pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih...

16
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YUDHY IRHANANTO A.420 100 127 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: doancong

Post on 01-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM

AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANGBERBEDA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

YUDHY IRHANANTOA.420 100 127

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi
Page 3: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi
Page 4: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM

AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANGBERBEDA

Yudhy Irhananto, A 420 100 127, Program Studi Pendidikan Biologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2014

ABSTRAK

Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yangdapat dikonsumsi serta mempunyai kandungan gizi tinggi seperti karbohidrat,kalsium, protein, zat besi, lemak, kalium dan fosfor. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (Pleurotusostreatus) pada komposisi media tanam ampas kopi dan daun pisang keringyang berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)dengan satu faktor komposisi ampas kopi dan daun pisang kering yaitu Y0(tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50 g + daunpisang kering 25 g), Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g), Y3(ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g), Y4 (ampas kopi 25 g + daunpisang kering 15 g). Analisis data pengujian menggunakan One Way Anova.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur tiram putih (waktupemenuhan miselium) paling cepat pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dandaun pisang kering) selama 28,7 hari. Produktifitas jamur tiram putih (Σ totalpanen jumlah tubuh buah dan Σ total panen berat segar tubuh buah) tertinggipada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helaipada panen pertama, 11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panenpertama, 110 g pada panen kedua.

Kata kunci : Pleoratus ostreatus, ampas kopi, daun pisang kering

Page 5: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

1

A. PENDAHULUAN

Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanian yang

mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut

Cahyana (1999), kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein 27%, lemak

1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, kalori 265 Kkal. Selain

kandungan gizinya yang tinggi, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan

yaitu sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat

mencengah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung (Pasaribu, dkk

2002).

Suriawiria (2000), budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum

dapat untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap hari. Padahal prospek

pengusahaan jamur tiram putih cukup cerah, karena pangsa pasar untuk

ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal kualitas dan kuantitas produksi sesuai

dengan persyaratan. Budidaya jamur tiram putih tidak terlalu membutuhkan

modal besar karena salah satu media tanamnya adalah serbuk gergaji.

Menurut Suprapti (2000), budidaya jamur tiram putih dapat dilakukan dengan

teknologi sederhana menggunakan media tanam dari serbuk gergaji kayu.

Serbuk gergaji merupakan limbah dari pabrik kayu yang mudah diperoleh.

Yuniasmara, dkk (1999), jamur tiram dapat tumbuh pada media yang

mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu lignin,

karbohidrat (selulosa dan glukosa), nitrogen, serat, dan vitamin. Media tanam

yang biasanya digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram yaitu serbuk kayu

gergaji, bekatul, jerami, sekam, tepung beras. Menurut penelitian Winarni

(2002), produksi jamur tiram putih (Pleuratus ostreatus) menunjukkan bahwa

formulasi paling baik media tanam terhadap produksi jamur tiram putih

adalah serbuk gergaji kayu 15 kg, bekatul 2,25 kg, gips 0,15 kg, kapur 0,375

kg.

Di daerah Baki, Sukoharjo banyak warga yang mengkonsumsi kopi,

dari konsumsi kopi tersebut menghasilkan ampas kopi yang hanya di buang

begitu saja. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada

media tanaman jamur tiram putih, karena ampas kopi mengadung protein,

Page 6: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

2

nitrogen, lignin dan selulosa yang di butuhkan dalam pertumbuhan jamur

tiram putih, pemanfaatan daun pisang kering kurang terutama hanya dibakar

sebagai pengganti kayu atau minyak tanah, maka diperlukan inovasi

diversifikasi pemakaian daun pisang kering secara optimal. Di daun pisang

kering dapat di manfaatkan sebagai bahan tambahan media tanam jamur tiram

putih, karena mengandung karbon, selulosa dan lignin yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan jamur tiram putih.

Menurut S. Caetano (2012), kandungan ampas kopi meliputi total

karbon 47,8-58,9%; total nitrogen 1,9-2,3%; protein 6,7-13,6 g/100g; abu

0,43-1,6%; selulosa 8,6%.

Hasil penelitian Elliyanti (2002), menunjukan bahwa komposisi

medium serbuk gergaji kayu sengon 25% dan alang-alang 75% berpengaruh

terhadap pertumbuhan miselium lebih cepat, karena medium tanam tersebut

tidak padat, sehingga miselium dapat menjalar ke segala arah dalam medium

tersebut.

Daun pisang kering merupakan salah satu bagian tanaman pisang yang

mengandung hemiselulosa sehingga dapat dijadikan media tanam jamur.

Menurut Chang (1982), komponen organik daun pisang kering (gr/100 gr

berat kering sampel) adalah selulosa 10,85; hemiselulosa 19,96; lignin 18,21;

total C 50,52; C/N rasio 29,54. Hasil penelitian Mayun (2007), limbah daun

pisang merupakan media tanam jamur merang yang paling baik dibandingkan

limbah pertanian yang lain seperti kulit kopi, alang-alang, dan jerami.

Hasil penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun

pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon 75% dapat

meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih. Hartadi dalam

Suryani (2007), kandungan daun pisang kering terdiri atas bahan kering

16,0%, protein kasar 2,3%, serat kasar 3,7%, lemak 6,0%, kadar abu 1,9%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaruh

pupuk kandang ayam pada media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil

jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

Page 7: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

3

B. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Mei 2014, didesa Sugihan Rt

21/ Rw 05, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Metode Penelitian

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu (ampas

kopi + daun pisang kering) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu Y0 (tanpa

ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50g + daun pisang

kering 25g), Y2 (ampas kopi 50g + daun pisang kering 15g), Y3 (ampas kopi

25g + daun pisang kering 25g), Y4 (ampas kopi 25g + daun pisang kering15g)

, setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali.

Tahap penelitian dimulai dari Persiapan media tanam, pengomposan,

pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan,

pemeliharaan pertumbuhan jamur tiram putih dan panen. Parameter yang

diamati adalah lama pertumbuhan miselium (hari), jumlah tubuh buah (helai)

dan berat segar tubuh buah jamur (gram).

Teknik pengumpulan data dengan percobaan langsung. Data diuji

menggunakan uji statistik One-Way ANOVA (α = 0,05). Analisis data dengan

menggunakan program computer SPSS(Statistic Product and Service Solution

) 17.0 for Windows

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pertumbuhan miselium dan hasil jamur tiram putih yang

meliputi jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah sebagai berikut.

1. Waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih

Waktu pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium

sampai memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan inokulasi

yaitu munculnya miselium. Disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Page 8: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

4

Tabel 4.1 Rata-rata waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih

Perlakuan WaktuPemenuhan

miselium (hari)Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) 28,7*Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g) 39**Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g) 37,7Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) 36,3Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g) 35,3*Waktu pemenuhan miselium paling cepat**Waktu pemenuhan miselium paling lama

Tabel 4.1 menunjukkan waktu pemenuhan miselium pada baglog

paling cepat penuh selama 28,7 hari pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi

dan tanpa daun pisang kering). Rata-rata waktu pemenuhan miselium

jamur tiram putih paling lama 39 hari pada perlakuan Y1 (ampas kopi 50

g, dan daun pisang kering 25 g).

2. Jumlah Tubuh Buah dan Berat Segar Tubuh Buah

Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih disajikan

pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Rata-rata berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih

Perlakuan PanenBerat segar

tubuh buah (g)

Σ berat segartubuh buah

(g)

Jumlahtubuh buah

(helai)

Σ jumlahtubuh buah

(helai)

Y01 96,67

430*8

36*2 46,67* 4*

Y11 100

4909

512 63,33 8

Y21 120

64013

672 93,33 10

Y31 126,67**

710**17**

83**2 110 11

Y41 93,33

55011

542 90 7

Keterangan:Y0: tanpa ampas kopi dan daun pisang keringY1: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 gY2: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 gY3: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 gY4: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g

Page 9: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

5

*Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling rendah**Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling tinggi

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tubuh buah

jamur tiram putih putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas

kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebanyak 17 helai pada panen ke

1, sedangkan jumlah tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada

perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebanyak 4

helai pada panen ke 1.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berat segar tubuh buah jamur

tiram putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +

daun pisang kering 25 g) sebesar 126,67 g pada panen ke 1, sedangkan

berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada

perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebesar

46,67 g pada panen ke 2.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Σ tubuh buah dan berat segar

tubuh buah jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas

kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebesar 83 helai dan 710 g,

sedangkan Σ tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih

paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang

kering) sebanyak 36 helai dan 430 g.

D. Pembahasan

1. Waktu pemenuhan miselium

Pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium

sampai miselium memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan

inokulasi yaitu munculnya miselium. Perbedaan waktu pemenuhan

miselium dapat dilihat pada histogram berikut ini:

Page 10: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

6

Gambar 4.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa waktu pemenuhan

miselium perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering),

yaitu 28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil rendah karena

tanpa nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuhan miselium

perlakuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), yaitu 39

hari paling lama waktu pemenuhan miselium namun hasil tidak lebih

rendah dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) karena

ampas kopi memiliki kandungan lignin 33,6% sehingga agak

mengganggu pemenuhan miselium.

Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lurus polimer dari

1-4-β-D-glukosa dan merupakan komponen terbesar pada dinding sel

tanaman. Keberadaannya pada dinding sel tanaman bersama-sama

dengan hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat tanaman biasa

disebut dengan lignoselulosa. Lignin merupakan polimer kompleks

dari phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam, basa, maupun

enzim lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi lignin adalah

mangan peroxidase, lignin peroxidase, dan cellobiose dehydrogenase.

Karena lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa dalam dinding sel

tanaman, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi oleh selulosa

05

10152025303540

Lam

a (H

ari)

6

Gambar 4.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa waktu pemenuhan

miselium perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering),

yaitu 28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil rendah karena

tanpa nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuhan miselium

perlakuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), yaitu 39

hari paling lama waktu pemenuhan miselium namun hasil tidak lebih

rendah dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) karena

ampas kopi memiliki kandungan lignin 33,6% sehingga agak

mengganggu pemenuhan miselium.

Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lurus polimer dari

1-4-β-D-glukosa dan merupakan komponen terbesar pada dinding sel

tanaman. Keberadaannya pada dinding sel tanaman bersama-sama

dengan hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat tanaman biasa

disebut dengan lignoselulosa. Lignin merupakan polimer kompleks

dari phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam, basa, maupun

enzim lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi lignin adalah

mangan peroxidase, lignin peroxidase, dan cellobiose dehydrogenase.

Karena lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa dalam dinding sel

tanaman, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi oleh selulosa

05

10152025303540

Y0 Y1 Y2 Y3 Y4

28,8

39 37,7 36,3 35,3

Perlakuan

Pemenuhan miselium jamur tiram putih

6

Gambar 4.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa waktu pemenuhan

miselium perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering),

yaitu 28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil rendah karena

tanpa nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuhan miselium

perlakuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), yaitu 39

hari paling lama waktu pemenuhan miselium namun hasil tidak lebih

rendah dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) karena

ampas kopi memiliki kandungan lignin 33,6% sehingga agak

mengganggu pemenuhan miselium.

Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lurus polimer dari

1-4-β-D-glukosa dan merupakan komponen terbesar pada dinding sel

tanaman. Keberadaannya pada dinding sel tanaman bersama-sama

dengan hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat tanaman biasa

disebut dengan lignoselulosa. Lignin merupakan polimer kompleks

dari phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam, basa, maupun

enzim lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi lignin adalah

mangan peroxidase, lignin peroxidase, dan cellobiose dehydrogenase.

Karena lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa dalam dinding sel

tanaman, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi oleh selulosa

35,3

Y0

Y1

Y2

Y3

Y4

Page 11: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

7

dan hemiselulosa. Bahkan, lignin mampu mengadsorpsi enzim

selulase meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja merugikan dalam

proses hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enzim yang dapat

menghidrolisis selulosa adalah selulase. Kapang yang bisa

menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride.

Lama pemenuhan miselium dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur yang digunakan.

Guna menunjang pemenuhan miselium pada jamur tiram, idealnya

ruang inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelembaban 90-100%

(Ipuk dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat kepadatan baglog

juga mempengaruhi pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu

padat maka miselium juga akan sulit untuk memenuhi ke seluruh

permukaan baglog, oleh karena itu dalam pengisian baglog

diusahakan untuk tidak terlalu padat atau terlalu renggang.

2) Jumlah tubuh buah jamur tiram putih

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter

pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram

putih. Perbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram putih dapat dilihat

pada histogram berikut ini. Berikut adalah histogram hasil rata-rata

jumlah tubuh buah jamur tiram putih:

Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih

7

dan hemiselulosa. Bahkan, lignin mampu mengadsorpsi enzim

selulase meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja merugikan dalam

proses hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enzim yang dapat

menghidrolisis selulosa adalah selulase. Kapang yang bisa

menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride.

Lama pemenuhan miselium dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur yang digunakan.

Guna menunjang pemenuhan miselium pada jamur tiram, idealnya

ruang inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelembaban 90-100%

(Ipuk dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat kepadatan baglog

juga mempengaruhi pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu

padat maka miselium juga akan sulit untuk memenuhi ke seluruh

permukaan baglog, oleh karena itu dalam pengisian baglog

diusahakan untuk tidak terlalu padat atau terlalu renggang.

2) Jumlah tubuh buah jamur tiram putih

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter

pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram

putih. Perbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram putih dapat dilihat

pada histogram berikut ini. Berikut adalah histogram hasil rata-rata

jumlah tubuh buah jamur tiram putih:

Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih

8 9

13

17

11

4

810 11

02468

1012141618

YO Y1 Y2 Y3 Y4

Hel

ai

Perlakuan

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih

7

dan hemiselulosa. Bahkan, lignin mampu mengadsorpsi enzim

selulase meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja merugikan dalam

proses hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enzim yang dapat

menghidrolisis selulosa adalah selulase. Kapang yang bisa

menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride.

Lama pemenuhan miselium dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur yang digunakan.

Guna menunjang pemenuhan miselium pada jamur tiram, idealnya

ruang inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelembaban 90-100%

(Ipuk dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat kepadatan baglog

juga mempengaruhi pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu

padat maka miselium juga akan sulit untuk memenuhi ke seluruh

permukaan baglog, oleh karena itu dalam pengisian baglog

diusahakan untuk tidak terlalu padat atau terlalu renggang.

2) Jumlah tubuh buah jamur tiram putih

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter

pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram

putih. Perbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram putih dapat dilihat

pada histogram berikut ini. Berikut adalah histogram hasil rata-rata

jumlah tubuh buah jamur tiram putih:

Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih

11

7

Y4

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih

Panen 1

Panen 2

Page 12: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

8

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa jumlah tubuh buah

jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +

daun pisang kering 25 g) 17 helai pada panen pertama dan 11 helai

pada panen kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Y3 (komposisi ampas

kopi 25 g dan daun pisang kering 25 g) berpengaruh terhadap jumlah

tubuh buah jamur tiram putih.

Nutrisi yang terkandung dalam penambahan ampas kopi

adalah unsur nitrogen kisaran 2,3%, selulosa 8,6%, hemiselulosa

36,7%, protein 6,7–13,6% yang dapat memacu pertumbuhan dan hasil

tubuh buah jamur. Sesuai dengan pernyataan Soenanto dalam Steviani

(2011), bahwa nitrogen berfungsi untuk pembentukan protein, dan

membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya untuk

memacu pertumbuhan tubuh buah jamur. Sesuai juga dengan

pernyataan Darlina (2008), protein merupakan sumber nitrogen yang

dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang sedang aktif tumbuh,

sehingga mempengaruhi diameter tudung jamur.

Hasil rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih pada

panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,

hal ini disebabkan menurunnya nutrisi pada media sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram.

3) Berat segar tubuh buah jamur tiram putih

Berat segar tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter

pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram

putih. Perbedaan berat segar tubuh buah jamur tiram putih dapat

dilihat pada histogram berikut ini:

Page 13: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

9

Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih berbagai perlakuanmedia

Pengamatan berat segar buah jamur diperoleh hasil bahwa

perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) dengan

rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih 126,67 g pada

panen pertama dan 110 g pada panen kedua, hal tersebut

menunjukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g)

dapat meningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesuai dengan hasil

penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun

pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon

75% dapat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih.

Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih pada

panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,

hal ini disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada media sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Hasil penelitian

Winarni (2002), bahwa rata-rata berat tubuh buah segar jamur yang

dihasilkan setiap kali panen baik panen pertama dan panen kedua

mengalami penurunan, hal ini karena sebagian nutrisi media tanam

telah digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tubuh buah pada

panen pertama.

9

Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih berbagai perlakuanmedia

Pengamatan berat segar buah jamur diperoleh hasil bahwa

perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) dengan

rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih 126,67 g pada

panen pertama dan 110 g pada panen kedua, hal tersebut

menunjukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g)

dapat meningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesuai dengan hasil

penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun

pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon

75% dapat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih.

Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih pada

panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,

hal ini disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada media sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Hasil penelitian

Winarni (2002), bahwa rata-rata berat tubuh buah segar jamur yang

dihasilkan setiap kali panen baik panen pertama dan panen kedua

mengalami penurunan, hal ini karena sebagian nutrisi media tanam

telah digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tubuh buah pada

panen pertama.

0

50

100

150

Y0 Y1 Y2 Y3

96,67 100120 126,67

93,33

46,6763,33

93,33110

gram

Perlakuan

Berat segar tubuh buah jamur tiram putih

9

Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih berbagai perlakuanmedia

Pengamatan berat segar buah jamur diperoleh hasil bahwa

perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) dengan

rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih 126,67 g pada

panen pertama dan 110 g pada panen kedua, hal tersebut

menunjukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g)

dapat meningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesuai dengan hasil

penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun

pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon

75% dapat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih.

Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih pada

panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,

hal ini disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada media sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Hasil penelitian

Winarni (2002), bahwa rata-rata berat tubuh buah segar jamur yang

dihasilkan setiap kali panen baik panen pertama dan panen kedua

mengalami penurunan, hal ini karena sebagian nutrisi media tanam

telah digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tubuh buah pada

panen pertama.

Y4

93,33110

90

Berat segar tubuh buah jamur tiram putih

panen 1

panen 2

Page 14: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

10

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat

pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7

hari.

2. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ

total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas

kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama,

11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada

panen kedua.

DAFTAR PUSTAKA

Adikasari, Ria. 2012. “Pemanfaatan Ampas Teh Dan Ampas Kopi SebagaiPenambah Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (SolanumLycopersicum) Dengan Media Hidroponik”. Skripsi. Surakarta: FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Aini, Fitriah Nur. 2013. “Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichhorniacrassipes) terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus)”. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 2, No.1, (2013): 2337-3520

Alex, M. 2011. Meraih Sukses dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang,dan Jamur Kuping. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Belewu.2005. Cultivation of mushroom (Volvariella volvacea) on banana leaves.African Journal of Biotechnology Vol. 4 (12), pp. 1401-1403, December2005

Chang-Ho,Y. 1982. Ecological Studies of Volvaroella volvaceae, dalam Chang,S.T. and T.H. Quimio (Ed.), 1982, Tropical Mushroom: BiologicalNature and Cultivation Methods, Chinese university Press, Hongkong.

Chazali dan Pertiwi,P. 2010. Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Bogor.

Page 15: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

11

Djarijah, N. M dan A. S. Djarijah., 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius,Yogyakarta. Hal 9, 14, 15, 47.

Etty Sumiati. 2006. “Cara Praktis Budidaya Jamur Tiram”. Sinar Tani Edisi 19-25July 2006.

Fan, Leifa., C.R. Soccol. 2005. “Shittake Bag Cultivation”. COFFEERESIDUES.Mushroom Growers. Handbook 2.

Griffin, D.H. 1994. Fungal Physiology. John Wiley & Sons, Inc, New York.

Nofriadi, Edo. 2009. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid SolubleLignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh Et de Vriese danGnetum gnemon Linn. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Houston,D.F. and G.O Kohler, 1982. Nutritional Propertes Of Rice. NationalAcademy Of Science Washington DC.

Isnaeni , W. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher.

Kholisaoh, S. Diyar. 2011. DELIGNIFIKASI SABUT KELAPA DENGANNaOH UNTUK PRODUKSI GULA PEREDUKSI SECARAENZIMATIK. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses: 1411-4216

Moore E and Landecker. 1996. Fundamentals of the Fungi. Edisi IV, PrenticeHall, Inc, New Jersey.

Mutakin, Jenal. 2006. “Uji Kultivasi Efisiensi Biologi Jamur Tiram (Pleurotusspp.) Liar dan Budidaya”. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. InstitutPertanian Bogor.

Nelson, Scot. 2008. “Black Leaf Streak of Banana”. Plant Disease, PD-50

Redaksi Agromedia. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka.Jakarta.

Rismunandar, 1984. Mari Berkebun Jamur. Ternate. Bandung.

S. caetano, Nidia. 2012. “Valorization of Coffee Grounds for BiodieselProduction”. CHEMICAL ENGINEERING TRANSACTIONS, VOL. 26,2012. DOI: 10.3303/CET1226045

Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram Budidaya dan Peluang Usaha. Semarang:Aneka Ilmu.

Page 16: PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH …eprints.ums.ac.id/30033/18/Naskah_Publikasi..pdf · pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) pada komposisi

12

Steviani, Susi. 2011. “Pengaruh Penambahan Molase Dalam Berbagai Media PadaJamur Tiram (Pleurotus ostreatus)”. Skripsi. Surakarta: FakultasPertanian, Universitas Sebelas Maret.

Suprapti S. 1988. “Pengaruh penambahan dedak terhadap produksi jamurtiram”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 5 (6): 337-339

Suryani, T. 2007. Kajian Komposisi Medium Tumbuh pada Pertumbuhan danHasil Dua Varietas Jamur Tiram(Laporan Penelitian). UniversitasWangsa Manggala, Yogyakarta.

Sutanto, Rahman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisus.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogya: UGM Press

Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta : UMM Press.

Widiyastuti, B. 2008. Budi Daya Jamur Kompos: Jamur Merang, Jamur Kancing(Champignon), Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarni, Inggit. Rahayu, Ucu. (2002). “Pengaruh Formulasi Media Tanamdengan Bahan Dasar Sebuk Gergaji terhadap Produksi Jamur TiramPutih (Pleuratus Ostreatus)”. Jurnal jurusan pendidikan Biologi,Fakultas MIPA Universitas Terbuka.