pertumbuhan dan kandungan ursolic acid rumput

77
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Sarjana Sains Oleh: Khoirul Anam NIM. M0404042 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

Upload: ngotuyen

Post on 12-Jan-2017

248 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI

KETERSEDIAAN AIR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Sarjana Sains

Oleh Khoirul Anam

NIM M0404042

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

Oleh Khoirul Anam

NIM M0404042

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Tanda Tangan Pembimbing I Widya Mudyantini MSi

NIP19730505 199903 2 001

Pembimbing II Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt

NIP 19800510 200501 2 002

Surakarta

Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001

ii

PENGESAHAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

Oleh Khoirul Anam NIM M0404042

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta

Penguji I

Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001

Penguji III

Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001

Penguji II

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002

Penguji IV

Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001

Mengesahkan

Dekan FMIPA

Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001

Ketua Jurusan Biologi

Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut

Surakarta

Khoirul Anam NIM M0404042

iv

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

KHOIRUL ANAM

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air

v

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 2: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

Oleh Khoirul Anam

NIM M0404042

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Tanda Tangan Pembimbing I Widya Mudyantini MSi

NIP19730505 199903 2 001

Pembimbing II Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt

NIP 19800510 200501 2 002

Surakarta

Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001

ii

PENGESAHAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

Oleh Khoirul Anam NIM M0404042

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta

Penguji I

Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001

Penguji III

Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001

Penguji II

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002

Penguji IV

Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001

Mengesahkan

Dekan FMIPA

Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001

Ketua Jurusan Biologi

Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut

Surakarta

Khoirul Anam NIM M0404042

iv

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

KHOIRUL ANAM

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air

v

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 3: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PENGESAHAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

Oleh Khoirul Anam NIM M0404042

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta

Penguji I

Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001

Penguji III

Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001

Penguji II

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002

Penguji IV

Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001

Mengesahkan

Dekan FMIPA

Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001

Ketua Jurusan Biologi

Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut

Surakarta

Khoirul Anam NIM M0404042

iv

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

KHOIRUL ANAM

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air

v

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 4: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut

Surakarta

Khoirul Anam NIM M0404042

iv

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

KHOIRUL ANAM

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air

v

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 5: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR

KHOIRUL ANAM

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air

v

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 6: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY

KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa

This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments

The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability

vi

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 7: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

MOTTO

ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo

(QSAl Anrsquoam [6] 162)

ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)

ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo

(Al-Insyirah [94] 5-6)

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 8: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya

Kakak-kakakku

Almamaters

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 9: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis

corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada

jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat

bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi

Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi

Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

ix

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 10: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi

Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian di laboratorium

Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng

David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi

ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait

Surakarta Februari 2010

Penyusun

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 11: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABCRACT vi

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Perumusan Masalah 3

C Tujuan Penelitian 3

D Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A Tinjauan Pustaka 4

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4

2 Ursolic Acid 7

3 Pertumbuhan 14

4 Ketersediaan Air 15

5 Kromatografi Lapis Tipis 17

6 Spektrofotometer 19

B Kerangka Pemikiran 21

C Hipotesis 22

xi

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 12: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB III METODE PENELITIAN 23

A Waktu dan Tempat Penelitian 23

B Alat dan Bahan 23

C Rancangan Penelitian 24

D Cara Kerja 25

E Analisis Data 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28

A Pertumbuhan 28

1 Jumlah Daun 29

2 Berat Basah 33

3 Berat Kering 35

B Senyawa Ursolic Acid 37

1 Deteksi senyawa ursolic acid 37

2 Kadar senyawa ursolic acid 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

A Kesimpulan 45

B Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 54

RIWAYAT HIDUP PENULIS 62

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 13: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama

2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 14: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan

senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 15: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda 60

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 16: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat

Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup

serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga

tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat

modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut

pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek

kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai

gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar

9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283

spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan

Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat

tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk

1

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 17: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri

murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang

mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah

dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic

acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek

farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et

al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia

(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu

ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan

Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk

mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung

payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)

Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman

ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin

berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat

potensinya cukup besar sebagai tanaman obat

Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak

diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan

mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman

2

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 18: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid

tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan

perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan

produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya

B Perumusan Masalah

1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi

ketersediaan air

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air

2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan

air

D Manfaat Penelitian

1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan

tentang budidaya rumput mutiara

2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi

ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara

sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit

sekundernya

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 19: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB II

LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka

1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

a Klasifikasi Rumput Mutiara

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Hedyotis

Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk

(Hutchinson 1959)

b Deskripsi

Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk

Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan

Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku

Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang

basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa

herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan

Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi

empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan

bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun

4

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 20: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol

tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti

payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai

bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau

kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji

bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih

kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)

Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode

vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada

tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh

pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan

ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)

5

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 21: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama

daerahnya adalah

bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara

(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)

bull Shui xian cao (China)

bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)

c Kegunaan dan Kandungan Kimia

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria

(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang

menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta

melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian

cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular

(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan

beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan

(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan

saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi

saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker

leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker

nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)

Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic

acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic

acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor

subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi

6

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 22: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti

ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak

metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan

sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif

Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari

ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas

Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane

stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-

glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu

(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide

deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-

hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-

glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu

asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic

acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet

2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)

2 Ursolic Acid

Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-

oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan

senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian

besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa

sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan

mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan

7

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 23: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada

umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka

karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam

karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton

2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972)

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard

(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan

warna hijau-biru (Harborne 1987)

8

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 24: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

2CH CSCoA2

O

2CH CSCoA2

OAsetil-CoA

Thiolase

CH CCH -C-S-CoA2 2

OAsetoasetil-CoA

2CH CSCoA2

OHMG CoA sintase

CH -C-CH -C-S-CoA3 2

CH -COOH2

OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)

2NADPH+2H +

2NADPH +

CH -C-CH -CH -OH3 2 2

CH -COOH2

OH

Asam mevalonat (MVA)

ATP

ADP

MVA kinase

ll

ll

ll

ll

ll

ATP

ADP

MVAP kinase

CH -C-CH -CH -O3 2 2 P

OOH ll

PO

llO

OH

OOCH -COOH2

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

C-CH -CH -O2 2CH3

CH2

CO2H O2

MVA-PP-dekarboksilase

P

O

O

O

O llll

P OH

Oisopentenil-PP (IPP)

C=CH2-CH2--O P

O

OO

O P OH

llll

O

CH3

CH2

IPP-isomerase isomerisasi

dimetilalil-PP (DMAPP)

Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)

9

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 25: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

CH OPP2

isopentenil-PP

C5

CH OPP2

dimetilalil-PP

C10

geranil-PP monoterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

farnesil-PP seskuiterpen

CH OPP2

(IPP)

CH OPP2

geranilgeranil-PP diterpen

2x

CH OPP2

skualen triterpen

C20

C15

C30

CH OPP2

Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)

Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada

respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi

menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat

yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan

dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase

10

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 26: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-

CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz

dan Zeiger 1998)

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan

asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP

kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger

1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl

transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul

farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan

prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)

Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)

Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl

cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation

Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan

perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation

yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-

amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

11

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 27: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)

12

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 28: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Me

Me

MeMe

Me

Me

HO

H

COOH

H

Me

Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai

obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan

pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa

efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al

2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-

mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid

dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur

kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat

dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)

Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker

lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat

(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah

meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar

pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas

antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel

kanker

13

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 29: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

3 Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel

Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan

untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang

luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan

parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan

lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara

dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air

akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan

Guritno 1995)

Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman

atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai

massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan

mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim

diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada

suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)

14

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 30: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

4 Ketersediaan Air

Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat

segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam

isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia

(Fitter dan Hay 1998)

Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari

air Fungsi air bagi tanaman adalah

1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan

meristematik

2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik

3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman

4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap

panas yang baik

5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman

(Jumin 1992)

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan

kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air

meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang

tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen

kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)

15

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 31: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di

lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal

yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air

yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar

tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)

Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada

pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita

stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai

optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan

1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada

daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada

akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)

Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel

tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta

gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan

mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta

bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)

Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara

langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal

sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai

fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)

16

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 32: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu

khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air

terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya

peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na

(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella

asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik

asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)

5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya

berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan

lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang

digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat

Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam

bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas

saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel

yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju

bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan

terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)

17

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 33: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung

dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan

lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan

senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang

kurang polar (Khopkar1990)

Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar

1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika

disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)

(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika

senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi

UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya

penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang

yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka

digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)

Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah

harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut

awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak

Rf =

Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan

dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting

untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan

jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)

18

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 34: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans

suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang

gelombang (Vogel 1994)

Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak

atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana

dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek

daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk

memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum

tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan

spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)

Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni

panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai

absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan

sebagai

IIo

A log=

19

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 35: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =

intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang

gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami

transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa

dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden

1986)

Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot

tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot

tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui

sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer

sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang

sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)

(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot

ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama

dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat

namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson

1991)

20

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 36: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

B Kerangka Pemikiran

Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan

tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan

metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya

Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5

maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran

Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar

Berat basah

Berat kering

Jumlah daun simplisia kering

Analisis fitokimia dengan KLT dan

penetapan kadar ursolic acid

dengan Spektrofotometer UV-vis

serbuk

ekstrak metanol

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)

Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan

21

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 37: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

C Hipotesis

1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput mutiara

2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan

kadar ursolic acid rumput mutiara

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 38: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB III

METODE PENELITIAN

A Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember

2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian

UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS

B Alat dan Bahan

a Alat

Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah

polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang

digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat

timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu

bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan

UV366 dan Spektrofotometer UV-vis

b Bahan

Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam

Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang

dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman

adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari

yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan

kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E

Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan

perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan

23

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 39: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding

Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat

C Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing

perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut

A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)

A80 = 80 kapasitas lapang

A60 = 60 kapasitas lapang

A40 = 40 kapasitas lapang

D Cara Kerja

1 Persiapan

Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang

digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1

Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan

kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari

Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag

dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam

polibag selama 2 minggu

2 Penentuan kapasitas lapang

Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1

kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram

dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat

24

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 40: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya

Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)

3 Perlakuan

Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu

100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap

2 hari sekali

4 Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian

5 Pengamatan Pertumbuhan

Parameter yang diamati meliputi

a Jumlah daun

Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen

b Berat basah

Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan

air yang berbeda selama 2 bulan

c Berat kering

Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering

kemudian baru ditimbang

6 Ekstraksi

Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan

menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender

kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk

25

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 41: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam

Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol

7 Kromatografi lapis tipis

Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan

ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi

keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan

untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-

burchard (LB)

8 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu

x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a

b Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-

26

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 42: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis

pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali

9 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat

kering dengan menggunakan rumus

BVS

Rtimes

=

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)

E Analisis Data

Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering

tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar

perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 43: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah

proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan

menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman

yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil

tanaman

Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan

perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua

sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar

volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya

menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran

namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan

Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel

(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian

ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman

28

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 44: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

1 Jumlah daun

Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun

sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat

penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ

fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi

tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai

indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara

dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut

ini

Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat

pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan

demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam

meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80

KL

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c

29

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 45: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL

yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk

pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis

Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL

yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah

sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan

tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena

pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel

penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)

1804

278 3076

4092

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

40 60 80 100

ketersediaan air ()

jum

lah

daun

(hel

ai)

30

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 46: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-

jum

lah

daun

(he

lai)

100 (KL)

80 (KL)

60 (KL)

40 (KL)

Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput

mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air

berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan

potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya

hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada

daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan

ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup

sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan

stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis

karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat

menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang

31

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 47: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan

perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar

selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini

memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP

mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP

akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin

sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat

Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat

pertumbuhan tanaman

Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena

pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin

merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel

Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air

(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat

menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang

Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman

Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan

Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan

Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah

daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan

32

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 48: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

2 Berat basah

Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada

kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan

integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul

dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme

tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara

dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen

seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat

sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa

segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah

tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah

tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40

KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang

semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan

sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman

semakin tinggi

33

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 49: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40

KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam

tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu

metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air

langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan

pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2

bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk

proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan

utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan

berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke

seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan

634

447

376

125

0

1

2

3

4

5

6

7

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t bas

ah (g

)

34

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 50: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman

kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum

indicum)

3 Berat kering

Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi

senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik

terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat

basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat

basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini

disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan

dengan ketersediaan air yang berbeda

Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c

Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput

mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah

pada ketersediaan 40 KL

Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air

40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat

menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan

CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al

35

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 51: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh

terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar

berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-

rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air

yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan

ketersediaan air yang berbeda

Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan

meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan

stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis

akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)

berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang

terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga

mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya

sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun

akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga

229

159

119

026

0

05

1

15

2

25

40 60 80 100

ketersediaan air ()

bera

t ker

ing

(g)

36

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 52: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman

kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan

tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun

dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan

berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)

B Senyawa Ursolic acid

Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa

triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar

dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki

efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)

anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-

hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)

1 Deteksi senyawa ursolic acid

Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material

adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian

diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses

pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain

ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi

37

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 53: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et

al 1998)

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari

bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus

yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan

sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel

1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk

mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol

selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan

agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-

senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian

disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol

Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic

acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak

petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic

acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan

menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna

serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara

umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak

Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila

38

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 54: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru

(Harborne 1987)

Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar

10

A B C

D E

Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)

Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan

terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-

bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar

UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah

1

Rf

0

035

065

041

013

0

1

Rf

39

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 55: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal

ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi

yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang

Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa

ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki

ikatan rangkap terkonjugasi

Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan

bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar

dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar

10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara

mengandung senyawa ursolic acid

2 Kadar senyawa ursolic acid

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air

40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic

acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid

dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama

2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100

KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid

Perlakuan Ketersediaan air ()

40 60 80 100

Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534

40

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 56: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering

(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami

kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena

turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata

menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang

sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan

Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil

fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic

acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul

glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan

akan diubah lagi menjadi asetil-CoA

3796

4330

4845

7534

0

10

20

30

40

50

60

70

80

40 60 80 100

ketersediaan air ()

kada

r ur

solic

aci

d (

mg)

41

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 57: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi

yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)

menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian

a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan

fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat

b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat

(Anggarwulan dan Solichatun 2001)

Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi

asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah

menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa

ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa

berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid

Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon

ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang

disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal

dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan

karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan

karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan

berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)

42

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 58: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12

Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)

ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat

Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-

fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase

membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami

dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa

Ursolic acid

Lupenyl cation

Oleanyl cation

Geranil-PP

Asam mevalonat (MVA)

Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)

Dimetilalil-PP (DMAPP)

Isopentenil-PP (IPP)

Farnesil-PP (seskuiterpen)

Dammarenyl cation

Skualen Oksidoskualen

Taraxasteryl cation

α-amyrin

Xanthoxin

karotenoid

ABA

Violaxanthin

43

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 59: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya

dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama

membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)

Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase

membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)

Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)

dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang

merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi

kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam

mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid

terhambat

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 60: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air

pertumbuhan semakin meningkat

2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa

ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada

ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering

B Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada

konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)

serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui

pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara

pada kondisi yang lebih tercekam

2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya

matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan

senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 61: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on

Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074

Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida

Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A

Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132

Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary

Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268

Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-

guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]

Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar

Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology

Kluwer Academic Publisher London

46

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 62: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom

Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994

Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184

Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations

Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835

Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga

Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan

oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya

Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed

to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589

Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect

of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794

Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea

ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6

47

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 63: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung

Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi

IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis

Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory

Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia

Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis

corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)

Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C

Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708

Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali

Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou

P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated

48

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 64: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500

Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia

Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada

Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on

Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495

Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and

Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234

Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-

juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori

M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375

Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of

Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26

Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press

Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of

Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542

49

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 65: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740

Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water

Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97

Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese

Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark

Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical

Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines

Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan

Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan

Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB

Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA

Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current

Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan

Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer

Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]

PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21

Februari 2008]

50

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 66: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta

Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress

Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan

Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air

terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96

Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids

Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489

Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006

Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249

Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia

Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung

Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress

on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179

Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta

51

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 67: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds

Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb

Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659

Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of

plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363

Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada

University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air

terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51

Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical

Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia

Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-

Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-

hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879

Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta

52

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 68: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New

York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S

Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660

Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat

Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]

53

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 69: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman

rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)

Berat basah (g)

Berat kering (g)

Kadar ursolic acid (mgg berat

kering)

A (100)

1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907

Rata-rata 4092 63406 22878 753352

A (80)

1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486

Rata-rata 3076 44728 15902 484538

A(60)

1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002

Rata-rata 278 37602 119110 433028

A (40)

1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369

Rata-rata 1804 12514 02546 379616

54

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 70: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

jumlah daun

5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200

20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

jumlah daun

3655 3 16 035

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

jumlah daun

1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

jumlah daun

Duncana

5 18040005 27800005 30760005 4092000

1000 198 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 71: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat basah

5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285

20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat basah

5113 3 16 011

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat basah

66533 3 22178 50410 0007039 16 440

73572 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat basah

Duncana

5 1251405 3760205 4472805 634060

1000 109 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 72: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

berat kering

5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687

20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

berat kering

3030 3 16 060

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

berat kering

10804 3 3601 21558 0002673 16 167

13477 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

berat kering

Duncana

5 254605 1191005 1590205 228780

1000 142 1000

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 73: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

Oneway

Descriptives

kadar ursolic acid

5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907

20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907

A(40)A(60)A(80)A(100)Total

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ursolic acid

1913 3 16 168

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

kadar ursolic acid

4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

kadar ursolic acid

Duncana

5 37961605 43302805 48453805 7533520

051

perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig

N 1

Subsetfor alpha= 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

58

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 74: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177

7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554

59

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 75: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda

60

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 76: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

61

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian
Page 77: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap Khoirul Anam

Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Status pernikahan Belum menikah

Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon

Surakarta

Pendidikan Formal Tingkat

Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun

selesai SD

SLTP SLTA

SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta

1991 1997 2000

1997 2000 2003

Pendidikan Non Formal

Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan

Solocom 2004

Beasiswa yang Pernah Diperoleh

Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007

2007-2008 Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal

Dept Hubungan Masyarakat 2006

Surakarta 31 Januari 2010

Khoirul Anam

62

  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • NIM M0404042
  • PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
  • BAB II
  • LANDASAN TEORI
  • Rancangan Penelitian