pertelaan

31
TUGAS PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 PERTELAAN Gladiolus hybridus Family : Iridaceae Disusun oleh : Nama : Eka Fitriana Candra N. NIM : 14/364879/BI/09239 Gol./Kel. : I/4 Asisten : Cici Fitri Yani LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: eka-fitriana-candra-n

Post on 07-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ini

TRANSCRIPT

TUGAS PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN

TUMBUHAN

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

PERTELAAN

Gladiolus hybridus

Family : Iridaceae

Disusun oleh :

Nama : Eka Fitriana Candra N.

NIM : 14/364879/BI/09239

Gol./Kel. : I/4

Asisten : Cici Fitri Yani

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Prakata

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah pertelaan mengenai tanaman Gladiolus hybridus ini.

Adapun makalah pertelaan mengenai tanaman Gladiolus hybridus ini telah

saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa

menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya

dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari

sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun

segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya

membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik

kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah pertelaan

mengenai tanaman Gladiolus hybridus ini kita dapat mengambil hikmah dan

manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Juni 2015

Penyusun

2

Daftar Isi

Prakata

Daftar Isi

Daftar Gambar

BAB I. Klasifikasi

BAB II. Deskripsi Tanaman

BAB III. Informasi Tambahan

Daftar Pustaka

Lampiran

3

Daftar Gambar

4

BAB I. KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Lilidae

Ordo : Liliales

Famili : Iridaceae

Genus : Gladiolus

Spesies : Gladiolus hybridus Hort

(Bentham G. & Hooker J.D., 1883)

5

BAB II. DESKRIPSI TANAMAN

A. Perawakan (Habitus)

Perawakan/habitus dari Gladiolus sp.  berupa tumbuhan herba basah

dengan rhizome (umbi). Gladiol adalah tanaman bunga hias berupa

tanaman semusim, yang setelah menghasilkan bunga akan mati, tetapi

umbinya tetap hidup dalam kondisi dorman (Muharan, 1995).

B. Akar

Gladiolus sp. memiliki system perakaran serabut (radix adventica).

Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar

serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh

pada saat pembentukan subang baru.

Akar kontraktil tersebut berdaging dengan diameter sekitar 0,7 cm dan

berwarna putih yang berfungsi untuk menyangga dan menempatkan

subang baru pada lapisan tanah yang tepat, sehingga bila subang induk

telah mengkerut maka subang baru akan terletak pada lokasi yang lebih

dalam. Akar kontraktil mempunyai sejulah rambut halus yang berfungsi

sebagai penyerap air dan organ penyimpan sementara. Subang bar uterus

berkembang untuk menggantikan subang induk yang makin mengerut

diikuti dengan mengecilnya diameter akar kontraktil. Subang (corm)

adalah batang yang termodifikasi menjadi bulat pipih dan mengandung

buku, ruas dan mata tunas (Arora, dkk., 1992)

C. Batang

Batang dari Gladiolus sp.berbentuk bulat (teres) dengan permukaan

rata (laevis) dan berwarna hijau. Arah tumbuhnya tegak lurus (erectus)

dengan pola percabangan batang simpodial (batang pokok sukar

ditentukan)

D. Daun

Daun Gladiol berbentuk meruncing dan memanjang ke atas dengan

panjang sekitar 50-80 cm dan lebar 1-4 cm, tersusun tumpang tindih pada

6

bagian dasar (folia disticha) dan berjumlah 1-12 helai. Daunnya tidak

lengkap, terdiri dari pelepah daun (vagina) dan helaian daun (lamina).

Bangun helaian daunnya berbentuk garis (linearis) dengan ujung runcing

(acutus). Memiliki tulang daun sejajar yang terletak ditengah dan

berukuran besar, tepi daun rata. Tanaman Gladiol berbunga setelah

mempunyai daun minimal 8 helai (Deswal, K. S., V. K. Patil, &

Anserwadekar. 1983).

E. Bunga

Gladiol memiliki bunga majemuk yang memiliki seludang bunga atau

daun pelindung (brachtea). Bunga Gladiol mempunyai tabung yang

berbentuk corong yang melebar pada bagian ujungnya. Bunga terdiri dari

kelopak dan mahkota yang masing masing terdiri atas tiga helai yang tidak

sama besar, bersimetri radial, dan menyempit di bagian pangkalnya. Bunga

tersusun dari banyak bunga yag disebut floret berbentuk tandan dan

berasal dari sumbu terminal, yang berjumlah 8-20 kuntum. Jumlah floret

tergantung pada kultivar dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan

seperti, cahaya, suhu, dan kelembaban. Floret berbentuk bundar, segitiga

atau seperti anggrek dan penampakan petal dapat polos, mengkerut,

menggelambir, menekuk keluar atau melancip pada bagian ujung. Ukuran

floret sangat bervariasi, dari yang kecil berukuran 2 cm, sampai yang besar

berdiameter 18 cm atau lebih. Floret tersusun satu satu atau sejajar dan ada

pula yang berpasangan (Larson, 1980).

Berdasarkan ukuran floret kultivar gladiol diklasifikasikan ke dalam

lima kelas yaitu dariukuran kurang dari 6,4 cm sampai lebih dari 14 cm,

dan berdasarkan warnanya ke dalam 10 kelas warna dari putih hingga

kecoklatan serta kepekatan warna dari pucat hingga kelam. Bunga gladiol

mudah kehilangan air (mudah layu). Bunga gladiol potong hanay dapat

bertahan sekitar 5-10 hari (Badriah, 2007).

F. Buah dan Biji

7

Inisiasi bunga terjadi pada saat daun ketiga muncul dan berakhir kira-

kira bersamaan denganterbentuknya daun keenam atau daun ketujuh. 

Primordia bunga muncul setelah seluruh daun terbentuk, yaitu sekitar 60

hari setelah tanam. Seminggu setelah penyerbukan bakal buah membesar

dan terus berkembang menjadi buah.  Buah berwarna hijau sampai

kemerah-merahan tergantung kultivar, berbentuk lonjong.  Biji gladiol

berwarna coklat dan jika sudah tua bersayap , sehingga dapat tersebar oleh

angin jika terlambat dipanen.  Pecahnya buah gladiol menunjukkan bahwa

buah telah masak dan dapat segera dipanen.  Biji gladiol tidak mengalami

masa dormansi , berkecambah sekitar 1 minggu setelah tanam (Littrell, R.

H. and W. E. Waters. 1967).

8

BAB III. INFORMASI TAMBAHAN

A. Asal Usul dan Wilayah Agihan Geografi (Persebarannya)

Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil,

seperti bentuk daunnya. Tanaman ini berasal dari Afrika Selatan dan

sebagian kecil spesies lainnya berasal dari Eurasia. Bunga ini menyebar di

Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan

berkembang di Belanda.

B. Data Ekologi

Bunga gladiol dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 90-150 cm,

pH tanah 5,8-6,5 dalam suhu 10-27º C dan beriklim sejuk. Jenis tanah

yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yang subur,

gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanaman Gladiol

memberikan respon yang berbeda terhadap variasi kondisi lingkungan

terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu rata-rata yang kurang dari

10 o C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

terhambat.  Jika suhu rendah berlangsung lama, pertumbuhan tanaman

dapat terhenti.  Suhu maksimum untuk pertumbuhan gladiol adalah 27oC,

kadang-kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu udara 40 derajat C,

bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi (Buckmam, H.O. & N.

C. Brady. 1982).

Gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm/tahun. Di

Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim

kemarau maupun musim hujan. Tanaman gladiol juga membutuhkan sinar

matahari penuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan

kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering dan floret tidak

terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu

pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak

pada kuncup bunga saja (Widyawan, 1994)

C. Keragaman yang Telah Terdeteksi

9

Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol

dari Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai

Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki

penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan

gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan

Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah :

1. Gladiolus gandavensis.  Bunga berukuran besar sehingga sususnan

bunga terlihat tumpang tindih. Panjang tangkainya 90-150 cm.

2. Gladiolus primulinus berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai

halus tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.

3. Gladiolus ramosus .  Panjang tangkai bunga 100-300 cm.

4. Gladiolus nanus.  Tangkai bunga melengkung dan panjangnya hanya

35 cm.

Gladiol yang diusahakan saat ini oleh petani bunga di Indonesia lebih

dari 50 kultivar antara lain Dr Mansoer, Queen Occer, Albino, Golden Boy

, Salem, Ros van Lima, White Friendship, Priscilla dan Nova Lux

(Rahardi, F. dan Sriwahyuni, 1993).

D. Kandungan Fitokimia

E. Perbanyakan (Reproduksi)

Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.

Tanaman ini sangat toleran pada berbagai struktur tanah, dari tanah yang

ringan berpasir dengan berbahan organik rendah sampai tanah yang berat

berlempung atau liat. Pada umumnya gladiol diperbanyak dengan subang

(corm) dan anak subang (cormel) (Sutater, T. 1993).

1. Subang utuh

Subang utuh yang dijadikan bibit untuk produksi bunga minimal

berdiameter 2.5 cm. Makin besar ukuran subang bibit, makin cepat

munculnya primordial bunga, dan makin meningkat panjang tangkai

bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai serta diameter bunga mekar.

2. Perbanyakan dengan subang belah

10

Pada satu subang dapat tumbuh 1-4 mata tunas, setiap mata

tunas akan menghasilkan 1 subang baru dan 1 tangkai bunga, tetapi

untuk menghasilkan kualitas bunga yang baik hanya dipelihara 1-2

tunas saja.

Pembelahan subang dapat dilakukan pada subang yang

mempunyai berat lebih dari 20 gr, jika kurang dari itu akan

menghasilkan kualitas bunga yang lebih rendah. Pembelahan subang

dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dibelah 2 bagian (pembelahan

tepat ditengah subang) dan dibelah menjadi 3 bagian (bagian tengah,

sisi kanan, dan sisi kiri untuk subang yang berdiameter lebih dari 4 cm)

3. Perbanyakan dengan anak subang

Anak subang terbentuk dari stolon yang berasal dari mata tunas aksilar

di antara subang induk dan subang baru pada saat mengkerutnya subang

induk. Jumlah anak subang yang terbentuk bervariasi bergantung kultivar

dan kedalaman tanam. Penggunaan anak subang sebagai bahan

perbanyakan hanya dimaksudkan untuk menghasilkan subang. Dari anak

subang berdiameter 1 cm diperlukan 2 siklus penanaman sampai mampu

memproduksi bunga potong kurang lebih selama 16 bulan.

Subang dan anak subang yang akan dijadikan bibit tidak dapat segera

tumbuh bila ditanam meskipun pada lingkungan tumbuh yang cocok dan

optimal, karena memerlukan masa dormansi. Selama masa dormansi

subang dan anak subang yang telah kering disimpan ditempat yang

beraliran udara baik dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Ciri –

ciri subang telah melewati masa dormansinya, dengan dicirikan

munculnya calon akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar

dibagian bawah subang, dan munculnya tunas. Bila tunas mencapai 1 cm,

maka subang sudah siap tanam.

Gladiol mungkin tidak dapat bertahan pada musim dingin di beberapa

negeri, namun Gladiol tidak mendapat masalah pada musim panas. Di

tempat beriklim dingin, kormus harus dicabut pada akhir musim tanam dan

dibersihkan dengan hati-hati. Sebuah kormus baru akan tumbuh, dan

11

melepaskan kormus lama yang sudah mati pada bagian bawah batang yang

akan memudahkan kormus baru itu berakar. Selain itu, kormel-kormel

seukuran kacang polong yang terletak dalam gugusan pada setiap kormus

harus dipisahkan. Selama cuaca dingin, kormus dan kormel harus

disimpan di tempat yang kering dan sejuk bertemperatur di atas titik beku.

Sewaktu ditanam, setiap kormel akan mengeluarkan daun-daun tipis,

dan pada akhir musim tanam, kormel tersebut akan menjadi kormus

dewasa. Sewaktu kormus-kormus ini ditanam pada musim berikutnya,

mereka akan bertumbuh menjadi tanaman dewasa yang subur dan

berbunga lebat.

Di tempat beriklim sedang, penanaman dapat dimulai pada awal

musim semi. Waktu tanam di sini tidak begitu penting. Idealnya, kormel

dan kormus harus ditanam di tanah yang lembap dan sedikit mengandung

asam. Mereka harus ditempatkan di lokasi yang terkena banyak sinar

matahari, karena gladiol tidak bertumbuh dengan baik di tempat teduh.

Kormel dapat ditaburkan pada alur sedalam 8 sentimeter lalu ditutupi

tanah. Sedangkan kormus harus ditanam pada kedalaman 13 sentimeter.

Untuk mencegah kebun menjadi terlalu penuh, kormus berukuran sedang

harus ditanam berjarak 8 sentimeter dan kormus yang berukuran lebih

besar berjarak 10 sampai 13 sentimeter. Dengan membersihkan dan

menanam kormus gladiol secara hati-hati, beberapa bulan kemudian Anda

pasti akan mendapatkan pemandangan yang tidak terlukiskan—bunga

gladiol yang beraneka warna indah nan lembut.

F. Manfaat (Nilai Penting) bagi Masyarakat

Manfaat dari bunga ini adalah untuk sarana peralatan tradisional,

untuk keperluan agama, keperluan ritual-ritual tertentu, dan upacara

kenegaraan serta sebagai salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat.

Gladiol termasuk kelompok lima besar bunga potong yang diekspor tahun

2000 dengan negara tujuan terutama Jepang (Satsiyati et al. 2003).

12

Gladiol merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang potensial

untuk dibudidayakan secara meluas, karena nilai estetikanya dan mampu

menunjang peningkatan pendapataan petani.  Produktivitas bunga potong

dan bibit gladiol ditingkat petani masih rendah, yaitu baru mencapai

169.189 tangkai dan 36.405 subang/ha.  Volume pemasaran di kota-kota

besar telah mencapai 127.200 tangkai per minggu , dan akhir-akhir ini

permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10 % per tahun.  Untuk

memenuhi permintaan pasar , produktivitas gladiol , baik sebagai bunga

potong maupun bibit  perlu ditingkatkan melalui penyempurnaan teknik

budidaya dan aspek pemasarannya (Muharan, 1995).

Kelebihan lain dari bunga potong ini adalah kesegarannya bisa

bertahan sampai sekitar satu setengah minggu dan dapat berbunga

sepanjang waktu. Warnanya dan penampilannya akan tampil maksimal

jika ditanam di kondisi dimana mereka mendapatkan cahaya matahari

yang penuh, dan dapat membantu tanaman ini menyimpan energi matahari

tersebut untuk masa pertumbuhannya di tahun berikutnya (Satsiyati et al.

2003).

G. Hama dan Penyakit

- Hama

1. Thrips gladiol (Taeniothrips simplex / Mor)

Hama ini sering dijumpai disetiap area pertanaman gladiol di

seluruh dunia, yang dapat menimbulkan kerusakan berat (di

lapangan). 

Gejala: bercak-bercak berwarna keperak-perakan pada permukaan

daun, merusak jaringan daun/bunga dan mengisap cairan yang

keluar dari bagian tanaman dengan menggunakan alat mulutnya.

Tanaman yang terserang hama ini akan timbul bercak-bercak putih

dan akhirnya menjadi coklat dan mati. Serangga muda (nimfa)

berwarna kuning pucat dan lebih suka makan pada bagian bunga

dan kuncup. Panjang tubuh hama dewasa ± 2,5 mm, berbentuk

ramping, pipih, berwarna coklat tua atau hitam. 

13

Pengendalian: dapat dilakukan dengan penyiangan gulma atau

dengan menggunakan insektisida yang mengandung dimetoat,

endusolfan, formothion, karbaril, merkaptodimetur dan metomil.

2. Kutu putih (Pseudococcus sp.)

Gejala : menyerang umbi gladiol saat penyimpanan, dan di

lapangan, dengan menusukan alat mulutnya kedalam umbi untuk

menghisap cairan tanaman, sehingga tunas/akar terhambat

pertumbuhannya dan gagal panen. Pada serangan berat umbi jadi

keriput, kering dan mati. Ukuran tubuh serangga dewasa betina 4

mm dan mampu bertelur sampai 200 butir (diletakan

berkelompok).

Pengendalian: merendam subang dalam larutan insektisida 30-60

menit, yang mengandung bahan aktif asefat, nikotin, triazofos,

kuinalfos dan lainnya.

3. Ulat pemakan daun (Larva Lepidoptera)

Gejala: hama ini menyerang dengan membuat lubang-lubang pada

permukaan daun dan bunga. Bentuk, warna, ukuran larva-larva

sebagai minor pest pada tanaman gladiol sangat bervariasi,

tergantung pada spesiesnya. Panjang ulat famili Lymantriidae

mencapai 3,5-4,0 cm. 

Penanggulangan: menyemprot insektisida berbahan aktif Bacillus

thuringiensis.

- Penyakit

1. Layu fusarium (Penyakit busuk kering fusarium)

Penyebab: cendawan F. oxysporum var. gladiol atau F. orthoceras

var gladiol.

Gejala: daun gladiol yang terserang menguning, agak memilin.

Pada serangan yang lebih lanjut, pertumbuhan tanaman kerdil dan

mudah patah. Pada subang yang terserang tampak bercak dan

dalam keadaan lembab hifa patogen yang berwarna putih seperti

kapas menutupi permukaan bercak tadi dan menjalar kebagian

14

tanaman lainnya.

Pengendalian: menyimpan subang ditempat tidak lembab serta

merendam sebelum ditanam, kedalam larutan suspensi fungisida

benlate selama 30 menit.

2. BusukKering

Penyebab: cendawan Botrytis cinerea atau B. gladiolorum. 

Gejala: bunga berbintik-bintik, berkembang menjadi bercak-

bercak, subang yang terserang busuk daun bintik-bintik agak

kelabu, kemudian berkembang menjadi bercakbercak berwarna

hitam keabu-abuan. 

Pengendalian: menganginkan (mengeringkan) subang yang

dipanen sebelum disimpan pada tempat yang kering atau dengan

menyemprotkan fungisida captan, zineb atau nabam.

3. Busuk keras

Penyebab: Septoria gladioli.

Gejala: sama dengan gejala busuk kering, tetapi berbeda pada

tubuh buah patogennya. Bintik-bintik kecil coklat tampak pada

permukaan bagian bawah/bagian atas daun yang terserang patogen.

Tanaman/bibit yang terserang patogen tersebut umumnya berasal

dari anak subang, sedang yang berasal dari subang jarang

terserang. 

Pengendalian: sama seperti untuk busuk kering.

4. Busuk kubang (Busuk kapang biru)

Penyebab: cendawan Penicillium gladioli yang termasuk patogen

lemah. Patogen masuk dan menginfeksi subang gladiol bila di

bagian subang terdapat luka yang disebabkan oleh serangga, alat-

alat pertanian dan sebagainya. 

Gejala: pada subang yang terserang patogen tersebut terdapat lesio

berwarna merah kecoklatan yang dalam waktu singkat bagian

tersebut akan ditutupi koloni cendawan berwarna biru dan subang

membusuk. 

15

Pengendalian: menyimpan subang dengan baik, setelah dikering

udarakan dahulu, serta mencegah subang luka.

5. Hawar bakteri

Penyebab: Xanthomonas gummisudan. Yang berkembang dengan

cepat pada keadaan lingkungan yang basah atau drainase kurang

baik. 

Gejala: ada bercakbercak horizontal cekung berair berwarna hijau

tua yang berubah menjadi coklat dan berkembang sampai menutupi

hampir seluruh permukaan daun sampai daun kering. Patogen

ditularkan melalui subang atau percikan air hujan. 

Pengendalian: memilih subang yang sehat dan merendam subang

tanpa kulit selama 2 jam dalam suspensi larutan bakterisida

(Widyawan, 1994).

H. Panen

Budidaya bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen

dapat dilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol

dilakukan berdasarkan pesanan pasar, sehingga panen dapat terus

dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.

1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam,

tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10

hari setelah primordia bunga muncul.

Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah

dapat dilihat dengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga

dibiarkan sampai mekar penuh, kerusakan akan mudah terjadi terutama

selama pengemasan dan pengangkutan. Bila bunga dipanen terlalu

awal, (sebelum floret terbawah menampakan warna bunga), maka akan

ada kemungkinan bunga tidak dapat mekar dengan sempurna.

2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun

pada tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman

16

sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga

dengan pisau tajam dan bersih supaya terhindar dari kontaminasi jasad

renik Jika menggunakan pisau tumpul, terjadi luka lebih lebar pada

permukaan dasar tangkai bunga, memungkinkan terjadi infeksi.

3. Periode Panen

Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya

panen bunga dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol

berturgor optimum. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat

diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula.

Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari)

atau pada turgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab

lain. Bunga yang basahakan mudah terserang oleh cendawan Botrytis

gladiolorum (blight), walaupun pada kondisi suhu udara yang rendah.

Prakiraan Produksi 

Untuk seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000

potong. Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa

sehingga panen bunga (pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu.

Secara teknis dapat diatur dengan pemetakan lahan, sehingga dalam satu

saat terdapat lahan siap olah, siap tanam,dan siap panen (Rahardi, F. dan

Sriwahyuni, 1993).

4.

17

DAFTAR PUSTAKA

Arora, J.S., S. Kushal, N.S. Grewal. 1992. Effect of GA3 on cormel growth in

gladiolus. Indian J. of plant physiol. 35 (2) : 202 – 206.

Badriah, D.S., T. Sutater, dan R.S. Rahayu. 2007. Kualitas Bunga dan

Produktivitas Subang Beberapa Kultivar Introduksi Gladiol Selama Dua

Generasi Tanam. J. Hort.(Edisi Khusus). (2):183-188

Bentham G., Hooker J.D. 1883. Genera Plantarum. Vol 3. Reeve. London. UK.

Buckmam, H.O. and N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bhatara Karya

Aksara. Jakarta. Hlm. 595-599.

Deswal, K. S., V. K. Patil, and Anserwadekar. 1983. Nutritional and Plant

Population Studies in Gladiolus. Ind.J.Hort.40(3):254-59.

Larson, R.A. 1983. Introduction to floriculture. Acad. Press.Inc. London.

Littrell, R. H. and W. E. Waters. 1967. Influence of Nitrogen and Lime

Fertilization on Gladiolus Corm and Flower Production and Iternational

Microflora of Corms. Florida Agric. Exp. Stations J. Series. 2852:405-408.

Muharan, Agus, dkk. 1995. Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias (Badan

Penelitian dan Pengembangan). Jakarta.

Rahardi, F., dan Sriwahyuni. 1993. Agribisnis Tanaman Hias, Penebar Swadaya.

Satsiyati, Nurmalinda, D. Herlina, H. Supriyadi, H. Ridwan, I.B. Rahardjo, K.

Effendi, dan B. Marwoto. 2003. Profil Komoditas Tanaman Hias Menunjang

18

Strategi Penelitian untuk Pengembangan Agribisnis Florikultura. Laporan

Penelitian Balithi.

Sutater, T. 1993. Pengaruh Pembelahan Subang dan Pemupukan K terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Gladiol Varietas Salem. Bul. Penel. Hort.

XXV(1):107-113.

Widyawan, Rosa. 1994. Bunga Potong (Tinjauan Literatur). Pusat Dokumentasi

dan Informasi Ilmiah (LIPI). Jakarta.

19

Lampiran

Gambar 2. Umbi Gladiolus hybridus Gambar 3. Bunga Gladiolus hybridus

20

Gambar 1. Morfologi Gladiolus hybridus

21

Gambar 4. Tunas dari Umbi Gladiolus hybridus

Gambar 5. Daun Gladiolus hybridus