pertumbuhan bakau kurap (rhizophora stylosa griff.) di ... · dalam kegiatan pengunduhan buah....

32
PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizophora stylosa Griff.) DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG NIZZA NADYA RACHMANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: dinhdieu

Post on 21-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizophora stylosa Griff.)

DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA,

KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG

NIZZA NADYA RACHMANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bakau

Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara,

Kecamatan Teluk Naga, Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Nizza Nadya Rachmani

NIM E44090041

ABSTRAK

NIZZA NADYA RACHMANI. Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa

Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.

Dibimbing oleh OMO RUSDIANA dan ANDI SUKENDRO.

Kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan di Desa Muara meliputi

kegiatan pembibitan dan penanaman untuk berbagai jenis, khususnya Rhizophora

stylosa Griff.. Berkaitan dengan kegiatan tersebut, masyarakat memiliki kendala

untuk menentukan buah yang telah matang dan belum matang sehingga

melakukan pengunduhan pada buah belum matang (masih memiliki keping buah).

Buah yang belum matang memerlukan perlakuan pendahuluan yang

membutuhkan waktu lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data

informasi mengenai perkembangan pertumbuhan bakau kurap sehingga diperoleh

teknik budidaya yang lebih baik menurut tipe propagul di persemaian dan

pertumbuhan di lapangan berdasarkan perlakuan penanaman bibit tanpa polibag,

bibit dengan polibag, dan direct seed dari propagul. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam periode waktu pengamatan 4 bulan, perlakuan direct seed dari

propagul menghasilkan pertambahan tinggi terbaik yaitu 3.19 cm/bulan. Kegiatan

rehabilitasi sebaiknya menggunakan propagul yang ditanam langsung atau direct

seed pada daerah yang dangkal.

Kata kunci: Bakau Kurap, Desa Muara, mangrove, propagul, Rhizophora stylosa

Griff.

ABSTRACT

NIZZA NADYA RACHMANI. The Growth of Bakau Kurap (Rhizophora stylosa

Griff.) at Muara Mangrove Nursery, Teluk Naga, Tangerang. Supervised by OMO

RUSDIANA and ANDI SUKENDRO.

Mangrove rehabilitation activities that are being undertaken in Muara

village include seedling and planting activities for various species of mangroves,

especially Rhizophora stylosa Griff. (bakau kurap). The villagers have problem to

see the differences of ripe and mature fruit according to the activities. They often

pick the ripe fruits that still have pieces of fruit although ripe fruits need preface

treatment that take long time to be a seed. This study was conducted to obtain

information about the development of bakau kurap growth in order to obtain a

better cultivation technique based on propagules type at nursery, and the growth in

the field based on planting treatments. Those are seedling in polybag, seedling

non polybag, and direct seed from propagules. The result showed that during 4

months observation, direct seed from propagules treatment gave effect the highest

of height growth about 3.19 cm/month. It suggested that rehabilitation activities

should used direct seed from propagules at shallow area.

Keywords: mangrove rehabilitation, Muara village, propagules, Rhizophora

stylosa Griff.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

NIZZA NADYA RACHMANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizophora stylosa Griff.)

DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA,

KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di

Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga,

Tangerang

Nama : Nizza Nadya Rachmani

NIM : E44090041

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, MSc

Pembimbing I

Ir Andi Sukendro, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah

pertumbuhan mangrove, dengan judul Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora

stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga,

Tangerang.

Penelitian ini merupakan bagian dari program rehabilitasi dan ekowisata

mangrove dengan energi terbarukan Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga,

Tangerang oleh CSR Pertamina beserta Lembaga Lanskap dan Lingkungan

Universitas Trisakti, terima kasih atas kesempatan, waktu dan fasilitas yang telah

diberikan selama pelaksanaan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dan Bapak Ir Andi Sukendro, MSi selaku dosen

pembimbing, juga kepada Ibu Eva Rachmawati, SHut MSi selaku dosen penguji.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu dari Desa

Muara yang telah membantu dalam pengambilan data, teman-teman satu

bimbingan Garry dan Baiquni yang saling berbagi semangat, Peni, Lilla, Dewi,

Fitri, Reni yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi dan membantu

penulis, dan tak lupa teman-teman SVK 46 yang selalu memberi keceriaan.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik serta

seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya. Akhirnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan

skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-satu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Nizza Nadya Rachmani

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

ABSTRAK ii

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 1

1.3 Manfaat Penelitian 2

1.4 Hipotesis 2

2 METODE 2

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian 2

2.2 Bahan 2

2.3 Alat 2

2.4 Prosedur Penelitian 2

2.5 Analisis Data 5

3 KONDISI UMUM 6

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 6

4.1 Morfologi Propagul Bakau Kurap 6

4.2 Pertumbuhan Propagul Bakau Kurap di Persemaian 7

4.3 Pertumbuhan Tanaman di Lapang 13

5 SIMPULAN DAN SARAN 16

5.1 Simpulan 16

5.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

1 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perbedaan tipe propagul

terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap 7

2 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap

pertumbuhan bibit bakau kurap 13

3 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap

pertumbuhan propagul bakau kurap 15

DAFTAR GAMBAR

1 Denah percobaan pada bedeng pengamatan 5

2 Morfologi propagul 6

3 Persen hidup propagul yang ditanam dengan polibag 7

4 Waktu lepas keping buah pada tipe propagul yang ditanam

menggunakan keping buah 8

5 Propagul bakau kurap yang ditanam dengan menggunakan keping buah 8

6 Waktu mulai berakar bakau kurap pada minggu pertama 9

7 Perakaran pada minggu pertama (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan PAH 9

8 Waktu pecah pucuk bakau kurap 10

9 Waktu tanaman berdaun 2 dan 4 10

10 Pertambahan panjang akar 11

11 Perakaran minggu ke-16 setelah berdaun 4 (a) perlakuan PTH, (b)

perlakuan PAH 11

12 Perbandingan antara jumlah akar dengan panjang akar 12

13 Grafik pertambahan tinggi tanaman 12

14 Persen hidup bibit yang ditanam di lapang 13

15 Bibit bakau yang menguning 14

16 Grafik pertambahan tinggi tanaman 14

17 Persen hidup propagul yang ditanam dengan dan tanpa polibag 15

18 Pertumbuhan tinggi tanaman 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persen hidup propagul yang ditanam di persemaian 19

2 Waktu berakar propagul yang ditanam di persemaian 19

3 Pecah pucuk propagul yang ditanam di persemaian 19

4 Tinggi tanaman propagul yang ditanam di persemaian 19

5 Waktu 2 daun propagul yang ditanam di persemaian 19

6 Waktu 4 daun propagul yang ditanam di persemaian 19

7 Panjang akar 2 daun propagul yang ditanam di persemaian 20

8 Panjang akar 4 daun propagul yang ditanam di persemaian 20

9 Jumlah akar propagul yang ditanam di persemaian 20

10 Persen hidup propagul DS dan PTH 20

11 Tinggi tanaman DS dan PTH 20

12 Persen hidup bibit 20

13 Tinggi tanaman bibit 21

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan rehabilitasi mangrove yang diselenggarakan melalui kegiatan

penghijauan dan reboisasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1990-an.

Menurut data Departemen Kehutanan, sejak tahun 1995 hingga 2003 telah

terealisasi seluas 7 890 ha (Departemen Kehutanan 2004) dan dari tahun 2003

hingga 2007 telah mencapai 70 185 ha dengan tingkat keberhasilan sangat rendah

(Departemen Kehutanan 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat

keberhasilan penanaman sangat rendah adalah ketersediaan bibit dari beberapa

spesies tanaman mangrove.

Salah satu kegiatan rehabilitasi mangrove dilakukan di Desa Muara,

Kecamatan Teluk Naga, Tangerang yang masih memiliki hutan asli mangrove

yang terdiri dari beberapa jenis bakau dan api-api. Kegiatan ini dilakukan oleh

masyarakat sekitar dengan tujuan menjaga keberadaan hutan mangrove yang

terancam konversi menjadi areal tambak. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan

meliputi kegiatan pembibitan dan penanaman untuk jenis Rhizophora mucronata,

R. apiculata, R. stylosa, dan Avicennia sp.

Pengunduhan buah merupakan bagian dari kegiatan pembibitan. Masyarakat

memiliki kendala untuk menentukan buah yang telah matang dan belum matang

dalam kegiatan pengunduhan buah. Menurut Kusmana et al. (2003), buah bakau

yang telah matang dicirikan dengan terlepasnya hipokotil dari keping buahnya,

namun buah yang telah matang akan terbawa hanyut oleh aliran sungai. Oleh

karena itu, masyarakat sekitar melakukan pengunduhan pada buah yang belum

matang (masih memiliki keping buah), padahal buah yang belum matang perlu

diberi perlakuan pendahuluan yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

menjadi bibit sebelum akhirnya ditanam.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakau kurap (R.

stylosa) di persemaian menurut tipe propagul, dan pertumbuhan di lapangan

berdasarkan perlakuan bibit tanpa polibag, bibit dengan polibag, dan direct seed

dari propagul. Harapan dari penelitian ini adalah diperoleh jenis bibit yang bagus

dan berkualitas untuk dibudidayakan dan mempelajari teknik terbaik untuk

budidayanya.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi mengenai:

1. Pertumbuhan propagul di persemaian menurut tipe propagul, yaitu ada keping

buah dan tanpa keping buah

2. Pertumbuhan tanaman di lapangan berdasarkan perlakuan bibit tanpa polibag,

bibit dengan polibag, dan direct seed dari propagul

2

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah bahan pertimbangan budidaya tanaman

mangrove, khususnya jenis bakau kurap.

1.4 Hipotesis

Pertumbuhan propagul bakau kurap yang disemaikan dari propagul yang

telah terlepas keping buahnya akan lebih baik dibandingkan dengan propagul

yang masih belum terlepas dari keping buahnya. Pertumbuhan bakau kurap yang

ditanam tanpa polibag akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik daripada

ditanam dengan polibag.

2 METODE

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan September 2013

sampai dengan Januari 2014 yang terletak di persemaian mangrove dan areal

rehabilitasi Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.

2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah propagul bakau kurap tanpa keping buah

sebanyak 125 buah, propagul dengan keping buah sebanyak 125 buah, propagul

tanpa keping buah untuk direct seed sebanyak 30 buah, dan bibit bakau kurap

sebanyak 30 buah.

2.3 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, galah, polibag,

bambu/kayu, tali rafia, meteran, kamera, alat tulis, lembaran tally sheet, software

Ms. Excell 2007, dan SAS 9.1.3.

2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Penentuan Lokasi Persemaian

Lokasi persemaian berada pada tanah lapang, datar, dan terkena pengaruh

pasang surut agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit.

3

2.4.2 Pembuatan Bedeng

Ukuran bedeng yang digunakan berukuran 7 x 1 m2 yang terbuat pada tanah

yang dikeruk agar air dapat mengalir.

2.4.3 Penyiapan Media Tanam di Persemaian

Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas

tambak yang dimasukan ke dalam polibag. Propagul disemaikan masing-masing

satu buah dalam satu polibag.

2.4.4 Pemilihan Propagul

Propagul bakau kurap yang digunakan untuk pembibitan dipilih dari pohon

bakau kurap yang berusia di atas 10 tahun yang bersumber dari pohon-pohon

induk yang tidak jauh dari lokasi penelitian. Propagul yang baik dicirikan oleh

hampir lepasnya keping buah dari buahnya. Propagul yang sudah matang dicirikan

dengan warna buah hijau muda dengan bintik-bintik hitam dan warna kuning pada

cincin keping buah.

2.4.5 Pembibitan

Tahap pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Media yang telah disediakan dimasukkan ke dalam polibag berdiameter 10

cm sebanyak ¾ dari isi polibag.

2. Setelah polibag berisi media, bagian atas polibag tersebut dilipat ke bagian

luar untuk menghindari terjebaknya kristal-kristal garam air dalam polibag

yang bisa menghambat pertumbuhan bibit mangrove.

3. Propagul disemaikan masing-masing satu buah pada tiap polibag.

4. Bibit akan siap tanam ketika sudah berumur 4–5 bulan dengan jumlah daun 4-

6 daun (Wibisono 2006).

2.4.6 Pengamatan dan Pengukuran Propagul di Persemaian

Pengamatan dan pengukuran terhadap pertumbuhan vegetatif propagul

bakau kurap dilakukan selama 4 bulan. Pengukuran terhadap pertumbuhan

vegetatif bakau kurap meliputi:

1. Propagul yang masih memiliki keping buah (PAH)

- Persen hidup (nilai germinasi)

Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada unit percobaan

setiap minggu. Pengamatan dilakukan pada 5 ulangan. Dalam satu ulangan

terdiri atas 25 unit contoh sehingga persentase germinasi merupakan hasil

rata-rata dari 5 ulangan.

- Waktu lepas keping buah

Pencatatan waktu keping buah terlepas dari buahnya setiap minggu.

- Waktu berakar

Pencatatan waktu unit contoh mulai berakar setiap minggu.

- Waktu pecah pucuk

Pencatatan waktu unit contoh mulai mengalami pecah pucuk setiap minggu.

Pecah pucuk berarti awal pertumbuhan bakau kurap.

- Waktu tanaman memiliki 2 daun dewasa dan panjang akarnya

4

Pencatatan waktu bibit telah memiliki 2 daun dewasa dan pengukuran

panjang akar ketika bibit telah memiliki 2 daun dewasa. Daun dewasa

ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau tua dan

bibit telah membentuk tunas baru.

- Waktu tanaman memiliki 4 daun dewasa dan panjang akarnya.

- Jumlah akar

Pencatatan jumlah akar ketika bibit telah memiliki 4 daun dewasa. Daun

dewasa ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau

tua dan bibit telah membentuk tunas baru.

- Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang

telah diberi tanda setiap minggu.

2. Propagul yang tidak memiliki keping buah (PTH)

Peubah yang diukur pada perlakuan ini sama dengan yang dilakukan pada

propagul yang masih memiliki keping buah. Namun tidak dilakukan pencatatan

waktu ketika keping buah terlepas.

3. Pencatatan dan dokumentasi setiap proses di dalam pertumbuhan bakau kurap

2.4.7 Pengamatan dan Pengukuran Tanaman di Lapang

Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit bakau kurap dilakukan

selama 1 bulan. Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif bakau kurap

meliputi 3 pengukuran, yaitu:

1. Bibit yang ditanam dengan menggunakan polibag (TPP)

- Persen hidup (nilai germinasi)

Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada 15 bibit yang

ditanam setiap minggu.

- Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang

telah diberi tanda setiap minggu.

2. Bibit yang ditanam tanpa menggunakan polibag (TTP)

Peubah yang diukur pada perlakuan ini sama dengan yang dilakukan pada

bibit yang ditanam dengan menggunakan polibag.

3. Propagul yang tidak memiliki keping buah dan ditanam tanpa polibag (DS)

- Persen hidup (nilai germinasi)

Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada unit percobaan

setiap minggu. Pengamatan dilakukan pada 5 ulangan. Dalam satu ulangan

terdiri atas 6 unit contoh sehingga persentase germinasi merupakan hasil

rata-rata dari 5 ulangan.

- Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang

telah diberi tanda setiap minggu.

4. Pencatatan dan dokumentasi setiap proses di dalam pertumbuhan bakau kurap

2.4.8 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data mengenai

topografi, kondisi umum penelitian dan data lainnya untuk mendukung penelitian.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat

dan studi pustaka.

5

2.5 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL) untuk 3 jenis pertumbuhan. Rancangan pertama terdiri atas 1 faktor yaitu

propagul dengan 2 tipe propagul, yaitu propagul dengan keping buah dan

propagul tanpa keping buah. Terdiri atas 5 ulangan untuk setiap perlakuan dan di

setiap ulangan terdiri atas 25 unit contoh. Pengacakan dilakukan di dalam bedeng

pengamatan sehingga bagan percobaan dapat digambarkan sebagai berikut:

PAH 2 PTH 3

PAH 5 PTH 1 PAH 4 PTH 5

PTH 2 PAH 3 PTH 4 PAH 1

Gambar 1 Denah percobaan pada bedeng pengamatan

Keterangan :

PTH Uj : Propagul terlepas buah ulangan ke-j

PAH Uj : Propagul ada buah ulangan ke-j

Rancangan kedua terdiri atas 1 faktor yaitu propagul dengan 2 perlakuan,

yaitu propagul lepas keping buah yang ditanam dengan polibag dan propagul

lepas keping buah yang ditanam tanpa polibag. Terdiri atas 30 ulangan untuk

setiap perlakuan. Pengacakan dilakukan di dalam lokasi penanaman.

Rancangan ketiga terdiri atas 1 faktor yaitu bibit dengan 2 perlakuan, yaitu

bibit yang ditanam tanpa polibag dan bibit yang ditanam dengan polibag. Terdiri

dari 15 ulangan untuk setiap perlakuan. Pengacakan dilakukan di dalam lokasi

penanaman.

Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

γij = μ + αi + εij

Keterangan

Ɣij : variabel respon yang diamati

µ : nilai rata-rata sebenarnya

αi : pengaruh perlakuan taraf ke-i

εij : pengaruh kesalahan percobaan pada perlakuan propagul ulangan ke-i dan

ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap

pertumbuhan maka digunakan uji F pada α = 5%. Bila terdapat pengaruh nyata

dari perlakuan terhadap peubah yang diamati maka setiap taraf perlakuan

dibandingkan dengan menggunakan uji Duncan pada taraf kesalahan 5%.

Analisis dilakukan menggunakan model linear dengan software SAS

(Statistical Analysis Software) versi 9.1.3 untuk software Windows. Analisis data

yang dilakukan meliputi analisis ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range

Test).

6

3 KONDISI UMUM

Lokasi penelitian berada di persemaian mangrove Desa Muara, Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Muara terletak di

sebelah utara Kecamatan Teluk Naga dengan luasan 505 ha yang merupakan

daratan rendah dengan ketinggian 40 mdpl. Desa Muara berbatasan langsung

dengan Laut Jawa di sebelah utara, Desa Lemo di sebelah timur dan selatan, dan

Desa Tanjung Pasir di sebelah barat. Desa Muara mempunyai 2 musim yaitu

penghujan dan kemarau. Iklim yang mempengaruhinya adalah iklim tropis dengan

angin bertiup dari arah barat menuju timur dengan kecepatan rataan 15 km/jam

dan curah hujan rata-rata 21 mm/tahun dengan kisaran suhu udara rataan 27–33

ºC.

Mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah nelayan, pedagang,

petani tambak, dan hanya sedikit yang menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).

Vegetasi yang mendominasi di sekitar lokasi penelitian adalah jenis Rhizophora

spp. diantaranya R. mucronata, R. stylosa, R. apiculata. Selain jenis Rhizophora,

ditemukan pula jenis Avicennia sp.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Propagul Bakau Kurap

Menurut Kesemat (2008), propagul adalah buah mangrove yang telah

mengalami perkecambahan. Terdapat dua tipe buah mangrove, yaitu vivipari dan

kriptovivipari. Vivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat

pada pohon induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan

kriptovivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada

pohon induknya tetapi masih tertutup oleh kulit biji. Buah bakau kurap termasuk

ke dalam buah mangrove tipe vivipari. Berikut adalah gambar morfologi propagul

Rhizophora pada umumnya.

Gambar 2 Morfologi propagul

7

Pertumbuhan menurut Davis dan Johnson (1987) didefinisikan sebagai

pertambahan dari jumlah dan dimensi pohon, baik diameter (pertumbuhan

sekunder) maupun tinggi (pertumbuhan primer) yang terdapat pada suatu tegakan.

4.2 Pertumbuhan Propagul Bakau Kurap di Persemaian

Tabel 1 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman bakau

kurap pada perlakuan penanaman dengan keping buah dan penanaman tanpa

keping buah.

Tabel 1 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perbedaan tipe propagul terhadap

pertumbuhan propagul bakau kurap

Peubah Uji F Tipe Propagul

PAH PTH

Persen Hidup tn 62.40a 68.00a

Waktu berakar tn 1.00a 1.00a

Pecah pucuk * 8.40a 6.60b

Waktu 2 daun tn 8.60a 7.00a

Waktu 4 daun tn 14.00a 14.00a

Panjang akar 2 daun tn 8.16a 8.98a

Panjang akar 4 daun tn 8.17a 9.41a

Jumlah akar tn 15.47a 16.60a

Tinggi tn 4.94a 5.89a Keterangan : tn = tipe propagul tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = tipe propagul

berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; PAH = penanaman ada keping buah ; PTH = penanaman

tanpa keping buah; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada tabel peubah pertumbuhan hasil sidik ragam tipe propagul terhadap

pertumbuhan propagul bakau kurap, dapat dilihat bahwa tipe propagul tanpa

keping buah memberikan pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% untuk

peubah waktu pecah pucuk. Peubah lainnya tidak terpengaruh oleh adanya

perbedaan tipe propagul.

4.2.1 Persen Hidup

Persen hidup merupakan persentase propagul ditanam yang hidup di akhir

pengamatan dibandingkan dengan jumlah propagul yang ditanam secara

keseluruhan.

Gambar 3 Persen hidup propagul yang ditanam dengan polibag

62.40

68.00

58

60

62

64

66

68

70

PAH PTH

Per

sen h

idup

(%

)

Tipe propagul

PAH

PTH

8

Berdasarkan Gambar 3, persen hidup pada kedua tipe propagul berada pada

62.4% untuk PAH dan 68% untuk PTH. Walaupun terdapat perbedaan nilai,

berdasarkan uji statistik perbedaan tipe propagul tidak menunjukkan pengaruh

nyata pada persen hidup kedua perlakuan. Nilai persen hidup yang tergolong

rendah ini disebabkan oleh kurangnya air yang tersedia selama proses penanaman

awal yang menyebabkan propagul tidak langsung berkecambah dan mengalami

kondisi penyimpanan. Bakau kurap memiliki benih yang termasuk dalam benih

rekalsitran yang tidak toleran pengeringan berlebihan dan harus disimpan dengan

kadar air tinggi untuk waktu sependek mungkin (Schmidt 2002). Kondisi

lapangan dengan temperatur yang tinggi dan air tersedia rendah, menyebabkan

kadar air benih menurun dan menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitar.

Propagul akan segera mengalami kematian ketika kondisi lapangan tidak

mendukung perkecambahan.

4.2.2 Waktu Lepas Keping Buah

Waktu lepas keping buah adalah salah satu peubah yang diukur dari waktu

terlepasnya keping buah dari propagul untuk tipe propagul yang ditanam

menggunakan keping buah.

Gambar 4 Waktu lepas keping buah pada tipe propagul yang ditanam

menggunakan keping buah

Gambar 5 Propagul bakau kurap yang ditanam dengan menggunakan keping buah

Buah bakau kurap yang matang dicirikan dengan telah terlepasnya keping

buah dari hipokotil, warna buah hijau muda dengan bintik-bintik hitam dan warna

kuning pada cincin keping buah. Kusmana et al. (2003) mengatakan buah yang

belum matang perlu waktu tertentu untuk mendewasakan embrio dalam

lingkungan yang baik agar embrio mencapai kondisi perkembangan tertentu

sebelum benih dikecambahkan. Buah yang ditanam dengan menggunakan keping

57

2

75

19 18

23

1820

0

5

10

15

20

25

PAH 1 PAH 2 PAH 3 PAH 4 PAH 5

Jum

lah

Tipe propagul

Minggu 1

Minggu 2

9

buah adalah buah yang belum matang sehingga memerlukan waktu untuk

mendewasakan embrio. Ciri buah telah matang adalah lepasnya keping buah pada

buah.

4.2.3 Waktu Berakar

Waktu berakar dilihat dari waktu pertama kali propagul yang ditanam

berakar. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kedua perlakuan menghasilkan waktu

berakar yang sama, yaitu pada minggu pertama. Tidak ada perbedaan waktu

berakar antara PAH dengan PTH.

Gambar 6 Waktu mulai berakar bakau kurap pada minggu pertama

Gambar 7 Perakaran pada minggu pertama (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan

PAH

Gambar 7 merupakan gambar perakaran tanaman pada minggu pertama

setelah ditanam. Kedua perlakuan memiliki panjang akar yang tidak jauh berbeda,

yaitu sekitar 0.2–0.5 cm. Rusdiana et al. (2000) mengatakan bahwa akar

merupakan pintu masuk bagi hara dan air dari tanah yang sangat penting untuk

proses fisiologi pohon. Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik

tanah seperti pemadatan tanah dan kandungan air tanah. Kondisi di lapangan yang

seragam mengakibatkan waktu mulai berakar yang seragam pula pada kedua

perlakuan.

4.2.4 Waktu Pecah Pucuk

Waktu pecah pucuk adalah waktu dimana propagul mengalami awal

perkecambahan. Perbedaan tipe propagul berpengaruh nyata terhadap waktu

pecah pucuk.

250 250

0

50

100

150

200

250

300

PAH PTH

Jum

lah

Tipe propagul

a b

10

Gambar 8 Waktu pecah pucuk bakau kurap

Berdasarkan Gambar 8, waktu pecah pucuk diawali dari minggu ke-6 untuk

PTH dan minggu ke-7 untuk PAH. Perbedaan waktu pecah pucuk ini dapat

disebabkan oleh tingkat kemasakan benih dan adanya faktor penghambat seperti

keping buah. Adanya keping buah mengakibatkan propagul memiringkan badan

dengan tujuan membuang keping buah. Sutopo (1993) mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dibedakan menjadi faktor dalam

dan faktor luar. Faktor luar terdiri dari air, temperatur, oksigen, cahaya, dan media.

Sementara itu, faktor dalam terdiri dari tingkat kemasakan benih, ukuran propagul,

dormansi dan penghambat perkecambahan. Pernyataan Sutopo menegaskan

bahwa perbedaan waktu pecah pucuk ini disebabkan oleh faktor dalam, yaitu

tingkat kemasakan benih dan faktor penghambat yaitu adanya keping buah.

4.2.5 Waktu Tanaman Berdaun 2 dan Berdaun 4

Perkembangan daun bakau kurap dalam satu tunas biasanya terdiri dari dua

daun. Oleh karena itu untuk setiap pertambahan perkembangan daun akan terdiri

dari 2 daun sehingga selalu menghasilkan jumlah daun yang genap.

Gambar 9 Waktu tanaman berdaun 2 dan 4

Berdasarkan Gambar 9, diketahui bahwa PTH memiliki waktu berdaun 2

lebih cepat daripada daripada PAH. Hal ini dapat disebabkan oleh perkembangan

PAH yang terhambat di awal perkembangan sehingga berpengaruh terhadap

waktu berdaun 2. Namun walaupun mengalami perkembangan yang terhambat di

awal, kedua perlakuan memiliki waktu yang sama saat berdaun 4. Waktu berdaun

03

12

710

5

12 12 13

46

21

3 6

12

5

13

7

11

1

0

5

10

15

20

25

Jum

lah

Waktu

PAH

PTH

7

9

12

67

12

024

68

10

1214

awal

berkecambah

berdaun 2 berdaun 4

Min

ggu k

e-

Waktu

PAH

PTH

11

4 yang bersamaan pada kedua perlakuan ini dapat dikarenakan kemampuan

adaptasi dari PAH terhadap lingkungannya sudah baik.

4.2.6 Panjang Akar Berdaun 2 dan Berdaun 4

Panjang akar diukur ketika tanaman sudah memiliki 2 daun dan 4 daun.

Tidak terdapat pengaruh perlakuan penanaman terhadap panjang akar secara

statistik.

Gambar 10 Pertambahan panjang akar

Pada Gambar 10 diketahui bahwa panjang akar pada tipe PTH lebih baik

daripada panjang akar pada tipe PAH. Hal ini dikarenakan PTH adalah benih yang

telah masak sehingga perkembangan pertumbuhannya lebih baik daripada PAH

yang perlu waktu untuk mematangkan embrionya terlebih dahulu.

Gambar 11 Perakaran minggu ke-16 setelah berdaun 4 (a) perlakuan PTH, (b)

perlakuan PAH

Rusdiana et al. (2000) mengatakan bahwa jumlah dan panjang akar akan

semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya umur tanaman tersebut. Hal ini

sesuai dengan pernyataan di atas bahwa PTH memiliki pertumbuhan yang lebih

baik daripada PAH sehingga jumlah dan panjang akarnya lebih baik.

4.2.7 Jumlah Akar

Jumlah akar dihitung pada minggu terakhir pengamatan. Bakau kurap

memiliki karakteristik akar seperti akar serabut, tidak memiliki akar utama.

Berdasarkan uji statistik tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar.

Gambar 12 adalah perbandingan antara panjang akar dengan jumlah akar.

6.58

8.17

8.04

9.41

0123456789

10

berdaun 2 berdaun 4

Pan

jang a

kar

(cm

)

Waktu

PAH

PTH

a b

12

Gambar 12 Perbandingan antara jumlah akar dengan panjang akar

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa jumlah akar berbanding terbalik

dengan panjang akar. PAH diketahui mempunyai jumlah akar yang lebih banyak

daripada PTH, namun panjang akarnya lebih pendek daripada PTH. Hal ini

menunjukkan bahwa akar pada perlakuan PTH memiliki penyerapan unsur hara

yang kurang efektif dibandingkan dengan PAH sehingga memperluas jangkauan

akarnya. Berbeda dengan PAH yang memiliki panjang akar lebih pendek namun

jumlah akar yang lebih banyak daripada PTH sehingga penyerapan unsur hara

efektif. Pamujianto (2014) menegaskan bahwa panjang akar dapat menunjukkan

luasan jangkauan akar tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dalam tanah.

Namun panjang akar bukan merupakan ukuran yang menunjukkan kapasitas

serapan air dan hara oleh akar, melainkan lebih dipengaruhi oleh jumlah akar

efektif.

4.2.8 Tinggi Tanaman

Tinggi adalah salah satu peubah pertumbuhan yang dapat diukur yang

dinyatakan dalam satuan panjang. Pertambahan tinggi ini diukur setiap minggu

sehingga diketahui pertumbuhannya

Gambar 13 Grafik pertambahan tinggi tanaman

Davis dan Johnson (1987) mengatakan bahwa pertumbuhan tinggi

dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan yang sangat

sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh. Gambar 8 memperlihatkan bahwa waktu

pecah pucuk tercepat terdapat pada PTH sehingga pertumbuhan tinggi yang lebih

baik terdapat pada PTH. Selain itu, terdapat 3 faktor lingkungan dan 1 faktor

genetik yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, yaitu

kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta

16.60

15.47

14,5

15

15,5

16

16,5

17

PAH PTH

Jum

lah a

kar

Tipe propagul

8.17

9.41

7,5

8

8,5

9

9,5

10

PAH PTH

Pan

jang a

kar

(cm

)

Tipe propagul

2.86

7.802.99

8.88

0

2

4

6

8

10

Awal Akhir

Tin

ggi

(cm

)

Waktu

PAH

PTH

13

keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter. Adanya

keping buah pada pertumbuhan awal menyebabkan bakal daun pada PAH

mengalami kekurangan cahaya matahari sehingga pertumbuhan tingginya

terhambat. Berbeda dengan PTH yang bakal daunnya tidak tertutup oleh keping

buah sehingga mendapatkan pertumbuhan tinggi yang tidak terhambat.

4.3 Pertumbuhan Tanaman di Lapang

Kualitas bibit yang ditanam di lapang meliputi 4 kriteria, yaitu : (a) tidak

terserang hama dan penyakit, (b) tidak layu, (c) jumlah daun minimal 4, dan (d)

tinggi bibit antara 15 cm – 55 cm tergantung jenisnya (Kusmana et al. 2003).

4.3.1 Pertumbuhan Bibit Bakau Kurap di Lapang Perlakuan Polibag

Tabel 2 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman bakau

kurap pada perlakuan penanaman dengan perlakuan polibag.

Tabel 2 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan

bibit bakau kurap

Peubah Uji F Perlakuan

TTP TPP

Persen Hidup tn 66.67a 80.00a

Tinggi tn 4.68a 2.64a Keterangan : tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = perlakuan berpengaruh

nyata pada taraf uji 5%; TTP = perlakuan penanaman tanpa polibag ; TPP = perlakuan penanaman

dengan polibag; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada tabel peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap

pertumbuhan bibit bakau kurap, dapat dilihat bahwa kedua perlakuan tidak

memberikan pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% untuk kedua peubah

yang diukur. Persen hidup dan pertambahan tinggi di persemaian tidak

menunjukkan perbedaan antara bibit yang ditanam dengan polibag dan tanpa

polibag.

4.3.1.1 Persen Hidup

Persen hidup penanaman yang dianjurkan untuk kegiatan penanaman di

lapangan adalah ≥ 80% (Mulyana 2011). Bila persen hidup penanaman kurang

dari angka yang dianjurkan, maka harus dilakukan penyulaman.

Gambar 14 Persen hidup bibit yang ditanam di lapang

66.67

80

60

65

70

75

80

85

TTP TPP

Per

sen h

idup

(%

)

Perlakuan

TTP

TPP

14

Persen hidup TTP berada pada angka 66.67%. Nilai tersebut tergolong

rendah jika dibandingkan dengan persentase hidup minimal untuk dilakukan

penyulaman yaitu 80%. Hal ini dikarenakan media tanah yang tersedia pada

polibag terurai dan hanya menyisakan tanamannya saja ketika ditanam. Selain itu,

pengaruh hempasan air pada saat penanaman juga menyebabkan tanah yang

menimbun tanaman menjadi tersisihkan dan akhirnya tanah tersebut hilang dan

tanaman menjadi tidak tertanam.

Gambar 15 Bibit bakau yang menguning

Tanah yang tersisihkan pada tanaman tersebut mengakibatkan tanaman tidak

tertanam kuat sehingga fungsi akar terganggu. Akar menjadi tidak mampu untuk

mengambil unsur hara dari tanah, sehingga mengambil cadangan makanan dari

batang dan daun. Lama kelamaan cadangan makanan tersebut akan habis dan

mengakibatkan kematian pada bibit.

4.3.1.2 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman pada saat penanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur

hara yang dapat diserap oleh akar (de Araujo 2011).

Gambar 16 Grafik pertambahan tinggi tanaman

Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa bibit dengan perlakuan TTP

mengalami pertambahan tinggi yang lebih baik daripada bibit dengan perlakuan

TPP walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal

ini diduga polibag yang ikut ditanam bersama bibit pada perlakuan TPP

mengakibatkan penyerapan unsur hara terbatas pada tanah yang ada di polibag.

Berbeda dengan perlakuan TTP, penyerapan unsur hara lebih optimal karena akar

dapat menyerap hara dari tanah yang tersedia di sekitarnya. Hal ini yang

menyebabkan pertumbuhan tinggi TTP lebih baik daripada TPP. Hal ini sesuai

dengan pernyataan de Araujo (2011) yang mengatakan bahwa pertumbuhan

25.27

29.8

25.4

27.93

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Awal Akhir

Tin

ggi

(cm

)

Waktu

TTP

TPP

15

tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh

akar.

4.3.2 Direct seed dari Propagul

Tabel 3 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan propagul bakau

kurap pada perlakuan penanaman dengan perlakuan polibag.

Tabel 3 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan

propagul bakau kurap

Peubah Uji F Perlakuan

DS PTH

Persen hidup * 100.00a 70.00b

Tinggi * 10.31a 5.26b Keterangan : tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = perlakuan berpengaruh

nyata pada taraf uji 5%; DS = perlakuan penanaman tanpa polibag ; PTH = perlakuan penanaman

dengan polibag; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 3, diketahui bahwa bahwa penanaman tanpa polibag (DS)

memberikan hasil persen hidup dan tinggi tanaman lebih baik daripada

penanaman dengan polibag (PTH).

4.3.2.1 Persen Hidup

Persen hidup pada perlakuan PTH berada pada nilai 70% dan perlakuan DS

berada pada nilai 100%. Nilai tersebut menghasilkan perbedaan nyata pada uji

statistik 5%.

Gambar 17 Persen hidup propagul yang ditanam dengan dan tanpa polibag

Perlakuan PTH menghasilkan nilai persen hidup yang rendah dikarenakan

kurangnya air pada proses penanaman awal sehingga propagul tidak langsung

berkecambah dan mengalami kondisi penyimpanan. Justice dan Bass (1978)

mengatakan bahwa kelembaban udara sekitar yang lebih rendah dapat

menyebabkan benih akan mudah dan semakin cepat kehilangan kelembabannya

sehingga terjadi penurunan kadar air benih. Hal ini merupakan indikasi

kemunduran benih rekalsitran yang terjadi secara cepat yang ditandai dengan

penurunan daya berkecambah benih yang diikuti oleh kematian benih apabila

kondisi lingkungan masih tidak mendukung untuk terjadi perkecambahan.

Berbeda dengan perlakuan DS, proses penanaman awal dilakukan langsung pada

70

100

0

20

40

60

80

100

120

PTH DS

Per

sen h

idup

(%

)

Perlakuan

PTH

DS

16

media tanpa polibag dengan kondisi cukup air sehingga persen hidup yang

didapatkan pun menjadi lebih baik.

4.3.2.2 Tinggi Tanaman

Gambar 18 merupakan grafik rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman

bakau kurap pada perlakuan penanaman dengan menggunakan polibag dan

penanaman tanpa polibag.

Gambar 18 Pertumbuhan tinggi tanaman

Berdasarkan Gambar 18, dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi antara

perlakuan PTH dan DS menghasilkan grafik yang berbeda. Perlakuan DS

menghasilkan grafik yang lebih curam daripada grafik yang ditunjukkan oleh PTH.

Berdasarkan uji statistik, perlakuan DS menghasilkan pertambahan tinggi yang

berbeda sangat nyata dengan rata-rata pertambahan tinggi 3.19 cm/bulan

sementara PTH menghasilkan pertambahan tinggi 1.47 cm/bulan. Hal ini

dikarenakan perbedaan perakaran pada kedua perlakuan. Penanaman dengan

menggunakan polibag akan mengakibatkan pertumbuhan akar menjadi terhambat.

Mahendra (2009) mengatakan bahwa akar adalah salah satu faktor penting untuk

pertumbuhan. Ketika pertumbuhan akar terhambat maka pertumbuhan bagian

tanaman lainnya akan terhambat juga. Hal ini berbeda dengan penanaman tanpa

menggunakan polibag, pertumbuhan akar menjadi lebih bebas untuk memperluas

jangkauan penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi

lebih baik.

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pertumbuhan propagul tanpa keping buah dan dengan keping buah di

persemaian hanya mempengaruhi nilai peubah pertumbuhan waktu pecah

pucuk.

2. Pertumbuhan bibit bakau kurap di lapang dengan perlakuan polibag tidak

mempengaruhi peubah persen hidup dan tinggi tanaman.

2.99

8.883.01

15.77

0

5

10

15

20

Awal Akhir

Tin

ggi

(cm

)

Waktu

PTH

DS

17

3. Pertumbuhan propagul yang ditanam dengan perlakuan polibag

mempengaruhi peubah tinggi, pertambahan tinggi terbaik yaitu 3.19 cm/bulan

dihasilkan dari perlakuan penanaman tanpa polibag (DS).

5.2 Saran

Kegiatan rehabilitasi sebaiknya menggunakan propagul yang ditanam

langsung atau direct seed pada daerah yang dangkal. Selain itu, perlu dilakukan

penelitian lanjutan untuk mengetahui pertumbuhan bibit bakau kurap di lapang

yang berasal dari propagul yang ditanam dengan keping buah.

DAFTAR PUSTAKA

Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Third Edition. New York

(US): McGraw-Hill Book Company.

De Araujo J. 2011. Pertumbuhan tanaman pokok cendana (Santalum album Linn.)

pada sistem agroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten

Bobonaro – Timor Leste [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2004. Statistik Kehutanan Indonesia,

Forestry Statistics of Indonesia 2003. Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan,

Departemen Kehutanan.

. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia,

Forestry Statistics of Indonesia 2007. Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan,

Departemen Kehutanan.

Justice OL, Bass LN. 1978. Prinsip dan Praktik Penyimpanan Benih. Jakarta

(ID): Rajawali Press.

[Kesemat] Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur. 2008. Propagul

dan bibit mangrove. mana yang lebih baik? [terhubung berkala]

www.kesematnursery.blogspot.com/2009/10/propagul-dan-bibit-mangrove-

mana-yang.htm (2014 Feb 10)

Kusmana C, Wilarso S, Hilwan I, Pamoengkas P, Wibowo C, Tiryana T,

Triswanto A, Yunasfi, Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor

(ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta (ID): Graha

Ilmu.

Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Paduan Lengkap Bisnis & Bertanam

Kayu Jabon. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka

Pamujianto R. 2014. Pruning akar untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza

pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 2 bulan [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

Rusdiana O, Fakuara Y, Kusmana C, Hidayat Y. 2000. Respon pertumbuhan akar

tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan

kandungan air tanah podsolik merah kuning. Manajemen Hutan Tropika 06:43-

53

18

Schmidt. 2002. Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.

Harum F, editor. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial. Terjemahan dari: Guide to Handling of Tropical and

Subtropical Forest Seed.

Sutopo L. 1993. Teknologi Benih. Jakarta (ID): Rajawali Press.

Wibisono ITC, Priyanto EB, Suryadiputra INN. 2006. Panduan Praktis

Rehabilitasi Pantai. Bogor (ID): Wetlands Indonesia dan UNEP.

19

Lampiran 1 Persen hidup propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 78.400000 78.400000 0.30 0.5968

Error 8 2067.200000 258.400000

Corrected Total 9 2145.600000

Lampiran 2 Waktu berakar propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 0 0 . .

Error 8 0 0

Corrected Total 9 0

Lampiran 3 Pecah pucuk propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 8.100000 8.100000 7.71 0.0240

Error 8 8.400000 1.050000

Corrected Total 9 16.500000

Lampiran 4 Tinggi tanaman propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 2.2657600 2.26576000 0.92 0.3656

Error 8 19.7014000 2.46267500

Corrected Total 9 21.9671600

Lampiran 5 Waktu 2 daun propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 6.4000000 6.4000000 3.88 0.0844

Error 8 13.2000000 1.6500000

Corrected Total 9 19.6000000

Lampiran 6 Waktu 4 daun propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 0.000000 0.000000 0.00 1.0000

Error 8 14.000000 1.750000

Corrected Total 9 14.000000

20

Lampiran 7 Panjang akar 2 daun propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 1.68100000 1.68100000 3.98 0.0812

Error 8 3.38000000 0.42250000

Corrected Total 9 5.06100000

Lampiran 8 Panjang akar 4 daun propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 3.81924000 3.81924000 5.01 0.0556

Error 8 6.10252000 0.76281500

Corrected Total 9 9.92176000

Lampiran 9 Jumlah akar propagul yang ditanam di persemaian

Source DF Sum of

Squares

Mean Square F Value Pr > F

Model 1 1.92666667 1.92666667 1.55 0.2817

Error 4 4.98666667 1.24666667

Corrected Total 5 6.91333333

Lampiran 10 Persen hidup propagul DS dan PTH

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 2250.000000 2250.000000 23.15 0.0013

Error 8 777.555600 97.194450

Corrected Total 9 3027.555600

Lampiran 11 Tinggi tanaman DS dan PTH

Source DF Sum of

Squares

Mean Square F Value Pr > F

Model 1 63.80676000 63.80676000 62.73 <0.0001

Error 8 8.13780000 1.01722500

Corrected Total 9 71.94456000

Lampiran 12 Persen hidup bibit

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 266.666667 266.666667 0.57 0.4918

Error 4 1866.666667 466.666667

Corrected Total 5 2133.333333

21

Lampiran 13 Tinggi tanaman bibit

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 1 6.28326667 6.28326667 6.93 0.0581

Error 4 3.62893333 0.90723333

Corrected Total 5 9.91220000

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 2 Agustus 1992 dari ayah

Rubaya dan ibu Dede Hidayah. Penulis merupakan anak pertama dari 3

bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Sumedang dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Tree

Grower Community sebagai anggota divisi Scientific Improvement Tree Grower

Community tahun 2011 dan bendahara umum Tree Grower Community pada

tahun 2012. Kepanitiaan yang pernah diikuti yaitu staff humas Save Mangrove

for Our Earth 2011, staf medis Forester Cup 2011, bendahara umum Save

Mangrove for Our Earth 2012, staff logistik dan transportasi Seminar Nasional

Jabon 2012, dan staff konsumsi TGC in Action 2012. Selain itu penulis juga aktif

sebagai asisten praktik Cibodas Ekologi Hutan 2011, asisten praktikum Pengaruh

Hutan tahun 2012/2013 dan 2013/2014, asisten Praktik Pengelolaan Hutan 2013,

dan asisten praktikum Dendrologi 2013/2014.

Penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

Papandayan - Sancang Timur pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH)

di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, dan melaksanakan

Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2013 di PT. Arutmin Indonesia Tambang

Batulicin Kalimantan Selatan.

Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di

Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang di bawah

bimbingan Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dan Ir Andi Sukendro, MSi