peserta bmf dorong peliputan pemilu yang adil · kasus kecelakaan aqj, di mana banyak media...

12
1 Etika | November 2013 Edisi November 2013 12 HAL 2 HAL 4 HAL 7 HAL 3 HAL W akil Menteri Luar Negeri, Wardana, berpendapat perlu solusi bersama untuk mengatasi ekses negatif media massa. Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil Dewan Pers Selesaikan 3 Pengaduan Terkait Dugaan Pelanggaran KEJ Disayangkan, Media yang Sering Pelintir Berita Tidak Diungkapkan Perlu Solusi Bersama Atasi Ekses Negatif Media Massa P eserta Bali Media Forum (BMF) V yang berkumpul di Nusa Dua, Bali, 6-8 November 2013, mengeluarkan deklarasi untuk mendorong kemerdekaan pers dan independensi jurnalis di se- luruh dunia, khususnya terkait dengan peliputan tentang pemilu. Masalah Bangsa dan Liputan Pemilu Stanley Adi Prasetyo

Upload: doanliem

Post on 11-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

1Etika | November 2013

Edisi November 2013

12HAL

2HAL

4HAL

7HAL

3HAL

Wakil Menteri Luar Negeri,Wardana, berpendapatperlu solusi bersama

untuk mengatasi ekses negatif mediamassa.

Peserta BMF DorongPeliputan Pemilu yang Adil

Dewan Pers Selesaikan 3 PengaduanTerkait Dugaan Pelanggaran KEJ

Disayangkan, Media yang SeringPelintir Berita Tidak Diungkapkan

Perlu Solusi BersamaAtasi Ekses Negatif

Media Massa

Peserta Bali Media Forum (BMF) V yang berkumpul di Nusa Dua,Bali, 6-8 November 2013, mengeluarkan deklarasi untukmendorong kemerdekaan pers dan independensi jurnalis di se-

luruh dunia, khususnya terkait dengan peliputan tentang pemilu.

Masalah Bangsa danLiputan Pemilu

Stanley Adi Prasetyo

Page 2: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

2Etika | November 2013

Foto: Ridwan Ewako/binesia.com

Berita Utama

Wakil Menteri Luar Negeri,Wardana, berpendapatperlu solusi bersama

untuk mengatasi ekses negatif mediamassa. Dalam pembukaan Bali MediaForum (BMF), Rabu (6|11|2012),Wardana mengatakan, demokrasitanpa kebebasan berekspresi sepertisayur tanpa garam, namun di satu sisikebebasan di dunia maya telahmeresahkan banyak pihak yang bisamenimbulkan guncangan sosial.

Menurut Wardana, kebencianyang dilontarkan melalui mediainternet saat ini dirasakan sebagaisebuah bahaya besar karenapelakunya bersembunyi dibawahnama-nama palsu yang sulit dilacak.Kebencian ini dapat merebak dalamhitungan menit dan menimbulkan“kerusakan” yang tak terperikan.Sementara, pelakunya biasanyabebas melenggang dari jerat hukum.

“Ini harus menjadi perhatianbersama. Saat ini kita dihadapkan de-ngan sebuah kenyataan yang sulit. Kitaditantang mencari jawaban dari per-soalan tersebut. Saya percaya, forumini sangat tepat untuk membicarakan-nya,” katanya, seperti dikutip dari la-man Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

Ia melanjutkan bahwa kuncipenting untuk mengatasi dampaknegatif perkembangan teknologiinformasi itu adalah meningkatkanpendidikan, pencerahan masyarakatserta membumikan budaya salingmenghargai serta toleransi. Pekerjaanbesar memerangi kebencian ini harusdipikul bersama. Bahkan, usahaPemerintah untuk memeranginya tidakboleh dianggap sebagai pencideraanatas kebebasan berekspresi.

“Media, sistem pendidikan, peru-sahaan, organisasi keagamaan danmasyarakat madani plus semua pihakterkait harus berada di front terdepanuntuk mengenyahkan rasa benci danmendorong budaya toleran dan salingmenghormati dan menghargai,”katanya.

Adapun langkah-langkah yangmesti ditempuh adalah menciptakanaturan nasional yang tepat, mencatatsemua langkah-langkah positif ber-dasarkan pengalaman, memunculkanglobal guidelines, adanya deklarasipolitik dari masyarakat internasionalserta mendorong konvensi yangmengikat semua negara.

Sementara itu, Ketua DewanPers Bagir Manan mencatat bahwa

kegiatan BMF ini semakin populerdengan pembahasan yang tambahberagam. Kalau tahun lalu hanyadihadiri 17 negara, maka tahun ini ada24 negara dengan kedatangan pesertabaru dari Selandia Baru, AmerikaSerikat, Laos, Brunei, Singapura danlainnya.

Tema soal “kebencian” yang di-angkat kali ini, terangnya, didasari olehpemikiran adanya kelompok-kelompokmasyarakat minoritas yang seringmenjadi korban dalam kehidupanakibat adanya kebencian dan intoleran-si. Selain itu, kebencian juga bisa mun-cul sebagai dampak dari aktifitas po-litik seperti pemilihan umum, termasukpenggunaan media untuk alat politik.

BMF didirikan 5 tahun silam atauhanya satu tahun setelah lahirnya BaliDemocracy Forum (BDF). Kedatanganpara pimpinan pemerintah dan paratokoh pada BDF rupanya disinergikandengan pelaksanaan kegiatan BMFtahun ini.

Pada tahun ini, Bali Media Forummemiliki tema, “Ethics, Journalism andDemocracy: Taking the hate out of Me-dia and Politics”, dimana dihadiri 75 ja-jaran pimpinan media dari 24 negara.

(sumber: tribunnews.com)

Perlu Solusi Bersama AtasiEkses Negatif Media Massa

Media, sistem pendidikan, perusahaan,organisasi keagamaan dan masyarakat madani plus semua

pihak terkait harus berada di front terdepan untukmengenyahkan rasa benci dan mendorong budaya toleran

dan saling menghormati dan menghargai.

PEMBUKAAN BMF - Wakil Menteri Luar Negeri, Wardana, dan Ketua Dewan Pers, BagirManan (kanan), saat pembukaan Bali Media Forum (BDF) di Bali 6|11|2013. Kurang lebih 50aktivis media dari sejumlah negara menghadiri BDF yang kelima ini pada 6 hingga 8|11|2013.

“”

Page 3: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

3Etika | November 2013

Berita

Peserta Bali Media Forum(BMF) V yang berkumpul diNusa Dua, Bali, 6-8 Novem-

ber 2013, mengeluarkan deklarasiuntuk mendorong kemerdekaan persdan independensi jurnalis di seluruhdunia, khususnya terkait denganpeliputan tentang pemilu. Peserta BMFyang berasal dari 24 negara jugamerumuskan lima program utama yangakan ditindaklanjuti pada tahun 2014.

Deklarasi dan program tersebutmenyangkut tema BMF tahun ini“Etika, Jurnalisme dan Demokrasi:Menghilangkan Pernyataan Kebenciandari Media dan Politik (Ethics,Journalism and Democracy: Taking theHate out of Media and Politics).”

Deklarasi tersebut, antara lain,menegaskan media dan pemimpinredaksi harus menyiapkan wartawan-nya untuk meliput pemilu dengan me-nyusun pedoman peliputan dan me-mastikan para wartawannya terlatih ser-ta menyadari kewajiban etis mereka.

Selanjutnya, media harus was-pada terhadap segala bentuk gangguanterhadap pekerjaan jurnalistik, peng-gunaan media untuk menyebarkan ke-bohongan, kebencian dan informasiyang dirancang untuk menghasutperselisihan di masyarakat.

Selain itu, media harus memilikisistem internal untuk menghindariadanya konflik kepentingan, untukmempromosikan transparansi danindependensi editorial serta untukmelindungi dari gangguan yang tidaksemestinya terhadap ruang redaksioleh pemilik dan pemegang sahamperusahaan pers.

Pada bagian lain deklarasi di-tegaskan, media harus terus-menerusmemperbarui cakupan pemberitaandan memastikan liputan yang ber-imbang. Media harus memastikansemua kandidat serta partai besar danpartai kecil diperlakukan dengan per-timbangan yang sama. Pendapatkelompok minoritas dan kelompokmarjinal yang rentan juga harusdidengar.

Peserta BMF mendorong organi-sasi media dan wartawan bekerja samamelakukan berbagai langkah terkaitpeliputan tentang pemilu mencakup,antara lain, jaminan dari pemerintahdan partai politik tentang keselamatandan keamanan jurnalis; menghindariupaya memanipulasi media dengancara yang korup; menghapus segalabentuk pernyataan politik yang meng-hasut kebencian atau kekerasan.

Peserta BMF DorongPeliputan Pemilu yang Adil

Sementara itu, program yangakan ditindaklanjuti oleh pesertaBMF pada tahun 2014, antara lain,mendukung pembentukan jaringanDewan Pers di kawasan Asia -Pasifik untuk membantu kampanyetentang kemerdekaan, independensidan pluralisme media; melakukanstudi global tentang jurnalisme untukmendukung kampanye melawanpenyimpangan di dalam media;melakukan pelatihan tentang pe-liputan pemilu di negara-negarayang menyelenggarakan pemilu padatahun 2014.

Program lain, melakukanpertukaran informasi dan praktikterbaik tentang etika peliputan pemilu,khususnya sebagai upayamenciptakan solidaritas antar mediadan untuk menyepakati standar umumdalam pelaporan pemilu. (DP)

SIDANG BMF - Ketua Dewan Pers, Bagir Manan (Tengah), saat menjadi Pembicara dalamDeklarasi Bali Media Forum (BDF) di Bali (6-8|11|2013) yang bertema “Ethics, Journalism andDemocracy: Taking the Hate out of Media and Politics”.

Page 4: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

4Etika | November 2013

Berita

Keluhan Presiden SusiloBambang Yudhoyonoterhadap dua media massa

yang dianggap memberi informasi tidakakurat hanya bagian dari dinamikapemberitaan. Sikap Presiden yangtidak mengungkap dua media yangdimaksud amat disayangkan. Apabilakeberatan dengan pemberitaan sebuahmedia massa Presiden dapat menem-puh jalur resmi dengan memberi hakjawab sebagai narasumber. Jadi, tidakperlu Presiden melakukan aksi hematbicara kepada pers melaluipembatasan peliputan kegiatan dirinya.Demikian Wakil Ketua Dewan PersMargiono menjawab pertanyaan persdi Jakarta, Jumat (15|11|2013).

Margiono dimintai tanggapanatas sikap Presiden yang belakanganhemat berbicara kepada media.Menurut Menteri Sekretaris NegaraSudi Silalahi, Presiden bersikap sepertiitu karena ada dua media yang selalumemelintir apapun pernyataan SBY.

“Saya tidak perlu menyebutkanpersnya, saya yakin rekan-rekan warta-wan tahu karena begitu Presiden me-nyampaikan itu, langsung diolah samatimnya mereka, dan entah apa yangdisampaikan pelintir-pelintirannya bah-kan membentur-benturkan Presidendengan pihak-pihak lain, dan sebagai-nya sehingga ini barangkali penyebab-nya,” kata Sudi seperti dikutip lamanSekretraiat Kabinet, Jumat. (15|11|2013)

Sudi menjelaskan, beberapa kalibelakangan ini setiap Presidenmembuat pernyataan, sebagian besarpers menyampaikan kepada publiksesuai dengan apa yang disampaikanPresiden. “Tapi ada dua media yangmemelintir selalu, apa pun pernyataan

Presiden, dan itu dipelintir bahkansampai berhari-hari enggak habis-habisbegitu, sehingga mungkin itulah kira-kira alasan Presiden sementara initidak begitu banyak memberikan rilisatau pun pernyataan,” katanya.

Berjalan BaikLebih lanjut Margiono mengata-

kan, ketidakpuasan Presiden terhadapdua media massa menunjukkaneksistensi demokrasi yang berjalandengan baik. Namun seyogyanyaPresiden Yudhoyono menyebutkanjelas media mana dan pemberitaanperiode kapan yang dituding terdapatpelintiran pernyataan.

Dengan begitu, jelas Margiono,keluhan Presiden dapat terklarifikasidengan baik. Tanpa itu, keluhanPresiden akan menyisakan pertanyaandi publik. Lagipula, jelas Margiono,dengan menyebut dua media massayang dimaksud publik dapat memberipenilaian yang objektif terhadap persyang bersangkutan.

Senada, Ketua Dewan Kehor-matan PWI Pusat, Iham Bintang,menyarankan Presiden SBY segeramenyelesaikan permasalahan dengandua media yang dituduhnya suka

Disayangkan, Media yang SeringPelintir Berita Tidak Diungkapkan

memelintir pernyataannya melaluimekanisme yang ada. Mekanismeyang lazim itu, tutur Ilham, antara lainmenggunakan hak jawab kepada duamedia yang bersangkutan. Selain itu,kata dia, Presiden SBY bisamengadukan perbuatan dua media itukepada Dewan Pers.

Masih BerimbangSekadar tambahan informasi,

sebelumnya secara terpisah menjawabpertanyaan pers, Ketua Dewan PersBagir Manan mengatakan saat inipemberitaan tentang Presiden SusiloBambang Yudhoyono di media masihberimbang. Ketua Dewan Pers menilaicukup banyak berita yang baik tentangSBY di media massa.

Positif negatif berita SBY di me-dia massa, menurut Bagir, adalah halyang wajar. Soalnya, SBY memimpinnegara yang sangat luas dan hete-rogen. “Pasti ada yang suka dan tidak,ada yang puas dan tidak,” kata Bagirsaat dihubungi, Kamis (24 |10|2013).

Rabu 23 Oktober 2013 SBYmenyatakan dirinya sebagai salahsatu korban pers. Ia mengungkapkanhal tersebut di acara Pengurus PusatPersatuan Wartawan Indonesia diBanjarbaru, Kalimantan Selatan.Selain itu, SBY berterima kasih ataskritik dan kecaman dari media telahmenjadi cambuk baginya dalammelaksanakan tugas sebagai kepalanegara. Bagir meminta SBY bersabarsaja menghadapi kritik yang munculdi mana-mana. “Itu konsekuensiketerbukaan yang kita pil ih diIndonesia,” kata Bagir.

(sumber: antara.com, metro.com,republika.com, tempo.co)

Margionofoto dok. Dewan Pers

Page 5: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

5Etika | November 2013

Berita

Banyak Media Abaikan Perlindungan Anak

Ketua Komisi Hukum DewanPers Stanley Adhi Prasetyomengatakan banyak media

massa yang mengabaikan perspektifperlindungan anak dalam membuatpemberitaan, padahal masalah terse-but melanggar kode etik jurnalistik.Stanley mencontohkan pemberitaankasus kecelakaan AQJ, di manabanyak media menampilkan wajahnyaserta menulis namanya dengan terang-terangan.

“Banyak media mengabaikanupaya memberikan perlindungan terha-dap korban,” kata Stanley usai acarapersentasi draf pedoman peliputanberita untuk perlindungan korbanpascakonflik di Gedung Ditjen HAM,Kompleks Kemenkumham, Jakarta,Selasa. (12|11|2013)

“Misal kasus AQJ, dia pelakuatau korban sih? dia harus disamarkankarena masih dibawah umur. Diamemang pelaku tabrakan tetapi diakorban dari sistem, mungkin jugakorban dari lingkungannya. Dia harusdilindungi,” tambah Stanley.

Tetapi Stanley menyayangkanbahwa wajah AQJ dan nama lengkap-nya masih muncul dua hari pasca-terjadinya kecelakaan.”Teman-temanwartawan sekarang sulit membedakanini korban atau pelaku,” ujarnya.

Tak Boleh DipublikasiHal senada disampaikan oleh

Wakil Ketua Bidang Program PusatPelayanan Terpadu PemberdayaanPerempuan dan Anak Provinsi DKIJakarta (P2TP2A) Margaretha Hanita.

PENGURUS DEWAN PERS PERIODE 2013-2016: Ketua: Bagir Manan Wakil Ketua: MargionoAnggota: Anthonius Jimmy Silalahi, I Made Ray Karuna Wijaya, Imam Wahyudi, Muhammad Ridlo ‘Eisy, Nezar Patria, Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo Sekretaris (Kepala Sekretariat): Lumongga Sihombing

REDAKSI ETIKA: Penanggung Jawab: Bagir Manan Redaksi: Herutjahjo, Chelsia, Samsuri (Etika online), Lumongga Sihombing, Ismanto, Agape Siregar, Wawan Agus Prasetyo, Reza Andreas (foto).

Surat dan Tanggapan Dikirim ke Alamat Redaksi: Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110. Tel. (021) 3521488, 3504877, 3504874 - 75, Fax. (021) 3452030 E-mail: [email protected] Website: www.dewanpers.or.id / www.presscouncil.or.id

(ETIKA dalam format pdf dapat diunduh dari website Dewan Pers: www.dewanpers.or.id)

Ia mengatakan kasus anak tidak bolehdipublikasikan atas dasar apapun.

Margaretha mengambil contohkasus video mesum pelajar SMP diJakarta Pusat. Menurutnya beritaterkait pelajar seharusnya tidak bolehdiangkat, tetapi pada kenyataannyamedia massa justru cenderungmengangkat hal tersebut. “Ber-dasarkan perspektif perlindungan anak,itu tidak dipublikasikan. Dia kan jadikorban, anak ini misal ada proseshukum pun dengan undang-undangperadilan anak,” jelas Margaretha.

Menurut Margaretha, dalamkasus tersebut media massaseharusnya berorientasi padapermasalahan seks dini yang sudahmenyentuh anak-anak serta mencarisolusi dengan mengaitkan kepadapakar-pakar terkait.” Seharusnya yangperlu disampaikan oleh media massaitu, misalnya, anak-anak di Jakartaternyata sudah mengenal seks dini,seks sudah jadi konsumsi anak-anakatau dibawa pada perlunya pendidikanseks usia dini. Tetapi ironisnya justrumereka selalu memberitakan sikorban,” tutur Margaretha.

(Sumber: antara.com)

“Banyak media massayang mengabaikan

perspektif perlindungananak dalam membuatpemberitaan, padahal

masalah tersebutmelanggar kode etik

jurnalistik.”Foto ilustrasi: www.viva.com

Page 6: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

6Etika | November 2013

Berita

Kapolri Jenderal PolSutarman angkat bicarasoal kasus terbunuhnya

wartawan Harian Bernas, FuadMuhammad Syafruddin atau Udin 17tahun lalu. Sutarman menilai ada ke-salahan dalam pengusutan kasusitu. “Sudah salah dari awalnya,”kata Sutarman di Mabes Polri, JlTrunojoyo, Jakarta, Selasa(19|11|2013).

Menurut Sutarman, salah satukesulitan dalam pengusutan kasusitu yakni terkait alat bukti. “Alatbuktinya dilarung ke laut, sudahsaya telusuri,” jelasnya. Menurutdia, penyidik tentu bekerja denganbarang bukti yang ada. Kalau takada barang bukti akan sulit. “Karenatidak bisa semena-mena,” katanya.

Gugatan PraperadilanSebelumnya, Persatuan War-

tawan Indonesia (PWI) DaerahIstimewa Yogyakarta secara resmimengajukan gugatan praperadilanyang ditujukan kepada Polda DIYterkait penyelidikan kasus tewas-nya wartawan Bernas, FuadMuhammad Syafrudin alias Udin.

Gugatan itu disampaikan kePengadilan Negeri Sleman, DIY hariini. Pokok gugatan adalah memintaHakim PN Sleman untuk meme-rintahkan kepada penyidik PoldaDIY melanjutkan proses penyidikantewasnya Udin sebagaimana dalamLaporan Poliisi No.Pol LP/49/K/V/VIII/1996/Sek.Jts tertanggal 13Agustus 1996.

“Agar tidak menjadi polemik,gugatan dipercayakan kepada PWI

Kapolri: Pengusutan Kasus UdinSalah dari AwalDIY karena Udin merupakan anggotaPWI Yogyakarta dengan Nomor KTA13.00.3794.92.M.VI. Ini semata-matamemudahkan mekanisme legal stand-ing proses hukum yang akan berjalan,”kata Asril Sutan Marajo, wartawan se-nior di Yogyakarta yang juga meru-pakan anggota Tim Pencari Faktakasus Udin, Senin (11|11|2013).

Ada enam pengacara yang di-tunjuk PWI DIY menjadi kuasa hukumdi Pengadilan nantinya. Mereka tidakmemungut biaya seperpun dan berse-dia secara profesional dalam mendam-pingi penggugat. Ke-enam pengacaraitu mulai dari Ramdlon Naning, LasdinWlas, Safiudin, Kurnia Nuryawan,Maryanto, dan Dadang Ardani.

“Materi gugataan meminta hakimsupaya memerintah penyidik PoldaDIY dengan sungguh-sungguh menye-lesaikan kasus Udin. Demi kepastianhukum, jika penyidik tidak mampumenuntaskan, segera saja diterbitkanSP-3 (Surat Perintah PemberhentianPenyidikan),” kata Lasdin Wlas kepadawartawan.

Gugatan itu diterima KetuaPanitera Muda Pidana PengadilanNegeri Sleman, Siti Yuriah denganmendapatkan nomor registrasi 05/Pid.Pra.2013/PNSL. “Segera diproses,besok pagi sudah penentuan hakim,kemudian kita memangil tergugat(Polda DIY), setelah itu segera sidang,”kata Siti.

Sementara Ramdlon Naningmenambahkan, menurut perundang-undang gugatan praperadilan selam-bat-lambatnya tiga hari setelah penga-juan harus segera disidangkan. Selan-jutnya, maksimal dalam tujuh hari se-telah pengajuan harus ada putusan. “Ituhari masuk kerja, kalau hari Sabtu danMinggu tidak dihitung karena bukanhari efektif masuk kerja,” paparnya.

Kasus pembunuhan wartawanUdin terjadi pada Agustus 1995 lalu.Namun, Kepolisian Daerah IstimewaYogyakarta hingga kini belum bisa me-nuntaskan kasus itu. Alasannya belummenemukan adanya bukti baru untukmengungkap pembunuhan Udin.

(sumber: detik.com/okezone.com)

www.voaindonesia.com

Page 7: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

7Etika | November 2013

Sorotan

foto/dok. Etika foto/dok. Etika

Masalah Bangsa dan Liputan PemiluStanley Adi Prasetyo

Pemilihan Umum (Pemilu) 2014adalah sebuah momenpenting. Indonesia akan

memiliki presiden baru, karenaPresiden SBY yang telah dua kaliperiode menjadi Presiden RI jelas takakan ikut lagi sebagai salah satukontestan kandidat presiden.

Apa yang akan terjadi denganPemilu mendatang? Bagaimana gam-baran pemerintahan dan susunankabinet mendatang? Terus terang kitasama sekali belum tahu tentang modelkoalisi yang akan terjadi nanti. Yangjelas Pemilu 2014 dibayang-bayangimasalah yang mirip dengan masalahutama Pemilu 2009, yaitu masalahpuluhan juta orang tak terdaftar dalamdaftar pemilih tetap (DPT) meski kartuidentitas pintar baru sudah diberlaku-kan di semua wilayah di Indonesia.

Perlu diingat, dalam pemerin-tahan mendatang tak ada GBHN atauPropenas, yang ada sebetulnya adalahlandasan program partai yang akandijalankan oleh partai mapun capresmasing-masing. Tapi hal ini mungkintak lagi bisa dilakukan, bila dalamPemilu legislatif tak ada partai yangmenang secara dominan. Yang akanterjadi adalah peleburan programbeberapa partai.

Yang jadi pertanyaan adalahapakah akan terjadi proses konsolidasidemokrasi atau akan muncul KabinetPelangi yang menjadi alasan permisifterhadap buruknya kinerja pemerintahmendatang. Terus terang, koalisiantara partai dan kekuatan politik yangmelibatkan elit lama dan elit baru, parapreman, boss lokal adalah merupakan

model pengkhinatan terhadap rakyatpemilih. Rakyat sama sekali tak terlibatdalam proses politik, koalisi bukan takmungkin lebih merupakan hasilkompromi sebuah oligarkhi partai dantim sukses para capres.

Menjelang Pemilu legislatif yangakan berlangsung pada awal April 2014rakyat akan dimobilisir untuk mem-berikan dukungan kepada partai de-ngan pendekatan program dan jualanpartai ditambahi serta kultus individu,sedangkan pada pemilihan presidennanti yang terjadi bukan tak mungkinadalah perang pembunuhan karakter.Bukan tak mungkin tim sukses ma-sing-masing akan bekerja di baliknya.Bungkus isu yang dimunculkan padakampanye presiden juga tak akanberbeda jauh dengan isu besar yangselama ini dianggap eye cathing,seperti “menjaga stabilitas”, “mem-bangun Indonesia damai”, “bertekadmemberantas KKN” dan seterusnya.

Ada kemungkinan akan munculbanyak wajah baru yang sangat piawaimembuat komentar politik “ini” dan “itu”serta membuat ramalan-ramalan kedepan. Namun dari sisi perkembangandemokrasi, negeri sudah tidak menarikuntuk dianalisis lebih jauh. Reformasi,

sebagai sebagai gerakan transisimenuju demokrasi, telah mati suri.Para elit lama dan elit baru telahmembajak seluruh proses yang terjadidan semua peluang yang ada.

Bukan tak mungkin, di tengahtidak menariknya suasana pemilihanumum mendatang orang akan menjadiapatis dan tak memiliki harapan lagikepada pemimpin manapun yang bakalterpilih jadi presiden mendatang. Ko-ran, radio dan televisi akan marakmemberitakan jalannya kampanyepresiden, eksempar dan rating mung-kin akan meninggi, iklan kampanyeakan memperkaya perusahan media;namun pada hari-H pencoblosan orangakan di hadapkan pada suasana hatiyang kosong melompong. Bersikaptidak peduli dan lebih suka berkata,“terserah”. Jangan kaget, dari berbagaipemilukada yang ada data menunjuk-kan adanya trend peningkatankelompok “Golput” yaitu orang-orangyang memilih untuk tidak memilih.

Fenomena “Moghul”ismeBagaimana wartawan dan media

menghadapi persoalan ini. Sejumlahwartawan jelas menghadapi berbagaipersoalan eksistensi diri akibatbeberapa pemilik media menjadipemimpin partai dan malah beberapadi antaranya akan ikut mencalonkandiri sebagai capres ataupun cawapres.Situasi seperti ini akan bertambahrunyam dengan munculnya fenomena“moghul”isme media saat ini. Dibeberapa grup media malah parawartawan diimbau oleh pemiliknyauntuk ikut menjadi caleg dari partai

Stanley Adi Prasetyo

Page 8: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

8Etika | November 2013

Sorotan

foto/dok. Etika

yang dipimpin atau didukungnya ataupun sekadar masuk menjadi anggotatim sukses dan tim pemenanganPemilu. Hal ini adalah persoalan yangserius.

Wartawan dan media semestinyadapat berperan dalam mengembang-kan partisipasi publik dalam Pemilu.Bukannya malah ikut berebut suarapublik untuk mendukung perolehankursi bagi diri sendiri atau orientasipolitik pemilik media tempat ia bekerja.

Wartawan semestinya bisa ikutmendidik warganegara pemilih tentangbagaimana menggunakan hak-hakdemokrasinya, mengangkat suara pe-milih tentang apa yang mereka butuh-kan dan inginkan, memberitakanperkembangan kampanye Pemilu,menyediakan informasi menyangkutplatform bagi partai politik dan kandidatsekaligus rekam jejaknya, memberikesempatan kepada setiap partaipolitik untuk berdebat satu sama lain,dan memonitor penghitungan suara danmelaporkan hasilnya. Serta menga-wasi, meneliti, dan mengevaluasisecara cermat apakah proses Pemiluyang terjadi telah berlangsung sesuaiprinsip fairness dan jujur.

Dalam setiap Pemilu liputan me-dia umumnya adalah lebih mirip‘jurnalisme pacuan kuda’, di mana yangditonjolkan adalah persaingan antar-partai, persaingan antar-caleg, ataupersaingan antar-kandidat. Media lebihcenderung menampilkan saling salipantar peserta Pemilu untuk memenang-kan pemilihan. Di masa lalu, mediajuga menyajikan pemberitaan Pemiluyang didominasi kiprah partai besar.Partai-partai kecil bukan hanya sekadardilupakan, tapi malah diabaikan samasekali.

Gaya liputan Pemilu yang kon-vensional ini barangkali perlu diting-galkan. Wartawan dan media perlumengubah mind set dan melihat bahwadalam proses Pemilu, pemilih adalah

subyek bukan obyek. Untuk itu perlufokus bukan hanya pada apa yang paracaleg atau kandidat katakan, tapiterutama pada apa yang para pemilihdan masyarakat inginkan dan butuh-kan. Terutama kelompok marginal yangtidak bisa bersuara.

Para wartawan selalau berpegangpada kode etik jurnalistik (KEJ) agarselalu menyajikan informasi yang be-nar. Norma KEJ menyebutkan tentangindependensi, akurasi berita, keberim-bangan, itikad baik,informasi teruji,membedakan fakta dan opini, asas pra-duga tak bersalah, pembelaan terhadapkelompok voiceless, perlindunganterhadap narasumber dan orang-orangyang berisiko.

Namun wartawan perlu seklalumengingat bahwa tugas utama jurna-listik adalah mengungkapkan kebe-naran. Kebenaran dalam jurnalistiksendiri bukanlah kebenaran yangbersifat mutlak tetapi kebenaran yangbersifat fungsional, yakni kebenaranyang diyakini pada saat itu dan terbukauntuk koreksi.

Setiap wartawan juga berkewajib-an menjaga profesionalitas mereka.Komitmen utama jurnalisme adalahpada kepentingan publik. Kepentinganpribadi, kelompok, atau kepentinganpemilik media harus selalu di tempat-kan di bawah kepentingan publik.Wartawan harus cermat dalammengumpulkan dan menyebarluaskaninformasi, menjaga keberimbangan danindependensinya.

Dalam pekerjaaannya, jurnalisharus terbebas dari intervensi ataupengaruh pihak lain, khususnya terkaitkepentingan kekuasaan dan uang.Independensi tidak sama artinyadengan tidak memihak. Setiapwartawan harus menolak adanyaperselingkuhan antara media atauwartawan dengan politisi yangmelibatkan uang dan mengorbankankejujuran Pemihakan seorang warta-

wan bukanlah pada orang atau kelom-pok, tetapi pada kebenaran, keadilan,dan perdamaian.

Bagaimana dengan wartawanyang memilih menjadi calon legislatifatau menjadi anggota tim sukses?Jelas ini adalah hak dan kebebasansetiap warganegara untuk memilihpekerjaan dan profesinya. Namununtuk mereka yang lebih memilihprofesi sebagai wartawan sebaiknyatetap menjadi wartawan. Di negeri ini,dalam situasi yang ada saat ini di In-donesia, menjadi wartawan adalahsebuah profesi yang terhormat.

Namun untuk mereka yang me-milih menjadi calek atau tim sukses,sebaiknya memilih untuk non-aktif ataumengundurkan diri untuk sementarawaktu dari profesinya sebagai wartawan.Pilihan ini merupakan yang paling lunak.

Pilihan lainnya adalah tentu sajamengundurkan diri secara permanenprofesi jurnalistiknya. Dengan menjadicaleg atau tim sukses sesunggunyaseorang wartawan telah memilih untukberjuang demi kepentingan politikpribadi atau golongannya. Padahaltugas utama seorang wartawan adalahmengabdi kepada kebenaran dankepentingan publik. Dengan demikianketika seorang wartawan memutuskanmenjadi caleg atau tim sukses,seketika itu juga sesungguhnya iakehilangan legitimasinya untukkembali pada profesi jurnalistik.

Untuk memilih hal ini tentu sajabutuh keberanian. Mari kita tungguakan ada berapa banyak wartawanyang berani menyatakan pengundurandirinya sebagai pengabdi masyarakatdan lebih menjadi pengabdi partai ataugolongan. Atau, mari kita cermatibersama, ada berapa banyak wartawanyang memilih bergerilya secara diam-dian sambil tetap menjadi wartawan,tentu saja dengan caramenyembunyikan “ekor”nya agar taktampak di depan publik.

Page 9: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

9Etika | November 2013

Organisasi

Konperensi InternasionalJurnalis Televisi yang digelaroleh Ikatan Jurnalis Televisi In-

donesia (IJTI), 30 Oktober - 1 Novem-ber 2013, di Surabaya, Jawa Timur,menghasilkan Prakarsa Surabaya,yang terdiri dari 5 poin Prakarsa lamanIkatan Jurnalis Televisi Indonesia.

Prakarsa Nasional meliputi per-tama, jurnalis TV Indonesia bertekadmenjaga netralitas dalam pemberitaanpemilu demi kepentingan publik. Kedua,jurnalis TV Indonesia bertekad untukmematuhi Kode Etik Jurnalistik dansegala perundangan serta peraturandalam penyiaran. Ketiga, jurnalis TV

Jurnalis TV Bertekad Jaga Netralitasdalam Pemberitaan Pemilu

Indonesia bertekad untuk mengedepan-kan pemberitaan yang positif. Keempat,jurnalis TV Indonesia bertekad untuksenantiasa meningkatkan kompetensiyang merupakan tanggung jawab parajurnalis dan perusahaan yang menaungi-nya demi terciptanya pemberitaan yanglebih baik. Kelima, jurnalis TV Indone-sia menuntut perusahaan TV bersikapadil dalam memperlakukan jurnalisnyatanpa membedakan status kekaryawa-nannya maupun hubungan kerjanya

Sedangkan Prakarsa Internasio-nal meliputi pertama, jurnalis TelevisiAsia memandang kebebasan jurnalis-tik adalah hak dan berkah yang harus

dimanfaatkan bagi kemajuan bangsadan alat menjaga perdamaian bangsa-bangsa. Kedua, jurnalis Televisi Asiamemaksimalkan kebebasan dengan pe-nerapan jurnalistik positif dan sepenuh-nya menentang segala bentuk pe-nunggangan oleh kepentingan politik,ekonomi, dan industri. Ketiga, jurnalisTelevisi Asia memandang perlu mem-bentuk Forum Jurnalis Televisi Asiayang berkedudukan di ranah mayauntuk mengembangkan saling penger-tian antarjurnalis, peningkatan kompe-tensi, dan kebersamaan menjaga sertamemanfaatkan kebebasan jurnalistik.

(sumber: ijti.org)

Era keterbukaan informasimembuat lalu lintas informasiterutama pada saat pe-

laksanaan Pemilu semakin padat. Disisi lain, konglomerasi media juga turutmelanda media televisi. Hal ini se-harusnya tidak mempengaruhi content.Media harus tetap menjaga netralitas-nya dalam pemilu.

“Media televisi dimiliki oleh seba-gian pengusaha yang beberapa terjunke dunia politik, baik maju sebagaicalon Presiden, fungsionaris maupunpendiri parpol. Ini yang potensial akanmempengaruhi content media. Disini-lah tantangannya, media harus tetapmenjaga netralitasnya,” papar KetuaKomisi Informasi Provinsi Lampung,Juniardi, disela-sela dalam SeminarDaerah Jurnalis Televisi “ Netralitas

Konglomerasi Media HarusnyaTak Pengaruhi Netralitas

Media Televisi Dalam Pemilu diLampung”. Gelaran tersebut diadakanoleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia(IJTI) Lampung di Pondok Rimbawan,Bandar Lampung, Sabtu (23|11|2013).

Juniardi juga menekankan bahwamedia televisi sangat memberi penga-ruh besar kepada masyarakat diban-dingkan dengan media cetak. Khala-yaknya juga lebih banyak, dinikmatihampir diseluruh lapisan masyarakat.“Makanya jangan sampai meninggal-kan fungsi mendidik, misalnya mem-bangun kesadaran masyarakat untukmenggunakan hak pilihnya dalampemilu,” ujarnya.

Ia juga meminta masyarakatterutama lembaga pemantau pemilubaik Bawaslu ataupun lembaga pemiluindependen lainnya turut memantau

media televisi. Dan jangan segan-segan melaporkan kepada Bawasluapabila ada pelanggaran terutamaterkait netralitas media dalam pemilu.

Sementara itu, Ketua KPULampung Nanang Trenggono me-nyatakan, media televisi harus diberiruang cukup untuk memuat gagasan-gagasan mengenai demokrasi. Media,termasuk media televisi juga harus ikutterlibat dalam proses demokrasi.Namun media tetap harus kritis.

Berbicara dalam seminar,Nanang menambahkan kontrol mediabisa dilakukan terhadap pesertapemilu dalam melakukan kampanye,seperti berkampaye berlebihan, agartidak menimbulkan praktek-praktekdemokrasi yang tidak tepat.

(sumber: tribunnews.com)

Page 10: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

10Etika | November 2013

Opini

1. PembukaanUndang-Undang No. 40 Tahun

1999 menentukan perusahaan persharus berbadan hukum (berbentukbadan hukum)1 tanpa menyebutkanjenis badan hukum tertentu, misalnyaperseroan terbatas (PT). Menuruthukum, cq. undang-undang, adabermacam-macam (jenis-jenis) badanhukum (PT, Koperasi, Yayasan,BUMN, BUMD, BH. Pendidikan). Dimasa Hindia Belanda (sampaibeberapa waktu setelah merdekamasih berlaku) selain PT (waktu itudisebut NV sebagai singkatan dariNaamloze Vennootschap) yang diaturdalam KUHDagang (WvK), ada jugabadan hukum lain yang diatur dalamIBW (Indische Bedrijfswet) dan ICW(Indische Comptabiliteitswet). Badanhukum menurut IBW, antara lain,seperti jawatan kereta api, perusahaantelegraf dan telepon, sedangkan badanhukum menurut ICW (undang-undangkeuangan negara) yaitu perusahaan airminum. Dalam ICW pula kitamenemukan penegasan bahwa negara,adalah badan hukum. Di masa HindiaBelanda, ada pula badan hukumkhusus untuk gereja (kerkstaat).Demikian, sekedar mengenali anekaragam badan hukum yang ada danpernah ada di Indonesia. Pada saatinipun ada berbagai undang-undang

Badan Usaha PersOleh Bagir Manan, Ketua Dewan Pers

yang mengatur badan hukum di tanahair kita. Ada UU PT, UU Koperasi, UUYayasan, UU BUMN, dan BUMD, UUPerguruan Tinggi. Suatu ketika(sebelum diubah menjadi PT),perusahaan minyak Pertamina,merupakan badan hukum tersendiri.

2. Praktek Badan Usaha PersSetiap tahun, Komisi Penelitian,

Pendataan, dan Ratifikasi Pers (DewanPers) melakukan – antara lain –pendataan perusahaan pers.Diperoleh data, belum semuaperusahaan pers berbadan hukum.

Masih ada yang berbentuk Firma (Fa)atau CV (Commanditer Vennootschap).Baik menurut hukum maupun doktrin,Fa dan CV di Indonesia hingga saat inibukan badan hukum. Dengan demiki-an, secara formal, perusahaan pers se-macam ini belum memenuhi ketentuanUU No. 40 Tahun 1999. Persoalannya:“Apakah memang harus berbadanhukum dan mengapa harus berbadanhukum?”. (diuraikan di bawah).

3. Perusahaan Pers HarusatauTidak Harus BerbadanHukum

Ada etikad baik, pembentuk UUNo. 40 Tahun 1999 mengharus-kanperusahaan pers berbentuk badanhukum (sudah semestinya):

Bagian 1 dari 2

“If the media are to be free from government, they have to be organized as amarket, not a state, system, and if they are to serve fully democracy,

the should be staffed by professionalis seeking to be accurate,impartial and informative”

(James Curran, Media And Democracy, Routledge, 2011)

Pertama; per definisi: “Perusa-haan adalah kegiatan ekonomi untukmencari atau memperoleh laba ataukeuntungan”. Satu-satunya motifperusahaan adalah motif ekonomi danmotif ekonomi tidak lain mencari danmemperoleh laba. Perusahaan perssebagai perusahaan (bedrijf, interprise)tidak mungkin luput dari motif itu. Lebih-lebih lagi, perkembangan pers sebagaiindustri atau sebagai usaha ekonomi.

Kedua; bentuk badan hukum,akan memberikan kedudukan hukumdan pertanggungjawaban hukumyang lebih pasti. Hubungan hak dankewajiban, baik kedalam maupun ke-luar lebih memiliki dasar dan kepastian.Hal ini akan lebih menjamin perusa-haan pers melaksanakan hak dan ke-wajiban hukum yang tidak akan me-rugikan pihak lain. Lebih lanjut, bentukbadan hukum diharapkan memberikepercayaan (trust) yang lebih besarpada suatu perusahaan pers.

Ketiga; bentuk badan hukummemberi dasar yang lebih kuat suatuperusahaan pers berkembang sebagaisuatu perusahaan yang manageble,ekonomis, efektif dan efisien.

Bagaimana kenyataan yangdihadapi?

Pertama; perkembanganteknologi jurnalistik dan jurnalisme

Bagir MananKetua Dewan Pers

Page 11: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

11Etika | November 2013

Pengaduan

Dewan Pers berhasilmenyelesaikan 3 (tiga)pengaduan terkait dugaan

pelanggaran Kode Etik Jurnalistik padaNovember 2013. Pertama, pengaduanH. Maman Firmansyah, SH (anggotaDPRD Provinsi DKI Jakarta) terhadapHarian Non Stop. Kedua, pengaduanDrs Arif Sukri terhadap Surat KabarHarapan Rakyat. Ketiga, pengaduanDrs Arif Sukri juga terhadap Surat KabarWahana News.

Kasus pertama, Dewan Persmenerima pengaduan H MamanFirmansyah SH (anggota DPRDProvinsi DKI Jakarta) melalui kuasahukum Riduan Rajagukguk, SH, MH,tertanggal 22 Oktober 2013, atas beritaharian Non Stop berjudul “BersekongkolNgemplang Dana KONI Rp 13 Miliar.Terseret Korupsi, 3 Caleg IncumbentDiincar KPK?” (edisi 1 Oktober 2013).

Dewan Pers Selesaikan 3 PengaduanTerkait Dugaan Pelanggaran KEJ

Terkait pengaduan ini, DewanPers telah meminta klarifikasi keduapihak pada 20 November 2013 diSekretariat Dewan Pers, Jakarta.

Berdasarkan hasil pemeriksaan danklarifikasi tersebut, Dewan Persmenilai berita Non Stop melanggar

tidak selalu “gatuk” (match) dengankegiatan yang bersifat perusahaan.Apakah yang disebut “citizen journal-ism” atau semua kegiatan mediaonline merupakan aktifitas perusahaandan harus diberi bentuk sebagai badanusaha?

Kedua ; didapati berbagaikegiatan yang merupakan suatu fungsijurnalistik (menjalankan semuaaktifitas jurnalistik, tetapi bukan suatuperusahaan pers. Pers kampus (persmahasiswa). Dalam kenyataan, perskampus (cetak, siaran, atau online)melakukan kegiatan jurnalistik. Bahkandari cara kerja, acap kali menunjukkantata kerja profesional. Apakah perskampus harus menjadi perusahaanpers dan harus diberi bentuk badan

hukum? Mungkin ada contoh-contohlain.

Ada beberapa pilihan. Pertama;pers, semacam pers kampus tidakdigolongkan sebagai pers. Merekatidak perlu tunduk pada kode etikjurnalistik dan undang-undang pers.Akibatnya, pers semacam perskampus, t idak berhak atasperlindungan yang diatur kode etik,undang-undang pers, dan berbagaijaminan kemerdekaan pers. Setelahtahun 1980-an, Mahkamah AgungAmerika Serikat, dalam sejumlahputusan menetapkan terhadap perskampus tidak berlaku AmandemenPertama dan membenarkan Rektor(atau pimpinan sekolah) melakukantindakan terhadap pers kampus

(larangan terbit, sensor, breidel).Kedua; melonggarkan kegiatan pers.Pers tidak hanya dilaksanakanoleh atau melalui perusahaanpers. Setiap kegiatan yang memilikisemua kriteria jurnalistik (perorangan,badan usaha tidak berbadan hukum,atau badan usaha berbadan hukum).Kalau konsep semacam ini dapatditerima, harus ada perubahan UU No.40 Tahun 1999. Dengan demikian,pers semacam pers kampus adalahpers, karena itu wajib tunduk danberhak mendapat perlindungan kodeetik dan hukum (terutama yangberkaitan dengan jaminan danperlindungan atas kemerdekaanpers).

>> Bersambung ke Halaman12

Penyelesaian Sengketa Pers antara Maman Firmansyah yang diwakili oleh kuasa hukumnyaRiduan Rajagukguk dengan harian Non Stop. (20 |11|2013)

>> Bersambung di edisi Etika berikutnya

Page 12: Peserta BMF Dorong Peliputan Pemilu yang Adil · kasus kecelakaan AQJ, di mana banyak media menampilkan wajahnya serta menulis namanya dengan terang-terangan. “Banyak media mengabaikan

12Etika | November 2013

Pengaduan

Pasal 1 dan Pasal 3 Kode EtikJurnalistik karena tidak berimbang,tidak uji informasi, dan memuat opiniyang menghakimi.

Pengadu dan Teradu menerimapenilaian Dewan Pers tersebut danmenyepakati proses penyelesaiansebagai berikut: (1) Non Stop bersediamemuat Hak Jawab dari Pengadusecara proporsional disertai pernyataanpermintaan maaf kepada Pengadu danpembaca. (2) Non Stop berkomitmenmenaati Kode Etik Junalistik dalampemberitaan selanjutnya tentangPengadu. (3) Kedua pihak sepakatmenyelesaikan kasus ini di DewanPers dan tidak melanjutkan ke proseshukum, kecuali kesepakatan di atastidak dipenuhi.

Kasus kedua, Dewan Pers me-nerima pengaduan Drs. Arief Sukritanggal 1 September 2013 terhadapSurat Kabar Harapan Rakyat berjudul:“Kasie P2B Tambora Jadi BekingBangunan Ber-IMB Palsu” (edisi 385Thn X, 8-15 Juli 2013).

Atas Pengaduan tersebut, De-wan Pers telah meminta klarifikasi ke-pada pengadu pada 22 Oktober 2013dan teradu pada 19 November 2013.

Dari karifikasi ini, Dewan Persmenilai berita Harapan Rakyat telahmelanggar Pasal 1 dan 3 Kode Etikjurnalistik yaitu tidak uji informasi, tidakberimbang, menghakimi dan tidakindependen karena menggunakan narasumber kuasa hukumnya sendiri..Surat Kabar Harapan Rakyat telahmemuat Hak Jawab Pengadu, namuntidak sesuai dengan Pedoman HakJawab sebagaimana ditetapkan olehDewan Pers.

Oleh karena itu, Dewan Persmerekomendasikan hal-hal sebagaiberikut: (1) Surat Kabar HarapanRakyat wajib memuat hak jawabkembali dari pengadu secaraproporsional disertai permintaan maaf

kepada pengadu dan pembaca. Tidakmemuat Hak Jawab bisa dipidanadenda sebanyak-banyaknya Rp5.00.000.000 (lima ratus juta rupiah)sesuai dengan Pasal 18 ayat (2)Undang-Undang No. 40 Tahun 1999tentang Pers. (2) Kedua pihak sepakatuntuk menyelesaikan kasus ini diDewan Pers dan tidak membawa kejalur hukum, kecuali kesepakatan initidak dipenuhi. Risalah ini wajib dimuatoleh surat kabar Harapan Rakyat padakesempatan pertama penerbitannyasetelah ditandatanganinya Risalah ini.

Kasus ketiga, Dewan Pers me-nerima pengaduan dari Drs. Arif Sukriatas berita surat kabar Wahana Newsberjudul “Sudin Pengawasan DanPenertibanBangunan Jakarta BaratLindungi Bangunan Tanpa Izin” padaedisi III/Tahun I/Minggu ke-1 Juli 2013.

Terkait pengaduan ini, DewanPers telah meminta klarifikasi keduapihak pada 27 November 2013 diSekretariat Dewan Pers, Jakarta. Ber-dasarkan hasil pemeriksaan dan klari-fikasi tersebut, Dewan Pers menilai be-rita suratkabar Wahana News melang-gar Pasal 1 dan Pasal 3 Kode EtikJurnalistik karena tidak uji informasi,tidak berimbang, memuat opini yangmenghakimi, dan tidak independenkarena hanya menggunakan narasumber dari kuasa hukum Wahana

News sendiri yang memiliki kepenti-ngan terhadap kasus yang diberitakan.

Pengadu dan Teradu menerimapenilaian Dewan Pers tersebut dan me-nyepakati proses penyelesaian seba-gai berikut: (1) Wahana News bersediamemuat Hak Jawabdari Pengadu se-cara proporsional (di halaman pertama)disertai pernyataan permintaan maafkepada Pengadu dan masyarakat. (2)Wahana News bersedia memuatRisalah Penyelesaian ini bersamaandengan pemuatan Hak Jawab dan per-mintaan maaf dari redaksi WahanaNews. (3) Wahana News berkomitmenmenaati Kode Etik Junalistik dalampemberitaan selanjutnya tentang Pe-ngadu dan tidak mengulangi kesalahanserupa, khususnya terkait dengankeharusan untuk menulis berita secaraberimbang dan tidak memuat opiniyang menghakimi. (4) Kedua pihaksepakat menyelesaikan kasus ini diDewan Pers dan tidak melanjutkankeproses hukum, kecuali kesepakatan diatas tidak dipenuhi.

Dewan Pers mengingatkan kem-bali, tidak memuat Hak Jawab bisa di-pidana denda sebanyak-banyaknya Rp5.00.000.000 (lima ratus juta rupiah)sesuai dengan Pasal 18 ayat (2)Undang-Undang No. 40 Tahun 1999tentang Pers.

>> Sambungan dari Halaman 11

Penyelesaianpengaduansengketa persantara Arif Sukridengan WahanaNews. (27|11|2013)