pertumbuhan populasi dan perkembangan tribolium …
TRANSCRIPT
1
PERTUMBUHAN POPULASI DAN PERKEMBANGAN Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae) PADA BERAS PUTIH DAN HITAM BUTIRAN UTUH, PATAH,
DAN TEPUNG
Oleh LAILATUL QODARIYAH
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
MALANG 2018
PERTUMBUHAN POPULASI DAN PERKEMBANGAN Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae) PADA BERAS PUTIH DAN HITAM BUTIRAN UTUH, PATAH,
DAN TEPUNG
OLEH
LAILATUL QODARIYAH
145040200111006
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MINAT PERLINDUNGAN TANAMAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG
2018
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 15 Agustus 2018
Lailatul Qodariyah
ii
iii
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(Q.S Al-Insyirah: 5)
SKRIPSI Ini Kupersembahkan untuk
Orang tua tercinta
Afwan dan Sri Lohati
Kakak-kakak tersayang Sulthonul Arif
Ibnu Sutowo
Nuridiyati Puji Rahayu
Ginanjar Ali Ridlo
i
RINGKASAN
Lailatul Qodariyah. 145040200111006. Pertumbuhan Populasi dan
Perkembangan Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae)
pada Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung. Dibawah
bimbingan Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS. dan Tita Widjayanti, SP., M.Si.
Beras merupakan komoditas pertanian yang menjadi kebutuhan pokok
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan berperan sebagai sumber utama
karbohidrat yang bermanfaat untuk menghasilkan energi bagi tubuh. Beras yang
dikonsumsi biasanya disimpan terlebih dahulu di dalam gudang sebagai cadangan
bahan pangan. Akan tetapi beras tersebut dapat mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh serangan hama. Salah satunya ialah Tribolium castaneum
(Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae). Hama T. castaneum merupakan hama yang
bersifat kosmopolit dan dapat menyebabkan kerusakan pada bahan simpan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pengaruh jenis beras terhadap kesesuaian hidup
T. castaneum belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pertumbuhan populasi dan perkembangan hama T. castaneum pada dua jenis beras
ialah beras putih dan beras hitam butiran utuh, patah, dan tepung.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya mulai bulan
Februari hingga Juni 2018. Penelitian terdiri dari enam perlakuan pakan, yang
meliputi beras putih varietas IR 64 dan beras hitam varietas Hare Kwa dalam
bentuk butiran utuh, patah, dan tepung. Penelitian pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum menggunakan tabung kaca (d=6,5 cm, t=9,5 cm),
masing-masing tabung kaca berisi beras putih dan beras hitam pada bentuk butiran
utuh, patah, dan tepung sebanyak 30 g yang diinfestasikan 15 pasang imago
T. castaneum. Variabel pengamatan pertumbuhan populasi meliputi mortalitas
imago, jumlah telur, larva, pupa, dan imago baru. Variabel pengamatan
perkembangan meliputi lama stadium telur, larva, pupa, dan praoviposisi. Data
pertumbuhan populasi dan perkembangan T. castaneum dianalisis menggunakan
analisis ragam pada taraf kesalahan 5%. Apabila dari hasil analisis menunjukkan
hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada
taraf kesalahan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi T. castaneum
lebih baik pada pakan tepung beras hitam dibandingkan pakan tepung beras putih,
beras putih butiran utuh, beras putih butiran patah, beras hitam butiran utuh, dan
beras hitam butiran patah. Perkembangan T. castaneum lebih cepat pada tepung
beras hitam dibandingkan tepung beras putih, beras hitam butiran utuh, dan beras
hitam butiran patah. Perkembangan tersebut terlihat dari lama stadium telur, larva,
pupa, praoviposisi, dan siklus hidup yang lebih cepat pada tepung beras hitam.
Bentuk fisik dan nutrisi pakan diduga mempengaruhi pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum.
ii
SUMMARY
Lailatul Qodariyah. 145040200111006. Population Growth and Development
of Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae) on White Rice
and Black Rice in Whole Grain, Broken, and Flour. Supervised by
Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS. and Tita Widjayanti, SP., M.Si.
Rice is an agricultural commodity that becomes most staple food for
Indonesian. It has a prominant role as primary source of carbohydrate to produce
energy. The consumed rice is usually stored first in warehouses as food reserve.
However, the rice could get damaged by pest. One of them is Tribolium
castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae). T. castaneum is a cosmopolitan
pest and can impair quality and quantity of stored products. Furthermore, there is
no report about the effect of rice type to T. castaneum. This research was aimed to
study the population growth and development of T. castaneum pest in two types
of rice, there were white rice and black rice in whole grain, broken, and flour.
The research was conducted at Plant Pest Laboratory, Plant Pest and
Diseases Department, Agriculture Faculty, Brawijaya University from February to
June 2018. The research consisted of six diets, consisting of white rice IR 64
varieties and black rice Hare Kwa varieties in whole grain, broken, and flour. The
research on population growth and development of T. castaneum was used glass
tubes (d=6,5 cm, t=9,5 cm), each glass tube contains white rice and black rice in
whole grain, broken, and flour as much as 30 g that infected 15 pairs of adult of
T. castaneum. Variables observation were adult mortality, number of eggs, larvae,
pupae, and new adult for population growth and stadium of eggs, larvae, pupae,
preoviposition, and life cycle for development of T. castaneum. Data of
population growth and development of T. castaneum were analyzed using analysis
of variance at 5% level significant. If the results of the data analysis showed
significant difference, then analyzed by Least Significant Difference at 5% level
significant.
The results showed that the population growth of T. castaneum is better on
black rice flour than white rice flour, whole white rice, broken white rice, whole
black rice, and broken black rice. Development of T. castaneum is faster in black
rice flour than white rice flour, whole black rice, and broken black rice. The
development was seen from stadium of eggs, larvae, pupae, preoviposition, and
life cycle was faster in black rice flour. Physical form and nutrition of diet can
affect the population growth and development of T. castaneum.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pertumbuhan Populasi dan Perkembangan Tribolium castaneum (Herbst.)
(Coleoptera: Tenebrionidae) pada Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan
Tepung”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Ketua
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Ibu Tita Wijayanti, SP. M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
merelakan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, bantuan, arahan,
nasihat, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen atas arahan
dan bimbingan, serta segenap staff tenaga kependidikan Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya atas fasilitas dan
bantuan yang diberikan.
Penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakak,
dan keluarga tercinta atas doa, pengertian, nasihat, dan dukungannya. Kepada
Anisa Kaerani, Afifatul Khoirunnisak, Siti Rofiatun, Nur Maulidiya Rizqoh, Mira
Silviana Manurung, Viyan Fitra N., Radi Firnanda, Nurtriana Wulandari,
M. Bayu Mario, Ito Fernando, Tri Wulansari, Siti Mursidah, Khusnun Nisa,
Rommy Parcelino P., Mutala’liah, Yogo Setiawan, dan Faldy Alifianto, serta
teman-teman HPT 2014 atas doa, bantuan, dukungan selama ini, penulis
sampaikan terimakasih.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak dan memberikan sumbangan pengetahuan.
Malang, 15 Agustus 2018
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jepara pada tanggal 24 Januari 1996 sebagai putri
kelima dari lima bersaudara dari Bapak Afwan dan Ibu Sri Lohati.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Ujungpandan 1 pada tahun
2002 sampai tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 3 Welahan
pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2011 sampai tahun 2014
penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Welahan, dan pada tahun 2014
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur melalui jalur
SBMPTN dan memilih minat Perlindungan Tanaman pada tahun 2016.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman (2015/2016 dan 2016/2017), Hama dan
Penyakit Penting Tanaman (2016/2017 dan 2017/2018), Teknologi Pupuk dan
Pemupukan (2016/2017), Manajemen Agroekosistem (2016/2017), Manajemen
Hama dan Penyakit Terpadu (2017/2018), dan Pertanian Berlanjut (2017/2018).
Penulis pernah aktif dalam kepanitiaan Pekan Riset dan Ilmiah Mahasiswa
(PRISMA) 6 sebagai Anggota Divisi Konsumsi (2016) dan Plant Protection
Olympiad (PPO) sebagai Anggota Divisi Liasion Organizer (LO) (2017). Penulis
juga pernah menjadi anggota dalam Organisasi FARMERS (2015).
Penulis pernah meraih penghargaan sebagai Juara Umum dan Juara 3
Lomba Cerdas Cermat dalam Plant Protection Day (PPD) di Universitas
Padjajaran (2017) dan Finalis Lomba Cepat Tepat Jambore Perlindungan
Tanaman Indonesia (JPTI) di Institut Pertanian Bogor (2017).
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. i
SUMMARY ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Klasifikasi T. castaneum .................................................................... 3
2.2 Bioekologi T. castaneum .................................................................... 3
2.3 Arti Penting Hama T. castaneum ....................................................... 6
2.4 Peranan Bentuk Fisik dan Kimia Pakan dalam Kehidupan
Serangga ............................................................................................. 7
2.5 Deskripsi Beras Putih dan Hitam ....................................................... 8
III. METODE PELAKSANAAN.................................................................. 9
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 9
3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 9
3.4 Analisis Data ...................................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
4.1 Hasil ................................................................................................... 14
4.1.1 Pertumbuhan Populasi T. castaneum pada Beras Putih dan
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ................................. 14
4.1.2 Perkembangan T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ............................................ 19
4.2 Pembahasan Umum ............................................................................ 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 24
5.2 Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................. 30
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Perlakuan Jenis Pakan pada Penelitian Pertumbuhan Populasi dan
Perkembangan T. castaneum .......................................................... 11
2. Rerata Mortalitas Imago T. castaneum yang Diinfestasikan pada
Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ............... 14
3. Rerata Jumlah Telur T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung .................................................... 14
4. Rerata Jumlah Larva T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung .................................................... 16
5. Rerata Jumlah Pupa T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung .................................................... 17
6. Rerata Jumlah Imago Baru T. castaneum pada Beras Putih Butiran
Patah dan Tepung, serta Beras Hitam Butiran Utuh, Patah, dan
Tepung ............................................................................................ 18
7. Rerata Lama Stadium Telur, Larva, dan Pupa T. castaneum pada
Beras Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras
Putih ................................................................................................ 19
8. Rerata Praoviposisi dan Siklus Hidup T. castaneum pada Beras
Hitam Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih ........... 20
Lampiran
1. Hasil Uji Proksimat Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah,
dan Tepung ..................................................................................... 34
2. Hasil Uji Fenol Total Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah,
dan Tepung ..................................................................................... 34
3. Analisis Ragam Mortalitas Imago T. castaneum yang
Diinfestasikan pada Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah,
dan Tepung ..................................................................................... 34
4. Analisis Ragam Jumlah Telur T.castaneum pada Beras Putih dan
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ........................................ 34
5. Analisis Ragam Jumlah Larva T. castaneum pada Beras Putih dan
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ........................................ 35
6. Analisis Ragam Jumlah Pupa T. castaneum pada Beras Putih dan
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung ........................................ 35
7. Analisis Ragam Jumlah Imago Baru T. castaneum pada Beras
Putih Butiran Patah dan Tepung, serta Beras Hitam Butiran Utuh,
Patah, dan Tepung .......................................................................... 35
vii
8. Analisis Ragam Lama Stadium Telur T. castaneum pada Beras
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras
Putih ............................................................................................... 35
9. Analisis Ragam Lama Stadium Larva T. castaneum pada Beras
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras
Putih ............................................................................................... 36
10. Analisis Ragam Lama Stadium Pupa T. castaneum pada Beras
Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras
Putih ............................................................................................... 36
11. Analisis Ragam Praoviposisi T. castaneum pada Beras Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih ........ 36
12. Analisis Ragam Siklus Hidup T. castaneum pada Beras Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih ........ 36
13. Rerata Suhu dan Kelembapan Harian Laboratorium Hama
Tumbuhan pada Tanggal 12 Februari – 25 Juni 2018 ................... 37
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Telur T. castaneum.......................................................................... 3
2. Larva T. castaneum .......................................................................... 4
3. Pupa T. castaneum ........................................................................... 4
4. Perbedaan Organ Genitalia pada Pupa T. castaneum, (a) Jantan;
(b) Betina .......................................................................................... 5
5. Imago T. castaneum ......................................................................... 5
6. Perbedaan Antena, (a) T. castaneum; (b) T. confusum .................... 6
Lampiran
1. Pakan yang Digunakan dalam Penelitian, (a) Beras Putih Butiran
Utuh; (b) Beras Hitam Butiran Utuh; (c) Beras Putih Butiran
Patah; (d) Beras Hitam Butiran Patah; (e) Tepung Beras Putih;
(f) Tepung Beras Hitam .................................................................. 31
2. Hama T. castaneum, (a) Sekumpulan Telur; (b) Sebutir Telur;
(c) Larva; (d) Pupa; (e) Pupa Betina; (f) Pupa Jantan;
(g) Imago ......................................................................................... 32
3. Perbedaan Beras Sebelum dan Setelah Terinfestasi
T. castaneum: (a) Beras Putih Masih Utuh (Tanpa Lembaga);
(b) Kerusakan Beras Putih pada Lembaga; (c) Beras Hitam Masih
Terdapat Lembaga; (d) Beras Hitam Tanpa Lembaga .................... 33
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan komoditas pertanian yang menjadi kebutuhan pokok
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan
yang sangat penting karena merupakan sumber utama karbohidrat yang
bermanfaat untuk menghasilkan energi bagi tubuh (Wiranata et al., 2013). Beras
dikenal sebagai makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh warga di dunia,
terutama di benua Asia (Mulyani dan Sukesi, 2010). Konsumsi beras di Indonesia
pada tahun 2014 mencapai 114kg/kapita/tahun dengan jumlah penduduk sekitar
250 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015). Beras yang dikonsumsi biasanya
disimpan terlebih dahulu di dalam tempat penyimpanan sebagai cadangan bahan
pangan. Akan tetapi beras yang berada di dalam tempat penyimpanan dapat
mengalami kerusakan baik penurunan kualitas maupun kuantitas. Penurunan
kualitas dan kuantitas bahan pangan di dalam tempat penyimpanan dapat
disebabkan oleh serangan hama (Hendrival dan Muetia, 2016).
Hama pascapanen merupakan hama yang menyerang komoditas yang telah
berada di tempat penyimpanan. Daerah Asia Tenggara yang beriklim tropis dan
lembab, menyebabkan kerusakan beras yang berada di dalam tempat
penyimpanan yang disebabkan oleh hama pascapanen diperkirakan 5-30% (Talpur
et al., 2018). Salah satu hama yang menyerang beras di dalam tempat
penyimpanan ialah Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae)
(Rees, 2004).
Hama T. castaneum merupakan salah satu hama pascapanen yang bersifat
kosmopolit, artinya hama ini memiliki persebaran yang luas dan dapat ditemukan
di seluruh belahan dunia (Padin et al., 2013; Devi dan Devi, 2015). Hama
T. castaneum dapat menyebabkan kerusakan secara fisik dan kimiawi. Kerusakan
secara fisik dapat terjadi karena serangga memakan dan merusak struktur fisik
bahan pakan, seperti berlubang dan hancur. Sedangkan kerusakan secara kimiawi
karena serangga menyebabkan penurunan kualitas bahan pakan. Bahan pakan
yang sering terinfestasi oleh hama T. castaneum ialah berupa biji-bijian dan
tepung dari produk serealia (Guritno, 2011). Bahan pakan yang berbeda diduga
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama pascapanen.
2
Pertumbuhan dan perkembangan hama pascapanen dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor, salah satunya ialah faktor pakan (Wilbur, 1971). Faktor
pakan yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari hama pascapanen ialah faktor
fisik dan kimia. Faktor fisik meliputi kondisi struktural dari bahan pakan dan
faktor kimia meliputi senyawa yang terkandung dalam bahan pakan tersebut
(Yasin, 2009). Berbagai jenis dan varietas biji-bijian diduga menunjukkan tingkat
kesesuaian yang berbeda bagi pertumbuhan dan perkembangan hama pascapanen.
Berbagai varietas beras Oryza sativa L. (Poaceae) secara periodik terus
dikembangkan dan diproduksi di Indonesia. Setiap jenis dan varietas beras
tersebut diduga mempunyai sifat genetik yang beragam dengan karakteristik fisik
dan kandungan nutrisi yang berbeda (Rondom et al., 2014). Pengaruh berbagai
jenis dan bentuk beras terhadap kesesuaian pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum belum banyak diketahui, sehingga penelitian
mengenai pertumbuhan dan perkembangan hama T. castaneum pada berbagai
jenis dan bentuk beras perlu dikaji. Penelitian ini dilakukan pada dua jenis beras
ialah beras putih dan beras hitam dalam bentuk butiran utuh, patah dan tepung.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan populasi dan
perkembangan hama T. castaneum pada dua jenis beras ialah beras putih dan
beras hitam dalam bentuk butiran utuh, patah, dan tepung.
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah bahwa pertumbuhan
populasi dan perkembangan hama T. castaneum pada tepung beras hitam lebih
baik daripada tepung beras putih, beras putih butiran utuh, beras hitam butiran
utuh, beras putih butiran patah, dan beras hitam butiran patah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pertumbuhan populasi dan perkembangan hama T. castaneum pada dua jenis beras
ialah beras putih dan beras hitam dalam bentuk butiran utuh, patah, dan tepung,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar rekomendasi pengelolaan yang tepat.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi T. castaneum
Hama T. castaneum termasuk dalam Kingdom: Animalia, Filum:
Arthropoda, Kelas: Insekta, Ordo: Coleoptera, Famili: Tenebrionidae, Genus:
Tribolium, dan Spesies: Tribolium castaneum (Pfadt, 1971). Hama T. castaneum
dikenal sebagai kumbang tepung merah (rust-red flour beetle atau red flour bettle)
(Rees, 2004).
2.2 Bioekologi T. castaneum
Hama T. castaneum merupakan salah satu hama pascapanen yang bersifat
kosmopolit, artinya hama ini memiliki persebaran yang luas dan dapat ditemukan
di seluruh belahan dunia (Padin et al., 2013; Devi dan Devi, 2015). Hama
T. castaneum bermetamorfosis sempurna (holometabola) yang berkembang
melalui fase telur, larva, pupa, dan imago (Rees, 2004). Siklus hidup hama
T. castaneum berlangsung selama 20 hari pada kondisi optimum, pada lingkungan
dengan suhu 35,0-37,5°C dan relative humidity (RH) lebih dari 70%. Hama
T. castaneum dapat hidup pada kisaran suhu 22-40°C dan RH lebih dari 1%
(Rees, 2004).
Telur. Telur berwarna putih dan berukuran kecil, diletakkan diantara
partikel makanan. Ukuran panjang telur rata-rata 0,42-0,65 mm dan lebar 0,13-
0,33 mm (Gambar 1) (Devi dan Devi, 2015). Ketika diletakkan, telur-telur
tersebut dilapisi oleh zat yang lengket yang dapat menyebabkan telur melekat
pada bahan simpanan, sehingga telur sulit dilihat (Pfadt, 1971). Periode telur
kurang lebih 4 hari (Sreeramoju et al., 2016).
Gambar 1. Telur T. castaneum (Prabowo, 2017)
4
Larva. Larva T. castaneum berukuran 6-7 mm, bertipe elateriform yaitu
berbentuk silinder panjang dengan kutikula kasar, bertangkai pendek, dan larva
bergerak aktif pada bahan simpan (Rees, 2004). Larva T. castaneum mempunyai
bentuk khas ialah adanya tonjolan runcing pada ruas terakhir dari abdomen yang
disebut Urogomphi. Larva mempunyai 6 tungkai berwarna abu-abu kekuningan
sampai kecoklatan (Gambar 2) (Sreeramoju et al., 2016). Larva mengalami 6-7
kali pertukaran kulit tergantung pakan, temperatur, dan RH (Devi dan Devi,
2015). Periode larva kurang lebih 12-14 hari (Sreeramoju et al., 2016).
Gambar 2. Larva T. castaneum (Wulansari, 2018)
Pupa. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir, pertama-tama
berwarna putih, lama-kelamaan berubah menjadi kuning kecoklatan kemudian
berubah menjadi merah kecoklatan dengan ukuran panjangnya 3,5-4,23 mm
(Gambar 3). Pupa T. castaneum bertipe exarate, bagian luar (appendages) tidak
terkapsulasi (Good, 1936). Periode pupa kurang lebih 4-5 hari (Good, 1936;
Sreeramoju et al., 2016).
Gambar 3. Pupa T. castaneum (Prabowo, 2017)
Perbedaan antara jantan dan betina dari hama T. castaneum salah satunya
dengan melihat organ genitalia pada saat fase pupa, mengingat kenampakan
imago jantan dan betina T. castaneum yang serupa. Serangga jantan memiliki
organ genitalia pupa (papillae) berbentuk menyerupai ujung jari dan berukuran
5
lebih kecil daripada papillae pada betina, sedangkan serangga betina memiliki
papillae dengan bentuk menyerupai dua jari (Gambar 4) (Good, 1936; Sreeramoju
et al., 2016).
a b
Gambar 4. Perbedaan Organ Genitalia pada Pupa T. castaneum: (a) Jantan;
(b) Betina (Brown et al., 2009: Sreeramoju et al., 2016)
Imago. Ukuran tubuh imago T. castaneum 2,3-4,4 mm (Hagstrum dan
Subramanyam, 2006). Bentuk tubuh membujur datar, berwarna coklat kemerahan,
antena dengan 3 ruas membentuk club (capitate) (Gambar 5) (Rees, 2004;
Baldwin dan Fasulo, 2003). Imago berada di dalam bahan pangan dapat bertelur
rata-rata 150-600 butir (Hill, 2003). Imago T. castaneum dapat hidup 2-3 tahun
dibawah temperatur yang sesuai (Rees, 2004).
Gambar 5. Imago T. castaneum (Prabowo, 2017)
Serangga T. castaneum memiliki kenampakan fisik yang hampir serupa
dengan Tribolium confusum Jacquelin duVal (Coleoptera: Tenebrionidae).
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat salah satunya dari antena. Serangga
T. castaneum memiliki antena dengan tiga ruas terakhirnya yang membesar,
sedangkan T. confusum memiliki antena dengan ruas yang membesar secara
berurutan dari pangkal hingga ke ujungnya (Gambar 6) (Rees, 2004).
6
a b
Gambar 6. Perbedaan Antena: (a) T. castaneum; (b) T. confusum (Baldwin dan
Fasulo, 2003)
Anggota-anggota genus Tribolium ialah kumbang-kumbang yang memiliki
warna coklat. Imago atau kumbang dewasa dan larva umumnya hidup pada
tepung, jagung, biji-bijian, buah yang kering, dan material-material yang serupa
(Triplehorn dan Johnson, 2005). Hama T. castaneum dalam meletakkan telur
pertama kali setelah dipasangkan atau praoviposisi paling cepat ialah sepuluh hari
dan dapat meletakkan telur 2-3 butir setiap hari (Howe, 1956). Selain aktivitas
dalam peletakan telur, hama T. castaneum dapat bergerak bebas pada kadar air
pakan 14% dan suhu 25°C (Surtees, 1963).
2.3 Arti Penting Hama T. castaneum
Hama T. castaneum merupakan hama penting yang sering ditemukan pada
penyimpanan berbagai komoditas pangan. Serangga ini merupakan serangga yang
aktif terbang dan sangat cepat mengkolonisasi lingkungan untuk berkembangbiak
dan mencari makan. Hama T. castaneum merupakan hama yang bersifat
kosmopolit dan termasuk external feeder pada tepung dan sereal lainnya
(Kucerova et al., 2013). Selain sereal, T. castaneum juga menyerang komoditas
lain seperti kacang tanah, rempah-rempah, kopi, buah coklat, dan buah yang
kering. Kondisi optimum untuk perkembangbiakan T. castaneum ialah suhu
35,0-37,5°C dan RH lebih dari 70% (Rees, 2004).
Serangga dewasa bersifat kanibalistik baik pada sesamanya maupun pada
serangga-serangga lain, telur, dan pupa (Wong dan Lee, 2011). Populasi imago
T. castaneum semakin meningkat dengan bertambahnya lama periode
penyimpanan beras (Dharmaputra et al., 2014).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama T. castaneum dapat
berupa kerusakan fisik dan kimiawi. Kerusakan secara fisik terjadi akibat
7
kontaminasi bahan pangan oleh kotoran, bagian tubuh serangga, dan bau kotoran.
Kerusakan secara kimiawi menyebabkan penurunan kualitas bahan pangan. Bahan
pangan yang disimpan dapat mengalami beberapa perubahan kimiawi yang dapat
merubah rasa dan nutrisi (Guritno, 2011). Kerusakan akibat serangan hama
T. castaneum pada beras dapat mencapai 96,36% dan menimbulkan aroma beras
menjadi apek (Wagiman, 1999) karena sekresi benzoquinones dari kelenjar perut
(Singh dan Prakash, 2015).
2.4 Peranan Bentuk Fisik dan Kimia Pakan dalam Kehidupan Serangga
Pakan merupakan faktor yang mempengaruhi hama dalam memilih sumber
makanan, tempat berlindung, dan bertelur. Pakan harus tersedia dalam jumlah
yang cukup dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan hama pascapanen.
Hama pascapanen tertarik pada sumber makanan karena aroma komoditas yang
disimpan. Imago betina akan bergerak untuk mencari sumber makanan yang
sesuai berdasarkan aroma komoditas yang dikeluarkan (Olsson, 2001), kemudian
meletakkan telur di sekitar sumber makanan (Sjam, 2014).
Hama T. castaneum yang merupakan hama sekunder lebih menyukai
bahan pakan dengan ukuran yang lebih kecil karena hama ini tidak memiliki
kemampuan untuk menyerang atau merusak bahan pakan berbentuk utuh (Li dan
Arbogast, 1991; Turaki et al., 2007).
Nutrisi yang dibutuhkan serangga meliputi protein, karbohidrat, lipid,
vitamin, dan mineral (Cohen, 2015). Hama T. castaneum menyukai pakan dengan
kandungan protein yang lebih tinggi karena protein merupakan unsur esensial
yang dibutuhkan oleh imago betina untuk memproduksi telur (Pimentel et al.,
1965; Hendrival et al., 2016). Selain itu hama T. castaneum memerlukan
kelompok vitamin B yang berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam proses
metabolisme (Chapman, 2013). Kebutuhan nutrisi bagi serangga dapat berubah
sesuai dengan masa pertumbuhan, reproduksi, diapause, dan migrasi (Chapman,
2013).
Senyawa kimia yang dibutuhkan serangga selain nutrisi ialah senyawa
volatil. Senyawa volatil merupakan zat atau campuran zat yang berasal dari bahan
pakan dan mudah menguap melalui udara. Senyawa ini terdiri dari 5-20 rantai
8
atom karbon dan berbagai kelompok fungsional, misalnya keton, aldehid, ester,
dan alkohol. Senyawa volatil dapat berfungsi sebagai atraktan dan repellen bagi
serangga (Dethier et al., 1960).
2.5 Deskripsi Beras Putih dan Hitam
Beras merupakan komoditas pertanian yang menjadi kebutuhan pokok
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan
yang sangat penting karena merupakan sumber utama karbohidrat yang
bermanfaat untuk menghasilkan energi bagi tubuh (Wiranata et al., 2013).
Beras merupakan bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari
sekam (Wiranata et al., 2013). Beras yang telah melalui proses penggilingan
pertama atau setelah dipisahkan dari sekamnya disebut beras pecah kulit atau
beras coklat, sedangkan beras yang telah melalui proses penyosohan atau
dihilangkan bagian lembaganya disebut beras giling (Wang dan Luh, 1991). Salah
satu bentuk olahan beras paling sederhana ialah pembuatan tepung beras. Tepung
merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan,
karena akan lebih tahan simpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya
zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan
kehidupan modern yang serba praktis (Indriyani et al., 2013).
Beras putih varietas IR 64 merupakan varietas introduksi dari IRRI yang
biasanya sering ditanam oleh petani di Indonesia dengan kadar amilosa 23,00%
(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010). Sedangkan kandungan karbohidrat
88,81%, protein 10,80%, dan lemak 0,58% (Alviana, 2015).
Beras hitam merupakan salah satu jenis beras yang berwarna ungu pekat
yang mendekati hitam. Perikap atau bagian terluar dari beras merupakan lapisan
yang berwarna hitam yang dikenal sebagai antosianin dan antioksidan (Kushwaha,
2016). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang bersifat larut dalam air
(Latifah et al., 2011). Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak pada beras
hitam masing-masing 71,25; 12,03; dan 2,36 % (Alviana, 2015).
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian (FP), Universitas
Brawijaya (UB) pada bulan Februari hingga Juni 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian ini ialah mikroskop, tabung kaca
untuk perlakuan (d=6,5 cm, t=9,5 cm), tabung kaca untuk sterilisasi pakan (d=15
cm, t=17 cm), kotak perbanyakan serangga (p=11,5 cm, l=11,5 cm, t=12,0 cm),
cawan Petri kaca (d=9,0 cm, t=1,5 cm), tabung kecil (d=3 cm, t=3 cm), nampan,
timbangan digital, kain kasa, karet gelang, freezer, oven, lemari pendingin,
hand counter, termohigrometer, kuas ukuran 00, saringan nylon ukuran 50 mesh
(0,297 mm), dan kamera digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah beras putih varietas
IR 64, beras hitam varietas Hare Kwa, tepung terigu, ragi (yeast), kertas label, dan
imago T. castaneum.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap ialah persiapan dan pelaksanaan
penelitian. Tahap pertama ialah persiapan penelitian yang meliputi penyediaan
pakan, sterilisasi pakan, analisis proksimat beras, analisis fenol beras, dan
perbanyakan serangga. Sedangkan untuk tahap kedua ialah pelaksanan penelitian
dengan melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum pada beras putih dan hitam butiran utuh, patah, dan
tepung.
1. Persiapan Penelitian
Penyediaan Pakan Serangga
Pakan yang digunakan untuk perbanyakan serangga T. castaneum ialah
tepung terigu dan ragi. Tepung terigu dan ragi diperoleh dari swalayan di daerah
Malang. Kemudian media pakan yang digunakan untuk penelitian ini ada dua
varietas beras ialah beras putih varietas IR 64 dan beras hitam varietas Hare Kwa
yang diperoleh dari kelompok tani di Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang,
10
Kabupaten Malang. Masing-masing varietas beras tersebut diteliti dalam bentuk
butiran utuh, patah, dan tepung. Bentuk utuh merupakan beras yang telah
dipisahkan dari sekam (beras hitam) dan yang tidak terdapat bagian lembaga
(beras putih atau beras giling). Bentuk patah merupakan beras yang berukuran
lebih besar dari 25% dan lebih kecil dari 75% bagian beras utuh. Sedangkan
bentuk tepung didapatkan dari hasil penggilingan beras menjadi tepung.
Sterilisasi Pakan Serangga
Sterilisasi pakan dilakukan berdasarkan metode Heinrichs et al. (1985)
yang bertujuan agar pakan yang digunakan dalam penelitian tidak terkontaminasi
oleh organisme lain. Sebelum disterilisasi pakan dimasukkan ke dalam tabung
kaca. Sterilisasi dilakukan menggunakan freezer dengan suhu -15°C selama tujuh
hari kemudian dipindahkan ke lemari pendingin dengan suhu 5°C selama tujuh
hari dan dipindahkan di ruangan dengan suhu 27°C ± 2°C selama dua minggu.
Analisis Proksimat Beras
Analisis proksimat bertujuan untuk mengetahui nilai kandungan
karbohidrat, protein, lemak, kadar air, dan abu pada beras. Analisis proksimat
dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian (FTP), UB.
Analisis Fenol Beras
Analisis fenol pada masing-masing perlakuan dalam penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Hasil Pertanian, FTP, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
fenol total yang yang dikeluarkan oleh setiap jenis pakan.
Perbanyakan Serangga Hama T. castaneum
Perbanyakan serangga hama T. castaneum dilakukan di Laboratorium
Hama Tumbuhan Jurusan HPT, FP, UB dimulai dengan pemeliharaan serangga
hama yang dilakukan di dalam tabung perbanyakan (p=11,5 cm, l=11,5 cm,
t=12,0 cm). Serangga untuk perbanyakan diperoleh dari koleksi Laboratorium
Hama Tumbuhan, Jurusan HPT, FP, UB. Identifikasi dilakukan untuk memastikan
bahwa spesies yang digunakan dalam perbanyakan ialah T. castaneum.
11
Pakan yang digunakan dalam perbanyakan T. castaneum ialah tepung
terigu dan ragi dengan perbandingan 95%:5% (Wong dan Lee, 2011; Mostakin
dan Khan, 2014). Penambahan ragi berfungsi untuk menambah nutrisi pakan
(Sacakli et al., 2013). Pakan yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam tabung
perbanyakan dan dicampur hingga rata, kemudian diinfestasikan 100 imago
T. castaneum tanpa membedakan imago betina dan jantan (Semeao et al., 2011).
Permukaan atas tabung perbanyakan ditutup dengan kain kasa untuk menghindari
imago T. castaneum keluar serta menghindari kontaminasi oleh serangga lain.
Imago dikeluarkan dari dalam tabung setelah tujuh hari infestasi. Telur yang
diletakkan oleh imago T. castaneum pada pakan ditunggu hingga menetas dan
berkembang menjadi pupa. Untuk membedakan antara jantan dan betina,
dilakukan pengamatan organ genitalia pada fase pupa. Pupa jantan dan betina
yang telah diidentifikasi dipindahkan ke tabung perbanyakan yang berbeda dan
ditunggu hingga menjadi imago baru. Imago baru yang digunakan dalam
penelitian ialah yang berumur 1-2 minggu.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian pertumbuhan populasi dan perkembangan hama T. castaneum
menggunakan metode no choice test yang bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan hama T. castaneum pada dua varietas beras
dengan tiga bentuk yang berbeda (Tabel 1). Penelitian ini diatur dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan empat kali ulangan.
Tabel 1. Perlakuan Jenis Pakan pada Penelitian Pertumbuhan Populasi dan
Perkembangan T. castaneum
Kode Perlakuan Perlakuan Pakan
P1 Beras Putih Butiran Utuh
P2 Beras Hitam Butiran Utuh
P3 Beras Putih Butiran Patah
P4 Beras Hitam Butiran Patah
P5 Tepung Beras Putih
P6 Tepung Beras Hitam
Penelitian ini diawali dengan menimbang masing-masing pakan yang telah
disterilisasi sebanyak 30 g. Pakan tersebut dimasukkan ke dalam tabung perlakuan
(d=6,5 cm, t=9,5 cm). Masing-masing perlakuan diinfestasikan 15 pasang imago
12
T. castaneum yang berumur 1-2 minggu dari hasil perbanyakan (Heinrichs et al.,
1985). Tabung perlakuan ditutup dengan kain kasa untuk menghindari imago
T. castaneum keluar tabung serta menghindari kontaminasi oleh tungau dan
serangga lain. Pakan tersebut diinfestasikan selama tujuh hari untuk memberi
kesempatan imago T. castaneum meletakkan telur. Tabung kaca tersebut
kemudian diletakkan di ruang laboratorium.
Penelitian T. castaneum pada beras putih dan hitam butiran utuh, patah,
dan tepung terdiri dari dua pengamatan ialah pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum. Variabel pengamatan untuk pertumbuhan populasi
meliputi mortalitas imago, jumlah telur, larva, pupa, dan imago baru. Sedangkan
variabel pengamatan untuk perkembangan meliputi praoviposisi, lama stadium
perkembangan dengan menghitung lama stadium telur, larva, dan pupa, serta
siklus hidup.
Pertumbuhan Populasi Hama T. castaneum
Mortalitas Imago. Mortalitas imago dihitung pada hari ke-7 setelah
infestasi. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan cawan Petri, kemudian
semua imago T. castaneum dipindahkan dari cawan Petri ke wadah yang telah
disediakan. Imago yang mati dipisahkan dari imago yang hidup, kemudian
dihitung jumlahnya. Setelah proses penghitungan selesai, pakan yang telah
terinfestasi telur dimasukkan kembali ke dalam tabung perlakuan.
Jumlah Telur, Larva, Pupa, dan Imago Baru. Jumlah telur dihitung
pada hari ke-7 setelah infestasi. Pengambilan telur pada tepung beras
menggunakan bantuan saringan nylon ukuran 50 mesh (0,297 mm). Jumlah telur
dihitung menggunakan bantuan hand counter dengan diamati dibawah mikroskop.
Setelah proses penghitungan selesai, pakan yang telah terinfestasi telur
dimasukkan kembali ke dalam tabung perlakuan. Jumlah larva, pupa, dan imago
baru dihitung dengan cara yang sama dengan penghitungan jumlah telur. Jumlah
larva dihitung pada hari ke-25 setelah infestasi dan jumlah pupa dihitung pada
hari ke-28 setelah infestasi. Jumlah imago baru dihitung setiap hari sejak
kemunculan imago pertama kali hingga tidak ada lagi imago baru yang muncul.
13
Perkembangan Hama T. castaneum
Praoviposisi. Pengamatan praoviposisi dilakukan dengan menempatkan
ke dalam tabung (d=3 cm, t=3 cm) sepasang imago baru (F1) dari hasil
pengamatan pertumbuhan populasi yang terbentuk pada hari yang sama ditunggu
hingga meletakkan telur pertama kali.
Lama Stadium Perkembangan. Pengamatan perkembangan
T. castaneum dilakukan dengan menggunakan imago dari hasil pengamatan
pertumbuhan populasi. Perkembangan hama T. castaneum pada penelitian ini
diamati dengan menghitung lama stadium telur, larva, dan pupa. Pengamatan
dilakukan dengan mengambil 10 butir telur dari setiap perlakuan, kemudian di
pindahkan ke dalam tabung (d=3 cm, t=3 cm) pada masing-masing perlakuan dan
diberi pakan sesuai perlakuan. Apabila telur sudah menetas menjadi larva,
dipindahkan ke dalam tabung baru dengan satu tabung untuk satu larva dan diberi
pakan sesuai perlakuan. Lama stadium telur diamati dengan melakukan
pencatatan waktu yang dibutuhkan hingga telur menetas menjadi larva. Stadium
larva diamati sejak larva pertama kali menetas dari telur hingga larva berubah
menjadi pupa. Stadium pupa diamati sejak pupa pertama kali terbentuk hingga
menjadi imago baru.
3.4 Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari pengamatan pertumbuhan dan
perkembangan T. castaneum dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA)
pada taraf kesalahan 5% menggunakan perangkat lunak Microsoft Office® Excel
2007 dengan program tambahan DSAASTAT® versi 1.101. Apabila hasil analisis
menunjukkan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf kesalahan 5%. Uji normalitas data menggunakan perangkat
lunak IBM SPSS Statistics 20.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan Populasi T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam
Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Hasil analisis ragam terhadap mortalitas imago T. castaneum yang
diinfestasikan pada beras putih dan hitam butiran utuh, patah, dan tepung tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Tabel Lampiran 3). Rerata mortalitas
imago T. castaneum berkisar antara 5,32% hingga 11,99% (Tabel 2).
Tabel 2. Rerata Mortalitas Imago T. castaneum yang Diinfestasikan pada Beras
Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Perlakuan Rerata Mortalitas Imago T. castaneum (%)
(�̅� ± SB)
Beras Putih Butiran Utuh 5,99 ± 3,65
Beras Hitam Butiran Utuh 6,66 ± 7,81
Beras Putih Butiran Patah 5,32 ± 1,82
Beras Hitam Butiran Patah 7,99 ± 5,05
Tepung Beras Putih 10,66 ± 8,62
Tepung Beras Hitam 11,99 ± 4,47
Keterangan: Data ditransformasi dalam bentuk √x+0,5 untuk kepentingan analisis,
𝑥 ̅ = rerata, dan SB = simpangan baku
Hasil analisis ragam terhadap jumlah telur T. castaneum menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran 4). Rerata jumlah telur
T. castaneum disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Jumlah Telur T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam Butiran
Utuh, Patah, dan Tepung
Perlakuan Rerata Jumlah Telur (Butir)
(�̅� ± SB)
Beras Putih Butiran Utuh 153,80 ± 45,96 ab
Beras Hitam Butiran Utuh 142,60 ± 20,32 ab
Beras Putih Butiran Patah 177,20 ± 24,34 b
Beras Hitam Butiran Patah 138,80 ± 34,59 a
Tepung Beras Putih 786,00 ± 61,85 b
Tepung Beras Hitam 814,40 ± 147,05 b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf
kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku
Data ditransformasi dalam bentuk Log (X) untuk kepentingan analisis
15
Pada Tabel 3 terlihat bahwa rerata jumlah telur lebih tinggi (814,40 butir)
pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata jumlah telur pada pakan
tepung beras putih, beras putih butiran patah, beras putih butiran utuh, beras hitam
butiran utuh, dan beras hitam butiran patah masing-masing sebesar 786,00;
177,20; 153,80; 142,60; dan 138,80 butir yang tidak berbeda nyata dengan pakan
tepung beras putih, beras putih butiran patah, beras putih butiran utuh, dan beras
hitam butiran utuh masing-masing sebesar 786,00; 177,20; 153,80; dan 142,60
butir. Rerata jumlah telur lebih rendah (138,80 butir) pada pakan beras hitam
butiran patah dibandingkan rerata jumlah telur pada pakan beras hitam butiran
utuh, beras putih butiran utuh, beras putih butiran patah, tepung beras putih, dan
tepung beras hitam masing-masing sebesar 142,60; 153,80; 177,20; dan 786,00
butir yang tidak berbeda nyata dengan pakan beras hitam butiran utuh dan beras
putih butiran utuh masing-masing sebesar 142,60 butir dan 153,80 butir.
Perbedaan jumlah telur pada setiap perlakuan pakan diduga disebabkan oleh
kandungan nutrisi pada pakan yang berbeda.
Berdasarkan hasil uji proksimat pakan, kandungan nutrisi berupa protein
pada pakan tepung beras hitam, tepung beras putih, dan beras putih butiran patah
dapat dikatakan tinggi masing-masing sebesar 6,94; 6,78; dan 6,68%. Hama
T. castaneum lebih menyukai pakan dengan kandungan protein tinggi, karena
protein merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh imago betina untuk
produksi telur (Pimentel et al., 1965; Hendrival et al., 2016). Semakin tinggi
jumlah protein pada pakan maka akan lebih disukai oleh T. castaneum untuk
merangsang dalam produksi telur. Selain protein, senyawa volatil salah satunya
fenol diduga mempengaruhi jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina.
Senyawa volatil dapat berfungsi sebagai atraktan atau penarik bagi serangga
(Dethier et al., 1960). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan positif
antara jumlah telur dengan kandungan fenol pada pakan (r=0,437; P=0,01), dan
dari hasil uji proksimat pakan, kandungan fenol total pada tepung beras hitam
lebih tinggi sebesar 0,67% dibandingkan dengan pakan yang lain.
Hasil analisis ragam terhadap jumlah larva T. castaneum menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran 5). Rerata jumlah larva
T. castaneum disajikan pada Tabel 4.
16
Tabel 4. Rerata Jumlah Larva T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam Butiran
Utuh, Patah, dan Tepung
Perlakuan Rerata Jumlah Larva (Ekor)
(𝑥 ̅ ± SB)
Beras Putih Butiran Utuh 92,60 ± 21,89 a
Beras Hitam Butiran Utuh 95,20 ± 21,45 a
Beras Putih Butiran Patah 105,80 ± 21,24 a
Beras Hitam Butiran Patah 104,00 ± 25,70 a
Tepung Beras Putih 593,20 ± 75,31 b
Tepung Beras Hitam 763,60 ± 183,37 b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada
taraf kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku
Data ditransformasi dalam bentuk Log (X) untuk kepentingan analisis
Pada Tabel 4 terlihat bahwa rerata jumlah larva lebih tinggi (763,60 ekor)
pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata jumlah telur pada pakan
tepung beras putih, beras putih butiran patah, beras hitam butiran patah, beras
hitam butiran utuh, dan beras putih butiran utuh masing-masing sebesar 593,20;
105,80; 104,00; 95,20; dan 92,60 ekor yang tidak berbeda nyata dengan pakan
tepung beras putih sebesar 593,20 ekor. Rerata jumlah larva lebih rendah (92,60
ekor) pada pakan beras putih butiran utuh dibandingkan rerata jumlah larva pada
beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran patah, beras putih butiran patah,
tepung beras putih, dan tepung beras hitam masing-masing sebesar 95,20; 104,00;
105,80; 593,20; 763,60 ekor yang tidak berbeda nyata dengan pakan beras hitam
butiran utuh, beras hitam butiran patah, dan beras putih butiran patah masing-
masing sebesar 95,20; 104,00; dan 105,80 ekor. Tingginya jumlah larva pada
pakan tepung beras hitam dan tepung beras putih diduga disebabkan oleh
keberhasilan telur menetas menjadi larva. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan telur menetas menjadi larva salah satunya ialah faktor fisik pakan.
Pakan berbentuk tepung mempengaruhi larva T. castaneum untuk bertahap hidup
karena mudahnya dalam melakukan aktivitas makan. Jenis dan bentuk pakan
secara signifikan mempengaruhi jumlah larva yang terbentuk dan mampu
bertahan hidup (Achmadun, 2007; Ahmad, 2012).
Hasil analisis ragam terhadap jumlah pupa T. castaneum menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran 6). Rerata jumlah pupa
T. castaneum disajikan pada Tabel 5.
17
Tabel 5. Rerata Jumlah Pupa T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam Butiran
Utuh, Patah, dan Tepung
Perlakuan Rerata Jumlah Pupa (Ekor)
(�̅� ± SB)
Beras Putih Butiran Utuh 0,00 ± 0,00 a
Beras Hitam Butiran Utuh 84,40 ± 30,73 c
Beras Putih Butiran Patah 6,20 ± 4,26 b
Beras Hitam Butiran Patah 69,40 ± 19,37 c
Tepung Beras Putih 55,20 ± 35,31 c
Tepung Beras Hitam 718,20 ±168,08 d
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada
taraf kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa rerata jumlah pupa lebih tinggi
(718,20 ekor) pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata jumlah pupa
pada pakan tepung beras putih, beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran
patah, beras putih butiran patah, dan beras putih butiran utuh masing-masing
sebesar 55,20; 84,40; 69,40; 6,20; dan 0,00 ekor. Rerata jumlah pupa lebih rendah
(0,00 ekor) pada pakan beras putih butiran utuh dibandingkan rerata jumlah pupa
pada pakan beras putih butiran patah, tepung beras putih, beras hitam butiran
patah, beras hitam butiran utuh, dan tepung beras hitam masing-masing sebesar
6,20; 55,20; 69,40; 84,40; dan 718,20 ekor. Rendahnya jumlah pupa pada pakan
beras putih butiran utuh dan beras putih butiran patah disebabkan karena tingginya
mortalitas larva. Mortalitas larva pada pakan beras putih butiran utuh dan butiran
patah disebabkan oleh kandungan nutrisi pada pakan, salah satunya abu yang
dapat dikatakan rendah. Berdasarkan hasil uji proksimat pakan, kandungan abu
pada beras putih butiran utuh dan butiran patah masing-masing sebesar 0,35% dan
0,32%.
Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan positif antara jumlah
pupa dengan kandungan abu pada pakan (r=0,779; P=0,01). Abu mengandung
berbagai jenis mineral, salah satu mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Tribolium ialah fosfor. Larva T. castaneum membutuhkan fosfor sebelum pupasi.
Apabila kandungan fosfor pada pakan rendah akan mengakibatkan perkembangan
T. castaneum menjadi lambat dan jumlah populasi menjadi rendah (Nelson dan
Palmer, 1935).
18
. Hasil analisis ragam terhadap jumlah imago baru T. castaneum
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran 7). Rerata
jumlah imago baru T. castaneum disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata Jumlah Imago Baru T. castaneum pada Beras Putih Butiran Patah
dan Tepung, serta Beras Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Perlakuan Rerata Jumlah Imago Baru (Ekor)
(�̅� ± SB)
Beras Hitam Butiran Utuh 64,60 ± 38,16 b
Beras Putih Butiran Patah 4,00 ± 21,57 a
Beras Hitam Butiran Patah 36,80 ± 15,17 b
Tepung Beras Putih 36,80 ± 27,08 b
Tepung Beras Hitam 544,20 ± 117,39 c
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada
taraf kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku
Data ditransformasi dalam bentuk Log (X) untuk kepentingan analisis
Pada pengamatan jumlah imago baru, perlakuan pakan beras putih butiran
utuh tidak didapatkan data hasil pengamatan karena siklus hidup T. castaneum
terputus pada fase larva, sehingga perlakuan pakan yang dapat dibandingkan ialah
beras hitam butiran utuh, beras putih butiran patah, beras hitam butiran patah,
tepung beras putih, dan tepung beras hitam.
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa rerata jumlah imago baru lebih tinggi
(544,20 ekor) pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata jumlah imago
baru pada pakan beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran patah, tepung beras
putih, dan beras putih butiran patah masing-masing sebesar 64,60; 36,80; 36,80;
dan 4,00 ekor. Rerata jumlah imago baru lebih rendah (4,00 ekor) pada pakan
beras putih butiran patah dibandingkan rerata jumlah imago baru pada pakan beras
hitam butiran patah, tepung beras putih, beras hitam butiran utuh, dan tepung
beras hitam masing-masing sebesar 36,80; 36,80; 64,60; dan 544,20 ekor.
Perbedaan jumlah imago baru yang terbentuk disebabkan oleh ketersediaan nutrisi
pada pakan yang berbeda. Menurut Achmadun (2007) jumlah imago yang
terbentuk dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam pakan dan mortalitas yang
terjadi pada fase larva dan pupa. Nutrisi yang berperan dalam pembentukan imago
baru salah satunya ialah lemak. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan
positif antara jumlah imago baru dengan kandungan lemak pada pakan (r=0,570;
19
P=0,01). Lemak berfungsi sebagai dasar pembentukan membran sel (Cohen,
2015). Hasil uji proksimat pakan, kandungan lemak pada pakan tepung beras
hitam sebesar 3,13% yang lebih tinggi dibandingkan pakan yang lain, sehingga
menyebabkan imago baru yang terbentuk lebih banyak.
4.1.2 Perkembangan T. castaneum pada Beras Putih dan Hitam Butiran
Utuh, Patah, dan Tepung
Pada pengamatan perkembangan T. castaneum, telur yang diamati ialah
telur yang berasal dari imago yang telah mendapat pengaruh pakan. Perlakuan
pakan pada pengamatan perkembangan T. castaneum yang dapat dibandingkan
hanyalah pakan beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran patah, tepung beras
putih, dan tepung beras hitam. Hal tersebut disebabkan karena siklus hidup
T. castaneum padapakan beras putih butiran utuh terputus pada fase larva, dan
pada beras putih butiran patah terputus pada fase imago, sehingga tidak
didapatkan imago untuk pengamatan perkembangan.
Hasil analisis ragam terhadap lama stadium telur dan pupa T. castaneum
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Tabel Lampiran 8 dan 10).
Sedangkan hasil analisis ragam terhadap lama stadium larva T. castaneum
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran 9). Rerata
lama stadium telur, larva, dan pupa T. castaneum disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata Lama Stadium Telur, Larva, dan Pupa T. castaneum pada Beras
Hitam Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih
Perlakuan
Rerata Lama
Stadium Telur1
(Hari)
(�̅� ± SB)
Rerata Lama
Stadium
Larva (Hari) (�̅� ± SB)
Rerata
Lama
Stadium
Pupa (Hari)
(�̅� ± SB)
Beras Hitam Butiran Utuh 3,82 ± 0,57 31,66 ± 0,86 b 6,99 ± 0,67
Beras Hitam Butiran Patah 3,41 ± 0,31 29,66 ± 1,56 b 6,74 ± 0,68
Tepung Beras Putih 3,66 ± 0,76 36,83 ± 1,64 c 7,08 ± 0,56
Tepung Beras Hitam 3,24 ± 0,28 21,27 ± 1,39 a 6,69 ± 0,21
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada
taraf kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku 1)Data ditransformasi dalam bentuk Log (X) untuk kepentingan analisis
Pada Tabel 7 diketahui bahwa rerata lama stadium larva T. castaneum
lebih cepat (21,27 hari) pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata lama
20
stadium larva pada pakan beras hitam butiran patah, beras hitam butiran utuh, dan
tepung beras putih masing-masing selama 29,66; 31,66; dan 36,83 hari dan rerata
stadium larva lebih lama (36,83 hari) pada pakan tepung beras putih dibandingkan
rerata lama stadium larva pada pakan beras hitam butiran utuh, beras hitam
butiran patah, dan tepung beras hitam masing-masing selama 31,66; 29,66; dan
21,27 hari. Menurut Khair (2002) lama stadium larva pada kondisi optimum ialah
23,2 hari. Stadium larva yang lebih lama pada pakan tepung beras putih diduga
disebabkan oleh kandungan nutrisi pada pakan berupa karbohidrat yang tinggi.
Karbohidrat diperlukan oleh serangga untuk berkembangbiak, namun apabila
jumlahnya berlebih akan menghambat perkembangan T. castaneum. Diketahui
dari hasil uji proksimat pakan pada tepung beras putih memiliki kandungan
karbohidrat sebesar 80,49%, sehingga menyebabkan perkembangan T. castaneum
pada pakan tersebut menjadi lama. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat
hubungan positif antara stadium larva dengan kandungan karbohidrat pada pakan
(r=0,770). Menurut Lazzari dan Lazzari (2012) perkembangan optimum
T. castaneum terjadi pada pakan dengan kandungan karbohidrat sebesar 70%.
Hasil analisis ragam terhadap praoviposisi dan siklus hidup T. castaneum
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (Tabel Lampiran11 dan 12).
Rerata praoviposisi dan siklus hidup T. castaneum disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rerata Praoviposisi dan Siklus Hidup T. castaneum pada Beras Hitam
Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih
Perlakuan
Rerata Praoviposisi1
(Hari)
(�̅� ± SB)
Rerata Siklus Hidup
(Hari)
(�̅� ± SB)
Beras Hitam Butiran Utuh 9,02 ± 0,96 a 50,08 ± 3,13 b
Beras Hitam Butiran Patah 8,24 ± 0,73 a 47,99 ± 1,86 b
Tepung Beras Putih 15,91 ± 5,01 b 63,66 ± 5,49 c
Tepung Beras Hitam 9,52 ± 2,65 a 40,74 ± 3,41 a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada
taraf kesalahan 5%, �̅� = rerata, dan SB = simpangan baku 1)Data ditransformasi dalam bentuk Log (X) untuk kepentingan analisis
Pada Tabel 8 terlihat bahwa rerata praoviposisi T. castaneum lebih cepat
(8,24 hari) pada pakan beras hitam butiran patah dibandingkan rerata praoviposisi
pada pakan beras hitam butiran utuh, tepung beras hitam, dan tepung beras putih
21
masing-masing selama 9,02; 9,52; dan 15,91 hari yang tidak berbeda nyata
dengan pakan beras hitam butiran utuh dan tepung beras hitam masing-masing
selama 9,02 hari dan 9,52 hari, serta rerata praoviposisi lebih lama pada pakan
tepung beras putih (15,91 hari) dibandingkan rerata praoviposisi pada pakan
tepung beras hitam, beras hitam butiran utuh, dan beras hitam butiran patah
masing-masing selama 9,52; 9,02; dan 8,24 hari. Cepatnya waktu peletakan telur
T. castaneum pada pakan beras hitam butiran patah, beras hitam butiran utuh, dan
tepung beras hitam diduga disebabkan oleh kandungan nutrisi pada pakan. Nutrisi
berupa protein yang terkandung di dalam pakan dapat mempengaruhi imago
T. castaneum untuk produksi telur. Hasil uji proksimat pakan (Tabel Lampiran 1)
kandungan nutrisi berupa protein pada ketiga beras tersebut dapat dikatakan
tinggi, sehingga akan mempengaruhi T. castaneum dalam peletakan telur. Nutrisi
berupa protein disukai oleh T. castaneum, karena protein merupakan unsur
esensial yang dibutuhkan oleh imago betina untuk produksi telur (Pimentel et al.,
1965; Hendrival et al., 2016).
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa rerata siklus hidup T. castaneum
lebih cepat (40,74 hari) pada pakan tepung beras hitam dibandingkan rerata siklus
hidup pada pakan beras hitam butiran patah, beras hitam butiran utuh, dan tepung
beras putih masing-masing selama 47,99; 50,08; dan 63,66 hari dan rerata siklus
hidup lebih lama (63,66 hari) pada perlakuan tepung beras putih dibandingkan
rerata siklus hidup pada beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran patah,
tepung beras hitam masing-masing selama 50,08; 47,99; dan 40,74 hari. Hasil uji
korelasi menunjukkan terdapat hubungan korelasi positif antara lama stadium
larva dengan siklus hidup T. castaneum (r=0,899; P= 0,01). Semakin lama
stadium larva, maka akan semakin lama siklus hidup dari T. castaneum. Kualitas
pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siklus hidup
T. castaneum. Pada kondisi optimum siklus hidup dari hama T. castaneum
mencapai 5 minggu pada suhu 30°C (Talpur, 2018). Akan tetapi, apabila kualitas
pakan rendah, siklus hidup T. castaneum dapat mencapai 45 hari (Wahedi et al.,
2015).
22
4.2 Pembahasan Umum
Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan populasi dan perkembangan
T.castaneum menunjukkan hasil yang hampir sama. Berdasarkan hasil penelitian
pertumbuhan populasi diketahui bahwa T. castaneum umumnya lebih banyak
meletakkan telur pada pakan berbentuk tepung khususnya tepung beras hitam.
Telur yang menetas hingga berubah menjadi imago baru lebih banyak pada tepung
beras hitam dibandingkan pakan yang lain. Pertumbuhan populasi yang lebih baik
pada tepung beras hitam disebabkan oleh kualitas pakan yang diduga
mempengaruhi imago T. castaneum dalam melakukan aktivitas merusak dan
makan.
Tinggi rendahnya kualitas pakan dapat dilihat pada nutrisi yang
terkandung dalam pakan itu sendiri. Imago T. castaneum khususnya imago betina
lebih menyukai pakan dengan kandungan protein yang tinggi karena dibutuhkan
untuk produksi telur (Pimentel et al., 1965; Hendrival et al., 2016). Pakan dengan
kandungan nutrisi yang seimbang, diantaranya karbohidrat yang sesuai
menyebabkan pertumbuhan T. castaneum lebih cepat, serta kandungan lemak
pada pakan dapat membantu dalam proses pergantian kulit (molting) dan berperan
sebagai dasar pembentukan membran sel (Cohen, 2015).
Pertumbuhan T. castaneum dapat pula dipengaruhi oleh bentuk pakan.
Bentuk pakan berupa tepung lebik cocok untuk pertumbuhan T. castaneum
dibandingkan pakan berbentuk butiran. Menurut Xue (2010) perkembangan
T. castaneum kurang efektif pada pakan butiran utuh, akan tetapi reproduksi
meningkat pada pakan butiran patah atau rusak, dan pertumbuhan populasi
maksimum terjadi pada pakan berbentuk tepung. Diketahui juga bahwa hama
T. castaneum merupakan hama sekunder sehingga ketika berada pada pakan
butiran utuh akan lebih sulit untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya. T. castaneum tidak memiliki kemampuan untuk menyerang dan
merusak biji-bijian atau produk yang sehat, tetapi dapat bereproduksi dengan
cepat pada bahan pakan yang telah digiling atau biji-bijian yang telah rusak
(Howe, 1962; Turaki et al., 2007).
Pada pengamatan pertumbuhan populasi, larva mengalami kematian atau
mortalitas pada pakan beras putih butiran utuh dan patah. Namun, pada pakan
23
beras putih berbentuk tepung, larva masih tetap tumbuh dan berkembang.
Kematian larva tersebut disebabkan oleh bentuk pakan dan kandungan nutrisi
pada pakan yang rendah. Menurut Ahmad (2012) jenis dan bentuk pakan secara
signifikan mempengaruhi jumlah larva yang terbentuk dan mampu bertahan
hidup, jumlah pupa yang dapat berkembang, serta imago yang muncul. LeCato
dan McCray (1973) mengemukakan bahwa larva tidak akan berkembang menjadi
imago karena kurangnya nutrisi dalam pakan, sehingga menyebabkan larva
hampir mati.
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan, siklus hidup T. castaneum
lebih cepat pada perlakuan pakan tepung beras hitam selama 40,47 hari.
Sedangkan pada kondisi optimum siklus hidup T. castaneum mencapai 5 minggu
pada suhu 30°C (Talpur, 2018). Lamanya siklus hidup T. castaneum diduga
disebabkan oleh suhu ruangan saat penelitian yang tidak stabil. Pada kondisi
aktual suhu di dalam ruang penelitian berkisar 26,20°C hingga 29,50°C. Selain
suhu lingkungan, lamanya perkembangan T. castaneum diduga disebabkan oleh
stadium larva yang lebih lama. Semakin lama stadium larva maka siklus hidup
akan semakin lama pula. Menurut Scharf et al. (2015) stadium larva akan sedikit
lebih lama ketika berada pada pakan yang tidak sesuai. Pakan dengan kandungan
nutrisi berupa lemak yang tinggi mempengaruhi perkembangan T. castaneum
terutama stadium larva untuk mampu bertahan hidup hingga menjadi imago
karena lemak berperan dalam proses pergantian kulit dan dasar pembentukan
membran sel (Cohen, 2015). T. castaneum mampu bertahan hidup dan
bereproduksi pada kondisi yang kurang sesuai, tetapi waktu perkembangannya
menjadi lebih lama dan mortalitas menjadi tinggi (50-70%). Sedangkan pada
kondisi optimum, mortalitas imago rendah (1-2%) (Lazzari dan Lazzari, 2012).
Secara umum pertumbuhan populasi dan perkembangan T. castaneum
dipengaruhi oleh bentuk pakan dan kandungan nutrisi pada pakan. Menurut
Shafique et al. (2006) perkembangan, kelangsungan hidup, dan peningkatan
populasi T. castaneum tergantung pada nutrisi pakan, suhu lingkungan, dan
kelembapan. Selain itu, senyawa volatil juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan T. castaneum, karena senyawa volatil dapat berfungsi sebagai
atraktan dan repellenbagi serangga (Dethier et al., 1960).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pertumbuhan populasi dan
perkembangan T. castaneum pada beras putih dan hitam butiran utuh, patah, dan
tepung dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan populasi T. castaneum lebih baik pada pakan tepung beras
hitam dibandingkan tepung beras putih, beras putih butiran utuh, beras putih
butiran patah, beras hitam butiran utuh, dan beras hitam butiran patah.
2. Perkembangan T. castaneum lebih cepat pada tepung beras hitam
dibandingkan beras hitam butiran utuh, beras hitam butiran patah, dan tepung
beras putih.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hama T. castaneum pada
butiran beras putih mengalami mortalitas pada fase larva, sehingga beras dalam
bentuk butiran kurang mendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan
T. castaneum. Oleh sebab itu disarankan untuk menyimpan beras dalam kondisi
butiran utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadun. 2007. Performa Tribolium castaneum sebagai Hewan Model Genetika
pada Media Tumbuh Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ahmad, F., G. H. Walter, dan S. Raghu. 2012. Comparative Performence of
Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae) Across
Populations, Resource Types, and Structural Forms of These Resources.
J. Stored Prod. Res. 48: 73-80.
Alviana, F. W. 2015. Kepekaan Beras Hitam dan Beras Putih terhadap Hama
Sitophilus oryzae. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang.
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Nasional.
Diunduh dari www.bps.go.id pada tanggal 18 Desember 2017.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Baldwin, R. dan T. R. Fasulo. 2003. Confused Flour Beetle, Tribolium confusum
Jacquelin du Val (Insecta: Coleoptera: Tenebrionidae) and Red Flour Beetle,
Tribolium castaneum (Herbst.) (Insecta: Coleoptera: Tenebrionidae).
Entomology and Nematology Department, UF/IFAS Extension. Gainesville.
Brown, S. J., T. D. Shippy, S. Miller, R. Bolognesi, R. W. Beemam, M. D.
Lorenzen, G. Bucher, E. A. Wimmer, dan M. Klingler. 2009. The Red
Flour, Tribolium castaneum (Coleoptera): A Model for Studies of
Development and Pest Biology. Max Planck Inst Biophys Chem. Cold
Spring harbor Protocols.
Chapman, R. F. 2013. The Insects Structure and Function 5th Edition. Direvisi
dan Diperbaharui oleh Douglas, A. E. dan S. J. Simpson. Cambridge
University Press. Cambridge. 770 pp.
Cohen, A. C. 2015. Insect Diets Science and Technology 2nd Edition. CRC Press.
Boca Raton. 444 pp.
Dethier, V. G., L. B. Browne, dan C. N. Smith. 1960. The Designation of
Chemicals in Terms of The Responses They Elicit From Insects. J. Econ.
Entomol. 53(1): 134-136.
Dharmaputra, O. S., H. Halid, dan Sunjaya. 2014. Serangan Tribolium castaneum
pada Beras di Penyimpanan dan Pengaruhnya terhadap Serangan Cendawan
dan Susut Bobot. J. Fitopatologi. 10(4): 126-132.
Devi, B. M. dan N. V. Devi. 2015. Biology of Rust-Red Flour Beetle, Tribolium
castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae). J. Biol. 7(1): 12-15.
Good, N. E. 1936. The Flour Beetles of the Genus Tribolium. U. S. Dept. Agric.
Tech. Bull. 498. Washington D. C.
26
Guritno, B. 2011. Hubungan Konsentrasi dan Waktu Pemaparan Fumigan Fosfin
terhadap Mortalitas Larva dan Imago Tribolium castaneum (Herbst.)
(Coleoptera: Tenebrionidae). Thesis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Hagstrum, D. W. dan B. Subramanyam. 2006. Fundamental of Stored-Product
Entomology. AACC International. Kansas. 323 pp.
Heinrichs, E. A., E. G. Medrano, dan H. R. Rapusas. 1985. Genetic Evaluation for
Insect Resistance in Rice. International Rice Research Institute. 354 pp.
Hendrival dan R. Muetia.2016. Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap
Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras.
J. Biologi. 4(2): 95-101.
Hendrival, Latifah, D. Saputra, dan Orina. 2016. Kerentanan Jenis Tepung
Terhadap Infestasi Kumbang Tepung Merah (Tribolium castaneum Herbst.)
(Coleoptera: Tenebrionidae). J. Agricult. 27(3): 148-153.
Hill. D. S. 2003. Pests of Stored Foodstuff and Their Control. Kluwer Academic
Publishers. Dordrecht. 476 pp.
Howe, R. W. 1956. The Effect of Temperature and Humidity on The Rate of
Development and Mortality of Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera:
Tenebrionidae). Ann. Appl. Biol. 44(2): 356-368.
Howe, R. W. 1962. The Effect of Temperature and Humidity on The Oviposition
Rate of Tribolium castaneum (Herbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae).
Bulletin of Entomological Research. 53(2): 301-310.
Indriyani, F., Nurhidajah, dan A. Suyanto. 2013. Karakteristik Fisik, Kimia, dan
Sifat Organoleptik Tepung Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama
Pengeringan. J. Pangan dan Gizi. 4(8): 27-34.
Khair, A. S. M. 2002. Studies of Biology of The Red Flour Beetle Tribolium
castaneum Herbst., (Coleoptera: Tenebrionidae) in Different Cereal Flour.
Dissertation. University of Khartoum.
Kucerova, Z., K. Kyhos, R. Aulicky, dan V. Stejskal. 2013. Low-pressire
Treatment to Control Food-infesting Pests (Tribolium castaneum, Sitophilus
granarius) using a Vacuum Packing Machine. Czech J. Food Sci. 31(1):
94-98.
Kushwaha, U. K. S. 2016. Black Rice Research, History, and Development.
Springer International Publishing. Basel. 192 pp.
Latifah, R. Nurismanto, dan F. A. Putri. 2011. Penggunaan Tepung Beras Hitam
dan Gliserol Monostearat pada Pembuatan Roti Tawar. Fakultas Teknologi
Industri. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.
Lazzari, S. M. N dan F. A. Lazzari. 2012. Insects Pests in Stored Grain. Dalam
Panizzi, A. R dan J. R. P. Parra (Eds.). p 425. Insect Bioecology and
Nutrition for Integrated Pest Management. CRC Press. New York.
27
LeCato, G. L. dan T. L. McCray. 1973. Multiplication of Oryzaephilus spp. and
Tribolium spp. On 20 Natural Product Diets. J. Environ. Entomol. 2(2):
176-179.
Li, L. dan R. T. Arbogast. 1991. The Effect of Grain Breakage on Fecundity,
Development, Survival, and Population Increase in Maize of Tribolium
castaneum (Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae). J. Stored Prod. Res. 27(2):
87-94.
Mostakin, M. D. dan A. R. Khan. 2014. Effect of Coffee on The Growth and
Development of The Red Flor Beetle, Tribolium castaneum (Herbst.)
(Coleoptera: Tenebrionidae). Bangladesh J. Zool. 42(2): 211-216.
Mulyani, M. dan Sukesi. 2010. Analisis Proksimat Beras Merah (Oryza sativa)
Varietas Slegreng dan Aek Sibundong. Prosiding Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Nelson, J. W. dan L. S. Palmer. 1935. The Phosphorus Content and Requirements
of The Flour Beetle Tribolium confusum DuVal and a Study of Its Need for
Vitamin D. J. Agric Res. 50(10): 849-852.
Olsson, C. 2001. The Function of Food Volatiles: Insect Behaviour and Pest
Control. Lunda Universitet. 32 pp.
Padin, S. B., C. Fuse, M. I. Urrutia, dan G. M. D. Bello. 2013. Toxicity and
Repellency of Nine Medicinal Plants Againts Tribolium castaneum in
Stored Wheat. Bulletin of Insectology. 66(1): 45-49.
Pfadt, R. E. 1971. Fundamentals of Applied Entomology. Macmillan Publishing
Co. Inc. New York. 693 pp.
Pimentel, D., E. H. Feinderg, P. W. Wood, dan J. T. Hayes. 1965. Selection,
Spatial Distribution, and The Coexistence of Competing Fly Species. The
American Naturalist. 99(905): 97-109.
Prabowo, R. P. 2017. Preferensi Hama Pascapanen Terhadap Berbagai Warna
Cahaya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Rees, D. 2004. Insect of Stored Products. CSIRO Publishing. Collingwood.
181 pp.
Rondom, A. S., E. Kurniyati, S. Bahri, dan J. Pramono. 2014. Kumpulan
Deskripsi Varietas Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah.
Sacakli, P., B. H. Koksal, A. Ergun, dan B. Ozsoy. 2013. Usage of Brewer’s
Yeast (Saccharomyces cerevisiae) as a Replacement of Vitamin and Trace
Mineral Premix in Broiler Diets. Revue Med vet. 164(1): 39-44.
Scharf, I., H. Braf, N. Ifrach, S. Rosenstein, dan A. Subach. 2015. The Effect
Temperature and Diet during Development, Adulthood, and Mating on
Reproduction in The Red Flour Beetle. PLoS ONE 10(9).
28
Semeao, A. A., J. F. Campbell, R. J. Whitworth, dan P. E. Sloderbeck. 2011.
Response of Tribolium castaneum and Tribolium confusum Adults to
Vertical Black Shapes and Its Potential to Improve Trap Capture.
J. Stored Prod. Res. 47: 88-94.
Shafique, M., M. Ahmad, dan M. A. Chaundry. 2006. Feeding Preference and
Development of Tribolium castaneum in Wheat Products. Pakistan J. Zool.
38(1): 27-31.
Singh, S. dan S. Prakash. 2015. Effect of Temperature and Humidity on The
Culture of Tribolium castaneum, Herbst (Coleoptera: Tenebrionidae) in The
Laboratory. Int. J. Sci. Res. Public. 7(5): 1-6.
Sjam, S. 2014. Hama Pascapanen dan Strategi Pengendaliannya. Institut Pertanian
Bogor Press. Bogor.
Sreeramoju, P., M. S. K. Prasad, dan V. Lakshmipathi. 2016. Complete Study of
Life Cycle of Tribolium castaneum and Its Weight Variations in The
Developing Stages. Int. J. Plant, Animal Environt. Sci. 6(2): 95-100.
Surtees, G. 1963. Laboratory Studies on Dispersion Behaviour of Adult Beetles in
Grain. III.─ Tribolium castaneum (Hbst.) (Coleoptera: Tenebrionidae) and
Cryptolestes ferrugineus (Steph.) (Coleoptera: Cucujidae). Agricultural
Research Council, Pest Infestation Laboratory. 54(2): 297-306.
Talpur, M. N. R., S. A. H. Shah, A. A. Siddiqui, K. K. Khanzada, A. Jamali, F. H.
Jalbani, M. I. Jat, dan S. M. Mastoi. 2018. Population Dynamics of Red
Flour Beetle on Different Wheat Varieties at Room Temperature.
J. Entomol. Zool. Stud. 6(1): 307-310.
Triplehorn, C. A. dan N. F. Johnson. 2005. Borror and Delong’s Introduction to
The Study of Insect 7th Edition. Thomson Brooks/Cole.Belmont. 864 pp.
Turaki, J. M., B. M. Sastawa, B. G. J. Kabir, dan N. E. S. Lale. 2007.
Susceptibility of Flours Derived From Various Cereal Grains to Infestation
by The Rush-Red Flour Beetle Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera:
Tenebrionidae) in Different Seasons. J. Plant Protec. Res. 7(3): 279-288.
Wagiman. F. X. 1999. Asosiasi Sitophilus oryzae (Col: Curculionidae) dan
Tribolium castaneum (Col: Tenebrionidae) dalam Beras: Pertumbuhan
Populasi dan Kerusakan Beras. J. Perlindungan Tanaman Indonesia. 5(1):
30-34.
Wahedi, J. A., D. L. David, R. Zakariya, B. P. Mshelmbula, E. P. Danba, U. Buba,
B. W. Barau, D. D. Usman, dan F. Tarfa. 2015. Effect of Sex Differentiation
on Tribolium castnaneum Development Reared on Flour Selected Grain
Flours. Ann. Biol. Res. 6(7): 7-10.
Wang, C. Y. Dan B. S. Luh. 1991. Harvest, Drying, and Storage of Rough Rice.
p 311. Dalam Luh, B. S. (Eds.). Rice Production 2nd Edition. Springer
Science+Business Media. New York.
Wilbur, D. A. 1971. Stored Grain Insects. p 495-522. Dalam Pfadt, R. E. (Eds.).
Fundamentals of Applied Entomology 2nd Edition. Macmilan Publishing
Co. Inc. New York. 693 pp.
29
Wiranata, R. A., T. Himawan, dan L. P. Astuti.2013. Identifikasi Arthropoda
Hama dan Musuh Alami pada Gudang Beras Perum Bulog dan Gudang
Gabah Mitra Kerja di Kabupaten Jember. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan.
1(2): 52-57.
Wong, N. dan C. Y. Lee.2011. Relationship Between Growth of The Red Flour
Beetle Tribolium castaneum and Protein and Carbohydrate Content in Flour
and Starch. J. Econ. Entomol. 104(6): 2087-2094.
Wulansari, T. 2018. Preferensi, Pertumbuhan, dan Perkembangan Tribolium
castaneum Herbst. (Coleoptera: Tenebrionidae) pada Berbagai Jenis Tepung
Gandum. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Xue, M. 2010. Development, Relative Retention, and Oviposition of The Red
Flour Beetle, Tribolium castaneum (Herbst), on Different Starches. Thesis.
Departement of Grain Science and Industry. Kansas State University.
Yasin, M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan
Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional
Serealia.
LAMPIRAN
31
a b
c d
e f
Gambar Lampiran 1. Pakan yang Digunakan dalam Penelitian: (a) Beras Putih
Butiran Utuh; (b) Beras Hitam Butiran Utuh; (c) Beras
Putih Butiran Patah; (d) Beras Hitam Butiran Patah;
(e) Tepung Beras Putih; (f) Tepung Beras Hitam
32
a b
c d
e f g
Gambar Lampiran 2. Hama T. castaneum: (a) Sekumpulan Telur; (b) Sebutir
Telur; (c) Larva; (d) Pupa; (e) Pupa Betina; (f) Pupa
Jantan; (g) Imago
(1) 0,6 mm
(2) 0,3 mm
33
a b
c d
Gambar Lampiran 3. Perbedaan Beras Sebelum dan Setelah Terinfestasi
T. castaneum: (a) Beras Putih Masih Utuh (Tanpa
Lembaga); (b) Kerusakan Beras Putih pada Lembaga;
(c) Beras Hitam Masih Terdapat Lembaga; (d) Beras
Hitam Tanpa Lembaga
34
Tabel Lampiran 1. Hasil Uji Proksimat Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh,
Patah, dan Tepung (Laboratorium Pengujian Mutu dan
Keamanan Pangan FTP UB, 2018)
Perlakuan Protein
(%)
Karbohidrat
(%)
Air
(%)
Lemak
(%)
Abu
(%)
Beras Putih Butiran Utuh 7,21 79,93 12,10 0,41 0,35
Beras Hitam Butiran Utuh 7,16 76,10 12,80 2,50 1,44
Beras Putih Butiran Patah 6,68 78,37 12,26 2,37 0,32
Beras Hitam Butiran Patah 6,86 76,48 13,21 2,03 1,42
Tepung Beras Putih 6,78 80,49 11,88 0,43 0,42
Tepung Beras Hitam 6,94 75,70 12,03 3,13 2,20
Tabel Lampiran 2. Hasil Uji Fenol Total Beras Putih dan Hitam Butiran Utuh,
Patah, dan Tepung (Laboratorium TPHP FTP UGM, 2018)
Perlakuan Fenol Total (%)
U1 U2 Rerata
Beras Putih Butiran Utuh 0,02 0,02 0,02
Beras Hitam Butiran Utuh 0,23 0,23 0,23
Beras Putih Butiran Patah 0,02 0,02 0,02
Beras Hitam Butiran Patah 0,22 0,22 0,22
Tepung Beras Putih 0,03 0,03 0,03
Tepung Beras Hitam 0,67 0,67 0,67
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Mortalitas Imago T. castaneum pada Beras
Putih dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Perlakuan 5 4,87 0,97 0,82 2,62
Galat 24 28,22 1,17
Total 29 33,10 1,14
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Jumlah Telur T. castaneum pada Beras Putih
dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 5 3,54 0,70 99,33 ** 2,62 3,89
Galat 24 0,17 0,00
Total 29 3,71 0,12
35
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Jumlah Larva T. castaneum pada Beras Putih
dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 5 4,69 0,93 90,54 ** 2,62 3,89
Galat 24 0,24 0,01
Total 29 4,93 0,17
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Jumlah Pupa T. castaneum pada Beras Putih
dan Hitam Butiran Utuh, Patah, dan Tepung
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 5 24,76 4,93 87,50 ** 2,62 3,89
Galat 24 1,35 0,05
Total 29 26,12 0,90
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Jumlah Imago Baru T. castaneum pada Beras
Putih Butiran Patah dan Tepung, serta Beras Hitam Butiran
Utuh, Patah, dan Tepung
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 5 10,10 2,51 37,56 ** 2,89 4,50
Galat 19 1,27 0,06
Total 23 11,38 0,49
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Lama Stadium Telur T. castaneum pada Beras
Hitam Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Perlakuan 3 0,01 0,00 0,93 3,49
Galat 12 0,04 0,00
Total 15 0,05 0,00
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Lama Stadium Larva T. castaneum pada Beras
Hitam Utuh, Patah, Tepung, dan Tepung Beras Putih
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 3 502,45 167,48 85,55 ** 3,49 6,95
Galat 12 23,49 1,95
Total 15 525,94 35,06
36
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Lama Stadium Pupa T. castaneum pada
Beras Hitam Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras
Putih
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Perlakuan 3 0,43 0,14 0,44 3,490
Galat 12 3,85 0,32
Total 15 4,25 0,28
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Praoviposisi T. castaneum pada Beras Hitam
Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 3 0,17 0,06 7,22 ** 3,49 6,95
Galat 12 0,09 0,00
Total 15 0,27 0,01
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Siklus Hidup T. castaneum pada Beras Hitam
Utuh, Patah, dan Tepung, serta Tepung Beras Putih
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
F Tabel
1%
Perlakuan 3 1099,27 366,42 26,54 ** 3,49 6,95
Galat 12 165,64 13,80
Total 15 1264,91 84,32
37
Tabel Lampiran 13. Rerata Suhu dan Kelembapan Harian Laboratorium Hama
Tumbuhan pada Tanggal 12 Februari ─ 25 Juni 2018
Tanggal Suhu (°C)/RH (%) Rerata Harian
(°C)/(%) 06.00 12.00 18.00
12 Februari 2018 26,50/71 27,40/67 27,10/68 27,00/69,00
13 Februari 2018 26,80/70 27,10/70 27,10/69 27,00/70,00
14 Februari 2018 26,80/71 27,40/72 28,00/67 27,30/70,00
15 Februari 2018 26,80/70 27,40/70 26,80/75 26,90/71,00
16 Februari 2018 26,50/70 27,10/66 26,80/75 26,70/70,00
17 Februari 2018 26,20/70 27,40/65 26,60/70 26,70/69,00
18 Februari 2018 26,50/71 27,10/66 27,10/69 26,90/69,00
19 Februari 2018 26,80/70 27,70/66 26,80/71 27,00/69,00
20 Februari 2018 26,80/70 27,40/66 26,80/70 27,00/69,00
21 Februari 2018 26,80/71 27,10/65 27,20/69 27,00/69,00
22 Februari 2018 26,80/71 27,10/65 27,40/70 27,10/69,00
23 Februari 2018 27,10/70 28,00/64 27,10/67 27,30/68,00
24 Februari 2018 26,80/70 26,80/74 25,90/75 26,40/74,00
25 Februari 2018 25,90/78 26,80/70 25,40/75 26,10/73,00
26 Februari 2018 26,20/70 26,80/62 27,10/63 26,70/64,00
27 Februari 2018 26,50/61 27,10/58 27,60/63 26,90/61,00
28 Februari 2018 26,50/63 27,40/60 27,70/63 27,10/63,00
01 Maret 2018 26,80/67 28,00/66 27,10/74 27,18/69,25
02 Maret 2018 26,80/70 27,40/71 27,10/71 27,03/71,25
03 Maret 2018 26,80/73 27,10/75 27,10/71 27,03/72,50
04 Maret 2018 27,10/71 27,40/75 26,80/77 26,95/74,00
05 Maret 2018 26,50/73 28,00/70 26,80/75 26,88/72,00
06 Maret 2018 26,20/70 28,00/66 27,40/72 27,18/69,75
07 Maret 2018 27,10/71 28,00/70 27,10/75 27,33/71,50
08 Maret 2018 27,10/70 27,40/75 27,40/74 27,15/72,25
09 Maret 2018 26,70/70 27,40/67 27,00/72 26,90/69,75
10 Maret 2018 26,50/70 27,10/65 26,50/75 26,60/70,00
11 Maret 2018 26,20/70 27,10/70 26,80/76 26,70/72,80
12 Maret 2018 26,80/75 26,80/69 27,10/70 26,90/72,00
13 Maret 2018 26,80/74 27,10/63 27,10/70 26,80/70,00
14 Maret 2018 26,20/73 26,80/61 27,00/70 26,70/69,00
15 Maret 2018 26,80/72 27,40/64 28,00/64 27,30/66,75
16 Maret 2018 27,10/67 28,00/59 27,00/70 27,30/66,50
17 Maret 2018 27,00/70 25,90/75 26,50/75 26,60/72,50
18 Maret 2018 27,00/70 27,10/65 27,40/70 26,90/68,50
19 Maret 2018 26,20/69 27,40/67 27,70/71 27,00/67,00
20 Maret 2018 26,80/61 27,70/60 28,00/59 27,40/62,00
21 Maret 2018 27,10/68 28,30/64 28,90/61 27,90/63,25
22 Maret 2018 27,40/60 27,40/66 26,50/72 27,00/66,50
(Berlanjut)
38
Tabel Lampiran 13. Lanjutan
Tanggal Suhu (°C)/RH (%) Rerata Harian
(°C)/(%) 06.00 12.00 18.00
23 Maret 2018 26,80/68 27,60/67 26,80/73 26,85/69,50
24 Maret 2018 26,20/70 27,10/66 27,40/69 26,95/68,75
25 Maret 2018 27,10/70 26,80/70 26,80/65 26,88/68,75
26 Maret 2018 26,80/70 27,40/63 26,80/70 26,95/68,25
27 Maret 2018 26,80/70 27,10/65 26,80/69 26,80/67,00
28 Maret 2018 26,50/64 27,70/64 27,70/65 27,25/63,25
29 Maret 2018 27,10/60 28,00/58 28,30/64 27,70/62,00
30 Maret 2018 27,40/66 27,70/62 27,40/70 27,40/67,00
31 Maret 2018 27,10/70 27,70/68 26,80/70 27,20/68,25
01 April 2018 27,10/65 27,70/65 27,70/72 27,32/66,75
02 April 2018 26,8/065 28,00/64 27,10/73 27,18/68,00
03 April 2018 26,80/70 27,40/70 28,00/67 27,33/68,25
04 April 2018 27,10/66 28,00/62 28,30/69 27,63/66,25
05 April 2018 27,10/68 28,30/64 28,00/71 27,63/67,25
06 April 2018 27,10/66 28,00/62 28,30/69 27,63/65,50
07 April 2018 27,10/65 28,30/60 29,00/70 27,95/65,00
08 April 2018 27,40/65 28,30/59 30,00/69 28,20/65,00
09 April 2018 27,10/67 28,60/54 28,50/54 27,98/59,00
10 April 2018 27,70/61 28,90/59 29,20/52 28,45/59,00
11 April 2018 28,00/64 28,90/62 29,20/54 28,53/59,75
12 April 2018 28,00/59 29,50/57 29,50/56 28,90/59,25
13 April 2018 28,60/65 28,90/62 28,90/66 28,68/64,25
14 April 2018 28,30/64 28,90/56 29,20/63 28,68/61,75
15 April 2018 28,30/64 28,90/58 29,00/63 28,78/62,25
16 April 2018 28,90/64 29,20/60 28,90/67 28,98/63,25
17 April 2018 28,90/62 28,00/73 28,70/66 28,63/66,25
18 April 2018 28,90/64 28,90/62 28,90/61 28,68/62,00
19 April 2018 28,00/61 28,90/60 28,90/63 28,45/61,75
20 April 2018 28,00/63 29,20/63 28,90/66 28,60/64,00
21 April 2018 28,30/64 28,90/64 27,40/71 28,15/65,75
22 April 2018 28,00/64 28,00/68 27,30/70 27,75/68,00
23 April 2018 27,70/70 28,90/58 28,90/60 28,38/63,25
24 April 2018 28,00/65 28,90/64 28,90/69 28,45/65,50
25 April 2018 28,00/64 28,90/59 28,90/59 28,45/60,50
26 April 2018 28,00/60 28,90/59 28,90/59 28,30/58,25
27 April 2018 27,40/55 28,00/68 28,90/59 27,93/59,25
28 April 2018 27,40/55 28,30/69 28,90/59 27,70/58,20
29 April 2018 26,20/51 28,00/49 28,30/69 27,40/55,75
30 April 2018 27,10/54 28,00/47 28,60/49 27,78/51,25
(Berlanjut)
39
Tabel Lampiran 13. Lanjutan
Tanggal Suhu (°C)/RH (%) Rerata Harian
(°C)/(%) 06.00 12.00 18.00
01 Mei 2018 27,40/55 27,70/47 27,70/51 27,48/50,75
02 Mei 2018 27,10/50 28,00/39 27,70/51 27,48/48,75
03 Mei 2018 27,10/55 27,10/50 28,30/69 27,33/57,25
04 Mei 2018 26,80/55 27,10/48 27,70/51 27,10/53,00
05 Mei 2018 26,80/58 28,90/49 28,90/52 28,00/53,50
06 Mei 2018 27,40/55 28,90/49 28,90/55 28,08/54,50
07 Mei 2018 27,10/59 28,00/56 28,90/59 27,85/59,00
08 Mei 2018 27,40/62 28,80/57 28,30/58 27,90/58,25
09 Mei 2018 27,10/56 28,00/54 28,30/59 27,63/57,25
10 Mei 2018 27,10/60 28,30/52 28,90/49 27,85/53,25
11 Mei 2018 27,10/52 28,60/53 28,60/53 27,95/54,00
12 Mei 2018 27,50/58 27,70/70 28,00/58 27,70/59,00
13 Mei 2018 27,40/58 28,00/54 28,00/59 27,70/59,00
14 Mei 2018 27,40/65 28,90/54 28,90/62 28,30/61,25
15 Mei 2018 28,00/64 28,30/65 28,30/65 28,15/65,00
16 Mei 2018 28,00/66 28,90/60 28,30/69 28,30/64,75
17 Mei 2018 28,00/64 28,00/64 28,00/64 27,78/64,25
18 Mei 2018 27,10/65 27,70/65 27,70/65 27,48/64,75
19 Mei 2018 27,40/64 28,30/56 28,00/54 27,78/59,50
20 Mei 2018 27,40/64 28,30/59 27,70/66 27,63/63,00
21 Mei 2018 27,10/63 28,60/58 28,00/64 28,00/61,00
22 Mei 2018 28,30/59 29,20/58 29,50/56 28,68/59,50
23 Mei 2018 27,70/65 29,20/53 29,50/54 28,53/60,00
24 Mei 2018 27,70/68 28,00/64 29,20/57 28,18/64,00
25 Mei 2018 27,80/67 28,90/60 29,20/57 28,40/63,50
26 Mei 2018 27,70/70 27,70/70 29,20/50 27,85/63,75
27 Mei 2018 26,80/65 26,80/65 27,10/67 26,73/65,50
28 Mei 2018 26,20/65 27,70/65 27,10/65 26,88/65,00
29 Mei 2018 26,50/65 26,80/65 26,80/60 26,58/63,00
30 Mei 2018 26,20/65 27,70/54 27,10/65 26,88/65,00
31 Mei 2018 26,50/65 26,80/50 27,10/56 26,73/57,25
01 Juni 2018 26,50/64 26,80/60 27,70/55 26,80/56,00
02 Juni 2018 26,50/54 27,40/50 27,70/61 27,25/61,75
03 Juni 2018 27,70/61 26,80/59 27,70/55 27,48/56,75
04 Juni 2018 27,70/61 28,00/57 28,00/63 27,93/60,50
05 Juni 2018 28,00/59 28,60/64 29,20/57 28,38/59,50
06 Juni 2018 27,70/65 28,00/49 29,20/57 28,45/59,50
07 Juni 2018 28,90/52 28,90/49 29,50/53 28,68/54,75
08 Juni 2018 27,30/65 28,90/57 28,50/54 28,13/57,00
(Berlanjut)
40
Tabel Lampiran 13. Lanjutan
Tanggal Suhu (°C)/RH (%) Rerata Harian
(°C)/(%) 06.00 12.00 18.00
09 Juni 2018 27,70/60 27,70/49 28,00/59 27,70/60,25
10 Juni 2018 27,40/65 28,90/67 28,50/54 27,98/58,25
11 Juni 2018 27,10/65 26,80/67 27,80/60 27,05/65,25
12 Juni 2018 26,50/69 26,80/67 26,80/67 26,65/65,75
13 Juni 2018 26,50/60 26,80/67 27,80/60 26,90/61,25
14 Juni 2018 26,50/58 26,80/67 27,80/59 27,10/58,50
15 Juni 2018 27,10/65 26,80/52 28,00/60 27,05/65,25
16 Juni 2018 26,50/69 26,80/67 27,80/67 26,95/65,75
17 Juni 2018 27,70/60 26,80/67 26,80/59 27,48/59,00
18 Juni 2018 26,50/60 27,70/57 28,00/60 26,90/61,75
19 Juni 2018 26,50/60 26,80/67 27,80/60 26,93/60,00
20 Juni 2018 26,50/60 27,00/60 27,70/72 26,50/67,75
21 Juni 2018 26,50/69 26,80/70 26,20/70 26,43/69,75
22 Juni 2018 26,20/70 26,50/70 26,50/70 26,20/70,25
23 Juni 2018 26,20/70 26,20/71 26,20/70 26,20/69,25
24 Juni 2018 26,20/70 26,20/67 26,20/60 26,35/65,75
25 Juni 2018 26,20/66 26,50/67 26,50/70 26,28/67,00
26 Juni 2018 25,90/65
Rerata Suhu (°C)/RH (%) Harian 27,45/64,19