peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami

10
1 Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami Teguh Fayakun Alif,ST., Eva Novita, ST. Ir. Arry Agung Hananto,M.Sc., Mulyata Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan (PDKK) – BAKOSURTANAL Jl.Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911 Telp. 081394910736 / 021 – 87901255 Email : [email protected] ABSTRAK Negara kepulauan Indonesia hampir 70% terdiri dari kawasan perairan, memiliki keanekaragaman potensi baik itu potensi ekonomi dan juga potensi bencana. Dalam hal ini potensi bencana sangat rentan terjadi dengan banyak menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa. Potensi bencana yang nyata tersebut adalah bencana tsunami. Tercatat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir bencana tsunami menimpa beberapa kawasan di Indonesia. Bencana tsunami Aceh tahun 2004, merenggut korban jiwa 200.000 orang. Bencana tsunami Pangandaran tahun 2006, merenggut korban jiwa 600 orang, dan yang terbaru yaitu tsunami Sikakap-Mentawai pada tahun 2010, merenggut korban jiwa kurang lebih 500 orang. Oleh karena itu pada tahun 2008 diselenggarakan ”Workshop for Tsunami Hazard Mapping” di Denpasar Bali yang difasillitasi oleh GTZ-IS GITEWS. Salah satu hasilnya yaitu berupa rekomendasi perlunya prioritas yang tinggi dalam pengembangan Peta Resmi (Official Map) Zonasi Bencana Tsunami, dalam hal ini mengacu pada standar Bakosurtanal yang mempunyai Peta Rupa Bumi Indonesia dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia sebagai dasar semua aktifitas yang berkaitan dengan Peringatan Dini dan Kesiap-siagaan Masyarakat dalam menghadapi bencana Tsunami. Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan (Bakosurtanal) bekerjasama dengan BMKG dan Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPPT) dalam pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami Pada makalah ini akan menguraikann bagaimana proses pembuatan peta dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami berkaitan dengan upaya mitigasi bencana Kata kunci: Tsunami, Peta RBI, Peta LPI, Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami. ABSTRACT State of the Indonesian archipelago, consists of almost 70% water areas, have good potential aspect for the diversity of economic and also disaster. In this case the potential disaster is particularly vulnerable to the many causes loss of property and life. Real potential disaster is the tsunami. Noted in the last 7 years the tsunami disaster struck several regions in Indonesia. The tsunami disaster in Aceh in 2004, killed approximately 200,000 people. Pangandaran tsunami disaster in 2006, killed approximately 600 people, and most recently the tsunami-Mentawai Sikakap in 2010, killed approximately 500 people. Therefore, in 2008 "Workshop for Tsunami Hazard Mapping" in Denpasar Bali held by GTZ-IS GITEWS. One of the result is a high priority recommendations for the development of the Official Map (Official Map) Tsunami Zoning Area, in this case refers to the standard that has Bakosurtanal Visual Earth Map of Indonesia (RBI) and Indonesian Coastal Environment Map (LPI) as the basis for all activities related to Early Warning and Community preparedness for the Tsunami disaster. Base Mapping Center for Marine

Upload: teguh-fayakun-alif

Post on 02-Jul-2015

302 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

1

Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

Teguh Fayakun Alif,ST., Eva Novita, ST.

Ir. Arry Agung Hananto,M.Sc., Mulyata

Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan (PDKK) – BAKOSURTANAL

Jl.Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911

Telp. 081394910736 / 021 – 87901255

Email : [email protected]

ABSTRAK Negara kepulauan Indonesia hampir 70% terdiri dari kawasan perairan, memiliki keanekaragaman potensi baik itu potensi ekonomi dan juga potensi bencana. Dalam hal ini potensi bencana sangat rentan terjadi dengan banyak menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa. Potensi bencana yang nyata tersebut adalah bencana tsunami. Tercatat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir bencana tsunami menimpa beberapa kawasan di Indonesia. Bencana tsunami Aceh tahun 2004, merenggut korban jiwa 200.000 orang. Bencana tsunami Pangandaran tahun 2006, merenggut korban jiwa 600 orang, dan yang terbaru yaitu tsunami Sikakap-Mentawai pada tahun 2010, merenggut korban jiwa kurang lebih 500 orang. Oleh karena itu pada tahun 2008 diselenggarakan ”Workshop for Tsunami Hazard Mapping” di Denpasar Bali yang difasillitasi oleh GTZ-IS GITEWS. Salah satu hasilnya yaitu berupa rekomendasi perlunya prioritas yang tinggi dalam pengembangan Peta Resmi (Official Map) Zonasi Bencana Tsunami, dalam hal ini mengacu pada standar Bakosurtanal yang mempunyai Peta Rupa Bumi Indonesia dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia sebagai dasar semua aktifitas yang berkaitan dengan Peringatan Dini dan Kesiap-siagaan Masyarakat dalam menghadapi bencana Tsunami. Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan (Bakosurtanal) bekerjasama dengan BMKG dan Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPPT) dalam pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

Pada makalah ini akan menguraikann bagaimana proses pembuatan peta dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami berkaitan dengan upaya mitigasi bencana

Kata kunci: Tsunami, Peta RBI, Peta LPI, Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami.

ABSTRACT State of the Indonesian archipelago, consists of almost 70% water areas, have good potential aspect for the diversity of economic and also disaster. In this case the potential disaster is particularly vulnerable to the many causes loss of property and life. Real potential disaster is the tsunami. Noted in the last 7 years the tsunami disaster struck several regions in Indonesia. The tsunami disaster in Aceh in 2004, killed approximately 200,000 people. Pangandaran tsunami disaster in 2006, killed approximately 600 people, and most recently the tsunami-Mentawai Sikakap in 2010, killed approximately 500 people. Therefore, in 2008 "Workshop for Tsunami Hazard Mapping" in Denpasar Bali held by GTZ-IS GITEWS. One of the result is a high priority recommendations for the development of the Official Map (Official Map) Tsunami Zoning Area, in this case refers to the standard that has Bakosurtanal Visual Earth Map of Indonesia (RBI) and Indonesian Coastal Environment Map (LPI) as the basis for all activities related to Early Warning and Community preparedness for the Tsunami disaster. Base Mapping Center for Marine

Page 2: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

2

and Aerospace (Bakosurtanal) in collaboration with metrology and geophysics agency (BMKG) and Assessment Center of Coastal Dynamics (BPPT) in the manufacture of Zoning Map Tsunami Warning Level

This paper will be explain how the process of making basic maps Tsunami Warning Level Zoning relating to disaster mitigation efforts

Keywords: Tsunami, Visual Earth Map of Indonesia( RBI), Indonesian Coastal Evironment Map (LPI), Zoning Base Map Tsunami Warning Level.

I. Pendahuluan

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan luas perairan kurang lebih 6.8 juta km2. Posisi Indonesia terletak diantara Samudera India dan Samudera Pasifik dan juga tempat bertemunya 3 lempeng tektonik utama, sehingga wilayahnya mempunyai karakteristik perairan yang bervariasi. Dengan variasi topografi dasar lautnya mulai dari kedalaman 100 m sampai dengan kedalaman lebih dari 7000 m. Karena aktifitas tektonik yang aktif, menyebabkan Indonesia dilewati pegunungan sepanjang Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur,sebagian juga melewati Sulawesi dan Maluku sehingga wilayah kita dikenal menjadi bagian dari “Pacific ring of fire”.

Gambar 1. Peta Pertemuan Lempeng

Efek dari kondisi geomorfologi bawah laut yang bervariasi ini mengakibatkan Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan bencana gempa bumi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh peristiwa gempa dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam/kelompok: (A) bahaya deformasi patahan dipermukaan (surface-rupture hazards), (B). Bahaya goncangan gempa (ground-motion hazards), (C) bahaya

Page 3: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

3

susulan (secondary hazards), yaitu gerakan tanah yang dipicu oleh getaran gempa dan terjadinya tsunami apabila sumber gempanya di bawah laut.

Gambar 2. Peta Daerah Rawan Tsunami

Dalam rangka mitigasi bencana tsunami, berbagai peta telah dibuat oleh beberapa instansi pemerintah, LSM dan swasta. Dalam pembuatan peta zonasi tingkat peringatan tsunami memerlukan kajian lebih mendalam untuk informasi data historis peristiwa tsunami secara periodik dan juga hasil-hasil pemodelan tsunami terdahulu. Sedangkan peta yang dibuat oleh berbagai instansi ini menggunakan sumber data dan kajian yang berbeda-beda pula. Karena banyaknya ketersediaan peta tersebut, maka diperlukan suatu standarisasi peta untuk menampilkan zonasi tingkat peringatan tsunami dengan data dasar yang sesuai aturan dan kaidah keilmuan pemetaan.

Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan-Bakosurtanal khususnya memiliki tugas dan fungsi dalam pemetaan dasar daerah pesisir dan laut, menindaklanjuti rekomendasi Workshop for Tsunami Hazard Mapping 2008 untuk membuat peta zonasi tingkat peringatan tsunami dari hasil pemodelan tsunami, menggunakan data-data dasar batimetri dan topografi dari peta dasar produksi Bakosurtanal dengan didukung data global lainnya. Peta ini dinamai dengan “Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami” menggunakan standar peta Bakosurtanal skala 1 : 25.000, dengan menggambarkan fitur-fitur yang ada di daratan dan lautan menurut standar peta RBI dan peta LPI skala 1 : 25.000, disertai juga zonasi bahaya tsunami di daerah pesisir berdasarkan hasil pemodelan tsunami.

II. Data Dasar Topografi, Batimetri dan Sumber Gempa.

Dalam pembuatan peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami ini, terdapat 3 unsur utama data yang dibutuhkan. Data-data utama tersebut yaitu data batimetri dan topografi yang berupa titik elevasi ketinggian permukaan terhadap datum

Page 4: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

4

tertentu, data model tsunami adalah model run-up tsunami dari sumber gempa hingga daratan, data sumber gempa yang merupakan data hipotetik berdasar catatan historis terjadinya gempa di suatu wilayah, data tata guna lahan untuk memberikan gambaran penggunaan lahan di sekitar wilayah terdampak tsunami, dan juga data-data sekunder lainnya. Data-data tersebut merupakan data dasar yang dibutuhkan dengan memperhatikan kaidah dan ilmu dalam pemetaan. Bisa saja dengan data berkualitas rendah, bisa menghasilkan simulasi run-up tsunami yang nampak masuk akal. Namun demikian, pengkajian yang realistis terhadap resiko tsunami hanya bisa dilakukan dengan data yang akurasi dan presisi yang benar.

II.1. Data Topografi

Data topografi yang digunakan dalam pembuatan peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami ini dikelompokan menjadi 2 kriteria, yaitu data elevasi yang digunakan untuk input pemodelan tsunami dan data elevasi yang akan ditampilkan pada peta dasar tersebut.

Untuk input pemodelan dipakai data titik tinggi yang diperoleh dari DEM berbasis kontur peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000, data titik tinggi berupa masspoint dan spotheight, serta data ketinggian hasil pengukuran tinggi dengan GPS yang telah dikoreksi dengan model undulasi geoid pada software longwave 2000.12. Selain itu digunakan data topografi global seperti SRTM yang terkoreksi untuk melengkapi data ketinggian yang kosong.

Gambar 3. Sebaran titik tinggi survei GPS

Page 5: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

5

Gambar 4 : Kiri : Titik Base survei GPS. Kanan : Titik Rover survey GPS untuk mendapatkan

titik tinggi

Gambar 5. Data topografi global (SRTM)

Untuk data topografi yang ditampilkan pada peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami adalah data topografi peta Rupabumi Indonesia, skala 1 : 25.000 yang memiliki 7 unsur topografi yang ditampilkan, yaitu : 1.Garis pantai, 2.Hidrografi ( berupa laut beserta unsur-unsur di perairan pantainya, sungai, terusan, saluran air, danau, waduk atau bendungan ), 3.Permukiman dan penggunaan lahan, 4.Jaringan transportasi ( berupa jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lain, jalan setapak, jalan kereta api, bandar udara dan pelabuhan),5.Batas administrasi (

Page 6: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

bb

Bly

I

Dsi

Dpp

berupa batasbatas kelurah

Beberapa unlahan, dan jayang dipetak

II.2. Data B

Data Batimesumber, baikinput pemod

Data batimeperingatan tpemodelan,

s negara, bathan ), 6.Gari

nsur topograaringan trankan, serta da

Batimetri.

etri untuk wk itu data glodelan tsunam

Gambar

etri yang dtsunami ini d

berupa dat

tas propinsi,is kontur dan

Gambar 6. Up

afi dari peta nsportasi dilaari hasil surv

wilayah peraobal maupun

mi.

7 . Data globa

digunakan ddibagi dalama kedalama

batas kabupn titik tinggi

Updating pengg

RBI, umumakukan upda

vei lapangan

airan Indonen data nasion

al GEBCO dan

dalam pembm 2 kriteria.an dalam be

paten, batas i, 7.Nama-na

gunaan lahan

mnya data pemating dari dan.

esia dapat dnal. Data ter

data survei ba

buatan peta . Untuk kritentuk grid,

kota, batas kama unsur ge

mukiman, pata citra terb

diperoleh darrsebut digun

atimetri

dasar zonaeria 1 yaitu point data

6

kecamatan, eografis.

penggunaan baru daerah

ri berbagai akan untuk

asi tingkat data input dan depth

Page 7: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

7

sounding yang diperoleh dari data global dan data hasil survei hidrografi. Untuk kriteria 2 yaitu data kedalaman yang telah digeneralisasi dalam bentuk kontur kedalaman dan depth sounding yang diperoleh dari kompilasi peta Lingkungan Pantai Indonesia, Peta Lingkungan Laut Nasional dan data British Admiralty Chart.

Gambar 8 . Gabungan data survei batimetri dan data titik tinggi hasil survey GPS

III. Sumber Gempa

Data gempa dibutuhkan sebagai input data dalam pemodelan tsunami. Data ini disediakan oleh BMKG dengan pertimbangan data hipotetik yang dimodifikasi data magnitudenya dari parameter gempa historis. Dengan data yang telah dimodifikasi ini, diharapkan indikasi dampak worst scenario gempa skala besar dapat ditampilkan pada peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami. Adapun parameter gempa yang dibutuhkan untuk aplikasi ini adalah :

- Lokasi gempa ( Xo & Yo dalam derajat) - Magnitude gempa (M dalam Mw) - Kedalaman gempa (HH dalam km) - Panjang gempa (L dalam km) - Lebar gempa (W dalam km) - Sudut strike (TH dalam derajat) - Sudut dip (DL dalam derajat) - Sudut slip / rake (RD dalam derajat) - Dislokasi (D dalam meter)

Page 8: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

8

Efek gempa bumi bisa mengakibatkan Tsunami bila beberapa syarat dipenuhi, yaitu : 1.Gempa yang diakibatkan oleh sesar itu berada di bawah laut, 2.Sesar berupa sesar vertikal dan terangkat, 3.Sesar aktif yang menimbulkan gempa mempunyai luas displacement lebih dari ratusan ribu kilometer persegi, 4.Gempa bumi minimal berkekuatan 6 SR, 5. Kedalaman epicenter gempa kurang dari 40 km.

Gambar 9 . Sumber data gempa historis dan hipotetik dari BMKG

Penentuan lokasi dan besaran gempa didapatkan dari data sejarah kejadian gempa disekitar lokasi kegiatan, yang tercatat menimbulkan kejadian tsunami.

IV. Pemodelan Tsunami

Untuk pemodelan run-up tsunami dilakukan menggunakan software TURMINA oleh Badan Pengkajian Dinamika Pantai – BPPT. Perkiraan zona inundasi atau zona rendaman air ditentukan dari ketinggian air maksimum (run-up) yang dapat ditentukan dengan menggunakan model numerik atau data historis tsunami.

Gambar 10 . Software TURMINA dan hasil pemodelan run-up tsunami oleh BPDP BPPT

Page 9: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

9

Pada prinsipnya besar tinggi gelombang tsunami dan inundasi tsunami di suatu lokasi tergantung pada besarnya beberapa faktor, yaitu : pengangkatan topografi dasar laut yang diakibatkan gempa, pola gelombang tsunami dari sumber ke daratan, kondisi batimetri dan topografi setempat. Oleh karena itu untuk membuat pemodelan tsunami yang baik ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Mengetahui dengan sebaik-baiknya tentang pola deformasi bumi dari skenario gempa yang mungkin terjadi, khususnya yang menyangkut pola pengangkatan dasar laut.

2. Mempunyai data topografi pantai dan batimetri (terutama yang di dekat pantai) yang memadai.

3. Software atau perangkat lunak yang baik untuk pemodelan penjalaran tsunami.

Model Tsunami yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) - BPPT Yogyakarta dengan dasar model TUNAMI yang dibuat oleh Profesor Imamura.

IV. Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

Peta resmi untuk zonasi tingkat peringatan bencana Tsunami tersebut dibuat dengan menggunakan standar peta Bakosurtanal, dengan skala 1:25.000. Peta ini menampilkan pola-pola penggunaan lahan serta zonasi dari tingkat peringatan. zona inundasi (sebagai komponen horisontal) dan kenaikan air / run-up (sebagai komponen vertikal) dicatat ke dalam sebuah matriks dan didokumentasikan ke dalam peta dasar yang berisi informasi topografi dan batimetri.

Zonasi tingkat peringatan yang dipakai adalah zonasi tingkat peringatan yang dikeluarkan oleh BMKG yang terdiri dari 3 zonasi, yaitu :

• Zona 1 : tinggi tsunami dengan elevasi 0 – 0,5 meter (warna kuning) • Zona 2 : tinggi tsunami dengan elevasi 0,5 – 3 meter (warna oranye) • Zona 3 : tinggi tsunami dengan elevasi > 3 meter (warna merah)

Gambar 11. Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami Daerah Bengkulu

Page 10: Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami

10

V. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

• Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami merupakan peta mitigasi bencana tsunami yang menampilkan dampak kajian tsunami pada suatu daerah dengan menggunakan metode worse scenario.

• Dalam pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami, perlu diperhatikan faktor keilmuan pemetaan, dikarenakan data batimetri dan topografi dipengaruhi oleh faktor presisi dan akurasi untuk mendapatkan data rendaman dan data model run-up tsunami yang akurat.

• Keakuratan model tsunami selain ditentukan data batimetri dan topografi juga dipengaruhi oleh kualitas input skenario gempabumi dan perangkat lunak pemodelan.

Saran

• Diperlukan adanya program yang berkelanjutan dalam pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami sebagai salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah sebagai program mitigasi bencana.

• Diperlukan beberapa simulasi tsunami untuk mendapatkan dampak resiko yang bervariasi, sehingga dapat diambil informasi resiko dampak tsunami.

• Diperlukan pengkajian ketelitian hasil pemodelan tsunami ini dibandingkan terhadap pemodelan tsunami dengan masukan data hanya menggunakan data global.

• Perlu adanya tindakan nyata di lapangan mengenai hasil dari Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami, seperti sosialisasi kepada Pemda dan masyarakat di daerah.

Referensi :

Alif, T. F, dan Khafid. (2010), Data Batimetri Nasional, Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan, BAKOSURTANAL.

Hanantyo, A.A, dkk. (2009), Laporan Akhir Pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami Tahun Anggaran 2009, Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan, BAKOSURTANAL.

Natawidjaja, D. H. Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan Gempa. Laboratorium Riset Bencana Alam, Geoteknologi LIPI.

Permana, H. (2011). Proposal Pembangunan Informasi Geospasial Kelautan Indonesia, Geoteknologi LIPI

http://risgeologist.blogspot.com/2010/12/ring-of-fire-sebagai-faktor-bencana-di.html