pertumbuhan akasia

Upload: raihanahpku

Post on 30-Oct-2015

315 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    MODEL PERTUMBUHAN RATA-RATA DIAMETER, RATA-RATA TINGGI DAN VOLUME TEGAKAN

    Acacia mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur)

    NUR MALIKI ARIFIANDY E 14101045

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

  • 2

    MODEL PERTUMBUHAN RATA-RATA DIAMETER, RATA-RATA TINGGI DAN VOLUME

    TEGAKAN Acacia mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur)

    NUR MALIKI ARIFIANDY

    Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

  • 3

    Judul Skripsi : MODEL PERTUMBUHAN RATA-RATA DIAMETER, RATA-RATA TINGGI DAN VOLUME TEGAKAN Acacia mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur).

    Nama Mahasiswa : NUR MALIKI ARIFIANDY

    NRP : E14101045

    Departemen : Manajemen Hutan

    Program Studi : Manajemen Hutan

    Menyetujui :

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    (Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS ) (Tatang Tiryana S. Hut., M.Sc) NIP. 130 933 588 NIP. 132 231 998

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kehutanan IPB

    (Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS) NIP. 131 430 799

    Tanggal Lulus : 18 Januari 2006

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat

    dan Hidayah-Nya serta shallawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW maka

    penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Model

    Pertumbuhan Rata-Rata Diameter, Rata-Rata Tinggi, dan Volume Tegakan

    Acacia mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II,

    Kalimantan Timur).

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS dan Bapak Tatang Tiryana,

    S.Hut., M.Sc. yang telah membimbing penulis selama penulisan skripsi

    ini.

    2. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil

    Hutan, dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS selaku dosen penguji dari

    Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

    3. Mamih, Papih, Teteh dan Mas Ido yang telah memberikan dukungan baik

    moril maupun materiil serta curahan kasih sayangnya.

    4. Bapak Sukrul, Bapak Zakir, Bapak Suradi, Bapak Dudi, Bapak Susanto,

    Bapak Saiful, Bapak Agus, serta seluruh staf di PT. Sumalindo Hutani

    Jaya II yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian

    5. Rekan-rekan senasib seperjuangan satu bimbingan Kania dan Pipin, rekan-

    rekan kelompok PKL Dita, Dini, Arga, Dedi, dan Pudy, dan rekan

    MNH38 atas kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

    6. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

    pihak yang membutuhkan.

    Bogor, Januari 2006

    Penulis

  • 2

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1983 dari ayah Edy

    Effendy dan ibu Nuraini Suksminingrum. Penulis merupakan putri ketiga dari

    tiga bersaudara.

    Penulis menempuh jalur pendidikan sejak tahun 1988 pada TK Persiapan

    Bersama Jakarta, dilanjutkan pada tahun 1989 di SDN 04 PG Jakarta. Tahun 1995

    melanjutkan pendidikan di SLTPN 257 Jakarta, dan pada tahun 1998 penulis

    melanjutkan pendidikan di SMUN 39 Jakarta, pada tahun 2001 penulis masuk IPB

    melalui jalur UMPTN, memilih Jurusan Manajemen Hutan , Fakultas Kehutanan.

    Selama di bangku kuliah penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan

    dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Cilacap, Batu Raden, dan Getas. Pada tahun

    2005 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sumalindo

    Lestari Jaya, Tbk. Kalimatan Timur.

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,

    penulis melakukan penyusunan skripsi dengan judul Model Pertumbuhan

    Rata-Rata Diameter, Rata-Rata Tinggi, dan Volume Tegakan Acacia

    mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan

    Timur) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS dan

    Tatang Tiryana, S.Hut., M.Sc.

  • 3

    RINGKASAN

    Nur Maliki Arifiandy. Model Pertumbuhan Rata-Rata Diameter, Rata-Rata Tinggi, dan Volume Tegakan Acacia mangium Willd. (Studi Kasus PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS dan Tatang Tiryana, S.Hut., M.Sc.

    Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan hasil hutan kayu. Permintaan terhadap kayu dari HTI meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi kayu masyarakat dan makin berkurangnya produksi kayu dari hutan alam akibat laju kerusakan hutan alam yang semakin tinggi. Untuk itu, diperlukan adanya pengolahan HTI yang lebih intensif dengan berpegang pada prinsip kelestarian hasil. Untuk mendukung upaya ini perlu dibuat rencana pengelolaan HTI dengan seksama. Salah satu data yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana pengelolaan HTI seperti ini adalah pertumbuhan tegakan yang memiliki tingkat ketepatan dan ketelitian tinggi. Salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan pada HTI adalah Acacia mangium yang merupakan jenis cepat tumbuh (fast growing species). Untuk mendukung pengelolaan HTI maka informasi pertumbuhan tegakan dalam bentuk model pertumbuhan sangat diperlukan.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil pengukuran berulang pada Petak Ukur Permanen (PUP) seluas 0.1 Ha sebanyak 60 petak pada tegakan A. Mangium. Alat-alat yang digunakan dalam analisis data adalah alat tulis, kalkulator, PC (Personal Computer). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear dan non linear dengan bantuan software Excel, dan Statistica.

    Dalam pemilihan model terbaik, model-model pertumbuhan yang digunakan adalah model dari: Bruce dan Schumacher (1950), Chapman-Richards (1959), Prodan (1968), Alder (1980) yang telah dimodifikasi oleh Harbagung (2004), dan Wiroatmodjo (1984) dengan menambahkan peubah kerapatan tegakan (jumlah pohon per hektar). Dalam menentukan model pertumbuhan terbaik dilakukan uji statistik, yaitu uji peranan peubah bebas, koefisien determinasi, koefisien determinasi terkoreksi, root mean squares error, dan simpangan rata-rata.

    Dengan mengkombinasikan antara uji statistik, kelogisan bentuk kurva, dan kesederhanaan penerapan di lapangan maka model pertumbuhan terbaik masing-masing untuk diameter tegakan adalah 0,539 0,34658,885D U N= , tinggi tegakan adalah 2,274, 271 3, 646 lnT U= + , dan pertumbuhan volume per hektar adalah 1

    0, 01 0, 516 0,1V U Ne e

    = + +.

    Penelitian ini juga ingin membuktikan asumsi bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kerapatan tegakan dengan pertumbuhan diameter dan pertumbuhan tinggi. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan pengujian dengan rumus persentase pertumbuhan diameter dan tinggi, dengan menggunakan N1=1100 dan N2=700 didapatkan persentase untuk pertumbuhan diameter adalah

  • 4

    16,91% dan untuk pertumbuhan tinggi adalah 7,72%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kerapatan tegakan memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap pertumbuhan diameter dibandingkan pertumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan diameter lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal sedangkan pertumbuhan tinggi lebih dipengaruhi oleh faktor internal dari tegakan.

    Penentuan model pertumbuhan merupakan informasi dasar dalam penentuan keputusan manajemen, antar lain dalam penentuan daur tegakan. Hal ini dapat diketahui dengan melihat titik perpotongan antara kurva CAI (Current Annual Increment) dan MAI (Mean Annual Increment). Berdasarkan titik perpotongan kedua kurva tersebut, daur untuk tegakan A. mangium di HPHTI Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur adalah 5,25 tahun.

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ..................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................... ii DAFTAR TABEL ......................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... v

    PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................... 1 Tujuan .................................................................................. 2 Hipotesis ................................................................................ 2

    TINJAUAN PUSTAKA Acacia mangium Willd ......................................................... 3 Pertumbuhan ......................................................................... 4 Kurva Pertumbuhan .............................................................. 5 Model Pertumbuhan .............................................................. 5 Hasil Penelitian Lain ............................................................. 8 METODOLOGI

    Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 10 Bahan dan Alat Penelitian ..................................................... 10 Metode Penelitian ................................................................. 10

    Penyiapan Data ............................................................... 10 Analisis Data ................................................................... 11

    KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas ...................................................................... 15 Tanah dan Geologi ................................................................ 15 Iklim ...................................................................................... 16 Kedaan Hutan (Potensi dan Jenis)......................................... 16 Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat ............................. 16

    HASIL DAN PEMBAHASAN Model Pertumbuhan Diameter .............................................. 17 Model Pertumbuhan Tinggi .................................................. 19 Model Pertumbuhan Volume per Hektar .............................. 21 Hubungan Kerapatan dengan Pertumbuhan Diameter .......... 23 Hubungan Kerapatan dengan Pertumbuhan Tinggi .............. 24 Kegunaan Model Pertumbuhan untuk Pengelolaan Hutan ... 25

    KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................... 27 Saran ...................................................................................... 27

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 28

    LAMPIRAN ..................................................................................... 30

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Diameter ............................................ 17 Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Tinggi .................................................. 19 Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Volume per Hektar.............................. 22

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Bentuk Umum Kurva Pertumbuhan .......................... 5 Gambar 2. Kurva Pertumbuhan diameter ................................... 19 Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Tinggi ...................................... 21 Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Volume per Hektar .................. 23 Gambar 5. Hubungan Pertumbuhan Diameter dengan Kerapatan Tegakan ........................................ 24 Gambar 6. Hubungan Pertumbuhan Tinggi dengan Kerapatan Tegakan ....................................... 24 Gambar 7. Kurva CAI & MAI Volume per Hektar .................... 26

  • v

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Analisis Ragam Model Pertumbuhan dari software Statistica .............................................. 31 Lampiran2. Perkiraan Pertumbuhan Tegakan A.mangium di HPHTI Sumalindo Hutani Jaya II ........................ 39

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu upaya

    untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan hasil hutan kayu.

    Permintaan terhadap kayu dari HTI meningkat seiring dengan meningkatnya

    konsumsi kayu masyarakat dan makin berkurangnya produksi kayu dari hutan

    alam akibat laju kerusakan hutan alam yang semakin tinggi. Untuk itu, diperlukan

    adanya pengolahan HTI yang lebih intensif dengan berpegang pada prinsip

    kelestarian hasil. Untuk mendukung upaya ini perlu dibuat rencana pengelolaan

    HTI dengan seksama. Salah satu data yang harus diperhatikan dalam penyusunan

    rencana pengelolaan HTI seperti ini adalah pertumbuhan tegakan yang memiliki

    tingkat ketepatan dan ketelitian tinggi.

    Pertumbuhan pohon merupakan perubahan dalam sistem organik yang

    ditunjukan oleh adanya pertambahan diameter, tinggi dan volume pohon (Prodan,

    1968). Informasi pertumbuhan memiliki peranan penting dalam pengambilan

    keputusan manajemen, karena informasi ini dapat memberikan gambaran

    mengenai pola dan titik-titik optimum pertumbuhan yang akan berkaitan dengan

    keputusan perlakuan silvikultur yang akan diterapkan, penentuan daur, dan

    prediksi hasil yang akan didapatkan (Harbagung, 2004). Informasi pertumbuhan

    dapat disajikan dalam bentuk model pertumbuhan yang merupakan hubungan

    dimensi tegakan (diameter, tinggi atau volume) dengan umur dan kerapatan

    tegakan, yang digambarkan melalui kurva pertumbuhan.

    Salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan pada HTI adalah

    Acacia mangium yang merupakan jenis yang cepat tumbuh (fast growing species).

    Untuk mendukung pengelolaan HTI maka informasi pertumbuhan dalam bentuk

    model pertumbuhan sangat diperlukan.

  • 2

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model pertumbuhan diameter,

    tinggi dan volume dari tegakan A. mangium berdasarkan hubungan dengan umur

    dan kerapatan.

    Hipotesis

    1. Terdapat hubungan kuat antara kerapatan tegakan terhadap pertumbuhan

    diameter.

    2. Terdapat hubungan kuat antara kerapatan tegakan terhadap pertumbuhan

    tinggi.

  • 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Acacia mangium Willd.

    Acacia mangium merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki

    pertumbuhan cepat (fast growing species) dengan rata-rata kenaikan diameter

    2-3 cm/tahun.. Termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminoceae,

    dan ordo Rosales. Jenis ini tersebar secara alami di daerah timur laut Australia,

    Papua Nugini hingga ke daerah Indonesia Timur (Papua Barat dan Kepulauan

    Maluku). Populasinya menyebar luas mulai dari 050' LS di Irian Jaya hingga

    19 LS di daerah Queensland, Australia (NAS, 1983).

    Perdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, menurut

    Palokangas (1996) A. mangium merupakan jenis Akasia yang paling baik

    pertumbuhannya di hampir semua tingkat kesuburan tanah dibandingkan dengan

    jenis Akasia lainnya. Pohonnya berbatang lurus, dapat mencapai ketinggian

    hingga 30 m dengan batang bebas cabang lebih dari setengah tinggi pohon (NAS,

    1983). Tumbuh pada ketinggian 30 130 mdpl dengan curah hujan bervariasi

    antara 1000 4500 mm/tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

    1994). Tumbuh pada tanah subur berpasir. Toleran terhadap tanah asam (pH 4.2),

    miskin hara, dan drainase jelek (Nurhasybi, 2000). A. mangium merupakan jenis

    pionir yang cepat tumbuh, sehingga sangat membutuhkan sinar matahari. Oleh

    karenanya apabila mendapatkan naungan pertumbuhannya akan kurang sempurna

    dengan bentuk tinggi dan kurus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

    1994).

    Sejak dicanangkannya pembangunan HTI di Indonesia, jenis mangium

    merupakan salah satu jenis favorit untuk ditanam. Pada awalnya jenis ini

    dikelompokkan kedalam jenis kayu untuk memenuhi kebutuhan kayu serat

    terutama untuk bahan baku industri pulp dan kertas, karena mangium memiliki

    panjang serat 0,7-1 mm dengan kerapatan 410-530 kg/m3 (Palokangas, 1996).

    Saat ini pemanfaatan kayu mangium meluas antara lain untuk: papan serat, kayu

    lapis, venir lamina, furnitur, kayu pertukangan, papan partikel, dan kayu energi

    (bahan bakar, dan arang). (Malik, et al., 2000).

  • 4

    Warna kayu teras dan gubal pada kayu mangium dapat dilihat jelas, yaitu

    bagian teras berwarna lebih gelap yaitu agak kecoklatan hampir mendekati kayu

    jati, sedangkan bagian gubalnya berwarna putih dan lebih tipis. Berdasarkan berat

    jenis, keteguhan lentur statis dan tekan sejajar arah serat, kayu mangium ini

    termasuk kelas kuat II-III (Malik, et al., 2000).

    Pertumbuhan Tegakan

    Pertumbuhan tegakan adalah pertambahan dimensi dari satu atau lebih

    individu dalam suatu tegakan hutan dalam suatu jangka waktu (Vanclay, 1994).

    Pertumbuhan tegakan merupakan perubahan ukuran sifat terpilih dari dimensi

    tegakan yang terjadi selama periode tertentu (Davis dan Johnson, 1987).

    Pertumbuhan merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal antara lain sifat genetik pohon, persediaan bahan

    makanan dalam pohon dan persediaan air di dalam pohon. Sedangkan faktor

    eksternal antara lain kerapatan tegakan, suhu, curah hujan, kelembapan udara,

    komposisi kimia tanah, kandungan hara mineral, dan kandungan organisma dalam

    tanah (Bruce dan Schumacher, 1950). Sedangkan menurut Husch, et al. (1982),

    pertumbuhan tanaman merupakan interaksi antara lingkungan dan kemampuan

    genetik dari tanaman tersebut. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain

    faktor iklim ( suhu dan curah hujan), faktor tanah (karakteristik fisik dan kimia

    tanah, kelembapan tanah, dan mikroorganisma), topografi (kemiringan dan

    ketinggian), dan faktor kompetisi (dengan tanaman lain dan hewan).

    Menurut Kramer dan Kozlowski (1960), pertumbuhan merupakan hasil

    akhir dari interaksi beberapa proses-proses fisiologi pertumbuhan yang baik

    membutuhkan pemasukan yang cukup dari makanan, air, cahaya, nutrisi mineral,

    hormon, dan oksigen serta suhu lingkungan yang sesuai. Secara fisiologi,

    kebutuhan lingkungan adalah kondisi yang memungkinkan untuk membentuk

    makanan yang cukup untuk pertumbuhan dan perawatan dari keseimbangan air

    didalam yang cukup.

  • 5

    Kurva pertumbuhan

    Secara umum kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid. Menurut Spurr

    (1952), kurva pertumbuhan dapat dibagi kedalam tiga bagian namun tidak dapat

    dipisahkan secara pasti. Pada tahap awal, pertambahan bergerak lambat namun

    semakin lama kecepatan pertumbuhan meningkat. Pada tahap kedua, pertumbuhan

    bergerak cepat hingga mencapai titik maksimal dan membentuk garis lurus. Dan

    pada tahap akhir, kecepatan pertumbuhan mulai turun secara perlahan setelah

    mencapai titik maksimal.

    Menurut Prodan (1968), kurva pertumbuhan dimulai dari nol kemudian

    meningkat. Pada awalnya kurva akan bergerak secara perlahan dan terus

    meningkat hingga mencapai titik belok, setelah itu kecepatannya akan turun

    secara perlahan. Sedangkan menurut Munez (1981) dalam Widodo (1989)

    menyebutkan bahwa tidak seluruh bentuk kurva pertumbuhan bergerak asimtotik

    pada bagian akhirnya. Kurva pertumbuhan peninggi, rata-rata diameter, dan tinggi

    pohon bergerak asimtotik pada bagian akhirnya, sedangkan kurva pertumbuhan

    lbds dan volume tegakan tidak demikian halnya

    Model Pertumbuhan

    Vanclay (1994) menyatakan bahwa model pertumbuhan dapat digunakan

    untuk memprediksi hasil yang akan didapatkan dan untuk menentukan perlakuan

    silvikultur yang tepat serta cara mengelolanya. Hal ini mengingat dalam

    Gambar 1. Bentuk umum kurva pertumbuhan

  • 6

    pengusahaan HTI memerlukan informasi mengenai pertumbuhan untuk menyusun

    rencana pengelolaannya.

    Terdapat beberapa model fungsi pertumbuhan baik menggunakan satu

    variabel maupun dua variabel, antara lain :

    1. Bruce dan Schumacher (1950)

    tLogY loglog 10 += tLnY lnln 10 +=

    Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    t : umur

    0, 1 : parameter fungsi

    2. Chapman-Richards (1959)

    ( ) mkteWY = 1/11 Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    t : umur

    e : bilangan euler

    k : konstanta

    W, m : parameter fungsi

    3. Prodan (1968) p

    p xxxY ++++= ....2210 xY t /0 += xxY 10/ +=

    2210

    2 / xxxY ++= Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    x : umur

    0, 1, 2 : parameter fungsi

  • 7

    4. Alder (1980)

    ( )kAbaLnY /1+= Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    A : umur

    k : konstanta

    a, b : parameter fungsi

    5. Wiroatmodjo (1984) NA cebeaY ++= /1

    cb NAaY = 11 ++= cNbAaY

    Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    A : umur

    e : bilangan euler

    N : kerapatan tegakan

    a,b,c : parameter fungsi

    6. Harbagung (2004)

    Untuk penelitian Model Hasil Tegakan Hutan Tanaman Acacia mangium

    Willd., di daerah Semaras Pulau Laut Kalimantan Selatan, Harbagung

    memodifikasi model pertumbuhan dari Alder sebagai berikut :

    ( )ln kY a b A= + Dimana :

    Y : karakteristik pertumbuhan (diameter, tinggi, atau volume pohon)

    A : umur

    k : konstanta

    a, b : parameter fungsi

  • 8

    Hasil Penelitian Lain

    Penelitian mengenai model pertumbuhan telah dilakukan untuk berbagai

    jenis tegakan. Berikut ini hasil penelitian mengenai model pertumbuhan jenis A.

    mangium yang telah dilakukan :

    1. Penelitian dilakukan oleh Harbagung di areal kerja PT. INHUTANI II,

    Sub Unit Hutan Tanaman Industri (HTI) Semaras, Pulau Laut Kalimantan

    Selatan. Data keragaman dimensi tegakan yang digunakan adalah jumlah

    pohon, diameter dan tinggi berdasarkan umur yang ada yaitu 1, 2, 3, 5, 6,

    8, dan 9 tahun. Plot yang digunakan adalah temporary sample plot

    berbentuk lingkaran 0,1 ha.

    Didapatkan model pertumbuhan terbaik adalah :

    ( )1,183742,38963 7,32155D lnA= + ( )1,560503, 42891 5, 28962H lnA= +

    1,677557 2,05946ln 0,15047LnV B lnH= + + Dimana :

    D : diameter tegakan rata-rata

    H : tinggi tegakan

    V : volume tegakan dalam 1 ha

    B : luas bidang dasar tegakan dalam 1 ha

    A : umur tegakan

    2. Penelitian dilakukan oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

    bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor di

    BKPH Subang dan Cikeusik-KPH Banten, BKPH Cibenda-KPH

    Majalengka, dan BKPH Jati Munggul, Plosokerep, Cikawung-BKPH

    Indramayu. Data diambil dari Petak Percobaan Permanen (PPP) yang

    dibuat tahun 1992 sebanyak 9 seri dan masing-masing terdiri atas 7 buah

    PPP berukuran 0,1225 ha.

    Didapatkan model pertumbuhan terbaik adalah :

    BONITA II : 1 1exp(2,52 1,37 115 )D A N = 1 1exp(3,04 0,86 1161 )B A N = 1 1exp(4,87 3, 23 1132 )V A N =

  • 9

    BONITA III : 1 1exp(2,70 2,58 219 )D A N = 1 1exp(3,64 4,82 347 )B A N = 1 1exp(5,13 6,21 152 )V A N = BONITA IV : 1 1exp(3,14 2,28 2 )D A N = 1 1exp(4,52 5,36 788 )B A N = 1 1exp(6, 42 6,81 886 )V A N = Dimana :

    D : diameter tegakan

    B : bidang dasar tegakan

    V : volume tegakan

    A : umur tegakan

    N : jumlah pohon

  • 10

    METODOLOGI

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sumalindo Hutani Jaya II (PT. SHJ II),

    Site Sei Mao/ Bhirawa Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

    Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2005.

    Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil

    pengukuran berulang pada Petak Ukur Permanen (PUP) seluas 0,1 Ha sebanyak

    60 petak pada tegakan A. Mangium. Kegiatan inventarisasi dilakukan dengan

    metode systematic sampling yang dilakukan oleh bagian Perencanaan sub bagian

    inventarisasi di HPHTI SHJ II, Kalimantan Timur.

    Alat-alat yang digunakan dalam analisis data adalah: alat tulis, kalkulator,

    PC (Personal Computer). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

    analisis regresi linear dan non linear dengan bantuan software Excel, dan

    Statistica.

    Metode Penelitian

    Penyiapan Data

    Data yang digunakan adalah data sekunder, yang merupakan hasil

    pengukuran secara periodik pada PUP berbentuk lingkaran seluas 0,1 Ha. Data

    tersebut dikelompokkan berdasarkan petaknya, kemudian dirata-ratakan. Jumlah

    petak yang digunakan adalah 60 petak, yang berasal dari 1) RKT 1997/1998

    terdiri dari umur 3, 4, dan 5 tahun, 2) RKT 1998/1999 terdiri dari umur 2, 3, dan 4

    tahun, dan 3) RKT 2003/2004 terdiri dari umur 1 tahun. Data hasil pengukuran

    yang digunakan adalah umur (U), kerapatan tegakan per hektar (N/Ha), diameter

    rata-rata (cm), tinggi rata-rata (m), dan volume per hektar (m3/Ha).

    Setelah tahapan pengambilan data, kegiatan dilanjutkan dengan tahapan

    penyiapan data. Langkah awal yang dilakukan adalah pemilihan petak ukur yang

    memiliki kondisi topografi seragam, dimana petak-petak dengan kondisi topografi

    yang berbeda dipisahkan dan tidak digunakan dalam pengolahan data. Kemudian

  • 11

    data yang terpilih dimasukan kedalam komputer dengan menggunakan software

    Microsoft Excel untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

    menggunakan software Statistica.

    Analisis Data

    1. Penyusunan model pertumbuhan

    Dalam penelitian ini, model pertumbuhan yang dibuat adalah model

    pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume per ha tegakan hutan tanaman

    A. mangium. Dalam penentuan model terbaik menggunakan analisis

    regresi non linear (hal ini mengingat bentuk kurva pertumbuhan yang

    sigmoid). Model-model pertumbuhan yang digunakan adalah model dari:

    Bruce dan Schumacher (1950), Chapman-Richards (1959), Prodan (1968),

    Alder (1980) yang telah dimodifikasi oleh Harbagung (2004), dan

    Wiroatmodjo (1984) dengan menambahkan peubah kerapatan tegakan

    (jumlah pohon per hektar).

    1.1 Model pertumbuhan dengan menggunakan peubah bebas umur :

    a) ppUUUY ++++= ....2210 ....................... (1) b) UY t /0 += ...................................................... (2) c) UUY 10/ += ................................................... (3) d) 2210

    2 / UUUY ++= ..................................... (4) e) ( )kUY ln10 += ................................................. (5) f) ( ) mkUeY = 1/10 1 ............................................... (6)

    1.2 Model pertumbuhan dengan peubah bebas umur dan kerapatan

    tegakan:

    a) 21 )/(0 HaNUY = ...................................... (7)

    b) 23210 )/( UUHaNY +++= ....................... (8) c) )/1()/( 210 UHaNY ++= ............................ (9) d) )/(

    210

    1HaNU ee

    Y ++= ................................ (10)

    e) 121

    10 )/( ++= HaNUY ............................ (11)

  • 12

    f) UNLnY lnln 210 ++= ................................ (12) Dimana,

    Y : nilai karakteristik pertumbuhan rata-rata diameter

    (cm), atau rata-rata tinggi (m), dan atau volume

    per hektar (m3/ha).

    U : umur tegakan (tahun)

    N/Ha : kerapatan tegakan per hektar (jumlah pohon per

    hektar)

    K : konstanta

    e : bilangan euler (2.71828)

    m,0, 1 p : koefisien regresi

    2. Pemilihan model pertumbuhan

    Model yang baik merupakan model yang mampu memenuhi maupun

    mendekati kriteria-kriteria uji dari pemilihan model yang telah ditetapkan.

    Oleh karena itu dalam tahapan penentuan model terbaik harus melewati

    beberapa kriteria uji yang telah ditetapkan, berikut ini merupakan kriteria-

    kriteria uji yang dilakukan dalam pemilihan model terbaik :

    a. Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas

    Uji ini bertujuan untuk mengetahui peranan tiap peubah bebas

    dalam pembentukan model yang dilakukan dengan melihat nilai

    probability (p-value), dengan hipotesis

    H0 : i sama dengan nol untuk semua i, terima H0.

    H1 : setidaknya ada satu i tidak sama dengan nol, terima H1.

    Dengan kriteria :

    Jika nilai p > , terima H0, sedangkan jika nilai p , terima H1.

    Maka dengan nilai p yang sama atau lebih kecil dari berarti

    hubungan regresi antara peubah bebas dengan peubah tak bebas

    adalah nyata atau sangat nyata.

    b. Koefisien determinasi (R2)

    Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kemampuan peubah

    bebas dalam menjelaskan variasi dari peubah tak bebasnya.

    Dengan semakin tinggi nilai R2 (mendekati 100%) maka semakin

  • 13

    besar variasi yang dapat dijelaskan, yang dinyatakan dengan

    rumus:

    %1002 =JKTJKRR

    c. Koefisien determinasi terkoreksi (R2adj)

    R2adj merupakan nilai koreksi R2 dengan peubah bebasnya,

    dinyatakan dengan rumus :

    %100//12 =

    dbtJKTdbsJKSR adj

    d. Root Mean Squares Error (RMSE)

    RMSE menunjukkan besarnya tingkat kesalahan dalam

    menentukan nilai dugaan. Memiliki nilai ideal 0, dinyatakan

    dengan rumus :

    KTSRMSE = e. Simpangan rata-rata (S)

    S merupakan tingkat keakuratan dari pendugaan model

    pertumbuhan ditunjukkan oleh nilai selisih antara data dengan nilai

    dugaan, dinyatakan dengan rumus :

    100

    i i

    i

    Y YS

    n Y

    = Dimana :

    JKR : Jumlah Kuadrat Regresi

    JKT : Jumlah Kuadrat Total

    JKS : Jumlah Kuadrat Sisa

    dbs : Derajat bebas sisa

    dbt : Derajat bebas total

    KTS : Kuadrat Tengah Sisa

    n : Jumlah unit contoh

    iY : Nilai pengukuran diameter/tinggi, dan atau volume/ha ke-i

    iY : Nilai prediksi diameter/ tinggi, dan atau volume/ha ke-i

  • 14

    Dari kriteria uji tersebut, pemilihan model terbaik dapat dilakukan dengan

    melihat nilai uji statistik tersebut. Dimana model yang baik memiliki kelogisan

    model pertumbuhan yang sigmoid, memiliki nilai R2 terbesar yang idealnya

    mendekati 100%. Selain itu memiliki nilai RMSE terkecil mendekati 0, dan nilai

    S terkecil mendekati nol.

  • 15

    KEADAAN UMUM LOKASI

    Letak dan Luas

    Lokasi PT. Sumalindo Hutani Jaya II (SHJ II) Site Sei Mao/ Bhirawa

    secara geografis terletak diantara koordinat 006 LU sampai 019 LS dan

    11709 BT sampai 11721 BT, dengan variasi ketinggian antara 30 80 m

    diatas permukaan laut. Secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan

    Sebulu, Tenggarong Seberang, Muara Badak, dan Marang Kayu Kabupaten Kutai

    Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut administrasi

    pemangkuan hutan daerah ini termasuk RPH Sebulu dan Muara Kaman BKPH

    Sebulu dan Bontang KPH Sebulu dan Bontang Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai

    Kartanegara Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur.

    Areal PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa berbatasan dengan :

    Utara : PT. Indo Minco (Pertambangan)

    dan PT. Usaka Indah (Perkebunan)

    Timur : PT. Indo Minco (Pertambangan)

    Selatan : PT. Indo Minco (Pertambangan)

    Barat Daya : PT. Bhineka Wana (HTI Transmigrasi)

    Barat : PT. Surya Hutani Jaya (HTI)

    Berdasarkan Kepmen No. 675/ Kpts-II/ 1997 tanggal 10 Oktober 1997

    luas areal unit manajemen PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa adalah 70.300 Ha,

    sedangkan luas areal efektif adalah 30.000 Ha.

    Tanah dan Geologi

    PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa memiliki jenis tanah kambisol, alluvial,

    rensina dan podsolik. Formasi geologi terdiri dari :

    Formasi Bebuluh (batu gamping dengan sisipan gamping pasiran dan serpih).

    Formasi Balikpapan (perselingan batu gamping dengan lempung, dengan sisipan lanau, serpih, batu gamping dan batu bara).

  • 16

    Formasi Pamaluan (batu lempung lanauan, batu lempung pasiran dan batu lempung serpihan, dan sisipan tipis batu lanau; napal; batu pasir; dan batu

    bara).

    Formasi Pulau Balang (batu pasir berselingan dengan batu lempung dan batu lanau, sisipan tipis lignit, batu gamping/ batu pasir gampingan).

    Iklim

    PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa memiliki tipe iklim hutan hujan tropis

    dengan angka curah hujan bulanan diatas 60 mm sepanjang tahun, dengan curah

    hujan tertinggi pada bulan Mei dan curah hujan terendah pada bulan September.

    Keadaan Hutan (potensi dan jenis)

    Tanaman pokok pada areal PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa adalah

    Acacia mangium. Selain itu ditanam pula Gmelina arborea, Paraserianthes

    falcataria, Tectona grandis, dan Duabanga mollucana, namun untuk

    pertumbuhan keempat jenis tersebut tidak maksimal sehingga memiliki potensi

    yang rendah untuk dikembangkan.

    Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat.

    Jumlah penduduk disekitar areal PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa adalah

    147.049 orang, dengan pembagian :

    Anak-anak 17 tahun : 56.911 orang Angkatan kerja 17 tahun : 89.367 orang Angkatan tidak produktif 55 tahun : 824 orang Masyarakat sekitar memeluk agama Islam (81,4%), Katholik (13,9%) dan

    lain-lain (3,7%). Memiliki mata pencaharian bertani (49,4%), berdagang (1,0%)

    dan lain-lain (49,6%). Mata pencaharian lain-lain ini termasuk antara lain sebagai

    tenaga kerja di perusahaan PT. SHJ II Site Sei Mao/ Bhirawa

    Fasilitas pendidikan yang ada sudah cukup memadai dimana terdapat TK,

    SD, SMP, dan SLTA, sedangkan untuk fasilitas peribadatan telah memadai

    dimana terdapat masjid, gereja, dan pura.

  • 17

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Model Pertumbuhan Diameter

    Dalam pemilihan model terbaik terdapat tiga aspek yang perlu

    diperhatikan, yaitu: 1). uji statistik, 2). kelogisan bentuk kurva, dan 3).

    kesederhanaan penerapan di lapangan. Berdasarkan rekapitulasi hasil dari kriteria-

    kriteria uji pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan peubah

    bebas kerapatan tegakan maka keragaman dari peubah tak bebas diameter dapat

    semakin diterangkan, walaupun tidak terlalu berbeda nyata. Hal ini juga

    ditunjukkan dengan p-value peubah bebas kerapatan tegakan yang dibawah nilai

    (0.05).

    Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Diameter

    Model H0/H1 R2 R2adj RMSE S 1. D 2, 444 3, 056U= + H1 85,7 85,2 1,48 13,6 2. 14, 812 9, 659(1 / )D U= H1 77,56 77,18 1,84 16,98

    3. 0,159 0, 039

    UD =

    +

    H1 84,77 84,51 1,51 14,33

    4. 2

    20, 088 0, 252 0, 021

    UD

    U U=

    + +

    H1 85,76 85,26 1,48 13,54

    5. 1,5725, 399 4, 367(ln )D U= + H1 85,89 85,4 1,47 13,47

    6. 1

    (1 0,956)0,3320, 759(1 )

    UD e

    = H1 84,31 83,76 1,55 14,56

    7. 0,539 0,34658, 885D U N = H1 89,25 88,87 1,29 12,98 8. 7,184 0, 004 2, 3D N U= + H1 89 88,41 1,31 13,18 9. 17, 521 0, 004 8, 083(1 / )D N U= H1 81,06 80,4 1,71 16,2

    10. 1

    0, 071 0, 358 0,1D U N

    e e= + +

    H1 83,34 82,76 1,6 14,81

    11. 8, 628 7, 293(1 / ) 4103, 482(1 / )D U N= + H1 82,32 81,7 1,65 15,63 12. 7, 332 0, 0003 0, 553(ln )LnD U= + H1 85,72 85,22 1,18 12,89

    Berdasarkan dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

    model pertumbuhan dengan peubah bebas kerapatan tegakan dan umur memiliki

    nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi terkoreksi (R2adj) yang

    tidak banyak berbeda. Model 7 memiliki nilai R2 dan R2adj tertinggi yaitu 89,25%

    dan 88,87% sedangkan Model 9 memiliki nilai R2 dan R2adj terendah yaitu 81,06%

    dan 80,4% . Pada Model 7 memiliki arti bahwa peubah bebas (umur dan kerapatan

  • 18

    tegakan) dapat menerangkan keragaman peubah tak bebasnya (diameter) sebesar

    88,87%, sedangkan sisanya sebesar 11,13% tidak dapat diterangkan oleh peubah

    bebasnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi

    pertumbuhan seperti sifat genetik pohon, persediaan bahan makanan dalam pohon

    dan persediaan air di dalam pohon, kerapatan tegakan, suhu, curah hujan,

    kelembapan udara, komposisi kimia tanah, kandungan hara mineral, dan

    kandungan organisma dalam tanah (Bruce dan Schumacher, 1950), sedangkan

    dalam model ini hanya memperhitungkan faktor umur dan kerapatan tegakan saja.

    Dilihat dari kriteria uji nilai RMSE yang menunjukkan tingkat keakuratan

    dari suatu model, dihasilkan Model 12 memiliki nilai RMSE terkecil yaitu 1,18,

    sedangkan Model 9 memiliki nilai RMSE tertinggi sebesar 1,71. Sedangkan

    dilihat dari nilai S yang menunjukkan tingkat keakuratan, dan nilai S terkecil

    terdapat pada Model 12 yaitu sebesar 12,89%, sedangkan Model 9 memiliki S

    terbesar yaitu 16,2%.

    Berdasarkan kriteria pemilihan model yang kedua yaitu kelogisan bentuk

    kurva pertumbuhan yang mendekati sigmoid, hanya terdapat satu model yang

    cenderung membentuk garis linear yaitu Model 8, sedangkan model lainnya

    mendekati bentuk sigmoid. Dan apabila berdasarakan kriteria kesederhanaan

    seluruh model pertumbuhan dengan peubah bebas umur dan kerapatan tegakan

    yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sederhana, dimana

    seluruh model mudah digunakan dan diterapkan.

    Dengan mengombinasikan ketiga kriteria uji tersebut maka dalam penelitian

    ini Model 7 yaitu 0,539 0,34658,885D U N= dipilih sebagai model terbaik untuk menggambarkan pertumbuhan diameter tegakan hutan tanaman A. mangium di

    PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur.

  • 19

    02468

    101214

    1 2 3 4 5

    Umur (th)

    Dia

    met

    er (c

    m)

    Gambar 2. Kurva pertumbuhan diameter

    Model Pertumbuhan Tinggi

    Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model

    pertumbuhan dari Bruce-Schumacher (1950), Chapman-Richards (1959), Prodan

    (1968), Alder (1980) yang telah dimodifikasi oleh Harbagung (2004) dan

    Wiroatmodjo (1984), dengan menggunakan peubah umur dan peubah umur

    dengan kerapatan tegakan.

    Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Tinggi

    Model H0/H1 R2 R2adj RMSE S

    1. 2

    2, 687 1, 301 0, 247T U U= + + H1 90,6 90,27 1,35 15,52 2. 14, 295 10, 426(1 / )T U= H1 71,82 71,34 2,32 24,84

    3. 0, 28 0, 012

    UT

    U=

    +

    H1 88,08 87,88 1,51 16,91

    4. 2

    20, 228 0, 484 0, 022

    UT

    U U=

    +

    H1 90,73 90,4 1,34 15,45

    5. 2,327

    4, 271 3, 646 lnT U= + H1 91 90,69 1,32 15,11

    6.

    1(1 0,973)0,072

    1, 301(1 )T e=

    H1 88,04 87,62 1,52 17,01

    7. 0,799 0,22317, 577T U N = H1 90,07 89,72 1,39 15,82

    8. 26,122 0, 003 0, 753 0, 302T N U U= + + H1 91,98 91,55 1,26 15,16 9. 16, 475 0, 003 9,158(1 / )T N U= H1 73,63 72,7 2,26 24,67

    10. 1

    0, 66 0, 693 0,1T U N

    e e= + +

    H1 85,02 84,49 1,7 19,43

    11. 9, 437 8, 567(1 / ) 3223, 884(1 / )T U N= +

    H1 74,16 73,25 2,24 24,29

    12. 5,172 0, 0002 0, 718(ln )LnT U= + H1 85,14 84,62 1,25 16,49

  • 20

    Berdasarkan kriteria uji yang telah dilakukan Tabel 2, didapatkan bahwa

    penambahan kerapatan tegakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

    tinggi. Hal ini dapat dilihat dari p-value pada peubah bebas kerapatan yang

    nilainya lebih tinggi dari nilai (0,05). Sehingga dalam penentuan model terbaik

    menggunakan model dengan peubah bebas umur. Hal ini juga didukung oleh

    pendapat Haeruman dalam Widodo (1989) dimana pertumbuhan tinggi pohon

    sangat dipengaruhi oleh kesuburan tempat tumbuh, berkorelasi kuat dengan

    volume, namun berkorelasi lemah dengan kerapatan tegakan.

    Dilihat dari hasil uji statistik yang telah dilakukan didapatkan model

    pertumbuhan tinggi memiliki nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien

    determinasi terkoreksi (R2adj) yang tidak banyak berbeda, dimana Model 5

    memiliki nilai R2 dan R2adj tertinggi yaitu 91% dan 90,69%, sedangkan model 2

    memiliki nilai R2 dan R2adj terendah yaitu 71,82% dan 71,34%. Makna dari nilai

    R2adj pada Model 5 adalah peubah bebas model ini dapat menerangkan keragaman

    dari peubah tak bebasnya sebesar 90,69%, sedangkan sisanya sebesar 9,31%

    keragaman peubah tak bebasnya tidak dapat diterangkan oleh peubah bebasnya

    Hal ini dapat terjadi mengingat pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor,

    seperti genetik pohon, iklim (suhu, cahaya, angin, curah hujan), tanah, dan teknik

    budidaya silvikultur (Kramer dan Kozlowski, 1960), sedangkan model ini hanya

    memperhitungkan faktor umur saja.

    Selain itu dilihat dari nilai RMSE yang didapatkan, Model 5 memiliki nilai

    RMSE yang paling kecil yaitu 1,32, sedangkan Model 2 memiliki nilai RMSE

    yang paling tinggi yaitu 2,32. Dilihat dari nilai S terkecil terdapat pada Model 5

    yaitu sebesar 15,11%, sedangkan Model 2 memiliki S terbesar yaitu 24,84%.

    Selain kriteria uji statistik, kelogisan bentuk kurva juga perlu diperhatikan.

    Berdasarkan model pertumbuhan yang digunakan, kurva pertumbuhan yang

    dihasilkan cenderung membentuk garis linear, kecuali model 2 yang berbentuk

    sigmoid. Namun dengan hasil pengujian yang telah dilakukan hal tersebut tidak

    cukup untuk menjadikan model 2 sebagai model terbaik. Oleh karena itu dalam

    penelitian ini dengan mengombinasikan kriteria pemilihan model memilih Model

    5 yaitu 2,3274, 271 3, 646 lnT U= + sebagai model pertumbuhan terbaik untuk PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan Timur.

  • 21

    02468

    1012141618

    1 2 3 4 5

    Umur (th)

    Ting

    gi (m

    )

    Gambar 3. Kurva pertumbuhan tinggi

    Model Pertumbuhan Volume per Hektar (V/Ha)

    Berdasarkan kriteria-kriteria uji yang telah dilakukan pada Tabel 3, model

    pertumbuhan untuk volume per hektar didapatkan bahwa dengan penambahan

    peubah bebas kerapatan tegakan dapat meningkatkan keragaman dari

    pertumbuhan volume per Hektar, walaupun tidak terlalu berbeda. Namun,

    beberapa model dengan peubah bebas kerapatan tegakan dan umur memiliki nilai

    p-value untuk koefisien kerapatan yang lebih besar dari nilai (0,05).

    Dalam pemilihan model pertumbuhan Volume per Hektar perlu diingat

    bahwa Volume per Hektar dipengaruhi oleh banyak jumlah pohon per hektarnya,

    yang dinyatakan dengan rumus : =

    =Nj

    iij

    j

    VmW

    mHaV1

    2

    2

    )()(10000/

    Dimana :

    V/Ha : volume per hektar ;

    Wj : luas plot ke-j ;

    Vij : volume pohon ke-I dalam plot ke-j.

    Oleh karena itu pemilihan model terbaik pertumbuhan Volume per Hektar

    menggunakan peubah bebas kerapatan tegakan dan umur.

  • 22

    Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Regresi Model Pertumbuhan Volume per

    Hektar

    Model H0/H1 R2 R2adj RMSE S

    1. 24, 071 2, 025 3, 347V U U= + H1 88,37 87,96 9,7 44,02

    2. 64, 637 61, 956(1 / )V U= H1 60,71 60,04 17,68 80,74

    3. 0,16 0, 019

    UV

    U=

    H1 87,25 87,03 10,07 57,2

    4. 2

    21,112 0, 415 0, 052

    UV

    U U=

    +

    H1 89 88,62 9,44 43,21

    5. 2,9915, 373 17, 262(ln )V U= + H1 89,07 88,69 9,41 41,61

    6. 1

    (1 0,1)0,000026, 897(1 )V e

    = H1 76,89 76,08 13,68 119,86

    7. 1,921 0,0782, 095V U N= H1 88,27 87,86 9,74 40,42

    8. 21,127 0, 004 1,197 3, 264N U UV = + + H1 88,45 87,83 9,76 43,14

    9. 64, 3626 0, 0004 62,1160(1 / )V N U= + H1 60,71 59,34 17,84 80,71

    10. 10, 01 0, 516 0,1

    V U Ne e

    = + +

    H1 89,19 88,81 9,36 42

    11. 60, 760 60, 473(1 / ) 2572, 550(1 / )V U N= +

    H1 60,75 59,37 17,83 80,7

    12. ( ) 3,191 0, 0004 1, 713(ln )Ln V N U= + + H1 81,68 81,03 1,68 43,02

    Berdasarkan kriteria uji statistik, model pertumbuhan Volume per Hektar

    memiliki nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi terkoreksi

    (R2adj) tidak berbeda banyak. Model 10 memiliki nilai R2 dan R2adj tertinggi yaitu

    89,19% dan 88,81%, sedangkan model 9 memiliki nilai R2 dan R2adj terendah

    yaitu 60,75% dan 59,37%. Pada Model 10 nilai R2adj memiliki arti peubah bebas

    dapat menerangkan keragaman peubah tak bebasnya sebesar 88,81%, sedangkan

    sisanya sebesar 11,91% tidak dapat diterangkan oleh peubah bebasnya.

    Dilihat dari nilai RMSE yang menunjukkan tingkat keakuratan suatu

    model, didapatkan hasil Model 12 memiliki nilai RMSE terkecil yaitu 1,68,

    sedangkan model 9 memiliki nilai RMSE tertinggi sebesar 17,84. Berdasarkan

    nilai S yang juga menunjukkan keakuratan dari suatu model didapatkan, nilai S

    terkecil terdapat pada Model 7 yaitu sebesar 40,42%, sedangkan Model 9

    memiliki nilai S terbesar yaitu 80,71%.

    Sedangkan berdasarkan bentuk kurva yang dihasilkan dari model-model

    tersebut didapatkan bahwa model pertumbuhan Volume per Hektar cukup

  • 23

    mendekati sigmoid. Dengan mengombinasikan antara kriteria uji statistik,

    kelogisan bentuk kurva, dan kesederhanaan maka dalam penelitian ini memilih

    Model 10 yaitu 10, 01 0, 516 0,1

    V U Ne e= + +

    sebagai model terbaik untuk

    pertumbuhan Volume per Hektar di PT. Sumalindo Hutani Jaya II, Kalimantan

    Timur.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    1 2 3 4 5

    Umur (th)

    V/H

    a (m

    3/ha

    )

    Gambar 4. Kurva pertumbuhan Volume per Hektar

    Hubungan Kerapatan dengan Pertumbuhan Diameter

    Menurut Bruce dan Schumacher (1950) pertumbuhan dipengaruhi oleh

    faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini antara lain sifat genetik

    pohon, persediaan bahan makanan dalam pohon dan persediaan air di dalam

    pohon. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah kerapatan tegakan, suhu,

    curah hujan, kelembapan udara, komposisi kimia tanah, kandungan hara mineral,

    dan kandungan organisma tanah. Salah satu faktor eksternal yang sering

    digunakan dalam penyusunan model pertumbuhan adalah kerapatan tegakan

    Pembuktian asumsi bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kerapatan

    tegakan dengan pertumbuhan diameter dibuktikan menggunakan rumus persentase

    pertumbuhan diameter 100%YGY= dimana G adalah pertumbuhan dan Y

    adalah diameter pada umur tertentu. Pertumbuhan diameter didapatkan dari model

    terbaik pertumbuhan diameter yang menggunakan peubah bebas umur dan

    kerapatan tegakan, yaitu 0,539 0,34658,885D U N= dengan menggunakan kerapatan untuk N1 = 1100 dan N2 = 700. Pada umur 5 tahun, hasil yang didapatkan adalah

    16,91%.

  • 24

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    1 2 3 4 5

    umur (th)

    Dia

    met

    er (c

    m)

    D N=1100D N=700

    Gambar 5. Hubungan Pertumbuhan Diameter dengan Kerapatan Tegakan pada

    Berbagai Umur

    Hubungan Kerapatan dengan Pertumbuhan Tinggi

    Pembuktian asumsi bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kerapatan

    tegakan dengan pertumbuhan tinggi dibuktikan menggunakan rumus persentase

    pertumbuhan tinggi 100%YGY= dimana G adalah pertumbuhan dan Y adalah

    tinggi pada umur tertentu. Pertumbuhan tinggi didapatkan dari model terbaik

    pertumbuhan tinggi yang menggunakan peubah bebas umur dan kerapatan

    tegakan, yaitu 26,122 0, 003 0, 753 0, 302T N U U= + + dengan menggunakan kerapatan N1 = 1100 dan N2 = 700. Hasil yang didapatkan untuk tinggi 7,72%

    pada umur 5 tahun.

    024

    68

    1012

    141618

    1 2 3 4 5

    umur (th)

    Ting

    gi (m

    )

    T N=1100T N=700

    Gambar 6. Hubungan Pertumbuhan Tinggi dengan Kerapatan Tegakan pada

    Berbagai Umur

  • 25

    Dengan membandingkan hasil antara persentase pengaruh pertumbuhan

    diameter tegakan dengan pertumbuhan tinggi tegakan, maka dapat disimpulkan

    bahwa kerapatan tegakan lebih berpengaruh kuat terhadap pertumbuhan diameter

    tegakan dibandingkan pertumbuhan tinggi tegakan. Hal ini didukung oleh

    pendapat Haeruman dalam Widodo (1989) yang mengatakan bahwa pertumbuhan

    tinggi pohon sangat dipengaruhi oleh kesuburan tempat tumbuh, berkorelasi kuat

    dengan volume, namun berkorelasi lemah dengan kerapatan tegakan. Hal ini juga

    sesuai dengan pendapat Pandit (1995) dimana pertumbuhan diameter merupakan

    hasil dari kegiatan kambium vaskuler yang mengadakan pertumbuhan sekunder

    dan menghasilkan jaringan sekunder (xylem dan floem). Pertumbuhan diameter

    dibangun oleh hasil fotosintesis simpanan sehingga dimulai lebih lambat dan lebih

    lama dibandingkan pertumbuhan tinggi pada pohon, memiliki sifat fluktuatif

    berdasarkan faktor lingkungan, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan

    temperatur. Dan juga persaingan antar individu pohon dalam mengabsorbsi air

    sangat terpengaruh, oleh karena itu kerapatan tegakan juga mempengaruhi

    pertumbuhan. Selain itu hasil ini juga menguatkan dalam pemilihan model

    pertumbuhan terbaik untuk model pertumbuhan diameter dan tinggi.

    Kegunaan Model Pertumbuhan untuk Pengelolaan Hutan

    Model pertumbuhan ini dapat digunakan untuk memproyeksikan

    perkembangan diameter, tinggi, dan Volume per Hektar, menghitung besarnya

    riap dari tanaman A. mangium. Riap merupakan pertumbuhan tahunan

    berdasarkan interval waktu. Riap dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu

    Riap tahunan berjalan (Current Annual Increment, CAI), Riap rata-rata tahunan

    (Mean Annual Increment, MAI), dan Riap periodik tahunan (Periodic Annual

    Increment, PAI) (Loetsch et al., 1973).

    Dalam pengelolaan HTI, informasi mengenai daur volume optimum sangat

    diperlukan. Informasi ini dapat diketahui dengan adanya perhitungan CAI yang

    merupakan turunan pertama dari model pertumbuhan dan perhitungan MAI,

    dimana daur optimum didapatkan pada saat titik perpotongan antara CAI dan titik

  • 26

    MAI. Berdasarkan persamaan terbaik dari pertumbuhan Volume per Hektar, yaitu

    : 10, 01 0, 516 0,1

    V U Ne e= + +

    maka dapat ditentukan nilai CAI dan MAI

    Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan daur volume

    maksimum untuk tanaman A. mangium adalah pada umur 5,25 tahun. Hal ini

    diperlihatkan pada Gambar 7. dengan terjadinya perpotongan antara CAI dan MAI

    pada umur 5,25 tahun. Nilai selengkapnya dari CAI dan MAI terdapat pada

    Lampiran 2.

    0.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    50.00

    60.00

    0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5

    Umur (th)

    CAI&

    MA

    I V/H

    a

    CAIMAI

    Gambar 7. Kurva CAI & MAI Volume per Hektar

  • 27

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Model pertumbuhan diameter tegakan Acacia mangium di PT. Sumalindo

    Hutani Jaya II adalah 0,539 0,34658,885D U N= dengan nilai R2 sebesar 89,25%, R2adj sebesar 88,87%, RMSE sebesar 1,29, dan S sebesar 12,98%.

    2. Model pertumbuhan tinggi tegakan Acacia mangium di PT. Sumalindo

    Hutani Jaya II adalah 2,3274, 271 3, 646 lnT U= + , dengan nilai R2 sebesar 91%, R2adj sebesar 90,69%, RMSE sebesar 1,32, dan S sebesar 15,11%.

    3. Model pertumbuhan volume per hektar tegakan Acacia mangium di PT.

    Sumalindo Hutani Jaya II adalah 10, 01 0, 516 0,1

    V U Ne e= + +

    , dengan

    nilai R2 sebesar 89,19%, R2adj sebesar 88,81%, RMSE sebesar 9,36, dan S

    sebesar 42%.

    4. Kerapatan tegakan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap

    pertumbuhan diameter dibandingkan terhadap pertumbuhan tinggi.

    5. Daur optimum untuk tegakan Acacia mangium di PT. Sumalindo Hutani

    Jaya II adalah pada saat umur 5,25 tahun.

    Saran

    1. Mengingat pertumbuhan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, oleh

    karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pertumbuhan

    dengan penambahan peubah bebas seperti kualitas tempat tumbuh.

    2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, diperlukan penambahan variasi

    data dari berbagai umur sehingga dapat dihasilkan persamaan yang lebih

    baik dan lebih mewakili.

    3. Diperlukan data tambahan berupa pohon peninggi dengan tujuan agar

    dapat menyusun kurva pertumbuhan berdasarkan kualitas tempat tumbuh

    yang ada di PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amaro, Ana, D. Reed, M. Tome, and I. Themido. 1998. Modeling Dominant Height Growth : Eucalyptus Plantations in Portugal. Society of American Foresters. Forest Science 44(1): 37-46.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis

    Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersil. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1998. Pedoman Pembangunan

    Hutan Tanaman Industri . Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

    Bruce, D and FX Schumacher. 1950. Forest Mensuration. Mc Graw-Hill Book

    Company Inc. New York. Budiyanto. Eko. 2002. Model Pertumbuhan Rata-Rata Diameter dan Rata-Rata

    Tinggi Pohon Untuk Tegakan Agathis loranthifolia Salisb. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

    Davis, LS and KN Johnson. 1987. Forest Management 3rd Edition. Mc. Graw-Hill

    Book Company Inc. New York. Harbagung. 2004. Model Hasil Tegakan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd.

    Di daerah Semaras Pulau Laut Kalimantan Selatan. Bul. Pen. Hutan 644: 11-30.

    ________. 2004. Model Hasil Tegakan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd.

    Di Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi Sumatra. Bul.Pen. Hutan 645: 1-23.

    Husch, Charles Miller, and Thomas beers. 1982. Growth of The Tree. John Willey

    and Sons Inc. Krieger Publishing Company: Florida. Kramer, PJ and TT. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. Mc Graw-Hill Book

    Company. New York. Loetsch F, F Zohrer, and KE Haller. 1973. Forest Inventory Vol II. Translataed to

    English by KF Panzer. BLV Ver Lagsgesell Schaft. Muenchen. Malik, Jamaludin, Adi santoso, dan Osly Rachman. 2000. Himpunan Sari Hasil

    Penelitian Mangium dan Tusam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.

  • National Academy of Sciences. 1983. Mangium and Other Fast Growing Acacias for The Humid Tropics. National Academy Press. Washington DC.

    Nurhasybi. 2000. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Balai Teknologi

    Perbenihan Vol 2 No.3. Bogor. Palokangas. 1996. Acacia mangium in Pulp and Paper Production Reforestation :

    Meeting The Future Industrial Wood Demand. Proceeding of A Workshop Held in Jakarta. Enso Group Nordic Forest Development.

    Pandit, IKN. 1995. Anatomi Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Disertasi Fakultas

    Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Prihanto, Budi dan Muhdin. 2005. Metode Statistika Diktat Kuliah. Departemen

    Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Prodan, M. 1968. Forest Biometrics. Pergamon Press, Oxford. London. Spurr, SH. 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company. New York. Suhendang, Endang. 1990. Hubungan Antara Dimensi Tegakan Hutan Tanaman

    Dengan Faktor Tempat Tumbuh dan Tindakan Silvikultur Pada Hutan Tanaman Pinus Merkusii JungH Et De Vriese di Pulau Jawa. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Diterbitkan.

    Sumalindo Hutani Jaya II. 2004. Daftar Compartemen Tanaman. HPHTI

    Sumalindo Hutani Jaya II Site Sei Mao/Bhirawa. ________________________. 2005. Rencana Karya Tahunan 2005. HPHTI

    Sumalindo Hutani Jaya II Site Sei Mao/Bhirawa. Vanclay, JK. 1994. Modelling Forest Growth and Yield. CAB International.

    United Kingdom. Widodo, P. 1989. Model Pertumbuhan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Seumur

    Pinus merkusii Jungh et de vriese. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Diterbitkan.

    Wiroatmodjo. 1984. Model Perhitungan Pertumbuhan dan Hasil Kayu Bulat

    Hutan Tanaman Pinus Merkusii di Jawa. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Diterbitkan.

  • LAMPIRAN

  • 31

    Lampiran 1. Analisis Ragam Model Pertumbuhan dari software Statistica Model pertumbuhan Diameter Model is: D=2.444+3.056U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5985.162 3.00000 1995.054 905.6697 0.00

    Residual 125.562 57.00000 2.203

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5985.162 3.00000 1995.054 134.0514 0.00 Model is: D=14.812-9.659(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5913.707 2.00000 2956.854 870.4694 0.00

    Residual 197.017 58.00000 3.397

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5913.707 2.00000 2956.854 198.6765 0.00 Model is: D=U/(0.159+0.039U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5977.022 2.00000 2988.511 1296.411 0.00

    Residual 133.703 58.00000 2.305

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5977.022 2.00000 2988.511 200.804 0.00 Model is: D=U2 /(-0.088+0.252U+0.022U2) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5985.702 3.00000 1995.234 909.6647 0.00

    Residual 125.022 57.00000 2.193

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5985.702 3.00000 1995.234 134.0635 0.00

  • 32

    Model is: D=a+b*(ln(U))^c 5.399+4.367(lnU)1.572 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5986.836 3.00000 1995.612 918.1676 0.00

    Residual 123.888 57.00000 2.173

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5986.836 3.00000 1995.612 134.0889 0.00

    Model is: D=a*(1-Euler^((-b)*U))^1/(1-c) 0.759(1-e(-0.332U))1/1-0.956 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5972.984 3.00000 1990.995 823.9154 0.00

    Residual 137.741 57.00000 2.417

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5972.984 3.00000 1990.995 133.7786 0.00 Model is: D= 58.885U0.539N-0.346 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 6016.300 3.00000 2005.433 1210.601 0.00

    Residual 94.424 57.00000 1.657

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 6016.300 3.00000 2005.433 134.749 0.00 Model is: D=7.184-0.004N+2.3U-0.05U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 6014.151 4.00000 1503.538 871.8553 0.00

    Residual 96.573 56.00000 1.725

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 6014.151 4.00000 1503.538 101.0255 0.00 Model is: D=17.521-0.004N-8.083(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5944.449 3.00000 1981.483 679.2639 0.00

    Residual 166.275 57.00000 2.917

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5944.449 3.00000 1981.483 133.1395 0.00

  • 33

    Model is: D=1/0.071+0.358e-U+0.1e-N Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5964.454 3.00000 1988.151 774.7596 0.00

    Residual 146.271 57.00000 2.566

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5964.454 3.00000 1988.151 133.5876 0.00

    Model is: D=a+(b*U^(-1))+(c*N^(-1)) 8.628-7.293U-1+4103.482N-1 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5955.513 3.00000 1985.171 729.0349 0.00

    Residual 155.212 57.00000 2.723

    Total 6110.724 60.00000

    Corrected Total 878.083 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5955.513 3.00000 1985.171 133.3873 0.00 Model is: Ln D= ln7.332-0.0003N+0.553lnU Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 285.3157 3.00000 95.10523 3304.914 0.00

    Residual 1.6403 57.00000 0.02878

    Total 286.9560 60.00000

    Corrected Total 11.4883 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 285.3157 3.00000 95.10523 488.427 0.00 Model Pertumbuhan Tinggi Model is: T=a+b*U+c*U^2 2.687+1.301U+0.247U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5221.643 3.00000 1740.548 955.7089 0.00

    Residual 103.809 57.00000 1.821

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5221.643 3.00000 1740.548 92.9529 0.00 Model is: T=14.295-10.426(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5014.174 2.00000 2507.087 467.1430 0.00

    Residual 311.277 58.00000 5.367

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5014.174 2.00000 2507.087 133.8895 0.00

  • 34

    Model is: T= U/0.28+0.012U Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5193.771 2.00000 2596.885 1143.819 0.00

    Residual 131.681 58.00000 2.270

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5193.771 2.00000 2596.885 138.685 0.00

    Model is: T= U2/-0.228+0.484U-0.023U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5223.028 3.00000 1741.009 968.8905 0.00

    Residual 102.424 57.00000 1.797

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5223.028 3.00000 1741.009 92.9775 0.00 Model is: T= 4.271+3.646lnU2.327 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5226.048 3.00000 1742.016 998.9053 0.00

    Residual 99.404 57.00000 1.744

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5226.048 3.00000 1742.016 93.0313 0.00 Model is: T=a*(1-Euler^((-b)*U))^1/(1-c) 1.301(1-e-0.072U)1/1-0.973 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5193.367 3.00000 1731.122 747.0471 0.00

    Residual 132.085 57.00000 2.317

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5193.367 3.00000 1731.122 92.4495 0.00 Model is: T=a*(u^b)*(N^c) 17.577U0.799N-0.223 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5215.701 3.00000 1738.567 902.9404 0.00

    Residual 109.751 57.00000 1.925

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5215.701 3.00000 1738.567 92.8471 0.00

  • 35

    Model is: T=a+b*N+c*U+d*U^2 6.122-0.003N+0.753U+0.302U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5236.871 4.00000 1309.218 827.6783 0.00

    Residual 88.581 56.00000 1.582

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5236.871 4.00000 1309.218 69.9180 0.00

    Model is: T=16.475-0.003N-9.158(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5034.075 3.00000 1678.025 328.2603 0.00

    Residual 291.377 57.00000 5.112

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5034.075 3.00000 1678.025 89.6139 0.00 Model is: T=1/(a+(b*Euler^(-U))+(c*Euler^(-N))) 1/0.66+0.693e-U+0.1e-N Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5159.939 3.00000 1719.980 592.3321 0.00

    Residual 165.513 57.00000 2.904

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5159.939 3.00000 1719.980 91.8545 0.00 Model is: T=a+(b*U^(-1))+(c*N^(-1)) 9.437-8.567U-1+3223.884N-1 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 5039.979 3.00000 1679.993 335.4414 0.00

    Residual 285.473 57.00000 5.008

    Total 5325.452 60.00000

    Corrected Total 1104.778 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 5039.979 3.00000 1679.993 89.7190 0.00 Model is: LnT= ln5.172-0.0002N+0.718LnU Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 251.7834 3.00000 83.92780 1823.544 0.00

    Residual 2.6234 57.00000 0.04602

    Total 254.4068 60.00000

    Corrected Total 17.6519 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 251.7834 3.00000 83.92780 280.521 0.00

  • 36

    Model Pertumbuhan Volume per Hektar Model is: V=a+b*U+c*U^2 4.071-2.048U+3.347U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93101.58 3.00000 31033.86 329.5882 0.000000

    Residual 5367.09 57.00000 94.16

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93101.58 3.00000 31033.86 39.6716 0.000000

    Model is: V=64.637-61.955(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 80336.54 2.00000 40168.27 128.4879 0.000000

    Residual 18132.13 58.00000 312.62

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 80336.54 2.00000 40168.27 51.3484 0.000000 Model is: V=U/0.16-0.019U Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 92585.09 2.00000 46292.55 456.3491 0.000000

    Residual 5883.58 58.00000 101.44

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 92585.09 2.00000 46292.55 59.1772 0.000000 Model is: V=U2/1.112-0.415U+0.052U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93391.74 3.00000 31130.58 349.5111 0.000000

    Residual 5076.93 57.00000 89.07

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93391.74 3.00000 31130.58 39.7952 0.000000 Model is: V= 5.373+17.262lnU2.991 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93424.61 3.00000 31141.54 351.9120 0.000000

    Residual 5044.07 57.00000 88.49

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93424.61 3.00000 31141.54 39.8092 0.000000

  • 37

    Model is: LnV= ln4.636+1.639lnU Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 539.4609 2.00000 269.7305 1003.473 0.00

    Residual 15.5902 58.00000 0.2688

    Total 555.0511 60.00000

    Corrected Total 83.7581 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 539.4609 2.00000 269.7305 190.001 0.00

    Model is: V= 2.095U1.921N0.078 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93056.38 3.00000 31018.79 326.6769 0.000000

    Residual 5412.29 57.00000 94.95

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93056.38 3.00000 31018.79 39.6523 0.000000 Model is: V= -1.127+0.004N-1.197U+3.264U2 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93136.43 4.00000 23284.11 244.5332 0.000000

    Residual 5332.24 56.00000 95.22

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93136.43 4.00000 23284.11 29.7648 0.000000 Model is: V= 64.363+0.0004N-62.116(1/U) Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 80336.85 3.00000 26778.95 84.18352 0.000000

    Residual 18131.82 57.00000 318.10

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 80336.85 3.00000 26778.95 34.23238 0.000000 Model is: V=1/(a+(b*Euler^(-U))+(c*Euler^(-N))) 1/0.01+0.516e+0.1e-N Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 93478.50 3.00000 31159.50 355.9181 0.000000

    Residual 4990.17 57.00000 87.55

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 93478.50 3.00000 31159.50 39.8322 0.000000

  • 38

    Model is: V=a+(b*U^(-1))+(c*N^(-1)) 60.76-60.473U-1+2572.55N-1 Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 80352.97 3.00000 26784.32 84.27531 0.000000

    Residual 18115.70 57.00000 317.82

    Total 98468.67 60.00000

    Corrected Total 46153.91 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 80352.97 3.00000 26784.32 34.23924 0.000000

    Model is: LnV=ln3.191+0.0004N+1.713lnU Level of confidence: 95.0% ( alpha=0.050)

    Sum of squares DF Mean squares F-value p-value

    Regression 539.7026 3.00000 179.9009 668.1005 0.00

    Residual 15.3485 57.00000 0.2693

    Total 555.0511 60.00000

    Corrected Total 83.7581 59.00000

    Regression vs.Corrected Total 539.7026 3.00000 179.9009 126.7239 0.00

  • 39

    Lampiran 2. Perkiraan Pertumbuhan Tegakan Mangium (A. mangium) di HPHTI Sumalindo Hutani Jaya II Diameter

    Umur (th) Kerapatan tegakan (N/Ha) Perkiraan pertumbuhan (cm) 1 1100 5.23 2 1045 7.74 3 993 9.80 4 943 11.64 5 896 13.37 6 851 15.01 7 809 16.60 8 768 18.16 9 730 19.70 10 693 21.22

    Tinggi

    Umur (th) Kerapatan tegakan (N/Ha) Perkiraan pertumbuhan (m) 1 1100 4.27 2 1045 5.82 3 993 8.81 4 943 12.07 5 896 15.30 6 851 18.43 7 809 21.43 8 768 24.30 9 730 27.03 10 693 29.66

    Untuk pertumbuhan diameter dan tinggi untuk umur 6-10 tahun merupakan estimasi dari model pertumbuhan. Volume per Hektar

    Umur (th) Kerapatan tegakan (N/Ha)

    Perkiraan pertumbuhan

    (m3/Ha)

    Riap Volume CAI (m3/Ha) MAI (m3/Ha)

    1 1100 5.02 - 5.02 2 1020 12.59 21.23 6.29 3 969 28.32 39,09 9.44 4 921 52.43 48.41 13.12 5 876 76.32 37.10 15.26 6 851 91.69 19.48 15.28 7 833 99.03 8.32 14.15 8 792 102.03 3.24 12.75 9 715 103.18 1.22 11.46 10 680 103.61 0.45 10.36

    CoverHalaman JudulLembar PengesahanKata PengantarRiwayat HidupRingkasanDaftar IsiDaftar TabelDaftar GambarDaftar LampiranPendahuluanTinjauan PustakaMetodologiKeadaan Umum LokasiHasil dan PembahasanKesimpulan dan SaranDaftar PustakaUntitled