pertumbuhan dan kandungan ajmalisin pada … file1 pertumbuhan dan kandungan ajmalisin pada kultur...

22
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN DAN CEKAMAN ASAM Naskah Publikasi Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh : Wiwin Andrias M0404016 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: nguyenthuy

Post on 13-Jun-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

1

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR

KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.)

DENGAN PEMBERIAN KINETIN DAN CEKAMAN ASAM

Naskah Publikasi

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh : Wiwin Andrias

M0404016

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

2

PERSETUJUAN

Naskah Publikasi

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR

KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.)

DENGAN PEMBERIAN KINETIN DAN CEKAMAN ASAM

Oleh : Wiwin Andrias

M0404016

Telah disetujui untuk dipublikasikan

Surakarta, Januari 2009

Menyetujui,

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si. NIP. 130 676 864

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si. NIP. 130 676 864

Widya Mudyantini, M.Si. NIP. 132 240 172

ii

Page 3: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

3

THE GROWTH AND AJMALICINE CONTENT OF LEAF CALLUS OF

Catharanthus roseus (L.) G. Don. ON THE VARIATION OF

KINETIC AND ACID STRESS TREATMENT

WIWIN ANDRIAS Department of Biology, Faculty of Mathemathics and Natural Science,

Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT The aim of this research is to study the effect of variation of kinetic and acid stress on growth and ajmalicine content on leaf callus culture Catharanthus roseus (L.) G. Don.

The research methods used in this research is factorial experiment 4x4. The first factor is HCl treatment at 4 level of acidity, they are pH 2,9; 3,9; 4,9; and 5,9 as a control. The second factor is variation of kinetic consentration each 0 mg/L as a control; 50 mg/L; 100 mg/L; and 150 mg/L. Each treatment (pH and kinetic combinations) consist of 3 levels. The collected data consist of qualitative data (callus morphology) presented descriptively and quantitative data (fresh weight callus, growht rapid callus, and dry weight callus). The ajmalicine compound tested qualitatively with thin layer chromatography (TLC), then followed the quantitatively test with thin layer chromatography-scanner. Analysis the quantitative data with Analysis of Varian (Anava) then Tamhane research level 5%. The result of research showed that variation of kinetic consentration influence fresh weight callus and growth rapid callus, but didn’t influence dry weight callus. Variation of pH didn’t influence fresh weight callus, growht rapid callus, and dry weight callus. The highest ajmalicine content in callus culture Catharanthus roseus (L.) G. Don., didn’t syncronize with the highest variation of pH consentration and kinetic treatment. The highest ajmalicine content product were in the Murashige Skoog (MS) medium with influence pH 5,9 and kinetic consentration 100 mg/L. Key Word: Growth, Catharanthus roseus, ajmalicine, kinetic, acid stress

iii

Page 4: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

1

PENDAHULUAN

Senyawa–senyawa kimia yang digunakan dalam industri kimia, sebagian

besar merupakan metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan (Mukarlina

dkk., 2006). Senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan tinggi telah lama

diketahui mempunyai banyak manfaat bagi manusia, diantaranya sebagai senyawa

pewarna, pestisida, pewangi, bahan kosmetik, dan obat. Salah satu jenis tanaman

obat yang banyak dimanfaatkan untuk kepentingan manusia adalah Catharanthus

roseus (L.) G. Don. Tanaman Catharanthus roseus secara tradisional sering

dimanfaatkan antara lain sebagai obat malaria, diabetes, kanker, dan menurunkan

tekanan darah tinggi (Eisai Indonesia, 1995; Radji, 2005).

Sebagai metabolit sekunder, alkaloid disintesis dalam tubuh tumbuhan

dalam jumlah yang sangat terbatas dibanding metabolit primer, seperti

karbohidrat dan lemak. Senyawa metabolit ini seringkali dihasilkan sebagai

respon adanya serangan dari luar seperti infeksi bakteri patogen, stres lingkungan,

UV, ataupun penambahan prekursor (Briskin, 2000). Meski disintesis dalam

jumlah yang relatif sedikit, dinyatakan bahwa ajmalisin banyak terdapat di dalam

akar (Kulkarni dan Ravinda, 1988). Namun demikian, Esyanti dan Muspiah

(2006) dalam penelitiannya berhasil mengetahui pola produksi ajmalisin dari

kultur agregat sel Catharanthus roseus (L.) G. Don., dalam bioreaktor airlift

(yaitu bioreaktor tipe airlift reactors yang memberikan kontrol lebih baik untuk

produksi senyawa bioaktif skala besar pada kultur suspensi sel dan

memungkinkan pengaturan kondisi secara konstan pada setiap fase) dengan

menggunakan eksplan daun tersebut untuk induksi pembentukan kalusnya. Hal ini

membuktikan bahwa ajmalisin tidak hanya dijumpai di akar tetapi juga dijumpai

di daun. Meskipun sintesis ajmalisin di daun lebih sedikit daripada di akar.

Kebutuhan senyawa obat semakin tinggi sementara lahan dan plasma

nutfah semakin menyusut, oleh karena itu diperlukan alternatif pemecahan.

Teknik kultur jaringan tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Melalui teknik ini, metabolit sekunder yang dihasilkan

dalam jaringan tanaman utuh dapat dihasilkan juga dalam sel-sel yang dipelihara

pada medium buatan secara aseptik (Fitriani, 2003).

Page 5: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

2

Penelitian untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder pada

Catharanthus roseus (L.) G. Don., telah banyak dilakukan, antara lain dengan

cara transformasi akar (Ciau-Uitz et al., 1994), stress lingkungan (Sukarman dkk.,

2000), pengasaman dan penambahan triptofan (Pitoyo, 2002), penambahan

elisitor (Fitriani, 2003), serta kultur suspensi dengan bioreaktor airlift (Esyanti

dan Muspiah, 2006). Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pitoyo

(2002) menggunakan eksplan daun Catharanthus roseus (L.) G. Don., bahwa

dalam penelitian ini juga ditambahkan HCL untuk memberikan suasana asam

pada media, bedanya pada penelitian Pitoyo (2002) penambahan HCL disertai

dengan pemberian triptofan sebagai pemacu ajmalisin, sedangkan pada penelitian

ini penambahan HCL disertai dengan penambahan kinetin sebagai pemacu

ajmalisin. Perbedaan lain dari penelitian Pitoyo (2002) terletak pada metode uji.

Pitoyo (2002) menggunakan uji kromatografi lapis tipis yang dilanjutkan dengan

spektrofotometri, sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji kromatografi

lapis tipis yamg dilanjutkan dengan densitometri.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian variasi konsentrasi kinetin serta melakukan pengasaman

sitoplasma menggunakan HCL sebelum penanaman pada pertumbuhan dan

kandungan ajmalisin kultur kalus daun Catharanthus roseus (L.) G. Don.

BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan November 2007–September 2008 di

Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan

Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat Sterilisasi

Alat sterilisasi adalah autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 atm.

Page 6: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

3

b.Alat Pembuatan Larutan Stok dan Media

Meliputi: neraca analitik, gelas piala, gelas ukur, pipet tetes dan pipet

volume, hot plate, lemari pendingin / kulkas, kertas label, botol, dan tabung

steril, pH meter digital, autoklaf, drag ball, magnetic stirer, tissue, spatula,

erlenmeyer, alumunium foil.

c. Alat Penanaman Eksplan

Meliputi: Alat diseksi, skalpel, gelas ukur, sprayer alkohol, bunsen

buchner, laminair air flow cabinet, neraca analitik, gelas beker, plastik penutup,

alumunium foil, karet gelang, botol jam, bak pencucian, spons untuk mencuci

eksplan.

d.Alat Uji Kandungan Ajmalisin

Meliputi: UV detector, mortar, pesle, corong pisah, densitometer (Thin

Layer Chromatography-Scanner).

2. Bahan

a. Bahan Eksplan

Bahan eksplan adalah daun tanaman tapak dara (Catharanthus roseus (L.)

G. Don.) yang berbunga merah muda, terutama daun muda (daun ke-3 sampai

ke-6) yang diambil dari pucuk tanaman. Tanaman berasal dari sekitar daerah

kampus UNS yang sudah dibudidayakan / diadaptasikan terlebih dahulu selama

± 2 minggu di dalam green house.

b.Bahan Pembuatan Larutan Stok dan Media (Media Inisiasi Kalus dan Media

Perlakuan)

1). Media Inisiasi Kalus

Bahan-bahan untuk pembuatan media inisiasi kalus terdiri dari

bahan-bahan kimia pada komposisi dasar media Murashige dan Skoog,

aquades, KOH 1 N, HCL 1N, dan 2,4-D 1 mg/L.

2). Media Induksi Kalus

Bahan yang digunakan pada pembuatan media induksi kalus antara

lain: bahan-bahan kimia pada komposisi dasar media Murashige dan Skoog,

aquades, KOH 1 N, HCL 1 N, serta kinetin dengan berbagai variasi

konsentrasi (0; 50; 100; 150 mg/L). Selain itu pada media perlakuan ini

Page 7: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

4

konsentrasi HCL diuji dengan berbagai variasi konsentrasi sehingga

menghasilkan pH 2,9; 3,9; 4,9; dan 5,9.

c. Bahan Sterilisasi

Bahan sterilisasi eksplan adalah clorox murni dan aquades steril.

d. Bahan Uji Kualitatif dan Kuantitatif Ajmalisin

Meliputi: metanol murni, plat silika gel 254, kloroform, etil asetat,

aquabides, asam asetat, NH4OH 1 N, indikator pH, kertas saring.

C. Rancangan Percobaan

Percobaan ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok

pola faktorial dengan faktor pertama adalah 4 aras pH HCL masing–masing 2,9;

3,9; 4,9; dan 5,9. Faktor kedua adalah 4 aras kadar kinetin masing–masing 0

mg/L, 50 mg/L, 100 mg/ L, dan 150 mg/L. Mekanismenya adalah sebagai berikut:

mula-mula tiap-tiap kalus direndam dalam HCL selama 1 jam dengan pH HCL

yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan, selanjutnya tiap-tiap kalus tadi

ditanam pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh berupa kinetin

dengan konsentrasi yang berbeda-beda pula sesuai dengan perlakuan. Setiap

perlakuan dilakukan sebanyak 3 ulangan.

Kombinasi faktorial yang diuji adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rancangan percobaan kombinasi faktorial dalam perlakuan cekaman asam dan pemberian kinetin

Cekaman Asam (Faktor Y)

Kadar Kinetin dalam Media (mg/L) (Faktor X)

X0 X50 X100 X150

Y2,9 X0 Y2,9 X50 Y2,9 X100 Y2,9 X150 Y2,9

Y3,9 X0 Y3,9 X50 Y3,9 X100 Y3,9 X150 Y3,9

Y4,9 X0 Y4,9 X50 Y4,9 X100 Y4,9 X150 Y4,9

Y5,9 X0 Y5,9 X50 Y5,9 X100 Y5,9 X150 Y5,9

Keterangan : Y : Cekaman asam (pH HCL) (Y2,9 : pH 2,9; Y3,9 : pH 3,9; Y4,9 : pH 4,9; Y5,9 : pH 5,9 ) X : Kadar kinetin (X0 : 0 mg/L; X50 : 50 mg/L; X100 : 100 mg/L; X150 : 150 mg/L )

Page 8: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

5

D. Cara Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Larutan Stok

Bahan-bahan kimia untuk stok media MS ditimbang, lalu

dilarutkan dalam 50 mL aquades dalam gelas beker dan diaduk dengan

magnetic stirer. Setelah bahan larut, volume ditetapkan hingga 100 mL,

kemudian larutan dimasukkan dalam botol stok dan diberi label. Untuk

larutan FeEDTA setelah larutan Na2EDTA dilarutkan baru ditambahkan

Fe2SO4 yang telah digerus. Setelah bahan kimia larut, volume ditetapkan

hingga 100 mL, lalu dimasukkan dalam botol stok dan diberi label. Semua

botol yang berisi larutan stok ditutup dengan alumunium foil, lalu

disimpan dalam lemari es.

b. Pembuatan Media Dasar Murashige dan Skoog (MS)

Alat dan bahan disiapkan. Labu ukur terlebih dahulu diisi dengan

700 ml aquades. Setiap larutan stok makro, mikro, dan vitamin (untuk

media MS) pipet sesuai kebutuhan ke dalam labu ukur volume 1 liter

kemudian ditambahkan 0,1 gram myoinositol dan 30 gram sukrosa gula.

Aquades ditambahkan ke dalam campuran tadi sehingga larutan mejadi 1

L, kemudian distirer, selanjutnya ditaruh di atas hot plate. Media dituang

ke dalam gelas piala selanjutnya di ukur pH larutan tersebut, jika pH < 5,9

ditambah NaOH dan jika pH > 5,9 ditambah HCL. Kemudian

ditambahkan ke dalamnya agar–agar sebanyak 7 gram untuk 1 liter media

dan ditutup dengan plastik cling warp yang di atasnya dilubangi. Setelah

media masak lalu dituang ke dalam botol-botol jam steril kosong,

kemudian ditutup dengan alumunium foil dan plastik penutup, serta diikat

dengan karet gelang. Media yang telah dituang disterilkan menggunakan

autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit (Novita dkk., 2003).

Page 9: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

6

c. Pembuatan Media perlakuan

1). Media Perlakuan Variasi Konsentrasi Kinetin

Pada media perlakuan ini menggunakan bahan-bahan kimia

seperti pada media dasar MS yang ditambah kinetin dengan variasi

konsentrasi kinetin: 0 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L, dan 150 mg/L

(Pitoyo, 2002).

2). Media Perlakuan Cekaman Asam

Pada media perlakuan ini menggunakan bahan-bahan kimia

seperti pada media dasar MS kecuali agar, serta pada pH media ini

disesuaikan dengan perlakuan asam sehingga menghasilkan pH: 2,9;

3,9; 4,9; dan 5,9.

1.Tahap Penanaman Eksplan

a. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi media cair menggunakan autoklaf yang diatur pada

tekanan uap air 1,5 atm, temperatur 121°C, selama 15-20 menit. Untuk

peralatan gelas, autoklaf diatur pada tekanan uap air 1,5 atm, temperatur

121°C, selama 1 jam.

b. Sterilisasi Eksplan

Daun disterilisasi dengan sunlight, dibilas air mengalir selama 15

menit, dimasukkan clorox murni selama 1 menit, dibilas aquades steril 3

kali.

c. Penanaman Eksplan Daun

Penanaman eksplan dilakukan secara aseptis dalam laminair air flow

cabinet dengan menggunakan pinset. Daun dimasukkan ke dalam botol

kultur berisi media MS yang mengandung 2,4-D 1 mg/L selama 4 minggu.

Kemudian diinkubasi dengan temperatur 24°C. Setelah 4 minggu dari

penanaman eksplan, kalus yang terbentuk disubkultur pada media baru

selama 4 minggu. Setelah itu kalus disubkultur lagi selama 3 minggu pada

media baru. Hasil dua kali siklus subkultur digunakan sebagai bahan uji.

Page 10: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

7

3. Tahap Perlakuan

Pada tahap perlakuan kalus yang telah mengalami dua kali siklus

subkultur digunakan untuk uji coba. Medium yang digunakan untuk

menanam kalus diberi variasi pH yang berbeda–beda, yaitu pada pH: 2,9;

3,9; 4,9; dan 5;9 dengan penambahan HCL selama rentang waktu 1 jam.

Kemudian masing–masing kalus hasil penanaman tadi disubkultur dalam

media tanam dengan variasi kinetin 0 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/ L, dan 150

mg/L selama 21 hari masa penanaman. Setelah 21 hari masa penanaman,

kalus dipanen, diukur parameter pertumbuhannya, dan siap untuk uji coba

kandungan ajmalisin.

4. Tahap Pengukuran Parameter Pertumbuhan Kalus

a. Bobot Basah Kalus

Bobot basah kalus diukur dengan menimbang bobot basah

kalus awal (WWo) dan bobot basah kalus akhir (WWt).

b. Laju Pertumbuhan Kalus

Laju pertumbuhan kalus (LPK) diperoleh dengan menggunakan

hasil dari pengukuran bobot basah kalus awal dan bobot basah kalus

akhir dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

LPK = (WWt – WWo) : t

Keterangan: LPK = Laju pertumbuhan kalus (gram/hari) WWt = Bobot basah kalus akhir (gram) WWo = Bobot basah kalus awal (gram) t =Waktu (hari)

(Sitompul dan Guritno, 1995).

b. Bobot Kering Kalus

Pengukuran bobot kering kalus dilakukan dengan menimbang

kalus segar yang telah dikeringkan di dalam inkubator pada suhu 50º C

hingga bobotnya konstan (yaitu 24 jam pertama, kedua, dan ketiga).

Page 11: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

8

5. Tahap Uji Kandungan Ajmalisin

a. Tahap Ekstraksi

Kalus yang dipanen dikeringkan dengan oven pada suhu 50˚C

hingga didapat bobot kering yang konstan. Total kalus kering yang

diambil adalah sebanyak 100 mg dari ketiga ulangan perlakuan untuk

setiap sampelnya, kemudian digerus terlebih dahulu dengan menggunakan

mortar hingga menjadi serbuk kalus. Serbuk kalus diekstraksi dengan

metanol murni sebanyak 15 ml selama 2 jam dengan menggunakan

shaker, setelah itu ekstrak disaring dengan kertas saring sehingga

diperoleh residu dan filtrat. Residu yang dihasilkan ditambah dengan 15

ml metanol dan dikocok lagi, kemudian didapatkan ekstrak untuk disaring

kembali menggunakan kertas saring. Langkah kerja ini diulang sebanyak

dua kali. Filtrat yang dihasilkan diuapkan hingga seluruh pelarut menguap.

Ekstrak kasar yang diperoleh dipindah ke corong pisah dengan melarutkan

campuran kloroform : air (1:1). Langkah kerja ini diulang sebanyak tiga

kali. Ke dalam campuran ditambahkan NH4OH 1 N sampai pH larutan 11,

kemudian ditambahkan 60 ml kloroform dan dikocok. Terbentuk lapisan

air dan kloroform. Kedua lapisan tersebut dipisah, lapisan kloroform

ditambah CH3COOH 1 N lalu disaring dan diuapkan sampai kering.

Ekstrak kering yang didapat ditambah sedikit metanol sebelum diuji

dengan KLT (Pitoyo, 2002).

b. Uji Kualitatif

Alkaloid dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

menggunakan plat silika gel 60 F 254 dan sistem pelarutnya

menggunakan metanol : etil asetat (1:9) dengan penambahan 3 tetes

CH3COOH 1 N. Hasilnya dilihat dengan penampak noda lampu UV pada

panjang gelombang 254 nm (Manuhara dan Sri, 1999). Uji lanjut KLT

menggunakan alat densitometer dengan panjang gelombang 254 nm. Hasil

running menggunakan alat densitometer menghasilkan kurva dengan luas

area tertentu, baik untuk senyawa murni maupun senyawa yang

Page 12: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

9

terkandung dalam sampel. Kadar senyawa ajmalisin dalam sampel dan

kadar senyawa ajmalisin murni dihitung menurut persamaan:

Kadar (cm2.%/mg sampel) = (Luas area sampel / mg sampel) X 100 %

Kadar senyawa ajmalisin dalam sampel maupun dalam bahan

dibandingkan dengan kadar senyawa ajmalisin murni.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

berupa morfologi kalus (warna dan tekstur kalus) dan kandungan ajmalisin yang

disajikan secara deskriptif. Data kuantitatif meliputi bobot basah kalus, laju

pertumbuhan kalus, bobot kering kalus.

F. Analisis Data

Data kualitatif disajikan secara deskriptif. Data kuantitatif dianalisis

secara statistik dengan uji ANAVA. Hasil positif yang didapatkan dilanjutkan

dengan uji Tamhane taraf 5% untuk mencari beda nyata tiap-tiap perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Inisiasi Pembentukan Kalus

Eksplan daun Catharanthus roseus (L.) G. Don., yang ditanam pada media

Murashige Skoog (MS) dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) berupa asam

diklorofenoksiasetat (2,4-D) menyebabkan terbentuknya kalus. Kalus adalah suatu

kumpulan sel yang belum terdiferensiasi (amorphous) yang terjadi dari sel-sel

jaringan yang membelah diri secara terus-menerus (Gunawan, 1992). Dalam

penelitian ini kalus mulai terbentuk setelah 7 hari penanaman. Kalus terbentuk

dari bagian eksplan yang terkena irisan / luka sayatan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Gunawan (1992) bahwa kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-

bekas luka, selain itu kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress.

B. Kalus dalam Media Perlakuan (Induksi Kalus)

1. Morfologi Kalus

Morfologi kalus dapat dilihat dari tekstur dan warna kalus. Dalam

penelitian ini tekstur kalus ada yang kompak (non freeable) namun ada juga yang

remah (freeable). Menurut Street (1973) dalam Irmawati (2007) bahwa tekstur

Page 13: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

10

kalus yang kompak memiliki susunan sel yang rapat dan padat sehingga sulit

dipisah-pisahkan. Kalus non freeable disebabkan sebagian sel-selnya memiliki

proporsi vakuola yang lebih besar serta mempunyai dinding polisakarida yang

besar. Sedangkan dari segi warna kalus, ada kalus yang mengalami perubahan

dari putih menjadi coklat muda atau coklat tua. Meskipun demikian masih ada

kalus yang tetap berwarna putih kekuningan. Menurut Indrianto (2001) kalus yang

bertekstur keras dan kompak disebabkan selama pertumbuhannya, kalus

mengalami lignifikasi yang cukup kuat.

Sebagian besar kalus kompak terjadi pada media perlakuan tanpa kinetin

(X0). Menurut Zhao et al., (2001) dalam Esyanti dan Muspiah (2006) bahwa

terbentuknya kalus kompak diduga disebabkan oleh penggunaan sumber auksin.

Sumber auksin tidak menginduksi sintesis enzim selulase dan pektinase yang

mempunyai aktivitas lisis terhadap lamela tengah. Akibat tidak terjadinya lisis

pada lamela tengah, maka ikatan antara sel menjadi tidak renggang dan

memberikan struktur yang kompak serta mempunyai kondisi fisiologis seperti sel

dalam kondisi in vivo. Hal ini dapat terjadi sebab sebelum kalus dimasukkan ke

dalam media perlakuan, terlebih dahulu kalus diinisiasi dalam media induksi

pembentukan kalus yang telah diberi ZPT berupa 2,4-D (salah satu jenis auksin

sintetik).

2. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Kalus

a. Bobot Basah Kalus

Perubahan bobot basah kalus dapat dihitung dengan cara bobot basah akhir

dikurangi bobot basah awal. Rerata peningkatan bobot basah kalus ditunjukkan

pada kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., dengan perlakuan pemberian

cekaman asam pada pH 3,9 dan 4,9 untuk semua variasi konsentrasi kinetin (50

mg/L, 100 mg/L, dan 150 mg/L) yaitu secara berurutan sebesar 0,106 g dan 0,086

g; sedangkan pada pH 2,9 dan 5,9 dari semua variasi konsentrasi kinetin tersebut

memberikan pengaruh negatif pada rerata bobot basah kalus yaitu secara

berurutan sebesar -0,059 g dan -0,238 g. Hasil analisis uji Anava menerangkan

bahwa kinetin memberikan pengaruh yang signifikan pada bobot basah kalus

Catharanthus roseus (L.) G. Don., sedangkan pH tidak menunjukkan pengaruh

Page 14: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

11

yang signifikan, serta pengaruh akumulasi pH dan kinetin juga tidak menunjukkan

nilai yang signifikan pada bobot basah kalus. Rerata bobot basah kalus disajikan

pada Tabel 1 dan Gambar 1 di bawah ini:

Tabel 1. Rata-rata bobot basah kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

Cekaman Asam

(Faktor Y)

Kadar Kinetin dalam Media (mg/L) (Faktor X)

Rerata

X0 X50 X100 X150 Y2.9 0.576 -0.306 -0.245 -0.261 -0.059a

Y3.9 1.148 -0.247 -0.330 -0.148 0.106a

Y4.9 1.047 -0.131 -0.215 -0.358 0.086a

Y5.9 0.174 -0.322 -0.201 -0.604 -0.238a

Rerata 0.736b -0.251a -0.248a -0.343a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti

menunjukkan tidak beda nyata pada uji Tamhane taraf 5% dengan: X : Kadar Kinetin (X0 : 0 mg/L; X50 : 50 mg/L; X100 : 100 mg/L; X150 : 150 mg/L) Y : Cekaman Asam (pH HCL) (Y2,9 : pH 2,9; Y3,9 : pH 3,9; Y4,9 : pH 4,9; Y5,9 : pH 5,9)

Gambar 1. Histogram bobot basah kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

b.Laju pertumbuhan Kalus

Laju pertumbuhan kalus (LPK) menunjukkan kemampuan kalus untuk

memperbanyak sel, tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu tertentu. Laju

pertumbuhan kalus sangat dipengaruhi oleh media (Nurcahyani, 2006). Rerata laju

pertumbuhan kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., juga cenderung mengalami

penurunan seperti halnya yang terjadi pada bobot basah kalus. Pemberian variasi

konsentrasi kinetin 50 mg/L, 100 mg/L, dan 150 mg/L menunjukkan harga negatif

pada laju pertumbuhan kalus yaitu secara berurutan sebesar -0,012 g/hari; -0,012

g/hari; dan -0,016 g/hari, pada semua pH media baik pH 2,9; 3,9; 4,9; maupun

Page 15: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

12

5,9. Berbeda dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin tersebut, untuk kontrol

media dengan kinetin 0 mg/L menunjukkan harga positif rerata laju pertumbuhan

kalus sebesar 0,035 g/hari.

Penurunan laju pertumbuhan kalus juga ditunjukkan pada media dengan

pemberian asam yaitu, pH 2,9 dan 5,9 secara berurutan sebesar -0,003 g/hari dan -

0,011 g/hari, pada semua pemberian variasi konsentrasi kinetin (baik 50 mg/L,

100 mg/L, maupun 150 mg/L). Lain halnya dengan pengaruh pH tersebut, pada

pH 3,9 dan 4,9 kalus mengalami rerata peningkatan laju pertumbuhan kalus

secara berurutan sebesar 0,005 g/hari dan 0,004 g/hari.

Hasil analisis uji Anava juga menerangkan bahwa kinetin memberikan

pengaruh yang signifikan pada laju pertumbuhan kalus Catharanthus roseus (L.)

G. Don., sedangkan pH tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, begitu pula

dengan kombinasi antar perlakuan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan

cekaman asam (pH) yang tidak menunjukkan pengaruh secara signifikan pada laju

pertumbuhan kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don. Rerata laju pertumbuhan

kalus disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2 di bawah ini:

Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

Cekaman Asam

(Faktor Y)

Kadar Kinetin dalam Media (mg/L) (Faktor X)

Rerata

X0 X50 X100 X150 Y2.9 0.027 -0.015 -0.012 -0.012 -0.003a

Y3.9 0.055 -0.012 -0.016 -0.007 0.005a

Y4.9 0.050 -0.005 -0.010 -0.017 0.005a

Y5.9 0.008 -0.015 -0.010 -0.029 -0.011a

Rerata 0.035b -0.012a -0.012a -0.016a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkan tidak beda nyata pada uji Tamhane taraf 5% dengan:

X : Kadar Kinetin (X0 : 0 mg/L; X50 : 50 mg/L; X100 : 100 mg/L; X150 : 150 mg/L) Y : Cekaman Asam (pH HCL)

(Y2,9 : pH 2,9; Y3,9 : pH 3,9; Y4,9 : pH 4,9; Y5,9 : pH 5,9)

Page 16: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

13

Gambar 2. Histogram laju pertumbuhan kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media

Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

c. Bobot Kering Kalus

Pengeringan bahan bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air

bahan, biasanya dilakukan pada suhu yang relatif tinggi selama jangka waktu

tertentu. Idealnya bahan dikeringkan pada suhu 80ºC hingga dicapai suatu bobot

kering yang konstan. Untuk mendapatkan bobot yang konstan, penimbangan

bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan berulang-ulang secara berkala

(Sitompul dan Guritno, 1995). Namun, Irmawati (2007) dalam penelitiannya

melakukan pengeringan bahan berupa kalus pada suhu 50ºC. Hal ini bertujuan

agar tidak merusak kalus.

Tabel 3. Rata-rata bobot kering kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

Cekaman Asam

(Faktor Y)

Kadar Kinetin dalam Media (mg/L) (Faktor X)

Rerata

X0 X50 X100 X150 Y2.9 0.083 0.079 0.098 0.068 0.082a

Y3.9 0.067 0.086 0.050 0.074 0.069a

Y4.9 0.075 0.083 0.079 0.066 0.076a

Y5.9 0.072 0.082 0.082 0.090 0.082a

Rerata 0.074a 0.082a 0.077a 0.074a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkan tidak beda nyata pada uji Tamhane taraf 5% dengan:

X : Kadar Kinetin (X0 : 0 mg/L; X50 : 50 mg/L; X100 : 100 mg/L; X150 : 150 mg/L) Y : Cekaman Asam (pH HCL) (Y2,9 : pH 2,9; Y3,9 : pH 3,9; Y4,9 : pH 4,9; Y5,9 : pH 5,9)

Page 17: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

14

Gambar 3. Histogram bobot kering kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don., pada media

Murashige Skoog (MS) dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan cekaman asam, umur 21 hari pasca subkultur II

Pada Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa rerata bobot kering kalus

mengalami penurunan dari bobot basahnya. Rerata bobot kering terendah terjadi

pada kalus dengan kontrol kinetin 0 mg/L pada media MS, yaitu dengan bobot

0,074 g. Pemberian variasi konsentrasi kinetin 50 mg/L, 100 mg/L, dan 150 mg/L

menunjukkan rerata bobot kering secara berurutan yaitu 0,082 g; 0,077 g; dan

0,075 g. Rerata bobot kering terendah juga terjadi pada kalus dengan pengaruh pH

3,9 dalam dalam media MS yaitu sebobot 0,069 g. Pemberian variasi konsentrasi

asam pada pH 2,9; 4,9; dan 5,9 secara berurutan menunjukkan rerata bobot kalus

yaitu 0,082 g; 0,076 g; dan 0,082 g.

Hasil analisis uji Anava juga menerangkan bahwa baik kinetin maupun pH

keduanya tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada bobot kering kalus.

Begitu pula interaksi antar perlakuan kombinasi keduanya (kinetin dan pH), juga

tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada bobot kering kalus.

C. Analisis Kandungan Ajmalisin dalam Kalus

Deteksi awal ada tidaknya kandungan senyawa alkaloid, khususnya dalam

penelitian ini adalah ajmalisin dapat dilakukan melalui uji kromatografi lapis tipis.

Dalam penelitian ini menggunakan fase diam berupa plat silika gel 60 F 254,

sedangkan fase geraknya berupa methanol : etil asetat (1 : 9) (Manuhara dan Sri,

1999) dengan penambahan asam asetat.

Dari Tabel 4 (di bawah ini) dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar

metabolit sekunder berupa ajmalisin dalam ajmalisin murni, akar, daun, maupun

dalam kalus dengan variasi perlakuan kinetin dan cekaman asam, pada panjang

gelombang pendek (254 nm). Dari tabel di atas juga dapat terlihat variasi

Page 18: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

15

perlakuan kinetin dan cekaman asam pada kalus Catharanthus roseus (L.) G.

Don., yang paling tinggi adalah pada perlakuan pemberian kinetin dengan

konsentrasi 100 mg/L dan kondisi media dengan pH 5,9. Pada perlakuan tersebut

menunjukkan bahwa ajmalisin terdeteksi dengan kadar paling tinggi jika

dibandingkan dengan perlakuan yang lain, serta jika dibandingkan dengan kontrol

akar dan daun.

Tabel 4. Deteksi kandungan ajmalisin melalui uji densitometri pada panjang gelombang 254 nm Track Ekstrak/Bahan Ada/tidaknya

0,91 ≤ start Rf ≤ 0,98

Kadar

(cm2.%/mg)

1 Ajmalisin murni Ada 99,964

2 Akar Ada 0,429

3 Daun Ada 0,437

4 Kalus (X0;Y2,9) Ada 0,761

5 Kalus (X0;Y3,9) Tidak ada -

6 Kalus (X0;Y4,9) Tidak ada -

7 Kalus (X0;Y5,9) Ada 0,847

8 Kalus (X50;Y2,9) Ada 0,315

9 Kalus (X50;Y3,9) Tidak ada -

10 Kalus (X50;Y4,9) Ada 0,112

11 Kalus (X50;Y5,9) Ada 1,166

12 Kalus (X100;Y2,9) Tidak ada -

13 Kalus (X100;Y3,9) Ada 1,070

14 Kalus (X100;Y4,9) Ada 0,583

15 Kalus (X100;Y5,9) Ada 1,381

16 Kalus (X150;Y2,9) Tidak ada -

17 Kalus (X150;Y3,9) Tidak Ada -

18 Kalus (X150;Y4,9) Tidak ada -

19 Kalus (X150;Y5,9) Tidak ada -

Keterangan : X : Kadar Kinetin (X0 : 0 mg/L; X50 : 50 mg/L; X100 : 100 mg/L; X150 : 150 mg/L) Y : Cekaman Asam (pH HCL) (Y2,9 : pH 2,9; Y3,9 : pH 3,9; Y4,9 : pH 4,9; Y5,9 : pH 5,9)

Page 19: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

16

D. Hubungan Pertumbuhan Kalus dan Kandungan Ajmalisin

Bobot kering kalus dapat dijadikan gambaran pertumbuhan kalus selama

ditumbuhkan dalam media induksi. Menurut Sitompul dan Guritno (1995),

Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran bahan kering

daripada bobot segar (bobot basah) yang sangat mempengaruhi kondisi

kelembaban yang berlaku pada saat itu. Grafik hubungan pertumbuhan kalus dan

kandungan ajmalisin disajikan pada Gambar 4 di bawah ini:

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

X0Y

2.9

X0Y

3.9

X0Y

4.9

X0Y

5.9

X5

0Y2.

9

X5

0Y3.

9

X5

0Y4.

9

X5

0Y5.

9

X10

0Y2.

9

X10

0Y3.

9

X10

0Y4.

9

X10

0Y5.

9

X15

0Y2.

9

X15

0Y3.

9

X15

0Y4.

9

X15

0Y5.

9

Kinetin dan Cekaman Asam

Berat Kering Kandungan Ajmalisin

Gambar 4. Grafik hubungan pertumbuhan kalus dan kandungan ajmalisin

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada pertumbuhan kalus (bobot

kering kalus) cenderung stabil, sedangkan kandungan ajmalisin cenderung

fluktuatif bergantung pada cekaman asam dan kinetin. Rata-rata penurunan

kandungan ajmalisin terjadi pada pH 3,9; meskipun ada kenaikan kandungan

ajmalisin pada pH tersebut yaitu dengan media kinetin 100 mg/L. Hal ini diduga

karena pengaruh kinetin lebih kuat daripada cekaman asamnya sehingga dapat

meningkatkan kandungan ajmalisin. Ketika produksi metabolit primer naik,

produksi metabolit sekunder turun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moreno et

al., (1995) dan Fitriani (2003) bahwa pada waktu pertumbuhan sel-sel

Catharanthus roseus sangat lambat, terjadi sintesis ajmalisin yang cukup tinggi.

Lindsey dan Yeoman (1983) mengemukakan bahwa dalam kultur terjadi

persaingan memperoleh prazat untuk metabolit primer dan metabolit sekunder.

Hal ini ditunjukkan pada kenaikan bobot kering kalus pada perlakuan kinetin 100

mg/L dan cekaman asam 2,9 (X100,Y2,9). Pada perlakuan tersebut, kandungan

Page 20: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

17

ajmalisin menunjukkan penurunan (tidak terdeteksi), sedangkan pada perlakuan

kinetin 100 mg/L dan pH 5,9 (X100,Y5,9) kandungan ajmalisin menunjukkan nilai

tertinggi dan pertumbuhan yang menurun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Variasi konsentrasi kinetin memberikan pengaruh yang signifikan pada

peningkatan pertumbuhan kalus, khususnya bobot basah kalus dan laju

pertumbuhan kalus, sedangkan pada bobot kering kalus Catharanthus roseus

(L.) G. Don., kinetin tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Sedangkan

variasi pH tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan

kalus, baik bobot basah kalus, laju pertumbuhan kalus, maupun bobot kering

kalus. Interaksi kinetin dan pH juga tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan pada peningkatan pertumbuhan kalus (baik bobot basah kalus, laju

pertumbuhan kalus, maupun bobot kering kalus).

2. Produksi ajmalisin dalam kultur kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don.,

dapat ditingkatkan dengan pemberian variasi konsentrasi kinetin dan pH yang

sesuai. Dalam penelitian ini didapatkan konsentrasi kinetin 100 mg/L dan pH

media MS 5,9 untuk dapat menghasilkan produksi ajmalisin tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Briskin, D. P. 2000. Update on Phytomedicines, Medicinal Plants and Phytomedicines, Linking Plant Biochemistry and Physiology to Human Health. Plant Physiol. 124: 507-514.

Ciau-Uitz, R.; Miranda-Ham, M. L.; Coello-Coello, J.; Chi, B.; Pacheco, L. M.;

Loyola-Vargas, V. M. 1994. Indole Alkaloid Production by Transformed and Nontransformed Root Cultures of Catharanthus roseus. In Vitro Cell Dev Biol. 30: 84-88.

Eisai Indonesia. 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia. Indek Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. Edisi Kedua. 196.

Page 21: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

18

Esyanti dan Muspiah. 2006. Pola Produksi Ajmalisin dari Kultur Agregat Sel Catharanthus roseus (L.) G. Don. dalam Bioreaktor Airlift. Hayati. 13 (4): 161-165.

Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don. setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum Edson Fitzp. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

http://tumotou.net/6_sem2023/any_fitriani.htm [1 Juli 2007].

Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. PAU-Bioteknologi IPB, Bogor.

Indrianto. A. 2001. Bahan Ajar Kultur Jaringan Tumbuhan. Fakultas Biologi. UGM, Yogyakarta.

Irmawati. 2007. Pertumbuhan dan Kandungan Reserpin Kultur Kalus Rauvolfia verticillata (Lour.) Baillon pada variasi Konsentrasi sukrosa dalam Media MS. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Kulkarni, R. N. and Ravinda, N.S. 1988. Resistance to Pythium aphanidermatum in Diploids and Induced Autotetraploids of Catharanthus roseus. Planta Medica. p. 356-359.

Lindsey, K. and Yeoman, M. M. 1983. Novel Experimental System for Studying the Production of Secondary Metabolite by Plant Tissue Cultures. Plant Biotechnology. Cambridge University Press, London. p. 39-66.

Manuhara dan Sri, W. Y. 1999. Pengaruh Beberapa Macam Elisitor terhadap Pembentukan Alkaloid Vinkristina pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don. FMIPA UNAIR, Surabaya.

http://adln.lib.unair.ac.id./go.php?id=jiptunair-gdl-res-1999-manuhara2c-329-elisitor&node=232&start=86&PHPSESSID=e99ecec43aeb [1 Juli 2007].

Moreno, P. R. H.; Van der Heijden, R.; Verpoorte, R. 1995. Cell and Tissue Culture of Catharanthus roseus: A Literature Survey. Plant Cell Tiss Org. 42: 1-25.

Mukarlina; Esyanti, R. R.; dan Siregar, A. H. 2006. Pengaruh Pemberian Elisitor Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum (Edson) Fitzp. terhadap Kandungan Ajmalisin dalam Kultur Akar Catharanthus roseus (L.) G. Don. Jurnal Matematika dan Sains. 11 (2): 44–49.

Novita, L.; Juwartina, I. R.; Karyanti; dan Ahmad, R. 2003. Pelatihan Magang Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Balai Pengkajian Bioteknologi-BPPT. Serpong, Tangerang.

Page 22: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA … file1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) DENGAN PEMBERIAN KINETIN

19

Nurcahyani, N. 2006. Produksi Reserpin dan Pertumbuhan Kalus Pule Pandak (Rauvolfia serpentina (L) Benth. Ex. Kurz.) dengan Penambahan Elisitor Cu 2+ secara In Vitro. Skripsi. FMIPA UNS, Surakarta.

Pitoyo, A. 2002. Optimalisasi Produksi Alkaloid Indol Terpenoid pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don. dengan Pemberian HCL dan Variasi Triptofan dalam Media. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Radji, M. 2005. Peranan Mikrobiologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian . 2 (3): 113-126.

Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta.

Sukarman; Darwati, I.; dan Rusmin, D. 2000. Karakterr Morfologi dan Fisiologi Tapak Dara (Vinca rosea L.) pada Beberapa Cekaman Air. Journal Penelitian Tanaman Industri. 6 (2): 50-54.