perwal kota bandung

5
Sudah Adilkah Sistem PPDB Kota Bandung? Cogito Ergo Sum Proses Penerimaan Peserta Didik Baru atau biasa disebut dengan PPDB merupakan proses yang setiap tahunnya terjadi di setiap kota-kota di Indonesia. Hampir setiap kota di Indonesia memiliki sistem PPDB yang berbeda-beda, begitu pula halnya Kota Bandung. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Bandung tahun 2014 dilaksanakan hampir seluruhnya dengan sistem online, mulai dari proses pendaftaran, seleksi, hingga bagi hasil. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) tahun ajaran 2014-2015 di Kota Bandung untuk tingkat SD, SMP dan SMA telah berakhir. Namun ada sedikit perubahan yang terjadi dengan PPDB tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Walikota Bandung ini. Dalam PPDB tahun ini, pemerintah Kota Bandung tidak lagi menggunakan sistem cluster namun telah mengacu pada Peraturan Wali Kota (Perwal) No 666 Tahun 2014 tentang perubahan ketiga atas peraturan Walikota Bandung nomor 177 tahun 2010 tentang tata cara penerimaan peserta didik baru pada taman kanak-kanak/raudhatul athfal dan sekolah/madrasah. Perbedaan mendasar pada sistem PPDB tahun 2014 ini ialah dimana tahun lalu menggunakan sistem cluster murni tetapi sekarang menggunakan sistem rayonisasi. Sistem cluster merupakan sistem yang mengklasifikasikan sekolah-sekolah yang ada berdasarkan passing grade nilai para siswa yang mendaftar, sementara sistem rayonisasi berbasiskan pada daerah atau wilayah dimana siswa itu berada. Mungkin memang tak banyak para peserta didik maupun para orang tua yang mengetahui konsep rayonisasi itu sendiri. Konsep rayonisasi memang terlihat cukup membingungkan untuk bisa dijalankan mengingat banyaknya hal yang harus dimengerti. Namun menurut pemerintah Kota Bandung kebijakan ini dinilai sudah tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada misalnya mengenai kasus jual beli kursi, memberikan ruang gerak lebih pada para peserta didik untuk lebih leluasa mendaftar ke sekolah manapun tanpa berdasarkan cluster juga mendukung gerakan pemerintah kota Bandung untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dengan adanya program bike to school dimana siswa siswi pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Apabila kita tilik lebih lanjut bahwa sebenarnya terlalu banyak ketentuan yang dinilai tidak merata pada setiap calon peserta didik baru, misalnya pada tingkat SMA/MA,

Upload: departemen-kajian-stategis

Post on 06-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kajian 3

TRANSCRIPT

Page 1: Perwal kota bandung

Sudah Adilkah Sistem PPDB Kota Bandung?

Cogito Ergo Sum

Proses Penerimaan Peserta Didik Baru atau biasa disebut dengan PPDB merupakan

proses yang setiap tahunnya terjadi di setiap kota-kota di Indonesia. Hampir setiap kota di

Indonesia memiliki sistem PPDB yang berbeda-beda, begitu pula halnya Kota Bandung.

Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Bandung tahun 2014 dilaksanakan

hampir seluruhnya dengan sistem online, mulai dari proses pendaftaran, seleksi, hingga bagi

hasil. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) tahun ajaran 2014-2015 di Kota

Bandung untuk tingkat SD, SMP dan SMA telah berakhir. Namun ada sedikit perubahan

yang terjadi dengan PPDB tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Walikota Bandung ini. Dalam

PPDB tahun ini, pemerintah Kota Bandung tidak lagi menggunakan sistem cluster namun

telah mengacu pada Peraturan Wali Kota (Perwal) No 666 Tahun 2014 tentang perubahan

ketiga atas peraturan Walikota Bandung nomor 177 tahun 2010 tentang tata cara penerimaan

peserta didik baru pada taman kanak-kanak/raudhatul athfal dan sekolah/madrasah.

Perbedaan mendasar pada sistem PPDB tahun 2014 ini ialah dimana tahun lalu menggunakan

sistem cluster murni tetapi sekarang menggunakan sistem rayonisasi. Sistem cluster

merupakan sistem yang mengklasifikasikan sekolah-sekolah yang ada berdasarkan passing

grade nilai para siswa yang mendaftar, sementara sistem rayonisasi berbasiskan pada daerah

atau wilayah dimana siswa itu berada.

Mungkin memang tak banyak para peserta didik maupun para orang tua yang

mengetahui konsep rayonisasi itu sendiri. Konsep rayonisasi memang terlihat cukup

membingungkan untuk bisa dijalankan mengingat banyaknya hal yang harus dimengerti.

Namun menurut pemerintah Kota Bandung kebijakan ini dinilai sudah tepat untuk mengatasi

berbagai persoalan yang ada misalnya mengenai kasus jual beli kursi, memberikan ruang

gerak lebih pada para peserta didik untuk lebih leluasa mendaftar ke sekolah manapun tanpa

berdasarkan cluster juga mendukung gerakan pemerintah kota Bandung untuk mengurangi

kemacetan lalu lintas dengan adanya program bike to school dimana siswa siswi pergi ke

sekolah dengan menggunakan sepeda.

Apabila kita tilik lebih lanjut bahwa sebenarnya terlalu banyak ketentuan yang dinilai

tidak merata pada setiap calon peserta didik baru, misalnya pada tingkat SMA/MA,

Page 2: Perwal kota bandung

SMK/MAK untuk jalur akademik. Dalam Peraturan Walikota tersebut tertulis beberapa hal,

diantaranya:

1) seleksi calon peserta didik SMA/MA, SMK/MAK dilakukan secara otomatis

dengan sistem PPDB Online.

2) Sistem seleksi Calon Peserta Didik SMA/MA,SMK/MAK dalam PPDB Online

akan memperhitungkan kriteria utama yaitu nilai UN.

3) Seleksi pada intinya didasarkan pada besarnya nilai UN.

4) Nilai UN Calon Peserta Didik yang dientry pada Sekolah pilihan ke-1 yang tidak

sesuai wilayah tempat tinggal dikalikan 1 (satu), pilihan ke-1 yang memilih

sekolahnya berada pada radius paling jauh 2 KM dengan kelurahannya, mendapat

tambahan skor sebesar 1,15 sedangkan yang dientry pada pilihan ke-2 dikalikan 1

(satu).

5) Ketentuan pada angka 4 tidak berlaku bagi SMK/MAK.

6) Nilai UN Calon Peserta Didik selanjutnya diperingkat. Urutan teratas Calon

Peserta Didik sampai dengan jumlah sesuai kuota penerimaan Peserta Didik

masing-masing sekolah ditetapkan melalui sidang pleno Dinas Pendidikan

bersama Dewan Pembina dan diumumkan pada tanggal 10 Juli 2014 sebagai

Calon Peserta Didik SMA/MA,SMK/MAK yang diterima pada tahun pelajaran

2014/2015. Selanjutnya Kepala Sekolah menerbitkan surat keterangan diterima

dan melaporkan Peserta Didik yang diterima ke Dinas Pendidikan.

7) Bagi Calon Peserta Didik yang tidak dapat diterima di sekolah pilihan ke-1, akan

dilimpahkan secara otomatis oleh sistem online ke sekolah pilihan ke-2 untuk

selanjutnya diperingkat di sekolah pilihan ke-2 sampai dengan jumlah daya

tampung di sekolah pilihan ke-2 tersebut.

Berbagai respon mulai bermunculan pasca diberlakukannya peraturan walikota ini.

Peserta didik dan para orang tua banyak yang mengapresiasi penerapan aturan ini. Namun tak

sedikit juga yang mengaku kecewa atas penerapan aturan yang mengedepankan konsep

rayonisasi ini. Konstitusi juga menyatakan bahwa hak pendidikan yang bermutu dan memberi

kesempatan untuk maju itu merupakan hak untuk semua anak sesuai dengan amanat UUD

1945 dalam Pasal 28C ayat 1 dan 2 juga dalam pasal 31. Pasal-pasal tersebut mengandung

pengertian bahwa negara menjamin hak-hak tiap warga negara untuk mengembangkan diri

melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya juga untuk mendapat pendidikan. Selain itu, UU No.

20 Tahun 2003 dalam pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara

Page 3: Perwal kota bandung

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.” Selanjutnya dalam pasal

5 ayat 1 disebutkan pula bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu.” Dalam pasal 5 ayat 1 ini menjelaskan bahwa setiap

warga negara, setiap siswa siswi yang ingin melanjutkan pendidikan berhak untuk

mendapatkan pendidikan yang menurut mereka memiliki kualitas yang baik.

Namun apabila peraturan Walikota Bandung ini dilihat lebih jauh, tentu tidak semua

dari mereka bisa memperoleh pendidikan yang bermutu mengingat ada batasan-batasan

dalam memilih sekolah. Yaitu setiap calon peserta didik hanya boleh memilih dua sekolah,

dimana pilihan pertama bebas ditujukan ke sekolah mana yang ia inginkan, namun di pilihan

kedua siswa tersebut harus memilih satu sekolah yang masuk ke dalam wilayah tempat

tinggalnya atau dengan kata lain pilihan kedua siswa tersebut didasari dari jarak rumah

mereka ke sekolah. Bila ada salah satu calon peserta didik yang rumahnya dekat dengan

sekolah-sekolah yang terdaftar dalam kelompok yang telah ditentukan berdasarkan

kecamatan dan memiliki akreditasi bagus tentunya tidak perlu berpikir untuk menyusun

strategi mendapatkan sekolah yang diinginkan, selain telah mendapat nilai intensif juga sudah

masuk ke dalam piihan sekolah-sekolah yang sesuai dalam daftar yang terlampir. Lain halnya

jika ada calon peserta didik yang ingin masuk sekolah namun lokasi rumahnya tidak terdaftar

dalam lokasi sekolah yang mendapat tambahan intensif tentu menjadi suatu kerugian bagi

mereka. Selain itu semua sistem yang dipakai ialah sistem online sehingga jika para calon

peserta didik tidak lolos pada pilihan pertamanya akan serta merta dilimpahkan berkasnya ke

pilihan kedua. Hal selanjutnya yang perlu ditinjau kembali ialah jika para calon peserta didik

tidak lolos di pilihan pertama maupun pilihan kedua maka bagaimana kelanjutan dari nasib

mereka?? Mungkin ini yang perlu dipertimbangkan lagi dalam Peraturan Walikota tersebut.

Jika memang kebijakan baru ini bertujuan untuk menjalankan amanah UUD dan UU

Pendidikan agar anak-anak mendapatkan pelayanan sosial yang adil tanpa membeda-bedakan

kelas sosial dan ekonomi namun faktanya masih ditemui beberapa siswa yang kecewa karena

tidak bisa masuk ke sekolah yang mereka inginkan dengan adanya sistem rayonisasi sekolah

di Kota Bandung ini. Salah satu yang menjadi alasan kiranya perlu dikaji kembali sistem

PPDB di Kota Bandung ini ialah salah satu tujuan rayonisasi sekolah di Kota Bandung yaitu

memberikan ruang gerak lebih pada para peserta didik untuk lebih leluasa mendaftar ke

sekolah manapun tanpa berdasarkan cluster. Menurut Ridwan Kamil selaku walikota

Bandung, mengatakan bahwa penghapusan sistem cluster dilakukan untuk menghilangkan

Page 4: Perwal kota bandung

kesan diskriminasi berbasis akademis yang kerap muncul di masyarakat. Namun mengajak

para peserta didik untuk menerima sistem baru ini tidaklah mudah. Hal tersebut harus

dibarengi dengan pemerataan kualitas pendidikan dan fasilitasnya sehingga semua sekolah di

kota Bandung memiliki standar kualitas dan fasilitas yang sama, sehingga tidak ada lagi

kecenderungan para peserta didik untuk masuk hanya di sekolah-sekolah tertentu. Namun

pada kenyataannya belum semua sekolah di Kota Bandung memiliki fasilitas yang sama

sehingga jika dikatakan bahwa tujuannya pemerataan maka yang harus dilakukan lebih dulu

yaitu pemerataan fasilitas di semua sekolah di Kota Bandung sehingga semua siswa akan bisa

menentukan sekolah dimana saja dan tidak terpaku pada beberapa sekolah yang dinilai

memang memiliki standar-standar tertentu. Tak hanya fasilitas suatu sekolah yang termasuk

sarana dan prasarana pendukung pembelajaran namun sumber daya manusia dalam hal ini

tenaga pengajar yang berkualitas pun menjadi faktor dalam pemerataan kualitas suatu

sekolah. Melihat masih banyaknya permasalahan yang terjadi dalam proses Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB) 2014, maka perlu kiranya peraturan ini untuk dikaji ulang

bersama agar tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan dan dapat sama-sama mencari

solusi untuk sebuah sistem Penerimaan Peserta Didik Baru yang lebih baik lagi ke depannya.

Page 5: Perwal kota bandung

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pikiran-rakyat.com/node/284860

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/11/079598803/Tahun-Ajaran-Baru-Mulai-

Puluhan-Siswa-Belum-Sekolah

http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/20/manakah-yang-lebih-adil-penerimaan-

siswa-baru-sistem-cluster-atau-sistem-rayon-di-kota-bandung-659710.html

http://news.detik.com/bandung/read/2014/07/11/150603/2634650/486/temui-ibu-ibu-

yang-anaknya-tak-diterima-sekolah-ridwan-kamil-janji-cari-solusi?nd771104bcj

Peraturan Walikota Bandung Nomor 666 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Peraturan Walikota Bandung Nomor 177 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penerimaan Peserta

Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal Dan Sekolah/Madrasah

UUD 1945

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

An’nissa Khalida

Staf Biro Kajian Dan Advokasi Mahasiswa

BEM FH UNPAD Kabinet Harmoni