peta sulawesi tenggara

Upload: gunawan-rbilly

Post on 22-Jul-2015

1.322 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Peta Sulawesi Tenggara

Pemerintah Atasi Sengketa Lahan Tambang Tiga BUMN Tanggal: 23 Mei 2012 Media: Indonesia Finance Today Jurnalis: Novan Dwi Putranto

BY NOVAN DWI PUTRANTO & NURSEFFI DWI WAHYUNI JAKARTA (IFT)-Pemerintah siap membantu usaha tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengatasi sengketa lahan tambang yang mengancam pengembangan perseroan. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS) merupakan tiga BUMN tambang yang memiliki sengketa area operasi dengan perusahaan swasta yang izinnya dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN, mengatakan pemerintah siap mendukung langkah perseroan untuk bisa menyelesaikan sengketa karena juga berpotensi merugikan negara. Kita siap bantu rencana perseroan untuk menyelesaikan kasus ini karena di situ juga ada kepentingan negara, kata dia, Selasa. Pemerintah berpotensi kehilangan proyek senilai US$ 450 juta karena sengketa lahan tambang Aneka Tambang di Kabupate Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Hal ini karena rencana Aneka Tambang membangun pabrik pengolahan pig iron terancam batal. Alwin Syah Lubis, Direktur Utama Aneka Tambang, mengatakan pengurangan lahan eksploitasi akan menyulitkan nilai ekonomis dari pabrik yang akan dibangun. Rencana ini sudah masuk dalam blue print pemerintah, kalau lahannya kurang otomatis cadangan akan berkurang dan tidak ekonomis untuk bisa bangun pabrik di sana, kata dia. Aneka Tambang mengantongi izin eksploitasi seluas 6.213 hektar tahun 2005. Namun, luas lahan dikurangi 1.213 hektare pada 2007 oleh bupati Konawe Utara dan diserahkan pada PT Duta Inti Perkasa Mineral (DIPM).Kami sudah keluarkan biaya Rp 200 miliar lebih untuk eksplorasi di lahan itu, kata Alwin. Akibat kasus tersebut, Aneka Tambang kehilangan cadangan nikelnya sebesar 82,3 juta ton per tahun. Alwin menambahkan pihaknya juga sedang menyiapkan dokumen untuk membawa masalah ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tidak hanya Aneka Tambang, Bukit Asam juga telah melaporkan sengketa wilayah tambang di Lahat, Sumatera Selatan. Hananto Budi Laksono, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, mengatakan Bukit Asam yang merupakan perusahaan milik negara berpotensi rugi hingga US$ 9,85 miliar dari pengalihan wilayah tambang Lahat, yang semula dikelola Bukit Asam ke puluhan perusahaan swasta oleh Harunata, Bupati Lahat periode 2003-2008, menurut direksi perseroan. Perhitungan itu dengan asumsi cadangan tertambang dari wilayah itu sebesar 394 juta ton dan rata-rata margin perseroan dari penjualan batu bara pada 2011 sekitar US$ 25 per ton. Kasus ini sudah dilaporkan ke KPK. Proses hukumnya masih berlangsung, kata Hananto. Bukit Asam melakukan kegiatan eksplorasi batu bara sejak 1990 sampai 2003 dan mendapatkan potensi sumber daya batu bara yang layak untuk dieksploitasi sekitar 2 miliar ton. Sesuai dengan Undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan, Bukit Asam memiliki hak tunggal untuk melakukan eksploitasi di wilayah kuasa pertambangan tersebut. Pada 11 September 2003, Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Rosihan Arsyad mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 461/KPTS/Pertamben/2003, yang memberikan izin kuasa pertambangan eksploitasi seluas 24.751 hektare ke Bukit Asam. Namun, Bupati Lahat dan Bupati Muara Enim mengajukan keberatan, karena mereka merasa belum pernah dimintai persetujuan atas keputusan atas izin pengelolaan tambang yang berada di kedua Kabupaten tersebut. Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Oesman periode berikutnya, menurut Milawarma, pada 20 Oktober 2004 menerbitkan surat pembatalan keputusan pemberian izin wilayah tambang tersebut. Syahrial menyerahkan proses peningkatan kuasa pertambangan eksplorasi Bukit Asam ke Pemerintah Kabupaten Lahat dan Muara Enim. Bukit Asam pada 8 September 2005 mengajukan permohonan peningkatan kuasa pertambanganeksplorasi menjadi kuasa pertambangan eksploitasi kepada Bupati Muara Enim. Dalam permohonan proses peningkatan status tersebut, Bukit Asam tidak mendapatkan suatu halangan apapun dari Bupati Muara Enim. Namun, pada saat meminta peningkatan status ke pemerintah daerah Lahat, pada 1 Januari 2005 Bupati lahat malah mengeluarkan izin kuasa pertambangan eksplorasi seluas 2.742 hektar selama tiga tahun ke PT Mustika Indah Permai, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Padahal, wilayah yang diberikan tersebut tumpang tindih dengan lahan yang dimiliki Bukit Asam. Bupati Lahat hanya memberikan kuasa pertambangan seluas 9.834 hektare dengan status izin penyelidikan umum. Di Bangka Belitung, PT Timah juga masih berhadapan dengan masalah sengketa lahan dengan perusahaan perkebunan Kelapa Sawit PT Sumber Cahaya Hasil Gemilang (SCHG). Ryad Chairil, Pengamat Hukum Pertambangan, mengatakan pemerintah harus memberikan aturan yang jelas mengenai perizinan di daerah. Banyak izin yang tumpang tindih di daerah, ini bisa membawa dampak negatif bagi investor baru. Mereka bisa ketakutan izinnya dicabut oleh kepala daerah yang baru, kata dia. Ryad mengatakan banyaknya tumpang tidih lahan menimbulkan ketidakpastian hukum bagi investor. Menurutnya, pemerintah harus membenahi kembali mekanisme perizinan agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Menurut Direkrotat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi pertumbuhan perizinan usaha tambang yang dikeluarkan daerah sangat besar. Dede Ida Suhendra, Direktur Pengusahaan Mineral Kementerian Energi, mengatakan IUP yang dikeluarkan daerah saat ini sudah menembus angka 10.000. Sebelum UU Minerba hanya ada 600 kuasa pertambangan sedangkan sekarang sudah asa 10.326 IUP, jadi jika ada tumpang tindih lahan mungkin saja terjadi, kata dia. (*)

__ Dahlan: Lawan, Perusahaan Yang Rampas Lahan BUMN! 23 Mei 2012

Tanggal: 23 Mei 2012 Media: Rakyat Merdeka Jurnalis: DNU DAHLAN meljhat, terjadinya tumpang tindih lahan dan perebutan aset antara perusahaan tambang BUMN dengan perusahaan non BUMN karena disinyalir ada dugaan praktik suap untuk mcmperolah lzin Usaha Pertambangan (IUP) dari oknum pemerintah daerah (pemda) setempat. Menurutnya, saat ini ada beberapa aset pertambangan milik perusahaan BUMN yang dicaplok oleh perusahaan lain. Misalnya aset milik PT Bukit Asam, PT Antam dan PT Timah. Karena itu, bekas Dirut PLN itu meminta sernua perusahaan pelat merah mempertahankan aset dan lahannya yang direbut oleh perusahaan yang tidak berhak. BUMN hams berupaya mengambil kembali aset-aset negara yang telah berpindah tangan ke orang yang tidak berhak, tegas Dahlan di Jakarta, kemarin. Narnun, Dahlan mengakui, hal itu tidaklah mudah, karena perusahaan BUMN tidak boleh menyogok dan melakukan lobilobi. Itulah kelemahan dalam tanda kutip, yang semestinya menjadi- kekuatan, Lemah itu maksudnya kalah. Tetapi apakah saya anjurkan untuk nyogok, tidak mungkin, ucapnya. Selain itu, kata dia, banyaknya aset BUMN yang berpindah tangan disebabkan aset tersebut tidak dikerjakan akibat terimbas krisis keuangan yang melanda Indonesia, beberapa waktu lalu. Kondisi saat itu membuat perusahaan tak dapat segera mengolah aset-aset yang dimilikinya. Jika aset BUMN yang diserobot itu digunakan untuk inengembangkan daerah, Dahlan mengaku, tidak akan memperkarakannya. Namun, bila aset itu dipakai untuk kepentingan pribadi, dia akan memerintahkan direksi BUMN segera mengambil kembali aset tersebut. Alasan pemerintah berupaya merebut kembali aset itu adalah hasil pertambangan akan masuk dalam neraca perusahaan dan neraca negara. lni penting karena bisa mempertahankan sesuatu yang menjadi milik negara. Saya sampaikan ke direksi Antam, lawan! Kenapa, Ini bukan untuk kepentingan pribadi kok, tegas Dahlan. DPR meminta Kementerian BUMN tegas melindungi perusahaan pelat merah, khususnya yang membidangi pertambangan. Karena selama ini banyak lahan milik BUMN yang dicaplok perusahaan swasta setelah mendapat perlindungan pernda. Kalau perlu, BUMN kudu nyari pengacara handal guna memenangkan persidangan perebutan lahan. Sebab, selama ini BUMN selalu kalah, saran anggota Kornisi VI DPR Chandra Tina Wijaya di Gedung DPD, kemarin. Menurut Chandra, perlindungan terhadap perusahaan juga perlu dilakukan BUMN dengan cara memperbesar anggaran untuk lawyer (pengacara). Ini perlu dilakukan guna memperjuangkan hak (lahan tambang) milik perusahaan yang berada di bawah naungan pemerintah. Perlu diketahui, kegiatati pertambangan nikel oleh Antam di Tapunopaka, Sulawesi Tenggara, sudah dimulai sejak 1999. Kegiatan itu ditandai dengan terbitnya SK Dirjen Pertambangan Umuni No.849-K/23.01gDJP/ 1999 berupa izin KP di lahan seluas 14.570 hektar Namun. gara-gara tindakan Bupati Konawe Utara, Aswad Sulaiman (Konut) yang menerbitkan SK No.153/2008 dan SK 267/ 2007 berujung pada pembatalan lawan eksplorasi di Antam. Dari 1999 sebenarnya sudah ada kasus pertambangan semacam ini. Untuk itu, harus ada pengetatan dalam bisnis tambang, seperti pembangunan smelter dan pengetatan bea keluar, jelas Chandra. Menurutnya, sepak terjang perusahaan swasta sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah daerah (bupati). la berharap, Kementerian BUMN menyikapi hal ini dengan tegas. Direktur Indonesian Resources Studies (tress) Marwan Batubara mendesak pemerintah segera menuntaskan sengketa lahan tambang nikel di Konawe Utara antara Antam dengan Pemda setempat. Pemeri ntah diminta turun tangan mengatasi sengketa lahan itu, supaya tidak mengganggu iklim investasi di daerah tersebut, ujar Marwan. Peran pemerintah sangat diperlukan karena terkait potensi kerugian negara yang mencapai Rp 42 triliun berupa lahan pertambangan milik Antam di Tapunopaka, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Menurut Marwan, selain melakukan upaya hukum, DPR juga diminta menjalankan fungsi pengawasan dan melakukan tindakan korektif terhadap lembaga-lernbaga negara terkait, baik pusat maupun daerah agar keadilan dapat ditegakkan dan aset negara bisa diselamatkan. Marwan menyatakan, peran KPK juga sangat dibutuhkan dalam kasus ini untuk menyelidiki dugaan penyelewengan aset negara yang dirampas. __ Antam olah nikel di luar negeri 22 Juni 2007

Bisnis, 22 Juni 2007 PT Aneka Tambang (Antam) Tbk kemungkinan akan melakukan pengolahan nikel di luar negeri, menyusul terjadinya kerusakan di pabrik feronikel (FeNi) III pada akhir pekan lalu. Development Director Antam Darma Ambiar menjelaskan pengolahan nikel di luar negeri (tooling) merupakan salah satu opsi yang akan di-tempuh oleh Antam agar produksi nikel tetap sesuai target pada tahun ini. Sejauh ini kami telah menjajaki kerja sama dengan Jepang, yaitu dengan Pacific Metal Company untuk melakukan pengolahan itu. Namun karena perusahaan itu sedang melakukan perbaikan dan kapasitas pengolahannya sudah penuh, maka kami masih mencari yang lainnya, kata dia di Jakarta kemarin. Negara lain selain Jepang yang dijajaki Antam untuk pengolahan nikel dalah Ukraina yang juga menjadi salah satu mitra Antam. Menurut Direktur Operasi PT Antam Alwin Syah Loebis, dengan tooling itu, tingkat produksi nikel Antam bisa dijaga. Itu memang akan kami tempuh, untuk menjaga tingkat produksi kami. Dia menjelaskan, harga pengolahan di luar negeri tidak jauh beda dengan pengolahan di dalam negeri. Saat ini, harga pengolahan nikel di Indonesia mencapai US$4,86 per pond. Harganya sama. Bila diolah di dalam negeri, komponen yang menyebabkan biaya produksi menjadi mahal adalah biaya listrik, ungkapnya Hingga saat ini, Antam tengah melakukan perbaikan di pabrik FeNi III di Pomala, Sulawesi Tenggara. Menurut jadwal, perbaikan pabrik akan memakan waktu setidaknya hingga tiga minggu sejak terjadinya kebocoran. Sebelumnya, pabrik FeNi III mengalami kerusakan akibat terjadinya kebocoran kecil metal dinding tanur di sisi elektroda satu. Padahal, pabrik itu baru beroperasi dalam enam bulan. Proyek FeNi III mulai beroperasi pada 29 Januari tahun ini, dan hingga Mei lalu pabrik tersebut telah menghasilkan 7.510 ton nikel. Untuk pembangunan pabrik FeNi III, Antam menginvestasikan dana hingga US$320 juta. (01) Source :Bisnis

Kronologi SurutEkspor Mineral

Antam Lanjutkan Ekspor Bijih NikelEvy Rachmawati | Marcus Suprihadi | Kamis, 31 Mei 2012 | 13:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- PT Aneka Tambang Tbk mengantongi izin untuk melanjutkan kembali ekspor bijih nikel dan bauksit. Hal ini sangat membantu mempertahankan kontribusi pendapatan Antam. Perolehan izin ekspor Ini berasal dari penjualan bijih. Jadi Antam tidak mengubah target volume penjualan bijih nikel dan bauksit di tahun 2012. Antam telah memperoleh surat persetujuan ekspor yang menetapkan kuota kontribusi pendapatan 2,275 juta wmt untuk tiga bulan ke depan dan surat Perseroan yang berasal persetujuan ekspor, selanjutnya akan diberikan setiap 3 bulan sekali. "Perolehan izin ekspor bijih merefleksikan pemenuhan aspek compliance Antam, dilandasi prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik, terhadap regulasi pemerintah," kata Direktur Utama Antam, Alwinsyah Lubis, Kamis (31/5/2012), di Jakarta. Selain itu, perolehan izin ini juga menjadikan strategi dan rencana bisnis perusahaan tidak berubah, dengan aspek hilirisasi melalui pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian yang akan mulai beroperasi di tahun 2014. Sampai dengan akhir bulan April 2012, Antam telah mengapalkan 2,34 juta wmt bijih nikel. Dengan diperolehnya izin ini, Antam diperbolehkan kembali melakukan pengapalan lanjutan bijih nikel 2,275 juta wmt untuk 3 bulan ke depan ke konsumen di Jepang, Eropa dan China. Untuk bijih bauksit, Antam telah memperoleh ijin ekspor lanjutan 50.000 wmt untuk 3 bulan ke depan ke konsumen di Jepang dan China. Sampai dengan akhir bulan April 2012, Antam telah melakukan ekspor bijih bauksit 31.402 wmt. Terkait pengenaan bea keluar ekspor bijih 20 persen, beberapa konsumen bijih nikel Antam telah menyatakan kesediaannya untuk menanggung beban bea keluar tersebut. Namun, Antam juga masih bernegosiasi dengan beberapa konsumen lain untuk dapat menanggung seluruh beban bea itu. Menurut Alwinsyah, dimulainya kembali ekspor bijih mineral dan realisasi proyek-proyek pertumbuhan mencerminkan komitmen manajemen untuk menjaga arus kas perusahaan agar tetap kuat. Hal ini demi memberi imbal hasil maksimal pada pemegang saham. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/31/13145131/Antam.Lanjutkan.Ekspor.Bijih.Nikel. __Thursday, 31 05 2012 Aneka Tambang Dapat Izin Ekspor Bijih Nikel dan Bauksit BY NOVAN DWI PUTRANTO & NURSEFFI DWI WAHYUNI Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan 30 rekomendasi untuk melanjutkan ekspor mineral. (BLOOMBERG/DIMAS ARDIAN) JAKARTA (IFT) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara sektor pertambangan mineral, sudah mendapat izin untuk kembali melanjutkan ekspor bijih nikel dan bauksit. Pemerintah menetapkan kuota ekspor Aneka Tambang sebesar 2,275 juta wet metrik ton (wmt) yang akan ditinjau setiap tiga bulan sekali. Alwinsyah Lubis, Direktur Utama Antam, mengatakan perseroan sudah memenuhi segala persyaratan untuk bisa melanjutkan kegiatan ekspor seperti yang ditetapkan pemerintah. "Aneka Tambang berkomitmen dengan aspek hilirisasi melalui pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian yang akan mulai beroperasi di tahun 2014," kata dia, Rabu. Sampai dengan akhir April 2012, Aneka Tambang mengapalkan 2,34 juta wmt bijih nikel. Dengan diperolehnya izin ini, perseroan diperbolehkan kembali melakukan pengapalan bijih nikel sebesar 2,275 juta wmt untuk tiga bulan ke depan ke konsumen di Jepang, Eropa, dan China. Untuk bijih bauksit, Aneka Tambang telah memperoleh izin ekspor sebesar 50 ribu wmt untuk tiga bulan ke depan ke konsumen di Jepang dan China. Sampai akhir April, Aneka Tambang telah melakukan ekspor bijih bauksit sebesar 31.402 wmt. Badan usaha milik negara di sektor pertambangan mineral tersebut melaporkan pengembangan proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, Kalimantan Barat konstruksi per akhir April 2012

mencapai 61,35%. Sementara konstruksi proyek Feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara mencapai 22,74% dan konstruksi proyek MOP-PP telah mencapai 17,9% per akhir April 2012. Selain ketiga proyek tersebut, Aneka Tambang juga memiliki dua proyek utama lainnya yakni proyek Smelter Grade Alumina (SGA) Mempawah di Kalimantan Barat dan proyek Nickel Pig Iron/Low Grade Ferronickel Mandiodo di Sulawesi. Proyek SGA Mempawah saat ini berada dalam tahapan studi kelayakan sementara proyek Nikel Mandiodo dalam persiapan Bankable Feasibility Study (BFS) setelah studi kelayakan oleh pihak independen selesai dilakukan. Selain Aneka Tambang, perusahaan lain yang akan membangun smelter adalah PT Bumi Modern Sejahtera. Anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN) tersebut berencana membangun tiga unit pabrik pengolahan (smelter) bijih nikel menjadi nickel pig iron senilai US$ 360 juta pada tahun ini di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Sungkono Honoris, Presiden Direktur Modern Internasional, mengatakan masing-masing unit pabrik tersebut berkapasitas 110 ribu ton per tahun. "Kami menargetkan proyek itu selesai sebelum 2014. Satu unit di Palopo, Sulawesi Selatan dan dua unit lagi di Jawa Timur," kata Sungkono. Dalam proyek tersebut, Bumi Modern menjalin mitra dengan perusahaan asal China. Sebanyak 51% saham dikuasai Modern, sisanya dikuasai China. Sungkono enggan menyebutkan nama perusahaan China yang bergabung dalam perusahaan patungan tersebut. "Sumber pendanaannya sudah ada. Kami menggandeng perusahaan China itu karena dia akan beli hasil produksi dari smelter itu. Selain itu, mereka juga memiliki teknologi," tambahnya. Pasokan bijih nikel untuk smelter tersebut berasal dari dua tambang perseroan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang dikelola anak usahanya yaitu PT Elit Kharisma Utama Konawe dan PT Konawe Nikel Nusantara. Saat ini total produksi bijih nikel perseroan mencapai satu juta ton. Rekomendasi Hingga akhir Mei, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan 30 rekomendasi untuk melanjutkan ekspor mineral. Thamrin Sihite, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian Energi, mengatakan pemerintah sedang melakukan kajian terhadap kebutuhan riil smelter di Indonesia. Menurut dia, saat larangan ekspor diberlakukan, ada 130 perusahaan yang kemudian mengajukan blue print pembangunan smelter. Thamrin menjelaskan pemerintah hanya ingin melihat rencana bisnis pengolahan mineral dari perusahaan. "Ini justru tidak logis, karena tidak mungkin akan ada segitu banyak smelter," kata dia. Tony Wenas, Sekretaris Jenderal Indonesian Mining Association (IMA), mendukung aturan pemerintah yang mewajibkan adanya rekomendasi ekspor mineral dari Kementerian ESDM. Langkah ini akan membuat laporan dan besaran ekspor mineral lebih terpantau dan tertib. "Jika tidak ditertibkan perdagangan akan semrawut dan royalti yang diterima pemerintah tidak optimal," kata dia kepada IFT. Saat ini IMA mencatat kegiatan pertambangan mineral dan batu bara masih kurang pengawasan dari pemerintah. Bahkan, pemerintah pusat sendiri tidak tahu berapa izin usaha pertambangan yang dikeluarkan pemerintah daerah. "Dari sekitar 10 ribu izin usaha pertambangan (IUP), hanya 4000 yang statusnya clear and clean," kataya (*) http://www.indonesiafinancetoday.com/read/27605/Aneka-Tambang-Dapat-Izin-Ekspor-Bijih-Nikel-dan-Bauksit ____

Antam Klaim Telah Kantongi Izin Ekspor Bauksit dan NikelRabu, 30 Mei 2012 - 17:40 Topik: permen-07

Jakarta, Seruu.com - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memperoleh izin untuk melanjutkan ekspor bijih nikel dan bauksit sebesar 2,275 juta wet metrik ton (wmt) untuk tiga bulan ke depan. Perolehan izin ini akan mempertahankan kontribusi pendapatan Antam dari bijih. "Perolehan izin ekspor bijih merefleksikan pemenuhan aspek compliance Antam yang dilandasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap regulasi Pemerintah. Selain itu, perolehan izin ini untuk menjadikan strategi dan rencana bisnis perusahaan tidak berubah dengan aspek hilirisasi di tahun 2014," ujar Direktur Utama Antam Alwinsyah Lubis dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (30/5/2012). Dijelaskannya, per akhir April lalu perseroan telah mengapalkan 2,34 juta wmt bijih nikel. Dengan diperolehnya izin ini, Antam diperbolehkan kembali melakukan pengapalan lanjutan bijih nikel sebesar 2,275 juta wmt untuk tiga bulan ke depan ke konsumen di Jepang, Eropa dan China. Sedangkan untuk bijih bauksit, Antam telah memperoleh izin ekspor lanjutan sebesar 50 ribu wmt untuk tiga bulan ke

depan ke konsumen di Jepang dan China. Hingga akhir April 2012, Antam telah mengekspor bijih bauksit sebesar 31.402 wmt. [mus] Terkait dengan pengenaan bea keluar ekspor bijih sebesar 20% yang ditetapkan pemerintah, dirinya mengaku konsumen bijih nikel Antam telah menyatakan kesediaannya untuk menanggung beban bea keluar tersebut. "Kita juga masih melakukan negosiasi dengan beberapa konsumen lain untuk dapat menanggung seluruh beban bea tersebut," ungkap Alwinsyah

http://www.seruu.com/energi--pertambangan/mineral-logam--non-logam/artikel/antam-klaim-telahkantongi-izin-ekspor-bauksit-dan-nikel__ Cabut IUP 32 Perusahaan di Kabaena ! Posted by Admin | Wednesday, 30 May 2012 KENDARINEWS.COM - Rumbia, Kehadiran 32 perusahaan tambang di Kabaena tidak pernah berhenti dipolemikkan. Kemarin giliran tiga elemen masyarakat dari Hippelwana, Jatam Kabaena dan LSM Sagori yang menyoal keberadaannya. Bahkan tiga lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam forum advokasi tambang Kabaena ini, mendesak pemerintah daerah mencabut atau menghentikan seluruh aktivitas 32 pemegang izin usaha pertambangan di pulau dengan luas 86.769 hektar tersebut. Tuntutan Hippelwana, Jatam Kabaena dan LSM Sagori disuarakan dengan menggelar aksi demonstrasi di kantor Bupati dan gedung DPRD Bombana. "Kami minta pemerintah kabupaten Bombana menghentikan seluruh operasi tambang di Kabaena karena keberadaannya tidak menguntungkan dan membodohi masyarakat," kata Sahrul Gelo, direktur LSM Sagori. Penghentian lanjut Sahrul Gelo bisa dilakukan saat ini bersamaan dengan keluarnya keputusan menteri ESDM nomor 7 tahun 2012. Penghentian tersebut berguna untuk mengevaluasi kehadiran pertambangan di Kabaena. Selain itu, forum advokasi tambang Kabaena juga meminta pemerintah adaerah membatalkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten maupun provinsi yang menjadikan Kabaena sebagai kawasan pertambangan nikel. Tidak hanya itu, Hippelwana, Jatam dan LSM Sagori menolak penurunan status kawasan hutan yang peruntukannya bukan untuk kepentingan rakyat Kabaena. Bantuan yang berkedok CSR, Comdev serta berbagai modelnya juga diminta dihentikan karena hal itu dianggap sebagai pemiskinan dan pembodohan warga dan menghancurkan pranata sosial budaya ditingkat masyarakat. Bupati Bombana H. Tafdil saat menerima aspirasi tiga elemen masyarakat itu mengatakan, dirinya atas nama pemerintah daerah akan menampung segala tuntutan tersebut. Dia juga berjanji akan menginstruksikan beberapa temuan advokasi tambang di setiap instansi tehnis untuk ditindaklanjuti. Terkait permintaan pencabutan seluruh IUP, Tafdil mengaku hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan untuk dilakukan. Namun untuk penghentian sementara, pemda Bombana sudah banyak menerapkannya dibeberapa perusahaan. "Untuk semua daerah tambang, sudah Bombana yang paling banyak mengeluarkan surat penghentian, kalau daerah lain sangat kurang," katanya. Tafdil juga mengajak kepada tiga elemen itu untuk memantau perusahaan yang bermasalah dan hasilnya diminta dilaporkan kepadanya untuk ditindaklanjuti. Usai menggelar demo di kantor Bupati, forum advokasi tambang melanjutkan tuntutannya di gedung DPRD Bombana. Di tempat berkantor 25 wakil rakyat itu, Sahrul Gelo Cs, mendesak anggota dewan segera menindaklanjuti hasil temuan bansus tambang Kabaena. Mereka juga meminta agar DPRD menggunakan hak-hak yang dimiliki seperti interpelasi, bertanya dan angket terkait kebijakan pengelolaan pertambangan di Kabaena. Di DPRD, forum advokasi tambang diterima Ketua DPRD Andhy Ardian. Kepada para demonstran, Andhy berjanji, pihaknya dalam waktu dekat akan segera menentukan sikap terkait permasalahan tambang di Kabaena. Apalagi, laporan bansus tambang Kabaena sudah berada ditangannya. (nur) KENDARI POS __

Poltak Sitanggang : Permen 7 Bukti Lunturnya Nasionalisasi dan Pembodohan RakyatRabu, 30 Mei 2012 - 14:28 Topik: permen-07 0 8Email0

Poltak Sitanggang (Aini/Seruu.Com)

"Menurut hitungan kami ya memang agak memberatkan tapi tidak rugi-rugi amatlah, masalahnya sekarang ini dia stop karena kalau dia C&C pasti sudah bisa urus semua. Dari dulu kita kan juga sudah ada keinginan semua C&C,"Jakarta, Seruu.com - Pemerintah selalu mewacanakan bahwasannya Permen 7 tahun 2012 yang berlaku sejak 6 Mei 2012 akan menambah pendapatan negara, dengan pemberlakuan bea ekspor 20% pun menurut pemerintah menganggap hal ini tidak begitu mengurangi keuntungan dari perusahaan tambang mineral tersebut. Seperti yang disampaikan Thamrin Sihite beberapa hari lalu saat dikonfirmasi oleh Seruu.com. Thamrin Sihite menyatakan bea keluar 20% sebagai syarat mutlak agar bisa melakukan ekspor, memang sedkit berat. Tapi tanpa syarat tersebut pengusaha tidak akan bisa melakukan ekspor.

"Menurut hitungan kami ya memang agak memberatkan tapi tidak rugi-rugi amatlah, masalahnya sekarang ini dia

stop karena kalau dia C&C pasti sudah bisa urus semua. Dari dulu kita kan juga sudah ada keinginan semua C&C," ungkap Thamrin saat ditemui (24/5).

Ketum APEMINDO dengan tegas menyatakan bohong besar bila para menteri dan dirjen berkata bahwa pengusaha tidak dalam polemik ekspor, karena per tanggal 6 Mei kemarin perusahaan tambang sudah mati dan dinyatakan sudah almarhum. Kini. progres yang mereka laksanakan adalah melakukan efisiensi. Bahkan menurut Poltak Sitanggang kalaupun pemerintah melakukan perubahan terhadap permen 7 itu hanya lips service, karena secara tehnis mereka tidak siap mengimplementasikannya.

"Departemen perdagangan bersikukuh dengan ET-nya, Depkeu masih berkutat dengan HPE, walaupun ada rekomendasi dari departemen tehnis beberapa anggota kita sudah mendapat rekomendasi ekspor tetapi tetap tidak bisa melakukan ekspor," tegasnya saat dijumpai Seruu.com di Ritz Carlton Rabu (30/5/2012).

Poltak meambahkan, pernyataan bea keluar sebesar 20% tidak akan merugikan pengusaha tambang dinilai sematamata karena pemerintah tidak di dunia usaha. Salah satu yang menimbulkan kerugian ini adalah global market.

"Dari dalam negeri aja kita nggak sanggup, apalagi kontrak karya membayar royalty yang jauh lebih kecil daripada kita. Bagaimana kita bisa kompetisi di komoditi global. Di dalam negeri kita diintimidasi, kalau mau berkompetisi bea keluar ini dikenakan pada kontrak karya juga. Kita lihat bertahan nggak dia di dalam negeri nanti," tambah Poltak.

Sebagai gambaran, lanjutnya, kerugian besar di APEMINDO ada dari 686 perusahaann tambang bila dipukul rata masing-masing punya lahan 2000 hektar, maka biaya eksplorasi dan eksplorasi 20 juta dolar. Jadi bila dikalikan akan ketemu sekitar 1,3 milyar dolar dan itu baru satu, belum lagi kontraktor alat berat, suplier, buyer.

"Itu globalnya, kalau detailnya karena kita bangun tahunan jadi kita hitung tahunan lagi," tandasnya.

Saat ini situasi pengusaha tambang nasional telah dikatakan mati suri, hal ini menurut Poltak karena memang selalu ada korban dalam setiap kebijakan. Tapi seharusnya yang dikorbankan bukan rakyat, pemerintahpun seharusnya paham mengapa kebijakan ini dibuat, kenapa permen ini lahir. Tapi lagi-lagi alasan mereka adalah terjadinya lonjakan ekspor, yang dianggap Poltak hanya pembodohan terhadap rakyat.

"Rakyat itu jangan dibodoh-bodohi, ekspor meningkat sampai 8 kali lipat karena kita baru 7 tahun sesuai otonomi daerah. Sebagai gambaran 200 ribu ton nikel melakukan eksplorasi terhadap 1000 HA, itu butuh biaya infrastruktur

dan biaya operasi 20 juta dolar, untuk melakukan peningkatan 200 ribu itu sampai 8 kali lipat butuh biaya besar lagi, itu darimana uangnya, sementara IUP baru 7 tahun. Sebagai perbandingan lagi, kontrak karya sudah 30 tahun lebih, Freeport 35 tahun, Newmont 30 tahun, INCO 30 tahun mereka juga hanya ekspor konsentrat kan? Apa ini namanya kalau bukan pembohongan rakyat?," tegas Poltak.

Di akhir perbincangannya, Poltak mempertanyakan apa hilirisasi yang dilakukan perusahaan yang tergabung dalam kontrak karya , bahkan dengan lantang Poltak mengatakan telah terjadi penghianatan terhadap UU Minerba No 4 tahun 2009 pasal 169 C yang menyebutkan renegosiasi kontrak karya itu harus dilakukan selambatnya 1 tahun sejak diundangkan.

"Itu artinya Februari tahun 2010 sekarang sudah 2012, sudah terjadi peng khianatan terhadap UU ini. Yang berarti pengkhianatan terhadap rakyat Indonesia. Sekarang ditambah lagi dengan pendzaliman terhadap pengusaha nasional, mati suri sudah," tutup Poltak. [Ain]

__PERTAMBANGANSoal lahan Konawe, Harita siap berunding dengan Antam Oleh JIBI on Wednesday, 30 May 2012 ANTARA JAKARTA : Harita Group siap berdialog dengan PT Antam Tbk terkait masalah tumpang tindih lahan tambang nikel di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Gunawan Lim, President & CEO PT Harita Jayaraya (Harita Group), induk usaha dari PT Duta Inti Perkasa Mineral mengatakan pihaknya juga siap berdialog dengan Menteri BUMN, agar Menteri BUMN juga bisa mendapatkan keterangan dari pihak Harita. Saya beriktikad baik. Kalau bisa selesaikan ini dengan baik, kami siap berdialog. Kami tidak ingin menutup pintu, ujarnya ketika ditemui di sela-sela acara Indonesia Mining Updates 2012, hari ini. Gunawan merasa sangat dirugikan dengan pemberitaan melalui media akhir-akhir ini. Apalagi, dengan keluarnya pernyataan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan yang meminta Antam segera mengajukan kasus ini ke KPK. Menurutnya, pihaknya tertib hukum dan terus melanjutkan proses hukum yang saat ini sedang berjalan. Saya terusik dengan pemberitaan negatif ini. Bukan saya mau lawan Antam dan Menteri BUMN, saya ingin Menteri BUMN wise menerima informasi yang lengkap sebelum bicara ke media, ujarnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Antam diketahui sudah memiliki Kuasa Pertambangan (KP) eksplorasi dan eksploitasi nikel total 14.570 hektar di Konawe Utara sejak 1999. Namun pada 2007, Pjs Bupati Konawe Utara Aswad Sulaiman diketahui memberikan KP eksplorasi kepada PT Duta Inti Perkasa Mineral (bagian dari Harita Group) seluas 800 hektar yang berada di atas wilayah eksploitasi Antam seluas 5.000 hektar. DIPM diketahui milik konglomerat Lim Haryanto Wijaya Sarwono, ayah dari Gunawan. Menurut Gunawan, sebelum mengajukan izin ke bupati, pihaknya tentu saja sudah menanyakan apakah lahan tersebut benar adanya atau tidak. Dia mengklaim pihaknya mendapatkan izin dengan prosedur-prosedur yang benar. Waktu itu bupatinya menawarkan, kami juga mengajukan. Kami ingin ngecek, ini konsesinya benar ngga? Dirut Antam diundang tapi mereka ngga respon, bupati ini fighter juga akhirnya KP-nya Antam dicabut dan diberikan ke kita, jelasnya. Sementara itu, Dirut Antam Alwinsyah Lubis sebelumnya mengatakan cadangan nikel dari lahan Antam di sana cukup untuk membangun smelter yang bisa beroperasi hingga 50 tahun. Bahkan, proyek smelter itu sudah masuk dalam MP3EI dan sudah dikomunikasikan dengan Gubernur Sulawesi Tenggara. Pada 2008, Antam dan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam sudah menanam kepala kerbau di lokasi sebagai simbol dimulainya proyek tersebut. Di sisi lain, menurut Gunawan cadangan nikel di sana tidak sebesar yang disebutkan. Deposit di sana tidak sebanyak yang diberitakan. Paling di atas 10 juta ton cadangannya, itu bukan deposit yang fantastis, ujar Gunawan. Antam mengklaim kerugian riil yang sudah dikeluarkan olehnya mulai dari penyelidikan umum, eksplorasi, dan

persiapan eksploitasi mencapai lebih dari Rp200 miliar. Sementara, Kabupaten Konawe Utara berpotensi kehilangan investasi (potential loss) yang siap ditanamkan Antam kala itu sebesar US$450 juta atau sekitar Rp42 triliun. Adapun smelter yang akan dibangun Antam di Konawe Utara direncanakan berkapasitas 120.000 ton nickel pig iron per tahun. Smelter itu sebagai salah satu persiapan Antam menghadapi kewajiban hilirisasi seperti yang diamanatkan UU Minerba. Rencananya, smelter mulai dibangun pada 2008 dan mulai beroperasi tahun ini. [vega aulia pradipta/roy] http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/05/pertambangan-soal-lahan-konawe-harita-siap-berunding-dengan-antam/ __ KAWASAN HUTAN: Izin pinjam pakai 5 perusahaan tertahan Posted on Mei 29, 2012 Oleh Vega Aulia Pradipta Rabu, 15 Februari 2012 | 17:58 WIB JAKARTA : Kementerian Kehutanan hingga hari ini masih memproses penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) 5 perusahaan tambang dari total 13 perusahaan tambang yang tercantum dalam Keppres No.41 Tahun 2004. Kelima perusahaan tambang itu adalah PT Freeport Indonesia, PT Karimun Granit, PT Vale Indonesia Tbk (dulu PT Inco Tbk), PT Pelsart Tambang Kencana, dan PT Sorikmas Mining. Meski IPPKH belum diterbitkan, namun Freeport, Karimun Granit, dan Vale saat ini sudah berproduksi, sementara dua sisanya masih tahap eksplorasi. Dirjen Planologi Kehutanan Kemenhut Bambang Soepijanto mengatakan sudah 7 tahun berlalu sejak Keppres tersebut diterbitkan, tetapi Kemenhut belum bisa menerbitkan IPPKH karena berkas-berkas administrasi yang belum lengkap. Siapa pun pengen punya izin cepat. Izin cepat itu bisa keluar kalau berkasnya lengkap. Ini 7 tahun menunggu berkas lengkap, contohnya seperti rekomendasi gubernur dan AMDAL. Kalau itu belum ada ya ngga bisa diterbitkan izinnya, ujarnya di sela-sela rapat kerja dengan Komisi VII DPR-RI, hari ini. Bambang mengatakan Kemenhut tidak bisa memperkirakan kapan IPPKH tersebut bisa diterbitkan karena sangat bergantung pada kesiapan berkas dari masing-masing perusahaan tambang itu. Yang jelas, semakin lama IPPKH tidak diterbitkan, semakin besar potensi penerimaan negara yang hilang. Tergantung dia [perusahaan tambang], bukan saya. Yang jelas ada potensi kerugian negara dari PNBP. Freeport misalnya, dia kan sudah eksploitasi besar-besaran, tapi tidak ada izin pinjam pakai kawasan hutannya. Berarti penerimaan negaranya belum bisa disetor. Berani engga negara itu menegur?, jelasnya. Adapun Keppres No.41 Tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan Yang Berada di Kawasan Hutan. Dalam Keppres tersebut, pemerintah menetapkan 13 izin atau perjanjian di bidang pertambangan yang telah ada sebelum berlakunya UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, untuk melanjutkan kegiatannya di kawasan hutan sampai berakhirnya izin atau perjanjian tersebut. Dari 13 perusahaan yang tercantum dalam Keppres itu, baru 7 perusahaan yang sudah memperoleh IPPKH. Ketujuh perusahaan itu yakni PT Indominco Mandiri, PT Aneka Tambang Tbk (A), PT Natarang Mining, PT Nusa Halmahera Minerals, PT Weda Bay Nickel, PT GAG Nikel, dan PT Interex Sacra Raya. Masih berdasarkan Keppres, Kemenhut mencatat PT Aneka Tambang Tbk (B) adalah satu-satunya perusahaan yang belum mengajukan permohonan IPPKH untuk eksplorasi tambang nikel di Kendari, Sulawesi Tenggara seluas 14.570 hektar. Bambang sendiri tidak tahu pasti mengapa Antam belum mengajukan IPPKH hingga hari ini. Antam itu yang di Kendari, kami juga tidak tahu mengapa sampai sekarang belum diajukan permohonan izinnya, ujar Bambang.(msb) sumber: http://www.bisnis.com/articles/kawasan-hutan-izin-pinjam-pakai-5-perusahaan-tertahan __ Pasca Putusan PTUN, Antam Konut Stop Produksi Editor : redaksi di May 29, 2012 in BERITA UTAMA, EKOBIS | Tidak Ada Komentar Beritakendari.com-Selasa (29/5/2012) Pasca terbitnya putusan Pengadilan Tata Usaha Negera (PTUN) Kendari, Sulawesi Tenggara yang menolak gugatan PT Antam terhadap Bupati Konawe Utara (Konut), aktifitas produksi PT Antam di Konut terhenti. Bahkan ratusan ribu ton ore nikel PT Antam yang telah diproduksi di pulau Tapunopaka dan Mandiodo, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konut, hanya ditampung di area pertambangan. Manajer Development PT Antam Konut, Endang, yang ditemui, Selasa (29/5), mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil dari upaya hukum yang ditempuh Antam pusat atas putusan PTUN Kendari. Dimana upaya hukum yang ditempuh pihak PT Antam atas putusan tersebut, yakni melapor ke KPK. Ia mengatakan kendati tidak ada aktivitas produksi pertambangan pasca terbitnya putusan PTUN itu, sekitar 150 tenaga kerja PT Antam di Konut sampai saat ini masih dipekerjakan dan tetap digaji. Sejumlah karyawan tersebut, difungsikan untuk melakukan pemantauan lingkungan dan menggalakkan CSR. Untuk karyawan kami di Konut, Alahamdulillah sampai saat ini belum ada yang diberhentikan. Untuk pemberhentian maupun pengurangan karyawan ini, kami masih menunggu putusan dari pusat, untuk itu saat ini kami manfaatkan untuk melakukan pemantauan lingkungan maupun CSR,terang Endang.

Menyusul keluarnya Permen nomor 7 tahun 2012, menurutnya hal itu tidak terlalu menjadi permasalahan bagi PT Antam. Pasalnya PT Antam sudah mempunyai pabrik di Pomalaa. [SD] __ __ Hutan Rusak, Sungai dan Udara pun Tercemar Sapariah Saturi May 29, 2012 6:17 pm PERTAMBANGAN merusak lingkungan dan manusia. Tak hanya hutan tergerus, sungai pun menjadi korban. Di Indonesia, ada sekitar 34 juta hektare (ha) hutan lindung masuk wilayah pertambangan. Dari 4.000 daerah aliran sungai(DAS) yang ada, 108 rusak parah. Andrie S Wijaya, Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dalam jumpa pers peringatan Hari Anti Tambang (Hatam), Senin28/5/12) mengatakan, pertambangan tak hanya menyerobot fasilitas publik seperti jalan, tetapi menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan limbah. Sungai Citarum yang juga tercemar limbah industri. Foto: Greenpeace Ada beberapa sungai yang tercemar batu bara, seperti, Sungai Tiku, Sulawesi Selatan oleh logam berat dari PT Barisan Tropical Mining, Sungai Akjwa, Papua, terkena tailing dari Freeport. Lalu, Sungai Mure Munawing di Kalimantan Timur (Kaltim) kena logam berat dari PT Indomuro Kencana, Sungai Sagatta terjadi kerusakan di hulu sungai oleh PT Kaltim Prima Coal. Di Sungai Salajuan di Kalimantan Selatan (Kalsel), air jadi hitam karena operasi PT Arutmin Indonesia, dan Sungai Balangan (Kalsel) tercemar karena settling pond meluap dari PT Adaro Indonesia. Sungai di Bengkulu, tercemar batu bara dari lima perusahaan, yakni PT Danau Mas Hitam, PT Bukit Sunur, PT Inti Bara Perdana, PT Kusuma Raya Utama, dan PT Ratu Sambang Mining. Data 2011, tercatat 82 persen air sungai di seluruh provinsi sudah tergolong kelas tiga atau kelas empat alias tercemar berat. Lubang-lubang tambang pun banyak dibiarkan menganga. Andrie mencontohkan, di Bangka Belitung, lebih 1.000 kolong tambang timah dibiarkan tak diurus. Di Samarinda, ada 150 lubang tambang terbuka. Dua lubang telah menyebabkan lima orang tewas tahun lalu. Tak hanya tanah dan air, udara pun tercemar hingga menyebabkan gangguan pernapasan. Dinas Kesehatan Kota Samarinda mencatat, penyakit inpeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ada 17.444 penderita sampai awal 2011. Sekitar 71 persen wilayah di Samarinda, kini menjadi konsesi pertambangan. Islah, dari Departemen Advokasi Walhi Nasional mengatakan, dalam kasus pertambangan, tak hanya hak rakyat diabaikan negara, pemulihan lingkungan hidup pun seolah dilupakan. Hutan dan sungai yang terancam oleh pertambangan. Foto: Rhett Butler Dampak tambang, katanya, bertolak belakang dengan program pemerintah. Pertama, pemerintah ingin memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Nyatanya sektor pertanian paling besar terima dampak pertambangan. Lalu perikanan juga peternakan, ujar dia. Kedua, pemerintah menggalakkan program peduli lingkungan. Pemerintah menyatakan, peduli lingkungan lewat moratorium tebang. Kini, ada 34 juta ha hutan lindung masuk wilayah pertambangan. Ini bertolak belakang. Menurut Islah, Senin(28/5/12) itu di Tangerang, ada sekitar 2.000 warga menolak pertambangan. Sudah dua tahun warga minta tambang pasir dihentikan tapi tak ada hasil. Ribuan hektare sawah tersidementasi termasuk saluran irigasi, hingga saluran irigasi isi pasir. Prolingkungan Di tengah masalah pertambangan yang menyebabkan banyak kerugian bagi lingkungan dan manusia, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan siap mempromosikan perusahaan tambang yang diklaim prolingkungan. Pertambangan yang mempraktikkan manajemen terbaik reklamasi dan rehabilitasi lingkungan pasca-penambangan. Dikutip dari Kompas, Zulkifli mengatakan, perusahaan tambang harus mengubah pola operasional dan lebih taat asas agar menyejahterakan rakyat dan melestarikan lingkungan. Reklamasi tambang sangat penting karena kalau tidak cepat tanggap, dampak lingkungan akan lebih besar biaya. Lihat Bangka Belitung. Butuh biaya rehabilitasi pascatambang 300 kali lipat dari nilai yang diterima negara. Bukan bikin rugi, tetapi bangkrut jika negara yang harus melaksanakan, katanya dua pekan lalu. Sedikitnya 11.000 izin usaha penambangan (IUP) beroperasi di beberapa wilayah Indonesia. Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan mencatat ada 295 IUP yang beroperasi di kawasan hutan seluas 340 ribu ha berdasarkan IPPKH. Dia mengingatkan, pengusaha tambang harus taat asas dan tidak lagi bekerja dengan gaya lama. Rakyat sudah memahami hak kesejahteraan dan lingkungan yang lestari hingga kalau perusahaan dan pemerintah daerah tidak segera merespons, mereka bisa anarkistis. Hari Anti Tambang Walhi Maluku Utara aksi teatrikal menolak tambang. Foto: Walhi

Selasa(29/5/12), di berbagai daerah di penjuru negeri ini memperingati Hari Anti Tambang (Hatam). Di Jakarta, unjuk rasa di Gedung Epicentrum dan Wisma Bakkrie 2 diiringi dengan aksi teatrikal korban Lumpur Lapindo. Di Ternate, Maluku Utara, juga aksi teatrikal di beberapa lokasi seperti kampus, pusat kota dan di laut. Jatam menyuarakan dampak pertambangan, mulai tambang emas milik Newcrest sampai nikel punya Eramet. Aksi teatrikal tolak tambang di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi-Harsono Di Manado, warga dan aktivis menggelar aksi di depan kantor Gubernur. Para aktivis dan warga di Palu juga menggelar aksi gugatan ke Pemda Sulawesi Tengah (Sulteng) dan diskusi Hatam. Di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara (Sultra) ada pameran foto Daya Rusak Tambang dan aksi teatrikal masyarakat dan mahasiswa. Mereka ingin mengingatkan pemerintah, separuh pulau ini telah menjadi tambang nikel. Diskusi Daya Rusak Tambang bagi Nelayan pun diadakan di Kendari. Pulau Sumba tak ketinggalan. Di sana ada temu kampung untuk penyelamatan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dan Manupeu Tana Daru, dari pertambangan emas oleh perusahaan Australia. http://www.mongabay.co.id/2012/05/29/hutan-rusak-sungai-dan-udara-pun-tercemar/ __ Tue, 29/05/2012 Investasi smelter membengkak 2 kali lipat jadi 157 Mining Pemerintah kini menerima total 157 rencana pengolahan dan pemurnian di Indonesia, membengkak hampir dua kali lipat dibandingkan dengan status 4 Mei lalu sebanyak 84 rencana. Berdasarkan data Kementerian ESDM per 21 Mei 2012, 157 rencana pengolahan dan pemurnian itu terdiri dari 7 yang eksisting saat ini, 24 sebelum terbitnya Permen ESDM No.7 Tahun 2012, dan 126 setelah terbitnya Permen 7/2012. Sebelumnya per 4 Mei 2012, pemerintah baru menerima total 84 dokumen rencana pengolahan dan pemurnian, terdiri dari 7 perusahaan telah beroperasi, 27 perusahaan sebelum terbitnya Permen 7/2012, dan 50 perusahaan setelah terbitnya Permen 7/2012. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan tujuan Permen 7/2012 adalah demi mengamankan UU No.4 Tahun 2009 tentang Minerba yang mengharuskan tidak boleh ada ekspor mineral mentah mulai 2014. Untuk mengamankan itu, mulai tahun ini perusahaan mineral harus siap-siap membuat smelter agar sudah bisa beroperasi pada 2014. "Smelter itu tidak bisa satu hari jadi, harus ada program dari sekarang. Masih ada waktu 2 tahun," ujar Wacik. Awalnya, pemerintah mengakui ada resistensi dari para pengusaha untuk mengajukan proposal pembangunan pengolahan dan pemurnian. Namun kini sudah mulai banyak yang mengajukan, terbukti dari semakin bertambahnya angka proposal smelter. "Misalnya tambang di Sulawesi Tenggara, itu saya sudah cek. Mereka kecil-kecil, sedangkan kalau bangun smelter butuh listrik. Saya bilang oke kalau belum ada listrik, 3-4 tambang bikinlah smelternya 1, dibikin di lokasi yang listriknya banyak. Saya dapat info di Palu listriknya banyak, tapi belum ada industri," ujarnya. http://www.tender-indonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=14695&cat=CT0004 __ Selasa, 29 Mei 2012 | 18:55:08 WITA | 75 HITS Pabrik Nikel akan Dibangun di Luwu BELOPA, FAJAR -- Sebuah pabrik nikel akan dibangun di Kabupaten Luwu. Tepatnya di Desa Toddopuli, Kecamatan Bua. Ada dua investor yang telah mengajukan permohonan izin pembangunan pabrik tersebut. Bupati Luwu, Andi Mudzakkar merespons positif rencana pembangunan pabrik tersebut. Bahkan, lahan seluas 100 hektare sudah disiapkan. Andi Mudzakkar berjanji memudahkan perizinan pabrik nikel itu. Persiapan pembangunan pabrik kini sudah dimulai dengan melakukan pengukuran dan pembebasan lahan warga. Pemkab juga sudah melayangkan permohonan pendistribusian energi listrik ke PLN sebesar 40 MW. Cakka, sapaan Andi Mudzakkar, mengatakan pembangunan pabrik nikel itu berdasarkan kesepakatan dengan

Pemerintah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan sejumlah pengusaha tambang nikel di daerah itu. "Di Kolaka energi listrik tidak mencukupi untuk pabrik nikel yang membutuhkan daya 40 MW. Pemerintah dan pengusaha di sana meminta kami menyediakan jasa itu melalui pembangunan pabrik karena potensi nikelnya sangat besar," tuturnya. Dalam proyek itu, tambahnya, Pemkab Luwu hanya memfasilitasi dalam hal pemberian izin pengelolaan kawasan industri. Pemkab juga memberikan kemudahan bagi investor untuk penentuan dan pembebasan lahan. "Jadi izin tidak keluar apabila pembebasan lahannya belum selesai," bebernya. Cakka menambahkan, keberadaan pabrik nikel ini tidak hanya menguntungkan Luwu. Pabrik ini juga akan memberi kontribusi terhadap pendapatan Kota Palopo. Suplai bahan mentah dari Kolaka hingga ekspor nikel akan menggunakan jasa Pelabuhan Tanjung Ringgit. Menurut Cakka, Pemkab Luwu tertarik untuk mendirikan pabrik nikel itu dengan pertimbangan dapat mengurangi pengangguran, menambah PAD, dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Segala hal yang menyangkut kepentingan rakyat, katanya, akan dikedepankan. "Pemkab Luwu bertekad untuk maju, mandiri, dan berdaya saing. Makanya, kami butuh dukungan besar masyarakat," harap Cakka. Hanya saja, Cakka belum bisa membocorkan nilai investasi yang akan tertanam untuk pembangunan pabrik nikel tersebut. "Intinya, tidak akan membenani APBD Luwu karena semuanya didanai investor," tandasnya. Kepala Desa Toddopuli, Anis yang dihubungi terpisah membenarkan sudah berjalannya pengukuran lahan tersebut. Katanya, sejauh ini sudah ada tim survei yang turun untuk melakukan pengukuran dan sudah dikoordinasikan dengan pemerintah desa dan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat yang lahannya akan masuk kawasan pabrik. "Masyarakat sangat merespons baik. Makanya sangat diharapkan diperhatikan dengan serius masalah Amdal-nya. Karena kalau merugikan masyarakat akan menolak," ujar Anis. (hdy/sap) http://beta.fajar.co.id/read-20120528185509-pabrik-nikel-akan-dibangun-di-luwu __ Menyoal Penyaplokan Tambang Negara di Konawe SENIN, 28 MAY 2012 17:28 LUFTI AVIANTO Kegiatan penambangan nikel oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Tapunopaka, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) dimulai sejak tahun 1999. Kegiatan ini ditandai dengan terbitnya SK Dirjen Pertambangan Umum No.849-K/23.01/DJP/1999 berupa ijin KP Penyelidikan Umum (KW.99STP.057) di atas lahan seluas 14.570 ha pada 26 Oktober 1999. Selanjutnya Antam memperoleh Ijin Eksplorasi dari Bupati Kendari sesuai SK No.400/2001 pada tanggal 26 April 2001. Pada awal 2002 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Kendari menjadi Kabupaten Kendari dan Kabupaten Konawe. Pada 4 Mei 2004, Bupati Konawe menerbitkan SK No.215/2004 berisi ijin perpanjangan KP Eksplorasi (KW.99STP.057). Kemudian pada 6 Mei 2005 Bupati Konawe menerbitkan SK No.161/2005 yang menetapkan peningkatan KP (KW.99STP.057) menjadi KP Eksploitasi dengan luas 6.213 ha. Sisa lahan seluas 7.371 masih berstatus KP Eksplorasi. Pada Januari 2007 Pemerintah menerbitkan UU No.13/2007 yang menetapkan pembentukan daerah baru, Kabupaten Konawe Utara (Konut), yang dimekarkan dari Kabupaten Konawe. Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Konut, Aswad Sulaiman, pada 17 Maret 2008 menerbitkan SK No.153/2008 yang berisi ketentuan bahwa lahan ekslploitasi milik Antam dikurangi dari 6.213 ha sesuai SK Bupati No.161/2005 menjadi 5.000 ha. Pada tanggal 29 September 2007 Pjs Bupati Konut menerbitkan SK No.267/2007 berisi pemberian KP Eksplorasi (KW 07 STP 034) kepada PT Duta Inti Perkasa Mineral (DIPM). Ternyata wilayah KP DIPM ini merupakan bagian dari wilayah KP Antam yang dikurangi di atas. DIPM merupakan bagian dari perusahaan Harita Group, yang pada saat memperoleh ijin KP Eksplorasi dari Bupati Konut sesuai SK No.267/2007, masih belum berbadan hukum! Faktanya, DIMP baru memperoleh pengesahan sebagai badan hukum (PT) dari Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 21 November 2007, sekitar 2 bulan sesudah menerima ijin KP Eksplorasi. Sedangkan ijin KP Penyelidikan Umum (KW 07 STP 034) dari Bupati Konut diberikan pada tanggal 17 September 2007. Dengan demikian, sangat nyata bahwa semua tindakan menghalalkan segala cara oleh Pjs Bupati Konut ini tak lepas dari upaya untuk mendukung kepentingan bisnis DIMP milik konglomerat Lim Haryanto Wijaya Sarwono ini, Atas tindakan sewenang-wenang Bupati Konut yang menerbitkan SK No.153/2008 dan SK 267/2007, Antam mengajukan gugatan di PTUN Kendari pada tanggal 4 Juni 2008. Pada tanggal 28 Oktober 2008, PTUN Kendari memenangkan gugatan Antam dan kedua SK Bupati Konut tersebut dibatalkan. Namun Bupati Konut dan PT DIPM menagajukan banding ke PT-TUN Makasar. Ternyata PT-TUN Makasar menolak gugatan Antam. Bahkan sampai tingkat kasasi pun Antam dikalahkan

sesuai Putusan Kasasi MA No.284K/TUN/2009 tanggal 16 Desember 2009. Sehingga SK Bupati Konut No.153/2008 dan SK 267/2007 tetap berlaku. Padahal sesuai fakta yang diakui pengadilan, SK Bupati yang membatalkan kuasa pertambangan Antam cacat hukum karena dikeluarkan oleh Pjs Bupati (konut), yang tidak berwenang membatalkan keputusan Bupati (sebelumnya) Definitf (Konawe). Selain itu, ijin PU dikeluarkan belakangan, ijin Eksplorasi dikeluarkan sebelum DIMP berstatus badan hukum, dan pemberian KP kepada DIMP diberikan di atas wilayah KP milik Antam. Pada tahun 2009, pejabat Bupati Konut berganti dari Aswad Sulaiman menjadi Herry Silondae. Pada 11 Januari 2010 Herry menerbitkan SK No.4/2010 yang intinya membatalkan SK Bupati Konut No.153/2007 dan juga menerbitkan SK No.6/2010 yang membatalkan SK Bupati Konut No.267/2010. Selain itu, Bupati Konut Herry Silondae juga menerbitkan SK No.15/2010 yang berupa Ijin Operasi Produksi kepada Antam. Dengan demikian hak Antam dipulihkan dan berwenang untuk melanjutkan kegiatan ke tahap operasi produksi. Atas kebijakan Herry Silondae menerbitkan SK untuk memulihkan hak Antam, DIMP menggugat ke PTTUN Makasar, dan berlanjut ke MA. Namun pada saat yang bersamaan, April 2011, Aswad Sulaiman terpilih kembali menjadi Bupati, dan kali ini jabatannya menjadi Bupati Konut Definitif. Dengan posisi sebagai Bupati Definitif, Aswad kemudian menerbitkian 2 SK pada tanggal 11 Mei 2011 yaitu: SK No.153/2011 berisi pembatalan SK Bupati Konut No.4/2010, No.5/2010 dan No.6/2010; SK No.154/2011 tentang pembatalan SK Bupati Konut No.78/2010. Isi dari SK No.153/2011 ini seolah-olah merupakan pelaksanaan putusan-putusan pengadilan N0.134PK/TUN/2010 jo. PTTUN Makasar No.73/2010, yang memberlakukan kembali SK No.267/2007 dan SK No.153/2008. Padahal SK No.267/2007 adalah ijin usaha pertambangan yang masih dalam bentuk KP yang sudah kadaluarsa (habis masa berlaku sejak 29/9/2010) dan saat ini, sesuai UU No.4/2009, sudah tidak diakui lagi. Berdasarkan UU No.4/2009, ijin pertambangan yang diakui adalah Ijin Usaha Pertambangan. SK No.153/2011 telah mengakibatkan adanya tumpang tindih lahan pertambangan, karena SK tersebut memberikan ijin dalam bentuk KP dan DIMPdi atas wilayah ijin usaha perambangan (WIUP) Antam, padahal IUP Antam sampai saat ini belum pernah dibatalkan dan masih berlaku hingga tahun 2030. Yang lebih fatal adalah bahwa ternyata Bupati Konut Aswad Sulaiman juga telah menerbitkan beberapa IUP baru di daerah KP Antam secara tanggal mundur (back-dated) sehingga menyebabkan tumpang tindih lahan yang luas. Atas tindakan Bupati Konut menerbitkan SK No.153/2011, Antam mengajukan gugatan pembatalan SK tersebut pada tanggal 25 Agustus 2011 di PTUN Kendari, yang terdaftar dengan No.21/G.TUN/2011/PTUN.KDI. SELAIN ITU ANTAM JUGA MENGGUAGAT SK BUPATI KONUT NO.195/2011 BERISI IUP OPERASI PRODUKSI BAGI DIMP, KARENA IUP SESUAI SK NO.195/2011 TERSEBUT TUMPANG TINDIH DENGAN IUP ANTAM. Pada saat proses gugatan Antam masih berlangsng di pengadilan, Bupati Konut mengambil langkah-langkah berikut: Pada 21 Desember 2011 mengeluarkan surat No.540/2011 yang ditujukan kepada Antam berupa perintah untuk menghentikan segala aktivitas pertambangan di WIUP Antam di Tapunopaka, Konut. Antam juga diperintah mengeluarkan semua peralatan tambang serta mengosongkan wilayah dimaksud dalam kuru waktu 3 bulan terhitung surat diterbitkan; Pada Februari 2012 (tanpa tanggal!) mengeluarkan SK No.198/2012 yang berisi Pembatalan dan Pencabutan SK Bupati Konut No.15/2010 (IUP Antam). Pencabutan IUP ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 119 UU No.4/2009 karena faktanya Anatm tidak pernah melanggar kewajiban yang ditentukan dalam IUP, tidak melakukan pidana pertambangan dan tidak dinyatakan pailit. Pada 20 April 2012, PTUN Kendari membuat keputusan atas gugatan Antam yang diajukan 25 Agustus 2011. Putusan PTUN antara lain menyatakan bahwa gugatan Antam tidak dapat diterima, karena Antam dinilai tidak memiliki kepentingan untuk menggugat mengingat sudah ada Putusan MA. Dalam hal ini Majlis Hakin PTUN berkesimpulan bahwa Antam tidak lagi berada dalam kapasitas untukmempersoalkan wilayah tambang tersebut. Akibat berbagai pelanggaran di atas, terutama oleh pejabat di Konut dan lembaga pengadilan berupa PTUN, PTTUN dan MA, maka negara melalui Antam berpotensi dirugikan sekitar Rp 42 tiriliun, diluar biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan umum dan eksplorasi sebesar Rp 260 miliar. Namun dengan sikap rakus pemburu rente dan kekuatan uang pengusaha swasta serakah, penyelewengan tampaknya tak dapat dibasmi dan kerugian negara puluhan triliun Rp tersebut harus ditanggung negara dan rakyat. Lantas masih adakah harapan untuk perbaikan, penyelamatan uang negara dan penegakan keadilan? Pelanggaran Hukum Bupati Konut Dari uraian di atas terlihat bahwa Bupati Konut telah melanggar berbagai aturan yang berlaku, antara lain: Membatalkan SK No.161/2005 Bupati Definitif (Konawe) dengan menerbitkan SK No.153/2008, padahal status Bupati Konut adalah Pjs; Menerbitkan SK No.267/2008 yang memberikan Ijin Eksplorasi kepada DIMP, padahal DIMP belum berbadan hukum dan wilayah yang diberikan adalah milik Anam; Menerbitkan sejumlah IUP kepada perusahaan swasta di atas lahan milik Antam, sehingga menyebabkan tumpang tindih lahan dan merugikan negara/Antam; Melanggar Pasal 119 UU No.4/2009 karena membatalkan IUP Antam tanpa sebab yang sesuai dengan aturan yang berlaku; Melecehkan dan menistakan lembaga peradilan (PTUN Kendari), karena mengeluarkan surat keputusan (SK No.198/2012) dan Surat perintah (No.540) pada saat sedang berlangsungnya proses persidangan gugatan Antam;

Melanggar SK Menteri ESDM No.115/30/MEM.B/2008 yang menetapkan pemberian ijin khusus kegiatan pertambangan kepada Antam di wilayah KP Konawe; Melanggar Keputusan Dirjen Pertambangan Umum Nomor 849-K/23.01/DJP/1999 yang telah memberikan Ijin Penyelidikan Umum dan menetapkan Antam sebagai pemilik tunggal KW 99STP.057; Melanggar Pasal 67 huruf a PP No.75 Tahun 2001 yang menetapkan bahwa KP yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat sebelum tanggal 1 Januari 2001 tetap berlaku sampai berakhirnya masa berlaku KP tersebut; a. Pasal 25 ayat (1): Pemegang KP Penyelidikan Umum yang menemukan suatu bahan galian dalam wilayah KP-nya mendapat prioritas pertama untuk memperoleh KP Pertambangan Eksplorasi atas bahan galian tersebut. b. Pasal 25 ayat (2): Pemegang KP Eksplorasi yang telah membuktikan hasil baik eksplorasinya atas bahan galian yang disebutkan dalam KP-nya mendapat hak tunggal untuk memperoleh KP Eksploitasi atas bahan galian tersebut. Berbagai pelanggaran di atas menunjukkan arogansi dan prilaku sewenang-wenang Bupati Konut Aswad Sulaiman, tanpa peduli peraturan yang berlaku dan kebijakan/ ketentuan pemerintah pusat. Bupati Konut bertindak sebagai penguasa tertinggi tanpa batas, menjalankan pemerintahan hukum rimba dan menerbitkan SK/keputusan sesuai kehendak sendiri. Peran Mafia Hukum Berbagai pelanggaran oleh Bupati Konut tidak tersentuh hukum. Lembaga peradilan pun tidak memutus perkara secara adil, tetapi justru memihak Bupati Konut dan konglomerat Lim! Akibatnya kepentingan negara diabaikan dan aset negara dirampok. Namun hal ini bisa berjalan dengan lancar diduga akibat peran mafia hukum dan dukungan konglomerat busuk. Dugaan praktik mafia hukum telah diungkap secara resmi oleh Antam kepada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum pada tanggal 4 Maret 2010. Para pelaku yang diduga terlibat, sebagai terlapor, adalah Priyatmanto Abdoellah SH, Ketua PTUN Kendari, Baharuddin SH, MH, Panitra PTUN Kendari, Brigjen Pol. Parasian Simanungkalit, SH, MH, Kuasa Hukum DIMP, H.M Supono SH, Kuasa Hukum DIMP dan DR Lim Hariyanto Wijaya Sarwono MBA, Dirut DIMP. Para terlapor diduga melakukan praktek mafia hukum semata-mata demi keuntungan korporasi DIMP dengan menghalalkan segala cara guna merampok kekayaan negara. Salah satu bentuk upaya melawan hukum yang dilakukan para terlapor adalah mengajukan Surat Permohonan Eksekusi Putusan Kasasi MA (No.284K/TUN/2009) pada tanggal 4 Februari 2010, padahal Surat Pemberitahuan Putusan Kasasi Perkara No.10/G/2008/PTUN KDI sendiri baru disampaikan kepada para pihak (penggugat dan tergugat) pada tanggal 10 Februari 2010. Dalam hal ini, permohonan eksekusi oleh terlapor dilakukan sebelum putusan kasasi tersebut diberitahukan secara resmi oleh PTUN Kendari. Selain penyelewengan di atas, peran mafia hukum juga terlihat dari beberapa SK yang diterbitkan Bupati Konut jauh sebelum Surat Pemberitahuan Putusan Kasasi Perkara No.10/G/2008/PTUN KDI yang bertanggal 10 Februari 2010 diterima para pihak, termasuk Bupati Konut. Bupati Konut justru telah menerbitkan SK No.04/2010, No.05/2010 dan No.06/2010 pada tanggal 11 Januari 2010. Praktek mafia hukum diduga telah berlangsung di PTUN Kendari, PTTUN Makasar dan Mahkamah Agung RI guna menolak gugatan Antam yang asetnya telah dicaplok oleh Bupati Konut. Praktek mafia hukum berlangsung dengan target untuk memperoleh hak pengelolaan lahan tambang Antam bagi Lim Hariyanto Wijaya Hartono. Untuk itu, Lim Hariyanto, bersama mafia tersebut, patut diduga telah melakukan perbuatan keji dengan menyuap berbagai pihak guna mencapai target dan meningkatkan kekayaan. Hal ini jelas merupakan sikap yang tidak terpuji dan memalukan. Sangat disayangkan, meskipun pihak Antam telah menyerahkan bukti-bukti penyelewengan, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum tidak berhasil menuntaskan kasus ini dan membawa para terlapor ke pengadilan. Tuntutan Berdasarkan uraian di atas dan mengingat potensi kerugian negara yang mencapai Rp 42 triliun, maka dengan ini IRESS menuntut agar pemerintah mengerahkan segala upaya untuk menegakkan hukum, mengadili para pelaku penyelewengan dan mengembalikan aset negara yang telah dicaplok oleh Bupati Konut dan konglomerat Lim Hariyanto. Pada saat yang sama, DPR juga diminta untuk menjalankan fungsi pengawasan dan melakukan tindakan korektif terhadap lembaga-lembaga negara terkait, baik pusat maupun daerah, agar keadilan dapat ditegakkan dan aset negara dapat diselamatkan. IRESS juga meminta agar MA melakukan review dan perbaikan atas putusan-putusan yang telah ditetapkan oleh PTUN, PTTUN dan Mahkamah Agung atas kasus ini. Terakhir, IRESS juga meminta agar KPK mulai menyelidiki kasus penyelewengan aset negara ini. Untuk itu dihimbau agar masyarakat maupun pihak-pihak yang peduli penyelamatan aset negara dapat memberikan data dan informasi terkait penyelewengan oleh aparat negara dan pengusaha dalam kasus penyaplokan ini. IRESS dan sejumlah aktivis akan segera melaporkan kasus ini ke KPK.[] Penulis: Marwan Batubara, Indonesian Resources Studies, IRESS http://www.sabili.co.id/indonesia-kita/menyoal-penyaplokan-tambang-negara-di-konawe __

71 Pemegang IUP di Konut, 6 Perusahaan Layak ProduksiWritten by Admin

Thursday, 24 May 2012

KENDARINEWS.COM - Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sultra menyatakan hanya enam dari sepuluh perusahaan tambang di kabupaten Konawe Utara yang layak untuk melakukan kegiatan produksi ore nikel. Keenam perusahaan tersebut yakni PT Starget, PT Antam Tbk, PT Bumi Konawe Abadi (BKA), Cinta Jaya, Bumi Konawe Mining (BKM) dan Konawe Utara Sejati. Sedangkan keempat perusahaan yang dinilai belum layak untuk melakukan kegiatan produksi adalah PT Sriwijaya Raya, Kabaena Mining, DMS dan Cipta Jaya. Demikian diungkapkan anggota komisi B DPRD Konut, Taslim Saula, saat ditemui kemarin. Menurut Taslim, pihaknya bersama rekan-rekannya di komisi B baru saja melakukan pertemuan dengan Dinas ESMD Sultra untuk mengklarifikasi dan mengkoordonasikan terkait persoalan tambang di daerah itu. Penjelasan pihak ESDM Sultra, setiap perusahaan harus mempunyai tenaga ahli pekerja pertambangan. Dan dari sepuluh perusahaan yang melakukan kegiatan produksi ternyata hanya enam perusahaan yang memiliki tenaga ahli pertambangan, kata politisi PPP tersebut. Karena itu, lanjut Taslim, Pemkab Konut diminta agar benar-benar selektif dan meperhatikan peraturan pertambangan agar perusahaan tidak melakukan kegiatan penambangan secara serampangan yang dapat merugikan daerah. Taslim juga menyoroti Distameben Konut yang dinilai tidak melakukan kordinasi dengan Dinas ESDM Sultra dalam mengeluarkan izin usaha pertamabngan (IUP). Terbukti, hingga saat ini laporan yang masuk ke ESDM jumlah perusahaan yang sudah mengantongi IUP hanya 71 perusahaan. Sementara pihak Distamben Konut mengaku saat ini terdapat 158 IUP. Data ini juga berbeda yang ada di Kementerian ESDM yang dilaporkan 113 perusahaan. Kami melihat Distamben Konut tidak melakukan koordinasi. Meskipun saat ini era otonomi daerah, bukan berarti kabupaten melepaskan dirinya dengan provinsi. Kami menilai yang coba dihindari Pemkab di sana (Konut), terangnya. Sementara Kadis Pertambangan Konut, Amrin Umirtun yang dihubungi mengaku pihaknya telah memberikan laporan perusahaan yang memegang IUP yang telah lolos verifikasi ke Dinas ESDM Sultra. "Hasil verifikasi yang kami lakukan memang baru enam perusahaan, sementara yang lainnya belum dilakukan, jelasnya. (p15/lan) KENDARI POS_

71 Pemegang IUP di Konut, 6 Perusahaan Layak

ProduksiWritten by Admin Thursday, 24 May 2012

KENDARINEWS.COM - Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sultra menyatakan hanya enam dari sepuluh perusahaan tambang di kabupaten Konawe Utara yang layak untuk melakukan kegiatan produksi ore nikel. Keenam perusahaan tersebut yakni PT Starget, PT Antam Tbk, PT Bumi Konawe Abadi (BKA), Cinta Jaya, Bumi Konawe Mining (BKM) dan Konawe Utara Sejati. Sedangkan keempat perusahaan yang dinilai belum layak untuk melakukan kegiatan produksi adalah PT Sriwijaya Raya, Kabaena Mining, DMS dan Cipta Jaya. Demikian diungkapkan anggota komisi B DPRD Konut, Taslim Saula, saat ditemui kemarin. Menurut Taslim, pihaknya bersama rekan-rekannya di komisi B baru saja melakukan pertemuan dengan Dinas ESMD Sultra untuk mengklarifikasi dan mengkoordonasikan terkait persoalan tambang di daerah itu. Penjelasan pihak ESDM Sultra, setiap perusahaan harus mempunyai tenaga ahli pekerja pertambangan. Dan dari sepuluh perusahaan yang melakukan kegiatan produksi ternyata hanya enam perusahaan yang memiliki tenaga ahli pertambangan, kata politisi PPP tersebut. Karena itu, lanjut Taslim, Pemkab Konut diminta agar benar-benar selektif dan meperhatikan peraturan pertambangan agar perusahaan tidak melakukan kegiatan penambangan secara serampangan yang dapat merugikan daerah. Taslim juga menyoroti Distameben Konut yang dinilai tidak melakukan kordinasi dengan Dinas ESDM Sultra dalam mengeluarkan izin usaha pertamabngan (IUP). Terbukti, hingga saat ini laporan yang masuk ke ESDM jumlah perusahaan yang sudah mengantongi IUP hanya 71 perusahaan. Sementara pihak Distamben Konut mengaku saat ini terdapat 158 IUP. Data ini juga berbeda yang ada di Kementerian ESDM yang dilaporkan 113 perusahaan. Kami melihat Distamben Konut tidak melakukan koordinasi. Meskipun saat ini era otonomi daerah, bukan berarti kabupaten melepaskan dirinya dengan provinsi. Kami menilai yang coba dihindari Pemkab di sana (Konut), terangnya. Sementara Kadis Pertambangan Konut, Amrin Umirtun yang dihubungi mengaku pihaknya telah memberikan laporan perusahaan yang memegang IUP yang telah lolos verifikasi ke Dinas ESDM Sultra. "Hasil verifikasi yang kami lakukan memang baru enam perusahaan, sementara yang lainnya belum dilakukan, jelasnya. (p15/lan) KENDARI POS__

PT BKA Rumahkan Sejumlah Karyawan

Thursday, 24 May 2012

KENDARINEWS.COM - Wanggudu, Terhentinya aktivitas seluruh perusahaan tambang yang belum memiliki pabrik pengolahan sejak 6 Mei 2012 lalu, kini mulai terasa dampaknya oleh sejumlah perusahaan tambang di tanah air, tak terkecuali di Konawe Utara. Salah satunya adalah PT Bumi Konawe Abadi (BKA) yang terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya untuk sementara waktu. General Affair PT BKA, Joni Sulaiman, menjelaskan pihak perusahaan terpaksa merumahkan sebagian karyawannya untuk mengurangi beban perusahaan yang terlalu besar. Apalagi saat ini tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan sebelum memperoleh sertifikat pengiriman ore dari Kementerian ESDM. Saat ini kami memiliki 267 orang karyawan dengan jumlah gaji per bulannya mencapi Rp 700 juta lebih. Ini belum termasuk biaya konsumsi dan operasional setiap harinya. Sekarang dengan tidak adanya aktivitas maka pemasukan terhadap perusahaan nihil. Nah, ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, kata Joni Sulaiman saat ditemui beberapa waktu lalu. Menurut Joni, separuh dari jumlah karyawan tersebut akan di rumahkan untuk sementara waktu hingga perusahaan beroperasi kembali. "Saat ini kami merancang sistem sip. Jadi nanti akan ada pergantian, yang sudah dirumahkan akan kembali dipekerjakan dan diganti dengan karyawan lainnya. Ini jalan terbaik daripada kami men-PHK karyawan, ujarnya. Untuk diketahui, Kementerian ESDM melalui Peraturan Menteri (Permen) nomor 7 tahun 2012 melarang pengiriman sumber dalam alam (SDA) khususnya bahan baku tambang tanpa melalui proses pengolahan guna memaksimalkan pendapatan devisa negara. Meski demikian, perusahaan tetap diberi kesempatan untuk tetap melakukan pengiriman bahan galian tambang hingga 2014 dengan beberapa persyaratan, antara lain harus clear and clean admnistrasinya, harus menjaga lingkungannya, harus menandatangani fakta integritas dalam arti berjanji akan menjaga lingkungan dengan memperlakukan pertambangan dengan baik. Selain itu, juga harus menandatangani fakta integritas bahwa nanti tahun 2014, kalau belum membuat smelte, maka bersedia dilarang ekspornya. Disampin itu setiap perusahaan akan dikenakan biaya keluar (BK) sebesar 20 persen. (p15/lan) KENDARI POS__

POLITIK

Masyarakat Wawonii Siap MekarWritten by La Taya Sunday, 13 May 2012

KENDARINEWS.COM (Wawonii) : Kekompakan dan partispasi Masyarakat Wawonii dalam menyambut team Dewan Pemekaran Otonomi Daerah (DPOD) semakin solid. Hal ini terbukti dalam rapat pertemuan penyambutan team DPOD di Kecamatan Wawonii Barat, Sabtu (12/5/2012). Ketua team persiapan penyambutan DPOD, Drs.H.Yasran Jamulah mengajak masyarakar untuk bersama mendukung percepatan pemekaran tersebut. "Jangan ada perpecahan diantara kita, pemerintah kabupaten Konawe sangat mendukung percepatan Pemekaran Otonomi baru kita baik dari segi dana dan yang lainnya, jadi jangan sampai kita berpecah bela,"ungkapnya. Sementara itu, Camat Wawonii Barat Bahtan Nassal SE mengatakan pemekaran harus dilakukan dengan baik dan perlu mempersipkan beberapa hal diantaranya lahan untuk penempatan Ibu Kota. "Kami sebagai panitia kecamatan sudah mempersiapkan semua hal yang diperlukan dalam pemekaran ini, terutama lahan kosong untuk penempatan kabupaten Konawe Kepulauan yang terletak di Lamoluo. Kami juga tidak hentinya berkoordinasi dengan pihak Pemda Konawe yaitu Bupati Lukman Abunawas," paparnya. (Kalvin)__

Team Pemekaran Konawe Siap Dikunjungi DPODWritten by La Taya Friday, 11 May 2012

KENDARINEWS.COM: Wacana pemekaran 18 Kabupaten dan satu Propinsi sangat disambut baik, seperti warga Konawe Kepulauan atau lazim dikenal Pulau Wawonii terus berupaya memenuhi semua permintaan Dewan Pemekaran Otonomi Daerah (DPOD) baik itu kelengkapan Admimistrasi maupun penempatan Kabupaten. Ketua team pemekaran Konawe Kepulauan, Drs.H Muhammad Nasir mengungkapkan, semua permintaan team DPOD sudah terpenuhi dan sudah dipresentasikan di Pusat. "Kami terus berkonsolidasi dengan pihak pemda Konawe dan juga pihak DPR RI yaitu Komisi II yang membidangi pemekaran. Saat ini kami akan turun mempersipakan penempatan Kabupaten yaitu Kecamatan Wawonii Barat," ungkapnya saat ditemui usai rapat dengan team pemekaran Konawe Kepulauan di salah satu Hotel Kendari, Jumat (11/5/2012). Sementara itu, Ketua team penyambutan DPOD, Drs.H. Yasran Jamullah mengatakan

pihaknya sudah siap jika dikunjungi team DPOD, guna melihat kelayakan Daerah. (Kalvin)__

Basir Minta Rekonstruksi Lahan PT. AntamWritten by Admin Thursday, 10 May 2012

KENDARINEWS.COM - Sudah hampir 40 hari, pengusaha Konawe Utara, H. Basir Mandiodo mendekam di sel Polres Konawe. Berkasnya yang dilaporkan oleh PT AJSI ( pihak ketiga PT. Antam) sudah dilimpahkan ke Kejari setempat, namun dikembalikan lagi karena dianggap tidak lengkap. Itulah yang membuat kubu Basir meradang, apalagi permintaan melakukan rekonstruksi lahan yang dipersoalkan PT. Antam belum dikabulkan. '' Kasus Narkoba dan pidana lainnya yang sudah jelas tersangkanya masih direkonstruksi. Ada apa pihak Polres tidak mau melakukannya. Padahal dari rekonstruksi di lahan, kami yakin akan terungkap surat-surat SKL dan peta palsu. Jangan sampai timbul imej, Polres ingin melindungi pihak-pihak tertentu dan sengaja mengorbankan H Basir,'' usaha Razak Naba, kuasa hukum H. Basir, kemarin untuk membela kliennya. Surat SKL dan peta palsu kata Razak harus diungkap Polres karena berasal dari Kades dan oknum BPN yang saat peninjauan lokasi pembebasan lahan oleh PT AJSI, keduanya ikut serta. Menurut Razak dalam penyidikan yang dilakukan Polres Konawe terdapat keganjilan karena menjerat kliennya pada dua kasus yakni penggelapan dan perambahan hutan lindung. Sementara pembebasan lahan di Blok Mandiodo dari tiga tahapan atas permintaan PT. AJSI, baru satu kali saja kliennya melakukan transaksi. '' Penyidik seolah-olah tak percaya diri, apakah akan menjerat klien saya dalam kasus perambahan hutan lindung atau kasus penggelapan. Informasi yang kami dengar dalam pemberkasan BAP, PT AJSI mengakui melanggar standar operasional dengan tidak memakai instansi BPN secara resmi dalam pembebasan lahan, tetapi hanya melibatkan oknum BPN,'' tambahnya. Razak berharap Polres Konawe tak berat sebelah dalam menyelidiki kasus tersebut. Katanya kliennya juga sudah melapor balik PT Antam tentang dugaan penyerobotan lahan milik H. Basir, namun hingga saat ini tidak ditindaklanjuti. '' Makanya jika kasus ini masih berlarut-larut akan kami adukan ke Mabes Polri tentang kesewenang-wenangan penyidik,'' ancamnya. Basir dilapor terkait dugaan penggelapan dana PT Antam senilai Rp 4,9 miliar. Dari 245 hektar milik 80 orang yang dibebaskan melalui H basir ternyata tak dapat dikelola Antam. (awl) KENDARI POS CETAK__

Peta Politik Sulawesi Tenggara Kumpulan Artikel - 114 - Artikel Non Energi Kekuatan figur elite menjadi ciri dari politik Sulawesi Tenggara jika dibandingkan dengan daerah lain. Sejak pemilu pertama, kekuatan figur politik telah mampu bersaing dengan sejumlah partai politik besar

berskala nasional. Akankah figur calon anggota legislatif menjadi penarik utama dalam perhelatan Pemilu 2009? Sosok figur menjadi penentu yang sangat mewarnai perimbangan politik pada Pemilu 1955. Selain Masyumi, nyaris tidak ada partai politik lain, baik nasional maupun lokal, yang cukup kuat. Bahkan, PNI yang di level nasional menjadi pemenang, di Sultra hanya mampu meraih 8 persen suara. Sebaliknya, dukungan yang cukup besar justru diberikan pemilih kepada calon perseorangan dari tokoh setempat. Calon perseorangan La Ode Ida Effendi dan La Ode Hadi masing-masing berhasil menduduki nomor dua dan tiga dengan jumlah dukungan 23 persen dan 17 persen. Selain mereka, terdapat beberapa nama peserta perseorangan. Jika dijumlahkan, dukungan yang diberikan untuk seluruh calon perseorangan mencapai 41 persen, sama dengan suara yang diraih Masyumi. Sayangnya, kekuatan calon perseorangan ini kemudian amblas dalam pemilu-pemilu berikutnya yang tidak lagi mengadopsi calon perseorangan maupun partai lokal. Pada Pemilu 1971, kekuatan rezim pemerintahan baru lewat Golkar langsung hadir menjadi pemenang mutlak dengan meraih 93 persen suara. Kemudian, selama periode tahun 1971- 1992 ketika Provinsi Sultra masih terbagi dalam empat kabupaten, yakni Kendari, Muna, Buton, dan Kolaka, suara untuk Golkar tak pernah kurang dari 90 persen. Bahkan, setelah Kabupaten Kendari memekarkan diri menjadi Kotamadya Kendari pada tahun 1997, dominasi Golkar tetap tidak terpatahkan. Golkar juga masih dominan dalam pemilu demokratis yang digelar pada tahun 1999. Pada saat anjloknya suara Golkar di tingkat nasional dan naiknya pamor PDI-P, Sultra tetap menjadi basis Golkar yang kuat. Selain mampu meraih total suara 63 persen, partai berlambang beringin ini juga kukuh di setiap kabupaten/kota. PDI-P di urutan kedua hanya mampu mengumpulkan suara kurang dari 14 persen. Suara Golkar hanya dapat digerogoti secara drastis justru oleh tumbuhnya partai-partai kelas menengah pada Pemilu 2004. Partai-partai seperti PPP, PNBK, PAN, PBB, PKB, PKS, dan Demokrat menjadi penahan kembalinya kejayaan Golkar. Tumbuhnya partai-partai menengah ini juga memangkas eksistensi PDI-P dan menempatkannya sejajar dengan mereka. Bahkan, PPP mampu merebut posisi kedua, yang pada pemilu sebelumnya diduduki oleh PDI-P. Tampaknya ada kecenderungan sebagian pemilih tradisional di Sultra kembali berpaling kepada partai bercorak Islam. Selain PPP, PAN adalah salah satu partai berbasis agama yang berhasil meraup perolehan suara cukup berimbang dengan PDI-P, yakni sekitar tujuh persen. Di luar itu, penetrasi partai berbasis massa Islam lainnya, seperti PKS, PBB, dan PKB, juga cukup memberi pengaruh pada penurunan Partai Golkar. Tak dapat dimungkiri, partai kelas menengah inilah yang pada akhirnya menjadi kekuatan tandingan dalam arena- arena kontestasi lokal. Dampak penguasaan oleh partai-partai menengah adalah berkurangnya penguasaan Partai Golkar di level kabupaten/kota. Pada Pemilu 2004, Golkar tidak seratus persen berhasil menguningkan Sultra. Kota Bau-Bau, wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Buton, seakan membelot dari Golkar dengan memenangkan PBB, partai baru yang bernuansa keagamaan. Perolehan Golkar saat itu 11.595 suara, kalah dari PBB yang mengumpulkan 13.278 suara. Penurunan suara Golkar di Buton sebenarnya sudah mulai terdeteksi sejak pemilihan anggota legislatif tahun 1999. Pemilu di Buton saat itu diikuti sebanyak 218.564 pemilih. Hasilnya, Golkar hanya mampu mendulang 53 persen dari total pemilih. Hasil itu sangat jauh jika dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 1997. Kala itu, Buton berhasil dikuningkan dengan kemenangan mutlak Golkar yang meraih 99,5 persen suara. Namun, gegap gempita reformasi rupanya kemudian mampu menurunkan pesona Golkar. Tidak hanya di Buton, tetapi juga di wilayah lain. Saat Pemilu 2004 berlangsung, Kabupaten Buton sudah mekar menjadi dua kabupaten, yakni Buton dan Wakatobi, ditambah Kota Bau-Bau. Meski Buton dan Wakatobi masih setia memenangkan Partai Golkar yang nasionalisdengan perolehan suara yang terus merosotKota Bau- Bau justru menentang arus dengan memenangkan partai bercorak Islam. Kota yang dulunya menjadi pusat Kerajaan dan Kesultanan Buton itu seperti mengisyaratkan keinginan untuk kembali mengentalkan nuansa agama di wilayah tersebut. Kekuatan figur Ketepatan memilih calon oleh partai akan menentukan kemenangan sang calon. Hal ini berlaku dalam pemilihan kepala daerah di Sultra. Kunci utama memenangkan pilihan rakyat dalam pilkada adalah faktor kedekatan sang tokoh kepada konstituen. Selain kedekatan atas dasar kesamaan suku, klan, atau profesi, pendekatan secara personal seorang tokoh kepada masyarakat adalah faktor yang mampu mendorong masyarakat memberikan pilihannya.

Isyarat untuk lebih memerhatikan faktor figur dalam memenangkan hati masyarakat terungkap pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sultra beberapa waktu lalu. Saat itu Kabupaten Muna yang merupakan asal etnis Muna lebih memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Nur Alam-Saleh Lasata (etnis Tolaki dan Muna). Padahal, terdapat calon gubernur lainnya yang berasal dari etnis Muna, yaitu Mahmud Hamundu yang diusung oleh PPP dan PDI-P. Kemenangan pasangan Alam- Lasata yang diusung PAN dan PBR ini sekaligus menguburkan impian Golkar untuk menyandingkan jagoannya dalam pemilihan gubernur, yakni pasangan Ali Mazi dan Abdul Samad. Ali Mazi, pejabat bertahan (incumbent) yang berasal dari etnis Buton, hanya mendapat dukungan kuat di wilayah Buton, Wakatobi, Kota Bau-Bau, dan Kota Kendari. Prinsip yang sama tentang ketokohan terjadi juga pada pilkada bupati dan wali kota. Jika pada pemilu anggota legislatif, Partai Golkar masih bisa unjuk gigi di hampir seluruh wilayah, hal yang berbeda terjadi pada pilkada di kabupaten dan kota. Sejak pilkada pertama digulirkan tahun 2005, Golkar hanya berhasil menang di tiga kabupaten, satu di antaranya berkoalisi dengan partai lain. Pada pemilihan bupati di Kabupaten Muna, pasangan yang diusung secara tunggal oleh Partai Golkar mampu mengalahkan lawan-lawannya dengan perolehan suara 51 persen. Bupati terpilih saat itu, Ridwan Bae, adalah bupati Muna pada periode sebelumnya. Kemenangan Ridwan, selain didukung oleh faktor primordial karena ia berasal dari etnis Muna, juga didukung oleh ketokohan dan pendekatan yang dilakukannya, yang dianggap cukup mengena di hati masyarakat. Wilayah kepulauan lain yang dimenangkan pasangan kepala daerah dari Golkar adalah Kabupaten Buton. Seperti di Muna, pemenang pilkada Bupati Buton adalah juga bupati sebelumnya. Di wilayah ini, Golkar harus berkoalisi dengan PAN yang menjadi wakil bupati. Semakin mengendurnya kekuasaan partai pohon beringin yang terlihat dari hasil pemilu di Buton membuat Golkar kurang percaya diri untuk mengusung calon-calonnya sendiri. Di wilayah daratan, satu-satunya pilkada yang bisa dimenangkan oleh Partai Golkar adalah Kabupaten Bombana. Meski tidak menang mutlak atas 3 pasang lawannya, pasangan calon dari Golkar berhasil meraih suara terbanyak di wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Buton tersebut. Menurut Peribadi, pemerhati masalah sosial politik dari Universitas Haluoleo Kendari, meski dukungan atas Golkar terlihat semakin menurun, setidaknya ada dua alasan mengapa partai ini masih bisa menguasai pemilihan kepala daerah di beberapa wilayah di Sultra. Ditinjau dari segi partai politik, kemenangan Golkar di wilayah-wilayah itu lebih karena ia adalah partai tua yang sudah dikenal baik pemilih tradisional maupun rasional. Selain itu, tokoh dan pemimpin Golkar di situ kebanyakan adalah juga tokoh- tokoh masyarakat, ungkap Peribadi. Menjelang pemilu anggota legislatif pada April mendatang, Sultra akan menjadi ajang uji kesetiaan pemilih terhadap Partai Golkar. Besar dugaan, Golkar akan masih memiliki prospek pada Pemilu 2009 ini. Selain karena pemilih Sultra belum banyak berubah, juga karena Ketua DPW Golkar yang terpilih menggantikan Ali Mazi cukup populer dan berkinerja tinggi, kata Peribadi. Apakah dengan demikian Golkar akan mampu bertahan atau meningkatkan suara? Tentu hal ini akan sangat bergantung pada kekuatan sosok dari calon-calon yang diusung partai lain. Perimbangan kekuatan juga bisa muncul dari kemahiran mesin politik untuk merebut simpati konstituen. Peribadi mencontohkan, munculnya Partai Gerindra yang melakukan pendekatan tepat dan personal kepada masyarakat bisa mengancam tergerusnya suara partai-partai lama, salah satunya Golkar. (Palupi Panca Astuti/ Litbang Kompas)