pkn (makalah bagas)

9
1.Konsep Dasar Hak Asasi Manusia Konsep atau pengertian dasar hak asasi manusia (HAM) beraneka ragam antara lain dapat ditemukan dari penglihatan dimensi visi, perkembangan, Deklarasi Hak Asasi Universal/PBB (Universal Declaration of Human Right/UDHR), dan menurut UU No. 39 Tahun 1999. Konsep hak asasi manusia dilihat dari dimensi visi, mencakup visi filsafati, visi yuridis - konstitusional dan visi politik ( Saafroedin Bahar,1994:82). Visi filsafati sebagian besar berasal dari teologi agama-agama, yang menempatkan jati diri manusia pada tempat yang tinggi sebagai makhluk Tuhan. Visi yuridis konstitusional, mengaitkan pemahaman hak asasi manusia itu dengan tugas, hak,wewenang dan tanggungjawab negara sebagai suatu nation-state. Sedangkan visi politik memahami hak asasi manusia dalam kenyataan hidup sehari-hari, yang umumnya berwujud pelanggaran hak asasi manusia, baik oleh sesama warga masyarakat yang lebih kuat maupun oleh oknum-oknum pejabat pemerintah. Dilihat dari perkembangan hak asasi manusia, maka konsep hak asasi manusia mencakup generasi I, generasi II, generasi III, dan pendekatan struktural (T.Mulya Lubis,1987: 3-6). Generasi I konsep HAM , sarat dengan hak-hak yuridis, seperti tidak disiksa dan ditahan, hak akan equality before the law (persamaan dihadapan hukum), hak akan fair trial (peradilan yang jujur), praduga tak bersalah dan sebagainya. Generasi I ini merupakan reaksi terhadap kehidupan kenegaraan yang totaliter dan fasistis yang mewarnai tahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Generasi II konsep HAM, merupakan perluasan secara horizontal generasi I, sehingga konsep HAM mencakup juga bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Generasi II, merupakan terutama sebagai reaksi bagi negara dunia ketiga yang telah memperoleh kemerdekaan dalam rangka mengisi kemerdekaananya setelah Perang Dunia II. Generasi III konsep HAM, merupakan ramuan dari hak hukum, sosial, ekonomi, politik dan budaya menjadi apa yang disebut hak akan pembangunan (the right to development). Hak asasi

Upload: zaynal-mubarok

Post on 19-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

HJBJHBJH

TRANSCRIPT

Page 1: pkn (MAKALAH BAGAS)

1.Konsep Dasar Hak Asasi Manusia

Konsep atau pengertian dasar hak asasi manusia (HAM) beraneka ragam antara lain dapat ditemukan dari penglihatan dimensi visi, perkembangan, Deklarasi Hak Asasi Universal/PBB (Universal Declaration of Human Right/UDHR), dan menurut UU No. 39 Tahun 1999.

Konsep hak asasi manusia dilihat dari dimensi visi, mencakup visi filsafati, visi yuridis - konstitusional dan visi politik ( Saafroedin Bahar,1994:82). Visi filsafati sebagian besar berasal dari teologi agama-agama, yang menempatkan jati diri manusia pada tempat yang tinggi sebagai makhluk Tuhan. Visi yuridis konstitusional, mengaitkan pemahaman hak asasi manusia itu dengan tugas, hak,wewenang dan tanggungjawab negara sebagai suatu nation-state. Sedangkan visi politik memahami hak asasi manusia dalam kenyataan hidup sehari-hari, yang umumnya berwujud pelanggaran hak asasi manusia, baik oleh sesama warga masyarakat yang lebih kuat maupun oleh oknum-oknum pejabat pemerintah.

Dilihat dari perkembangan hak asasi manusia, maka konsep hak asasi manusia mencakup generasi I, generasi II, generasi III, dan pendekatan struktural (T.Mulya Lubis,1987: 3-6). Generasi I konsep HAM , sarat dengan hak-hak yuridis, seperti tidak disiksa dan ditahan, hak akan equality before the law (persamaan dihadapan  hukum), hak akan fair trial (peradilan yang jujur), praduga tak bersalah dan sebagainya. Generasi I ini merupakan reaksi terhadap kehidupan kenegaraan yang totaliter dan fasistis yang mewarnai tahun-tahun sebelum Perang Dunia II.

Generasi II konsep HAM, merupakan perluasan secara horizontal generasi I, sehingga konsep HAM mencakup juga bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Generasi II, merupakan terutama sebagai reaksi bagi negara dunia ketiga yang telah memperoleh kemerdekaan dalam rangka mengisi kemerdekaananya setelah Perang Dunia II.

Generasi III konsep HAM, merupakan ramuan dari hak hukum, sosial, ekonomi, politik dan budaya menjadi apa yang disebut hak akan pembangunan (the right to development). Hak asasi manusia di nilai sebagai totalitas yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Dengan demikian, hak asasi manusia sekaligus menjadi satu masalah  antar disiplin yang harus didekati secara interdisipliner.

Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945 Pasca AmandemenHak asasi manusia macam apa saja yang dikandung dalam UUD 1945 pasca  amandemen ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diperlukan memahami lebih dahulu mengenai konsep dan teori tentang macam - macam hak asasi manusia, sebagai alat untuk mengidentifikasi hak asasi manusia dalam UUD 1945 pasca amandemen.

Jaminan hak asasi manusia dalam Undang - undang Dasar 1945 (UUD 1945 sebelum perubahan/amandemen) dipandang oleh Kuntjoro Porboprawoto belum disusun secara sistematis. Selain itu, dalam UUD 1945 hanya empat pasal yang memuat ketentuan - ketentuan tentang hak asasi, yakni pasal 27, 28, 29 dan 31. Meskipun dmnikian bukan berarti HAM kurang mendapat perhatian. Jaminan HAM dalam UUD 1945 adalah merupakan Inti-inti dasar kenegaraan.

Dari keempat pasal tersebut, terdapat lima pokok mengenai hak- hak asasi manusia yang terdapat dalam batang tubuh UUD 1945. Pertama, tentang kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan(Pasal 27 ayat 1). Kedua,

Page 2: pkn (MAKALAH BAGAS)

hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2). Ketiga,kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang – undang (Pasal 28). Keempat, kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk di jamin oleh Negara (Pasal 29 ayat 2). Kelima, hak atas pengajaran (Pasal 31 ayat 1).

Sedangkan Pasca amandemen jaminan hak asasi manusia tampak lebih dipertegas (dieksplisitkan) dan lebih terici. Hal ini dapat di lihat dalam UUD 1945 pasca amandemen jaminan hak asasi manusia dibuatkan bab tersendiri yakni Bab X A yang terdiri atas pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. Macam - macam hak asasi manusia yang dijamin dalarn UUD 1945 pasca arnandemen yaitu

1. hak hidup (pasal 28A)2. hak membentuk keluarga (pasal 28B)3. hak mengembangkan diri (pasal 28C)4.hak atas hukum, hak bekerja, hak atas pemerintahan, dan hak atas status

kewarganegaraan (pasal 28D);5. hak beragama, hak atas kepercayaan, hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat (pasal 28E)6. hak. untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28F)7. hak atas perlindungan pribadi dan keluarga (pasal 28G)8. hak atas kesejahteraan lahir bathin (pasal 28H)9. jaminan pemenuhan/tidak dapat dikurangi  hak asasi manusia dalam keadaan apapun

(yaitu hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut);-hak bebas dari perlakuan diskriminatif-hak atas identitas budaya-hak atas masyarakat tradisional-kewajiban pemerintah untuk melakukan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia (pasal 281)

10. kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati hak asasi orang lain  (pasal 28J).

Page 3: pkn (MAKALAH BAGAS)

2.Sejarah HAM di Dunia

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.

1. Magna Charta (1215)Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.

2. Revolusi Amerika (1776)Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.

3. Revolusi Prancis (1789)Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

4. African Charter on Human and People Rights (1981)Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU) mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara tegas berkomitment untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Afrika.

5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi negara anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.

6. Bangkok Declaration (1993)Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak

Page 4: pkn (MAKALAH BAGAS)

asasi manusia dan menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.

7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di ibu kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

Page 5: pkn (MAKALAH BAGAS)

3.Sejarah HAM di Indonesia

Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang memiliki penghargaan yang sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi latar belakang perlunya penegakan hak asasi manusia. Manusia dengan teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh manusia lainnya. Bangsa yang satu dengan semena-mena menguasai dan menjajah bangsa lain. Untuk melindungi harkat dan martabat kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia, hak asasi manusia dibutuhkan. Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.

1. Pada masa prakemerdekaanPemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.

2. Pada masa kemerdekaan

Pada masa orde lamaGagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

Pada masa orde baruPelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.

Pada masa reformasiMasalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Page 6: pkn (MAKALAH BAGAS)

Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan HAM, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2005.

Page 7: pkn (MAKALAH BAGAS)

4.Problematika HAM dan Kedaulatan Nasional

Sebagian kalangan memandang ada konstruksi yang melemahkan semangat penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di tanah air. Padahal  penghormatan terhadap HAM merupakan isu serius dalam wacana demokratisasi. Dus Otomatis, ini juga menjadi ganjalan dalam proses demokratisasi di tanah air.

Jika diklasifikasi  ada dua varian pendekatan yang  menggiring masyarakat untuk mencurigai para aktivis pro HAM dan demokrasi. Pertama, kalangan yang mengkonstruksi dari perspektif hubungan internasional dan nasional. Kedua, kelompok yang mengaitkan perkara nilai-nilai antara Barat dan lokal.

Kalangan pertama kerap menggunakan argumentasi bahwa HAM merupakan ancaman terhadap kepentingan nasional. Kelompok ini memandang bahwa HAM sebagai upaya pengeroposan terhadap kedaulatan nasional.  Wacana kelompok ini kembali marak digemborkan oleh para politisi yang konon memiliki catatan hitam berkenaan dengan HAM di republik ini.

Pandangan semacam itu dinilai keliru oleh aktivis HAM Abdul Hakim Garuda Nusantara. Pria yang pernah menjabat sebagai ketua Komnas HAM ini menegaskan, membenturkan kepentingan nasional dengan upaya internasional untuk melindungi  HAM dapat berakibat fatal. Ia mencontohkan kasus Suriah menjadi bentuk nyata dari benturan itu.

Hakim Garuda Nusantara dalam diskusi “Revitalisasi Gagasan Kedaulatan Rakyat” di hotel Akmani, Jakpus, Selasa (6/5) menilai upaya internasional dalam mempromosikan HAM sebagai langkah penting mencegah abuse of power pemerintah  terhadap hak-hak sipil warga negara. Untuk itu, menurutnya adalah yang tidak lagi perlu dipermasalahkan jika “kedaulatan” menjadi relatif ketika dihadapkan pada upaya bangsa-bangsa dunia melindungi dan merawat kemanusiaan universal.

Sementara itu kelompok kedua kerap mengaitkan sengketa nilai. Demokrasi di tanah air sering kali dipertentangkan dengan bias adat di tanah air. Pandangan demokrasi tidak sejalan dengan kearifan lokal mengemuka. Demokrasi harus tunduk pada kebiasaan lokal dan adat. Demikianlah kurang lebih  varian suara kedua yang sumbang terhadap proses demokratisasi di Indonesia.

Menjawab sengketa nilai ini, Budayawan Ignaz Kleden di forum yang sama menegaskan perlunya upaya serius mengubah tradisi-tradisi lokal tertentu yang diskriminatif semisal terhadap perempuan. Dalam pengamatannya di flores, masih ada pandangan perempuan tak boleh keluar dari peran mengurusi rumah semata.

Selain itu, Ignaz Kleiden khawatir paradigma menundukkan demokrasi kepada nilai-nilai lokal bisa memberi dalih pada penguasa untuk abuse of power.  Argumentasi yang dipakai oleh penguasa untuk berlaku tidak bijak semisal karena demokrasi tidak kompatibel dengan nilai-nilai yang dipegang masyarakat di tanah air. Ignaz meyakini argumentasi semacam itu juga dipakai oleh Orde Baru untuk menciptakan banyak pelanggaran HAM.

Page 8: pkn (MAKALAH BAGAS)

“Demokrasi yang kita anut adalah demokrasi universal”, kata Ignaz Kleden siang itu. Ia menilai pada dasarnya persoalan yang dihadapi Indonesia tidak jauh berbeda dengan manusia-manusia di negara lain. Menurutnya, tidak ada yang begitu spesial di Indonesia sehingga demokrasi harus tunduk atau menyesuaikan pada kebiasaan yang diskriminatif.

Meski demikian menurutnya  nilai-nilai demokrasi yang besar perlu diterangkan ke dalam ekspresi di tanah air. Sosiolog tersohor ini mencontohkan perbedaan tradisi orang-orang Flores dan Jawa dalam berkomunikasi.  Hal ini bertujuan agar tidak terciptanya kesulitan masyarakat di tanah air memahmi demokrasi.

“Demokrasi kita tidak berbeda jauh dengan Jepang maupun Amerikat Serikat”, Pungkas Ignaz