN Anamnese Hasil Lab Nilai Normal Tgl keluar:

Panas, batuk, Hb (gr%) 14,50 - 22,50 12,00 23 Juli 2007

No. RM: pilek Hct (%) 45,0 - 67,0 36,9

01903119 AL (ribu/mmk) 13,00 - 38,00 10,72 D. keluar:

AT (ribu/mmk) 100,0 - 400,0 426,0 -

Jenis Eritrosit (juta/mmk) 4,00 - 8,60 4,57

kelamin: Eosinofil (%) 0,0 - 3,0 0,5

Perempuan Basofil (%) 0,0 - 4,0 0,7

Segmen (%) 45,0 - 75,0 59,6

Umur: Limfosit (%) 20,0 - 55,0 30,1

0th 10bl 20hr D. utama: Monosit (%) 3,0 - 16,0 9,1

ISPA Tanda Vital Tanda Vital

BB: 7,2 kg GEA Suhu (ºC) : 37,5 Suhu (ºC) 37 38 37,5 36,8 36,2

Nafas (x/menit) : 20 Nafas (x/menit) 24 24 24 24 24

Tgl masuk: D. sekunder: Nadi (x/menit) : 110 Nadi (x/menit) 120 124 124 128 120

19 Juli 2007 - Nama Obat Dosis & Cara Obat yang

pk 19:27 Pemberian 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul dibawa pulang

Eritromisin

Dokter: A Dekstrometorfan

Meptin

Sanmol 3 x 3/4 cth p.o. 1x √

Lacto B 2 x 1 p.o. 1x √ √ √

Infus KAEN 3B 750 1250 1500 stop

Keterangan: √ : sesuai dengan dosis dan cara pemberianP : pagiS : soreM : malam

Tanggal Pemberian

3 x 1 p.o. 1x √ √ 2x

Pemeriksaan

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Tanggal Pemeriksaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

112

LAMPIRAN 4 Ringkasan DRPs yang Ditemukan pada Kasus Pediatri dengan Gangguan

Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007

DRPs: Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)

Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi 2, 3, 4, 9, 11,

12, 13, 16, 17, 18, 22

Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian fenobarbital (pasien tidak kejang).

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

14, 21 Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian

fenobarbital (pasien tidak kejang). Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Siproheptadin Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian siproheptadin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi).

Siproheptadin tidak perlu diberikan.

10, 20 Adona Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian adona

(pasien tidak mengalami perdarahan). Adona tidak perlu diberikan.

Vitamin K Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian vitamin K (pasien tidak mengalami perdarahan).

Vitamin K tidak perlu diberikan.

5 Homoklorsiklizin Tidak ada indikasi untuk pemakaian homoklorsiklizin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi).

Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan.

6

Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian fenobarbital (pasien tidak kejang).

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Metilprednisolon Pasien mendapatkan metilprednisolon per oral (p.o.) dan deksametason intravena (i.v.) yang memiliki efek terapi yang sama.

Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan.

7

Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian fenobarbital (pasien tidak kejang).

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Metilprednisolon Pasien mendapatkan metilprednisolon p.o. dan deksametason i.v. yang memiliki efek terapi yang sama.

Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan.

Homoklorsiklizin Tidak ada indikasi untuk pemakaian homoklorsiklizin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi).

Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan.

8 Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian

fenobarbital (pasien tidak kejang). Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Prokaterol HCl Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian prokaterol HCl (pasien tidak mengalami sesak nafas).

Prokaterol HCl tidak perlu diberikan.

15

Adona Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian adona (pasien tidak mengalami perdarahan).

Adona tidak perlu diberikan.

Vitamin K Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian vitamin K (pasien tidak mengalami perdarahan).

Vitamin K tidak perlu diberikan.

Sefaklor Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian sefaklor.

Sefaklor tidak perlu diberikan.

Streptomisin Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian streptomisin.

Streptomisin tidak perlu diberikan.

Spiramisin Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian spiramisin.

Spiramisin tidak perlu diberikan.

19 Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian

fenobarbital (pasien tidak kejang). Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Clavamox® Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian Clavamox®

Clavamox® tidak perlu diberikan.

23

Fenobarbital Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian fenobarbital (pasien tidak kejang).

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Metilprednisolon Pasien mendapatkan metilprednisolon p.o. dan deksametason i.v., yang memiliki efek terapi sama.

Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan.

Nistatin Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian nistatin (pasien tidak terinfeksi fungi)

Nistatin tidak perlu diberikan.

25 Prokaterol HCl Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian prokaterol HCl (pasien tidak mengalami sesak nafas).

Prokaterol HCl tidak perlu diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

113

DRPs: Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi

3, 9, 16, 17, 21

Fenobarbital Parasetamol

Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol.

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

11, 12, 13 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin

Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol dan aminofilin.

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

2, 14, 18 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin Deksametason

Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol, aminofilin, dan deksametason.

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

6, 7, 23 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin Deksametason Salbutamol

Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol, aminofilin, dan deksametason. Selain itu, salbutamol juga dapat mengurangi efek terapi aminofilin.

Fenobarbital tidak perlu diberikan. Selain itu, salbutamol sebaiknya diberikan dengan nebulizer untuk menghindari terjadinya interaksi dengan aminofilin secara i.v.

19, 22 Fenobarbital Parasetamol Deksametason Fenitoin

Fenobarbital dan fenitoin dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Deksametason akan mengurangi kadar fenitoin, dan fenitoin akan meningkatkan serum fenobarbital.

Fenobarbital tidak perlu diberikan. Fenitoin diganti dengan karbamazepin. Interaksi antara karbamazepin dengan parasetamol tetap terjadi, namun kemungkinannya lebih kecil dibanding interaksi fenitoin dengan parasetamol.

4 Fenobarbital Parasetamol Isoniazid Rifampisin

Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Rifampisin akan menurunkan efek terapi parasetamol dan fenobarbital.

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

Interaksi isoniazid dengan rifampisin dan parasetamol mengakibatkan hepatotoksik.

Perlu dilakukan monitoring fungsi hati.

5 Salbutamol Aminofilin

Pemberian salbutamol secara p.o. bersamaan dengan aminofilin secara i.v. dapat menurunkan konsentrasi aminofilin.

Salbutamol sebaiknya diberikan dengan nebulizer, untuk menghindari interaksi dengan aminofilin secara i.v.

8 Fenobarbital Parasetamol Fenitoin Klorfeniramin maleat

Fenobarbital dan fenitoin mengurangi efek terapi parasetamol. Fenitoin meningkatkan konsentrasi fenobarbital. Klorfeniramin maleat dapat meningkatkan kadar fenitoin dalam serum serta meningkatkan efek farmakologi sekaligus efek toksik fenitoin.

Fenobarbital tidak diberikan. Fenitoin diganti karbamazepin 18,7-37,3 mg 3x/hari. Interaksi karbamazepin dengan parasetamol tetap terjadi, namun kemungkinannya lebih kecil dibanding interaksi fenitoin dengan parasetamol.

Deksametason Deksametason memiliki efek samping meningkatkan enzim transaminase. Peningkatan SGPT dan SGOT pasien dapat disebabkan penggunaan deksametason.

Perlu monitoring kadar enzim transaminase dalam darah.

10 Ketokonazol Teofilin

Ketokonazol dapat mengurangi efek farmakologi teofilin.

Ketokonazol tidak perlu diberikan.

15 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin Terbutalin sulfat Karbamazepin

Fenobarbital dan karbamazepin mengurangi efek parasetamol. Fenobarbital mengurangi konsentrasi serum karbamazepin dan aminofilin. Terbutalin sulfat mengurangi konsentrasi aminofilin.

Fenobarbital tidak perlu diberikan.

20 Aminofilin Terbutalin sulfat

Terbutalin sulfat dapat mengurangi konsentrasi aminofilin.

Aminofilin p.o.sebaiknya diganti dengan secara i.v.

24 Fenitoin Parasetamol Deksametason Aminofilin

Fenitoin dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Deksametason dapat mengurangi efek terapi fenitoin. Pemberian fenitoin dan aminofilin secara bersamaan dapat menurunkan efek farmakologi keduanya.

Fenitoin diganti dengan karbamazepin dosis 13,3 -26,67 mg 3x/hari. Interaksi terjadi antara karbamazepin dengan parasetamol dan aminofilin, namun kemungkinannya lebih kecil dibandingkan interaksi antara fenitoin dengan parasetamol dan aminofilin. Interaksi antara karbamazepin dan deksametason tidak terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

114

DRPs: Dosis terlalu rendah (dose too low) Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi

5

Prokaterol HCl Dosis prokaterol yang diberikan 2x12,5 mcg. Dosis seharusnya 25 mcg, 2 kali sehari.

Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 201,6 mg/hari secara i.v. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin yang diberikan 450 mg per hari.

Sefotaksim

Dosis sefotaksim yang diberikan 2x500 mg secara i.v. Interval yang kurang tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat tersebut. Sefalosporin merupakan antibiotika β–laktam yang termasuk kelompok time dependent, sehingga interval pemberiannya harus tepat. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x500 mg) secara i.v.

6 Sefotaksim

Dosis sefotaksim yang diberikan 2x150 mg secara i.v. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent, dimana sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) secara i.v.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 72 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin dinaikkan menjadi 90 mg per hari.

7 Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v.

Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x200 mg) i.v.

Pseudoefedrin Dosis pseudoefedrin yang diberikan 3x3 mg. Dosis seharusnya 4 mg/kgBB/hari, dalam dosis terbagi tiap 6 jam.

Dosis pseudoefedrin dinaikkan menjadi 9 mg, 4 kali sehari.

8 Seftazidim Dosis seftazidim yang diberikan 2x150 mg secara i.v. Dosis

seharusnya 30-50 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam. Seftazidim yang diberikan 168–280 mg, 3 kali sehari.

Fenitoin Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg. Dosis seharusnya 15-20 mg/kgBB, 3 kali sehari.

Dosis fenitoin menjadi 28–37,3 mg, 3 kali sehari.

9

Parasetamol Dosis parasetamol yang diberikan 3x125 mg. Dosis seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam.

Dosis parasetamol yang diberikan 160–240, mg 4xsehari.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 2x1 mg.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x1 mg.

Siproheptadin Dosis siproheptadin yang diberikan 1x1 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Dosis siproheptadin yang diberikan 3x1,3 mg

10

Kotrimoksazol Dosis kotrimoksazol yang diberikan 3x150 mg. Dosis seharusnya 4 mg trimetoprim/kgBB dan 20 mg sulfametoksazol/kgBB.

Dosis kotrimoksazol yang diberikan 2x720 mg.

Prokaterol HCl Dosis prokaterol yang diberikan 3x10 mcg. Dosis seharusnya 1-1,25mcg/kgBB, 2x/hari.

Dosis prokaterol menjadi 12-15 mcg, 2 kali sehari.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 3x30 mg. Dosis seharusnya 6mg/kgBB, 3 kali sehari.

Dosis aminofilin yang diberikan 3x72 mg.

11

Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x250 mg) iv.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg.

Siproheptadin Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Dosis siproheptadin yang diberikan 3x0,8 mg

12

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 144 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin yang diberikan 225 mg per hari.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 1 mg 2 kali sehari.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x1 mg.

Siproheptadin Dosis siproheptadin yang diberikan 1x1 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Dosis siproheptadin yang diberikan 3x1,25 mg

13 Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v.

Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) i.v.

Noscapin Noscapin yang diberikan 2x1 tetes. Noscapin yang seharusnya diberikan sebanyak 2 tetes, 3-4 kali sehari.

Dosis noscapin yang diberikan 2 tetes, 3-4 kali sehari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

115

Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi

14

Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 3x250 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x250 mg) i.v.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 148,8 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin yang diberikan 210 mg sehari.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 1 mg 2 kali sehari.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x1 mg.

15

Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x200 mg) i.v.

Fenobarbital Dosis fenobarbital yang diberikan 3x15 mg. Dosis seharusnya 2 mg/kgBB, 3 kali sehari.

Dosis fenobarbital yang diberikan 3x18,6 mg.

Interhistin Dosis interhistin yang diberikan 3x8,3 mg per hari. Dosis seharusnya 50-100 mg sehari.

Interhistin yang diberikan sebanyak 1-2 tablet sehari.

16 Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,2 mg per hari. Dosis

seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg.

Prokaterol HCl Dosis prokaterol yang diberikan 2x4 mcg. Dosis seharusnya 1-1,25mcg/kgBB, 2x/hari.

Dosis prokaterol menjadi 4,7-5,9 mcg, 2 kali sehari.

17 Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis

seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg.

Siproheptadin Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Dosis siproheptadin yang diberikan 3x1 mg

18 Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v.

Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) i.v.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 134,4 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin yang diberikan 144 mg sehari.

19 Fenitoin Dosis fenitoin yang diberikan 3x15 mg. Dosis seharusnya 15-20 mg/kgBB, 3 kali sehari.

Dosis fenitoin menjadi 55-73,3 mg, 3 kali sehari.

20 Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x250 mg) i.v.

21

Parasetamol Dosis parasetamol yang diberikan 3x83,3 mg. Dosis seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam.

Dosis parasetamol yang diberikan 85-127,5 mg 4xsehari.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg per hari. Dosis seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg.

Noscapin Noscapin yang diberikan 2x1 tetes. Noscapin yang seharusnya diberikan sebanyak 2 tetes, 3-4 kali sehari.

Dosis noscapin yang diberikan 2 tetes, 3-4 kali sehari.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 115,2 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin yang diberikan 127,5 mg sehari.

22

Seftazidim Dosis seftazidim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Seftazidim diberikan 4 kali sehari (4x250 mg) i.v.

Fenitoin

Dosis fenitoin i.v. yang diberikan 2x20 mg, dan fenitoin p.o. yang diberikan 3x20 mg. Dosis fenitoin i.v. yang seharusnya diberikan 15-20 mg/kgBB dalam 3 dosis terbagi, sedangkan dosis fenitoin p.o. 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi.

Dosis fenitoin i.v. yang diberikan 52-69,3 mg 3x/hari, dan fenitoin p.o. yang diberikan 26 mg, 2x/hari.

23

Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x200 mg) i.v.

Ketotifen Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari.

Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg.

Siproheptadin Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Dosis siproheptadin yang diberikan 3x0,75 mg.

24 Sefotaksim Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari.

Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) i.v.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

116

DRPs: Dosis terlalu tinggi (dose too high) Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi

1 Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 208,8 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin menjadi 165 mg/hari.

2 Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 216 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin menjadi 210 mg/hari.

3 Adona Adona yang diberikan 75 mg dalam 1 flabot larutan infus, melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 5,4-21,4 mg dalam 1 flabot larutan infus.

Adona menjadi 5,4-21,4 mg dalam 1 flabot larutan infus.

4 Clavamox® Clavamox® yang diberikan sebanyak 1 sendok teh, 3 kali

sehari (3x5 ml), melebihi dosis terapi. Clavamox® menjadi 0,5 sdt 3x/hari (3x2,5 ml).

Isoniazid Dosis isonoazid yang diberikan 1x100 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 5-10 mg/kgBB/hari.

Dosis isoniazid menjadi 40-80 mg/hari.

5 Metilprednisolon Metilprednisolon diberikan secara i.v. dan p.o. bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian berbeda dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah.

Metilprednisolon secara p.o. tidak perlu diberikan.

6 Ambroxol Dosis ambroxol yang diberikan 3x5 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 2,6 mg 3 kali sehari.

Dosis ambroxol menjadi 3x2,6 mg.

7 Ambroxol Dosis ambroxol yang diberikan 3x6 mg melebihi dosis terapi.

Dosis seharusnya 3,9 mg 3 kali sehari. Dosis ambroxol menjadi 3,9 mg 3 kali sehari.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 144 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin menjadi 135 mg/hari.

8 Deksametason Dosis deksametason yang diberikan 3x2,5 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 0,5-1 mg/kgBB/hari, tiap 6-8 jam.

Dosis deksametason 0,9-1,9 mg 3x/hari.

9 Neurobion Neurobion yang diberikan sebanyak 2 ampul, melebihi dosis terapi. Neurobion yang seharusnya diberikan 1 ampul/hari.

Neurobion yang diberikan 1 ampul/hari.

10

Metronidazol Dosis metronidazol yang diberikan 3x150 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15-35 mg/kgBB/hari, 3 kali sehari.

Dosis metronidazol 60-140 mg, 3x/hari.

Deksametason Deksametason diberikan secara i.v. dan p.o. bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian berbeda dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah.

Deksametason secara p.o. tidak perlu diberikan.

11 Neurobion Neurobion yang diberikan sebanyak 2 ampul, melebihi dosis

terapi. Neurobion yang seharusnya diberikan 1 ampul/hari. Neurobion yang diberikan 1 ampul/hari.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 72 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin menjadi 150 mg sehari.

12 Prokaterol HCl Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 1-1,25mcg/kgBB, 2 kali sehari.

Dosis prokaterol 15-18,75 mcg 2x/hari.

13 Deksametason Dosis deksametason yang diberikan 3x2,5 mg, melebihi dosis

terapi. Dosis seharusnya 0,5-1 mg/kgBB/hari, tiap 6-8 jam. Dosis deksametason 1,1-2,1 mg 3x/hari.

Aminofilin Dosis aminofilin yang diberikan 105,6 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari.

Dosis aminofilin menjadi 94,5 mg sehari.

14

Amoksisilin trihidrat

Dosis amoksisilin trihidrat yang diberikan 3x250 mg, melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 20-50 mg/kgBB/hari, dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam.

Dosis amoksisilin trihidrat menjadi 93,3-233,3 mg, 3 kali sehari.

Prokaterol HCl Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 1-1,25 mcg/kgBB, 2 kali sehari.

Dosis prokaterol 14-17,5 mcg 2x/hari.

15 Kodein Dosis kodein yang diberikan 3x25 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 1-1,5 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam.

Dosis kodein diturunkan menjadi 3,1-4,7 mg, 3 kali sehari.

16 Parasetamol Dosis parasetamol yang diberikan 3x75 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam.

Dosis parasetamol 47-70,5 mg 3x/hari.

24

Fenitoin Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi.

Dosis fenitoin menjadi 2x10 mg.

Diazepam Diazepam yang diberikan sebanyak 0,5 tube (2,5 mg) melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 0,3-0,5 mg/kgBB.

Dosis diazepam menjadi 1,2-2 mg sehari.

Aminofilin

Pasien mendapatkan aminofilin yang diberikan secara i.v. dan p.o. secara bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah.

Aminofilin secara p.o. tidak perlu diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

117

DRPs: Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy) Kasus Obat Problem Penilaian Rekomendasi

1 Obat golongan antiinfeksi

Pasien mengalami kenaikan angka leukosit yang cukup tinggi, terutama segmen. Hal ini menandakan terjadinya infeksi bakteri. Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut.

Pasien diberi antibiotik yang sesuai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileberjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI