pertemuan ke 1

28
PERSONALITY THEORIES PERTEMUAN PERTAMA Rahmad Agung Nugraha, S.Psi, M.Si Universitas Pancasakti Tegal

Upload: setiawan02

Post on 20-Aug-2015

173 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

PERSONALITY

THEORIES

PERTEMUAN PERTAMARahmad Agung Nugraha, S.Psi, M.Si

Universitas Pancasakti Tegal

teori

TEORI

Kata "teori" adalah kata dalam bahasa Inggris yang penggunaannya sering kali tidak tepat dan disalahartikan. Beberapa orang membandingkan teori dengan kebenaran atau fakta, tetapi antitesis semacam itu menunjukkan kurangnya pemahaman mendasar akan tiga istilah tersebut. Dalam sains, teori merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu penelitian dan mengatur observasi, sedangkan "kebenaran" atau "fakta" tidak mempunyai tempat dalam terminologi ilmiah.

DEFINISI TEORI

Teori ilmiah adalah sekumpulan asumsi yang saling berkaitan yang memungkinkan ilmuwan menggunakan pemikiran logika deduktif maupun logika induktif untuk merumuskan hipotesis yang bisa diuji

DEFINISI INI PERLU PENJELASAN LEBIH

LANJUT1. Pertama, teori adalah sekumpulan asumsi.

Asumsi tunggal tidak akan bisa memenuhi semua persyaratan dari sebuah teori. Asumsi tunggal, contohnya, tidak bisa digunakan untuk mengintegrasikan beberapa observasi, sesuatu yang seharusnya bisa dipenuhi oleh sebuah teori.

2. Kedua, teori adalah sekumpulan asumsi yang saling berkaitan. Asumsi yang berdiri sendiri tidak mempunyai konsistensi internal dan tidak bisa digunakan untuk menghasilkan hipotesis yang signifikan dua kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah teori.

3. Kata kunci ketiga dalam definisi tersebut adalah asumsi. Komponen-komponen dalam sebuah teori bukan merupakan fakta yang telah terbukti, dalam arti sudah terbukti kebenarannya. Komponen-komponen tersebut seolah-olah dianggap sebagai kebenaran. Ini adalah langkah praktis yang diambil agar ilmuwan bisa melakukan penelitian yang hasilnya bisa terus digunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki teori awal.

4. Keempat, peneliti menggunakan pemikiran logika deduktif untuk merumuskan hipotesis. Prinsip-prinsip teori harus dinyatakan dengan tepat dan konsisten secara logis untuk memudahkan para ilmuwan menarik kesimpulan dari hipotesis yang sudah dirumuskan sebelumnya. Hipotesis bukanlah komponen dari sebuah teori, tetapi berasal dari teori tersebut. Ini merupakan tugas seorang ilmuwan yang imajinatif untuk memulai dari teori umum kemudian melalui pemikiran deduktif sampai pada sebuah hipotesis tertentu yang bisa diuji. Jika dalil-dalil teoretis umum tidak logis, maka teori itu tidak bisa digunakan untuk merumuskan hipotesis. Lebih lanjut, jika seorang peneliti menggunakan logika yang salah dalam menarik kesimpulan hipotesis, maka hasil penelitian tidak ada artinya dan tidak akan memberikan kontribusi pada proses rekonstruksi teori.

5. Bagian akhir dari definisi tersebut adalah bisa diuji. Sebuah hipotesis yang tidak bisa diuji tidak akan ada gunanya. Hipotesis memang tidak perlu segera diuji, tetapi harus menggambarkan kemungkinan bisa diuji sehingga para ilmuwan di masa yang akan datang dapat mengembangkan cara-cara yang diperlukan untuk mengujinya.

BEBERAPA KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN TEORI

Manusia kadang-kadang mencampuradukkan teori dengan filsafat, pemikiran, hipotesis, taksonomi. Walaupun teori berkaitan dengan masing-masing konsep, teori tidak bisa disamakan dengan satu pun dari konsep tersebut.

FILSAFAT Pertama, teori berkaitan dengan filsafat, tetapi dalam pengertian yang lebih

sempit. Filsafat artinya kecintaan akan kebijaksanaan, dan filsuf adalah orang-orang yang mencari kebijaksanaan melalui pemikiran dan perenungan. Filsuf bukan ilmuwan, mereka tidak melakukan penelitian yang terkontrol untuk memperoleh kebijaksanaan. Filsafat memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah epistemologi atau sifat dasar pengetahuan. Teori paling dekat kaitannya dengan epistemologi karena para ilmuwan sering kali menggunakannya untuk mencari pengetahuan.

Teori tidak berhubungan dengan "seharusnya" (ought) atau "sebaiknya" (should). Oleh karena itu, sekumpulan prinsip tentang bagaimana seseorang sebaiknya menjalani hidup tidak bisa disebut sebagai teori. Prinsip semacam itu melibatkan nilai - nilai dan mendapat perhatian penting dalam filsafat. Walaupun teori tidak terbebas dari nilai-nilai, tetapi teori dibangun dari bukti ilmiah yang diperoleh dari keadaan yang relatif tidak bias. Tadi, tidak ada teori yang menyatakan mengapa masyarakat sebaiknya membantu para tunawisma atau apa yang menyebabkan karya seni dianggap hebat.

Filsafat berhubungan dengan apa yang seharusnya atau apa yang sebaiknya; berbeda dengan teori. Teori berhubungan dengan sekumpulan besar pernyataan "jika-maka" (if - then), tetapi kelebihan atau kekurangan yang terdapat dalam pernyataan tersebut berada di luar wilayah teori. Contohnya, sebuah teori mungkin menyatakan jika anak-anak dibesarkan dalam kondisi di mana benar-benar tidak ada kontak dengan manusia, maka mereka tidak akan memiliki kemampuan berbahasa manusia, tidak memperlihatkan perilaku pengasuhan, dan sebagainya. Akan tetapi, pernyataan tersebut sama sekali tidak mengatakan tentang moralitas dari pengasuhan semacam itu.

PEMIKIRAN Kedua, teori bergantung pada pemikiran atau spekulasi, tetapi

mereka lebih dari sekadar pemikiran biasa. Mereka bukan berasal dari pikiran seorang pemikir besar yang terlepas dari pengamatan empiris. Mereka berkaitan erat dengan data yang dikumpulkan secara empiris dan juga dengan sains.

Apa hubungan atara teori dan sains? Sains (science) adalah cabang ilmu yang Mengutamakan observasi dan klasifikasi data serta pembuktian hukum-hukum umum melalui pengujian hipotesis. Teori merupakan alat yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memberi makna dan mengatur observasi. Teori menyediakan lahan yang subur untukmenghasilkan hipotesis yang bisa diuji. Tanpa adanya teori yang mengatur observasi dan menunjukkan arah penelitian, maka sains tidak akan berkembang.

Teori bukan merupakan khayalan - khayalan tidak berguna yang dikemukakan oleh sarjana-sarjana tidak praktis yang tidak mau berkecimpung dalam penelitian ilmiah.

Sebenarnya, teori itu sendiri cukup praktis dan penting untuk kemajuan sains. Pemikiran dan observasi empiris adalah dua landasan penting untuk membangun sebuah teori, tetapi pemikiran tidak boleh dikemukakan sebelum adanya observasi yang terkontrol.

HIPOTESIS Walaupun teori merupakan konsep yang ruang lingkupnya lebih

sempit dari filsafat, teori adalah istilah yang maknanya lebih luas daripada hipotesis. Teori yang baik mampu menghasilkan banyak hipotesis. Hipotesis adalah perkiraan atau prediksi ilmiah yang cukup spesifik untuk bisa diuji validitasnya melalui metode ilmiah. Sebuah teori masih terlalu umum untuk bisa mengarahkan dirinya menuju sebuah pembuktian, tetapi satu teori yang komprehensif mampu menghasilkan ribuan hipotesis. Jadi, hipotesis lebih spesifik daripada teori. Akan tetapi, jangan mencampuradukkan hipotesis dengan teori.

Tentu saja, teori dan hipotesis saling berkaitan erat. Dengan menggunakan pemikiran deduktif (dari umum ke khusus), seorang peneliti dapat menarik hipotesis yang bisa diuji dari sebuah teori yang baik kemudian menguji hipotesis tersebut. Hasil dari pengujian ini-apakah mendukung atau membantah hipotesis-akan menjadi masukan bagi teori tersebut. Dengan menggunakan pemikiran induktif (dari khusus ke umum), peneliti akan memanfaatkan teori untuk menjelaskan hasil penelitian. Ketika teori berkembang dan berubah, teori dapat menghasilkan hipotesis lain, dan ketika hipotesis itu diuji maka hasilnya akan mengubah kembali teori tersebut.

TAKSONOMI

Taksonomi adalah klasifikasi berbagai hal berdasarkan hubungan kekerabatannya.

Taksonomi dianggap penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan karena tanpa klasifikasi data maka ilmu pengetahuan tidak akan mampu untuk berkembang. Akan tetapi, klasifikasi saja tidak akan membuatnya menjadi teori. Namun, taksonomi dapat berkembang menjadi teori ketika mulai menghasilkan hipotesis yang bisa diuji dan menjelaskan hasil penelitian. Contohnya, Robert McCrae dan Paul Costa memulai penelitian mereka dengan mengklasifikasikan manusia ke dalam lima sifat kepribadian yang menetap; kemudian klasifikasi ini menjadi teori serta mampu menghasilkan hipotesis dan menjelaskan hasil penelitian.

MENGAPA ADA BANYAK TEORI YANG BERBEDA?

Jika teori kepribadian benar-benar ilmiah, mengapa ada banyak teori yang berbeda ?

Munculnya banyak teori yang berbeda karena sifat dasar teori memperbolehkan seorang teoretikus untuk berspekulasi dari sudut pandang tertentu. Para teoretikus harus mampu berlaku seobjektif mungkin ketika mengumpulkan data, tetapi keputusan mengenai data apayang dikumpulkan dan bagaimana data diinterpretasikan adalah hak pribadi mereka. Teori bukan merupakan hukum-hukum yang kekal. Teori dibangun, bukan dari kenyataan yang sudah terbukti, tetapi dari asumsi -asumsi yang diinterpretasikan oleh individu.

Semua teori merupakan cerminan dari latar belakang penemunya, seperti pengalaman masa kecil, falsafah hidup, hubungan interpersonal, dan cara memandang dunia. Oleh karena observasi dipengaruhi oleh kerangka pikiran dari masing-masing pengamat, maka muncullah banyak teori yang berbeda. Meskipun demikian, teori-teori tersebut dapat dimanfaatkan.

Manfaat dari sebuah teori tidak bergantung pada nilai rasionalnya atau pada kesesuaiannya dengan teori lainnya, namun lebih bergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan penelitian dan menjelaskan data hasil penelitian serta observasi lainnya.

KEPRIBADIAN TEORETIKUS DAN TEORI KEPRIBADIAN MEREKA

Oleh karena teori kepribadian berkembang dari kepribadian para pembuat teori (teoretikus), maka studi tentang kepribadian mereka dianggap tepat. Beberapa tahun terakhir, cabang ilmu psikologi yang disebut psikologi sains (psychology of science) telah mulai mempelajari sifat pribadi para ilmuwan. Psikologi sains mempelajari sains dan juga perilaku para ilmuwan; yaitu meneliti dampak psikologis seorang ilmuwan dan karakteristik pribadinya terhadap pengembangan teori ilmiah dan penelitiannya (Feist, 1993, 1994, 2006; Feist & Gorman, 1998; Gholson, Shadish, Neimeyer, & Houts, 1989). Dengan kata lain, psikologi sains mempelajari bagaimana kepribadian ilmuwan, proses kognitif, sejarah perkembangan, dan pengalaman sosial memengaruhi bidang ilmu yang mereka geluti dan teori yang mereka ciptakan. Beberapa peneliti (Hart, 1982; Johnson, Germer, Efran, & Overton, 1998; Simonton, 2000; Zachar & Leong, 1992) telah menunjukkan bahwa perbedaan kepribadian memengaruhi orientasi teoretis seseorang dan kecenderungan seseorang untuk mengarah pada sisi "keras" atau "lunak" dari suatu disiplin ilmu.

LANJUTAN…… Sebuah pemahaman teori kepribadian bersandar pada informasi tentang

latar belakang sejarah, sosial, dan psikologis masing-masing teoretikus pada saat ia menciptakan sebuah teori. Oleh karena kita percaya bahwa teori kepribadian menggambarkan kepribadian si teoretikus, maka kita sudah memasukkan informasi biografi yang cukup banyak untuk setiap teoretikus besar. Memang, perbedaan kepribadian di antara para teoretikus menjadi penyebab utama perbedaan pandangan antara mereka yang cenderung pada psikologi kuantitatif (pakar dalam hal perilaku, pembelajaran sosial, dan sifat) dan mereka yang cenderung pada psikologi klinis dan kualitatif (psikoanalis, humanis, dan eksistensialis).

Walaupun sebagian dari kepribadian teoretikus memengaruhi teori yang dihasilkannya, tidak seharusnya hal ini menjadi faktor penentu satu-satunya dari teori tersebut. Demikian juga, penerimaan saudara terhadap satu teori atau teori lainnya seharusnya tidak bergantung hanya pada nilai-nilai pribadi dan minat saudara. Ketika menilai dan memilih sebuah teori, saudara sebaiknya mengakui bahwa sejarah pribadi teoretikus memengaruhi teorinya, tetapi pada akhirnya saudara sebaiknya menilai sebuah teori berdasarkan kriteria ilmiah yang tidak bergantung pada sejarah pribadi seseorang. Beberapa pengamat (Feist, 2006; Feist & Gorman, 1998) telah membedakan antara sains sebagai proses dan sains sebagai produk. Proses ilmiah mungkin dipengaruhi oleh karakteristik pribadi teoretikus, tetapi manfaat akhir dari produk ilmiah harus dinilai secara terpisah dari proses ilmiahnya.

APA YANG MEMBUAT TEORI BERMANFAAT?

Sebuah teori yang bermanfaat memiliki interaksi yang dinamis dengan data hasil penelitian.

Pertama , sebuah teori melahirkan beberapa hipotesis yang bisa diuji melalui penelitian untuk menghasilkan data penelitian. Data-data ini dimasukkan kembali ke dalam teori sehingga mengubah bentuk teori tersebut. Dari bentuk teori yang baru, peneliti dapat menarik hipotesis lain, mengujinya melalui penelitian baru dan menghasilkan tambahan data, yang pada akhirnya kembali mengubah bentuk dan memperluas teori. Siklus ini terus berlangsung selama teori terbukti bermanfaat.

Kedua, sebuah teori yang bermanfaat dapat mengubah data penelitian menjadi lebih dari sekadar data dan memberikan penjelasan tentang hasil penelitian ilmiah.

TEORI BERMANFAATSelain untuk menstimulasi penelitian dan menjelaskan data penelitian, teori yang bermanfaat harus memperlihatkan kemungkinan untuk dikaji ulang, menyediakan panduan bagi para praktisi untuk meneliti konsisten dan memperoleh jawaban sesederhana mungkin

Dengan demikian teori yang bermanfaat harus memiliki 6 kriteria :

1. Mengembangkan penelitian

2. Dapat dikaji ulang 3. Mengorganisasi

pengetahuan 4. Memberi panduan

pemecahan masalah5. Konsistensi internal6. Sederhana

INTERAKSI ANTARA TEORI, HIPOTESIS, PENELITIAN DAN DATA HASIL PENELITIAN

Hipotesis

Penelitian

Data hasil Penelitian

Teori

Data mengubah bentuk teori

Teori mengubah data menjadi

bermakna

MENGEMBANGKAN PENELITIAN

Kriteria paling penting untuk menilai sebuah teori bermanfaat atau tidak adalah dari kemampuannya menstimulasi dan mengarahkan penelitian lebih lanjut. Tanpa adanya teori yang memadai untuk menunjukkan arah penelitian, banyak hasil penelitian secara empiris tidak diketahui penyebabnya.

Teori yang bermanfaat akan menstimulus dua jenis penelitian: penelitian deskriptif (desriptive research) dan pengujian hipotesis (hypothesis testing). Penelitian deskriptif, yg dapat memperluas teori, menitikberatkan pada pengukuran, pemberian label, dan kateegorisasi satuan yang dipakai dalam membangun teori. Penelitian deskriptif mempunyai hubungan simbiosis dengan teori. Di satu sisi, penelitian ini menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun teori, di sisi lain, penelitian ini berkembang dari teori yang dinamis dan luas. Semakin bermanfaat suatu teori maka semakin banyak penelitian yang dihasilkan dan semakin banyak pula jumlah penelitian deskriptifnya yang pada akhirnya semakin lengkap pula teorinya. pengujian hipotesis (hypothesis testing) mengarah pada pembuktian tidak langsung dari manfaat satu teori

DAPAT DIKAJI ULANG Sebuah teori juga harus bisa dinilai dari kemampuannya untuk

dikonfirmasi (confirmed) atau disangkal (disconfirmed), oleh karena itu teori harus bisa dikaji ulang (falsifiable). Untuk bisa diulang, sebuah teori harus cukup jelas untuk mengarahkan penelitian yang hasilnya bisa mendukung atau tidak mendukung prinsip utamanya. Jika sebuah teori terlalu samar dan tidak jelas, maka hasil penelitian, baik positif maupun negatif bisa diinterpretasikan sebagai hal yang mendukung teori. Akibatnya, teori tersebut tidak bisa diulang dan tidak bermanfaat lagi. Akan tetapi,falsifiability tidak sama dengan tidak benar (false), ini hanya berarti bahwa hasil penelitian yang negatif akan menyangkal teori dan memaksa teoretikusnya untuk membuang teori itu atau mengubahnya.

Teori yang falsifiable memengaruhi hasil eksperimen. Sains dibedakan dengan sesuatu yang bukan sains dari kemampuannya untuk menolak gagasan yang tidak didukung bukti empiris walaupun gagasan tersebut tampak logis dan rasional. Contohnya, Aristotle menggunakan logika dalam pernyataannya bahwa tubuh yang ringan akan jatuh dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan tubuh yang berat. Walaupun pendapatnya "masuk akal", terdapat satu kendala yaitu, secara empiris, pendapat ini salah.

LANJUTAN DAPAT DIKAJI ULANG (FALSIFIABLE)

Teori yang sangat bergantung pada perubahan alam bawah sadar yang tidak bisa diamati akan semakin sulit untuk dibuktikan atau disangkal. Contohnya, teori Freud menyatakan bahwa banyak emosi dan perilaku kita, yang disebabkan oleh kecenderungan alam bawah sadar, yang berlawanan dengan perilaku yang kita perlihatkan. Misalnya, kebencian yang tidak disadari mungkin diekspresikan sebagai cinta yang disadari, atau ketakutan yang tidak disadari terhadap perasaan homoseksual yang terdapat dalam dirinya sendiri mungkin akan memunculkan permusuhan yang berlebihan terhadap kaum homoseksual. Oleh karena teori Freud memperbolehkan adanya perubahan/transformasi pada alam bawah sadar, maka hampir tidak mungkin untuk membuktikan atau menyangkal teori tersebut. Sebuah teori yang mampu menjelaskan semua hal tidak akan menjelaskan apapun.

MENGORGANISASI PENGETAHUAN Teori yang bermanfaat seharusnya juga mampu

mengorganisasi pengetahuan yang saling bertentangan. Tanpa pengorganisasian dan kategorisasi, hasil penelitian tidak akan ada artinya dan dibiarkan begitu saja. Kecuali data diolah menjadi kerangka pikir yang dapat dipahami, peneliti tidak akan mempunyai arah yang jelas untuk diikuti dalam mencari pengetahuan lebih lanjut. Mereka tidak dapat membuat pertanyaan tanpa adanya kerangka teoretis yang mendasari informasi yang mereka peroleh. Tanpa adanya pertanyaan, maka penelitian lebih lanjut sulit untuk dilakukan.

Teori kepribadian yang bermanfaat hams mampu menyatukan dari apa yang sudah iiketahui tentang perilaku manusia dengan perkembangan kepribadian. Teori ini harus mampu mengubah sebanyak mungkin informasi menjadi kerangka pikir yang lebih bermakna. Jika teori kepribadian tidak memberikan penjelasan yang masuk akal tentang perilaku tertentu, maka teori tersebut menjadi tidak bermanfaat.

PANDUAN PEMECAHAN MASALAH Kriteria keempat untuk teori yang bermanfaat adalah kemampuannya

untuk memandu praktisi menghadapi permasalahan sehari-hari yang sulit. Contohnya, para orang tua, guru, manajer bisnis, dan psikoterapis sering dihadapkan pada banyak pertanyaan di mana mereka mencoba untuk menemukan jawabannya. Teori yang baik menyediakan petunjuk untuk memukan jawaban-jawaban tersebut. Tanpa teori yang bermanfaat, praktisi akan terjebak dalam teknik coba-salah (trial and error), dengan orientasi teoretis yang baik, mereka bisa menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan.

Untuk psikoanalis Freudian dan terapis Rogerian, jawaban atas pertanyaan yang sama akan sangat berbeda. Untuk pertanyaan "Bagaimana aku bisa memberikan perawatan terbaik untuk pasien ini?" terapis psikoanalisis akan menjawab dengan: Jika psikoneurosis disebabkan oleh konflik seksual di masa kecil yang telah masuk ke alam bawah sadar, maka cara terbaik bagi saya untuk membantu pasien ini adalah dengan mempelajari represi-represi tersebut dan membiarkan pasien mengulang kembali pengalaman-pengalamannya tanpa adanya konflik yang hadir. Untuk pertanyaan yang sama, terapis Rogerian akan menjawab: Jika, untuk bisa dewasa secara psikologis manusia membutuhkan empati, perhatian positif yang tidak bersyarat, dan hubungan yang seimbang dengan terapis, maka cara terbaik bagi saya untuk membantunya adalah dengan menciptakan kondisi yang membuatnya nyaman dan tidak merasa terancam. Perhatikan bahwa kedua terapis menjawab dalam kerangka jika-maka (if-then), walaupun kedua jawaban tersebut menyebutkan dua tindakan yang berbeda.

LANJUTAN PANDUAN PEMECAHAN MASALAH

Juga termasuk dalam kriteria ini adalah bagaimana sebuah teori menstimulasi gagasan dan tindakan dalam disiplin ilmu lainnya, seperti seni, sastra (termasuk film dan drama televisi), hukum, sosiologi, filsafat, agama, pendidikan, administrasi bisnis, dan psikoterapi.Sebagian besar teori yang dibahas dalam buku ini sudah memengaruhi wilayah lain di luar psikologi. Contohnya, teari Freud telah mendorong penelitian tentang pemulihan ingatan (recovered memories), sebuah topik yang sangat penting bagi para pengacara. Juga, teori Carl Jung menarik minat para ahli agama dan merebut perhatian para penulis populer, seperti Joseph Campbell dan lainnya. Hal yang sama juga terjadi pada teori Alfred Adler, Erik Erikson, B. F. Skinner, Abraham Maslow, Carl Rogers, Rollo May, dan teoretikus kepribadian lainnya yang telah menarik minat dan perhatian bidang-bidang ilmu lainnya.

KONSISTENSI INTERNAL Sebuah teori yang bermanfaat tidak perlu konsisten dengan

teori lain, tetapi teori ini harus konsisten dengan dirinya sendiri. Teori yang konsisten secara internal adalah teori yang komponen-kamponennya memiliki kemiripan secara logis. Batasan terhadap ruang lingkupnya ditentukan dengan hati-hati dan karena itu tidak memberikan penjelasan di luar dari ruang lingkupnya. Teori yang memiliki konsistensi internal juga menggunakan bahasa yang konsisten; yaitu, teori tersebut tidak menggunakan istilah yang sama untuk dua hal berbeda atau menggunakan dua istilah berbeda untuk konsep yang sama

Teori yang baik akan menggunakan konsep dan istilah yang sudah didefinisikan secara operasional dan jelas. Definisi operasional adalah definisi yang menentukan satuan dalam hal perilaku dan peristiwa teramati yang bisa diukur. Contohnya, ekstrover bisa didefinisikan secara operasional sebagai tiap orang yang mencapai skor tertentu, yang sudah ditetapkan sebelumnya, dalam sebuah tes kepribadian.

SEDERHANA(PARSIMONIOUS) Ketika dua teori mempunyai kesamaan dalam

hal kemampuannva untuk menghasilkan penelitian, dapat disangkal memberi makna pada data, memandu praktisi dan mempunyai konsistensi internal, ternyata teori yang lebih sederhana lebih disukai. Ini adalah hukum parsimony.

Pada kenyataannya, tentu saja, dua teori tidak pernah tepat sama dalam kriteria-kriteria ini, tetapi secara umum, teori yang sederhana dan langsung pada masalah lebih bermanfaat dari pada teori dengan Konsep yang rumit dan bahasa yang esoteris (yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu).

PENELITIAN TEORI KEPRIBADIAN

Seperti sudah kita ketahui sebelumnya, kriteria utama suatu teori yang bermanfaat adalah kemampuannya menghasilkan penelitian. Kita juga mengetahui bahwa teori dan data penelitian mempunyai hubungan berkesinambungan: teori memberi makna pada data dan data berasal dari penelitian eksperimental yang dibuat untuk menguji hipotesis yang berasal dari teori. Namun, tidak semua data berasal dari penelitian eksperimental. Banyak di antaranya berasal dari observasi yang kita buat setiap hari. Observasi artinya hanya memperhatikan sesuatu atau memberi perhatian pada sesuatu.

Sekian dan

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

[email protected]