pikiran tentang hukum

Download Pikiran Tentang Hukum

If you can't read please download the document

Upload: ramos-do

Post on 06-Aug-2015

91 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

BAB IPENGERTIAN HUKUMApakah Hukum itu? A. Memahami Permainan Bahasa Apakah hukum itu? Pertanyaan ini sangat populer bagi filsuf, akademisi, ataupun praktisi (profesional),meski bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Ini bukan persoalan sederhana sebagaimana diyakini dan dibincangkan banyak orang-orang. Namun merupakan sikap mempertanyakan (penuh curiga) apa hukum itu. Nietzsche menyebutnya inilah the art of mistrus, yaitu sikap menolak perspektif resmi. sulit untuk meramu seluruh ide yang berkembang dalam hukum, karena dua alasan; pertama, hukum adalah objek kajian yang masih harus dikonstruksi (dibangun) sebagaimana kaum konstrukvis menjelaskan, diciptakan menurut istilah positivistik, atau menggunakan bahasa kaum hermenian ditafsirkan, sehingga dengan demikian cara pandang seseorang tentang hukum akan ditentukan oleh bagaimana orang tersebut mengkonstruksi , menciptakan atau menafsirkan mengenai apa yang disebut hukum itu. Ini merupakan argumentasi yang masuk akal yang didukung oleh periodesasi perkembangan aliran berbeda-beda. Kedua, satu pemikiran akan memiliki latar belakang / sudut pandang yang berbeda dengan aliran lain, ini merupakan ragam dari kelemahan dan keunggulan masing-masing. Kondisi ini pada dasarnya memberikan keleluasaan karena hukum akan menjadi wilayah terbuka yang mungkin saja hasilnya lebih positif, baik dilihat dari sudut filosofis , metodalogis, juga kepentingan praktis. Dengan menyitir pendapat salah seorang ahli hukum, bahwa dalam salah satu pengertian hukum merupakan suatu kelompok kehidupan sosial yang dalam berbagai kombinasi disebut hukum oleh anggota masyarakat. Peda beberapa kelompok masyarakat daftar ciri-ciri tersebut ditambahkan dan dikurangi sehingga penggunaan kata hukum antar masyarakat dapat saling menunjang.B. Mengapa pertanyaan itu penting? Mengapa itu penting? Inilah hal yangh seharusnya dijawab terlebuih dahulu sebelum membahas lebih jauh apa yang disebuit dengan hukum, karena telaah hukum berbeda dari biologi, atau matematika yang objek kajiannya sudah ada dan pasti. Hukum adalah (kita kembali kepada pertanyaan diatas) sebuah wilayah dimana setiap orang harus mengkonstruksi, menciptakan atau menasfsirkan ( sesuatu yang artificial) apa yang disebut hukum itu? Barulah kemudian dia mampu menjelaskan apakah hukumitu. C. Mencari Alternatif 1. Hukum Sebagai Jaringan sebagai bagian dari jaringan dalam ilmu pengetahuan, maka syarat keilmuan harus melekat didalamnya, tidak hanya itu, sebagai jaringan, ruang komunikasi harus terbuka sedemikian rupa, sehingga hukum dapat memecahkan problem bersifat lintas disiplin. Ini memberikan keleluasaan bagi pembentukan model analitis serta memeberikan kemungkinana petualangan intelektual tentang nilai kemanusiaan untuk menjawab berbagai persoalan. 2. Hukum Sebuah Wilayah Terbuka sebagai wilayah terbuka, hukum menjadi domain bagi telaah disiplin lain (multi). Sistem pengajaran akan mengalami perombakan besar-besaran karena secara filosofis dan metodologis hukum mengalami perubahan dari tatanan yang steril menjadi tatanan yang multi (pluralis) kultural. D. Pintu Masuk Manusia di anugrahi banyak hal secara fisiologis dan biologis, misalnya saja benak yang luar biasa, yang bukan hanya merupakan sekumpulan jaringan yang berwarna abu-abu dan putih yang berbentuk seperti helmet atau helm, dengan berat sekitar sebuah grape, bervolume 1 sampai 2 quart, dengan rincian-rincian kecil dan rumit lainnya, tetapi lebih dari itu, apa yang dihasilkan oleh otak telah memberikan kiota isi dunia ini. Dunia berada dalam genggaman otak lewat teknologi. Tapi hanya itu? Ternyata tidak, manusia juga diberi nafsu, nurani, emosi, dan lain-laina yang secara prinsip merupakan bagiuan dari apa yang kita sebut dengan kecerdasan. Manusia diberikan kecerdasan, baik intelektual , emosional, ataupun spiritual, untuk yang terakhir ini disebut sebagaikecerdasan puncak. Melalui tiga kecerdasan manusia menjadi aktor yang kreatif bagi alam dan kehidupannya, baik sebagai individu ataupun dalam masyarakat. Dalam hukum manusia adalah aktor yang kreatif, manusia membangun hukum, menjadi taat hukum namun tidak terbelenggu oleh hukum.BAB 2Teori-apakah itu? Menurut shorter oxford dictionary teori mempunyai beberapa definisi, yang salah satunya lebih tepat sebagai suatu disiplin akademik suatu skema atau sistem gagasan atau pertanyaan yang dianggap sebagai penjelasan atau keterangan dari sekelompok fakta atau fenomena suatu pernyataan tentang sesuatu yang dianggap sebagai hukum, prinsip umum atau penyebab sesuatu yang diketahui atau diamati. Menurut neuman, teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau8 berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja. Bagi sarantakos, teori adalah suatu kumpulan proposisi yang secara logis terkait satu sama lain yang diuji serta disajikan secara sistematis. Menurutnya teori dibangun dan dikembangkan melalui research dan dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Dengan mendasarkan kepada pendapat malcom waters maka toeri hendaknya meliputi semua perangkat pernyataan yang disusun dengan sengaja yang dapat memenuhi kriteria: a. Pernyataan itu harus abstrak b. Pernyataan itu harus tematis c. Pernyataan itu harus konsisten secara logika d. Pernyataan itu harus dijelaskan e. Pernyataan itu harus umum pada prinsipnya f. Pernyataan-pernyataan itu harus independen g. Penyataan-pernyataan itu harus secara substantif harus valid secara umum ada 3 tipe teori: 1. teori formal 2. teori substantif 3. teori positivistikbeberapa pengertian teori secara luas: 1. Pemahaman tentang hal-hal dalam hubungannya yang universal dan ideal antara satu sama lain. 2. Prinsip abstrak atau umum didalam tubuh pengetahuan yang menyajikan suatu pandangan yang jelas dan sistematis tentan g beberapa materi pokoknya. 3. Model prinsip umum, abstrak dan ideal yang digunakan untuk menjellaskan gejala-gejala. 4. Hipotesis, suposisi, atau bangun yang dianggap betul dan yang berlandasakan atasnya gejala-gejala dapat diperkirakan dan atau dijelaskan dan yang darinya dideduksikan pengetahuan lebih lanjut 5. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, teori berpijak pada penemuan fakta-fakta maupun pada hipotesis. E. B. Teori Dan Realitas Beberapa pandangan filsuf tentang realitas: a. Campanella menulis tentang suatu realitas sebagai yang berderajat serta memiliki kesempurnaan dalam berbagai tingkat dan semua hal yang memiliki primalitas (kepertamaan, keaslian) pengetahuan, daya dan cinta. b. Filsuf india, nagarjuna memandang relitas sebagai melebihi intelek (akal budi) c. Kant mengidentikkan yang real sebagai apa yang selaras dengan kondisi-kondisi material pengalaman d. Fichte, berpandangan bahwa realitas ditetapkan oleh ego e. Peirce, di lain pihak, mendefinisikan realitas sebagai apa yang diyakini oleh ko0munitas peneliti pada akhir suatu deretan ideal penelitian-penelitian f. Bradley memandang realitas sebagai sesuatu yang sbsolut dibelakang pengalaman g. Freud, menggunakan istilah prinsip realitas untuk menunjuk pada tujuan terapi h. Ostwald yang mendekati materi dari sudut ilmu ppengetahuan menafsirkan realitas sebagai energi dan bukan materi i. Lossky, menganggap realitas sebagai sesuatu keseluruhan organik j. Buber mengutarakan bahwa pendekatan terhadap realitas terdalam hanyamungkin melalui suatu hubungan aku-engkau k. Romero, memandang transendensi sebagai kunci realitas. F. C. Menuju Pilihan Cara 1. Induksi Dari Alam Pengalaman Teori didasarkan pada sesuatu yang dapat dicermati melalui indera.pandangan yang bersifat dugaan spekulatif tidak memiliki tempat di dalam prinsip ini. 2. Deduktif-Hipotesis Teori tidaklah sesuatu yang begitu saja dapat diambil dari hasil pengamatan (observasi), tetapi lebih jauh daripada itu pandangan ini menyatakan penarikan hipotesis. 3. Program Riset Lakatosian Program riset lakatosian adalah struktur yang memberikan bimbingan untuk riset dimasa depan dengan cara positif maupun negatif. 4. Evolisi Kritis Thomas Kuhn Bagi thomas, pandangan tradisional tentang ilmu baik induktifis atau falsifikasionis semuanya tidak mampu bertahan dalam sejarah. 5. Antifundationalis Feyerabend Menurutnya tidak ada metodologi ilmu yang pernah dikemukakan selama ini mencapai sukses.BAB 3TEORI HUKUMA. Dua Pandangan Besar Kata teori di gunakan oleh beberapa pemikir dalam menjelaskan untuk memberikan argumentasi yang meyakinkan bahwa apa yang di jelaskan itu ilmiah, atau memberikan gambarannya itu memenuhi standar teoritis, bahkan dalam konteks berpikir Eropa Kontinental, Teori Hukum di pandang sebagai suatu yang mandiri dengan objek kajian yang khusus. Namun demikian, disayangkan juga, karena beberapa diantarana tentang masalah ini tidak proporsional, sehingga secara substansial hal itu sedikit mengganggu pemahaman tentang makna teori hokum yang sesungguhnya. Teori hukum boleh disebut juga sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif, setidak tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita dapat merekonstuksikan kehadiran teori hukum secara jelas ( Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, 1996, hlm.253 ), namun demikian teori hukum tentu berbeda dengan hukum positif. Ada kajian filosofis dalam teori hukum , bahwa tugas teori hukum adalah membuat jelas nilai nilai oleh postulat postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi ( Radburch ). Teori hukum juga mempermasalahkan sebagai berikut : mengapa hukum berlaku?, Apa dasar kekuatan mengikatna?, Apa yang menjadi tujuan hukum?, Bagaimana seharusnya hukum itu dipahami?, Apa hubunganna dengan individu dan masyarakat?, Apa yang seharusna dilakukan oleh hukum itu?, Apakah keadilan itu, bagaimana hukum yang adil? ( Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum,lbid.,hlm.254 ). Teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan zamanna, dan senantiasa berkembang, karena teori hukum muncul sebagai suatu jawaban yang diberikan terhadap permasalahan hukum atau menggugat suatu pikiran hukum yang dominant pada suatu saat. Dalam proses perkembangannya, ada teori yang dihasilkan pada era pemikiran Yunani dan Romawi yang sangat tua dalam perkembangan hukum, namun sangat berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Teori yang dibangun oleh kaum positivis, utilitarian yang muncul bersamaan dengan modernisasi di bidang hukum, muncul pula pemikiran kontemporer yang diwakili oleh aliran kritis dan posmodernis. Ragam teori, masing masing memiliki cara pandang yang berbeda. Dari sekian banak teori hukum yang muncul, apabila dilihat dari pendekatanna ada dua karakteristik besar /dua pandangan besar ( Grand Theory ), ang dalam hal ini masing masing bertolak belakang namun ada dalam satu realitas, dapat dilihat sebagai berikut : Pertama, pandangan yang didukukng oleh tiga argument yaitu pandangan bahwa hukum sebagai suatu system yang pada prinsipnya dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondisi system itu sekarang, perilaku system ditentukan sepenuhnya oleh bagian bagian yang terkecil dari system itu, dan teori hukum mampu menjelaskan persoalannya sebagaimana adanya tanpa keterkaitan dengan orang ( pengamat ). Hal ini bahwa teori hukum bersifat deterministic, reduksionis, dan realistic, juga mengetengahkan pandangan yang lebih holistic, teori ini memandang teori system sebagai sesuatu yang holistic, meski pada sisi lain dapat dibuktikan secara berbeda, karena teori teori tentang system ini belumlah lengkap memandang sebuah realitas, namun masih ada realitas lain yang tidak sistemik. Beberapa pandangan positivistic berada pada teori system ini. Kedua, pandangan yang menyatakan bahwa hukum bukanlah sebagai suatu system yang teratur, tetapi merupakan sesuatu yang berkaitan dengan ketidak-beraturan, tidak dapat diramalkan, dan bahwa hukum sangat dipengaruhi oleh persepsi orang ( pengamat ) dalam memaknai hukum tersebut. Dalam hal ini banyak dikemukakan ole hang beraliran sosiologis ( mikro ), bahkan pandangan post-modernis. Mereka memandang setiap saat dalam waktu yang tidak dapat dipastikan hukum mengalami perubahan baik kecil maupun besar, evolutif ataupun revolusioner. Kita simpulkan bahwa dua karakteristik di atas muncul karena adanya dua tradisi besar dalam ilmu, yaitu dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pandangan Pertama Dalam hal ini digunakan secara bebas terhadap banak hal dalam kehidupan, alam semesta, masyarakat, termasuk hukum digambarkan dalam bentuk yang jelas jelas dapat diakui sebagai istilah mekanis dan sistematis. Berpusat pada salah satu dari ketiga jenis system hukum ( sumber dasar, kandungan dasar, ataufungsi dasar ). Teori hukum modern, memberikan gambaran, apakah itu praktek hukum, sosiologi hukum, sebagai sebuah gambaran yang sistematis, dan para ahli melihat kunci untuk memahami hukum di dalam uraian system yang mereka buat. Ahli teori, baik hukum atau pun sebalikna , kreasi system tersebut memiliki arti yang sama dengan teori itu sendiri, dan esensialuntuk segala jenis penjelasan, pengertian dan interpretasi. Teori hukum yang bersifat sistematis dianggap sebagai salah satu keyakinan keyakinan mereka yang telah berakar dan terorganisir dalam hukum, yaitu suatu yang mengarah kepada sikap yang keras kepala sehingga cenderung untuk menolak dalam melahirkan kreasi kreasi ( memodifikasi ) keyakinan keyakinan lain. 2. Pandangan Kedua Disini teori hukum sama sekali tidak berada pada jalur yang disebut sebagai sitem, menolak bahwa teori hukum harus selalu bersifat sistematis dan teratur cerminan masyarakat yang selalu berada pada situasi konflik Tetapi sebalikna teori hukum dapat juga muncul dari situasi chaos, keserba-tidak-beraturan, atau situasi yang tidak sistematis. Sehingga teori hukum harusah muncul sebagai suatu model yang dis-order. Banyak teori hukum yang berasal dari sosiologi mikro, menjelaskan persoalan ini, misalnya teori konflik, atau teori simbolik interaksi. Bahkan diantaranya menyangkal bahwa menangkal terdapat suatu system dalamhukum, mengarah pada penolakan teori hukum. Pandangan ini tidak begitu saja menerima definisi, konsep atau teori yang berada dalam suatu system, karena masih bisa/terus diperdebatkan, akan tetapi juga memiliki alas an yang realistis, bahwa hubungan hubungan yang ada dalam hukum ( teori hukum ) sama sekali tidak memperlihatkan apa yang disebut dengan system itu. Namun demikian jelas bahwa pandangan besar itu unuk menjembatani dalam membahas teori dalam ilmu hukum. Pandangan itu sebenarnya memberikan pemahaman tertentu tentang apakah hukum itu. B. Teori Hukum dalam Model Hukum menurut Black dan Milovanovich Untuk menjelaskan tentang teori dalam ilmu hukum, perlu dikemukakan pandanagan dua sarjana ini: 1. Donald Black Menjelaskan ada dua model hukum, meskipun hal ini bukan berarti seolah olah hukum dipilah sedemikian rupa, sehingga akan terlihat menjadi reduksionis. Dua model Black itu disebut dengan Jurisprudentie Model dan Sosiological Model, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :Jurisrudentie Model Focus Process Scope Perspective Porpose Goal Rules Logic Universal Participant Paricipal DecisionSociological Model Sosial Strucure Behavior Variable Observer Scientific ExplantationDalam jurisprudentie model, kajian hukum lebih memfokuskan kepada produk kebijakan ( aturan/rules ). Rules sebagai produk ini menyebut, baik dalam bentukna sebagai system aturan yang terkodifikasi atau tidak yang (stautory/case ). Proses hukum berlangsung ditataa dan diatur oleh logic ( logika system/hukum ). Hukum dilihat sebagai sesuatu yang bersifat mekanis dan mengatur dirinya sendiri melalui rules dan logika tadi. Oleh karena itu penelesaian masalahpun lebih mengandalakan kemampuan logika. Hukum dianggap sebgai system abstrak yang hadir dalam bentuk keharusan keharusan ( das sollen ). Disini manusia bertindak sebagai partisipan ( actor yang berperan menjalankan system tersebut ), yaitu yang berdasarkan logic. Tujuanna lebih kepada kepentnigan praktik dan model untuk membuat keputusan. Sedangka dalam sociological model, focus kajian hukum lebih kepada struktr social, lebih kompleks dari sekadar nhukum sebagai produk. Karena struktur social selalu memperlihatkan perubahan yang dramatis dan sulit diduga, maka prosesnyapun yang lebih diperhatikan adalah perilaku. Disini yang dipentingkan adalah keragaman dan keunikan dan menempatkan seseorang sebagai peneliti ( observer ) dan bukan partisipan. Posisi ini memudahkan untuk melihat proses ecara utuh , dengan tujuan akhir bermaksud dan menjelaskan fnomena fenomena yang ada dalam realitas sebenarna.2. Dragan Milanovich Menjelaskan tentang modl hukum yang disebutnya dengan model jurisprudensidan Model Sosiologi dan Jurisprudensi Model menjelaskan tentang : 1. Sistem aturan aturan tertulis yang ada, ditetapkan dalam bentuk terkodifikasi oleh Negara ( statutory and case law ); 2. Sistematisasi mereka yang sedang berlangsung menjadi suatu badan hukum yang relvan oleh beberapa prinsip justifikasi yang koordinatif; 3. Aplikasi wacana hukum doktrin yang disusun oleh struktur morphologi yang relevan ( arti kata ) dan struktur sintaksis ( konstruksi limier naratif dan teks ) untuk melakukan pertimbangan hukum yang benar ; 4. Aplikasi formal, logika untuk proposisi dan doktrin yang abstrak dan umum dengan penggunaan wacana hukum doktrin terhadap situasi situasi factual oleh staff khusus yang menyediakan peluang penyelesaian tingkat tinggi terhadap masalah masalah yang kontroversi;dan 5. Bagaimana semua konflik dapat dimasukkan ( self-referencing ) terhadap beberapa postulat absolute yang memberikan badan dari premis dan criteria inti bagi penyelesaian yang benar perbedaan perbedaan dalam system formal yang self-regulating ( homeostatis). Adapun sociological model, adalah ilmu tentang : 1. Evolusi, stabilisasi, fungsi dan pembenaran bentuk bentuk control social. 2. Bentuk bentuk pemikiran dan pemahaman hukum jika dihubungkan dengan aturan/tatanan ekonomi politik tertentu. 3. Prinsip prinsip legitimasi dan pengaruh pengaruh yang berevolusi dengan pengaruh dan prinsip; 4. Penyebab perkembangan bentuk control social dan staff dan spesialis yang merupakan promotornya; 5. Transmisi metode pemahaman hukum yang benar ; 6. Penciptaan subjek yuridis dengan hak hak formal, abstrak dan universal; Berdasarkan pandangan di atas, teori hukum di dikategorikan sesuai dengan dua model hukum diatas tersebut, yang di dasarkan pada Jurisprudentie Model dan Sosiological Model. Dalam model pertama pemikiran hukum akan menjelaskan wilayahyang ada kaitannya dengan asas, aturan tertulis, kaidah, norma atau putusan hakim. Terkodifikasi, tersistemitasi dan biasanya muncul dalam kegiatan para professional, seperti hakim, pengacara, aksa, atau pembentuk undang undang. Hal ini lazimnya tidak disebut sebagai teori tetapi sebagai ajaran atau doktrin, sedangkan dalam sociological model itu disebut teori. Namun demikian sejauh ini para sarjana hukum menggunakan istilah doktrin dan teori secara bersamaan bahkan cenderung tumpang tindih, doktrin disebut teori ataupun sebaliknya. Kedua istilah tersebut berbeda cukup fundamental. Doktrin atau system ajaran pada dasarnya lebih mendekati salah satu pengertian dogma dan ini berbeda dengan teori yang menolak makna dogma didalamnya. Apabila dilihat dalam perspektif lain, khususnya perkembangan pemikiran hukum di Eropa Kontinental terdapat keterkaitan yang cukup signifikan antara Teori Hukum dan Dogmatik Hukum. Penjelasan yang sederhana bahwa teori dan dogma seringkali digunakan secara bergantian untuk menjelaskan persoalan tertentu, dan hal itu dapat terjadi salah satunya adalah seberapa ketat pilihan ilmuwan menggunakan istilah teori dalam kajiannya. Maka kiranya bahwa munculnya dua karakteristik model hukum di atas itu dipengaruhi pula oleh perkembangan pemikiran atau tradisi besar yang ada dalam ilmu hukum sebagai berikut : TRADISI BESAR 1. Penguasaan hukum positif 2. Menerapkan hukum 3. Problem Solving 4. Pragmatis 5. Pendidikan professional 6. Vocational 7. Perspektif 8. Ilmu terapan 9. Penelitian Doktrinal C. Teori Hukum Menurut Jan Gijssels dan Mark Van Hoecke training, Craftmanship, Legal Mechanic TRADISI BARU 1. Theory building 2. Pendidikan keilmuan 3. Legal Scientist; Legal Teorist 4. Deskriptif 5. Ilmu Dasar Legal Penelitian socio-LegalKedua pemikir ini berbeda tradisi dengan kedua pemikir sebelumnya yaitu ada pada ranah pemikiran continental. Menurut mereka Teori Hukum merupakan disiplin mandiri yang perkembangannya dipengaruhi dan sangat terkait erat dengan Ajaran Hukum Umum, setelah pada tahun 1930-an Teori Hukum mengalami kemerosotan, tetapi kemudian seiring perkembangan banyak disiplin kajianlain, Teori Hukum mengalami perkembangan yang pesat, hidupnya kembali Teori Hukum memperlihatkan hubungan erat dengan penyebab timbulnya Ajaran Hukum Umum pada abad ke-19. hal ini diinspirasi oleh sukses ilmu ilmu hukum positif, maka perkembangan definitive dari teori hukum menjadi sebuah disiplin mandiri pada waruh waktu kedua dari abad 20, diinspirasi oleh timbulnya ilmu ilmu baru atau cabang cabang baru ilmu yang sudah ada, seperti informatika, Logika Deonatik, Kibernetika, Sosiologi Hukum, Etiologi ( hukum ) dan sejenisnya ( Jan Gijssels & Mark van Hoecke, libid.,hlm.44 ). Kesinambungan antara Teori Hukum dengan Ajaran Hukum Umum dalam dua aspek sebagai berikut : 1. Teori Hukum sebagai kelanjutan dari Ajaran Hukum Umum memiliki objek disiplin mandiri, suatu tempat diantara Dogmatika Hukum di satu sisi dan Filsafat Hukum di sisi lainnya. Di saat Ajaran Hukum Umum oleh beberapa penulis, diantaranya Adolf Merkel masih dipandang sebagai pengganti ( penerus ) ilmiah positif dari Filsafat Hukum Metafisikal yang tidak ilmiah, dewasa ini teori hukum diakui sebagai disiplin ketiga di sampan dan untuk melengkapi, filsafat hukum dan Dogmatika Hukum, yang masing masing memiliki ( mempertahankan ) wilaah dan nilai nilai sendiri. 2. Sama seperti Ajaran Hukum Umum dewasa itu, Teori Hukum, setidaknya oleh kebanyakan dipandang sebagai ilmu a-normatif yang bebas nilai. Ini yang ersisnya membedakan Teori Hukum dan Ajaran Hukum Umum dan Dogmatika Hukum. ( Jan Gijssels & Mark van Hoecke, lbid.,hlm.39 ). Namun satu hal yang fundamental menurut mereka, terjadinya proses evolusi dari apa yang menjadi objek penelitian Ajaran Hukum Umum, seperti isi aturan hukum dan pengertian pengertian hukum atau konsep uridik, menjadi suatu penelitian tentang struktur dan fungsi dari kaidah hukum dan dari system hukum, yaitu merupakan tema tema penting objek penelitian Teori Hukum ( Jan Gijssels & Mark van Hoecke,lbid.,hlm.39 ). Untuk lebih memahami Teori Hukum, khususna batas batas wilayahnya, lebih lanjut dalam pemikiran mereka tentang apa yang disebut Dogmatik Hukum, Filsafat Hukum, serta perbedaanya dengan Teori Hukum. 1. Dogmatik Hukum Ajaran hukum ( rechtsleer ) atau Dogmatk Hukum ( rechtsdogmatiek ), juga sering disebut Ilmu Hukum ( rechtswetwnschap ), dalam arti sempit, bertujuan untuk memaparkan dan mensistemisasi serta dalam arti tertentu menjelaskan ( verklaren ) huku positif berlaku ( Jan Gijssels & Mark Van Hoecke, lbid.,hlm.48 )Walaupun demikian, Dogmatik Hukum itu bukanlah ilmu netral yang bebas nilai. Ajaran Hukum tidak dapat membatasi pada suatu pemaparan dan sistemisasi, melainkan secara sadar mengambil sikap berkenaan dengan butir butir ang diperdebatkan. Jadi Ajaran Hukum tidak hanya deskriptif melainkan juga pereskriptif ( bersifat normative ). 2. Filsafat Hukum Filsafat Hukum adalah filsafat umum yang diterapkan pada hukum atau gejala gejala hukum. Dalam filsafat pertanyaan pertanyaan yang paling dalam di bahas dalam hubungannya dengan makna, landasan, struktur, dan sjenisnya dan kenyataan. Filsafat hukum memiliki telaah sebagai berikut : a. Ontologi Hukum, penelitian tentang hakekat dari hukum, misalnya hakekat demokrasi, hubungan hukum dengan moral; b. Aksiologi Hukum, penentuan isi dan nilai seperti kelayakan, persamaan, keadilan, kebebasan dan lain lain; c. Ideologi Hukum ( ajaran idea ); d. Epistimologi Hukum ( ajaran pengetahuan ), bentuk metafilsafat; e. Teologi Hukum, hal menentukan makna dan tujuan hukum; f. Ajaran Ilmu dari Hukum, meta-teori dari ilmu hukum; g. Logika Hukum. Hasil dari pnalaran Filsafat Hukum tidak dapat diuji secara empiric untuk keseluruhannya, dan secar rasional untuk sebagiannya. Penalaran filosofis harus selalu memenuhi syarat syarat minimum tertent dari rasionalitas, yakni harus tepat secara logika dan terbuka bagi diskusi rasional.3. Hubungan Dogmatik Hukum dengan Teori Hukum Dogmatika Hukum dan Teori Hukum tidak saling tumpang tindih, melainkan satu sama lain memiliki telaah sendiri sendiri ( mandiri ), sebagaimana di bawah ini : a. Dogmatika Hukum mempelajari aturan aturan hukum itu dari suatu sudut pandang teknikal ( walupun tidak a-normatif ), maka Teori Hukum merupakan refleksi terhadap teknik umum ini; b. Dogmatika Hukum berbicara tentang hukum. Teori Hukum berbicara tentang cara yang dengannya ilmuwan hukum berbicara tentang hukum; c. Dogmatika Hukum mencoba lewat teknik teknik interpretasi tertentu menerapkan teks undang undang yang pada pandangan pertama tidak dapat diterapkan pada situasi masalah konkret, maka Teori Hukum mengajukan pertanyaan tentang dapat digunakannya teknik teknik interpretasi, tentang sifat memaksa secara logika dari penalaran interpretai, tentang sifat memaksa secara logika dari penalaran interpretasi dan sejenisnya lagi. Teori Hukum tidak terarah pada penyelesaian masalah masalah hukum yang konkret stu kategori kategori dari masalah hukum sebagaimana kajian Dogmatika Hukum, melainkan hanya pada upaya mempelajari teknik teknik dan metode yang digunakan Dogmatika Hukum dan praktek hukum untuk menyelesaikan masalah masalah hukum. Jadi masalah masalah hukum konkret memang dapat mempengaruhi persoalan persoalan Teori Hukum. 4. Hubungan Filsafat Hukum dan Teori Hukum a. Jika teori Hukum mewujudkan sebuah meta-teori berkenaan dengan Dogmatika Hukum, maka Filsafat Hukum memenuhi fungsi dari sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori Hukum. b. Secara structural Teori Hukum terhubungkan pada filsafat hukum dengan cara yang sama seperti Dogmatika Hukum terhadap Teori Hukum. c. Filsafat Hukum merupakan sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori Hukum. d. Filsafat Hukum sebagai ajaran nilai dari Teori Hukum dan Filsafat Hukum sebagai ajaran Ilm dan Teori Hukum. e. Filsafat Hukum sebagai Ajaran Ilmu dari Teori Hukum dan sebagai Ajaran Pengetahuan mewujudkan sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori Hukumtidak memerlukan penjelasan lebih jauh, mengingat Filsafat Hukum di sini mengambil sebagian dari kegiatan kegiatan dari teori hukum itu sendiri sebagai objek studi. Kesimpulannya hubungan Teori Hukum dan Filsafat Hukum dapat dirangkum sebagai sebuah hbungan meta-disiplin ( Filsafat Hukum ) terhadap disiplin objek ( Teori Hukum ), dan terkait pada Filsafat Hukum secara esensial mewujudkan suatu pemikiran spekulatif sedangkan Teori Hukum mengupayakan suatu pendekatan ilmiah-positif terhadap gejala hukum. Filsafat Hukum dapat bersifat rasional hanya atas dasar kriterianya sendiri, yang keberadaanya ( dapat )didiskusikan. Teori Hukum itu rasional ( atau tidaknya harus berupaya untuk demikian ) atas dasar criteria umum, yang diterima oleh setiap oleh setiap orang. 5. Teori Hukum dan Ilmu yang Objek Penelitiannya Hukum Secara esnsial bersifat interdisipliner, bahwa Teori Hukum dalam derajat yang besar akan menggunakan hasil hasil penelitian dari berbagai disiplin yang mempelajasi hukum; Sejarah Hukum, Logika Hukum, Antropologi Hukum, Sosiologi Hukum, Psikologi Hukum dan sejenisnya. Tipikal dari Teori Hukum adalah bahwa dalam hal ini ia memainikan peranan mengintegrasikan, baik yang berkenaan dengan hubungan antara disiplin disiplin ini satu terhadap yang lainnya maupun yang berkenaan dengan integrasi hasil hasil penelitian dari disiplin disiplin ini dengan unsure unsure Dogmatika Hukum dan Filsafat Hukum. Secara umum menjelaskan bahwa, sudut pandang bidang Teroi Hukum adalah kepentingan untuk lewat jalan ilmiah metodikal memperoleh sesuatu pemahaman teoretikal yang lebih baik secara global dan memberikan suatu penjelasan global tentang gejala gejala hukum. Jadi sesuai sifatnya ini bukan sudut pendekatan yuridik-teknikal, melainkan sesuatu pendekatan yang lebih teoretikal. Teori Hukum terletak pada upaya mensintesiskan, mengintegrasikan, mengglobalkan yang mendasarkan hasil hasil penelitian dari disiplin disiplin yang lain lantas dimanfaatkan secara maksimal, saling di perbandingkan, ditimbang timbang yang satu terhadap yang lainnya agar gejala gejala hukum sebagai demikian dan dalam keutuhan kompleksitas mereka secara optimal dapat dipaparkan, dianalisis, dimengerti, dan dijelaskan.D. Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink Menejelaskan Teori Hukum adalah seluruh pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan system konseptual aturan aturan hukum dan putusan putusan hukum, dan system tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan . Definisi di atas mamiliki makana ganda, yaitu dapat berarti produk, yaitu kesuluruhan pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teoretik bidang hukum. Dalam arti proses, yaitu kegiatan teoretik bidang hukum sendiri. Teori hukum dalam arti luas dan Teori Hukum dalam sempit. Arti luas, itu menunjuk kepada pemahaman tentang sifat berbagai bagian ( cabang sub disiplin ) Teori hukum, yaitu Sosiologi Hukum, berbicara tentang keberlakuan formal atau keberlakuan normative dari hukum. Filsafat Hukum berbicara tentang keberlakuan evaluatif dari hukum, terakhir adalah Dogmatika Hukum, atau Ilmu Hukum dalam arti sempit. Filsafat Hukum berada di luar Ilmu Hukum dan berada dalam Teori Hukum dan juga bisa berada di luar kedua duanya. Meuwissen membedakan tiga tatanan analisis, Filsafat Hukum mewujudkan landasan dari keseluruhan Teori Hukum ( jadi dalam arti luas ). Tatanan kedua terdapat Teori Hukum ( dalam arti sempit ), dan di atasnya terdapat bentuk terpenting pengembanan hukum teoretik, yakni Ilmu Hukum. Ilmu Hukum itu mengenal lima bentuk. Dogmatika Hukum, Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum, Sosiologi Hukum. Dan bagian dari Teori Hukum dalam arti Luas. 1. Sosiologi Hukum Sosiologi Hukum mengarahkan kajiannya kepada keberlakuan empiric atau factual dari hukum, jadi lebih mengarah kepada kenyataan kemasyarakatan. Menurutnya, objek sosiologi pada tingkat pertama adalah kenyataan dalam masyarakat, ndan baru pada tingkat kedua kaidah kaidah hukum, yang dengan salah satu cara memainkan peranan dalam kenyataan kemayarakatan itu. Sosiologi Hukum sebagai teori tentang hubungan antara kaidah kaidah hukum dengan kenyataan kemasyarakatan. Sosiologi Hukum terdiri dari Sosiologi Hukum Empirik ( yang mengumpulkan bahan bahannya dari suatu sudut perspektif eksternal, artinya dari suatu titik berdiri pengamat yang mengobservasi ), dengan metode kuantitatif, ia mencoba sambil meregistrasi menata material ini untuk menarik kesimpulan tentang hubungan antara kaidah kaidah hukum dan knyataankemasyarakatan, serta metodenya bersandar pada Ilmu Alam. Sosiologi Kontemplatif, suatu perspektif eksternal tidak dapat diterima sehubungandengan aspek yang dipelajarinya. Jika perspektif eksternal untuk penelitian tidak dapat digunakan, maka haruslah bekerja dari sudut perspektif internal yakni perspektif partisipan yang ikut bicara. 2. Dogmatika Hukum Dogmatika Hukum adalah Ilmu Hukum ( dalam arti sempit ), yang merupakan bagian utama dalam pengajaran pada Fakultas Hukum. Objek terutamanya adalah hukum positif (system konseptual atura hukum dan putusan hukum, yang baguian intinya ditetapkan (dipositifkan ) oleh para pengemban kewenangan hukum dalam suatu masyarakat tertentu. Perumusan aturan hukum disebut pembentukan hukum, sedangkan pengambilan putusan hukum disebut penemuan hukum. 3. Teori Hukum dalam Arti Sempit Kajian ini belum begitu jelas, karena kajian ( sudinya ) berada pada wilayah Dogmatika Hukum dan Filsafat Hukum. Teori Hukum adalah meta-teori untuk Dogmatika Hukum. Dengan ungkapan itu bahwa berkenaan dengan teori teori yangberbeda jenis, masing masing memiliki objek dan tujuasnnya sendiri,. Jadi haruslah tidak mengartikan bahwa teori yang satu di derivasi dari teori yang lebih tinggi meresap atau merembes ked lam teori yang lebih rendah Karen yang pertama diandaikan oleh yang kedua, itu berkaitan dengan perbedaan objek dan tujuan meraka. Srta filusuf hukum ternyata dipengaruhi oleh hukum positif yang ada pada zamannya. Teori Hukum Empirik dan Kontemplatif memiliki objek yang pertama adalah gejala umum dalam Hukum Positif, dan yang kedua kegiatan yuridik ( Dogmatika Hukum, Pembentukan Hukum, Penemuan Hukum ). Tujuannya teoretikal, perspektifnya eksternal ( empiric ), internal ( kontemplatif ), teori kebenarannya sering; Teori Korespondensi ( empiric ), Teori Pragmatik ( kontemplatif ), proporsinya hanya informative ( empiric ), juga normative dan evaluatif ( kontemplatif ). 4. Filsafat Hukum Ini adalah induk dari semua disiplin yuridik, karena filsafat Hukum membahas masalah masalah yang paling fundamental yang timbul dalam hukum. Disini mencobamemberikan jawaban pada pertanyaan pertanyaan yang abadi. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan jawaban yang banyak menimbulkan pertanyaan baru. Penetapan tujuan filsuf hukum adalah murni teoretikal dan juga pemahaman teoretikal ini penting untuk praktek hukum, karena hal ini selalu dipengaruhi ( turut ditentukan ) oleh pemahaman tentang landasan kefilsafatan hukum, dan perspektif filusuf hukum adalah internal. Akhirnya tiap filsafat hukum tersusun atas proporsi proporsi normative dan evaluatif, walaupun proporsi proporsi informative juga ada di dalamnya.BAB 6Teori Keos Dalam HukumA. Adakah teori keos?Teori keos dikembangkan sebagai suatu istilah baru yang berkaitan dengan makna yang muncul dangan penggunaan istilah itu. Menurut Ian Stewart, keos adalah tingkah laku yang sangat komplek, ireguler dan random di dalam sebuah system yang diterministik, yaitu satu keadaan dimana suatu system tidak bias diprediksi, bergerak secara acak, sehingga sesuatu tidak akan perna muncul dalam keadaan yang sama untuk kedua kali. Menurut Yasrah Amir Pilang, Dunia keos adalah dunia yang dipenuhi oleh energi kegelisahan, gairah, hasrat, kehendak dan ekstase yang mendorong bagi penjelajah, pencarian, serta sistesis-sistesis baru, sehingga menciptakan peluang kreativitas, dinamisitas, dan produktivitas berbagai makna. Penelitian Lorenz dikenal drngan efek kupu-kupu.Lorenz menggunakan beberapa persamaan dinamika fluida untuk memodelkan prilaku keotik system gas, dengan bantuan computer. Fraktal adalah suatu cara mengukur kualitas, yang kalau tidak ada, tidak memiliki definisi yang jelas, derajat kekerasan atau keratakan atau ketidakteraturan dalam sebuah objek. Fraktal hadir dimana-mana dalam berbagai bentuk, serta memahami banyak fenomena kompleks dan turbulensi.Chaos dalah sesuatu yang ada dimana-mana, akan tetapi sukar untuk menjelaskannya, satu situasi ketidakberaturanatau kekacauan benda, Chaos dalam tangkah laku cuaca, tingkah laku sebuah pesawat terbang diudara, tingkah laku awan yang bararak dilangit, tingkah laku sosial yang rusuh, tingkah laku hokum yang tak dapat diprediksi. Bagi beberapa pemikir kontemporer, yang berada pda paying feminis dan beberapa pemikir seperti Haraway, Braidotti, Kember dan Whatlay.keos, kegalauan atau ketidakpastian merupakan strategi cultural yang positif, yang dapat meningkatkan peluang kreativitas B. Teori Keos dalam Hukum Pada akhir tahun 1980-anterbit sebuah buku yang dituls oleh Charles Sampford, dengan judul The Disorder of Law , ACritique of Legal Theory.Dari judul bukunya sajaterlihat bahwa Sampford memberikan pandangan baru tentang apa yang selama ini banyak dipahami oleh teoritis hokum,Sampford menjelaskan bahwa teori hokum tidak hanya muncul atu tidak mesti berasal dari system(suatu yang sistematis), sebagai pandangan yang menganggap bahwa hukum selalu bersifat sistemik,tatapi teori hukum dapat juga muncul dari apa yang disebut dari situasi keos, sehingga melahirkan apa yang disebut teori dengan teori keos dalam hukum. Teori hukum muncul dan dibangun dari suatu keadaan atau kondisi masyarakat yang disebutnya sebagai Mellee. Mengapa demikian? Menurut Stampford, masyarakat sesungguhnya (realitasnya) selalu berada dalam kondisi/situasi keos, bahwa masyarakat selalu berada pada jalinan hubunganhubungan yang tidak dapat diprediksi dan sistematis.Masyarakat terus menerus bergerak secara dinamis, demikian hal itu terjadi karma dalam masyarakat banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, misalnya kekuatan-kekuatan (kekuasaan) dan saling terik menarik dan berbenturan didalamnya, Oleh karenanya bagaimana mungkin situasi yang demikian itu dikategorikan sebagai sebagai situasi yang serba tertib dan teratur. Pemikiran Stampford jelas merupakan penolakan terhadap teori sistem dalam hukum, yang menganggap bahwa masyarakat selalu dalam keadaan tertib dan teratur (sebagaimana konsep sistem). Teori Sampford bertolak dari basis sosial hukum yang penuh dengan hubungan bersifat Asimetris. Inilah ciri khas dari sekalian hubungan sosil; hubunga-hubungan social itu dipersepsikan secara berbeda oleh para pihak. Hubungan antar kekuatan tidak selalu tercermin dalam hubungan formal dalam masyarakat. Maka terdapat kesenjangan antara hubungan formal dan hubungan nyata yang didasarkan pada kekuatan. Inilah yang menyebabkan ketidakteraturan itu, Dengan demikian maka sebetulnya keteraturan itu bukan sesuatu yang nyata dalam kenyataan. C. Mengapa Teori Sistem Gagal Teori Stampford memang ditujukan untuk melakukan kritik terhadap pimikiran teori sistem dalam hukum, khususnys menjelaskan tentang gagalnya teori system dalam menjelaskan banyak persoalan. Banyak alasan tenteng kegagalan teori-teori sistem sebagai ciri khas dari teori-teori individu. Tetapi terdapat satu alasan yang berlaku untuk semua. Masing-masing mencakup pembentukan sistem untuk menggabungkan prestasi dari banyak pemikiran dalam sistem itu, apakah untuk penciptaan peranan, muatan prinsip-prinsip atau fungsi-fungsi lembaga-lembaga.D. Teks Keos Jacques Derrida Pandangan lain tentang apa yang kita sebut dengan keos dapat ditemukan dalam pemikiran Jacques Derrida tentang apa yang disebut dengan Dekonstruksi. Meski sulit untuk didefinisikan tetapi pesan yang dimuat Derrida dengan dekonstruksinya tersebut sangat jelas, yaitu sebagai upaya untuk melakukan pembongkaran terhadap pandangan filsafat barat yang terlalu logosentrisme atau objetivitik. Dekonstruksi menurut Derrida adalah alternative untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku. Puncak dekonstruksi Derridadikemas dalam dua hal pokok yakni, pertama;mimesis tanpa asal-usul dan kedua apokalis tanpa akhir. Apabila dilihat maka pemikiran semiotika Derrida agak bertentangan dengagn pemikiran semiotika yang lebih mengembangkan dan mengandalkan pada keabadian, kestabilan dan kemantapan tanda dan makna-makna, seperti semiotika struktural dari saussure. Derrida sebagai salah seorang pemikir post-strukturalis, yang ditekankan adalah proses significance, yaitu sebuah proses penciptaan kretif tanda dan kode-kode yang tanpa batas dan tidak terbatas.Oleh karena itu seringkali semiotika Derrida disebut semiotika keos atau semiotika ketidakberaturan. E. Dekonsruksi Derrida bagi Ilmu Hukum Bagi ilmu hukum, dekonstuksi Derrida memberikan alternatife pemahaman teks, yang berbeda dari model pemahaman teks yang konvensional dan formal saat ini dalam hukum. Pandangan tentang kepastian hokum berubah menjadi kepastian teks, kepastian undang-undang dan kepastian pasal gambaran ini memperlihatkan bahwa penafsiran itu dipengaruhi dan didominasi oleh pandangan positivistic-sistemik, semua makna sudah jelas dan pasti, kebenaran tidak dapat dibantah.Bagi Cristhoper Norris, dekonstruksi adalah aktivitas pemikiran yang tidak melulu konsisten dalam aksinya dan disinilah terletak dimensi kegilaannya, namun pada saat yang sama, juga memiliki kepastian yang tidak dapat dibantah.Tawaran Derrida ada pada cara penfsiran, pertama, penafsiran restropektif yaitu upaya untuk merekonstruksimakna atau kebenaran awal atau orisinil. Kedua, penafsiran prospektif yang secara eksplisit membuka pintu bagi inderminasi makna.BAB 4Hukum dan ParadigmaA. Apakah Paradigma itu ?Paradigma, dalam bahasa Inggris paradigma, dari bahasa Yunani paradeigma, dari para (disamping, di sebelah) dan dekynai (memperlihatkan; yang berarti; model, contoh, arketipe, ideal). Menurut Oxford English Dictionary, paradigm atau paradigma adalah contoh atau pola. Akan tetapi di dalam komunitas ilmiah, paradigma dipahami sebagai sesuatu yang lebih konseptual dan signifikan, meskipun bukan sesuatu yang tabu untuk diperdebatkan, Ordering belief frame work, begitu dikatakan oleh Like Wilardjo, ketika berbicara tentang paraigma, yaitu suatu kerangka keyakinan dan komitmen para intelektual. Dalam gagasan Thomas Kuhn, tidak ditemukan makna teknis apa yang disebut dengan paradigma itu? Namun, sesuai dengan pandangan atau teori yang dikembangkannya, paradigma selalu berkaitan dengan revolusi keilmuan. Menurut Thomas Kuhn, aktivitas yang terpisah-pisah dan tidak terorganisasi yang mengawali pembentukan suatu ilmu akhirnya menjadi tersusun dan terarah pada saat suatu paradigma tunggal telah dianut oleh suatu masyarakat ilmiah. Konsep paradigma yang diperkenalkan oleh Kuhn kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs dalam sosiologi. Konsep paradigma Kuhn lebih kepada sesuatu yang bersifat metateoretis. Namun demikian apabila ditelaah secara mendalam paling tidak ada beberapa hal yang dapat diambil dari pandangan Kuhn diatas : a. Paradigma dilihat sebagai model,percontohan,representatif,tipikal,karakteristik atau ilustrasi dari solusi permasalahan tau pencapaian dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Pemahaman paradigma berkembang luas meliputi bukubuku klasik di mana modelatau percontohan yang telah diterima tersebut pertama kali muncul; b. Paradigma tidak hanya terbentuk oleh teori-teori semata, tetapi merupakan suatu masterpiece yang mencakup semua unsur praktekpraktek ilmiah/ilmu pengetahuan di dalam sejumlah area of inquiry atau bidang studi/penelitian yang terspesialisasi. Paradigma akan menggariskan parameter-parameter penting mana yang akan diukur, mendefinisikan standar ketepatan yang dibutuhkan, menunjukkan carabagaimana (hasil) observasi akan diinterpretasi, serta metode eksperimen mana yang akan dipilih untuk diterapkan; c. Makna paradigma meliputi keseluruhan koleksi, kelompok, kombinasi, panduan, campuran dari komitmen yang diterima, diakui dan diyakini,dianut, dipegang, dipakai atau diterapkan bersam ole anggotaanggota komunitas ilmu pengetahuan tertentu. Lebih luas paradigma oleh Kuhn disebut sebagai disciplinary matrix, yakni sudut pangkal,wadah,tempat,cetakan,sumber atau kandungan di mana suatu disiplin ilmu pengetahuan bermula. Chalmers sendiri menjelaskan tentang karakteristik paradigma yang meliputi: 1. tersusun oleh hukum-hukum paradigma dimaksud dan asumsiasumsi teoretis yang dinyatakan secara eksplisit; 2. mencakup cara-cara standar bagi penerapan hukum-hukum tersebut ke dalam beragam situasi dan kondisi; 3. mempunyai instrumentasi dan teknik-teknik instrumental yang diperlukam guna menjadikan hukum-hukum tersebut berjaya di dunia nyata; 4. terdiri dari beberapa prinsip metafisika yang memandu segala karya dan karsa di dalam lingkup paradigma dimaksud;dan 5. mengandung beberapa ketentuan metodologis. Di bawah ini diuraikan pengertian paradigma menurut beberapa ahli: a. Menurut Gregory dikatakan bahwa paradigma adalah berbagai working assumption, prosedur, dan temuan yang secara rutin diterima atau diakui oleh sekelompok suatu scholar, pola yang keseluruhannya mendefinisikan aktivitasilmiah/ilmu pengetahuan yang stabil, sebaliknya pola ini pada gilirannya akan mendefinisikan komunitas (tadi) yang terbagi (memakai) paradigma (yang sama) tersebut. b. Menurut Patton, paradigma adalah suatu set proposisis yang menjabarkan bagaimana dunia ini dilihat/dipaham. Paradigmamengandung suatu worldview, yakni suatu cara melalui mana kompleksitas dunia ini dipecah/dipilah agar mudah dimengerti. c. Menurut Neuman, paradigma sesungguhnya serupa dengan pendekatan atau approach maupun tradisi, dalam kaitannya dengan ini, Neuman menjelaskan paradigma sebagai suatu orientasi dasar terhadap teori research. d. Menurut Sarantakos paradigma dipadankan dengan perspektif. e. Menurut Masterman, dikatakan paradigma Thomas Kuhn kurang lebih memiliki dua puluh satu cara yang berbeda yang olehnya kemudian dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : paradigma metatistik (mataphisical paradigm); paradigma yang bersifat sosiologi (sosiological paradigm); dan paradigma konstrak (construct paradigm). f. Robert K. Merton, memandang paradigma lebih kepada kode etik profesi (keilmuan), yang terdiri dari empat kategori imperatif yaitu universalisme,komunalisme,detachment dan skeptisisme terorganisasi. A. Paradigma dalam Dominan Ilmu Dari sekian banyak paradigma, paling tidak dapat dijelaskan ada tiga paradigma yang dominan. Ketiga paradigma utama/ dominan tersebut adalah: positivisme,interpretivisme,dan critical studies. Namun demikian mendampingi ketiga paradigma itu, ada dua paradigma besar lainnya,yaitu feminisme dan past modernisme. Neuman menguraikan tiga yang paling dominan. Tabel Paradigma Neuman Topik Pertanyaan Positivisme Interpretive CriticalAlasan penelitianRealitas sosialMenemukan hukum-hukum alam sehingga manusia dapat memprediksi & mengontrol berbagai peristiwa/kejadian. Pola-pola atau tatananyang stabil dan yang dapat ditemukanMakhluk hidupNalar atau akal sehatIndividu yang mempunyai atau mendahulukan kepentingannya sendiri & yang dibentuk oleh kekuatan dari luar dirinya Berbeda nyata dariserta kurang valid bila dibandingkan dengan sainsMemahami & menggambarkan tindakan yang berkenaan dengan(ke) masyarakat(an) yang bermakna Definisi yang (bersifat) cair tentang suatu situasi; berbagai definisi tersebut diciptakan/tercipta oleh interaksi manusia Makhluk sosial yang mencipta arti/makna & yang secara terus menerus memaki dunia mereka Teori sehari-hari (everyday theories) yang kuat/penuh daya yang digunakan oleh rakyat /orang-orang biasa (ordinary people) Suatu deskripsi tentang cara bagaimana sistem makna (meaning system) dibangun(generated) dan dilestarikan (sustainable) Bila menggema (resonable) diantara atau terasa benar/tepat(right) bagi mereka yang ditelitiMenghancurkan & mendobrak, atau membongkar mitos dan memberdayakan rakyat/orang-orang untuk merubah masyarakat. Konflik yang diisi/dipenuhi dan diatur oleh struktur-struktur dasar yang tersembunyiRakyat/orangorang yang (bersifat) adaptif dan kreatif dengan potensi yang tidak disadari; mereka terjebak di dalam ilusi dan eksploitasi Keyakinan yang salah (false belief)yang mentembunyikan daya/kekuatan(po wer) serta kondisi objektifTeoriSuatu sistem yang terbangun oleh interaksi antara berbagai definisi, aksioma dan hukum yang bersifat deduktif dan logis Bila terkait dengan hukum dan didasarkan pada faktaUkuran kebenaran dari suatu penelitianSuatu kritik yang mengungkap kondisi sebenarnya dan yang membantu rakyat/orangorang(people)untu k melihat jalan menuju dunia yangUkuran keabsahan dari suatu data, informasi atau bukti Keberadaan nilai (value)Bila didasarkan pada observasi yang akurat&dapat diulang kembali (oleh peneliti lain) Sains bersifat bebas nilai (value free), sehingga tidak ada tempat bagi nilai, kecuali di dalam pemilihan suatu topik(penelitian)Bila tertanam (embedded) di dalam konteks dari interaksi sosial yang(bersifat) cair (fluid) Nilai merupakan bagian integral dari kehidupan sosial; tidak ada nilai(yang ada pada) kelompok (manusia) yang salah, yang ada hanya berbeda)lebih baik Bila memasok rakyat/orang-orang dengan alat-alat (tools) yang dibutuhkan untuk merubah dunia Bila melek informasi(informe d) oleh teori yang membuka/menyiba k selubung(unvei) ilusi Semua sains harus memulai dengan suatu posisi nilai (value position); sebagian posisi(nilai) benar sebagian posisi(nilai) salahSementara itu Sarantakos menjelaskan tentang paradigma sebagai berikut: Tabel Paradigma Menurut Sarantakos Kriteria Positivisme Interpretivisme Critical PerspectiveRealitasMakhluk hidup1. objektif di luar sana (out there) atau berada di luar(tubuh) manusia 2. di persepsi melalui panca indra dan seragam 3. diatur oleh hukum universal 4. terintegrasi secara baik, untuk kebaikan bersama 1. individu yang rasional 2. mematuhi hukum-hukum eksternal 3.tanpa kehendak yang bebas1. subjektif 2. diciptakan, bukan ditemukan 3. diinterpretasi1. diantara objektivisme&subjekti visme 2. kompleks; campuran antara sekedar penampakan dan realitas 3. diciptakan oleh rakyat(orang) bukan alam 4. di dalam ketegangan, penuh kontradiksi 5. didasarkan pada opresi&eksploitasi1. pencipta dunia mereka 2. menetapkan makna-makna bagi dunia merekaSains1. didasarkan kepada berbagai aturan atau prosedur yang ketat 2. deduktif 3. fokus nomothetic; berupaya untuk membangun atau menegakkan hukumhukum(sifat) umum 4. bertumpu pada impresi panca indera 5. bebas nilai1. hanya nalar dan akal sehat, bukan sains 2. induktif 3. fokus idiographic; berupaya untuk menampilkan berbagai kekhasan/khusus budaya dan historis 4. bertumpu pada interpretasi 5. tidak bebas nilai1. dinamis,pencipta (penentu) nasib mereka sendiri 2. diopresi, dieksploitasi, dialineasi, dibatasi 3. dicuci otak, disesatkan, dikondisikan 4. dihambat untuk mewujudkan potensipotensi mereka 1. di antara posisi positivisme dan interpretisme; kondisikondisi membentuk /menentukan kehidupan orangorang, akan tetapi berbagai kondisi itu dapat diubah 2. mengemansipasikan, memberdayakan, bertumpu pada dinamika sistem 3. tidak bebas nilaiMaksud penelitian1. menjelaskan fakta dan sebab akibat 2. memprediksi1. menginterpretasi dunia 2. memahami kehidupan dunia 3. memberi 1. menuju ke bawah tekanan pada permukaan fakta, makna kehidupan, realita 4. mengedepankan struktur untuk atau memberi mengekspos tekanan pada relasi/hubungan yang pemahaman sejati yang sebenarnya. 2. membuka, menyikap dan mengungkap mitos dan ilusi 3. mengedepankan/memb eri tekanan pada emansipasi, pemberayaan serta penyingkiran berbagai keyakinan dan pemikiran yang salahSementara itu Guba dan Lincoln, memberikan penjelasan tentang empat paradigma utama sebagai berikut: Aspekaspek Ontologis ; what is the nature of reality Positivisme Critical realism; ada realitas yang real yang diatur oleh kaidahkaidah tertentu yang berlaku universal. Kebenaran tentang ini hanya dicapai dengan asas prohabilistik Post positivisme Realitas ada tetapi tidak dapat sepenuhnya diperoleh. Realitas dikontrol oleh hukum alam yang dapat dipahami sebagian saja Konstuktivis me Historical Relativisme; realism; realitas realitas yang teramati merupakan merupakan konstruksi realitas semu sosial. yang telah Kebenaran terbentuk oleh suatu realitas proses sejarah bersifat dan kekuatanrelatif, kekuatan sosial, berlaku sesuai budaya, dan dengan ekonomi politik konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku Transaksionalis/ sosial Critical theoryEpistemolDualis/objektivis;Modifiedogis; what is the nature of the relationsh ip between in quirer and knowableada realitas objektive sebagai suatu realitas yang eksternal diluar peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitiannyaobjectivist; interaktive netral. Objektivitas hanya dapat diperkirakan bergantung kepada kritik.Metodolo giEksperimental/ manipulatif; uji empiris dan verifikasi research question dan hipotesa dan kontrol terhadap kondisi berlawanan; utamanya metoda kuantitatifModifikasi/ eksperimental / manipulatif; fasifikasi dengan cara critical multiplism atau modifikasimodifikasi triangulasi utilisasi teknik kualitatif; seting lebih natural, informasi lebih sensasional dan cara pandang emicsubjektivis; hubungan Transaksional antara peneliti is/ subjektivis; dan yang diteliti pamahaman selain tentang suatu dijembatani realitas atau oleh nilai-nilai temuan suatu tertentu. penelitian Pemahaman merupakan tentang suatu produk realitas interaksi merupakan antara peneliti value mediated dengan yang findings diteliti Dialogis/ dialektikal; ada dialog antara penganut/ Hermeneutika pemegang l/ dialektikal; dengan objek konstruksi observasi/ ditelusuri investigasi, melalui bersifat interaksi antar dialektikal; dan sesama mentransform penganut/ kemasabodohan pemegang dan dan objek kesalahpahama observasi/ n menjadi investigasi; kesadaran dengan bahwa struktur tekhnik historis dapat hermeneutikal diubah dan dan karenanya pertukaran diperlukan aksi dialektikal nyata konstruksi tersebut diinterpretasi, dibandingkan; tujuan; distilasi konstruksi konsensus atau resultante konstruksiB. Paradigma Ilmu Hukum Dalam hukum apabila dipilah secara ketat tentang konsep dan tipe kajiannya, maka dapatlah dilihat sebagai berikut : Konsep hukum Hukum sebagai asas kebenaran dan keadilan bersifatkodrati dan universal. Hukum adalah norma positif didalam sistem perundangundangan hukum nasional. Hukum adalah apa yang diputskan oleh hakim inkonkreto dan tersistematisi sebagai judges throug, judicial processes. Hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembagakan. Eksis sebagai variabel sosial yang empirik. Hukum adalah manipestasi makna-makna simbolik para pelaku sosial sebagaimana tampak dalam interaksi antar mereka. Tipe kajian Filsafat hukum Metode Peneliti Orientasi Logika deduksi, Pemikir Filsafat berpangkat pada premis nomatif yang diyakini dan self eviden. Doktrinal, Yuris/akademisi Positivi bersaranakan kontinental stik terutama logika deduksi untuk membangun sistem hukum positif. Doktrinal seperti diatas tetapi juga non doktrinal bersaranakan logika induksi untuk mengkaji cout behaviour. American lawyers Behavi our sociolo g, judge made lawAjaran hukum murni yang mengkaji law as it is written in the books American sosiological jurisprudece, yang mengkaji law as it is decided by judge, dengan mengkaji cout behaviour. Sosiologi hukum, pengkaji law as it is society.Sosiologi dan atau anthropologi hukum, pengkaji law as it is in (human)action sSosial/non doktrinal dengan pendekatan struktural/makro dan umumnya terkuantifikasi (kuantitatif). Sosial/non doktrinal dengan pendekatan interaksional/mikro dengan analisis kualitatif.SosiologStruktu ral Sosial anthropolog, pengkaji humaniora Simboli k interaks ionalSoetandyo Wignyo Soebroto, menjelaskan tentang paradigma penting dlm hukum yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Paradigma Positivistik Positivisme merupakan aliran filsafat yang berkembang di Eropa kontinental khususnya di Perancis dengan beberapa eksponen yang terkenal khususnya, Henri Saint Simon (1760-1825). Positivisme merupakan paham yang dipikirkan untuk menemukan kebenaran hendaklah memperlakukan realitas sebagai sesuatu yang eksis, sebagai suatu objek, yang harus dilepaskan dari sembarang macam pra-konsepsi matafisis yang subjektif sifatnya. Paradigma ini dalam perkembangannya (ilmu hukum) merupakan paradigma yang dominan. Paling tidak, ada dua bentuk positivisme hukum, sebagaimana dijelaskan Khuzaifah Dimyati, yaitu pertama, positivisme yuridis ; bahwa hukum dipandang sebagai suatu gejala tersendiri yang perlu diolah secara ilmiah. Tujuan positivisme adalah pembentukan struktur-struktur rasional sistem-sistem yuridis yang berlaku; kedua, positivisme sosiologi, hukum ditanggapi terbuka bagi kehidupan masyarakat, yang harus diselidiki melalui metode-metode ilmiah. 2. Paradigma Pasca - Positivistik; Realitas Dikonstruksi melalui Interaksi Melepaskan diri dari karakteristik kaum positivistik, muncul pemikiran yang oleh Collin, disebut kaum social constructivist, yang mencoba mendefinisikan ulang apa yang dimaksud dengan realitas sosial. Meski kaum konstruktivis ini memiliki keluasan dalamragam kajiannya, tetapi paling tidak ada delapan posisi argumentatif, seperti dikatakan Soetandyo Wignyosoebroto, yaitu: etnometodologi, relativisme budaya, konstrutivisme sosial Bergerian, relativitas linguistik, fenomenologi, simbolisne fakta sosial, paradigma konvensi, dan juga termasuk paradigma argumentatif yang hermeneutik. 3. Paradigma Hermeneutik Kajian atau paradigma Hermeneutik secara jelas dan tegas menolak paham universalisme dalam ilmu hukum, khususnya ilmu berseluk beluk dengan objek manusia berikut masyarakat, gantinya relativisme itulah yang diakui. Pendekatan atau paradigma ini sering juga disebut dengan paradigma interpretatif mencoba membebaskan kajiankajian hukum dari otorianisme para yuris positif yang elitis. Dengan mengutip pandangan Fish, Soetandyo menambahkan, bahwa pendekatan hermeneutik itu akan mengharuskan orang untuk selalu mengkaji fakta sosial dan fakta hukum melalui interpretasi, padahal they only thing to know about interpretation is that it has to be done everytime. Dan bukanlah hukum itu wishes to have a formal existance.BAB 6Teori Keos Dalam HukumC. Adakah teori keos? Teori keos dikembangkan sebagai suatu istilah baru yang berkaitan dengan makna yang muncul dangan penggunaan istilah itu. Menurut Ian Stewart, keos adalah tingkah laku yang sangat komplek, ireguler dan random di dalam sebuah system yang diterministik, yaitu satu keadaan dimana suatu system tidak bias diprediksi, bergerak secara acak, sehingga sesuatu tidak akan perna muncul dalam keadaan yang sama untuk kedua kali. Menurut Yasrah Amir Pilang, Dunia keos adalah dunia yang dipenuhi oleh energi kegelisahan, gairah, hasrat, kehendak dan ekstase yang mendorong bagi penjelajah, pencarian, serta sistesis-sistesis baru, sehingga menciptakan peluang kreativitas, dinamisitas, dan produktivitas berbagai makna. Penelitian Lorenz dikenal drngan efek kupu-kupu.Lorenz menggunakan beberapa persamaan dinamika fluida untuk memodelkan prilaku keotik system gas, dengan bantuan computer. Fraktal adalah suatu cara mengukur kualitas, yang kalau tidak ada, tidak memiliki definisi yang jelas, derajat kekerasan atau keratakan atau ketidakteraturan dalam sebuah objek. Fraktal hadir dimana-mana dalam berbagai bentuk, serta memahami banyak fenomena kompleks dan turbulensi.Chaos dalah sesuatu yang ada dimana-mana, akantetapi sukar untuk menjelaskannya, satu situasi ketidakberaturanatau kekacauan benda, Chaos dalam tangkah laku cuaca, tingkah laku sebuah pesawat terbang diudara, tingkah laku awan yang bararak dilangit, tingkah laku sosial yang rusuh, tingkah laku hokum yang tak dapat diprediksi. Bagi beberapa pemikir kontemporer, yang berada pda paying feminis dan beberapa pemikir seperti Haraway, Braidotti, Kember dan Whatlay.keos, kegalauan atau ketidakpastian merupakan strategi cultural yang positif, yang dapat meningkatkan peluang kreativitas D. Teori Keos dalam Hukum Pada akhir tahun 1980-anterbit sebuah buku yang dituls oleh Charles Sampford, dengan judul The Disorder of Law , ACritique of Legal Theory.Dari judul bukunya saja terlihat bahwa Sampford memberikan pandangan baru tentang apa yang selama ini banyak dipahami oleh teoritis hokum,Sampford menjelaskan bahwa teori hokum tidak hanya muncul atu tidak mesti berasal dari system(suatu yang sistematis), sebagai pandangan yang menganggap bahwa hukum selalu bersifat sistemik,tatapi teori hukum dapat juga muncul dari apa yang disebut dari situasi keos, sehingga melahirkan apa yang disebut teori dengan teori keos dalam hukum. Teori hukum muncul dan dibangun dari suatu keadaan atau kondisi masyarakat yang disebutnya sebagai Mellee. Mengapa demikian? Menurut Stampford, masyarakat sesungguhnya (realitasnya) selalu berada dalam kondisi/situasi keos, bahwa masyarakat selalu berada pada jalinan hubunganhubungan yang tidak dapat diprediksi dan sistematis.Masyarakat terus menerus bergerak secara dinamis, demikian hal itu terjadi karma dalam masyarakat banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, misalnya kekuatan-kekuatan (kekuasaan) dan saling terik menarik dan berbenturan didalamnya, Oleh karenanya bagaimana mungkin situasi yang demikian itu dikategorikan sebagai sebagai situasi yang serba tertib dan teratur. Pemikiran Stampford jelas merupakan penolakan terhadap teori sistem dalam hukum, yang menganggap bahwa masyarakat selalu dalam keadaan tertib dan teratur (sebagaimana konsep sistem). Teori Sampford bertolak dari basis sosial hukum yang penuh dengan hubungan bersifat Asimetris. Inilah ciri khas dari sekalian hubungan sosil; hubunga-hubungan social itu dipersepsikan secara berbeda oleh para pihak. Hubunganantar kekuatan tidak selalu tercermin dalam hubungan formal dalam masyarakat. Maka terdapat kesenjangan antara hubungan formal dan hubungan nyata yang didasarkan pada kekuatan. Inilah yang menyebabkan ketidakteraturan itu, Dengan demikian maka sebetulnya keteraturan itu bukan sesuatu yang nyata dalam kenyataan. F. Mengapa Teori Sistem Gagal Teori Stampford memang ditujukan untuk melakukan kritik terhadap pimikiran teori sistem dalam hukum, khususnys menjelaskan tentang gagalnya teori system dalam menjelaskan banyak persoalan. Banyak alasan tenteng kegagalan teori-teori sistem sebagai ciri khas dari teori-teori individu. Tetapi terdapat satu alasan yang berlaku untuk semua. Masing-masing mencakup pembentukan sistem untuk menggabungkan prestasi dari banyak pemikiran dalam sistem itu, apakah untuk penciptaan peranan, muatan prinsip-prinsip atau fungsi-fungsi lembaga-lembaga. G. Teks Keos Jacques Derrida Pandangan lain tentang apa yang kita sebut dengan keos dapat ditemukan dalam pemikiran Jacques Derrida tentang apa yang disebut dengan Dekonstruksi. Meski sulit untuk didefinisikan tetapi pesan yang dimuat Derrida dengan dekonstruksinya tersebut sangat jelas, yaitu sebagai upaya untuk melakukan pembongkaran terhadap pandangan filsafat barat yang terlalu logosentrisme atau objetivitik. Dekonstruksi menurut Derrida adalah alternative untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku. Puncak dekonstruksi Derridadikemas dalam dua hal pokok yakni, pertama;mimesis tanpa asal-usul dan kedua apokalis tanpa akhir. Apabila dilihat maka pemikiran semiotika Derrida agak bertentangan dengagn pemikiran semiotika yang lebih mengembangkan dan mengandalkan pada keabadian, kestabilan dan kemantapan tanda dan makna-makna, seperti semiotika struktural dari saussure. Derrida sebagai salah seorang pemikir post-strukturalis, yang ditekankan adalah proses significance, yaitu sebuah proses penciptaan kretif tanda dan kode-kode yang tanpa batas dan tidak terbatas.Oleh karena itu seringkali semiotika Derrida disebut semiotika keos atau semiotika ketidakberaturan.E. Dekonsruksi Derrida bagi Ilmu Hukum Bagi ilmu hukum, dekonstuksi Derrida memberikan alternatife pemahaman teks, yang berbeda dari model pemahaman teks yang konvensional dan formal saat ini dalam hukum. Pandangan tentang kepastian hokum berubah menjadi kepastian teks, kepastian undang-undang dan kepastian pasal gambaran ini memperlihatkan bahwa penafsiran itu dipengaruhi dan didominasi oleh pandangan positivistic-sistemik, semua makna sudah jelas dan pasti, kebenaran tidak dapat dibantah.Bagi Cristhoper Norris, dekonstruksi adalah aktivitas pemikiran yang tidak melulu konsisten dalam aksinya dan disinilah terletak dimensi kegilaannya, namun pada saat yang sama, juga memiliki kepastian yang tidak dapat dibantah.Tawaran Derrida ada pada cara penfsiran, pertama, penafsiran restropektif yaitu upaya untuk merekonstruksimakna atau kebenaran awal atau orisinil. Kedua, penafsiran prospektif yang secara eksplisit membuka pintu bagi inderminasi makna.BAB 7Menuju Pemahaman Hukum Post-ModernisA.Pesona Post-Modernis Memasuki dasawarsa terakhir abad 20 dan awal abad 21, sesuatu yang cukup penting yang banyak dibicarakan, yaitu berkaitan dengan pergeseran dan munculnya pemikiran baru yang disebut Post-Modernis. Dibarat pergeseran ini menempati poros utama dalam perdebatan intelektual kontemporer, sebuah `perang` sengit yang menyangkut banyak hal, seperti filsafat, sastra, seni, arsitektur, dan banyak lagi lainnya. Postmodermis, selalu dibicarakan sebagai sesuatu yang datang setelah era modernis, disebut sebagai suatu priode transisi paradigmatis, yaitu suatu masa dimana terjadi proses peralihan yang sangat penting terhadap cara pandang manusia tentang dunia (world view). Post-modernis memiliki makna yang kabur, yang timbul karena akhiran `isme` dan awalan `post`.Menurutnya akhiran `isme` biasanya pertama, menunjukkan kepada kritik filosofis atas world view. Kedua, menunjuk pada situasi tata sosil tentang teknologi informasi, globalisasi, gaya hidup. Ketiga, `isme juga memberikan kesan seolah-olah sitem pemikiran tunggal tertentu. Sedangkan kata `post`menimbulkan banyak perdebatan, apakah berate pemutusan pemikiran hubungan totaldari pola kemodernanseperti ditemukan oleh Lyotard, atau sekedar koreksi terhadap hal yang modern pandangan Baudrillard, Derrida, dan Foucault, atau kemodernan yang telah sadar diri sebagaimana dijelaskan oleh Giddens. Menurut Daniel Bell`penekanan modernisme adalah pada gerakan dan perubahanpada masa kiniyng absolute, jika bukan masa depan sebagai masa kini, dan hal itu dicorakkan oleh penolakan terhadap penerimaan batas-batas,desakn pada pencapaian secara kontinyu (akan) nasib yang senantiasa berada diluar;diluar moralisme, diluar tragedy, diluar kebudayaan. B. Teori Hukum Post-modernis Hukum dalam dunia Postmodernis merupakan wilayah yang memiliki pesona berbeda dengan pandangan modernitas, karena dalam dunia postmodernitas sebagaimana dijelaskan oleh salah satu tokohnya yang paling berkibar Jean Baudillard, wilayah ini, merupakan wilayah (dunia)imajinasi, wajah simulacra yang beranak-pinak dan berekstase sedemikian rupa hingga menciptakan imajiner hyperrealnya sendiri. Menurut salah satu penulisnya dijelaskan, bahwa bebrapa teori hokum kritis yang muncul belakangan ini memperlihatkan kecendrungan pemikiran yang bersifat postmodernis,yang dissebut sebagai Cultural Studies, sebagaimana dalam pendahuluan bukunya berjudul Introduction;(Post)modern legal studies as ( Critical) Cultural Studies.Merupakan studi yang didalamnya penuh dengan hingar bingar pencarian kebenaran dan saling berlomba dalam argumentasi dan teori dalam jangkauan sangat luas, wilayah ilmu bukan wilayah yang stabil, dan ini merupakan perayaan yang elektrikdari paham postructuralis. C. Critical Legal Studies Richard A. Posner,dalam bukunya Frontiers Legal Theory menjelaskan tentang adanya perkembangan pemikiran yang disebut dengan Critical and Postmoderen Legal Studies. Muncul pada sekiter tahun 1970-an(di Amerika), tokonya adalah para sarjana hokum yang terinspirasi oleh gerakan pemikiran kontinental (cotinental social theory) pada tahun1960-an seperti Marxist, Structuralist, Post-srtucturalist .Yang kemudian para sarjana itu bergabung untuk membentuk gerakan yang disebut dengan Gerakan Studi Hukum Kritis. Ada beberapa varian dalam arus pemikiran ini,yaitu:Pertama, pemikiran yang diwakili oleh Roberto M. Unger, yang mencoba mengintegrasikan dua peradigma yang aling ber saing,yakni antara paradigma konflik dan paradigma consensus.Kedua, adalaharus pemikiran yang diwakili oleh David Kairys yang mewarisi tradisi pemikiran Marxis.Ketiga, arus pemikiran yang diwakili oleh Duncan Kennedy, yang menggunakan metode eklektis yang membaurkan sekaligus perspektif strukturalis fenomenologis dan neo Marxis Gerakan/ studi hukum kritis , meski hanya sebuah fenomenal Amerika ,mereka mencoba mengemas sebuah teori yg bertujuan melawan pemikiran yang sudah mapan khususnya mengenai norma-norma dan standar yang sudah built-in dalam teori dan praktek hokum yang ada selama ini yang cendrung diterima apa adanya yaitu, normanorma dan standar hokum yang didasarkan pada premis ajaran Liberal legal justice Ide dasar gerakan ini bertumpu pada pemikiran bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari politik dan hukum tidak bebas nilai atau netral, gerakan ini tidak bertumpu sema-mata pada konteks, tetapi mengarah analisisnya pada konteks dimana hokum eksis, dan melihat hubungan kausalantara doktrindan teks dengan realitas. 1. Dekonstruksi Versi Critical Legal Studies Satu tawaran dari pemikiran dari gerakan hukum kritis adalah terminology yang banyak diperbincangkan orang yang disebut dengan dekonstruksi, didasarkan pada karya inspirasi sangat padat namun cukup sulit dan rumit dari Jacques Derrida. Dekonstruksi dalam hokum merupakan strategi pembalikan untuk membantu menoba melihat makna istilah yang tersembunyi, yang kadang kala istilah tersebut cenderung diistimewakan melalui sejarah, meski dekonstruksi itu sendiri tetap beerada pada hubungan istilah/wacana tersebut. 2. Critical Legal Studies Pada bagian ini akan dipaparkan tentang rekomendasi penting yang dibuat oleh Roberto Unger, salah satu anggota gerakan ini yang paling dihormati.Unger adalah penulis yang paling subur,untuk tujuan ini Unger menawarkan empat hak inti. Pertama; hak imunitas (kekebalan)akan menjamin wilayah individual yang sangat pribadi seperti kebebasan sipil. Kedua; hak destabilisasi dapat memeri individu hak tantangan mengembangkan hararki.Hak-hak ini akan dijamin oleh (a)bentuk peradilan /hukum yang saat ini ada (b) suatu badan /agensi publik. Ketiga;hak pasarakan berasal dari duaprinsip ekonomi: (a) Suatu dan modal berputar(b) Bunga yang dibebankan akan digunakan untuk pelaksanaan/administrasi pemerintahan dan untuk mendorong investasi yang orientasi resiko atau responsip social . Keempat; hak solidaritasakan mengembangkan karir dalam dua tahap. Standar-standar misalnya kesetian good faith dan tanggung jawabakan ditetapkan denga tingkat keterbukaan.D. Feminis Jurisprudence Aliran /Gerakan feminis dalam hokum mucul dalam bentuk embrionya diAmerika serikat pada akhir 1980-an. Feminis juriprudensi mencoba secara fundamental menentang beberapa asumsi penting dalam teori hukum konvensional dan juga beberapa kebijakansanaan konvensional dalam penelitian hokum kritis. dalam hukum : 1. Pergerakan Hak-hak Wanita Empat tahun saling tumpang tindih dan hangar binger dapat diidentifikasi sebagai pergerakan hak-hak wanita di Amerika serikat.Pertama;selama abad ke-19sejumlah oleh sebagian usaha dilakukan untuj mendapat hak memilih, mendapatkan akses property pribadi dalam pernikahan.Pergerakan Kedua;mulai pada tahun 1960-an;dan ditandai besar wanita yang memasuki pendidikan hokum dan juga praktek hukum. Pergerakan ketiga; berlangsung pada tahun 1970-an, fokusnya pada pekerjaan, hukum keluarga dan defenisi hukum tentang perkosaa. Pergerakan keempat; mulai pada akhir tahun 1980-an dan berlangsung hingga akhir 1990-an menyaksikan sejumlah kemunduran pada tahap awalnya(kekalahan equal rights amandement pembatasan yang ditetapkan pada hak-hak aborsi) Ahli-ahli hukum feminis kritis telah menemukan bahwa hukum menghadirkan sejumlah keterbatasan terhadap realisasi nilai-nilai social. Pertama karana ketergantungan pada preseden(staredecisis).Kedua, konteks kedalam strutur hukum yang menggambarkan masalah bagi feminisist mencoba untuk membela klie, dan secara bersamaan memberikan sumbangan terhadap pergerakan feminisist yang lebih besar. Pendekatan FeministKetiga. Memberi perhatian pada focus pengadilan yang rasional dan koheren. 2. Metode Feminis dalam Hukum Barlett mungkin telah menghadirkan suatu agenda yang berakar dari stand point epistemology. Menurutnya, feminist yang berhubunga denga hukum paling tidak memfokuskan pada tiga factor. Pertama, bertanya pada perempuan. Kedua, pemahaman praktis feminist yang dapat mencakup semua aspek logika deduktif, tetapi mempertimbangkan logika pengalaman-pengalaman konkret dan unik dari yang tertekan. Ketiga, munculnya kesadaran, tujuannya untuk individual dan pemberdayaan kolektif, bukan untuk dendam pribadi. E. Hyperrealitas dan Implikasinya Terhadap Teori Hukum Dalam wacana Post-Modernis aroma kematian ini teras betul, khususnya bagi wacana Baudrillard, yakni seorang pemikir paling berpengaruh aliran Post-modern. Baudrillard telah mengangkat tema-tema mengenai simulasi, realitas yang hyper yang telah eksis dan menggantikan realitas aslinya. Dalam wacana Baudrillard, dominasi teknologi telah menghasilkan segala sesuatu menjadi sangat mungkin, yaitu terciptanya secara komulatif realitas citraan/artificial,yang disebutnya dengan hyperrealityyaitu, suatu situasi dimana realitas telah digantikan oleh sesuatu yang tidak real sebagaimana dinyatakan olehnya,masa kini merupakan masa dimana realitas asli digantikan oleh simulacra, dan manusia terjebak dalam apa yang disebut sebagai hiperealitas, realitas yang melampaui citra aslinya, keaslian dan dunia kultural lenyap secara tiba-tiba. Baudillard mengambil contoh Disnyland sebagai wujud citraan sempurna dari semu tatanan yang terkait dengan simulasi. Hukum akan muncul dalam bentuk keputusan yang ditandai dengan keserakahan dan muslihat birokrasi, turbulensi dan noise. Dalam wilayah ekstrim hukumadalah libido kekejaman, ekstasi kejahatan, dan semangat kegilaan yang ditukangi oleh perasit hukum, guna melakukan manuver-manuver yaitu membuat simulacra hukum, dengan menciptakan huruf dan kalimat yang tersusun rapih dalam sebuah teks undang-undang dan sejenisnya. Itulah hyperrealitas hukum. Undang-undang menjadi pembenar dalam kejahatan,dan pelaksana undang-undang menopangi kebenaran. Pada akhirnya undang-undang lah kejahatan. Baudillard dengan teorinya tidak bermasud untuk membumuh realitas, namun berupaya menjelaskan sesuatu yang tengah terjadi dan berkembang saat ini sebagai sesuatu yang tidak bias dihalangi atau dibantah. Begitu pula dengan film, masyarakat lebih mempercayai film ketimbangrealitas cultural masyarakat yang sesungguhnya. Dalam wacana Baudillard, hokum digiring kedalam aroma kematian, aroma, bangkai, dan aroma bau busuk, yaitu aroma matinya realitas hukum.