pertumbuhan miselium bibit f2 jamur tiram pleurotus ...eprints.ums.ac.id/56143/1/artikel...
TRANSCRIPT
PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA
MEDIA BONGGOL DAN BATANG JAGUNG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
NURIANA
A420130071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
i
PERSETUJUAN
PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA
MEDIA BONGGOL DAN BATANG JAGUNG
PUBLIKASI ILMIAH
oleh :
NURIANA
A420130071
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Surakarta, Agustus 2017
(Dra. Suparti, M. Si)
NIP. 19570611987032001
ii
ii
PENGESAHAN
PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA
MEDIA BONGGOL DAN BATANG JAGUNG
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
NURIANA
A420130071
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dra. Suparti, M,Si. ( )
2. Dra. Aminah Asngad, M.Si ( )
3. Efri Roziaty, M.Si ( )
Surakarta, Agustus 2017
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum)
NIP. 19650428 199303 1 001
iii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggidan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Agustus 2017
Penulis
Nuriana
A420130071
1
PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA
MEDIA BONGGOL DAN BATANG JAGUNG
ABSTRAK
Bonggol jagung memiliki komposisi nutrient tongkol jagung terdiri dari bahan
kering 90,0%; protein kasar 2,8%; lemak kasar 0,7%; abu 1,5%; serat kasar
32,7%; selulosa 25,0%; lignin 6,0%; dan ADF 32,0%. Dan dalam 100 gram
batang jagung mengandung selulosa 45%, pentosa 35% dan lignin 15%. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan miselium bibit F2 jamur tiram putih
dan jamur merang yang ditumbuhkan pada media bonggol jagung dan batang
jagung.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode eksperimen dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor yang
dialakukan dalam 3 kali pengulangan.Faktor 1 jenis media.:batang jagung (BA)
dan bonggol jagung (BO). Faktor 2 jenis jamur: jamur tiram (JT) dan jamur
merang (JM). Parameter yang diukur adalah panjang, ketebalan, dan penyebaran.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terhadap pertumbuhan miselium bibit F2 jamur
tiram dan jamur merang tertinggi pada media bonggol jagung yaitu 8,7 cm,
ketebalan tumbuh rapat sangat tebal dan penyebaran tebal merata, sedangkan hasil
pertumbuhan miselium bibit F2 jamur tiram dan jamur merang terendah pada
media batang jagung yaitu 8,1 cm, ketebalan tumbuh rapat sangat tebal, dan
penyebaran tebal merata.
Kata Kunci: Boggol jagung, batang jagung, jamur tiram ,jamur merang,
pertumbuhan miselium.
Corncob has a nutrient composition consisting of 90.0% dry ingredients; Crude
protein 2.8%; 0.7% crude fat; Ash 1.5%; Crude fiber 32.7%; Cellulose 25.0%;
Lignin 6.0%; And ADF 32.0%. And 100 grams of corn stalks contain cellulose
45%, 35% pentose and lignin 15%. The purpose of this research is to know the
growth of mycelium of F2 mushroom seeds of white oyster mushroom and straw
mushroom grown on corncobs and corn stalks. This research uses experimental
research method with Completely Randomized Design factorial pattern consisting
of 2 factors done in 3 Repetition times. Factor 1 type of media: corn stalk (BA)
and corncob (BO). Factor 2 types of mushrooms: oyster mushroom (JT) and
straw mushroom (JM). The parameters measured were length, thickness, and
dispersion. The results obtained on the growth of the mycelium of F2 straw
mushroom and oyster mushroom mycelium was highest on corncob medium 8,7
cm, thick the density is very thick and thick spread evenly, while the result of
growth of mycelium seeds F2 oyster mushroom and straw mushroom was lowest
on corn stalk media that is 8,1 cm, thickness grows thick evenly, and the dense
density is very thick.
Keywords: corncobs, corn stalks, oyster mushrooms, straw mushroom, mycelium
growth.
2
1. PENDAHULUAN
Menurut Asegad (2011) Pembibitan merupakan tahapan terpenting
dalam budidaya jamur. Tahapan ini membutuhkan kondisi lingkungan yang
steril, sarana yang memadai, dan tenaga ahli yang secara khusus mengerti betul
dengan proses pembuatan bibit dan turunan jamur yaitu F0, F1, F2, dan baglog.
Sagala (2015), telah melakukan penelitian bahwa keberhasilan awal dalam
budidaya jamur tiram putih sangat bergantung pada bibit yang digunakan.
Dalam menghasilkan F0 yang baik dibutuhkan media kultur, yaitu PDA (
Potatoes Dextose Agar) yang bagus, bernutrisi, dan tidak terkontaminasi. PDA
yang baik untuk media tumbuh bibit jamur tiram adalah PDA pada tingkat
sterilisasi ketiga. Semua bibit sebar F1 yang dihasilkan baik dan tidak ada yang
terkontaminasi.
Kultur murni atau yang sering disebut dengan F0 merupakan hasil isolasi
tubuh buah jamur terbaik yang sudah dipilih dan kultur tersebut sudah
dimurnikan dari berbagai kontaminan. Isolasi dilakukan dengan cara
mengambil jaringan (miselium) dari tubuh buah jamur kemudian ditanam pada
media agar (PDA) untuk menghasilkan miselium. Kultur murni (F0) dapat
dibuat biakan menjadi bibit induk jamur atau turunan pertama (F1) pembibitan
jamur. Kualitas F1 sangat dipengaruhi oleh kultur murni jamur yang
digunakan. Bibit F1 biasanya menggunakan media dari biji-bijian atau serbuk
gergaji kayu (Achmad, 2012).
Menurut Irzaman (2015), setelah miselium yang ada pada media tanam
bibit sebar tumbuh sempurna, maka dilanjutkan dengan mengkultur ke media
bibit tanam (F2). Bibit tanam ini yang akan dipakai untuk budidaya jamur
tiram putih dan jamur merang. Keberhasilan bibit tanam ditandai dengan
tumbuhnya benang-benang halus putih sekitar 3 hingga 4 minggu.
Pada wilayah tertentu memiliki lahan pertanian yang luas dan ditanami
produk-produk pertanian yang beragam. Produk pertanian tersebut
meninggalkan limbah, limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi dan digunakan sebagai media tanam miselium jamur diantaranya adalah
bonggol jagung. Untuk mengatasi penumpukan limbah tongkol jagung yang
3
tidak dimanfaatkan oleh masyarakat saya gunakan sebagai media alternatif
pertumbuhan miselum jamur.
Tongkol jagung merupakan bagian dari buah jagung yang telah diambil
bijinya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ketersediaan tongkol jagung di
Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 3.482.839 ton, pada tahun 2007
sebesar 3.986.258 ton, dan pada tahun 2008 tongkol jagung ada sekitar
4.456.215 ton. Komposisi nutrient tongkol jagung terdiri dari bahan kering
90,0%; protein kasar 2,8%; lemak kasar 0,7%; abu 1,5%; serat kasar 32,7%;
selulosa 25,0%; lignin 6,0%; dan ADF 32,0% (Murni, 2008).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara
10 – 40 ruas. Tanaman jagung umumya tidak bercabang,kecuali padajagung
manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang muncul dari pangkal
batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm - 300 cm tergantung pada
tipe jagung. Ruas–ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas ruas
batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah
berkembang akan menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang
terdiri atas sel sel parenkim (Rukmana,2004).
Menurut penelitian Wong (2013), kandungan jamur merang dalam 100
g terdiridari 19,35% lignin, 40,28% selulosa, 35,06% pentosa. Kandungan
tersebut dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur, karena jamur
memperoleh makanan dalam bentuk komponen sederhana berupa selulosa,
glukosa, lignin, protein dan pati (Hartini,2012). Menurut penelitian Indriyani
(2014), Media tanam jamur dengan penambahan batang jagung 360 g dan 410
g berpengaruh terhadap parameter munculnya miselium. Dalam 100 gram
batang jagung mengandung selulosa 45%, pentosa 35% dan lignin 15%.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari duafaktor
yaitu:
Faktor 1 : Media (B)
BA = Batang Jagung 100 g
4
BO = Bonggol Jagung 100 g
Faktor 2 : Jenis Jamur (J)
JT = Jamur tiram putih
JM = Jamur Merang
Tabel 3.1 Rancangan penelitian
JT JM
BA BAJT BAJM
BO BOJT BOJM
Keterangan :
BA JT : Media batang jagung 100 g jamur tiram putih
BA JM : Media batang jagung 100 g jamur merang
BO JT : Media bonggol jagung 100 g jamur tiram putih
BOJM : Media bonggol jagung 100 g jamur merang
Subjek penelitian ini yaitu jamur tiram, jamur merang, Bonggol
jagung dan batang jagung. Objek penelitian ini yaitu pertumbuhan miselium
bibit F2.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang Pertumbuhan Miselium Bibit F2 Jamur Tiram
(Pleurotus ostreatus) dan Jamur Merang (Volvariella volvacea) pada Media
Bonggol Jagung dan Batang Jagung diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rerata miselium (cm) bibit F2 jamur tiram dan jamur merang pada
media bonggol jagung dan batang jagung dengan penambahan
bekatul dan kapur pertanian.
Kode Panjang Ketebalan Penyebaran
H
7
H
14
H
21
H
28
H
7
H
14
H
21
H
28
H
7
H
14
H
21
H
28 BOJT 2,3 5,3 6,4 8,7 Tu
mb
uh
Rapa
t
tidak
mera
ta
Rapat
tebal
tidak
merat
a
Rapat
sangat
tebal
Tipis
tidak
merat
a
Tipis
tidak
merta
Tebl
tidak
merata
Tebal
merata
BOJM 2 3,6 5,4 8,3 Tu Rapa Rapat Rapat Tipis Tipis Tebal Tebal
B
J
5
mb
uh
t
tidak
mera
ta
tebal
tidak
merat
a
sangat
tebal
tidak
merat
a
tidak
merat
a
tidak
merata
merata
BAJT 1,5 4,3 6,6 8,3 Tu
mb
uh
Rapa
t
tidak
mera
ta
Rapat
tebal
tidak
merat
a
Rapat
sangat
tebal
Tipis
tidak
merat
a
Tipis
tidak
merat
a
Tebal
tidak
merata
Tebal
merata
BAJM 1,6 3,5 5,3 8,3 Tu
mb
uh
Rapa
t
tidak
mera
ta
Rapat
tebal
tidak
merat
a
Rapat
sangat
tebal
Tipis
tidak
merat
a
Tipis
tidak
merat
a
Tebal
tidak
merata
Tebal
merata
Keterangan :
BOJT : Bonggol jagung pada jamur tiram
BOJM : Bonggol jagung pada jamur merang
BAJT : Batang jagung pada jamur tiram
BAJM : Batang jagung pada jamur merang
1. Panjang Pertumbuhan Miselium
Pertumbuhan miselium ditandai dengan munculnya miselium
menyerupai kapas berwarna putih. Menurut Irzaman (2015),
keberhasilan bibit F2 jamur tiram putih dan jamur merang di tandai
dengan tubuhnya benang-benang halus putih sekitar 3-4 minggu.
Panjang pertumbuhan miselium diamati dengan munculnya
miselium sampai miselium memenuhi botol setelah inokulasi.
Masefa (2016), kecepatan pertumbuhan miselium jamur dapat
dipengaruhi oleh nutrisi yang dibutuhkan jamur untuk
pertumbuahannya. Nutrisi pada media bibit dibutuhkan oleh jamur
tiram untuk pertumbuhan miselium. Bila kandungan nutrisi cukup
miselium jamur akan tumbuh secara normal (Utama, 2013). Hasil
pertumbuhan miselium diambil dari rata-rata hari ke-7, sampai hari
ke-28 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
6
Gambar 4.1 Grafik pertumbuhan miselium bibit F2 jamur tiram putih dan jamur
merang pada bonggol jagung dan batang jagung dari hari ke-7
sampai hari ke-28.
Berdasarkan gambar 4.1 diperoleh hasil panjang
pertumbuhan miselium bahwa rerata tertinggi pada hari ke-7
sampai ke-28 pertumbuhannya sangat baik terdapat dilihat dari
data grafik diatas menunjukan bahwa kedua media tersebut baik
di gunakan, akan tetapi pertumbuhan miselium lebih cepat
menggunkan media bongol jagung. Pertumbuhan miselium yang
cepat menunjukan pertumbuhan yang baik, Semakin cepat
pertumbuhan miselium maka semakin cepat pula terdegradasi.
Berdasarkan penelitian pertumbuhan miselium pada hari
ke-7 sampai hari ke-28 yang paling panjang pada jamur tiram
putih yaitu pada media bonggol jagung dan yang paling pendek
pertumbuhannya yaitu pada media batang jagung pada jamur
merang. Hal ini disebabkan karena nutrisi pada bonggol jagung
dan batang jagung berbeda.
Komponen tanaman jagung tua dan siap panen terdiri
atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit, 13% daun dan 30%
batang (Perry et al., 2003). Komposisi nutrient tongkol jagung
terdiri dari bahan kering 90,0%; protein kasar 2,8%; lemak kasar
0,7%; abu 1,5%; serat kasar 32,7%; selulosa 25,0%; lignin
0
2
4
6
8
10
BOJT BOJM BAJT BAJM
pan
jan
g m
ise
lium
Perlakuan
pertumbuhan miselium
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hari ke-28
7
6,0%; dan ADF 32,0% (Murni, 2008). Sedangkan menurut
penelitian Indriyani (2014), dalam 100 gram batang jagung
mengandung selulosa 45%, pentosa 35% dan lignin 15%.
2. Ketebalan Pertumbuhan Miselium
Gambar 4.3 Hasil pertumbuhan miselium bibit F2 jamur tiram putih dan
jamur merang pada hari ke-28 (A) BOJT (media bonggol
jagung pada jamur tiram putih) (B) BOJM (media batang
jagung pada jamur merang) (C) BAJT (media batang jagung
pada jamur tiram putih) (D) BAJM (media batang jagung pada
jamur merang).
Ketebalan miselium pada hari ke-28 dari kedua media
menunjukkan hasil yang sangat baik yaitu tumbuh tebal sangat
merata. Hal ini disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan
D C
B A
8
untuk pertubuhan miselium dapat tercukupi. Pertumbuhan
miselium selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, suhu
udara, dan kelembapan juga di pengaruhi oleh ketersediaan
sumber nutrisi apabila pertumbuhan miselium jamur kekurangan
nutrisi untuk tumbuh dapat menyebabkan miselium akan sulit
tumbuh dan berkembang. Hal ini di perkuat oleh lifia (2008),
kekurangan unsur-unsur hara pada media tanam jamur tiram
merah dapat menyebabkan miselium sulit tumbuh dan
berkembang.
3. Penyebaran Miselium
D C
B A
9
Gambar 4.5 Hasil pertumbuhan miselium bibit F2 jamur tiram putih dan
jamur merang pada hari ke-28 (A) BOJT (media bonggol
jagung pada jamur tiram putih) (B) BOJM (media batang
jagung pada jamur merang) (C) BAJT (media batang jagung
pada jamur tiram putih) (D) BAJM (media batang jagung
pada jamur merang).
Penyebaran miselium haei ke-28 mendapatkan hasil tebal merata.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa semakin tinggi selulosa pada
media yang digunakan maka semakin banyak nutrisi yang diserap oleh
jamur tersebut sehingga semakin rapat miselium yang dihasilkan dan
semakin tebal.
4. PENUTUP
Pertumbuhan miselium tertinggi pada media bonggol jagung pada
hari ke-28 yaitu 8,7 cm, dan untuk ketebalannya yaitu tebal merata
sedangkan untuk penyebarannya yaitu rapat sangat tebal. Sedangkan
untuk hasil terendah yaitu 8,1, ketebalan tebal merata dan penyebaran
rapat sangat tebal.
PERSANTUNAN
Dengan rasa syukur, kupersembahkan publikasi ini untuk:
1. Bapak dan Ibu yang sangat aku sayangi dan selalu memberikan do’a terbaik,
semangat disetiap langkahku.
2. Dra. Suparti, M. Si. selaku pembimbing yang senantiasa memberikan saran
dan masukannya selama penelitian dan penulisan artikel ini.
3. Segenap dosen dan staff program studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Bogor: Penebar Swadaya.
Asegad, Maad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Merang, dan Jamur
Kuping. Jakarta. Agro Media Pustaka.
10
Lifia, N. 2008. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Konsentrasi terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih. Skripsi.
Malang: UIN Malang
Masefa, Lia. 2016. “Pengaruh Kapur dan Dolomit Terhadap Pertumbuhan
Miselium dan Produksi Jamur Tiram Coklat (Pleurotus
cystidiosus O.K Miller)”. Online Jurnal of Natural Science.
Vol 5. No 1. Hal: 11-20.
Rukmana. 2007. Budidaya Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Utama, Putra. 2013. “Penggunaan Berbagai Macam Media Tumbuh dalam
Pembibitan Bibit Induk Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)”.
Jurnal Agroteknologi. Vol 5. No 1. Hal: 45-53.