pertumbuhan jaringan re-epitelisasi perawatan luka

14
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016 1 PERTUMBUHAN JARINGAN RE-EPITELISASI PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN BALUTAN LUKA HIDROCOLLOID DAN NACL + GAUZE PADA PENDERITA ULKUS DIABETIK DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR Julianus Ake, Sugianto Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Graha Edukasi Makassar E-mail: [email protected] [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan pertumbuhan jaringan re-epitelisasi pada ulkus kaki diabetik yang dirawat menggunakan teknik modern dressing hydrocolloid dan teknik konvensional NaCl + Gauze. Metode: desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasy Eksperimen Jenispre test and post test non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita ulkus kaki diabetik, dengan teknik Aksidensial Sampling membagi 8 orang responden menjadi 2 kelompok, 4 responden menggunakan balutan hidrokoloid dan 4 responden menggunakan balutan NaCl + Gauze. Hasil: hasil penelitian yang diperoleh dari 8 responden setelah dilakukan perawatan selama 15 hari, diperoleh nilai rerata untuk kelompok Hidrocolloid n1 = 1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0.52 cm, n4 = 2.64 cm, sedangkan pada kelompok control (NaCl + Gauze) diperoleh nilai rerata yaitu n5 = 0.34 cm, n6 = 0.6 cm, n7 = 0.31 cm, n8 = 0.37 cm. Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic independent t-test, maka diperoleh hasil yang signifikan, dimana Nilai P < 0.05 atau P = 0.030. Diskusi: Responden yang menggunakan teknik balutan hidrokoloid memperlihatkan gambaran perkembangan penyembuhan ulkus kaki diabetik lebih cepat dari responden yang menggunakan teknik balutan kasa konvensional. Simpulan: H a diterima yaitu Ulkus diabetik yang dirawat menggunakan balutan luka Hidrocolloid menunjukkan ketebalan re-epitelisasi yang lebih baik dibandingkan ulkus diabetik yang dirawat menggunakan NaCl + Gauze. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak institusi agar dapat menggunakan tehnik modern dressing Hidrocolloid sebagai SOP perawatan luka Kata kunci: Teknik Modern Dressing Hidrocolloid, Teknik Konvensional Ulkus Kaki Diabetik. ABSTRACT Objective: This study aimed to look at and compare the growth of tissue re-epithelialization diabetic ulcers foot treated using modern techniques and conventional techniques hydrocolloid dressings NaCl + Gauze. Methods: The study design used is quasy Experiment design Jenispre test and post-test non-equivalent control group. The population in this study are patients with diabetic foot ulcers, with Aksidensial sampling techniques 8 respondents split into 2 groups, 4 respondents use hydrocolloid dressings and 4 respondents use NaCl + Gauze bandage. Results: The research results obtained from 8 respondents after treatment for 15 days, obtained a mean value for the group Hidrocolloid n1 = 1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0:52 cm, n4 = 2.64 cm, whereas in the control group (NaCl + Gauze ) obtained a mean value ie = 0:34 cm n5, n6 = 0.6 cm, 0:31 cm = n7, n8 = 0:37 cm. The results of data analysis using statistical tests independent t-test, the obtained significant results, wherein P value of <0.05 or P = 0.030. Discussion: Respondents who use a hydrocolloid dressing technique shows a picture of the development of diabetic foot ulcer healing faster than respondents who use conventional gauze dressing technique. Conclusion: Ha accepted that diabetic ulcers are treated with a wound dressing Hidrocolloid show the thickness of re-epithelialization better than diabetic ulcers were treated with NaCl + Gauze. From the results of this study are expected to the institutions to make use of modern techniques Hidrocolloid dressings as wound care SOP. Keywords: Dressing Modern Techniques Hidrocolloid, Conventional Techniques diabetic ulcers foot PENDAHULUAN Peningkatan kemakmuran suatu bangsa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan prevalensi penyandang Diabetes Melitus (DM) terutama DM tipe II, hal ini akibat perubahan gaya hidup yang salah yang menyebab kanobesitas (Suyono, 2011). Pada penderita DM rentan terhadap berbagai komplikasi kronis, salah satu komplikasi yang sering dijumpai adalah ulkus kaki diabetik. Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling ditakuti. Ulkus kaki diabetik merupakan kelainan tungkai bawah akibat DM yang tidak terkendali yang dapat disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi dari

Upload: others

Post on 09-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

1

PERTUMBUHAN JARINGAN RE-EPITELISASI PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN

BALUTAN LUKA HIDROCOLLOID DAN NACL + GAUZE PADA PENDERITA ULKUS

DIABETIK DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Julianus Ake, Sugianto

Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Graha Edukasi Makassar

E-mail: [email protected] [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan pertumbuhan jaringanre-epitelisasi pada ulkus kaki diabetik yang dirawat menggunakan teknik modern dressinghydrocolloid dan teknik konvensional NaCl + Gauze. Metode: desain penelitian yang digunakanadalah desain Quasy Eksperimen Jenispre test and post test non equivalent control group. Populasidalam penelitian ini adalah penderita ulkus kaki diabetik, dengan teknik Aksidensial Samplingmembagi 8 orang responden menjadi 2 kelompok, 4 responden menggunakan balutan hidrokoloiddan 4 responden menggunakan balutan NaCl + Gauze. Hasil: hasil penelitian yang diperoleh dari 8responden setelah dilakukan perawatan selama 15 hari, diperoleh nilai rerata untuk kelompokHidrocolloid n1 = 1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0.52 cm, n4 = 2.64 cm, sedangkan pada kelompokcontrol (NaCl + Gauze) diperoleh nilai rerata yaitu n5 = 0.34 cm, n6 = 0.6 cm, n7 = 0.31 cm, n8 = 0.37cm. Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic independent t-test, maka diperoleh hasilyang signifikan, dimana Nilai P < 0.05 atau P = 0.030. Diskusi: Responden yang menggunakanteknik balutan hidrokoloid memperlihatkan gambaran perkembangan penyembuhan ulkus kakidiabetik lebih cepat dari responden yang menggunakan teknik balutan kasa konvensional. Simpulan:Ha diterima yaitu Ulkus diabetik yang dirawat menggunakan balutan luka Hidrocolloid menunjukkanketebalan re-epitelisasi yang lebih baik dibandingkan ulkus diabetik yang dirawat menggunakan NaCl+ Gauze. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak institusi agar dapat menggunakan tehnikmodern dressing Hidrocolloid sebagai SOP perawatan luka

Kata kunci: Teknik Modern Dressing Hidrocolloid, Teknik Konvensional Ulkus Kaki Diabetik.

ABSTRACTObjective: This study aimed to look at and compare the growth of tissue re-epithelialization diabeticulcers foot treated using modern techniques and conventional techniques hydrocolloid dressings NaCl+ Gauze. Methods: The study design used is quasy Experiment design Jenispre test and post-testnon-equivalent control group. The population in this study are patients with diabetic foot ulcers, withAksidensial sampling techniques 8 respondents split into 2 groups, 4 respondents use hydrocolloiddressings and 4 respondents use NaCl + Gauze bandage. Results: The research results obtainedfrom 8 respondents after treatment for 15 days, obtained a mean value for the group Hidrocolloid n1 =1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0:52 cm, n4 = 2.64 cm, whereas in the control group (NaCl + Gauze )obtained a mean value ie = 0:34 cm n5, n6 = 0.6 cm, 0:31 cm = n7, n8 = 0:37 cm. The results of dataanalysis using statistical tests independent t-test, the obtained significant results, wherein P value of<0.05 or P = 0.030. Discussion: Respondents who use a hydrocolloid dressing technique shows apicture of the development of diabetic foot ulcer healing faster than respondents who useconventional gauze dressing technique. Conclusion: Ha accepted that diabetic ulcers are treatedwith a wound dressing Hidrocolloid show the thickness of re-epithelialization better than diabeticulcers were treated with NaCl + Gauze. From the results of this study are expected to the institutionsto make use of modern techniques Hidrocolloid dressings as wound care SOP.

Keywords: Dressing Modern Techniques Hidrocolloid, Conventional Techniques diabetic ulcers foot

PENDAHULUANPeningkatan kemakmuran suatu bangsa

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhipeningkatan prevalensi penyandang DiabetesMelitus (DM) terutama DM tipe II, hal ini akibatperubahan gaya hidup yang salah yangmenyebab kanobesitas (Suyono, 2011). Padapenderita DM rentan terhadap berbagai

komplikasi kronis, salah satu komplikasi yangsering dijumpai adalah ulkus kaki diabetik. Kakidiabetik merupakan salah satu komplikasidiabetes yang paling ditakuti. Ulkus kaki diabetikmerupakan kelainan tungkai bawah akibat DMyang tidak terkendali yang dapat disebabkanoleh adanya gangguan pembuluh darah,gangguan persyarafan dan adanya infeksi dari

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

2

berbagai mikroorganisme. Kecenderungan yangsering terjadi pada penderita DM adalahpenyembuhan luka yang lambat sertakerentanan terhadap infeksi sehingga ganggrendapat meluas, dan terdapat risiko tinggi terhadapamputasi tungkai bawah. (Maryunani, A. 2013).

Yunir, M (2008) dalam Maryunani, A.2013 menyatakan bahwa setiap 30 detik terjadiamputasi pada kaki diabetik di seluruh dunia, 60-80% amputasi kaki non traumatik disebabkanoleh diabetes, dan 80% amputasi kaki diabetesdidahului oleh ulkus. Hastuti, 2008 mengatakanfaktor-faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetikadalah lamanya seorang penderita menyandangDM ≥10 tahun, kadarkolesterol ≥200 mg/dl, kadar HDL ≤45 mg/dl, ketidakpatuhan diet DM, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidakteratur dan penggunaan alas kaki tidak tepatdengan memberikan sumbangan terhadap ulkuskaki diabetik sebesar 99,9%. Sedangkanmenurut Maryunani, A. 2013 penyebabprevalensi tertinggi terjadinya kaki diabetikadalah kurangnya pengtahuan, kurangnyaperhatian petugas kesehatan terhadapkomplikasi, rumitnya cara pemriksaan yang adasaat ini untuk mendeteksi kelainan tersebutsecara dini.

Di Amerika Serikat sekitar 2,5% daripenderita diabetes mellitus berkembangtimbulnya luka pada kaki diabetik mellitus pertahun dan 15% dari penderita luka kaki diabetikyang akhirnya menjalani amputasi (Sheehan, P.,2009). Prevalensi penderita luka kaki diabetik diAmerika Serikat sebesar 15 – 20%,amputasikarena diabetes Millitus merupakan 50 % totalamputasi (Waspadji, 2008 dalam Maryunani, A.2013). Sedangkan prevalensi penderita luka kakidiabetik di Indonesia sekitar 15%, angkaamputasi 30%, angka mortilitas 32% dan lukadiabetik merupakan sebab perawatan rumahsakit yang terbanyak sebesar 80% untukdiabetes mellitus dan menurut WHO indonesiamerupakan urutan ke 4 terbesar di dunia(Maryunani, A. 2013)

Pedoman pengobatan ulkus kaki diabetikterdiri dari 8 kategori yaitu: diagnosis, offloading,kontrol infeksi, persiapan dasar luka, balutanluka, pembedahan, agen topikal, danpencegahan kekambuhan. Pemilihan balutandidasarkan pada prinsip menjaga kelembabanluka dengan sifat moist dressing (Steed, et al,2006). Perawatan luka di dunia kesehatan saatini telah berkembang sangat pesat. Metode yangdigunakan dalam perawatan luka saat ini adalahmenggunakan prinsip moisture balance. Metodemoist wound healing adalah metode untukmempertahankan kelembaban luka denganmenggunakan balutan penahan kelembaban,sehingga penyembuhan luka danpertumbuhanjaringandapatterjadisecaraalami

(Tarigan, R. Pemila, U. 2008). Penggunaanmetode konvensional (NaCl + gauze) dibeberapanegara maju seperti United Kingdom (Inggris)menurut penelitian yang dilakukan oleh Jones,V.,Grey, J. E., Harding, K.G., (2006), telah banyakditinggalkan. Saat ini Kerajaan Inggris telahmenggunakan metode occlusive dalam merawatluka. Saat ini terdapat lebih dari 3500 jenisbalutan luka yang ada di dunia. Beberapadiantaranya adalah Transparant Film, Hydrogel,Calsium Alginate, Hydrocellulosa, Hydrocolloid,Polyurethane Foam, Antimicrobial Dressing,Metcovazin(Alimuddin, 2012).

Payne et al (2009), juga melakukanpenelitian tentang modern dressing sepertihidrokoloid, hidrogel, dan foams menemukanfakta bahwa frekuensi penggantian balutanmetode ini lebih jarang (rendah) dibandingkandengan balutan konvensional gauze. Serta untuktotal cost effective selama perawatan, lebihmurah dibandingkan dengan balutankonvensional yang setiap hari harus digantibalutan. Penelitian yang dilakukan oleh Ubbink,et al (2008), menemukan bahwa balutan oklusivyang dikenal sebagai metode modern dressingseperti hidrokoloid, hidrogeldan foams tidakmeninggalkan nyeri saat penggantian balutan.Berbeda dengan balutan konvensional yangkadang meninggalkan nyeri saat balutan akandiganti.

Novriansyah (2008) dalam penelitiannyamelaporkan hasil bahwa pertumbuhankepadatan kolagen pada kelompok luka yangdibalut dengan balutan oklusiv hidrokoloidsampai 14 hari dan diganti balut tiap 2 harimenunjukkan pertumbuhan kepadatan kolagenpaling cepat dibandingkan penutup kasakonvensional dengan nilai p <0,05. Hal inidisebabkan karena adanya sifat-sifat darihidrokoloid yang semi permeabel yangpermeabel terhadap oksigen dan uap airsehingga tekanan oksigen jaringan di permukaanluka tetap tinggi dan impermeabel terhadapbakteri sehingga tidak terjadi infeksi.Sifatabsorbent yang baik dan atraumatikmenciptakan lingkungan yang optimal untukpertumbuhan kepadatan kolagen yangselanjutnyaa kanmem percepat prosespenyembuhan luka. Nilai MVTR (moisture vaportransmission rate) yang tinggi pada kasakonvensional akan menyebabkan tingkatpenguapan oksigen dan uap air yang tinggisehingga akan menyebabkan tekanan oksigenjaringan di dalam luka rendah dan menyebabkanpertumbuhan jaringan lebih lambat.

Data yang didapat dari Rumah SakitUmum Pemerintah (RSUP) BhayangkaraMakassar, pada kurun waktu dua tahun terakhiryaitu tahun 2014-2015 penderita DiabetesMellitus berjumlah 357 pasien dengan komplikasi

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

3

ulkus kaki diabetik 180 pasien dan mengalamiamputasi sebanyak 53 pasien dari jumlah total.

METODEPada penelitian ini, desain penelitian

yang dipilih adalah eksperimen semu (quasy –experiment). Penelitian ini bertujuan untukmengungkapkan hubungan sebab akibat dengancara melibatkan kelompok kontrol di sampingkelompok eksperimental, Dharma (2013).

Penelitian ini dilakukan di Rumah SAkitBhayangkara Makassar. Waktu pengumpulandata dalam penelitian ini dilakukan mulai bulanApril 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalahpasien diabetes mellitus dengan luka kaki GradeIII sesuai klasifikasi Wagner yang mendapatperawatan luka di RS. Bhayangkara Makassar,Sampel yang diperoleh dalam penelitian inisebanyak 16 responden dengan menggunakanmetode accidental sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian iniadalah menurut Rahma, F.N. 2014 dalamtesisnya, perhitungan pertumbuhan epitel dapatdihitung munggunakan “ApplikasiI mage J”.Tahapannya sebagai berikut :1. Buka “Aplikasi Image J”2. Klik “File” pada menu bar.3. Klik “Open” dan masukkan file foto yang

diinginkan4. Setelah file foto terbuka, klik “straight” pada

menu toolbar5. Buatlah garis lurus persis sepanjang ukuran

panjang luka pada penggaris yang adadalam file foto

6. Klik “analyze” pada menu bar, kemudian klik“Set Scale”

7. Ketik / tuliskan jumlah ukuran penggarisyang ditandai tadi pada kolom “KnowDistance”, kemudian satuannya dalam kolom“Unit Of Length” (senti meter / cm). klik “OK”

8. Buatlah kembali garis lurus sepanjangketebalan lapisanre-epitelisasi yangdikehendaki

9. Klik “Analyze” pada menubar, kemudian klik“Measure”, akan muncul halaman barudengan judul “Result”, data yang digunakanadalah yang terdapat pada kolom “Length”.

10. Dalam penelitian ini masing-masing tepi lukadiambil data ketebalan lapisan re-epitelisasi-nya pada lima titik secara berurutankemudian dinilai reratanya menggunakanprogram mikrosoft Exel AVERAGE.

11. Lakukan langkah“1 - 10”diatas setiap kaliakan mengukur ketebalan re-epitelisasi.

Hasil penilaian status luka yangdikumpulkan tersebut akan dilakukanperbandingan pertumbuhan jaringan re-epitelisasi pada status luka ulkus kaki diabetik.Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik

Independen T-Test (unpaired T-Test untukdengan tingkat kemaknaanya α ≤ 0,05 menggunakan program computer SPSS.

HASILBerdasarkan tabel 1 menunjukkan

bahwa responden yang berumur 46-50 tahunmendominasi sampel sebanyak 3 orang (75.0%)pada responden yang dirawat lukamenggunakanhidrokoloid sedangkan pada NaCl + Gauze yangmendominasi yaitu umur > 50 tahun 2 orang (50%).Berdasarkan tingkat pendidikan respondendidominasi pendidikan SMA yaitu 2 orang (50%)pada responden yang dirawat lukamenggunakan Hidrokoloid, sedangkan padaresponden yang dirawat menggunakanNaCl+Gauze di dominasi SMP berjumlah 2orang (50%). Berdasarkan jenis kelamin padapenelitian ini didominasi oleh jenis kelaminperempuan baik pada responden yang dirawatmenggunakan Hidrocolloid maupun yangdirawat menggunakan NaCl + Gauze yaitusebanyak 3 orang (75%). Berdasarkan lamamenderita DM, lama DM > 5 tahun mendominasisampel penelitian masing-masing 3 orang (75%)responden dengan balutan hidrokoloid maupunbalutan NaCl + Gauze. Berdasarkan nilaiGlukosa Darah Sewaktu, nilai kadar glukosadarah <150 gr/dl mendominasi sampel padaresponden yang dirawat menggunakan NaCl +Gauze, sedangkan pada responden yang dirawatmenggunakan Hidrocolloid masing-masing 2orang (50%).

Berdasarkan tabel 2 hingga tabel5.5diatas menunjukkan gambaran danperkembangan re-epitelisasi pada ulkus diabetikyang diukur dan dinilai dengan menggunakanApplikasi ImageJ yang diobservasi hingga harike 15, dapat disimpulkan sebagai berikut :a. Responden 1 mendapatkan perawatan luka

ulkus kaki diabetikmenggunakan balutanhidrokoloid dengan panjang luka granulasi =4.3 cm, dilakukan perawatan ganti balutanper 3 hari namun dalam perawatan ke 2,klien mengatakan cairan luka cukup banyakdan mengganggu kenyamanan kliensehingga frekuensi ganti balutan diubah per2 hari selama 15 hari kemudian dilakukanpenilain, pada haripertama rerata skor re-epitelisasi adalah 0, setelah dirawat dandiobservasi hingga 15 hari terjadipeningkatan skor menjadi 1.87 cm,keberhasilan balutan luka dapat dilihatdengan meningkatnya rerata skor penilaian.

b. Responden 2 juga mendapatkan balutanhidrokoloid, dilakukanperawatan per 3 hari,luka ini teletak di bagian betis sebelah kiribekas bisul, panjang luka = 6 cm, namunsayangnya karena produksi eksudat lukacukup banyak dan kenyamanan klien

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

4

terganggu jadi tidak memungkinkan untukdilakukan perawatan per 3 hari kemudiandiubah per 2 hari, hasil akhir setelah 15 hari :didapatkan dasar luka yang dalam dan tidakrata mengalami pertumbuhan jaringan yangbaik dan berdasarkan hasil observasi danpengukuran didapatkan rerata skor padaharipertama penilaian yaitu 0, dan setelah padahari ke 15 penilaian status luka dapat terlihatterjadi perkembanganyang baik terhadapulkus kaki diabetik dimana rerata skor re-epitelisasi meningkat hingga 1.24 cm,balutan dianggap berhasil.

c. Responden 3 merupakan pasien yangdiberikan balutan hidrokoloidsebagai balutanluka pada ulkus kaki diabetik yangdideritanya, sepertipada responden yanglainnya, panjang luka = 1.8 cm, dilakukanperawatan ganti balutan per 3 hari danobservasi hingga15 hari, dalam kasus iniproduksi cairan luka sedang. Sebagailangkah awal dilakukan penilain status lukamenggunakan applikasi ImageJ dandidapatkan rerata skor hari pertama sebesar0 cm dan setelah dirawat hingga hari ke 15rerata skor sebesar 0.52 cm, balutandianggap berhasil.

d. Responden 4 juga diberikan balutanhidrokoloid dan dirawat hingga 15 haridengan frekuensi ganti balutan per 3 harisambil dilakukan observasi perkembanganstatus luka jumlah eksudat sedikit, panjangluka = 6.2 cm.Pada hari pertamaberdasarkan pengukuran didapatkan rerataskor sebesar 0 cm, dan pada hari ke 15perawatan luka rerata skor pertumbuhan re-epitel mengalami peningkatan hingga 2.64cm dan dapat dilihat adanyaperkembanganpenyembuhan luka kearah yang lebih baikdimana luka hampir menutup seluruhnya.Balutan dianggap berhasil.

e. Responden 5 mendapatkan perawatan lukaulkus kaki diabetik menggunakan balutanNaCl + Gauze, panjang luka = 19 cm,dilakukan perawatan ganti balutan per hariselama 15 hari kemudian dilakukan penilain,pada hari pertama rerata skor re-epitelisasi

adalah 0, setelah 15 hari terjadi peningkatanskor menjadi 0.34 cm, penyembuhan lukadapat dilihat dengan meningkatnya rerataskor penilaian, balutan dianggap berhasil.

f. Responden 6 juga mendapatkan balutanNaCl + Gauze, dilakukan perawatan per hari,panjang luka = 23.8 cm, sebelum dilakukanperawatan, pada luka sdh terdapat jaringanepitelisasi, dengan nilai rerata sebesar 1.21cm, sedangkan total pengukuran dari hasilakhir setelah 15 hari perawatan di perolehrerata yaitu 1.27 cm, sehingga selisih antarapost test dan pre test diperoleh nilai 0.06 cm.Berdasarkan hasil observasi dapat terlihatperkembangan yang baik terhadap ulkuskaki diabetik dimana rerata skor re-epitelisasimeningkat.Namun setiap kali menggantibalutan harus berhati-hati sebab re-epitelmudahrusak karena melekat dengan balutansaat diangkat.

g. Responden 7 merupakan pasien yangdiberikan balutan NaCl + Gauze sebagaibalutan luka pada ulkus kaki diabetik yangdideritanya, seperti pada responden yanglainnya, dilakukan perawatan ganti balutanper hari dan observasi hingga 15 hari,panjang luka = 2.3 cm. Sebagai langkahawal dilakukan penilaian status lukamenggunakan applikasi ImageJ dandidapatkan rerata skor hari pertama sebesar0 cm dan setelah dirawat hingga hari ke 15rerata skor sebesar 0.31 cm, artinya telahterjadi peningkatan pertumbuhan re-epitelisasi, sehingga Balutan dianggapberhasil.

h. Responden 8 mendapatkan perawatan lukaulkus kaki diabetik menggunakan balutanNaCl + Gauze, panjang luka = 2cm.Dilakukan perawatan ganti balutan perhari selama 15 hari kemudian dilakukanpenilain, pada hari pertama rerata skor re-epitelisasi adalah 0, setelah 15 hari terjadipeningkatan skor menjadi 0.37 cm,penyembuhan luka dapat dilihat denganmeningkatnya rerata skor penilaian,

sehingga balutan diangap berhasil.

Tabel 1 Distribusi frekuensi karasteristik demografi responden berdasarkan umur,jenis kelamin,pendidikan, lama menderita DM, dan nilaiglukosa darah kontrol

KarakteristikHidrocolloid NaCl + Gauze Total

N % N % N %Umur (thn)40 – 4546 – 50> 50

130

25 %75 %0 %

112

25 %25 %50 %

242

25 %50 %25 %

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

13

25 %75 %

13

25 %75 %

26

25 %75 %

Pendidikan

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

5

SDSMPSMA

112

25 %25 %50 %

121

25 %50 %25 %

233

25 %37,5 %37,5 %

Lama menderita DM< 5 tahun> 5 tahun

13

25 %75 %

13

25%75 %

26

12,5 %25 %

Nilai GDS150 – 200 mg/dl> 200 mg/dl

22

50 %50 %

31

75,5 %25 %

53

62,5 %37,5 %

(Sumber : Data Primer 2016)

1. Analisis Perkembangan Re-Epitelisasi Ulkus Kaki Diabetik yangDirawat Menggunakan balutanHydrocolloid dengan kode “1” dan balutan NaCl + Gauze dengan kode “2”. Adapun hasilnyasetelah 15 hari perawatan sebagai berikut:

Tabel 2 Perbandingan perawatan hari 1 dan hari ke 15

NoJenis

balutanHari 1 Hari ke 15

1.

1

2.

1

02.06.2016 17.06.2016

20.06.2016 05.07.2016

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

6

3. 1

4.

1

5

2

17.06.201602.06.2016

27.06.2016 14.07.2016

18.06.201603.06.2016

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

7

6

2

7.

2

8

2

Dalam penelitian ini sebagian ukuran luka cukup besar jadi tidak dapat ditampilkan seluruhbagian lukanya, sehingga sulit untuk mengambil sampel ukuran 2 tepi luka, oleh sebab ituuntukmencapai tingkat kesetaraan pengukuran menggunakan Aplikasi ImageJ dalam penelitian ini,makayang diambil sebagai sampel ukur yaitu hanya “panjang luka yang mengalami Granulasi”, kemudian

10.08.201624.08.2016

31.07.201616.07.2016

17.06.2016 02.07.2016

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

8

ditentukan letak titik ukur yang diperoleh dengan rumus “rerata letak titik ukur = panjang luka : jumlahtitik ukur (5 titik)”. Adapun jenis balutan diberi kode ; 1 untuk hidrocolloid dan 2 untuk NaCl + Gauze.Tabel dibawah ini menunjukkan hasil rerata titik tumpu pengukuran dengan masing-masing ukuranpanjang luka :

Tabel 3 Rerata letak titik ukur

N Jenis balutan Panjang lukajumlah titik

ukurRerata letak titik ukur (cm)

1 1 4.3 5 1.142 1 6 5 1.203 1 1.8 5 0.364 1 6.2 5 1.245 2 19 5 3.806 2 23.8 5 5.207 2 2.3 5 0.468 2 2 5 0.40

Tabel 4 Analisis nilai rerata (X) ketebalan re-epitelisasi pada responden balutan NaCl + Gauze pretest dan post tes (15 hari) dalam sentimeter (cm)menggunakan aplikasi ImageJ, kode 1 untukhidrocolloid, kode 2 untuk NaCl + Gauze.

1

No. Ujin1 n2 n3 n4

Pre post Post test Pre postPosttest

Pre post Posttest

Prepost

Posttest

1 0 1.8 0 1.42 0 0.49 0 4.21

2 0 2.07 0 1.43 0 0.57 0 2.41

3 0 2.34 0 1.28 0 0.63 0 1.914 0 2.1 0 0.99 0 0.46 0 1.8

5 0 1.04 0 1.08 0 0.46 0 2.89X 0 1.87 0 1.24 0 0.52 0 2.64

2

No. Ujin5 n6 n7 n8

Pre post Post testPrepost

Posttest

Pre postPosttest

Prepost

Posttest

1 0 0.58 0.9 1.16 0 0.25 0 0.38

2 0 0.27 1.01 1.24 0 0.37 0 0.33

3 0 0.85 1.18 1.34 0 0.34 0 0.25

4 0 0 1.14 1.49 0 0.31 0 0.265 0 0 1.8 1.14 0 0.3 0 0.63X 0 0.34 1.21 1.27 0 0.31 0 0.37

2. Analisis nilai re-rata ketebalanre-epitelisasi ulkus kaki diabetik pada responden balutanhydrocolloid dan NaCl + gauzemenggunakanApplikasi ImageJ.

Tabel 5 Akumulasi nilai re-rata perkembangan re-epitelisasi ulkus kaki diabetik pada responden yangmenggunakan balutan hydrocolloid dan NaCl + Gauze dalam satuan sentimeter (cm)

N Jenis BalutanPre Test

(x1)Post Test

(x2)x2 – x1

(cm)Rerata Tiap Balutan

1 1 0 1.87 1.87 X Hidrocolloid

1.57 cm2 1 0 1.24 1.24

3 1 0 0.52 0.524 1 0 2.64 2.64

5 2 0 0.34 0.34X

NaCl + Gauze

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

9

0.27 cm6 2 1.21 1.27 0.067 2 0 0.31 0.318 2 0 0.37 0.37

DISKUSIPada bagian ini akan diuraikan

pembahasan tentang hasil penelitian yangmeliputi interpretasi data berdasarkanliteratur/jurnal terdahulu.Penelitian ini bertujuanuntuk melihat pertumbuhan jaringan re-epitelisasipada penderita ulkus kaki diabetik. Adapunpembahasannya adalah sebagai berikut :

Dalam penelitian ini semua respondenmendapatkan prosesperawatan luka yang samakecuali dalam pemilihan balutan sebagaipenutupluka pada ulkus kaki diabetik. Perawatan lukayang diberikanmeliputi: mengangkat/membuangbalutan yang lama, pencucian lukadenganlarutan/bahan yang tidak bersifat toksik (larutanNaCl) bagi jaringan luka,melakukan debridemenmanual, dilanjutkan dengan menilai kondisilukadan diakhiri dengan menutup luka denganbalutan yang sudah ditentukan.

Pada penelitian ini, penilainperkembangan penyembuhan lukaulkus kakidiabetik diukur menggunakan appikasi ImageJyang mana menggunakan hasil foto lukakemudian dianalisis ukuran ketebalannya dalamapplikasi tersebut. Status luka dikatakanmengalami perbaikan/penyembuhan apabilaskorpenilaian status luka mengalamipenurunan/berkurang dari skor penilainharipertama, dan dikatakan tidak mengalamiperbaikan/penyembuhanluka atauperkembangan status luka mengalami kondisiyang statis (tetap)apabila skor penilain pada haripertama tidak mengalamiperubahan/penurunanhingga hari ke 15 penilaian perkembanganstatusluka ulkus kaki diabetic. Penelitian inimenggunakan desain pre test and post testnon-equivalent control group dengan metodesampling aksidensial sampling, dimanaresponden sampelyaitu pasian yang kebetulanbertemu yang masuk dalam kriteria inklusi danbersedia menjadi responden, masing-masingdiberikan perawatan luka yang sama tetapiberbeda dalamhal balutan yang digunakan untukmenutup luka, pasien denganlukaluas/besarmendapat balutan NaCl + Gauze,sedangkan pasien denganluka kecil mendapatbalutan hidrokoloid, begituseterusnya hinggabatas akhir waktu pengumpulan data.

Pada responden yang diberikan balutanhidrokoloid sebagaipenutup luka ulkus kakidiabetik yang dideritanya. Hingga batasakhirpengumpulan data terdapat 4 orang pasienyang sesuai dengan kriteriainklusi dan bersediamenjadi responden dalam penelitian ini.Standaroperasional prosedur perawatan luka

yang sama diterapkan padaresponden denganbalutan kasa konvensional juga diterapkanpadaresponden ini serta penilaian status lukadilakukan selama empat kalipenilaian yaitupenilaian hari 1, penilaian hari ke 3 dilanjutkandenganpenilaian hari ke 7, dan berakhir padapenilaian hari ke 15.A. Analisis penggunaan balutan Hidrocolloid1. Responden 1

Perempuan umur 48 tahun pendidikanSMA telahmenderita DM selama ± 6 tahundengankadar glukosa darah kontrol 235 gr/dlmendapatkan balutan hidrokoloid sebagaibalutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.Prosedur standar dalam merawat lukadiberikanpada responden dan dilakukan follow upperkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15.

Berdasarkan hasil observasi hari 1didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar0 cm dengan panjang luka granulasi 4.3 cm.Terlihat kedalaman luka mencapai otot, tendondan sebagian dasar luka belum kelihatandenganproduksi eksudat banyak, ada tanda-tandainfeksi yangmenyertai ulkus kaki diabetik yangdiderita responden, Granulasi sebanyak 45%,slough = 25 %, nekrotik = 25 %, epitelisasi = 0%Setelah prosedur standar perawatan lukadilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan lukadengan balutan hidrokoloid.

Pada hari ke 3belum ada perubahanpada dasar luka, hanya saja jaringan sloughyang mulai agak hancur sedikit-sedikit, warnakuning masih tampak mendominasi permukaanjaringanulkussedang pada kulit sekitar lukamengalami maserasi (pucat) karena pengaruheksudat yang tidak terkontrol, oleh sebab itulama ganti balutan diubah dari tiap 3 hari menjaditiap 2 hari. Dan diberikan pori-pori buatan padabalutan hidrocolloid (balutan primer) tersebutmenggunakan jarum pentul kemudian di tutupdengan gauze kemudian dibalut.

Pada hari ke 7penyembuhan lukatampak mengalami peningkatan yangbaik.Padatepi luka jaringan epitel sudah mulai tampakdengan rerata 0,23 cm.kuning mendominasidasar luka, tendon lebih kelihatan dan mengkilapmnunjukkan tendon masih baik. Sebagian arealuka juga masih terdapat jaringan nekrotiklunaknamun produksi eksudat masih banyak sehinggaperilakumengganti balutan dipertahankan tiap 2hari dengan tehnik yang sama pada haripertama.

Perkembangan luka pada akhir penilaianstatus luka hari ke 15,jaringan slough =30%,nekrotik = 0 %, granulasi = 30, epitelisasi = 40

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

10

%, dimana tebal epitel mencapai 1,87 cm dalamwaktu perawatan 15 hari2. Responden 2

adalah subyek penelitian yang diberikanperawatanluka dengan pilihan balutanhidrokoloid berumur 43 tahun berjeniskelaminperempuan pendidikan terakhir SD dengan kadarglukosa darahkontrol 228 gr/dl, subyek telahmenderita DM selama ±2 tahun

Berdasarkan hasil observasi haripertama didapatkan nilai statusluka dengan totalskor pengukuran 0 cm dengan panjang lukagranulasi = 6cm. Terdapatkantongterowongan/goa) pada luka denganposisi goa arah jam 9 hingga jam3. Pada haripertama penilaian sudah tampakjaringangranulasi 97%, slough = 3% danepitelisasi = 0%. Kedalaman lesi mencapaiotot.Produksi eksudat luka banyak, planningganti balutan setiap 3 hari.Tidak terdapat tanda-tanda infeksi,dilakukan perawatan lukadenganprosedur standar.

Pada hari ke 3 tampak peningkatanganulasi yang lebih bersih dan merah terang,epitelisasi belum ada, masih terdapat kantong(terowongan/goa) pada luka arah jam 9 - jam 3.Pada kulit sekitar luka agak pucat dan mengkerutserta sebagian terkelupas karena pengaruhcairan luka yang berlebihan sehingga perilakuganti balutan diubah dari 3 hari menjadi 2 haridengan tehnik memberikan pori-pori buatanmenggunakan jarum pentul pada balutanhidrocolloid kemudian di berikan gauzediatasnya, dengan maksud cairan yang berlebihdapat terserap oleh gauze melalui pori-poritersebut.

Hari ke 7 observasi status perkembanganluka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka terjadipertumbuhan jaringan epitelisasidengan rerata0,46 cm, warna dasar merahmasih mendominasisedangkan produksi eksudat masih banyaksehingga perilakupenggantian balutandipertahankan setiap 2 hari.

Hari ke 15skorpengukuran re-epitelisasiadalah 1.24 cm yang artinya progrespenyembuhan luka terjadi, dimanapertumbuhanjaringan re-epitelisasi mencapai 10% lebihsedang kantong/goa pada luka masih adanamun tidak bergitu dalam.3. Responden 3

Perempuan, umur 48 tahun pendidikanSMA telahmenderita DM selama ± 6 tahundengankadar glukosa darah kontrol 187 gr/dlmendapatkan balutan hidrokoloid sebagaibalutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.Prosedur standar dalam merawat lukadiberikanpada responden dan dilakukan follow upperkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15.

Berdasarkan hasil observasi hari 1didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar

0 cm dengan panjang luka = 1.8 cm cm. Terlihatkedalaman luka mencapai otot, sebagian dasarluka belum kelihatan tertutup dengan slough,produksi eksudat sedang, tidak ada tanda-tandainfeksi yangmenyertai ulkus kaki diabetik yangdiderita responden, Granulasi sebanyak 80%,slough = 20%, nekrotik = 0%, epitelisasi = 0%Setelah prosedur standar perawatan lukadilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan lukadengan balutan hidrokoloid.

Pada hari ke 3belum banyak terjadiperubahan pada dasar luka, hanya saja jaringanslough yang mulai agak lunak sehinggadilakukan pengangkatan dengan tehnik CSWD,warna merah masih tampak mendominasipermukaan jaringanulkus sedang epitelisasibelum ada kemajuan, karena jumlah eksudatluka sedang atau terkontrol, perilaku gantibalutan tetap dipertahankan 3 hari.

Pada hari ke 6 penyembuhan lukatampak mengalami kemajuan yangbaik.Pada tepiluka jaringan epitel sudah mulai tampak denganrerata 0.05 cm.merah mendominasi dasar luka.Sebagian area luka masih terdapat jaringanslough, produksi eksudat sedangsehinggaperilakumengganti balutan dipertahankan tiap 3hari.

Perkembangan luka pada akhir penilaianstatus luka hari ke15,jaringan slough =0%,nekrotik = 0 %, granulasi = 15%, epitelisasi =75%, sebagian luka belum mengalami epitelisasikarena masih terdapat kantong yaitu arah jam 11- jam 1, sedangkan tebal re-epitelisasi mencapai0.52 cm dalam waktu perawatan 15 hari.4. Responden 4 adalah subyek penelitian yang

diberikan perawatanluka dengan pilihanbalutan hidrokoloid berumur 47 tahunberjeniskelamin laki-laki, pendidikan terakhirSMP dengan kadar glukosa darahkontrol177gr/dl, subyek telah menderita DM selama± 6 tahun

Berdasarkan hasil observasi haripertama didapatkan nilai statusluka dengan totalskor pengukuran 0 cm dengan panjang luka =6,2 cm. Tepi luka rapat dan tidak ada kantong.Pada hari pertama penilaian sudah tampakjaringangranulasi 50%, slough = 50% danepitelisasi = 0%. Kedalaman lesi mencapaiotot.Produksi eksudat sedang, planning gantibalutan setiap 3 hari.Tidak terdapat tanda-tandainfeksi,dilakukan perawatan lukadenganprosedur standar.

Pada hari ke 3 tampak peningkatanganulasi yang lebih bersih dan merah terang, re-epitelisasi sudah tampak dengan rerata 0,52cm.Produksi eksudat sedikit sehingga perlakuanganti balutan tetap dipertahankan hingga 3 hari.

Hari ke 6 observasi status perkembanganluka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka terjadipertumbuhan jaringan epitelisasi dengan rerata

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

11

1.05 cm, warna dasar merah masihmendominasi sedangkan produksi eksudatsedikit sehingga perilakupenggantian balutandipertahankan setiap 3 hari.

Hari ke 15 rerataskorpengukuran re-epitelisasi adalah cm 2.64 cm yang artinyaprogres penyembuhan luka terjadi,dimanapertumbuhan jaringan re-epitelisasimencapai 90% sedang granulasi 10% dimanapermukaan luka hampir menutup seluruhnya.B. Analisis penggunaan balutan NaCl+Gauze1. Responden 5

Perempuan, umur 48 tahun pendidikanSMP telahmenderita DM selama ± 6 tahundengan kadar glukosa darah kontrol 253gr/dlmendapatkan balutan NaCl + Gauze sebagaibalutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.Prosedur standar dalam merawat lukadiberikanpada responden dan dilakukan follow upperkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15dengan perilaku ganti balutan perhari.

Berdasarkan hasil observasi hari 1didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar0 cm dengan panjang luka = 19 cm. Terlihatkedalaman luka mencapai otot, tendon dantulangsebagian dasar luka tertutup denganslough, produksi eksudat sangat banyak, adatanda-tanda infeksi yangmenyertai ulkus kakidiabetik yang diderita responden, Granulasisebanyak 50%, slough = 50%, nekrotik = 0%,epitelisasi = 0%, terdapat kantong di arah jam 10– jam 2.Setelah prosedur standar perawatan lukadilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan lukadengan balutan hidrokoloid.

Pada hari ke 3 belum banyak terjadiperubahan pada dasar luka, hanya saja jaringanslough yang mulai agak lunak sehinggadilakukan pengangkatan dengan tehnik CSWD,warna merah dan kuning masih tampakmendominasi permukaan jaringanulkus sedangepitelisasi belum ada kemajuan, karena jumlaheksudat luka masih sangat banyak, dan bautidak sedap akibat infeksi,masih terdapatkantong pada arah jam 10- jam 3, perilaku gantibalutan tetap dipertahankan perhari.

Pada hari ke 7 penyembuhan lukabelum tampak mengalami kemajuan.Pada tepiluka jaringan epitel belum ada. Setelahmelakukan CWSD Sebagian area luka masihterdapat jaringan slough 15% sedangkangranulasi meningkat menjadi 85%, jaringanslough yang tertinggal merupakan jaringansubkutan yang telah mati. Dari dalam kantongmasih memproduksi eksudat yang sangatbanyak dan bau tidak sedap masih tetapada,sehingga perilakumengganti balutandipertahankan perhari.

Perkembangan luka pada akhir penilaianstatus luka hari ke 15, jaringan slough masihtetap 15%, nekrotik = 0 %, granulasi = 82%,

epitelisasi = 3%, sebagian besar luka belummengalami epitelisasi karena masih terdapatkantong yaitu dari arah jam 10 - jam 3 danproduksi eksudat masih banyak dan bau tidaksedap masih tetap ada, sedangkan rerata tebalre-epitelisasi hanya mencapai 0.34 cm dalamwaktu perawatan 15 hari.2. Responden 6

adalah subyek penelitian yang diberikanperawatanluka dengan pilihan balutan NaCl +Gauze berumur 42 tahun berjeniskelaminperempuan, pendidikan terakhir SMP dengankadar glukosa darahcontrol228gr/dl, subyek telahmenderita DM selama ± 2 tahun

Berdasarkan hasil observasi haripertama didapatkan rerata skor pengukuran lukasebesar 0 cm dengan panjang luka = 23,8 cm.Tepi luka terdapat epitelisasi yang sangat tebalseakan pertumbuhannya terhambat namun tidakada kantong. Pada hari pertama penilaian sudahtampak jaringangranulasi 80%, slough = 10 %dan epitelisasi = 15 %. Kedalaman lesi mencapaiotot dan tulang.Produksi eksudat sangatbanyak.Tidak terdapat tanda-tandainfeksi,dilakukan perawatan lukadenganprosedur standar.

Pada hari ke 3 tampak peningkatanganulasi yang lebih bersih namun slough masihtetap sama tidak ada perubahan, saat pergantianbalutan terjadi perdarahan karena Gauze yangmelekat pada permukaan granulasi, epitelisasimasih tampak sama atau tebal belum adaperubahan. Produksi eksudat masih sangatbanyak, sehingga perlakuan ganti balutan tetapdipertahankan perhari.

Hari ke 7 observasi status perkembanganluka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka masihsama belum terjadi pertumbuhan jaringanepitelisasi, tampak pada epitel tersebut masihmenebal belum ada kemajuan.Warna dasarmerah masih mendominasi sedangkan produksieksudat masih banyak sehinggaperilakupenggantian balutan dipertahankansetiap 1 hari.

Hari ke 15rerataskorpengukuran re-epitelisasi adalah cm 0.06 cm yang artinyameskipun hanya sedikit namun progrespenyembuhan luka terjadi, dimana jaringan epitelmengalami kemajuan dengan rerata 0.06 cmdalam perawatan selama 15 hari.3. Responden 7

Laki-laki, umur 69 tahun pendidikan SMAtelahmenderita DM selama > 10 tahun dengankadar glukosa darah sewaktu180gr/dlmendapatkan balutan NaCl + Gauze sebagaibalutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.Prosedur standar dalam merawat lukadiberikanpada responden dan dilakukan follow upperkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15dengan perilaku ganti balutan perhari.

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

12

Berdasarkan hasil observasi hari 1didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar0 cm dengan panjang luka = 2.3 cm. Terlihatkedalaman luka mencapai otot,warna dasarmerah mendominasi, produksi eksudat sedang,tidakada tanda-tanda infeksi yangmenyertaiulkus kaki diabetik yang diderita responden,Granulasi sebanyak 100%, slough = 0%, nekrotik= 0%, epitelisasi = 0%, tidak terdapat kantong.Setelah prosedur standar perawatan lukadilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan lukadengan balutan NaCl + Gauze.

Pada hari ke 3 belum banyak terjadiperubahan pada dasar luka, warna merahterangmasih tampak mendominasi permukaanjaringanulkus sedang epitelisasi belum adakemajuan, jumlah eksudat luka sedang, perilakuganti balutan tetap dipertahankan perhari.Namun saat pergantian balutan luka, daerahgranulasi berdarah karena pori-pori pada gauzetertanam dalam jaringan granulasi.

Pada hari ke 7 penyembuhan lukasudah tampak mengalami sedikitkemajuan.Padatepi luka jaringan epitel sudah mulai muncul,namun saat pergantian balutan lagi-lagiberdarah. Perilakumengganti balutandipertahankan perhari.

Perkembangan luka pada akhir penilaianstatus luka hari ke 15, granulasi = 90%,epitelisasi = 10%, dimana rerata tebal re-epitelisasi yaitu mencapai 0.31 cm dalam waktuperawatan 15 hari dan balutan luka dianggapberhasil.4. Responden 8

adalah subyek penelitian yang diberikanperawatanluka dengan pilihan balutan NaCl +Gauze berumur 60 tahun berjeniskelaminperempuan, pendidikan terakhir SD dengankadar glukosa darahcontrol 210gr/dl, subyektelah menderita DM selama > 10 tahun

Berdasarkan hasil observasi haripertama didapatkan rerata skor pengukuranepitelisasi luka sebesar 0 cm dengan panjangluka = 2 cm, tidak ada kantong. Pada haripertama penilaian tampak jaringangranulasi100%, slough = 0% dan epitelisasi = 0%.Kedalaman lesi mencapai otot.Produksi eksudatsedang dan bau tidak sedap. Kemudiandilakukan perawatan lukadengan prosedurstandar.

Pada hari ke 3 tampak peningkatanganulasi yang lebih bersih saat pergantianbalutan terjadi perdarahan karena Gauze yangmelekat pada permukaan granulasi, epitelisasimasih belum tampak atau belum ada perubahan.Produksi eksudat sedang dan berbau tidaksedap tetap ada layaknya bau ikan kering yangdijemur, perlakuan ganti balutan tetapdipertahankan perhari.

Hari ke 7 observasi status perkembanganluka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka sudahterjadi pertumbuhan jaringan re-epitelisasinamun masih sangat sedikit dan pada sebagiantepi luka diikuti pertumbuhan kallus yang tidaknomal.Warna dasar merah masih mendominasisedangkan produksi eksudat sedang danbautidak sedap masih tetap ada,perilakupenggantian balutan dipertahankanperhari.

Hari ke 15 rerataskor pengukuran re-epitelisasi adalah cm 0.37 cm yang artinyameskipun hanya sedikit namun progrespenyembuhan luka terjadi, dimana jaringan epitelmengalami kemajuan dengan rerata 0.37 cmdalam waktu perawatan selama 15 hari. Bautidak sedap sudah hilang seiring berkurangnyakallus yang dikikis setiap pergantian balutanyang dimulai sejak hari ke 8 hingga hari ke 15.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan tentang “perbandinganpertumbuhan jaringan re-epitelisasi antaraperawatan luka menggunakan balutan lukahidrocolloid dengan NaCl + Gauze padapenderita ulkus diabetik di RS. BhayangkaraMakassar”, maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:1. Ada perbedaan signifikan rerata skor luka

yang disertai dengan perkembanganpenyembuhan luka kearah yang lebih baikpada responden yang menggunakan teknikmodern dressing hydrocolloid dimana P <0.05 atau P = 0.03.

2. Ada perubahan rerata skor pada masing-masing responden baik yang mengunakanBalutan Hidrocolloid maupun yangmenggunakan balutan NaCl+Gauze, dimanarerata skor balutan Hidrocolloid yaitu 1.57cm, sedangkan rerata skor balutanNaCl+Gauze yaitu 0.27 cm dalam waktu 15hari perawatan.

3. Responden yang menggunakan teknikbalutan hidrokoloid memperlihatkangambaran perkembangan penyembuhanulkus kaki diabetik lebih cepat dariresponden yang menggunakan teknikbalutan kasa konvensional.

4. Hasil uji Independent T-Test, Nilai F = 7.116yang berarti penggunaan balutanHidrocolloid 7 kali lebih baik dibandingkanpenggunaan balutan NaCl + Gauze.

REFERENSIAbramo, F., Argiolas, S., Pisani, G., Vannozzi, I.,

Miragliotta, V. (2010). Effect ofaHydrocolloid Dressing on First IntentionHealing Surgical Wounds inThe dog: aPilot Study. Tersedia dalam :

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

13

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18304046 [Diakses tanggal 16 Maret 2016]

Alimuddin. (2012). ’Topikal Terapi’, Materidipresentasikan dalam WorkhsopNasional Wound Diabetik, 28 April 2012,ETN CENTRE, Makassar.

Amelia, N. (2012). Faktor – Faktor Yangmempengaruhi kinerja Perawat dalammemberikan Asuhan keperawatan diRumah Sakit Roemani Semarang,tersedia dalam:http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php/jtptunimus-gdl-nitaamelia-5341-3-babii.pdf. [Diakses pada tanggal 9Februari 2016]

American Diabetes Association (ADA). 2010Diagnosis and Classification of DiabetesMellitus. Vol. 33. p . 562. Tersedia dalam:http://care.diabetesjournals.org/content/33/Supplement_1/S62.full.pdf+html[Diakses pada tanggal 5Februari 2016]

American Diabetes wholesale (ADW). 2007Restore Calcium Alginate Dressing.Tersedia dalam:http://www.hollisterwoundcare.com[Diakses pada tanggal 5 Februari 2016]

Arisanty, I.P. 2013. Konsep Dasar ManajemenPerawatan Luka. Jakarta : EGC

Barbara. 2001. Bates – Jensen WoundAssesment Tool. Tersedia dalam :http://www.geronet.med.ucla.edu/centers/borun/modules/Pressure_ulcer_prevention/puBWAT.pdf. [Diakses pada tanggal3 Maret 2016].

Chaby, G., Seret, P., Vanean, M., Martel, P., etal. (2010). Dressing for AcuteandChronic Wounds ; a SystematicReview, Tersedia dalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17938344 [Diakses tanggal 19 Februari2016]

Dharma, K.K. (2011). Metodologi PenelitianKeperawatan (Pedoman MelaksanakanDan Menerapkan Hasil Penelitian).Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dinh, T., Tecilazich, F., Kafanas, A., Doupis, J.,et al. (2012). MechanismsInvolved InThe Development and Healing ofDiabetic Foot.Tersedia dalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22688339[diakses tanggal 19 Maret 2016]

Decroli, E. 2010. Profil Ulkus Diabetik padaPenderita Rawat Inap di Bagian PenyakitDalam RSUP Dr M. Djamil Padang.Tersedia dalamhttp://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/ [Diakses padatanggal 19 Februari 2016].

Doyle, J.W., dkk. 2010. Kalsium alginat dressingluka topikal. Dimensi baru dalam

pengobatan yang efektif untuk cost--exudating luka kulit dan lukatekanan.Tersediadalamhttp://www.psahealthcare.com/clinical-topics/alginate-calcium-dressing[Diakses pada tanggal 18 Februari2016].

Fujimoto, Y., Shimooka, N., Ohnishi, Y.,Yoshimine, T., Clinical EvaluationofHydrocolloid Dressing ForNeurosurgical Wounds. Tersedia dalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18262632 [Diakses tanggal 16Februari2016]

Gitarja, S.W. (2008). Perawatan Luka Diabetes.Bogor; Wocare Publising.

Hastuti, R. T. (2008). Faktor – Faktor RisikoUlkus Diabetika pada Penderita Diabetesmellitus, (Studi Kasus di RSUD. Dr.Moewardi Surakarta. Tersedia dalam:http://[email protected]/18866[Diakses pada tanggal 19 Februari 2016]

Heyneman, A., Beele. H., Vaderwee, K., Defloor,T. (2008). A Systematic ReviewOf TheUse Of Hidrocolloid In The Treatment OfPressure Ulcers. Tersedia dalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18416792 [Diakses tanggal 19 Februari2016]

Herniyanti. 2013.Gambaran Status Luka UlkusKaki Diabetik YangDirawatMenggunakan Teknik ModernDressing HydrocolloidDan TeknikKonvensional GauzePada PasienDiabetes Melitus. Tersedia dalamhttp://www.repository.usu.ac.id[Diaksespada tanggal 18 Februari 2016]

Hidayah, A. (2012). Tingkat Pengetahuan PasienDiabetes Mellitus Tentang RisikoTerjadinya Ulkus Kaki Diabetes di PoliKlinik Penyakit Dalam Rumah SakitUmum Pusat Haji Adam Malik Medan.Tersedia dalam :http://www.repository.usu.ac.id[Diaksespada tanggal 18 Februari 2016]

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian DalamKeperawatan Dan Teknik Analisa Dataed. 1. Jakarta : Salemba Medika.

Martin, FT., O’Sullivan, JB., Regan, PJ.,McCann, J., Kelly, JL.(2010).Hydrocolloid Dressing in PediatricBurns May DecreaseOperativeIntervention Rates. Tersediadalam :http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20223327, [Diakses tanggal 16 Maret 2016]

Maryuani Anik. 2013. Step By Step PerawatanLuka Diabetes dengan MetodePerawatan Luka Modern.Bogor : INMEDIA, p. 2 – 86.

JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

14

Miguel, L.S., Torra, I.B.J.E., Verdy, S.J. (2009).Economic Of Pressure UlcerCare:Review Of The Literature on ModernVersus Traditional Dressing. Tersediadalam :http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed,[Diakses tanggal 23 Februari 2016]

Morison, M. J. 2015. Manajemen Luka. Florinda,Ester, M & Kurnianingsih, S. Jakarta :EGC, p. 1 – 4.

Nurrahmani, U. (2012). Stop! Diabetes.Yogyakarta: Familia.

Novriansyah, R. (2008). Perbedaan KepadatanKolagen Di Sekitar Luka Insisi TikusWistar Yang Ditutup Secara KeringDengan Kasa Konvensional Dan SecaraLembab Dengan Penutup OklusifHidrokoloid Selama 2 Dan 14hari.Tersedia dalam:http://eprints.undip.ac.id/28847.[Diaksespada tanggal 3 Februari 2016]

Potter, P.A., Perry, A.G. (2009). FundamentalKeperawatan. Ed.7. terjemahan olehDiah Nur Fitri., Onny Tampubolon.,Farah Diba. Jakarta: SalembaMedika.Muliawan, M., Semadi, N., Yasa,K.P. 2007. ―Pola Kuman dan Korelasi Klinis Ulkus Kaki Diabetikum di RSUPSanglah Denpasar― (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Payne, WG., Posnett, J., Alvarez, O., et al.(2009). A Prospective, RandomizedClinical Trial To Asses The Cost-Effectiveness Of A Modern FoamDressing Versus A Traditional SalineGauze Dressing In The Treatment OfStage II Pressure Ulcers. Tersediadalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19246785. [Diakses pada tanggal 10Februari 2016]

Qilsi, F.R.M. (2010). Hubungan AntaraHiperglikemia, Usia dan Lama Menderitapasien Diabetes dengan Angka KejadianNeuropati Diabetika. Tersedia dalam:http://www.umi.ac.id/4761-6454-1-PB.pdf. [Diakses pada tanggal 5Februari 2016]

Rahma, F. N. 2014. Tesis : Pengaruh PemberianSalep Ekstrak Daun Binahong TerhadapPre-Epitelisasi Pada Luka Bakar TikusSprague Dawley. Tersedia dalam :http://r.search.yahoo.com/_FARAH%2520NABILLA%2520RAHMA.pdf. [Diaksestanggal 18 Maret 2016]

Singh, A., Halder, S., Menon, GR., Chumber, S.et al. (2012). Meta – AnalysisOfRandomized Controled OnHydrocolloid Occlusive DressingVersusConventional Gauze Dressing in

The Healing Of Chronic Wounds.Tersedia dalamhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15564189. diakses tanggal 20 maret 2016,

Suyono, S. (2011). ’Kecenderungan PeningkatanJumlah Penyandang Diabetes’ dalamSidartawan, S. Pradana, S. Imam, S.(editor), Penatalaksanaan DiabetesMelitus Terpadu, ed. 2. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.

Steed, L.D., Attinger, C.MD., Colaizzi, T.,Crossland, M. et al (2006). Guidelines OfThe Treatment Of Diabetic Ulcers.Tersedia dalam:http:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/j.1524-475X.2006.00176.x.pdf.[Diakses padatanggal 18 Februari 2016]

Tambunan, M dan Gultom, Y. (2011). ’PerawatanKaki Diabetes’ dalam Sidartawan, S.Pradana, S. Imam, S. (editor),Penatalaksanaan Diabetes MelitusTerpadu, ed. 2. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.

Tarigan, R., Pemila, U. (2008). Perawatan luka”Moist Wound Healing”. Tersedia dalam:http://www.fik.ui.ac.id[Diakses padatanggal 19 Februari 2016]

Teshima, H., Kawano, H., Kashikie, H.,Nakamura, K., et al. (2009). ANewHydrocolloid Dressing PreventsSurgical Site Infection ofMedianSternotomy Wounds. Tersediadalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19784722[Diakses tanggal 16 Maret 2016,

Ubbink, D.T., Vermeulen, H., Hattem, J.V. et al.(2008). Occlusive vs Gauze DressingFor Local Wound Care In SurgicalPatients. Tersedia dalam :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/JCN.[Diakses pada tanggal 3 Februari2016]

Wijaya, A.S., Putri, Y.M. 2014. KeperawatanMedikal Bedah 2. Jakarta : Numed

WHO. 2006. Definition and Diagnosis ofDiabetes Mellitus and IntermediateHyperglycaemia. Geneva : WHO LibraryCataloguing p. 9. Tersedia dalam :http://www.who.int/diabetes/publications/[Diakses pada tanggal 3 Februari 2016]