perubahan sikap masyarakat nelayan gampong …repository.utu.ac.id/445/1/i-v.pdf · 2017. 9....
TRANSCRIPT
PERUBAHAN SIKAP MASYARAKAT NELAYAN GAMPONG
NASREUHE TERHADAP PENDIDIKAN KECAMATAN
SALANG KABUPATEN SIMEULUE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
Memenuhi syarat-syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
OLEH
JON FARION
NIM : 09C20210012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
2014
ABSTRAK
Jonfarion: Nim, 09C20210012, Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan
Gampong Nasreuhe Terhadap Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten
Simeulue. Dibawah bimbingan Kana Safrina Rouzi, dan Nurlian.
Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang hidup dengan mengelola sumber
daya perairan. Kesulitan melepas diri dari kemiskinan karena mereka dilanda oleh
beberapa keterbatasan di bidang kualitas sumberdaya manusia, akses dan
penguasaan teknologi, pasar, dan modal. Masyarakat merupakan pelaku utama
bagi pembangunan. Untuk menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka
diperlukan adanya pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,
perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan
Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriktif kualitatif. Dalam hal ini, keadaan dan status yang
digambarkan dalam penelitian ini adalah. Perubahan sikap masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan Kabupaten Simeulue. Sumber data
penelitian menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode
pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara.
Analisa data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan
serta verifikasi. Hasil penelitian ini terdapat dampak perubahan sikap masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten
Simeulue, diantaranya: 1. Perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong
Nasreuhe terhadap pendidikan Kematan Salang Kabupaten Simeulue, terbukanya
masyarakat dikarnakan masuknya informasi, sala satunya masyarakat nelayan
lebih peduli akan pendidikan, tingginya minat orang tua dalam menyekolah kan
anak-anaknya, masyarakat nelayan semakin terbuka. 2. Faktor yang menyebabkan
perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nesreuhe terhadap pendidikan
Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue, disebabkan terbukanya lapangan kerja,
meningkatnya ekonomi masyarakat, dan masuknya media massa.
Kata kunci: Perubahan Sikap, Pendidikan, Masyarakat, Nelayan.
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Keberadaan kehidupan nelayan selama ini dihadapkan dengan sejumlah
permasalahan, seperti lemahnya manajemen usaha, rendahnya adopsi teknologi
perikanan, kesulitan modal usaha, rendahnya pengetahuan pengelolaan sumberdaya
perikanan, rendahnya peranan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,
rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya informasi sebagai akibat
keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-
pulau kecil, nelayan merupakan kolompok sosial yang tidak banyak menjadi
perhatian serius bagi kalangan masyarakat lainnya untuk membela nasib yang
menimpanya. Dengan kata lain, nelayan dapat disebut sebagai “komunitas tanpa
pembela” Yustika, dalam Kusnadi, (2006 : h. 12).
Pendidikan indikator utama pembangunan sumber daya manusia, kualitas
sumber daya manusia sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan
bidang yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Karena pendidikan
sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan
masyarakat, serta dapat mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran yang lebih
baik. Pendidikan sesuatu yang mendasar pada pembentukan kualitas sumber daya
manusia yang handal.
Pembangunan sumber daya manusia berarti perlunya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dari kemampuan semua orang dalam suatu masyarakat.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan. Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal
2
berbagai pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai
kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga dapat
berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam kehidupan nelayan, orang tua
beranggapan bahwa anak laki-lakinyalah yang akan membantu melunaskan hutang
pada tengkulak. Di lain pihak, anak-anak muda nelayan juga cukup memahami
kesulitan hidup orang tuanya sehingga keinginan untuk membantu orang tuanya pun
cukup besar. Di samping itu, sebagian besar anak nelayan pun masih ingin bekerja
di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga.
Sebelum musibah Tsunami masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhue kurang
memperhatikan pendidikan anak–anak mereka disebabkan tingkat pendidikan orang
tua sangat rendah sehingga anak–anak nelayan Gampong Nasreuhue tidak pernah
menginjak bangku sekolah. Setelah gelombang tsunami melanda Provensi Aceh dan
seiring masuknya lembaga-lembaga non-pemerintahan seperti: Non-Governmental
Organization (NGO) dan (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat, serta lembaga-
lembaga lain pemerhati anak. Maka timbulah keinginan orang tua yang ingin
menyekolah kan anak-anak agar kelak hidup merka lebih baik dari orang tua
mereka. Gampong Nasreuhe itu bisa dilihat dari pendidikan anak - anak nelayan
yang semakin meningkat baik dari segi jenjang pendidikan maupun dari jumlah
anak nelayan yang bersekolah. Kesadaran akan pendidikan semakin tumbuh dari
para orang tua anak nelayan di Gampong Nasreuhe, kini hampir semua anak-anak
yang ada di Gampong Nasreuhe menempu pendidikan baik dasar, sederajat maupun
di perguruan tinggi.
Faktor yang mendorong perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong
Nasreuhe terhadap pendidikan sesudah Tsunami adalah adanya peluang kesempatan
3
kerja bagi para nelayan, tersedianya fasilitas kebutuhan para nelayan yang diberikan
oleh pemerintah maupun bantuan asing. Untuk meningkatkan kesejahteraan para
nelayan dan peningkatan kapasitas serta kualitas masyarakat dalam mengelolah
hasil tangkapanya sehingga memiliki nilai tambah bagi masyarakat untuk
meningkkatkan taraf hidup keluarganya.
Dari uraian di atas maka penulis ingin meneliti dengan judul penelitian
“Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe Terhadap
Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perubahan sikap masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe
Tehadap Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perubahan sikap masyarakat Nelayan
Gampong Nasreuhe terhadap Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten
Simeulue.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan maka tujuan penelitian
ini adalah :
a) Untuk mengetahui bagaimana perubahan sikap masyarakat nelayan gampong
Nasreuhe terhadap pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
4
b) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan perubahan sikap
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan Kecamatan
Salang Kabupaten Simeulue.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a) Secara teoritis manfaat penelitian secara teoritis adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh perubahan sikap masyarakat
nelayan gampong nasreuhe terhadap pendidikan kabupaten simeulue dan
sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara
ilmiah, sistematis dan metodelogis penulis dalam menyusun berbagai kajian
literatur untuk menjadikan suatu wacana baru kedepan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Secara praktis penelitian ini diharapkan kepada pemerintah kabupaten atau
bagi pihak lainnya yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik, sehingga
akan mendapatkan gambaran yang secara global dari pemerintah kabupaten
dan pihak lainnya yang berkaitan penelitian ini. Dengan adanya penelitian ini,
maka kita dapat mengetahui seberapa besar peranan sikap masyarakat nelayan
gampong nasreuhe terhadap pendidikan dan sejauh mana kesadaran
masyarakat nelayan gampong nasreuhe terhadap pendidikan. Kabupaten
Simeulue.
1.5 Sistematikan Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka penulis telah membagi tulisan
ini kedalam beberapa bagian yang meliputi :
5
Bab I : Pendahuluan.
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
pembahasan.
Bab II : Tinjauan Pustaka.
Bab ini membahas mengenai tinjauan teoritis, pengertian sikap,
pengertian sikap terbuka dan sikap tertutup dalm sosiologi unsur
(komponen) sikap, katagori sikap, cara pembentukan atau perubahan
sikap, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap, pengukuran
sikap, pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, faktor-fektor yang
mempengaruhi pendidikan anak nelayan, pengertian masyarakat
nelayan, nelayan tradisional dan modern, tinjauan sosiologi tentang
perubahan sikap masyarakat.
Bab III : Metodelogi Penelitian.
Bab ini menerangkan tentang metode penelitian, sumber data, teknik
penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisa data,
dan pengujian kredibilitas data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui dilapangan,
yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi dengan landasan
teori sebagai pijakan serta pembahasan mengenai hasil penelitian
keseluruhan.
6
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan hasil penelitian secara
keseluruhan dan berisi saran saran untuk kedepan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Nur Alfiya
(2010), di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang,
dengan judul Pendidikan Anak dalam Perspektif Nelayan di Pasuruan Masyarakat
nelayan merupakan masyarakat yang hidup dengan mengelola sumber daya
kemiskinan. Kesulitan melepas diri dari kemiskinan karena mereka dilanda oleh
beberapa keterbatasan di bidang kualitas sumberdaya manusia, akses dan
penguasaan teknologi, pasar, dan modal. Masyarakat merupakan pelaku utama
bagi pembangunan. Untuk menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka
diperlukan adanya pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan
anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu tidak seragamnya keadaan sosial ekonomi
maupun lingkungan tempat individu tinggal, adat istiadat, kebiasaan, psikologis,
birokrasi, pandangan dan sikap terhadap sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas serta dasar pemikiran yang terdapat di
dalamnya, maka rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana perspektif nelayan
terhadap pendidikan anak di Desa Mlaten Kecamatan Nguling Kabupaten
Pasuruan, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perspektif nelayan
terhadap pendidikan anak di Desa Mlaten Kecamatan Nguling Kabupaten
Pasuruan. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perspektif nelayan terhadap
pendidikan anak di Desa Mlaten Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan, dan
8
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perspektif nelayan terhadap
pendidikan anak di Desa Mlaten Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif,
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul berupa kata-kata dianalisis
dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Dari hasil pembahasan dan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
bagaimana perspektif nelayan terhadap pendidikan anak di Desa Mlaten
Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan adalah pendidikan anak itu sangat
penting atau perlu sekali. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perspektif
nelayan terhadap pendidikan anak di Desa Mlaten Kecamatan Nguling Kabupaten
Pasuruan adalah pertama, faktor intern. Perekonomian keluarga, penghasilan yang
tidak menentu, mengakibatkan tidak mampu untuk menyekolahkan anak.
Rendahnya pendidikan orang tua, dengan pendidikan orang tua yang cukup
memadai akan membantu memotivasi anak. Kedua faktor ekstern. Biaya sekolah
yang mahal, sekolah memerlukan biaya yang banyak dan mahal. Lingkungan,
Banyak diantara anak-anak nelayan yang tidak melanjutkan sekolah terutama anak
laki-lakinya, entah karena orang tua yang tidak mau membiayai anaknya sendiri
yang malas karena sudah terbiasa memegang uang dan berfoya-foya dari hasil
kerjanya sebagai nelayan, sehingga mereka lupa dengan tujuan utamanya yaitu
menuntut ilmu atau sekolah.
9
2.1.1 Pengertian Sikap
Istilah sikap dalam bahasa ingris disebut attitude pertama kali di gunakan
oleh Herbert Spencer pada tahun 1862 dalam Abu Ahmadi (2009: h. 148), yang
menggunakan kata ini untuk menunjukan suatu status mental seseorang.
Kemudian pada tahun 1888, Lange dalam Abu Ahmadi (2009: h. 148),
menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Dan konsep sikap
di gunakan secara populer oleh para ahli sosiologi dan psikologi.
Bagi para ahli psikologi perhatian terhadap sikap berakar pada alasan
perbedaan individu. Sedangkan para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih
besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan. Terdapat beberapa
pendapat di antara para ahli apa yang di maksud dengan sikap itu. Untuk
memberikan gambaran tentang hal ini, di ambil beberapa pengertian yang di
ajukan oleh beberapa ahli mengenai sikap, antara lain adalah:
1) La Pierre dalam Azwar (2007: h. 18), memberikan definisi sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.
2) Howard Kendle (2001: h. 12) menggemukakan, bahwa sikap merupakan ke
cendrungan tendensy untuk mendekati approach atau menjauhi avoid atau
melakukan sesuatu, baik secara positive maupun secara negative. Sikap di
katakan sebagai suatu respon evaluative, respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respons evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yang di
10
nyatakan sebagai sikap itu timbulnya di dasari oleh proses evaluasi dalam
diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk
nilai baik-buruk, positive, negative, menyenangkan tidak menyenangkan
yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap,
Azwar (2007: h. 18).
Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau
objek masalah kesehatan, termasuk penyakit. Menurut Sarnoff dalam Sarwono
(2000), mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi disposition to
react secara positive favorably atau secara negative unfavorably terhadap obyek -
obyek tertentu.
(Sri Utami Rahayuningsih (2008: h. 132), mengemukakan bahwa sikap
(attitude) adalah :
1) Berorientasi kepada respon, sikap adalah suatu bentuk dari perasaan yaitu
perasaan mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak
mendukung unfavourable pada suatu objek .
2) Berorientasi kepada kesiapan respon, sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon atau suatu pola
prilaku , tendensi atau kesiapan untuk menyusaiakn diri dari situasi social
yang telah terkondisikan.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kondisi mental relatif menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang
11
tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif,
mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak.
2.1.2 Pengertian Sikap Terbuka Dan Sikap Tertutup Dalam Sosiologi
a) Masyarakat yang terbuka (open society stratification)
Sifat sistem pelapisan di masyarakat, menurut Soekanto dalam Abdullah Idi.
2011. h. 174) dapat bersifat tertutup (closed social certification) dan terbuka
(open social stratification) sistem terbuka, yang mana masyarakat di dalamnya
memilikki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik
kelapisan. Atau bagi mereka yang tidak beruntung , untuk jatuh dari lapisan yang
atas ke lapisan yang bawah, kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sanagt besar.
Contoh, pada masyarakat demokrasi. Sedangkan dinamakan masyarakat terbuka,
karna setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya.
Pada awal mulanya masyarakat terbuka dikembangkan oleh filsuf Henri Bergson.
Henri Bergson menuangkan arti dalam masyarakat terbuka hanya sebatas dalam
kebebasan – kebebasan dalam partisipasi saja. Masyarakat terbuka (open society),
merupakan masyarakat yang berdasar utama atas kebebasan berpolitik dan Hak
Asasi Manusia (HAM). Jadi masyarakat yang terbuka merupakan masyarakat
yang bebas merdeka, bebas dalam memberikan pikiran atau pendapatnya dan
bebas untuk berpartisipasi dalam kepentingan umum atau masyarakat dan negara.
Pengertian lain masyarakat terbuka adalah masyarakat modern, liberal dan
demokratis. Masyarakat ini menitik beratkan pada konsep persaingan bebas
sehingga kebebasan dan kesadaran individu sebagai pondasinya. Atas dasar itu
maka masyarakat terbuka akan mewujudkan masyarakat yang demokratis dan
12
adanya kesamaan antaranggota masyarakat yang setara. Karena itulah interaksi
antaranggota masyarakat sangat dibutuhkan demi apa yang akan diwujudkan
tersebut.
b) Masyarakat yang tertutup (closed social stratification)
Sistem tertutup, dimana membatasi kemungkinan berpindahnya suatu
lapisan ke lapisan lain, baik berupa gerak ke atas maupun gerak ke bawah. Di
dalam sistem demikian, satu-satunya jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran. Mobilatas di masyarakat yang dasr strafikasinya
tergantung pada perbedaan rasial, dengan jalan ini agaknya sangat terbatas bahkan
mungkin tidak ada. Contoh masyarakat dengan sistem starafikasi sosial tertutup
ini adalah masyarakat berkasta, sebagai masyarakat feodal atau yang kurang
memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah masyarakat terasing
atau terpincil, dengan keadaan seperti ini, masyarakat tertutup tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain. Masyarakat
yang masi sikapnya tradisonal suatu sikap yang mengangung-angungkan terdisi
lama dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit untuk menerima kemajuan
dan perubahan zaman. Lebih para lagi jika masyarakat yang bersangkutan di
dominasi oleh golongan konservatif (kolot), serta anggapan bahwa tradisi tidak
dapat diubah sehingga sering disebut” masyarakat statis” jadi akan menghambat
jalannya peroses perubahan.
13
2.1.3 Komponen Sikap
Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat yang banyak
diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu:
a) Komponen kognitif atau komponen perceptual yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap.
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
b) Komponen afektif komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa
senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan
hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan
negatif.
c) Komponen konatif komponen perilaku atau action component yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya ke cenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
2.1.4 Kategori Sikap
a) Menurut Heri Purwanto sikap terdiri dari:
1. Sikap positif terdapat kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, menghadapkan objek tertentu.
14
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
b) Menurut Azwar sikap terdiri dari :
1. Menerima receiving menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang di berikan objek. Misalnya sikap orang
terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon responding memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti orang tersebut menerima ide tersebut.
3. Menghargai valuing mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendis
kusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab responsible bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi,
Azwar, (2007 : h. 82).
2.1.5 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap banyak
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Dalam hal ini
keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan sikap anak-anaknya.
Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak yang memberikan
pengaruh dominan bagi anak-anaknya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Iya
15
dapa berkembang manakala mendapat pengaruh baik dari dalam maupun dari luar
yang bersifat positif dan mengesankan, Abu Ahmadi (2009 : h. 156).
Azwar (2007 : h. 83), sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam
cara yakni:
1) Adopsi kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan
terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya sikap.
2) Diferensiasi dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,
sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya
objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3) Intelegensi tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman
yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.
4) Trauma pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman
yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap, Azwar (2007 :
h. 83).
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
16
1) Pengalaman peribadi untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman peribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman peribadi tersebut
melibatkan faktor emosional.
2) Orang lain yang di anggap penting pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang di anggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3) Media massa sebagai sarana komunikasi seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
4) Institusi pendidikan dan agama sebagai suatu sistem, institusi pendidikan
dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap. Di
karenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
Faktor Intren yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengelolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhdap pengaruh
dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia.
17
Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini
berupa interaksi antar manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang
sampai padanya melalui alat-alat komunikasi. (Abu Ahmadi, 2009. h: 157)
1.2 Pendidikan
1.2.1 Pengertian Pendidikan
Dilihat dari aspek bahasa, pendidikan berasal dari kata didik yang berarti
pemeliharaan, yakni memelihara dan memberi latihan ajaran, pimpinan, dalam
bahasa Arab, kata pendidikan disebut tarbiyah, masdar kata kerja rabba ya rabbi-
tarbiyatan, yang artinya mendidik, mengasuh Abidin Nata dalam( Abdullah Idi
2011) bahasa Yunani “paedagogike”, ini adalah kata majemuk yang terdiri dari
kata “pais” yang berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”.
Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaan
membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar dalam bahasa
Yunani disebut ”paedagogos”. Jadi pendidikan adalah usaha untuk membimbing
anak, Soedomo A. Hadi (2008 : h. 17).
Pendidikan seperti yang di ungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Definisi pendidikan lainnya yang dikemukakan oleh M. J.
Langeveld dalam Revrisond Baswir dkk (2003 : h. 108), bahwa:
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan.
18
2) Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-
tugas hidupnya agar dia bisa mandiri, akil-baliq dan bertanggung jawab.
3) Pendidikan adalah usaha agar tercapai penentuan diri secara etis sesuai
dengan hati nurani.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan untuk
membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini di
lakukan guna membekali anak untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Jadi dapat di katakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari
perspektif manusia dan kemanusiaan.
Tilaar (2002 : h. 435) menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah
memanusiakan manusia, yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu
keseluruhan di dalam eksistensinya. Mencermati pernyataan dari Tilaar tersebut
dapat diperoleh gambaran bahwa dalam proses pendidikan, ada proses belajar dan
pembelajaran, sehingga dalam pendidikan jelas terjadi proses pembentukan
manusia yang lebih manusia. Proses mendidik dan dididik merupakan perbuatan
yang bersifat mendasar (fundamental), karena di dalamnya terjadi proses dan
perbuatan yang mengubah serta menentukan jalan hidup manusia.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian
19
pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan
bahwa pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk
mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan di mana dia hidup.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan
merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi penyusunan kembali
pengalaman yang bertujuan menambah efisiensi individu dalam interaksinya
dengan lingkungan.
1.2.2 Tujuan Pendidikan
Dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar
terutama pada pembentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut Herbison
dan Myers dalam Panpan Achmad Fadjri (2000 : h. 36), menjelaskan
pembangunan sumber daya manusia berarti perlunya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dari kemampuan semua orang dalam suatu masyarakat. Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan.
Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal berbagai pengetahuan,
kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang
dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga dapat berpartisipasi dalam
pembangunan. Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat
menjadi orang-orang yang berperibadi, berperikemanusiaan maupun menjadi
anggota masyarakat yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat
itu sendiri, mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan
20
hidupnya dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun mengatasi
problematikanya. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang
mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam undang-undang pendidikan
No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan
nasional bersifat idealis sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan pendidikan
di seluruh indonesia,
Dari berbagai tujuan pendidikan yang telah dikemukakan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia
yang handal dan memiliki kemampuan mengembangkan diri untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Hal ini berarti, dengan pendidikan anak akan memiliki
bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan kehidupan sebagai peribadi,
anggota masyarakat, warga negara ataupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat dunia. Dengan pendidikan pula, memungkinkan sesorang memiliki
kesempatan untuk dapat meningkatkan taraf hidupannya menjadi lebih baik dan
sejahtera.
1.2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pendidikan, yaitu faktor internal
dalam diri dan faktor eksternal luar diri. Aspek internal meliputih kemampuan,
minat, motivasi, nilai-nilai dan sikap, ekspektasi harapan dan persepsi tentang
pendidikan. Pada aspek eksternal meliputi latar belakang ekonomi orangtua,
persepsi orangtua tentang pendidikan, jarak sekolah dari rumah, hubungan guru-
21
murid, usaha yang di lakukan pemerintah meliputih pemberian bantuan dan
pengadaan sarana dan prasarana. Banyaknya siswa-siswa yang tidak berhasil
dalam belajar, termasuk banyaknya anak-anak putus sekolah bisa dilihat dari
kedua aspek tersebut, Hasanuddin (2000 : h. 32).
Perubahan sikap masyarakat nelayan tentang pendidikan, meski sedikit demi
sedikit sudah ada perkembangan, namun sangat susah merombak tradisi
pemikiran masyarakat setempat. Melihat hal tersebut, tampaknya pemerintah
perlu memikirkan bagaimana anak-anak nelayan bisa mengakses pendidikan
dengan wajar. Menurut Kamus Besar Indonesia, aspirasi adalah harapan dan
tujuan untuk keberhasilan yang akan datang atau ilham yang timbul dalam
mencipta. Gagasan adalah merupakan hasil pemikiran atau ide, sedangkan
persepsi adalah tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu atau serapan maupun
pandangan atau pemahaman.
Alasan nelayan berusaha melaut adalah: untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, sesuai dengan sumber daya yang ada, meneruskan pekerjaan orang tua.
Disamping itu, alasan lain adalah karena sulitnya mencari pekerjaan, adanya
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, tidak membutuhkan pendidikan yang
tinggi dan tidak ada pekerjaan lain.
Menurut Dahuri dkk (2001 : h. 26), di dalam pembangunan masyarakat
desa pantai tempat bermukim nelayan sesuai sifat, situasi dan kondisi yang ada,
ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut:
1) Desa pantai pada umumnya terisolasi.
2) Sarana pelayanan dasar termasuk prasarana fisik masih terbatas.
22
3) Kondisi lingkungan kurang terpelihara.
4) Air bersih dan sanitasi jauh dari cukup.
5) Keadaan perumahan umumnya masih jauh dari layak huni.
6) Keterampilan yang di miliki penduduk umumnya terbatas pada masalah
penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan.
7) Pendapatan penduduk rendah.
8) Peralatan melaut yang dimiliki terbatas.
9) Permasalahan modal.
10) Waktu dan tenaga yang tersita untuk kegiatan penangkapan ikan cukup
besar sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk mencari usaha
tambahan maupun memperhatikan keluarga.
11) Kurang pengetahuan tentang pengelolaan kehidupan ikan maupun siklus
hidup biota laut.
12) Pada umumnya keadaan lingkungan alam sekitar pantai kurang mendukung
usaha pengembangan kegiatan pertanian.
13) Karena kurangnya waktu senggang, umumnya mereka kurang bergaul,
kekeluargaan lemah dan kurang perhatian pada lembaga-lembaga
masyarakat di desa maupun dalam pembangunan desanya.
14) Kegiatan ekonomi masyarakat umumnya masih tradisional, terbatas pada
satu produk saja yaitu ikan.
Dalam kehidupan nelayan, orang tua beranggapan bahwa anak laki-
lakinyalah yang nanti akan membantu melunaskan utang pada tengkulak. Di lain
pihak, anak-anak muda nelayan juga cukup memahami kesulitan hidup orang
23
tuanya sehingga keinginan untuk membantu orang tuanya pun cukup besar. Di
samping itu, sebagian besar anak nelayan pun masih ingin bekerja di bidang
kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga, Mulyadi (2005 : h. 162).
Dalam rumah tangga nelayan, lapangan kerja di luar penangkapan ikan
seperti industri pengolahan dan perdagangan dapat meningkatkan perluasan
kesempatan kerja secara total berupa masukan waktu rumah tangga untuk
kegiatan produktif. Untuk kelompok istri dan anak-anak misalnya ketika
partisipasi lapangan kerja mereka relatif rendah, dan pada saat bersamaan anak-
anak mereka juga perlu mendukung untuk pembentukan pendapatan di masa
waktu luang. Perluasan lapangan kerja wanita yang tidak konflik dengan waktu
pengasuhan anak dan waktu untuk kegiatan rumah tangga menjadi ini lebih
rasional untuk dikembangkan daripada wanita dan anak-anak menghabiskan
waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna tanpa menghasilkan nilai
ekonomisnya, Mulyadi (2005: h. 162).
Pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan
masyarakat pesisir. Persoalan yang dihadapi adalah, sebagian masyarakat pesisir
masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Yang perlu dilakukan
memotong pragmatisme nelayan dan membalik paradigma bahwa pendidikan itu
penting, Anonimous (2006: h. 28).
1.3 Masyarakat Nelayan
Masyarakat nelayan merupakan kolompok masyarakat yang pekerjaannya
melaut untuk menangkap ikan. Sebagian hasil tangkapan tersebut dikosumsi untuk
keperluan rumah tangganya atau dijual seluruhnya. Secara geografis, masyarakat
24
nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan
pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut Kusnadi (2009:
h. 3).
Menurut Imron (2003) dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu
kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,
baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada
umumnya tinggal di pinggi pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat
dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan
menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks.
Masalah-masalah tersebut antara lain:
1) Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang
setiap saat
2) Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi
dinamika usaha.
3) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada
4) Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan
akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik.
5) Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut, maupun
pulau-pulau kecil, dan
6) Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar
utama pembangunan nasional.
Dilihat dari pemilikan alat-alat produksi, masyrakat nelayan di bagi kedalam
dua katagori sosial, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh atau nelayan
25
tridisional. Nelayan yang mengoprasikan alat tangkap payang atau porsen
termasuk katagori nelayan besar, sedangkan nelayan-nelayan yang
mengoperasikan alat tangkap pancing atau jaring tradisional tergolong nelayan
kecil. Kusnadi (2006: h. 29)
Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaannya
melaut untuk menangkap ikan. Sebagian hasil tangkapan tersebut dikonsumsikan
untuk keperluan rumah tangga atau dijual seluruhnya. Kegiatan melaut dilakukan
setiap hari kecuali pada musim barat, masa terang bulan, atau malam Jumat
mereka libur kerja. Kapan waktu keberangkatan dan kepulangan melaut umumnya
ditentukan oleh jenis dan kualitas alat tangkap, Kusnadi (2006 : h. 27). Jadi dari
uraiyan diatas, ada beberapa unsur dari masyarakat yaitu sebagai berikut :
1) Manusia yang hidup bersama
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3) Saling mengadakan hubungan atau interaksi social
4) Adanya kesadaran bahwa mereka sebagai suatu kesatuan
5) Adanya suatu sistem hidup bersama
Secara jelas dan terinci anderssor dan parker mengemukakan ciri-ciri dari
suatu masyarakat yaitu :
1) Adanya sejumlah orang
2) Tinggal dalam suatu daerah tertentu
3) Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap teratur sama lain
4) Sebagai akibat hubungan ini membentuk suatu sistem hubungan antara
manusia
26
5) Mereka terlibat karena memiliki kepentingan yang sama
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap
ikan, baik secara langsung seperti penebar dan pemakai jaring maupun secara
tidak langsung seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli
mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan sebagai mata pencaharian,
Mulyadi (2005 : h. 171).
Nelayan berbeda dengan petani tambak, perbedaannya yang mendasar
adalah nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai tempat bekerja, sedangkan
petani tambak mengelola daerah rawa, sungai, sawah, dan sejenisnya untuk
mengelola ikan dan produk perikanan lainnya, Elfrindi dalam Mulyadi (2005 : h.
172).
Menurut Mulyadi (2005 : h. 7), nelayan bukanlah suatu entitas tunggal
mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap,
nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang
lain.
b) Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang
dioperasikan oleh orang lain.
c) Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap
sendiri, dan dalam pengoperasiaannya tidak melibatkan orang lain.
Di lihat dari pemilikan alat-alat produksi, masyarakat nelayan dibagi ke
dalam dua kategori sosial, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Kedua pihak
terikat oleh hubungan kerja sama dalam organisasi penangkapan. Jumlah nelayan
27
buruh dalam setiap organisasi penangkapan bergantung pada jenis dan ukuran
perahu yang mengoperasikan alat tangkap yang dioperasikan. Dilihat dari skala
usahanya, masyarakat nelayan terbagi menjadi dua kategori, yaitu nelayan besar
dan nelayan kecil atau nelayan tradisional. Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap payang atau porsen termasuk kategori nelayan besar, sedangkan nelayan
yang mengoperasikan alat tangkap pancing atau jaring tradisional tergolong
nelayan kecil. Nelayan besar memiliki orientasi ekonomis yang tinggi, sedangkan
nelayan kecil lebih banyak bersifat subsistensi.
2.3.1 Nelayan Tradisional dan Modern
Nelayan tradisional secara umum disebut nelayan yang memanfaatkan
sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang
kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana. Dalam kehidupan
sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
sendiri. Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari -hari, khususnya pangan,
dan bukan di investasikan kembali untuk pengembangan skala usaha. Dalam
konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang begerak
disektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan
mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern
masyrakat nelayan merupakan kolompok masyarakat yang pekerjaanya melaut
untuk menangkap ikan. Sebagian hasil tangkapan tersebut dikosumsi untuk
keperluan rumah tangganya atau dijual seluruhnya. Kusnadi, (2006. h:27)
Menurut Asri (2000 : h. 131), mencoba membuat dua kemungkinan jawaban,
28
yakni nelayan muncul akibat kegiatan warisan yang turun temurun. Alternatif lain
adalah nelayan tumbuh di dasarkan pertimbangan ekonomi semata. Artinya,
rumah tangga nelayan bertambah karena adanya tuntutan secara ekonomis dan
permintaan akan hasil ikan yang meningkat dari tahun ke tahun. Asri juga
mengemukakan bahwa pada kalangan nelayan tradisional yang bercirikan
berusaha dengan perahu tanpa motor muncul sebagai kelanjutan dari usaha orang
tua yang memiliki kegiatan utama sebagai nelayan. Sementara itu, rumah tangga
nelayan modern berkembang karena reaksi dari permintaan pasar terhadap
kebutuhan protein yang berasal dari sumber daya laut. Dengan kata lain,
pertimbangan atau komersialisasi jauh lebih berperan dibandingkan dengan
pertimbangan karena status sebagai turun-temurun, Mulyadi (2005: h. 173).
1.4 Tinjauan Sosiologi Tentang Perubahan Sikap Masyarakat
Suatu tinjauan sosiologi setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses
perubahan. Perubahan sikap yang terjadi dapat diketahui dengan membandingkan
keadaan masyarakat masa sekarang dengan keadaan masa lampau. Laju atau
kecepatan perubahan tidak selalu sama antara satu masyarakat dengan masyarakat
lain, miasalnya antara masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa
mengalami perubahan yang sangat lambat dari pada masyarakat kota. Demikain
juga antara masyarakat yang terisolasi,terasing dan masyarakat terbuka atau yang
mempunyai hubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat terisolasi mempunayai
laju perubahan yang sangat lambat, sehinga masyarakat sering disebut,
masyarakat statis” yang tidak selalu berarti tidak mengalami perubahan sama
sekali dalam masyarakat,, Sutrisno Kutoyo (2004 : h.22).
29
Menurut Robert Mc Ivar dalam Sutrisno (2004 : h. 27), Perubahan dalam
masyarakat merupakan perubahan dalam hubungan-hubungan sosial atau
perubahan terhadap keseimbangan perubahan sikap yang terjadi dalam
masyarakat dapat menimbulkan ketidak seimbangan disequilibrium hubungan-
hubungan sosial. Ketidak seimbangan terjadi, misalnya karna unsur-unsur dalam
masyarakat ada yang berubah dengan cepat ada yang berubah sangat lambat
keadaan seperti ini disebut cultrural lack atau kesenjangan budaya.
30
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodelogi penelitian adalah menggunakan penelitian kualitatif, menurut
Creswel (1998), menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu kompleks, peneliti
merupakan riset kata-kata laporan terkunci dari laporan responden, dan melakukan
studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat
diskriptif dan cendurung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses
dan makna (perespektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan, Juliannyah Naoor (2011 : h. 34).
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan pada penelitan ini adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh Arikunto (2002 : h. 107).
Yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh lansung dari objek yang akan di teliti
(responden). Pengumpulan data primer dengan menggunakan instrument penelitian,
yaitu kuesioner dan (interview guide), Bagong Suyanto dan Satinah (2006 : h. 55).
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, data
skunder sebagi sumber informasi yang diperoleh dari berbagai sumber baik
31
eklektronik, buku, catatan harian, majalah, koran dan lain-lain, Mudrajad Kuncoro,
Ph.D (2009 : h. 148-150).
3.3 Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan menggunakan purposif sampling, dalam teknik
ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel pengumpulan data yang telah
diberi penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut
pertimbangan tertentu sesuai dengan maksud dan berdasarkan tujuan, Irawan
Soehartono (2008: h. 63). Adapun jumlah informan dalam penelitian ini yaitu
sebanyak sepuluh informan anatara lain:
1) Informan kunci yang meliputi Sekdes gampong, tuha peut, ketua pemuda,
Pang lima Laut.
2) Informan umum yang meliputi masyarakat lembaga adat gampong
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi
yang di peroleh dari aktor subjek peneliti, informan, pelaku, aktivitas dan tempat
yang menjadi subjek penelitianya, Muhammad Idrus (2009 : h. 61). Dalam
pengumpulan data, data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Wawancara (interview) adalah suatu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanayaan secara lansung oleh pewawancara pengumpul data kepada
responden dan di jawaban-jawaban responden di catat atau direkam dengan
alat perekam yang digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara
32
lebih mendalam atau pembuktian terhadap informasi, Irawan Soehartono
(2008 : h. 67).
2) Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara lansung
maupun tidak lansung terhadap objek penelitian. Instrument yang dapat
digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan, ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Observasi dilakukan untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci
gejala yang terjadi serta dilakukan untuk memperoleh data yang dapat
diperoleh dengan teknik penelitian, Jalaluddin Rakhmat (2009 : h. 84 ).
3) Dokumen
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, yaitu
dokumen berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.
Penelitian juga akan semakin kredibel apabila di dukung oleh foto-foto atau
karya tulis akademik dan seni yang telah ada, Bogdan dalam Sugiyono (2012
: h. 422).
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka
penelitian adalah sebagai instrumen kunci, Moleong (2004 : h. 4). Penggunaan
penelitian sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data yang valid dan
realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksananya, peneliti juga
didukung instrumen pembantu seperti pedoman wawancara.
33
Adapun langkah-langkah penyusunan wawancara yaitu, peneliti melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Menetapkan informan yang ingin diwawancarai
b) Menyiapkan topik-topik masalah yang akan jadi pembicaraan
c) Membukan atau mengawali wawancara
d) Mengkonfermasikan inti sari dan wawancara dan mengakhirinya
e) Menuliskan wawancara kedalam catatan lapangan
f) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah peneliti peroleh.
Dalam instrumen penelitian ini alat bantu yang digunakan antara lian kamera,
catatan lapangan dan panduan wawancara.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution
dalam Sugiyono (2012 : h. 428-429), menyatakan “analisis telah mulai semenjak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian.
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan data-data yang diperoleh di
lapangan baik berupa catatan lapangan, gambaran, dokumen dan lainnya di
periksa kembali, diatur dan kemudian di urutkan
2) Reduksi data
Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan sebagai bahan mentah dirangku,
direduksi kemudian disusun supaya lebih sistematis yang di fokuskan pada
34
fokus-fokus dari hasil-hasil penelitian. Dari hasil data tersebut peneliti
membuat catatan atau rangkuman yang disusun secara sistematis.
3) Sajian Data
Sajian data ini membantu peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian bagian tertentu dari hasil penelitian.
4) Varifikasi Data
Dari data – data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi kemudian peneliti mencari makna dari hasil penlitian atau dari
hasil yang terkumpul. Peneliti berusaha untuk mencari pola hubungan serta
hal – hal yang sering timbul. Dari hasil penelitian atau data yang diperoleh
dari lapangan peneliti akan membuat suatu kesimpulan-kesimpulan kemudian
diverfikasi.
3.7 Pengujian Kredibilitas Data
1) Kredibilitas (Validitas Internal)
Bermacam – macam cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck.
a) Perpanjangan Pengamatan dengan menggunakan perpanjangan pengamatan
berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun baru. Dengan begitu
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
35
informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah
terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi
mengganggu perilaku yang dipelajari.
b) Meningkatkan Ketekunan, meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut, maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis serta peneliti dapat melakukan pengece kan kembali
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
c) Triangulasi Teknik pengumpulan data triangulasi adalah teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
d) Triangulasi, Sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah ada melalui beberapa
sumber.
e) Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data di peroleh dari wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda – beda, maka peneliti
36
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk
memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar,
karena sudut pandangnya berbeda – beda.
f) Triangulasi Waktu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang di kumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara
sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang
lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian kredibilitas
data dapat di lakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
2) Transferabilitas
Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan
dengan pertanyaan, sehingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka peneliti ketika membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
3) Dependebilitas dan Conformabilitas
Dalam penelitian kualitatif uji (conformabilitas) mirip dengan uji
dependebilitas sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
conformabilitas berarti menguji hasi penelitian di kaitkan dengan proses yang di
lakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang di
lakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar conformabilitas. Uji ini di
37
maksudkan agar pola-pola pertanyaan yang diajukan kepada subjek-subjek lain
yang serupa makan di dapatkan hasil yang serupa pula sehingga didapatkan
keabsahan data untuk penelitian lebih lanjut.
3.8 Jadwal Penelitian
Adapun Jadwal penelitian untuk pengumpulan data mengenai Perubhan
Sikap Masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe Terhadap Pendidikan Kecamatan
Salang Kabupaten Simeulue selama enam bulan atau satu semister di mulai dari
bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Adapun kegiatan yang dilakukan dapat
dilihat pada jadwal penelitian berikut ini:
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
Persiapan Kebutuhan untuk proses di lapangan
Perizinan √
Pemilihan beberapa orang sebagai
informan √ √
Pemilihan instrumen yang digunakan
dalam penelitian √ √
Penelitian
Mengamati penyebab perilaku koruptif. √ √
Mengamati faktor perilaku koruptif. √ √
√
Pengolahan data dan pembuatan laporan hasil
penelitian √
Persiapan Ujian √
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sebelum membahas hasil penelitian ini, penulis merasa perlu menjelaskan
sekilas gambaran umum lokasi penelitian. Oleh sebab itu perlu diketahui peneliti
adalah sejarah singkat nama gampong sejarah pembangunan gampong kondisi
geografis keadaan sosial Adapun lokasi penelitian yang diambil peneliti adalah
Gampong Nasreuhe Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
4.2 Sejarah Singkat Nama Gampong Nasreuhe
Awal mula Gampong Nasreuhe ada, ketika beberapa keluarga berimigrasi
kewilayah tersebut dan seiring waktu mereka mendirikan sebuah perkampungan
di tengah hutan pada saat itu juga bersamaan dengan diawalinya pembukaan lahan
perkampungan penjajah belanda masuk dan memaksa masyarakat untuk
mengikuti aturan mereka.
Dengan datangnya penjajah akhirnya penduduk dipaksa atau dirodi untuk
menjalakan perintah dalam menghubungakan jalan menuju kampung-kampung
yang berdekatan dengan kampong nasreuhe. Sekarang sudah merupakan jalan
raya antar kecamatan. Sedangakan pada saat pembukan perkampungan itu
diketuai sala seorang yang dianggap sangat berperan dalam masyarakat dan
sebagai kepalah suku yang bernama Raja Aman.
Penjajah terus mengembangkan perluasan hasil rempah-rempah jumlah
pendudukpun bertambah masyarakat baik terutama mereka mendirikan surau
(Meunasah) untuk mengembangkan Syiar Islam ke anak-anak mereka, kemudian
39
dibidang pertanian, perikanan, perternakan kerbau dan perkebunan serta
pendidikan walaupun sifatnya sembunyi-sembuyi.
Keberhasilan perkebunan pun pada saat itu dianggap sangat menjanjikan
terutama di bidang perkebunan cengkeh dan sampai saat ini kawasan nasreuhe
tersebut masih dikenal dengan penghasilan panen cengkeh terbanyak di
kecamatan salang. Pada tahun 1944, barulah nasreuhe ini berubah menjadi
perkampungan dengan nama Gampong Nasreuhe yang pada awalnya terdiri dari 4
dusun yaitu:
1. Sebelah Utara Dusun Bungan
2. Sebelah Barat Dusun Suak Manang
3. Sebelah Timur Dusun Ganang
4. Sebelah Selatan Dusun Lalla
Kemudian pada tahun 2002, dusun sebelah timur yaitu dusun Ganang
memekarkan diri menjadi Gampong Ganang Pusako dan sebelah utara yaitu
dusun Bunga dimekarkan juga manjadi Gampong Bunga dikarenakan jumlah
penduduk yang pada saat itu sudah memadai untuk dijadikan sebuah Gampong
baru.
Pada tahun 2004 sebahagian penduduk mengungsi ke gampong lain karena
di Gampong Nasreuhe khususnya Simeulue dan umumnya di Aceh terjadi gempa
dan tsunami mengakibatkan kehancuran tempat tinggal atau rumah penduduk, dan
pada tahun, 2007 masyarakat yang pindah sementara sudah kembali kegampong
setelah masyarakat memilikki rumah yang dibangun pemerintah dan NGO untuk
dihuni selamanya dan saat ini masyarakat sedang menata kembali gampong setela
40
porak-poranda akibat terjangan gempa dan tsunami yang di tinggalkan oleh
sebahagian masyarakat hampir 4 tahun lamanya.
4.3 Sejarah Pemerintahan Gampong Nasreuhe
Sistem pemerintahan Gampong Nasreuhe sudah di bangun sejak zaman
dahulu, dimana fungsi pemerintahan masih sangat kental dengan budaya lokal
yaitu pemerintahan yang mengedepankan nilai-nilai islami sebagai perinsip
pembangunan. Keberadaan Mesjid, Surau (Meunasa) dan balai desa merupakan
sebuah simbul sekaligus kekuatan untuk membicarakan setiap persoalan
masyarakat. Dari sini pemerintah gampong membicarakan strategi pembangunan.
Secara formal dari dulunya Gampong Nasreuhe dipimpin seorang geuchik dan di
bantu tuha peut sebagai lembaga permusyawaratan gampong yang sudah mulai
berfungsi sejak zaman kolonil belanda dulu.
4.4 Sejarah Pembagunan Gampong Nasreuhe
Pembangunan Gampong Nasreuhe sejak dari tahun ketahun mengalami
pasang surut, mulai dari sistem pembangunan yang di jalankan sampai pada geliat
pembangunan yang terjadi. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh pimpinan
gampong dan kondisi masyarakat yang mendiami Gampong Nasreuhe dari masa
kemasa. Secara umum pembangunan gampong nasreuhe dapat digambarkan
melalui priode pemerintahan, ini dilakukan untuk melihat dampak yang
ditimbulkan dari setiap pembangunan, baik terhadap pembangunan itu sendiri
maupun dampak yang di timbulkan terhadap masyarakat secara sosial kultur.
Pembangunan yang dilakukan merupakan sebuah proses yang dibangun
dari dalam, artinya pembangunan yang melibatkan masyarakat baik secara gotong
royong maupun swadaya. Masyarakat masih memandang pembangunan gampong
41
sebagai milik bersama yang akan dinikmati secara bersama, kebersamaan, gotong
royong, keswadayaan merupakan nilai-nilai yang dikedepankan. Pembangunan
tidak harus bergantung dari pihak lain, pembangunan bisa dilakukan sendiri.
Nilai-nilai inilah yang menjadi modal awal pembangunan.
4.5 Kondisi Geografis Gampong Nasreuhe
1. Letak Gampong
Gampong Nasreuhe adalah sala satu gampong yang berada dalam
kemukiman Alang Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
Gampong Nasreuhe terbagi atas lima Dusun yaitu:
Dusun Nasreuhe Tanjung
Dusun Baiturrahman
Dusun Juadaru
Dusun Tri Jaya
Dusun Bondeng Jaya
Di tinjau dari segi geografis Gampong Nasreuhe Kecamatan Salang
Kabupaten Simeulue merupakan gampong yang berdekatan dengan Gampong
Bunga, Kenangan Jaya,
2. Batas Gampong
Gampong Nasreuhe merupakan sala satu gampong di kecamatan salang
yang berbatasan dengan gampong lain yang masih dalam satu kecamatan. Adapun
batas Gampong Nasreuhe dalah:
Sebelah Utara Gampong Kenangan Jaya
Sebelah Selatan Gampong Bunga
Sebelah Barat Lautan Hindia
42
Sebelah timur Lautan Hindia
Gampong Nasreuhe berada dalam kemukiman Alang Kecamatan Salang
Kabupaten Simeulue dengan luas wilayah 3.000 ± 6.000 meter, yang terdiri dari
areal pemukiman 300 ± 3.000 meter, areal pertanian dan perkebunan 400 ±
3.000 meter, areal persawahan 300 ± 3.000 meter, areal rawa-rawa 150 ± 3.000
meter, jalan yang melintasi gampong nasreuhe adalah Jalan Kekabupaten
Simeulue yang melintasi gampong 3.000 meter, Jarak yang ditempuh dari
gampong Nasreuhe ke kecamatan ± 0 KM sekitar 5 menit perjalanan. Sedangkan
jarak ke ibukota kabupaten adalah ± 82 KM sekitar 120 menit perjalanan.
Tabel 4.1 Data Batas Gampong Nasreuhe
No Batas Wilayah Batas Dengan
Gampong Kecamatan
1. Sebelah Utara Desa Bunga Salang
2. Sebelah Selatan Desa Suak Manang Salang
3. Sebelah Barat Lautan Hindia Salang
4. Sebelah Timur Lautan Hindia Salang
Sumber: Profil Gampong Nasreuhe RPJPMD, 2009-2013
4.5.1 Deskripsi Gampong Nasreuhe
Gampong Nasreuhue berada di Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
Gampong Nasreuhe mempunyai jumlah penduduk sebanyak 1.010 jiwa dan terdiri
dari 261 kepalah keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah total berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 507 orang sedangkan perempun sebanyak 503 orang. Penduduk di
Gampong Nasreuhe ini terdiri dari berbagai eknis seperti minang, jawa namun
mayoritas penduduknya suku aceh sebagai suku asli yang mendiami daerah ini.
Dan bahasa yang sering digunakan bahasa daerah, dan bahasa indonesia bila
berbicara dengan masyarakat pendatang.
43
Tabel 4.2 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin.
No
Dusun
Jumlah
KK
Jenis Kelamin Jumlah
Jiwa Laki-laki Perempuan
1 Nasreuhe Tanjung 52 101 109 210
2 Baiturrahman 78 142 157 199
3 Juadaru 70 151 129 180
4 Tri Jaya 16 34 32 66
5 Bondeng Jaya 45 79 76 155
TOTAL 261 507 503 1.010
Sumber: Profil Gampong Nasreuhe RPJPMD, 2009- 2013
Tabel 4.3 Data Penduduk Menurut Usia
No
Uraian Jenis kelamin Jumlah Jiwa
Laki-laki Perempuan
1 0 -12 bulan 43 40 83
2 13 - 04 tahun 51 45 96
3 05 - 06 tahun 46 43 89
4 07 - 12 tahun 53 43 96
5 13 - 15 tahun 33 31 64
6 16 - 18 tahun 35 33 68
7 19 - 25 tahun 43 50 93
8 26 - 35 tahun 40 52 92
9 36 - 45 tahun 37 45 82
10 46 - 50 tahun 30 42 72
11 51 - 60 tahun 46 37 83
12 61 - 75 tahun 45 36 81
13 Diatas 75 tahun 5 6 11
TOTAL 507 503 1.010
Sumber: Profil Gampong Nasreuhe RPJPMD, 2009-2013
Tabel 4.4 Data Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan
No Jenjang Sekolah Jumlah
1. TK SD SLTA/Sederajad 600
2. D.I 2
3. D.II 23
4. D.III 5
5 S.I 15
6 S.2 -
7 S.3 -
8 Lainnya 365
Total 1.010
Sumber: Perofil Gampong Nasreuhe RPJPMD, 2009-2013
44
4.5.2 Mata Pencaharian
Jika dilihat dari aspek mata pencaharian masyarakat yang ada di Gampong
Nasreuhe pada umumnya petani yang mengantungkan hidup dari hasil pertanian
dan perkebunan.
Tabel 4.5 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Kererangan
1 Petani 300
2 Nelayan 80
3 Peternak 30
4 Pertukangan 10
5 Dangang 27
6 Perbengkelan 10
7 Pengrajin/Industri Rumah Tangga 5
8 Bidan 3
9 Guru 16
10 Warung Kopi 4
11 Minyak Enceran 3
12 PNS/ TNI/ POLRI 43
13 Tidak bekerja 479
14 TOTAL 1.010
Sumber: Perofil Gampong Nasreuhe RPJPMD, 2009- 2013
4.5.3 Karakteristik Informan
Tabel 4.6 Data Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 6
2. Perempuan 4
Total 10
Sumber: Survey Penelitian di Gampong Nasreuhe, 2014.
Data jumlah informan berdasarkan jenis kelamin, Laki-laki sebanyak 6
(Enam) orang sedangkan perempuan sebanyak 4 (Empat) orang.
45
4.6 Hasil Penelitian
4.6.1 Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe Terhadap
Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
Penyebab perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
Kecamatan Salang Kabupaten Simuelue pada pendidikan dikarenakan kemauan
orang tua dan anak. Tingkat pendidikan seseorang itu tergantung bagaimana orang
itu memandang pendidikan dan keadaan ekonomi mereka. Pendidikan dapat
ditinjau dari dua segi, pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari
segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti
pewarisan kebudayaan dari generasi ke generasi lain, agar hidup masyarakat tetap
berlanjut. Pendidikan anak nelayan di Gampong Nasreuhe Kecamatan Salang
Kabupaten Simuelue, mayoritasnya suda mulai sekolah dan memerlukan
pendidikan,.
Sebagaimana yang tertulis dalam Bab II Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam hal ini masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
mengatakan pendidikan itu sangat penting untuk masa depan anaknya tidak lagi
bekerja sebagai nelayan, orang tua berharap agar kehidupan anaknya lebih baik
dari pada kehidupan orang tua, maka dari itu masyarakat menyekolahkan anaknya
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
46
Hasil Penelitian ini yang dilakukan di Gampong Nasreuhe Kecamatan
Salang Kabupaten Simeulue Provensi Aceh. Mengenai perubahan sikap
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan. Berdasarkan hasil
dari informan yang diwawancarai antara lain: Gandaruman selaku Sekdes.
“ Dulu masyarakat Gampong Nasreuhe sangat tertutup pemikiranya
akan pendidikan, banyaknya informasi dan teknologi yang masuk di
Gampong Nasreuhe membuat masyarakat terbuka pemikirannya
pentingnya pendidikan, sekarang banyak para orang tua di Gampong
Naserehe menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih
tinggi seperti menlanjutkan ke bangku perkuliahan.”
Wawancara: 25 Januari, 2014. Jam 11: 30 Wib.
Hal yang sama dikatakan oleh salah satu nelayan Mukasidin yang
berprofesi sebagai Panglima Laot bahwasanya:
“Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Gampong Nasreuhe
sangat terlihat, banyaknya orang tua yang berlomba-lomba
menyekolahkan anak mereka di luar Gampong Nasreuhe ke bangku
perkuliahan, berubahnya sikap orang tua terhadap pendidikan.”
Wawancara: 23 Januari, 2014. Jam 09: 30 Wib.
Dari tanggapaan informan dapat di simpulkan bahwa para orang tua
Gampong Nasreuhe perubahan sikap akan pendidikan sangat terlihat, banyaknya
anak-anak di Gampong Nasreuhe yang sekolah di luar Gampong Nasreuhe seperti
melanjutkan sekolah yang lebih tinggi seperti ke srata satu. Perubahan sikap para
orang tua, adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-
anaknya, jadi secara tidak langsung ayah dan ibu adalah guru pertama bagi anak,
disadari atau tidak oleh orang tua itu sendiri.
Seperti halnya yang di katakana oleh Norkif Candra yang berprofesi
sebagai Guru SD yaitu:
“Umumnya masyarakat di Gampong Nasreuhe sekarang sangat peduli
akan pentingnya pendidikan itu bisa di lihat dalam keluarga mereka
ada yang sekolah dan ada yang melanjutkan ke jejang perkuliahan,
perubahan sikap masyarakat Gampong Naserehe sangat mendasar atas
47
kepedulian mereka terhadap keberhasilan anak mereka di masa
depan.” Wawancara: 23 Januari, 2014. Jam 11: 30 Wib.
Para nelayan tau kalau pendidikan itu sangat mempengaruhi kehidupan
mereka kelak. Seperti yang di katakana Lukman yaitu:
“Orang tua di Gampong Nasreuehe sekarang sangat paham pentingnya
pendidikan, kesadaran tersebut membuat orang tua anak di Gampong
Naserehe berlomba dalam menyekolahkan anak-anak mereka,
pemikiran dan perubahan sikap para masyarakat nasreuhe membuat
orang tua lebih maju dan peka dalam pendidikan anak-anak mereka.”
Wawancara: 27 Januari, 2014 Jam 10:30 Wib.
Adapun pandangan Ali Husni seorang juragan (pemilik perahu) terhadap
pendidikan yaitu:
“Perubahan sikap para masyarakat nelayan nasreuhe telah banyak di
rasakan perubahan, diantarannya masyarakat Gampong Naserehe kini
lebih maju dalam berfikir, akan pentingnya pendidikan, masyarakat
Gampong Naserehe lebih mudah dalam mengakses informasi.”
Wawancara: 05 Februari, 2014 Jam 14: 30 Wib.
Seperti yang di ungkapkan oleh Antoni yang berprofesi sebagai nelayan
yaitu:
“Perubahan sikap masyarakat nelayan telah membawak dampak
positif, bagi masyarakat nelayan banyak di rasakan orang tua
disebabkan tingginya minat anak-anak untuk melanjutkat sekolah,
karna anak-anak di Gampong Nasreuhe sudah mulai mengerti akan
pentingnya pendidikan.”
Wawancara: 01 Februari,2014 Jam, 14:30 Wib.
Dari hasil tanggapan informan dapat di simpulkan bahwa sebagian besar
mengatakan perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe telah
banyak dirasakan karena terlihat dari banyaknya orang tua yang berlomba-lomba
menyekolahkan anakanya, dan begitu juga dengan anak-anak mereka, tingginya
minat untuk sekolah dalam mencari ilmu pengetahuan karena bagi mereka
pendidikan itu penting.
48
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mila Wati yang berprofesi
sebagai Guru TK bahwasanya:
“Perubahan sikap yang terjadi di masyarakat nelayan sekarang tidak
lepas dari dorongan orang tua, untuk menyekolahkan anaknya,
karena saya melihat banyak orang tua, semakin mengerti akan
pentingnya pendidikan.”
Wawancara: 05 Februari, 2014 Jam 09: 49 Wib.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Lesti yang berprofesi sebagai ibu
rumah tangga yaitu:
“Perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap
pendidikan, Selain menyekolahkannya saya menyuruh mereka
belajar dan mengikutkan mereka les tambahan selain dari rumah
sekolah.”
Wawancara: 02 Februari, 2014 Jam 09: 45 Wib.
Sama halnya yang di katakan oleh Baida selaku Ketua PKK seperti
pernyataan dibawah ini:
“Banyaknya orang tua masyarakat nelayan sekarang yang semakin
mengerti akan pentingnya pendidikan, terlihat dari orang tua, yang
memberikan motivasi dan dorongan kepada anak-anak mereka
untuk menyekolahkan anaknya.”
Wawancara: 03 Februari, 2014 Jam 11: 30 Wib.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Imar Mardyah yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
“Dulu masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe masi tertutup akan
pendidikan karena kurangnya informasi yang dapat dijangkau
sekarang dengan masuknya informasi di Gampong Nasreuhe,
membuat masyarakat terbuka dalam hal pendidikan.”
Wawancara: 06 Februari, 2014 Jam 14: 45 Wib
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada beberapa orang,
mengatakan bahwa pendidikan itu sangat penting, itu terlihat dari orang tua yang
menyekolahkan anak-anaknya, dan memberikan les tambahan pelajaran
disamping dari sekolah buat anaknya. Perubahan yang terjadi di tengah-tengah
49
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe karena cara berpikirnya sudah terbuka
akan pentingnya pendidikan, hal ini terlihat dari orang tua yang berlombah-
lombah menyekolahkan ankanya,
Hal ini sesuai dengan pendapat Spencer dalam Abdullah Idi (2013 : h. 3),
mengenai perubahan masyarakat bahwa sebagai mana kehidupan alamiah,
kehidupan sosial berkembang secara evolusi, sesuai dengan teori di dalam biologi.
Spencer melihat bahwa masyarakat sebagai suatu organisme yang besar.
Sebagaiman jantung, hati, paru-paru dan bagian lainya dari tubuh manusia, semua
bagian akan bekerja secara teratur sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk
membuat manusia tetap hidup. Bagi Spencer, masyarakat baru dapat dipahami
bila masyarakat itu terkait dengan lingkungan. Masyarakat selalu berupaya
mengadaptasikan diri dengan lingkungan. Masyarakat yang sifatnya secara
dinamis atau terbuka, yaitu orang yang selalu ingin mengalami perubahan kearah
kemajuan, perubahan tersebut hanya bisa dicapai dengan pendidikan seperti di
Daerah lain yang sudah maju karena pendidikan masyarakatnya semakin
berkembang dan kompenten dibidang ilmu pengetahuan.
Perubahan lain yang terjadi dimasyarakat nelayan Gampong Nasreuhe tidak
lepas dari tekanan ekonomi, kemiskinan, kekurangan sumber daya dan kebutuhan
dalam bidang pendidikan. Kontradiksi yang terjadi dalam masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe merupakan salah satu penyebab timbulnya kesadaran
akan pendidikan. Hal inilah yang mempengaruhi perubahan sikap masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe saat ini merupakan hal yang normal,
karena sesuai dengan keadan dan lingkungan yang memaksa masyarakat nelayan
50
Gampong Nasreuhe yang harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
sekarang di bidang pendidikan.
Sebelum tsunami pendidikan tidaklah menjadi prioritas utama bagi
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe. Selain itu ketidak mampuan masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe dalam menyekolahkan anak-anaknya karena
kendalah ekonomi, biaya hidup yang semakin hari semakin tinggi, kemiskinan
dan keadan penghasilan juga hanya mampuh untuk menutupi kehidupan rumah
tangga yang sifatnya sangat mendasar.
Perubahan tatanan sosial masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap
pendidikan merupakan efek dari perubahan sosial yang terjadi diseluruh Aceh
karena musibah tsunami. Yang memicu akselarasi perubahan arah perkembang
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe. Perubahan sosial tersebut menimbulkan
efek positif dalam perkembangan pendidikan telah membuka peluang untuk lebih
bisa bersaing dalam hal pembangunan dan ekonomi serta arah pembangunan di
bidang perikanan. Kehidupan masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe sebelum
tsunami, tidak terlalu di pengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari
luar lingkungan sosialnya kebutuhan akan pendidikan pun bulum sepenuhnya
tercapai karena masyarakatnya masih sanggat tertutup dengan kondisi dari luar.
Masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe ini dapat juga disebut masyarakat
pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang
hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan
sifat-sifat yang hampir seragam.
Perkembangan pendidikan anak nelayan di Gampong Nasreuhe mengalami
peningkatan setelah tsunami. Ini merupakan perubahan positif karena jumlah anak
51
yang bersekolah setelah tsunami semakin meningkat di banding sebelum tsunami.
Fungsi pendidikan dan perubahan sosial, pendidikan mempunyai fungsi untuk
mengadakan perubahan sosial memiliki beberapa fungsi, yakni: melakukan
reproduksi budaya, difusi budaya, mengembangkan analisis kultur terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional, dan melakukan perubahan-perubahan atau
modifikasi tingkat ekonomi tradisional, dan melakukan perubahan yang lebih
mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah tertinggal. Abdullah Idi
(2013 : h. 72), selain itu karena masuknya budaya lain dan akses informasi yang
mudah semakin dapat dijangkau oleh setiap golongan masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe setelah tsunami. Tuntutan pengembangan sumber daya
manusia dari waktu ke waktu semakin meningkat, telah mendorong masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe berlombah untuk meningkatkan pendidikan anak
mereka untuk bersaing dalam meningkatkan taraf ekonomi dan dan status sosial.
Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan
tersebut. Selain keluarga lingkungan dan sekolah, masyarakat memiliki peran
tersendiri terhadap pengembangan pendidikan.
Setiap masyarakat selalu mengalami perubahan diberbagai bidang dari
tingkat yang lebih rendah ketingkat atas begitu juga masyarakat nelayan Gampong
Nasrehe perubahan yang terjadi merupakan keadan dan kondisi sosial masyarakat
nelayan. Kenyataan ini terdapat dimana perubahan akan memberikan suatu tujuan
menuju ketingkat lebih baik. Dalam hal ini di masyarakat nelayan Gampong
Nasreuhe pendidikan telah berfungsi dengan baik dalam melihat persoalan-
persoalan di masyarakat. Hubungan timbal balik pendidikan di sekolah dan
masyarakat merupakan hal yang disambut positif oleh masyarakat.
52
Pendidikan merupakan tonggak utama dalam pembentukan masyarakat serta
membentuk wahana pengetahuan yang dapat menompang kemajuan masyarakat
yang memiliki pendidikan tinggi. Masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
merupan masyarakat yang memiliki cita-cita dalam perubahan baik disegi
ekonomi, sumberdaya manusia serta sumberdaya alam untuk mensejahterakan
masyarakatnt dengan cara meningkatkan perubahan dibidang pendidikan yang
terencana.
4.6.2 Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan
Gampong Nasreuhe Terhadap Pendidikan Kecamatan Salang
Kabupaten Simeulue
Faktor yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya di pengaruhi stuktur
sosial budaya, lingkungan, ekonomi, interaksi sosial, media massa, serta
lingkungan sosial, dan dalam stuktur masyarakat, sehingga menyebabkan pola
pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Perubahan sikap masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan antara lain, sebelum dan sesudah
tsunami adalah faktor ekonomi, kemiskinan dan sumber daya yang dimiliki
kurang memadai. Sehinga membentuk suatu lingkaran yang menyebabkan
masyarakat nelayan harus bertahan dalam kemiskinan seperti yang dialami
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe. Hal ini telah mempengaruhi lemahnya
jangkauan akan akses terhadap pendidikan anak, informasi yang kurang
berimbang, jalur akan aspek sumber daya juga minim untuk meningkatkan taraf
ekonomi rumah tangga, kurangnya perhatian dari pemerintah dan keterbatasan
akan alat tangkap ikan membuat kehidupan masyarakat nelayan seakan tidak
pernah lepas dari kemiskinan.
53
Berikut ini hasil wawancara dengan informan antara lain sebagai berikut:
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan Mukasidin warga Gampong
Nasreuhe yang berprofesi sebagai Panglima Laot.
Faktor yang membuat perubahan sikap masyarakat Gampong Nasreuhe
terhadap pendidikan adalah:
“perubahan sikap masyarakat Gampong Nasreuhe sekarang ini di
sebabkan oleh masuknya indutri di tengah-tengah masyarakat
Gampong Naserehe, juga di karenakan meningkatnya ekonomi di
dalam keluarga Nelayan, menjadikan masyarakat gampong nasreuhe
cenderung berubah, kini anak-anak mereka mampu sekolah lebih
tinggi seperti meraih setara satu.”
Wawancara: 24 Januari, 2014. Jam 09: 45, Wib.
Hal senada yang diungkapkan Norkif Candra informan Gampong
Nasreuhe yang berprofesi sebagai Guru SD:
“Menurut pandangan saya faktor perubahan sikap masyarakat
terhadap pendidikan adalah adanya dorongan dari dalam dan dari
luar. Sehingga merubah pola pikir masyarakat nelayan terhadap
pendidikan kearah yang lebih baik”.
Wawancara: 24 Januari, 2014. Jam 11: 20 Wib.
Begitu juga yang dikatakan Gandaruman warga Gampong Nasreuhe yang
menjabat sebagai Sekdes Gampong Nasreuhe.
“Faktor yang menyebabkan perubahan sikap masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan karena hubungan ke-
kerabatan dengan masyarakat yang ada diwilayan Kabupaten
Simuelue yang lebih majuh terhadap pendidikan telah memberi
perubahan dan masukan betapa pentingnya pendidikan. Hal ini
membawak dampak positif bagi masyarakat nelayan Gampong
Nasreuhe untuk kemajuan pendidikan.”
Wawancara: Januari, 2014. Jam 09: 30 Wib.
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa faktor perubahan sikap
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan dikarenakan faktor
meningkatnya ekonomi, terbukanya lapangan kerja dan masuknya media massa,
54
dengan meningkatnya ekonomi masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe, sehingga
bisa menyekolahkan anak-anak mereka.
Hal ini diungkapkan Lukman Informan Gampong Nasreuhe yang berprofesi
sebagi nelayan.
“Menurut saya, faktor perubahan sikap masyarakat terhadap
pendidikan disebabkan faktor pertumbuhan ekonomi yang semakin
baik, adanya program sekolah gratis dari pemerintah dan bantuan
beasisawa bagi anak kurang mampu sehingga anak-anak nelayan
Gampong Nasreuhe yang masih sekolah mendapat bantuan dari
program pemerintah dalam melanjutkan pendidikan dan hal ini telah
meringankan beban masyarakat Nelayan Gampong nasreuhe dalam
menyekolahkan anak-anaknya.”
Wawancara: 27 Janauari, 2014. Jam 10: 30 Wib.
Begitu juga yang disampaikan Antoni Informan Gampong Nasreuhe yang
berprofesi sebagai nelayan dan Ketua Pemuda.
“Faktor perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
terhadap pendidikan karena faktor situasi ekonomi yang meningkat,
perubahan iklim pembangunan sektor perikan telah mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe.
Dan adanya akses terhadap informasi pengembangan kelautanan
telah memberikan manfaat bagi masyarakat nelaya Gampong
Nasreuhe”.
Wawancara: 01 Fepruari, 2014. Jam, 14: 30 Wib.
Begitu juga yang diungkapkan Lesti warga Gampong Nasreuhe yang
berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.
“Saya melihat faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat
Gampong Nasreuhe terbukanya lapangan kerja dan bertambahnya
ekonami masyarakat sehingga biaya untuk menyekolahkan anak-
anaknya, semakin meningkat faktor ekonomi, sangaat berpengaruh
dan adanya informasi tentang dunia pendidikan.”
Wawancara: 02 Februari, 2014. Jam 09: 45 Wib.
Faktor perubahan sikap masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap
pendidikan karena faktor ekonomi, adanya program beasiswa bagi anak kurang
55
mampu, sekolah gratis dari pemerintah, serta terbukanya lapangan kerja. Hal ini
telah memberikan perubahan dalam masyarakat Gampong Nasreuhe.
Hal ini juga diungkapkan Baida warga Gampong Nasreuhe yang
berprofesi ibu rumah tangga dan sebagai Ketua PKK.
“Menurut saya faktor perubahan sikap masyarakat terhadap
pendidikan tidak lepas dari sumber daya manusia dan dukungan
keluarga untuk mendidik anaknya sehingga bisa mengerti akan
pentingnya pendidikan dan keinginan orang tua pun untuk
menyekolakan anaknya semakin tinggi.”
Wawancara: 03 Februari, 2014. Jam 11: 30 Wib.
Begitu juga yang sampaikan oleh Mila Wati warga Gampong Nasreuhe
yang berprofesi sebagai Guru TK.
“Saya melihat faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat
nelayan juga tidak lepas dari sosial kontrol keluarga dan pihak
sekolah karena pendidikan merupakan kebutuhan manusia dengan
adanya pendidikan orang akan maju. Oleh sebab itu hal yang perlu
kita perhatikan adalah bagaiman kita merubah sikap kita dalam
memajukan pendidikan.”
Wawancara: 05 Februari, 2014. Jam 9: 45 Wib.
Hal senada yang diungkapkan Ali Husni seorang juragan (pemilik perahu)
warga Gampong Nasreuhe.
“Menurut pandangan saya faktor perubahan sikap masyarakat
nelayan tidak lepas dari lingkungan keluarga dan pihak sekolah
seperti memberi dorongan, motivasi, terhadap anak, sehingga anak
tersebut lebih mengerti akan pentingnya pendidikan, contohnya
anak-anak nelayan sudah banyak yang sekolah”.
Wawancara: 5 Februari, 2014. Jam 14: 30 Wib.
Begitu juga yang diungkapkan Imar Mardyah warga Gampong Nasreuhe
yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.
“Menurut saya faktor yang mempengaruhi pendidikan tidak lepas
dari fungsi, keluarga, pemerintah sehingga keberhasilan anak hanya
dapat diketahui dari kualitas anak dalam pendidikan, karna
Pendidikan itu dapat mendorong kemajuan dan memberikan
kebaikan, dapat meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup bagi
setiap orang, dapat merobah perilaku yang buruk menjadi baik,
56
dengan masuknya media massa, informasi membuat cara berpikir
masyarakat terbuka akan pendidikan.”
Wawancara: 6 Februari, 2014. Jam. 14: 45 Wib.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap
masyarakat terhadap pendidikan pada umunya mengatakan tidak lepas dari fungsi
dan lingkungan keluarga, maupun sekolah, ekonomi sosial budaya, sehingga
perubahan sikap yang terjadi pada stuktur masyarakat, dan sistem sosialnya, yang
merupakan jalinan di antara unsur-unsur pokok sosial dalam masyarakat dan pola
perilaku dan interakasi sosial.
Seiring waktu dan musibah gempa serta tsunami pada tahun 2004, silam
telah memporak-porandakan tatanan kehidupan dan sistem sosial masyarakat
nelayan gampong nasreuhe yang selama ini telah dibangun. Namun hal ini juga
telah merubah cara berpikir masyarakat nelayan gampong nasreuhe akan
pentingnya pendidikan. Dengan musibah Tsunami masyarakat telah memahami
betapa pentingnya pendidikan. Seiring juga masuknya orang luar serta budaya dan
persaigan akan pekerjaan telah mendorong masyarakatnya kedalam cara berpikir
positif untuk meningkatkan taraf hidup dengan cara meningkatkan pendidikan
bagi anak mereka.
Perubahan yang mendorong masyarakat nelayan gampong nasreuhe
terhadap pendidikan dapat dilihat bahwa perubahan ekonomi dan keinginan orang
tua untuk menyekolahkan anaknya karna pentingnya pendidikan, namon faktor
ekonomi juga tidak kalah pentingnya untuk menunjang kebutuhan keluargan dan
pendidikan anak mereka. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa informan diatas
menjelaskan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan dalam
mendukung pendidikan. Oleh sebab itu informasi dan akses pendidikan juga
57
merupakan hal yang sangat penting karena selama ini, akses ini hanya orang-
orang yang mampu yang mendapatkan peluang. Faktor lain yang mempengaruhi
perubahan sikap masyarakat nelayan gampong nasreuhe, faktor kondisi sosial
budaya yang menyangkut kemasyarakat nelayan. Tingkat pendidikan warga
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe, kepedulian mereka terhadap pendidikan
yang selama ini masih tergolong rendah telah mengkibatkan suatu ketertinggalan.
Namon dalam hal ini faktor-faktor ini hanyalah sebagian indikator bahwa
sesunggunya faktor ketidak berdayaan dalam memberikan pendidikan terhadap
anak karena kondisi ekonomi dan kemiskinan.
Memberi dukungan pada anak merupakan cara yang terbaik yang dilakukan
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe. Selain itu faktor keingginan anak juga
sangat kuat dalam menempuh pendidikan meski tidak ada biaya dari orang tua.
Dari sini dapat kita lihat bahwa dorongan yang kuat dari orang tua telah
menjadikan motivasi bagi anaknya dalam meningkatkan kualitas hidup terutama
pendidikan. Demikian peran keluarga menjadi penting dalam mendidik anak, baik
di dalam sudut agama maupun tinjauan sosial kemasyarakatan dan individu.
Maka yang menjadi persoalan hari ini adalah peran keluarga sudah mulai
berkurang di segi pendidikan, melainkan bagaimana cara pendidikan keluarga
dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perkembangan
kepribadian anak menjadi manusia biasa yang memiliki sikap positif terhadap
agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani secara
intelektual yang berkembang secara optimal. Masyarakat pada hakikatnya
merupakan sistem hubungan antara satu dengan yang lain. Tiap masyarakat
mengalami perubahan dan kontinuitas atau kelangsungan dan kerja sama. Dasar
58
kata masyarakat ialah adanya kepentingan dan nilai-nilai umum yang diterima
anggotanya, ( Abdullah Idi (2011 : h. 15), oleh sebab itu sistem tersebut berlaku
juga di masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe. Nilai yang berkembang
dimasyarakat nelayan Gampong Nasreuhe adalah nilai mengenai hubungan yang
saling melekat antara pemilik usaha dengan pekerja sistem patron klayen yang.
4.7 Pembahasan
4.7.1 Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe Terhadap
Pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
Perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Gampong Nasreuhe
bukan hanya terjadi dalam bagian infrastruktur saja, namun seiring dengan waktu
proses perubahan yang terjadi pada masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
terhadap pendidikan, diawali dengan keterbukaan masyarakat terhadap informasi,
terbukanya lapangan kerja, peningkatan ekonomi masyarakat dan hubungan
masyarakat dengan masyarakat lain juga baik telah membentuk perubahan bagi
masyarakat di Gampong Nasreuhe. Selama ini proses perubahan masyarakat
sangat lamban dikarenakan kurangnya akses informasi dan keterbukan masyarakat
dengan masyarakat lain. Dengan masuknya informasi membuat cara berpikir
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe semakin terbuka akan pentingnya
pendidikan, itu juga terlihat dari banyaknya anak-anak nelayan yang melanjudkan
sekolah, selain itu ekonomi masyarakat nelayan semakin baik dari ke tahun-tahun.
Perubahan sikap yang terjadi di masyarakat nelayan karenakan masyarakat mulai
sadar akan pentingnya pendidikan dengan adanya pendidikan yang baik dan ilmu
pengetahuan bisa memper mudah mencari pekerjaan. Sehingga kehidupan anak-
anaknya tidak lagi seperti orang tuanya bekerja sebagai nelayan. Perubahan sikap
59
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan merupakan salah
satu perubahan dimana perinsip pendidikan diutamakan demi kepentingan anak-
anaknya untuk menuju kehidupan yang layak dan baik. Selain itu pengaruh dari
luar yang masuk dalam Gampong Nasreuhe telah merubah sikap masyarakatnya
untuk menerima hal yang baru seperti: budaya dan adanya peningkatan
pembangunan disektor perumahan telah memberi peluang pada masyarakat dari
luar maupun masyarakat di dalam lingkup Gampong Nasreuhe berinteraksi
sehingga membentuk suatu perilaku yang positif bagi masyarakat Gampong
Nasreuhe. Setelah musibah Tsunami melanda Provensi Aceh pada tahun 2004,
tatanan kehidupan masyarakat berubah total. Membuat masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe memulai dari awal bagaimana mengembalikan keadan hidup
menjadi normal seperti sediakalah.
Masuknya lembaga-lembaga non-pemerintah di Gampong Nasreuhe telah
memberikan dampak positif dalam pembangunan masyarakat baik dibidang
infrastruktur, perikanan, pertanian, perkebunan dan pendidikan. Hal ini terlihat
dimana masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe dapat menyekolahkan anaknya
dengan adanya bantuan, dan akses informasi yang semakin muda dijangkau oleh
setiap masyarakat baik disegi pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu
adanya peluang kerja bagi masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe, telah
memudahkan mereka dalam menyekolakan anak-anaknya, banyaknya peluang
kerja telah meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan Gampong Nareuhe.
Jhon Dewey dalam Abdullah Idi (2011: h. 216), mengemukakan bahwa
“pendidikan sebagai suatu proses sosial, dan terdapat banyak jenis
masyarakat, suatu kriteria untuk mengkeritisi dan membangun
pendidikan berimplikasi pada suatu masyarakat yang dikatakan ideal
sejauh mana keinginan (interest) dari suatu kolompok masyarakat
tersebut, pemenuhan serta kebebasan dalam berintraksi, berkomunikasi,
60
dan dengan kolompok masyarakat dimana suatu perubahan sosial tanpa
mengakibatkan ketidakteraturan (disorder)”.
Tabel.4.8 Perubahan sikap masyarakat nelayan gampong nasreuhe terhadapa
pendidikan Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.
No Jenis Perubahan Jumlah
1 Masyarakat nelayan lebih peduli
akan pendidikan.
2
2 Tinginya minat orang tua dalam
menyekolahkan anaknya
4
3 Masyarakat nelayan semakin
terbuka.
4
Sumber: Data Penelitian di Gampong Nasreuhe, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dilahat bahwa perubahan sikap masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan pada umumnya sebagian besar
mengatakan perubahan sikap karena tingginya minat orang tua dalam
menyekolahkan anak-anaknya dan peduli akan pentingnya pendidikan, dan
masuknya iformasi, dan meninggatnya ekonomi masyarakat Gampong Nasreuhe
sehingga, merobah pola pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan, karena
pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti
perkembangan di dalam masyarakat.
Jhon I. Goodlad dalam Abdullah Idi (2011: h. 65), mengemukakan bahwa
masyarakat memilikki harapan yang banyak terhadap pendidikan di sekolah.
Harapan-harapan terhadap masa depan yang lebih baik dalam kehidupannya,
mereduksi sejumlah ketimpangan sosial pendidikan, bertalian dengan peningkatan
literasi dan derivasi budaya. Sekolah juga diharapkan dapat meningkatkan
kesejastraan ekonomi dan peluang kerja dengan meningkatnya kontribusi
intelektual dan keteramapilan yang dihasilkan oleh sekolah.
Masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe telah merasakan adanya perubahan
dari pendidikan anak mereka, ekonomi, dan anak-anak mereka sudah melanjutkan
61
pendidikan sudah ada yang bekerja, baik di intansi pemerintah maupun swasta,
oleh sebab itu perubahan kearah perkembangan pendidikan merupakan hal yang
wajar dalam suatu tatanan masyarakat yang dinamis kearah kemajuan. Masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe merupakan masyarakat dimana tingkat ekonominya
sanggat bergantung pada sumberdaya kelautan yang selama ini menggantungkan
hidupnya dari hasil melaut.
Perubahan pemberdayaan pendidikan anak masyarakat nelayan Gampong
Nasreuhe terhadap pendidikan tidak hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe, tetapi pranata hidup yang ada dalam
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe perlu dan harus diberdayakan. Melalui
strategi pemberdayaan pendidikan ini, diharapkan mampu menyelesikan diri dari
kemiskinan dan keterbelakangan serta partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan akan semakin meningkat.
4.7.2 Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap Masyarakat Nelayan
Gampong Nasreuhe Terhadap Pendidikan Kabupaten Simeulue.
Faktor penyebab perubahan dalam masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe
tehadap pendidikan sesudah tsunami adalah adanya peluang kesempatan kerja
bagi para nelayan, tersedianya fasilitas kebutuhan para nelayan yang diberikan
oleh pemerintah maupun asing dari para donatur untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe serta kesempatan anak-
anak nelayan untuk bersekolah semakin terbuka luas dengan adanya program
beasiswa kurang mampu.
Beasiswa dari pihak pemerintah bagi anak yang kurang mampu telah
memberikan dorongan bagi anak serta orang tua anak untuk melanjutkan
62
pendidikan. Abdullah Idi (2011: h. 69), mengemukakan bahwa pendidikan
memegang peranan penting dalam membentuk dan menciptakan masyarakat
sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya pendidikan, apa yang dicita-
citakan masyarakat dapat diwujudkan melalui anak didik sebagai generasi masa
depan. Salah satu pernan pendiddikan dalam masyarakat adalah dalam fungsi
sosial, yakni sekolah merupakan sala satu sarana pendidikan yang diharapkan
masyarakat.
Tabel. 4.9 Faktor yang menyebabkan perubahan sikap masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan Kabupaten Simeulue.
No Jenis Faktor Jumlah
1 Terbukanya Lapangan Kerja 3
2 Meningkatnya Ekonomi Masyarakat 3
3 Masuknya Media Massa 4
Sumber: Data Penelitian di Gampong Nasreuhe, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor perubahan sikap
masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan pada umumnya
dikarenaka terbukanya lapangan kerja, meningkatnya ekonomi masyarakat, dan
masuknya media massa,
Masyarakat nelayan di Gampong Nasreuhe juga selalu berupaya
memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka dengan cara
memberikan dorongan, motivasi serta contoh yang baik. Peran orang tua sebagai
pendidik, pembimbing dan pembina sangat menentukan keberhasilan anak dalam
melanjutkan pendidikan. Musibah tsunami secara lansung membawa perubahan
yang nyata bagi masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe terhadap pendidikan.
Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap manusia selama hidupnya
mengalami suatu perubahan, baik perubahan yang berlansung secara cepat
maupun lambat, begitu juga pada keperibadian seseorang tercermin pada sikap
63
dan perilaku, baik pola pikir, bertindak dan memahami realita atau kenyataan
yang terjadi dilingkungan sosial. Perubahan sikap terjadi dalam kehidupan
masyarakat khususnya di masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe, proses
perubahan kearah yang lebih maju dari sebelumnya yang ditunjang oleh sikap dan
perilaku masyarakat untuk menerima perubahan-perubahan tersebut merupakan
suatu proses kearah modern seperti sekarang.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama,
keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak
dilahirkan di tengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di
dalam keluarga. Dikatakan utama karena pendidikan yang terjadi dan berlangsung
dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak-
anaknya. Dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu sikap pikiran yang
mempunyai kecenderungan untuk pendahuluan sesuatu yang baru daripada yang
bersifat tradisi, dan satu sikap pikiran yang hendak menyesuaikan soal-soal yang
sudah menetap menjadi kebutuhan-kebutuhan yang baru dalam masyarakat
gampong nasreuhe.
Abdullah Idi, (2011: h. 162), mengemukakan bahwa pendidikan salah satu
fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluaraga, masyarakat
dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan. Ke-
berhasilan pendidikan hanya dapat diketahui dari kualitas individu. Modernisasi
umumnya dihubungkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk suatu kemajuan masyarakat secara positif, begitu pula masyarakat secara
terbuka menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat, oleh
64
karena itu, manusia dituntut untuk selalu siap menerima perubahan-perubahan ke
arah kemajuan yang positif.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan anatara lain, faktor
intern yaitu faktor ini berupa selectivity atau adanya pilih seseorang untuk
menerima dan mengeloh pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan
terhadap pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap dalam
diri manusia, terutama yang jadi minat perhatiannya. Faktor ekstern, yaitu faktor
yang terdapat diluar pribadi manusia faktor ini berupa interaksi sosial diluar
kolompok misalnya interaksi antar individu dengan kolompok terdapat hubungan
timbal balik yang lansung antar manusia, adanaya komunikasi yaitu hubungan
lansung dari suatu pihak. Pembentukan perubahan sikap tiadak terjadi dengan
sendirinya, sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang,
kolompok, lembaga melalui antar indivudu. Abu Ahmadi (2009 : h. 157-158).
Faktor lain adalah sistem pendidikan formal yang majuh pendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi masyarakat terutama membuka pekiran dan
membiasakan berpolah pikir yang ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan masyarakat untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak. Sikap
menghargai karya hasil orang lain karna suatu sikap penghargaan menghargai
karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan lebih semakin terpacu meghasilakan karya-karya lain.
Dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi pendidikan nelayan gampong
nasreuhe adalah faktor yang datang dari luar dan dari dalam diri masyarakat
nelayan gampong nasreuhe dimana perubahan itu telah mendorong lajunya tingkat
65
pendidikan. Seiring dengan modernisasi perubahan dibidang pendidikan dan
tuntunan persaingan dibidang pendidikan.
1. Sikap dan Kebiasaan Orang Tua
Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan anak-anak tidak hanya
terbatas kepada situasi-situasi sosial ekonomi atau kebutuhan struktur dan
interaksi saja, juga cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memengang
peranan penting. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa keluarga itu
sudah merupakan sebuah kolompok sosial dengan tujuan-tujuannya, begitu pula
cara-cara bertingkalaku orang tua yang dalam hal ini menjadi pimpinan
kolompoknya sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat
meransang perkembangan dari pada ciri-ciri tertentu peribadi anaknya. Lewin
Dalam Abu Ahmadi (2009 : h. 242).
Peran orang tua anak nelayan gampong nasreuhe juga mempengaruhi
tingkat pendidikan anak. Hal ini telah memberi dorongan kepada anak untuk
bersekolah.
2. Status Anak
Status anak-anak juga berperanan sebagai suatu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosialnya didalam keluarga, yang dimaksudkan
status anak ialah misalnya status anak sebagai anak tungagal, status anak sebagai
anak sulung atau anak bongsu di antara kakak adiknya. Mengenai peranan status
anak terhadap perkembangan sosialnya belum diperoleh keterangan-keterangan
eksprimental yang cukup banyak,
66
3. Faktor Orang Tua
Faktor orang tua merupakan yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara
memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya, sebaliknya
orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuhh,
bahkan tidak memperhatikan sama sekali tentu tidak akan berhasil dalam
belajarnya. Begitu pula orang tua yang memanjakan anak-anaknya juga termasuk
cara pendidikan yang tidak baik, anak manja biasanya sukar dipaksa untuk
belajar, ia dibiarkan begitu saja, karna orang tuanya terlalu sayang pada anaknya.
4. Peranan Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan
anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup (sosial ekonominya cukup),
maka anak-anak tersebut lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk
mengembangankan bermacam-macam kecakapan.
Begitu pula sebaliknya, hubungan sosial anak yang keluarganya mampu,
mempunyai corak hubungan yang berbeda. Orang tua mereka dapat mencurahkan
perhatian yang lebih mendalam, sebab tidak disulitkan oleh kebutuhan-kebutuhan
Primer, seperti mencari nafkah sehari hari. Namun demikain status sosial ekonomi
tidaklah dapat dikatakan sebagai faktor yang mutlak, hal ini tergantung pula pada
sikap orang tuadan corak intraksi dalam keluarga. Abu Ahmadi (2009 : h. 236).
Dalam hal ini faktor ekonomi masyarakat nelayan Gampong Nasreuhe yang
semakin baik telah memberi dorongan pendidikan dan kemampuan untuk
menyekolahkan anak mereka.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Perubahan Sikap
Masyarakat Nelayan Gampong Nasreuhe Terhadap Pendidikan Kecamatan Salang
Kabupaten Simeulue diantaranya:
1) Perubahan sikap masyarakat nelayan terhadap pendidikan dapat di
simpulkan bahwa masyarakat nelayan yang dulunya tertutup, akan
pendidikan karna disebabkan kurangnya informasi masuk di Gampong
Nasreuhe, dengan masuknya informasi membuat cara berpikir masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe sekarang terbuka akan pentingnya pendidikan.
Masyarakat nelayan memandang bahwasanya pendidikan bagi anak sangat
penting. Tingginya minat orang tua menyekolahkan anak-anaknya, sekarang
sudah dirasakan oleh umumnya masyarakat luar dan khususnya masyarakat
nelayan Gampong Nasreuhe.
2) Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap masyarakat Gampong
Nasreuhe terhadap pendidikan yaitu: (1) terbukanya lapangan kerja, seperti
perkebunan kelapa sawit yang ada di Gampong Nasreuhe sehingga
meningkatnya taraf hidup masyarakat, (2) meningkatnya ekonomi
masyarakat dengan bertambahnya ekonomi masyarakat nelayan, sehingga
orang tua para nelayan bisa menyekolahkan anaknya, dan selain
menyekolahkan anaknya orang tuamenyuruh mereka belajar kursus. (3) dan
masukanya media massa.
68
3) Saran
Adapun saran yang di sampaikan dalam tulisan ini adalah
Pertama, hasil penelitiani adalah.
1. Diharapkan perubahan sikap yang terjadi pada masyarakat Gampong
Nasreuhe dapat menjadi contoh bagi masyarakat gampong yang lain
sehingga sikap terhadap akan pentingnya pendidikan bisa menuju
perubahan yang lebih baik.
2. Di harapkan kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat nelayan
Gampong Nasreuhe setempat, hendaklah selalu mengupayakan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, karena dengan
pengetahuan yang cukup pembinaan dan kesadaran masyarakat dalam
berbagai hal akan dapat teratasi. Dalam kaitannya dengan perubahan sikap
masyarakat terhadap pendidikan, diharapkan kepada orang tua, tokoh
masyarakat dan tokoh agama serta pendidik untuk selalu memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap perkembangan pendidikan anak.
Upaya diatas diharapkan agar tidak putus asa untuk selalu diberikan, hal
ini demi terwujudnya kepribadian anak yang baik. Diharapkan kepada
pendidik yang mengajar dan pada lembaga pendidikan hendaknya tidak
bosan-bosannya menerapkan disiplin dalam berbagai hal supaya anak-
anak terbiasa melakukan hal-hal yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2006. Pemberdayaan Pendidikan Anak Nelayan. Jakarta. Pustaka
Utama.
Alfiyah, Nur .2010. Pendidikan Anak Dalam Perspektif Nelayan Di Pasuruan.
Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06130049. diakses pd
tgl 11/05/2014 jam 10:07 Wib.
Arikunto. 2002. Pengukuran Sikap. Jakarta . Pustaka Utama.
Azwar. 2007. Sikap Dikatakan Sebagai Suatu Respon Evaluative. Bandung. PT
Bumi Aksara.
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta . Rineka Cipta.
Baswir, Revrisond, dkk. 2003. Definisi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada.
Choombs, H, Philip. 2002. Pendidikan Informal. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Dahuri, ddk .2001. Sistem Pembangunan Masyarakat Pantai. Jakarta. Salemba
Empat.
Fadjri Achmad, Panpan. 2000. Tujuan pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo
Perkasa.
Hasanuddin. 2000. Faktor yang mempengaruhi pendidikan. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Idrus , Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekata Kualitatif
dan Kuantitatif. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Idi, Abdullah .2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Juliansyah, Noor. 2001. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertase, dan
karya ilmiah. Edisi Pertama. Jakarta. Kencana Pranada Group.
Kendle, Howard. 2001.Sikap sebagai suatu pendekatan. Bandung. PT Bumi
Aksara.
Kuncoro, Mudrajad, Ph.D. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi:
Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Kusnaidi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. PT Humainora.
Bandung.
Mulyadi. 2005. Katagori Nelayan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J.2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Purwanto. 2008. Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode penelitian komunikasi: dilengkapi contoh
analisis statistik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya offset.
Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung.
Alfabeta.
Sutinah, dan Suyanto, Bagong. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta. Kencana.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D: Bandung.
Alfabeta.
Sudrajat dan Subana. 2009. Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung. CV
Pustaka Setia.
Soedomo A. Hadi. 2008. Pendidikan. Jakarta. Erlangga.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis: Pedekatan Kuantatif Kualitatif Dan
R&D. Bandung. Alfabeta.
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Suatu TeknikPenelitian
Bidang Kesejastran Sosial dan Ilmu Sosial Lainny. Bandung.PT Remaja
Rosdakarya.
Tilaar. 2002. Hakikat Pendidikan. Jakarta. Salemba Empat.
Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (13) Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
II pasal 3.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1. Sistem
Pendidikan nasional.